PERILAKU INVESTASI PADA ANAK DAN CAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-5 TAHUN
SITI ULFAH HASANAH
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perilaku Investasi Pada Anak dan Capaian Perkembangan Anak Usia 2-5 tahun adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2015 Siti Ulfah Hasanah NIM I24100073
ABSTRAK SITI ULFAH HASANAH. Perilaku Investasi Pada Anak dan Capaian Perkembangan Anak Usia 2-5 Tahun. Dibimbing Oleh HARTOYO dan NETI HERNAWATI Kualitas perkembangan anak ditentukan oleh peran keluarga dan lingkungan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku investasi anak dengan capaian perkembangan anak usia prasekolah. Desain penelitian menggunakan cross sectional study, bertempat di Kecamatan Cigombong dan Ciomas yang dipilih secara purposive. Contoh dari penelitian ini adalah 60 keluarga yang memiliki anak terakhir usia prasekolah, dipilih secara stratified random sampling berdasarkan status sosial ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku investasi orangtua pada keluarga tidak miskin lebih tinggi dibandingkan keluarga miskin.Capaian perkembangan anak pada keluarga miskin lebih rendah dibandingkan keluarga tidak miskin. Model regresi menunjukkan bahwa perilaku investasi anak dipengaruhi oleh lama pendidikan ayah, besar keluarga, dan pendapatan perkapita. Besar keluarga berpengaruh negatif terhadap perilaku investasi ibu. Perilaku investasi ibu berpengaruh terhadap capaian perkembangan anak. Kata kunci : Perilaku investasi anak, perkembangan anak, keluarga tidak miskin, keluarga miskin
ABSTRACT SITI ULFAH HASANAH.Perental Investment Behavior on Child and Child Development. Under supervision of HARTOYO and NETI HERNAWATI The quality of a child's development is determined by the role of family and home environment. This study aimed to analyze the effect of parental investment on children developmental achievement of 2-5 ages. Design of this research used a cross sectional study conducted of purposively selected subdistricts of Cigombong and Ciomas. The study involved samples 60 families who have young child within preschool age. Samples selected by stratified random method based on sosio economic status. The result showed the score of parental invesment on children in poor family are lower than non-poor family. The score of child development analysis outcomes in poor families are lower than that of in non-poor family. Regression analysis shows that the investment behavior to children is significant influenced by the husband’s education, family size and per capita income. Family size has a negatively effect on the wives investment behaviour. Futhermore, the wives investment behaviour has positive impact on the level of child development. Key words : parental investment on children, child development, non-poor family, poor family
PERILAKU INVESTASI PADA ANAK DAN CAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-5 TAHUN
SITI ULFAH HASANAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
JudulSkripsi Nama NIM
: Perilaku Investasi Pada Anak dan Capaian Perkembangan Anak Usia 2-5 Tahun : Siti Ulfah Hasanah : I24100073
Disetujui oleh
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Pembimbing I
Neti Hernawati, SP, M.Si Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karuniaNya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Perilaku Investasi Pada Anak dan Capaian Perkembangan Anak Usia 2-5 Tahun” berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Penyusunan skripi ini pun tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak sehingga penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada: 1. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc dan Neti Hernawati, M,Si selaku pembimbing skripsi yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, dan pikirannya dengan memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 2. Dr.Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc selaku pembimbing akademik penulis atas pemberian dukungan dan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. 3. Ibu Alfiasari S.P, M.Si selaku dosen pemandu seminar hasil penelitian yang telah memberikan berbagai saran pada penyelesaian tugas akhir S1 ini. 4. Ibu Dr.Ir.Dwi Hastuti, M.Sc dan Bapak Ir.MD.Djamaludin, M.Sc selaku dosen penguji sidang akhir 5. Pihak pemerintahan Kabupaten Bogor, Kecamatan Cigombong dan Cioma yang telah bersedia bekerjasama pada pengambilan data penelitian tugas akhir S1. 6. Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada kedua orangtua yang telah membimbing dan mendidik penulis dengan penuh kasih dan cinta, dan teruntuk enam orang saudara penulis yang selalu memberikan dukungan yang luar biasa. 7. Teman - teman seperjuangan di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen angkatan 2010 atas kebersamaan, kekompakkan, inspirasi dan motivasinya selama penulis berkuliah di IPB. 8. Saudari-saudari lingkaran atas kehangatan dan persaudaraan yang erat selama penulis berkuliah di IPB. 9. Teman- teman seperjuangan di Aqsho dan adik-adik fema yang sangat luar biasa atas dukungan, motivasi dan sumber inspirasi selama penulis berkuliah di IPB. 10. Teman- teman P&K atas perjuangan bersama dalam jiwa semangat menjalankan aktifitas di kampus selama penulis berkuliah. 11. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan teman – teman semua. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya, dan dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi dunia penelitian dan pendidikan. Bogor, Februari 2015
Siti Ulfah Hasanah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
4
METODE
6
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
6
Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh
6
Jenis dan Cara Pengambilan Data
7
Pengolahan dan Analisis Data
8
Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN
11 12
Hasil
12
Pembahasan
25
SIMPULAN DAN SARAN
27
Simpulan
28
Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
32
RIWAYAT HIDUP
39
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
12. 13. 14. 15.
Pengolahan data dari variabel perilaku investasi dan capaian perkembangan anak usia prasekolah Sebaran usia ayah dan ibu berdasarkan status kesejahteraan keluarga Sebaran lama pendidikan ayah dan ibu berdasarkan status kesejahteraan keluarga Sebaran bidang pekerjaan ayah dan ibu berdasarkan status kesejahteraan Sebaran besar keluarga contoh dengan status kesejahteraan keluarga Sebaran pendapatan perkapita keluarga berdasarkan status kesejahteraan Sebaran usia dan jenis kelamin anak terakhir keluarga contoh Sebaran pendidikan anak terakhir keluarga contoh Sebaran skor capaian perkembangan anak berdasarkan status kesejahteraan keluarga Persentase rata-rata capaian dimensi perkembangan anak berdasarkan usia anak dan status kesejahteraan Sebaran kategori menurut presentase capaian perkembangan anak usia prasekolah berdasarkan dimensi perkembangan dan status kesejahteraan Nilai koefisien regresi linier faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku investasi ayah terhadap anak Nilai koefisien regresi linier faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku investasi ibu terhadap anak Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, perilaku investasi orangtua terhadap capaian perkembangan anak usia 2-5 tahun Pengaruh perilaku investasi (waktu dan uang) terhadap capaian perkembangan anak usia 2-5 tahun
9 13 13 14 15 15 16 16 20 20
21 23 23 24 24
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5.
Kerangka pemikiran Skema cara penarikan contoh Rata- rata skor investasi orangtua terhadap anak Rata- rata skor investasi ayah terhadap anak Rata- rata skor investasi ibu terhadap anak
5 7 17 18 19
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3.
Lampiran 1 Sebaran suami berdasarkan jawaban perilaku investasi pada alokasi waktu Lampiran 2 Sebaran suami berdasarkan jawaban perilaku investasi pada alokasi uang Lampiran 3 Sebaran istri berdasarkan jawaban perilaku investasi pada alokasi waktu
33 33 34
4. 5. 6. 7.
Lampiran 4 Sebaran suami berdasarkan jawaban perilaku investasi pada alokasi uang Lampiran 5 Capaian perkembangan anak usia 2-<3 tahun Lampiran 6 Capaian perkembangan anak usia 3-<4 tahun Lampiran 7 Capaian perkembangan anak usia 4-5 tahun
34 35 35 36
PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan nasional dan harus dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan proses yang panjang, dimulai sejak kecil, yaitu saat manusia berada dalam kandungan. Human Development Index (HDI) merupakan salah satu indikator kualitas sumber daya manusia yang menggambarkan kemampuan manusia dalam meningkatkan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Berdasarkan data United Nation for Development Program (UNDP), HDI Negara Indonesia pada tahun 2012 meningkat tiga peringkat menjadi 0,629. Meskipun naik tiga peringkat, Indonesia masih di bawah rata- rata dunia 0,649 sehingga Indonesia dikategorikan negara pembangunan menengah. Masalah kemiskinan juga masih menjadi perhatian khusus untuk segera diselesaikan di Indonesia. Dilihat dari segi ekonomi, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret tahun 2013 mencapai 28,07 juta (11,37%) dengan proporsi penduduk miskin paling banyak berasal dari keluarga di pedesaan dibandingkan di perkotaan (BPS 2013). Sarana dan prasarana kesehatan, pendidikan, dan ekonomi di wilayah pedesaan maupun di perkotaan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kabupaten Bogor merupakan daerah dengan proporsi kemiskinan yang tinggi. Menurut penelitian Saputra (2011), tingkat pengangguran akan menyebabkan kemiskinan yang semakin tinggi. Angka jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,2 juta orang di bulan Februari 2014 (BPS 2014). Salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan nasional adalah laju penurunan jumlah penduduk miskin. Menurut Rodiyah (2010), pembangunan nasional yang mengarah pada perubahan terencana ke arah yang lebih baik diperlukan pengelolaan sumberdaya manusia yang tidak hanya menjadikan manusia sebagai objek pembangunan tetapi juga sebagai subjek pembangunan. Pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar dapat berpartisipasi aktif terhadap dinamika pembangunan itu sendiri. Upaya yang dilakukan keluarga miskin dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga cenderung dengan strategi penghematan dibandingkan dengan menambah pendapatan (Puspitawati 1998). Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dapat tercermin dari kualitas anak yang baik. Keluarga dengan penghasilan tinggi akan mencurahkan lebih banyak sumber daya untuk meningkatkan kualitas anak (Hartoyo 1998). Menurut Surachman (2011), keluarga tidak miskin memiliki perilaku investasi yang lebih tinggi daripada keluarga miskin. Investasi terhadap anak dapat didefinisikan sebagai segala aktifitas atau alokasi sumberdaya keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas anak sehingga diharapkan akan mampu menjadi individu yang produktif dimasa dewasa (Hartoyo 1998). Kualitas capaian perkembangan anak yang baik dinilai dari perilaku investasi orang tua dalam memberikan stimulasi yang baik dan konsisten kepada anak. Bentuk investasi yang diberikan orang tua kepada anak digolongkan menjadi alokasi uang dan alokasi waktu (Hartoyo 1998). Investasi terhadap sumberdaya manusia, terutama dalam hal pendidikan, akan meningkatkan efisiensi ekonomi sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Schultz 1981). Keluarga, dalam hal ini orang tua, termotivasi untuk
2
melakukan investasi terhadap anak mereka melalui sumberdaya yang dimilikinya dengan harapan anak-anak tersebut menjadi anak yang sukses di masa depan (Hample 2010). Kualitas anak akan dapat meningkat dengan keluarga melakukan investasi demi produktivitas marginal seorang anak sehingga akan meningkatkan kapasitas pendapatan anak tersebut (Taubman 1996). Investasi orang tua terhadap anak dalam keluarga merupakan suatu hal yang bersifat krusial, terutama pada saat usia dini. Penelitian Leibowitz (1982) dan Hartoyo (1998) memperlihatkan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas individu melalui investasi. Berdasarkan pemaparan, masih sedikit penelitian yang meneliti perilaku investasi anak dengan capaian perkembangan anak. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mendapatkan gambaran mengenai persepsi orang tua mengenai perilaku investasi terhadap capaian perkembangan anak usia 2-5 tahun pada keluarga miskin dan tidak miskin. Perumusan Masalah Target Indonesia dalam mengurangi jumlah penduduk miskin sekitar 7,5 persen pada tahun 2015 merupakan tujuan utama dari Millenium Development Goals (MDGs). Berdasarkan data BPS tahun 2013 penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,07 persen. Dalam rangka mengurangi kemiskinan di Indonesia, pemerintah mulai memperhatikan Angka partisipasi Sekolah (APS) untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Hal ini sesuai dari adaptasi UNICEF dalam meningkatkan Angka Partisipasi Sekolah (APS) yang dianggap untuk menurunkan kemiskinan. Hal ini terlihat dari perilaku keluarga dalam mengalokasikan sumberdaya yang dipengaruhi oleh nilai yang dianut orangtua terkait nilai anak. Menurut Susenas (2012), Angka Partisipasi Sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di Indonesia masih terbilang rendah. Hal tersebut sesuai dengan UNESCO (2005) yang melaporkan bahwa angka partisipasi PAUD Indonesia terendah di dunia. Dunia International mendefinisikan PAUD sebagai pendidikan bagi anak usia 0-8 tahun, sedangkan di Indonesia kategori PAUD berlaku bagi anak usia 0-6 tahun. Menurut Depdiknas (2013), jumlah anak usia dini di Indonesia tercatat sebanyak 28.364.300 anak yang telah mengikuti pendidikan PAUD. Dengan demikian hanya sekitar 43 persen anak Indonesia yang memperoleh akses terhadap PAUD. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2010-2014 disebutkan bahwa sasaran pembangunan pendidikan adalah meningkatnya mutu pendidikan termasuk PAUD yang antara lain ditandai dengan meningkatnya proporsi anak yang terlayani PAUD (BPS 2012). Fenomena tersebut menunjukkan bahwa angka partisipasi sekolah yang masih rendah akan mengakibatkan kualitas SDM yang rendah. Fakta rendahnya kualitas SDM yang terjadi di Indonesia tidak hanya berkaitan dengan tingkat pendidikan, namun berkaitan dengan kesehatan dan eksploitasi anak. Berdasarkan data dari (Unicef 2012), satu dari tiga anak balita terhambat pertumbuhannya dan anak usia 5-17 tahun terlibat dalam pekerjaan anak. Hal tersebut memperlihatkan bahwa masih kurangnya kesadaran dan perhatian orang tua dan pemerintah dalam hal pengembangan kualitas SDM. Rendahnya angka partisipasi sekolah PAUD dapat disebabkan karena dua hal penting; pertama, kesadaran orang tua dalam mengalokasikan anak pada
3
pendidikan anak usia dini; kedua, kurangnya akses atau ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung pendidikan. Keluarga miskin memiliki ciri yang menonjol yaitu jumlah anak yang banyak, karena anak bukan dialia sebagai investasi melainkan sumber tenaga kerja untuk menambah pendapatan keluarga (Rusastra dan Napitupulu 2008). Akibatnya orang tua kurang mementingkan pendidikan anak dan memilih untuk menjadikan pekerja untuk meningkatkan perekonomian keluarga (Puspitawati et al. 2009). Hal tersebut memperlihatkan bahwa pentingnya peran orang tua dalam pendidikan anak. Orang tua yang memberikan banyak investasi kepada anaknya terutama dalam hal pengalokasian pengeluaran dan waktu mampu berkontribusi terhadap capaian kualitas perkembangan anak. Hal tersebut tercermin dari hasil penelitian Sunarti (2008) yang menyatakan bahwa investasi anak pada usia dini menjamin keuntungan perkembangan secara kumulatif. Berkaca pada fakta- fakta tersebut, penelitian ini berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaanpertanyaan berikut: 1. Bagaimana perilaku investasi orang tua terhadap anak usia 2-5 tahun? 2. Bagaimana tingkat perkembangan anak usia 2-5 tahun? 3. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku investasi anak dan capaian perkembangan anak usia 2-5 tahun? Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku investasi anak terhadap capaian perkembangan anak (gerakan kasar, gerakan halus, mengerti isyarat dan pembicaraan, mengungkap dengan isyarat, kecerdasan, menolong diri sendiri, dan bergaul) usia 2-5 tahun pada keluarga miskin dan tidak miskin. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi perilaku investasi ayah dan ibu pada keluarga miskin dan tidak miskin 2. Mengidentifikasi capaian perkembangan anak usia 2-5 tahun pada keluarga miskin dan tidak miskin 3. Menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku investasi dan capaian perkembangan anak usia 2-5 tahun
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan serta membina keluarga miskin agar mampu mengurangi tingkat kemiskinan dan memperbaiki kualitas capaian perkembangan anak. penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi pendidikan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya dan sebagai tambahan pengetahuan bagi civitas academica. Manfaat lain dari penelitian ini bagi masyarakat adalah sebagai bahan pertimbangan dan informasi dalam menentukan capaian perkembangan anak dengan baik.
4
KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga merupakan unit utama dan pertama dalam pengembangan sumberdaya manusia. Keluarga memiliki kewajiban dalam memenuhi kebutuhan agar mencapai kepuasan bagi setiap anggota keluarga. Peran keluarga tersebut haruslah berfungsi dengan baik sesuai dengan karakteristik setiap keluarga yang bergantung pada latar belakang masing- masing keluarga. Karakteristik keluarga seperti usia orangtua, lama pendidikan orangtua, besar keluarga dan tingkat kesejahteraan keluarga diduga mampu mempengaruhi kualitas hidup keluarga. Status kesejahteraan keluarga pada keluarga miskin akan mempengaruhi bagaimana perkembangan setiap anggota keluarga yang diduga memberikan minimnya bahan stimulasi dan kebutuhan yang seharusnya diperlukan. Anak usia 2-5 tahun memiliki ciri yang khas, dimana anak mulai mengenal dan memahami dunia, orang- orang dan fungsinya masing- masing. Peningkatan kualitas ini dapat terlihat dari perilaku investasi sumber daya manusia yang diberikan orangtua untuk anak. Dalam proses pengembangan sumberdaya manusia dimulai dengan mengalokasikan sumberdaya terutama alokasi waktu dan uang keluarga. Dengan demikian, pemberian berbagai jenis investasi yang dilakukan orang tua akan mempengaruhi kualitas perkembangan anak dimasa mendatang agar sumber daya keluarga dapat dimanfaatkan dengan tepat. Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak berupa perilaku investasi waktu dan perilaku investasi uang mempengaruhi kualitas perkembangan anak. Orang tua memiliki peranan penting dalam mengoptimalkan kualitas perkembangan anak. Pendidikan akhir yang ditempuh orang tua mampu memberikan tambahan pemahaman dan pengetahuan mengenai berbagai hal. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka kontribusi pemahaman semakin luas. Perilaku investasi orang tua terhadap anak dilihat dari ketersediaan waktu dan uang yang orang tua berikan sesuai dengan kebutuhan dan stimulasi yang diperlukan oleh anak. Karakteristik keluarga dan anak merupakan faktor yang akan mempengaruhi perilaku investasi anak dan kualitas perkembangan anak. Menurut penelitian (Rosidah 2012), pendidikan suami dan pendapatan keluarga berpengaruh signifikan terhadap perilaku investasi anak. Hal ini dikarenakan pendidikan suami yang tinggi membuka peluang suami untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Pendapatan keluarga yang memenuhi kebutuhan mampu menjaga kestabilan kehidupan keluarga. Sedangkan besar keluarga, jumlah anak sekolah, pendidikan suami dan pendapatan keluarga berpengaruh terhadap alokasi pengeluaran uang untuk anak. Jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh negatif terhadap investasi anak dalam bentuk uang (Hartoyo 1998). Penambahan jumlah anggota keluarga akan mengurangi dukungan keluarga terhadap anak. Keluarga dengan pendapatan yang tinggi lebih mencurahkan sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas anak. Kegiatan investasi yang dilakukan orang tua kepada anak disaat usia dini mempengaruhi kualitas perkembangan anak. Pada saat kegiatan ini terjadi stimulasi yang dialami anak, sehingga orang tua penting dalam memberikan alokasi waktu dan uang. Anak terakhir pada keluarga cenderung mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik karena kualitas keluarga meningkat dalam hal pendapatan dan pengalaman. Pendidikan anak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kualitas perkembangan anak. Proses pendidikan membantu
5
anak dalam hal mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak. Pencapaian perkembangan anak usia 2-5 tahun tidak terlepas dari peranan lingkungan yang ada disekitarnya termasuk orangtua. Orangtua memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas perkembangan anak. Selain itu, orangtua bertanggung jawab atas ketersediaan dan kebutuhan yang diperlukan anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Kehidupan seorang anak dapat dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan. Menurut penelitian Leibowitz (1982) dalam Hartoyo (1998) menyatakan bahwa kualitas anak akan semakin tinggi dengan meningkatnya investasi yang dilakukan orang tua terhadap anak. Sehingga, dalam penelitian ini secara mendalam akan membahas perilaku investasi anak dan kualitas perkembangan anak usia 2-5 tahun.
Karakteristik Keluarga : -
Karakteristik Anak -
Usia orang tua Lama Pendidikan orang tua Besar Keluarga Pendapatan perkapita Status Kesejahteraan keluarga
Perilaku Investasi Pada Anak: -
Perilaku Investasi Waktu Perilaku Investasi Uang
Gaya Pengasuhan
Capaian Perkembangan Anak -
Gerakan kasar Gerakan halus Komunikasi pasif Komunikasi aktif Kecerdasan Menolong diri sendiri Bergaul (tingkah laku sosial)
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Keterangan:
variabel yang diteliti variabel yang tidak diteliti
Usia anak Jenis kelamin anak Pendidikan anak
6
METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian besar yang berjudul “Transfer Kemiskinan Antargenerasi di Desa dan Kota” dengan ketua peneliti Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. Disain penelitian ini adalah cross-sectional study, yang berarti penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi hanya dalam satu waktu dan tidak berkelanjutan. Penelitian dilakukan di Kecamatan Cigombong dan Ciomas, Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor dipilih sebagai lokasi penelitian secara purposive, dengan pertimbangan kemiskinan masih menjadi permasalahan utama di wilayah ini (24,68%) (BPS 2013). Penentuan lokasi penelitian selanjutnya adalah dengan memilih kecamatan dari setiap daerah dengan pertimbangan karakteristik wilayah dan akses yang berbeda di antara kedua wilayah tersebut. Presentase keluarga miskin di Kecamatan Cigombong sebesar 33,09 persen. Sementara presentase keluarga miskin di Kecamatan Ciomas sebesar 19,01 persen. Penelitian yang meliputi penyusunan proposal, pengambilan data, pengolahan data, analisis data dan pelaporan hasil penelitian dilakukan sejak bulan Agustus 2013 sampai Juni 2014. Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang bertempat tinggal di wilayah Bogor (Kecamatan Cigombong dan Kecamatan Ciomas) yang memiliki anak terakhir usia 2-5 tahun. Contoh dalam penelitian ini adalah 60 keluarga (ayah, ibu dan anak) dan dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan status kesejahteraan, yaitu 30 keluarga miskin dan 30 keluarga tidak miskin. Penggolongan dilakukan berdasarkan penerimaan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Penarikan contoh dilakukan dengan metode stratified random sampling dengan status kesejahteraan sebagai kriterianya, selanjutnya pemilihan contoh kemudian dilakukan dengan mengacak keluarga yang memenuhi kriteria di dua kecamatan, empat desa dan delapan RW (Rukun Warga) dengan proporsi masingmasing 30 keluarga untuk setiap kecamatan (15 keluarga miskin dengan anak terakhir usia 2-5 tahun dan 15 keluarga tidak miskin dengan anak terakhir usia prasekolah), sehingga didapatkan total seluruh contoh penelitian adalah 60 keluarga. Berikut adalah gambar skema cara penarikan contoh:
7
Pemilihan Kabupaten Kab. Bogor Bogor
Kec. Ciomas
Purposif
Kec. Cigombong
Purposif Desa Ciomas
RW 01
Desa Padasuka
RW 04
15 keluarga miskin yang memiliki anak usia prasekolah 2-5 tahun
RW 02
RW 07
15 keluarga tidak miskin yang memiliki anak usia prasekolah 2-5 tahun
n = 30 keluarga
Desa Ciburayut
Desa Ciadek
RW 02
RW 04
15 keluarga miskin yang memiliki anak usia prasekolah 2-5 tahun
RW 06
RW 07
15 keluarga tidak miskin yang memiliki anak usia prasekolah 2-5 tahun
Purposif
Stratified
n = 30 keluarga
Gambar 2 Skema cara penarikan contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara terhadap ayah dan ibu serta pengukuran langsung terhadap anak usia 2-5 tahun. Data primer mencakup karakteristik keluarga, karakteristik anak, perilaku investasi anak dan capaian perkembangan anak usia 2-5 tahun. Karakteristik keluarga meliputi usia orangtua, pendapatan perkapita, besar keluarga, pendidikan orangtua, dan status kesejahteraan. Sementara itu, karakteristik anak meliputi usia anak, jenis kelamin anak, dan pendidikan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi perilaku investasi orang tua terhadap anak (alokasi waktu dan alokasi uang) dan capaian perkembangan anak usia 2-5 tahun (gerakan kasar, gerakan halus, mengerti isyarat dan pembicaraan, mengungkapkan dengan kata-kata, kecerdasan, menolong diri sendiri, bergaul). Informasi yang diperoleh menggunakan alat bantu kuesioner yang terdiri dari pernyataan-pernyataan terstruktur terkait dengan variabel yang diteliti. Instrumen perilaku investasi orang tua terhadap anak yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen dari Surachman (2011) yang telah diuji reliabilitas dengan nilai cronbach alfa 0,889. Sementara itu, kuesioner untuk mengukur
8
perkembangan anak yaitu menggunakan instrument Bina Keluarga Balita (BKB) dari Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Indikator perilaku investasi anak yang diukur meliputi perilaku alokasi waktu (10 item pertanyaan) dan alokasi uang (9 item pertanyaan). Indikator capaian perkembangan anak meliputi tujuh dimensi perkembangan, yaitu; gerakan kasar, gerakan halus, mengerti isyarat dan pembicaraan, mengungkapkan dengan kata-kata, kecerdasan, menolong diri sendiri, bergaul. Indikator dibedakan sesuai dengan usia anak; yaitu 2-<3 tahun, 3-<4 tahun, dan 4-5 tahun. Setiap item dimensi capaian perkembangan memiliki berbagai item pertanyaan yang berbeda pada setiap dimensi. Selain data primer, informasi yang juga digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut berupa data yang meliputi gambaran umum wilayah dan data kependudukan. Data sekunder tersebut diperoleh dari BPS dan BAPPEDA. Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah diperoleh selanjutnya diolah melalui proses coding, entry, editing, scoring, dan analisis data. Data dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program Microsoft excel dan Statistical Package for Social Sciences (SPSS). Analisis statistik yang digunakan meliputi frekuensi, rata-rata, nilai minimum, nilai maksimum dan standard deviasi. Sementara untuk analisis inferensia, pengolahan data menggunakan uji reliabilitas, validitas, uji korelasi, uji beda dan uji regresi linear berganda. Tahapan analisis yang dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik keluarga dianalisis secara deskriptif. Besar keluarga dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu; keluarga kecil (1-4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), keluarga besar (>7 orang). Usia ayah dan ibu dibagi menjadi tiga kategori, yaitu; 18-40 tahun, 41-60 tahun, dan >60 tahun. Lama pendidikan ayah dan ibu dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu; ≤6 tahun, 7-9 tahun, 10-12 tahun dan >12 tahun. Sementara itu, pendapatan perkapita per orang dibagi menjadi lima kategori yaitu <202 ribu, 202-<404 ribu, 404-<606 ribu, dan ≥606 ribu rupiah. 2. Karakteristik anak dianalisis secara deskriptif. Usia anak dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu; 2-<3 tahun, 3-<4 tahun, 4-5 tahun. Jenis kelamin anak dibagi menjadi dua, yaitu; laki- laki dan perempuan. Pendidikan anak dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu; PAUD dan non-PAUD. 3. Uji beda independent Samples T-test dilakukan untuk menganalisis perbedaan perilaku investasi anak dan capaian perkembangan anak usia prasekolah (2-5 tahun) pada keluarga miskin dan tidak miskin. 4. Hubungan antar variabel perilaku investasi anak dengan capaian perkembangan anak usia 2-5 tahun di uji dengan menggunakan uji korelasi untuk melihat keterkaitan diantara variabel- variabel tersebut. 5. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku investasi ayah dan ibu, serta capaian perkembangan anak usia 2-5 tahun diuji dengan menggunakan regresi linear berganda.
9
Variabel-variabel yang diteliti pada penelitian ini diberi skor penilaian sesuai skala yang digunakan untuk masing-masing variabel. Variabel perilaku investasi anak diukur dengan pertanyaan dimana responden diminta untuk menjawab butir-butir pernyataan perilaku investasi anak (perilaku investasi waktu dan perilaku investasi uang) dengan hasil data ordinal. Skala yang digunakan untuk variabel perilaku investasi orangtua (ayah dan ibu) terhadap anak yaitu skala likert dengan empat pilihan jawaban yaitu, “tidak pernah” yang diberi skor penilaian 1, “kadang-kadang” yang diberi skor penilaian 2, “sering” yang diberi skor penilaian 3, “selalu” yang diberi skor penilaian 4. Variabel capaian perkembangan anak usia prasekolah diukur dengan pengukuran secara langsung dimana responden diminta untuk melakukan perintah sesuai dengan pernyataan dari instrumen penelitian. Apabila responden dapat mempraktekkan atau melakukan dengan benar, maka diberi skor 1 untuk setiap butirnya dan skor 0 untuk setiap butir yang salah. Dalam menentukkan kategori pada variabel perkembangan anak menggunakan cut off yaitu; rendah <60, sedang 60-80, tinggi ≥80. Pengolahan data dari variabel pada penelitian ini di jelaskan pada tabel 1. Tabel 1 Pengolahan data dari variabel perilaku investasi dan capaian perkembangan anak usia prasekolah Variabel Perilaku investasi
Perkembangan anak
Sub Variabel Perilaku investasi waktu Perilaku investasi uang
Gerakan kasar Gerakan halus Komunikasi aktif Komunikasi pasif Kecerdasan Menolong diri sendiri Tingkah laku sosial
Keterangan Pengolahan Data Hasil scoring data di jumlahkan pada masingmasing sub variabel sehingga diperoleh skor total, skor total kemudian ditransformasikan ke dalam skor indeks :
Kemudian skor dibandingkan dengan seluruh sub variabel (investasi waktu, investasi uang, dan investasi keseluruhan) dengan menggunakan grafik. Data yang sudah di scoring, transformasi ke skor indeks. Setelah itu, data kemudian di kategorikan dalam kategori tinggi, sedang, atau rendah menurut cut- off point : Rendah = <60 Sedang = 60-80 Tinggi = >80 Skor yang semakin tinggi menunjukkan semakin baiknya kualitas capaian perkembangan anak.
Data penelitian harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan terlebih dahulu sebelum melakukan uji regresi. Syarat- syarat tersebut meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas kolmogorov-smirnov. Data menyebar normal apabila memiliki nilai signifikan lebih dari 0.05. Selain itu, kenormalan data dapat dilihat dari nilai skewness dan kurtosis. Apabila nilai skewness dan kurtosis berada pada kisaran -2 sampai +2, maka data dapat dikatakan terdistribusi normal.
10
Selanjutnya untuk mengetahui adanya multikolinearitas (ada atau tidaknya hubungan antara variabel- variabel bebas yang diteliti) yaitu dengan melihat nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai tolerance dibawah 0.1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) di atas 10, maka variabel tersebut terdapat multikolinearitas. Apabila nilai korelasi antarvariabel bebas tersebut lebih dari 0.60, maka terjadi multikolinearitas. Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi dikatakan terjadi heterokedastisitas apabila memiliki nilai signifikansi dibawah 0.05. Apabila model regresi tidak terjadi heterokedastisitas, maka dapat dilakukan uji regresi. Model persamaan regresi pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Uji regresi linear terhadap perilaku investasi ayah
Keterangan: y = indeks perilaku investasi ayah, b0 = konstanta, b1-5 = koefisien regresi, x1 = usia ayah, x2 = lama pendidikan ayah, x3 = besar keluarga, x4 = pendapatan perkapita, x5 = usia anak, έ = error. Uji regresi linear terhadap perilaku investasi ibu
Keterangan: y = indeks perilaku investasi ibu, b0 = konstanta, b1-5 = koefisien regresi, x1 = usia ibu, x2 = lama pendidikan ibu, x3 = besar keluarga, x4 = pendapatan perkapita, x5 = usia anak, έ = error. Uji regresi linear terhadap capaian perkembangan anak
Keterangan: y = indeks perkembangan anak, b0 = konstanta, b1-7 = koefisien regresi, x1 = usia ibu, x2 = lama pendidikan ibu, x3 = besar keluarga, x4 = pendapatan perkapita, x5 = usia anak, x6 = perilaku investasi ibu, x7 = perilaku investasi ayah, έ = error. Uji regresi linear terhadap capaian perkembangan anak
Keterangan: y = indeks capaian perkembangan anak, b0 = konstanta, b1-4 = koefisien regresi, x1 = investasi perilaku waktu ayah, x2 = investasi perilaku uang ayah, x3 = perilaku investasi waktu ibu, x4 = perilaku investasi uang ibu, έ = error.
11
Definisi Operasional Karakteristik keluarga yaitu keadaan keluarga berdasarkan kondisi sosial ekonomi dan demografi keluarga dalam hal usia ibu, pendidikan ibu, usia ayah, pendidikan ayah, pendapatan keluarga dan besar keluarga. Usia ibu adalah jumlah angka lama hidup ibu dalam satuan tahun yang dihitung dari tanggal dan tahun lahir ibu Lama pendidikan ibu adalah lama pendidikan formal yang ditempuh dan ditamatkan oleh ibu dalam satuan tahun Usia ayah adalah jumlah angka lama hidup ayah dalam satuan tahun yang dihitung dari tanggal dan tahun lahir ibu Lama pendidikan ayah adalah lama pendidikan formal yang ditempuh dan ditamatkan oleh ayah dalam satuan tahun Pendapatan keluarga adalah total pendapatan yang diterima keluarga contoh setiap bulan dalam satuan Rupiah Besar keluarga adalah ukuran keluarga berdasarkan jumlah anggota keluarga yang dinyatakan dalam orang Karakteristik anak merupakan kondisi anak yang mencakup usia, jenis kelamin, urutan kelahiran, dan partisipasi pendidikan prasekolah Usia anak adalah jumlah angka lama hidup anak dalam satuan tahun yang dihitung dari tanggal dan tahun lahir anak Jenis kelamin adalah penciri pada anak yang dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan Pendidikan anak adalah status keikutsertaan anak dalam pendidikan anak usia dini yang dibedakan menjadi paud dan non-paud Perilaku investasi pada anak adalah perilaku orang tua sebagai bentuk usaha dan aktifitas yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas anak sehingga diharapkan menjadi individu yang produktif Perilaku investasi uang adalah perilaku orang tua dalam mengalokasikan dana pendidikan dan kesehatan bagi anak balitanya Perilaku investasi waktu adalah perilaku orang tua dalam mengalokasikan sumberdaya waktu yang dicurahkan untuk anak untuk meningkatkan produktivitas yang lebih baik Perkembangan anak adalah proses perubahan anak secara fisiologis dan psikologis yang terdiri dari perkembangan gerakan kasar, gerakan halus, komunikasi pasif, komunikasi aktif, kecerdasan, kemandirian, dan tingkah laku sosial anak Perkembangan gerakan kasar adalah tingkat pencapaian kemampuan mengkoordinasikan anggota tubuh dengan salah satu indera sesuai dengan usia Perkembangan gerakan halus adalah perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu dan dipengaruhi kesempatan anak untuk belajar dan berlatih Perkembangan komunikasi pasif adalah tingkat pencapaian kemampuan dalam berbahasa dalam mengerti isyarat dan pembicaraan Perkembangan komunikasi aktif adalah tingkat pencapaian anak dalam mengungkapkan dengan isyarat atau kata-kata Perkembangan kecerdasan adalah tingkat pencapaian pada daya tangkap, daya pikir, dan daya ingat dalam memecahkan masalah Perkembangan kemandirian merupakan kemampuan anak untuk bertanggung jawab atas sesuatu yang dilakukan tanpa membebani orang lain yang disesuaikan dengan tahap perkembangan Perkembangan tingkah laku sosial adalah tingkat pencapaian anak dalam bergaul dan berinteraksi dengan orang lain sehingga ia mampu di terima
12
HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Cigombong dan Ciomas, Kabupaten Bogor. Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota kabupaten. Kecamatan Cigombong memiliki kondisi bentangan lahan daratan dan berbukit, terletak pada ketinggian 536 meter dpl. Kecamatan cigombong memiliki luas wilayah meliputi 4.402,519 hektar. Kecamatan Cigombong memiliki penduduk yang cukup banyak dimana jumlah penduduk di tahun 2013 adalah sebesar 90.902 jiwa. Kondisi kesejahteraan suatu kecamatan harus didukung oleh adanya sarana dan prasarana yang menunjang, seperti tersedianya jaringan transportasi, puskesmas, posyandu, jaringan telekomunikasi, dll. Sarana dan prasarana di Kecamatan Cigombong masih belum cukup memadai dikarenakan akses yang jauh dari desa. Kondisi kesehatan (perilaku hidup bersih sehat) masih belum membudaya, seperti 45 persen tenaga kesehatan masih di ditangani dukun paraji. Jumlah akses pendidikan, khususnya PAUD di kecamatan ini sekitar 21 PAUD di 9 desa. Sementara itu, Kecamatan Ciomas adalah daerah di kabupaten yang memiliki luas 1,810 Ha. Kecamatan Ciomas memiliki bentangan lahan daratan yang tidak berbukit dan cenderung rata. Kecamatan Ciomas memiliki 10 desa. Batas wilayah Kecamatan Ciomas adalah batas utara terdapat Kecamatan Dramaga, batas barat terdapat Kota Bogor, batas selatan terdapat Kecamatan Taman sari, batas timur terdapat Kota Bogor. Jumlah penduduk di Kecamatan Ciomas adalah sebesar 154.232 jiwa. Kondisi ekonomi pada Kecamatan Ciomas ditandai dengan mayoritas pekerjaan masyarakat yang berprofesi sebagai buruh. Jumlah PAUD di kecamatan ciomas berkisar 62 di 11 desa. Kecamatan Ciomas memiliki ruang akses fasilitas dan sarana prasarana kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dll lebih mudah dibandingkan dengan Kecamatan Cigombong.
Karakteristik Keluarga Usia ayah dan ibu. Rata-rata usia ayah yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 38.63 tahun, sedangkan rata-rata usia ibu 33.8 tahun. Informasi pada Tabel 2 menunjukkan bahwa lebih dari separuh ayah (66.67%) berada pada usia dewasa muda. Begitu pula dengan ibu, lebih dari separuh ibu (81.67%) berada pada usia dewasa muda. Hasil penelitian pun menunjukkan pada keluarga miskin, ayah lebih banyak berada pada usia dewasa muda, sedangkan kurang dari separuh ibu berada pada usia madya. Sementara itu pada keluarga tidak miskin, lebih dari separuh ayah dan ibu berada pada usia dewasa muda.
13
Tabel 2 Sebaran usia ayah dan ibu berdasarkan status kesejahteraan keluarga Kelompok Usia (tahun) Ayah Dewasa muda (18-40) Dewasa madya (41-60) Dewasa lanjut (>60) Total Rata- rata (thn) Kisaran (maks-min) Ibu Dewasa muda (18-40) Dewasa madya (41-60) Dewasa lanjut (>60) Total Rata- rata (thn) Kisaran (maks-min)
Miskin %
Tidak Miskin n %
n
16 14 0 30
53.3 46.67 0 100 41.16 59-28
24 6 0 30
80 20 0 100 36.1 49-24
40 20 0 60
66.67 33.33 0 100 38.63 59-24
24 6 0 30
80 20 0 100 35.5 52-24
25 5 0 30
83.33 16.67 0 100 32.1 47-21
49 11 0 60
81.67 18.33 0 100 33.8 52-21
n
Total %
Pendidikan ayah dan ibu. Rata-rata ayah menempuh 8.49 tahun pendidikan formal (sd=3.23), sementara ibu lebih rendah yaitu 8.19 tahun (sd=2.99). Sebesar 28.33 persen ayah pernah menyelesaikan pendidikan di tingkat menengah atas, sementara pada kelompok ibu hanya 8.33 persen yang mengalami menyelesaikan pendidikan di tingkat menegah atas. Setengah ibu (50%) hanya menempuh atau menyelesaikan pendidikan formal setara sekolah dasar (Tabel 3). Tabel 3 Sebaran lama pendidikan ayah dan ibu berdasarkan status kesejahteraan keluarga Miskin
Lama pendidikan (tahun)
Tidak Miskin
Total
n
%
n
%
n
%
≤6
20
66.7
8
26.7
28
46.67
7-9
8
26.7
5
16.7
13
21.67
10-12
2
6.7
15
48.4
17
28.33
>12 Total Rata- rata Sd
0 30
0 100
2 30
6.7 100 10.17 3.02
2 60
3.33 100 8.49 3.23
Ayah
7 2.13
Ibu ≤6
20
66.7
10
33.3
30
50
7-9
9
30
12
40
21
35
10-12
1
3.3
4
13.3
5
8.33
>12 Total Rata- rata Sd
0 30
0 100 7.10 1.67
4 30
13.3 100 9.33 3.32
4 60
6.67 100 8.21 2.99
14
Ayah maupun ibu dari keluarga tidak miskin menempuh pendidikan lebih lama dibandingkan ayah dan ibu dari keluarga miskin. Rata-rata ayah dan ibu dari keluarga tidak miskin berturut-turut 10.17 tahun (sd=3.02 tahun) dan 9.33 tahun (sd=3.32). Sementara itu, rata-rata lama pendidikan ayah dan ibu dari keluarga miskin berturut- turut 7 tahun (sd=2.13 tahun) dan 7.10 tahun (sd=1.67). Pekerjaan ayah dan ibu. Sebanyak 28.33 persen ayah dalam penelitian ini bekerja sebagai wiraswasta, sementara lebih dari separuh (78.33%) ibu tidak bekerja atau berperan sebagai ibu rumah tangga (Tabel 4). Meskipun separuh karakteristik wilayah tempat penelitian adalah pedesaan, namun ayah hanya sekitar 5 persen yang bekerja sebagai petani. Lebih dari separuh (68.9%) ayah dari keluarga miskin berprofesi sebagai buruh serabutan dan ayah dari keluarga tidak miskin (56.67%) berprofesi sebagai wiraswasta. Ibu dari keluarga tidak miskin lebih rendah dari keluarga miskin yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Sehingga sebagian besar ibu lebih banyak menghabiskan waktu pada kegiatan domestik keluarga. Tabel 4 Sebaran bidang pekerjaan contoh berdasarkan status kesejahteraan Tidak Miskin n %
n
Total %
9.4
0
0
3
5
0
0
17
56.67
17
28.33
Buruh serabutan
20
68.9
7
23.33
27
45
Wirausaha/pedagang
3
9.3
2
6.67
5
8.33
Lain-lain
4
12.4
4
13.33
8
13.33
Total
30
100
30
100
60
100
IRT
25
84.5
22
73.33
47
78.33
Buruh
3
9.3
0
0
3
5
Pedagang
1
3.1
0
0
1
1.67
Wiraswasta
1
3.1
8
26.67
9
15
Total
30
100
30
100
60
100
n
Miskin %
Buruh tani
3
Wiraswasta
Jenis Pekerjaan Ayah
Ibu
Besar Keluarga. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh keluarga miskin berada pada keluarga sedang, sedangkan separuh dari keluarga tidak miskin berada pada keluarga sedang. Sementara itu sekitar 16.67 persen keluarga miskin berada pada keluarga besar. Jumlah anak yang dimiliki oleh keluarga tidak miskin adalah tidak lebih dari delapan orang. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah minimal anggota keluarga adalah 2 orang dan maksimal adalah 13 orang.
15
Tabel 5 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori besar keluarga dengan status kesejahteraan keluarga Besar keluarga Keluarga kecil (≤ 4 orang) Keluarga sedang (5-7 orang) Keluarga besar (≥ 8 orang) Total Rata- rata Kisaran (min-maks)
n 10 15 5 30
Miskin % 33.33 50 16.67 100 5.73 3-13
Total
Tidak Miskin n %
n
10 20 0 30
20 35 5 60
33.33 66.67 0 100 4.83 2-7
% 33.33 58.33 8.33 100 5.28 2-13
Pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita merupakan hasil pembagian total pendapatan keluarga per bulan dengan jumlah anggota keluarga. Sebesar 21.67 persen keluarga contoh memiliki pendapatan per kapita lebih dari sama dengan Rp.606.000,00. Rata-rata pendapatan per kapita keseluruhan keluarga contoh adalah Rp.461.795,75 perbulan. Angka tersebut lebih tinggi dari garis kemiskinan Provinsi Jawa Barat (2013) yaitu sebesar Rp.202.000,00. Informasi terkait hal tersebut terdapat pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran rata-rata pendapatan perkapita keluarga contoh dengan status kesejahteraan keluarga Pendapatan perkapita ( rupiah) <202 202-<404 404-<606 ≥606 Total Rata- rata Min Maks
Miskin n % 30 100 0 0 0 0 0 0 30 100 153663.88 50000 333333.33
Tidak Miskin n % 0 0 14 46.67 3 10 13 43.33 30 100 716594.29 250000 3120000
Total n % 24 40 20 33.33 3 5 13 21.67 60 100 461795.75 50000 3120000
Sebanyak 100 persen keluarga contoh yang tergolong miskin memiliki pendapatan per kapita kurang dari Rp.202.000,00. Sementara itu, hampir sebagian keluarga contoh yang tergolong tidak miskin memiliki pendapatan per kapita sebesar Rp.202.000,00 sampai Rp.404.000,00. Rata- rata pendapatan per kapita keluarga contoh yang tergolong miskin adalah Rp.153.663,88, lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan per kapita pada keluarga yang tergolong tidak miskin yaitu Rp716.594,29. Rata- rata pendapatan per kapita keluarga contoh yang tergolong miskin berada di bawah garis kemiskinan Jawa Barat. Sementara itu, rata-rata pendapatan keluarga contoh yang tergolong tidak miskin berada di atas garis kemiskinan Jawa Barat.
16
Karakteristik Anak Usia dan jenis kelamin. Perbandingan jenis kelamin perempuan anak terakhir dari keluarga contoh lebih banyak daripada jenis kelamin laki-laki. Sementara itu perbandingan jenis kelamin pada keluarga contoh yang tergolong miskin dan tidak miskin sama besar antara laki- laki dan perempuan. Sebaran usia anak pun beragam pada rentang 2-5 tahun. Rata- rata usia anak yaitu 37.78% (sd=11.06 bulan). Presentase terbesar usia anak mencapai 55 persen pada rentang usia 24 hilang kurang dari 36 bulan. Rata- rata usia anak terakhir dari keluarga contoh yang tergolong miskin adalah 36.07 bulan (sd=9.89 bulan). Sedangkan rata-rata usia anak pada keluarga contoh yang tergolong tidak miskin adalah 39.5 bulan (sd=12.03 bulan). Tabel 7 Sebaran usia dan jenis kelamin responden berdasarkan status kesejahteraan Kelompok Usia (tahun) dan Jenis Kelamin
n
Miskin %
Total
Tidak Miskin n %
n
%
Usia 2-<3
13
43.33
11
36.67
24
40
3-<4
12
40
8
26.67
20
33.33
4-5
5
16.67
11
36.67
16
26.67
Total
30
100
30
100
60
100
Rata- rata
36.07
39.5
37.78
Max
55
59
59
Min
24
24
24
9.89
12.03
11.06
Sd Jenis Kelamin Laki- laki
13
43.3
13
Perempuan
17
56.7
17
Total
30
100
30
43.3 56.7 100
26
43.33
34
56.67
60
100
Pendidikan anak. Lebih dari separuh (78.33%) anak terakhir keluarga contoh belum mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD). Begitupun pendidikan anak pada keluarga miskin dan tidak miskin lebih dari separuhnya belum mengikuti pendidikan usia dini (PAUD). Sementara itu, jumlah anak prasekolah pada keluarga tidak miskin yang sudah mengikuti PAUD lebih banyak dibandingkan anak pada keluarga miskin. Tabel 8 Sebaran pendidikan anak contoh berdasarkan status kesejahteraan Pendidikan Anak
n
Miskin %
n
Tidak Miskin %
n
Total %
PAUD
4
13.33
9
30
13
21.67
Non-PAUD Total
26 30
86.67 100
21 30
70 100
47 60
78.33 100
17
Perilaku Investasi Orangtua terhadap Anak Perilaku investasi orangtua terhadap anak merupakan perilaku yang diberikan orangtua kepada anak berupa perilaku investasi waktu yaitu waktu yang dihabiskan orangtua untuk anak dan perilaku investasi uang seperti, makanan, pakaian, rumah, transportasi, pendidikan, dan perawatan kesehatan untuk menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan anak menuju arah yang lebih baik. Perilaku investasi yang diukur adalah perilaku investai waktu orang tua terhadap anak dan perilaku investasi uang orang tua terhadap anak. Berikut adalah gambar yang menunjukkan total skor investasi orangtua terhadap anak pada keluarga miskin dan tidak miskin:
Gambar 3 rata-rata skor investasi orangtua terhadap anak Secara umum rata-rata skor investasi orang tua terhadap anak, baik perilaku investasi waktu dan perilaku investasi uang pada keluarga yang tergolong miskin lebih rendah di bandingkan dengan keluarga yang tergolong tidak miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara investasi dengan status kesejahteraan seseorang. Keterlibatan orangtua, baik ayah maupun ibu memberikan dukungan penuh terhadap investasi yang diberikan. Berdasarkan Lampiran 1 perilaku investasi waktu yang diberikan orangtua berupa menemani anak yang sedang bermain, mengajak ke posyandu, menyiapkan sarapan, dan lainnya merupakan suatu hal yang penting bagi anak, namun perilaku investasi waktu ini lebih cenderung dilakukan oleh ibu. Sementara itu, perilaku investasi uang yang diberikan orangtua pada penelitian ini dilakukan oleh ayah. Hal ini dikarenakan lebih dari sebagian ibu contoh tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Perilaku Investasi Ayah terhadap Anak. Upaya manusia dalam mengembangkan sumberdaya yang dimiliki adalah dengan menggunakan sumberdaya yang berupa investasi sumberdaya manusia. Investasi ayah terhadap anak adalah seluruh perilaku atau tindakan yang dilakukan ayah terhadap anak untuk mencapai kualitas hidup anak.
18
Berikut adalah grafik rata-rata skor investasi ayah terhadap anak :
Gambar 4 rata-rata skor investasi ayah terhadap anak Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku investasi waktu dan perilaku investasi uang yang dilakukan ayah pada keluarga yang tergolong miskin lebih rendah dibandingkan dengan keluarga yang tergolong tidak miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi ekonomi yang kurang baik mampu memberikan perilaku investasi waktu dan uang yang diberikan oleh ayah. Hasil uji beda menunjukkan rata-rata skor perilaku investasi ayah yang berstatus miskin dan tidak miskin berbeda nyata (t=-6,998 ; p<0,05). Atribut perilaku investasi waktu yang tidak pernah sebagian ayah lakukan adalah menyiapkan sarapan untuk anak, hampir seluruh ayah tidak mengajak anak untuk terlibat memasak, membawa anak ke posyandu setiap bulannya, mengajak anak untuk berolahraga bersama seminggu sekali. Sementara itu, hampir sebagian ayah kadang-kadang memandikan anak di pagi hari, menyuapi anak saat makan. Hal ini menunjukkan bahwa waktu yang diberikan ayah untuk anak tidak lebih banyak dibandingkan ibu. Hal yang sering ibu lakukan adalah sebagian lebih ayah mengajak annak bersosialisasi dengan tetangga, mencurahkan seluruh perhatian saat anak sakit, dan mengajak anak ke acara perkumpulan keluarga. Sementara itu, perilaku investasi uang yang dilakukan ayah lebih dari sebagiannya adalah membawa anak ke dokter, membelikan mainan yang sesuai dengan usianya, menyediakan obat-obatan darurat di rumah, membelikan minyak kayu putih dan bedak, mengajak rekreasi bersama keluarga. Meskipun hampir sebagian ayah kadang-kadang menyediakan menu makanan lengkap setiap hari, menyediakan buah untuk anak dan menyediakan susu untuk anak, namun ayah memberikan uang untuk memenuhi kebutuhan anak. Ayah merupakan kepala keluarga yang bertanggung jawab atas nafkah untuk keluarganya, sehingga dalam hal ini ayah lebih memberikan peran yang lebih dibandingkan ibu. Perilaku Investasi Ibu terhadap Anak Perilaku investasi yang dilakukan oleh ibu merupakan hal terpenting dalam keberlangsungan hidup anak. Investasi yang dilakukan ibu cenderung tinggi pada waktu yang dihabiskan orangtua untuk anak. Ibu contoh dalam penelitian ini, hampir sebagian besar tidak bekerja sehingga ibu mampu menghabiskan waktu dengan anak lebih banyak dibandingkan ayah.
19
Berikut gambar rata-rata skor investasi ibu terhadap anak berdasarkan status kesejahteraan:
Gambar 3 rata-rata skor investasi ibu terhadap anak Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku investasi waktu dan perilaku investasi uang yang dilakukan oleh ibu pada keluarga yang tergolong miskin lebih rendah dibandingkan keluarga yang tergolong tidak miskin. Hal ini mengindikasi bahwa terdapat hubungan antara investasi dengan status kesejahteraan seseorang. Sementara itu, total skor perilaku investasi waktu ibu lebih tinggi dibandingkan perilaku investasi uang pada keluarga yang tergolong miskin dan tidak miskin. Hasil uji beda menunjukkan rata-rata skor perilaku investasi ibu yang berstatus miskin dan tidak miskin berbeda nyata (t=-6,266 ; p<0,05). Atribut perilaku investasi waktu yang diberikan oleh ibu kepada anak berdasarkan penelitian yang hampir sebagian ibu tidak pernah melakukan adalah ibu mengajak anak untuk terlibat saat memasak dan ibu mengajak anak berolahraga bersama seminggu sekali. Ibu tidak mengajak anak terlibat masak dikarenakan usia anak yang mayoritas masih dibawah usia 4 tahun. Sementara itu, saat berolahraga anak cenderung lebih sering diajak oleh ayah. Hal yang selalu ibu lakukan adalah dalam hal memandikan anak di pagi hari, menyiapkan sarapan, membawa anak ke posyandu. Sementara hal yang sering ibu lakukan untuk anak terkait dengan perilaku investasi waktu adalah menyuapi atau mendampingi anak saat makan, mengajak anak saat bersosialiasi dengan tetangga, mencurahkan seluruh perhatian untuk anak saat sakit, dan mengajak anak ke acara perkumpulan keluarga atau semacamnya. Hal ini menunjukkan bahwa ibu memiliki peranan yang lebih dalam kedekatan dan kepemilikan waktu untuk anak (Lampiran 3). Atribut perilaku investasi uang yang tidak pernah diberikan oleh mayoritas ibu adalah menabung keperluan pendidikan anak dimasa yang akan datang. Sementara itu, hal yang kadang-kadang ibu lakukan adalah menyediakan buah untuk dikonsumsi anak dan menyediakan susu untuk dikonsumsi anak. Hal yang sering ibu lakukan adalah menyediakan menu makanan lengkap setiap hari, membawa anak ke dokter saat sakit, membelikan anak mainan sesuai dengan usianya, menyediakan obat-obatan darurat dirumah, membelikan minyak kayu putih dan bedak anak mengajak berekreasi bersama keluarga. Hal ini menunjukkan ibu bukan sebagai sumber utama dalam memberikan perilaku investasi uang, tapi hanya sebagai fasilitator.
20
Perkembangan Anak Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan anak sangat bervariasi tergantung individu dan tergantung pada kesempatan untuk belajar dan tumbuh (Duvall 1971). Dimensi perkembangan yang diukur dalam instrumen tersebut adalah perkembangan gerakan kasar, gerakan halus, mengerti isyarat dan pembicaraan, mengungkap dengan isyarat, kecerdasan, menolong diri sendiri, serta bergaul (tingkah laku sosial). Pada Tabel 9 capaian perkembangan anak berdasarkan usia anak. Tabel 9 Capaian perkembangan anak berdasarkan usia anak Usia anak
Capaian Perkembangan Anak Max Rataan ± SD 93.88 81.46 ± 15.48 96.83 78.12 ± 10.92 95.24 85.78 ± 7.48 96.83 81.50 ± 12.44
Min 16.67 59.03 68.83 16.67
2-<3 tahun 3-<4 tahun 4-5 tahun Total
Jika dilihat berdasarkan usia anak, maka capaian perkembangan anak pada usia 2-<3 tahun memiliki rataan lebih tinggi (81.46) dibandingkan dengan anak pada usia 3-<4 tahun (78.12). Sementara itu capaian perkembangan anak pada usia 4-5 tahun memiliki rataan lebih tinggi dibandingkan dengan anak usia 2-<3 tahun dan 3-<4 tahun. Nilai maksimum capaian perkembangan anak usia 3-<4 tahun (96.83) lebih tinggi dibandingkan dengan anak usia 2-<3 tahun (93.88) dan anak usia 4-5 tahun (95.24). Sementara itu nilai minimum capaian perkembangan anak usia 4-5 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan anak usia 2-<3 tahun dan anak usia 3-<4 tahun. Tabel 10 Sebaran skor capaian perkembangan anak berdasarkan status kesejahteraan keluarga Miskin
Perkembangan Anak
Paud
Tidak miskin
Non-Paud
Paud
n
%
n
%
n
Rendah
0
0.00
4
13.333
Sedang
2
6.67
0
0
Tinggi
2
6.67
22
4
13.333
26
Total
Total
Non-Paud
Paud
Non-Paud
%
n
%
n
%
n
%
0
0
0
0.00
0
0
4
6.667
1
3.333
0
0.00
3
5
0
0
73.333
8
26.67
21
70.00
10
16.67
43
71.67
86.667
9
30
21
70
13
21.67
47
78.33
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa sebanyak 73.33 persen anak yang tidak PAUD pada keluarga miskin dan tidak miskin berada pada kategori tinggi . sebanyak 13.33 persen anak yang tidak PAUD pada keluarga miskin berada pada kategori rendah. Hal ini menandakan bahwa capaian perkembangan anak pada keluarga yang tergolong tidak miskin lebih baik dibandingkan dengan keluarga yang tergolong miskin. Hasil uji beda menunjukkan rata- rata skor capaian perkembangan anak yang berstatus miskin dan tidak miskin berbeda nyata (t=3.88 ; p<0.05).
21
Tabel 11 Rata-rata capaian dimensi perkembangan anak berdasarkan dan status kesejahteraan No
usia anak
Rata-rata capaian perkembangan
Dimensi capaian perkembangan anak
2-<3 tahun
3-<4 tahun
4-5 tahun
Miskin
Tidak Miskin
Miskin
Tidak Miskin
Miskin
Tidak Miskin
1
Gerakan kasar
78.07
87.37
80.96
88.12
80.17
88.5
2
Gerakan halus Mengerti isyarat dan pembicaraan (komunikasi pasif) Mengungkapkan dengan kata-kata (komunikasi aktif) Kecerdasan (Kognitif)
50.4
68.18
47.6
71.42
48
71.91
87.27
98.18
85.33
97.24
85.6
97.24
77.27
95.45
79.33
95.17
79.2
95.86
65.86
88.62
65.6
89.06
66.67
89.45
77.95
79.77
80.5
76.9
76.6
76.03
88.95
88.96
91.9
90.47
90.28
90.47
75.11
86.65
75.89
86.91
75.21
87.07
3
4 5 6 7
Menolong diri sendiri (kemandirian) Bergaul (sosialisasi) Rata-rata ketercapaian semua dimensi
Tabel 11 memperlihatkan bahwa rata-rata ketercapaian tertinggi pada keluarga tidak miskin terdapat pada rentang usia 4-5 tahun (87.07%), sedangkan rata-rata ketercapaian tertinggi pada keluarga miskin terdapat pada rentang 3-<4 tahun (75.89%). Rata-rata ketercapaian perkembangan anak pada dimensi gerakan halus anak usia 2-<3 tahun lebih rendah dibandingkan anak pada usia 4-5 tahun, diikuti anak usia 3-<4 tahun. Hal yang menarik pada penelitian ini anak usia 3-<4 pada keluarga tidak miskin memiliki rata-rata dimensi bergaul atau kemampuan bersosialisasi yang lebih rendah dibandingkan dengan keluarga miskin. Hal ini menunjukkan bahwa anak pada keluarga tidak miskin lebih dibatasi dalam bergaul dan diatur untuk bersosialisasi. Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa anak pada keluarga miskin pada dimensi gerakan halus berada pada kategori rendah untuk semua usia (<60). Sementara itu capaian perkembangan anak usia 2-<3 tahun pada keluarga miskin pada dimensi komunikasi pasif dan kecerdasan berada pada kategori tinggi (>80), sedangkan capaian perkembangan anak usia 3-<4 tahun pada dimensi gerakan kasar, komunikasi pasif, kemandirian, dan bergaul berada pada kategori tinggi. Sementara capaian perkembangan anak usia 4-5 tahun pada dimensi gerakan kasar, komunikasi pasif, dan bergaul berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin matang usia anak, maka semakin baik capaian perkembangannya. Sementara itu, anak pada keluarga tidak miskin rata- rata ketercapaian dimensi capaian perkembangan berada pada kategori tinggi (>80). Rata-rata capaian perkembangan anak usia 2-<3 tahun, 3-<4 tahun, 4-5 tahun pada keluarga yang tergolong miskin dan tidak miskin yang masih perlu diberikan stimulasi lebih adalah pada dimensi gerakan halus. Hal ini mengindikasikan bahwa masih rendahnya stimulasi yang diberikan orangtua kepada anak serta kemampuan orangtua menyediakan fasilitas untuk menunjang capaian perkembangan anak masih kurang. Sementara itu, dimensi komunikasi pasif pada keluarga yang tergolong miskin dan tidak miskin pada semua usia berada pada kategori tinggi (>80). Hal
22
ini menandakan bahwa proses stimulasi yang dilakukan orangtua dalam hal merangsang bahasa anak sangat baik. Pada keluarga yang tergolong miskin, dimensi kecerdasan anak masih terlihat rendah dibandingkan dengan keluarga yang tergolong miskin untuk semua usia. Orangtua memiliki peran penting dalam proses perkembangan anak khususnya pada dimensi kecerdasan. Kurangnya perhatian terhadap rangsangan-rangsangan yang diberikan membuat kecerdasan anak tidak terasah. Dimensi kemandirian anak usia 3-<4 tahun dan 4-5 tahun pada keluarga tidak miskin lebih rendah dibandingkan dengan anak pada keluarga miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa kecenderungan anak pada keluarga tidak miskin memiliki batas- batas dalam melakukan aktifitas sehari- hari anak, orangtua cenderung terlalu melindungi dan membatasi sehingga anak tidak terbiasa melakukan sesuatu secara mandiri. Sementara itu, dimensi bergaul (sosialisasi) anak usia 3-<4 tahun pada keluarga miskin lebih tinggi dibandingkan dengan anak pada keluarga tidak miskin. Hal ini menunjukkan bahwa anak pada keluarga miskin lebih bebas dan tidak terbatasi untuk beradaptasi dengan lingkungan, sehingga anak dengan mudah bersosialisasi dengan siapapun. Berdasarkan Lampiran 5 sebaran perkembangan anak usia 2-<3 tahun terlihat bahwa dalam indikator gerakan kasar lebih dari separuhnya tidak dapat berdiri dalam satu kaki. Sementara yang lainnya mampu dilakukan. Gerakan halus lebih dari separuhnya anak tidak dapat melakukan meniru garis lurus dan lingkaran, serta menggambar bentuk- bentuk. Sementara untuk komunikasi aktif, komunikasi pasif, kecerdasan, kemandirian, tingkah laku sosial lebih dari separuhnya anak mampu melakukannya. Berbeda dengan anak usia 3-<4 tahun, berdasarkan Lampiran 6 dapat dilihat bahwa anak dalam dimensi gerakan kasar, komunikasi aktif, komunikasi pasif, kemandirian, dan tingkah laku sosial mampu dilakukan. Sementara dalam dimensi gerakan halus anak lebih dari separuhnya tidak mampu melakukan membuat menara dari sembilan balok kecil, membuat silang, membuat segi empat, meniru tulisan, membuat bentuk- bentuk. Sementara dalam dimensi kecerdasan lebih dari separuhnya anak tidak mampu mengenal dan memasangkan enam warna, mengetahui umur sendiri. Berdasarkan Lampiran 7 terlihat bahwa anak pada usia 4-5 tahun dari dimensi gerakan kasar, komunikasi aktif, komunikasi pasif, kecerdasan, kemandirian dan bergaul lebih dari separuhnya mampu dilakukan oleh anak. Sementara dalam dimensi gerakan halus anak lebih dari separuhnya tidak dapat melakukan menggambar segi empat, sementara menggunting kertas, membuat segi empat lebih dari separuhnya dapat anak lakukan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Investasi pada Anak dan Capaian Perkembangan Anak Usia 2-5 Tahun Hasil pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku investasi ayah menunjukkan bahwa lama pendidikan ayah (β=1.287) dan pendapatan perkapita (β=6.795E-6) berpengaruh positif dan signifikan pada perilaku investasi yang dilakukan oleh ayah. Artinya, kenaikan 1 satuan lama pendidikan ayah akan menaikkan perilaku investasi ayah sebesar 1.287 point, dan setiap kenaikan 1 satuan pendapatan perkapita keluarga akan menaikkan perilaku
23
investasi ayah sebesar 0.00006 point. Sementara besar keluarga (β=-1.920) bepengaruh negatif dengan perilaku investasi yang dilakukan ayah. Hal ini berarti setiap kenaikan 1 satuan besar keluarga akan menurunkan perilaku investasi ayah sebesar 1.920 point. Nilai koefisien determinasi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 0.448 (Tabel 12). Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 44.8 persen perilaku investasi ayah dipengaruhi oleh variabel dalam penelitian, sisanya 55.2 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Hasil penelitian menunjukkan usia ayah dan pendidikan anak tidak berpengaruh terhadap perilaku investasi yang dilakukan oleh ayah. Tabel 12 Nilai koefisien regresi linier faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku investasi ayah terhadap anak Variabel
Βeta
Sig 0.003
0.104 -1.920 1.280 6.795E-6
0.058 -0.341 0.287 0.278
0.692 0.042* 0.017* 0.013*
0.127
0.104
0.310
B 30.080
Konstanta Karakteristik keluarga Usia Ayah (tahun) Besar keluarga (orang) Lama pendidikan ayah (tahun) Pendapatan perkapita Karakteristik anak Usia anak (bulan) F = 10.585 R = 0.495 Adjusted R2 = 0.448
Keterangan : *)Signifikan pada p<0.05, **)signifikan pada p<0.01
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada Tabel 13 diketahui bahwa variabel besar keluarga (β=-3.829) berpengaruh negatif signifikan terhadap perilaku investasi yang diberikan ibu kepada anak. Artinya, setiap kenaikan 1 satuan besar keluarga akan menurunkan perilaku invetasi ibu sebesar 3.829 point. Nilai koefisien determinasi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 0.472. Hal ini berarti bahwa sebesar 47.2 persen perilaku investasi ibu dipengaruhi oleh variabel dalam penelitian, sisanya 52.8 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Tabel 13 Nilai koefisien regresi linier faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku investasi ibu terhadap anak Variabel bebas Konstanta Karakteristik keluarga Usia Ibu (tahun) Besar keluarga (orang) Lama pendidikan ibu (tahun) Pendapatan perkapita Karakteristik anak Usia anak (bulan)
B 57.724 0.207 -3.829 0.293 3.960E-6
0.139
F = 11.551 R = 0.517 Adjusted R2 = 0.472
Keterangan : *)Signifikan pada p<0,05, **)signifikan pada p<0,01
Βeta
Sig 0.000
0.099 -0.650 0.058 0.155
0.476 0.000* 0.625 0.194
0.108
0.271
24
Pengaruh Karakteristik Keluarga, Karakteristik Anak, Perilaku Investasi pada Anak terhadap Capaian Perkembangan Anak Usia 2-5 tahun Berdasarkan uji regresi linier berganda, diketahui bahwa variabel perilaku investasi ibu (β=0.412) berpengaruh positif dan signifikan terhadap capaian perkembangan anak. Hal ini berarti setiap kenaikan 1 satuan perilaku investasi ibu akan menaikkan capaian perkembangan anak sebesar 0.412 point. Nilai koefisien determinasi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 0.477 (Tabel 14). Hal ini berarti bahwa sebesar 47.77 persen capaian perkembangan anak dipengaruhi oleh variabel dalam penelitian, sisanya 53.3 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Tabel 14 Pengaruh karakteriktik keluarga, karakteristik anak, perilaku investasi orang tua terhadap capaian perkembangan anak usia prasekolah Variabel bebas Konstanta Karakteristik keluarga Usia ibu (tahun) Lama pendidikan ibu (tahun) Besar keluarga (orang) Pendapatan perkapita Perilaku investasi ibu Perilaku investasi ayah Karakteristik anak Usia anak (bulan)
B 7.167
Βeta
Sig 0.363
0.089 0.127 -0.691 3.171E-7 0.412 0.018
0.071 0.042 -0.195 0.021 0.654 0.012
0.516 0.724 0.282 0.869 0.004* 0.930
0.051
0.067
0.507
F = 8.673 R = 0.539 Adjusted R2 = 0.477
Keterangan : *)Signifikan pada p<0,05, **)signifikan pada p<0,01
Hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa sub variabel dari perilaku investasi ayah dan ibu berpengaruh terhadap capaian perkembangan anak adalah perilaku investasi uang ayah dan perilaku investasi waktu ibu. Perilaku investasi uang ayah berpengaruh positif terhadap capaian perkembangan anak (β = 0.211). Hal itu berarti setiap kenaikan 1 satuan perilaku investasi uang ayah akan menaikkan capaian perkembangan anak sebesar 0.211 point. Sementara itu, hasil uji regresi pada perilaku investasi waktu ibu berpengaruh positif terhadap capaian perkembangan anak (β = 0.271). Artinya, kenaikan perilaku investasi waktu ibu akan menaikkan capaian perkembangan anak sebesar 0.271 point. Nilai adjusted R-square dari model regresi sebesar 0,331 memperlihatkan bahwa 33.1 persen variabel dalam penelitian dapat dijelaskan dalam model regresi. Sisanya, 66.9 persen capaian perkembangan anak dipengaruhi oleh variabel lain.
25
Tabel 15 Pengaruh perilaku investasi (alokasi waktu dan uang) terhadap capaian perkembangan anak usia prasekolah Variabel bebas Konstanta Perilaku investasi Perilaku investasi waktu ayah Perilaku investasi uang ayah Perilaku investasi waktu ibu Perilaku investasi uang ibu
B 51.031
Βeta
Sig 0.000
-0.117 0.211 0.271 0.136
-0.115 0.319 0.280 0.216
0.342 0.048* 0.023* 0.197
F = 8.284 R = 0.613 Adjusted R2 = 0.331
Keterangan : *)Signifikan pada p<0,05, **)signifikan pada p<0,01
PEMBAHASAN Usia anak merupakan usia yang produktif dalam perkembangan manusia. Perkembangan anak tidak terlepas dari keberadaan keluarga terutama orangtua. Stimulasi yang diberikan oleh orangtua diyakini memiliki efek sebagai penguat yang berguna untuk perkembangan anak. Hal tersebut merupakan salah satu tugas perkembangan keluarga yang harus dijalankan agar anak dapat mencapai perkembangannya secara optimal. Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat perkembangan anak pada keluarga miskin dan tidak miskin berbeda, dimana pada keluarga miskin hanya sekitar 50 persen saja yang tingkat perkembangannya baik dan sekitar 10 persen anak yang memiliki tingkat perkembangan yang tidak baik. Sementara itu, tingkat perkembangan anak pada keluarga tidak miskin sekitar 83,33 persen tergolong kategori baik dan tidak terdapat capaian perkembangan yang kurang baik atau rendah. Hal ini menunjukkan bahwa status kesejahteraan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan anak. Sesuai dengan penelitian Wagmiller dan Adelman (2009) bahwa anak yang hidup pada keluarga miskin dengan pendapatan yang rendah mampu menghambat capaian perkembangan anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Briawan (2008) menunjukkan bahwa ibu pada keluarga miskin umumnya kurang perhatian terhadap perkembangan anak, sehingga pemberian stimulasi pada anak masih kurang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kasuma (2001) dalam Briawan (2008) bahwa status ekonomi mampu mempengaruhi pengasuhan orang tua terhadap anaknya. Oleh karena itu, kondisi ini perlu mendapatkan perhatian dari orang tua, masyarakat, dan pemerintah mengingat anak pada usia dini merupakan usia emas perkembangan anak yang akan menjadi pondasi bagi perkembangan selanjutnya (Hurlock 1980). Perhatian yang diberikan oleh orang tua menjadikan anak lebih peka dan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sehingga hal itu menjadi perwujudan sikap (Bonke 2009). Proses tumbuh kembang seorang anak dipengaruhi oleh interaksi keluarga dan komunitas (Latifah, Alfiasari, Hernawati 2009). Menurut Evans, Myers, dan Ilfeld (2000) dalam Lestari (2010), perkembangan memiliki beberapa prinsip, salah satunya adalah bahwa perkembangan itu bersifat holistik yang terdiri dari beberapa dimensi yang saling berkaitan. Dimensi perkembangan tersebut yaitu
26
dimensi gerakan kasar, gerakan halus, mengerti isyarat dan pembicaraan, mengungkap dengan isyarat, kecerdasan, menolong diri sendiri, serta bergaul (tingkah laku sosial). Perilaku investasi pada anak bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup anak, karena kualitas hidup anak berkaitan dengan kualitas keluarga yang selanjutnya kualitas keluarga akan mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Perilaku investasi yang diberikan oleh ayah dan ibu kepada anak dapat berupa perilaku investasi waktu dan perilaku investasi uang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perilaku investasi yang diberikan ayah kepada anak lebih rendah dibandingkan dengan perilaku investasi yang diberikan oleh ibu dalam hal perilaku investasi waktu. Hal ini dapat digambarkan dari penelitian Megawangi (1999) bahwa peran pengasuhan anak lebih condong dilakukan oleh ibu. Sehingga, peran ibu lebih dominan dalam tumbuh kembang anak daripada ayah untuk proses stimulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu pada keluarga miskin dan tidak miskin memiliki perilaku investasi waktu lebih tinggi dibandingkan dengan perilaku investasi uang ibu. Ayah pada keluarga miskin dan tidak miskin memberikan perilaku investasi uang lebih tinggi dibandingkan dengan perilaku investasi waktu. Perilaku investasi yang dilakukan oleh ayah dipengaruhi oleh besar keluarga, lama pendidikan ayah dan pendapatan perkapita (p<0,05). Sementara itu usia ayah tidak berpengaruh terhadap perilaku investasi ayah. Selanjutnya perilaku investasi ayah dipengaruhi oleh lama pendidikan ayah. Hal ini berarti semakin lama pendidikan yang ayah tempuh, maka perilaku investasi ayah semakin baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Surachman (2011) bahwa semakin tinggi pendidikan ayah, maka akan semakin meningkatkan perilaku investasi yang ayah berikan untuk anak karena bertambahnya wawasan dan pengetahuan yang dimiliki ayah. Semakin tinggi pendidikan suami akan membuat orientasi orangtua terhadap anak menjadi lebih penting (Permatasari 2010). Samon (2005) menyatakan bahwa lama pendidikan akan berpengaruh terhadap gaya hidup yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengeluaran yang dilakukan keluarga. Sementara itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga maka perilaku investasi yang dilakukan ayah menjadi rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Bahri (2013) bahwa semakin bertambahnya jumlah anggota keluarga maka akan menaikkan persentase pengeluaran yang dilakukan keluarga. Artinya, ayah sebagai pencari nafkah utama untuk memenuhi kebutuhan keluarga harus membagi kebutuhan anak sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Young, linver, dan Brooks-Gun (2002) Tingkat stabilitas pendapatan keluarga memiliki pengaruh yang jelas terhadap fungsi keluarga dan kesejahteraan anak. Berdasarkan hasil penelitian, besar keluarga berpengaruh negatif terhadap perilaku investasi ibu. Artinya, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka perilaku investasi ibu semakin rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang digambarkan oleh Rosidah (2012) yang menyatakan bahwa bertambahnya jumlah anggota keluarga akan menambah beban kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Hartoyo (1998) bahwa jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh negatif terhadap investasi anak dalam bentuk uang. Sementara itu, menurut Leibowitz (1982) menyatakan bahwa penambahan jumlah anggota keluarga akan mengurangi dukungan keluarga terhadap anak dalam penentuan sekolah karena adanya kesulitan keuangan dan hal ini mengindikasikan tingkatan
27
yang rendah dalam investasi keluarga. Kurangnya investasi terhadap modal anak, terutama pada usia dini, akan menyebabkan rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang dihasilkan. Perilaku investasi yang dilakukan orang tua terhadap anak ditujukan untuk menghasilkan kualitas sumber daya manusia dan sekaligus transfer nilai yang salah satunya berkaitan dengan interaksi orang tua-anak. Hasil penelitian didapatkan bahwa lama pendidikan ibu dan usia ibu tidak berpengaruh terhadap perilaku investasi ibu. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian Rosidah (2012) bahwa pendidikan ibu berpengaruh terhadap perilaku investasi anak. Istri dengan pendidikan lebih baik akan memiliki pengetahuan yang lebih baik, sehingga perilaku investasi yang dilakukan semakin tinggi. Roswita (2005) mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka diasumsikan kemampuannya akan semakin baik dalam mengakses dan menyerap informasi serta menerima suatu inovasi. Selain itu temuan Amelia (2001) juga menerangkan bahwa pendidikan formal yang tinggi pada ibu membuat pola pengasuhan akan bertambah baik. Menurut penelitian Schultz (1981), faktor yang paling menentukan dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin bukanlah ruang, energy, dan tanah untuk pertanian, melainkan peningkatan kualitas manusia. Investasi dalam modal manusia merupakan salah satu cara untuk keluarga meningkatkan produktivitas marginal seorang anak (Taubman 1996). Bentuk investasi keluarga untuk meningkatkan perkembangan anak menjadi sumberdaya yang berkualitas adalah waktu dan uang (Hartoyo 1998). Investasi anak selain diukur berdasarkan perilaku investasi waktu yang dilakukan orang tua untuk anak juga diukur dengan perilaku investasi uang yang diberikan oleh orang tua untuk anak. Perilaku investasi uang untuk anak adalah semua manfaat yang dirasakan oleh anak secara langsung, dari mulai untuk makan, pendidikan, kesehatan dan pengeluaran lainnya untuk anak (Hartoyo & Hastuti 2003). Investasi pada anak terdiri dari dua komponen yaitu perilaku investasi waktu dan perilaku investasi uang seperti makanan, pakaian, transportasi, pendidikan dan perawatan kesehatan; dan nilai waktu yaitu waktu yang dihabiskan orang tua, khususnya ibu untuk membesarkan anak melalui perawatan maupun pemeliharaan (Bryant & Zick 2006). Meyers (1992) dalam Sunarti (2008) menekankan beberapan alasan pentingnya investasi dalam perkembangan anak sejak usia dini untuk menunjang kualitas perkembangan. Datangnya masa kanak-kanak atau anak usia 2-5 tahun, sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan daripada masalah perawatan fisik pada masa bayi. Masalah perilaku lebih sering terjadi pada usia prasekolah karena anak-anak sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada umumnya kurang berhasil (Hurlock 1980). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa capaian perkembangan anak usia 2-5 tahun dipengaruhi oleh perilaku investasi yang dilakukan ibu. Hal ini menggambarkan peran utama ibu sebagai pengasuh yang memberikan andil yang besar dalam tumbuh kembang anak dari sisi waktu dan sarana dan prasarana. Sesuai dengan penelitian Putra (2009) bahwa sumber stimulus adalah ibu yang paling berpengaruh kepada anak. Menurut Latifah, Alfiasari, dan Hernawati (2009) bahwa lingkungan psikososial, persepsi orang tua akan nilai anak memberikan pengaruh signifikan positif terhadap skor total perkembangan anak.
28
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu tidak berpengaruh terhadap perkembangan anak. Artinya, semakin tinggi pendidikan yang ditamatkan ibu tidak berpengaruh terhadap capaian perkembangan anak. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian Rahmawati (2006) yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu memberikan pengaruh signifikan terhadap perkembangan anak karena semakin bertambahnya wawasan dan pengetahuan yang dimiliki. Peran dan tugas orangtua yang memiliki anak dalam keluarganya lebih kepada bagaimana orangtua mampu berinteraksi serta merawat dan mengasuh anaknya dengan baik, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya dapat tercapai secara optimal (Hurlock 1980). Keluarga yang telah melaksanakan tugas perkembangan keluarganya dengan baik akan berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan anak serta merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas perkembangan anak.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku investasi ayah dalam hal perilaku investasi waktu lebih rendah dibandingkan dengan perilaku investasi uang pada keluarga miskin maupun keluarga tidak miskin. Sementara perilaku investasi ibu dalam hal perilaku investasi uang lebih rendah dibandingkan perilaku investasi waktu pada keluarga miskin maupun tidak miskin. Faktor- faktor yang berhubungan positif signifikan dengan perilaku investasi yang dilakukan oleh ayah terhadap anak adalah besar keluarga, lama pendidikan ayah dan pendapatan perkapita keluarga. Sementara usia ayah dan usia anak tidak berpengaruh terhadap perilaku investasi yang dilakukan ayah terhadap anak. Variabel yang mempengaruhi perilaku investasi yang dilakukan ibu terhadap anak adalah besar keluarga. Besar keluarga berpengaruh negatif signifikan terhadap perilaku investasi ibu. Sementara, usia ibu dan lama pendidikan ibu tidak berpengaruh terhadap perilaku investasi yang dilakukan ibu terhadap anak. Capaian perkembangan anak pada keluarga miskin dan tidak miskin berada pada kategori tinggi dengan presentase yang lebih tinggi pada keluarga tidak miskin. Sementara itu, capaian perkembangan anak berdasarkan item perkembangan pada keluarga miskin terdapat item yang berada pada kategori rendah; yaitu item motorik halus. Sementara capaian perkembangan anak berdasarkan item pertanyaan pada keluarga miskin berada pada kategori tinggi pada seluruh item perkembangan. Variabel yang berpengaruh terhadap capaian perkembangan anak usia 2-5 tahun adalah perilaku investasi ibu terhadap anak. Perilaku investasi ibu semakin baik, maka capaian perkembangan anak semakin baik pula. Hal tersebut terbukti dengan hasil dari sebaran perilaku investasi ibu yang lebih tinggi dibandingkan dengan perilaku investasi ayah.
29
Saran Berdasarkan hasil penelitian, orang tua sebagai role model sebaiknya mulai menganggap anak memiliki manfaat secara sosial dan ekonomi. Selain itu orangtua hendaknya menanamkan nilai dan perilaku yang memotivasi anak untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Baik ayah maupun ibu perlu kerjasama dalam melakukan perilaku investasi pada anak. Membatasi jumlah anak yang akan dimiliki juga menjadi saran bagi penelitian ini, karena hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga akan menurunkan perilaku investasi orangtua terhadap anak. Orangtua pun perlu seimbang dalam menerapkan stimulus untuk setiap aspek perkembangan anak. Selain itu, keluarga hendaknya senantiasa meningkatkan kesejahteraan dengan menempuh pendidikan yang lebih tinggi dan pekerjaan yang lebih baik. Pengasuhan menjadi variabel penting dalam penyempurnaan variabel penelitian selanjutnya karena pengasuhan merupakan penghubung antara perilaku investasi pada anak dan capaian perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA Amelia, E. 2001. Pengetahuan Gizi dan Persepsi Ibu Rumah Tangga Kader dan Bukan Kader Posyandu tentang Kurang Energi Protein (KEP) Balita serta Partisipasi Penanggulangannya. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Bahri NM. 2013. Pengaruh Nilai Anak Terhadap Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin. Bogor: Jurnal Ilmu keluarga dan konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Bonke J, Anderson GE. 2009. Family Investment in Children: What Drives the Social Gap in Parenting?. Odensen: University press of Southern Denmark. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Booklet Agustus 2012: Indonesia dalam Angka. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik. (2013). Profil kemiskinan Indonesia Maret http://www.bpd.go.id. [diunduh 15 Januari 2015]
2013.
Diambil
dari:
(2014). Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Data sosial ekonomi, edisi 43. Briawan D, Herawati T. 2008. Peran Stimulasi Orangtua Terhadap Perkembangan Anak Balita Keluarga Miskin. Bogor: Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Bryant WK. 2006. The Economic Organization of the household. Second edition. Cambrige University press. Depdiknas. 2013. Angka Partisipasi Sekolah. Jakarta: Depdiknas. Hartoyo. 1998. Investing in children: study of rural families in Indonesia [Disertasi]. Blacksburg: Virginia Tech University. Hartoyo, Hastuti D. 2003. Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Nelayan dan Implikasinya terhadap Pengentasan Kemiskinan [Laporan Penelitian]. Bogor: Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian
30
Bogor Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga Latifah M, Alfiasari, Hernawati T. 2009. Kualitas Tumbuh Kembang Pengasuhan Orang tua, dan Faktor- Faktor Risiko Komunitas pada Anak Usia Prasekolah Wilayah Pedesaan di Bogor. Bogor: Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Leibowitz A. 1982. Home investment in children. Economics of the Family: Marriage, Children, and Human Capital. Editor: Theodore W. Schultz. Chicago: The University of Chicago Press. Lestari R. 2010. Pengaruh Fungsi Pengasuhan Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah Korban Bencana Gempa Bumi di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Megawangi R. 1999. Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru Tentang Relasi Gender. Bandung (ID): Mizan Pustaka. Permatasari D. 2010. Pengaruh persepsi pendidikan dan nilai anak terhadap alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Puspitawati H. 1998. Poverty Level and Conflict Over Money within Families [Thesis]. Lowa: Lowa State University.
Putra K. 2009. Hubungan Pola Stimulasi Kemandirian oleh Ibu dengan Perkembangan Kemandirian Anak Pra Sekolah di TK Al-Masyitoh 1 Lawang. http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/keperawatan/Maya% Rachmah%20Sari.pdf. [20 Oktober 2013]. Rahmawati D. 2006. Status Gizi dan Perkembangan Anak di Taman PendidikanKarakter Semai Benih Bangsa Sutera Alam, Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari Bogor [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Rodiyah. 2010. Perkembangan kependudukan, keluarga berencana dan kualitas penduduk di Jawa tengah. Jurnal dewan riset daerah Jawa tengah. Rosidah U. 2012. Kajian Strategi Koping dan Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir. [Skripsi]. Bogor: Institit Pertanian Bogor. Roswita R. 2005. Alokasi Pengeluaran Rumah Tangga untuk Pendidikan dan Kaitannya dengan Prestasi Belajar Anak pada Keluarga Nelayan di Kabupaten Indramayu [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [Sakernas] Survei Angkatan Kerja Nasional. 2013. Data Ketenagakerjaan. Jakarta: Survei Angkatan Kerja Nasional. Samon EK. 2005. Manajemen Keuangan, Alokasi Pengeluaran, dan Coping Mechanism Keluarga Nelayan dan Petani Tambak [Skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian
31
Bogor. Saputra. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Schultz TW. 1981. Investing in People: The Economics of Population Quality. Berkeley: University of California Press. Sunarti E. 2004. Mengasuh dengan Hati: Tantangan yang Menyenangkan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo 2008. Naskah akademik: indikator keluarga sejahtera. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Surachman A. 2011. Born to be destitute: capital transfer and intergenerational transfer of poverty. Journal for the Human Science 11. Unicef. 2012. Laporan tahunan 2012. Unicef Indonesia. Taubman P. 1996. Household and Family Economics. Mencik PL, editor. Boston. Kluwer Academic Publisher Todaru MP, Smith SC. 2006. Pembangunan Ekonomi. Ed 9. Jilid 1. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Wagmiller RL, Adelman RM. 2009. Childhood and Intergenerational Poverty. . International Journal of Child, Youth and Family Studies. Young WJ, Liver MR, Brooks-Gunn J. 2002. How Money Matters for Young Children’s Development: parental Investment and Family processes. Journal of Child Development.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 januari 1991. Penulis merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara, pasangan Fahri Hasan dan Usmah. Adik dari Ibnu Hasan, A.Md., Abu Hanifah, A.Md., Siti Pashohah, A.Md, Malihah, S.P., Ahmad Huzaimi. A.Md., Yani Handayani,S.Si.A.Pt. ini, mulai mengenal pendidikan dasar diselesaikan penulis di SD Gunung Batu 01 pada tahun 2003. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun 2006. Pendidikan menengah dilanjutkan di SMA Pembangunan 01 Bogor hingga tahun 2009. Penulis melanjutkan ke jenjang diploma 1 di El-Rahma education centre hingga tahun 2010. Selanjutnya penulis di terima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur UTM (Ujian Talenta Masuk) IPB di jurusan Ilmu Keluarga dan Konsumen,Fakultas Ekologi Manusia tahun 2010. Penulis tinggal di Loji, Bogor, tempat dimana penulis tumbuh dan dibesarkan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi diantaranya CIA (Club Ilmiah Asrama) (2010-2011) sebagai anggota, anggota dari LDK ALHurriyyah (2010-2011), FORSIA (2011-2013) sebagai anggota pada tahun pertama dan menjadi ketua divisi pada tahun berikutnya. Selain itu, penulis juga aktif menjadi pembina KIR (Karya Ilmiah Remaja) di salah satu SMA di Bogor, serta konsultan KTKA di HIMAIKO. Penulis aktif mengikuti berbagai kepanitiaan diantaranya OMI (Olimpiade Mahasiswa IPB) (2011) sebagai ketua divisi konsumsi, IIF (IPB Islamic Festival) pada tahun 2011 sebagai sekertaris divisi publikasi dan dokumentasi, MPKMB 48 (2011) sebagai penanggung jawab laskar, staf acara di OH (Open House) IPB (2011), MPF (Masa Perkenalan Fakultas) (2011) sebagai penanggungjawab kelompok, MPD (Masa Perkenalan Departemen) (2011) sebagai penanggung jawab kelompok, ketua panitia di acara MIA (Muslimah In Action) (2012), FIF (Forsia Islamic Festival) (2012) sebagai staf humas, GOM (Grand Opening Mentoring) Prayer (2012) sebagai staf acara, dan staf humas di puskomdays (2012). Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga sering mengikuti berbagai kegiatan seminar dan pelatihan yang diadakan, baik di dalam maupun di luar kampus, salah satunya sebagai peserta simposium nasional kepemudaan, family and consumer day 2013, peserta dari seminar “Boosting your research passion”, kampus UI, gebyar inovasi pemuda Indonesia, “world science day 2010”,serta kuliah umum dengan tema “reformasi birokrasi dalam membangun ekonomi daerah berbasis jagung” (2011).
32
LAMPIRAN
33
Lampiran 1 Sebaran suami berdasarkan jawaban perilaku investasi pada alokasi waktu No
Pernyataan
1
2
3
4
(%)
(%)
(%)
(%)
1
Anda memandikan anak di pagi hari
26.7
48.3
20.0
5.0
2
Anda menyiapkan sarapan untuk anak Anda menyuapi/ mendampingi anak saat makan Anda mengajak anak untuk ikut terlibat saat memasak Anda mengajak anak saat bersosialisasi dengan tetangga
56.7
28.3
13.3
1.7
15.0
56.7
28.3
0.0
90.0
6.7
3.3
0.0
1.7
5.0
93.3
0.0
Anda membawa anak ke Posyandu setiap bulan Anda mencurahkan seluruh perhatian untuk anak saat sakit Anda mengajak anak untuk berolahraga bersama seminggu sekali Anda mengajak anak ke acara perkumpulan keluarga atau semacamnya
88.3
6.7
1.7
3.3
0.0
0.0
75.0
25.0
43.3
26.7
25.0
0.0
5.0
13.3
76.7
5.0
3 4 5 6 8 9 10
Lampiran 2 Sebaran suami berdasarkan jawaban perilaku investasi pada alokasi uang No
Pernyataan
1
2
3
4
(%)
(%)
(%)
(%)
Anda menyediakan menu makanan lengkap setiap hari untuk Anda (nasi-lauk-sayur)
5.0
41.7
38.3
15.0
2
Anda menyediakan buah untuk dikonsumsi anak
3.3
61.7
28.3
6.7
3
Anda menyediakan susu untuk dikonsumsi anak Anda membawa anak ke dokter atau fasilitas kesehatan lainnya saat sakit Anda membelikan anak mainan yang sesuai dengan usianya Anda menabung untuk keperluan pendidikan anak di masa yang akan dating Anda menyediakan obat-obatan darurat untuk anak di rumah, seperti obat turun panas dan sejenisnya Anda membelikan minyak kayu putih dan bedak untuk anak Anda membelikan vitamin atau suplemen untuk anak Anda mengajak anak untuk berekreasi bersama keluarga, minimal enam bulan sekali
1.7
46.7
30.0
21.7
0.0
6.7
76.7
16.7
6.7
33.3
56.7
3.3
55.0
5.0
30.0
10.0
31.7
6.7
50.0
11.7
0.0
3.3
65.0
31.7
41.7
25.0
30.0
3.3
23.3
31.7
41.7
3.3
1
4 5 6 7
8 9 10
34
Lampiran 3 Sebaran istri berdasarkan jawaban perilaku investasi pada alokasi waktu No
Pernyataan
1
2
3
4
(%)
(%)
(%)
(%)
1
Anda memandikan anak di pagi hari
3.3
5.0
20.0
71.7
2
Anda menyiapkan sarapan untuk anak Anda menyuapi/ mendampingi anak saat makan Anda mengajak anak untuk ikut terlibat saat memasak Anda mengajak anak saat bersosialisasi dengan tetangga Anda membawa anak ke Posyandu setiap bulan Anda mencurahkan seluruh perhatian untuk anak saat sakit Anda mengajak anak untuk berolahraga bersama seminggu sekali Anda mengajak anak ke acara perkumpulan keluarga atau semacamnya
5.0
8.3
38.3
48.3
6.7
11.7
51.7
30.0
43.3
25.0
30.0
1.7
6.7
3.3
86.7
3.3
3.3
16.7
26.7
53.3
0.0
0.0
68.3
31.7
43.3
28.3
26.7
1.7
1.7
11.7
75.0
11.7
3 4 5 6 8 9 10
Lampiran 4 Sebaran istri berdasarkan jawaban perilaku investasi pada alokasi uang No 1 2 3 4 5 6 7
8 9 10
Pernyataan Anda menyediakan menu makanan lengkap setiap hari untuk Anda (nasi-lauk-sayur) Anda menyediakan buah untuk dikonsumsi anak Anda menyediakan susu untuk dikonsumsi anak Anda membawa anak ke dokter atau fasilitas kesehatan lainnya saat sakit Anda membelikan anak mainan yang sesuai dengan usianya Anda menabung untuk keperluan pendidikan anak di masa yang akan dating Anda menyediakan obat-obatan darurat untuk anak di rumah, seperti obat turun panas dan sejenisnya Anda membelikan minyak kayu putih dan bedak untuk anak Anda membelikan vitamin atau suplemen untuk anak Anda mengajak anak untuk berekreasi bersama keluarga, minimal enam bulan sekali
1
2
3
4
(%)
(%)
(%)
(%)
3.3
21.7
58.3
16.7
13.3
41.7
40.0
5.0
6.7
36.7
33.3
23.3
0.0
1.7
80.0
18.3
18.3
15.0
61.7
5.0
60.0
8.3
26.7
5.0
36.7
10.0
40.0
13.3
8.3
0.0
60.0
31.7
40.0
23.3
30.0
6.7
23.3
30.0
43.3
3.3
35
Lampiran 5 sebaran perkembangan anak usia 2-<3 tahun No A. 1 2 3 4 5 B. 1 2 3 4 5 6 7 C. 1 2 3 4 5 D. 1 2 3 4 5 E. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 F. 1 2 3 4 5
Indikator GERAKAN KASAR Lari tanpa jatuh Lompat di tempat kedua kaki jatuh bersamaan Berdiri pada satu kaki Berjingkat diatas jari-jari kaki Menendang bola GERAKAN HALUS Mengatur/ merangkai benda- benda Membalik halaman buku satu persatu Memegang alat (tulis gambar) Menggunakan satu tangan secara tetap, dalam hampir semua kegiatan Meniru garis lurus dan lingkaran Menggambar bentuk- bentuk Meremas-remas, menggulung tanah liat MENGERTI ISYARAT DAN PEMBICARAAN Menunjuk gambar dari benda yang dikenal, kalau benda tersebut disebutkan Dapat mengenal benda kalau diberitahukan kegunaanya Mengerti bentuk pertanyaan apa dan dimana Mengerti kata larangan seperti: tidak, bukan, tidak dapat, jangan senang mendengarkan cerita yang sederhana dan minta di ceritakan lagi MENGUNGKAP DENGAN ISYARAT/ KATA-KATA Membuat kalimat yang terdiri dari dua kata Menyebutkan nama Menggunakan kata tanya apa dan dimana Membuat kalimat sangkal Menunjukan kekesalan/kejengkelan karena tidak dimengerti KECERDASAN Bereaksi terhadap perintah sederhana Melihat- lihat buku gambar Memasangkan berbagai benda yang dikenal dan berarti baginya Menyusun benda-benda berdasarkan urutan ukuran Mengenal diri melalui cermin, mengenal nama sendiri Dapat menyebut nama sendiri Dapat mengatakan dengan singkat mengenai apa yag sedang dikerjakannya Meniru perbuatan orang dewasa Mampu berkonsentrasi, memusatkan perhatian Ingin mengenal segala sesuatu yang dihadapi (eksplorasi) Mulai mengerti penggunaan benda- benda MENOLONG DIRI SENDIRI Menggunakan sendok meskipun masih tumpah sedikit Mengambil minuman dari kendi/teko/cerek tanpa dibantu Memasangkan berbagai benda yang dikenal dan berarti baginya Membuka baju dengan dibantu Mencuci dan mengeringkan tangan tanpa bantuan
Ya (%)
Tidak (%)
95.8 83.3 45.8 62.5 95.8
4.2 16.7 54.2 37.5 4.2
58.3 87.5 100.0 95.8 33.3 4.2 75.0
41.7 12.5 0.0 4.2 66.7 95.8 25.0
87.5 91.7 95.8 95.8 83.3
12.5 8.3 4.2 4.2 16.7
83.3 83.3 91.7 95.8 95.8
16.7 16.7 8.3 4.2 4.2
95.8 100.0 58.3 20.8 95.8 66.7 91.7 95.8 91.7 95.8 87.5
4.2 0.0 41.7 79.2 4.2 33.3 8.3 4.2 8.3 4.2 12.5
95.8 91.7 66.7 91.7 95.8
4.2 8.3 33.3 8.3 4.2
36
G. 1 2 3 4 5 6 7
BERGAUL (TINGKAH LAKU SOSIAL) Bermain dengan anak- anak lain Mengamati anak- anak lain, bergabung sebentar dalam permainan mereka Membela barang miliknya sendiri Mulailah bermain rumah-rumahan Secara simbolis menggunakan benda dan dirinya sendiri dalam permainan Ikut serta dalam kegiatan kelompok yang sederhana (misalnya menyanyi, bertepuk tangan, dan menari) Mengetahui identitas jenis kelamin (laki-laki atau perempuan)
95.8 95.8 95.8 75.0 91.7
4.2 4.2 4.2 25.0 8.3
62.5
37.5
58.3
41.7
Lampiran 6 sebaran perkembangan anak usia 3-<4 tahun No
Indikator
Ya (%)
Tidak (%)
A.
GERAKAN KASAR
1
Lari menghindari rintangan/hambatan
100.0
0.0
2
Berjalan diatas garis
90.0
10.0
3
Berdiri diatas satu kaki selama 5-10 detik
60.0
40.0
4
Meloncat diatas satu kaki
50.0
50.0
5
Mendorong, menarik, mengemudikan permainan beroda
100.0
0.0
6
Mengendarai sepeda roda 3
50.0
50.0
7 8
Lompat diatas benda setinggi 15 cm, mendarat dengan kedua kaki bersama Melempar bola diatas kaki
90.0 100.0
10.0 0.0
9
Menangkap bola yang dilemparkan kepadanya
90.0
10.0
B.
GERAKAN HALUS
1
Membuat menara dari 9 balok kecil
30.0
70.0
2
Meniru bentuk membuat lingkaran
65.0
35.0
3
Meniru garis
85.0
15.0
4
Membuat silang
40.0
60.0
5
Membuat segi empat
30.0
70.0
6
Meniru tulisan
35.0
65.0
7
Membuat bentuk- bentuk
15.0
85.0
C.
MENGERTI ISYARAT DAN PEMBICARAAN
1 2
Mulai memahami kalimat yang memakai konsep- konsep waktu Mengerti perbandingan dalam hal ukuran membandingkan dua benda atau dua hal Memahami konsep sebab akibat
85.0 85.0
15.0 15.0
100.0
0.0
95.0
5.0
80.0
20.0
100.0 100.0 55.0 65.0 75.0
0.0 0.0 45.0 35.0 25.0
3 4 5
Mengerti dan dapat melaksanakan dua sampai empat perintah atau petunjuk yang ada kaitannya Mengerti kalau diberitahukan "Ayo, kita main pura- pura"
D.
MENGUNGKAP DENGAN ISYARAT/KATA-KATA
1 2 3 4 5
Bicara dalam kalimat- kalimat yang terdiri dari 3 kata Anak dapat menceritakan pengalaman yang lalu Menyebut diri dengan memakai kata "saya/aku…" Dapat menyanyikan satu lagu Bicara dengan ucapan yang dapat dimengerti orang lain (yang belum dikenal)
37
E.
KECERDASAN
1
Mengenal dan memasangkan enam warna
45.0
55.0
2 3
55.0 70.0
45.0 30.0
65.0
35.0
5
Menyusun benda- benda berbagai bentuk berdasarkan ukuran Membuat gambar yang bentuknya telah dikenal meskipun bai orang lain tidak jelas Bertanya untuk mendapat keterangan (dengan mengemukakan pertanyaan : mengapa, bagaimana.." Mengetahui umur sendiri
25.0
75.0
6
Mengerti nama panjangnya dan nama orangtua
75.0
25.0
7
Mampu berkonsentrasi (termasuk perhatian)
95.0
5.0
8
Bertambahnya kemampuan untuk mengerti : kegunaan dari benda- benda, pengelompokkan benda- benda, mengerti bagian dari keseluruhan
85.0
15.0
9
Mulai menyadari tentang masa lalu dan yang akan datang (misalnya kemarin kita pergi ke kebun. Hari ini kita pergi ke rumah nenek) MENOLONG DIRI SENDIRI
90.0
10.0
95.0
5.0
2
Dapat menuang air dengan baik (tanpa tumpah) dari tempat air (teko, cerek kecil) Memasang dan membuka kancing
85.0
15.0
3
Mencuci tangan tanpa dibantu
100.0
0.0
4
Membuang ingus kalau diingatkan
100.0
0.0
G.
BERGAUL (TINGKAH LAKU SOSIAL)
1 2 3
Ikut bermain dengan anak- anak lain. Mulai berhubungan satu sama lain Memasuki permainan bersama- sama. Bergiliran dengan orang lain Mulai bermain "drama", memerankan keseluruhan adegan/lakon (misalnya berjalan-jalan, pura- pura jadi ibu/bapak, bermain rumah- rumahan, dsb)
100.0 100.0 100.0
0.0 0.0 0.0
4
F. 1
Lampiran 7 sebaran perkembangan anak usia 4-5 tahun No
Indikator
A. 1 2 3
GERAKAN KASAR Berjalan mundur dengan tumit diangkat (berjingkat atau jinjit) Lompat ke depan 10 kali tanpa terjatuh Naik turun tangga dengan kaki berganti- ganti
B. 1 2 3 C. 1
GERAKAN HALUS Menggunting kertas (dengan mengikuti garis) tanpa terputus Menggambar garis silang Menggambar segi empat MENGERTI ISYARAT DAN PEMBICARAAN Dapat mengikuti 3 perintah yang tidak berhubungan, dalam urutan yang tepat Mengerti perbandingan sesuatu sifat dari benda/orang secara bertingkat (tiga tingkatan ini ialah: biasa - lebih - paling) Mendengarkan cerita yang panjang Menggabungkan perintah lisan ke dalam kegiatan bermain Mengerti urutan kejadian- kejadian kalau anak diberitahu
2 3 4 5
Ya (%)
Tidak (%)
100.0 100.0 100.0
0.0 0.0 0.0
93.8 81.2 50.0
6.2 18.8 50.0
93.8
6.2
81.2
18.8
93.8 93.8 100.0
6.2 6.2 0.0
38
D. 1 2 3 4
2
MENGUNGKAP DENGAN ISYARAT/KATA-KATA Bertanya dengan perkataan : "kapan?", "bagaimana?", "mengapa?" Menggunakan kata- kata: dapat, akan Menggabungkan kalimat Berbicara tentang hubungan sebab akibat dengan menggunakan "karena" dan "jadi" Menceritakan isi cerita, walau mungkin masih campur aduk faktanya KECERDASAN Bermain dengan kata- kata (mengucapkan kata- kata yang berirama menyebutkan kata- kata yang mempunyai bunyi yang sama) Menunjuk dan menyebut 4 sampai 6 warna
3
Memasang gambar- gambar dari benda yang telah dikenal
93.8
6.2
4
Menggambar, menyebut nama dan menjelaskan gambar ynag dapat dikenalnya Menggambar orang dengan 2 - 5 bagian badan yang dapat dikenal seperti kepala, tangan dan kaki Dapat menyebutkan atau memasangkan bagian badan yang digambar dengan badannya sendiri Menghitung di luar kepala sampai lima meniru orang dewasa
81.2
18.8
68.8
31.2
75.0
25.0
93.8
6.2
5 E. 1
5 6 7
87.5 100.0 93.8 81.2
12.5 0.0 6.2 18.8
93.8
6.2
75.0
25.0
68.8
31.2
F.
MENOLONG DIRI SENDIRI
1
Memotong makanan dengan pisau
87.5
12.5
2
Memakai dan mengikat tali sepatu
18.8
81.2
G.
BERGAUL (TINGKAH LAKU SOSIAL)
1
Bermain dan bergaul dengan anak- anak yang lain
100.0
0.0
2
Permainan dramatik sudah lebih mendekati kenyataan. Ada perhatian terhadap waktu, ruang dan hal- hal yang kecil- kecil Menunjukkan perhatian dalam (mengeksplorasi/ menjelajahi) perbedaan jenis kelamin
100.0
0.0
100.0
0.0
3
39
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 januari 1991. Penulis merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara, pasangan Fahri Hasan dan Usmah. Adik dari Ibnu Hasan, A.Md., Abu Hanifah, A.Md., Siti Pashohah, A.Md, Malihah, S.P., Ahmad Huzaimi. A.Md., Yani Handayani,S.Si.A.Pt. ini, mulai mengenal pendidikan dasar diselesaikan penulis di SD Gunung Batu 01 pada tahun 2003. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun 2006. Pendidikan menengah dilanjutkan di SMA Pembangunan 01 Bogor hingga tahun 2009. Penulis melanjutkan ke jenjang diploma 1 di El-Rahma education centre hingga tahun 2010. Selanjutnya penulis di terima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur UTM (Ujian Talenta Masuk) IPB di jurusan Ilmu Keluarga dan Konsumen,Fakultas Ekologi Manusia tahun 2010. Penulis tinggal di Loji, Bogor, tempat dimana penulis tumbuh dan dibesarkan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi diantaranya CIA (Club Ilmiah Asrama) (2010-2011) sebagai anggota, anggota dari LDK ALHurriyyah (2010-2011), FORSIA (2011-2013) sebagai anggota pada tahun pertama dan menjadi ketua divisi pada tahun berikutnya. Selain itu, penulis juga aktif menjadi pembina KIR (Karya Ilmiah Remaja) di salah satu SMA di Bogor, serta konsultan KTKA di HIMAIKO. Penulis aktif mengikuti berbagai kepanitiaan diantaranya OMI (Olimpiade Mahasiswa IPB) (2011) sebagai ketua divisi konsumsi, IIF (IPB Islamic Festival) pada tahun 2011 sebagai sekertaris divisi publikasi dan dokumentasi, MPKMB 48 (2011) sebagai penanggung jawab laskar, staf acara di OH (Open House) IPB (2011), MPF (Masa Perkenalan Fakultas) (2011) sebagai penanggungjawab kelompok, MPD (Masa Perkenalan Departemen) (2011) sebagai penanggung jawab kelompok, ketua panitia di acara MIA (Muslimah In Action) (2012), FIF (Forsia Islamic Festival) (2012) sebagai staf humas, GOM (Grand Opening Mentoring) Prayer (2012) sebagai staf acara, dan staf humas di puskomdays (2012). Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga sering mengikuti berbagai kegiatan seminar dan pelatihan yang diadakan, baik di dalam maupun di luar kampus, salah satunya sebagai peserta simposium nasional kepemudaan, family and consumer day 2013, peserta dari seminar “Boosting your research passion”, kampus UI, gebyar inovasi pemuda Indonesia, “world science day 2010”,serta kuliah umum dengan tema “reformasi birokrasi dalam membangun ekonomi daerah berbasis jagung” (2011).