PERILAKU HARGA JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN Anggita Pratiwi Mandiri, Endang Siti Rahayu, Bekti Wahyu Utami Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis, Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl .Ir . Sutami Kentingan 36 A Surakarta 57126 Tel . / Fax ( 0271 ) 637 457 Email :
[email protected] . Tel . 085728709580 Abstract : This study aimed to determine the effect of the seasonal nature of corn production on corn prices in Grobogan , knowing the dynamics of long-term equilibrium price of corn in Grobogan , and find out the price behavior and variability in the corn market Grobogan . The basic method used is descriptive analytical method . Location deliberate study determined that the consideration that Grobogan Grobogan is the largest corn production center in central Java . The data used are secondary data obtained from the recording . The analytical method used is the analysis tables , and multiple linear regression . The results showed that there was a tendency formation is influenced by the price of corn production . Price fluctuations that occurred leading up to the point of equilibrium and dynamic market in a state of stable long-term . The degree of market integration and consumer market producers in the short term is quite high with relatively low marketing margins so that it can be said that the existing marketing system in Grobogan shows imperfect competition market structure leads to oligopsonistic . Keywords : Price , Price Behavior , Corn Abstrak :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sifat musiman produksi jagung terhadap harga jagung di Kabupaten Grobogan, mengetahui dinamika ekuilibrium harga jagung jangka panjang di Kabupaten Grobogan, dan mengetahui perilaku harga dan keragaan pasar komoditas jagung di Kabupaten Grobogan. Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja yaitu Kabupaten Grobogan dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Grobogan merupakan sentra produksi jagung terbesar di Jawa tengah. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari pencatatan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis tabel, dan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan pembentukan harga jagung dipengaruhi oleh produksi. Fluktuasi harga yang terjadi mengarah ke titik keseimbangan dan pasar dalam keadaan dinamis stabil jangka panjang. Derajat integrasi pasar produsen dan pasar konsumen dalam jangka pendek cukup tinggi dengan margin pemasaran yang relatif rendah sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pemasaran yang ada di Kabupaten Grobogan menunjukkan struktur pasar persaingan tidak sempurna mengarah ke oligopsoni. Kata Kunci :Harga, Perilaku Harga, Jagung.
PENDAHULUAN Sektor pertanian adalah salah satu sektor penting bagi sebagian besar penduduk Indonesia, sehingga sektor pertanian diharapkan menjadi basis pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang.Salah satu komoditi andalan di sektor pertanian adalah jagung, karena jagung merupakan salah satu bahan pokok makanan di Indonesia yang memiliki kedudukan cukup penting setelah beras (Cristoporus dan Sulaeman, 2009). Kebutuhan jagung di Indonesia saat ini cukup besar, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering per tahun. Adapun konsumsi jagung terbesar untuk pangan dan industri pakan ternak. Hal ini dikarenakan sebanyak 51% bahan baku pakan ternak adalah jagung (Budiman, 2011). Daerah yang mempunyai produksi jagung tinggi di Propinsi Jawa Tengah meliputi wilayah Kabupaten Grobogan, Wonogiri, Blora, Temanggung dan Wonosobo. Kabupaten Grobogan merupakan sentra produksi jagung terbesar dengan produktivitas 55,94ku/ha. Produk pertanian yang bersifat diproduksi musiman karena dipengaruhi oleh iklim. Pada saat panen raya jumlah produksi akan banyak dan saat musim paceklik jumlah produksi sedikit dan bahkan mutunya kurang baik. Hal tersebut akan menyebabkan harga produk pertanian yang dipasarkan menjadi naik turun (berfluktuasi) (Soekartawi, 2002). Harga jagung di Kabupaten Grobogan mengalami perubahan setiap bulannya. Perubahan harga jagung di Kabupaten Grobogan akan mempengaruhi petani dalam berusahatani jagung. Menurut Mosher (1991) perangsang yang paling efektif untuk mendorong dan meningkatkan produksi suatu komoditas adalah faktor harga yang
bersangkutan. Meskipun harga jagung tidak mengalami fluktuasi yang begitu besar, namun minat petani jagung untuk berusahatani jagung tidak pernah surut karena jagung semakin dibutuhkan oleh konsumen baik sebagai bahan pakan ternak maupun bahan pangan. Tingkat harga yang tinggi dapat mempengaruhi petani untuk berusahatani jagung. Sebaliknya tingkat harga yang rendah membuat petani enggan berusahatani jagung. Hal ini tentunya akan mempengaruhi ketidakpastian jumlah penawaran jagung. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang analisis Perilaku Harga Jagung di Kabupaten Grobogan.Berdasarkan rumusan masalah di tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sifat musiman produksi jagung terhadap harga jagung di Kabupaten Grobogan, mengetahui dinamika ekuilibrium harga jagung jangka panjang di Kabupaten Grobogan, mengetahui perilaku harga dan keragaan pasar komoditas jagung di Kabupaten Grobogan. METODE PENELITIAN Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik.Metode deskriptif analitik merupakan metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang yang aktual.Kemudian data-data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis (Surakhmad, 1994). Metode Pengambilan Lokasi Penelitian Metode penentuan tempat penelitian dilakukan secara sengaja, yaitu cara pengambilan tempat atau lokasi penelitian dengan mempertimbangkan alasan yang
diketahui dari tempat penelitian tersebut (Singarimbun dan Effendi, 1995). Lokasi penelitian diambil secara sengaja, yaitu di Kabupaten Grobogan. Kabupaten Grobogan dipilih karena memiliki luas panen jagung terluas dan produksi terbesar di Provinsi Jawa Tengah.Luas panen jagung di Kabupaten Grobogan sebesar 100.332 Ha dan produksi jagung sebesar 559.835 ton. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekundertime series yang berupa catatan harga jagung di tingkat produsen bulanan tahun 20102012, harga jagung di tingkat konsumen bulanan tahun 2010-2012dan produksi jagung bulanan tahun 2010-2012 yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan. Selain itu data berupa indeks harga konsumen bulanan tahun 20102012, inflasi bulanan tahun 2010-2012 dan keadaan umum daerah penelitian diperoleh dari BPS Kabupaten Grobogan.Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara pencatatan. Metode Analisis Data Untuk mengetahui analisis musiman menggunakan pendekatan tabel.Melalui analisis tabel, dari data harga bulanan dan produksi bulanan selama 36 bulan dapat melihat probabilitas dari terjadinya produksi dan harga diatas rata-rata dan di bawah rata-rata, produksi dan harga tinggi, produksi dan harga rendah dari fluktuasi harga caturwulanan selama tahun 2010-2012. Untuk menghitung analisis harga dinamika jangka panjang dikembangkan dari model Cobweb dengan asumsi produsen merencanakan produksinya atas dasar waktu yang lalu (t-1), dan harga pada waktu sebelumnya (t-1). Oleh
karena itu model ekuilibrium harga jangka panjang disusun sebagai berikut : PFt = a0 + a1 PF(t-1) + a2 D…………….(1) PFt adalah harga jagung di tingkat produsen di Kabupaten Grobogan padaperiode t (Rp/Kg);PF(t-1)adalah harga jagung di tingkat produsen di Kabupaten Grobogan padaperiode (t-1) (Rp/Kg);a0adalah intersept;a1, a2 adalah koefisien regresi;D adalah variabel dummy dari faktor musiman (Raya dan Sedang/Kecil) Analisa keragaan berhubungan dengan perhitungan efisiensi penetapan harga, meliputi integrasi pasar, margin pemasaran dan elastisitas transmisi harga.Untuk menganalisis integrasi pasar digunakan model yang diadopsi dari Umali, yang mempergunakan pendekatan yang dikembangkan oleh Ravallion sebagai berikut : PFt = a0 + a1PF(t-1) + a2∆P + a3 PR(t-1) + a4T…………………………(2) PFt adalah harga jagung di tingkat produsen di Kabupaten Groboganpada periode t (Rp/Kg);PF(t-1)adalah harga jagung di tingkat produsen di Kabupaten Groboganpada periode (t-1) (Rp/Kg);∆P adalah selisih hargajagung ditingkat konsumen pada periode tdengan harga jagung di tingkat konsumen di KabupatenGrobogan pada periode (t-1) (Rp/Kg); PR(t-1)adalah harga jagung di tingkat konsumen di Kabupaten Groboganpada periode (t-1) (Rp/Kg);T adaah trend waktu;a0 adalah intersep;a1,a2,a3,a4adalah koefisien regresi Untuk menggambarkan derajat keterkaitan pasar produsen dan pasar eceran jangka pendek, dihitung dengan menggunakn Timmer’s Index of Market Connection (IMC). IMC didefinisikan sebagai rasio koefisien lagged pasar produsen dan koefisien lagged pasar
eceran, yaitu :IMC =
. Jika nilai IMC
rendah atau mendekati nol maka semakin pendek, artinya derajat integrasi pasar atau tingkat keterpaduan pasar dalamjangka pendek cukup tinggi. Analisis marjin pemasaran untuk mengetahui apakah pada struktur pemasaran jagung yang ada marjinnya relatif rendah atau tinggi. Dengan asumsi bahwa harga di tingkat konsumen merupakan penjumlahan margin pemasaran dan harga di tingkat produsen, maka model yang dipergunakan adalah : PRt = a0 + a1 PFt + a2 D……………….(3) Elastisitas transmisi harga (ET) mengukur perubahan harga di tingkat konsumen akibat perubahan harga di tingkat produsen dengan . rumus ET= . Jika PR dan PF mempunyai . hubungan linear maka
= a1 sehingga ET =
a1 . Jika sistem pemasaran persaingan sempurna dimana a1 = 1, maka : ET = ………………………...(4) a0adalah Intersept, a1,a2adalah koefisien regresi, PF adalah harga jagung di tingkat produsen pada periode t (Rp/Kg), PF(t-1) adalah harga jagung di tingkat produsen pada (t-1) (Rp/Kg), PR adalah harga jagung di tingkat konsumen (Rp/Kg), PR(t-1) adalah harga jagung di tingkat konsumen pada (t-1) (Rp/Kg), T adalah trend waktu, D adalah variabel dummy dari faktor musiman (Raya dan Sedang /Kecil). Adapun uji terhadap asumsi klasik yang dilakukan meliputi uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.Selain itu, perlu dilakukan pengujian model yang meliputi, Uji Koefisien Determinasi (R2), Uji F dan Uji t. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Musiman Analisis produksi musiman dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis tabel.Perhitungan rata-rata produksi, produksi
besar derajat integrasi pasar dalam jangka minimum jagung per caturwulan selama tahun 2010-2012 disajikan pada tabel 3.Analisis produksi musiman dengan pendekatan tabel menunjukkan probabilitas terjadinya produksi di atas rata-rata yang disebut produksi tinggi, produksi dibawah rata-rata yang disebut produksi rendah, disajikan pada tabel 4. Produksi jagung di Kabupaten Grobogan pada periode 2010-2012 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2010 terjadi produksi tinggi pada dua caturwulan, sedangkan pada tahun 2011 dan 2012 hanya terjadi produksi tinggi sebanyak satu kali pada setiap caturwulan mengalami produksi tertinggi dan produksi tinggi, sedangkan pada tahun 2011 pada caturwulan II dan II mengalami produksi terendah dan pada caturwulan I mengalami produksi rendah. Tahun 2012 pada caturwulan II dan III mengalami produksi rendah.Penurunan produksi jagung dikarenakan tingkat harga yang rendah pada tahun 2010 sehingga membuat petani enggan berusahatani jagung pada tahun berikutnya. Ketika produksi jagung rendah menyebabkan penawaran akan jagung rendah, sehingga terjadi kenaikan harga pada kondisi terebut. Sesuai yang dikemukakan oleh Mosher (1991) bahwa tingkat harga yang tinggi dapat mempengaruhi petani untuk berusahatani jagung, sehingga terjadi peningkatan produksi jagung pada tahun 2012.Selain itu penurunan produksi pada tahun 2011 diakibatkan karena serangan penyakit bulai yang dialami oleh sebagian besar petani jagung di kabupaten Grobogan.Analisis harga musiman dengan pendekatan tabel menunjukkan probabilitas terjadinya harga di atas rata-rata yang selanjutnya disebut harga tinggi, harga di bawah rata-rata yang selanjutnya disebut harga rendah, disajikan pada tabel 6. Jumlah produksi jagung akan mempengaruhi jumlah pasokan yang
ditawarkan di pasaran. Kondisi penawaran tersebut selanjutnya berinteraksi dengan permintaan sehingga terbentuklah keseimbangan harga di tingkat petani. Berdasarkan rata-rata produksi dan harga, urutan rata-rata produksi dari yang tertinggi sampai terendah yaitu caturwulan II, III dan I, sedangkan urutan rata-rata harga dari yang tertinggi sampai yang terendah yaitu caturwulan I, II dan III, walaupun pada tahun 2012 harga tinggi pada caturwulan III, akan tetapi terjadi kecenderungan bahwa pada caturwulan yang mempunyai produksi tingi maka harganya rendah. Urutan tersebut menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan produksi tinggi pada caturwulan II yang menyebabkan harga rendah pada caturwulan II, sedangkan produksi yang lebih rendah pada caturwulan II dan I menyebabkan harga pada caturwulan III dan I lebih tinggi.Faktor selain produksi yang dapat mempengaruhi pembentukan harga di tingkat petani adalah kebutuhan jagung dan kualitas jagung. Menurut Budiman (2011) kebutuhan
jagung saat ini cukup besar, adapun konsumsi jagung terbesar untuk industri pakan ternak. Kebutuhan jagung mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya permintaan jagung sebagai campuran pakan ternak, hal ini dikarenakan jagung digunakan sebagai bahan baku pakan ternak. Beberapa tahun terakhir proporsi penggunaan jagung oleh industri pakan telah mencapai 50% dari total kebutuhan nasional. Sesuai dengan kondisi di Kabupaten Grobogan, bahwa kebutuhan akan jagung di Kabupaten Grobogan cukup tinggi, hal ini ditandai dengan banyaknya pedagang besar yang menjadi suplier pakan ternak dari JapfaComfeed, dan perusahaan produsen pakan ternak lainnya. Kualitas jagung mempengaruhi pembentukan harga di tingkat petani karena sesuai dengan kondisi lapang bahwa semakin baik mutu atau kualitas jagung maka semakin tinggi harga jagung tersebut. Kualitas atau mutu yang baik dicirikan dengan kandungan kadar air kurang dari hingga 17%, tidak ada jamur atau cendawan, bersih dan lainnya.
Tabel 3. Rata-rata Produksi, Produksi Maksimum dan Produksi Minimum Jagung per Caturwulan Tahun 2010-2012 (Kg) Caturwulan Caturwulan I Caturwulan II Caturwulan III
Tahun 2010-2012 2010-2012 2010-2012
Produksi Rata-rata 426373.60 563731.89 504933.60
Produksi Maksimum 496587.85 633625.88 661749.01
Produksi Minimum 328745.37 499833 420374.62
Sumber : Analisis Data Sekunder (2010-2012) Tabel 4.Analisis Produksi Tinggi, dan Produksi Rendah Tahun 2011-2012 Tahun 2010 2011 2012
Produksi Caturwulan I PT PR PT
Produksi Caturwulan II PT PR PR
Produksi Caturwulan III PT PR PR
Sumber : Analisis Data Sekunder (2010-2012) Keterangan : PT : Produksi Tinggi PR : Produksi Rendah Tabel 5. Rata-rata Harga, Harga Maksimum dan Harga Minimum Jagung per Caturwulan Tahun 2010-2012 (Rp/Kg) Harga Caturwulan I Caturwulan II Caturwulan III
Tahun 2010-2012 2010-2012 2010-2012
Harga Rata-rata 2.662,68 2.240,25 2.477,21
Harga Maksimum 2.699,31 2.327,56 2.721,22
Harga Minimum 2.609,89 2.131,18 2.274,94
Sumber : Analisis Data Sekunder (2010-2012) Tabel 6. Harga Tinggi, dan Harga Rendah Tahun 2010-2012 Tahun 2010 2011 2012
Harga Caturwulan I HT HT HR
Sumber : Analisis Data Sekunder (2010-2012)
Harga Caturwulan II HR HT HT
Harga Caturwulan III HR HR HT
Analisis Dinamika Ekuilibrium Harga Jangka Panjang Berdasarkan hasil analisis data diperoleh model persamaan analisis harga jangka panjang adalah sebagaii berikut : PFt = 849,603 + 0,69PF(t-1)– 33,736D Hasil estimasi analisis harga jangka panjang di tingkat produsen terlihat bahwa F nyata pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel bebas berupa harga jagung di tingkat produsen pada periode sebelumnya dan variabel dummy berupa faktor musiman secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas berupa harga jagung di tingkat produsen pada periode sekarang. Berdasarkan nilai R2 dapat diketahui bahwa variasi variabel bebas berupa harga jagung di tingkat produsen pada periode sebelumnya dan variabel dummy berupa faktor musiman mampu menjelaskan variabel tak bebas berupa harga jagung di tingkat produsen pada periode sekarang sebesar 58,9% sedangkan sisanya 41,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi, misalnya kebutuhan, barang substitusi, dan kualitas jagung. Dari analisis uji t harga jangka panjang dapat diketahui bahwa nilai PF(t-1)berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99% dengan koefisien sebesar 0,690. Arah hubungan yang positif menunjukkan semakin besar harga jagung ditingkat produsen pada periode sebelum akan membuat harga jagung di tingkat produsen pada periode sekarang cenderung meningkat. Ini berarti apabila ada peningkatan harga jagung di tingkat konsumen pada periode sebelumnya sebesar 1% maka terjadi peningkatan sebesar 0,69% pada harga jagung di tingkat produsen pada periode sekarang. Hal ini terjadi karena
petani menjadikan harga jagung sebelumnya menjadi acuan untuk harga jagung pada periode sekarang, sehingga pada tingkat petani akan mempertimbangkan harga aktual pada periode yang lalu. Nilai variabel musiman sebesar 152,165 berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%. Arah hubungan yang negatif menunjukkan semakin besar produksi akan membuat harga jagung di tingkat produsen pada periode sekarang cenderung menurun. Ini berarti apabila ada peningkatan produksi jagung sebesar 1 Kg maka terjadi penurunan sebesar Rp 152,165/Kg pada harga jagung di tingkat produsen pada periode sekarang. Hal ini dikarenakan semakin banyak penawaran jagung maka akan terjadi penurunan harga jagung. Menurut Setyowati (2006) menyatakan bahwa harga produk pertanian turun ketika musim panen raya ditandai dengan penawaran yang tinggi, dan harga meningkat ketika musim paceklik. Uji multikolinearitas untuk mengetahui ada atau tidaknya mulitikolinearitas, dapat dideteksi dengan melihat nilai dari matriks Pearson Correlation (PC). Dari hasil analisis didapatkan bahwa nilai PC lebih kecil dari 0,8. Hal ini mengindikasikan bahwa antara variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas, atau tidak terjadi hubungan yang saling mempengaruhi. Hasil analisis uji autokorelasi menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson yaitu 2,086. Kriteria pengujian autokorelasi dengan kriteria 1,65< DW < 2,35 maka tidak terjadi autokorelasi, dimana 1,65 < 2,086 < 2,35. Model tersebut mengindikasikan tidak terjadi autokorelasi. Derajat keeratan hubungan antara nilai pengamatan yang satu dengan yang lainya secara series dapat diketahui dari nilai statistik Durbin-
Watson (DW). Dari hasil perhitungan DW diperoleh nilai 2,086, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi atau tidak ada keeratan hubungan antara nilai pengamatan yang satu dengan yang lainnya secara series. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dengan dilakukan dengan melihat pola gambar Scatterplot. Apabila titik-titik menyebar, tidak membentuk pola bergelombang menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali, tidak berpola, atau tidak mengumpul dibawah atau diatas saja maka tidak terjadi heteroskedatisitas. Hasil analisis uji heteroskedastisitas menunjukkan titiktitik menyebar, maka mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas. Dari pengujian asumsi klasik dapat diketahui bahwa model yang digunakan baik dan telah memenuhi criteria Best Linear Unbiasedness Estimator (BLUE). Analisis Perilaku Harga dan Keragaan Pasar dari Integrasi Pasar Berdasarkan hasil analisis data diperoleh model persamaan integrasi pasar jagung di Kabupaten Grobogan adalah sebagai berikut : PFt = 1171,560 + 0,649PF(t-1)– 0,375∆P – 0,132PR(t-1) + 1,733T Berdasarkan hasil analisis uji F dapat diketahui bahwa nilai F pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas harga jagung ditingkat produsen periode sebelum, selisih harga jagung di tingkat konsumen pada periode sekarang dan sebelum, harga jagung di tingkat konsumen periode sebelum dan trend waktu secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap harga jagung di tingkat produsen. Berdasarkan hasil uji R dapat diketahui Variasi variabel bebas secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel terikat sebesar 76,7% sedang sisaya 23,3%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model, misalnya harga barang substitusi, dan kebijakan pemerintah. Dari analisis uji t integrasi pasar dapat diketahui bahwa nilai PF(tnyata pada tingkat 1)berpengaruh kepercayaan 99% dengan koefisien sebesar 0,649. Arah hubungan yang positif menunjukkan semakin besar harga jagung ditingkat produsen pada periode sebelum akan membuat harga jagung di tingkat produsen pada periode sekarang cenderung meningkat. Ini berarti apabila ada peningkatan harga jagung di tingkat konsumen pada periode sebelumnya sebesar 1% maka terjadi peningkatan sebesar 0,649% pada harga jagung di tingkat produsen pada periode sekarang. Hal ini terjadi karena petani menjadikan harga jagung sebelumnya menjadi acuan untuk harga jagung pada periode sekarang. ∆P berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99% dengan koefisien sebesar -0,375. Arah hubungan yang negatif menunjukkan semakin besar selisih harga jagung di tingkat konsumen pada periode sekarang dengan sebelum akan membuat harga di tingkat produsen pada periode sekarang cenderung menurun. Ini berarti apabila ada peningkatan harga jagung di tingkat konsumen pada periode sebelumnya sebesar 1% maka terjadi penurunan sebesar 0,375% pada harga jagung di tingkat produsen pada periode sekarang. Sesuai dengan kondisi lapang di Kabupaten Grobogan hal ini dikarenakan kurang mendukungnya sarana dan prasarana yang terdapat di Kabupaten Grobogan, akses jalan yang kurang baik pada beberapa daerah dan terbatasnya angkutan yang tidak terdapat pada semua daerah, sehingga menyebabkan lambatnya komunikasi antar kedua pasar tersebut
PR(t-1) berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% dengan koefisien sebesar -0,132. Arah hubungan yang negatif menunjukkan semakin besar harga jagung di tingkat konsumen pada periode lalu akan membuat harga di tingkat produsen pada periode sekarang cenderung menurun. Ini berarti apabila ada peningkatan harga jagung di tingkat konsumen pada periode sebelumnya sebesar 1% maka terjadi penurunan sebesar 0,132% pada harga jagung di tingkat produsen pada periode sekarang. Hal ini membuktikan bahwa ada komunikasi yang kurang baik antara produsen dan konsumen yang disebabkan fasilitas yang kurang memadai yaitu sarana dan prasarana perhubungan di Kabupaten Grobogan. Kondisi jalan yang kurang mendukung serta angkutan yang tidak selalu tersedia dan terbatas sehingga kurang lancar komunikasi antara pasar produsen dan konsumen. Produsen kesulitan untuk menjual langsung ke pasar konsumen sehingga produsen menjual jagung ke pedangang perantara. Uji multikolinearitas menunjukan ada atau tidaknya masalah yang timbul berkaitan dengan adanya hubungan linear di antara variabelvariabel bebas. Ada atau tidaknya mulitikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai dari matriks Pearson Correlation (PC). Dari hasil analisis didapatkan bahwa nilai PC lebih kecil dari 0,8. Hal ini mengindikasikan bahwa antara variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas, atau tidak terjadi hubungan yang saling mempengaruhi. Berdasarkan hasil uji autokorelasi dapat diketahui bahwa derajat keeratan hubungan antara nilai pengamatan yang satu dengan yang lainya secara series dapat diketahui dari nilai statistik Durbin-Watson (DW).
Dari hasil perhitungan DW diperoleh nilai 1,938, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi atau tidak ada keeratan hubungan antara nilai pengamatan yang satu dengan yang lainnya secara series.Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dengan dilakukan dengan melihat pola gambar Scatterplot. Hasil analisis menunjukkan titik-titik menyebar, maka mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.Dari pengujian asumsi klasikdapat diketahui bahwa model yang digunakan baik dan telah memenuhi criteria Best Linear Unbiasedness Estimator (BLUE). Berdasarkan hasil analisis perilaku harga dan keragaan pasar melalui analisis integrasi pasar diketahui bahwa perubahan harga di tingkat konsumen tidak sepenuhnya ditransmisikan ke pasar produsen. Hal ini ditunjukkan dengan nilai a2 sebesar 0,375. Hal ini mengindikasikan bahwa derajat keterpaduan pasar dalam jangka panjang dalam keadaan rendah, dimana perubahan harga di tingkat konsumen tidak sepenuhnya ditransmisikan ke pasar produsen namun masih dalam persentase yang cukup tinggi. Adanya teknologi yang semakin canggih akan memudahkan untuk mendapatkan informasi tentang harga antara pasar yang satu dengan pasar yang lain. Hasil analisis keterpaduan pasar diperoleh nilai IMC/Derajat keterpaduan pasar dalam jangka pendek sebesar 0,22, dimana nilai tersebut mendekati nol. Secara umum semakin kecil nilai IMC atau semakin mendekati nol maka semakin tinggi derajat integrasi pasar dalam jangka pendek. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa derajat integrasi pasar atau tingkat keterpaduan pasar dalam jangka pendek cukup tinggi. Hal tersebut dikarenakan sebagian petani sudah dapat menggunakan teknologi seiring dengan
perkembangan waktu sehingga memperlancar arus komunikasi antara produsen dan konsumen. Analisis Perilaku Harga dan Keragaan Pasar dari Margin Pemasaran Berdasarkan hasil analisis data diperoleh model persamaan analisis margin pemasaran adalah sebagai berikut : PRt = 6997,241 + 1,207 PFt– 33,736D Hasil analisis uji F signifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini menunjukkan variasi variabel bebas berupa harga jagung di tingkat produsen pada periode sebelum dan variabel dummy berupa faktor musiman secara bersama-sama brpengaruh nyata terhadap variabel terikat yaitu harga jagung di tingkat konsumen pada periode sekarang. Dari hasil uji R2dapat diketahui bahwa variasi variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat sebesar 58,2% sedangkan sisanya 41,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model misalnya biaya pengangkutan, suplai dari daerah lain, dan kebijakan pemerintah. Hasil analisis uji t dapat diketahui variabel harga jagung di tingkat petani pada periode sekarang berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99% dengan koefisien 1,207. Arah hubungan yang positif menunjukkan semakin tinggi harga jagung di tingkat produsen pada periode sekarang akan membuat harga jagung di tingkat konsumen pada periode sekarang meningkat. Ini berarti apabila ada peningkatan harga jagung di tingkat produsen pada periode sekarang di Kabupaten Grobogan sebesar 1% maka terjadi peningkatan harga jagung di tingkat konsumen pada periode sekarang sebesar 1,207%. Hal ini terjadi karena kegiatan pemasaran jagung antara produsen dan konsumen terdapat
saluran pemasaran, pada setiap saluran pemasaran memerlukan biaya dan mencari keuntungan, sehingga apabila terjadi kenaikan harga di tingkat produsen maka terjadi kenaikan harga pada tingkat konsumen. Keadaan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suherty (2009) bahwa pada lembaga pemasaran terdapat aktivitasaktivitas yang telah dilaksanakan serta keuntungan yang diharapkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan pemasaran. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Handayani (2004) menunjukkan hasil yang sama yaitu ketika terjadi kenaikan harga di tingkat produsen pada periode sekarang menyebabkan kenaikan harga di tingkat konsumen pada periode sekarang. Kenyataan di lapang menunjukkan bahwa sebagian petani menjual jagung tidak langsung ke konsumen akhir namun melalui lembaga pemasaran seperti pedagang tingkat desa, kecamatan, kabupaten, maupun pedagang besar, maka terjadi kenaikan harga di tingkat konsumen. Ada atau tidaknya mulitikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai dari matriks Pearson Correlation (PC). Dari hasil analisis didapatkan bahwa nilai PC lebih kecil dari 0,8. Hal ini mengindikasikan bahwa antara variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas, atau tidak terjadi hubungan yang saling mempengaruhi. Hasil analisis uji autokorelasi dapat diketahui derajat keeratan hubungan antara nilai pengamatan yang satu dengan yang lainya secara series dapat diketahui dari nilai statistik Durbin-Watson (DW). Dari hasil perhitungan DW diperoleh nilai 1,789, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi atau tidak ada keeratan hubungan antara nilai
pengamatan yang satu dengan yang lainnya secara series. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dengan dilakukan dengan melihat pola gambar Scatterplot. Hasil analisis menunjukkan titik-titik menyebar, maka mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.Dari pengujian asumsi klasik dapat diketahui bahwa model yang digunakan baik dan telah memenuhi criteria Best Linear Unbiasedness Estimator (BLUE). Margin pemasaran rata-rata pada struktur pemasaran jagung di Kabupaten Grobogan adalah Rp 373,62/Kg, dimana nilai margin tersebut termasuk rendah. Hal ini diindikasikan oleh nilai koefisien regresi variabel jagung di tingkat petani periode sekarang (a1) yang mendekati satu yaitu sebesar 1,207. Arti nilai tersebut adalah bahwa perubahan harga di tingkat konsumen yang sedikit lebih besar daripada di tingkat produsen. Margin yang rendah ini dikarenakan produsen jagung di Kabupaten Grobogan di daerah perbukitan, menjual ke pedagang pengumpul atau menjual ke pasar lokal tanpa melalui saluran pemasaran yang terlalu panjang. Sedangkan produsen yang terdapat di daerah yang terdapat sarana transportasi atau angkutan yang memadai langsung memasarkan ke konsumen sehingga dapat menekan biaya pemasaran, dimana biaya pemasaran tersebut merupakan salah satu unsur pembentukan margin pemasaran. Analisis Perilaku Harga dan Keragaan Pasar dari Elastisitas Transmisi Harga. Elastisitas transmisi harga untuk mengukur perubahan harga di tingkat konsumen akibat perubahan harga di tingkat produsen dengan rumus . ET= . Dari model diatas dapat . diperoleh
.
.
sebesar a1dan rasio rata-
rata harga di tingkatpetani dan harga di . , tingkat eceran (Pf/Pr) sebesar . , = 0,868. Dengan demikian akan diperoleh . , : ET = a1. = 1,207. . , = 1,048
Nilai elastisitas transmisi harga jagung adalah 1,048, nilai tersebut tidak sama besar dengan nilai a1dalam analisis margin pemasaran yaitu 1,207, akan tetapi nilai keduanya mendekati satu. Dari hubungan kedua nilai tersebut maka dapat diketahui bentuk struktur pasar yang ada. nilai elastisitas transmisi harganya tidak sama dengan rasio rata-rata harga di tingkat petani dan harga di tingkat konsumen tetapi perbedaannya tidak terlalu besar. Dari kondisi ini dapat diambil kesimpulan bahwa struktur pemasaran yang ada merupakan pasar persaingan tidak sempurna mengarah pada oligopsoni. Pada struktur pasar ini petani sebagai produsen secara individu tidak dapat mempengaruhi harga atau bersifat penerima harga, sehingga penerima petani produsen sangat ditentukan harga yang berlaku di pasar secara umum. Sesuai yang dikemukakan oleh Rahayu (2013) bahwa struktur pasar jagung di Kabupaten Grobogan adalah oligopsoni karena petani tidak memiliki posisi tawar. Selain itu ditinjau dari ada tidaknya diferensiasi produk, pedagang pengumpul dan pedagang besar sedikit melakukan diferensiasi produk untuk menurunkan kadar air yang sesuai dengan permintaan pasar. Biasanya petani menjual ke pedagang pengumpul dan pedagang besar dengan kadar air 18-24%, maka pedagang pengumpul dan pedagang besar harus menurunkan kadar air tersebut kurang dari hingga 17%, bahkan apabila pasar menginginkan mutu terbaik dari jagung pipilan, maka pedagang besar harus menurunkan kadar air kurang dari 14%, misalnya perusahaan pakan ternak seperti Japfacomfeed dan lainnya.
Ditinjau dari segi penjual dan pembeli, jumlah penjual di tingkat pasar desa cukup banyak yaitu hamper seluruh petani jagung menjual produk jagung. Sedangkan pembeli adalah pedagang pengumpul desa, pedagang kecamatan, yang memiliki tingkat kekuasaan yang sedang dalam mempengaruhi pasar. Pedagang besar memiliki tingkat kekuasaan lebih tinggi untuk mempengaruhi pasar dibanding pedagang pengumpul desa dan kecamatan, fenomena ini sesuai dengan fakta di lapangan, pedagang besar mampu menentukan harga yang akan diberikan kepada petani dan pedagang sesuai dengan kualitas jagung yang dijual, dan banyak jagung yang terbeli.
sama besar dengan rasio rata-rata harga jagung ditingkat produsen dan tingkat konsumen menunjukkan bahwa struktur pasar yang terjadi adalah pasar persaingan tidak sempurna mengarah pada oligopsoni. Perlu adanya usaha dalam rangka mengatasi harga yang berfluktuasi. Cara yang dapat diusahakan adalah dengan pembangunan gudang penyimpanan jagung agar dapat mengatur pasokan penawaran jagung. Serta pembangunan unit-unit pengeringan jagung, sehingga kualitas mutu jagung di tingkat produsen semakin baik dan sesuai dengan persyaratan mutu pasar, maka akan meningkatkan harga jagung.
SIMPULAN
Budiman H, 2011. Sukses Bertanam Jagung. Pustaka Baru Press.Yogyakarta.
Sifat musiman produksi jagung berpengaruh terhadap harga jagung di Kabupaten Grobogan, ketika caturwulan yang mempunyai produksi tinggi maka harga cenderung turun, begitu juga sebaliknya. Dinamika ekuilibrium harga jagung jangka panjang di Kabupaten Grobogan dalam keadaan dinamis stabil jangka panjang. Perilaku harga dan keragaan pasar dapat diketahui bahwa integrasi pasar jangka panjang cukup rendah yang berarti bahwa kurang terdapat hubungan keterkaitan harga yang stabil dalam jangka panjang, sehingga menyebabkan perubahan harga di tingkat konsumen tidak sepenuhnya ditransmisikan ke pasar produsen namun masih dalam persentasi yang cukup tinggi. Integrasi pasar antara pasar produsen dan pasar konsumen (integrasi pasar jangka pendek) cukup tinggi yang berarti bahwa perubahan harga satu pasar dalam satu periode segera ditransmisikan atau disampaikan secara baik kepada pasar lainnya. Margin pemasaran relatif rendah dan nilai estimasi transmisi harga yang tidak
DAFTAR PUSTAKA
Cristoporus dan Sulaeman, 2009. Analisis Produksi dan Pemasaran Jagung di Desa Labuan Toposo Kecamatan Tawaeli Kabupaten Donggala. Jurnal Agroland Vol. 16, No. 2 : 141-147. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Handayani Sugiharti, 2004. Perilaku Harga dalam Pemasaran Cabai Merah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal SEPA Vol. 1 September 2004. Jurusan Sosek Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mosher, A. T. 1991. Menggunakan dan Membangun Pertanian. Yayasan IKAPI. Jakarta. Rahayu Endang Siti, 2013. Analisis Struktur Pasar (Market Structure) Jagung di Kabupaten Grobogan. Journal of Rural and Devolepment, Vol. IV, No. 1. Lembaga Penelitian dan
Pengabdian pada Masyarakat, Universitas Sebelas Maret Setyowati, 2006.AnalisisPenawaranJagung di KabupatenWonogiri.Jurnal SEPA Vol. 3, No. 1, 1 Sepetember 2006.JurusanSosekFakultasPertan ian. UniversitasSebelasMaret. Surakarta. Soekartawi, 2002.PrinsipEkonomiPertanianTe oridanAplikasi.Raja GrafindoPersada. Jakarta. Surakhmad W, 1994. PengantarMetodologiIlmiah. Tarsito. Bandung. SingarimbunMasridanSofian Effendi, 1995.MetodePenelitianSurvei. LP3ES. Jakarta