Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan
PENDAHULUAN
Angkutan jalan merupakan salah satu jenis angkutan, sehingga jaringan jalan semestinya ditinjau sebagai bagian dari sistem angkutan/transportasi secara keseluruhan.
Moda jalan merupakan jenis moda yang penting, mengingat sifatnya yang secara umum dapat melayani penggunanya secara “door to door”, yaitu dapat melayani dari tempat asal ke tempat tujuan yang umumnya berada didarat sedangkan angkutan lainnya umumnya bergerak antara terminal ke terminal.
Pentahapan Pembangunan Jalan Agar pembangunan jalan dapat dilakukan secara efektif dan efisien, maka dalam prosesnya pembangunan jalan mengikuti tahapan-tahapan :
Tahap perencanaan (Planning) Tahap studi kelayakan (Feasibility Study) Tahap Perancangan Detail (Detail Design) Tahap Konstruksi (Construction) Tahap Pemeliharaan (Maintenance)
Tahap perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan merupakan tahap formulasi kebutuhan pembangunan jalan. Biasanya dilakukan studi pada skala jaringan jalan yang lebih luas. Tujuan dari tahap ini adalah : - Perencanaan pengembangan jaringan jalan untuk mengantisipasi kebutuhan pada masa yang akan datang dengan peningkatan jalan eksisting maupun pembangunan jalan baru - Identifikasi prioritas pengembangan jaringan - Penyususnan program pengembangan jaringan jalan
Tahap studi kelayakan (Feasibility Study)
Hasil dari tahap perencanaan yang berupa kebutuhan pembangunan beberapa ruas jalan baru perlu diidentifikasi prioritas implementasinya secara detail, maka usulanusulan pembangunan tersebut distudi kelayakannya. Selain dilakukan prediksi penggunaan secara lebih detail, juga dilakukan : - Pemilihan koridor dan trase optimum (route location) - Desain Awal - Prediksi biaya implementasi - Analisis kelayakan ekonomi, finansial, lingkungan dan lain-lain
Indah Handayasari
Jurusan Teknik Sipil STT-PLN
Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan
Tahap Perancangan Detail (Detail Design)
Ruas jalan yang dianggap layak untuk diimplementasikan, kemudian dirancang secara detail. Dengan kegiatan meliputi : - Pengukuran dan pemetaan detail dari lokasi trase terpilih - Penyelidikan tanah serta identifikasi daerah-daerah labil serta kondisi lingkungan di sekitar lokasi trase, juga sumber material konstruksi - Perancangan geometrik jalan - Perancangan tebal perkerasan - Perencanaan bangunan pelengkap lain, termasuk jembatan, perambuan dan marka, penerangan jalan, dll. - Perencanaan galian timbunan - Identifikasi metoda pelaksanaan serta kebutuhan waktu konstruksi yang optimum - Perhitungan volume pekerjaan dan besarnya biaya konstruksi - Persiapan dokumen pelelangan
Tahap Konstruksi (Construction) dan Tahap Pemeliharaan (Maintenance)
Konstruksi merupakan tahap implementasi perencanaan dilapangan. Kegiatan konstruksi didasarkaan pada as built drawing hasil perancangan. Setelah tahap konstruksi perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan yang meliputi pemeliharaan rutin dan berkala serta pemantauan.
Definisi dari beberapa istilah yang digunakan pada tahapan perancangan geometrik jalan:
Badan Jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas, median dan bahu jalan.
Bahu Jalan adalah bagian daerah manfaat jalan yang berdampingan dengan jalur lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti, keperluan darurat dan untuk pendukung samping bagi lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.
Batas Median Jalan adalah bagian median selain jalur tepian, yang biasanya ditinggikan dengan batu tepi jalan.
Daerah Manfaat Jalan (Damaja) adalah daerah yang meliputi seluruh badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengaman.
Daerah Milik Jalan (Damija) adalah daerah yang meliputi seluruh daerah manfaat jalan dan daerah yang diperuntukkan bagi pelebaran jalan dan penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruangan untuk pengaman jalan.
Ekivalen Mobil Penumpang (emp) adalah faktor dari berbagai kendaraan dibandingkan terhadap mobil penumpang sehubungan dengan pengaruhnya kepada kecepatan
Indah Handayasari
Jurusan Teknik Sipil STT-PLN
Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan
mobil penumpang dalam arus lalu lintas campuran.
Faktor-K adalah faktor berupa angka yang memperbandingkan volume lalu lintas per jam yang didasarkan pada jam sibuk ke 30-200 dengan volume lalu lintas harian rata-rata tahunan.
Faktor F adalah faktor variasi tingkat lalu lintas per 15 menit dalam satu jam, ditetapkan berdasarkan perbandingan antara volume lalu lintas dalam satu jam dengan 4 kali tingkat volume lalu lintas per 15 menit tertinggi.
Jalur adalah suatu bagian pada lajur lalu lintas yang ditempuh oleh kendaraan bermotor (beroda 4 atau lebih) dalam satu jurusan.
Lajur adalah bagian pada jalur lalu lintas yang ditempuh oleh satu kendaraan bermotor beroda 4 atau lebih dalam satu jurusan.
Kapasitas Jalan adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan pada suatu bagian jalan pada kondisi tertentu, dinyatakan dalam satuan mobil penumpang per jam.
Kecepatan Rencana (VR) adalah kecepatan maksimum yang aman dan dapat dipertahankan di sepanjang bagian tertentu pada jalan raya.
Mobil Penumpang adalah kendaraan beroda 4 jenis sedan atau van yang berfungsi sebagai alat angkut penumpang dengan kapasitas tempat duduk 4 sampai 6.
Satuan Mobil Penumpang (SMP) adalah jumlah mobil penumpang yang digantikan tempatnya oleh kendaraan jenis lain dalam kondisi jalan, lalu lintas dan pengawasan yang berlaku.
Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas per jam pada jam sibuk tahun rencana, dinyatakan dalam satuan SMP/jam, dihitung dari perkalian VLHR dengan faktor K.
Volume Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) adalah volume total yang melintasi suatu titik atau ruas pada fasilitas jalan untuk kedua jurusan, selama satu tahun dibagi oleh jumlah hari dalam satu tahun.
Volume Lalu lintas Harian Rencana (VLHR) adalah taksiran atau prakiraan volume lalu lintas harian untuk masa yang akan datang pada bagian jalan tertentu.
Indah Handayasari
Jurusan Teknik Sipil STT-PLN
Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan
Klasifikasi jalan menurut sistem jaringan, perananan/fungsi serta wewenang pembinaan : a. Pengelompokkan berdasarkan Sistem Jaringan : 1. Sistem Jaringan Jalan Primer : Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah, yang menghubungkan simpul jasa distribusi yang berwujud kota. 2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder : Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat didalam kota, yang menghubungkan antar dan didalam kawasan kota. b. Pengelompokkan berdasarkan Perananan/Fungsi : 1. Jalan Arteri : Jalan yang melayani angkutan utama, dengan ciri-ciri : - Perjalanan jarak jauh - Kecepatan rata-rata tinggi - Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, dengan memperhatikan kapasitas jalan masuk 2. Jalan Kolektor Jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian, dengan ciri-ciri : - Perjalanan jarak sedang - Kecepatan rata-rata sedang - Jumlah jalan masuk dibatasi 3. Jalan Lokal Jalan yang melayani angkutan lokal, dengan ciri-ciri : - Perjalanan jarak dekat - Kecepatan rata-rata rendah - Jumlah jalan masuk tidak dibatasi c. Pengelompokkan berdasarkan Wewenang Pembinaan : 1. Jalan Nasional - Jalan yang bersifat strategis nasional - Menghubungkan antar ibukota propinsi - Jalan umum dengan fungsi arteri primer - Jalam umum yang pembinaannya dilakukan oleh menteri 2. Jalan Propinsi - Jalan yang bersifat strategis regional - Menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota kabupaten atau kota - Menghubungkan antar ibukota kabupaten atau antar kota - Jalan umum dengan fungsi kolektor primer - Jalam umum yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah daerah
Indah Handayasari
Jurusan Teknik Sipil STT-PLN
Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan
3. Jalan Kabupaten - Jalan yang bersifat strategis lokal didaerah kabupaten - Menghubungkan ibukota kabupaten dengan kecamatan - Menghubungkan antar kecamatan - Menghubungkan ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal - Jalan umum dengan fungsi lokal primer - Jaringan jalan sekunder diluar daerah perkotaan 4. Jalan Kota - Jalan umum dengan sistem sekunder - Menghubungkan antar pusat kegiatan lokal dalam kota - Menghubungkan antar pusat pemukiman - Berada dikawasan perkotaan 5. Jalan Desa Menghubungkan kawasan di dalam desa dan antar pemukiman. 6. Jalan Khusus Jalan yang pembinaannya dilakukan oleh instansi, badan usaha, perorangan atau kelompok masyarakat.
Persyaratan Jalan yang sesuai dengan peranannya (PP No.26/1985) : 1. Jalan Arteri Primer - Kecepatan rencana minimum 60 km/jam - Lebar badan jalan minimum 8 meter - Kapasitas lebih besar dari pada volume lalu lintas rata-rata - Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lau lintas lokal dan kegiatan lokal - Jalan masuk dibatasi secara efisien (jarak antar jalan masuk/ akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 500meter) - Persimpangan dengan jalan lain dilakukan pengaturan tertentu sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan - Tidak terputus walaupun memasuki kota - Persyaratan teknis jalan masuk ditetapkan oleh menteri 2. Jalan Kolektor Primer - Kecepatan rencana minimum 40 km/jam - Lebar badan jalan minimum 7 meter - Kapasitas sama dengan atau lebih besar dari pada volume lalu lintas rata-rata - Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lokal dan kegiatan lokal - Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan ((jarak antar jalan masuk tidak boleh lebih pendek dari 400meter) - Tidak terputus walaupun memasuki kota
Indah Handayasari
Jurusan Teknik Sipil STT-PLN
Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan
3. Jalan Lokal Primer - Kecepatan rencana minimum 20 km/jam - Lebar badan jalan minimum 6 meter - Tidak terputus walaupun melewati desa 4. Jalan Arteri Sekunder - Kecepatan rencana minimum 20 km/jam - Lebar badan jalan minimum 8 meter - Kapasitas sama atau lebih besar dari pada volume lalu lintas rata-rata - Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat - Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan ((jarak antar jalan masuk tidak boleh lebih pendek dari 250meter) - Persimpangan dengan pengaturan tertentu, tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan 5. Jalan Kolektor Sekunder - Kecepatan rencana minimum 20 km/jam - Lebar badan jalan minimum 7 meter - Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan (jarak antar jalan masuk tidak boleh lebih pendek dari 200meter) 6. Jalan Lokal Sekunder - Kecepatan rencana minimum 10 km/jam - Lebar badan jalan minimum 5 meter - Persyaratan teknik diperuntukkan bagi kendaraan beroda tiga atau lebih
Pembagian Kelas Jalan Pembagian Kelas Jalan yang diatur oleh PP No.43 Tahun 1993 tentang prasarana dan lalu lintas jalan adalah : 1. Jalan Kelas I Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 10000 mm dan muatan sumbu terberat yang diijinkan lebih besar dari 10 ton. 2. Jalan Kelas II Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18000 mm dan muatan sumbu terberat yang diijinkan lebih besar dari 10 ton. 3. Jalan Kelas IIIA Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18000 mm dan muatan sumbu terberat yang diijinkan lebih besar dari 8 ton.
Indah Handayasari
Jurusan Teknik Sipil STT-PLN
Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan
4. Jalan Kelas IIIB Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12000 mm dan muatan sumbu terberat yang diijinkan lebih besar dari 8 ton. 5. Jalan Kelas IIIC Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9000 mm dan muatan sumbu terberat yang diijinkan lebih besar dari 8 ton.
Bagian-bagian Jalan 1. Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA) Daerah Manfaat Jalan (Damaja) dibatasi oleh : Lebar antara batas ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi jalan. Tinggi 5 meter di atas permukaan perkerasan pada sumbu jalan. Kedalaman ruang bebas 1,5 meter di bawah muka jalan. 2. Daerah Milik Jalan (DAMIJA) Ruang Daerah Milik Jalan (Damija) dibatasi oleh lebar yang sama dengan Damaja ditambah ambang pengaman konstruksi jalan dengan tinggi 5 meter dan kedalaman 1.5 meter. 3. Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA) : a. Ruang Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) adalah ruang sepanjang jalan di luar Damaja yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur dari sumbu jalan sebagai berikut : jalan Arteri minimum 20 meter, jalan Kolektor minimum 15 meter, jalan Lokal minimum 10 meter. b. Untuk keselamatan pemakai jalan, Dawasja di daerah tikungan ditentukan oleh jarak pandang bebas.
Indah Handayasari
Jurusan Teknik Sipil STT-PLN
Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan
Gambar 1. Damaja, Damija dan Dawasja Pada Jalan Antar Kota
Penampang Melintang Jalan Penampang melintang jalan terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut : a. b. c. d. e. f.
Jalur lalu lintas Median dan jalur tepian (kalau ada) Bahu Jalur pejalan kaki Selokan / Drainase Lereng
Gambar 2. Penampang Melintang Jalan
Indah Handayasari
Jurusan Teknik Sipil STT-PLN
Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan
Gambar 3. Penampang Melintang Jalan Yang Dilengkapi Trotoar
Jalur Lalu Lintas
Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan.
Batas jalur lalu lintas dapat berupa: (1) Median (2) Bahu (3) Trotoar (4) Pulau jalan (5) Separator
Jalur lalu lintas dapat terdiri atas beberapa lajur
Jalur lalu lintas dapat terdiri atas beberapa tipe : a. 1 jalur - 2 lajur - 2 arah (2/2 TB) b. 1 jalur - 2 lajur - 1 arah (2/1 TB) c. 2 jalur - 4 lajur - 2 arah (4/2 B) d. 2 jalur - n lajur - 2 arah (n12 B) Ket : n = jumlah lajur TB = tidak terbagi B = terbagi
Lebar Jalur : a. Lebar jalur sangat ditentukan oleh jumlah dan lebar lajur peruntukannya. Tabel 1. menunjukkan lebar jalur dan bahu jalan sesuai VLHR-nya. b. Lebar jalur minimum adalah 4.5 meter, memungkinkan 2 kendaraan kecil saling berpapasan. Papasan dua kendaraan besar yang terjadi sewaktu-waktu dapat menggunakan bahu jalan.
Indah Handayasari
Jurusan Teknik Sipil STT-PLN
Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan
Tabel 1. Penentuan Lebar Jalur dan Bahu Jalan
Lajur
Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan bermotor sesuai kendaraan rencana.
Lebar lajur tergantung pada kecepatan dan kendaraan rencana, yang dalam hal ini dinyatakan dengan fungsi dan kelas jalan seperti ditetapkan dalam Tabel 2. Jumlah lajur ditetapkan dengan mengacu kepada MKJI berdasarkan tingkat kinerja yang direncanakan, dimana untuk suatu ruas jalan dinyatakan oleh nilai rasio antara volume terhadap kapasitas yang nilainya tidak lebih dari 0.80.
Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas pada alinemen lurus memerlukan kemiringan melintang normal sebagai berikut (lihat Gambar 4.): a. 2-3% untuk perkerasan aspal dan perkerasan beton b. 4-5% untuk perkerasan kerikil Tabel 2. Lebar Lajur Jalan Ideal
Indah Handayasari
Jurusan Teknik Sipil STT-PLN
Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan
Gambar 4. Kemiringan Melintang Jalan Normal Bahu jalan Bahu Jalan adalah bagian jalan yang terletak di tepi jalur lalu lintas dan harus diperkeras. Fungsi bahu jalan adalah sebagai berikut: a. lajur lalu lintas darurat, tempat berhenti sementara, dan atau tempat parkir b. darurat c. ruang bebas samping bagi lalu lintas; dan d. penyangga sampai untuk kestabilan perkerasan jalur lalu lintas.
Kemiringan bahu jalan normal antara 3 - 5%.
Gambar 5. Bahu Jalan
Indah Handayasari
Jurusan Teknik Sipil STT-PLN