PERBEDAAN PENGARUH KB SUNTIK 1 BULAN DAN KB SUNTIK 3 BULAN TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DI BPS BIDAN S KECAMATAN TAWANGSARI KOTA TASIKMALAYA
Ai Riska Wulansari MA 0712002 Abstrak
Pertumbuhan penduduk Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Program Keluarga Berencana merupakan salah satu usaha untuk menanggulangi masalah kependudukan tersebut seperti KB suntik. Permasalahan yang paling sering dihadapi akseptor KB suntik adalah peningkatan berat badan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan pengaruh KB suntik 1 bulan dan KB suntik 3 bulan terhadap peningkatan berat badan di BPS Bidan S Kecamatan Tawangsari Kota Tasikmalaya. Jenis penelitian ini adalah analisis komparasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB suntik yang ada di BPS bidan S kecamatan Tawangsari Kota Tasikmalaya berjumlah 230 orang. Teknik sampling yang digunakan accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 66 orang. Untuk sampel KB suntik 1 bulan berjumlah 23 orang dan sampel KB suntik 3 bulan berjumlah 43 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa akseptor KB suntik 1 bulan sebanyak 73,9% (17 orang) yang mengalami peningkatan berat badan dan akseptor KB suntik 3 bulan sebanyak 90,7% (39 orang) mengalami peningkatan berat badan. Ada pengaruh KB suntik 1 bulan terhadap peningkatan berat badan dimana p-value = 0,022, ada pengaruh KB suntik 3 bulan terhadap peningkatan berat badan dimana p-value = 0,044. Ada perbedaan pengaruh KB suntik 1 bulan dan KB suntik 3 bulan, dimana KB suntik 1 bulan lebih berpengaruh terhadap peningkatan berat badan karena kekuatan hubungan lebih kuat. Disarankan bagi aksepor KB untuk memanfaatkan fasilitas serta sarana dan prasarana yang diberikan oleh petugas kesehatan secara rutin dalam upaya menurunkan angka fertilitas.
Kata Kunci
: KB Suntik, Peningkatan Berat Badan
Latar Belakang Laju pertambahan penduduk di Indonesia dimasa ini kurang menggembirakan. Hal ini dapat di lihat dari laju pertumbuhan di Indonesia berdasarkan sensus tahun 2004 mencapai 1,5% sedangkan jumlah kelahiran pertahun 1000 penduduk mencapai 20,7% (Hasil survey SDKI 2012). Perkiraan jumlah penduduk Indonesia adalah 237 juta jiwa dengan tingkat kepadatan 112 jiwa per km. Dan jumlah penduduk di provinsi Jawa Barat 43.053.732 jiwa sedangkan di kota Tasikmalaya jumlah penduduk mencapai 635.464 (Badan Pusat Statistik, 2010) Salah satu usaha untuk menanggulangi masalah kependudukan tersebut adalah dengan mengikuti program Keluargan Berencana (KB) yang di maksudkan untuk memebantu pasangan dan perseorangan dalam tujuan reproduksi sehat, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan yang beresiko tinggi, meningkatkan mutu nasehat komunikasi, edukasi, konseling dan pelayanan meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) untuk menjarangkan kehamilan (ICPD,1994 dalam Lestari, 2008). Adanya program KB diharapkan ada keikutsertaan dari seluruh pihak dalam mewujudkan keberhasilan KB di Indonesia. Program KB yang di dasarkan pada Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan perkembangan keluarga kecil sejahtera yang serasi dan selaras dengan daya dukung dan daya tampug lingkungan. Kebijakan oprasional dikembangkan berdasarkan empat misi gerakan KB Nasional yaitu pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran. Pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga, yang selanjutnya secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi pelayanan kesehatan keluarga gerakan KB Nasional (Lestari, 2008). Mempelajari pola trend terbaru maka Paradigma Program KB Nasional yang lama yaitu Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) diubah menjadi “Keluarga Berkualitas 2015” yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga berkualitas yaitu keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, dan harmonis (Handayani, 2010). Hal ini menunjukan bahwa program KB telah diterima dan membudaya di masyarakat. Pencapaian peserta KB dari waktu kewaktu juga terus meningkat. Pada tahun 2012 menunjukkan jumlah perserta KB baru di Indonesia sebanyak 6.152.231 akseptor. Sebagian besar masyarakat Indonesia yang menggunakan alat kontrasepsi memilih yang metode non kontrasepsi jangka panjang atau dapat dikatakan mereka memilih alat kontrasepsi yang memiliki reaksi jangka pendek. Hal tersebut dapat dilihat dari metode kontrasepsi yang dipakai yaitu sebanyak 2.949.633 (47,94 %) akseptor memilih suntik (BKKBN, 2012). Akseptor KB suntik mencapai 21,1% dari total jumlah akseptor KB yang popular dipakai adalah Depo Provera 150 mg, dan kombinasi 24,94%. Sedangkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-
2003, kontrsepsi suntik dengan prevalensi 27,8% yang kemudian disusul pil 13,22% (Hartanto, 2003) Kontrasepsi hormonal seperti suntik memiliki daya kerja yang lama, tidak membutuhkan pemakaian setiap hari tetapi tetap efektif dan tingkat reversibilitasnya tinggi, artinya kembali kesuburan setelah pamakain berlangsung cepat (FK UNPAD:1996 dalam lestari 2008) . Namun setiap metode kontrasepsi tentu mempunyai efek samping tersendiri metode hormonal seperti suntik ini umumnya menpunyai efek samping yang berupa gangguan haid, perubahan berat badan, pusing atau sakit kepala dan kenaikan tekanan darah (Hartanto, 2003). Permasalahan yang paling sering dihadapi akseptor KB suntik adalah peningkatan berat badan (Varney, 2007). Kenaikan berat badan merupakan kelainan metabolisme yang paling sering dialami akseptor KB. Perubahan kenaikan berat badan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor hormonal yang terkandung dalam kontrasepsi suntik yaitu hormon estrogen dan progesteron (Hartanto, 2004) Kenaikan berat badan pada akseptor KB suntik karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron akan mempermudah perubahan karbohidrat dan menjadi lemak, sehingga lemak subkutan bertambah. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1-3 kg dalam tahun pertama. Selain itu hormon estrogen dan progesteron juga menyebabkan nafsu makan meningkat. Hipotesa para ahli, kontrasepsi suntik dapat merangsang pusat pengendali nafsu makan hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada biasanya (Hartanto,2004). Dari hasil studi pendahuluan yang di lakukan oleh peneliti pada bulan Maret di Bidan Praktek Swasta (BPS) Bidan S terhadap 10 orang pengguna alat kontrasepsi suntik, 3 orang mengalami peningkatan berat badan <5%, 3 orang mengalami peningkatan berat badan 5-10%, 2 orang mengalami peningkatan >10% dan 2 orang berat badan tetap atau cenderung menurun setelah pemakaian lebih dari satu tahun. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitan dengan judul “Perbedan Pengaruh KB Suntik 1 bulan dan KB suntik 3 bulan Terhadap Peningkatan Berat Badan di BPS Bidan S Kecamatan Tawangsari Kota Tasikmalaya”. Tujuan Penelitian Tujuan Umum dari penelitian ini adalah Untuk menganalisis perbedaan pengaruh KB suntik 1 bulan dan KB suntik 3 bulan terhadap peningkatan berat badan. Sedangkan Tujuan khususnya adalah : Kesatu : Mendapatkan gambaran peningkatan berat badan sesudah menggunakan KB suntik 1 bulan. Kedua : Mendapatkan gambaran peningkatan berat badan sesudah menggunakan KB suntik 3 bulan. Ketiga : Mendapatkan analisa pengaruh KB suntik 1 bulan terhadap peningkatan berat badan. Keempat : Mendapatkan analisa pengaruh KB suntik 3 bulan terhadap peningkatan berat badan
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Rancangan atau desain dalam penelitian ini adalah analisis komparasi, dua mean dependen (paired sample) yaitu untuk menguji perbedaan mean antara 2 kelompok data dengan pendekatan cross sectional. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo,2005).Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah semua akseptor KB suntik yang ada di BPS bidan S kecamatan Tawangsari Kota Tasikmalaya berjumlah 230 orang. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini yang dijadikan sampel adalah ibu-ibu pengguna KB suntik >1 tahun di BPS bidan S Kecamatan Tawangsari Kota Tasikmalaya datang pada tangal 13 sampai dengan 23 April 2015 berjumlah 66 orang. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Accidental Sampling, yaitu sampel yang didapatkan secara kebetulan ada atau tersedia. Tehnik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah : 1. Data sekunder untuk berat badan sebelum menggunakan KB suntik yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada dengan cara melihat buku atau kartu peserta KB yang di bawa oleh responden 2. Data primer untuk berat badan sekarang atau setelah menggunakan KB suntik yaitu data yang diperoleh peneliti dari hasil penimbangan oleh peneliti. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data a. Editing Tahap ini merupakan kegiatan penyuntingan data yang telah terkumpul yaitu dengan memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian setiap jawaban dari daftar pertanyaan sebagai persiapan untuk entry data ke dalam tabulasi. b. Koding Setelah data diedit langkah berikutnya adalah mengkoding data, yaitu memberi kode terhadap setiap dokumen yang menjadi sasaran peneliti. Tujuannya untuk memudahkan klasifikasi data, menghindari terjadinya pencampuran data yang bukan jenis dan kategorinya. Juga untuk memudahkan pada saat analisis data dan proses entry dengan bantuan perangkat lunak komputer. Kode untuk berat badan tetap diberi kode 1, yang meningkat diberi kode2. dan Untuk kode menurun diberi kode 0.
c.
Tabulasi data Adalah teknik menghitung data atau mencatat data yang telah terkumpul, selanjutnya akan diolah dengan menggunakan metode distribusi frekuensi. 2. Analisis Data a. Univariat Menganalisis perbedaan pengaruh KB suntik terhadap peningkatan berat badan. Teknik pengolahan data yang penulis gunakan ialah dengan cara perhitungan persentase caranya dengan membagi distribusi responden berdasarkan kategori (n) dengan jumlah sampel (N) dan dikalikan 100%. Dengan rumus : P = n x 100% N Keterangan : P = presentase n = kategori N = jumlah seluruh sampel b. Bivariat Setelah didapatkan data dengan univariat, selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan analisa komparatif berkolerasi, dimana penelitian ini dilakukan pada 2 variabel yang diduga berbeda serta pengujiannya menggunakan uji-t, dimana teknik ini digunakan untuk membuktikan perbedaan antara 2 variabel karena skala pengukuran 2 variabel tersebut adalah uji dua sampel independen (Sugiyono, 2005). Adapun rumus Uji-t berpasangan yang digunakan adalah sebagai berikut: 𝑡=
𝑑 𝑠𝑑 − 𝑑/ 𝑛
Keterangan : 𝑑=
𝑑 𝑛
d : Nilai deviasi (seliasih angka sebelum dan sesudah) Sd-d : nilai standar deviasi n : jumlah data dengan df = n-1, α = 0, 05 ,cari nilai P pada tabel distribusi t, keputusan uji statistik Ha : ditolak (P value>α) Ha diterima (P value<α) (Notoatmodjo, 2002)
HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di BPS bidan S tanggal 13 sampai dengan 23 April 2015 Kecamatan Tawangsari Kota Tasikmalaya sebanyak 23 orang pengguna KB suntik 1 bulan dan 43 orang pengguna KB suntik 3 bulan mengenai perbedaan pengaruh KB suntik 1 bulan dan 3 bulan terhadap peningkatan berat badan adalah sebagai berikut : 1. Univariat Setelah dilakukan analisa univariat mengenai perbedaan pengaruh KB suntik 1 bulan dan 3 bulan di BPS bidan S Kecamatan Tawangsari Kota Tasikmalaya didapatkan data sebagai berikut : a. Distribusi frekuensi peningkatan berat badan KB suntik 1 bulan Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi peningkatan berat badan KB suntik 1 bulan di BPS Bidan S Kecamatan Tawangsari Kota Tasikmalaya Kategori Frekuensi Persentase(%) Menurun 0 0 Tetap 6 26,1 Meningkat 17 73,9 Total 23 100,0 Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum di tabel 5.1 menunjukan bahwa pengaruh KB suntik 1 bulan terhadap peningkatan berat badan sebanyak 73,9% (17 orang) yang mengalami peningkatan berat badan. b. Distribusi frekuensi peningkatan berat badan KB suntik 3 bulan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi peningkatan berat badan KB suntik 3 bulan di BPS Bidan S Kecamatan Tawangsari Kota Tasikmalaya Kategori Frekuensi Persentase(%) Menurun 0 0 Tetap 4 9,3 Meningkat 39 90,7 Total 43 100,0 Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum di tabel 5.2 menunjukan bahwa pengaruh KB suntik 3 bulan terhadap peningkatan berat badan sebanyak 90,7% (39 orang) yang mengalami peningkatan berat badan. 2. Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan atau pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat, dalam penelitian ini mengenai perbedaan pengaruh KB suntik 1 bulan dan 3 bulan terhadap peningkatan berat badan, hasil penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
a. Pengaruh KB suntik 1 bulan terhadap peningkatan berat badan Tabel 5.3 Pengaruh KB suntik 1 bulan terhadap peningkatan berat badan di BPS bidan S KecamatanTawangsari Kota Tasikmalaya Mean Std.deviasi df T P.value Berat badan sebelum dan sesudah -.21739 .42174 22 -2472 .022 menggunakan KB suntik 1 bulan Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata berat badan responden yang ada di BPS bidan S sebelum dan sesudah diberikan KB suntik 1 bulan adalah -21739. Hasil uji-t pada KB suntik 1 bulan didapatkan nilai t = -2.472. Hasil uji statistic diperoleh nilai p-value untuk uji dua sisi (2-tailed) adalah 0,022 (<=0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh KB suntik 1 bulan terhadap peningkatan berat badan pada α 5% karena p-value = 0,022 < 0,05berarti Ha di terima dengan kekuatan hubungan kuat. b. Pengaruh KB suntik terhadap peningkatan berat badan Tabel 5.4 Pengaruh KB suntik 3 bulan terhadap peningkatan berat badan di BPS bidan S Kecamatan Tawangsari Kota Tasikmalaya Mean Std.deviasi df T P.value Berat badan sebelum dan sesudah -.09302 .29390 42 -2.075 .044 menggunakan KB suntik 3 bulan Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata berat badan responden yang ada di BPS bidan S sebelum dan sesudah diberikan KB suntik 3 bulan adalah -.09302. Hasil uji-t pada KB suntik 3 bulan didapatkan nilai t = -2.075. Hasil uji statistic diperoleh nilai p-value untuk uji duasisi (2-tailed) adalah 0,044 (<=0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh KB suntik 3 bulan terhadap peningkatan berat badan pada α 5% karena p-value = 0,044 < 0,05 berarti Ha di terima dengan kekutan hubungan lemah. c. Perbedaan pengaruh KB suntik 1 bulan dengan KB suntik 3 bulan Berdasarkan analisa data mengenai perbedaan pengaruh KB suntik 1 bulan dengan KB suntik 3 bulan yaitu ada perbedaan pengaruh terhadap peningkatan berat badan messkipun dilihat dari nilai p-value sama mempunyai pengaruh terhadap peningkatan berat badan akan tetapi dilihat dari standar deviasi berbeda, dengan nilai standar deviasi 0,42174 kekuatan hubungan kuat pada KB suntik 1
bulan kekuatan hubungan lemah dimana nilai standar deviasi 0,29390 pada KB suntik 3 bulan. Oleh karena itu KB suntik 1 bulan lebih berpengaruh terhadap peningkatan berat badan karena kekuatan hubungan lebih kuat dibandingkan dengan KB suntik 3 bulan. Pembahasan 1. KB suntik 1 bulan terhadap peningkatan berat badan Berdasarkan hasil penelitian yang ada pada tabel 5.1 menunjukan bahwa akseptor KB suntik 1 bulan mengalami peningkatan berat badan di BPS bidan S Kecamatan Tawangsari Kota Tasikmalaya umumnya termasuk kategori meningkat sebanyak 73,9% (17 orang). KB suntik 1 bulan adalah jenis suntikan KB yang diberikan 1 bulan sekali alat kontrasepsi ini mengandung kombinasi hormon progestin dan hormon estrogen. Hormon estrogen merangsang pusat nafsu makan yang ada di hipotalamus dan hormon progesteron merubah karbohidrat yang di konsumsi dari makanan menjadi lemak yang dapat menyebabkan peningkatan berat badan . Hal tersebut sesuai menurut Hartanto (2004) bahwa KB suntik 1 bulan merupakan metode suntikan yang pemberiannya tiap bulan. Metode ini diberikan secara parenteral melalui suntikan intramuscular dan memberikan efek jangka panjang. Kombinasi antara progesterone dan estrogen yang menghambat ovulasi. Di tegaskan oleh Mansjoer (2003) efek samping utama bagi akseptor KB suntik 1 bulan merangsang hormon estrogen yang merangsang pusat nafsu makan yang ada di hipotalamus dan diakibatkan bertambahnya nafsu makan maka karbohidrat yang dikonsumsi dari makanan di rubah menjadi lemak oleh hormon progesteron, sehingga hormon progesteron lebih berpengaruh terhadap peningkatan berat badan karena hormon progesteron lebih kuat. 2. KB suntik 3 bulan terhadap peningkatan berat badan Berdasarkan hasil penelitian yang ada pada tabel 5.2 menunjukan bahwa akseptor KB suntik 3 bulan mengalami berat badan di BPS bidan S Kecamatan Tawangsari Kota Tasikmalaya umumnya termasuk kategori meningkat sebanyak 90,7% (39 orang). KB suntik 3 bulan adalah jenis suntikan KB yang mengandung hormon DMPA disebut hormon progestin dengan volume 150 mg alat kontrasepsi ini diberikan setiap 3 bulan dan mengandung hormon progesteron yang kuat sehingga dapat menyebabkan peningkatan berat badan. Sejalan dengan Varney (2006) bahwa KB suntik 3 bulan berisi hormon progesteron saja dan tidak mengandung hormone esterogen. Dosis yang diberikan 150 mg/ml depot medroksiprogesteron asetat yang disuntikkan secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu. Di tegaskan oleh Mansjoer (2003) bahwa faktor yang mempengaruhi peningkatan berat badan adalah adanya hormon progrsteron yang kuat sehingga merangsang hormon nafsu makan yang ada di hipotalamus, dengan adanya nafsu makan yang lebih banyak dari biasanya tubuh akan kelebihan zat-zat gizi yang diakibatkan oleh hormon progesteron akan dirubah menjadi lemak dan disimpan di bawah kulit,
perubahan berat badan akibat adanya penumpukan lemak yang berlebih hasil sintesa karbohidrat menjadi lemak. 3. Pengaruh KB suntik 1 bulan terhadap peningkatan berat badan Berdasarkan hasil penelitian yang ada pada tabel 5.3 bahwa KB suntik 1 bulan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan berat badan dimana nilai p-value=0,022. Akseptor KB yang mengalami peningkatan berat badan dikarenakan efek samping yang diakibatkan oleh KB suntik 1 bulan dan di pengaruhi oleh faktor-faktor yang meningkatkan berat badan seperti aktivitas, psikologis, genetik, kebudayaan, lingkungan, obat-obatan dan perkembangan. Menurut Hartanto (2004), penyebab peningkatan berat badan akseptor KB suntik kemungkinan karena DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada biasanya. Faktor lain yang berperan penting dalam mempengaruhi berat badan diantaranya adalah faktor genetik, regulasi termis, metabolisme lemak, aktivitas fisik dan pola makan. Jadi peningkatan berat badan tidak semata-mata hanya disebabkan oleh pemakaian KB suntik saja. 4. Pengaruh KB suntik 3 bulan terhadap peningkatan berat badan Berdasarkan hasil penelitian yang ada pada tabel 5.4 bahwa KB suntik 3 bulan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan berat badan dimana nilai p-value=0,044. Akseptor KB yang mengalami peningkatan berat badan disebabkan oleh efek samping KB suntik 3 bulan sehingga nafsu makan bertambah dan berkurangnya aktivitas fisik. Hal tersebut sesuai dengan Hartanto (2004) bahwa kenaikan berat badan, kemungkinan disebabkan karena hormon progesterone mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormon progesteron juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat menyebabkan berat badan bertambah. Dari uraian tersebut didapatkan bahwa pengaruh KB suntik 3 bulan terhadap peningkatan berat badan disebabkan karena hormon progesterone mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah. 5. Perbedaan pengaruh KB suntik 1 bulan dan KB suntik 3 bulan terhadap peningkatan berat badan Berdasarkan analisa data mengenai perbedaan pengaruh KB suntik 1 bulan dengan KB suntik 3 bulan yaitu ada perbedaan pengaruh terhadap peningkatan berat badan dapat dilihat dari kekuatan hubungan kuat dimana nilai standar defiasi 0,42174 pada KB suntik 1 bulan, dan kekuatan hubungan lemah pada KB suntik 3 bulan dimana nilai standar deviasi 0,29390. Oleh Karena itu KB suntik 1 bulan lebih berpengaruh terhadap peningkatan berat badan karena kekuatan hubungan lebih kuat dibandingkan dengan KB suntik 3 bulan. Hal tersebut ternyata tidak sejalan dengan teori (Suparyanto,2013) bahwa wanita yang menggunakan DMPA atau dikenal dengan KB suntik 3 bulan rata rata mengalami peningkatan berat badan sebanyak 5,5 kg, dan mengalami
peningkatan lemak tubuh sebanyak 3,4% dalam waktu 3 tahun pemakaian, sedangkan pada kontrasepsi suntik bulanan efek samping terhadap berat badan sangatlah ringan umumnya pertambahan berat badan sedikit. Hal ini di akibatkan karena responden akseptor KB suntik 1 bulan yang di dapatkan lebih sedikit dibandingkan dengan akseptor KB suntik 3 bulan. Uraian tersebut terlihat bahwa adanya kecenderungan suntikan KB sebagai penyebab meningkatnya berat badan akseptor KB. Dalam hal ini peneliti menilai bahwa efek samping dari penggunaan KB suntik 1 bulan dan 3 bulan tidak terdapat pengaruh maupun hubungan yang berarti, namun peneliti melihat adanya kecenderungan peningkatan berat badan terhadap penggunaan KB suntik 1 bulan dan KB suntik 3 bulan oleh akseptor KB suntik sebagaimana yang diuraikan oleh Hartanto (2003) bahwa salah satu efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan KB suntik 1 bulan dan KB suntik 3 bulan adalah perubahan berat badan yaitu secara umum pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1-5 kg dalam tahun pertama meskipun penyebab pertambahan tidak terlalu jelas dan nampaknya terjadi karena bertambahnya lemak dalam tubuh dan bukan karena retensi caiaran tubuh. Hipotesa para ahli menyebutkan bahwa kontrasepsi suntikan dapat merangsang pusat pengendali nafsu makan hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya. Dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa jika KB suntik memungkinkan terjadinya peningkatan berat badan yang berlebih, maka sebaiknya akseptor KB suntik mencoba (beralih) menggunakan alat kontrasepsi lainnya seperti IUD/AKDR, MOW dan implant. Sehingga hasil yang diinginkan dapat sesuai dengan yang diharapkan.
Kesimpulan Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil penelitian mengenai analisa perbedaan pengaruh KB suntik 1 bulan dan 3 bulan terhadap peningkatan berat badan, maka dapat diambil kesimpulan yaitu: 1. Peningkatan berat badan pada akseptor KB suntik 1 bulan pada umumnya mengalami peningkatan berat badan sebanyak 73,9 %. 2. Peningkatan berat badan pada akseptor KB suntik 3 bulan pada umumnya mengalami peningkatan berat badan sebanyak 90,7. 3. Ada pengaruh KB suntik 1 bulan terhadap peningkatan berat badan dimana p-value = 0,022. 4. Ada pengaruh KB suntik 3 bulan terhadap peningkatan berat badan dimana p-value = 0,044. 5. Ada perbedaan antara KB suntik 1 bulan dengan KB suntik 3 bulan terhadap peningkatan berat badan dimana KB suntik 1 bulan lebih berpengaruh.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi. Revisi). Jakarta : Rineka Cipta BKKBN. 2012. Kontrasepsi Keluarga. www.bkkbn.go.id. Diunduh tanggal 10 Maret 2015 BPS. 2010. Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id. Diunduh tanggal 11 Maret 2015 Handayani, S. 2010. Buku Ajar pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta; Pustaka Rihama Hartanto. (2003). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta. : Pustaka Sinar Harapan Hartanto. (2004). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta. : Pustaka Sinar Harapan Lestari. 2008. Program Keluarga Berencana. http://ilmu-pasti-pengungkapkebenaran.blogspot.com/2011/11/kegagalan-kb.html Diunduh tanggal 10 Maret 2015 Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit PT. Rineka Cipta Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Saifuddin, dkk. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo SDKI. 2012. Pertumbuhan Penduduk di Indonesia. http://maidheindramaya. blogspot.com/2011/05/2.html. Diunduh tanggal 11 Maret 2015 Sulistyawati Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika Suratun, dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan. Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media Vincentia. 2009. Kontrasepsi Pilihan. digilib.esaunggul.ac.id/.../UEUUndergraduate-1686-DAFTAR%20PUSTAKA. Diunduh tanggal 10 Maret 2015