PERSEPSI AKSEPTOR KB SUNTIK TENTANG EFEK SAMPING KB SUNTIK DI BIDAN PRAKTIK SWASTA “DWI KUSUMA” DESA POJOK KECAMATAN TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2004 Sri Wahyni ; Sri Handayani & Endang Pujiastuti
Efek samping penggunaan KB suntik dirasakan oleh lebih dari 60 % akseptor KB suntik pada tahun 2003. Hal ini menjadi keluhan utama bagi akseptor KB suntik karena ketidaktahuan tentang efek samping KB suntik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik di BPS “Dwi Kusuma” Desa Pojok Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun 2004. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 45 orang yang daimbil secara purposif dari seluruh akseptor KB suntik di BPS “Dwi Kusuma” Desa Pojok Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo pada bulan Juli 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 responden (6,00%) saja yang mempunyai persepsi kurang baik tentang efek samping KB suntik. Untuk itu perlu adanya penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik dengan jumlah responden yang lebih banyak dan dengan metode-metode penelitian yang lebih baik dan lebih lengkap.
Kata kunci : persepsi, efek samping, akseptor
1. PENDAHULUAN Program keluarga berencana merupakan suatu upaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dan dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Selain itu keluarga berencana juga bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera. Selama kurang lebih 30 tahun pelaksanaan program KB nasional. Konsep keluarga kecil nampaknya sudah diterima secara luas oleh masyarakat. Hal ini terlihat Total Fertility Rate (TFR) pada periode 1970 – 1975 sebesar 5,42 menurun menjadi 2,42 pada periode 1995- 2000. (Joonesa and leete, 2002). Jawa tengah adalah salah satu propinsi di Indonesia yang mampu menyumbangkan penurunan laju fertilitas secara nasional. Tingkat fertilitas propinsi Jawa Tengah pada tahun 1971 sebesar 3,33 dan pada tahun 2000 mengalami penurunan menjadi 2,32 ini berarti lebih rendah dari tingkat nasional yaitu 2,42
(Biro Pusat Statistik, 2003).
Pada dasarnya alat kontrasepsi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu : metode sederhana, metode efektif dan kontrasepsi mantap. Kontrasepsi hormonal khususnya suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik, selain itu tingkat efektifitasnya tinggi, yaitu angka kegagalannya kurang dari 0,1% kegagalan per 100 wanita per tahun. (BKKBN, 1995). BPS
“Dwi
Kusuma”
desa
Pojok
Kecamatan
Tawangsari
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu akses pelayanan kesehatan dasar di masyarakat sekitarnya.Pada akhir Mei 2004 jumlah akseptor KB ada 85 orang dengan perincian 45 orang menggunakan KB suntik, 6 orang menggunakan MOW, 18 orang menggunakan pil, 2 orang menggunakan AKBK dan 4 orang menggunakan AKDR. Tingginya jumlah akseptor KB suntik karena tingkat efektifitasnya yang tinggi, harganya relatif murah sehingga terjangkau oleh masyarakat, penggunaannya mudah dan praktis, meskipun hampir 60% dari akseptor KB suntik tersebut menyatakan keluhan kenaikan berat badan dan terganggunya siklus menstruasi. Para akspetor biasanya takut dan minta penjelasan dan bila perlu minta pengobatan. Berdasarkan uraiuan di atas, penelitian merasa tertarik untuk
meneliti persepsi akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik di bidan praktek swasta “Dwi Kusuma” Desa Pojok Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.
2. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk deskripsi observasional dengan pendekatan cross sectional (Notoatmojo, 2002). Dilaksanakan di wilayah Kecamatan Tawangsari, dengan populasi seluruh akseptor KB di praktek bidan swasta “Dwi Kusuma” Desa Pojok Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo yaitu 85 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu berjumlah 45 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisionare. Uji coba instrumen dilaksanakan terhadap akseptor KB di desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Validitas internal menggunakan rumus Pearson product moment, reliabilitas instrumen dengan menggunakan Alfa Cronbach. Analisis data menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang berujud angka hasil perhitungan dan pengukuran yang diproses dengan penjumlahan. Hasil penjumlahan ditafsirkan dengan menggunakan kualitatif dengan kriteria sebagai berikut : Kurang baik
: < 50
Cukup baik
: 51 – 75
Baik
: >75
3. HASIL DAN PEMBAHASAN SIMPULAN DAN SARAN 3.1.Karakteristik Responden Karakteristik berdasarkan umur, sebagian besar responden termasuk alam usia dewasa TABEL 1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Umur Umur
F
%
< 20
2
4,45
20 – 35 tahun
16
35,33
>35 tahun
27
60
Total
45
100
Bersasarkan data pada tabel 1 tentang distribusi umur responden dapat kita ketahui bahwa responden terbanyak adalah diatas 35 tahun (60%). Karakteristik responden berdasarkan pendidikan, pada umumnya responden sudah berpendidikan formal. TABEL 2 Distribusi Reasponden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan
F
%
SD
27
60
SMP
7
15,56
SMA
9
20
PT
2
4,44
Total
45
100
Berdasarkan data pada tabel 2 tentang distribusi tingkat pendidikan responden dapat kita ketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SD (60%) dan hanya sebagian kecil saja yang berpendidikan PT (4,44%). Karakteristik responden berdasarkan jumlah pendapatan sebagian besar mempunyai pendapatan < 400.000. TABEL 3 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan Jumlah Pendapatan
F
%
< 400.000
28
66,67
400.000 – 1.000.000
14
31,11
>1.000.000
3
6,66
Total
45
100
Berdasarkan data dari tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah pendapatan sebagian besar responden adalah < 400.000 (66,67%) dan hanya sebagian kecil responden (6,66%) yang mempunyai jumlah pendapatan > 1.000.000. Selanjutnya untuk karakteristik responden berdasarkan jumlah anak 2 – 3 orang. TABEL 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Jumlah Anak
F
%
1
12
26,67
2-3
30
66,67
≥4
3
6,66
Total
45
100
Berdasarkan data dari tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai anak 2 – 3 orang (66,67%) dan hanya sebagian kecil saja yang mempunyai anak > 4 orang (6,66%). 3.2.Hasil Penelitian Persepsi akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasar usia responden adalah sebagai berikut : TABEL 5 Persepsi Akseptor KB Suntik tentang Efek Samping KB Suntik berdasar Usia Usia
Persepsi Baik F
%
<20 Tahun
Total
Cukup
Kurang
F
F
%
2
12,5
%
F
%
2
4,45
20-30 Tahun
15
60
10
62,5 2
50
27
60
>35 Tahun
10
40
4
25
2
50
12
35,55
Total
25
100 16
100
4
100
45
100
Paling besar responden berusia 20-35 tahun, dengan persepsi baik 60 %, persepsi cukup 62,5% dan persepsi kurang 50%. Sedangkan ibu dengan usia >35 tahun yang mempunyai persepsi baik 40 %, persepsi cukup 25 % dan persepsi kurang 50 %.
Gambaran persepsi akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasar tingkat pendidikan adalah sebagai berikut :
TABEL 6 Persepsi Akseptor KB Suntik tentang Efek Samping KB Suntik berdasar Tingkat Pendidikan Tingkat
Persepsi
Pendidikan
Baik
Cukup
Total Kurang
F
%
F
%
F
%
F
%
SD
4
44,44
18
62,07
5
71,42
27
60
SMP
1
11,10
5
17,24
1
14,29
7
15,56
SMA
2
22,23
6
20,69
1
14,29
9
20
PT
2
22,23
2
4,44
Total
9
100
45
100
29
Berdasarkan tabel 6
100
7
100
diketahui, sebagian
besar responden
mempunyai tingkat pendidikan SD dengan persepsi baik 44,44%, persepsi kurang 62,07% dan persepsi kurang 71,42%. Responden yang mempunyai tingkat pendidikan perguruan tinggi semuanya mempunyai persepsi baik tentang efek samping KB suntik. Gambaran persepsi akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan jumlah pendapatan adalah sebagai berikut : TABEL 7 Persepsi Akseptor KB Suntik tentang Efek Samping KB Suntik berdasar Jumlah Pendapatan. Jumlah
Persepsi
Pendapatan
Baik
Cukup
Total Kurang
F
%
F
%
F
%
F
%
<400.000
6
42,86
8
50
14
93,33
28
62,22
400.000 – 1 Jt
6
42,86
7
43,75
1
6,67
14
31,11
>1 Juta
2
14,28
1
6,25
3
6,67
Total
14
100
16
100
45
100
15
100
Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa ibu dengan jumlah pendapatan <400.000 mempunyai persepsi baik 42,865, persepsi cukup 50% dan persepsi kurang 93,33%. Ibu dengan jumlah pendapatan 400.000 – 1 juta mempunyai persepsi baik 42,86%, mempunyai persepsi cukup 43,75% dan mempunyai persepsi kurang 6,67%. Sedangkan ibu dengan jumlah pendapatan > 1 juta mempunyai persepsi baik 14,28% dan mempunyai persepsi cukup 6,25%. Gambaran persepsi akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasar jumlah anak adalah sebagai berikut : TABEL 8 Persepsi Akseptor KB Suntik tentang Efek Samping KB Suntik berdasar Jumlah anak Jumlah
Persepsi
Anak
Baik
Cukup
F
%
F
%
1 orang
10
31,25
2
16,67
2-3 orang
21
65,63
8
66,66
>4 orang
1
3,12
2
16,67
Total
32
100
12
100
Total Kurang F
1
1
%
100
100
F
%
12
26,67
30
66,67
3
6,66
45
100
Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagaian besar responden mempunyai anak 2 – 3 orang dengan persepsi baik 65,63%, persepsi 66,66% dan persepsi kurang 100%.
Gambaran persepsi akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik di BPS “Dwi Kusuma” adalah sebagai sebagi berikut : Persepsi
Jumlah
%
Baik
11
24,44
Cukup
31
68,90
Kurang
3
6,66
Total
45
100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar persepsi akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik adalah cukup baik (68,90%). 3.3.Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan jumlah responden terbanyak adalah berusia 20 – 35 tahun dimana usia ini menunjukkan kelompok usia produktif yang paling ideal dilihat dari segi kesehatan (Winkjosastro, 1997). Namun responden yang mengalami efek samping sangat relatif tergantung pada lamanya pemakaian, semakin lama menggunakan KB suntik maka efek samping yang dialami akan semakin terlihat (BKKBN, 1995). Persepsi akseptor tentang efek samping KB suntik dilihat dari segi usia cukup baik terutama pada responden yang berusia > 35 tahun hal ini dimungkinkan karena faktor lamanya pemakaian alat kontrasepsi sehingga akseptor telah memahami efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi karena responden tersebut telah lama mengalaminya. Salah satu efek samping pemakaian KB suntik adalah menghambat produksi ASI terutama yang suntik KB cycloferm (1 bulan ), untuk suntik KB yang 3 bulan efek samping utamanya adalah mengganggu siklus menstruasi sehingga pemakaianya dianjurkan maksimal 2 tahun setelah itu dianjurkan untuk ganti metoda lain, biasanya kembalinya kesuburan yang
ditandai dengan normalnya siklus menstruasi sekitar 12 – 18 bulan (BKKBN, 1995). Sebagian besar responden (60%) adalah berpendidikan SD namun persepsi akseptor KB suntik tersebut mempunyai persepsi yang cukup baik, tentang efek samping KB suntik (40%). Hal ini karena tingkat pengetahuan yang cukup dimiliki oleh responden tentang efek samping KB sehingga para akseptor tahu tentang efek samping dari KB yang akan dialami setelah pemakian. Dilihat dari jumlah pendapatan persepsi akseptor KB suntik adalah cukup baik namun ada juga yang mempunyai persepsi kurang baik (31,11%) terutama pada responden yang mempunyai pendapatan <400.000 hal ini bisa terjadi karena kesibukan akseptor dalam mencari nafkah membantu suami guna memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga kesempatan untuk tukar pengalaman dengan sesama pengguna alat KB suntik menjadi kurang. Seorang tenaga kesehatan harus mampu memberikan pengertian dan konseling tentang efek samping KB suntik sehingga persepsi yang kurang baik tentang efek samping KB suntik menjadi kurang. Persepsi responden yang mempunyai anak 2 – 3 orang adalah baik (46,67%) hal ini karena responden tersebut telah lama menjadi akseptor KB sehingga tahu bagaimana efek samping dari penggunaan alat KB terutama suntik sehingga akseptor tersebut tau apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan alat KB suntik yang digunakan. Dari total responden hanya ada 3 responden saja yang mempunyai persepsi kurang baik hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan jumlah anak serta usia akseptor KB suntik.
4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1.Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikiut : 1. Secara umum persepsi akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik adalah cukup baik (68,90%) 2. Persepsi akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik yang dilihat dari segi usia terutama pada akseptor yang berusia 20 – 35 tahun adalah baik (22,25%). 3. Persepsi akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik yang berpendapatan < 400.000 adalah kurang baik (31,11%). 4. Persepsi akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik yang mempunyai anak 2 -3 orang adalah baik (46,67%).
4.2.Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Tenaga kesehatan khususnya bidan harus mampu memberikan KIE dan konseling kepada akseptor atau calon akseptor tentang cara menggunakan alat KB dan efek sampingnya terutama KB suntik. 2. Masyarakat khusunya akseptor KB suntik seharusnya lebih aktif mencari informasi tentang efek samping KB suntik kepada tenaga kesehatan atau kepada sesama akseptor untuk saling tukar pengalaman. 3. Untuk penelitian selanjutnya perlu diteliti tentang faktor- faktor apa yang mempengaruhi banyaknya akseptor KB suntik meskipun efek samping yang dialami cukup banyak setelah penggunaan alat KB suntik tersebut. 4. Pengambilan data sebaiknya menggunakan pertanyaan terbuka sehingga akan lebih jelas faktor- faktor apa yang
mempengaruhi tingginya jumlah akseptor KB suntik meskipun efek samping yang dialamai cukup banyak.
DAFTAR PUSTAKA Biro Pusat Statistika (BPS), 2003, Demographic and Health Survey. Jakarta BKKBN, 1995, Materi Pelatihan Metode Kontrasepsi Efektif (MKE) Bagi Bidan. Jakarta Jones, G, dan Leete, R . 2002. Asia’s family Planning Program as Law Fertility is Attained, Studies is Family Planning. London. Notoatmojo, S, 2001. Metode Penelitian Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta Wiknjosastro, 1997. Ilmu Kebidanan. Edisi III. Jakarta : Yayasan Biro Pustaka Sarwono Prawiroharjo