ISSN 1979-8911
Edisi Juni 2017 Volume X No. 2
PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KOMPOSISI DARI SERANGGA PERMUKAAN TANAH PADA BEBERAPA ZONASI DI HUTAN GUNUNG GEULIS SUMEDANG
Ida Kinasih*, Tri Cahyanto, dan Zhia Rizki Ardian Abstrak Keanekaragaman merupakan salah satu indikator kestabilan suatu komunitas. Salah satu sumber daya yang berperan dalam komunitas adalah serangga permukaan tanah. Serangga sebagai salah satu komponen keanekaragaman hayati memiliki peranan penting dalam jaring makanan yaitu, sebagai herbivor, karnivor, dan detrivor. Hutan Gunung Geulis yang sebagian dikelola masyarakat berpengaruh pada kelimpahan, distribusi dan keanekaragaman jenis biota penghuni Hutan termasuk serangga permukaan tanah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman, kelimpahan dan distribusi serangga permukaan tanah pada dua zonasi di Hutan Gunung Geulis yang berbatasan dengan desa Jatiroke. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari hingga Februari 2014 dengan menggunakan metode survei yaitu pengambilan sampel serangga secara langsung dengan menggunakan pitfall trap. Setiap zonasi dipasang 30 pitfall trap. Jebakan dipasang selama 24 jam dan dilakukan sampling setiap satu minggu sekali selama 5 minggu. Selain itu juga mencatat faktor lingkungan seperti kelembaban tanah, pH tanah, dan ketebalan seresah. Hasil penelitian didapat pada zona 2 (600 mdpl) terdapat jumlah individu serangga yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan zona 1 (400 mdpl), dengan komposisi serangga 7 ordo dengan 14 famili dari (1001 individu) pada zona 1, sedangkan pada zona 2 didapatkan 6 ordo dengan 13 famili dari (1077 individu). Adanya perbedaan pH tanah, ketebalan serasah, serta vegetasi pada kedua zona tersebut memungkinkan adanya perbedaan keanekaragaman dan komposisi serangga tanah. Kata-kata kunci: serangga permukaan tanah, Gunung Geulis, keanekaragaman, komposisi
dengan organisme tanah lainnya serta
Pendahuluan
paling sering diteliti tentang biologi Serangga
permukaan
tanah
dan
dampak
serangga
tersebut
merupakan salah satu sumberdaya
terhadap kesuburan tanah. Habitat
yang ada di alam Indonesia. Serangga
yang didekomposisi terdiri dari kayu
tanah,
dalam
yang telah lapuk, seresah, sampah
makrofauna, merupakan fauna yang
kotoran dan kotoran dari hewan
paling
merupakan pelengkap dari sistem
yang
termasuk
menyolok
ke
dibandingkan
19
ISSN 1979-8911
Edisi Juni 2017 Volume X No. 2
tanah.
Proses
vegetasi
dekomposisi
dari
dari sebagian atau seluruh hidup
hewan
serta
mereka di atas permukaan tanah.
dan
pengembalian nutrisi ke dalam tanah
Kelimpahan,
melibatkan banyak organisme, antara
keanekaragaman
lain cacing tanah, dan serangga serta
permukaan tanah semakin banyak
heksapoda lainnya, dimana proses
jenis dan individu dalam luas areal
dekomposisi
tanah mencerminkan semakin stabil
ini
nantinya
akan
distribusi jenis
suatu
dalam tanah, serangga membentuk
dalam suatu ekosistem merupakan
komunitas yang beranekaragam baik
suatu kelompok biota yang memiliki
secara struktural maupun fungsional.
peranan penting untuk memelihara
Komunitas ini sangat dipengaruhi oleh
keseimbangan
perubahan lingkungan tanah yang
ekosistem karena memiliki sebaran
disebabkan oleh alam antara lain suhu,
yang merata dalam tingkatan trofik.
kelembaban, curah hujan serta faktor
Hutan gunung Geulis adalah salah
lingkungan
Adanya
satu kawasan hutan hujan tropis yang
aktivitas manusia dalam mengolah
menyediakan sumber kehidupan bagi
tanah
mempengaruhi
satwa yang terdapat di dalamnya,
komunitas biota tanah [2][3]. Adanya
termasuk serangga permukaan tanah.
faktor-faktor tersebut, maka fauna
Kondisi
tanah
kelembaban tinggi merupakan salah
juga
akan
dapat
[1].
dijadikan
sebagai
hutan.
serangga
dilanjutkan oleh mikroorganisme. Di
lainnya
ekosistem
dan
atau
hutannya
kestabilan
yang
satu
ataupun
serangga permukaan tanah. Hutan
yang
terjadi sebelumnya [3][4].
disukai
oleh
Gunung Bukit jarian atau Gunung Geulis
Keanekaragaman tanah di beberapa dilaporkan
yang
memiliki
indikator lingkungan akibat perubahan gangguan-gangguan
habitat
Serangga
kawasan
hutan
cukup
tinggi,
sehingga menjadi sangat
menarik dan bermanfaat untuk dikaji lebih lanjut dengan mengaitkan peran serangga permukaan tanah itu sendiri di kawasan hutan Gunung Geulis. Banyak serangga permukaan tanah
terletak
di
Kecamatan
Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat yang memiliki ketinggian 1.281 m dpl.
Gunung
Geulis
merupakan
kawasan yang memiliki Sumber Daya Alam yang beraneka ragam. Selain itu, Gunung Geulis merupakan hutan alami yang telah banyak mengalami deforestasi atau pembukaan lahan. 20
ISSN 1979-8911
Edisi Juni 2017 Volume X No. 2
Hutan ini memiliki vegetasi yang
Geulis menjadi ekosistem perladangan
heterogen. Sampai saat ini data dan
belum tersedia data dan informasi.
potensi hutan ini belum banyak
Penelitian
diketahui dan belum dianggap sebagai
memberikan
salah satu sumber daya yang mampu
tentang kelimpahan, distribusi dan
mengatasi masalah yang timbul akibat
keanekaragaman serangga permukaan
adanya
dan
tanah serta dapat dijadikan salah satu
pembukaan hutan [5]. Vegetasi yang
acuan dalam mengelolah kawasan
terdapat di hutan gunung geulis
Hutan
diantaranya pinus (Pinis merkusii),
mendukung keanekaragaman hayati
karena tumbuhan ini yang paling
dan keseimbangan ekosistem berbasis
mendominasi. Karena pada zonasi
lestari berkelanjutan. Dari penelitian
satu hanya sedikit vegetasi yang
ini diharapkan dengan mengetahui
terdapat, tetapi pada zonasi dua
keanekaragaman serangga permukaan
sampai zonasi ketiga vegetasi yang
tanah
terdapat bermacam-macam. Potensi
penelitian
yang dimiliki hutan ini, sebagian
diketahui faktor yang membedakan
lahannya sudah dimanfaatkan oleh
jenis serangga permukaan tanah di
penduduk sebagai lahan pertanian.
Hutan Gunung Geulis dan untuk
Beberapa spesies jenis hewan tanah
inventarisasi
juga
serangga
pemanasan
banyak
global
ditemukan.
Hutan
ini
diharapkan
data
dan
Gunung
yang
informasi
Geulis
terdapat
di
maka
dapat
ini,
dapat
yang
lokasi juga
keanekaragaman
permukaan
tanah
yang
Gunung Geulis yang berada di tiga
selama ini belum diteliti di kawasan
wilayah
tersebut.
kecamatan
Jatinangor,
yaitu
Kec.
Tanjungsari,
dan
Cimanggung. Sumedang itu luasnya mencapai 338,5 ha. Berdasarkan latar
Metode Gambaran Lokasi Penelitian
belakang tersebut maka dilakukan sebuah
penelitian
tentang
Gunung
Geulis
terletak
pada
keanekaragaman serangga permukaan
107°46’45”BT
tanah pada beberapa zonasi di Hutan
dan 6°55’16,22”LS - 6°57’25,95”LS.
Gunung
Sedangkan letak geografisnya adalah:
distribusi
Geulis.
Kelimpahan
serangga
tanah
dan
-
107°49’31,67”BT
pasca
pengalihan ekosistem Hutan Gunung 21
ISSN 1979-8911
Edisi Juni 2017 Volume X No. 2
a. Sebelah utara berbatasan dengan desa
Cijati
dan
(Gamelina arborea) dan Mara
desa
Rancabawang
(Macaranga tanarius). Bahan dan Alat
b. Sebelah timur berbatasan dengan desa Lebakkaso
Bahan yang digunakan selama penelitian yaitu alkohol 70%, larutan gula, detergen. Sedangkan alat yang
c. Sebelah
selatan
berbatasan
dengan desa Cisempur dan desa Sawahdadap
digunakan adalah gelas plastik untuk digunakan
sebagai
pitfall
trap,
penutup dari plastik, meteran, soil
d. Sebelah barat berbatasan dengan
tester, stereomikroskop, plastik, botol
desa Jatiroke, desa Kiarapendek,
sampel.
dan desa Sekepandan.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sebelah
Penelitian
ini
menggunakan
barat yang berbatasan dengan desa
metode survei
Jatiroke. Lokasi pengambilan sampel
sampel serangga secara langsung pada
dipilih pada 2 (dua) kondisi habitat
bulan Januari – Februari 2014 dengan
yang berbeda yaitu pada beberapa
menggunakan perangkap yaitu pitfall
zonasi di Hutan Gunung Geulis,
trap (Gambar 1). Pengambilan sampel
dengan membagi dua zonasi lokasi
dilakukan dengan cara memasang 30
yaitu:
perangkap yang dibagi menjadi 3 plot
yaitu pengambilan
dengan ukuran 100x100 m. Pada a. Zonasi 1 dengan ketinggian
setiap plot diletakkan 10 pitfall trap di
(400 mdpl) dengan didominasi
setiap zonasi 1 dan
oleh vegetasi P. merkusii dan
Perangkap diisi dengan larutan gula
Caliandra.
dengan ukuran satu sendok makan
b. Zonasi 2 dengan ketinggian (600 mdpl) dengan didominasi oleh
vegetasi
(Swietinia merkusii,
Mahoni
mahagoni),
P.
Gamelina
yang
dicampur
secukupnya
dengan
pada
zonasi 2.
detergen
masing-masing
perangkap. Larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam gelas plastik atau pitfall trap tersebut (kira-kira ¼ bagian terisi larutan).
22
ISSN 1979-8911
Edisi Juni 2017 Volume X No. 2
sorting). Kemudian dimasukkan ke dalam
botol
sampel
yang berisi
alkohol 70% untuk proses identifikasi. Identifikasi sampel serangga mengacu pada buku identifikasi serangga [1][6]. Identifikasi ini dilakukan sampai pada Gambar 1. Pitfall trap yang digunakan
level famili.
pada saat penelitian Analisis Data Perangkap dipasang dengan cara dibenamkan ke dalam tanah dimana bagian
terbuka
dari
pitfall
trap
diletakkan sejajar dengan permukaan tanah. Pitfall trap kemudian dibiarkan selama 24 jam setiap satu minggu sekali selama 5 minggu. Kemudian
Analisis
data
yang
dilakukan
adalah dengan menggunakan indeks keanekaragaman
(indeks
Shanon-
Wiener), korelasi (correlation Rank Kendall), dan multivariate analysis. Untuk
mengetahui
indeks
sampel yang tertangkap dikumpulkan.
keanekaragaman serangga permukaan
Sampel
yang
tanah
dibawa
ke
Fakultas
selanjutnya
Laboratorium
Sains
Universitas Gunung
didapat
dan
Islam
Djati
Biologi
Teknologi,
Negeri
Bandung.
Sampel
alkohol 70% dan segera dibawa ke Laboratorium.
lingkungan
digunakan
rumus
Shannon-Wienner [7]: H’ = -ΣPi ln Pi
Sunan
dikumpulkan di dalam plastik berisi
Pengambilan
maka
Pi = ni/N Keterangan : H = indeks keanekaragaman ni = jumlah suku yang didapat
data
dilakukan
faktor pada
saat
N = jumlah total suku yang didapat
peletakan dan pengambilan sampel. Data yang diambil meliputi ketebalan serasah, kelembaban tanah, dan pH tanah pada masing-masing lokasi penelitian. Sampel yang telah diambil dilakukan sorting terlebih dahulu dengan menggunakan tangan (hand
Untuk
mengetahui
korelasi
komposisi serangga permukaan tanah dengan faktor lingkungan meliputi ketebalan
serasah,
suhu
udara,
kelembaban udara, kelembaban tanah, dan pH tanah maka data yang
23
ISSN 1979-8911
Edisi Juni 2017 Volume X No. 2
diperoleh selama pengamatan diolah
Sedangkan pada zonasi 2 didapatkan 6
menggunakan analisis statistik SPSS
ordo yang tersebar ke dalam 13 famili
16
dengan jumlah individu sebanyak
Corelation
Multivariate
Rank
Kendall.
analysis
dengan
1077
individu
(Tabel
1).
Hasil
menggunakan Principal Components
tersebut diduga karena karakteristik
Analysis
(PCA)
untuk
dari kedua zonasi tersebut tidak telalu
melihat
komposisi
dari
famili
berbeda.
serangga
permukaan
tanah
dilakukan
yang
Tabel 1. Jumlah famili, individu dan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan
indeks keanekaragaman (H’) serangga
berdasarkan zonasi. Analisis tersebut
permukaan tanah pada kedua zonasi.
menggunakan software Canoco versi Jumlah
4.5 [9]. No
Famili
Hasil dan diskusi Hasil penelitian jumlah famili dan individu serangga permukaan tanah yang dikoleksi pada zonasi 1 dan zonasi 2 menunjukkan hasil yang tidak terlalu bervariasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 menunjukkan
Zona
Zona
1
2
1
Blattelidae
95
76
2
Carabidae
76
71
3
Scarabeidae
59
73
4
Staphylinidae
38
31
5
Tenebrionidae
28
6
6
Carcinophorid
108
116
jumlah individu serangga permukaan tanah yang terkoleksi tidak terlalu
Individu
ae 7
Tephritidae
39
33
berbeda. Berdasarkan Tabel 1 juga
8
Calliphoridae
9
2
dapat dilihat ternyata keanekaragaman
9
Miridae
3
0
antara zonasi 1 dan 2 tidak terlalu
10
Formicidae
293
398
berbeda, walaupun jumlah familinya
11
Trygonalydae
72
59
berbeda.
12
Gryllidae
106
137
13
Tettigonidae
31
13
14
Rhaphidophori
70
62
14
13
Jumlah Individu
1001
1077
H’
0,193
0,192
Serangga permukaan tanah yang dikoleksi keseluruhan
pada
zonasi
pengambilan
1
dari
didapatkan 7 ordo yang tersebar ke dalam
14
famili
dengan
dae
sampel
jumlah
individu sebanyak 1001 individu.
Jumlah famili
24
ISSN 1979-8911
Edisi Juni 2017 Volume X No. 2
Walaupun pada dasarnya kawasan hutan
Gunung Geulis
Hasil
pengamatan
faktor
merupakan
lingkungan beserta korelasinya juga
hutan heterogen, akan tetapi kedua
dapat dilihat pada Tabel 2. Dari ketiga
zonasi tersebut utamanya didominasi
faktor lingkungan ternyata pH tanah
oleh P. merkusii. Selain itu juga faktor
sangat
fisik yang diamati juga menunjukkan
keanekaragaman serangga tanah. Nilai
hasil yang tidak terlalu berbeda (Tabel
korelasi antara pH tanah dengan
2).
keanekaragaman Beberapa
permukaan
famili
serangga
mempengaruhi
terdapat
korelasi
sangat tinggi, yaitu -1,00.
tanah
yang
berhasil
Tabel 2. Hasil pengamatan faktor
ternyata
tidak
terdapat
lingkungan dan korelasinya terhadap
disetiap pengambilan sampel baik di
keanekaragaman serangga permukaan
zonasi 1 maupun pada zonasi 2.
tanah.
diperoleh
Misalnya famiili Miridae yang hanya ditemukan pada zona 1. Hal ini diduga karena vegetasi di zona 1 terdapat
Nilai Faktor
Korelasi
Zona
Zona
1
2
50,5
53,5
0,498
Kelembaban 28,4
28,2
-0,192
5,8
-1,00
lingkungan
vegetasi rumput yang lebih banyak dibandingkan dengan zona 2. Miridae ini merupakan serangga yang sebagian
Ketebalan
besar adalah herbivora yang beberapa
serasah
spesiesnya merupakan hama penting
(cm)
pada tanaman pangan yang menghisap cairan tanaman [14], ataupun sebagai
tanah (%)
predator [15]. Selain itu juga diduga karena keberadaan serangga disuatu
pH tanah
6,1
habitat dipengaruhi oleh sejumlah faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik
meliputi,
suhu
udara,
kelembaban udara, kelembaban tanah, ketebalan serasah dan pH tanah. Adapun untuk faktor biotik meliputi kemampuan menyebar, seleksi habitat, dan pemangsaan [8].
Hal ini berarti dengan nilai pH tanah yang menurun maka akan sangat berpengaruh keanekaragaman dimana
terhadap serangga
keanekaragaman
tanah serangga
tanah cenderung juga akan menurun. pH tanah sangatlah penting terhadap
25
ISSN 1979-8911
Edisi Juni 2017 Volume X No. 2
ekologi tanah karena pH tanah dapat
bergerak.
mengendalikan ketersediaan nutrisi
berlangsung lama maka serangga
dan
tanah bisa mengalami kematian atau
secara
langsung
dapat
Apabila
berpengaruh terhadap biota tanah. pH
melakukan
tanah
berpengaruh
dan
suhu
menentukan tanah,
tanah
tingkat
sangat
dekomposisi
nitrifikasi,
kelimpahan
organisme di dalam tanah [11].
kelembaban
tanah
ini
sehingga terhadap
keanekaragaman serangga tanah di daerah tersebut.
serasah
korelasi
yang
ketebalan
terjadi
dengan
memiliki
keanekaragaman serangga permukaan
dengan
tanah adalah korelasi positif dengan
keanekaragaman serangga permukaan
nilai korelasi sebesar 0,498. Hal ini
tanah yaitu sebesar
berarti
korelasi
juga
migrasi,
Sedangkan
Hasil pengamatan menunjukkan
keadaan
negatif
-0.192. Dalam
ketebalan
seresah
cukup
hal ini berati bahwa kelembaban tanah
mempengaruhi
tidak
serangga permukaan tanah. Ketebalan
terlalu
mempengaruhi
keanekaragaman
keanekaragaman serangga permukaan
serasah
tanah,
keanekaragaman
keanekaragaman serangga permukaan
serangga permukaan tanah menjadi
tanah dimana semakin tinggi nilai
menurun seiring dengan menurunnya
ketebalan
kelembaban tanah.
tinggi pula keanekaragaman serangga
dimana
Kelembaban
tanah
berpengaruh
secara langsung terhadap kehidupan
akan
seresah
semakin
Seresah tanah merupakan sumber
permukaan
tanah
[12].
nutrisi
Dimana
kelembaban
tanah
akan
Perubahan
mempengaruhi ketersediaan bahan-
organisme
bahan
bagi
organisme komposisi akan
tanah. spesies
mempengaruhi
[13]
yang
senyawa-senyawa kimia dari seresah
nutrisi
bagi
baru dan dekomposisi dari bahan-
serangga permukaan tanah. Dari hasil
bahan organik [13]. Seresah juga
penelitian kelembaban yang tinggi
memnetukan kualitas bahan organik
pada zona 1
yang
merupakan
tanah
maka
permukaan tanah.
serangga
organik
mempengaruhi
sumber
yaitu 28,4%, dan
akan
berpengaruh
terhadap
serangga masih dapat bertahan, akan
proses dekomposisi dan peningkatan
tetapi
akumulasi dari bahan organik pada
membatasi
aktifitas
dan
26
ISSN 1979-8911
Edisi Juni 2017 Volume X No. 2
permukaan tanah. Kualitas dari bahan
Hubungan spesies- 33,9
organik
lingkungan
ditentukan
oleh
spesies
72,1
vegetasi pada daerah tersebut [11]. Komposisi dari keanekaragaman serangga permukaan tanah di hutan Gunung Geulis berdasarkan zona dan
Korelasi
spesies- 0,59
0,66
lingkungan Ordinasi
PCA
menunjukkan
faktor lingkungannya dapat dilihat
komposisi serangga permukaan tanah
pada Gambar 2 dan Tabel 3. Hasil
berdasarkan
PCA
faktor
Berdasarkan Gambar 2 dapat terlihat
lingkungan (ketebalan seresah, pH
yaitu baik di zona 1 dan zona 2 tidak
tanah
tanah)
terdapat perbedaan karakteristik pada
menjelaskan 31,9% dari variasi total
hampir seluruh plot, dimana setiap
pada sumbu x1 dan 28,4% dari variasi
pencuplikan
total pada sumbu x2 (Tabel 3).
mengelompok
menunjukkan
dan
ketiga
kelembaban
Hubungan
spesies-faktor
faktor
lingkungan.
terlihat
cenderung
(ditandai
dengan
lingkaran berwarna merah). Hal ini
lingkungan pada sumbu x1 dan x2
juga terlihat bahwa
nilai indeks
terhadap variabel lingkungan terhitung
Shanon-Wiener
kedua
sebanyak 72,1% dari variasi total, hal
tersebut
ini menunjukkan bahwa sumbu aksis
(Tabel
tersebut menggambarkan variasi data
tersebut dapat dikatakan kedua zonasi
dari
dapat
tersebut memiliki karakteristik pH
faktor
tanah,
kelompok
dihubungkan
serangga dengan
dari
tidak 1).
terlalu
Berdasarkan
ketebalan
zona
berbeda gambar
seresah,
dan
kelembaban tanah dengan perbedaan
lingkungan.
yang tidak signifikan. Distribusi dari
Tabel 3. Hasil dari ordinasi PCA Axis
1
2
0,31
0,284
serangga
permukaan
tanah
dipengaruhi
pula
faktor
oleh
lingkungan juga terlihat dari hasil Eigenvalues
PCA (Gambar 2).
9 Variasi persentae kumulatif dari: Data spesies
31,9
60,3
27
ISSN 1979-8911
Edisi Juni 2017 Volume X No. 2
Calliphoridae juga jarang ditemukan di kedua zona tersebut. Calliphoridae merupakan kelompok serangga yang memiliki habitat di sisa-sia bahan organik seperti bangkai dan feses [15]. Famili
Carcinophoridae
cukup
banyak ditemukan pada kedua zona. Carcinophoridae (earwigs) memiliki karakteristik seperti penjepit pada abdomen bagian belakang. Habitatnya umumnya di daerah kering [16], Gambar
2.
menunjukkan
Ordinasi komposisi
PCA serangga
permukaan tanah berdasarkan zona dan faktor lingkungannya. Lingkaran merah menunjukkan zona, dimana 1-5 merupakan merupakan
zona
1
zona
dan 2.
6-10 Huruf
menunjukkan faktor lingkungan (A: ketebalan seresah; B: kelembaban
pemakan berbagai tumbuhan dan zat organik pembusuk [22]. Hal ini sesuai dengan kondisi tempat penelitian, dimana
tanahnya
kering
yang
ditunjukkan dengan nilai kelembaban tanahnya rendah (Tabel 2). Umumnya Carcinophoridae berada di dalam tanah, dan betinanya meletakkan telur di dalam tanah.
tanah; C: pH tanah). Famili Misalnya saja serangga dari famili Scarabeidae,
Carabidae,
Staphylinidae,
Carcinophoridae
cenderung dipengaruhi oleh ketebalan serasah. Gryllidae dipengaruhi oleh kelembaban tanah. Sedangkan pH tanah
mempengaruhi
Miridae,
Formicidae
ditemukan
paling banyak ditemukan diantara famili lainnya, baik di zona 1 dan 2. Hal ini dapat disebabkan karena serangga tersebut merupakan serangga yang umum dan banyak jumlah suku yang beraktivitas di permukaan tanah [6].
Formicidae, Blattelidae. Tettigonidae, Calliphoridae, nampaknya
Tenebrionididae cenderung
tidak
dipengaruhi dengan kondisi ketiga faktor
lingkungan
tersebut.Famili
Famili
Formicidae
memiliki cara hidup
(semut) yang sama
dengan jenis Termitidae (rayap), yaitu hidup berkoloni dan tersusun atas
28
ISSN 1979-8911
Edisi Juni 2017 Volume X No. 2
kasta-kasta. Famili Formicidae dapat
kedalaman sekitar 10 cm di dalam
mencapai 70 % dari populasi serangga
tanah hingga dewasa. Dewasa dari
permukaan tanah, sehingga famili ini
lalat ini akan muncul ke permukaan
dapat dijumpai dalam jumlah yang
tanah [21].
banyak [10]. Formicidae akan mencari makanan utamanya yang terdapat di
Kesimpulan
bawah semak-semak dan tumbuhan
Serangga permukaan tanah yang
perdu lainnya [17], serta predominan
ditemui di Hutan Gunung Geulis pada
pada tumbuhan yang umurnya sudah
kedua zona tidak terlalu berbeda,
tua seperti tumbuhan berumur 24 dan
dimana zonasi 1 didapatkan 8 ordo
36 tahun [18][19].
dengan 15 famili (1001 individu),
Tenebrionidae memiliki peran yang penting
dalam
siklus
hara
pada
ekosistem
[20].
Tenebrionidae
merupakan
famili
yang
umum
terdapat di tanah (ground-dwelling
sedangkan pada zonasi 2 didapatkan 7 ordo dengan 14 famili (1077 individu) dimana
kedua
zonasi
tersebut
didominasi oleh Formicidae. Faktor
lingkungan
dapat
insect), yang ditemukan di sela-sela
mempengaruhi
batu atau batang kayu, kayu-kayu
serangga permukaan tanah pada kedua
yang sudah lapuk [14].
zona
Sedangkan
untuk
Blattidae
membutuhkan serasah yang cukup banyak
untuk
tempat
tinggalnya.
Blattidae merupakan serangga yang suka hidup dan bersembunyi pada serasah [6].
di
perbedaan
Hutan
Beberpa
Gunung
faktor
mempengaruhinya
jenis
Geulis. yang adalah
karakteristik vegetasi hutan, pH tanah, kelembaban
tanah
dan
ketebalan
seresah. Referensi
Tephritidae merupakan salah satu
[1]
D. L. Dindal, “Soil Biology”,
famili dari lalat buah, yang beberapa
John Wiley & Sons, Inc, 1999, pp
genusnya
97-136
berperan
sebagai
hama
tanaman pangan. Siklus hidup dari
[2]
P. Eggleton, A. J. Vanbergen. D.
serangga ini salah satunya bertempat
T. Jones, M.C. Lambert, C.
di dalam tanah dimana pupa akan
Rockett,
tinggal di permukaan tanah atau pada
Beccaloni, D. Marriot, E. Ross,
P.M.
Hammond,
J.
29
ISSN 1979-8911
Edisi Juni 2017 Volume X No. 2
[3]
A. Giusti, “Assemblages of soil
pada
macrofauna across a Scottish
Tambang Batubara PT. Mahakam
land-use intensification gradient:
Sumber Jaya Desa Separi Kutai
influences of habitat quality,
Kartannegara-Kalimantan
heterogeneity and area”, 2005, J.
Timur”, 2010, Bioprospek. Vol
App. Ecol., 42, 1153
(7) (1). Hal: 80-89
Paoletti, M.G. and Bressan, M, “Soil
[4]
of
Human
and CanoDraw for Windows User's
Plant Sci., 15, 21
Canonical
Frouz, J, “Use of soil dwelling
Ordination (version 4.5)”, Micro
Diptera (Insecta) as bioindicators
Computer Power, Ithaca, New
a
York, 2002
review
of
ecological
1999,
[10]
Agric.
Andari, Ken. “Gunung Geulis
Software
for
Community
N. M. Suin, “Ekologi Hewan PT
Bumi
Aksara,
Jakarta, 2006 [11]
R. Bardgett, “The Biology of Soil
Sumedang”,
A Community and Ecosystem
http://kenandari.blogspot.com/20
Approach”, Oxford University
08/10/gunung-geulis-
Press, 2005
sumedang.html
[diakses 10
[12]
Rahmawaty,
“Keanekaragaman
Oktober 2013)
Serangga Tanah dan Perannya
Borror, D, J., C, A, Triplehorn.,
pada Komunitas Rhizopora sp.
N, F, Johnson, “Introduction to
dan Komunitas Ceriops tagal di
The Study of Insects”, Seventh
Taman Nasional Rawa Aopa
Edition, Thomson Learning, 2005
Watumohai, Sulawesi Tenggara”,
A. E. Magurran, “Ecological
Tesis,
Diversity and Its Measurement”,
Institut Pertanian Bogor, Bogor,
Spriger Netherlands, 1988, pp.
2000
81-99 [8]
Guide:
Tanah”,
Ecosys. Environ., 74, 167-186
[7]
ter Braak, C.J.F. & Smilauer, P.,
Disturbance”, 1996, Crit. Rev.
disturbance”,
[6]
Bekas
“CANOCO Reference Manual
requirements and response to
[5]
Hutan
as
Invertebrates
bioindicators
[9]
Areal
F.
Patang,
[13]
“Keanekaragaman
Takson Serangga dalam Tanah
Program
Pascasarjana
Sina M. Adl, “The Ecology of Soil
Decomposition”,
CABI
Publishing, UK, 2003 30
ISSN 1979-8911
Edisi Juni 2017 Volume X No. 2
[14]
[15]
C. Gillot, “Entomology” 3rd ed.,
10.1371/journal.pone.0077962,
Springer, Netherland, 2005
2013
R.G. Beutel, F. Friedrich, Si-Qin Ge,
Yang,
Xing-Ke
Morphology
and
[20]
“Insect
Cavity of Desert Tenebrionids,
Phylogeny,
Florida Entomologist, 76(4): 1-
Walter de Gruyter GmbH, Berlin, 2014 [16]
[17]
11, 1993 [21]
N.M.
da
Silva,
Sampling,
B.M. Shepard, A.T. Barrion, J.A.
Conserving and Identifying Fruit
Litsinger, “Friends of the Rice
Flies, in F.M.S. Moreira, E.J.
Farmer: Helpful Insects, Spiders,
Huising, D.E. Bignell (eds.), “ A
and
Pathogens”,
Handbook
Rice
Research
International Institute,
Los
Biology:
of
Tropical
Soil
Sampling
Characterization
Lindsey PA, Skinner JD, “Ant
ground Biodiversity, Earthscan,
composition and activity patterns
UK, 2008 [22]
of
and
Banos, Philippines, 1987
as determined by pitfall trapping
[18]
M.L. Draney, “The Subelytral
Below-
Tambunan, Gevit, R., Mena, Uly, “Indeks
and other methods in three
Tarigan.,
habitats in the semi-arid Karoo”.
Keanekaragaman Jenis Serangga
J Arid Environ 48: 551-568.
pada Pertanaman Kelapa Sawit
doi:10.1006/jare.2000.0764, 2001
(Elaeis
Punttila P, “Succession, forest
Kebun Helvetia Pt. Perkebunan
fragmentation,
Nusantara
and
the
Lisnawita,
guineensis
II”,
Jacq.)
Jurnal
di
Online
distribution of wood ants”, Oikos
Agroekoteknologi, Vol (1) (4).
75:
Hal: 1081-1091, 2013
281-298.
doi:
10.2307/3546252, 1996 [19]
R. Liu, F. Zhu, N. Song, Z. Yang, Y. Chai, “ Seasonal Distribution and
Diversity
Arthropods
in
of
Ground
Microhabitats
Following a Shrub Plantation
Ida Kinasih* Biology
Department,
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
[email protected] Tri Cahyanto
Steppe”,
Biology
e77962.
ONE
8(10): doi:
of
Science and Technology
Age Sequence in Desertified PloS
Faculty
Department,
Faculty
of
Science and Technology 31
ISSN 1979-8911
Edisi Juni 2017 Volume X No. 2
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
[email protected] *Corresponding
author
Zhia Rizki Ardian Biology
Department,
Faculty
of
Science and Technology
32