perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) DAN TPS (THINK PAIR SHARE) PADA OPERASI BENTUK ALJABAR DAN PEMFAKTORAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA (Penelitian Dilakukan di MTsN 1 Surakarta kelas VIII Tahun Ajaran 2011/2012)
Skripsi Oleh: Fajar Adi Kusuma K1306023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Fajar Adi Kusuma
NIM
: K1306023
Jurusan/Program Studi
:
PMIPA/Pendidikan Matematika
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ” PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) DAN TPS (THINK PAIR SHARE) PADA OPERASI BENTUK ALJABAR DAN PEMFAKTORAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA (Penelitian Dilakukan di MTsN 1 Surakarta kelas VIII Tahun Ajaran 2011/2012 ) ” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. informasi yang
Selain itu, sumber
dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, September 2012 Yang membuat pernyataan
Fajar Adi Kusuma
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) DAN TPS (THINK PAIR SHARE) PADA OPERASI BENTUK ALJABAR DAN PEMFAKTORAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA (Penelitian Dilakukan di MTsN 1 Surakarta kelas VIII Tahun Ajaran 2011/2012)
Oleh : FAJAR ADI KUSUMA K1306023
Skripsi Diajukan sebagai salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA September 2012 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi
ini
telah
disetujui
oleh
pembimbing
skripsi
untuk
dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, September 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Imam Sujadi, M. Si NIP 19670915 200604 1 001
Dyah Ratri Aryuna, S.Pd, M.Si NIP 19700418 200612 1 001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
: Rabu
Tanggal
: 26 September 2012
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang Ketua
:
Tanda Tangan
Sutopo, S.Pd, M.Pd
(
)
Sekretaris :
Ira Kurniawati, S.Si, M.Pd
(
)
Anggota I :
Dr. Imam Sujadi, M. Si
(
)
Anggota II :
Dyah Ratri Aryuna, S.Pd, M.Si
(
)
Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta a.n. Dekan Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M. Si. NIP 19660415 199103 1 002
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Fajar Adi Kusuma. PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) DAN TPS (THINK PAIR SHARE) PADA OPERASI BENTUK ALJABAR DAN PEMFAKTORAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA (Penelitian Dilakukan di MTsN 1 Surakarta kelas VIII Tahun Ajaran 2011/2012). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, September 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara pembelajaran STAD ataukah pembelajaran TPS pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran. (2) Manakah yang memiliki prestasi belajar matematika yang paling baik dari siswa yang mempunyai gaya belajar tipe visual, auditorial, atau kinestetik pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran. (3) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara pembelajaran STAD atau pembelajaran TPS pada gaya belajar tipe visual.(4) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara pembelajaran STAD atau pembelajaran TPS pada gaya belajar tipe auditorial.(5) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara pembelajaran STAD atau pembelajaran TPS pada gaya belajar tipe kinestetik. Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Pembelajaran STAD dapat menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik daripada penggunaan pembelajaran TPS pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran. (2) Ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar tipe visual, auditorial, dan kinestetik pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran. Dimana siswa yang mempunyai gaya belajar tipe visual menghasilkan prestasi belajar matematika paling baik disusul tipe auditorial kemudian tipe kinestetik. (3) Pada gaya belajar tipe visual, pembelajaran STAD memberikan prestasi belajar matematika sama baik dengan pembelajaran TPS. (4) Pada gaya belajar tipe auditorial, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar matematika lebih baik daripada pembelajaran STAD. (5) Pada gaya belajar tipe kinestetik, pembelajaran STAD memberikan prestasi belajar matematika sama baik dengan pembelajaran TPS. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental semu. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 360 siswa dan terbagi menjadi 10 kelas. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII E sebagai kelas STAD sebanyak 34 siswa dan kelas VIII F sebagai kelas TPS sebanyak 36 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling random kluster (cluster random sampling). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah (1) metode dokumentasi untuk data kondisi awal siswa sebelum penelitian (2) metode angket commit to user untuk data gaya belajar siswa (3) metode tes untuk mendapatkan data prestasi vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belajar matematika siswa materi operasi aljabar dan pemfaktoran. Uji coba instrumen dilakukan di SMP Negeri 15 Surakarta. Sebagai persyaratan penelitian dilakukan uji keseimbangan dengan uji-t. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan uji persyaratan analisis data adalah uji normalitas dengan metode Liliefors dan uji homogenitas dengan metode Bartlett. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran STAD sama baiknya dengan prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran TPS pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. (2) Prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya belajar auditorial dan kinestetik pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Adapun prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya belajar auditorial sama baiknya dengan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik.(3) Untuk kelompok siswa yang memiliki gaya belajar visual, prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran STAD sama baiknya dengan prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran TPS pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. (4) Untuk kelompok siswa yang memiliki gaya belajar auditorial, prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran STAD sama baiknya dengan prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran TPS pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.(5) Untuk kelompok siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik, prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran STAD sama baiknya dengan prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran TPS pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Kata kunci : Student Teams Achievement Divisions (STAD), Think Pair Share (TPS), Gaya Belajar
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Fajar Adi Kusuma. COMPARISON OF MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT GETTING STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) AND TPS (THINK PAIR SHARE) IN ALGEBRAIC OPERATION AND FACTORING VIEWED FROM STUDENT LEARNING STYLE (The Research was Conducted in MTsN 1 Surakarta GRADE VIII in The School Year Of 2011/2012). Thesis, Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University Surakarta, September 2012. The purposes of this research are to know: (1) Which mathematics learning achievement better among STAD learning or TPS learning in algebraic operation and factoring. (2) Which the best mathematic learning achievement, the students with visual, auditory or kinesthetic learning styles in algebraic operation and factoring. (3) Which mathematics learning achievement better among STAD learning or TPS learning in visual learning style. (4) Which mathematics learning achievement better among STAD learning or TPS learning in auditory learning style. (5) Which mathematics learning achievement better among STAD learning or TPS learning in kinesthetic learning style. The hypothesis of research are as follows: (1) STAD Learning can provide mathematics learning achievement better than the using TPS in algebraic operation and factoring (2) There are differences in mathematics learning achievement of students who have visual, auditory, and kinesthetic learning styles in in algebraic operation and factoring. Where students who have visual learning style provide best mathematics learning achievement followed by auditory then kinesthetic learning style. (3) In visual learning style, STAD learning provide mathematics learning achievement as well as TPS learning. (4) In auditory learning style, TPS learning provide mathematics learning achievement better than STAD learning. (5) In kinesthetic learning style, STAD learning provide mathematics learning achievement as well as TPS learning. This research uses quasi experimental method. The population of this research is all students of grade VIII are MTs 1 in the school year of 2010/2011 totally 360 students and divided on ten classes. The sample of this research are students of VIII E class as STAD class with 34 students and VIII F class as a TPS class with 36 students. The sample of this research was taken using cluster random sampling technique. The technique of collecting data uses (1) documentation method for the beginning condition data of students before researching (2) questionnary method for data of student's mathematics learning style (3) test method for data of mathematics learning achievement of students in algebraic operation and factoring. The try out of instrument is done at SMP Negeri 15 Surakarta. As research requirement is done balance test with t-test. The technique of data analysis used is variance analysis of two ways cell is not the same with requirement test of analysis data is normality test with Liliefors method and homogeneity test with Bartlett method. From the result of research can be concluded that: (1) mathematics commit to user learning achievement of students getting STAD learning model as well as viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mathematics learning achievement of students getting TPS learning model in algebraic operation dan factoring of students of grade VIII of MTsN 1 Surakarta in the school year of 2011/2012.(2) Mathematics learning achievement of students who have visual learning style is better than Mathematics learning achievement of students who have auditory then kinesthetic learning in algebraic operation dan factoring of students of grade VIII of MTsN 1 Surakarta in the school year of 2011/2012. While, Mathematics learning achievement of students who have auditory learning style as well as studying Mathematics learning achievement of students who have kinesthetic learning style. (3). In group of student who have a visual learning style, mathematics learning achievement of students getting STAD model learning as well as mathematics learning achievement of students getting TPS model learning in algebraic operation dan factoring of students of grade VIII of MTsN 1 Surakarta in the school year of 2011/2012. (4). In group of student who have a auditory learning style, mathematics learning achievement of students getting STAD model learning as well as mathematics learning achievement of students getting TPS model learning in algebraic operation dan factoring of students of grade VIII of MTsN 1 Surakarta in the school year of 2011/2012. (5) In group of student who have a kinesthetic learning style, mathematics learning achievement of students getting STAD model learning as well as mathematics learning achievement of students getting TPS model learning in algebraic operation dan factoring of students of grade VIII of MTsN 1 Surakarta in the school year of 2011/2012. Keywords : Student Teams Achievement Divisions (STAD), Think Pair Share (TPS), Learning Styles
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
ﺑﻘﻲO ﻤﺎ ﻜﺎن “Apa yang dikerjakan ikhlas karena Allah pasti akan abadi” (Perkataan Imam Malik ketika menulis Kitab Al Muwaththa’)
اﻠﻌﻟﻢ ﺗﻴﺴﻴﺮ اﻤﺎ ﺗﻌﺴﻴﺮ ﻜﻞ ﻤﻌﺴﺮ “(Tujuan seseorang menyampaikan) ilmu adalah dalam rangka mempermudah. Adapun kalau hanya untuk mempersulit masalah, maka semua manusia dapat melakukan.” (Nasihat Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i Rahimahullah)
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tulisan ini dipersembahkan untuk : Allah
Tabaaraka
Wa
Ta’aala
yang
seluruh urusanku kusandarkan pada-Nya Bapak dan Ibuku yang penuh kasih sayang
dalam
mendidik
dan
membimbingku Adikku
Bangun
Adi
Wijaya
yang
senantiasa menemani perjuanganku Semua guruku yang telah mengajariku untuk tegar dalam meniti kehidupan
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala pujian hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta’aala yang dengan petolongan yang telah diberikan skripsi yang berjudul “Perbandingan Prestasi Belajar Matematika yang Mendapat Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan TPS (Think-Pair-Share) Pada Materi Operasi Bentuk Aljabar dan Pemfaktoran Ditinjau dari Gaya Belajar Matematika Siswa (Penelitian Dilakukan di MTsN 1 Surakarta kelas VIII Tahun Ajaran 2011/2012)” dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, saran, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada segenap pihak antara lain : 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menulis skripsi ini. 2. Sukarmin, M.Si, Ph. D, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menulis skripsi ini. 3. Triyanto, S.Si, M.Si Ketua Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menulis skripsi ini. 4. Dr. Imam Sujadi, M. Si sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan masukan, dorongan moral dan pengarahan yang sangat berharga hingga terselesaikannya skripsi ini. 5. Dyah Ratri Aryuna, S.Pd, M.Si sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan untuk penulisan skripsi, arahan untuk ketelitian dalam penulisannya dan segala bimbingannya. 6. Semua Dosen di Pendidikan Matematika yang telah memberikan bimbingan pada berbagai hal.
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Siswadi, S.Ag, Kepala MTs Negeri 1 Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. 8. Heri Wibowo Saputro, S. Pd, guru matematika kelas VIII MTs Negeri 1 Surakarta atas bimbingan dan segala bentuk kemudahan dan perhatian yang beliau berikan sekaligus sebagai salah satu validator instrumen. 9. Poernama Irianto, S.Pd, Kepala SMP Negeri 15 Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan try out instrumen di sekolah tersebut. 10. Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd dan Getut Pramesti, S.Si., M.Si. sebagai validator instrumen. 11. Bapak dan Ibu dan keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa restu, kasih sayang, dan dukungan. 12. Teman-temanku angkatan 2006 terima kasih atas kebersamaan dan bantuan yang diberikan selama ini. 13. Sigit, Tulus Hidayat, Mustafa dan teman-teman mahasiswa FKIP Matematika UNS angkatan 2008
yang senantiasa menghibur, memberi semangat dan
menjadi pengganti teman-teman angkatan 2006 yang telah lulus. 14. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah ikut memberi kontribusi pikiran dan tenaga dalam penyusunan tesis ini. Penulis telah berusaha untuk menyelesaikan skripsi dengan sebaikbaiknya. Namun apabila masih terdapat kekurangan, penulis meminta maaf dan mengharapkan koreksi ataupun masukan dari para pembaca sekalian. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan dapat memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan sehingga terwujud pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Surakarta, September 2012 Penulis commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL....................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN .....................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN.........................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................
v
ABSTRAK ...................................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................
x
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
xi
KATA PENGANTAR .................................................................................
xii
DAFTAR ISI ................................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................
6
C. Pemilihan Masalah ....................................................................
7
D. Pembatasan Masalah .................................................................
7
E. Perumusan Masalah ...................................................................
8
F. Tujuan Penelitian .......................................................................
9
G. Manfaat Penelitian ....................................................................
9
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................
10
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................
10
................................................................................................... 1. Prestasi Belajar Matematika ..................................................
10
3. Model Pembelajaran..............................................................
13
4. Gaya Belajar Siswa ...............................................................
19
4. Tinjauan Materi Operasi Bentuk Aljabar dan Pemfaktoran ..
22
B. Penelitian Yang Relevan ........................................................... commit to user C. Kerangka Berpikir .....................................................................
23
xiv
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis ...................................................................................
27
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................
28
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
28
1. Tempat Penelitian..................................................................
28
2. Waktu Penelitian ...................................................................
28
B. Jenis Penelitian ..........................................................................
29
1. Rancangan Penelitian ...........................................................
29
2, Prosedur Penelitian................................................................
30
C. Populasi dan Sampel .................................................................
30
1. Populasi .................................................................................
30
2. Sampel ...................................................................................
31
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
31
1. Variabel Penelitian ................................................................
31
2. Metode Pengumpulan Data ...................................................
32
3. Instrumen Penelitian..............................................................
33
E. Teknik Analisis Data .................................................................
40
1. Uji Prasyarat ..........................................................................
40
2. Uji Keseimbangan .................................................................
42
3. Pengujian Hipotesis ...............................................................
43
4. Uji Komparasi Ganda ............................................................
47
BAB IV. HASIL PENELITIAN ..................................................................
49
A. Deskripsi Data ...........................................................................
49
1. Data Hasil Uji Coba Instrumen ...........................................
49
2. Data Skor Prestasi Belajar Siswa pada Materi Operasi Bentuk Aljabar dan Pemfaktoran .........................................
52
3. Data Skor Angket Gaya Belajar Siswa ................................
53
B. Pengujian Prasyarat Analisis .....................................................
53
1. Uji Keseimbangan .................................................................
53
2. Uji Normalitas .......................................................................
54
2. Uji Homogenitas ................................................................... commit to user C. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................
55
xv
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ..............
56
2. Uji Komparasi Ganda ............................................................
56
D. Pembahasan Hasil Analis ..........................................................
59
1. Hipotesis Pertama..................................................................
59
2. Hipotesis Kedua ....................................................................
60
3. Hipotesis Ketiga ....................................................................
65
4. Hipotesis Keempat ................................................................
61
5. Hipotesis Kelima ...................................................................
61
E. Keterbatasan Penelitian .............................................................
62
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...............................
64
A. Kesimpulan ...............................................................................
64
B. Implikasi ....................................................................................
65
1. Implikasi Teoritis ..................................................................
65
2. Implikasi Praktis....................................................................
65
C. Saran ..........................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
67
LAMPIRAN
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1.1
Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010 .................................
2
1.2
Hasil Ujian Nasional MTsN 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 ...
3
1.3
Daya Serap Soal Ujian Nasional Matematika Nomor 9 dan 10 MTsN 1 SurakartaTahun Pelajaran 2009/2010 ..................................................
4
2.1
Skor Perkembangan Individu .................................................................
16
2.2
Penghargaan Kelompok ..........................................................................
16
3.1. Waktu Penelitian.....................................................................................
28
3.2
Rancangan Penelitian .............................................................................
30
3.3
Rincian Butir Angket Gaya Belajar Sebelum Analisis...........................
36
3.4
Rincian Butir Angket Gaya Belajar Setelah Analisis .............................
38
3.5
Rataan dan Jumlah Rataan ......................................................................
45
3.6
Rangkuman Analisis ...............................................................................
47
4.1
Butir-butir Tes Prestasi Belajar yang Memiliki Daya Pembeda Tidak Baik .........................................................................................................
49
Butir-butir Tes Prestasi Belajar yang Memiliki Tingkat Kesukaran Tidak Baik ..............................................................................................
50
4.3
Butir-butir Angket Gaya Belajar yang Tidak Konsisten ........................
51
4.4
Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas STAD dan Kelas TPS ...............................................................................................
52
Deskripsi Banyak Subyek Gaya Belajar Kelompok STAD dan Kelompok TPS .........................................................................................................
53
4.6
Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ................................................
53
4.7
commit toAwal user............................................ Hasil Uji Homogenitas Kemampuan
54
4.2
4.5
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.8
Hasil Uji Normalitas Skor Prestasi Belajar ............................................
54
4.9
Hasil Uji Homogenitas ...........................................................................
55
4.10 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ...........
56
4.11 Rataan dan Rataan Marginal...................................................................
57
4.12 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom .........................
57
4.13 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Sel ...............................
58
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1
Laporan Hasil UN SMP/MTs Tahun Pelajaran 2009/2010 MTsN 1 Surakarta .................................................................................................. 70
2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................................... 76
3
Lembar Kerja Siswa .................................................................................. 109
4
Penghargaan dan Nilai Kuis Siswa ........................................................... 142
5
Kisi-kisi Tes Uji Coba .............................................................................. 145
6
Soal Tes Uji Coba ..................................................................................... 148
7
Kunci Jawaban Tes Uji Coba.................................................................... 153
8
Pembahasan Soal Tes Uji Coba ................................................................ 154
9
Kisi-kisi Angket Uji Coba ........................................................................ 161
10 Soal Angket Uji Coba ............................................................................... 164 11 Sebaran Skor Angket Uji Coba ................................................................. 169 12 Kisi-kisi Soal Tes Penelitian Setelah Uji Coba......................................... 170 13 Soal Tes Penelitian Setelah Uji Coba ....................................................... 172 14 Kunci Jawaban Tes Penelitian Setelah Uji Coba ...................................... 176 15 Kisi-kisi Angket Penelitian ....................................................................... 177 16 Angket Gaya Belajar Setelah Uji Coba .................................................... 180 17 Sebaran Skor Angket Penelitian ............................................................... 184 18 Lembar Validasi Instrumen Tes ................................................................ 185 19 Daya Pembeda .......................................................................................... 189 20 Tingkat Kesukaran .................................................................................... 190 to user 21 Uji Reliabilitas Instrumen Tescommit .................................................................. 193 xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 Lembar Validasi Angket ........................................................................... 196 23 Uji Konsistensi Internal Angket................................................................ 201 24 Uji Reliabilitas Angket ............................................................................. 205 25 Data Induk Penelitian................................................................................ 209 26 Uji Normalitas Kelas STAD (Sebelum Penelitian) .................................. 211 27 Uji Normalitas Kelas TPS (Sebelum Penelitian) ...................................... 213 28 Uji Keseimbangan Kelas STAD dan Kelas TPS ...................................... 217 29 Uji Normalitas Kelas STAD ..................................................................... 219 30 Uji Normalitas Kelas TPS......................................................................... 221 31 Uji Normalitas Kelompok Gaya Belajar Visual ....................................... 223 32 Uji Normalitas Kelompok Gaya Belajar Auditorial ................................. 225 33 Uji Normalitas Kelompok Gaya Belajar Kinestetik ................................. 227 34 Uji Homogenitas (Model Pembelajaran) .................................................. 229 35 Uji Homogenitas (Gaya Belajar) .............................................................. 231 36 Uji Hipotesis (Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama) ...................... 233 37 Komparasi Ganda Antar Kolom (Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama) ........................................................................................... 238 38 Komparasi Ganda Antar Sel (Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama) ................................................................................................ 241 39 Tabel Distribusi Normal Baku .................................................................. 249 40 Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors ................................................................ 250 41 Tabel Nilai χ2α;r ....................................................................................... 251 42 Tabel Nilai F0.05;v1,v2 ............................................................................ 252 43 Surat Perijinan........................................................................................... 253 commit to user xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Matematika berperan penting dalam sejarah kehidupan manusia. Kemajuan teknologi yang dicapai sampai saat ini tidak lepas dari peran matematika. Bahkan
dapat dikatakan matematika adalah pondasi bagi
perkembangan teknologi. Karena pentingnya matematika ini Cockcroft menulis: “It would be very difficult – perhaps impossible – to live a normal life in very many parts of the world
in the
twentieth century without making use of
mathematics of some kind.” Akan sangat sulit atau tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup di bagian bumi ini pada abad ke-20 ini tanpa sedikitpun memanfaatkan matematika. (Cockcroft dalam Fadjar Shadiq, 2007: 3) NRC (National Research Council) dari Amerika Serikat dua puluh dua tahun yang lalu telah menyatakan pentingnya matematika dengan pernyataan berikut: “Mathematics is the key to opportunity.” Matematika adalah kunci ke arah peluang-peluang. Masih menurut NRC, bagi seorang siswa keberhasilan mempelajarinya akan membuka pintu karir yang cemerlang. Bagi para warga negara, matematika akan menunjang pengambilan keputusan yang tepat. Bagi suatu
negara, matematika akan menyiapkan warganya untuk bersaing dan
berkompetisi di bidang ekonomi dan teknologi (NRC dalam Fadjar Shadiq, 2007: 3) Dari penjelasan yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa matematika sangat berperan penting terhadap kemajuan suatu bangsa. Akan tetapi di Indonesia besarnya urgensi matematika ini tidak diimbangi dengan prestasi matematika di tingkat internasional. Sebagaimana yang dikutip dalam www.republika.co.id, menyebutkan bahwa walaupun sejumlah siswa Indonesia berhasil meraih penghargaan olimpiade di tingkat internasional tetapi hal itu tidak mencerminkan gambaran siswa Indonesia secara keseluruhan. Untuk nilai PISA (Programme for International Student Assessment), skor Indonesia untuk to user 498, dan kemampuan sains 393 kemampuan matematika 391 daricommit skor rata-rata
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari skor rata-rata 500. Sementara untuk nilai TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study), skor Indonesia dalam bidang matematika 397 dari skor rata-rata yang mencapai 500. (http://www.republika.co.id/berita/pendidikan /berita/09/10/29/85400kemampuan-siswa-indonesia-di-bawah-standar-internasional)
Hasil ujian nasional matematika SMP/MTs/SMPT tahun 2010 tingkat nasional menunjukkan rata-rata matematika adalah tertinggi diantara mata pelajaran yang lain. Akan tetapi, jika diperhatikan secara seksama rata-rata matematika yang tinggi ini diiringi pula dengan standar deviasi yang paling tinggi diantara mata pelajaran yang lain. Standar deviasi tertinggi ini juga sama untuk propinsi Jawa Tengah dan kota Surakarta. Tabel 1.1 Hasil Nasional, Propinsi dan Kota Surakarta Pada Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010 NILAI Nasional
Rata-rata
Jawa Tengah Kota Surakarta Nasional
Terendah
Jawa Tengah Kota Surakarta Nasional
Tertingi
Jawa Tengah Kota Surakarta
Standar Deviasi
Nasional Jawa Tengah Kota Surakarta
B.IND 7,47 7,74 8,01 0,40 0,40 2,20 10,00 10,00 10,00 1,08 0,98 1,01
B.ING MTMTK 7,14 7,53 6,65 7,06 6,51 6,74 0,60 0,50 1,60 1,25 2,00 1,75 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 1,25 1,28 1,30 1,35 1,58 1,65
IPA 7,32 7,19 7,34 3,75 1,00 2,00 10,00 10,00 10,00 1,17 1,15 1,27
Besar standar deviasi dalam prestasi belajar menunjukkan tingkat kesenjangan prestasi belajar antar siswa. Dari beberapa data tersebut tampak standar deviasi mata pelajaran matematika selalu menempati posisi tertinggi di antara mata pelajaran yang lain. Maka dalam proses pembelajaran matematika diperlukan interaksi antar siswa agar siswa yang berprestasi tinggi dan siswa yang berprestasi rendah saling mendukung untuk meraih keberhasilan dalam pembelajaran. Situasi ini akan menimbulkan suatu suasana kompetisi yang positif to userbersifat saling membangun bukan di dalam kelas dimana persaingancommit antar siswa
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
saling menjatuhkan, individualistis, atau adanya sikap apatis antara siswa satu dengan yang lain. Karena pentingnya interaksi siswa itulah maka model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang mengorganisasikan siswa ke dalam suatu interaksi kelompok
dapat menjadi alternatif dalam proses
pembelajaran. Isjoni (dalam Ervina, 2010:4) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada penerapan kelompok kecil yang heterogen untuk bekerja sama dan saling membantu untuk mencapai tujuan. Tujuan dalam pembelajaran kooperatif adalah pencapaian
prestasi
belajar.
Pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran dari segala usia. Pembelajaran kooperatif ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep
yang
sulit,
tetapi
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis,
juga
bekerja
sangat berguna untuk sama
dan
saling
tolong menolong membantu teman untuk menyelesaikan suatu masalah. Untuk MTsN 1 Surakarta hasil Ujian Nasional mata pelajaran matematika tahun 2010 memiliki rata-rata matematika yang terendah diantara yang lain diiringi dengan standar deviasi tertinggi di antara yang lain. Tabel 1.2 Hasil Ujian Nasional MTsN 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 NILAI
B.Indonesia
B.Inggris
Matematika
IPA
Rata-rata
8,13
6,82
6,27
7,41
Terendah
4,20
4,20
3,25
5,00
Tertinggi
9,60
9,60
10,00
9,75
Standar Deviasi
0,91
1,06
1,31
0,97
Dari data tersebut tampak rata-rata hasil Ujian Nasional MTsN 1 Surakarta terendah diantara yang lain. Untuk daya serap matematika siswa MTsN 1 Surakarta, soal yang berkaitan tentang menentukan hasil operasi (+,-, x ,:) atau kuadrat bentuk aljabar dan soal tentang menyederhanakan pembagian bentuk aljabar dengan memfaktorkan di bawah daya serap tingkat nasional dan propinsi. commit to user Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.3 Daya Serap Soal Ujian Nasional Matematika Nomor 9 dan 10 MTsN 1 SurakartaTahun Pelajaran 2009/2010 No
Kemampuan Yang Diuji
Soal
9
Menentukan hasil operasi (+,-, x ,:) atau kuadrat bentuk aljabar
10
Menyederhanakan bentuk
aljabar
Sklh
Rayon
Prop
Nas
58,44
55,87
74,64
81,88
52,60
56,89
66,40
79,36
pembagian dengan
memfaktorkan Rendahnya prestasi belajar matematika termasuk dalam hal ini rendahnya daya serap siswa disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Slameto (2003 : 54–72) faktor tersebut terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal siswa terdiri dari faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan. Adapun faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Di antara faktor psikologis yang dimiliki siswa, terdapat faktor yang behubungan dengan cara yang paling disukai siswa dalam menerima informasi. Faktor yang dimaksud adalah gaya belajar siswa. Gaya belajar siswa dikelompokkan menjadi tipe auditorial, visual dan kinestetik. Gaya belajar visual menggunakan indera penglihatannya untuk belajar. Gaya belajar auditorial memanfaatkan kemampuan pendengaran untuk mempermudah proses belajar. Gaya belajar kinestetik menggunakan fisiknya sebagai alat belajar yang optimal. Pada umumnya setiap siswa memiliki ketiga gaya belajar tersebut namun ada satu yang paling dominan. Sehingga gaya belajar siswa perlu diketahui untuk menentukan cara pembelajaran yang paling cocok untuk masing-masing gaya belajar siswa. Faktor psiklogis lain yang dimiliki oleh siswa adalah motivasi belajar. Motivasi pada diri seseorang merupakan daya pendorong untuk melakukan suatu aktivitas. Motivasi dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dirinya sendiri. Adapun motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang aktif dan berfungsi karena rangsangan commit to user dari luar. Membagun motivasi intrinsik atau ekstrinsik tidaklah mudah. Maka
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
seorang guru dituntut untuk menyelenggarakan pembelajaran yang disesuaikan dengan minat belajar siswa sehingga hal tersebut dapat menjadi pendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Faktor psikologis lain yang berhubungan dengan aktifitas atau kegiatan yang bersifat fisik maupun mental dalam belajar disebut keaktifan belajar siswa. Menurut Soemanto (2003: 107), macam-macam keaktifan belajar yang dapat dilakukan oleh siswa dalam beberapa situasi, yaitu: (1) mendengarkan, (2) memandang, (3) meraba, mencium, dan mencicipi, (4) menulis atau mencatat, (5) membaca, (6) membuat ringkasan, (7) mengamati tabel, diagram, dan bagan, (8) menyusun kertas kerja, (9) mengingat, (10) berpikir, (11) latihan atau praktek. Keaktifan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap daya ingat siswa. Sedangkan menurut Dewey seperti dikutip oleh Martinis (2007: 82) “Keinginan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatan siswa secara aktif dalam suatu proses pembelajaran”. Sehingga dapat disimpulkan semakin banyak kegiatan aktif siswa dalam pembelajaran maka semakin besar daya ingat siswa dalam menyerap materi pembelajaran. Adapun salah satu faktor eksternal yang berasal sekolah adalah model pembelajaran . Model pembelajaran ada yang bersifat teacher center (berpusat pada guru) dan bersifat student center (berpusat pada murid). Masing-masing model pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihan. Akan tetapi, model pembelajaran yang bersifat student center memiliki kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran bersifat teacher center dalam hal mengkondisikan siswa untuk mengonstruksi pengetahuannya sendiri dalam pembelajaran. Diantara model pembelajaran yang bersifat student center adalah pembelajaran kooperatif. Untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas yang masih terbiasa menggunakan model pembelajaran yang bersifat teacher center tentu memerlukan banyak penyesuaian. Oleh karena itu, disarankan untuk kelas yang baru menerapkan model pembelajaran kooperatif menggunakan tipe model pembelajaran kooperatif yang sederhana. Dua tipe model commit to oleh user Arends (2008 :13) untuk kelas pembelajaran kooperatif yang disarankan
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut yaitu STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan TPS (ThinkPair-Share). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
yang
telah
disebutkan
maka
dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa, ada kemungkinan disebabkan oleh model pembelajaran yang kurang tepat. Dalam hal ini diperlukan model pembelajaran yang mengacu pada interaksi antara siswa yang satu dengan yang lain. Terkait dengan hal tersebut muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti, apakah pemilihan model pembelajaran yang sesuai dan tepat dapat meningkatkan kualitas hasil belajar matematika siswa? 2. Salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar matematika siswa adalah kurang aktifnya siswa di dalam pembelajaran. Seringkali siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru tanpa mendiskusikan atau menanyakan apa yang ia pahami dengan guru atau siswa lain. Akibat yang mungkin terjadi adalah adanya miskonsepsi antara pemahaman siswa dan guru. Selain itu siswa dituntut untuk mengonstruksi pemahamannya dengan aktif mengorganisasikan sendiri pengetahuan yang telah ia peroleh. 3. Terdapat penyebab lain rendahnya prestasi belajar matematika adalah kurang diperhatikannya gaya belajar siswa yang bermacam-macam. Gaya belajar siswa dikelompokkan menjadi tipe auditorial, visual dan kinestetik. Gaya belajar visual menggunakan indera penglihatannya
untuk belajar.
Gaya
belajar
pendengaran
untuk
auditorial memanfaatkan
mempermudah
proses
kemampuan
belajar. Gaya belajar kinestetik menggunakan
fisiknya sebagai alat belajar yang optimal. Pada umumnya setiap siswa memiliki ke tiga gaya belajar tersebut namun ada satu yang paling dominan. Suatu pertanyaan yang menarik untuk dijadikan bahan penelitian, apakah perbedaan gaya belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa ? 4. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh commit to user kekurangan siswa menguasai materi prasyarat. Dalam pembelajaran
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
matematika biasanya siswa memerlukan penguasaan materi prasyarat sebelum siswa mempelajari materi selanjutnya. Seringkali dijumpai siswa lupa atau tingkat penguasaan materi prasyarat masih rendah. Mungkin karena hal itu semua kesulitan siswa akhirnya terakumulasi dan menyebabkan prestasi belajar matematika siswa rendah. 5. Kemungkinan lain rendahnya prestasi belajar matematika adalah rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Banyak hal yang bisa jadi membuat motivasi siswa dalam mengikuti pebelajaran rendah diantaranya adalah anggapan siswa bahwa matematika itu sulit dipahami atau pembelajarannya kurang menyenangkan karena hanya berhubungan dengan angka dan operasi hitung. Berkaitan dengan hal ini, maka muncul pertanyaan apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa? C. Pemilihan masalah Mengingat keterbatasan kemampuan peneliti, maka tidak semua permasalahan di atas dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya membahas masalah tentang model pembelajaran dan gaya belajar siswa sesuai sesuai dengan pengidentifikasian nomor satu dan tiga. Alasan dipilihnya pembahasan mengenai model pembelajaran adalah karena kebutuhan akan adanya model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center) bukan berpusat pada guru (teacher center) yang dapat memberi kesempatan siswa untuk aktif berdiskusi mengkontruksi pengetahuannya sendiri dan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang dapat mengakomodasi gaya belajar siswa yang berbeda-beda. D. Pembatasan Masalah Agar penelitian dapat dilakukan dengan baik maka perlu diberikan batasan-batasan sebagai berikut : 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan TPS (Think-Pair-Share). 2. Karakteristik siswa yang dilihat adalah gaya belajar (visual, auditorial, kinestetik).
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Penelitian dilakukan di MTS N 1 Surakarta. 4. Materi dalam penelitian ini dibatasi pada standar kompetensi
memahami
bentuk aljabar, relasi, fungsi dan persamaan garis lurus dengan kompetensi dasar melakukan operasi aljabar dan menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya. E. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah-masalah penelitian sebagai berikut : 1. Manakah prestasi
belajar
matematika
lebih
baik antara pembelajaran
STAD ataukah pembelajaran TPS pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran? 2. Manakah prestasi belajar matematika yang paling baik dari siswa
yang
mempunyai gaya belajar tipe visual, auditorial, atau kinestetik pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran? 3. Pada gaya belajar tipe auditorial, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika
lebih
baik
antara
antara
pembelajaran
STAD atau
pembelajaran TPS? 4. Pada gaya belajar tipe visual, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara antara pembelajaran STAD atau pembelajaran TPS ? 5. Pada gaya belajar tipe kinestetik, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika
lebih
baik antara
pembelajaran
STAD atau
pembelajaran TPS ? Bertolak dari uraian di atas, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Prestasi Belajar Matematika yang Mendapat Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan TPS (Think-Pair-Share) Pada Materi Operasi Bentuk Aljabar dan Pemfaktoran Ditinjau dari Gaya Belajar Matematika Siswa (Penelitian Dilakukan di MTsN 1 Surakarta kelas VIII Tahun Ajaran 2011/2012)”. commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Tujuan Penelitian Pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban dari setiap pertanyaan yang telah dirumuskan. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui manakah prestasi belajar matematika lebih baik antara pembelajaran STAD ataukah pembelajaran TPS pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran. 2. Untuk mengetahui manakah prestasi belajar matematika yang paling baik dari siswa yang mempunyai gaya belajar tipe visual, auditorial, atau kinestetik pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran. 3. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara pembelajaran STAD atau pembelajaran TPS pada gaya belajar tipe auditorial. 4. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara pembelajaran STAD atau pembelajaran TPS pada gaya belajar tipe visual. 5. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara pembelajaran STAD atau pembelajaran TPS pada gaya belajar tipe kinestetik. G. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diharapkan dari peelitian adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan masukan dalam menyusun dan mengembangkan pembelajaran matematika. 2. Memberikan masukan kepada guru ataupun calon guru dalam menentukan model mengajar yang tepat yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. 3. Memberikan informasi kepada guru/calon guru tentang karakteristik siswa dalam hal ini gaya belajar siswa. 4. Sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan proses pembelajaran. 5. Memberikan masukan kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian commit to user mengenai pembelajaran kooperatif.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 787) kata prestasi mempunyai pengertian, “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan/dikerjakan dan sebagainya)”. Sementara menurut Winkel (1996:391) prestasi
adalah bukti usaha
yang
telah dicapai. Sedangkan
menurut Syaiful Djamarah (1994: 19), prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun secara kelompok. Sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan sebaik-baiknya dalam suatu hal tertentu.
b. Pengertian Belajar Menurut Tim Penyusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:14), “Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Sehingga belajar tidak bisa lepas dari usaha atau proses pembelajaran itu sendiri. Proses ini merupakan suatu proses dari yang tidak tahu sampai seseorang memperoleh pengetahuan tertentu. Selain itu belajar bukan hanya sekedar menghafal dan mengingat. Menurut Nana Sudiana (2000: 28), “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang”. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,
pemahamannya,
sikap
commit to user 10
dan
tingkah
lakunya,
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Sedangkan menurut Witherington (dalam Ngalim Purwanto, 1995: 84), “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”. Menurut
Syaiful
Sagala
(2003: 37) ”Belajar itu membawa
perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kecakapan baru, dan perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja”. Pada proses belajar ketika informasi baru diperkenalkan, pembelajar akan memerlukan kesempatan ganda yang berbeda-beda untuk berpikir dan memproses. Beberapa kegiatan dapat dilakukan secara sendiri-sendiri, tetapi kerja sama dengan kawan-kawan untuk memeriksa ulang, berdiskusi dan membentuk pengertian merupakan teknik yang bagus (Kaufeldt, 2008: 103). Sedang menurut Reber dalam Muhibbin Syah (2004: 91), ia membatasi definisi belajar dalam dua macam yakni, “Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan”, dan “Belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat”. Sehingga dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan yang ditandai dengan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang dari hal yang tidak tahu menjadi tahu yang mana perubahan tersebut bersifat menetap yang diperoleh dari akibat latihan dan pengalaman.
c. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 787) dikatakan bahwa, “Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan Sutratinah Tirtonagoro (2001: 43) menyatakan bahwa, “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dalam
bentuk
simbol,
angka,
huruf,
atau
kalimat
yang
dapat
menggambarkankan hasil usaha yang sudah dicapai oleh anak dalam periode tertentu”. Berdasarkan dari uraian di atas, prestasi belajar dapat diartikan sebagai Penguasaan pengetahuan atau keterampilan hasil usaha kegiatan belajar yang direpresentasikan dalam bentuk simbol, angka, huruf atau kalimat.
d. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang dalam ilmu pengetahuan. Matematika timbul dari pemikiran manusia yang berhubungan dengan penalaran seseorang. Menurut Tim Penyusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 637) menyatakan bahwa, “Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaiaan masalah mengenai bilangan”. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Sebagaimana Soedjadi (2000: 39-40) menyatakan bahwa pola pikir matematika
sebagai
ilmu
adalah
deduktif
namun
dalam
proses
pembelajarannya dapat digunakan pola pikir induktif untuk menyesuaikan tahap perkembangan intelektual siswa. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dan memakai penalaran commit to user dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan matematika yang telah diuraikan di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam mengikuti pelajaran matematika yang mengakibatkan perubahan pada diri seseorang berupa penguasaan dan kecakapan baru yang ditunjukkan dengan hasil berupa nilai dari suatu tes. Prestasi belajar matematika siswa dalam penelitian ini dibatasi pada hasil belajar siswa yang dicapai setelah mengikuti proses pembelajaran matematika pada standar kompetensi
memahami bentuk aljabar, relasi,
fungsi dan persamaan garis lurus dengan kompetensi dasar melakukan operasi aljabar dan menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya. 2. Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, metode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, atau prosedur. Menurut pendapat Joyce (1992: 4) dalam Trianto (2007: 5) model pembelajaran mempunyai pengertian bahwa: “ suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain”. Adapun Soekamto, dkk (dalam Trianto, 2007: 10) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Arends (1997: 7) dalam Trianto (2009: 22) menyatakan bahwa: “The term commit to user to instruction that includes its teaching model refers to a particular approach
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
goals, syntax, environment, and management system”.
Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan khusus untuk instruksi yang mencakup tujuan, sintaksis, lingkungan, dan sistem pengelolaannya. Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2009: 22-23) menyatakan bahwa model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah: 1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; 2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); 3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan 4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Arends (dalam Trianto, 2009: 25) menyeleksi enam model pembelajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep,pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dan diskusi kelas. Dalam membelajarkan
suatu materi
pokok tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, pembelajaran
harus
memiliki
dalam
memilih
suatu
model
pertimbangan-pertimbangan, misalnya materi
pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) Tipe pembelajaran STAD merupakan salah satu jenis dari berbagai tipe dalam pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran ini, siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat atau lima siswa per kelompok. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai commit to user fasilisator belajar dan bertugas menciptakan situasi belajar yang kondusif,
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sedangkan siswa bekerja sama dalam kelompoknya dalam memecahkan masalah-masalah belajar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. 1) Komponen-Komponen Model Pembelajaran tipe STAD Robert Slavin (2008: 4) menjelaskan bahwa STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu : presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim. a) Presentasi Kelas Materi STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Presentasi kelas ini seperti dalam presentasi-presentasi biasa tetapi yang membedakan, presentasi kelas ini haruslah benarbenar fokus pada unit STAD. b) Tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. c) Kuis Setelah satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak dibolehkan saling membantu dalam mengerjakan kuis sehingga siswa bertanggung jawab secara individual memahami materinya. d) Skor Kemajuan Individual Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk to usertujuan kinerja yang akan dapat memberikan kepada commit setiap siswa
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tabel 2.1 Skor Perkembangan Individu Skor Kuis
Skor Perkembangan Individu
Turun lebih dari 10
0
Turun sampai dengan 10
10
Sama dengan nilai awal atau naik
20
sampai dengan 10 Naik lebih dari 10
30
Nilai sempurna
30
Sumber : Trianto (2009 : 72) e) Rekognisi Tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa juga dapat digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka. Tabel 2.2 Penghargaan Kelompok Kriteria Rata-rata Kelompok
Penghargaan
X ≤ 15
TIM BAIK
15 < X ≤ 25
TIM HEBAT
X > 25
TIM SUPER
Sumber : Trianto (2009 : 72) 2)
Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Widyantini (2008:7) adalah sebagai berikut : a. Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini commit to user kepada siswa. Misal, antara lain dengan metode penemuan terbimbing
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau metode ceramah. Langkah ini tidak harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu. b. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa. c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda (Dalam penelitian ini kelompok dibagi berdasarkan nilai Ujian Akhir Semester kelas VII semester genap tahun pelajaran 2010/2011 mata pelajaran matematika. Kelompok sudah dibentuk sejak pertemuan pertama dengan bantuan guru matematika kelas yang bersangkutan). d. Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu antar anggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar
kompetensi dasar yang
diharapkan dapat dicapai. e. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah
dipelajari. g. Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya. c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think-Pair-Share) Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawankawan dari Universitas Maryland. Model pembelajaran commit to user
Think-Pair-Share
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberikan kepada siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain. Dalam
model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share,
pertama siswa berpikir dan mencatat secara individu. Kemudian mereka bekerja
berdua-dua untuk menciptakan
beberapa
pertimbangan
untuk
mendukung kedua pemikiran mereka dari suatu permasalahan. Selanjutnya, dua pasangan bekerja sama untuk mendapatkan suatu kesepakatan yang mendukung
dan
memurnikan
beberapa pertimbangan
mereka
untuk
permasalahan tersebut. Akhirnya, masing-masing kelompok, misal empat siswa (dua kelompok) berbagi kesimpulan dan argumentasi pendukungnya dengan keseluruhan kelas. Strategi ini memerlukan semua siswa di dalam kelas untuk praktek penulisan, pemikiran, mendengarkan, dan ketrampilan pidato mereka (Kennedy, 2007: 187). Dalam menerapkan pendekatan struktural “Think-Pair-Share”, Frank Lyman dalam Arends (2008:15-16) menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Thinking (berpikir) Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. 2) Pairing (berpasangan) Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada langkah pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan. 3) Sharing (berbagi) Guru meminta pasangan-pasangan siswa tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka diskusikan dengan cara bergantian commitdan to user pasangan demi pasangan dilanjutkan sampai beberapa siswa
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
telah mendapat kesempatan untuk melaporkan, paling tidak sekitar seperempat pasangan, tetapi disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Pada langkah ini akan menjadi efektif apabila guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain. Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti menggunakan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut : a) Guru
mengingatkan
memberikan penjelasan
siswa
pada
seperlunya
materi
prasyarat
yang berkaitan
dan
dengan
materi yang akan dipelajari siswa. b) Guru membagikan lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau masalah dan mengarahkan siswa untuk mengerjakan lembar kegiatan, menjawab
pertanyaan,
menyelesaikan
masalah,
melakukan aktivitas, atau mengerjakan tugas secara mandiri. c) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan anggota 2 orang untuk tiap kelompok. d) Siswa
berpikir
bersama-sama
dalam
kelompok
untuk
menemukan jawaban dari pertanyaan guru berdasarkan jawaban yang telah mereka peroleh secara mandiri. e) Guru memanggil kelompok tertentu dan pasangan siswa tersebut memberikan
jawabannya
kepada
seluruh
anggota
kelas dari hasil yang telah mereka lakukan. Kegiatan tersebut dilanjutkan sampai beberapa siswa telah mendapat kesempatan untuk melaporkan, paling tidak seperempat pasangan, tetapi disesuiakan dengan waktu yang tersedia. f) Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari 3. Gaya Belajar Siswa Gaya belajar didefinisikan sebagai cara belajar atau kondisi belajar yang disukai oleh pembelajar. Brown (dalam Gilakjani, 2012:105) mendefinisikan “gaya belajar sebagai cara bagaimana seseorang merasakan dan memproses commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
informasi dalam berbagai kondisi belajar”. (Keefe dalam
Sriphai, 2011: 836).
Gaya belajar adalah karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikologik yang mengindikasikan bagaimana perasaan peserta didik, interaksi mereka dengan lingkungan belajar. Mengetahui gaya belajar siswa membantu guru untuk dapat mendekati semua atau hampir semua murid hanya dengan menyampaikan informasi dengan gaya yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan gaya belajar siswa. “Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, kemudian ia mengatur serta mengolah informasi “ (De Porter, 2001:110). Pada awal pengalaman belajar, salah satu diantara langkah-langkah kita adalah mengenali modalitas seseorang, yaitu berdasarkan pada visual (penglihatan), auditorial (pendengaran) dan kinestetik (sentuhan dan gerakan). Ini yang kita namakan modalitas V-A-K. Adapun indikator gaya belajar yang yang disebutkan Bobbi De Porter dalam buku Quantum Learning (2007: 116120) adalah sebagai berikut : 1. Gaya Belajar Visual Siswa yang memiliki gaya belajar visual yang memegang peranan penting adalah mata atau penglihatan (visual). Dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan oleh guru sebaiknya lebih banyak atau dititik beratkan pada peragaan media. Siswa di ajak untuk melihat objek-objek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut atau menunujukan langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Ciri-ciri gaya belajar visual: a. Rapi dan teratur b. Berbicara dengan cepat c. Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik d. Teliti terhadap detail e. Mementingkan penampilan dalam berpakaian maupun presentasi f. Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka g. Mengingat dengan asosiasi visual commit to user h. Tidak terganggu oleh keributan
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
i. Mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar j. Lebih suka membaca daripada dibacakan k. Membaca cepat dan tekun l. Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata m. Lebih suka melakukan demonstrasi daripada pidato n. Lebih suka seni daripada musik. o. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak p. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya. q. Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat r. Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek. 2. Gaya Belajar Auditorial Siswa kesusesksan
yang
memiliki
belajaranya
gaya
melalui
belajar
telinga
auditorial mengandalkan
(pendengarannya).
Misalnya
mendengarkan ceramah atau penjelasan guru, atau mendengarkan bahan audio seperti kaset dan sebagainya. Ciri-ciri gaya belajar auditorial : a. Lebih suka berbicara kepada diri sendiri saat bekerja b. Penampilan rapi c. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari apa yang dilihat d. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan e. Mudah terganggu oleh keributan f. Pembicara yang fasih g. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca h. Berbicara dalam irama yang terpola i. Lebih suka musik daripada seni commit to user j. Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
k. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai dengan satu sama lain l. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya m. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik n. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama, dan warna suara 3. Gaya Belajar Kinestetik Siswa dengan gaya belajar kinestetik cenderung aktif menggunakan bagian-bagian
atau
seluruh
tubuhnya
untuk
berkomunikasi dan
memecahkan masalah. Ciri-ciri gaya belajar kinestetik: a. Berbicara dengan perlahan b. Belajar melalui memanipulasi dan praktek c. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat d. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca e. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian f. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak g. Banyak menggunakan isyarat tubuh dan tidak dapat duduk diam untuk waktu lama. h. Menyukai buku-buku yang berorientasi plot mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca i. Menanggapi perhatian fisik j. Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar Sementara Eric Jensen (2010:60) menyebutkan para pembelajar kinestetik kurang ekspresif secara verbal, lebih ekspresif secara fisik dan sedikit menjadi orang yang mengangkat tangannya di kelas karena waktu yang dibutuhkan untuk menginternalisasikan informasi. 4.
Tinjauan Materi Operasi Bentuk Aljabar dan Pemfaktoran
a. Standar Kompetensi : to userdan persamaan garis lurus 1. Memahami bentuk aljabar,commit relasi, fungsi
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Kompetensi Dasar
1.1 Melakukan operasi aljabar 1.2 Menguraikan bentuk aljabar kedalam faktor-faktornya
B.Penelitian Yang Relevan a. Tesis Hadi Wiyono tahun 2008 “ Pembelajaran Matematika Kooperatif Tipe STAD pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar Ditinjau dari Partisipasi Orang Tua pada siswa kelas VIII SMP Negeri se-Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2007/2008”, menunjukkan bahwa pembelajaran matematika kooperatif tipe STAD menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvensional. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada model pembelajaran STAD dan materi faktorisasi suku aljabar. Sedangkan
perbedaannya terletak pada variabel
partisipasi orang tua dan model pembelajaran yang dibandingkan. Penelitian tersebut
membandingkan
konvensional
sedangkan
antara
model
pembelajaran
dalam
penelitian
yang
STAD
akan
dan
dilakukan
membandingkan antara model pembelajaran STAD dan model pembelajaran TPS. b. Tesis Henry Suryo Bintoro tahun 2008 “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan Struktural Metode “Think-Pair-Share” (TPS) pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar Ditinjau dari Kreativitas Belajar Matematika Siswa KELAS VIII Semester I SMP Negeri di Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”, menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan
Pendekatan
Struktural
Metode
“Think-Pair-Share”
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode ekspositori. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada model pembelajaran TPS dan materi faktorisasi suku aljabar. sedangkan
perbedaannya
terletak pada variabel kreativitas belajar
matematika siswa dan model pembelajaran yang dibandingkan. Penelitian tersebut membandingkan antara model pembelajaran TPS dan ekspositori commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan membandingkan antara model pembelajaran STAD dan model pembelajaran TPS.
C. Kerangka Berpikir Bertolak dari tinjauan teori yang telah disebutkan dapat disusun suatu kerangka pemikiran sebagai berikut ; 1. Pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa Prestasi belajar matematika siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap prestasi siswa tersebut di antaranya adalah model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. Pada praktiknya model pembelajaran yang sering digunakan di sekolahsekolah adalah model pembelajaran langsung (direct instruction) yang berpusat pada guru. Terlepas dari kekurangan dan kelebihan model pembelajaran langsung, banyak terdapat model pembelajaran lain yang menawarkan keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki oleh pembelajaran langsung. Materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran adalah materi yang menurut keterangan beberapa guru matematika adalah yang paling sulit untuk disampaikan. Hal ini disebabkan karena materi aljabar yang bersifat abstrak dan banyak melibatkan operasi hitung sehingga penguasaan materi prasyarat yang dimiliki oleh siswa sangat berperan penting. Terlebih dalam pemfaktoran aljabar diperlukan sesuatu yang hanya bisa muncul dari siswa sendiri yaitu intuisi. Sehingga guru perlu mencoba alternatif model pembelajaran yang di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk mengonstruksi pengetahuannya sendiri. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan kerja sama kelompok. STAD dan TPS adalah dua di antara tipe pembelajaran kooperatif yang dianjurkan bagi kelas yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari penjelasan yang telah disebutkan, diduga prestasi belajar matematika siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari tipe TPS. Hal ini didasarkan pemikiran bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah bentuk sederhana dari tipe TGT yang bersifat turnamen sehingga akan timbul motivasi untuk berbuat lebih di dalam kelompok masing-masing. Adapun TPS kegiatan pembelajarannya didominasi oleh kegiatan diskusi. Walaupun ada unsur reward di dalamnya tetapi suasana kerjasama kelompok tentu tidak sama dengan STAD. 2. Pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar Gaya belajar siswa adalah kebiasaan belajar yang disenangi oleh siswa. Masing-masing siswa memiliki gaya belajar yang bervariasi. Gaya belajar memliki tiga tipe yaitu tipe visual, auditorial dan kinestetik. Masing-masing manusia memiliki tiga tipe gaya belajar tersebut akan tetapi ada satu yang paling mendominasi. Dari pembahasan yang telah disebutkan, diduga siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi yang paling baik di antara yang lain. Siswa yang bertipe visual memiliki kelebihan dapat menangkap segala jenis informasi walaupun mempunyai masalah dalam hal mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis atau dengan meminta bantuan orang lain untuk mengulanginya. Akan tetapi masalah ini mungkin dapat diatasi dengan adanya LKS atau handout materi dari guru. Adapun siswa dengan gaya belajar auditorial sebenarnya memiliki banyak kelebihan dalam hal diskusi. Akan tetapi sifat siswa dengan gaya belajar auditorial yang terganggu oleh keributan bisa jadi akan mengurangi kelebihan yang dimilikinya tersebut. Terlebih kedua kelas menggunakan pembelajaran kooperatif yang menekankan keaktifan masing-masing siswa untuk berdiskusi dan berpendapat. 3. Perbandingan prestasi belajar matematika yang menggunakan model pembelajaran STAD dan TPS pada siswa yang memiliki gaya belajar visual commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Siswa yang memiliki gaya belajar visual senang untuk menerima informasi berupa gambar atau peragaan media. Dari penjelasan yang telah disebutkan, diduga siswa yang bertipe visual dan mendapat pembelajaran STAD dan yang mendapat pembelajaran TPS memiliki prestasi belajar matematika sama baik. Siswa yang memiliki gaya belajar tipe visual hampir tidak memiliki masalah dalam menerima informasi kecuali dalam mengingat instruksi verbal. Sehingga dapat disimpulkan siswa yang memiliki gaya belajar tipe visual dapat menyesuaikan diri dalam berbagai kondisi kegiatan pembelajaran. 4. Perbandingan prestasi belajar matematika yang menggunakan model pembelajaran STAD dan TPS pada siswa yang memiliki gaya belajar auditorial Siswa yang memiliki gaya belajar auditorial menyenangi untuk menerima informasi berupa suara atau dengan diskusi. Dari penjelasan yang telah disebutkan diduga
siswa yang bertipe auditorial dan mendapat
pembelajaran TPS mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada yang mendapat pembelajaran STAD. Hal ini didasarkan atas perbedaan sintaks pembelajaran ke dua model pembelajaran. Dalam sintaksnya, pembelajaran TPS memiliki alur diskusi lebih panjang mulai dari tahap pair kemudian tahap share. Adapun dalam pembelajaran STAD, kegiatan diskusi hanya pada saat tahap belajar tim 5. Perbandingan prestasi belajar matematika yang menggunakan model pembelajaran STAD dan TPS pada siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik cenderung
aktif
menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan masalah. Dari penjelasan yang telah disebutkan diduga siswa yang bertipe auditorial dan mendapat pembelajaran STAD mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada yang mendapat pembelajaran commit to user TPS.
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Siswa yang yang memiliki gaya belajar kinestetik kurang ekspresif secara verbal. Sehingga diperlukan bimbingan lebih dari orang lain untuk berkomunikasi dan menerima informasi. Bimbingan ini terdapat dalam pembelajaran STAD dan terjadi pada saat belajar tim. Adapun dalam pembelajaran TPS masing-masing siswa sebelum memasuki tahap pair dan share idealnya memiliki jawaban dalam diri mereka masing-masing. Dalam materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran, bagi siswa yang gaya belajarnya berorientasi pada fisik tentu tahap think menjadi kurang berarti. Dan bagi siswa yang bermasalah dalam berkomunikasi, tahap pair dan share kurang memberikan arti pula sehingga bimbingan dari siswa lain sangat diperlukan.
D. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Pembelajaran STAD dapat menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik daripada penggunaan pembelajaran TPS pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran. 2. Ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar tipe visual, auditorial, dan kinestetik pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran. Dimana siswa yang mempunyai gaya belajar tipe visual menghasilkan prestasi belajar matematika paling baik disusul tipe auditorial kemudian tipe kinestetik. 3. Pada gaya belajar tipe visual, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar matematika sama baik dengan pembelajaran STAD. 4. Pada gaya belajar tipe auditorial, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar matematika lebih baik daripada pembelajaran STAD. 5. Pada gaya belajar tipe kinestetik, pembelajaran STAD memberikan prestasi belajar matematika sama baik dengan pembelajaran TPS. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di MTs Negeri 1 Surakarta kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011. Sedangkan uji coba instrumen dilaksanakan di SMP Negeri 15 Surakarta Surakarta kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari tanggal bulan Maret 2011 sampai September 2012. Uji coba instrumen tes prestasi belajar dan angket gaya belajar dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2011. Rincian waktu dari masing - masing kegiatan penelitian seperti pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Waktu Penelitian No 1.
Kegiatan Penyusunan Skripsi
dan
Pelaksanaan Proposal
Maret – April 2011
Instrumen
Penelitian 2.
Konsultasi Bab I, II,III dan
Mei – Juli 2011
Perizinan 3.
Eksperimen Penelitian
4.
Uji
Coba
Juli – Agustus 2011
Instrumen
Agustus – Oktober 2011
Penelitian 5.
Pengambilan Data
6.
Analisis Data
7.
Penyusunan
Oktober 2011 Oktober 2011 – Januari 2012 Laporan
Januari – September 2012
Skripsi commit to user 28
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Dikatakan penelitian eksperimental semu karena peneliti tidak memungkinkan untuk memanipulasi dan atau mengendalikan semua variabel yang relevan. Sebagaimana yang dikemukakan Budiyono (2003:82), “Tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variable yang relevan”. Langkah dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengaturan variabel-variabel ataupun selanjutnya variabel-variabel tersebut dikontrol untuk diperhatikan pengaruhnya terhadap prestasi belajar matematika sebagai varibel terikat. Dalam hal ini variabel bebas yang dimaksud adalah model pembelajaran dan gaya belajar para siswa. Sebelum dilakukan perlakuan terhadap elas yang akan digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu dilaksanakan uji keseimbangan dengan menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak. Data yang digunakan dalam uji keseimbangan ini adalah nilai ujian semester dua kelas VII untuk mata pelajaran matematika. Selanjutnya pada akhir eksperimen, dilakukan pengukuran terhadap kedua kelas mengenai prestasi atau hasil dari belajar siswa dengan alat ukur yang sama berupa soal-soal tes prestasi belajar matematika materi yang berkaitan. Setelah itu, hasil dari pengukuran dianalisis dan dibandingkan dengan tabel uji statistik yang digunakan dalam penelitian tersebut. 1. Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan faktorial 2×3. Rancangan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian B b1
b2
b3
a1
a1b1
a1b2
a1b3
a2
a2b1
a2b2
a2b3
A
keterangan : A = model pembelajaran B = gaya belajar siswa a1 = pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD a2 = pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran TPS b1 = gaya belajar siswa tipe auditorial b2 = gaya belajar siswa tipe visual b3 = gaya belajar siswa tipe kinesetik 2. Prosedur Penelitian Pelaksanaan
penelitian
dilakukan
secara
bertahap
dan
berkesinambungan. Urutan-urutan kegiatan yang telah dilakukan adalah : a. Melakukan Observasi b. Memilih kelas mana yang digunakan untuk penelitian dan kelas untuk uji coba instrumen. c. Mengambil nilai kemampuan awal untuk uji keseimbangan. d. Memberikan perlakuan berupa pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TPS e. Memberikan tes prestasi belajar untuk mengukur hasil belajar siswa. f. Memberikan tes angket gaya belajar siswa untuk mendapatkan data tipe gaya belajar masing-masing siswa. g. Mengumpulkan, mengolah selanjutnya menganalisis data penelitian. h. Menguji hipotesis dan menarik kesimpulan. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130), “Populasi adalah keseluruhan commit to user subjek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
MTs Negeri 1 tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 360 siswa dan terbagi menjadi 10 kelas. 2. Sampel Suharsimi Arikunto (2006: 131) mengemukakan bahwa, “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Dalam penelitian tidak selalu perlu untuk meneliti semua populasi, karena selain memerlukan biaya yang besar juga memerlukan waktu yang lama. Untuk itu diharapkan dengan hanya mengambil sebagian dari populasi tetapi dapat mewakili dari keseluruhan populasi. Sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling random kluster (cluster random sampling) yang dikenakan berturut-turut terhadap unitunit atau sub-sub populasi. Dari 10 kelas yang ada, didapatkan kelas VIII E sebagai kelas yang dikenai model pembelajaran STAD dan kelas VIII F dikenai model pembelajaran TPS. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel-variabel tersebut adalah : a. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika. a) Definisi Operasional Prestasi belajar matematika adalah hasil yang diperoleh siswa sebagai akibat dari aktivitas selama mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran. b) Indikator : nilai tes prestasi belajar matematika. c) Skala Pengukuran : interval. b. Variabel Bebas 1. Model Pembelajaran a) Definisi Operasional : b) model pembelajaran adalah model mengajar yang biasa dipakai guru. commit to user Model pembelajaran pada penelitian ini meliputi model pembelajaran
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
STAD
(Student
Teams
Achievement Divisions) dan TPS (Think-Pair-Share) c) Indikator : 1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD : proses pembelajaran melalui tahap presentasi kelas, belajar tim, kuis, penghitungan kemajuan skor individual dan rekognisi tim untuk
kelompok
eksperimen 1 2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS : proses pembelajaran melalui tahap berpikir, berpasangan dan berbagi untuk kelompok eksperimen 2. d) Skala pengukuran : nominal dengan dua kategori model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan TPS (Think-Pair-Share) 2. Gaya Belajar a) Definisi operasional : gaya belajar adalah cara belajar khas yang bersifat konsisten yang dimiliki oleh setiap siswa dalam menerima atau menangkap informasi matematika. b) Indikator : skor angket gaya belajar. c) Skala pengukuran : skala nominal yang dibagi menjadi tiga tipe gaya belajar yaitu tipe visual, auditorial , dan kinestetik. Penggolongan gaya belajar matematika siswa didasarkan pada kecenderungan skor siswa pada tipe yang sesuai. Siswa mempunyai skor tertinggi pada tipe visual
menunjukkan bahwa siswa tergolong tipe visual,
siswa mempunyai skor tertinggi pada tipe auditorial menunjukkan bahwa siswa tergolong tipe auditorial, siswa mempunyai skor tertinggi pada tipe kinestetik menunjukkan bahwa siswa tergolong tipe kinestetik. 2. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam pengambilan atau pengumpulan data adalah sebagai commit berikut to : user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Metode Dokumentasi Menurut Budiyono (2003:54), “Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen yang telah ada. Dokumen-dokumen tersebut biasanya merupakan dokumen-dokumen resmi yang telah terjamin keakuratannya”. Fungsi dari metode dokumentasi pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan nilai Ujian Akhir Semester kelas VII semester genap tahun pelajaran 2010/2011 mata pelajaran matematika yang digunakan untuk uji keseimbangan. b. Metode Angket Metode angket merupakan cara pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian, responden, atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis. Fungsi dari metode angket pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan data tipe gaya belajar masing-masing siswa. c. Metode Tes Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah
pertanyaan-pertanyaan
atau
suruhan-suruhan
kepada
subjek
penelitian. Tes yang digunakan berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda. Fungsi dari metode angket pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan data prestasi belajar matematika siswa. 3. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dalam bentuk tes obyektif dengan empat alternatif jawaban untuk memperoleh data tentang prestasi belajar matematika dan angket gaya belajar siswa untuk memperoleh data tentang gaya belajar matematika siswa. a. Instrumen Tes Prestasi Belajar Instrumen ini digunakan untuk pengambilan data prestasi belajar commit to user siswa yang berupa instrumen tes prestasi belajar matematika. Soal yang
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diujicobakan tediri dari 40 soal pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran. Tes prestasi belajar diambil dari gabungan item soal yang dapat diambil dari hasil analisis soal uji coba yang dilakukan. Langkah-langkah dalam penyusunan tes prestasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi bahan-bahan yang telah diberikan beserta tujuan pembelajaran. 2) Membuat kisi-kisi soal yang akan ditulis 3) Menyusun soal tes beserta kuncinya. 4) Membuat skor pada setiap butir. 5) Uji coba instrumen Adapun analisis yang dilakukan pada tahap uji coba instrumen adalah sebagai berikut : a) Analisis Instrumen 1. Uji Validitas Isi Berdasarkan pada tujuan diadakannya tes hasil belajar yaitu untuk mengetahui apakah prestasi belajar yang ditampakkan secara individual dapat pula ditampakkan pada keseluruhan (universe) situasi, maka uji validitas yang dilakukan pada metode tes ini adalah uji validitas
isi,
pada
tingkat
minimum,
langkah-langkah
dalam
melakukan validasi isi seperti yang dikemukakan Crocker dan Algina dalam Budiyono (2003:60) adalah sebagai berikut : a. Mendefinisikan domain kinerja yang akan diukur (pada tes prestasi dapat berupa serangkaian tujuan pembelajaran atau pokok-pokok bahasan yang diwujudkan dalam kisi-kisi), b. Membentuk sebuah panel yang ahli (qualified) dalam domaindomain tersebut, c. Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan butirbutir soal dengan domain performans yang terkait, dan d. Mengumpulkan data dan menyimpulkan berdasar data yang diperoleh dari proses pencocokan pada langkah (c). Dalam penelitian ini data dikatakan valid jika pada kerangka terstruktur (lembar validasi) tanda (√) lebih dari 3. commit to user (Budiyono, 2003: 69)
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Reliabilitas Untuk
menghitung
reliabilitas
digunakan
rumus
yang
dikemukakan oleh Kuder dan Richardsonyang diberi nama KR-20 sebagai berikut :
r11
2 æ n ö æç s t - å p i q i = ç ÷ 2 st è n - 1 ø çè
ö ÷ ÷ ø
keterangan :
r11 : indeks reliabilitas instrumen n : cacah butir instrumen
p i : proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir ke-i qi : 1- p i
si
2
: variansi total Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas
yang diperoleh telah melebihi 0,70 ( r11 > 0,70) (Budiyono, 2003:69) b) Analisis Butir Soal 1. Daya Pembeda Daya beda masing-masing butir soal dapat dilihat dari korelasi antar skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Untuk mengetahui daya beda suatu butir soal digunakan rumus korelasi momen produk Karl Pearson sebagai berikut :
rxy =
nå XY - (å X )(åY ) (nå X 2 - (å X ) 2 )(nåY 2 - (åY ) 2 )
keterangan : rxy = indeks daya beda untuk butir ke-i
n
= banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen)
X = skor untuk butir ke-I (dari subjek uji coba) commit to user Y = total skor (dari subjek uji coba)
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jika indeks daya beda untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang. (Budiyono, 2003:65) 2. Tingkat Kesukaran Yang dimaksud tingkat kesukaran butir soal ialah proporsi peserta tes menjawab benar terhadap butir soal tersebut. Tingkat kesukaran soal biasanya dilambangkan dengan p. Tingkat kesukaran berkisar antara 0.0 sampai dengan 1.0. Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus : P=
B Js
keterangan ; P = indeks kesukaran B = banyak peserta tes yang menjawab soal dengan benar Js = jumlah seluruh peserta tes (Asmawi Zainul dan Noehi Nasoetion, 1995:157-158). Dalam penelitian ini soal dianggap baik jika 0,30 ≤ P ≤ 0,70. b. Instrumen Angket Gaya Belajar Instrumen angket gaya belajar berisi 60 soal yang terdiri dari 20 soal untuk visual, 20 soal untuk audio dan 20 soal untuk kinestetik. Rincian nomor masing-masing masing gaya belajar sebelum analisis dapat dilihat dalam tabel 3.3 . Tabel 3.3 Rincian Butir Angket Gaya Belajar Sebelum Analisis Gaya Belajar Visual Auditorial kinestetik
No Butir 3, 4, 5, 10, 14, 15, 20, 21, 27, 28, 34, 35, 36, 43, 48, 49, 50, 52, 57, 58 1, 2, 8, 9, 13, 17, 19, 22, 23, 29, 30, 31, 37, 38, 44, 45, 47, 51, 56, 59 6, 7, 11, 12, 16, 18, 24, 25, 26, 32, commit to user 33, 39, 40, 41, 42, 46, 53, 54, 55, 60
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Prosedur pemberian skor berdasarkan gaya belajar matematika siswa, yaitu : 1. Untuk butir positif Jawaban a, skor 4 menunjukkan gaya belajar matematika sangat sesuai pada tipe tertentu. Jawaban b, skor 3 menunjukkan gaya belajar matematika
sesuai pada
tipe tertentu Jawaban c, skor 2 menunjukkan gaya belajar matematika kurang sesuai pada tipe tertentu Jawaban d, skor 1 menunjukkan gaya belajar matematika tidak sesuai pada tipe tertentu 2. Untuk butir negatif Jawaban a, skor 1 menunjukkan gaya belajar matematika tidak sesuai pada tipe tertentu Jawaban b, skor 2 menunjukkan gaya belajar matematika kurang sesuai pada tipe tertentu Jawaban c, skor 3 menunjukkan gaya belajar matematika
sesuai pada
tipe tertentu Jawaban d, skor 4 menunjukkan gaya belajar matematika sangat sesuai pada tipe tertentu. Selanjutnya butir yang telah diujicobakan dianalisis. Butir yang lolos analisis selanjutnya akan dilakukan proses penyesuaian banyak butir pada
setiap
aspek
gaya
belajar.
Penyesuaian
dilakukan
untuk
menyeimbangkan banyak butir setiap aspek pada masing-masing gaya belajar yang akan dibandingkan. Secara umum langkah-langkah dalam penyusunan angket gaya belajar adalah sebagai berikut : a. Menentukan jenis angket Jenis angket yang digunakan adalah jenis angket langsung tertutup dengan diberikan 4 pilihan jawaban yang sudah tersedia yaitu commit user pernah”. “selalu”, “sering”, “jarang” danto“tidak
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Menyusun angket c. Menetapkan skor angket d. Uji coba instrumen Setelah dilakukan uji coba kemudian dianalisis didapatkan 45 soal angket gaya belajar yang dari 15 soal untuk visual, 15 soal untuk audio dan 15 soal untuk kinestetik (penjelasan dapat dilihat pada Bab IV). Rincian nomor masing-masing masing gaya belajar setelah analisis dapat dilihat dalam tabel 3.4. Tabel 3.4 Rincian Butir Angket Gaya Belajar Setelah Analisis Gaya Belajar Visual Auditorial Kinestetik
No Butir 3, 4, 10, 14, 20, 21, 27, 28, 34, 35, 48, 50, 52, 57, 58 1, 2, 9, 13, 17, 19, 22, 23, 29, 30, 31, 37, 44, 56, 59 6, 11, 12, 16, 18, 25, 26, 33, 39, 40, 42, 53, 54, 55, 60
Kecenderungan
gaya
belajar
siswa
ditentukan
dengan
membandingkan skor tertinggi jumlah semua butir untuk masing-masing gaya belajar pada Tabel 3.4. Jika terdapat gaya belajar siswa yang memiliki dua skor atau lebih yang sama maka kecenderungan gaya belajar siswa ditentukan dengan melihat dari jumlah jawaban “jarang “, “sering”, atau “selalu” yang lebih banyak diberikan siswa.Apabila masih terdapat gaya belajar siswa yang memiliki dua skor atau lebih yang sama maka kecenderungan gaya belajar siswa ditentukan dengan melihat dari jumlah jawaban “selalu”, atau “sering” yang lebih banyak diberikan siswa. Dan apabila masih terdapat gaya belajar siswa yang memiliki dua skor atau lebih yang sama maka kecenderungan gaya belajar siswa ditentukan dengan melihat dari jumlah jawaban “sering” yang lebih banyak diberikan siswa Adapun analisis yang dilakukan pada tahap uji coba instrumen adalah sebagai berikut : a. Analisis Instrumen 1. Reliabilitas Budiyono (2003: 65) menyatakan bahwa “Kata reliabel sering commit to user disebut dengan nama lain, misalnya terpercaya, terandalkan, ajeg,
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
stabil, konsisten, dan lain sebagainya”. Menurutnya, suatu instrumen dikatakan reliabel jika hasil pengukuran dari suatu instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi dalam kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan. Untuk menguji reliabilitas angket gaya belajar siswa, digunakan teknik Alpha sebagai berikut: 2 æ n öæç å s i r11 = ç ÷ 12 st è n - 1 øçè
ö ÷ ÷ ø
Dengan: NJ11 = indeks reliabilitas instrumen n = banyaknya butir instrumen
si2 = variansi belahan ke-i, i = 1, 2, …, k (k ≤ n) atau variansi butir ke-i, i = 1, 2, 3, 4, ...,n
st2 = variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba Dalam penelitian ini, suatu instrumen dikatakan reliabel jika r11 ≥ 0,70. (Budiyono, 2003: 70) 2. Uji Validitas Isi Berdasarkan pada tujuan diadakannya tes hasil belajar yaitu untuk mengetahui apakah prestasi belajar yang ditampakkan secara individual dapat pula ditampakkan pada keseluruhan (universe) situasi, maka uji validitas yang dilakukan pada metode tes ini adalah uji validitas
isi,
pada
tingkat
minimum,
langkah-langkah
dalam
melakukan validasi isi seperti yang dikemukakan Crocker dan Algina dalam Budiyono (2003:60) adalah sebagai berikut : a. Mendefinisikan domain kinerja yang akan diukur (pada tes prestasi dapat berupa serangkaian tujuan pembelajaran atau pokok-pokok bahasan yang diwujudkan dalam kisi-kisi), b. Membentuk sebuah panel yang ahli (qualified) dalam domaincommit to user domain tersebut,
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan butirbutir soal dengan domain performans yang terkait, dan d. Mengumpulkan data dan menyimpulkan berdasar data yang diperoleh dari proses pencocokan pada langkah (c). Dalam penelitian ini data dikatakan valid jika pada kerangka terstruktur (lembar validasi) tanda (√) lebih dari 3. b. Analisis Butir soal 1. Konsistensi Internal Untuk mengetahui korelasi butir soal angket digunakan rumus korelasi momen produk Karl Pearson rxy =
n å XY - ( å X )(å Y )
( n å X 2 - ( å X ) 2 )( n å Y 2 - ( å Y ) 2 )
dengan : rxy = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n
= banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen)
X = skor untuk butir ke-I (dari subjek uji coba) Y = total skor (dari subjek uji coba) (Budiyono, 2003:65) Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang. E. Teknik Analisis Data Setelah data dikumpulkan, maka data tersebut akan dianalisis untuk menguji kebenaran hipotesis dan juga memperoleh kesimpulan. Dalam penelitian ini digunakan analisa variansi dua jalan. Sebelum melakukan analisa variansi terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Prasyarat a) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel dari penelitian termasuk sampel dari populasi berdistribusi normal atau tidak. commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Salah satu metode yang bisa digunakan untuk menguji normalitas populasi ini adalah metode Lilliefors. Langkah-langkah uji normalitas dengan metode Lilliefors yaitu : 1) H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 1) Tingkat signifikan (α) 2) Statistik uji yang digunakan L = Maks |F(zi) - S(zi)| dengan F(zi) = P(Z ≤ zi); Z ~ N(0,1) S(zi) = proporsi cacah Z ≤ zi zi = skor standar ; zi = Ş = rataan sampel ;
(Xi - X ) ; Xi : skor sampel ke-i ; s
s = variansi
3) Daerah kritik
DK = {L | L > Lα;n} 4) Keputusan uji H0 ditolak jika Lobs terletak di daerah kritik 5) Kesimpulan a) Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal jika H0 diterima b) Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal jika H0 ditolak. (Budiyono, 2004:170-171) b) Uji homogenitas Variansi Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Salah satu uji homogenitas variansi adalah uji Bartlett dengan prosedur sebagai berikut : 1. H0 : σ12 = σ22 = σ32 = … = σk2 (variansi populasi homogen) H1 : tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen) 2. Tingkat signifikan (α) 3. Statistik uji
c2 =
2,303 2 ( f log RKG - å f j log s j ) commit to user c
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan :
c 2 ~ c 2 (k - 1) k = banyaknya populasi = banyaknya sampel ; k = 2 (model pembelajaran); k = 3 (minat belajar) N = banyaknya seluruh nilai (ukuran) nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j fj = nj - 1 = derajat kebebasan untuk sj2, j = 1, 2, …, k; k
f = N – k = å f j = derajat kebebasan untuk RKG j =1
c=1+
1 æç 1 1 ö÷ - ; å f j f ÷ø 3(k - 1) çè
RKG = rataan kuadrat galat =
å SS åf
j
;
j
SSj =
åXj 2
(å X j ) 2 nj
= (n j - 1) s j
2
4. Komputasi 5. Daerah kritik DK : { c 2 | c 2 > c 2 α;k-1} 6. Keputusan Uji H0 ditolak jika c 2 obs terletak di daerah kritik 7. Kesimpulan a. Variansi dari populasi-populasi homogen jika H0 diterima b. Variansi dari populasi-populasi tidak homogen jika H0 ditolak. (Budiyono, 2004: 175-178) 2. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan dilakukan kepada dua kelompok pada saat sebelum dikenai perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut seimbang ataupun kedua kelompok tersebut memiliki perbedaan mean yang berarti atau tidak.
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Langkah-langkahnya : a. Hipotesis
H o : m1 = m 2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama) H o : m1 ¹ m 2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal tidak yang sama) b. Taraf signifikan (α) c. Statistik uji yang digunakan
(X
t=
sp
1
- X2
)
1 1 + n1 n2
~ t (n1 + n2 - 2)
keterangan : t
= t hitung
X 1 = mean dari sampel kelompok eksperimen pertama
X 2 = mean dari sampel kelompok eksperimen kedua n1 = ukuran sampel kelompok eksperimen pertama n2 = ukuran sampel kelompok eksperimen kedua (n - 1) s1 + (n2 - 1) s 2 = 1 ) n1 + n2 - 2 2
2
s = variansi ( s p
2
2
d. Daerah kritik DK = {t| t < - ta 2 ; n1+n2-2 atau t > ta 2 ; n1+n2-2} e. Keputusan uji H0 ditolak jika t Î DK f. Kesimpulan 1) Kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama jika H0 diterima 2) Kedua kelompok memiliki kemampuan awal berbeda jika H0 ditolak. (Budiyono, 2004:151) 3. Pengujian Hipotesis Untuk melakukan hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan commit to user dengan sel tak sama, dengan model sebagai berikut :
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
X ijk = m + a i + b j + (ab ) ij + e ijk dengan :
Xijk
= data ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
µ
= rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
α1
= efek baris ke-i pada variabel terikat
βj
= efek kolom ke-j pada variabel terikat
(αβ)ij
= kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
εijk
= deviasi data Xijk terhadap rataan populasinya (µij) yang berdistribusi
i
normal dengan rataan nol
= 1, 2 ; 1 = model pembelajaran kooperatif tipe STAD ; 2 = model pengajaran tipe TPS
j
= 1, 2, 3 ; 1 = gaya belajar tipe auditorial, 2 = gaya belajar tipe visual, dan 3 = gaya belajar tipe kinestetik.
k
= 1, 2, 3, ...,nij ; nij = banyaknya data amatan pada setiap sel. (Budiyono, 2004:227) Prosedur pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama antara lain : a. Hipotesis ·
H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2 (tidak ada perbedaan efek antara baris terhadap variabel terikat) H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada perbedaan efek antara baris terhadap variabel terikat)
·
H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak ada perbedaan efek antara baris terhadap variabel terikat) H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan efek antara kolom terhadap variabel terikat)
·
H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 (tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat)
·
H1AB : paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol (ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat) commit to user
(Budiyono, 2004:228)
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Komputasi Tabel 3.5 Rataan dan Jumlah Rataan B
b1
b2
b3
Total
a1
AB11
AB 12
AB13
A1
a2
AB 21
AB 22
A2
Total
B1
B2
AB23 B3
A
G
1. Pada analisis variansi dua jalan sel tak sama ini didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut : nij
= ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j) = banyaknya data amatan pada sel ij = frekuensi sel ij
nh = rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
N
ån
=
ij
pq 1 å i , j nij
= banyaknya seluruh data amatan
i, j
2
æ ö ç å X ijk ÷ èk ø SSij = å X ijk2 = jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij nijk k AB ij = rataan pada sel ij
Ai =
å AB
ij
= jumlah rataan pada baris ke-i
å AB
ij
= jumlah rataan pada baris ke-j
å AB
ij
= jumlah rataan semua sel
j
Bi =
i
G =
i, j
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2), (3), (4), dan (5) sebagai berikut : (1) =
G2 pq
(2) =
å SS i, j
ij
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(3) =
å i
(5) =
Ai2 q
å AB
(4) = =
B 2j
å
p
j 2
i, j
2. Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima jumlah kuadrat, yaitu : JKA = nh {(3) – (1)} JKB = nh {(4) – (1)} JKAB = nh {(1) + (5) – (3) – (4)} JKG = (2) JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG 3. Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah : dkA = p – 1
dkB = q - 1
dkAB = (p - 1)(q - 1)
dkG = N – pq
dkT = N - 1 4. Rataan kuadrat RKA =
JKA dkA
RKAB =
JKAB dkAB
RKB =
JKB dkB
RKG =
JKG dkG
5. Statistik Uji Statistik uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah : a. Untuk H0A adalah Fa =
RKA yang merupakan nilai dari variabel RKG
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p–1 dan N-pq b. Untuk H0B adalah Fb =
RKB yang merupakan nilai dari variabel RKG
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q–1 dan N-pq commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Untuk H0AB adalah Fab =
RKAB yang merupakan nilai dari variabel RKG
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p–1)(q-1) dan N-pq. 6. Tingkat signifikan (α = 0,05) 7. Daerah kritik a. Daerah kritik untuk Fa adalah DK = {F | F > Fα;p-1;N-pq} b. Daerah kritik untuk Fb adalah DK = {F | F > Fα;q-1;N-pq} c. Daerah kritik untuk Fa adalah DK = {F | F > Fα;(p-1)(q-1);N-pq} 8. Keputusan Uji H0 ditolak jika Fobs terletak di daerah kritik. 9. Rangkuman Anava Tabel 3.6 Rangkuman Analisis Sumber
JK
dk
RK
Fobs
Ftabel
Baris (A)
JKA
p-1
RKA
Fa
Ftabel
Kolom (B)
JKB
q-1
RKB
Fb
Ftabel
Interaksi (AB)
JKAB
(p1)(q-1)
RKAB
Fab
Ftabel
Galat (G)
JKG
N – pq
RKG
-
-
Total
JKT
N-1
-
-
-
(Budiyono, 2004 : 228-233) 4. Uji Komparasi Ganda Komparasi ganda adalah tidak lanjut dari analisis variansi apabila hasil analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Untuk uji lanjutan setelah analisis variansi, digunakan metode Scheffe karena metode tersebut akan menghasilkan beda rerata dengan tingkat signifikansi yang kecil. (Budiyono, 2004: 201) Langkah-langkah menggunakan metode Scheffe antara lain : commit komparasi to user 1) Mengidentifikasi semua pasangan ganda.
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut 3) Menentukan tingkat signifikan (α) = 0,05 4) Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut : a) Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama adalah sebagai berikut :
Fij - kj =
( X ij - X kj ) 2 æ 1 1 ö÷ RKGç + ÷ çn è ij nkj ø dengan:
Fij - kj
= nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj
X ij
= rataan pada sel ij
X kj
= rataan pada sel kj
RKG
= rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
n ij
= ukuran sel ij
n kj
= ukuran sel kj
Daerah kritik untuk uji ini adalah DK = {F | F > (pq-1)Fα;pq-1;N-pq} b) Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama adalah sebagai berikut :
Fij -ik =
( X ij - X ik ) 2 æ 1 1 RKGç + çn è ij nik
ö ÷ ÷ ø
Daerah kritik untuk uji ini adalah DK = {F | F > (pq-1)Fα;pq-1;N-pq} 5) Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda commit to userdari keputusan uji yang sudah ada. 6) Menentukan kesimpulan dari keputusan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data dalam penelitian ini meliputi data hasil uji coba instrumen, data prestasi belajar matematika pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran dan data Gaya belajar. Berikut ini diberikan uraian tentang data-data tersebut: 1. a.
Data Hasil Uji Coba Instrumen
Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar 1) Validitas Isi Tes Prestasi Belajar. Berdasarkan uji validitas isi yang telah dilakukan oleh validator diperoleh hasil bahwa ke 40 soal valid sehingga dapat digunakan semua. 2) Daya Pembeda Tes Prestasi Belajar Tes prestasi belajar yang diuji cobakan sebanyak 40 soal. Dengan rumus korelasi momen produk pada taraf signifikan 5% diperoleh 28 soal yang mempunyai daya pembeda yang baik yaitu yang memenuhi rxy > 0.3. Sedangkan 12 soal yaitu nomor 1, 5, 11, 16, 17, 18, 28, 29, 30, 31,34 dan 35 tidak dapat memberi dukungan terhadap skor total. Daftar rxy masing-masing nomor soal tersebut seperti pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Butir-butir Tes Prestasi Belajar yang Memiliki Daya Pembeda Tidak Baik Nomor Soal
rxy
Keterangan
1
-6,88394
< 0, 30
5
-2,64333
< 0, 30
11
-0,72459
< 0, 30
16
-2,64425
< 0, 30
17
-2,67727
< 0, 30
18
-2,96841
< 0, 30
28 29
-2,59302 commit to user -1,90718
49
< 0, 30 < 0, 30
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nomor Soal
rxy
Keterangan
30
-1,46691
< 0, 30
31
-1,82389
< 0, 30
34
-0,85445
< 0, 30
35
-1,11499
< 0, 30
. Sehinggga diperoleh 28 soal yang dapat digunakan dalam penelitian. (Perhitungan daya pembeda uji coba tes prestasi belajar siswa selengkapnya disajikan pada Lampiran 20). 3) Tingkat Kesukaran Tes Prestasi Belajar Dari jumlah soal yang diuji cobakan sebanyak 40 soal terdapat 7 buah soal yang tingkat kesukarannya tidak baik, yaitu soal nomor 1, 5, 17, 18, 28, 34 dan 35. Daftar tingkat kesukaran masing-masing nomor soal tersebut seperti pada tabel berikut : Tabel 4.2 Butir-butir Tes Prestasi Belajar yang Memiliki Tingkat Kesukaran Tidak Baik Nomor Soal 1 5 17 18 28 34 35
Tingkat Kesukaran 0,9 0,89 0,75 0,75 0,72 0,25 0,28
Keterangan > 0,70 > 0,70 > 0,70 > 0,70 > 0,70 < 0,30 < 0,30
(Perhitungan tingkat kesukaran uji coba tes prestasi belajar siswa selengkapnya disajikan pada Lampiran 21). 4) Reliabilitas Tes Prestasi Belajar. Dengan menggunakan rumus KR-20 diperoleh hasil perhitungan reliabilitas tes prestasi belajar sebesar r11 = 0,98192 > 0,70 sehingga reliabilitas tes termasuk baik. (Perhitungan reliabilitas uji coba tes prestasi belajar siswa selengkapnya disajikan pada Lampiran 22). commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Hasil Uji Coba Angket 1) Validitas Isi Angket Gaya Belajar. Berdasarkan uji validitas isi yang telah dilakukan oleh validator diperoleh hasil bahwa ke 60 butir angket valid sehingga dapat digunakan semua. 2) Konsistensi Internal Angket Gaya Belajar. Angket Gaya belajar siswa berjumlah 60 butir pernyataan yang terdiri dari 20 butir untuk gaya belajar visual, 20 butir untuk gaya belajar auditorial dan 20 butir untuk gaya belajar kinestetik . Dari butir-butir angket dari gaya belajar masing-masing yang diuji cobakan, dengan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson pada taraf signifikan 5% diperoleh 51 butir angket yang konsisten, sebab rxy > 0.3. Sedangkan 9 butir angket yaitu 5, 7, 32, 36, 38, 43, 45, 47 dan 49 tidak konsisten. Sedangkan 6 butir lainnya yang tidak dipakai untuk menyeimbangkan jumlah butir masing-masing aspek gaya belajar yaitu 8, 15, 24, 40, 45 dan 51. Butir-butir tersebut dipilih dengan melihat indeks konsistensi internal yang paling sedikit dalam satu aspek. Daftar rxy masing-masing nomor soal tersebut seperti pada tabel berikut. Tabel 4.3 Butir-butir Angket Gaya Belajar yang Tidak Konsisten Gaya Belajar
visual
Auditorial Kinestetik
No Butir
rxy
5 36 43 49 38 45 47 7 32
-0,26807 -0,42806 -0,29674 0,201464 -0,20046 -0,07529 0,140524 -0,11247 -0,06818
(Perhitungan konsistensi internal uji coba angket Gaya belajar commit to user siswa selengkapnya disajikan pada Lampiran 24).
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Reliabilitas Angket Gaya Belajar. Dengan menggunakan rumus Alpha diperoleh hasil perhitungan reliabilitas butir angket untuk gaya belajar visual 0,792678689 > 0,7 (reliabilitas butir angket termasuk tinggi). Dan untuk gaya belajar auditorial 0,751954079 > 0,7 ( reliabilitas butir angket termasuk tinggi). Sedangkan untuk gaya belajar kinestetik 0,758467034 > 0,7 (reliabilitas butir angket termasuk tinggi). Perhitungan reliabilitas uji coba soal angket gaya belajar siswa selengkapnya disajikan pada Lampiran 24. 2.
Data Skor Prestasi Belajar Siswa pada Materi Operasi Bentuk Aljabar dan Pemfaktoran Setelah data dari setiap variabel terkumpul yaitu data tentang gaya
belajar siswa dan data tes prestasi belajar siswa pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran, selanjutnya akan digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Berikut ini akan diberikan uraian tentang data-data yang diperoleh. Dari data prestasi belajar siswa pada pada pokok bahasan tabel distribusi frekuensi dan ukuran pemusatan data, dicari ukuran tendensi sentralnya yang meliputi rata-rata (), median (Me), modus (Mo) dan ukuran penyebaran dispersi yang meliputi jangkauan (R), dan standart deviasi (s) yang dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut. Tabel 4.4 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas STAD dan Kelas TPS. Ukuran
Ukuran Dispersi
Tendensi sentral
Kelas
Mo
Me
Skor min
Skor maks
R
S
STAD
62,29
60,71
60,71
46,43
92,86
46,43 10,78
TPS
62,80
64,29
64,29
46,43
82,14
35,71
commit to user
7,65
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Data Skor Angket Gaya Belajar Siswa
Data tentang gaya belajar siswa diperoleh dari skor angket. Penggolongan gaya belajar siswa didasarkan Tabel 4.5 Deskripsi Banyak Subyek Gaya Belajar Kelompok STAD dan Kelompok TPS Gaya Belajar Siswa
STAD
TPS
Visual
11
14
Auditorial
8
7
Kinestetik
15
15
Berdasarkan data pada tabel di atas, dalam kelompok STAD terdapat 11 siswa dengan belajar visual, 8 siswa dengan gaya belajar auditorial dan 15 siswa dengan gaya belajar kinestetik. Sedangkan pada kelompok terdapat 11 siswa dengan belajar visual, 8 siswa dengan gaya belajar auditorial dan 15 siswa dengan gaya belajar kinestetik. B. Pengujian Persyaratan Analisis 1.
Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel mempunyai kemampuan awal sama. Sebelum diuji keseimbangan, masing-masing sampel terlebih dahulu diuji apakah berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas kemampuan awal kelas STAD dan kelas TPS dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Uji Normalitas
Lobs
L0,05;n
Keputusan
Kesimpulan
Kemampuan Awal
0,14672396
L0,05;34 = 0,1520
H0 tidak
Normal
Kelas STAD Kemampuan Awal Kelas TPS
ditolak 0,14147222
L0,05;36 = 0,1477
H0 tidak
Normal
ditolak
Berdasarkan tabel di atas, untuk masing-masing sampel ternyata Lobs < Ltabel, sehingga H0 tidak ditolak. Ini berarti masing-masing sampel berasal dari commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
distribusi normal. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27 dan Lampiran 28). Hasil uji homogenitas kemampuan awal kelas STAD dan kelas TPS dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Sampel
K
X2obs
X20,05;1
Keputusan
Kesimpulan
2
2
0.020572311
3,841
H0 diterima
Homogen
Berdasarkan tabel di atas, ternyata harga X2obs < X20,05;1 , sehingga H0 diterima. Ini berarti variansi sampel homogen. Hasil uji keseimbangan dengan menggunakan uji t diperoleh thit = 1.5386 dengan t0,025;68 = 1,995, sehingga dapat disimpulkan bahwa antara kelas STAD dan kelas TPS tidak memiliki perbedaan mean yang berarti atau kedua kelas tersebut kemampuan awalnya dalam keadaan seimbang dengan taraf signifikansi 5%. (Perhitungan uji keseimbangan selengkapnya disajikan pada Lampiran 29). 2.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lilliefors dengan taraf signifikansi 5%. Dalam penelitian ini uji normalitas yang dilakukan yaitu uji normalitas prestasi belajar siswa kelas STAD, uji normalitas prestasi belajar siswa kelas TPS, uji normalitas prestasi belajar siswa kelompok gaya belajar visual, uji normalitas prestasi belajar siswa kelompok gaya belajar auditorial, dan uji normalitas prestasi belajar siswa kelompok gaya belajar kinestetik. Hasil uji normalitas skor prestasi belajar matematika siswa dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Skor Prestasi Belajar Uji Normalitas
Lobs
L0,05;n
Keputusan
Kesimpulan
Kelompok STAD
0,126
L0,05;34 = 0,152
H0 diterima
Normal
Kelompok TPS
0,145 L0,05;36 = 0,148 commit to user
H0 diterima
Normal
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Uji Normalitas
Lobs
L0,05;n
Keputusan
Kesimpulan
Gaya Belajar Visual
0,165
L0,05:25 = 0,173
H0 diterima
Normal
Gaya Belajar Auditorial
0,149
L0,05;15 = 0,220
H0 diterima
Normal
Gaya Belajar Kinestetik
0,132
L0,05:30 = 0,161
H0 diterima
Normal
Berdasarkan tabel di atas untuk masing-masing sampel ternyata Lobs < Ltab, sehingga H0 diterima. Ini berarti masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Perhitungan uji normalitas selengkapnya disajikan pada Lampiran 30-34) 3.
Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Bartlet dengan statistik uji Chi Kuadrat. Dalam penelitian ini ada dua kali uji homogenitas yaitu antar baris (uji homogenitas prestasi belajar siswa ditinjau dari model pembelajaran), antar kolom (uji homogenitas prestasi belajar siswa ditinjau dari gaya belajar siswa). Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Sample
K
χ 2 obs
χ 2 0.05;n
Keputusan
Kesimpulan
Model Pembelajaran
2
3.700
3,841
H0 diterima
Homogen
Gaya Belajar
3
3.59
5,9910
H0 diterima
Homogen
Berdasarkan tabel di atas, ternyata harga χ 2 obs dari kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran dan Gaya belajar siswa kurang dari χ 2 0.05;n, sehingga H0 diterima. Ini berarti variansi-variansi populasi yang dikenai perlakuan model pembelajaran dan variansi-variansi Gaya belajar siswa berasal dari populasi homogen. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 35 dan Lampiran 36). commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Hasil Pengujian Hipotesis 1.
Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama di sajikan dalam tabel sebagai berikut: (Perhitungan uji hipotesis selengkapnya disajikan pada Lampiran 37). Tabel 4.10 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama JK
dK
RK
Fobs
Ftabel
Keputusan
13,28
1
13,28
0,24
3,99
H0A diterima
Gaya Belajar (B)
1320,54
2
660,27 11,96 3,14
H0B ditolak
Interaksi (AB)
647,64
2
323,82
5,86
3,14
Galat
3534,05
60
55,22
-
-
Total
5515,51
65
-
-
-
Model Pembelajaran (A)
H0AB ditolak
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 37). Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: a.
Tidak ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat, atau dengan kata lain kedua model pembelajaran memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran.
b.
Ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat, atau dengan kata lain ketiga kategori gaya belajar siswa memberikan pengaruh yang tidak sama terhadap prestasi belajar matematika pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran.
c.
Ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat yaitu antara penggunaan model pembelajaran dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran. 2.
Uji Komparasi Ganda
Uji komparasi ganda dilakukan dengan menggunakan metode Scheffe. Berdasarkan perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama telah diperoleh dan H0AB ditolak sedangkan H0A tidak ditolak, keputusan uji bahwa H0B ditolakcommit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maka perlu dilakukan uji komparasi rataan antar kolom (gaya belajar siswa) dan antar sel. Uji komparasi ganda antar baris tidak perlu dilakukan karena H0A diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa-siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran STAD memiliki prestasi yang sama baik dengan siswa-siswa yang diberi pembelajaran dengan model TPS. Sebelum melakukan uji komparasi rataan antar kolom dan antar sel dihitung terlebih dahulu dihitung rataan dan rataan marginal seperti pada Tabel 4.10. Tabel 4.11 Rataan dan Rataan Marginal Gaya Belajar Visual
Auditorial Kinestetik
Rataan Marginal
Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
72,73
63,39
54,05
62,29
Kooperatif Tipe TPS
65,05
60,71
61,67
62,80
Rataan Marginal
68,43
62,14
57,86
Setelah dihitung rataan dan rataan marginal dilakukan uji komparasi antar kolom. Hasil perhitungan uji komparasi rataan antar kolom disajikan dalam Tabel 4.11. Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom æ 1 1 ç + ç n n j è i
µ.1 vs µ.2
̅. − ̅ .
39,51
0,08
55,22
8,94
6,28
Ho ditolak
µ.1 vs µ.3
111,76
0,07
55,22
27,60
6,28
Ho ditolak
µ.2 vs µ.3
18,37
0,10
55,22
3,33
6,28
Ho diterima
Komparasi
ö ÷ ÷ ø
RKG
F
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 38). Keterangan: µ.1 = rataan siswa yang mempunyai gaya belajar visual µ.2 = rataan siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial µ.3 = rataan siswa yang mempunyai gaya to belajar commit user kinestetik
Kritik
Keputusan
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: a.
Ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial. dimana prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual lebih baik daripada prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial.
b.
Ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik dimana prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual lebih baik daripada prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik.
c.
Tidak ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar aditorial dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik.
Selanjutnya karena H0AB ditolak maka perlu dilakukan uji komparasi antar sel pada kolom atau baris yang sama. Hasil perhitungan uji komparasi rataan antar sel disajikan dalam Tabel 4.12. Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Sel æ 1 1 ç + ç n n j è i
µ11 vs µ21
̅. − ̅ . 58,92
0,16
55,2
6,57
15,7
Ho tidak ditolak
µ12 vs µ22
7,17
0,27
55,2
0,49
15,7
Ho tidak ditolak
µ13 vs µ23
58,05
0,13
55,2
7,88
15,7
Ho tidak ditolak
Komparasi
ö ÷ ÷ ø
RKG
F
Kritik
Keputusan
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 39). Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: a.
Pada kelompok siswa yang memeiliki gaya belajar visual, tidak ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada commitmodel to userpembelajaran STAD dan prestasi kelompok siswa yang medapatkan
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belajar matematika pada kelompok siswa yang medapatkan model pembelajaran TPS. b.
Pada kelompok siswa yang memeiliki gaya belajar auditorial, tidak ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang medapatkan model pembelajaran STAD dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang medapatkan model pembelajaran TPS.
c.
Pada kelompok siswa yang memeiliki gaya belajar kinestetik, tidak ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang medapatkan model pembelajaran STAD dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang medapatkan model pembelajaran TPS.
D. Pembahasan Hasil Analisis Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis dan uji lanjut pasca anava yang telah diuraikan di atas, dapat dijelaskan kelima hipotesis yang terdapat pada BAB II sebagai beirikut: 1.
Hipotesis Pertama
Berdasarkan uji anava dua jalan sel tak sama yang dilakukan diperoleh Fobs= 0,24 < 3,99 = Ftab, sehingga Fobs bukan merupakan anggota Daerah Kritik. Karena Fobs bukan merupakan anggota Daerah Kritik maka H0A tidak ditolak, ini berarti bahwa prestasi belajar antara siswa yang diberi model pembelajaran STAD sama baiknya dengan prestasi belajar antara siswa yang diberi model pembelajaran TPS. Hal ini mungkin terjadi karena model pembelajaran STAD dan TPS masih baru bagi siswa sehingga memerlukan waktu beberapa lama untuk membentuk kelompok-kelompok yang aktif berdiskusi. Disamping itu materi faktorisasi aljabar dan pemfaktoran yang cukup kompleks bisa jadi menyebabkan siswa harus berkonsentrasi penuh untuk memahami materi sehingga suasana turnamen yang diharapkan menjadi keunggulan model STAD menjadi tidak commit to user hidup.
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Hipotesis Kedua
Berdasarkan uji anava dua jalan sel tak sama diperoleh Fobs = 11,96 > 3,14= Ftab, sehingga Fobs anggota Daerah Kritik. Karena Fobs merupakan anggota Daerah Kritik maka H0B ditolak, ini berarti terdapat perbedaan pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa. Selanjutnya dari uji lanjut pasca anava diperoleh DK= {F│F > 6,28} dan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a.
F.1- .2 = 8,94 Î DK Hal ini berarti, ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual (rataan marginal = 68,43) dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial (rataan marginal = 62,14). Dengan melihat rataan marginalnya maka disimpulkan bahwa siswa dengan gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar auditorial pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran.
b.
F.1- .3 = 27,60 Î DK Hal ini berarti, ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual (rataan marginal = 68,43) dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik (rataan marginal = 57,86). Dengan melihat rataan marginalnya maka disimpulkan bahwa siswa dengan gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran.
c.
F.2- .3 = 3,33 Ï DK Hal ini berarti tidak ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik. Dengan demikian disimpulkan bahwa siswa dengan gaya belajar commit to user auditorial mempunyai prestasi belajar matematika sama baiknya dibanding
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa dengan gaya belajar kinestetik pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran. Prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial yang sama baik dengan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik mungkin disebabkan oleh kurang aktifnya siswa dalam berdiskusi. Akibatnya kelebihan yang dimiliki siswa bergaya belajar auditorial dalam hal berdiskusi tidak terlalu berperan dalam membantu memahami materi. 3.
Hipotesis Ketiga
Karena H0AB ditolak maka selanjutnya dilakukan uji lanjut pasca anava antar sel. Dari uji tersebut diperoleh DK= {F│F > 15,7} dan diperoleh kesimpulan F11-
21
= 6,57ÏDK. Hal ini berarti pada kelompok siswa yang memiliki gaya
belajar visual tidak ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang mendapat model pembelajaran STAD dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang mendapat model pembelajaran TPS. 4.
Hipotesis Keempat
Selanjutnya dari uji lanjut pasca anava diperoleh DK= {F│F > 15,7} dan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:F12- 22 = 0,49Ï DK. Hal ini berarti pada kelompok siswa yang memiliki gaya belajar auditorial tidak ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang mendapat model pembelajaran STAD dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang mendapat model pembelajaran TPS. Hal ini mungkin disebabkan proses diskusi dalam kelas TPS yang terlalu singkat. Siswa hanya mencukupkan diri dengan materi yang disampaikan oleh guru dan apa yang disampaikan perwakilan kelompok dalam tahap share tanpa ingin bertanya atau menyanggah. Akibatnya suasana diskusi menjadi kurang hidup sehingga tahap pair dan share hanya berlangsung singkat. commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Hipotesis Kelima
Dari uji lanjut pasca anava diperoleh DK= {F│F > 15,7} dan diperoleh kesimpulan sebagai bF13- 23 =7,88Ï DK. Hal ini berarti pada kelompok siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik tidak ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang mendapat model pembelajaran STAD dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang mendapat model pembelajaran TPS.
E. Keterbatasan Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian ini sudah diupayakan semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil penelitian yang optimal seperti yang dituangkan pada pembahasan di atas dengan meminimalisir kekurangan dan atau kesalahan yang mungkin terjadi. Namun demikian penulis menyadari akan beberapa kelemahan dan keterbatasan yang menyebabkan hasil penelitian ini menjadi kurang sempurna. Kelemahan dan keterbatasan yang dimaksud adalah meliputi : 1. Selang waktu antara proses pembelajaran terakhir (7 Agustus 2011) dengan pelaksanaan tes prestasi (6 Oktober 2011) yang terlalu lama (2 bulan) bisa jadi menyebabkan pengaruh dari model pembelajaran menjadi berkurang. Lamanya waktu tersebut disebabkan adanya libur bulan Ramadan, libur Idul Fitri ditambah lamanya proses birokrasi di sekolah yang menjadi tujuan try out menyebabkan ujian try out baru dapat dilaksanakan tanggal 1 Oktober 2011. 2. Penggunaan model pembelajaran koperatif yang masih merupakan hal baru bagi para siswa ditambah penjelasan yang kurang dari guru/peneliti kepada para siswa tentang model pembelajaran kooperatif yang digunakan sehingga ditemui sebagian siswa bingung atau menjalani tahap demi tahap tanpa memaknai sama sekali proses pembelajaran yang mereka lakukan. Demikian juga bisa jadi siswa kurang termotivasi mengikuti proses pembelajaran karena commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
reward yang diberikan kurang dideskripsikan dengan jelas atau kurang menarik bagi siswa.
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori dan hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1.
Prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran STAD sama baiknya dengan prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran TPS pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
2.
Prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya belajar auditorial dan kinestetik pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Adapun prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya belajar auditorial sama baiknya dengan
prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya
belajar kinestetik. 3.
Untuk kelompok anak yang memiliki gaya belajar visual, prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran STAD sama baiknya dengan prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran TPS pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
4.
Untuk kelompok anak yang memiliki gaya belajar auditorial, prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran STAD sama baiknya dengan prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran TPS pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
5.
Untuk kelompok anak yang memiliki gaya belajar kinestetik, prestasi belajar commit to user matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran STAD sama
64
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
baiknya dengan prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran TPS pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
B. Implikasi 1.
Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran STAD menghasilkan prestasi yang tidak lebih baik daripada model pembelajaran TPS. Hal ini mungkin terjadi karena siswa masih belum terbiasa dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif. Keaktifan siswa juga diperlukan untuk membuat suasana berdiskusi juga menjadi hidup. Demikian juga reward yang akan diberikan kepada siswa harus menarik dan deideskripsikan secara jelas sehingga siswa termotivasi untuk berlomba-lomba menjadi tim terbaik. Motivasi yang ditimbulkan atas pemberian reward inilah yang sebenarnya menjadi kelebihan STAD. Tetapi sebaliknya jika reward yang diberikan kurang menarik, bisa jadi motivasi siswa untuk berkompetisi tidak akan timbul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi belajar paling baik karena salah satu kelebihan siswa dengan gaya belajar visual adalah dapat menangkap informasi dengan baik dan teliti dalam segala sesuatu. terlebih dalam memahami materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran.memerlukan ketelitian dan konsentrasi untuk memahami berbagai konsep yang cukup kompleks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik model STAD dan TPS sama baiknya untuk setiap gaya belajar yang dimiliki oleh siswa. Sehingga keduanya merupakan pilihan yang sama baik untuk seluruh kelas yang pada umumnya terdiri dari siswa-siswa yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.
2.
Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik commit user mengajar dan prestasi belajar dalam upaya peningkatan kualitas prosesto belajar
65
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dicapai siswa pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran. Pembelajaran dengan model STAD dan TPS pada materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran sama baiknya digunakan untuk semua gaya belajar yang dimiliki oleh siswa, sehingga guru dapat memilih salah dari keduanya sebagai alternatif selain dari model pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran konvensional. Ketika menggunakan model kooperatif seorang guru harus memperhatikan alokasi waktu yang dimiliki, karena model pembelajaran kooperatif pada umumnya memerlukan banyak waktu dibandingkan model pembelajaran lagsung. Di samping itu seorang guru harus memperhatikan faktorfaktor lain yang mempengaruhi pembelajaran diantaranya : sarana prasana, keadaan lingkungan dan lain sebagainya. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut seorang guru dapat menentukan model pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk setiap materi pembelajaran.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, beberapa saran yang peneliti dapat sampaikan yaitu: 1.
Saran Bagi Guru a. Seorang guru hendaknya memiliki pengetahuan tentang berbagai model pembelajaran. Karena masing-masing anak memiliki kebutuhan dan kesenangan terhadap suatu perlakuan tertentu dalam pembelajaran. Sehingga dengan mengetahui berbagai model pembelajaran seorang guru memiliki berbagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan para siswa yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. b. Model pembelajaran STAD dan TPS sama baiknya digunakan dalam materi operasi bentuk aljabar dan pemfaktoran sehingga dari kedua model pembelajaran tersebut guru dapat memilih salah satu sebagai alternatif lain model pembelajaran di dalam kelas. c. Seorang guru hendaknya memiliki kompetensi untuk dapat memotivasi siswa belajar dan mampu membimbing diskusi. Khusus dalam commit to user
66
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran kooperatif, peran guru sangat dibutuhkan untuk dapat membimbing masing-masing tim menjadi kelompok yang aktif dan solid. 2.
Saran Bagi Peneliti Diharapkan para peneliti dapat mengembangkan hasil penelitian yang didapat dalam ruang lingkup yang lebih luas. Penulis berharap bagi para peneliti atau calon peneliti untuk dapat mengembangkan penelitian ini untuk variabel-variabel lain yang sejenis sehingga dapat menyempurnakan penelitian yang telah dilakukan.
commit to user
67