PERBANDINGAN PENGARUH LATIHAN PEREGANGAN PROPRIOCEPTIVE NEUROMUSCULAR FACILITATION (PNF) DAN PEREGANGAN PASIF TERHADAP KELENTUKAN SENDI PANGGUL (Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Banjar Tahun Ajaran 2013/ 2014) oleh; Pahru Saadudin; 1 H. Agus MulyadiM.Pd.;2 Sani Gunawan, M.Pd.;3 dan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Dosen (Pembimbing I) Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Dosen (Pembimbing II) Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang perbandingan pengaruh antara latihan peregangan proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) dan peregangan pasif terhadap kelentukan sendi panggul pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Banjar tahun ajaran 2013/ 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Banjar tahun ajaran 2013/ 2014 sebanyak 40 orang yang pengambilan sampelnya ditentukan dengan menggunakan teknik proporsional random sampling sebanyak 20 orang. Tes dalam penelitian ini adalah tes flexion of trunk. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan uji statistik, ternyata secara empirik latihan peregangan pasif lebih efektif terhadap kelentukan sendi panggul pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Banjar tahun ajaran 2013/ 2014. Berdasar pada hasil penelitian tersebut di atas, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut. Kepada guru pendidikan jasmani, untuk dapat menerapkan latihan peregangan proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) dan peregangan pasif, karena telah terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan kelentukan sendi panggul Kata Kunci: perbandingan, latihan, peregangan proprioceptive neuromuscular facilitation (pnf), peregangan pasif, kelentukan, sendi panggul
1
2
A. PENDAHULUAN Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam melakukan kegiatan dalam cabang olahraga apa pun. Karena itu kondisi fisik perlu dilatih. Untuk dapat meningkatkan kondisi fisik melalui latihan, program latihannya harus direncanakan dengan baik dan sistematis. Dengan perencanaan yang baik dan sistematis diharapkan terjadi peningkatan kondisi fisik dan kemampuan fungsional dari sistem tubuhnya, sehingga memungkinkan atlet tersebut dapat mencapai prestasi yang optimal. Kondisi fisik atlet yang baik memungkinkan terjadinya peningkatan terhadap kemampuan dan kekuatan tubuh si atlet itu sendiri. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Harsono (1988: 153) yang mengatakan bahwa kalau kondisi fisik atlet baik , maka: 1) akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung; 2) akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan/stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik; 3) akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan; 4) akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan; 5) akan ada respons yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktuwaktu respons demikian diperlukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Hal ini berarti bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun di sana-sini dilakukan dengan sistem prioritas sesuai dengan keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan status yang dibutuhkan tersebut. Komponen kondisi fisik menurut Harsono (2001 : 8-38) adalah, “daya tahan, stamina, kelentukan, kelincahan, kekuatan, power, daya tahan otot, kecepatan, dan koordinasi”. Sesuai dengan permasalahan penelitian ini, penulis hanya akan memaparkan komponen kondisi fisik, kelentukan (fleksibilitas). Kelentukan atau fleksibilitas adalah kemampuan sendi untuk melakukan gerakan-gerakan dalam ruang gerak sendi secara maksimal. Kelentukan menunjukkan besarnya pergerakan sendi secara maksimal sesuai dengan kemungkinan gerak (range of
3
movement). Fleksibilitas menurut Harsono (1988: 163) adalah “Kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot tendon dan ligamen”. Menurut Lutan dkk (2001: 80) “Fleksibilitas adalah Kemampuan dari sebuah sendi dan otot, serta tali sendi di sekitarnya untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan. Fleksibilitas optimal memungkinkan sekelompok atau satu sendi untuk bergerak dengan efisien”. Sejalan dengan pendapat Harsono dan Lutan dkk di atas, Badriah (2002: 25) menjelaskan bahwa “fleksibilitas adalah kemampuan ruang gerak persendian. Jadi dengan demikian meliputi hubungan antara bentuk persendian, otot, tendon, dan ligamen sekeliling persendian”. Peregangan kontraksi-rileksasi atau juga dikenal dengan proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) dikembangkan oleh Herman Kabat dalam tahun 1958 (Bompa : 1983). Contoh prosedur metode ini adalah sebagai berikut. Pada suatu kelompok otot, pelaku melakukan kontraksi isometris terhadap suatu tahanan yang diberikan oleh temannya, kontrkasi isometris ini dipertahankan selama kira-kira 6 detik. Kemudian
pelaku
merelax-kan
otot-otot
tersebut,
dan
temannya
membantu
meregangkan kelompok otot itu dengan metode stretching untuk selama 20 detik. Sedangkan Metode peregangan telah lama dipraktekkan oleh para ahli fisioterapi terhadap para pasiennya yang cacat secara ortopedis. Dalam metode ini, pelaku merelax kan suatu otot tertentu kemudian temannya membantu meregangkan otot tersebut secara perlahan-lahan sampai titik fleksibilitas maksimum tercapai, tanpa keikutsertaan secara aktif dari pelaku. Peregangan berguna dalam mengurangi kejang otot yang menyembuhkan setelah cedera. Tentu saja individu harus selalu harus memeriksa dengan mereka terlebih dahulu untuk melihat apakah tidak apa-apa untuk mencoba untuk meregangkan otot-otot cedera. Selain itu peregangan pasif merupakan peregangan yang hebat untuk pendinginan setelah latihan dan juga membantu untuk mengurangi pasca latihan kelelahan otot dan nyeri. Dari kutipan-kutipan tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan fleksibilitas adalah kemampuan ruang gerak sendi untuk melakukan
4
gerakan seluas-luasnya, dan fleksibilitas sendi dipengaruhi oleh bentuk sendi, otot, tendon dan ligamen. B. PROSEDUR PENELITIAN Metode Penelitian Hampir semua penelitian mempunyai hipotesis yang perlu diuji kebenarannya secara empiris karena hipotesis merupakan jawaban sementara dari masalah penelitian. Untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang penulis ajukan, penulis melakukan penelitian melalui ujicoba atau eksperimen untuk melihat suatu hasil (kelentukan sendi panggul) sebagai akibat melakukan latihan peregangan proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) dan peregangan pasif. Oleh karena itu metode penelitian yang penulis gunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah metode eksperimen. Pengertian metode eksperimen diungkapkan Surakhmad (1998: 149) sebagai berikut. Dalam arti kata yang luas, bereksperimen ialah mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil. Hasil itu yang menegaskan bagaimanakah kedudukan perhubungan kausal antara variabel-variabel yang diselidiki. Tujuan eksperimen bukanlah pada pengumpulan data deskripsi melainkan pada penemuan faktorfaktor penyebab dan faktor-faktor akibat; karena itu maka di dalam eksperimen orang bertemu dengan dinamik dalam interaksi variabel-variabel. Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam suatu penelitian eksperimen diperlukan adanya suatu faktor yang diujicobakan. Faktor yang diujicobakan dalam penelitian ini
adalah
latihan peregangan
proprioceptive
neuromuscular facilitation (PNF) dan peregangan pasif. Kedua bentuk metode latihan itu diharapkan dapat memberikan suatu hasil yang dapat menunjukkan hubungan kausal dari variabel-variabel dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis menghadapi dua kelompok subjek yang diteliti, yaitu kelompok A yang diberi latihan peregangan proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) dan kelompok B yang diberi latihan peregangan pasif selama 18 pertemuan termasuk pretest dan postest. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang sengaja diberikan perlakuan yang berbeda. Kelompok A diberi perlakuan dengan latihan peregangan proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) sedangkan kelompok B diberi perlakuan latihan
5
peregangan pasif. Setelah diberi perlakuan, kedua kelompok tersebut diharapkan mencapai suatu hasil latihan yaitu kelentukan sendi panggul. Atas dasar itulah penulis dapat menentukan bahwa variabel dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah penerapan latihan peregangan proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) dan peregangan pasif, sedangkan variabel terikatnya adalah kelentukan sendi panggul. Instrumen Penelitian Untuk mendapatkan data yang diperlukan penulis menggunakan alat ukur sebagai media pengumpul data. Menurut Nurhasan dan Abdul Narlan (2001:3) mengatakan, “Dengan alat ukur ini kita akan memperoleh data dari suatu objek tertentu, sehingga kita dapat mengungkapkan tentang keadaan suatu objek tersebut secara objektif”. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, diperlukan suatu instrumen penelitian. Menurut Arikunto (1998:121) “Instrumen adalah alat ukur pada saat peneliti menggunakan metode”. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai kelentukan sendi panggul adalah tes flexion of trunk. Tes ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut. 1. Tujuan
: mengukur komponen fleksibilitas
2. Perlengkapan
: pita ukuran, matras.
3. Pelaksanaan
: orang coba duduk lutut lurus ke depan dan kedua telapak tangan disimpan di
depan (alat
ukur), kemudian
dorongkan pundak ke depan. Skor
:
jarak jangkauan yang terjauh yang dicapai oleh orang coba diukur dalam cm.
Populasi dan Sampel Populasi adalah suatu kelompok subjek yang di jadikan objek penelitian. Pengertian populasi menurut Sugiyono (1999: 72) adalah “Generalisasi yang terdiri objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulan”. Sebelum menetapkan sampel penelitian terlebih dahulu harus menentukan tujuan dari penyelidikan dan
6
memperhatikan apakah populasi pada umumnya dianggap homogen atau heterogen seperti misalnya umur, jenis kelamin dan sebagainya yang dianggap perlu untuk penyelidikan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil populasi siswa kelas XI SMA Negeri 2 Banjar tahun ajaran 2013/ 2014 sebanyak 200 orang. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel menurut Surakhmad (1998: 93) ialah, “Penarikan sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi”. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis menjadikan sebagian populasi sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 20 orang. Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara proporsional random sampling”. Tabel Proporsi Sampel Tiap Kelas No.
Kelas
1
A
2
B
Proporsi Tiap Kelas 20 x 20 200
Hasil
No.
Kelas
2
6
F
20 x 20 200
2
7
2
3
C
20 x 20 200
4
D
20 x 20 200
5
E
20 x 20 200
Proporsi Tiap Kelas 20 x 20 200
Hasil
G
20 x 20 200
2
8
H
20 x 20 200
2
2
9
I
20 x 20 200
2
2
10
J
20 x 20 200
2
10
Jumlah
Jumlah
2
15
Jumlah keseluruhan sampel 10 + 10 = 20 orang
Teknik Pengolahan Data Langkah-langkah yang dilakukan untuk menguji diterima atau ditolaknya hipotesis, dalam pengolahan data penulis menggunakan rumus-rumus statistik sebagai berikut :
7
1. Membuat distribusi Frekuensi, langkah-langkahnya adalah : a. Menentukan rentang (R = skor tertinggi – skor terendah) b. Menentukan kelas interval (K = 1 + 3,3 log n) c. Menentukan panjang interval (P =
R ) K
2. Menghitung skor rata-rata (mean) dari masing-masing test, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
fici X X 0 p fi Arti tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah :
X : nilai rata-rata yang dicari X0 : Titik tengah yang membuat tanda kelas dh, nilai c = 0. P : Panjang kelas interval : sigma atau jumlah Fi : Frekuensi Ci : Deviasi atau simpangan 3. Menghitung standar deviasi atau simpangan baku, rumus yang digunakan adalah:
nfici 2 fici n(n 1)
2
Sp
arti tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah : S = Simpangan baku n = jumlah sampel p = panjang interval 4. Menghitung varians dari masing-masing test, rumus yang digunakan adalah :
nfici 2 fici n(n 1)
2
S p 2
2
Arti tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah : S2 = Varians yang dicari P2 = Panjang kelas interval yang dikuadratkan n
= Jumlah sampel
fi = Frekuensi
8
ci = Deviasi atau simpangan. 5. Menguji normalitas data dari setiap test melalui perhitungan statistik x2 (chikuadrat), rumus yang digunakan adalah : k
0 i Ei
i 1
Ei
x2
Arti tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah : x2 : Chi-kuadrat adalah lambang yang menyatakan nilai normalitas Oi : Frekuensi nyata atau nilai observasi/pengamatan Ei : Frekuensi teoritik atau ekspektasi yang luas kelas interval dikalikan dengan jumlah sampel kelompok. 6. Menguji homogenitas data dari setiap test melalui perhitungan statistik F, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : F
Variansnterbesar var iansterkecil
7. Menguji diterima atau ditolaknya hipotesis melalui pendekatan uji kesamaan dua rata-rata uji dua pihak (uji t`). apabila data tersebut normal dan homogen, maka rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : X1 X 2
t S
1 1 n1 n1
Arti tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah : t`
: Nilai signifikan yang dicari
X1
: Skor rata-rata dari test awal atau variabel I
X2
: Skor rata-rata dari test akhir atau variabel II
S
: Simpangan baku gabungan
n
: Jumlah sampel
S12
: Varians sampel test awal atau variabel I
S 22
: Varians sampel test akhir atau variabel II
9
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bagian ini penulis akan membahas hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan statistik. Pengujian hipotesis tersebut dilakukan untuk menjawab permasalahan penelitian atau hipotesis yang penulis ajukan. Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Latihan peregangan proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) berpengaruh terhadap kelentukan sendi panggul pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Banjar tahun ajaran 2013/ 2014. 2. Latihan peregangan pasif berpengaruh terhadap kelentukan sendi panggul pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Banjar tahun ajaran 2013/ 2014. 3. Latihan peregangan proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) lebih efektif daripada latihan peregangan pasif terhadap kelentukan sendi panggul pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Banjar tahun ajaran 2013/ 2014. Berdasarkan hasil pengujian perbedaan peningkatan hasil latihan, hipotesis ketiga yang penulis ajukan bahwa latihan peregangan proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) lebih efektif daripada latihan peregangan pasif ditolak. Karena kelompok A yaitu latihan peregangan pasif lebih baik daripada peregangan proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) terhadap peningkatan kelentukan sendi panggul. Berdasarkan uji hipotesis di atas penulis menyimpulkan : 1. Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam melakukan kegiatan dalam cabang olahraga apa pun. Karena itu kondisi fisik perlu dilatih. Untuk dapat meningkatkan kondisi fisik melalui latihan, program latihannya harus direncanakan dengan baik dan sistematis. 2. Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Hal ini berarti bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun di sana-sini dilakukan dengan sistem prioritas sesuai dengan keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan status yang dibutuhkan.
10
3. Kelentukan dapat dikembangkan melalui latihan-latihan peregangan otot dan latihan-latihan peregangan untuk memperluas ruang gerak sendi-sendi. 4. Suatu derajat fleksibilitas yang tinggi dibutuhkan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan untuk mencegah terjadinya cedera pada otot maupun persendian.. D. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana penulis ungkapkan pada Bab IV, maka penulis mengajukan beberapa kesimpulan hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Kelompok A yang menggunakan peregangan proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) terdapat peningkatan hasil latihan yang berarti atau signifikan. Berdasarkan analisis tersebut di atas, maka penulis kemukakan bahwa latihan peregangan proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) dapat meningkatkan kelentukan sendi panggul siswa kelas XI SMA Negeri 2 Banjar tahun ajaran 2013/ 2014. 2. Untuk Kelompok B yang menggunakan peregangan pasif terdapat peningkatan hasil latihan yang berarti (signifikan). Berdasarkan analisis tersebut di atas, maka penulis kemukakan bahwa latihan peregangan pasif dapat meningkatkan kelentukan sendi panggul pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Banjar tahun ajaran 2013/ 2014. 3. Untuk melihat perbedaan peningkatan tersebut berbeda, maka diadakan analisis terhadap hasil peningkatannya dari kedua kelompok latihan tersebut. Hasilnya terdapat perbedaan peningkatan hasil latihan dari kedua kelompok tersebut. Dengan demikian latihan peregangan pasif lebih efektif daripada latihan peregangan proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) terhadap kelentukan sendi panggul pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Banjar tahun ajaran 2013/ 2014. Kelentukan dapat dikembangkan melalui latihan-latihan peregangan otot dan latihan-latihan peregangan untuk memperluas ruang gerak sendi-sendi. Suatu derajat fleksibilitas yang tinggi dibutuhkan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan untuk mencegah terjadinya cedera pada otot maupun persendian.
11
Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi guru olahraga maupun pembina olahraga di sekolah-sekolah terutama pada siswa sekolah menengah, bahwa latihan peregangan proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) dan peregangan pasif berpengaruh secara berarti terhadap kelentukan sendi panggul. 2. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat dilakukan terhadap aspek-aspek dan metode latihan lainnya dengan menggunakan sampel yang lebih besar dan pelaksanaannya yang lebih cermat. 3. Karena ruang lingkup penelitian ini terbatas, penulis menyarankan kepada berbagai pihak berminat akan masalah dalam penelitian ini, hendaknya menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan cara menerapkannya dalam melaksanakan pelatihan dan melakukan penelitian lebih lanjut dengan objek yang diteliti lebih luas dan bervariasi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar. Bandung: Penjaskes Jawa Barat Harsono. 1998. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Tambak Kusumo. Lutan, Rusli. 1998. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Departemen P & K. Lutan, Rusli. 2001. Mengajar Pendidikan Jasmani Pedekatan Pendidikan Gerak Dasar. Jakarta: Depdiknas. Nasution, S. 1986. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung: Jemmars Ruffinen, Zen. 2001. Peraturan Permainan Turnamen Futsal FIFA. (Terjemahan) Sudjana. 1989. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Supandi dan Seba. 1983. Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK IKIP Bandung. Surachmad. 1985. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.