JURNAL Ekonomi dan Bisnis (JENIUS) Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Milik Pemerintah (BUMN) dan Milik Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
VOL. 4 NO. 3 SEPT 2014
PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI MILIK PEMERINTAH (BUMN) DAN MILIK SWASTA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Heri Setiawan Politeknik Negeri Sriwijaya Abstract This study aims to determine the financial performance of state-owned telecommunications company (BUMN) with privately-owned telecommunications company (BUMS) at the Indonesian Stock Exchange (BEI) in 2009-2013. Tool of analysis are current assets (CR), debt to equity ratio (DER), net profit margin (NPM) and return on equity (ROE). Techniques of data collection that used in this study are collecting data of the financial statements and notes the telecommunications company's financial statements. The data analysed by using quantitative analysis and using SPSS version 16 with models Independent samples t-test of non-parametric statistics. Results of the study explained that there was no difference in the average current ratio of government-owned telecommunications enterprise (BUMN) with privately-owned telecommunications company (BUMS). There is no difference in average debt to equity ratio of government-owned telecommunications enterprise (BUMN) with privately-owned telecommunications company (BUMS). There is no difference in the average net profit margin of government-owned telecommunications enterprise (BUMN) with privately-owned telecommunications company (BUMS). There is no difference in the average return on equity of government-owned telecommunications enterprise (BUMN) with privately-owned telecommunications company (BUMS). Keywords: Kinerja Keuangan, BUMN, Swasta
PENDAHULUAN Era globalisasi saat ini setiap perusahaan dihadapkan dengan persaingan yang semakin ketat. Persaingan produk, harga, maupun persaingan kualitas. perusahaan dituntut untuk bisa mengelola perusahaan sehingga produk yang ditawarkan oleh perusahaan dapat sukses dipasaran. Keberhasilan yang mampu diraih oleh perusahaan tidak terlepas dari semua bagian pemasaran, sumberdaya manusia dan keuangan. Salah satu bagian yang berperan penting dalam kelangsungan hidup perusahaan adalah bagian keuangan. Bagian pengelola keuangan ini menyusun anggaran produksi dan pemasaran maupun riset serta pengembangan produk. Hasil yang dicapai oleh perusahaan akan dicatat oleh bagian keuangan perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan pencatatan hasil yang disajikan oleh perusahaan meliputi neraca, laba rugi, perubahan ekuitas dan pencatatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan yang disusun harus mengacu berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), yang disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) selain itu, juga harus memenuhi aturan perpajakan dan aturan lain sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum agar dapat memenuhi kebutuhan pemakai. Laporan keuangan juga disusun dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang hasil 9898
JURNAL Ekonomi dan Bisnis (JENIUS) Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Milik Pemerintah (BUMN) dan Milik Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
VOL. 4 NO. 3 SEPT 2014
usaha, posisi keuangan, dan faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan posisi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan salah satunya adalah investor (penanam modal). Investor selaku pemilik modal yang datang dari luar perusahaan memerlukan rincian laporan keuangan untuk mengetahui keadaan perusahaan serta melihat efektifitas kinerja keuangan perusahaan. Laporan keuangan akan dianalisa oleh investor didalam membuat keputusan, apakah akan menanamkan modalnya atau tidak. Analisis kinerja keuangan pada umumnya menggunakan berbagai analisis rasio, dimana analisis rasio ini digunakan sesuai kebutuhan, analisis yang digunakan dapat berupa analisa assset lancar, hutang terhadap modal, pengembalian atas modal, dan lain sebagainya. Hasil dari analisis ini akan membantu investor untuk mempertimbangkan didalam pengambilan keputusan. Perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dibedakan menjadi dua kepemilikan perusahaan yakni telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dan perusahaan milik swasta (BUMS). Perusahaan telekomunikasi milik pemerintah yakni PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, sedangkan perusahaan telekomunikasi milik swasta yakni PT. Bakrie Telecom Tbk, PT.XL Axiata Tbk, Smartfren Telecom Tbk, Inovisi Infracom Tbk, dan PT. Indosat Tbk. meskipun sama-sama bergerak dalam bidang telekomunikasi, namun perusahaan ini memiliki karakteristik dan permodalan yang berbeda hal ini terlihat dari perbedaan manajemen, maupun pengelolaan keuangan serta struktur kepemilikan permodalan. Berdasarkan penjelasan di atas maka peneltian ini bertujuan meneliti perbandingan antara perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2013 ditinjau dari aspek likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitasnya. Adapun alat analisis yang digunakan adalah : Current Asset(CR), debt to equity ratio(DER), Net Profit Margin (NPM), dan Return on Equity (ROE). TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Laporan Keuangan Menurut PSAK no.1 Revisi 2009, Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas sedangkan Menurut Harahap (2011:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Fahmi (2012:21), laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Neraca (Balance sheet) merupakan informasi yang menggambarkan tentang kondisi dan situasi current asset, non current asset, liabilities, dan shareholders equity serta berbagai item lainnya yang termasuk disana, untuk selanjutnya informasi tersebut dijadikan sebagai alat dalam mendukung proses pengambilan keputusan (decision making). Menurut Fahmi (2013:97), laporan laba rugi merupakan salah satu dari banyak bagian suatu paket laporan keuangan dan seperti 99
JURNAL Ekonomi dan Bisnis (JENIUS) Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Milik Pemerintah (BUMN) dan Milik Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
VOL. 4 NO. 3 SEPT 2014
bagian lainnya, laporan laba rugi merupakan bagian dari produk berbagai pilihan, dilaporakan, seperti halnya kebijakan bisnis, kondisi ekonomi, dan banyak variabel yang memengaruhi hasil yang dilaporkan. Laporan perubahan ekuitas (capital statement) adalah suatu laporan atau informasi yang menggambarkan perubahan yang terjadi atas ekuitas pada suatu periode (Sucipto et.al., 2004:.
100
JURNAL Ekonomi dan Bisnis (JENIUS) Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Milik Pemerintah (BUMN) dan Milik Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
VOL. 4 NO. 3 SEPT 2014
58). Laporan arus kas adalah informasi yang disajikan tentang arus kas masuk dan keluar dari perusahaan berkaitan dengan operasional, pendanaan, maupun investasi. Pengertian rasio keuangan Menurut Harahap (2011:297) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). 1. Rasio lancar (current asset) Rasio lancar atau (current asset) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang sudah jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan (Kasmir,2014:134) Rumus : Current Ratio =
x 100%
2. Debt to Equity Ratio Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. Semakin besar persentase rasio ini maka semakin besar pula pemenuhan kewajiban jangka panjang perusahaan. Rumus : DER = x 100% 3. Margin laba Angka ini menunjukan berapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan (Harahap, 2011:304)
101101
JURNAL Ekonomi dan Bisnis (JENIUS) Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Milik Pemerintah (BUMN) dan Milik Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Rumus : Margin laba (Profit margin) =
VOL. 4 NO. 3 SEPT 2014
x 100%
4. Return on Asset Rasio ini menunjukan gambaran perputaran aktiva diukur dari volume penjualan Rumus : ROA = x 100% METODE PENELITIAN Pada dasarnya variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan disini diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang merupakan hasil pengolahan data-data yang ada dalam laporan keuangan pada tahun tertentu. Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur dengan melalui 4 variabel yaitu, Current ratio (X1), Debt to equity ratio (X2), Net profit margin (X3), dan return on equity (X4). Teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan adalah teknik dokumenter, yaitu dengan mengumpulkan data-data laporan keuangan serta mencatat laporan keuangan perusahaan telekomunikasi yang berhubungan dengan kegiatan penelitian ini, serta sumber data yang didapat melalui situs www.idx.co.id. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah suatu analisis yang digunakan dalam mengukur variabel dari data yang sudah diperoleh dan dinyatakan dalam bentuk angka dan berpedoman pada data sekunder berupa neraca dan laporan laba rugi dan akan dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 16 dengan model Independent sampel t-test statistik non parametrik.
102 102
JURNAL Ekonomi dan Bisnis (JENIUS) Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Milik Pemerintah (BUMN) dan Milik Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
VOL. 4 NO. 3 SEPT 2014
HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian ini akan membuktikan hipotesis yang menyatakan ada perbedaan atau tidak kinerja keuangan antara perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta. Untuk membuktikan hipotesis tersebut. Digunakan uji t sampel bebas. Data hasil output SPSS dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Hasil output SPSS
Sumber: data olahan, 2015 Variabel current ratio berdasarkan nilai signifikan uji F didapat 0.158, dengan demikian signifikansi > 0.05 (0.158 > 0.05) maka Ho diterima dapat disimpulkan bahwa data current ratio antara perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS) memiliki varian yang sama. Maka Uji t menggunakan nilai ‘Equal Variance assumed’. Nilai ‘Equal Variance assumed’ didapat t hitung 0.475 sedangkan nilai t tabel yang didapat pada signifikansi 0.05 : 2 = 0.025 (Uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2 atau 30-2 = 28, hasil diperoleh -2.048, dengan demikian nilai t hitung > - t tabel (0.475 > -2.048) maka Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata current ratio perusahaan
103103
JURNAL Ekonomi dan Bisnis (JENIUS) Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Milik Pemerintah (BUMN) dan Milik Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
VOL. 4 NO. 3 SEPT 2014
telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS). Variabel debt to equity ratio berdasarkan nilai signifikan uji F didapat 0.414 dengan demikian signifikansi > 0.05 (0.414 > 0.05) maka Ho diterima dapat disimpulkan bahwa data debt to equity ratio antara perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS) memiliki varian yang sama. Maka Uji t menggunakan nilai ‘Equal Variance assumed’. Nilai ‘Equal Variance assumed’ didapat t hitung 0.203 sedangkan nilai t tabel yang didapat pada signifikansi 0.05 : 2 = 0.025 (Uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2 atau 30-2 = 28, hasil diperoleh -2.048, dengan demikian nilai t hitung > - t tabel (0.203 > -2.048) maka Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata debt to equity ratio perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS). Variabel net profit margin berdasarkan nilai signifikan uji F didapat 0.013 dengan demikian signifikansi < 0.05 (0.013 < 0.05) maka Ho ditolak dapat disimpulkan bahwa data net profit margin antara perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS) memiliki varian yang berbeda. Maka Uji t menggunakan nilai ‘Equal Variance not assumed’. Nilai ‘Equal Variance not assumed’ didapat t hitung 2.825 sedangkan nilai t tabel yang didapat pada signifikansi 0.05 : 2 = 0.025 (Uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2 atau 30-2 = 28, hasil diperoleh -2.048, dengan demikian nilai t hitung > - t tabel (2.825 > -2.048) maka Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan ratarata net profit margin perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS). Variabel return on equity berdasarkan nilai signifikan uji F didapat 0.392 dengan demikian signifikansi > 0.05 (0.392 > 0.05) maka Ho diterima dapat disimpulkan bahwa data return on equity antara perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS) memiliki varian yang sama. Maka Uji t menggunakan nilai ‘Equal Variance assumed’. Nilai ‘Equal Variance assumed’ didapat t hitung -0.071 sedangkan
104 104
JURNAL Ekonomi dan Bisnis (JENIUS) Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Milik Pemerintah (BUMN) dan Milik Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
VOL. 4 NO. 3 SEPT 2014
nilai t tabel yang didapat pada signifikansi 0.05 : 2 = 0.025 (Uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2 atau 30-2 = 28, hasil diperoleh -2.048, dengan demikian nilai -t hitung > - t tabel (-0.071 > -2.048) maka Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata return on equity perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS). Pembahasan pada bagian ini mengenal jawaban dari hasil pembuktian hipotesis alternatif yang pada akhirnya akan menjawab tujuan dan perumusan masalah, yaitu apakah current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan return on equity mempunyai kontribusi bermakna dan pembeda kinerja keuangan antara perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS). Variabel current ratio ini tidak mempunyai kontribusi bermakna sebagai pembeda perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS), karena mempunyai nilai t hitung > - t tabel (0.475 > -2.048) nilai t hitung lebih besar dari pada nilai – t tabel, maka variabel ini tidak berkontribusi sebagai pembeda yang bermakna antara perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS). Dengan demikian, hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan (current ratio) antara perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS). Variabel current ratio merupakan rasio perbandingan antara asset lancar dengan hutang lancar yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Variabel debt to equity ratio ini tidak mempunyai kontribusi bermakna sebagai pembeda perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS), karena mempunyai nilai t hitung > - t tabel (0.203 > -2.048) nilai t hitung lebih besar dari nilai – t tabel, maka variabel ini tidak berkontribusi sebagai pembeda yang bermakna antara perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS). Dengan demikian, hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan (debt to equity ratio) antara perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS). Variabel
105105
JURNAL Ekonomi dan Bisnis (JENIUS) Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Milik Pemerintah (BUMN) dan Milik Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
VOL. 4 NO. 3 SEPT 2014
debt to equity ratio merupakan rasio perbadingan antara total hutang dengan modal yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Variabel net profit margin ini mempunyai kontribusi bermakna sebagai pembeda perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS), karena mempunyai t hitung > - t tabel (2.825 > -2.048) nilai t hitung lebih kecil dari pada nilai – t tabel, maka variabel ini tidak berkontribusi sebagai pembeda yang bermakna antara perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS). Dengan demikian, hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan (net profit margin) antara perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS). Variabel net profit margin merupakan rasio perbadingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih margin. Variabel return on equtiy ini tidak mempunyai kontribusi bermakna sebagai pembeda perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS), karena mempunyai nilai - t hitung > - t tabel (-0.071 > -2.048) nilai - t hitung lebih besar dari nilai – t tabel, maka variabel ini tidak berkontribusi sebagai pembeda yang bermakna antara perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS). Dengan demikian, hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan (return on equity) antara perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS). Variabel return on equity merupakan rasio perbadingan antara laba bersih dengan modal yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam pengembalian atas modal.
106 106
JURNAL Ekonomi dan Bisnis (JENIUS) Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Milik Pemerintah (BUMN) dan Milik Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
VOL. 4 NO. 3 SEPT 2014
Tabel 2 Perbandingan kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS) Perusahaan (BUMN) Rasio Rata-rata Rasio Tahun 2009 CR 0.605 kali DER 97.5% NPM 17.5% ROE 29% Tahun 2010 CR 0.914 Kali DER 97.5% NPM 23.1% ROE 35.7% Tahun 2011 CR 0.958 Kali DER 68.9% NPM 21.5% ROE 25.3% Tahun 2012 CR 1.160 Kali DER 66.2% NPM 23.8% ROE 27.4% Tahun 2013 CR 1.163 Kali DER 65.2% NPM 24.4% ROE
26.2%
Perusahaan milik swasta Rata-rata Rasio
Standar Industri
Keterangan
0.768 kali 20.4% -16.7% -7.5%
2 Kali 90% 20% 40%
Lebih baik swasta Lebih baik (BUMN) Lebih baik (BUMN) Lebih baik (BUMN)
0.518 Kali 20.4% -62.8% 8.6%
2 Kali 90% 20% 40%
Lebih baik (BUMN) Lebih baik (BUMN) Lebih baik (BUMN) Lebih baik (BUMN)
0.758 Kali 161.2% -37.1% -8.8%
2 Kali 90% 20% 40%
Lebih baik (BUMN) Lebih baik swasta Lebih baik (BUMN) Lebih baik (BUMN)
0.857 Kali 195.7% -34.2% -36.8%
2 Kali 90% 20% 40%
Lebih baik (BUMN) Lebih baik swasta Lebih baik (BUMN) Lebih baik (BUMN)
0.897 Kali 167.8% -29%
2 Kali 90% 20%
Lebih baik (BUMN) Lebih baik swasta Lebih baik (BUMN)
-7.2%
40%
Lebih baik (BUMN)
Sumber : data diolah, 2015 Perbandingan kinerja keuangan berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2009 current ratio perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS) lebih baik jika 107107
JURNAL Ekonomi dan Bisnis (JENIUS) Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Milik Pemerintah (BUMN) dan Milik Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
VOL. 4 NO. 3 SEPT 2014
dibandingakan dengan perusahaan telekomunikasi miilik pemerintah (BUMN), namun itu tidak terjadi pada tahun selanjutnya pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) lebih baik dibandingkan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS). Berbeda yang terjadi pada debt to equity ratio yang mana pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) lebih baik jika dibandingakan dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS), namun pada tahun selanjutnya yaitu 2011-2013 perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS) lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN). Net profit margin pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel ratarata rasio menunjukan jika rata-rata net profit margin atau keuntugan bersih perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS). Return on equity atau pengembali atas modal pada dimulai pada tahun 2009 sampai dengan 2013 menunjukan jika rata-rata return on equity perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS) Berdasarkan tabel rata-rata rasio secara keseluruhan kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) lebih besar dari perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS) tahun 2009-2013, berarti kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) tahun 2009-2013 lebih baik jika dibandingakan dengan kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS). Perbedaan tersebut lebih disebabkan permodalan perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) lebih besar jika dibandingkan denga permodalan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS) selain itu sistem pengelolaan manajemen cukup efektif dengan adanya campur tangan pemerintah di dalam perusahaan telekomunikasi milik pemrintah (BUMN) berbeda dengan sistem pengelolaan yang tidak diintervensi oleh pemerintah yaitu perusahaan swasta (BUMS), dan juga salah satu pembeda lain yaitu jangkauan jaringan perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) lebih luas jika dibandingakan dengan jakauan jaringan telekomunikasi milik swasta (BUMS). PENUTUP Berdasarkan hasil uji independent sampel t-test bahwa ke-empat variabel yaitu current ratio,debt to equity ratio, net profit margin dan return on equity menunjukan tidak ada perbedaan nyata kinerja keuangan antara perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Berdasarkan pembahasan diatas kedua kelompok perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) dengan perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS), uji independent sampel t-test menunjukan bahwa current ratio, debt to equity ratio,net profit margin dan return on equity tidak terdapat perbedaan. Sedangkan rata-rata rasio current ratio, debt to equity ratio, net 108
JURNAL Ekonomi dan Bisnis (JENIUS) Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Milik Pemerintah (BUMN) dan Milik Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
VOL. 4 NO. 3 SEPT 2014
profit margin dan return on equity secara keseluruhan perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) lebih besar dari perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS) dapat diketahui bahwa perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) lebih baik dari perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS), Perusahaan telekomunikasi milik pemerintah (BUMN) mempunyai jangkauan jaringan yang lebih luas sehingga menghasilkan hasil yang baik. Sementara perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS) terkdendala masalah jaringan yang berimbas pada hasil penjualan (keuntungan bersih) yang kurang baik. Untuk itu hendaknya perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS) melakukan langkah cepat dengan perbaikanperbaikan serta lebih meningkatkan jangakauan jaringan sehingga hasil penjualan (keuntungan bersih) bisa lebih baik lagi, karena perkembangan telekomunikasi yang cukup diminati oleh masyarakat maka perusahaan dituntut untuk bisa menjangkau pelosok daerah hal tersebut yang belum dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi milik swasta (BUMS). DAFTAR PUSTAKA Fahmi, Irham. 2012. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawaban. Bandung : Alfabeta. Fahmi, Irham. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Bandung : Alfabeta. Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. ED PSAK No. 01 (Revisi 2009).Salemba Empat. Jakarta. Kasmir.2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajagrafindo persada. Sucipto, dkk. 2004. Siklus Akuntansi. Jakarta : Yudhistira. www.idx.co.id
109