KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERIMAAN, PENYETORAN, PENGGUNAAN DAN PELAPORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,
Menimbang
:
a.
bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Perhubungan, telah diatur mengenai jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
b.
bahwa dalam rangka Pelaksanaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, telah diatur tentang Tata Cara Penerimaan, Penyetoran, Penggunaan dan Pelaporan Penerimaan Negara Bukan Pajak;
c.
Mengingat
:
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penerimaan, Penyetoran, Penggunaan dan Pelaporan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara
2.
3.
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 41 Tahun
2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Bandar Udara;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
PERATURAN
DIREKTUR
JENDERAL
PERHUBUNGAN
UDARA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERIMAAN, PENYETORAN, PENGGUNAAN DAN PELAPORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1.
Penerimaan Negara Bukan Pajak, yang selanjutnya disebut PNBP, adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.
2.
Penerimaan
Jasa
Diluar
Kebandarudaraan
adalah
penerimaan yang diperoleh atas Sertifikasi Udara dan
Personel, Pengujian Kesehatan, Jasa Pelayanan pada Balai Elektronika Penerbangan, Jasa Pelayanan Penerbitan Sertifikat dan Rating bidang Elektronika dan Listrik Penerbangan, Dokumen Penerbangan, Jasa Pelayanan Penerbitan dan Perpanjangan Sertifikat di bidang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan, Jasa Pelayanan Penerbitan Izin di bidang Angkutan Udara dan Jasa Pelayanan bidang Teknik Bandar Udara.
3.
Penerimaan Jasa Kalibrasi Penerbangan adalah penerimaan yang diperoleh atas pelayanan yang diberikan oleh Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udarakepada pemohon
kalibrasi
dan
pengguna
pesawat udara
dalam rangka pengujian keakuratan kinerja setiap peralatan pendukung operasi dan prosedur penerbangan untuk memenuhi standar keamanan dan keselamatan penerbangan.
4.
Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas
landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang dan tempat transportasi, keselamatan
perpindahan intra dan antarmoda yang dilengkapi dengan fasilitas dan keamanan penerbangan serta
fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
5.
Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara,
tetapi bukan karena reaksi udara
terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan.
6.
Badan Usaha Angkutan Udara adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah atau Badan Hukum Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas atau
Koperasi yang kegiatan utamanya mengoperasikan pesawat udara untuk digunakan mengangkut penumpang, kargo dan/atau pos dengan memungut pembayaran.
7.
Penerbangan Dalam Negeri adalah penerbangan antar bandar udara dalam wilayah Republik Indonesia.
8.
Penerbangan Luar Negeri adalah penerbangan dari bandar udara di dalam negeri dengan atau tanpa melakukan transit di bandar udara lainnya di dalam negeri ke bandar udara di luar negeri atau sebaliknya.
9.
Berat Dalam Satuan Maximum Permisible Take Off Weight (MTOW) adalah berat setinggi-tingginya yang diizinkan bagi pesawat udara untuk bertolak sebagaimana tercantum dalam surat tanda kelaikan pesawat udara yang bersangkutan dan tidak tergantung pada pembatasan kekuatan landasan
bandar
udara
yang
ditinggalkan
maupun
yang
didarati.
10. Jarak adalah jarak terdekat antara dua bandar udara
yang dihitung dalam kilometer (km) menurut jarak garis lurus terdekat (great circle distance) yang dilalui oleh pesawat udara Republik Indonesia.
11. Penumpang Pesawat Udara adalah Penumpang (dewasa dan/atau anak-anak) yang melakukan perjalanan dengan pesawat udara yang diberikan free baggage allowance oleh perusahaan angkutan udara dan tidak terdaftar sebagai awak pesawat udara. 12. Daerah Terbatas daerah-daerah
(Security Restricted Area),
tertentu
di
dalam
bandar
yaitu udara
maupun di luar bandar udara yang digunakan untuk kepentingan pengamanan penerbangan, penyelenggaraan bandar udara dan kepentingan lainnya dan untuk masuk daerah tersebut dilakukan
pemeriksaan
keamanan
sesuai
ketentuan
yang
berlaku.
13. Tanda Izin Masuk Kawasan Terbatas yang selanjutnya disebut PAS adalah tanda izin terhadap orang atau kendaraan untuk dapat masuk ke daerah terbatas di bandar udara.
-5-
14. Tanda Izin Mengemudi adalah Tanda Bukti kecakapan pengemudi yang mengemudikan kendaraan di sisi
udara sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
15. Tarif PAS adalah sejumlah bea yang harus dibayar oleh pengguna PAS yang besarannya ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 16. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) adalah wilayah daratan dan/ perairan dan ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan. 17. Badan Usaha Bandar Udara Adalah Badan Usaha
Milik Negara pengelola bandar udara (PT. (Persero) Angkasa Pura I dan PT. (Persero) Angkasa Pura II). 18. Kantor/UPT/Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal adalah
Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara, Kantor Otoritas Bandar Udara, Unit Penyelenggara Bandar Udara, dan Balai-Balai di
Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 19.
Direktorat
Jenderal
adalah
Direktorat
Jenderal
adalah
Direktur
Jenderal
adalah
Sekretaris
Perhubungan Udara. 20.
Direktur
Jenderal
Perhubungan Udara. 21.
Sekretaris
Direktorat
Jenderal
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
22. Bendahara Penerimaan adalah pegawai yang ditunjuk oleh Menteri Perhubungan untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan Penerimaan Negara Bukan
Pajak dalam rangka pelaksanaan APBN pada Kantor/ Satuan Kerja Kementerian Negara/ Lembaga. 23. Bank/Pos Persepsi adalah Bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan
untuk
menerima
setoran
penerimaan negara bukan dalam rangka impor, yang meliputi penerimaan pajak, cukai dalam negeri, dan penerimaan bukan pajak.
24. Petugas Operasional adalah petugas pengelola Penerimaan Negara Bukan Pajak yang ditunjuk oleh Kuasa Pengguna Anggaran dan bertugas untuk melakukan penagihan atas Penerimaan Negara Bukan Pajak.
25. Petugas Akuntansi adalah petugas yang ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran dan bertugas melakukan serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan.
26. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh Pengguna Anggaran (PA) untuk mengambil keputusan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban belanja negara. 27. Nota Penagihan adalah nota yang diterbitkan oleh
Petugas Operasional kepada Wajib Bayar tentang jumlah yang harus dibayar terkait dengan pelayanan yang diberikan.
28. Surat Penagihan adalah surat yang diterbitkan oleh
Kepala Kantor/UPT/Satuan Kerja kepada Wajib Bayar tentang jumlah yang harus dibayar ditambah denda atas keterlambatan pembayaran.
29. Wajib Bayar adalah Badan atau Perseorangan yang menggunakan
pelayanan jasa bandar
udara dan
dikenakan sejumlah pembayaran atas pelayanan jasa yang diberikan.
30. Piutang adalah hak pemerintah untuk menerima
pembayaran
dari
entitas
lain
termasuk
wajib
pajak/bayar atas kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah. BAB II
PENYUSUNAN TARGET PNBP Pasal2
Setiap Kantor/UPT/Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal harus menyusun target PNBP untuk 1 (satu) tahun kedepan diprediksi dengan memperhitungkan realisasi penerimaan 2 (dua) tahun sebelumnya dan perkiraan tahun berjalan. Pasal 3
(1)
(2)
Aplikasi penyusunan target PNBP untuk tahun anggaran berikutnya menggunakan aplikasi target dan realisasi PNBP yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan.
Penyusunan target PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),
dihitung
berdasarkan
formulasi
volume
dikalikan dengan besaran tarif PNBP yang telah ditetapkan.
-7-
(3)
Tata cara penyusunan target PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini. Pasal 4
(1)
Penyusunan target PNBP setiap Kantor/UPT/Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal untuk tahun anggaran berikutnya disampaikan kepada Direktur
Jenderal Cq. Sekretaris Direktorat Jenderal paling lambat bulan Februari tahun anggaran berjalan. (2)
Penyampaian target PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus melampirkan data dukung. Pasal 5
Target PNBP harus dicantumkan dalam DIPA masing masing Kantor/UPT/Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal.
BAB III
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 6
(1)
Penagihan atas PNBP dilakukan oleh Petugas Operasional yang menangani bidang jasa atau pegawai yang ditunjuk oleh Kuasa Pengguna Anggaran.
(2)
Petugas Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan nota penagihan kepada Wajib Bayar paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pelayanan jasa diberikan dengan tembusan kepada Bendahara Penerimaan dan Petugas Akuntansi. Pasal 7
(1)
Bendahara Penerimaan wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Petugas Operasional dan Petugas Akuntansi terhadap posisi nota penagihan yang telah jatuh tempo setiap akhir bulan secara berkala.
(2)
Bendahara Penerimaan, Petugas Operasional, dan Petugas Akuntansi wajib melakukan rekonsiliasi setiap akhir bulan terhadap nota penagihan yang sudah dibayarkan.
(3)
Nota Penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II Peraturan ini.
-8-
Pasal 8
(1) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah pelayanan jasa diberikan Wajib Bayar tidak membayar
nota
penagihan,
dikeluarkan
surat
penagihan pertama oleh Kepala Kantor/UPT/Satuan Kerja.
(2)
Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah surat penagihan pertama diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Wajib Bayar tidak membayar,
dikeluarkan surat penagihan kedua oleh Kepala Kantor/UPT/Satuan Kerja.
(3)
Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah surat penagihan kedua diberikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) Wajib Bayar tidak membayar, dikeluarkan surat penagihan ketiga oleh Kepala Kantor/UPT/Satuan Kerja. Pasal 9
Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak Surat Penagihan Ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) Wajib Bayar tidak membayar, Direktur Jenderal
menerbitkan Surat Penyerahan Tagihan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan. Pasal 10
Nota Penagihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dibuat dalam 3 (tiga) rangkap, terdiri atas : a. b. c.
Lembar 1 untuk Wajib Bayar; Lembar 2 untuk Bendahara Penerimaan; dan Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi. Pasal 11
(1)
Nota Penagihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 memuat :
a. b. c. d. e. (2)
rincian perhitungan tagihan; jumlah tagihan; nomor tagihan; tanggal penerbitan surat penagihan; dan tanggal jatuh tempo surat penagihan.
Rincian perhitungan tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan penjelasan perhitungan atas jumlah tagihan yang disampaikan kepada Wajib Bayar.
(3) Jumlah tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan nilai yang harus dibayarkan oleh Wajib Bayar terkait pelayanan yang telah diberikan.
-9-
(4)
Nomor tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat fll
huruf c merupakan nomor registrasi ates penTrb tin
nota tagihan agar dapat tertib administrasi.
(5) Tanggal penerbitan surat penagihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d, merupakan'SnggaJ
dterbitkannya penagihan dan sebagai tanga
dimulainya pmtang atas tagihan yang diterbitkan
(6) dimaksud hST1 JatUh, SUratbutir Pena^han sebagaimana padatemp° ayat (1) e, merupakan masa
ftigf^uh) dr§an^^T^****** WaktU Sumt ^ lamb* 3° Penagihan
Pertama ^
BAB IV
TATA CARA PENERIMAAN Pasal 12
(1)
Wajib Bayar membayar PNBP melalui Bendahara Penerimaan atau menyetorkan langsung ke Kas
Negara. (2)
&
Bendahara Penerimaan harus memberikan bukti penenmaan pembayaran (kuitansi) kepada Wajib
Bayar setelah pembayaran tersebut diterima. (3)
Bukti penerimaan pembayaran (kuitansi) sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), harus mencantumkan nomor urut transaksi.
(4)
Bukti penerimaan pembayaran (kuitansi) sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran III Peraturan ini.
Pasal 13
Bukti penerimaan pembayaran (kuitansi) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) dibuat dalam 4 (empat)
rangkap, terdiri atas :
l
y '
a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerimaan-
c Lembar 3 untuk Petugas Operasional; dan c
c. Lembar 4 untuk Petugas Akuntansi. Pasal 14
Bukti penerimaan pembayaran (kuitansi) akan menjadi
dasar
pencatatan/pembukuan
renenmaan.
oleh
Bendahara
-10-
Pasal 15
(1) PNBP yang diterima oleh Bendahara Penerimaan wajib disetor ke Kas Negara melalui Bank/Pos Persepsi yang terdekat.
(2)
Penyetoran PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan 1 (satu) hari kerja setelah PNBP diterima. Pasal 16
(1)
Seluruh
penyetoran
PNBP
ke
Kas
Negara
menggunakan Formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) yang tersedia di Bank/Pos Persepsi atau Bendahara
Penerimaan
dan
mencantumkan
Mata
Anggaran Penerimaan sesuai dengan jenis PNBP berdasarkan Bagan Akun Standar.
(2)
Formulir
Surat
Setoran
Bukan
Pajak
(SSBP)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus melampirkan Nomor Tanda Penerimaan Negara (NTPN) dari Bank/Pos Persepsi.
(3)
Formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) yang asli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diserahkan kepada Bendahara Penerimaan.
(4)
Formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) yang asli yang telah diserahkan kepada Bendahara Penerimaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dicatat dan dibukukan oleh Bendahara Penerimaan. Pasal 17
Tata cara penagihan dan penerimaan PNBP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 12, tercantum dalam Lampiran IV Peraturan ini.
BAB V
PIUTANG Pasal 18
(1)
Piutang
PNBP
terhitung
diberikan dan harus Petugas Akuntansi.
(2)
setelah
dicatat dan
pelayanan jasa dibukukan
oleh
Piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak terbayarkan sampai dengan akhir tahun
anggaran, dibuatkan Laporan tersendiri oleh Petugas Akuntansi.
•11-
Pasal 19
Piutang PNBP yang tidak terbayarkan sampai dengan
jangka waktu 24 (dua puluh empat) bulan, akan diserahkan kepada Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
Pasal 20
(1)
Petugas Akuntansi harus membuat :
a. kartu piutang PNBP pada setiap transaksi; dan b. laporan rekapitulasi piutang PNBP.
(2) Kartu piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, paling sedikit memuat : a.
Tanggal;
b. Wajib Bayar; c. Mutasi Debet maupun Kredit; d. Saldo Piutang.
(3)
laporan rekapitulasi piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, paling sedikit memuat:
a.
kartu piutang;
b. daftar rekapitulasi piutang; c. daftar saldo piutang; d. daftar umur piutang; dan e. daftar reklasifikasi saldo piutang.
(4)
Laporan rekapitulasi piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada
(5)
Contoh Kartu piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, tercantum dalam Lampiran V Peraturan ini. BAB VI DENDA
Pasal 21
(1)
Dalam hal terjadi kekurangan pembayaran piutang PNBP, Wajib Bayar wajib membayar seluruh PNBP yang terhutang secara tunai paling lambat pada saat
jatuh tempo pembayaran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2)
Dalam hal pembayaran PNBP yang terhutang melampaui jatuh tempo pembayaran yang ditetapkan, Wajib Bayar dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 % (dua persen) per bulan dari bagian yang terhutang dan bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh.
-12-
(3)
Sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan. BAB VII
TATA CARA PEMBUKUAN DAN PELAPORAN
Bagian Kesatu Pembukuan Pasal 22
(1)
Bendahara Penerimaan harus membuat pembukuan terhadap seluruh transaksi penerimaan dan penyetoran PNBP.
(2)
Pembukuan seluruh transaksi penerimaan dan penyetoran PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
dalam
buku
kas
umum
dan
buku
kas
pembantu.
(3)
Buku kas umum dan buku kas pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran VI dan Lampiran VII Peraturan ini. Bagian Kedua Pelaporan Pasal 23
(1)
Setiap Kepala Kantor/UPT/Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal wajib menyampaikan laporan rekapitulasi realisasi PNBP setiap bulan selambatlambatnya tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya kepada : a. b.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan c.q Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan; Direktur Jenderal cq. Sekretaris Direktorat Jenderal; dan
c.
(2)
Inspektur Jenderal (tembusan).
Kementerian
Perhubungan
Direktur Jenderal menyampaikan laporan rekapitulasi realisasi PNBP seluruh Kantor/UPT/Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal paling lambat 14 (empat belas) hari sejak akhir bulan/triwulan/semester/tahun, kepada : a.
Sekretaris
Jenderal
Kementerian
Perhubungan;
Inspektur Jenderal (tembusan).
Kementerian
Perhubungan
dan
b.
-13-
(3) Bendahara Penerimaan wajib menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban selambat-lambatnya tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya kepada :
a. Ketua
Badan
Pengawas
Keuangan
Republik
Indonesia (BPK RI);
b. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);
a. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan c.q Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan;
b. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan; dan c.
(4)
Direktur Jenderal cq. Jenderal (tembusan).
Sekretaris
Direktorat
Bendahara Penerimaan harus melakukan rekonsiliasi
dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) paling lambat tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya. Pasal 24
(1)
Laporan rekapitulasi realisasi PNBP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 paling sedikit memuat : a. jenis penerimaan; b. target penerimaan; c. realisasi penerimaan; dan d. realisasi penyetoran.
(2)
Rekapitulasi penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan jenis penerimaan dengan mencantumkan kode akun penerimaan dan harus melampirkan rincian atas masing-masing jenis penerimaan dan salinan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) yang telah mendapatkan Nomor Tanda Penerimaan Negara (NTPN).
(3)
Laporan rekapitulasi realisasi PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dengan menggunakan format sesuai dengan contoh formulir laporan yang tercantum dalam Lampiran VIII peraturan ini. Pasal 25
(1)
Petugas Akuntansi harus memasukkan data setiap transaksi penerimaan dan penyetoran ke dalam aplikasi akuntansi berdasarkan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP).
(2)
Petugas Akuntasi paling lambat setiap bulan harus melakukan rekonsiliasi internal dengan Bendahara Penerimaan dan Petugas Operasional, guna mendapatkan kecocokan atau kesesuaian angka.
-14-
BAB VIII
PENYUSUNAN PENGGUNAAN PNBP Pasal 26
PNBP dapat digunakan setelah mendapat izin dari Menteri Keuangan Pasal 27
Penggunaan PNBP di Lingkungan Direktorat Jenderal dapat dimanfaatkan untuk kegiatan, antara lain :
a. penelitian dan pengembangan teknologi di
bidang
kebandarudaraan;
b. peningkatan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat, c.
termasuk memberikan insentif Petugas Operasional; penegakan hukum dalam rangka pengendalian, pengawasan,
penyelenggaraan
keamanan
dan
ketertiban umum di bandar udara, termasuk mengatur dan mengawasi ground handling; d. investasi berkaitan dengan sarana dan prasaxana bandar udara dalam rangka pelayanan publik; e. pemeliharaan dan perbaikan kantor/gedung, peralatan inventaris lainnya yang berkaitan dengan pelayanan di f.
bidang kebandarudaraan; peningkatan mutu pelaksanaan
tugas
sertifikasi
kelaikan udara;
g.
h.
i.
peningkatan kemampuan operasional dalam pelaksanaan tugas di bidang perawatan peralatan fasilitas elektronika dan listrik penerbangan; peningkatan kesehatan personel penerbangan dalam melaksanakan tugas di bidang keamanan dan keselamatan penerbangan; dan peningkatan pelayanan navigasi penerbangan dalam pelaksanaan tugas di bidang keselamatan penerbangan. Pasal 28
(1)
Setiap Kepala Kantor/UPT/Satuan Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal mengusulkan penggunaan PNBP kepada Direktur Jenderal Cq. Sekretaris Direktorat Jenderal.
(2)
Usulan penggunaan PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan target penerimaan dan izin penggunaan yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
(3)
Usulan Penggunaan PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus melampirkan data dukung, antara lain :
-15-
a. rincian penggunaan dana; b. kerangka acuan kerja; dan c. rincian anggaran biaya.
(4) Tata cara penyusunan penggunaan dana PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tercantum dalam Lampiran IX Peraturan ini. Pasal 29
Usulan penggunaan PNBP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 harus dicantumkan dalam DIPA masing-masing Kantor/UPT/Satuan
Kerja
di
Lingkungan
Direktorat
Jenderal. BAB IX
TATA CARA PENCAIRAN DANA PENGGUNAAN PNBP Pasal 30
(1)
Pencairan dana dalam DIPA untuk kegiatan yang dialokasikan dari penggunaan dana PNBP dilakukan melalui mekanisme perhitungan Maksimum Pencairan (MP) berdasarkan izin penggunaan Menteri Keuangan.
(2)
Mekanisme perhitungan Maksimum Pencairan (MP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berpedoman pada Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
(3)
Nomor 66 Tahun 2005, setelah masing-masing Kantor/UPT/Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal mempunyai realisasi penerimaan. Apabila sampai dengan akhir tahun anggaran terdapat sisa perhitungan Maksimum Pencairan (MP) yang belum dapat digunakan, maka sisa dana Maksimum Pencairan (MP) tersebut dapat diperhitungkan sebagai Maksimum Pencairan (MP) tahun berikutnya. BABX
KETENTUAN PERALIHAN Pasal 31
(1)
Ketentuan Pelaksanaan Pasal 23 terkait dengan penyetoran PNBP pada peraturan ini dapat dikecualikan pada bandar udara, dengan ketentuan sebagai berikut : a.
di
b.
terdapat Bank/Pos Persepsi; lokasi Bank/Pos Persepsi sulit dijangkau dari lokasi bandar udara; atau
c.
daerah
lokasi
bandar
udara
tersebut
tidak
nilai nominal yang akan disetorkan ke Bank/Pos Persepsi lebih kecil dari Lima Ratus Ribu Rupiah.
-16-
(2) Pengecualian penyetoran PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari. BAB XI
KETENTUAN PENUTUP Pasal 32
Direktur Jenderal mengawasi pelaksanaan peraturan ini. Pasal 33
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan .
Ditetapkan di pada tanggal
: JAKARTA : 23 DESEMBER 2011
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
HERRY BAKTI
SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada : 1. 2.
Menteri Perhubungan; Menteri Keuangan;
3. 4. 5. 6. 7.
Sekretaris Jenderal, Kementerian Perhubungan; Inspektur Jenderal, Kementerian Perhubungan; Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan; Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
8.
Para Kepala Otoritas Bandar Udara;
9. Para Kepala Balai di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 10. Para Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
NO.
1
URAIAN
Usulan Target Penerimaan Kantor/ Satker
Kantor/ Satker mengirimkan usulan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara terkait dengan target penerimaan Tahun Anggaran berikutnya, dengan meraperhatikan :
b. Tarif yang disesuaikan dengan PP Tarif yang
a. Volume dalam 1 (satu) tahun berlaku Kode
c. Target yang diusulkan yang disusun sesuai
Inventarisasi dan Verifikasi Target PNBP Kantor/ Usulan Target PNBP yang telah diterima dari Kantor/ Satker/ UPT di lingkungan Ditjen Hubud, seianjutnya diinventarisir dan diverifikasi yang seianjutnya dibuat rekapitulasi menjadi Target PNBP Ditjen Perhubungan Udara
Akun IBagan Akun Standar) Target diusulkan secara berienjang Menggunakan Aplikasi TRPNBP
2
Input Target PNBP kedalam Aplikasi TRPNBP
d. e.
3
Pengusulan Target PNBP Ditjen Hubud kepada dan Perlengkapan
Anggaran
Pengusulan Target PNBP Ditjen Hubud kepada
Usulan Target PNBP Ditjen Perhubungan Udara disampaikan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan dengan tembusan Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan dan Kepala Biro Perencanaan
4
5
Target PNBP Ditjen Perhubungan Udara disampaikan oleh Biro Keuangan dan Perlengkapan kepada Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan yang seianjutnya akan dilakukan pembahasan Target PNBP
i1
PNBP
Usulan Target -
D1RJEN HUBUD
—--
NOMOR : KP. 572 TAHUN 2011
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG
i
Ditjen HubudLF
Target PNBP
Pembahaaan
DPR
PELAKSANAAN
PAJAK YANG BERLAKU PADA DIREKTORAT JENDERAL
"
J
Target PNBP
WAKTU
PENGGUNAAN DAN PELAPORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERIMAAN, PENYETORAN,
—
JENDERAL
SEKRETARIS
r1
Hubud
PNBP Ditjen
DITJEN ANGGARAN
PERHUBUNGAN UDARA
TATA CARA PENYUSUNAN TARGET PNBP
L
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
KANTOR/SATKER
Usulan Target PNBP
SATKER
KANTOR/
Input ke
TRPNBP
Inventarisasi dan Verifikasi
TBPNBP
Aplikasi
Input kedalam
Pembahasan
Target PNBP
Ditjen Hubud UJ
6.
PNBP dalam UU APBN
Pengusulan Target PNBP kepada DPR-Rl Target PNBP hasil pembahasan dengan Ditjen Anggaran untuk seianjutnya disampaikan kepada DPR-RI untuk ditetapkan menjadi Target
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
>^A_
HERRY BAKTI
LAMPIRAN II
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG
PETUNJUK
TEKNIS
PELAKSANAAN
PENERIMAAN,
PENYETORAN, PENGGUNAAN DAN PELAPORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
CONTOH NOTA PENAGIHAN
1.
NOTA PENAGIHAN PELAYANAN JASA PENERBANGAN
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA BANDAR UDARA NOTA PENAGIHAN PELAYANAN JASA PENERBANGAN Nomor:
Tanda Registrasi Pesawat Nomor Penerbangan Nama Maskapai MTOW
Jenis Penerbangan Jumlah Uang
Domestik/lntemasional/Overflying Route Unit x Rp Route Unit x US$
Terbilang
Jatuh Tempo Pembayaran
Pembayaran agar disetor Iangsung ke Kas Negara atau melalui Bendahara Penerima
Petugas Penagihan
NIP.
Catatan :
a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima; c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.
2. NOTA PENAGIHAN PELAYANAN PELAYANAN JASA PENDARATAN, PENEMPATAN DAN PENYIMPANAN PESAWAT UDARA (PJP4U)
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA BANDAR UDARA NOTA PENAGIHAN
PELAYANAN JASA PENDARATAN, PENEMPATAN DAN PENYIMPANAN PESAWAT UDARA (PJP4U) Nomor:
Tanda Registrasi Pesawat Nomor Penerbangan Nama Maskapai MTOW
Jenis Penerbangan Jumlah Uang
Domestik/lnternasional KG x Rp KG x US$
Terbilang
Jatuh Tempo Pembayaran
:
Pembayaran agar disetor Iangsung ke Kas Negara atau melalui Bendahara Penerima
Petugas Penagihan
NIP. Catatan :
a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima;
c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.
3. NOTA PENAGIHAN PELAYANAN JASA PEMAKAIAN GARBARATA
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA BANDAR UDARA NOTA TAGIHAN
PELAYANAN JASA PEMAKAIAN GARBARATA Nomor:
Tanda Registrasi Pesawat Nomor Penerbangan Nama Maskapai MTOW
Jenis Penerbangan Jumlah Uang
Domestik/lnternasional
x 1 unit(per2jam) x Rp. Pesawat x US$
Terbilang
Jatuh Tempo Pembayaran
:
Pembayaran agar disetor Iangsung ke Kas Negara atau melalui Bendahara Penerima
Petugas Penagihan
NIP.
Catatan :
a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima;
c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.
4. NOTA PENAGIHAN PELAYANAN JASA PEMAKAIAN KONTER PELAPORAN
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA BANDAR UDARA NOTA PENAGIHAN
PELAYANAN JASA PEMAKAIAN KONTER PELAPORAN Nomor:
Nomor Penerbangan Nama Maskapai Jenis Penerbangan Jumlah Uang
Domestik/lnternasional
Penumpang x Rp.... Penumpang x US$. Terbilang
Jatuh Tempo Pembayaran
Pembayaran agar disetor Iangsung ke Kas Negara atau melalui Bendahara Penerima
Petugas Penagihan
NIP.
Catatan :
a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima;
c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.
5. NOTA PENAGIHAN PELAYANAN JASA PENUMPUKAN BARANG DALAM LINI I
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA BANDAR UDARA NOTA PENAGIHAN
PELAYANAN JASA PENUMPUKAN BARANG DAI AM GUDANG LINI I Nomor :
Nama Perusahaan
Jenis Barang Jumlah Uang
Barang Impor/Barang Ekspor/Barang antar bandara dalam neqeri KG x RP KG x US$
Terbilang
Jatuh Tempo Pembayaran
Pembayaran agar disetor Iangsung ke Kas Negara atau melalui Bendahara Penerima
Petugas Penagihan
L NIP.
Catatan :
a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima; c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.
6. NOTA PENAGIHAN PELAYANAN JASA ATAS PENGGUNAAN BANDAR UDARA DI LUAR JAM OPERASI
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA BANDAR UDARA NOTA PENAGIHAN
PELAYANAN JASA ATAS PENGGUNAAN BANDAR UDARA DILUAR JAM OPERASI Nomor:
Tanda Registrasi Pesawat Nomor Penerbangan Nama Maskapai MTOW
Jenis Penerbangan Jumlah Uang
Domestik/lnternasional
Pendaratan x Rp.... Pendaratan x US$.
Terbilang
Jatuh Tempo Pembayaran
:
Pembayaran agar disetor Iangsung ke Kas Negara atau melalui Bendahara Penerima
Petugas Penagihan
L NIP.
Catatan :
a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima;
c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.
7. NOTA PENAGIHAN PELAYANAN JASA SEWA REKLAME DAN PROMOSI
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA BANDAR UDARA NOTA PENAGIHAN
PELAYANAN JASA SEWA REKLAME DAN PROMOSI Nomor: Nama Perusahaan Jenis Reklame/Promosi
Area Penempatan Jumlah Uang
M2 pertahun/Perbulan/Perhari/Perunit x Rp. Konsesi
% x Rp
Terbilang
Jatuh Tempo Pembayaran
:
Pembayaran agar disetor Iangsung ke Kas Negara atau melalui Bendahara Penerima
Petugas Penagihan
L NIP.
Catatan :
a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima;
c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.
8. NOTA PENAGIHAN PELAYANAN JASA SEWA TANAH
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA BANDAR UDARA NOTA PENAGIHAN
PELAYANAN JASA SEWA TANAH Nomor: Nama Pemsahaan Jenis Tanah Area Sewa
Tidak Diperkeras/Diperkeras/Kosong untuk Agro Bisnis
Jumlah Uang
M2 Perbulan x Rp
Terbilang
Jatuh Tempo Pembayaran
:
Pembayaran agar disetor Iangsung ke Kas Negara atau melalui Bendahara Penerima
Petugas Penagihan
NIP.
Catatan :
a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima;
c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.
9. NOTA PENAGIHAN PELAYANAN JASA SEWA RUANGAN
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA BANDAR UDARA NOTA PENAGIHAN PELAYANAN JASA SEWA RUANGAN Nomor:
Nama Perusahaan
Jenis Peruntukan
Promosi/Usaha Dalam Terminal/Luar Terminal
Jenis Ruangan Jumlah Uang
M2 Perbulan x Rp
Terbilang
Jatuh Tempo Pembayaran
:
Pembayaran agar disetor Iangsung ke Kas Negara atau melalui Bendahara Penerima
Petugas Penagihan
NIP.
Catatan :
a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima;
c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.
10.
NOTA PENAGIHAN PELAYANAN TANDA MASUK KAWASAN TERBATAS (PAS)
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA BANDAR UDARA/OTORITAS BANDAR UDARA NOTA PENAGIHAN
PELAYANAN TANDA MASUK KAWASAN TERBATAS (PAS) Nomor:
Nama Perusahaan/Orang Perusahaan/lnstansi Jenis Peruntukan Masa Tanda Masuk
Orang/Kendaraan Mingguan/Bulanan/Tahunan
Area
Jumlah Uang
per PAS x Rp
Terbilang
Jatuh Tempo Pembayaran
Pembayaran agar disetor Iangsung ke Kas Negara atau melalui Bendahara Penerima
Petugas Penagihan
NIP.
Catatan :
a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima; c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.
11.
NOTA PENAGIHAN PELAYANAN AIR MINUM, LISTRIK DAN TELEPON
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA BANDAR UDARA/OTORITAS BANDAR UDARA NOTA PENAGIHAN
PELAYANAN AIR MINUM, LISTRIK DAN TELEPON Nomor:
Nama Perusahaan/Orang Perusahaan/lnstansi
Jenis Pelayanan Jumlah Uang
Air Minum/Listhk/Telepon m3/pulsa/kwh x Rp.
Terbilang
Jatuh Tempo Pembayaran
Pembayaran agar disetor Iangsung ke Kas Negara atau melalui Bendahara Penerima
Petugas Penagihan
NIP.
Catatan :
a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima;
c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.
12.
NOTA PENAGIHAN SERTIFIKASI DAN RATING
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA DIREKTORAT NOTA PENAGIHAN SERTIFIKASI DAN RATING Nomor;
Nama Perusahaan/Orang Jenis Sertifikasi/Rating
Orang/Pesawat Udara/Peralatan
Nomor/Tanda Identitas
Jenis Pelayanan Detil Sertifikasi/Rating Jumlah Uang
Sertifikasi/Rating
Sertifikat/Rating/Orang x Rp. Terbilang
Jatuh Tempo Pembayaran
:
Pembayaran agar disetor iangsung ke Kas Negara atau melalui Bendahara Penerima
Petugas Penagihan
NIP.
Catatan :
a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima; c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.
13.
NOTA PENAGIHAN BUKU PERATURAN DAN PENJELASAN
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA DIREKTORAT NOTA PENAGIHAN
BUKU PERATURAN DAN PENJELASAN Nomor:
Nama Perusahaan/Orang Jenis Buku
Jumlah Uang
Sertifikat/Rating/Orang x Rp. Terbilang
Jatuh Tempo Pembayaran
;
Pembayaran agar disetor iangsung ke Kas Negara atau melalui Bendahara Penerima
Petugas Penagihan
Catatan :
a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar2 untuk Bendahara Penerima; c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.
NIP.
14.
NOTA PENAGIHAN PENGUJIAN KESEHATAN
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA DIREKTORAT NOTA PENAGIHAN PENGUJIAN KESEHATAN Nomor: Nama
Jenis Pelayanan
Jumlah Uang
:
Orang x Rp Terbilang
Jatuh Tempo Pembayaran
Pembayaran agar disetor Iangsung ke Kas Negara atau melalui Bendahara Penerima
Petugas Penagihan
( NIP.
Catatan ;
a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima; c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.
)
15.
NOTA PENAGIHAN JASA PERBAIKAN, PENGUJIAN, DAN SEWA PERALATAN
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA DIREKTORAT NOTA PENAGIHAN
JASA PERBAIKAN. PENGUJIAN. DAN SEWA PERALATAN Nomor:
Nama Perusahaan/Orang Jenis Pelayanan
Perbaikan/Pengujian/Sewa Peralatan
Nama Peralatan
Jumlah Uang
Jam/Hari x Rp
Terbilang Jatuh Tempo Pembayaran
Pembayaran agar disetor Iangsung ke Kas Negara atau melalui Bendahara Penerima
Petugas Penagihan
NIP.
Catatan :
a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima; c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.
16.
NOTA PENAGIHAN JASA PELAYANAN KALIBRASI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA DIREKTORAT NOTA PENAGIHAN JASA PELAYANAN KALIBRASI Nomor:
Nama Perusahaan/Orang Jenis Pelayanan
Kalibrasi/Penggunaan Pesawat
Nama Bandar Udara Jenis Kalibrasi
Dalam Negeri/Luar Negeri
Pesawat Yang Digunakan Jumlah Uang
Jam Terbang x Rp Jam Terbang x USD$. Terbilang
Jatuh Tempo Pembayaran
:
Pembayaran agar disetor Iangsung ke Kas Negara atau melalui Bendahara Penerima
Petugas Penagihan
NIP.
Catatan :
a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima; c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.
17.
NOTA PENAGIHAN JASA PELAYANAN DOKUMEN PENERBANGAN
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA DIREKTORAT NOTA PENAGIHAN
JASA PELAYANAN DOKUMEN PENERBANGAN Nomor:
Nama Perusahaan/Orang
Jenis Dokumen
: Buku/Perubahan Data/Peta Penerbangan
Jumlah Uang
;
Set/Lembar x USD$ Terbilang
Jatuh Tempo Pembayaran
:
Pembayaran agar disetor Iangsung ke Kas Negara atau melalui Bendahara Penerima
Petugas Penagihan
( NIP.
Catatan :
a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima; c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.
)
18.
NOTA PENAGIHAN JASA PELAYANAN PENERBITAN IZIN BIDANG ANGKUTAN UDARA
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA DIREKTORAT NOTA PENAGIHAN
JASA PELAYANAN PENERBITAN IZIN BIDANG ANGKUTAN UDARA Nomor:
Nama Perusahaan/Orang
Jenis Perijinan Jumlah Uang
Ijin Usaha/ljin Rute/ljin Frekuensi/F//oM Approval ;
Set/Lembar x USDS Terbilang
Jatuh Tempo Pembayaran
Pembayaran agar disetor Iangsung ke Kas Negara atau melalui Bendahara Penerima
Petugas Penagihan
1
)
NIP.
Catatan :
d. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; e. Lembar 2 untuk Bendahara Penerima;
f. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi.
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Aa. HERRY BAKTI
LAMPIRAN III
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :K£...5.72...XJUflJW.20.1.1 TENTANG
PETUNJUK
TEKNIS
PELAKSANAAN
PENERIMAAN,
PENYETORAN, PENGGUNAAN DAN PELAPORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
CONTOH KWITANSI
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KWITANSI Nomor:
Sudah Terima Dari
Uang Sebesar
Nama Perusahaan/Orang Jenis Pelayanan
Jumlah Denda
Jumlah Raya
Bendahara Penerima
NIP.
Catatan :
a. b. c. d.
Lembar 1 untuk Wajib Bayar; Lembar 2 untuk Bendahara Penerima; Lembar 3 untuk Petugas Operasional; Lembar 4 untuk Petugas Akuntansi.
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
/^ HERRY BAKTI
Pemberian Pelayanan Jasa Pemberian Pelayanan Jasa oleh Kantor/UPT/Salker diterbitkan Nota Tagihan atas pelayanan jasa tersebut. Penerbitan Nota Tagihan kepada wajib bayar paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pelayanan jasa diberikan dengan tembusan Bendahara Penerima dan Petugas Akuntansi
Pembayaran Tagihan Nota Tagihan yang telah dikirimkan kepada Wajib Bayar, mempunyai jangka waktu pembayaran paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah pelayanan jasa Wajib Bayar dapat menyetor Iangsung ke Kas Negara
diberikan
Kuitansi Pembayaran oleh Bendahara Penerima
atau melalui Bendahara Penerima dan diberikan
Input Kartu Piutang dan Laporan Rekapitulasi Piutang Nota Tagihan yang belum terbayarkan dimasukkan ke dalam Kartu Piutang dan Laporan Rekapitulasi Piutang yang disusun oleh Petugas Akuntansi Penerbitan Surat Penagihan Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah pelayanan jasa diberikan, wajib bayar tidak membayar nota penagihan, maka dikeluarkan surat penagihan pertama dengan rincian nilai yang terutang dan denda b.
Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah Surat Penagihan Pertama wajib bayar tidak membayar, dikeluarkan surat penagihan kedua dan seterusnya hingga surat penagihan ketiga.
1
LAMPIRAN IV
NOMOR :.RP
PELAKSANAAN
572v»TA.HUN"20A.1 TEKNIS
PENERIMAAN,
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
PETUNJUK
TENTANG
PENYETORAN,
PENGGUNAAN DAN PELAPORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG
BENDAHARA PENERIMA
Nota Tagihan
->
Kartu Piutang
Piutang
Laporan Rekapitulas
Nota Tagihai
PETUGAS AKUNTANSI
Penagihan
Surat
KUASA PENGGUNA
WAKTU PELAKSANAAN
BERLAKU PADA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
TATA CARA PENAGIHAN DAN PENERIMAAN PNBP
Nota Tagihan
WAJIB BAYAR
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
PETUGAS OPERASIONAL
Jasa
Pelayanan
Nota Tagihan
Q® Surat
Penagihai
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
HERRY BAKTI
LAMPIRAN V
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : .K?,..572,..XWiUJL.$.Q1.1. TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERIMAAN, PENYETORAN PENGGUNAAN DAN PELAPORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
CONTOH KARTU PIUTANG
KemMrterten NagaraftJinbaga
Kode Jenis Piutang
WMayah Kod* dan Mama Satuan K#r)a
Nomor
KARTU PIUTANG IDENTITAS DEBITUR
DATA PIUTANG
NfWNPWP
Tg] Jatuh tempo Antfaurwt par Wn
Atanul
UnttK*n>
Mulai manganoaur
Daaar Panatapan Ptutang CARA PEMBAYARAN
A-Tuiwt
1 Hart
b. Kr*dN
1
****
No.SK
c, Ulnnw
Tfll.EK
H-rt
Dteafcujul
(Patugaa Akuntant,i}
(Kuau Pengguna Anggaran)
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
/^K HERRY BAKTI
LAMPIRAN VI
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERIMAAN, PENYETORAN, PENGGUNAAN DAN PELAPORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
CONTOH BUKU KAS UMUM
Buku Kas Umum Halaman muka
BUKU KAS UMUM
Kementerian/lembaga
Unit Organisasi Provinsi/Kabupaten/Kota Satuan Kerja Tanggal. No. SP DIPA
( ( ( (
) ) )
(
)
)
(D (2) (3) W (5) (6)
Revisike 1. 2.
3.
Tahun Anggaran KPPN
Mengetahui, Kuasa Pengguna Anggaran
(10)
(7) (8)
(9) Bendahara Penerimaan
(11)
NIP
NIP
Petunjuk pengisian halaman muka Buku Kas Umum :
(D
diisi (022) KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
(2)
diisi kode dan nama unit organisasi
(3)
diisi kode dan nama provinsl/kabupaten/kota
(4)
diisi kode dan nama satuan kerja
(5)
diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SP DIPA
(6)
diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor revisi SP DIPA
(7)
diisi tahun anggaran
(8)
diisi kode dan nama KPPN
(9)
diisi tempat, dan tanggal, bulan serta tahun Buku kas Umum dibuat
(10)
diisi nama lengkap dan NIP Kuasa PA yang ditunjuk
(11)
diisi nama lengkap dan NIP Bendahara Penerimaan yang ditunjuk
Halaman Isi Buku Kas Umum
BUKU KAS UMUM
Tanggal (D
Nomor Bukti
Uraian
Debet
Kredit
Saldo
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Petunjuk pengisian halaman isi-Buku Kas Umum : Kolom (1) Kolom (2)
diisi dengan tanggal pembukuan (format mm-dd) diisi nomor bukti bendahara
Kolom (3)
diisi uraian transaksi penerimaan/pengeluaran
Kolom (4)
diisi jumlah penerimaan yang tercantum dalam dokumen sumber
Kolom (5)
diisi jumlah setoran yang tercantum dalam dokumen sumber
Kolom (6)
diisi jumlah saldo setelah ditambah/dikurangi jumlah penerimaan/setoran yang tercantum dalam dokumen sumber.
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Aac HERRY BAKTI
LAMPIRAN VII
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP,..5-72....T4«UN.20.H TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERIMAAN, PENYETORAN, PENGGUNAAN DAN PELAPORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
CONTOH BUKU PEMBANTU
BUKU PEMBANTU
(D
BUKU PEMBANTU
Kementerian/Lembaga Unit Organisasi Provinsi/Kabupaten/Kota Satuan Kerja Tanggal, No. SP DIPA Tahun Anggaran
: : '• :
( ( ( (
) ) ) )
KPPN
:
(
)
(2) (3) <4) <5) (6) (7) (8)
Tanggal
Nomor Bukti
Uraian
Debet
Kredit
Saldo
1
2
3
4
5
6
Petunjuk pengisian BP ; (1)
diisi jenis Bp berkenaan
(2)
diisi Kementerian Perhubungan
(3)
diisi kode dan nama unit organisasi
(4)
diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota
(5)
diisi kode dan nama satuan kerja
(6)
diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SP DIPA
(7)
diisi tahun anggaran
(8)
diisi kode dan nama KPPN
Pengisian kolom 1 sampai dengan kolom 6 mengikuti petunjuk pengisian halaman isi Buku Kas Umum
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
A^ HERRY BAKTI
LAMPIRAN VIII
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KE...5.7.2,..X4HUN.20.1.1 TENTANG
PETUNJUK
TEKNIS
PELAKSANAAN
PENERIMAAN,
PENYETORAN, PENGGUNAAN DAN PELAPORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DIREKTORAT
JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA CONTOH FORMULIR LAPORAN REALISASI PENERIMAAN NEGARA
LAPORAN PENERIMAAN NEGARA BUKANPAJAK DUINGKUNGAN DITJEN PERHUBUNGANUDARA
BULAN:
KANTOR/UPT
(2)
TAHUN ANGGARAN
(3)
TARGET 1(SATU) TAHUN :
(4)
NO
BAGAN AKUN
TARGET JENIS PENERIMAAN
STANDAR(BAS)
(i)
PENERIMAAN
PER
S/D
JENIS
BULAN
BULAN
PENYETORAN S/D JUMLAH
KETERANGAN
BULAN
BULAN
JUMLAH
LALU
INI
LALU
INI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
(5)
(6)
(7)
(8)
(3)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
JUMLAH
MENGETAHUI :
KEPALA KANTOR
•-(23)
(22)..
(24) BENDAHARAPENERIMA
PANGKAT/GOL
PANGKAT/GOL.
NIP
NIP
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
HERRY BAKTI
Usulan Penggunaan Dana PNBP Kepala Kantor/UPT/Satuan Kerja mengusulkan Rincian Penggunaan Dana PNBP untuk Tahun Anggaran berikutnya kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara cq. Sekditjen Perhubungan Udara
Inventarisasi Rincian Penggunaan Dana PNBP
Usulan Rincian Penggunaan Dana PNBP yang diterima oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara kemitdian diinventarisasi berdasarkan Maksimal Ijin Penggunaan dari Menteri Keuangan RI
Input Rincian Penggunaan Dana PNBP Usulan Rincian Penggunaan Dana PNBP yang telah diinventarisir kemudian dijadikan Penggunaan dana PNBP Ditjen Hubud untuk diinput kedalam Aplikasi RKAKL
Pembahasan RPD dengan Kantor/UPT/Satker Penggunaan Dana PNBP yang telah diinput ke dalam Aplikasi RKA-KL seianjutnya dilakukan pembahasan dnegan Kantor/UPT/Satker
Usulan Penggunaan Dana PNBP Ditjen Hubud Penggunaan Dana PNBP yang telah dilakukan pembahasan kemudian diusulkan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan dan seianjutnya diusulkan kepada Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan
LAMPIRAN IX
PERATUR^DIi^^TUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG
UDARA
Hubud
Penggunaan Dan PNBP Ditjen
Usulan
PERHUBUNGAN
SEKJEN KEMENTERIAN
Hubud
Penggunaan Dana PNBP Ditjen
Usulan
DITJEN ANGGARAN
WAKTU PELAKSANAAN
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERIMAAN, PENYETORAN, PENGGUNAAN DAN PELAPORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN
DIRJEN PERHUBUNGAN UDARA
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
TATA CARA PENYUSUNAN PENGGUNAAN DANA PNBP
KANTOR/ UPT/ SATKER
Maks Ijin Penggunaan
Verifikasi dan Inventarisasi RPD berdasarkan
Pembahasan
dengan Kantor/UPr/Satke
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
HERRY BAKTI