PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN 2002 – 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang
: a. bahwa pelaksanaan pembangunan daerah telah memberikan hasil-hasil yang positif dan telah menciptakan keadaan yang dapat menjadi landasan untuk melanjutkan pembangunan lima tahun ke depan sebagai tahap awal pembangunan dimulainya pelaksanaan Otonomi Daerah ; b. bahwa dengan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999 telah ditetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara 1999–2001, yang pada hakekatnya adalah Pola Umum Pembangunan Nasional yang memuat konsepsi penyelenggaraan negara guna mewujudkan tujuan nasional sebagaimana termaktup dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945; c. bahwa dengan keluarnya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/829/II/Bangda, tanggal 28 April 2000, perihal Pedoman Penyusunan Pola Dasar Pembangunan Tahun 2000-2005, maka perlu disusun Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak Tahun 2002-2006; d. Bahwa sesuai dengan prinsip penyelenggaraan otonomi daerah yang digariskan dalam undang-undang Nomor 22 tahun 1999 di samping keberadaan GBHN 1999-2004, diperlukan konsepsi penyelenggaraan pembangunan Daerah sebagai pedoman Pemerintah Daerah dan seluruh komponen masyarakat di daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah dalam jangka waktu lima tahun, guna mewujudkan keserasian pembangunan, pertumbuhan dan kemajuan daerah di berbagai bidang; e. Bahwa sehubungan dengan huruf a, b, c dan d perlu menetapkan Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak Tahun 2002-2006 dengan Peraturan Daerah.
Mengingat
: 1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara; 2. Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958, tentang Pembentukan Daerah Swantantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau Ruang (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1646); 3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1983, tentang Zona Ekonomi Eklusif Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3260 ); 4. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992, tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501); 5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999, tentang Susunan dan Kedudukan MPR-DPR dan DPRD; 6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4849); 7. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 8. Undang-undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Siak 9. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2000, tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000-2004 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 206); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lemmbaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000, tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 201); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000, tentang Pengelolaan dari Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 4022); 13. Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1980, tentang Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; 14. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999, tentang Tehnik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden.
Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SIAK MEMUTUSKAN: Menetapkan :
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK TENTANG POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN 2002-2006
Pasal 1 Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak 2002-2006 adalah pernyataan kehendak rakyat yang tumbuh dan berkembang di daerah Siak dan sebagai penjabaran dari GBHN, merupakan Garis-Garis Besar Kebijakan Pembangunan Daerah sebagai pedoman Pemerintah Daerah dan seluruh komponen masyarakat di daerah dalam penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan daerah guna mewujudkan keserasian pembangunan, pertumbuhan dan kemajuan daerah di berbagai bidang. Pasal 2 Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak Tahun 2002-2006 disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB BAB BAB BAB BAB BAB
I II III IV V VI
Pendahuluan Kondisi Dan Potensi Daerah Visi dan Pembangunan Daerah Kebijaksanaan, Strategi dan Arah Pembangunan Daerah Pelaksanaan Pembangunan Penutup Pasal 3
Isi beserta uraian terinci sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 Peraturan Daerah ini terdapat dalam Naskah Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Siak Tahun 2002-2006 yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pasal 4 1. Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak Tahun 2002-2006 dilaksanakan oleh Bupati Siak melalui Program Pembangunan Daerah (Propeda) Kabupaten Siak Tahun 2002-2006; 2. Dalam Penyusunan Program Pembangunan Daerah (Propeda) Kabupaten Siak Tahun 2002-2006, Bupati Siak senantiasa memperhatikan pendapat dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Siak dan aspirasi rakyat di daerah.
Pasal 5 Pembiayaan pelaksanaan Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak Tahun 2002-2006 dan Program Pembangunan Daerah (Propeda) Kabupaten Siak 2002-2006 diperoleh melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Serta dana dari partisipasi masyarakat dan investasi pihak swasta lainnya. Pasal 6 Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak ini ditinjau kembali sekali dalam lima tahun setelah ditetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara guna memberikan Pedoman dalam Penyusunan Program Pembangunan Daerah (Propeda) lima tahun berikutnya. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran Daerah Kabupaten Siak. Ditetapkan di Siak Sri Indrapura pada tanggal 17 Juni 2001 B U P A T I S I A K,
A R W I N AS
Diundangkan di Siak Sri Indrapura pada tanggal 18 Juni 2002
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SIAK,
DRS. H. KHAIRUL ZAINAL Pembina Tk.I. NIP. 010086330 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN 2002 NOMOR 8 SERI D
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN 2002 NOMOR :
LAMPIRAN NOMOR
: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK : 7 TAHUN 2002
NASKAH POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN 2002-2006
PEMERINTAH KABUPATEN SIAK 2002
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………….. BAB I
BAB II
i
PENDAHULUAN ………………………………………………………………………..
I-1
1.1. Pengertian ………………………………………………………………………..
I-1
1.2. Maksud dan Tujuan …………………………………………………………..
I-1
1.3. Kedudukan dan Fungsi ..…………………………………………………….
I-1
1.4. Landasan ………………………………………………………………………..
I-2
1.5. Ruang Lingkup
I-2
……………………………………………………………….
KONDISI DAN POTENSI DAERAH
…………………………………………… II-1
2.1. Kondisi dan Potensi Alam Daerah
…………………………………. II-1
2.2. Kondisi dan Potensi Pemerintah Daerah ……………………………… II-1 2.3. Kondisi dan Perekonomian …………………………………………………. II-2 2.4. Kondisi dan Potensi Sosial Budaya ………………………………………. II-9 2.5. Kondisi dan Potensi Sumberdaya Alam …………………………………. II-12 BAB III
VISI DAN PEMBANGUNAN DAERAH ……………………………………………. III-1 3.1. Visi Pembangunan …………………………………………………………….. III-1 3.2. Misi Pembangunan …………………………………………………………….. III-2
BAB IV
STRATEGI KEBIJAKAN, STRATEGI DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. U m u m
…………………………………………………………………………
IV-1
4.2. Bidang Pemerintahan yang baik …………………………………………
IV-2
4.2.1. Peningkatan Otonomi Daerah
…………………………………
IV-2
4.2.2. Hukum/Perundang-undangan/Peraturan ……………………
IV-2
4.2.3. Aparatur Pemerintah ……………………………………………….
IV-3
4.2.4. Masyarakat Sipil dan Sektor Swasta …………………………..
IV-4
4.2.5. Komunikasi, informasi dan sektor Swsata …………………..
IV-4
4.2.6. Perlindungan dan Pengamanan Masyarakat ……………….. IV-5
i
4.3. Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ketahanan Budaya ……………. IV-5 4.3.1. Kependudukan/SDM ………………………………………………… IV-5 4.3.2. Pendidikan ……………………………………………………………..
IV-6
4.3.3. Kebudayaan ……………………………………………………………
IV-6
4.3.4. Agama …………………………………………………………………..
IV-6
4.3.5. Kesehatan ………………………………………………………………
IV-7
4.3.6. Keluarga Berencana ………………………………………………..
IV-7
4.3.7. Mobilitas Penduduk …………………………………………………
IV-8
4.3.8. Ketenagakerjaan …………………………………………………….
IV-8
4.3.9. Pemuda, Olahraga, Anak dan Remaja ……………………….
IV-9
4.3.10.Peranan Perempuan ……………………………………………….
IV-9
4.3.11.Ilmu Pengetahuan dan Teknologi …………………………….
IV-9
4.3.12.Kesejahteraan Sosial ………………………………………………. IV-10 4.3.13.Ketahanan Budaya …………………………………………………. IV-10 4.4 Bidang Ketahanan Ekonomi Daerah dan Peningkatan Pelayanan Kehidupan ……………………………………………………….. IV-11 4.4.1. Mempercepat Pemulihan Ekonomi ………………………….. IV-11 4.4.2. Memperkuat Landasan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan ……………………………………………………….. IV-11 4.4.3. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup ………………. IV-13 4.4.4. Sumberdaya Air dan Irigasi …………………………………….. IV-13 4.4.5. Pertambangan dan Energi ………………………………………. IV-14 4.4.6. Pengembangan Prasarana Pembangunan ………………… IV-15 4.4.7. Transportasi …………………………………………………………. IV-16 4.4.8. Pertahanan dan Penataan Ruang ……………………………. IV-16 4.4.9. Pertanian dan Tanaman Pangan …………………………….. IV-17 4.4.10. Kehutanan dan Perkebunan …………………………………… IV-18 4.4.11. Perikanan …………………………………………………………….. IV-19 4.4.12. Peternakan …………………………………………………………… IV-19 4.4.13. Industri ……………………………………………………………….. IV-20 4.4.14. Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah …. IV-20
ii
4.4.15. Pariwisata ……………………………………………………………. IV-21 4.4.16. Transmigrasi ……………………………………………………….. IV-21 4.4.17. Peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan ………….. IV-22 4.4.18. Pengembangan Ketanagakerjaan …………………………… IV-22 4.4.19. Dunia Wisata ……………………………………………………….. IV-22 4.5 Bidang Pemberdayaan Masyarakat …………………………………….. IV-23 4.5.1. Masyarakat Sipil (Swasta, LSM, Masyarakat Umum) …. IV-23 4.5.2. Pembangunan Daerah …………………………………………… IV-23 4.5.3. Pembangunan Kecamatan ……………………………………… IV-24 4.5.4. Pembangunan Pedesaan ……………………………………….. IV-24 BAB V
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN ……………………………………………….. V-1 5.1.Umum ……………………………………………………………………………… V-1 5.2.Paradigma Baru Pembangunan Daerah ……………………………….. V-1 5.3.Asas Pelaksanaan Pembangunan ……………………………………….. V-2 A. Prinsip Good Gobernance ……………………………………………… V-2 B. Asas Pelaksanaan ………………………………………………………… V-3
BAB VI
PENUTUP ……………………………………………………………………………… VI-1
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Pada bagian ini di jelaskan bahwa Pola Dasar Pembangunan Daerah, baik untuk daerah kabupaten/kota maupun untuk daerah propinsi, adalah dokumen induk perencanaan pembangunan daerah yang memuat visi dan misi, startegi dan arah kebijakan Pembangunan Daerah Kabupaten/Kota yang didasarkan pada kondisi, potensi riel, permasalahan dan kebutuhan nyata daerah serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang di daerah ditetapkan dengan peraturan daerah yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal di atas, maka Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak adalah Garis-garis Besar Kebijakan Pembangunan Daerah Kabupaten Siak, yang mencerminkan aspirasi seluruh masyarakat di Kabupaten Siak.
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak Tahun 2002-2006 dimaksudkan untuk memberikan arah penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan penyampaian pelayanan masyarakat. Berkaitan dengan era pembangunan baru, dimaksudkan pula agar penyusunan Poldas ini dapat mengantisipasi dini dalam mempersiapkan pemerintahan yang baik, upaya menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Siak tahun 2002-2006, dalam rangka mewujudkan visi dan tujuan pembangunan daerah yang hendak dicapai berupa kehidupan masyarakat daerah Kabupaten Siak yang beriman dan bertaqwa, berbudaya, beradab, berahlak mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera, sebagaimana yang dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 dan GBHN Tahun 1999-2004.
1.2.2. Tujuan Poldas Pembangunan Daerah Kabupaten Siak Tahun 2002-2006 bertujuan untuk memberikan pedoman dasar bagi arahan pengelolaan pembangunan daerah yang menjabarkan kehendak masyarakat guna mewujudkan keserasian pembangunan, pertumbuhan dan kemajuan daerah di segala bidang.
1.3. Kedudukan dan Fungsi Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak merupakan penjabaran dari Ketetapan MPRRI
Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004 yang berisi
tujuan, strategi, kebijaksanaan dan arah pelaksanaan pembangunan daerah Kabupaten Siak sesuai dengan situasi, kondisi, potensi, dan aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Dengan kata
I-1
lain Pola Dasar Pembangunan Daerah berkedudukan sebagai kerangka dasar pengelolaan pembangunan daerah yang merupakan arahan dan pedoman bagi seluruh penyelenggara pemerintahan, penyelengara pembangunan, dan masyarakat yang secara bersama-sama akan mengisi, memelihara dan memanfaatkan pembangunan. 1.4. Landasan Poldas Pembangunan Daerah Kabupaten Siak Tahun 2002-2006 memiliki landasan hukum sebagai berikut: a. Landasan Idiil: Pancasila b. Landasan Konstitusional: UUD 1945 c.
Landasan Operasional: TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999-2004
d. Landasan Kewenangan Fungsional: ●
UU No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah
●
UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
●
UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih, dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
●
UU No. 53/1999 tentang Pembentukan Kabupaten Siak
●
Surat Edaran Ditjen Bangda No. 050/829/II/Bangda Tgl. 28 April 2000 tentang Pedoman Penyusunan Pola Dasar Pembangunan Daerah 2002-2006
1.5. Ruang Lingkup Ruang lingkup Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak meliputi arah, tujuan, strategi dan arah kebijaksanaan pembangunan daerah, yang merupakan aspirasi seluruh masyarakat Kabupaten Siak, yang disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN
BAB II : KONDISI DAN POTENSI DAERAH BAB III : VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV : KEBIJAKSANAAN, STRATEGI DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB V : PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BAB VI : PENUTUP
BAB II KONDISI DAN POTENSI DAERAH Kabupaten Siak merupakan kabupaten yang baru dibentuk, oleh karenanya data terperinci mengenai Kabupaten Siak belum sepenuhnya didapatkan. Data-data tentang Kabupaten Siak sebagian besar masih menjadi satu dengan Kabupaten Bengkalis sebagai kabupaten induk. Secara garis besar kondisi umum wilayah Kabupaten Siak berikut ini diturunkan dari gambaran umum Kabupaten Bengkalis dan Propinsi Riau.
I-2
2.1. Kondisi dan Potensi Alam Daerah Kabupaten Siak sebagai bagian dari Propinsi Riau merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Secara astronomis Letak kedudukan wilayah Kabupaten Siak berada antara 1000 54,5’ 1020 52” Bujur Timur dan 20 30’ - 00 17’ Lintang Utara. Wilayah Kabupaten Siak berbatasan di sebelah utara dengan Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis, di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kecamatan Bunut dan Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Kampar, di sebelah timur wilayah Kecamatan Tebing Tinggi dan Kecamatan Merbau Kabupaten Bengkalis dan di sebelah barat wilayah Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis. Wilayah Kabupaten Siak mencakup areal seluas 8.556,09 km2 yang merupakan 9,05% dari luas wilayah Propinsi Riau (94.561,60 km2). Pengamatan terhadap penggunaan lahan yang ada menampakkan bahwa sebagian besar lahan di Kabupaten Siak merupakan hutan dengan luas 306.826 Ha atau 35,86% dari luas wilayah Kabupaten Siak. Sedangkan selebihnya seluas 159.081 Ha (18,59%) berupa
perkebunan,
rawa,
perkampungan,
ladang/tegalan,
sawah,
semak/rumput
maupun
kolam/empang. Sementara lahan yang sedang tidak diusahakan mencapai luas 290.663 Ha (34%). Kabupaten Siak mempunyai topografi wilayah berupa pantai dan dataran dengan ketinggian tanah bervariasi antara 2,0-8,4 meter dari permukaan laut. Kecamatan Siak merupakan wilayah pantai yang berada di bagian timur kabupaten dengan kemiringan tanah antara 0-2%. Sementara Kecamatan Minas merupakan kecamatan yang berada di wilayah bagian barat dengan ketinggian 8,4 meter di atas permukaan laut yang sebagian wilayahnya mempunyai sifat berbukit dengan kemiringan lebih dari 40% dan sebagian lainnya memiliki kelerengan lebih dari 2%. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, Kabupaten Siak tergolong dalan tipe afa, yakni iklim tipe hujan hutan tropis. Curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar antara 2.441-2.520 mm. Suhu udara rata-rata tahunan sebesar 25,90C dengan kisaran 22,60C-31,30C. Pola penyebaran hujan bersifat bimodal, dengan puncak curah hujan terjadi pada bulan April dan Oktober, serta bulan kering pada bulan Februari dan bulan Juli. Lebih dari setengah luas wilayah Kabupaten Siak merupakan lahan gambut. Kecamatan Siak dan Kecamatan Sungai Apit merupakan kecamatan yang memiliki wilayah dengan tekstur tanah sedang. Jenis tanah di wilayah Kabupaten Siak menunjukkan jenis tanah organosol dan humus. Jenis tersebut dapat ditemukan di seluruh wilayah kecamatan dan sebagian berupa jenis tanah podsolik merah kuning terdapat di Kecamatan Siak. 2.2.
Kondisi dan Potensi Pemerintahan Daerah Pembentukan Kabupaten Siak ini dimulai dari proses pengkristalan aspirasi masyarakat yang
merupakan kelanjutan dari keinginan masyarakat untuk membentuk Kabupaten sejak tanggal 14 Juni 1964. Diawali dengan Pembentukan Panitia Persiapan Pembentukan Kabupaten Siak pada tanggal 24 Mei 1999 dengan Ketua Umum H. Wan Ghalib, yang bertugas melaksanakan Musyawarah Besar (Mubes) Masyarakat Eks Kawedanan Siak tanggal 11 Juni 1999. Diputuskan Pembentukan Komite Perjuangan Pembentukan Kabupaten Siak (KPPKS) dengan ketua H.M. Azaly Djohan. SH. Dilanjutkan dengan kedatangan Tim DPOD Departemen Dalam Negeri dilanjutkan kedatangan Tim Komisi II DPR RI, hingga terbentuknya Kabupaten Siak dengan UU No. 53 tahun 1999 tersebut.
II-1
Jumlah dinas dan instansi dalam Kabupaten Siak yang sudah terbentuk
sebanyak 21
Dinas/Instansi. Rencana awal 2002 akan di syahkan dan di berlakukan SOT (Struktur Organisasi Kerja) Dinas/Instansi yang baru. Penambahan secara berangsur-angsur, terus dilakukan seiring dengan pertambahan jumlah pegawai yang ada di lingkungan Pemda Kabupaten Siak. Demikian juga mengenai pengisian jabatan untuk eselon III, eselon IV dan eselon V pada jajaran sekretariat, dinasdinas dan kantor pemerintah di lingkungan pemerintahan Kabupaten Siak serta dibantu staf honorer. Guna lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat maka wilayah Kabupaten Siak yang semula terdiri dari 3 Kecamatan (Siak, Sungai Apit dan Minas) dan satu Kecamatan Pembantu (Tualang Perawang) dimekarkan dengan penambahan 5 Kecamatan baru (Sungai Mandau, Dayun, Kerinci Kanan , Tualang dan Bunga Raya). Hingga kini Kabupaten Siak terdiri dari 8 Kecamatan 3 Kelurahan dan 105 Desa, karena telah dilakukan pemekaran beberapa desa dengan jumlah penduduk mencapai 246.435 jiwa dengan 50.035 KK. Sejak terbentuknya lembaga legislatif (DPRD) Kabupaten Siak peran lembaga yang merupakan mitra kerja eksekutif telah membantu menjalankan roda Pemerintahan Kabupaten Siak terutama dalam menetapkan Peraturan Daerah (Perda) dan mengakomodasi aspirasi masyarakat, serta memproses produk hukum bagi kepentingan daerah, serta mengatasi dan menjawab tantangan serta permasalahan di Kabupaten Siak. 2.3. Kondisi Perekonomian
2.3.1. Ekonomi Regional Secara umum kondisi perekonomian wilayah dapat digambarkan melalui Produk Domestik Regional Bruto. Dengan menggunakan PDRB akan dapat diketahui pertumbuhan ekonomi wilayah, struktur perekonomian wilayah dan pendapatan per kapita penduduk. Peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah menunjukkan peningkatan kemampuan daerah untuk menghasilkan barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan harga konstan untuk menghilangkan pengaruh perubahan harga sehingga benar-benar diketahui kemampuan ekonomi daerah yang sebenarnya. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Siak dalam kurun waktu 1993-1997 meningkat rata-rata 7,36% per tahun tanpa memperhitungkan sektor migas. Laju pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan Propinsi Riau dalam kurun waktu yang sama mencapai 9,28%. Krisis ekonomi sebagai akibat depresiasi Rupiah terhadap Dollar sangat berpengaruh terhadap kemampuan daerah dalam menghasilkan barang dan jasa. Oleh karena itu selama kurun waktu 1997-1998, laju pertumbuhan ekonomi (tanpa migas) melambat menjadi 2,01% per tahun. Setahun kemudian selama 1998-1999. Setelah terjadi pemulihan ekonomi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Siak sedikit meningkat menjadi 3,82% . Dan pada tahun 1999-2000 mencapai 8,60% lebih tinggi dari dua tahun sebelumnya. Struktur perekonomian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sektor ekonomi tertentu. Struktur ekonomi dihitung dari proporsi nilai tambah sektoral terhadap PDRB. Data yang tersedia memperlihatkan bahwa perekonomian Kabupaten Siak sangat tergantung pada sektor industri pengolahan dengan kecenderungan yang semakin meningkat. Pada tahun 1993, kontribusi sektor
II-2
industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Siak adalah 54,89%, selanjutnya pada tahun 1999 meningkat menjadi 56,66% dan pada tahun 2000 menjadi 56,78%. Besarnya kontribusi sektor industri pengolahan ini terutama berasal dari nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor industri besar dan sedang. Pendapatan per kapita regional menunjukkan tingkat kemakmuran penduduk daerah secara kasar karena tidak menunjukkan distribusi pendapatan yang sebenarnya. Pendapatan per kapita regional dihitung dari PDRB dibagi dengan jumlah penduduk. Pendapatan per kapita regional Kabupaten Siak menunjukkan peningkatan selama 1993-1999. Berdasarkan harga konstan, pendapatan per kapita Kabupaten Siak tahun 1993 mencapai Rp 1.479.473,46 kemudian meningkat menjadi Rp 1.816.291,01 pada tahun 1999. Dengan kata lain, selama 1993-1999 pembangunan ekonomi telah berhasil meningkatkan kemakmuran penduduknya. Kemudian pada tahun 2000 pendapatan perkapita Kabupaten Siak mencapai Rp. 1.902.544,53. Tetapi perlu diperhatikan bahwa pendapatan per kapita ini tidak dapat dijadikan tolok ukur pemerataan pendapatan. Sehingga tingginya tingkat pendapatan perkapita mungkin saja hanya dinikmati oleh sebagian kecil penduduk.
2.3.2. Ekonomi Sektoral 1. Pertanian Tanaman Pangan Kegiatan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Siak pada umumnya menggunakan sistem pengairan tadah hujan. Luas lahan sawah tanah hujan (basah) di Kabupaten Siak mencapai luasan 15.654 Ha, yang baru di manfaatkan seluas 9.363 Ha, yaitu 853 Ha di Kecamatan Siak, 8.257 Ha di Kecamatan Sungai Apit dan Kecamatan Bunga Raya 253 Ha di Kecamatan Minas dan Kecamatan Muara Kelantan. Sistem pengairan ½ teknis sederhana baru dilakukan di Kecamatan Siak dengan areal sawah 173 Ha. Produksi pertanian tanaman pangan di Kabupaten Siak meliputi padi dan palawija, sayursayuran, buah-buahan dan empon-empon. Secara umum produksi pertanian tanaman pangan di Kabupaten Siak masih di bawah kapasitas produksi yang sebenarnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh masih luasnya lahan sawah dan lahan kering yang sementara ini belum diusahakan masingmasing mencapai 6.291 Ha dan 22.117,5 Ha. Produksi padi dan palawija Kabupaten Siak selama 19961999 pada umumnya mengalami peningkatan, kecuali untuk komoditi kedelai, kacang hijau dan kacang tanah. Produksi padi dan palawija Kabupaten Siak sebagian besar (sekitar 70%) berasal dari Kecamatan Sungai Apit dan Kecamatan Bunga Raya. Hal ini dapat dimengerti karena Kecamatan Bunga Raya terdapat daerah lokasi transmigrasi yang pada umumnya mempunyai budaya pertanian menanam padi dan palawija. Peningkatan produksi pertanian tanaman pangan di Kabupaten Siak masih mengahadapi beberapa kendala. Kendala yang utama yang dihadapi adalah pengairan. Kekurangan sarana dan prasarana pengairan merupakan masalah utama yang sangat menghambat program peningkatan produksi. Di samping itu, masalah lain berkaitan peningkatan produksi adalah gangguan hama tanaman. Hama tanaman yang masih dihadapi oleh petani di Kabupaten Siak terdiri dari penggerek batang, tikus, hama putih, blast dan kepinding tanah.
II-3
Seperti halnya di daerah lain masalah lain yang berhubungan dengan tingkat pendapatan petani adalah rendahnya nilai tukar produk pertanian dibandingkan dengan produk dari sektor lain terutama dari sektor industri. Meskipun terjadi kenaikan harga komoditi pertanian tetapi tidak sebanding dengan kenaikan komoditi sektor ekonomi lain. Sehingga secara riil, petani mungkin tidak mendapatkan peningkatan pendapatan meskipun terjadi kenaikan harga. (Sumber Data : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Siak). 2. Perkebunan Potensi sektor perkebunan di Kabupaten Siak didukung oleh sumberdaya lahan yang cukup luas. Lahan yang digunakan untuk kegiatan sektor perkebunan pada tahun 2000 mencapai areal 137.399 Ha. Di samping itu terdapat potensi lahan kering yang belum dimanfaatkan yaitu seluas 22.177,5 Ha. Di antara 8 kecamatan yang berada di Kabupaten Siak, Kecamatan Minas merupakan daerah dengan lahan perkebunan yang paling luas yaitu 96.686 Ha. Komoditi utama sektor perkebunan di Kabupaten Siak terdiri dari karet, kelapa, kelapa sawit, pinang, lada dan kemiri. Di antara komoditi tersebut, kelapa sawit mendominasi hasil produksi sektor perkebunan dengan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 1999, produksi kelapa sawit mencapai 448.946,00 ton atau 99,06% dari total produksi perkebunan Kabupaten Siak. Daerah sentra produksi tanaman kelapa sawit terdapat di Kecamatan Siak dengan produksi yang dihasilkan sebanyak 388.956 ton. Pada umumnya produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Siak mengalami peningkatan kecuali tanaman karet dan lada selama kurun waktu 1996-1999. Produksi yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh luas areal tanaman. Peningkatan luas areal mempunyai pengaruh positif terhadap hasil produksi yang dicapai. Seperti yang telah diutarakan di atas, produksi kelapa sawit mendominasi produksi tanaman perkebunan. Hal ini disebabkan oleh luas areal tanaman kelapa sawit mencapai 104.895 Ha atau 79,29% dari seluruh luas areal perkebunan yang diusahakan. Di samping itu penambahan luas areal tanaman kelapa sawit melebihi tanaman perkebunan lainnya. Selama kurun waktu 1996-1999, peningkatan luas areal tanaman kelapa sawit mencapai 16,94% per tahun. Usaha perkebunan di Kabupaten Siak dilaksanakan oleh perkebunan rakyat, perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta. Perkebunan rakyat menggunakan pola parsial, UPP dan swadaya murni. Komoditi yang diusahakan oleh perkebunan rakyat meliputi karet, kelapa, kelapa sawit, kopi dan pinang. Usaha perkebunan swasta dan negara dilaksanakan dengan menggunakan pola plasma dan pola inti. Komoditi tanaman perkebunan yang diusahakan kelapa sawit, karet dan kelapa. Pengolahan hasil perkebunan yang dilakukan oleh petani masih menggunakan teknologi tradisional dengan kualitas produk yang rendah. Sementara perkebunan besar swasta dan negara menggunakan teknologi modern untuk pengolahan hasil perkebunan. (Sumber Data: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Siak).
II-4
3. Peternakan Kegiatan sub sektor peternakan merupakan kegiatan tambahan yang membawa keuntungan bagi petani peternak bahkan sebagian merupakan kegiatan pokok, usaha ternak unggas sampingan penduduk Kabupaten Siak, selain sebagai petani perkebunan atau tanaman pangan yang merupakan pekerjaan utama. Jenis ternak yang dikembangkan di Kabupaten Siak terdiri dari sapi, kerbau, kambing/domba, babi, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, ayam kampung dan itik. Pengembangan populasi ternak sebagian besar berada di Kecamatan Bunga Raya dan Sungai Apit terutama untuk ternak sapi, kambing dan ayam kampung. Bahkan di Desa Bunga Raya Kecamatan Bunga Raya terdapat sentra peternakan sapi pedaging. Terpusatnya pengembangan populasi ternak di Kecamatan Bunga Raya berkaitan dengan banyaknya lokasi permukiman transmigrasi. Pada umumnya populasi ternak di Kabupaten Siak selama 1996-1998 menunjukkan perkembangan yang meningkat, kecuali ayam ras petelur dan ayam ras pedaging. Produksi peternakan Kabupaten Siak terdiri dari daging dan telur. Produksi daging di Kabupaten Siak terdiri dari daging sapi, kerbau, kambing, ayam ras, ayam kampung dan itik. Diantara jenis daging tersebut produksi daging ayam kampung mendominasi produksi daging ternak di Kabupaten Siak. Kalau produksi daging selain ayam kampung berkisar 15.000- 55.000 kg per tahun, maka produksi daging ayam kampung dapat mencapai 400.000- 500.000 kg per tahun selama 19961998. Dilihat perkembangan per tahun selama 1996-1998, produksi daging di Kabupaten Siak mengalami peningkatan kecuali ayam ras yang disebabkan oleh menurunnya populasi dalam kurun waktu yang sama. Sementara itu, produksi telur di Kabupaten Siak terdiri dari telur ayam ras, telur ayam kampung dan telur itik. Produksi telur ayam kampung dan telur itik sebagian berasal dari Kecamatan Sungai Apit. Sedangkan untuk produksi telur ayam ras berasal Kecamatan Siak dan Kecamatan Minas.(Sumber Data: Dinas Peternakan dan Perikanan Kab Siak). 4. Kehutanan Dari luas wilayah Kabupaten Siak yaitu 8.556,09 Km2 di mana luas kawasan hutan berdasarkan tata guna hutan adalah 483.404,25 Ha (56,5 %) dan kawasan non kehutanan seluas 372.198,75 Ha ( 43,5%). Kkawasan hutan terse but berdasarkan fungsinya terdiri atas hutan lindung seluas 7.753,48 Ha, hutan suaka alam/hutan suaka marga satwa seluas 69.659,36 Ha (Suaka Marga Satwa Giam Siak Kecil) seluas ± 41.597,94 Ha di Kecamatan Sungai Mandau, Suaka marga satwa Tasik Belat seluas ± 2.208,76 Ha di Kecamatan Sungai Apit, Suaka Marga Satwa Zamrud (Danau Pulau Besar) seluas ± 25.852,66 Ha di Kecamatan Siak, Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Syarif Qasim seluas ± 1.650 Ha di Kecamatan Minas, dan Hutan Lindung Bakau seluas 6.820,25 Ha. Sedangkan luas hutan produksi adalah seluas 395.321,40 Ha, yang terdiri dari Hutan Produksi Tetap seluas 183.551,90 Ha dan Hutan Produksi Terbatas seluas 211.260,50 Ha. Selain itu terdapat usaha konversi diluar kawasan hutan berupa usaha penangkaran ikan arwana oleh tiga perusahaan yaitu PT. Sumatera Aquaprima Buana, PT. Tambak Seraya Utama dan UD. Wan Woon.
II-5
Kawasan hutan produksi di Kabupaten Siak di kelola dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Jumlah perusahaan pemegang HPH di Kabupaten Siak adlah 13 perusahaan yaitu PT Dexter Perkasa Timber Industri, PT. Inti Prona, PT. Kosmar Timur Raya, PT. Mandau Abadi, PT. Rokan Permai Timber, PT. Rokinan Timber, PT. Triomas FDI, PT. Yos Raya Timber, PT. Nasional Timber I, PT. Expra Bary, PT. Kangly Lumber, PT. Multi Eka Jaya Timber, PT. Wira karya Sakti. Luas keseluruhan areal HPH adalah 599.321,54 Ha. Perusahan Pemegang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) sebanyak 5 perusahaan yaitu PT Arara Abadi, PT. Perawang Sukses Perkasa Industri, PT. Satria Perkasa Agung, Koperasi Atan, PT. Riau Andalan Pulp & Paper, PT. Riau Abadi Lestari, PT. Rimba Mandau Lestari dan PT Ekawana Lestari Darma. Luas keseluruhan areal HPHTI adalah 206.864,89 Ha. Jumlah Perusahaan di bidang perkebunan adalah 33 perusahaan dengan luas keseluruhan 299.053,92 Ha sedangkan
jumlah Industri Pengolahan Kayu Hulu (IPKH) di Kabupaten Siak sebanyak 17
Perusahaan. (Sumber Data: Dinas Kehutanan Kab Siak). 5. Perikanan Kegiatan sektor perikanan di Kabupaten Siak meliputi perikanan laut dan perikanan darat. Kegiatan perikanan darat meliputi penangkapan di perairan umum dan budidaya kolam. Potensi luas areal budidaya kolam tahun 2000 mencapai luasan 92.2 Ha mencapai produksi 9.9 ton. Jumlah petani yang bekerja di sektor perikanan atau disebut dengan rumah tangga perikanan (RTP) di Kabupaten Siak mencapai 534 RTP pada tahun 2001. Produksi ikan yang dihasilkan di Kabupaten Siak terdiri dari ikan darat dan ikan air tawar. Selama tahun 2000-2001 produksi ikan mengalami kenaikan dari 208.9 ton menjadi 264 ton. (Sumber Data: Dinas Peternakan dan Perikanan Kab Siak). 6. Perindustrian Selama ini sektor industri di Kabupaten Siak mempunyai peranan yang cukup besar dalam perekonomian dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari besarnya kontribusi nilai tambah yang dihasilkan, tenaga kerja yang terserap dan peranannya terhadap eskpor non migas. Perkembangan sektor industri di Kabupaten Siak didominasi oleh industri menengah besar terutama industri pengolahan kayu, kertas dan perkebunan kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan dan nilai investasi yang ditanamkan. Dari seluruh tenaga kerja sektor industri yang berjumlah 23.692 orang, 23.640 orang atau 99,02% bekerja di industri menengah besar sedangkan sisanya bekerja di industri kecil. Demikian juga dengan nilai investasi sektor industri, 99,94% dari total nilai investasi
Rp 2.230.617.500.000 berasal dari industri skala menengah besar
dan hanya 0,06% atau Rp 1.267.500.000 berasal dari industri kecil. Sebagian besar usaha industri menengah besar berlokasi di Kecamatan Siak, Tualang dan Kerinci kanan dengan jumlah unit usaha 22 unit. Sedangkan jumlah usaha industri yang berada di Kecamatan Sungai Apit dan Minas masing-masing sebanyak 7 dan 3 unit usaha. Jumlah tenaga kerja
II-6
yang terserap dalam kegiatan industri skala usaha menengah besar berjumlah 23.460 orang (9 unit usaha belum tercatat data jumlah tenaga kerja) yang sebagian besar (69, 26%) bekerja di industri kertas (pulp) yang berlokasi di Desa Pinang Sebatang Kecamatan Tualang Perawang. Banyaknya tenaga kerja yang terserap ini berkaitan dengan besarnya skala usaha industri. Industri pulp merupakan industri skala besar dengan nilai investasi terbanyak di antara industri menengah besar yang lain di Kabupaten Siak. Jumlah investasi yang ditanamkan oleh industri pulp tersebut sampai tahun 2000 mencapai Rp 2.187.000.000.000 atau 98,10% dari keseluruhan nilai investasi yang ditanamkan oleh industri menengah besar di Kabupaten Siak. Sedangkan nilai ekspor pada tahun 2001 dari masing-masing industri yang ada antara lain Pulp sebesar Rp.1.442.033.344,700,- Kertas sebesar Rp.2.893.584.006,000,- Plywood/Blackboard
sebesar Rp.447.386.400,- Moulding/Furniture Company
sebesar Rp.33.785.700,- dan Cruse Palm Oil (CPO) sebesar Rp.32.084.500,-. Permasalahan yang dihadapi oleh industri skala menengah dan besar di Kabupaten Siak pada umumnya berkisar tentang kesulitan modal dan ketersediaan bahan baku, bahkan beberapa unit industri kayu menampung kayu curian dari masyarakat (Dinas Perindag Kabupaten Siak). Industri kecil di Kabupaten Siak pada tahun 2001 sudah mulai berkembang yaitu mencapai 31 jenis usaha industri dengan 287 unit usaha yang tersebar pada 8 kecamatan di Kabupaten Siak yaitu Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan dengan investasi mencapai Rp.1.463.320.000,- Industri Logam, Mesin, Elektronika dan aneka dengan nilai investasi Rp. 503.800.000,-. (Sumber Data: Dinas Perindag Kab Siak). 7. Perdagangan Perdagangan Dalam Negeri Perdagangan dalam negeri di Kabupaten Siak mempunyai potensi pengembangan yang cukup baik. Tingkat pengadaan dan penyaluran barang kebutuhan pokok dan penting lainnya cukup tersedia dan lancar sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi, serta tingkat harga barang relatif stabil meskipun pada tahun anggaran 1999/2000 harga barang kebutuhan pokok dan barang penting lainnya cenderung bergerak naik namun kenaikan tersebut masih dalam batas yang wajar. Hal tersebut disebabkan nilai tukar rupiah yang turun terhadap dolar serta faktor geografis karena pada umumnya kebutuhan pokok tersebut didatangkan dari luar Kabupaten Siak, seperti Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Jawa. Pasar merupakan prasarana utama kegiatan perdagangan yang sangat mempengaruhi kemajuan kegiatan perdagangan. Sampai tahun 2001 jumlah pasar yang ada di Kabupaten Siak sebesar 12 (dua belas) unit yang tersebar di Kecamatan Siak dan Kecamatan Sungai Apit, Kecamatan Minas, Kecamatan Tualang, Kecamatan Bunga Raya, sedangkan pasar lainnya masih di kelola secara Swadaya masyarakat. Usaha perdagangan di Kabupaten Siak didominasi oleh usaha perdagangan non formal. Kegiatan perdagangan non formal pada umumnya merupakan pedagang kebutuhan sehari-hari seperti sayuran, buah-buahan, makanan/minuman, dan lain-lain. Sebagian besar pedagang memiliki
II-7
tempat usaha yang tetap berupa kios, warung atau toko, dan selebihnya merupakan pedagang yang tidak memiliki tempat usaha tetap/permanen. Sementara itu usaha perdagangan formal di Kabupaten Siak pada tahun 2001 pada umumnya bergerak pada jenis usaha toko maupun grosir dengan jenis komoditi barang keperluan sehari-hari, bahan bangunan, pakaian, barang elektronik, serta obatobatan dan jamu, dan lain-lain (Sumber Data Dinas Pasar Kabupaten Siak). Sebelum diberlakukannya Perda Retribusi Pasar yang baru dari pemda Kabupaten Siak maka penarikan Retribusi pasar selama tahun 2001 masih mengacu pada Perda Kabupaten Bengkalis, yang meliputi Perda Retribusi Pasar, Perda Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan dan Perda Retribusi Pelayanan Persampahan. Retribusi dimaksud di kenakan pada wilayah yang memiliki pasar pemda antara lain pasar Sungai Apit, Pasar Siak dan Pasar Minas (Sumber Data Dinas Pasar Kabupaten Siak). Perdagangan Luar Negeri Kebijakan pembangunan sektor perdagangan selama ini ditujukan untuk meningkatkan ekspor non migas yang berorientasi kepada pencapaian laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal ini menyebabkan para pemodal besar memanfaatkan peluang tersebut sehingga perdagangan luar negeri Kabupaten Siak didominasi oleh sektor industri yang antara lain berupa industri kertas, plywood, yang umumnya dimiliki oleh pengusaha kuat yang bergerak di bidang industri dan perdagangan. Peranan sektor industri dalam perdagangan luar negeri ini sangat menonjol dibandingkan ekspor hasil pertanian. Hal ini mengakibatkan peningkatan ekspor belum mampu meningkatkan pendapatan petani yang memproduksi komoditi ekpor. Melalui pelabuhan Perawang, nilai ekspor dari kegiatan perdagangan luar negeri di Kabupaten Siak meningkat tajam dari US $ 87,681.06 tahun 1996 menjadi US $ 75,835,114.82 tahun 1998. 8. Koperasi Perkembangan jumlah Koperasi Unit Desa (KUD) di Kabupaten Siak menunjukkan kecenderungan yang meningkat, dimana pada tahun 2000 terdapat 124 Koperasi KUD, sedangkan pada tahun 2001 meningkat menjadi 153 Koperasi KUD. Jumlah koperasi non KUD juga mengalami peningkatan. Sejalan dengan perkembangan KUD tersebut, jumlah anggota KUD juga mengalami peningkatan. Dimana jumlah anggota koperasi yang aktif pada tahun 2001 sebanyak 24.830 orang dari jumlah koperasi yang tersebar di Kabupaten Siak, dengan laju pertumbuhan 7.74 % (Sumber Data Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Siak). Jumlah simpanan koperasi mengalami peningkatan dimana pada tahun 2000 berjumlah Rp. 16.840.786.- sedangkan pada tahun 2001 mencapai Rp. 20.499.978.-. Simpanan anggota koperasi di Kabupaten Siak didominasi oleh simpanan anggota koperasi non KUD (Sumber Data Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Siak). Masalah yang dihadapi dalam pengembangan koperasi di Kabupaten Siak adalah masih terdapatnya koperasi yang tidak aktif. Sampai tahun 2001, jumlah koperasi yang tidak aktif mencapai
II-8
22 unit. Meskipun angka ini jauh di bawah angka yang aktif tetapi cukup menjadi perhatian agar pada masa mendatang dapat meningkatkan kualitas pengelolaan koperasi. Karena koperasi merupakan sarana bagi petani atau pengusaha kecil untuk dapat mendukung kegiatan ekonomi yang dilakukan. (Sumber Data: Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Siak) 9. Pariwisata Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, obyek dan daya tarik wisata, serta usaha lainnya yang terkait. Kepariwisataan pada hakekatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik wisata yang terwujud antara lain dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna, kemajemukan tradisi dan seni budaya serta peninggalan sejarah dan purbakala. Pengembangan obyek dan daya tarik wisata, apabila dipadukan dengan pengembangan usaha jasa dan akomodasi dan transportasi wisata, akan berfungsi meningkatkan daya tarik bagi berkembangnya obyek dan daya tarik wisata baru. Potensi obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Siak terkenal dengan sumber daya alam dan daya tarik wisata budaya. Potensi-potensi wisata di Kabupaten Siak antara lain meliputi Istana Assyiriah Hasyimiah Sultan Siak, Balai Kerapatan Tinggi, Mesjid Sultan (Mesjid Raya), Makam Sultan Syarif Kassim V, Makam Koto Tinggi, Kapal Kato, Bangunan Peninggalan Belanda, Makam Marhum Buantan, Hutan Wisata Sultan Syarif Kassim II dan Danau Zamrud. Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura terletak di Kota Siak Sri Indrapura dan merupakan tempat tinggal Sultan Syarif Kassim II. Istana Kerajaan Siak bernama Astanah Asserayah Hasyimiyah merupakan bangunan bergaya arsitektur kombinasi Eropa, Arab, dan India yang hingga saat ini masih terawat dengan baik. Daya tarik obyek wisata Istana Kerajaan Siak adalah berbagai benda peninggalan sejarah yang dimiliki oleh dinasti 12 raja Siak sejak dua abad yang lalu. Kapal Kato ini merupakan kapal yang selalu dipergunakan oleh Sultan meninjau wilayahnya, memiliki bobot 15 ton terbuat dari besi berlapis tembaga, panjangnya, 12 meter. Hampir 52 tahun tenggelam di perairan Sungai Siak, sejak 29 Desember 1993 telah diangkat ke darat dapat disaksikan di depan Istana Siak. Selain bangunan Istana Kerajaan Siak, terdapat beberapa bangunan lain peninggalan masa pemerintahan Raja Siak berupa Balai Kerapatan, Masjid Syahabudin dan Makam Raja Siak. Balai Kerapatan merupakan bangunan kuno yang cukup antik, berjarak 150 meter dari Istana Siak. Bangunan ini dulunya digunakan oleh raja sebagai tempat persidangan pelaku kejahatan. Sekitar 100 meter dari bangunan ini terdapat masjid megah yang sebelumnya digunakan raja untuk melaksanakan sholat Jum’at. Sekitar masjid ini terdapat Makam Raja-Raja Siak. Potensi wisata lain yang ada di Kecamatan Siak adalah kain tenun Siak, kain tekad dan kerajinan sulaman. Hutan Wisata Syarif Kasim II mempunyai luas wilayah 1.500 Ha. Hutan Wisata Sultan Syarif Kasim II mempunyai multi fungsi yaitu sebagai hutan lindung, sebagai tempat rekreasi, dan sebagai camping ground, hiking, rally dan lain-lainnya. Hutan Sultan Syarif Kasim II terletak di Kecamatan Minas, tepatnya pada 20 km jalan raya Pekanbaru - Minas. Obyek wisata ini diperuntukkan bagi pelestarian flora dan fauna (akasia, meranti,
II-9
punak kempas, harimau Sumatra, aneka burung) penelitian ilmiah dan sebagai pembentuk paru-paru kota di sekitarnya dalam menangkal kemungkinan timbulnya polusi akibat pertambangan minyak. Danau Zamrud meliputi Danau Bawah dan Danau Pulau Besar terletak dekat lapangan minyak Zamrut Kecamatan Siak yang memiliki panorama indah yang mengagumkan dan menarik. Di sekitar danau dilengkapi dengan hutan yang masih asli. Kondisi danau dan hutan di sekitar danau berstatus suaka marga satwa yang luasnya mencapai 30.000 Ha, dan terdapat berbagai jenis satwa dan tumbuhan langka. Hasil optimal yang dapat diperoleh dari upaya pengembangan pariwisata adalah dukungan pembangunan sarana dan prasarana yang memadai. Akomodasi di Kecamatan Siak tercatat ada 5 buah dan 63 kamar tidur, serta 104 tempat tidur, dan di kecamatan Minas terdapat 1 akomodasi sedangkan jumlah kamar kurang lebih sebayak 20 kamar dan 40 tempat tidur. Dengan demikian di Kabupaten Siak masih sangat membutuhkan penambahan fasilitas ini sebagai kelengkapan sarana dan prasarana pariwisata. (Sumber Data: dinas Pariwisata Kab Siak)
2.3.3. Keuangan Daerah Keuangan daerah mempunyai peranan yang sangat penting, selain karena keuangan daerah sebagai alat fiskal pemerintah daerah, merupakan bagian integral dari keuangan negara dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi, memeratakan hasil pembangunan dan menciptakan stabilitas ekonomi, selain stabilitas sosial politik. Sumber-sumber penerimaan daerah Kabupaten Siak terdiri dari PAD, Lain-lain Pendapatan, Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak. Sumber-sumber penerimaan daerah yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap penerimaan daerah Kabupaten Siak adalah Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Permukaan, Pajak Bumi dan Bangunan (non pertambangan), Bagi Hasil Pajak Pertambangan dan Iuran Hasil Hutan. Di antara sumber-sumber penerimaan tersebut, Bagi Hasil Pajak Pertambangan merupakan sumber penerimaan daerah yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terbesar yaitu 45,61% dari target total penerimaan daerah Kabupaten Siak. Sampai dengan bulan Desember 2000, pencapaian penerimaan daerah Kabupaten Siak Tahun 2000 sebesar Rp 17.864.613.688,50 atau baru 99,36% dari target yang ditetapkan sebesar Rp 17.979.650.000,00. Hal ini disebabkan oleh sumber-sumber potensial penerimaan daerah belum diterima seperti bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak. Hal ini terutama disebabkan karena prosedur penerimaan daerah yang berbelit-belit. Meskipun demikian terdapat sumber penerimaan daerah yang telah melampaui target yang sudah ditetapkan seperti Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C, Retribusi Pelayanan Kesehatan dan Retribusi Ijin Peruntukan Tanah. Sedangkan penerimaan daerah Kabupaten Siak sampai bulan Desember 2001 mencapai Rp. 633.412.919.610,66 atau 102,81% dari target yang di tetapkan sebesar Rp. 616.108.709.000,00. Penerimaan daerah Kabupaten Siak tahun 2001 cukup besar yang berasal dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba persatuan milik daerah dan lain-lain pendapatan, bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum (DAU) serta dari bagian lain-lain penerimaan yang sah. (Sumber Data : Dipenda Kab Siak)
II-10
2.4. Kondisi dan Potensi Sosial Budaya
2.4.1. Kependudukan dan SDM Perubahan demografi mencakup perubahan jumlah penduduk, distribusi dan struktur penduduk serta pertumbuhan penduduk yang berkaitan dengan ketiga komponen demografi formal yaitu kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk. Dengan memperhitungkan angka kelahiran dan angka kematian, serta besarnya jumlah migrasi, jumlah penduduk Kabupaten Siak pada tahun 2001 adalah 256.097 jiwa, dengan jumlah penduduk tertinggi di Kecamatan Tualang yaitu 85.799 jiwa dan jumlah penduduk terendah di Kecamatan Sungai Mandau yaitu 3.955 jiwa. Selama periode tahun 2000-2001 pertumbuhan penduduk di Kabupaten Siak adalah 5,02 % per tahun dengan tingkat pertumbuhan tertinggi di Kecamatan Tualang. Pertumbuhan penduduk yang tinggi bukan disebabkan oleh kelahiran dan kematian tetapi karena adanya migrasi masuk yang besar. Salah satu fenomena sosial yang mempengaruhi angka pertumbuhan penduduk tersebut adalah karena Kabupaten Siak merupakan daerah pengembangan industri kayu dan olahan kayu seperti pulp dan kertas serta kayu lapis, sehingga banyak menarik pencari kerja (Kantor Kependudukan Kabupaten Siak). Kepadatan penduduk Kabupaten Siak adalah 29,93% dengan kepadatan tertinggi di Kecamatan Tualang dan kepadatan terendah di Kecamatan Sungai Mandau. Dari gambaran penyebaran penduduk tersebut menunjukkan bahwa penduduk cenderung terkonsentrasi pada daerah-daerah tertentu, seperti daerah pusat kegiatan perekonomian, pusat pemerintahan, daerah industri dan perkebunan. Untuk daerah lainnya penyebaran penduduk sangat kecil dan terpencarpencar. Dari fenomena sosial pertumbuhan dan penyebaran penduduk tersebut, sarana dan prasarana perhubungan ikut menentukan penyebaran penduduk. Dengan dibangunnya prasarana jalan secara bertahap terjadi pergeseran penyebaran penduduk di mana di sepanjang jalan baru tumbuh daerah permukiman baru. Fenomena sosial ketidakmerataan penyebaran penduduk Kabupaten Siak antara lain disebabkan juga oleh pola mobilitas penduduknya. Mobilitas penduduk terjadi dari desa ke kota, dari daerah padat ke daerah yang jarang penduduknya. (Sumber Data : Kependudukan Kab Siak)
2.4.2. Kesehatan Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu cermin dari tingkat kesejahteraraan masyarakat. Kondisi kesehatan penduduk sangat didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang cukup memadai. Jika ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan cukup lengkap diharapkan kondisi kesehatan penduduk juga semakin baik. Tingkat kesehatan penduduk yang semakin baik turut berperanan penting dalam mempersiapkan kualitas sumberdaya manusia. Jumlah tenaga medis di Kabupaten Siak relatif cukup baik, sampai tahun 2001 tercatat 16 orang dokter umum dan 8 orang dokter gigi. Demikian pula dengan jumlah tenaga paramedis relatif cukup baik, tercatat 61 orang perawat dan 86 orang bidan, 12 orang Kesling, 5 orang SAA, 6 orang Smak, 5 orang SPRG, 5 orang ahli gizi dan 8 orang Jurim. Meskipun demikian penyebaran tenaga kesehatan tersebut hampir semua terkonsentrasi di Kecamatan Siak sebagai lokasi ibukota Kabupaten Siak (Dinas Kesehatan Kabupaten Siak).
II-11
Sebagai kabupaten yang baru terbentuk Kabupaten Siak tidak memiliki rumah sakit. Fasilitas kesehatan rumah sakit sangat diperlukan untuk melayani kesehatan penduduk yang didukung oleh tenaga dan peralatan medis yang cukup lengkap serta dapat menerima pasien yang membutuhkan perawatan darurat atau perawatan intensif melalui rawat inap. Hingga saat ini setiap keluhan kesehatan masyarakat hanya dapat dilayani di Puskesmas. Keberadaan Puskesmas sangat berperanan penting dalam menunjang dan menjamin pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Di Kabupaten Siak terdapat 7 buah Puskesmas dan 48 buah Puskesmas Pembantu, 50 buah Polindes, 6 buah Rumah Bersalin, 15 tempat Praktek Dokter Umum dan 2 Apotik yang tersebar dalam 8 kecamatan. Persebaran prasarana kesehatan nampaknya juga terkonsentrasi, lebih dari setengah jumlah puskesmas maupun puskesmas pembantu berada di Kecamatan Siak (Sumber Data : Dinas Kesehatan Kab Siak).
2.4.3. Pendidikan Keadaan suatu wilayah dapat menjadi indikator kesiapan penduduk dalam menerima perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai sebuah Kabupaten yang baru di mekarkan Siak belum memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang relatif cukup memadai khususnya untuk jenjang pendidikan menengah ke atas. Hingga tahun 1988 jumlah SMU di Kabupaten Siak tercatat 6 buah, dengan persebaran yang terkosentrasi karena 66,77% buah SD berlokasi di Kecamatan Siak. Demikian pula dengan persebaran jumlah SLTP yang terkosentrasi, tercatat sebanyak 20 buah SLTP berada di Kabupaten Siak yang lebih dari setengahnya terdapat di Kecamatan Siak. Sedangkan persebaran jumlah SD cukup merata pada masing-masing Kecamatan, tercatat 141 buah SD. Hingga tahun 2001 jumlah SMU/MA/SMK di Kabupaten Siak tercatat 5 buah Negeri dan 18 buah Swasta. Demikian pula dengan penyebaran jumlah SLTP/MTs yang terkosentrasi, tercatat sebanyak 15 buah Negeri dan 35 Swasta. Sedangkan SD berjumlah 166 buah Negeri dan 58 buah MDA Swasta (Sumber Data Dinas Pendidikan Kabupaten Siak). gggggggggg Berdasarkan catatan statistik sampai tahun 2000 jumlah murid SMTA sebanyak 3.586 siswa dengan jumlah guru sebanyak 256 guru (96 guru Negeri dan 160 guru Honorer). Jumlah murid SMTP sebanyak 9.828 siswa dengan jumlah guru sebanyak 736 guru dan jumlah murid SD sebanyak 41.298 siswa dengan jumlah
guru sebanyak 1.040 guru PNS dan 908 guru Honorer. Kondisi tersebut
mengisyaratkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan semakin banyak siswa yang tidak tertampung atau tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi (Sumber Data Dinas Pendidikan Kabupaten Siak). Sebagai Kabupaten yang dalam kehidupan sehari-hari sangat diwarnai oleh budaya Melayu dengan nuansa keIslaman yang sangat kental, maka pendidikan dalam keagamaan cukup dominan di Kabupaten ini. Hal ini nampak dari fasilitas pendidikan seperti Madrasah ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah maupun Madrasah Aliyah. Dikabupaten Siak terdapat 2 buah Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan jumlah murid 434 orang dan guru 23 orang, 20 buah Madrasah Tsanawiyah (MTs) dengan jumlah murid 3.238 orang dan guru 203 orang serta 9 buah Madrasah Aliyah (MA) dengan jumlah
II-12
murid 450 orang dan 63 orang guru. Rasio murid terhadap guru di Kabupaten Siak, Pada jenjang MI rasio murid terhadap guru adalah 19 artinya 1 orang guru mengajar 19 orang murid , pada jenjang MTs rasio murid terhadap guru di Kabupaten Siak sebesar 16 dan pada jenjang MA rasio murid terhadap guru di Kabupaten Siak sebesar 7. bbbbbbbbbbbbbbbb
2.4.4. Budaya dan Adat Istiadat Kabupaten Siak tidak dilepaskan dari sejarah pembentukannya, yang pada awalnya merupakan wilayah bekas Kerajaan Siak. Kerajaan Siak merupakan Kerajaan Melayu Islam terbesar di kawasan pantai timur Sumatera dan Selat Malaka hingga Pulau Kalimantan. Sebagai pusat kebudayaan Melayu kegiatan sosial budaya dan kemasyarakatan sangat diwarnai oleh unsur agama Islam. Pengaruh Islam sangat kental dan menjadi dasar utama dalam kehidupan sosial masyarakat tempatan. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di kabupaten ini adalah kelompok etnik Melayu sebagai penduduk asli (tempatan). Pada mulanya masyarakat Melayu tempatan terdiri dari dua kelompok besar yakni masyarakat Melayu Pesisir dan masyarakat Melayu Darat (biasa disebut masyarakat Sakai atau Petalangan). Meskipun demikian Kabupaten Siak didiami oleh penduduk dengan latar belakang yang cukup heterogen. Heterogenitas masyarakat tersebut muncul dalam segala aspek kehidupan, baik aspek sosial budaya maupun aspek ekonomis. Selain etnik Melayu Kabupaten Siak juga dihuni oleh Batak, Jawa, Madura dan beberapa berasal dari etnik Bugis yang pada umumnya mendominasi sektor industri. Mereka adalah pendatang yang biasanya menempati daerah desa yang terbuka, daerah kota dan pesisir. Keberadaan industri di daerah ini menjadi salah satu penarik bagi para pendatang untuk masuk ke Kabupaten Siak dengan tujuan mendapatkan pekerjaan. Khususnya etnik Minang, mereka biasanya lebih menguasai sektor perdagangan (pasar). Sementara etnik Cina sebagaimana di daerah lainnya merupakan pelaku ekonomi yang cukup kuat. Etnik Sakai merupakan penduduk asli, pada umumnya mereka tinggal di pedalaman dan membentuk sebuah komunitas tersendiri. Penduduk asli ini pada umumnya masih memiliki kearifan tradisional khususnya dalam pengelolaan sumberdaya alam yang tumbuh dan berkembang sejak nenek moyang mereka, ratusan tahun yang silam. Pola kearifan ekologis tersebut merupakan potensi yang dapat didayagunakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam, khususnya kawasan hutan. Sementara itu hukum adat nampaknya masih berperanan penting dalam kehidupan masyarakat di Kabupaten Siak. Meskipun demikian ada kecenderungan perilaku adat dan wibawa adat dirasakan mulai mengendur seiring dengan perkembangan jaman. Dalam kehidupan sehari-hari fungsi adat masih dapat dirasakan dalam upacara perkawinan. Adat istiadat tersebut merupakan peninggalan nenek moyang yang harus diikuti dan setiap pelanggaran akan dikenai sanksi tertentu.
II-13
2.5 Kondisi dan Potensi Sumberdaya Alam
2.5.1. Sumberdaya Lahan Sumberdaya lahan di Kabupaten Siak sebagian dimanfaatkan untuk sektor pertanian, terutama pada usaha tanaman pangan, perkebunan, dan perikanan. Namun demikian, usaha pertanian tanaman pangan masih belum mencukupi untuk keperluan konsumsi kabupaten tersebut. Hal ini dikarenakan antara lain karakteristik tanah sebagai basis pertanian tanaman pangan kurang menguntungkan, yaitu berupa tanah gambut yang bersifat asam. Tanah ini kurang cocok untuk tanaman pangan khususnya padi. Perkebunan merupakan hasil pertanian lain selain tanaman pangan. Hasil perkebunan utama di Kabupaten Bengkalis adalah karet, kelapa, kelapa sawit dan antan. Usaha perkebunan komoditas ini kurang memuaskan karena penanganan tanaman yang kurang profesional dan dikerjakan oleh orangorang yang kurang ahli atau belum mengetahui teknologi budidaya. Perikanan merupakan sumberdaya lain yang berkembang berupa perikanan budidaya dan belum berkembang secara baik.
2.5.2. Sumberdaya Air Sumberdaya air menurut asalnya dapat dibedakan atas curah hujan, air permukaan, dan air tanah. Dengan keadaan Kabupaten Siak yang beriklim tropis basah memiliki curah hujan merata sepanjang tahun. Sumberdaya air yang cukup berarti bagi Kabupaten Siak berupa sungai-sungai disamping danau/tasik, rawa, waduk dan bendungan yang dimanfaatkan selain sebagai sumber air bersih juga untuk sektor perikanan dan transportasi. Sungai Siak dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut, sehingga daerah rawa di tepi sungai ini sangat baik dikembangkan sebagai daerah persawahan pasang surut. Sungai Siak dapat dilayari kapalkapal yang mengangkut minyak bumi dan kayu untuk tujuan ekspor maupun antar pulau/lokal sampai jauh ke pedalaman Pulau Sumatera, yang panjangnya mencapai ± 300 Km dan merupakan urat nadi dari perekonomian Kabupaten Siak khususnya serta daerah Riau pada umumnya. Sungai-sungai yang berada di wilayah Kabupaten Siak sangat rentan terhadap pencemaran, terutama pencemaran baik berupa limbah cair maupun padat yang disebabkan oleh kegiatan rumah tangga penduduk di sekitar bantaran sungai tersebut dan kegiatan industri yang terdapat di beberapa tempat di wilayah Kabupaten Siak. Hal ini menjadikan kualitas air menjadi rendah dan tidak dapat digunakan sebagai bahan baku air minum.
2.5.3. Sumberdaya Tambang Salah satu sumberdaya alam berupa deposit benda tambang dan endapan atau sedimentasi yang ada di daerah ini adalah minyak bumi, terdapat di semua kecamatan di Kabupaten Siak. Sedangkan lokasi bahan tambang minyak bumi yang paling potensial ada di daerah sekitar Kecamatan Minas, yang memberikan kontribusi cukup besar dalam memacu pertumbuhan ekonomi wilayah.
II-14
Kegiatan pertambangan perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan salah satu kegiatan yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lahan. Pada kegiatan ini seringkali menyebabkan ketidakteraturan topografi (lobang-lobang bekas galian), hilangnya lapisan humus, hilangnya vegetasi penutup yang menyebabkan erosi dan lahan sukar diolah kembali.
2.5.4. Sumberdaya Hutan Sumberdaya alam lain yang berupa hutan di wilayah Kabupaten Siak merupakan sumberdaya yang cukup besar karena dari seluruh lahan yang terdapat di wilayah kabupaten ini berupa hutan mencapai 306.826 Ha (35,86%), baik yang diusahakan oleh rakyat/hutan rakyat sebesar 450 Ha maupun berupa hutan negara sebesar 306.376 Ha. Di wilayah Kabupaten Siak terdapat hutan Pelestarian dan Pengawetan Alam (PPA). Sementara hutan produksi yaitu hutan yang dapat dimanfaatkan kayu maupun hasil lainnya dengan tetap memperhatikan fungsi konservasinya juga terdapat di semua kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Siak.
BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Pembangunan Daerah Visi pembangunan daerah merupakan pandangan ke depan yang menggambarkan arah dan tujuan pembangunan yang ingin dicapai, guna menyatukan komitmen seluruh pihak yang berkepentingan dalam pembangunan. Visi Pembangunan Propinsi Riau Visi pembangunan daerah Propinsi Riau ditetapkan berdasarkan kondisi eksternal dan internal yang mempengaruhi keberhasilan pembangunan yang akan dilaksanakan. Kondisi eksternal Propinsi Riau yang berada dalam posisi yang strategis dalam daerah lintasan pelayaran yang terpadat di dunia, bertetangga dengan negara-negara yang pertumbuhan ekonominya relatif tinggi, merupakan simpul perdagangan dunia (Singapura) dan yang memiliki potensi sumberdaya alam yang relatif terbatas. Sedangkan kondisi internal Propinsi Riau berupa kekayaan sumberdaya alam yang cukup besar, pertumbuhan ekonomi yang realtif tinggi, potensi kualitas sumberdaya manusia yang masih dapat diekembangkan, potensi wilayah yang masih dapat dikembangkan dan kondisi sarana dan prasarana yang relatif memadai. Dengan mendasarkan pada kondisi eksternal dan internal yang dimiliki, visi pembangunan daerah Propinsi Riau adalah “Terwujudnya Riau sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara 2020.”
III-1
Visi Pembangunan Kabupaten Siak Visi pembangunan daerah Kabupaten Siak berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembangunan. Faktor-faktor tersebut adalah kondisi geografis Kabupaten Siak berupa letak geografis, potensi sumberdaya alam dan potensi sumberdaya manusia, situasi dan kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan nasional dan regional, serta peluang-peluang pembangunan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi secara dominan terhadap keberhasilan pembangunan adalah GBHN, UU No. 22 Tahun 1999, UU No. 25 Tahun 1999, UU No. 28 Tahun 1999 dan UU No. 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Siak serta PP No 25 Tahun 2000. Berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh dan faktor-faktor yang dominan tersebut di atas maka visi pembangunan daerah Kabupaten Siak adalah: “Terwujudnya Kabupaten Siak sebagai pusat budaya melayu di Riau yang didukung oleh agribisnis, agroindustri dan pariwisata yang maju dalam lingkungan masyarakat yang agamis dan sejahtera pada tahun 2020”. Makna dari visi pembangunan daerah ini dapat diuraikan sebagai berikut: a. Potensi sumberdaya alam yang sangat menonjol dapat dimanfaatkan sebagai tumpuan dasar gerak pembangunan dengan mempertimbangkan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. b. Potensi pertanian dan perkebunan dalam arti luas dibinakembangkan sebagai acuan utama pengembangan kehidupan masyarakat Kabupaten Siak yang berfokus pada kegiatan agribisnis dan agroindustri. c.
Gerak pembangunan yang berfokus pada kegiatan agribisnis dan agroindustri ini, diharapkan mendorong Kabupaten Siak pada tahun 2020 menjadi pusat kegiatan tersebut di wilayah Propinsi Riau.
d. Bertumpu pada faktor sejarah Kabupaten Siak, pembangunan Kabupaten Siak mendorong kegiatan tujuan pariwisata budaya dan menjadikan Kabupaten Siak sebagai pusat budaya Melayu. 3.2. Misi Pembangunan Daerah Misi pembangunan daerah merupakan komitmen dan pedoman arah bagi pengelolaan pembangunan guna mewujudkan visi pembangunan yang telah ditetapkan.
Misi Pembangunan Daerah Propinsi Riau • Membangunan masyarakat daerah Riau yang beriman dan tertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa • Membangun masyarakat daerah Riau yang demokratis dan berkeadilan • Membangun sumberdaya insani daerah Riau yang berkualitas • Membangun ekonomi rakyat daerah Riau yang tangguh dalam kerangka pembangunan yang beerkelanjutan • Membangun seluruh wilayah daerah Riau dalam kerangka kelancaran arus barang dan roda pembangunan • Membangun pemerintah daerah yang efektif, bersih dan berwibawa • Mengembangkan kebudyaan daerah yang yang luhur dan dapat menangkal penetrasi budaya asing yang merugikan
III-2
Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Siak Untuk mewujudkan visi pembangunan daerah Kabupaten Siak masa depan, ditetapkan misi pembangunan daerah sebagai berikut: a. Membangun masyarakat yang berkualitas hidup layak dan bermartabat serta terpenuhinya kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan lapangan kerja. b. Sumber daya manusia yang berimtak dan menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. c.
Aparatur Pemerintah yang profesional, bertanggung jawab dan amanah.
d. Infrastruktur yang memadai bagi terlaksananya dinamika kehidupan rakyat. e. Berkembangnya agribisnis, agroindustri, dan pariwisata budaya sebagai basis perekonomian masyarakat. f.
Menjadikan budaya melayu dalam tatanan kehidupan masyarakat/terpeliharanya budaya melayu dalam tatanan kehidupan masyarakat.
g. Sistim dan iklim politik daerah yang demokratis dan berbudaya yang mampu menjamin terselenggaranya pembangunan daerah yang efisien dan efektif.
BAB IV
KEBIJAKSANAAN, STRATEGI DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Umum Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional harus dilaksanakan secara terpadu dan serasi serta diarahkan untuk mengembangkan daerah sesuai dengan prioritas dan potensi wilayah. Oleh karena itu, sesuai dengan kondisi wilayah Kabupaten Siak dan visi serta misi pembangunan daerah maka tujuan pembangunan daerah kabupaten Siak dalam jangka panjang adalah untuk memaju laju pertumbuhan dan mencapai kesejahteraan sosial sebagai tuntutan aspirasi masyarakat yang didukung oleh sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut, pembangunan daerah Kabupaten Siak Tahun 2002-2006 bersandarkan pada 5 pilar pemacu pembangunan yaitu: 1. Peningkatan iman dan taqwa 2. Peningkatan kesenian dan budaya 3. Peningkatan sumberdaya manusia 4. Peningkatan kesehatan dan olahraga 5. Pembangunan ekonomi yang berbasis pada kerakyatan Di samping itu juga telah ditetapkan sektor prioritas, sektor potensial dan sektor strategis yang mampu mendukung keberhasilan pembangunan daerah Kabupaten Siak. Sektor prioritas terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, sektor industri, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa. Sektor potensial adalah sektor bangunan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor pertambangan. Sektor strategis adalah sektor transportasi.
IV-1
4.2. Bidang Kepemerintahan Yang Baik Dalam mewujudkan pemerintahan daerah yang baik kebijakan pembangunan diarahkan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja aparatur pemerintah yang profesional, produktif, efektif, efisien, transparan dan akuntabel dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
4.2.1. Peningkatan Otonomi Daerah a.
Pengembangan potensi daerah secara maksimal
b.
Peningkatan kualitas dan profesionalisme aparat pemerintah dalam melayani kepentingan masyarakat
c.
Peningkatan birokrasi yang efektif, efisien, bersih dan berwibawa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
d.
Peningkatan kualitas pendidikan dan ketrampilan agar mampu melaksanakan otonomi daerah yang nyata, luas dan bertanggungjawab.
e.
Peningkatan, penguatan dan pemantapan kapasitas kelembagaan pemerintah, kelembagaan adat, tradisional.
f.
Mengembangkan struktur organisasi pemerintah yang modern dan dijalankan oleh sumberdaya manusia yang mempunyai kompetensi dalam proses pengambilan keputusan yang berorientasi pada kepentingan publik, produktivitas pelayanan masyarakat, perlindungan kepada masyarakat miskin, kemitraan antara pemerintah dan masyarakat serta peningkatan partisipasi dan prakarsa masyarakat
g.
Meningkatkan peran DPRD melalui penyediaan tenaga ahli yang diperbantukan, peningkatan kualitas masukan dalam rangka pengambilan keputusan legislasi dan pengawasan kepada pemerintah yang efektif.
4.2.2. Hukum/Perundang-Undangan/Peraturan Strategi pembangunan sektor hukum diarahkan pada peningkatan kualitas pelayanan hukum, meliputi: a.
Peningkatan pembinaan peradilan
b.
Peningkatan penegak hukum dan penyelenggaraan hukum
c.
Peningkatan penyuluhan hukum
d.
Peningkatan sarana dan prasarana hukum
e.
Peningkatan kelembagaan aparatur hukum. Kebijaksanaan pada sektor ini meliputi:
a.
Peningkatan Pembinaan Peradilan 1. Diperlukan pembinaan peradilan dilaksanakan dengan mengupayakan agar proses peradilan akan lebih cepat dan murah serta efisien dapat memberikan keadilan bagi lapisan masyarakat termasuk golongan masyarakat yang tidak mampu.
IV-2
2. Penyempurnaan administrasi peradilan. 3. Melanjutkan upaya untuk lebih mengfungsikan dan mendayagunakan tempat sidang tetap dalam rangka mendekatkan Badan Peradilan dengan pencari keadilan serta agar perkara dapat diselesaikan di tempat kasus terjadi. 4. Mendorong para hakim agar dalam pengambilan keputusan perkara selalu berdasarkan hukum yang berlaku. 5. Meningkatkan kualitas serta kemampuan profesional para hakim dari semua lingkungan peradilan. 6. Meningkatkan pengawasan terhadap penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan peradilan dalam menjalankan kekuasaan kehakiman dan pengawasan terhadap tingkah laku dan perbuatan hakim panitra juru sita di semua lingkungan peradilan dalam melaksankan tugas. b. Peningkatan Penegakan Hukum dan Penerapan Hukum 1. Memantapkan hubungan kerja sama dan penerapan hukum antara sesama aparat penegak hukum. 2. Melaksanakan penegak hukum dan penerapan secara tegas dan lugas tetapi manusiawi berdasarkan keadilan dan kebenaran. 3. Meningkatkan kegiatan operasi yustisi. 4. Meningkatkan upaya pelayanan hukum yang cepat dan murah dan menyederhanakan prosedur dan persyaratan bagi ijin yang diperlukan dalam rangka proses deregulasi. 5. Peningkatan pemberian bantuan hukum. 6. Meningkatkan pembinaan terhadap warga binaan permasyarakatan untuk menjadi warga yang mandiri dan dapat diterima kembali dalam lingkungan masyarakat. 7. Meningkatkan upaya mewujudkan fungsi lembaga permasyarakatan sebagai lembaga pendidikan dan pembangunan agar sistem permasyarakatan lebih mantap.
4.2.3. Aparatur Pemerintah a.
Peningkatan kualitas dan profesionalisme aparat pemerintah dalam melayani kepentingan masyarakat.
b.
Peningkatan birokrasi yang efektif, efisien, bersih dan berwibawa dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.
c.
Peningkatan kualitas pendidikan dan ketrampilan agar mampu melaksanakan otonomi daerah yang nyata, luas dan bertanggung jawab.
d.
Pelibatan warga masyarakat melalui wakil rakyat dengan mekanisme yang sah, konstitusional dan berbudaya dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan warga masyarakat.
e.
Menciptakan suasana kehidupan yang demokratis untuk menunjang peningkatan kualitas pembangunan dan kualitas pelayanan publik.
IV-3
f.
Peningkatan penyelenggaraan pemerintahan desa yang semakin kuat, dinamis dan bertanggung jawab.
g.
Menempatkan masyarakat, lembaga sosial masyarakat dan swasta sebagai mitra pemerintah dalam pembangunan daerah.
4.2.4. Masyarakat Sipil dan Sektor Swasta Strategi yang ditempuh untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan adalah
dengan
mengembangkan
kemitraan
antara
pemerintah
dan
swasta
dalam
rangka
penyelenggaraan publik. Untuk itu diperlukan: a.
Ketersediaan peraturan yang memberikan jaminan bagi kegiatan usaha
b.
Kesediaan masyarakat untuk berkorban jika ada kegiatan usaha baru yang membutuhkan partisipasi masyarakat
c.
Kesanggupan pihak swasta untuk menciptakan kesempatan kerja yang bersifat lokal, dan memenuhi kewajibannya untuk kepentingan umum, seperti pajak.
4.2.5. Komunikasi, Informasi dan Media Massa Kebijakan pembangunan, penerangan, komunikasi, informasi dan media massa diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat, memperkukuh persatuan dan kesatuan, membentuk kepribadian bangsa serta mengupayakan keamanan hak pengguna sarana dan prasarana informasi dan komunikasi. Kebijaksanaan ini diupayakan melalui: a.
Peningkatan pembangunan informasi dan komunikasi baik perangkat keras maupun perangkat lunak yang sejalan dengan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat proses pembangunan di segala bidang.
b.
Informasi dan komunikasi agar dapat menciptakan iklim yang mendorong tumbuhnya interaksi timbal balik yang positif dan meningkatkan kualitas peranan serta partisipasi masyarakat.
c.
Penerangan dan media massa sebagai lembaga dan sarana informasi komunikasi harus dilanjutkan dan ditingkatkan peranannya dalam membudayakan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam segala aspek kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat. Dan ikut meningkatkan kesadaran masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai wawasan nusantara.
d.
Perluasan kegiatan informasi dan media massa di seluruh daerah dimana pemanfaatan dan pengelolaan media massa, informasi dan komunikasi harus disesuaikan dengan kepentingan daerah dan tetap mengindahkan kondisi, keanekaragaman masyarakat serta kepribadian bangsa.
e.
Membangun dan mengembangkan komunikasi timbal balik antara pemerintah, pers dan masyarakat dengan forum dialog melalui televisi dan radio.
a.
Pemberdayaan dan pengembangan lembaga informasi dan Pusat Informasi Pelayanan Umum guna mendorong masyarakat sadar informasi.
IV-4
b.
Meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana kominikasi, informasi baik secara kualitas maupun kuantitasnya.
f.
Meningkatkan kualitas SDM di bidang komunikasi dan informasi melalui diklat teknis fungsional.
4.2.6. Perlindungan dan Pengamanan Masyarakat Kebijaksanaan pembangunan sektor perlindungan dan pengamanan masyarakat antara lain: a.
Meningkatkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat dengan berupaya meningkatkan pelaksanaan penegakan hukum.
b.
Meningkatkan ketertiban masyarakat dengan cara meningkatkan efektivitas aparat kamtibmas baik di desa maupun perkotaan.
c.
Meningkatkan koordinasi antar instansi dalam penanganan setiap masalah ketertiban dan keamanan.
d.
Mendorong partisipasi masyarakat dalam mengatasi masalah ketertiban dan keamanan. Strategi dan arah pembangunan sektor perlindungan dan pengamanan masyarakat ditekankan
pada upaya untuk mengatasi kondisi letak geografis yang terpencar dengan melakukan berbagai kegiatan pembangunan yang menjangkau ke seluruh pelosok wilayah yang terisolir sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat. Keberhasilan yang telah dicapai pada dekade sebelumnya telah menunjukkan adanya keinginan masyarakat dalam memanfaatkan kondisi yang aman dan tenteram ini untuk lebih maju lagi seiring dengan perkembangan jaman. 4.3. Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ketahanan Budaya
4.3.1. Kependudukan/SDM Kebijakan, strategi, dan arah pembangunan sektor kependudukan/SDM di Kabupaten Siak dirumuskan sebagai berikut : a. Pembangunan kependudukan diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk sebagai pelaku utama atau sasaran pembangunan daerah b. Pengendalian pertumbuhan penduduk terutama dilakukan untuk lebih menurunkan angka kelahiran melalui gerakan keluarga berencana mandiri, menurunkan angka kematian khususnya angka kematian anak di bawah usia lima tahun melalui program pelayanan kesehatan terpadu serta meningkatkan kesejahteraan ibu, anak, dan penduduk lanjut usia. c.
Penerangan, pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan mengenai kependudukan termasuk keluarga berencana dan keluarga sejahtera, makin ditingkatkan agar menjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda serta organisasi dan lembaga kemasyarakatan lainnya.
d. Sistem informasi kependudukan terus disempurnakan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
IV-5
4.3.2. Pendidikan a.
Pemerataan pendidikan di semua jenjang pendidikan.
b.
Meningkatkan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam semua aspek pembangunan.
c.
Mengupayakan
penyebaran
dan
pemanfaatan
teknologi
tepat
guna
untuk
mendukung
pembangunan sektor industri, pertanian dan pertambangan terutama yang dilaksanakan masyarakat pedesaan. d.
Meningkatkan peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mendukung penguatan, pendalaman, perluasan, dan proses industri.
e.
Meningkatkan sistem informasi daerah untuk memenuhi kebutuhan informasi secara tepat dan terpadu.
f.
Mengusahakan pendirian lembaga-lembaga pendidikan tinggi yang relevan dengan tuntutan pembangunan.
4.3.3. Kebudayaan a.
Pengembangan kebudayaan daerah diarahkan untuk memberikan wawasan budaya dan makna pada pembangunan nasional yang ditujukan untuk meningkatkan harkat dan martabat serta memperkuat jati diri dan kepribadian bangsa.
b.
Peningkatan kesadaran budaya dan sejarah bangsa serta kemampuan masyarakat untuk menggali nilai-nilai luhur budaya daerah, menerima nilai-nilai positif yang berasal dari luar dan memperkaya khasanah budaya bangsa di daerah.
c.
Pelestarian dan pemeliharaan nilai-nilai budaya serta peninggalan sejarah dan purbakala termasuk kawasan cagar budaya, sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.
d.
Pemantapan dan pengembangan kesenian tradisional dan kreasi baru yang didasarkan pada kepribadian nasional dan diarahkan untuk memperkaya khasanah budaya bangsa dan menunjang pariwisata.
4.3.4. Agama Strategi kebijakan pembangunan sektor agama adalah sebagai berikut: a.
Pengembangan kehidupan beragama sehingga terbina kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b.
Kualitas kerukunan hidup beragama dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa
c.
Peningkatan peran serta umat dalam pembangunan
d.
Pengalaman kehidupan beragama baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial masyarakat
e.
Peningkatan pelayanan dan kelancaran menunaikan ibadah haji bagi umat Islam.
f.
Peningkatan pendidikan agama dan keagamaan pada semua jalur dan jenjang pendidikan termasuk pra sekolah
IV-6
Kebijaksanaan pembangunan daerah untuk sektor ini meliputi: a.
Pengembangan kehidupan beragama sehingga terbinanya kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b.
Kualitas kerukunan antarumat beragama dalam rangka memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.
c.
Peningkatan peran serta umat dalam pembangunan.
d.
Peningkatan pengamalan kehidupan beragama baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial masyarakat.
e.
Peningkatan pelayanan dan kelancaran menunaikan ibadah haji bagi umat Islam.
f.
Peningkatan pendidikan agama dan keagamaan pada semua jalur dan jenjang pendidikan termasuk pra sekolah.
g.
Peningkatan keimanan, ketakwaan dan kerukunan hidup beragama.
h.
Peran serta dan partisipasi umat beragama dalam bentuk kegiatan sosial keagamaan dan kegiatan masyarakat.
4.3.5. Kesehatan Kebijaksanaan pembangunan sektor kesehatan adalah peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, terutama pada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, yang berada di pedesaan, perkotaan, daerah terpencil, padat penduduk, dan di perbatasan, melalui penyediaan prasarana dan sarana kesehatan yang memadai baik kualitas maupun kuantitas, mudah dijangkau setiap saat, memiliki mobilitas yang tinggi sehingga dapat memberikan langkah-langkah pencegahan yang lebih dini, serta adanya sistem pelayanan jaminan kesehatan yang bersifat mandiri. Strategi dan arah pembangunan sektor kesehatan adalah: a.
Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
b.
Memperluas cakupan dan mutu pelayanan kesehatan dasar serta menumbuh kembangkan sikap kemandirian dalam pemeliharaan kesehatan di lingkungan keluarga dan masyarakat.
4.3.6. Keluarga Berencana Pembangunan Gerakan Keluarga Berencana (KB) yang terkait dengan pembangunan keluarga sejahtera dilaksanakan melalui kebijaksaanaan yang serasi, terarah, terpadu dan terkoordinasi dengan pembangunan di bidang/sektor lainnya agar dapat memberikan kontribusi bagi munculnya sumber daya insani yang cerdas, terampil, dan mandiri serta yang perduli yang sanggup berpartisipasi dalam pembangunan bangsa. Strategi dan arah dalam pelaksanaan keluarga berencana, antara lain: a.
Integrasi: baik integrasi konsep KB dalam kerangka kesehatan reproduksi dan hak-hak reproduksi serta kesetaraan dan keadilan gender; integrasi kegiatan KS dengan pelayanan KB dan pemberdayaan
perempuan;
maupun
integrasi
pembangunan lainnya.
IV-7
Program
KB
dengan
program–program
b.
Desentralisasi: melalui penegasan jenis dan peringkat kewenangan; sistem dan kebijakan SDM yang mendukung (redeployment, skills dan management building); dukungan infrastruktur lintas sektoral; mekanisme pengendalian yang handal; dan pendelegasian wewenang operasional dengan pendekatan wilayah paripurna.
c.
Pemberdayaan: melalui peningkatan kapasitas pengelola dan pelaksana program KB; peningkatan kualitas kepemimpinan; pemantapan jejaring kerja program KB; pemberdayaan institusi masyarakat dalam program KB; pemberdayaan masyarakat, keluarga dan individu dalam rangka meningkatkan kemandirian; juga pemberdayaan perempuan dalam pelaksanaan program KB.
d.
Kemitraan: melalui koordinasi dalam upaya menjalin kemitraan yang tulus dan setara dengan pihak-pihak terkait; partisipasi aktif masyarakat dalam program KB; kemitraan antar lembaga pemerintah; kemitraan dengan sektor swasta dan LSM maupun lembaga internasional.
4.3.7. Mobilitas Penduduk a. Penyeimbangan penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, baik antar wilayah, antar kawasan, maupun antar pusat-pusat pertumbuhan di wilayah Kabupaten Siak. b. Pengerahan mobilitas dan persebaran penduduk harus memperhatikan kemampuan daya dukung alam dan harus sesuai dengan tata ruang yang diselenggarakan melalui pemberdayaan penduduk dan transmigrasi terutama secara swakarsa yang didukung oleh peningkatan prasarana dan sarana serta kemudahan yang menunjang pertumbuhan ekonomi di wilayah sebaran kawasan perbatasan dan pedalaman.
4.3.8. Ketenagakerjaan Kebijakan, strategi, dan arah pembangunan ketenagakerjaan dirumuskan : a. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai upaya menyeluruh dan terpadu diarahkan pada peningkatan kualitas tenaga kerja, profesionalisme, daya saing, dan kompetensi tenaga kerja agar menjadi tenaga kerja produktif sebagai dasar pembangunan produktivitas masyarakat. b. Kesadaran dan motivasi terhadap produktivitas, efisiensi, efektivitas, kewirausahaan , disiplin dan etos kerja produktif serta berdaya saing tinggi dan berwawasan luas c.
Pembinaan dan pengembangan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja untuk peningkatan kualitas tenaga kerja.
d. Perlindungan tenaga kerja yang bertumpu pada hak-hak dasar pekerja sesuai dengan hubungan industrial Pancasila e. Kebijakan pengupahan dan pengkajian didasarkan pada pemenuhan kebutuhan hidup yang layak, prestasi dan produktivitas kerja, keahlian dan profesionalisme kerja f.
Peran serta dan tanggung jawab pekerja dan serikat pekerja dalam mewujudkan produktivitas daerah terus ditingkatkan untuk lebih memantapkan keikutsertaan pekerjaan dan serikat pekerja di dalam kegiatan perusahaan
IV-8
4.3.9. Pemuda, Olahraga, Anak dan Remaja a.
Pengembangan iklim yang kondusif bagi generasi muda dalam mengaktualisasikan segenap potensi, bakat dan minat serta memberi kesempatan pemuda berperan aktif dalam keikutsertaannya melalui organisasi sosial politik dan organisasi kemasyarakatan.
b.
Pengembangan generasi muda diarahkan untuk meningkatkan kualitas generasi muda dalam kewirausahaan sesuai bakat dan ketrampilan serta kemauan untuk maju agar dapat mandiri, unggul dan berdaya saing.
c.
Perlindungan segenap generasi muda dari bahaya penyalahgunaan narkotika, obat-obat terlarang, zat adiktif dan kenakalan remaja.
d.
Pengembangan olah raga diarahkan pada peningkatan kualitas manusia dalam bidang pendidikan olahraga di sekolah dan masyarakat.
e.
Peningkatan pembibitan olahraga agar dapat diperoleh atlit yang berbobot dan memiliki prestasi.
f.
Peningkatan status gizi dan kesehatan anak dan remaja
g.
Peningkatan pendidikan anak dan remaja
h.
Peningkatan peran keluarga dan masyarakat dalam pembinaan anak dan remaja
i.
Peningkatan pembinaan dan perlindungan hukum anak dan remaja
j.
Peningkatan wawasan iptek anak dan remaja
k.
Menumbuhkan dan meningkatkan idealisme anak dan remaja
l.
Peningkatan kemampuan menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungan anak dan remaja
4.3.10. a.
Peranan Perempuan
Peningkatan peranan perempuan baik sebagai warga negara maupun sebagai sumberdaya manusia yang mempunyai hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam pembangunan di segala bidang.
b.
Peningkatan ketrampilan dan kemampuan perempuan agar dapat berperan aktif di segala bidang kehidupan.
c.
Peningkatan peranan perempuan dan organisasi perempuan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga.
4.3.11.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kebijakan, strategi, dan arah pembangunan sektor ilmu pengetahuan dan teknologi
dirumuskan sebagai berikut : a. Kebijakan pengembangan iptek diarahkan untuk mendorong pembangunan, pemanfaatan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna yang dapat meningkatkan produktivitas serta meningkatkan kerjasama yang baik dan serasi antara instansi terkait. b. Kebijakan penerapan teknik produksi dan teknologi diupayakan untuk mendorong penggunaan teknik produksi terutama teknologi tepat guna dalam rangka peningkatan produktivitas pemerataan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.
IV-9
c.
Kebijakan pembangunan sub sektor penelitian diarahkan untuk : a. Mendorong pengembangan, pemanfaatan dan pendayagunaan pengetahuan dan teknologi terutama teknologi tepat guna dalam rangka peningkatan produktivitas, pemerataan, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. b. Meningkatkan pemanfaatan hasil-hasil pembangunan c. Meningkatkan kerjasama yang baik dan serasi antar industri terkait baik pemerintah maupun swasta dalam kegiatan penelitian.
4.3.12. a.
Kesejahteraan Sosial
Pembangunan ketahanan sosial oleh dan untuk masyarakat serta pemberdayaan terhadap penyandang masalah sosial.
b.
Tersedianya mekanisme penanganan masalah sosial yang mantap melalui perbaikan terhadap sistem pencegahan dan penanggulangan permasalahan kesejahteraan sosial agar dapat mengatasi permasalahan sosial yang semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya.
c.
Terbinanya kesempatan untuk melaksanakan kewajiban ikut serta dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial.
d.
Peningkatan pemahaman masyarakat rawan bencana dan penyatunan terhadap rawan bencana dan penyantunan terhadap korban akibat bencana.
e.
Peningkatan kepedulian sosial terhadap penyandang cacat, fakir miskin dan anak terlantar serta kelompok rentan sosial.
f.
Memprioritaskan upaya pembinaan di bidang kesejahteraan sosial terhadap kelompok-kelompok masyarakat yang khususnya berdiam di pedalaman dan masih tertinggal dalam pembangunan.
g.
Pengembangan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan, keamanan dan keselamatan kerja yang memadai, yang pengelolaannya melibatkan pemerintah, perusahaan dan pekerja.
4.3.13.
Ketahanan Budaya
a. Ketahanan budaya diarahkan untuk mencapai kondisi dinamis sebagai wujud integrasi dan kondisi kehidupan budaya bangsa yang mengandung kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan budaya manusia dan masyarakat yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang mampu menangkal penetrasi budaya luar. b. Revitalisasi dan dinamisasi nilai-nilai budaya daerah agar dapat bertahan, berkembang dan dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya. c.
Mempertahankan kondisi budaya daerah dari kepunahan dan goncangan budaya yang lebih besar akibat penetrasi budaya dari luar.
d. Meningkatkan apresiasi dan rasa bangga masyarakat termasuk pendatang terhadap kebudayaan lokal dengan tetap mengakui eksistensi kebudayaan pendatang yang dapat memperkaya kebudayaan lokal.
IV-10
4.4. Bidang Ketahanan Ekonomi Daerah dan Peningkatan Pelayanan Kehidupan
4.4.1. Mempercepat Pemulihan Ekonomi a.
Mempertahankan stabilitas ekonomi
b.
Realokasi sumberdaya pembangunan
4.4.2. Memperkuat Landasan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan A. Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah 1. Meningkatkan kemampuan, daya guna dan hasil guna perangkat dan lembaga keuangan 2. Keuangan daerah dilaksanakan secara serasi dengan sektor-sektor lain dalam rangka mengembangkan hubungan dan perimbangan keuangan pusat dan daerah 3. Keuangan daerah perlu terus diupayakan peningkatannya dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi dari sumber-sumber penerimaan daerah, di samping sumber keuangan daerah yang berasal dari dana perimbangan 4. Pengeluaran daerah perlu direncanakan secara cermat berdasarkan skala prioritas sehingga memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pembangunan daerah untuk meningkatkan fungsi pelayanan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. 5. Peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat untuk membayar pajak dan retribusi secara jujur dan bertanggungjawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Pengentasan Kemiskinan Pengentasan kemiskinan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi penduduk miskin, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, peningkatan kemampuan permodalan, pengembangan usaha dan pemantapan kelembagaan usaha bersama di antara penduduk miskin. Kebijakan pokok dalam pengentasan kemiskinan diarahkan untuk memperoleh kesempatan ekonomi bagi penduduk miskin, memberdayakan penduduk miskin dan memperluas jaringan pengamanan sosial.
C. Pemberdayaan Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah 1. Mengembangkan dan mengarahkan potensi ekonomi yang ada dalam masyarakat untuk mampu berkembang menjadi sistem ekonomi yang berbasis kerakyatan dengan prinsip keadilan, berkelanjutaan, persaingan sehat, dan berwawasan lingkungan. 2. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan potensi usaha kecil, menengah, dan koperasi yang bergerak di berbagai sektor produksi barang dan jasa serta perdagangan, agar memiliki akses dalam kegiatan ekonomi pada skala makro melalui pola pendampingan dan kemitraan yang sejajar atas dasar saling membutuhkan, saling menguntungkan, dan saling mendukung. 3. Melakukan relokasi secara bertahap terhadap aset-aset produksi yang dikuasai secara berlebihan oleh kekuatan ekonomi besar yang minoritas, agar diperoleh sistem kekuatan ekonomi yang seimbang, transparan, berbasis kerakyatan, dan berkeadilan. 4. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan kawasan-kawasan maupun zona-zona industri pada daerah-daerah yang potensial dan prospektif.
IV-11
D. Penguatan Institusi Pasar Penguatan institusi pasar yang mencakup pasar barang dan jasa, modal, dan tenaga kerja, serta penguatan badan-badan usaha milik daerah sangat diperlukan agar mekanisme pasar berjalan semakin baik sehingga sumber daya pembangunan yang terbatas dapat teralokasikan secara optimal. Dalam upaya penguatan institusi pasar, dilakukan upaya untuk mempercepat pelaksanaan persaingan usaha yang sehat dan perlindungan konsumen merupakan usaha yang perlu ditempuh untuk memulihkan pelaku usaha, selain itu juga ditujukan untuk meletakkan landasan yang diperlukan sebagai prasyarat bagi proses demokratisasi persaingan usaha bagi para pelaku usaha, konsumen, dan masyarakat, sehingga dapat saling memahami dan menghargai hak dan kewajiban masing-masing dalam menjalankan perannya dalam menjalankan mekanisme pasar. Upaya memperkuat iklim kompetisi pasar ditujukan untuk mengurangi keterkaitan atau ketergantungan pada kondisi tertentu yang dapat menghambat aksesibilitas suatu pelaku usaha pada mekanisme pasar yang sehat. Selain itu, perlu dilakukan peningkatan daya saing daerah di pasar regional, nasional, dan internasional. Masyarakat dan pelaku usaha perlu melakukan usaha untuk bersama-sama dengan pemerintah memfasilitasi produsen primer agar memiliki akses yang lebih tinggi terhadap permintaan pasar. Selain itu, perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas barang dan jasa yang diperdagangkan agar dapat bersaing di pasar regional dan internasional. Pengoptimalan peran lembaga-lembaga pemberdayaan usaha dalam negeri untuk mengurangi ketertinggalan pengetahuan dan kemampuan pelaku usaha dan membuka peluang terhadap kerjasama perdagangan internasional serta pengoptimalan promosi dan pameran-pameran merupakan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk memperkuat institusi pasar.
E. Pengembangan Sistem Ketahanan Pangan 1. Perlu dikembangkan kemandirian swasembada pangan. Masyarakat diberikan kebebasan dalam menentukan aneka jenis pangan setempat, yang kemungkinan telah bermanfaat dalam memenuhi aneka sumber gizi masyarakat setempat. 2. Sosialisasi keanekaragaman sumber pangan setempat, dalam arti pengertian sumber pangan pokok tidak hanya semata-mata beras, tetapi juga tersedia yang lain, seperti jagung, umbiumbian, sagu, berbagai jenis kacang-kacangan, pisang, sukun, dan juga aneka sumber pakan protein hewani. 3. Pengkajian nilai gizi setiap jenis sumber pangan. Kandungan gizi setiap jenis sumber pakan yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat, dan yang belum dimanfaatkan perlu diteliti kandungan gizinya, sebagai alternatif cadangan sumber pangan. 4. Usaha peningkatan kualitas dan kuantitas pangan pada berbagai jenis pemanfaatan lahan, misal pertanian lahan kering dan basah, tanah hutan, dengan berbagai sistem tanamnya. 5. Upaya peningkatan sumber protein hewani dari satwa liar yang tidak dilindungi, mungkin berupa satwa liar, seperti rusa sambar, kijang, berbagai jenis unggas liar, lebah madu liar, sarang burung walet, atau satwa reptilia.
IV-12
6. Pemberdayaan kelembagaan kepada masyarakat dan individu, dalam usaha budidaya berbagai jenis sumber pangan. Masyarakat diberikan pelatihan ketrampilan dalam menernakan atau menanam aneka macam sumber pangan yang bergizi tinggi, demikian juga cara pengolahannya, serta kemungkinan pengembangannya sebagai sumber usaha. 7. Pemerintah dan lembaga-lembaga lain mungkin juga lembaga swasta, diharapkan menjadi fasilitator usaha peningkatan ketahanan pangan. Masyarakat dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam usaha memproduksi pangan dan segala aspeknya, mungkin tentang budidaya, manajemen usaha, pengolahan, pengaturan gizi, dan kelembagaan produksi pangan. 8. Perlu adanya beberapa kawasan sebagai demplot usaha ketahanan pangan dalam segala aspeknya. Adanya demplot mempermudah petani untuk menerima inovasi dan dan pembaharuan.
F. Pengembangan Industri Berdasarkan Keunggulan Kompetitif 1. Memantapkan dan meningkatkan daya saing 2. Mengembangkan iklim usaha yang kondusif, kompetitif dan non diskriminatif 3. Memberdayakan institusi pendukung mekanisme pasar barang dan jasa
4.4.3. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup diarahkan pada upaya pendayagunaan sumberdaya alam sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat harus dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggungjawab dan sesuai kemampuan daya dukungnya dengan mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat serta memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup bagi pembangunan yang berkelanjutan. Pendayagunaan sumberdaya alam yang optimal tersebut didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas, maju, produktif, profesional, iklim usaha yang sehat, serta pemanfaatan iptek dan terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidup. Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup harus selalu berpegang teguh pada asas-asas pembangunan nasional terutama asas manfaat, asas keseimbangan, asas keserasian, asas keselarasan, asas kelestarian, asas minimasi negasi (penolakan), asas minimasi dampak (dalam arti dampak negatif), serta asas ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebijaksanaan dalam pengembangan sumberdaya alam dan lingkungan hidup antara lain sebagai berikut: a.
Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup
b.
Rehabilitasi dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup
c.
Pengembangan kelembagaan, peranserta masyarakat dan kemampuan sumberdaya manusia.
4.4.4. Sumberdaya Air dan Irigasi Secara umum sumberdaya air meliputi tiga komponen pokok yaitu air hujan, air permukaan dan air tanah. Air hujan selain sebagai recharge bagi ketersediaan air permukaan dan air
IV-13
tanah,
ketersediaannya dapat dimanfaatkan langsung dengan memanfaatkan bak tampungan air dan digunakan sebagai air minum. Kondisi ketersediaan air sebagai sumberdaya yang dimanfaatkan untuk keperluan konsumsi (minum dan masak) dan untuk keperluan irigasi mengalami kendala karena ketersediaannya sangat minim dilihat dari segi kualitas. Sebagai air minum dan bahan baku airminum, air permukaan yang berupa air Sungai Siak sudah tercemar dan tidak mungkin lagi digunakan untuk keperluan tersebut. Air Sungai Siak hanya memungkinkan untuk keperluan irigasi dan transportasi air. Di lain pihak, ketersediaan airtanah secara kualitas sangat jelek karena banyak mengandung kadar besi (Fe). Ketersediaan air hujan tidak ada kendala. Arahan pemanfaatan sumberdaya air untuk air Sungai Siak adalah untuk keperluan irigasi dan transportasi air, sedangkan untuk airtanah apabila dimungkinkan dilakukan refinery dengan peralatan yang modern. Untuk jangka pendek, penyediaan air minum dilakukan dengan penampungan air hujan (PAH) dan penyaluran air pipa PDAM dari daerah lain ke Kabupaten Siak. Keperluan irigasi dengan memanfaatkan air Sungai Siak dilakukan dengan pembuatan saluran-saluran menuju kawasan pertanian dengan memperhatikan kondisi tebing sungai. Selain pemanfaatan air untuk konsumsi dan pertanian (irigasi), keberadaan Sungai Siak sebagai jalur transportasi berasosiasi dengan munculnya industri-industri di sepanjang Sungai Siak. Hal ini mengkhawatirkan adanya pencemaran air sehingga perlu kiranya dilakukan pengawasan dan pengendalian. Pengawasan dilakukan terhadap buangan air sisa produksi yang terutama dilakukan terhadap kualitas air berdasar baku mutu air. Pengendalian dilakukan dengan membatasi berdirinya industri-industri di tepi sungai. Konservasi terhadap sumberdaya air dilakukan secara terpadu berdasarkan kondisi setempat yang tercakup dalam satu kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS). Berdasarkan karakteristik fisik kawasan DAS ditentukan kawasan fungsi lindung, penyangga, dan kawasan budidaya. Selain itu untuk menjaga kelestarian alur sungai dan keamanan penggunaan lahan sekitar sungai perlu ditetapkan dan ditegaskan adanya Kawasan Sempadan Sungai. Kawasan sempadan sungai ditetapkan berdasarkan posisi sungai dalam DAS dan karakteristik fisik DAS bersangkutan.
4.4.5. Pertambangan dan Energi Pertambangan sebagai upaya pemanfaatan sumberdaya alam harus dilaksanakan, ditata dan dikembangkan secara terpadu dengan pembangunan wilayah dalam suatu kerangka tata ruang termasuk pengembangan wilayah pasca tambang. Kegiatan perencanaan dan pengembangan pertambangan baik oleh pemerintah maupun swasta menuntut tersedianya data dan informasi geologi sumberdaya mineral secara lengkap dan rinci. Dewasa ini data dan informasi yang ada belum sepenuhnya memberikan informasi secara cepat dan lengkap. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana penyediaan data dan informasi tersebut dapat tersedia secara cepat dan lengkap. Pengusahaan pertambangan bahan tambang strategis dan vital oleh perusahaan swasta besar dan oleh pemerintah memunculkan permasalahan dalam kegiatan pertambangan. Selama dalam
IV-14
proses penambangan, pembangunan sarana dan prasarana lebih diutamakan pada kawasan atau kompleks pertambangan. Hal ini menimbulkan kecemburuan pada masyarakat yang kurang dapat menikmati prasarana dan sarana terutama sarana transportasi, terlebih untuk daerah-daerah terpencil yang terisolir jauh dari pusat kegiatan dan keramaian. Tantangan yang muncul dari hal ini adalah, pembangunan sarana dan prasarana transportasi untuk masyarakat baik oleh pemerintah maupun pengusaha penambangan. Kebijakan pemerintah daerah dalam rangka pengembangan sektor pertambangan dapat dilakukan melalui inventarisasi, penelitian, pendataan dan penyebar luasan informasi, pelayanan dan pengawasan pertambangan, dan melalui kerjasama lintas sektoral dengan instansi terkait. Selain itu, koordinasi aktivitas dengan Pemda setempat mutlak diperlukan karena pemerintah daerah merupakan pihak yang bertanggung jawab pada kegiatan-kegiatan di daerahnya kepada pemerintah pusat. Untuk kegiatan pertambangan yang sudah dan masih berlangsung perlu adanya upaya peningkatan produksi yang dilakukan melalui pengelolaan yang efektif dan efisien, yang didukung oleh usaha inventarisasi, pemetaan, eksplorasi, dan eksploitasi kekayaan bahan tambang yang makin meningkat dengan menguasai dan memanfaatkan teknologi yang tepat guna. Pembangunan pertambangan dilaksanakan secara terpadu dengan pembangunan sektor lainnya terutama yang berkaitan dengan perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta pengembangan wilayah dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Pembangunan pertambangan juga diupayakan untuk makin terkait dengan pembangunan industri dalam rangka meningkatkan nilai tambah hasil tambang. Penyelenggaran usaha pertambangan dilakukan terpadu dengan pembinaan sektor lainnya disamping itu ditingkatkan perhatian terhadap kehidupan sosial ekonomi pasca tambang di daerah pertambangan dan peningkatan penanaman modal di bidang pertambangan. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengusahaan pertambangan, pembinaan pertambangan rakyat dilakukan secara terpadu melalui penyuluhan, bimbingan serta pembinaan usaha pertambangan dalam wadah koperasi.
4.4.6. Pengembangan Prasarana Pambangunan Pembangunan prasarana yang berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan diarahkan pada terwujudnya pengembangan prasarana yang handal, bermanfaat dan berkualitas tinggi. Oleh karena itu pengembangan prasarana harus dilakukan secara terpadu,
efisien
dalam
menunjang
dan
sekaligus
menggerakkan
dinamika
pembangunan,
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, serta mendukung pengembangan wilayah. Pengembangan prasarana pembangunan harus dilakukan secara terpadu dengan selalu memperhatikan tingkat pengembangan dan penyerasian serta laju pertumbuhan wilayah. Hal ini diperlukan agar pengelolaan pembangunan menjadi lebih terkoordinasi sejalan dengan karakteristik permasalahan yang ada sehingga efisiensi dan efektivitas dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan dapat diperoleh.
IV-15
Prasarana di daerah ditata dan terus disempurnakan dengan didukung kualitas sumberdaya manusia sehingga terwujud kehandalan pelayanan, keterpaduan antar sarana prasarana, serta disesuaikan dengan perkembangan ekonomi, tingkat kemajuan teknologi, kebijaksanaan tataruang dan lingkungan hidup serta tuntutan masyarakat maupun kebutuhan setiap daerah. Keberhasilan sasaran pengembangan prasarana pembangunan diupayakan dengan peningkatan kualitas fisik, keamanan, ketertiban, kenyamanan, serta kualitas pelayanan dengan meningkatkan peran serta swasta dan masyarakat dalam penyediaan prasarana tersebut. Kebijaksanaan pengembangan prasarana pembangunan pada dasarnya untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat baik secara kualitas, kuantitas maupun daya jangkaunya. Oleh karena itu kebijaksanaan yang ditempuh dalam pengembangan prasarana pembangunan di Kabupaten Siak adalah sebagai berikut: a.
Jenis fasilitas yang daya jangkau pelayanannya meliputi seluruh wilayah kota, bahkan kecamatan, ditempatkan di pusat kota secara mengelompok membentuk kawasan pusat pelayanan sosial budaya.
b.
Jenis fasilitas yang daya jangkau pelayanannya meliputi bagian wilayah kota atau unit lingkungan, ditempatkan menyebar pada masing-masing unit lingkungan dan berfungsi sebagai pengikat pusat unit lingkungan tersebut.
4.4.7. Transportasi a. Ruas-ruas jalan yang masih berada dalam kondisi rusak berat ditingkatkan menjadi jalan yang baik, dan jalan jenis permukaan tanah akan ditingkatkan menjadi jalan aspal. b. Kebijakan pembangunan di bidang lalu lintas jalan raya meliputi peningkatan prasarana, fasilitas dan keselamatan lalu lintas jalan serta sarana angkutan. Pembangunan lalu lintas dan jasa angkutan jalan raya mengutamakan peningkatan keselamatan dan penertiban lalu lintas jalan raya serta peningkatan keselamatan dan penertiban lalu lintas jalan raya serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ketentuan-ketentuan jalan raya. c.
Kebijakan pembangunan angkutan sungai diselaraskan dan merupakan kesatuan jaringan jalan raya yang berfungsi sebagai jembatan untuk menunjang kelancaran lalu lintas angkutan jalan raya. Untuk itu pembangunan lalu lintas sungai diarahkan pada penyediaan jasa angkutan yang terjangkau oleh kemampuan masyarakat.
4.4.8. Pertanahan dan Penataan Ruang A. Pengelolaan Pertanahan 1. Dilaksanakan survai pemetaan penggunaan tanah secara detail, baik secara manual maupun secara ground truth. 2. Menyusun Rencana Persediaan Peruntukkan dan Penggunaan Tanah di Kabupaten Siak untuk memenuhi kebutuhan data akan penggunaan tanah sektoral. 3. Melaksanakan monitoring atau pendataan pemanfaatan tanah yang telah diberikan kepada perusahaan.
IV-16
4. Melaksanakan sertifikasi tanah secara parsial sehingga masyarakat mempunyai bukti hak atas kepemilikan tanah mereka. 5. Melaksanakan pengukuran dan pemetaan secara parsial sehingga dapat terpasang tanda batas tanah serta proses pelayanan sertifikasi tanah menjadi lebih lancar.
B. Penataan Ruang 1. Pemantapan dan pengembangan pola tata ruang daerah 2. Pemantauan proses penyusunan, tata guna lahan, air dan sumber daya alam lainnya 3. Pengembangan pola pemanfaatan ruang laut 4. Peningkatan kelembagaan dan kemampuan aparatur penataan ruang 5. Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha 6. Peningkatan penegakkan hukum dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan penataan ruang
4.4.9. Pertanian Tanaman Pangan a. Perlu adanya kepemihakan kepada petani, dalam arti pengembangan pertanian sesuai dengan perekonomian rakyat dan ekonomi kerakyatan serta pemberdayaan ekonomi rakyat. b. Petani diberdayakan untuk terlibat dalam agrobisnis dan berdagang, sehingga petani tidak hanya menjadi produsen, tetapi juga mampu dalam berbisnis. c.
Penumbuhan sentra produksi dan perwilayahan komoditas. Di masing-masing daerah perlu pemetaan kesesuaian lahan terhadap berbagai komoditas dan daya dukung daerah. Dari peta tersebut akan dapat ditentukan perwilayahan komoditas unggulan yang mempunyai keuntungan komparatif dan daya saing. Kemudian diupayakan adanya keseragaman varietas dan mutu bibit agar produktif dan mutu seragam.
d. Peningkatan sumberdaya manusia petani di Kabupaten Siak. Kualitas sumberdaya petani dan keluarganya perlu ditingkatkan, mulai dari pendidikan (SD sampai Perguruan Tinggi terutama bagi keluarga petani) dan pendidikan khusus mengenai kewirausahaan, manajemen dan teknologi. e. Ditumbuhkembangkan pertanian yang berkelanjutan. Pembangunan pertanian di Kabupaten Siak diharapkan bisa berlangsung secara lestari. Penyelesaian limbah atau pencemaran pertanian harus ditangani secara serius, sehingga menjadi kegiatan pertanian yang ramah terhadap lingkungan. Hal ini harus menjadi suatu kebutuhan bagi semua masyarakat petani di Kabupaten Siak. Sebagai misal, erosi tanah permukaan, terbuangnya pupuk, herbisida, insektisida, pestisida, di perairan umum, limbah organik pertanian, dan lain-lain sisa limbah pertanian merupakan contoh dampak negatif sistem pertanian konvensional terhadap lingkungan.
IV-17
4.4.10. Kehutanan dan Perkebunan A. Kehutanan 1. Mengingat sumberdaya hutan memiliki fungsi utama yang antara lain, untuk (a) menunjang ekonomi baik lokal maupun nasional (hutan produksi), (b) menyediakan lahan dan ruang (hutan konversi), (c) melindungi proses-proses ekologi (hutan lindung), dan (d) melindungi kekayaan keanekaragaman sumberdaya hayati dan keindahan alam (hutan suaka alam dan taman nasional), dan khusus bagi Kabupaten Siak ada fungsi sebagai mendukung sistem sosial ekonomi budaya masyarakat setempat, termasuk sistem religi sosialnya. 2. Pengusahaan hutan yang lestari. Untuk ini perlu dilakukan kebijakan pengusahaan hutan dengan sistem perencanaan yang sesuai dengan potensi sumberdaya hutannya. Setiap pemegang hak pengusahaan hutan diwajibkan membuat perencanaan sesuai dengan daur tegakan (kelompok pohon), demikian juga diwajibkan membuat rencana karya perusahaan hutannya (RKPH). Termasuk berbagai kegiatan antara lain, kegiatan perencanaan lapangan (inventarisasi), penebangan, penanaman, pemeliharaan, pengangkutan, pembinaan masyarakat setempat, penjualan, pengolahan kayu, pengolahan limbah, dan lain-lain kegiatan yang berkaitan dengan sumberdaya hutan. 3. Hutan kemasyarakatan perlu dikembangkan sesuai dengan rencana otonomi daerah, tetapi diharapkan tidak bertentangan dengan pelestarian sumberdaya hutan. Diharapkan dengan pengembangan hutan kemasyarakatan ini, maka secara ekonomi sebagai alat yang efektif untuk memerangi kemiskinan. Selain itu sistem hutan kemasyarakatan mendorong pemerataan pendapatan dan keswadayaan, apalagi jika diintegrasikan dengan industri rakyat. Hutan kemasyarakatan merupakan suatu kekuatan integrasi, yang menyatukan nilai-nilai sosial tradisional, kelembagaan, dan norma-norma, dengan pengetahuan yang bersifat saintifik dan ilmiah. Sistem ini juga memandang kehutanan secara holistik, menyeluruh dan melingkup baik aspek ekonomi, ekologi, sosial, moral, politik, dan spriritual.
B. Perkebunan 1. Selain pengembangan perkebunan pola PIR-Bun (pola inti rakyat) perlu terus dikembangkan pola perkebunan yang diusahakan oleh komunitas setempat (masyarakat lokal). Dengan demikian harus ada kebebasan usahatani perkebunan bagi masyarakat lokal, disertai dengan berbagai fasilitas atau bantuan untuk pengembangannya, seperti halnya para petani perkebunan pola PIR. 2. Perlu adanya penguatan lembaga petani pekebun, sehingga dapat menghimpun petani agar lebih kuat dan memudahkan dalam pembinaan baik dalam hal penerapan teknologi, modal usahatani kebun maupun dalam hal pemasaran hasilnya. 3. Pengoptimalan keanekaragam jenis tanaman, sehingga sepanjang waktu para petani diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar, disamping itu guna meningkatkan pendapatan para petani. Sepanjang tahun usaha tani kebun dapat memproduksi beraneka macam komoditi sesuai dengan permintaan pasar (demand dan supply).
IV-18
4.4.11. a.
Perikanan
Sektor perikanan di Kabupaten Siak perlu dikembangkan dalam budidaya ikan tawar (perikanan darat) dan juga ikan laut (perikanan laut). Untuk itu diperlukan peningkatan kemampuan sumberdaya manusia nelayan, melalui tambahan pengetahuan dan ketrampilan, sehingga menjadi nelayan yang profesional. Pengetahuan hanya dapat diperoleh dengan belajar, membaca, berdiskusi, sedangkan ketrampilan diraih melalui pelatihan-pelatihan atau kursus. Mungkin konsep kelompencapir atau pembentukan kelompok tani nelayan merupakan media yang tepat.
b.
Pemanfaatan teknologi tepat guna. Untuk dapat menggali potensi sumberdaya kelautan yang optimal, maka diperlukan teknologi yang mutakhir. Misal dalam penentuan daerah tangkapan (fishing ground) merupakan kunci keberhasilan dalam praktek penangkapan ikan di laut atau danau. Selama ini penentuannya masih belum mengalami perkembangan yang berarti, sehingga masih banyak mengalami kegagalan tangkap yang dilakukan oleh nelayan, sebagai akibat kesalahan dalam menentukan fishing ground ini.
c.
Pemanfaatan sumberdaya perikanan darat dan laut secara lestari, dalam arti lestari sumberdayanya
juga
termasuk
lestari
usaha
dan
pemanfaatannya.
Dalam
melakukan
pemanfaatan sumberdaya kelautan, sungai dan danau, haruslah mengacu pada pembangunan yang berkesinambungan, pemanfaaatan pada batas lestari. Pemanfatan dengan alat yang tidak ramah lingkungan harus dihindari, seperti penangkapan dengan tuba, bahan racun (potasium
sianida), bahan peledak (dinamit), listrik (setrum), atau dengan jaring yang dapat menguras segala macam sumberdaya hayati perairan.
4.4.12. Peternakan a.
Usaha peternakan dipilih pada ternak-ternak yang telah dikenal dan dikuasai oleh masyarakat, sehingga akan lebih mudah dikembangkan. Demikian juga kaitannya dengan agribisnis sektor peternakan mungkin akan lancar, karena masyarakat telah memiliki pengalaman.
b.
Usaha peternakan perlu dipadukan dengan program-program kegiatan sektor-sektor lain, seperti dengan sektor pertanian, atau dengan sektor kehutanan, atau perkebunan. Berbagai perpaduan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
bawah, demikian juga
mengoptimalkan pemanfaatan lahan, atau dengan sistem multiple use land. c.
Perlu diperhatikan usaha peternakan yang berwawasan ramah terhadap lingkungan, sehingga dampak negatif adanya limbah peternakan dapat diminimalkan. Seperti contohnya, limbah kotoran hewan (limbah organik) yang terbawa air pemukaan ke sungai, ke danau, atau ke badan air alami (natural water body). Kerusakan habitat perlu dipantau, dan direhabilitir, karena adanya pemanfaatan lingkungan yang melebihi kemampuannya, seperti adanya over-grazzing, atau jumlah ternak melebihi daya dukung padang penggembalaa (grazzing ground).
IV-19
4.4.13. Industri a.
Pembangunan diarahkan untuk penguatan struktur ekonomi yang lebih baik dan menciptakan keterkaitan yang mendukung dan menguntungkan antara sektor, strata usaha dalam memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, mendukung ekspor non migas dan pariwisata sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan mendukung laju pertumbuhan ekonomi.
b.
Pembangunan industri diarahkan untuk menumbuhkembangkan industri kecil, industri rumah tangga dan industri pedesaan dengan peningkatan ketrampilan, penguatan modal, peralatan, magang dan manajemennya.
c.
Pembangunan industri diarahkan dapat memanfaatkan dan mengolah bahan lokal dari hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor dengan penguasaan teknologi sehingga dapat memenuhi kebutuhan secara kuantitas dan kualitas
d.
Pembangunan industri diarahkan dapat dilkembangkan dengan teknologi tinggi dengan memanfaatkan potensi daerah yang ada dan mempunyai nilai strategis
e.
Pembangunan dan pengembangan industri diarahkan dapat menjalin kemitraan yang lebih mantap, saling mendukung, saling membutuhkan dan saling menguntungkan antara industri kecil, industri rumah tangga dan industri pedesaan serta industri besar maupun dengan usaha swasta dan usaha pemerintah.
f.
Pembangunan dan pengembangan industri diarahkan tetap berwawasan lingkungan dan dapat meningkatkan peran serta dan pendapatan bagi masyarakat.
g.
Pembangunan dan pengembangan suatu industri harus memenuhi syarat UKL dan UPL maupun AMDAL harus tetap dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
4.4.14. Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah a.
Melanjutkan dan lebih mengembangkan lagi program industrialisasi yang sesuai dengan kondisi dan potensi Kabupaten Siak, terutama terhadap industri-industri yang mengolah hasil pertanian beserta turunannya agar dapat memberikan nilai tambah yang maksimal, perluasan kesempatan kerja, dan memberikan spesifikasi yang cukup tajam terhadap keunggulan komparatif daerah.
b.
Mendorong pertumbuhan dan perkembangan potensi usaha kecil, menengah dan koperasi yang bergerak di berbagai sektor produksi barang dan jasa serta perdagangan.
c.
Reformasi dan rekonstruksi terhadap sistem perjanjian dengan pihak ketiga dalam pengelolaan potensi sumberdaya alam yang meliputi kekayaan hutan, bahan tambang dan galian, minyak dan gas bumi, dan sebagainya agar diperolehnya manfaat yang seimbang, adil, dan proporsional baik bagi daerah maupun masyarakat Kabupaten Siak.
d.
Mengembangkan dan mengarahkan potensi ekonomi yang ada dalam masyarakat untuk mampu tumbuh dan berkembang menjadi sistem ekonomi yang berbasis kerakyatan dengan prinsip keadilan, berkelanjutan, persaingan sehat, dan berwawasan lingkungan.
IV-20
4.4.15. Pariwisata a.
Pengembangan kebudayaan daerah diarahkan untuk memberikan wawasan budaya dan makna pada pembangunan nasional yang ditujukan untuk meningkatkan harkat dan martabat serta memperkuat jati diri dan kepribadian bangsa.
b.
Peningkatan kemampuan masyarakat menggali nilai-nilai luhur budaya daerah, menerima nilainilai positif yang berasal dari luar dan memperkaya khasanah budaya bangsa di daerah.
c.
Pelestarian nilai-nilai budaya serta peninggalan sejarah dan purbakala termasuk kawasan cagar budaya, sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.
d.
Pemantapan dan pengembangan kesenian tradisional dan kreasi baru yang bernafaskan kepribadian nasional diarahkan untuk memperkaya khasanah budaya bangsa dan menunjang terjaga dan teratur dengan undang-undang.
e.
Menerapkan indikator yang memungkinkan pelestarian kemampuan keterbaharuan dalam pengelolaan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui untuk mencegah kerusakan yang tidak baik.
4.4.16. Transmigrasi Kebijakan, strategi, dan arah pembangunan sektor transmigrasi di Kabupaten Siak dirumuskan sebagai berkut : a. Perencanaan yang lebih terpadu antar sektor pembangunan b. Lebih mendorong pelaksanaan transmigrasi swakarsa secara teratur dan terarah. c.
Penataan kembali penggunaan, penguasaan dan pemilikan lahan (tanah)
d. Peningkatan pembinaan usaha tani. e. Penyempurnaan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan koordinasi penyelenggaraan transmigrasi. Berdasarkan pokok-pokok kebijakan tersebut kemudian diteatapkan langkah-langkah strategi sebagai berikut : a. Program penempatan transmigrasi lebih dipadukan dengan prasarana pendukungnya. b. Prioritas pembangunan transmigrasi diarahkan pada transmigrasi swakarsa dengan Pola Perkebunan melalui sistem PIR dengan komoditas karet, kelapa sawit dan kelapa hibrida. c.
Untuk pola tanaman pangan akan dikasanakan sesuai dengan dukungan sarana irigasi Pola-pola usaha lain seperti jasa industri harus mendapat perhatian dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pembinaan transmigrannya.
d. Peningkatan pelaksanaan transmigrasi swakarsa e. Peningkatan penataan dan pembinaan usaha tani transmigran dan masyarakat sekitarnya. f.
Peningkatan pembinaan motivasi bekerja melalui pelatihan-pelatihan khusus, sesuai kebutuhan yang realistis
g. Peningkatan koordinasi dan kerjasama dengan Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah dalam usaha mengatasi perbaikan jalan dan jembatan di lingkungan lokasi transmigrasi.
IV-21
4.4.17. Peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan Kebijakan, strategi, dan arah pembangunan sektor ilmu pengetahuan dan teknologi dirumuskan sebagai berikut: a.
Meningkatkan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam semua aspek pembangunan.
b.
Mengupayakan
penyebaran
dan
pemanfaatan
teknologi
tepat
guna
untuk
mendukung
pembangunan sektor industri, pertanian dan pertambangan terutama yang dilaksanakan masyarakat perdesaan c.
Meningkatkan peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mendukung penguatan, pendalaman, perluasan, dan proses industri.
d.
Meningkatkan sistem informasi daerah untuk memenuhi kebutuhan informasi secara tepat dan terpadu
e.
Mengusahakan pendirian lembaga-lembaga pendidikan tinggi yang relevan dengan tuntutan pembangunan seperti fakultas kedokteran, politeknik dan sebagainya.
4.4.18. Pengembangan Ketenagakerjaan Kebijakan, strategi, dan arah pembangunan ketenagakerjaan dirumuskan: a.
Pembinaan iklim bagi perluasan lapangan kerja, meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
b.
Peningkatan kualitas tenaga kerja
c.
Pendayagunaan tenaga kerja produktif
d.
Pengembangan kesejahteraan tenaga kerja
4.4.19. Dunia Swasta a.
Pembentukan lembaga baik pemerintah maupun swasta yang profesional dalam pengelolaan penanaman modal daerah
b.
Pengembangan penanam modal diarahkan untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran dengan menciptakan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja sesuai potensi daerah berwawasan lingkungan
c.
Pembangunan dan pengembangan penanaman modal diarahkan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat, memperkuat pembiayaan pembangunan daerah.
d.
Pengembangan penanaman modal harus dapat dicegah adanya berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakat yang merugikan masyarakat.
e.
Pengikatan kerjasama antar koperasi, pengusaha swasta dan dan badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah melalui sistem kemitraan usaha.
f.
Pengembangan usaha informal dan tradisional sebagai ekonomi rakyat, perlu terus dibina dan dilindungi agar tumbuh menjadi unsur ekonomi rakyat yang tangguh dan mandiri serta mampu berperan dalam penciptaan usaha dan lapangan kerja.
g.
Pembinaan usaha ekonomi rakyat diutamakan pada peningkatan kewirusahaan, penyediaan sarana dan prasarana, bimbingan penyuluhan dan pelatihan serta fasilitas permodalan sehingga dapat meningkatkan usahanya.
IV-22
4.5.
Bidang Pemberdayaan Masyarakat
4.5.1. Masyarakat Sipil (Swasta, LSM, Masyarakat Umum) a.
Peningkatan akses masyarakat pada asset produksi, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat dan kemitraan usaha ekonomi rakyat dan menyediakan prasarana pendukung kegiatan produksi yang memadai
b.
Penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
c.
Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat
d.
Memberi kesempatan yang luas pada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan sosial, mengurangi
peran
birokrasi
dan
mengembangkan
kemampuan
pendampingan
kepada
masyarakat.
4.5.2. Pembangunan Daerah A. Pengembangan Ekonomi Daerah dan Wilayah 1.
Meningkatkan kapasitas pembangunan daerah untuk mengembangkan ekonomi daerah dan wilayah dilaksanakan melalui pendekatan pembangunan wilayah dengan mendasarkan pada keunggulan kompetitif masing-masing wilayah.
2.
Dalam penyelesaian masalah pokok pembangunan harus selalu melibatkan masyarakat secara langsung dan aktif mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemanfaatannya.
3.
Meningkatkan aksesibilitas untuk memperlancar aliran investasi dan produksi dan menciptakan keterkaitan ekonomi antar wilayah yang saling mendukung
4.
Mendorong pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang belum tergali di wilayah yang relatif tertinggal dan menciptakan perkembangan kawasan potensi ekonomi baru
5.
Meningkatkan kelangsungan kegiatan usaha yang sudah ada di sentra-sentra produksi di daerah yang relatif maju sebagai andalan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat di daerah
6.
Meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam mengembangkan daya tarik investasi berdasarkan keunggulan komaparatif dan kompetitif masing-masing daerah sesuia dengan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan lokasi geografisnya.
B. Pembangunan Perkotaan dan Permukiman 1. Pembangunan Perkotaan a. Mengembangkan dan memantapkan sistem perkotaan b. Meningkatkan kemampuan dan produktivitas kota c. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia d. Memantapkan kelembagaan perkotaan e. Melembagakan pengelolaan pembangunan yang terencana dan terpadu f. Memantapkan perangkat peraturan pendukung pembangunan perkotaan g. Meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan sosial perkotaan
IV-23
2. Pembangunan Permukiman a. Pemugaran perumahan di perkotaan, perbaikan lingkungan pasar, peremajaan permukiman terutama kawasan kumuh. b. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam usaha penyediaan perumahan dan pelayanan perkreditan untuk pemilikan rumah. c. Meningkatkan dan memperluas pelayanan air bersih baik dengan sistem perpipaan maupun non perpipaan, sesuai target nasional yaitu 80% untuk pelayanan perkotaan dan 60% untuk pelayanan perdesaan. d. Memadukan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan saluran drainase dengan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan jalan kota, pengendalian banjir, pengelolaan sampah, perbaikan lingkungan permukiman dan pembangunan kawasan permukiman baru. e. Memberikan pembinaan teknis pengelolaan sampah dan bantuan peralatan serta fasilitas pendukungnya untuk daerah yang benar-benar memerlukan. f. Menunjang program kali bersih melalui peningkatan pengelolaan sampah di sepanjang badan sungai.
4.5.3. Pembangunan Kecamatan a.
Pemantapan fungsi ibu kota kecamatan sebagai pusat pelayanan dengan mengembangkan sektor sekunder dan tertier yang terkait dengan produk hinterlandnya.
b.
Peningkatan kapasitas aparatur kecamatan, baik kualitas maupun kuantitasnya, sehingga mampu memenuhi permintaan pelayanan masyarakat, sesuai dengan peningkatan kebutuhannya. Termasuk di dalamnya adalah penyediaan sistem informasi wilayah yang baik.
c.
Peningkatan kapasitas orgainsasi pemerintahan kecamatan, sesuai dengan permintaan tingkat layanan masyarakat.
d.
Pemberdayaan organisasi sosial kemasyarakatan (LSM), sehingga mampu menjadi jembatan penyambung aspirasi masyarakat dengan pemerintah serta sebagai lembaga pengontrol kegiatan pemerintah maupun masyarakat. Proses ini akan menjamin berjalannya bottom up planning secara nyata.
4.5.4. Pembangunan Perdesaan a.
Pembangunan perdesaan dan masyarakat perdesaan terus didorong melalui peningkatan koordinasi pembangunan sektoral, pengembangan kemampuan sumberdaya manusia dan kelembagaan desa serta pemanfaatan sumberdaya alam yang dimiliki dalam usaha mempercepat peningkatan perkembangan desa.
b.
Peningkatan kelembagaan desa dan organisasi kemasyarakatan, penanggulangan kemiskinan, perlindungan sosial dan peningkatan keswadayaan masyarakt.
c.
Percepatan pembangunan di daerah-daerah tertinggal, daerah pedalaman dan daerah pantai sesuai dengan aspirasi, kemampuan dan akar budaya masyarakat.
IV-24
BAB V PELAKSANAAN PEMBANGUNAN 5.1. Umum Krisis nasional yang dihadapi bangsa Indonesia di penghujung abad 20 tidak lepas dari kegagalan dalam mengembangkan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara dan pengelolaan pembangunan yang kurang mengindahkan prinsip-prinsip good governance. Untuk keluar dari krisis multidimensi yang dialami bangsa Indonesia, telah dilakukan upaya melalui reformasi di segala bidang dan pada saat ini telah mulai menunjukkan perubahan-perubahan mendasar di berbagai bidang. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, diharapkan dapat menjadi titik tolak pemberdayaan pemerintah daerah sehingga memiliki inisiatif, kreativitas dan produktivitas yang tinggi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan mesyarakat daerah. Selanjutnya untuk mendorong pemerintahan daerah agar lebih mampu melaksanakan pembangunan daerah secara efektif, efisien, demokratis dan partisipatif, maka pengelolaan sumberdaya pemerintahan
pembangunan dan
yang
pengelolaan
sentralistik
harus
pembangunan
dihindarkan
daerah
mampu
sehingga
penyelenggaraan
mendorong
berkembangnya
kemampuan aparat dan kelembagaan pemerintah daerah yang dapat meningkatkan fungsi pelayanan umum dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. 5.2. Paradigma Baru Pembangunan Daerah Pembangunan daerah merupakan rangkaian upaya pembangunan oleh seluruh masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan UndangUndang dasar 1945, yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pembangunan daerah dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap, berlanjut dan merata di seluruh wilayah, serta benar-benar dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat sebagai perbaikan tingkat hidup yang berkeadilan sosial. Membangun Siak ke depan dalam paradigma baru adalah menjadikan kabupaten ini sebagai wilayah yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat Kabupaten Siak secara komprehensif, baik dalam keterlibatan pembangunan daerah yang berkelanjutan (sustainable development) maupun keterlibatan secara penuh dalam berbagai aktivitas kehidupan ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan. Pembangunan daerah dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama dalam pembangunan dan pemerintah wajib untuk mengarahkan, membimbing dan menciptakan suasana yang menunjang peran serta aktif seluruh masyarakat.
V-1
5.3. Asas Pelaksanaan Pembangunan
A. Prinsip Good Governance Pola-pola penyelenggaraan pemerintahan yang cenderung sentralistik dan kurang peka terhadap perkembangan ekonomi, sosial dan politik masyarakat harus ditinggalkan dan diarahkan seiring dengan tuntutan masyarakat yang menghendaki penyelenggaraan pemerintahan yang menjamin kepastian hukum, keterbukaan, profesional dan akuntabel, pemerintahan yang menghormati hak-hak asasi manusia dan pelaksanaan demokrasi, pemerintahan yang dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat tanpa diskriminasi, serta pemerintahan yang mengakomodasikan kontrol sosial masyarakat. Tuntutan masyarakat yang tergambar di atas dapat terwujud apabila tercipta suatu sistem kepemerintahan yang baik, dimana secara utuh dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang memungkinkan terjadinya mekanisme penyelenggaraan pemerintahan daerah yang efisien dan efektif dengan menjaga sinergi yang konstruktif di antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut: a. Prinsip Kepastian Hukum
Untuk mendukung prinsip tersebut, maka perlu diupayakan: ●
Sistem hukum yang benar dan adil, meliputi hukum nasional, hukum adat dan etika kemasyarakatan.
●
Pemberdayaan
pranata
hukum,
meliputi
kepolisian,
kejaksaan,
pengadilan,
lembaga
pemasyarakatan, asosiasi bantuan hukum, pengacara, dan lain-lain. ●
Desentralisasi dalam penyusunan peraturan perundang-undangan, pengambilan keputusan publik dan lain-lain yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas.
●
Pengawasan masyarakat yang dilakukan oleh DPR, dunia pers dan masyarakat umum secara transparan, adil dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Prinsip Keterbukaan
Untuk mendukung prinsip tersebut, maka perlu diupayakan: ●
Menumbuhkan iklim yang kondusif bagi terlaksananya asas desentralisasi dan transparansi.
●
Menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, seperti hak untuk hidup layak, hak akan rasa aman dan nyaman, persamaan kedudukan dalam hukum, dan lain-lain.
●
Memberikan informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif.
c. Prinsip Akuntabilitas
Untuk mewujudkan prinsip tersebut perlu diupayakan: ●
Prosedur dan mekanisme kerja yang jelas, tepat dan benar, yang diatur dalam perundangundangan, dengan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat.
●
Mampu mempertanggungjawabkan hasil kerja, terutama yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat umum.
●
Memberikan sanksi yang tegas bagi aparat yang melanggar hukum.
V-2
d.
Prinsip Profesionalitas Untuk mendukung prinsip tersebut, maka perlu diupayakan: ●
Sumberdaya manusia aparatur yang memiliki profesionalitas dan kapabilitas yang memadai, netral serta didukung dengan etika dan moral sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.
●
Memiliki kemampuan kompetensi dan kode etik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
●
Menerapkan prinsip “merit system” di lingkungan birokrasi.
●
Memodernisasi administrasi negara dengan mengaplikasikan teknologi telekomunikasi dan informatika yang tepat guna.
B. Asas Pelaksanaan Asas pembangunan daerah adalah prinsip pokok yang harus diterapkan dan dipegang teguh dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah. Asas-asas pembangunan daerah Kabupaten Siak adalah sebagai berikut: a.
Asas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; bahwa segala usaha kegiatan pembangunan daerah dijiwai, digerakkan, dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral dan etik dalam rangka pembangunan yang menyeluruh dan berkelanjutan.
b.
Asas manfaat; bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan daerah harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, serta mengutamakan kelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam rangka pembangunan yang menyeluruh dan berkelanjutan.
c.
Asas demokrasi; bahwa upaya mencapai tujuan pembangunan nasional dan daerah harus dilakukan dengan semangat kekeluargaan yang bercirikan kebersamaan, gotong royong, persatuan dan kesatuan serta musyawarah untuk mencapai mufakat.
d.
Asas adil dan merata; bahwa pembangunan daerah harus diselenggarakan merata di semua lapisan masyarakat dan seluruh wilayah dan setiap warganegara berhak memperoleh kesempatan berperan dan menikmati hasil-hasil secara adil dan merata.
e.
Asas
keseimbangan,
pembangunan
daerah
keserasian harus
dan ada
keselarasan keseimbangan
dalam antara
perikehidupan; berbagai
bahwa
kepentingan,
dalam yaitu
keseimbangan, keserasian dan keselarasan antara kepentingan dunia dan akhirat, material dan spiritual, jiwa dan raga, serta individu, masyarakat dan negara. f.
Asas supremasi hukum; bahwa dalam penyelenggaraan pembangunan daerah maka setiap warganegara dan setiap aparatur pemerintah harus taat hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran, serta menjamin kepastian, ketertiban dan tegaknya hukum.
g.
Asas kemandirian; bahwa pembangunan daerah berlandaskan pada kepercayaan, kemampuan dan kekuatan sendiri, serta bersendikan kepada kepribadian bangsa Indonesia.
V-3
h.
Asas kejuangan; bahwa dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, aparatur daerah dan masyarakat harus memiliki mental, tekad, jiwa dan semangat pengabdian serta ketaatan dan disiplin yang tinggi dengan lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
i.
Asas ilmu pengetahuan dan teknologi; bahwa penyelenggaraan pembangunan daerah perlu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mendorong pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara seksama dan bertanggungjawab dengan memperhatikan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
j.
Asas ekonomi; bahwa semua urusan pemerintahan yang telah diserahkan kepada daerah dalam rangka otonomi daerah, harus dilaksanakan secara nyata dan bertanggungjawab, dalam rangka pemberdayaan masyarakat, lembaga-lembaga ekonomi, politik, hukum, keagamaan, adat dan swadaya masyarakat, serta seluruh potensi masyarakat di daerah Kabupaten Siak.
k.
Asas prioritas; bahwa karena adanya keterbatasan sumberdaya maka setiap pelaksanaan pembangunan akan selalu memperhatikan skala prioritas, dengan mendahulukan yang lebih penting dan kepentingan masyarakat banyak.
l.
Asas reformasi; bahwa dalam era reformasi maka semua kegiatan pembangunan bangsa, yang telah ditetapkan secara demokratis dan memperhatikan aspirasi dan kepentingan masyarakat banyak, harus dilaksanakan secara jujur, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat (akuntabilitas publik).
BAB VI PENUTUP 1.
Dengan adanya Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak yang mencerminkan tujuan, visi, misi, kebijakan arah dan strategi pembangunan daerah Kabupaten Siak, diharapkan upaya pembangunan daerah dalam kurun waktu lima tahun (2002-2006) dapat diformulasikan secara jelas.
2.
Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak tahun 2002-2006, pelaksanaanya ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Siak, untuk selanjutnya dijabarkan dalam Program Pembangunan Daerah Kabupaten Siak tahun 2002-2006.
3.
Berhasilnya usaha-usaha pembangunan di Kabupaten Siak, sangat tergantung pada partisipasi seluruh rakyat serta sikap mental, tekat, semangat, ketaatan, disiplin, serta profesionalisme aparatur
Pemerintah
Daerah
Kabupaten
Siak.
Semua
kekuatan
sosial,
politik,
organisasi/kelembagaan masyarakat, perlu menyusun programnya sendiri fungsi dan kemampuan masing-masing dalam melaksanakan Pola Dasar Pembangunan Daerah. 4.
Untuk operasionalnya perlu dikembangkan peran aktif masyarakat guna mendukungnya, sehingga wujud dari peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus sebagai pelaksanaan otonomi daerah disamping perwujudan kepemerintahan yang baik di Kabupaten Siak.
VI-1