PERANCANGAN BOX UNDERPASS DENGAN MENGGUNAKAN METODE KEKUATAN BATAS (ULTIMATE DESIGN) 1
Sigit Dwi Prasetyo Email:
[email protected] Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma, Jakarta 2
Sulardi Email:
[email protected] :
[email protected]
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma, Jakarta
ABSTRAK: Karya Ilmiah box underpass bertujuan untuk merancang box underpass dan merancang beban jacking yang digunakan pada proses pemasangan box underpass. Metode yang digunakan dalam merancang box underpass ini adalah metode kekuatan batas (ultimate design). Box underpass dirancang dengan tebal 60 cm untuk pelat lantai atas, pelat lantai pondasi, dan pelat dinding. Bahan yang digunakan adalah beton mutu K-500 dan baja tulangan dengan mutu BjTD 40. Dalam karya ini, analisis struktur dilakukan dengan menggunakan metode distribusi momen. Gaya dalam yang didapat digunakan untuk menghitung penulangan dan kontrol serviceability. Pada pelat lantai atas, tulangan pokok yang digunakan adalah D36 – 200, sedangkan tulangan bagi yang digunakan adalah D22 – 300. Pada pelat lantai pondasi, tulangan pokok yang digunakan adalah D36 – 250, sedangkan tulangan bagi yang digunakan adalah D22 – 350. Pada pelat dinding, tulangan pokok yang digunakan adalah D32 – 200, tulangan bagi yang digunakan adalah D19 – 350, sedangkan tulangan geser yang digunakan adalah D19 – 500. Dari kontrol defleksi didapatkan nilai L/Δ sebesar 244,026. Dari kontrol retak lentur, didapatkan lebar retak maksimum sebesar 0,0105 in. Kata Kunci : Box Underpass, Beton, Penulangan, Beban Jacking ABSTRACT: This Sincetific work about box underpass design has a purpose to design box underpass and design jacking force for box underpass indtallation. The method of box underpass designing is ultimate design method. Box underpass designed for a 60 cm thick for top slab, foundation slab, and wall plates. And used K-500 quality of concrete, and BjTD 40 quality of reinforcement steel. In this case, structural analysis performed using moment distribution method. Moment, shear, and axial force is used to calculate the reinforcement and control of serviceability. For top slab, main bar used is D36 – 200, while support bar used is D22 – 300. For the foundation slab, main bar used is D36 - 250, while support bar used is D22 – 350. For the wall plate, the main bar used was D32 - 200, support bar used is D19 - 350, while the shear bar used is D19 - 500. From deflection control, L / Δ is 244,026. From flexural crack controls, crack width maximum is 0,0105 in. Keywords: Box Underpass, Concrete, Reinforcement
1
PENDAHULUAN Kebutuhan akan transportasi sangat besar. Apalagi di negara seperti Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang besar, pasti transportasi menjadi satu perhatian khusus. Tanpa adanya transportasi yang baik dan memadai, akan membuat mobilitas kota menjadi terhambat. Dan jika mobilitas sudah terhambat, akan berpengaruh pada sektorsektor lain. Kendala yang paling besar pada transportasi di Indonesia, khususnya Jakarta adalah kemacetan. Faktor terbesar yang menyebabkan kemacetan ini adalah semakin banyaknya kendaraan namun tidak diimbangi dengan penambahan jumlah jalan, sehingga jalan yang ada tidak mampu menampung volume kendaraan yang ada. Ketidakmampuan ini membuat penumpukan di jalan, sehingga terjadi antrian kendaraan yang panjang atau biasa disebut sebagai kemacetan.Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan alternatif jalan penghubung pada salah satu jalur tersebut. Alternatif yang dilakukan adalah membangun underpass. Tujuan penulisan dari tugas akhir ini adalah merancang box underpass dengan menggunakan metode kekuatan batas (ultimate design) Pada penulisan tugas akhir ini, pembahasan dibatasi pada: 1. Merancang desain box underpass. 2. Metode perhitungan yang digunakan adalah metode kekuatan batas (ultimate design). 3. Data yang digunakan merupakan data primer dari proyek pembangunan Box Underpass Cibubur. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk merancang box underpass atau box culvert. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ir. M. Noer Ilham., MT, Kazik Rassalski, serta B.N. Sinha. Untuk itu diperlukan penelitian lanjutan untuk melanjutkan atau merevisi penelitian yang sudah ada sebelumnya dengan standarstandar yang sudah diperbaharui.
TINJAUAN PUSTAKA Underpass adalah jalan melintang di bawah jalan lain atau persilangan tidak sebidang dengan membuat terowongan di bawah muka tanah. Diperlukan konstruksi yang tepat dalam pelaksanaan jalan underpass. Konstruksi underpass merupakan suatu galian dengan konstruksi struktur penahan tanah dalam posisi vertikal. Sistem box tunnel / box underpass dipakai pada proyek underpass. (tekniksipil.blogspot.com, 2013) Box underpass adalah sebuah panel terowongan dengan ukuran tertentu sebagai tempat lewatnya kendaraan pada underpass. Box underpass ini harus kedap air dan kedap suara. Kedap air supaya air dari atas tidak merembes ke dalam box. Kedap suara supaya suara bising dari lalu lintas diatasnya tidak terdengar sampai ke dalam box. Pembebanan Suatu struktur bangunan, baik itu bangunan tinggi, jembatan, atau underpass sekalipun harus direncanakan untuk dapat memikul beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut, diantaranya beban gravitasi dan beban lateral. Beban gravitasi yang bekerja pada struktur meliputi beban mati dan beban hidup. Beban mati yang bekerja pada struktur diakibatkan oleh berat struktur sendiri serta berat tambahan seperti berat tanah diatas underpass. Sedangkan yang termasuk beban lateral adalah beban tanah dan beban gempa. Beban-beban yang dihitung dalam perancangan ini adalah berat sendiri, beban mati tambahan, beban lalu lintas, beban rem, tekanan tanah, beban angin, pengaruh temperatur, dan beban gempa. Peraturan pembebanan yang digunakan adalah RSNI T02-2005. Metode Kekuatan Batas Pada metode kekuatan batas (ultimate design), service loads diperbesar, dikalikan suatu faktor beban dengan maksud untuk 2
memperhitungkan terjadinya beban pada saat keruntuhan telah diambang pintu. Kemudian dengan menggunakan beban kerja yang sudah diperbesar (beban terfaktor) tersebut, struktur direncana sedemikian sehingga didapat nilai kuat guna pada saat runtuh yang besarnya kira-kira lebih kecil sedikit dari kuat batas runtuh sesungguhnya. Kekuatan pada saat runtuh tersebut dinamakan kuat ultimit dan beban yang bekerja pada atau dekat dengan saat runtuh dinamakan beban ultimit. (Edi Kurniadi, 2012)
tahapan ini akan menghabiskan waktu yang lama juga melelahkan sehingga menjadi rawan kesalahan (human error). Semakin rumit model struktur, semakin rumit pula analisis strukturnya, sehingga semakin banyak pula waktu, konsentrasi, tenaga yang dibutuhkan. Selain itu jika ada perubahan nilai koefisien, perubahan nilai beban misalnya, maka perhitungan harus diulang lagi dari awal. METODE PERENCANAAN Box underpass direncanakan dengan menggunakan metode kekuatan batas (ultimate design). Metode ini dipilih dengan pertimbangan untuk menghidari perbedaan yang tidak diinginkan pada beban, menghidari ketidaktepatan perkiraan pengaruh pembebanan, serta menghindari jika terjadi perbedaan ketepatan dimensi pada saat pelaksanaan. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam perancangan box underpass ini digambarkan pada diagram alir seperti yang tergambar pada gambar 1.
Analisis Struktur Konvensional Analisis struktur konvensional atau manual adalah analisis struktur tanpa menggunakan bantuan program komputer. Secara umum, analisis ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu : 1. Analisis struktur. 2. Analisis desain penampang sesuai bahan yang direncanakan seperti baja, beton, kayu atau yang lain. Analisis struktur sendiri bisa menggunakan berbagai metode misalnya Clayperon, Cross, Takabeya, Mutoh, Matrix, dan lain-lain. Secara garis besar, semua metode dalam analisis struktur tersebut melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Menentukan geometri model struktur. 2. Menetapkan beban yang bekerja pada model struktur. 3. Menentukan angka kekakuan berdasarkan pada modulus elastisitas (E) bahan dan momen inersia (I) yang tergantung dari ukuran dan posisi penampang. 4. Menghitung momen primer. 5. Analisis struktur dengan metode tertentu. 6. Menghitung momen maksimum. 7. Menggambarkan bidang momen, geser dan aksial. Salah satu kelemahan dari perancangan struktur secara konvensional adalah banyaknya hal yang harus dilakukan dengan ketelitian tinggi melalui perhitungan yang cukup rumit terutama pada bagian analisis struktur meskipun sudah diambil beberapa penyederhanaan. Banyaknya 3
Gambar 1 Diagram Alir Perancangan Box Underpass ANALISIS Berikut adalah denah lokasi dari box underpass dan potongan dari box underpass yang akan di analasis pada bab ini. denah lokasi bisa dilihat pada gambar 2. Sedangkan potongan box underpass bisa dilihat pada gambar 3. Gambar 4Pemodelan Struktur Box Underpass Pembebanan Kombinasi Pembebanan 1 1. Berat Sendiri Q MS = 15 1,3 = 19,5 kN/m
PMS = 94,65 1,3 = 123,045 kN 2. Beban Mati Tambahan Q MA = 35,544 2 = 67,088 kN/m 3. Beban Truk
Gambar 2 Denah Lokasi Box Underpass
QTT1 = 30 1,8 = 54 kN/m QTT2 = 135 1,8 = 243 kN/m 4. Gaya Rem
TTB = 3,993 1,8 = 7,182 kN 5. Tekanan Tanah QTA atas = 19,504 1,25 = 24,375 kN/m
QTA2 = 26,789 1,25 = 36,575 kN/m QTA3 = 27,673 1,25 = 33,488 kN/m QTA dasar = 106,501 1,25 = 133,125 kN/m 6. Beban Angin Q EW = 1,008 1,2 = 1,2096 kN/m 7. Beban Pada Bagian Bawah Box Underpass Gaya ke bawah
`
Gambar 3 Potongan Struktur Box Underpass Struktur box underpass dimodelkan sebagai suatu box dua dimensi, dengan ukuran as ke as dari box underpass. Pemodelan box underpass dapat dilihat pada gambar 4.
PTT = 112,5 1,8 = 202,5 kN
Q MA = 6,160 2 = 12,320 kN/m Gaya ke atas Q BASE = 338,703 kN/m Untuk lebih jelasnya, pembebanan untuk kombinasi 1 bisa dilihat pada gambar 5.
4
Gambar 6 Beban Untuk Kombinasi 2 Gambar 5 Beban Untuk Kombinasi 1
Kombinasi Pembebanan 3 1. Berat Sendiri Q MS = 15 1,3 = 19,5 kN/m
Kombinasi Pembebanan 2 1. Berat Sendiri Q MS = 15 1,3 = 19,5 kN/m
PMS = 94,65 1,3 = 123,045 kN 2. Beban Mati Tambahan Q MS = 35,544 2 = 67,088 kN/m 3. Beban Truk
PMS = 94,65 1,3 = 123,045 kN 2. Beban Mati Tambahan Q MS = 35,544 2 = 67,088 kN/m 3. Beban Truk
QTT1 = 30 1,8 = 54 kN/m QTT2 = 135 1,8 = 243 kN/m 4. Tekanan Tanah QTA atas = 19,504 1,25 = 24,375 kN/m
QTT1 = 30 1,8 = 54 kN/m
QTT2 = 135 1,8 = 243 kN/m 4. Gaya Rem
QTA2 = 26,789 1,25 = 36,575 kN/m
TTB = 3,993 1,8 = 7,182 kN 5. Tekanan Tanah
QTA3 = 27,673 1,25 = 33,488 kN/m
QTA atas = 19,504 1,25 = 24,375 kN/m
QTA dasar = 106,501 1,25 = 133,125 kN/m 5. Gaya Gempa TEQ = 69,517 1,0 = 69,517 kN 6. Tekanan Tanah Dinamis Akibat Gaya Gempa QEQ = 24,614 1,0 = 24,614 kN/m 7. Beban Pada Bagian Bawah Box Underpass Gaya ke bawah
QTA2 = 26,789 1,25 = 36,575 kN/m
QTA3 = 27,673 1,25 = 33,488 kN/m QTA dasar = 106,501 1,25 = 133,125 kN/m 6. Beban Pada Bagian Bawah Box Underpass Gaya ke bawah PTT = 112,5 1,8 = 202,5 kN
Q MA = 6,160 2 = 12,320 kN/m Gaya ke atas Q BASE = 338,003 kN/m
PTT = 112,5 1,8 = 202,5 kN
Q MA = 6,160 2 = 12,320 kN/m Gaya ke atas Q BASE = 338,003 kN/m Untuk lebih jelasnya, pembebanan untuk kombinasi 3 bisa dilihat pada gambar 7.
Untuk lebih jelasnya, pembebanan untuk kombinasi 2 bisa dilihat pada gambar 6.
5
Analisis Struktur Struktur dianalisis dengan menggunakan metode distribusi momen. Hasil Perhitungan analisis strukturnya bisa dilihat pada tabel 1.
Gambar 7 Beban Untuk Kombinasi 3
Tabel 1 Nilai Maksimum/Minimum dari 3 Kombinasi A
B
C
AD AB BA BC Reaksi Komb. 1 1080,897 303,193 169,638 854,637 Komb. 2 1077,708 303,236 169,595 850,786 Komb. 3 1099,319 347,806 202,670 829,174 Maks/Min 1099,319 347,806 202,670 854,637 Momen Komb. 1 -956,686 956,686 -1000,903 1000,903 Komb. 2 -953,854 953,854 -997,680 997,680 Komb. 3 -1067,372 1067,372 -917,597 917,597 Maks/Min -1067,372 1067,372 -1000,903 1000,903
Penulangan Pelat Lantai Atas Luas tulangan pokok ditentukan dengan memilih nilai yang terbesar dari tiga pilihan berikut. 0,85 f c ' a b 1. A s = fy
=
=
4f y
CD
DC
DA
881,831 879,392 901,004 901,004
174,618 174,575 250,874 250,874
298,213 298,256 299,602 299,602
1079,184 1076,010 1054,399 1079,184
-1038,428 -1035,277 -1151,861 -1151,861
1038,428 1035,277 1151,861 1151,861
-948,893 -946,133 -862,984 -948,893
948,893 946,133 862,984 948,893
=
1,4 b d fy
1,4 1000 507 392
= 1810,714 mm 2 Dari ketiga nilai diatas, dipilih yang terbesar. Maka dipilih nilai luas tulangan sebesar 10048,159 mm2. Karena tulangan rangkap, maka dipakai luas tulangan 5024,080mm2 Tulangan pokok yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 40. Maka jarak antar tulangannya bisa dihitung sebagai berikut.
0,85 41,5 111,662 1000 392
fc'
CB
3. As =
= 10048,159 mm 2 2. A s =
D
b d
41,5 1000 507 4 392
= 2082,984 mm
6
1 s
Penulangan Pelat Lantai Pondasi Pertama, melakukan perhitungan daya dukung tanah dengan menggunakan metode Terzaghi dan Tomlinson yang menggunakan data-data dari pengujian laboratorium.Untuk menghitung daya dukung dengan menggunakan metode ini dibutuhkan beberapa faktor daya dukung yang dapat dihitung sesuai dengan persamaan sebagai berikut. N c = 228 + 4,3 / 40 -
π D2 b
4
As 1
4
3,14 362 1000 5024,080
202,496 mm Dipilih jarak tulangan sebesar 200 mm. Maka tulangan pokok yang digunakan pada pelat lantai atas adalah D36 – 200. Luas tulangan bagi yang dibutuhkan yaitu sebesar 20% dari luas tulangan pokok. Maka luas tulangan bagi di dapat sebagai berikut. A s,b = 20% A s
= 228 + 4,3 9 / 40 - 9 = 8, 603
N q = 40 + 5
= 20% 5024,080
= 40 + 5 9 / 40 - 9
= 1004,820 mm 2 Syarat luas tulangan bagi As,b untuk nilai 300 MPa < fy< 400 MPa adalah sebagai berikut. A s,b 0, 0018 b h
= 2, 742 Nc = 6 / 40 = 6 9 / 40 - 9 = 1, 742 Dari faktor daya dukung di atas, maka didapat nilai daya dukung ultimit sesuai dengan persamaan sebagai berikut. q ult = 1,3 C N c + γ Z N q + 0,5 γ L N γ
0, 0018 1000 600 1080 mm 2 Karena nilai luas tulangan bagi As,b yang dihitung lebih kecil dari yang disyaratkan, maka digunakan luas tulangan bagi yang disyaratkan. Tulangan bagi yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 22. Maka jarak antar tulangannya bisa dihitung sebagai berikut. 1 π D2 b 4 s As 1
4
/ 40 -
= 843,803kN/m3 Dari dua metode di atas, dipilih nilai daya dukung tanah yang paling kecil. Maka dipilih nilai daya dukung tanah sebesar 843,803 kN/m2. Wilayah studi berada di Cibubur, Jakarta. Maka dugunakan faktor keamanannya adalah 2,5. Maka didapatkan nilai daya dukung tanah sebagai berikut. q a = q ult /2,5
3,14 22 2 1000
=843,803/2,5
1080 351,796 mm Dipilih jarak tulangan sebesar 300 mm. Maka tulangan bagi yang digunakan pada pelat lantai atas adalah D22 – 300.
= 340,949 kN/m 2 Sebelumnya sudah disebutkan bahwa gaya yang terjadi pada bagian bawah pondasi (QBASE) adalah sebesar 338,703 kN/m untuk bentang tiap meter nya. Jadi dapat ditulis QBASE menjadi 338,703 kN/m2. Nilai QBASE ini dikontrol dengan nilai qa. Maka didapat 7
QBASE< qa. Maka dimensi pelat pondasi aman dan sudah cukup untuk digunakan. Luas tulangan pokok ditentukan dengan memilih nilai yang terbesar dari tiga pilihan berikut. 0,85 f c ' a b 1. A s = fy
=
A s,b = 20% A s = 20% 3948,956 = 789,791 mm 2 Syarat luas tulangan bagi As,b untuk nilai 300 MPa < fy< 400 MPa adalah sebagai berikut. A s,b 0, 0018 b h
0,85 41,5 87,767 1000 392
0, 0018 1000 600
= 7897,912 mm 2 2. A s =
fc' 4f y
1080 mm 2 Karena nilai luas tulangan bagi As,b yang dihitung lebih kecil dari yang disyaratkan, maka digunakan luas tulangan bagi yang disyaratkan. Tulangan bagi yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 22. Maka jarak antar tulangannya bisa dihitung sebagai berikut. 1 π D2 b 4 s As
b d
41,5 1000 507 4 392
=
= 2082,984 mm 1,4 b d 3. As = fy =
1,4 1000 507 392
1
= 1810,714 mm 2
4
3,14 22 2 1000 1080
Dari ketiga nilai diatas, dipilih yang terbesar. Maka dipilih nilai luas tulangan sebesar 7897,912 mm2. Dipakai luas tulangan sebesar 3948,956 mm2. Tulangan pokok yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 36. Maka jarak antar tulangannya bisa dihitung sebagai berikut. 1 π D2 b 4 s As 1
4
351,796 mm Dipilih jarak tulangan sebesar 350 mm. Maka tulangan bagi yang digunakan pada pelat lantai pondasi adalah D22 – 350.
Penulangan Pelat Dinding Luas tulangan pokok ditentukan dengan memilih nilai yang terbesar dari tiga pilihan berikut. 0,85 f c ' a b 1. A s = fy
3,14 362 1000 3948,956
=
2567,673 mm Dipilih jarak tulangan sebesar 250 mm. Maka tulangan pokok yang digunakan pada pelat lantai pondasi adalah D36 – 250. Luas tulangan bagi yang dibutuhkan yaitu sebesar 20% dari luas tulangan pokok. Maka luas tulangan bagi di dapat sebagai berikut.
0,85 41,5 82,368 1000 392
= 7412,103 mm 2 2. A s =
=
fc' 4f y
b d
41,5 1000 509 4 392
= 2091,201 mm 8
3. A s =
1,4 b d 4f y
A s,b
0, 0018 1000 600
1,4 = 1000 509 4 392
1080 mm 2 Karena nilai luas tulangan bagi As,b yang dihitung lebih besar dari yang disyaratkan, maka digunakan luas tulangan bagi hasil hitungan. A A1,b = A 2,b = s 2
= 1817,857 mm 2 Dari ketiga nilai diatas, dipilih yang terbesar. Maka dipilih nilai luas tulangan sebesar 7412,103mm2. Luas tulangan ini adalah luas tulangan total. Sedangkan luas tulangan tarik nilainya sama dengan luas tulangan tekan yaitu sebagai berikut. A A1 = A 2 = s 2 =
=
4
1482,421 2
= 741,210 mm 2 Tulangan bagi yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 19. Maka jarak antar tulangannya bisa dihitung sebagai berikut. 1 π D2 b 4 s As
7412,103 2
= 3706,051 mm 2 Tulangan pokok yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 32. Maka jarak antar tulangannya bisa dihitung sebagai berikut. 1 π D2 b 4 s As 1
0, 0018 b h
1
4
3,14 192 1000 741,210
382,327 mm Dipilih jarak tulangan sebesar 350 mm. Maka tulangan bagi yang digunakan pada pelat lantai pondasi adalah D19 – 350. tulangan geser minimal dengan luas per meter panjang bisa dihitung sebagai berikut. b S 1. A v,u = 3 fy
3,14 322 1000 3706,051
216,899 mm Dipilih jarak tulangan sebesar 200 mm. Maka tulangan pokok yang digunakan pada pelat dinding adalah D32 – 200. Luas tulangan bagi yang dibutuhkan yaitu sebesar 20% dari luas tulangan pokok. Maka luas tulangan bagi di dapat sebagai berikut. A s,b = 20% A s
1000 1000 3 392 = 850,340 mm2 =
2. A v,u =
= 20% 7412,103 = 1482,421 mm 2 Syarat luas tulangan bagi As,b untuk nilai 300 MPa < fy< 400 MPa adalah sebagai berikut.
=
75
fc' b S
1200 f y
75
41,5 1000 1000 1200 392
= 1027,112 mm 2 Dari kedua nilai diatas, dipilih yang terbesar. Maka dipilih nilai luas tulangan sebesar 1027,112 mm2. Tulangan geser yang 9
digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 19. Maka jarak antar tulangannya bisa dihitung sebagai berikut. 1 π D2 b 4 s As 1
4
w maks = 0,076βfs 3 d c A = 0,076 1,320 34191,024
3
3, 661 7,910
= 0,0105 in Besar lebar retak maksimum ini memiliki batasan seperti yang disebutkan pada tabel 2.5. untuk box underpass, syarat lebar retak yang diizinkan adalah 0,012 in. Maka wmaks< 0,012. Jadi dimensi retak maksimum masih masuk batas toleransi.
3,14 192 1000 1027,112
551,809 mm Ada syarat khusus untuk jarak tulangan geser, yaitu harus memenuhi syarat seperti berikut. 1. Pasal 9.6.3, sn ≥ 1,5.dp ; sn ≥ 1,5.19 ; sn ≥ 28,5 dan sn ≥ 40 mm 2. Pasal 9.10.5.2, s ≤ 16.D ; s ≤ 16.32 ; s ≤ 512 Dan s ≤ 48.dp ; s ≤ 48.19 ; s ≤ 912 Dari hasil perhitungan dan syarat di atas, maka dipilih jarak tulangan sebesar 500 mm. Maka tulangan geser yang digunakan pada pelat dinding adalah D19 – 500.
Gambar Penulangan
Kontrol Defleksi Defleksi jangka panjang dihitung sesuai dengan sebagai berikut. Δ LT = Δ L + λ Δ D + λ t Δ LS
Gambar 8 Penulangan Pelat Lantai Atas
= 0,593+1,248 0,362+1,248 0,339 = 1,468 in Syarat defleksinya sebagai berikut. L > 240 , maka Δ 358,268 > 240 1,468 244,026 > 240 Nilai defleksi sesuai dengan disyaratkan. Jadi dimensi pelat digunakan aman.
yang yang
Kontrol Retak Maksimum Maka lebar retak maksimum dihitung sebagai berikut.
bisa
Gambar 9 Penulangan Pelat Dinding
10
REFERENSI 1. Asroni, Ali. Balok Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. 2. Asroni, Ali. Kolom Fondasi & Balok T Beton Bertulang. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. 3. Badan Standar Nasional. 2002. Baja Tulangan Beton. SNI 07-2052-2002 . 4. Badan Standar Nasional. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. SNI 03-2847-2002. 5. Badan Standar Nasional. 2005. Pembebanan Untuk Jembatan. RSNI T02-2005. 6. Badan Standar Nasional. 2010. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. RSNI3 03-1726-2010. 7. Cook, Ronald A. 2002. Design Live Loads on Box Culvert. University of Florida 8. Iqbal, Agus. Dasar-dasar Perencanaan Jembatan Beton Bertulang. Jakarta: PT. Mediataman Saptakarya, 1995. 9. Nawy, Edward G. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. New Jersey: Universitas Negeri New Jersey, 1998.
Gambar 10 Penulangan Pelat Lantai Pondasi
KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut. 1. Box underpass dirancang dengan menggunakan beton mutu K – 500, dan baja tulangan yang digunakan adalah mutu baja BjTD 40. 2. Dimensi box underpass yang dirancang adalah masing – masing setebal 60 cm untuk pelat lantai atas, pelat lantai pondasi, dan pelat dinding. 3. Pada pelat lantai atas, tulangan pokok yang digunakan adalah D36 - 200. Tulangan bagi yang digunakan adalah D22 – 300. 4. Pada pelat lantai pondasi, tulangan pokok yang digunakan adalah D36 - 250. Tulangan bagi yang digunakan adalah D22 – 350. 5. Pada pelat dinding, tulangan pokok yang digunakan adalah D32 - 200. Tulangan bagi yang digunakan adalah D19 – 350. Sedangkan tulangan geser yang digunakan adalah D19 – 500. 6. Dari kontrol defleksi didapatkan nilai L sebesar 244,026. Nilai ini telah Δ melewati batas minimal yang disyaratkan yaitu 240. 7. Dari kontrol retak lentur, didapatkan lebar retak maksimum sebesar 0,0105 in. Nilai ini lebih kecil dari batas maksimal yang disyaratkan yaitu 0,012 in.
11