perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERANAN SAR (SEARCH AND RESCUE) SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL DALAM PENANGANAN BENCANA ALAM (Deskriptif Kualitatif Mengenai Peranan SAR Sebagai Organisasi yang Bergerak di Bidang Sosial dalam Penanganan Bencana Alam Tanah Longsor yang Terjadi di Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Karanganyar)
Oleh : WIWIT DYAN NOVIANTI D 0305009
SKRIPSI Disusun untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2010
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya yang tiada terhingga disepanjang perjalanan hidup ini. Hanya berkat ridho dan ijin-Nya lah, penulis dapat menyelesaiakan karya sederhana dengan judul : “PERANAN SAR (SEARCH AND
RESCUE)
SEBAGAI
ORGANISASI
SOSIAL
DALAM
PENANGANAN BENCANA ALAM. (Deskriptif kualitatif mengenai peranan SAR sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dalam penanganan bencana alam tanah longsor yang terjadi di wilayah rawan bencana Kabupaten Karanganyar) Skripsi ini dipersiapkan dan diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, jurusan Sosiologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat keterlibatan banyak pihak yag telah turut membantu selama penulis mengerjakannya. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan secara tulus kepada : 1. Bapak Drs. H. Supriyadi, SN selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Drs. Priyanto Susiloadi, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poliik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Dra. HJ. Trisni Utami, selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu commit to user Sosial dan Ilmu Poliik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Bapak Y. Slamet, M.Sc. Selaku pembimbing akademik 5. Bapak Drs. Jefta Leibo, SU, selaku pembimbing skripsi yang telah denga sabar memeberikan bimbingan dan arahan selama menyusun skripsi hingga selesai. 6. Bapak-Ibu Dosen Sosiologi, yang telah berkenan memberikan ilmu dan pengetahuannya, dan seluruh birokrasi kampus yang telah membantu. 7. Komandan SAR Karanganyar, Muhammad Abdullah, SH, yang telah memberikan informasi dan data yang peneliti perlukan. 8. Seluruh pengurus dan anggota SAR Karanganyar yang telah sabar mebantu dan member informasi yang sangat membantu kelancaran penulisan skripsi ini. 9. Bapak Sukatmo selaku kepala Desa Balong, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. 10. Bapak Sumarno, SE selaku
Kepala
Desa
Nglegok,
Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karangnyar. 11. Seluruh warga masyarakat Desa Balong, Kecamatan Jenawi dan warga masyarakat
Desa
Nglegok,
Kecamatan
Ngargoyoso,
Kabupaten
Karanganyar. 12. Seluruh Anggota FKPM (Forum Komunikasi Polisi Masyarakat) commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
13. Keluargaku tercinta, keluarga yang benar-benar hebat yang selalu memberikan dorongan, Doa dan semangat baik moril dan materiil, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. 14. Mas Mulyono, S.Hut yang selalu mengajariku menjadi lebih dewasa dan tegar
menjalani
apapun.
Mas
Dullah
yang
selalu
menayakan
perkembangan skripsiku, terima kasih sudah peduli. Terima kasih telah menjadi dua orang yang luar biasa dalam hidupku. 15. Seseorang yang aku yakin tetap tersenyum untukku meski aku tak lagi mampu melihat dan menyentuhnya, terima kasih atas segalanya yang pernah aku rasakan. 16. Orang-orang yang salalu memberikan semangat untukku, Sahabatku Septriana Wahyu S, terima kasih sudah menemaniku selama ini. De’ Pandu (semangat,lelah, dan persahabatan yang bersaudara, terima kasih),De’ Abby, De’ Mita, De’ Sukro , De’ Yeni, De’ Arif, De’ Wahyu(wajik), De’ Aji’, Mbak Santi + Ms. Wahyu, terima kasih untuk segalanya. 17. Sahabatku Novita Dian Anggraini, Niken Hartati SN, Noviyati Endah K, Dewi, Isti, Mei, Zunita, Fatwa yang sudah banyak membantu selama aku sakit sampai sekarang, dan teman-teman sosiologi 2005 yang tidak dapat kusebut satu persatu.
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Semoga Allah SWT memberi balasan atas segala bantuan yang diberikan pada penulis. Akhirnya penulis berharap tulisan ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu, kritik yang membangun dan saran-saran penulis harapkan untuk perbaikan karya ini.
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman Judul ........................................................................................
i
Halaman Persetujuan ..............................................................................
ii
Halaman Pengesahan ..............................................................................
iii
Halaman Persembahan ...........................................................................
iv
Motto ......................................................................................................
v
Kata Pengantar ........................................................................................
vi
Daftar Isi .................................................................................................
x
Daftar Tabel ............................................................................................
xiii
Abstrak ...................................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...............................................................................
1
B. Perumusan Masalah.......................................................................
10
C. Tujuan Penelitian........................................................................... D. Manfaat Penelitian.........................................................................
10
E. Landasan Teori..............................................................................
11
1. Batasan Konsep....................................................................... 2. Tinjauan Teori.......................................................................... 3. Tinjauan Pustaka...................................................................... F. Kerangka Pemikiran......................................................................
17
G. DefinisiKonseptual.........................................................................
18
H. Metode Penelitian..........................................................................
31
1. Jenis Penelitian..........................................................................
31
2. Tempat Penelitian.....................................................................
32
3. Sumber Data..............................................................................
32
4. Metode Pengambilan Sample....................................................
33
5. Teknik Pengambilan Data.........................................................
34
6. Validitas Data............................................................................
36
7. Teknik Analisa Data..................................................................
37
BAB II DESKRIPSI LOKASI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
A. Keadaan Umum Kabupaten Karanganyar.................................... 1. Gambaran Umum.....................................................................
39 3 9
2. Luas dan Batas Wilayah..........................................................
40
3. Pembagian Wilayah Rawan Longsor.......................................
41
B. Keadaan Umum Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso.............
42
1. Lokasi Daerah Penelitian.........................................................
42
2. Batas Desa................................................................................
43
3. Luas dan Pembagian Wilayah..................................................
43
4. Keadaan Penduduk..................................................................
44
5. Sarana dan Prasarana...............................................................
50
6. Keadaan Wilayah Rawan Bencana..........................................
53
C. Keadaan Umum Desa Balong Kecamatan Jenawi.......................
54
1. Lokasi Daerah Penelitian.........................................................
54
2. Batas Desa................................................................................
55
3. Luas dan Pembagian Wilayah..................................................
56
4. Keadaan Tanah........................................................................
56
5. Keadaan Penduduk..................................................................
57
6. Sarana dan Prasarana...............................................................
62
7. Keadaan Wilayah Rawan Bencana..........................................
66
D. Profil SAR Karanganyar...............................................................
67
1. Sejarah Singkat Berdirinya SAR Karanganyar........................
67
2. Visi dan Misi............................................................................
70
3. Asas, Tujuan, Manfaat, Fungsi dan Peran...............................
70
4. Sifat dan Usaha........................................................................
73
5. Keanggotaan, Organisasi dan Pengurus...................................
75
6. Pendapatan dan Pembiayaan....................................................
81
7. Atribut......................................................................................
81
8. Musyawarah dan Rapat............................................................
83
9. Kegiatan Rutin dan Non Rutin................................................. commit DATA to user BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS
84
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A. Motivasi Anggota Bergabung dengan SAR Karanganyar............
85
B. Peranan SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana.............
88
1. Peran SAR Karanganyar dalam Evakuasi Bencana Tanah Longsor....................................................................................
89
2. Peran SAR Karanganyar dalam Mitigasi Bencana Tanah Longsor....................................................................................
98
3. Peran SAR Karanganyar dalam Berbagai Kegiatan Sosial Lainnya....................................................................................
109
C. Sistem Kerja SAR Karanganyar...................................................
111
D. Penguatan Organisasi...................................................................
119
E. Faktor Penghambat Kinerja SAR Karanganyar...........................
120
F. Analisis Peranan SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana di Kabupaten Karanganyar............................................
128
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan..............................................................................
137
B. Saran........................................................................................
143
Daftar Pustaka.........................................................................................
xvii
Lampiran..................................................................................................
xviii
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso Tabel 1.1 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin..................................
45
Desa Balong Kecamatan Jenawi Tabel 1.1 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin..................................
58
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ABSTRAK WIWIT DYAN NOVIANTI. D 0305009. PERANAN SAR (SEARCH AND RESCUE) SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL DALAM PENANGANAN BENCANA ALAM (Deskriptif kualitatif mengenai peranan SAR sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dalam penanganan bencana alam tanah longsor yang terjadi di wilayah rawan bencana Kabupaten Karanganyar). Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan Peranan SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana Alam terutama becana tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Dimana di kabupaten tersebut sering terjadi bencana tanah longsor. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif yang berusaha untuk memberikan gambaran mengenai Peran SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana Alam di Kabupaten Karanganyar dengan menggunakan kata-kata. Teknik pengumpulan data dengan observasi non partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan ialah purposive sampling atau sampel yang bertujuan. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa SAR Karanganyar selama ini berupaya memainkan perannya yang ditunjukkan dengan keaktifan anggota dan pengurus SAR Karanganyar dalam setiap terjadinya bencana di Kabupaten Karanganyar yang tugas pokoknya adalah menangani bencana mencakup evakuasi hingga mitigasi. Evakuasi merupakan kegiatan yang dilakukan meliputi mencari dan menolong korban bencana alam. Sedangkan mitigasi merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk meminimalisir jumlah korban dan kerugian yang diakibatkan dari bencana alam yang terjadi tersebut. Mitigasi dapat dilakukan sebelum terjadiya bencana yang merupakan upaya pencegahan ataupun sesudah terjadinya bencana sebagai bentuk pemantauan akan adanya bencana alam yang mungkin terjadi kembali. Selain tugas pokoknya menyelenggarakan operasi di daerah bencana, SAR Karanganyar juga aktif dalam beberapa kegiatan sosial dan aksi penyelamatan lainnya selama masih dalam wilayah jangkauan operasinya. Dari segi peningkatan kapasitas dan penguatan organisasi menunjukkan bahwa SAR Karanganyar melakukan perekrutan anggota secara selektif serta memberikan pelatihan yang dibutuhkan dalam setiap bidang operasi SAR, demi kelancaran operasi SAR. Peningkatan kapasitas dan penguatan organisasi dilakukan dengan diadakannya beberapa latihan rutin, seperti latihan evakuasi darat dan air. Selain latihan rutin SAR Karanganyar juga aktif dalam mengikuti kegiatan partisipatif yang juga mampu menambah pengetahuan bidang penanganan bencana alam. Dalam melaksanakan operasi atau tugasnya terlebih dahulu perlu diadakannya koordinasi dengan beberapa pihak yang terkait maupun dengan warga masyarakat sekitar lokasi atau daerah bencana untuk menghindari gangguan komunikasi selama proses operasi SAR berlangsung. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ABSTRACT WIWIT DYAN NOVIANTI. D 0305009. PERANAN SAR (SEARCH AND RESCUE) SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL DALAM PENANGANAN BENCANA ALAM (Deskriptif kualitatif mengenai peranan SAR sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dalam penanganan bencana alam tanah longsor yang terjadi di wilayah rawan bencana Kabupaten Karanganyar). Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010. The purpose of the study was to describe the role of SAR Karanganyar on natural disasters, especially landslides in Karanganyar, Central Java, in those areas where frequent landslides. The approach that used was the approach of sociology that refers to human action, while the theory used to approach is problem the theory contained is the social definition paradigm is a theory of action. This theory Max Weber’s emphasis on action and considers that humans are creative actors from social reality. Do with human actions that they are required to be creative in dealing with various issues that arise whwn humans are there in and perform the role to be active in handling natural diasters in order to save the life of another person’s life. Deskriptif kualitatif type of research is trying to give description of the role of SAR karanganyar in dealing with natural disasters by using words. Data collection techniques with non participant observation, depth interviews and documentation as well as purposive sampling. SAR Result showed Karanganyar been trying to show is activity in each disaster mitigation and SAR with selective recruiting member’s and providing training for the smooth operation of the SAR.
commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara kepulaun yang secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, yaitu diantara benua Asia dan Benua Australia, serta diantara samudra pasifik dan Samudra Hindia. Menurut data geografi Indonesia juga berada di wilayah dimana tiga lempeng tektonik utara dunia bertemu, keadaan wilayah teritorial seperti tersebut merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana alam, bencana yang mengancam antara lain adalah bencana tanah longsor, gempa (yang juga dapat mengakibatkan tanah longsor), tsunami (yang pada umumnya terjadi karena gempa tektonik), dan luapan air yang berlebih yang di dataran rendah mengakibatkan adanya banjir. Bencana alam adalah konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebebkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan bagaimana juga tentang daya tahan mereka. Pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan atau kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat atau luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan commit to user bencana merupakan evaluasi kemampuan sisitem dan infrastruktur-infrastruktur
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk mendeteksi, mencegah dan menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Bencana alam yang terjadi secara bertubi-tubi di Negara Republik Indonesia
sejak tsunami 26 Desember 2005 silam terus saja membayangi.
Bencana tahunan yang selalu datang di ibu kota Negara kita yaitu Jakarta adalah bencana banjir yang tidak bisa lagi dihindarkan. Tahun demi tahun banjir selalu datang dan banyak menelan korban materi, moral dan bahkan korban jiwa. Bahkan bencana yang banyak terjadi sejak pertengahan tahun 2009 sampai sekarang yang masih menjadi kekhawatiran adalah gempa bumi dan tanah longsor (yang diakibatkan dari gempa). Dalam aksi sosial penyelamatan dan evakuasi korban yang sangat berperan adalah Tim SAR ( Search And Rescue ), TNI, POLRI dan beberapa relawan lain dari beberapa organisasi sosial masyarakat. Sebagai contoh nyata adalah bencana di sepanjang tahun 2007 di Indonesia berakibat dengan adanya korban jiwa yang meninggal dunia, serta korban menderita dan mengungsi. Dari data yang diperoleh dari rekapitulasi data SAR Karanganyar dapat dirinci sebagai berikut : a. Kejadian Bencana 1). Banjir sebanyak 152 kejadian atau dalam prosentase sebesar 40% 2). Angin topan sebanyak 75 kejadian atau dalam prosentase sebesar 20% 3). Tanah longsor sebanyak 56 kejadian atau dalam prosentase sebesar 15% 4). Banjir dan tanah longsor sebanyak (banjir yang mengakibatkan tanah longsor) 45 kejadian atau dalam prosentase sebesar 12% commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
5). Gelombang pasang/Abrasi sebanyak 29 kejadian atau dalam prosentase sebesar 8% 6). Gempa bumi sebanyak 12 kejadian atau dalam prosentasi sebesar 3% 7). Kegagalan teknologi sebanyak 6 kejadian atau dalam prosentase sebesar 1% Total kejadian adalah : 379 b. Korban Meninggal dan Hilang 1). Banjir dan tanah longsor 346 jiwa 2). Kegagalan teknologi 248 jiwa 3). Banjir 122 jiwa 4). Gempa bumi 102 jiwa 5). Tanah longsor 73 jiwa 6). Angin topan 24 jiwa 7). Gelombang pasang/Abrasi 3 jiwa Total korban meninggal dan hilang adalah : 918 jiwa c. Korban Menderita dan Mengungsi 1). Banjir sebanyak 1.561.640 jiwa atau dalam prosentasi sebesar 80% 2). Gempa bumi sebanyak 204.447 jiwa atau dalam prosentase sebesar 11% 3). Banjir dan tanah longsor sebanyak 113.367 jiwa atau dalam prosentase sebesar 6% 4). Gelombang pasang/ Abrasi sebanyak 23.779 jiwa atau dalam prosntase sebesar 1% 5). Letusan gunung berapi sebanyak 19.818 jiwa atau dalam prosentase sebesar 1% commitjiwa to user 6). Angin topan sebanyak 11.058 atau dalam prosentase sebesar 1%
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7). Tanah longsor sebanyak 7.448 jiwa atau dalam prosentase sebesar 0,4% Total korban menderita dan mengungsi adalah : 1.941.597 jiwa d. Rumah Rusak Akibat Bencana 1). Akibat dari Gempa bumi sebanyak 145.595 unit 2). Akibat dari Banjir sebanyak 41.301 unit 3). Akibat dari Angin topan sebanyak 9.286 unit 4). Akibat dari Banjir dan Tanah longsor sebanyak 7.883 unit 5). Akibat dari Tanah longsor sebanyak 2.685 unit 6). Akibat dari Gelombang pasang sebanyak 1.713 unit Total rumah rusak adalah : 208.463 unit Bencana besar juga terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain adalah wilayah Propinsi Jawa Tengah yaitu lebih tepatnya Kabupaten Karanganyar, yang telah kita ketahui bersama akhir-akhir ini sering terjadi bencana, yang terakhir bencana menimpa adalah tanah longsor di Desa Nglegok,
Kecamatan
Ngargoyoso
Kabupaten
Karanganyar.
Kabupaten
Karanganyar sendiri terdiri dari 17 Kecamatan, 177 Desa dan 1091 Dusun, dengan jumlah penduduk 851.336. yang didalamnya hampir separuh kecamatan merupakan daerah rawan bencana. Kabupaten Karanganyar juga dikelilingi kabupaten lain yang juga merupakan daerah rawan bencana yaitu sebelah selatan adalah Kabupaten Sukoharjo, sebelah barat Kodya Surakarta dan Kabupaten Boyolali, dan Sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Sragen serta sebelah timur Propinsi Jawa timur.
Bencana yang terjadi di
wilayah Kabupaten Karanganyar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Letak geografis berada di dataran tinggi ( pegunungan) b. Kemiringan tanah hingga mencapai 90 derajat c. Berkurangnya tanaman keras karena penebangan liar disekitar hutan ( penggundulan hutan ) d. Curah hujan yang tinggi e. Penggalian pasir atau batu ( Penambangan teras ) Sedang potensi atau jenis bencana yang mungkin terjadi di Kabupaten Karanganyar menurut data dari Sat Lak PB (Satuan Pelaksana Penaggulangan Bencana) Kabupaten Karanganyar terperinci sebagai berikut : a. Tanah Longsor Bencana tanah longsor berpotensi terjadi di beberapa daerah seperti berikut 1. Kecamatan Jenawi, yaitu Desa Seloromo, Desa Tengguli, Desa Gumeng dan Desa Anggrasmanis 2. Kecamatan Kerjo, yaitu Desa Gempolan dan Desa Plosorejo 3. Kecamatan Ngargoyoso, yaitu Desa Berjo, Desa Girimulyo, Desa Nglegok 4. Kecamatan Tawangmangu, yaitu Desa Tengklik, Desa Gondosuli, Kelurahan Blumbang dan kelurahan Tawangmangu 5. Kecamatan Karangpandan, yaitu Desa Krang, Desa Karangpandan dan Desa Gerdu 6. Kecamatan Matesih, yaitu Desa Girilayu dan Desa Koripan 7. Kecamatan Jatiyoso, yaitu Desa Beruk, Desa Wonorejo dan Desa Wonokeling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
b. Banjir 1. Kecamatan Kebakkramat, yaitu Desa pulosari, Desa Malanggaten, Desa Kaliwuluh dan Desa waru. Sedangkan untuk sunagi adalah sungai grompol dan sungai bengawan solo. 2. Kecamatan Jaten, yaitu Desa Ngringo, Desa sroyo, dan Desa Dagen. Sedangkan untuk sungai adalah sungai siwaluh dan sungai Bengawan Solo. 3. Kecamatan Gondangrejo,yaitu Desa Kragan, Desa Wonorejo, Desa Karangturi dan Plesungan. Sedangkan untuk sungai adalah Bengawan Solo. 4. Kecamatan Tasikmadu, yaitu Desa Buran dan Desa Pandeyan, sedangkan untuk sungai adalah sungai Siwaluh. 5. Kecamatan Colomadu, yaitu Desa Ngasem, Desa Gawanan dan Desa Klodran. Sedangkan untuk sungainya adalah Sungai atau kali Pepe c. Angin Putting Beliung 1. Kecamatan Karanganyar, yaitu Kelurahan Jungke, Kelurahan Bolong, dan Kelurahan Tegalgede 2. Kecamatan Tasikmadu, yaitu Desa Gaum dan Desa Kalijirak 3. Kecamatan Mojogedang, yaitu Desa Kalibata dan Pojok 4. Kecamatan Gondangrejo, yaitu Desa Kragan dan Desa Wonorejo 5. Kecamatan Jumantono, yaitu Desa Kebak dan Sukosari d. Kebakaran 1. Kecamatan Jaten, yaitu Desa Dagen, Desa Brujul dan Desa Sroyo commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Kecamatan Kebakkramat, yaitu Desa Kemiri dan Desa Nangsri 3. Kecamatan Tawangmangu, yaitu berada disekitar wilayah lereng gunung lawu e. Retakan Tanah Potensi bencana baru yang muncul adalah retakan tanah yang berada di wilayah Kecamatan Matesih tepatnya di Desa Semiri, hal ini akibat dari erosi tanah. Dari beberapa perincian diatas data yang diambil adalah dat berdasarkan pengamatan
tim
satuan
pelaksana
penanggulangan
bencana
wilayah
karanganyar, yang termasuk didalamnya adalah organisasi SAR Kabupaten Karanganyar. Disinilah peran SAR sebagai relawan yang bekerja tanpa pamrih dan tidak mengenal waktu serta lelah sangat penting. Pada umumnya laporan bencana oleh warga sekitar bencana disampaikan pertama kali kepada SAR Karanganyar, baru setelah itu SAR berkoordinasi dengan beberapa pihak. Keberadaan SAR diwilayah Kabupaten Karanganyar sangat berperan penting. Dari data diatas bencana yang paling dominan ataupun sering melanda Kabupaten Karanganyar adalah tanah longsor, karena memang dorongan faktor keadaan wilayah yang sebagian besar adalah dataran tinggi yang sangat berpotensi menimbulkan longsor. Selain itu masih kurangnya kesadaran masyarakat, mereka masih menggunakan lahan miring untuk area perkebunan yang menyebabkan tanah menjadi gembur. Seharusnya lahan seperti itu ditanami pohon tahunan ataupun yanaman keras, sebagai contoh adalah pinus, cemara dan lain sebagainya. Sebenarnya pemerintah daerah sendiri telah banyak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
melakukan sosialisasi mengenai kerawanan bencana tanah longsor pada lahan miring dan pemukiman penduduk dilereng bukit. SAR merupakan kepanjangan dari Search And Rescue yang diartikan secara sederhana adalah pencarian dan pertolongan. SAR Kabupaten Karanganyar Sendiri tergolong organisasi muda karena terbentuk baru sekitar 4 tahun. SAR Kabupaten Karanganyar resmi berdiri pada tanggal 14 Desember 2004, dengan akta notaris. Organisasi SAR ini berlindung dibawah Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten Karanganyar. SAR merupakan organisasi sosial kemanusiaan yang menangani masalah bencana alam (mulai dari mitigasi, evakuasi dan pembenahan) yang mencakup wilayah seluruh Kabupaten Karanganyar. Organisasi ini bersifat emergency, yang membutuhkan anggota yang cepat tanggap dan cekatan, karena tidak mungkin bencana dapat direncanakan meskipun bencana itu dapat diprediksi, Tetapi pada umumnya bencana datang secara tiba-tiba. Sebenarnya sistem dari SAR tersebut memang sudah terkenal di negara-negara besar lain seperti Amerika. SAR merupakan kegiatan yang dilakukan ketika seseorang membutuhkan bantuan,dan harus mendapatkan pertolongan dengan segera hal ini diungkapkan dalam Journal of Homeland Security And Emergency Management (www.bepress.com). Anggota SAR bukanlah terdiri dari gabungan TNI, Polisi ataupun ormas yang lain seperti yang sering kita jumpai jika kita melihat tayangan media. SAR berdiri sendiri, anggotany dipilih berdasarkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, bukan semata-mata relawan biasa karena memang dibutuhkan skill yang tangguh untuk dapat melakukan pertolongan yang mungkin akan membahayakan sang commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penolong atau rescuer itu sendiri. SAR Karanganyar beberapa tahun belakangan ini disibukkan dengan berbagai bencana. SAR memegang peranan penting dalam bencana alam, bahkan memegang peran pokok yaitu sebagai evakuator pertama. Kegiatan evakuasi sendiri belum tentu dapat dijalankan sendiri oleh warga sekitar bencana karena berbagai faktor, maka mau tidak mau SAR yang memegang peran penting ini. Bencana yang paling rawan atau sering terjadi adalah tanah longsor yang telah memakan korban yang tidak sedikit. B. Perumusan Masalah Bagaimanakah peranan SAR sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dalam penanganan bencana alam yang terjadi di Wilayah Kabupaten Karanganyar? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : a. Tujuan Operasional 1. Mengetahui bagaimana peranan SAR Karanganyar dalam penanganan bencana alam terutama tanh longsor yang terjadi di wilayah rawan bencana Kabupaten Karanganyar. 2. Bagaimana cara kerja atau sistem kerja SAR Karanganyar dalam menjalankan tugasnya di penanganan bencana alam 3. Mengetahui sejauh mana pengertian masyarakat mengenai peranan SAR Karanganyar dalam penanganan bencana alam. b. Tujuan Fungsional commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan
penelitian
ini,
apabila
memungkinkan
hasilnya
dapat
dimanfaatkan oleh pihak yang memerlukan baik sebagai ilmu pengetahuan maupun sebagai dasar untuk mengambil kebijakan, khususnya dalam bidang penanganan bencana alam. c. Tujuan Individual Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana. D. Manfaat Penelitian Diharapkan dari penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk : a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini secara teoritis dapat menambah pengetahuan dalam bidang Ilmu Sosial khususnya Sosiologi. b.Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam upaya melebarkan sayap organisasi SAR Kabupaten Karanganyar, serta kebijakan dalam menentukan langkah selanjutnya dalam hal penanganan bencana alam di willayah Kabupaten Karanganyar. c. Manfaat Metodologis Penelitian ini dapat digunakan sebagai titik tolak untuk melekukan penelitian sejenis yang lebih mendalam. D. Landasan Teori 1. Pendekatan Sosiologi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian ini permasalahannya akan dikaji dengan pendekatan sosiologi. Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari : 1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antar berbagai gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan lain sebagainya). 2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan non sosial (misalnya: gejala geografis, biologis dan lain sebagainya). 3. Ciri- ciri umum semua jenis-jenis gejala sosial (Soekanto, 2003:19) William F Ogburn dan Meyer F Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial (Soekanto, 2003 : 19-20). Dari definisi tersebut nampak sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, obyek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia, proses dan gejala yang ditimbulkan dari hubungan tersebut dalam masyarakat dan juga pengaruh hubungan timbal balik antar gejala sosial dan non sosial. Sedangkan dalam sosiologi juga dikenal adanya paradigma sosial. Paradigma menurut Ritzer adalah pandangan yang mendasar dari ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan (discipline). Jadi sesuatu yang menjadi pokok persoalan dalam satu cabang ilmu menurut versi ilmuwan tertentu (Ritzer, 2003 : 6-7). Dalam sosiologi terdapat tiga paradigma yang biasa digunakan dalam menelaah masalah-masalah sosial yang ada. Ketiga paradigma tersebut adalah commit definisi to user sosial dan paradigma perilaku paradigma fakta sosial, paradigma
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
sosial. Dalam penelitian ini mengacu pada paradigma definisi sosial. Dimana exemplar paradigma ini merupakan salah satu aspek yang khusus dari karya Weber, yaitu dalam analisisnya tentang tindakan sosial (social action). Dalam paradigma definisi sosial terdapat beberpa teori yang berkembang antara lain adalah : teori tindakan (teori aksi), interaksionisme simbolik, fenomenologi, etnometodologi, dan eksistensialisme. Sadangkan yang menjadi pusat dari penelitian ini berpegang pada teori aksi (Ritzer, 2008 : 699-700). Weber mengartikan sosiologi sebagai suatu studi tentang tindakan sosial dan hubungan sosial itu Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi, yaitu : 1. Tindakan sosial manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata. 2. Tindakan nyata yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif. 3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam. 4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu. 5. Tindakan itu memeperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu ( Ritzer, 203 : 39 ). Atas dasar rasionalitas tindakan sosial tersebut Weber membedakan ke dalam empat tipe, dimana semakin rasional tindakan sosial itu maka semakin mudah untuk dipahami. Ke empat tipe tersebut adalah : 1. Zwerkrational Yaitu tindakan rasional murni. Dalam tindakan ini seseorang atau aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya sendiri. Tujuan dalam zwerkrational tidaklah absolut. Ia dapat juga mencari cara dari tujuan lain berikutnya, bila aktor berkelakuan dengan cara yang paling rasional maka akan mudah memahami tindakannya itu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
2. Werkrational action Dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan lain. Ini menunjuk pada tujuan itu sendiri. 3
Affectual action Tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si actor. Tindakan ini sukar dipahami, kurang atau tidak rasional.
4
Traditional action Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu dimasa lalu saja ( Ritzer, 2003: 40-41 ). Ada tiga teori yang termasuk dalam paradigma definisi social yaitu
teori aksi, interaksionsme simbolik dan fenomenologi. Sesuai dengan tema yang diambil dalam penelitian ini, maka teori yang dipergunakan adalah teori aksi. Adapun beberapa asumsi fundamental teori aksi dikemukakan oleh Hinkle dengan merujuk karya Mac Iver, Znanieki, dan parsons adalah : 1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. 2. Sebagai subyak manusia bertindak atau berprilaku untuk mencapai tujuantujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan. 3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut. 4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi noleh kondisi yang tidak dapat diubah dengan sendirinya. 5. Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang, dan yang telah dilakukan. 6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan, atau prinsip-prinsip moral diharapakan timbul pada saat pengambilan keputusan. 7. Studi mengenai antar hubungan social memerlukan pemakaian teknik penemuan yang bersifat subyektif pada metode verstehen, imajinasi, symphatetic reconstruction, atau seakan-akan mengalami sendiri ( Ritzer, 2003 : 46 ). Dalam mengkaji permasalahan mengenai peran organisasi SAR Kabupaten Karanganyar dalam penanganan bencana di wilayah Kabupaten Karanganyar commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat ditelaah dengan berbagai teori diantaranya adalah teori aksi dari Talcott Parsons. Teori aksi yang dikembangkan oleh Talcott Parsons yang merupakan pengikut Weber yang utama, mendapat sambutan luas. Parsons mengiginkan pemisahan antara teori aksi dengan aliran behaviorisme karena menurutnya mempunya arti yang berbeda istilah action menyatakan secara tidak langsung suatu aktivitas, kreatifitas dan proses penghayatan diri individu. Dari semula Parson menjelaskan bahwa Teori aksi memang tidak dapat menjelaskan keseluruhan aspek kehidupan sosial. Walaupun teori aksi berurusan dengan unsurunsur yang paling mendasar dari kehidupan sosial, namun ia mengakui bahwa unsur-unsur mendasar itu tidaklah berurusan dengan keseluruhan struktur sosial. Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Adanya individu selaku aktor 2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu 3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya 4. Aktor berhadapan dengansejumlah kondisi situasional yang dapat berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu. Misalnya kelamin dan tradisi. 5. Aktor dibawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan mementukan tujuan serta tindakan alternative untuk mencapai tujuan, contohnya kendala kebudayaan (Ritzer, 2003: 48-49). Aktor
mengejar
tujuan
dalam
situasi
dimana
norma-norma
mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat. Tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah yang oleh Parsons disebut dengan Voluntarisme. Konsep voluntarisme dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
Parsons inilah yang menempatkan teori aksi kedalam paradigma definisi social. Dimana konsep voluntarisme tersebut adalah kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam mencapai tujuannya. Dalam teori aksi yang dikemukakan oleh Parsons tersebut dijadikan landasan oleh mereka untuk motivasi dan etos kerja dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Manusia harus aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternatif tindakan. Menurut Parsons tindakan seseorang ditentukan oleh hal yang berasal dari luar dirinya. Aktor dipengaruhi oleh sisitem budaya dan sistem kepribadian. Namun setelah fase terakhir Parsons, ditandai dengan perluasan penggolongan teori tindakan hubungan-hubungan baru dan unsure baru ditemukan, seperti misalnya tambahan sub system keempat dalam system tindakan yaitu: organisme perilaku, sehingga system tindakan itu kini menjadi system kepribadian, sistem sosial/pranata sosial, sistem budaya dan organisme perilaku. Keempat sistem ini dikaitkan secara erat dengan skema A.G.I.L (Adaption, Goal, Attainment, Integration, Latenty) Tindakan aktor dipengaruhi oleh sistem yang ada dalam berperilaku. Pengaruh ini bersifat voluntarisme dan sibernetik. Sibernetik menunjukkan hubungan antara masing-masing sistem yang mempengaruhinya. Dari pandangan fungsional, tindakan aktor dimaknai sebagai : 1. Lattern Pattern Maintenance Berhubungan dengan system budaya yang menunjuk pada masalah bagaimana menjamin kesinambungan tindakan dalam system sesuai commit to user dengan beberapa ukuran atau norma-norma
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Integration Dalam hal ini berhubungan dengan system social, menunjuk pada koordinasi serta kesatuan bagian-bagian dari system sehingga seluruhnya fungsional 3. Goal Attainment Berhubungan dengan system kepribadian menunjuk pada pemenuhan tujuan system dan penetapan prioritas diantara tujuan-tujuan tersebut 4. Adaption Berhubungan dengan system organisme perilaku menunjuk pada kemampuan system menjamin apa yang dibutuhkan dari lingkungan serta mendistribusikan sumber-sumber tersebut kedalam seluruh system (Haryatmoko. B, 1986)
Penelitian social harus mencoba menginterprestasikan tindakan si aktor. Teori yang relevan untuk digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Aksi. Teori aksi yang juga dikembangkan Oleh Max Weber. Menurutnya individu melakukan tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsiran atas suatu objek stimulus tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan social yang rasional yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat. Dari beberapa uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tindakan sosial merupakan suatu proses dimana aktor terlibat didalam pengambilan keputusan-keputusan subjektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dipilih, yang kesemuanya itu dibatasi kemungkinankemungkinannya oleh system kebudayaan dalam bentuk norma-norma, ide-ide dan nilai-nilai sosial. Didalam menghadapi situas-situasi yang bersifat kendala baginya itu, aktor mempunyai sesuatu didalam dirinya berupa kemauan bebas (Ritzer, 2003 : 49-50).
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Kerangka Pemikiran Peranan SAR Karanganyar dalam penanganan bencana alam terutama tanah longsor dapat digambarkan bahwa dalam setiap bencana alam yang terjadi disetiap wilayah operasi SAR Karanaganyar yaitu Kabupaten Karanganyar ataupun laporan permintaan bantuan dari luar Kabupaten Karanganyar, sebagai langkah awal sebelum turun ke lapangan adalah mengadakan koordinasi. Ini merupakan salah satu sistematisasi kinerja SAR. Baru setelah terbentuk tim, maka disegerakan turun ke lapangan dan mulalilah peranan SAR tersebut dijalankan. Mulai dari tahap evakuasi yaitu mencari dan menolong korban secara langsung. Selain evakuasi SAR Karanganyar juga melakukan mitigasi sebelum ataupun sesudah terjadinya bencana alam. Mitigasi dimaksudkan untuk meminimalisir dampak bencana alam dan jumlah korban bencana alam. Hal tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut F. Definisi Konsep 1. peranan adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang atau kelompok yang mempunyai status. Sedangkan status itu sendiri sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Dalam arti tertentu status dan peranan adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban, sedangkan peranan adalah pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak-hak tersebut. 2. SAR (Search And Rescue)
commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Organisasi sosial yang bergerak di bidang kemanusiaan, yang bertugas dalam penanganan bencana alam secara langsung, yaitu menyelenggarakan operasi SAR untuk menolong korban bencana alam. Pekerjaan SAR adalah tanpa pamrih dan mengedepankan kepentingan bersama. 3. organisasi sosial Kelompok atau orang-orang yang mempunnyai cara tersendiri untuk bergabung membentuk sebuah sistem yang di dalamnya terdapat tujuan yang sama, dimana untuk mencapainya terdapat pula cara-cara untuk meraihnya. 4. bencana alam Terjadinya fenomena alam yang diakibatkan dari beberapa faktor baik dari alam itu sendiri ataupun dari ulah tangan manusia, terjadi secara tiba-tiba meskipun sebagian dapat diprediksikan umumnya menelan korban jiwa dan harta benda. 5. penanganan bencana alam Adalah cara yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang sebagai tindakakn atas terjadinya bencana alam untuk mengatasi situasi yang terjadi secara cepat. F. Tinjauan Pustaka 1. Peranan Secara etimologi peranan berasal dari kata peran yang berarti sesuatu yang mengambil peran atau yang memegang pimpinan terutama. Sedangkan secara terminologi peranan berarti aspek dinamis dari suatu kedudukan
,
dimana
seseorang melaksanakan
hak-haknya dan
kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Oleh karena itu peranan merujuk pada perilaku seseorang pada posisi atau status tertentu commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai apa dan terhadap siapa. Artinya peranan dapat dilihat sebagai suatu peran sosial, tetapi bukan individu yang berhenti pada dirinya (Soekanto, 2003: 243). Dalam kehidupan bermasyarakat, peranan menentukan bagaimana seseorang harus bertingkah laku dalam bermasyarakat. Peranan menentukan
bagaimana
seorang
harus
bertingkah
laku
dalam
masyarakat. Peranan tersebut dirumuskan dan diakui oleh masyarakat melalui norma sosial yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Menurut Paul B. Horton dan Chester L. hunt dalam buku Sosiologi Jilid 1, mengartikan peranan sebagai perilaku yang diharapkan dari seeorang yang mempunyai suatu status. Mempelajari suatu peranan sekurang-kurangnya melibatkan dua aspek yaitu: pertama, kita harus belajar untuk melaksanakan kewajiban dan menunut hak-hak suatu peran; kedua, memiliki sikap, perasaan dan harapan-harapan yang sesuai dengan peran tersebut. Oleh karena itu, untuk mencapainya seseorang akan mengadakan interaksi dengan orang lain (baik dengan individu maupun dengan kelompok) yang dalam interaksi ini akan terjadi adanya tindakan sebagai suatu rangsangan dan tanggapan sebagai suatu respon (Horton 1987: 118). Peranan adalah perilaku yang diharapkan dari sesorang atau kelompok yang mempunyai status. Sedangkan status itu sendiri sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Dalam arti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban, sedangkan peranan adalah pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak-hak tersebut. Kamus Sosiologi karya Soerjono Soekanto memberikan definisi tentang role atau peranan sebagai berikut: 1). Aspek dinamis dari kedudukan. 2). Perangkat-perangkat dan kewajiban-kewajiban. 3). Perilaku actual dari pemegang kedudukan. 4). Bagian dari aktifitas yang dimainkan oleh seseorang. Status dan peranan ini mempunyai arti penting dalam sistem sosial masyarakat. Wujud dari status dan peranan itu adalah adanya tugas-tugas yang dijalankan oleh seseorang berkenan dengan posisi dan fungsinya dalam masyarakat. Peranan yang melekat dalam diri seseorang harus dibedakan dengan status seseorang dalam masyarakat yang merupakan unsur statis yang menunjukan tempat individu dalam masyarakat. Di dalam peranan terdapat dua macam peranan: a. Harapan dari masyarakat terhadap pemegang perana atau kewajiban kewajiban dari pemegang peran. b. Harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan denganya. Dalam menjalankan perannya dan kewajibannya (Soekanto, 2003: 254). Peranan menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi tepatnya seseorang atau kelompok menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Suatu peranan setidaknya mencakup tiga unsur, yaitu : 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan posisi atau tempat commit to user seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang didapat dilakukan oleh individu dalam msyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur social masyarakat (Soekanto, 2003:224). Melihat pengertian tersebut di atas, maka perana sebagai sesuatu yang penting tidak bias dipisahkan dengan masyarakat. Masyarakat biasanya memberikan fasilitas-fasilitas pada individu untuk menjalankan peranan. Organisasi social atau lembaga kemasyarakatan merupakan bagian masyarakat yang banyak menyediakan peluang-peluang untuk melaksanakan peranan tersebut. Sedangkan pengertian peranan menurut Bruce J.Colien dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar adalah “suatu perilaku yang diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang menduduki status tertentu.” Bruce j. Colien membagi peranan menjadi dua macam, yaitu: 1). Prescribed role (peranan yang dianjurkan) yaitu jika dalam melaksanakan suatu peranan tertentu kita harapkan oleh masyarakat agar menggunakan cara-cara yang sesuai denagn yang mereka harapkan. 2). Enacted role (peranan nyata) yaitu jika orang-orang yang diharapkan melaksanakan suatu peranan tidak berperilaku menurut cara-cara konsisten dengan harapan-harapan orang lain, tetapi mereka masih bisa dianggap menjalankan peranan yang diberikan oleh masyarakat walaupun tidak konsisten dengan harapan-harapan si pemberi peran. Menurut Hendropuspita dalam buku Sosiologi Sistematik, peranan adalah suatu konsep fungsional yang menjelaskan fungsi (tugas) seseorang yang dibut atas dasar tugas-tugas yang dilakukan seseorang. commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peranan sebagai konsep yang memnunjukan apa yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok. Wujud dari status dan peran itu adalah adanya tugas-tugas yang dijalankan oleh seseorang berkaitan dengan posisi atau fungsinya dalam masyarkat. Salah satunya adalah peranan SAR Karanganyar. Dalam kaitannya dengan penanggulangan bencana alam yang terjadi di wilayah Kabupaten Karanganyar. SAR Karanganyar sebagai wadah dari pemuda dan para pemerhati lingkungan serta relawan, memiliki status yang keberadaannya diakui oleh masyarakat lingkungannya serta oleh pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar sendiri, sehingga peranannya dapat dirasakan oleh masyarakat dan pemerintah. Wadah dari pemuda, pemerhati lingkungan dan relawan ini dijadikan sarana untuk penanggulangan bencana manakala saat mengantisipasi adanya bencana, saat bencana terjadi dan saat setelah bencana terjadi. 2. Organisasi Sosial Menurut kamus sosiologi karya Soerjono Soekanto, organisasi adalah : 1). Sistem sosial yang dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu. 2). Suatu kelompok yang mempunyai diferensiasi peranan 3). Sekelompok orang yang sepakat untuk mematuhi sekelompok norma- norma.
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan organisasi sosial sendiri adalah cara-cara perilaku manusia yang terorganisasikan secara sosial. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, organisasi sosial adalah system hubungan antar orang atau antar kelompok berdasarkan jenis kegiatan dan pembagian fungsional untuk menyelesaikan kewajiban bersama dalam masyarakat. Sedangkan organisasi adalah kesatuan yangterdiri atas bagian-bagian dalam perkumpulan dan sebagainya untik tujuan tertentu atau kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakannya untuk mencapai tujuan bersama (Depdiknas, 2005 : 803) Menurut Supriyadi dalam buku Pengantar Sosiologi, organisasi social dalam arti yang luas dimaksudkan sebagai suatu jaringan tingkah laku manusia yang berpola kompleks serta luas ruang linkupnya di dalam setiap masyarakat. Dan jika istilah organisasi social digunakan dalam penertian khusus, maka yang dimaksudkan adalah tingkah laku dari para pelaku di dalam sub-sub unit masyarakat misalnya keluarga, bisnis, sekolah, organisasi pencinta lingkungan. Menurut Robin Williams yang dikutip dari Supriyadi dalam buku Pengantar Sosiologi (2000: 37) mengatakan bahwa organisasi social menunjuk pada tindakan manusia yang saling mempengaruhi dalam arti ketergantungan. Selanjutnya bahwa orang-orang mengadakan interaksi, akan saling timbul pola-pola tingkah laku yang nampak secara nyata. Jika commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di dalam imteraksi ada pola-pola tertentu, maka akan mudah terjadinya kebingungan walaupun dalam situasi yang sederhana sekalipun. Organisasi sosial memiliki proses yang dinamis, yaitu pola-pola antar hubungan manusia yang ada di dalamnya senantiasa mengalami perubahan. Walaupun pada kenyataannya pola tersebut tetap bersifat teratur dan dapat diramalkan. Sehingga seorang sosiolog mempelajari organisasi sosial itu sebagai suatu kondisi dan juga sebagai suatu proses. Di satu pihak sosiolog memperhatikan bangunan struktur dari tindakan (social action), tetapi di lain pihak juga memperhatikan proses-proses perubahan dalam tindakan-tindakan sosial (Supriyadi, 1997:37) Manusia adalaha makhluk social yang pada hakekatnya tidak dapat hidup tanpa manusia yang lain. Dalam kehidupannya manusia dituntut untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan akal pikiran, perasaan dan kehendaknya. Sehingga kondisi ini menimbulkan kelompok social pada kehidupan manusia. Kelompok social tersebut merupakan himpunan ataukesatuan manusia oleh karena itu adahubungan diantara mereka. Hubungan tersebut antara lain : menyangkut hubungan timbale balik yang saling mempengaruhi, dan juga adanya satu kesadaran untuk saling tolong menolong.
1. Organisasi Search And Rescue ( SAR ) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
Terbentuknya organisasi sosial dalam bidang kemanusiaan ini ada karena adanya kesadaran manusia akan perananya dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan. Hubungan antara manusia dan lingkungannya bersifat timbal balik dan membentuk suatu system yang disebut ekosistem. Dalam hubungan timbale balik ini, diperlukan adanya keselarasan ekologi, yaitu suatu kejadian dimana makhluk hidup ada dalam hubungan yang harmonis dengan lingkungannya, sehingga terjadi keseimbangan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya. Manusia sebagai makhluk hidup selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Adanya interaksi antara manusia dan lingkungannya, mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi. Ketidak seimbangan inilah yang akan mrnimbulkan gejolak dari alam, yang berakibat lebih jauh adalah munculnya bencana alam. 2. Bencana Alam Bencana alam adalah konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan
bencana
merupakan
valuasi
kemampuan
sistem
dan
infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir (www.sar nasional.com) 3. Tanah Longsor Fenomena penyebab tanah longsor adalah karena adanya perubahan-perubahan secara tiba-tiba ataupun perlahan-lahan dalam komposisi, struktur, daur hidrologi atau kondisi vegetasi disuatu lereng. Perubahan-perubahan itu terjadi karena : a) Getaran-getaran bumi karena gempa, peledakan (bom, dll), mesin-mesin, lalu lintas dan guntur atau petir. Sebagian besar kelongsoran yang paling parah akibat dipicu oleh gempa bumi. b) Perubahan-perubahan kadar air dalam tanah akibat hujan lebat atau kenaikan ketinggian permukaan air. c) Hilangnya penopang tanah permukaan bumi yang bisa terjadi akibat erosi, proses pelongsoran tedahulu, pembangunan, penggalian, penggundulan atau lenyapnya tumbuh-tumbuhan yang semula akarnya mengikat tanah. d) Peningkatan beban pada tanah yang disebabkan oleh hujan deras, salju, penumpukan batu-batu lepas atau bahan-bahan yang dimuntahkan gunung api, bangunan, sampah/ limbah dan tanaman. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Di kawasan perkotaanpun kadang terjadi longsoran, namun lebih sering diakibatkan oleh perbuatan manusia itu sendiri, antara lain: a) Pemotongan atau pembelokan arah aliran air alamiah dan rekayasa yang menyebabkan perubahan kandungan air. b) Pembangunan baru yang melibatkan metode-metode ‘tambal sulam’ sehingga kestabilan lereng terganggu. Selain itu untuk dapat mengantisipasi dampak yang disebabkan oleh tanah longsor, masyarakat perlu mengetahui ciri-ciri umum tanah longsor. Biasanya tanah longsor terjadi sebagai dampak sekunder dari hujan badai yang lebat, gempa bumi serta letusan gunung api. Bahan-bahan yang membentuk tanah longsor terbagi menjadi dua jenis lapisan batu atau lapisan tanah (yang terdiri atas tanah dan berbagai sisa bahan organik). Berdasarkan corak gerakannya, tanah longsor bisa digolong-golongkan menjadi : a) Guguran atau Runtuhan Suatu guguran atau runtuhan adalah jatuhnya sejumlah batuan atau bahan lain kearah bawah dengan gerakan meluncur turun atau melenting di udara. Ini umum terjadi disepanjang jalan atau jalur kereta api yang kanan kirinya bertebing curam, atau tebing-tebing karang rendah di wilayah pantai. Tebing batu atau tanah yang besar dan rapuh bisa menyebabkan kerusakan besar bila runtuh atau gugur. b) Longsoran atau Luncuran Sejumlah Besar Bahan commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bila guguran hanya meluncurkan sejumlah kecil bahan dari permukaan yang lebih tinggi (hanya rontokan saja), longsoran atau luncuran besar ini melibatkan sejumlah besar bahan yang tadinya membentuk permukaan lebih tinggi itu, yang tergelontor kebawah. Ini terjadi akibat lapuk atau rapuhnya suatu bagian (atau beberapa bagian) dari permukaan yang lebih tinggi. Longsoran bisa jatuh kebawah dalam keadaan utuh, bisa juga lebur berkeping-keping. c) Robohan Sesuatu roboh lantaran posisi semula yang membuatnya berdiri mantap mengalami perubahan sehingga kedudukannya goyah dan jatuh. Dalam kasusu suatu tebing, keambrukan terjadi akibat gay-gaya rotasi yang memindahkan posisi bebatuan. Lantaran perubahan ini, batuan mungkin terdorong keposisi tidak stabil di puncak tebing. Keseimbangan hanya bertumpu pada sudut tertentu yang masih terpijak. Bila terdapat pemicu yanh menyebabkan titik tumpu itu berubahan, maka tubuh batuan akan terdorong ke depan dan berjatuhan ke dataran dibawahnya. Batu-batu yang jatuh dalam proses ini hanya sedikit, hanya yang terletak diposisi genting saja di pucuk tebing. Robohan ini tidak memerlukan banya gerakan dan tak harus menyebakan guguran atau longsoran batu. d) Persebaran Lateral commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bongkah- bongkah tanah yang berukuran besar menyebar melintang (horizontal) dengan retak pusatnya semula. Sebaran lateral biasanya terjadi di lereng-lereng landai, biasanya kurang dari 6% dan umumnya mentebar sampai 3-5 meter. Biasanya mula-mula terjadi patahan atau sesar dari dalam, membentuk banyak rekahan di pemukiman. Ini bisa tejadi lantaran pelarutan tanah (misalnya akibat gempa). Pada saat Alaska diguncang gempa tahun 1964, lebih dari 200 jembatan rusak atau hancur akibat persebaran lateral delta-delta yang terbuat dari endapan banjir terdahulu. e) Aliran Rombakan Aliran tanah dan bebatuan yang longsor ini menyerupai cairan kental, kadang bergerak sangat cepat, dan bisa menjangkau beberapa kilometer. Biasanya terjadi setelah hujan lebat, meskipun air tidak selalu diperlukan untuk menyebabkan aliran ini. Aliran lumpur sedikitnya 50% diantaranya berupa pasir, lempung dan endapan. Bila lumpur mengalir dari letusan gunung api, namanya lahar, yakni bahan-bahan letusan yang tertimbun di lereng-lereng dan mendingin, tergelincir turun akibat hujan deras, pelelehan salju yang mendadak atau luapan air danau. Aliran limbah murni terdiri atas tanah, batuan, dan sisa-sisa jasad organik., berpadu dengan air dan udara umumnya terjadi diselokan-selokan atau pematang-pematang commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
curam. Aliran rayapan terjadi jika tanah atau bebatuan terkikis dan mengalir pelan-pelan, hampir tak Nampak perubahannya. Meski begitu dalm jangka panjang rayapan ini bisa juga menyebabkan tiang-tiang listrik, telepon dan lain-lain ambruk meluncur kebawah. a. Meramalkan terjadinya longsoran. Kecepatan gerak tanah longsor bermacam-macam antara yang sangat perlahan (kurang dari 6 centimeter pertahun) hingga yang luar biasa cepatnya (lebih dari 3 meter per detik). Lantaran inilah barangkali kemampuan kita untuk melacak gejala dan meramalkannya pun berbedabeda. Bila yang dimaksud adalah ramalan akurat dan pasti sangat sulit dibuat. Kapan dan seberapa besar daya kelongsoran akan sulit diperkirakan sekalipun adanya situsi pemicu yang kuat ramalan akan terjadi hujan lebat, adanya kegiatan seismik tersebut. Berpadu dengan pengamatan
kelongsoran
tanah
mungkin
bisa
menjadi
paduan
memperkirakan kemungkinan waktu (secara garis besar) dan dampakdampak yang mungkin timbul. b. Data geologis Ada dua aspek geologis yang penting artinya untuk menilai kestabilan tanah dan meramalkan terjainya kelongsoran : Litologi adalah kajian tentang batuan dan kandungannya, tampilan permukaan / teksturnya atau berbagai cirri lain yang akan mempengaruhi pwmbawaan batu itu. Semua cirri akan menentukan kekuatan, daya commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bentuk, kepekaan terhadap bahan kimia dan pengolahan fisik serta berbagai faktor penentu kestabilan lereng. Struktur batuan dan tanah atau tampilan yang mempengaruhi kestabilannya, termasuk urutan dan corak lapisan, perubahan-perubahan litologis, bentangan-bentangan titik-titik pertemuan atau persediaan antar bagian, patahan / sesar dari lipatan. Geomorfologis Data geomorfologis terpenting untuk membantu meramalkan tanah longsor adalah sejarah kelongsoran tanah di daerah yang teliti. Faktorfaktor lainnya mencakup kemiringan atau kecuraman sehubungan dengan kekuatan Untuk memperkirakan terjadinya kelongsoran diperlukan data-data geologi (kajian tentang bentuk-bentuk permukaan tanah), hidrologi (kajian tentang daur peredaran air, dan flora di daerah tertentu. Oleh karena itu masyarakat perlu mewaspadai bencana tanah longsor dengan mengenali gejala dan cara penanganannya. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Berdasarkan masalah yang diangkat yaitu mengenai, peran SAR (Search And Rescue) sebagai organisasi sosial dalam menangani bencana alam diwilayah rawan bencana kabupaten karanganyar, maka jenis penelitian yang dipilih adalah deskriptif kualitatif. Deskripti
kualitatif
yaitu
suatu
bentuk
penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari orang-orang atau prilaku yang dapat diamati. Jenis penelitian ini
mampu
mengungkapkan
informasi
dengan
cara
mendeskripsikan atau mampu memberikan gambaran realitas social sebagaimana adanya dan relatif utuh. 2. Tempat penelitian Lokasi penelitian di wilayah rawan bencana yang ada di Kabupaten Karanganyar. Alasan pemilihan lokasi yaitu bahwa Kabupaten Karanganyar di beberapa daerah terdapat lokasi rawan bencana dan yang menangani masalah bencana tersebut adalah organisasi SAR Karanganyar yang beranggotakan orang-orang yang berdomisili di sekitar wilayah Karanganyar. Lokasi tersebut adalah merupakan markas dari SAR Kabupaten Karanganyar. Sedangkan Tempat lokasi penelitian sebagai daerah bencana adalah Desa Nglegok, Kecamatan Ngargoyoso, dan Desa Balong, Kecamatan Jenawi. 3. Sumber Data a. Data Primer Yaitu data dan informasi yang diperoleh langsung dengan melakukan wawancara. Ineorman yang dipilih berasal dari pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah tersebut. Pihakpihak yang dimaksud adalah pengurus SAR Karanganyar, anggota SAR Karanganyar, serta warga masyarakat sekitar Desa Nglegok, Kecamatan Ngargoyoso, dan Masyarakat sekitar Desa Balong Kecamatan Jenawi. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Data Sekunder Yaitu data dan informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber data melalui data-data tertulis. Dat tersebut antara lain : -
Data monografi Kabupaten Karanganyar
-
Monografi dari maing-masing daerah rawan bencana yang menjadi obyek penelitian yaitu Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso dan Desa Balong, Kecamatan Jenawi.
-
Data dari SAR Karanganyar yang berupa buku, leaflet maupun data yang berupa foto-foto dari hasil dokumentasi
-
Data dari internet yang berkaitan dengan masalah penelitian
4. Metode pengambilan Sampel Dalam memilih sampel yang lebih utama adalah bagaimana menentukan sevariatif mungkin sehingga dapat dipilih dan digunakan sebagai informan yang dapat dipercaya dan penting untuk memperluas informasi. Teknik yang digunakan adalah purposive sampling yaitu yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Purposive sampling artinya pengambilan sampel yang berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sehingga unit sampel yang diambil disesuaikan dengan kriteria tertentu yang dianggap mampu memberikan informasi yang jelas dan tepat sesuai dengan kebutuhan penelitian. Selain itu juga informan bervariasi dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda dilihat dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan (HB. Sutopo, 2002: 36) Dalam penelitian ini terdapat 12 informan. Sepuluh informan tersebut terdiri dari 4 orang pengurus organisasi sosial SAR Karanganyar sendiri, 4 orang tokoh masyarakat yang dianaggap kompeten dalam penggalian data, dan 4 orang dari masyarakat sekitar lokasi rawan bencana tanah longsor. 5. Teknik Pengambilan Data a. Observasi non partisipan Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang diamati. Untuk mendapatkan data dilapangan, maka peneliti melakukan pengamatan secara langsung. Peneliti melakukan pengamatan di wilayah pasca bencana. Antara lain di wilayah Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso yang merupakan daerah pasca bencana tanah longsor, serta hingga kini masih menjadi titik rawan longsor dan wilayah yang masih dalam panatauan rawan longsor yang lain adalah Desa Balong, Kecamatan Jenawi, yang pada daerah tersebut commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terdapat beberapa titik retakan tanah yang sewaktu-waktu dapat mengakibatkan longsor jika hujan lebat turun. b. Wawancara mendalam Sumber data yang penting dalam penelitian kualitatif adalah manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan. Untuk itu diperlukan wawancara yang mendalam yang tidak menggunakan struktur yang ketat dan formal. Dengan teknik tersebut diharapkan mampu mendapatkan segala informasi yang diperlukan. Yaitu mengapa para pemuda berperan aktif menjadi salah satu anggota SAR Karanganyar yang bekerja tanpa pamrih dan tanpa mengenal waktu. Yang menjadi informan disini adalah para pengurus Organisasi SAR Karanganyar itu sendiri, dan beberapa orang tokoh masyarakat yang mengenal adanya organisasi sosial ini dan untuk mengetahui sejauh mana peran dan manfaat adanya SAR juga dilakukan wawancara terhadap beberapa orang yang menjadi korban bencana tanah longsor yang bersentuhan langsung dengan kerja anggota SAR.
c. Dokumentasi Pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder dengan cara-cara melihat arsip, foto-foto, dokumentasi dan data dari commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
SAR Karanganyar serta warga setempat yaitu warga sekitar daerah bencana antara lain adalah warga desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso, dan warga Desa Balong, Kecamatan Jenawi. 6. Validitas Data Menggunakan teknik trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai penimbang terhadap data itu. Dezn (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan
yang memanfatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik dan teori. Teknik triangulasi pemeriksaan
melalui
yang paling banyak digunakan adalah sumber
lainya.
Dalam
penelitian
ini
menggunakan triangulasi sumber yang berarti membandingkan dan mengecek balik drajat kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dlam metode kualitatif (Patton, 1987:331). Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan: a. Membandingkn data hasil pengamatan dengan hasil wawancara b. Membandingkan apa yang dikatan orang didepan umum dengan apa yang dilakukannya secara pribadi c. Membandingkan apa yang dikatan oang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Membandingkan kadan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang e. Memebandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 1990:178) 7. Teknik Analisa Data a. Reduksi Data (Data Reduction) Komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan atau yang biasa disebut fieldnote. Reduksi data berlangsung terus menerus selama kegiatan
penelitian
berlangsung
dilapangan.
Proses
berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus, penyusunan pertanyaan penelitian dan juga cara pengumpulan data yang akan digunakan. Dengan kata lain reduksi data adalah
bagian dari proses
analisis yang mempertegas ,memperpendek, membuat focus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur dta sedemikian rupa sehigga kesmpulan peneitian dapat dilakukan. b. Penyajian Data (Data Display) commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Komponen analisis kedua adalah sajian data. Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi atau deskripsi dalam
bentuk
narasi
yang
memungkinkan
kesimpulan
penelitian dapat dilakukan. Penyajian data merupakan komponen analisis kedua yang penting sehingga kegiatan perencanaan kolom dalam bentuk matriks bagi data kualitatif dalam bentuknya yang khusus sudah membawa peneliti memasuki daerah anlisis penelitian. Kedalaman dan kemantapan hasil analisis sangat ditentukan oleh kelengkapan sajian datanya. c. Penarikan Kesimpulan dan verivikasi (Conclution Drawing ) Penrikan kesimpulan dilakukan setelah proses pengumpulan data benar-benr selesai dan hasil kesimpulan tersebut perlu diverivikasi
agar
cukup
mntap
dan
benar-benr
dapat
dipertanggung jawabkan. Verivikasi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengulangan-pengulangan dengan cepat dengan tujuan untuk pemantapan dan penelusuran data kembali. Pada dasarnya data tersebut harus diuji validitasnya supaya kesimpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih bisa dipercaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Karanganyar Kabupaten Karanganyar terletak di Propinsi Jawa Tengah yang memiliki banyak wilayah pegunungan yang juga merupakan daerah rawan bencana terutama tanah longsor karena banyaknya dataran tinggi dan perbukitan. Dataran tinggi dan perbukitan yang rawan terkena longsor pada umumnya mengenai wilayah pertanian, karena memang seharusnya di perbukitan yang tinggi tidak disarankan untuk daerah pertanian atau perkebunan.
Pada akhir tahun 2007 Kabupaten Karanganyar tertimpa
bencana alam yang cukup besar termasuk didalamnya adalah bencana tanah longsor yang memakan banyak korban jiwa. 1. Batas Wilayah Kabupaten Karanganyar mempunya batas- batas wilayah, lebih tepatnya berbatasan dengan beberapa Kabupaten, Kota dan Propinsi. Sebelah utara dari Kabupaten Karanganyar berbatasan langsung dengan Kabupaten Sragen. Tidak jarang wilayah operasi SAR Air dari SAR Karanganyar sering memasuki wilayah Kabupaten Sragen, karena sungai-sungai besar yang mengalir menuju di kabupaten tersebut. Sebelah timur berbatasan langsug dengan propinsi Jawa Timur. Dapat dilihat dengan jelas Gunung Lawu yang sering dijadikan obyek wisata pendakian para pecinta alam, sebenarnya sebagian besar Gunung Lawu tersebut sudah commit to user
39
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Timur. Di Kabupaten Karanganyar sendiri, tepatnya di Kecamatan Tawangmangu sangat dekat dengan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, hal itu dapat dilihat karena memang terdapat batas nyata (tanda) dan memang digunakan sebagai jalur alternatif menuju Propinsi Jawa Timur. Sebelah selatan Kabupaten Karanganyar berbatasan Langsung dengan Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo. Dua Kabupten tersebut melintang tepat dari sisi selatan hingga barat daya dari Kabupaten Karanganyar. Sedangkan batas sebelah barat adalah Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali. Jika dilihat dalam peta memang ada beberapa wilayah di Kabupaten Karanganyar yang terletak sangat dekat dengan Kota Surakarta bahkan dikelilingi, hal tersebut terkadang membuat masyarakat jarang tahu, seperti halnya di Kecamatan Colomadu yang masih masuk wilayah Kabupaten Karanganyar. 2. Luas dan Pembagian wilayah Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 773,78 km2. Tentunya luas tersebut terbagi dalam beberapa sub-sub bagian kecil sampai terkecil. Kabupaten Karanganyar tebagi dalam 17 Kecamatan
yang
sebagian
besar
wilayah
kecamatannya
mempunyai resiko kerawanan bencana dengan spesifikasi yang berbeda hal tesebut dapat dilihat dalam pembagian lokasi bencana. Dari 17 kecamatan masih terbagi lagi dalam 162 desa dan 15 commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelurahan. Sebagian besar pemerintahan desa masih dipegang oleh Kepala Desa yang berarti bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Kepala Desa dipilih secara langsung oleh masyarakat setempat. Sub yang lebih kecil dan detail Kabupaten Karanganyar terbagi dalam 1.091 Dusun, 2.313 Dukuh, 1.871 Rukun Warga (RW), dan 6.130 Rukun Tetangga (RT) 3. Pembagian Wilayah Rawan Longsor Bencana tanah longsor berpotensi terjadi di beberapa daerah seperti berikut : 1. Kecamatan Jenawi, yaitu Desa Seloromo, Desa Tengguli, Desa Gumeng, Desa Anggrasmanis dan Desa Balong 2. Kecamatan Kerjo, yaitu Desa Gempolan dan Desa Plosorejo 3. Kecamatan Ngargoyoso, yaitu Desa Berjo, Desa Girimulyo, Desa Nglegok 4. Kecamatan
Tawangmangu,
yaitu
Desa
Tengklik,
Desa
Gondosuli, Kelurahan Blumbang dan kelurahan Tawangmangu 5. Kecamatan
Karangpandan,
yaitu
Desa
Krang,
Desa
Karangpandan dan Desa Gerdu 6. Kecamatan Matesih, yaitu Desa Girilayu dan Desa Koripan 7. Kecamatan Jatiyoso, yaitu Desa Beruk, Desa Wonorejo dan Desa Wonokeling Kesemua wilayah rawan bencana diatas memiliki banyak area perbukitan yang digunakan untuk lahan pertanian atau perkebunan. commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain itu terdapat pula erosi karena aliran air yang melewati daerah tersebut. Dari beberapa derah diatas yang menjadi obyek penelitian adalah Desa Nglegok di Kecamatan Ngargoyoso dan Desa Balong di Kecamatan Jenawi. Pemilihan lokasi ini dikarenakan pada dua titik tersebut yang kini menjadi daerah pantauan utama tanah longsor dari SAR Karanganyar, karena hampir setiap terjadi hujan lebat dua titik ini sering terjadi pergerakan tanah yang mengkibatkan longsor ringan ataupun berat. B. Keadaan Umum Desa Rawan Bencana di Kabupten Karanganyar 1. Desa Nglegok a. Keadaan Umum Desa Nglegok Desa Nglegok terletak di pegunungan, lebih tepatnya disekitar lereng Gunung Lawu. Secara administratif Desa Nglegok termasuk dalam wilayah Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Karena daerahnya terdapat banyak lereng dan juga lahan miring maka wilayah ini pernah beberapa kali tertimpa tanah longsor, mulai dari bencana longsor yang ringan sampai dengan bencana longsor yang memakan beberapa korban jiwa. Daerah ini ditetapkan sebagai daerah rawan bencana tanah longsor sejak terjadi bencana akhir tahun 2007 yang memakan 6 korban jiwa, dan kerugian materi yang tidak sedikit. Jarak Desa Nglegok dengan pusat pemerintahan adalah sebagai berikut :
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-
Jarak dengan pusat pemerintahan kecamatan 10 km kearah timur
-
Jarak dengan pusat pemerintahan kabupaten 17 km kearah barat
-
Jarak dengan pusat pemerintahan propinsi 135 km kearah barat Desa Nglegok sudah memiliki sarana transportasi yang
memadahi berupa jalan yang baik dan transportasi yang lancar. Dengan keberadaan alat transportasi yang lancar maka jarak dengan daerah-daerah yang lainnya dapat diakses dengan mudah. Desa nglegok dapat ditempuh melalui jalur Karangpandan-Solo, yaitu dengan mengendarai bus umum, yang merupakan alat transportasi utama masyarakat sekitar Desa Nglegok. b. Batas Desa Desa Nglegok mempunyai batas-batas wilayah antara lain sebelah utara berbatasan dengan Desa Dukuh, Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Dayu, sebelah barat berbatasan dengan Desa Tamansari dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Girimulyo. Pada umumnya semua desa yang mengelilingi Desa Nglegok juga mempunya tekstur tanah yang tidak rata dan juga rawan terhadap bahaya tanah longsor. c. Luas dan Pembagian Wilayah Luas wilayah Desa Nglegok meliputi tanah seluas 4.386.800 Km² yang terbagi menjadi 7 dusun atau lingkungan yaitu commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dusun Sidi, Dusun Ngungkal, Dusun Jenggrik, Dusun Ngiyoro, Dusun Cumpleng, Dusun Talok dan Dusun Karangnongko. Sedangkan dalam penelitian ini wilayah yang diambil sebagai obyek daerah rawan bencana tanah longsor adalah Dusun Cumpleng, yang pada akhir tahun 2007 Kemarin menewaskan 6 orang warganya. d. Keadaan Penduduk 1) Jumlah Penduduk Jumlah keseluruhan penduduk Desa Nglegok sapai dengan tahun 2008 terhitung 4.393 jiwa. 2) Komposisi Penduduk menurut umur dan jenis kelamin Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat dijadikan petunjuk bagi kemungkinan perkembangan penduduk suatu daerah di masa yang akan datang. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk Desa Nglegok menurut golongan umur dan jenis kelamin dapat kita lihat pada tabel berikut ini :
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.1 Komposisi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin Golongan usia
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
0-9 tahun
144
128
272
10 -14 tahun
173
141
314
15- 19 tahun
186
174
360
20-29 tahun
248
250
498
30-39 tahun
147
159
306
40-49 tahun
166
169
335
50 tahun keatas
483
623
1106
Jumlah
1547
1644
4939
Sumber : Data Monografi Desa Nglegok. 2008. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah terbesar penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin adalah pada kelompok umur 60 Tahun keatas yaitu sebesar. Dimana jumlah penduduk jenis kelamin perempuan adalah 1644 jiwa, lebih besar dari jumlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan sebesar 1547 jiwa. Dari data tersebut menunjukkan angka ketergantungan penduduk usia non produktif dan usia penduduk usia tidak produktif terhadap penduduk usia produktif tidak begitu besar. 3) Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian Pembagian penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat dalam tabel berikut : commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.2 Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian No
Mata pencaharian
Jumlah
1
Pegawai Negri Sipil
15
2
TNI / POLRI
2
3
Swasta
57
4
Wiraswasta / Pedagang
28
5
Tani
750
6
Pertukangan
75
7
Buruh Tani
1231
8
Pensiunan
15
9
Angkutan
35
10
Jasa
-
11
Lain-lain
JUMLAH
2208
Sumber : Dta Monografi Desa Nglegok. 2008. Dari data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Nglegok bermata pencaharian sebagai buruh tani, yaitu sebesar 1231 orang, sedangkan jumlah pekerjaan lain relatif lebih sedikit. Penduduk Desa Nglegok sebagian besar tergantung pada orang lain, yaitu mengandalkan para pemilik lahan pertanian sebagai mata pencaharian mereka sehari-hari, selain itu pada umumnya mereka juga memelihara ternak sebagai sumber penghidipan selain dari pemilik lahan pertanian.
commit to user 4) Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pandangan dan pengetahuan umum masyarakat agar mereka mampu menerima hal-hal baru yang menguntungkan bagi mereka, terlebih lagi dilembaga formal ini juga memberi pengetahuan mengenai bencana alam meskipun tidak begitu detail. Tabel 1.3 Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1
Tamat Sarjana S1 / D4
2
Tamat Akademi / D1-D3
-
3
Tamat SMA / MA / sederajat
-
4
Tamat SMP / MTs / sederajat
-
5
Tamat SD / MI / sederajat
300
6
Tamat TK
72
7
Tidak Tamat SD / MI / sederajat
326
8
Pondok Pesantren
9
Kursus / ketrampilan
10
15
37
Lain-Lain
-
JUMLAH
750
Sumber : Data Monografi Desa Nglegok. 2008. Adapun persebaran tingkat pendidikan penduduk di Desa Nglegok dapat dilihat dari tabel diatas bahwa jumlah terbesar adalah penduduk tamatan SD/MI/Sederajat yaitu 300 orang. Dalam hal ini dari semua penduduk tamatan SD tentu ada pula yang pernah duduk di bangku SMP walaupun tidak tamat. Dari commit to user data diatas dapat dilihat bahwa masih kurangnya pendidikan
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengakibatkan banyak kekurangan pengetahuan terhadap masyarakatnya, termasuk dalam tanggap bencana dan prediksi bencana alam. Bagi warga yang belum tamat SD tentunya mereka masih melanjutkan sekolah dan umumnya masih anak-anak sekolah usia SD. Bagi penduduk yang tidak sekolah dan tidak sekolah pada jenjang diatasnya umumnya menghadapai kendala dari faktor usia, waktu atau biaya sekolah, walaupun mungkin ada yang berminat melanjutkan sekolah. Adanya tamatan sarjana meskipun jumlahnya sedikit hal ini menunjukkan adanya sudah adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan formal. 5) Komposisi Penduduk menurut Agama Tabel 1.4 Komposisi Penduduk menurut Agama No
Agama
Jumlah
1
Islam
4272
2
Kristen
21
3
Khatolik
-
4
Hindu
-
5
Budha
JUMLAH
Sumber : Data Monografi Desa Nglegok. 2008.
commit to user
4293
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari data diatas menunjukkan bahwa penduduk Desa Nglegok mayoritas adalah pemeluk agama islam, yaitu 4272, dan lainnya itu pemelu agama Kristen hanya 21 orang. 6) Perangkat Desa Desa Nglegok memiliki Badan Perwakilan Desa (BPD) yang beranggotakan 9 orang. Sedangkan jumlah perangkat desa berjumlah 13 orang yang ditunjukkan dalam tabel berikut ini : Tabel 1.5 Perangkat Desa Nglegok dan Susunannya No
Bidang
Jumlah Orang
1
Sekdes / Sekjur
1
2
Kepala Urusan / Kepala Seksi
3
3
Kepala Dusun / Lingkungan
7
4
Staff / Pembantu Kaur
2
JUMLAH
13
Sumber : Data Monografi Desa Nglegok. 2008.
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Sarana dan Prasarana Desa Nglegok 1) Sarana Peribadatan Tabel 1.6 Sarana Peribadatan No
Sarana Peribadatan
Jumlah
1
Masjid
16
2
Mushola
6
3
Gereja
-
4
Vihara
-
5
Pura
JUMLAH
22
Sumber : Data Monografi Desa Nglegok. 2008. Sebagian besar masyarakat di Desa Nglegok memeluk agama islam yaitu dengan jumlah 4272 orang, sedangkan agama Kristen sebanyak 21 orang dan pemeluk agama lain tidak ada. Sementara itu sarana peribadatan berupa masjid sudah cukup memadahi, sedangkan tempat peribadatan lain belum tersedia. 2) Sarana Pendidikan Jumlah tempat pendidikan yang ada dalam suatu daerah dapat dijadikan tolok ukur kenmajuan suatu daerah. Sarana pendidikan yang ada di Desa Nglegok dapat dilihat dari tabel berikut ini :
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.7 Sarana Pendidikan No
Jenis Pendidikan
Negeri
Swasta
Jumlah
1
Kelompok Bermain
-
-
-
2
TK
-
-
-
3
SD / MI
2
-
2
4
SLTP / MTs
-
-
-
5
SLTA / MTA
-
-
-
6
Akademi
-
-
-
7
Institut / Sekolah Tinggi
-
-
-
8
Universitas
-
-
-
2
-
2
JUMLAH
Sumber : Data Monografi Desa Nglegok. 2008. Sarana Pendidikan di Desa Nglegok dapat dikatan masih dibawah standart, masih sangat kurang, sehingga untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi, penduduk Desa Nglegok harus keluar daerah, bahkan untuk mendapatkan pendidikan tingkat TK pun demikian halnya. 3) Sarana Transportasi dan Perhubungan Srana perhubungan dan transpotasi adalah sarana yang sangat penting untuk mendukung kelancaran aktifitas dan mobilitas penduduk. Kondisi jalan di Desa Nglegok secara keseluruhan dapat dikatakan sudah baik, meskipun terdapat kerusakan
kecil,
tetapi
tidak
begiyu
berarti
bahkan
commit to user menghambat. Hampir semua jalan utama telah diaspal.
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sehingga untuk akses keluar desa tidak mengalami kesulitan. Sarana transportasi untuk menjangkau daerah ini pada umumnya adalah angkutan umum. Tabel 1.8 Sarana Transportasi dan Perhubungan No
Alat Transportasi
Jumlah
1
Sepeda
17
2
Sepeda motor
285
3
Dokar / Delman
-
4
Kendaraan beroda tiga
-
5
Angkudes / Angkota
-
6
Mobil Pribadi
7
Bus Kota
-
8
Bus Umum
3
9
Truk
8
10
Lain-lain
JUMLAH
25
338
Sumber : Data Monografi Desa Nglegok. 2008. Pemilikan transportasi di Desa Nglegok sudah cukup memadahi, tetapi transportasi yang paling banyak digunakan geografis yang naik turun adalah sepeda motor karena desa tersebut memiliki letak
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Sarana Perdagangan/ Jasa Tabel 1.9 Sarana Perdagangan / Jasa No
Sarana
Jumlah
1
Pasar Desa
-
2
Toko
5
3
Warung
12
4
Kaki Lima
4
5
Bidan
1 JUMLAH
22
Sumber : Data Monografi Desa Nglegok. 2008. Data
diatas
menunjukkan
bahwa
jumlah
sarana
perdagangan dan jasa di Desa Nglegok masih minim. Karena sarana perdagangan ini merupakan salah satu pendukung sector perekonomian penduduk di wilayah itu. f. Keadaan Wilayah Rawan Bencana Bencana yang terjadi pada di wilayah Desa Nglegok yang tepatnya terjadi di wilayah Dusun dapat digambarkan bahwa keberadaan rumah penduduk berada dibawah tebing yang relative tinggi. Tebing tersebut merupakan tebing tanah yang termasuk gembur dan mempunyai daya serap air yang kuat.
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Desa Balong a. Keadaan Umum Keadaan
umum
Desa
Balong
terletak
di
wilayah
Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Jarak Desa Balong dengan pusat pemerintahan adalah sebagai berikut : -
Jarak dengan pusat pemerintahan Kecamatan Jenawi adalah 1 km ke Barat
-
Jarak dengan pusat pemerintahan Kabupaten Karanganyar adalah km ke Tenggara
-
Jarak dengan pusat pemerintahan Propinsi Semarang adalah km ke Barat Desa Balong sudah mempunyai sarana transportasi yang
memadahi berupa jalan yang baik dan transportasi yang lancar. Dengan keberadaan alat transportasi yang lancar maka jarak dengan daerah-daerah lainnya menjadi mudah ditempuh. Desa
Balong
dapat
ditempuh
melalui
jalur
Solo-
Karanganyar (kota). Desa Balong merupakan desa yang dalam masa pantauan rawan bencana tanah longsor, karena di daerah tersebut banyak terdapat wilayah yang mempunyai retakan tanah rawan longsor. Pada tahun 2007 Kabupaten Karanganyar terkena musibah bencana alam yang cukup besar, terjadi banjir dan longsor commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di beberapa wilayah kecamatannya, termasuk di dalamnya adalah Desa Balong, Kecamatan Jenawi. Perjalanan ke Desa Balong dari Karanganyar memerlukan waktu sekitar 1 jam perjalanan. Sedangkan dari Solo memerlukan waktu sekitar 1jam 30 menit perjalanan. Dari perjalanan dari kota ke Desa Balong melewati jalan yang berkelok-kelok, tetapi dengan suguhan pemandangan alam yang indah, serta banyak melewati obyek wisata yang dimiliki Kabupaten Karanganyar, antara lain Candi Cetho sampai pada panorama kebun teh. b. Batas Desa Desa Balong mempunyai batas wilayah antara lain sebelah utara berbatasan dengan Desa Menjing, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Trengguli, sebelah barat berbatasan dengan Desa Sido Mukti, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Plosorejo. c. Keadaan Geografis Desa Balong mempunyai ketinggian tanah kuarang lebih 600 meter dari permukaan laut. Dilihat dari ketinggian tanah dari permukaan laut, maka desa ini termasuk daerah dataran tinggi. Oleh karena itu kerawanan terjadi longsorpun juga tinggi, mengingat banyaknya banyak lahan yang digunakan sebagai area perkebunan maka kegemburan tanah akan tinggi dan penyerapan air juga berimbang tinggi, belum lagi ditambah commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
daerah lereng-lereng perbukitan yang dialiri air. Suhu udara rata-rata adalah 24 derajat celcius. Struktur tanah di desa ini rata-rata subur. Oleh karena itu pertanian sangat cocok diterapkan di wilayah ini. d. Luas dan Pembagian Wilayah Luas wilayah Desa Balong meliputi tanah seluas yang terbagi menjadi 4 dusun atau lingkungan, yaitu Dusun Talun, Dusun Balong, Dusun Kentangan, dan Dusun Doksari. Sedangkan yang menjadi titik penelitian adalah Dusun Balong. Luas tanah tersebut mempunya status sebagai berikut : a). Tanah bersertifikat
: 740 sertifikat
b). Tanah tidak bersertifikat
: 148.690 Km2
Desa Balong mempunyai model pemerintahan desa yang dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang biasa disebut dengan sebutan “ Pak Lurah”. Sebenarnya sebutan Lurah hanya untuk sisitem pemerintahan Kelurahan bukan Desa. Jika di Sistem pemerintahan Kelurahan, Lurah adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tetapi meskipun begitu masyarakat lebih akrab dengan sapaan “Pak Lurah”, yang sebenarnya adalah Kepala Desa. Desa Balong ini sendiri terbagi dalam 34 RT dan 8 RW. e. Keadaan Tanah a). Tanah Kering 1). Pekarangan/Bangunan commit to user
: 80.490 Km2
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2). Tegal/Kebun
: 218.560 Km2
b). Tanah keperluan fasilitas sosial
:
2.200 Km2
c). Tanah sawah
: 282.470 Km2
Sumber : Monografi Desa Balong Tahun 2008 Dari monografi Desa Balong dapat diketahui bahwa tekstur tanah di Desa Blong adalah tanah kering dan digunakan untuk pertanian / tega / kebun. Hal ini dikarenakan Desa Balong merupakan daerah pegunungan yang memang sesuai untuk lahan perkebunan. Halm ini juga yang menyebabkan banyaknya tanah gembur, sehingga mendorong terjadinya tanah longsor. f. Keadaan Penduduk a) Jumlah penduduk Jumlah keseluruhan penduduk Desa Balong terhitung 3569 jiwa b) Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat dijadikan
petunjuk
bagi
kemungkinan
perkembangan
penduduk suatu daerah di masa yang akan datang. untuk lebih jelasnya jumlah penduduk Desa Balong menurut golongan umur dan jenis kelamin dapat kita lihat pada tabel berikut :
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.1 Komposisi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin Golongan usia
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
0-9 tahun
352
354
706
10 -14 tahun
179
175
354
15- 19 tahun
167
220
387
20-29 tahun
355
326
681
30-39 tahun
139
174
313
40-49 tahun
183
186
369
50 tahun keatas
350
409
759
Jumlah
1725
1844
3569
Sumber : Data Monografi Desa Balong. 2008. Dari tabel fiatas dapat dilihat bahwa jumlah terbesar penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin adalah pada kelompok umur 50 Tahun keatas yaitu sebesar 759 jiwa. Diama jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki adalah 350 jiwa, lebih kecil dibandingkan dengan umlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan sebesar 409 jiwa. Dari data tersebut menunjukkan angka ketergantungan penduduk usia non produktif dan penduduk usia tidak produktif terhadap penduduk usia produktif tidak begitu besar. c) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk Desa Balong sangat beragam meskipun yang memegang peran utama pada sektor pertanian. commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mata pencaharian penduduk dapat dijadikan tolok ukur kemakmuran suatu wilayah. Tabel 2.2 Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian No
Mata pencaharian
Jumlah
1
Pegawai Negri Sipil
2
TNI / POLRI
3
Swasta
669
4
Wiraswasta / Pedagang
42
5
Tani
443
6
Pertukangan
390
7
Buruh Tani
920
8
Pensiunan
106
9
Angkutan
51
10
Jasa
15 JUMLAH
120 7
2763
Sumber : Data Monografi Desa Balong. 2008. Dari data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Balong bermata pencaharian sebagai buruh tani yaitu sebesar 920 orang, yang berarti mereka menggantungkan penghasilannya kepada para petani yang berjumlah 443 orang. d) Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Adapun persebaran tingkat pendidikan penduduk di Desa Balong dapat dilihat dari tabel diatas bahwa jumlah terbesar adalah penduduk tamatan SD / MI / Sederajat yaitu sebesar commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1412 jiwa dari seluruh jumlah penduduk. Dalam hal ini dari semua penduduk tamatan SD tentu ada yang pernah duduk di angku SMP walaupun tidak tamat. Demikian pula terhadap tamatan SMP. Tabel 2.3 Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1
Tamat Sarjana S1 / D4
20
2
Tamat Akademi / D1-D3
28
3
Tamat SMA / MA / sederajat
550
4
Tamat SMP / MTs / sederajat
1020
5
Tamat SD / MI / sederajat
1412
6
Tamat TK
245
7
Tidak Tamat SD / MI / sederajat
50
8
Pondok Pesantren
9
Kursus / ketrampilan JUMLAH
Sumber : Data Monografi Desa Balong. 2008.
commit to user
27 3352
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Komposisi Penduduk Menurut Agama Tabel 2.4 Komposisi Penduduk menurut Agama No
Agama
Jumlah
1
Islam
2957
2
Kristen
130
3
Khatolik
22
4
Hindu
460
5
Budha
JUMLAH
3569
Sumber : Data Monografi Desa Balong. 2008. Data diatas menunjukkan bahwa penduduk desa Balong mayoritas adalah beragama islam yaitu sebanyak 2957, tetapi menurut data diatas pemeluk agama di Desa Balong sudah beragam sesuai dengan agama yang di sahkan oleh pemerintah. f) Perangkat Desa Tabel 2.5 Perangkat Desa Balong dan Susunannya NO
BIDANG
JUMLAH
1
Kepala Desa
1
2
Sekretaris Desa / Sekdes
1
3
Kepala Urusan / Kepala Seksi
5
4
Kepala Dusun / Lingkungan
4
5
Staff / Pembantu Kaur
-
JUMLAH commit to user
11
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sumber : Data Monografi Desa Balong. 2008.
Desa
Balong
memiliki Badan Perwakilan Desa yang beranggotakan 9 orang. Sedangkan jumlah perangkat desa berjumlah 11 orang, g) Sarana dan Prasarana Desa Balong 1) Sarana Peribadatan Sebagian besar masyarakat di Desa Balong memeluk agama islam yaitu dengan jumlah penduduk 2957 orang dari keseluruhan jumlah penduduk yaitu 3569. Sementara itu sarana peribadatan juga cukup menunjang. Tabel 2.6 Sarana Peribadatan No
Sarana Peribadatan
Jumlah
1
Masjid
4
2
Mushola
13
3
Gereja
2
4
Vihara
-
5
Pura
2 JUMLAH
21
Sumber : Data Monografi Desa Balong. 2008. 2) Sarana Pendidikan Jumlah tempat pendidikan yang ada dalam satu daerah dapat dijadikan tolak ukur kemajuan suatu daerah. Dalam hal ini pula berkaitan erat tentang seberapa jauh pengetahuan masyarakat commit to user mengenai sistem penanganan
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bencana yang sekarang marak di demonstrasikan di lembaga pendidikan, seperti manajemen gempa dan banjir. Tabel 2.7 Sarana Pendidikan No
Jenis Pendidikan
Negeri Swasta Jumlah
1
Kelompok Bermain
-
2
2
2
TK
3
-
3
3
SD / MI
3
-
3
4
SLTP / MTs
1
-
1
5
SLTA / MTA
-
-
-
6
Akademi
-
-
-
7
Institut / Sekolah Tinggi
-
-
-
8
Universitas
-
-
-
7
2
9
JUMLAH
Sumber : Data Monografi Desa Balong. 2008. Jumlah tempat pendidikan yang ada dalam satu daerah dapat dijadikan tolak ukur kemajuan suatu daerah. Dalam hal ini pula berkaitan erat tentang seberapa jauh pengetahuan masyarakat mengenai sistem penanganan bencana yang sekarang marak di demonstrasikan di lembaga pendidikan, seperti manajemen gempa dan banjir. Sarana pendidikan di Desa Balong dapat dikatakan masih belum memadai, jika ingin menempuh pendididkan yang lebih tinggi penduduk harus keluar daerah, mengingat commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
letak daerah Desa Balong yang cukup jauh dari pusat pendidikan kota. 3) Sarana Transportasi dan Perhubungan Sarana perhubungan dan transportasi adalah sarana yang sangat penting untuk mendukung kelancaran ativitas dan moilitas penduduk. Kondisi jalan Desa Balong secara keseluruhan bisa dibilang baik. Hampir semua telah di aspal. Sehingga untuk akses keluar tidak mengalami kesulitan. Sarana transportasi untuk ke daerah ini umumnya adalah bus umum, tetapi banyak diantara warga masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi. Jalur kendaraan umum ke Desa ini bahkan Kecamatan Jenawi sendiri jika dari pusat pemerintahan kabupaten cukup jauh dan harus dengan rute memutar sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi. Para pengguna kendaraan pribadi pada umumnya memilih jalur altenatif yang lebih dekat, tetapi kekurangannya adalah belum ada kendaraan umum yang melalui jalur alternative tersebut. Meskipun sarana angkutan umum belum banyak tersedia untuk menjangkau wilayah ini akan tetapi akses dan keadaan jalan dalam kondisi yang baik, dapat dilalui kendaraan roda 4 bahkan bus,
ataupun truk-truk commit to user
besar.
Pemerintah
daerah
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
seharusnya juga mengusahakan kendaraan umum untuk memperlancar mobilitas penduduk, dan memperlancar segala aktivitas ekonomi dan pendidikan juga. Tabel 2.8 Sarana Transportasi dan Perhubungan No
Alat Transportasi
Jumlah
1
Sepeda
15
2
Sepeda motor
367
3
Dokar / Delman
-
4
Kendaraan beroda tiga
-
5
Angkudes / Angkota
-
6
Mobil Pribadi
7
Bus Kota
-
8
Bus Umum
8
9
Truk
6
10
Lain-lain
JUMLAH
Sumber : Data Monografi Desa Balong. 2008.
commit to user
22
418
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Sarana Perdagangan / Jasa Tabel 2.9 Sarana Perdagangan / Jasa No
Sarana
Jumlah
1
Pasar Desa
1
2
Toko
13
3
Warung
3
4
Kaki Lima
-
5
Bidan
3 JUMLAH
20
Sumber : Data Monografi Desa Balong. 2008. Jumlah sarana perdagangan dan jasa di Desa Balong masih minim. Karena sarana perdagangan ini merupakan salah satu pendukung sektor perekonomian penduduk. Data diatas menunjukkan bahwa jumlah sarana perdagangan dan jasa di Desa Balong masih minim. Karena sarana perdagangan ini merupakan salah satu pendukung sektor perekonomian penduduk. h) Keadaan Wilayah Rawan Bencana Wilayah Desa Balong pernah menjadi lokasi bencana longsor pada tahun 2007. Hingga saat inipun masih dalam pantauan dan merupakan daerah yang masih berpotensi longsor. Keadaan ini dikarenakan letak tanah atau wilayah Desa Balong yang banyak memiliki perbukitan commit to user dan dataran tinggi dengan tekstur
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tanah gembur, karena banyak digunakan sebagai lahan pertanian. Selain tanah longsor di daerah ini juga terdapat retakan-retakan tanah yang berpotensi longsor. Retakan tanah seperti ini terjadi karena beberapa faktor antara lain abrasi tanah, adanya beberapa wilayah pertambangan pasir liar, struktur tanah dan beberapa faktor alam seperti hujan berkepanjangan dan demikian halnya saat kemarau yang mengakibatkan keringnya tanah dan memperparah retakan yang ada. Pemerintah
desa
setempat
sudah
melakukan
upaya
pengurangan resiko tanah longsor dengan jalan penghijauan. Tanah yang menjadi lahan pertanian di lahan miring yang seharusnya ditanami tanaman keras atau tanaman tahunan mulai digalakkan. Meskipun demikian bencana tanah longsor dapat mengancam sewaktu-waktu karena memang situasi cuaca akhir-akhir ini yang tidak menentu. Dan hasil dari penghujauan itupun tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat. Memerlukan waktu dalam jangka bulan untuk dapat merasakan hasil penghijauan, sedangkan bencan itu tidak bisa menunggu apalagi ditunda. Oleh karena itu kesadaran masyarakat sejak dini sangat diperlukan untuk keselamatan bersama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
C. PROFIL SAR 1. Sejarah Perkembangan SAR di Indonesia Organisasi SAR Nasional di Indonesia mulai diwujudkan dengan terbitnya Keputusan Presiden 11 Tahun 1972 tentang Badan SAR Indonesia., namun sebenarnya pemikiran-pemikiran untuk membentu organisasi SAR sudah ada sejak Tahun 1950. Pada tahun 1950 Indonesia masuk sebagai anggota ICAO (International Civil Aviation Organization), denag msuknya sebagai anggota ICAO maka Indonesia mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan SAR terhadap musibah yang terjadi di wilayah Indonesia. Tahun 1966 dengan Keputusan Presiden nomor 203 Tahun 1966 negara Indoneia terdaftar sebagai anggota IMCO (Intergovermental Maritme Consultative 2. Sejarah Singkat Berdirinya SAR Karanganyar Ditengah arus perubahan sosial yang terjadi didalam masyarakat, sebagai akibat lajunya modenisasi daan juga pengaruh globalisasi, terkadang membawa dampak negatif bagi kehidupan manusia itu sendiri. Sifat kepedulian sosial dan rasa solidaritas yang dulu menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kita, sedikit demi sedikit, berubah dan bergeser pada pola kehidupan yang individualistis. Fenomena ini sudah sangat terasa karena sudah banyak tumbuh di kota-kota besar di Indonesi, tidak terkecuali di wilayah Kabupaten Karanganyar sendiri. Kepedulian sosial dan rasa solidaritas masyarakat mengalami degradasi. commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menyadari adanya fenomena tersebut, pada tanggal 14 Desenmber 2004 terbentuklah SAR Karanganyar yang dipelopori oleh beberapa pemuda di Karanganyar. Pada umumnya pemuda tersebut berangkat dari beberapa organisasi diantaranya adalah pramuka dan pecinta alam. Sebelumnya di pramuka sendiri telah membentuk UBALOKA (Unit Bantu Pertolongan Pramuka) yang juga bergerak di bidang sosial kemanusiaan. Tetapi sistemaisasi kerjanya masih terhalang oleh para anggota yang memang kebanyakan masih usia sekolah menengah atas. Maka denga kesadaran dan landasan kemanusiaan akhirnya para pemuda tersebut memutuskan untuk membentuk SAR. Dan pada tanggal 14 Desember itulah ditetapkan sebagai hari lahirnya SAR Karanganyar. Dan pada tanggal 10 Agustus 2005 kepegurusan SAR Karanganyar untuk periode 2005-2010 dilantik oleh Bupati Karanganyar Ibu Hj. Rina Iriani Sri Ratnaningsih,
S.Pd,
M.Hum
di
rumah
dinas
bupati
Kapupaten
Karanganyar. Untuk lokasi Markas Komando (Mako) SAR Karanganyar sendiri sempat berpindah dari rumah dinas di Desa Ngijo, Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karangnyar menjadi di rumah dinas di Desa Tegal Asri, Kecamatan Bejen, Kabupaten Karangnyar. Hal ini dikarenakan permintaan dari pengurus SAR Karanganyar untuk berpindah di wilayah yang lebih strategis berada di pusat kota, sehinnga informasi mudah didapat, selain itu untuk mempermudah akses warga masyarakat jika sewaktu-waktu commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memerlukan bantuan SAR, meskipun telah tersedia pesawat komunikasi dan telepon markas. 3. Visi dan Misi SAR Karanganyar a. Visi SAR Karanganyar “ Berhasilnya pelaksaan operasi SAR pada setiap waktu daan tempat dengan cepat, handal dan aman” b. Misi SAR Karanganyar “ Menyelenggarakan kegiatan operasi SAR yang efektif dan efisien melalui upaya tindak awal yang maksimal, serta pengerahan potensi SAR yang didukung oleh sumber daya manusia yang professional, fasilitas SAR yang memadai, dan prosedur kerja yang mantap dalam rangka mewujudkan Visi Badan SAR Nasional” 4. Asas dan Dasar, Tujuan, Manfaat, Tugas Pokok dan Fungsi a. Asas dan Dasar SAR Karanganyar berasaskan Pancasila b. Tujuan SAR Karanganyar mendidik, membina dan melakukan dengan tujua agar : 1) Manusia berkepribadian, berwatak dan berbudipekerti luhur yang : a) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental dan tinggi moral b) Tinggi kecerdasan dan mutu ketrampilannya c) Kuat dan sehat jasmaninya commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Warga Negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa dan Negara, memiliki
kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan, baik lokal, nasional, maupun internasional. c. Manfaat 1) Bagi lembaga pendidikan SAR Karanganyar bermanfaat sebagai wadah untuk mengarahkan, mendidik dan membina para generasi muda / mahasiswa / pelajar untuk lebih menghayati arti pengabdian dan meresapi nilai-nilai kemanusiaan. 2) Bagi Lembaga Pemerintah / Kemasyarakatan SAR Karanganyar bermanfaat sebagai sarana untuk melestarikan kegiatan
sosial
kemanusiaan
dan
sebagai
partner
dalam
menumbuhkan rasa solidaritas dan kepedulian sosial dalam masyarakat 3) Bagi Masyarakat Tersedianya bantuan pelayanan emergency apabila terjadi suatu musibah (individual maupun missal).
commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Tugas Pokok dan Fungsi 1) Tugas Pokok Dalam akta notaris No. 70 Tahun 2005 Tentang Anngaran Dasar
dan
mempunyai
Anggaran tugas
Rumah
Tangga,
SAR
pokok
melaksanakan
Karanganyar pembinaan,
pengkoordinasian potensi Search And Rescue (SAR) dalam kegiatan SAR terhadap orang dan material yang hilang atau dikhawatirkan hilang, serta member bantuan SAR dalam penanggulangan bencana dan musibah lainnya di wilayah. Secara garis besar tugas utama SAR adalah melaksanakan operasi di daerah bencana atau daerah yang dikhawatirkan terjadi bencana, ataupun membantu dalam pencarian segala bentuk (material maupun manusia) di wilayah Kabupaten Karanganyar. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika SAR Karanganyar juga melaksanakan tugas di luar wilayah Kabupaten Karanganyar (wilayah operasi) apabila diminta bantuan sesuai dengan tata cara dan ketentuan yang telah diatur sebelumnya dan sesuai dengan kemampuan. 2) Fungsi Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, SAR Karanganyar menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a)
Pembinaan potensi SAR dan pembinaan operasi SAR di wilayah Kabupaten Karanganyar commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b)
Pelaksanaan program pembinaan potensi SAR dan Operasi SAR
c) Pelaksanaan tindak awal d) Pemberian bantuan SAR dalam bencana alam dan musibah lainnya e) Pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR baik dengan instansi pemerintahan dan organisasi masyarakat yang lain f)
Evaluasi pelaksanaan pembinaan potensi SAR dan Operasi SAR
g) Pelaksanaan administrasi di lingkungan SAR Karanganyar 4. Sifat dan Usaha a. Sifat Adapun sifat umum dari organisasi SAR Karanganyar adalah sebagai berikut: 1) SAR Karanganyar adalah organisasi sosial kemanusiaan yang keanggotaanya bersifat sukarela, tidak membedakan suku, ras, golongan dan agama. 2) SAR Karanganyar bukan organisasi kekuatan sosial politik, bukan bagian dari kekuatan sosial politik dan tidak menjalankan politik praktis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
3) SAR Karanganyar ikut serta membantu masyarakat dalam bidang sosial kemanusiaan dan Search And Rescue (SAR) yang mengalami musibah individu / missal. 4) SAR Karanganyar menjamin kemerdekaan tiap-tiap anggotanya memeluk agama dan kepercayaan masing-masing beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Sifat organisasi SAR Karanganyar adalah suka rela dan bergerak di bidang sosial kemanusiaan. Organisasi SAR sendiri bersitem komando. Oleh karena itu setiap orang yang masuk menjadi pengurus ataupun anggota SAR Karanganyar tidak akan memperoleh imbalan (gaji) yang berupa apapun kecuali penghargaan yang setinggi-tingginya. Pendanaan di SAR Karanganyar sendiri hanya diperuntukkan sebagai dana operasional (akomodasi dan logistik) serta untuk melengkapi sarana dan prasarana SAR, karena memang terbatasnya dana yang diterima oleh SAR dari pemerintah daerah. Sedangkan yang dimaksud dengan sistem komando di SAR Karanganyar sendiri adalah SAR Karanganyar berada dibawah pimpinan seorang komandan, serta dalam cara kerjanya berdasarkan keputusan dari pengurus (komandan) itu sendiri. Satu perintah atau komando akan memudahkan sistem kerja SAR. b. Usaha Untuk mencapai tujuan diatas, diadakan usaha sebagai berikut : commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Ke Dalam a) Mengembangkan SAR Karanganyar secara ilmiah b) Membina dan mendidik semua anggota SAR Karanganyar c) Mengusahakan bersama-sama sarana dan prasarana pendukung untuk menunjang tujuan SAR Karanganyar tersebut. 2) Ke Luar a) Memupuk semangat persatuan, kesatuan dan kebersamaan dengan mengadakan kerja sama dengan seluruh instansi pemerintshsn terkait. b) Mengadakan hubungan, kerja sama dengan badan-badan ataupun instansi pemerintahan dan swasta yang mempunyai visi dan misi yang sama, baik di dalam negeri ataupun luar negeri. c. Keanggotaan, Organisasi dan Pengurus 1) Keanggotaan Anggota SAR Karanganyar terdiri dari : a) Anggota Kehormatan Anggota kehormatn diangkat dan disahkan oleh pengurus SAR Karanganyar. anggota kehormatan diangkat dari tokoh yang
berjasa
dalam
pngembangan
memajukan SAR Karanganyar. commit to user
organisai
maupun
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Anggota Biasa Anggota adalah warga Negara Indonesia yang mempunyai jiwa sukarela yang berdomisili di Karanganyar dan sekitarnya serta telah dikukuhkan sebaaagai anggota setelah ditetapkan oleh pengurus. c) Anggota Magang Anggota magang adalah warga Negara Indonesia yang mendaftarkan diri sebagai anggota SAR Karanganyar yang magang kepada SAR Karanganyar dengan ketentuan-ketentuan yang diatur iole SAR Karanganyar. d) Kartu anggota dibuat dan ditandatangani oleh Komandan SAR Karanganyar e) Hak dan Kewajiban Anggota 1) Anggota berhak mengenakan pakaian identitas SAR Karanganyar dengan lambang SAR Karanganyar. 2) Anggota kehormatan dapat dipilih menjadi anggota pengurus (kecuali WNA) dan hadir dalam rapat-rapat sebagai peninjau. 3) Anggota wajib mentaati AD ART serta keputusankeputusan
lainya
yang
dikeluarkan
pelaksana SAR Karanganyar.
commit to user
oleh
pimpinan
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Anggota magang dapat melaksanakan operasi dan latihan setelah mendapatkan ijin dari pimpinan pelaksana dan bidang SAR Karanganyar yang berwenang. 5) Anggota wajib menjaga dan mrnjunjung tinggi kehormatan SAR Karanganyar. 6) Anggota berhak menyampaikan saran dan pendapat. 7) Hak-hak yang lain dari anggota tertulis dalam juklak. f) Gugurnya Keanggotaan Anggota akan gugur karena : 1) Meninggal dunia 2) Mengundurkan diri dari keanggotaan yang dinyatakan secara tertulis kepada pengurus disertai alasan. 3) Diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan hormat oleh pengurus SAR Karanganyar karena melanggar Undang-Undang Negara, AD / ART, serta kode etik SAR Karanganyar. 4) Tidak mengikuti kegiatan SAR selama 6 bulan berturutturut 5) Anggota yang berhenti atau diberhentikan maka kedudukan atau jabatan secara otomatis gugur dan wajib menyerahkan seluruh atribut SAR Karanganyar. 6) Anggota yang diberhentikan berdasarkan ketentuan pasal 5 sub C diatas, pada tingkat terakhir dapat melakukan commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelaan di dalam musyawarah luar biasa tanpa dapat diwakilkan kepada siapapun. 7) Keputusan pemberhentian batal demi keadilan bilamana musyawarah
luar
biasa
menyatakan
keberatan
atas
keputusan tersebut. 2) Organisasi Organisasi SAR Karanganyar terdiri dari : a) SAR Karanganyar merupakan organisasi sukarelawan yang bernaung pada pemerintah daerah yang bergerak dalam bidang emergency dan sosial kemanusiaan b) SAR Karanganyar berpegang pada garis komando c) SAR Karanganyar dipimpin seorang Komandan dan Wakil Komandan d) Organisasi SAR Karanganyar pada dasarnya meliputi wilayah Kabupaten Karanganyar pada khususnya, eks karesidenan Surakarta dan Jawa Tengah pada umumnya sesuai dengan kemampuan. 3) Pengurus Pengurus SAR Karanganyar terdiri dari : a) Unsur Pimpinan b) Unsur Pimpinan Pelaksana c) Unsur Penunjang dan Pelaksana d) Unsur Bidang Pelaksana commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Syarat-syarat menjadi pengurus : a) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b) Warga Negara Indonesia c) Disiplin dan moral yang baik d) Mempunyai kemampuan berorganisasi e) Berdedikasi dan loyalitas pada organisasi f) Mempunyai jiwa sosial kemanusiaan Pengurus terdiri dari seorang Komandan, Seorang Wakil Komandan, seorang Sekretaris, seorang Bendahara, beberapa Ketua Bidang, antara lain seorang Ketua Bidang Operasional, seorang Ketua Bidang Diklat dan Personalia, dan seorang Ketua Bidang Logistik. Pengurus memimpin dan mengkoordinasikan segala kegiatan sesuai lingkup wewenangnya. Komandan dan Wakil Komandan tidak diperkenankan menduduki jabatan ketua / Wakil atau Komandan / Wakil Komandan pada organisasi lain. Kewajiban pengurus : a) Melaksanakan AD dan ART serta keputusan-keputusan musyawarah Keluarga Besar SAR Karanganyar. b) Memimpin dan menentukan kebijakan organisasi c) Melakukan
hubungan
dengan
pemerintah,
organisasi-
organisasi lain untuk hal-hal yang berkaitan dengan Search And Rescue / SAR Karanganyar commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Khusus untuk hubungan dengan organisasi luar negeri hanya dapat dilakukan oleh pegurus SAR Karanganyar e) Pengurus mengukuhkan anggota magang bila dipandang perlu dan seuai dengan persyaratan-persyaratan
yang
ditentukan oleh pengurus.
Pengurus SAR Karanganyar bertanggung jawab kepada seluruh anggota SAR Karanganyar dalam Musyawarah Keluarga Besar dan melaporkan kepada pemerintahan setempat. Adapun susunan pengurus SAR Karanganyar adalah sebagai berikut : i.
Komandan
: Muhamad Abdullah, SH
Wakil Komandan
: Endhar Matella
Sekretaris I
: Maryono
Sekretaris II
: Dadang Heri Sugiri
iii.
Bendahara
: Mulyono, S. Hut
iv.
Kepala Bidang Operasional : Agus Tulus Wibowo, S. Sos
ii.
Staff Bidang Operasional : 1. Dwi Suryanto, S. Pd 2. Yosep Firdaus 3. Priaji Agung Dewantoro 4. Joko Suroto 5. Tri Widodo 6. Arief Sukro Yulianto commit to user 7. Widhi Wicaksono
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Susanti Handayaningsih, SH v.
Kepala Bidang Diklat dan Personalia : Catur Prasetyono Staff Bidang Diklat dan Personalia : 1. Haryanto, SH 2. M. Wahyudi
vi.
Kepala Bidang Logistik
: Slamet Andri Wibowo, S.Pd
Staff Bidang Logistik : 1. Endhik .S 2. Kristian Nawawi d. Pendapatan dan Pembiayaan 1) Pendapatan Pendapatan SAR Karanganyar diperoleh dari : a) Iuran anggota SAR Karanganyar b) Bantuan dari instansi pemerintahan c) Sumbangan masyarakat yang tidak mengikat d) Sumber-sumber lain yang tidak bertentangan baik dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan agama. e) Usaha dana, badan usaha yang dimiliki SAR Karanganyar
2) Pembiayaan Biaya untuk mendukung kegiatan / operasi SAR Karanganyar dibebankan pada APBD e. Atribut to user Gambar lambang SARcommit Karangnayar
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lambang SAR Karanganyar berbentuk perisai yang di dalamnya terdapat gambar bumi, siluet peta Kabupaten Karanganyar, symbol Self Cross (lambang Search And Rescue International), bertuliskan SAR Karanganyar. Warna dasar orange, bumi berwarna kuning, siluet pada Kabupaten Karanganyar berwarna hijau, self cross berwarna biru tua. Adapun dijelaskan sebagai berikut : 1) Lambang SAR Karanganyar berbentuk perisai melambangkan anggota SAR Karanganyar mampu melindungi diri sendiri serta mampu menjadi agung di muka bumi melambangkan kebulatan tekad untuk melakukan perbuatan yang agung di muka bumi, siluet peta Kabupaten Karanganyar melambangkan keberadaan SAR Karanganyar di wilayah Kabupaten Karanganyar, symbol Self Cross melambangkan SAR Karanganyar merupakan bagian dari Search And Rescue International, bertuliskan SAR Karanganyar melambangkan ketegasan identitas. 2) Warna Orange
: melambangkan kedaruratan atau emergency commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kuning
: melambangkan keagungan dan ketulusan hati
Hijau
:
melambangkan
keteduhan,ketentraman
dan
kesuburan Hitam
: melambangkan keteguhan tekad dan percaya diri
Biru
: melambangkan keluasan dan kedalaman
3) Bendera Bendera SAR Karanganyar berbentuk empat persegi panjang, berukuran tiga banding dua, warna dasar putih dengan lambang SAR Karanganyar di tengah dengan ukuran yang menyesuaikan. Serta panji warna dasar hitam. f. Musyawarah dan Rapat 1) Musyawarah anggota SAR Karanganyar diadakan 5 tahun sekali 2) Musyawarah
Luar Biasa dapat sewaktu-waktu diselenggarakan
atas 2/3 dari jumlah anggota SAR Karanganyar 3) Musyawarah Luar Biasa SAR Karanganyar hanya dianggap sah apabila dihadiri oleh seluruh anggota SAR Karanganyar 4) Rapat anggota diadakan sekurang-kurangnya 3 bulan sekali untuk mengadakan evaluasi pelaksanaan program serta menyempurnakan program kerja 5) Rapat Pengurus dapat diadakan sewaktu-waktu apabila dianggap perlu, dalam keadaan biasa dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 2 bulan commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Rapat dianggap sah apabila dihadiri lebih dari sejumlah peserta yang berhak hadir g. Kegiatan Rutin dan Non Rutin 1) Kegiatan Rutin Adapun kegiatan rutin yang diadakan oleh SAR Karanganyar merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan skill anggota untuk menunjang kinerja atau operasi yang maksimal dan tentunya efisien. Contohnya adalah : a. Renang diadakan sekali dalam seminggu yaitu pada hari Selasa b. Rapling diadakan tiga sampai lima bulan sekali c. Latihan SAR Air diadakan tiga sampai lima bulan sekali d. Latihan SAR Darat diadakan tiga sampai lima bulan sekali e. Latihan Medical First Responder (medis/ P3 K) diadakan tiga sampai lima bulan sekali 2) Kegiatan Non Rutin Kegiatan non rutin SAR Karanganyar pada dasarnya adalah kegiatan utama yaitu Operasi SAR jika terjadi bencana atau musibah. Kegiatan emergency ini tidak terjadwal karena memang terjadinya bencana atau musibah tidak dapat diperhitungkan. Selain kegiatan Operasi SAR, kegiatan non rutin lainnya menyesuaikan undangan dari pihak-pihak yang bersangkutan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA
A. Peranan SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana Peranan merupakan suatu konsep yang menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi tepatnya seorang atau kelompok yang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Menurut Soerjono Soekanto, suatu peranan itu mencakup 3 hal : 1. Peranan meliputi norma- norma yang dihubungkan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Soekanto, 2003:244) Organisasi
SAR
Karanganyar
adalah
suatu
organisasi
sosial
kemanusiaan yang dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian dalam perkumpulan dan sebagainya yang terorganisasikan secara sosial dan suatu kelompok yang mempunyai diferensiasi peranan untuk tujuan pencarian, penyelamatan, dan pertolongan. Kaitannya peranan SAR Karanganyar dengan sebagai suatu organisasi yang berfungsi sebagai wadah para pemuda yang memiliki rasa solidaritas dan kepedulian sosial yang tinggi adalah peranannya disini sebagai suatu konsep fungsional yang mencoba untuk menjelaskan fungsi organisasi ini yang notabene terdiri dari individu-individu yang memiliki fungsi struktural dalam organisasi. Peranan commit to userSAR Karanganyar pada tahap ini
85
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dibagi menjadi 3 tahapann yang kesemuanya merupakan satu kesatuan dari kinerja SAR Karanganyar itu sendiri, yaitu : 1. Peranan SAR Karanganyar dalam Evakuasi Bersama dalam Bencana Tanah Longsor Tanah longsor adalah salah satu bencana alam yang paling merusak pemukiman serta prasarana manusia diseluruh dunia setiap tahunnya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, bencana yang sering terjadi di daerah jawa tengah adalah tanah longsor, terutama saat musim penghujan. Kejadian bencana pada umumnya terjadi didaerah perbukitan sehingga banyak menimpa masyarakat didaerah kaki bukit serta menghancurkan berbagai sarana transportasi maupun rumah penduduk itu sendiri. Tidak sedikit dari bencana tanah longsor yang menelan korban jiwa. Bencana alam tanah longsor atau gerakan massa tanah adalah suatu peristiwa alam yang pada saat ini frekuensi kejadiannya semakin meningkat di Indonesia, seperti yang telah terjadi di Kabupaten Karanganyar tahun 2007. Setiap terjadi bencana apapun itu, terutama jika terjadi tanah longsor di wilayah Kabupaten Karanganyar peran SAR Karanganyar yang paling utama adalah mengevakuasi korban tanah longsor, seperti yang dijelaskan oleh komandan SAR Karanganyar, Muhamad Abdullah, SH, berikut ini : “ Sebenarnya tugas pokok dari SAR itu sendiri adalah commit to user evakuasi bencana, jadi setiap kita mendapat laporan dari
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pihak yang berkaitan, kita langsung terjun ke TKP (tempat kejadian perkara) dan sesegera mungkin mengidentifikasi bencana tersebut, setelah itu melaksanakan evakuasi korban. Yang dimaksud korban disini bisa korban jiwa ataupun sesuatu yang berharga lainnya dik, contohnya hewan ternak atau bisa juga rumah itu sendiri, tapi kan biasanya memang yang di evakuasi itu orang” ( Sumber : Wawancara 20 juli 2009)
Evakuasi merupakan langkah atau tindakan pemindahan korban atau orang dari tempat bencana atau tempat yang diperkirakan rawan musibah yang mengancam jiwa / nyawa seseorang dan kelompok yang lebih besar. Tugas utama dari SAR Karanganyar sendiri adalah evakuasi korban tanah longsor, seperti yang terjadi di Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso yang memakan korban jiwa berjumlah 6 orang tersebut, tanpa mengabaikan identifikasi lokasi kejadian untuk mengetahui resiko yang mungkin terjadi. Dari berbagai kejadian atau musibah akan berlainan pula dalam tehnis evakuasi. Seperti dalam bencana tanah longsor ini, tindakan yang diambil sebagai upaya evakuasi adalah sebagai berikut, seperti yang dijelaskan oleh pengurus SAR Karanganyar Arief Sukro Yulianto (anggota staff Operasional) : “ kalau bencana tanah longsor kemarin di Nglegok itu kita memang mengevakuasi beberapa korban yang tertimbun longsoran. Dari beberapa korban yang kita evakuasi sudah meninggal semua mbak, ya kita setelah koordinasi dengan orang-orang disana kita langsung mengadakan penggalian bersama-sama, untuk mencari orang yang tertimbun itu. Alat untuk menggali juga seadanya, seperti cangkul. Bukan cuma SAR saja, kita juga dibantu dari FKPM, Polisi dan masyarakat setempat, jadi tidak terlalu berat” (Sumber : Wawancara, 22 Juli 2009)
commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam kegiatannya yaitu evakuasi, SAR Karanganyar menjaln hubungan dengan berbagai pihak yang berkaitan, semisal adalah Sat Lak PB, warga masyarakat setempat, Polisi dan pada wilayah ini, SAR Karanganyar juga bekerja sama dengan organisasi masyarakat yaitu FKPM (Forum Komunikasi Polisi Masyarakat). Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa SAR Karanganyar juga menjalin hubungan baik
dengan
berbagai
pihak
yang
berkepentingan,
sehingga
keberadaannya sendiri mampu dipertahankan dan dijaga existensinya dalam menjalankan misi kemanusiaan. Evakuasi yang dilakukan terkadang memerlukan banyak koordinasi agar terhindar dari kesalahpahaman dan kerancuan demi keselamatan bersama. Oleh karena itu SAR Karanganyar memerlukan kerjasama dan koordinasi dengan semua pihak. Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan Bapak Sugeng, S. Pd, selaku anggota aktif FKPM Kecamatan Ngargoyoso : “ Adanya SAR Karanganyar sangat membantu masyarakat mbak, apalagi kalau sedang terjadi musibah seperti ini, mereka selalu datang membantu dengan cepat, karena memang sudah terlatih. Saya sendiri selaku anggota FKPM sering bekerja sama dengan SAR saat evakuasi, jadi saya tahu betul bagaimana professional kerja mereka. Sejauh ini mereka selalu tanggap dengan keadaan yang rawan bencana, saya sendiri pernah bekerja sama-sama dengan mereka pas terakhir bencana besar tanah longsor di Nglegok itu mbak, disitu kita sama-sama mengevakuasi korban yang tertimbun tanah, tetapi pada saat itu korban meninggal semua, ada 6 orang ”. (Sumber : Wawancara 01 Pebruari 2010)
Dalam evakuasi inilah skill dari para anggota SAR Karanganyar diperlukan. Hasil dari latihan rutin dapat diterapkan dalam evakuasi commit to userjika keadaan wilayah atau lokasi tersebut. Evakuasi boleh dilakukan
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bencana memungkinkan, dalam arti tidak membahayakan keamanan rescuer (penyelamat). Dalam melakukan evakuasi, recuer (penolong) adalah teknik evakuasi. Tekinik evakuasi adalah upaya pemindahan korban dari lokasi kejadian yang berbahaya ke tempat yang memadahi untuk diberi pertolongan atau untuk ditindaklanjuti dengan kondisinya guna kelangsungan hidupnya. Dalam evakuasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu situasi dan kondisi dalam evakuasi, kondisi korban dan kondisi penolong sendiri. Hal utama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan evakuasi yaitu kontrol keadaan korban secara medis, tapi tetap disesuaikan dengan kondisi trauma korban. Ketiga keadaan tersebut pada akhirnya mengharuskan kita untuk memilih manuver evakuasi yang khas, seperlunya, dan tidak membuang waktu, dengan kata lain evakuasi harus efisien. Bukan hanya sesama penolong yang mengetahui keadaan lapangan dan kinerja SAR dalam perannya di bencana tanah longsor tetapi juga bekerjasama dengan organisasi masyarakat yang lain dan masyarakat sekitar tempat kejadian itu sendiri sebagai tuan rumah. Beberapa elemen yang turut membantu dalam evakuasi bencana tanah longsor antara lain adalah SatLak Penanggulangan Bencana Kabupaten Karanganyar, pihak Kepolisian, FKPM (Forum Komunikasi Polisi Masyarakat), Karang taruna Desa Nglegok (saat terjadi bencana di Desa Nglegok) dan masyarakat setempat. commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Anggota sekaligus pengurus SAR Karanganyar bagian Pendidikan dan Prestasi (DikPres), Susanti Handayaningsih, SH, menjelaskan tentang aturan dasar evakuasi tersebut : “evakuasi itu ada aturannya Dik, tidal asal saja, nanti salahsalah bisa-bisa mencelakakan korban dan penolong itu sendiri, atau bisa saja korban semakin parah. Saya jelaskan pokokpokoknya saja ya. Pertama itu melihat situasi dan sekeliling tempat kejadian, memungkinkan atau tidak untuk melakukan evakuasi, jangan sampai penolong juga menjadi korban. Sehabis itu kalau keadaan memungkinkan baru dilaksanakan evakuasi, kalau ditanah longsor seperti itu biasanya kan tertimbun, ya sudah segera saja digali, tapi harus hati-hati jika tidak nanti akan terjadi longsoran baru yang dapat mencelakakan penolong. Kalau membawa korban yang tidak sadar atau ada yang patah juga hati-hati cara mengangkutnya, cara menolongnya. Kalau kejadian kemarin di Nglegok, semua korban meninggal dunia Dik, ada 6 korban” (Sumber : Wawancara 13 Juli 2009)
Aturan umum tentang evakuasi yaitu memperhatikan kondisi korban, apakah mengalami cedera atau trauma yang membutuhkan kehatihatian dalam pengevakuasian, bila mungkin terangkan kepada korban apa yang akan dilakukan oleh rescuer (penolong) agar dapat bekerja sama dan tidak memepersulit tindakan evakuasi agar nyawa korban dapat tertolong. Rescuer dilarang memindahkan korban sendiri jika bantuan belum tersedia, dan bila terdapat beberapa orang melakukan evakuasi maka satu orang memberikan komando. Hal ini dilakukan agar proses evakuasi lebih cepat dan tidak terjadi kesalah pahaman anatara satu penolong dengan penolong yang lain. Setelah itu penolong wajib mengangkat dan membawa koraban dengan benar agar tidak commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengalami cidera otot/ sendi. Meskipun demikian penolong atau rescuer tidak boleh mengabaikan keselamatan diri sendiri. Menurut penjelasan dari salah satu pengurus SAR Karanganyar pada
bidang
operasional
lapangan,
Priaji
Agung
Dewantoro
mengemukakan beberapa tahap pertolongan atau evakuasi, “ Dalam evakuasi perlu diperhatikan hal-hal kecil seperti saat mengangkat korban. Kita harus sangat berhati-hati, karena salah sedikit saja, akibatnya itu bisa fatal mbak. Jadi teknikteknik yang sudah diajarkan harus dipakai disini. Mbak bisa lihat di buku ini (menunjuk buku materi Evakuasi)”. (Sumber : Wawancara 13 Juli 2010)
Dalam buku tersebut juga dijelaskan beberapa aturan dalam membawa(mengangkat
dan menurunkan
korban).
Antara lain,
menempatkan posisi kaki senyaman mungkin, salah satu kaki kedepan guna menjaga keseimbangan, kemudian tegakkan badan dan tekukkan lutut. Pegang korban dan balut dengan seluruh tangan, usahakan berat korban yang diangkat dekat dengan penolong. Jika kehilangan keseimbangan atau pegangan, letakan korban, atur posisi kembali lalu mulai kembali mengangkat. Dalam bencana tanah longsor sering kali korban mengalami patah di bagian-bagian tubuh tertentu, yang sering dijumpai adalah patah kaki. Oleh sebab itu dalam pengevakuasian korban diperlukan kehati-hatian serta menurut prosedur yang sudah ditentukan agar keadaan korban tidak menjadi semakin parah dan mengurangi resiko meninggal dunia. Selain membawa korban dengan tangan langsung, terdapat pula aturan membawa korban engan to user menggunakan tandu. commit Sebelum membawa korban dengan tandu
perpustakaan.uns.ac.id
92 digilib.uns.ac.id
alangkah baiknya terlebih dahulu memeriksa keadaan fisik tandu, masih layak pakai atau tidak, dan pastikan mampu menahan berat badan korban yang hendak dibawa. Korban tidak sadar yang dibawa ketempat jauh, sebaiknya selalu diikat. Dalam kejadian tanah longsor, sering terjadi korban tidak sadar akibat tertimpa reruntuhan bangunan, atau bahkan yang lebih parah tertimbun tanah dan kehabisan oksigen. Penolong yang paling berpengalaman member komando untuk setiap gerakan. Kaki korban harus selalu berada di depan, kecuali pada keadaan korban cedera tungkai berat menurunu tangga atau turun dari tempat yang miring. Dalam tanah longsor biasanya bertempat pada kemiringan yang cukup tinngi, maka hal ini perlu diperhatikan. Selain itu juga pada korban yang mengalami hypothermia, yang juga menuruni tangga atau turun dari tempat yang miring. Serta pada korban stroke, kompresi otak tidak boleh diangkat dengan kepala lebih rendah dari pada kaki. Pada usia lanjut hal ini sering terjadi karena tertimpa longsoran yang bebannya terlalu berat, sehingga otot mengalami kejang, dan akhirnya berpoyensi stroke. Setelah di bawa dengan menggunakan tandu, ada hal-hal yang harus diperhatikan lagi. Jika hanya terdapat satu orang penolong dan mengusung korban untuk jarak dekat hanya dilakukan pada korban tanah longsor sudah dipastikan tidak ada tanda-tanda patah tulang leher, tulang belakang, tulang tengkorak, dan gegar otak. Jika menggunakan tongkat manusia yaitu penolong berdiri disamping korban pada sisi yang cidera atau commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lemah, lengannya dilingkarkan dibahu penolong dan penolong harus memegang tangan atau pergelangan tangannya. Lengan penolong yang satu lagi melingkar dipinggang korban dan penolong memegang baju atau pinggangnya. Penolong melngkahkan kaki yang sebelah dalam dan berjalan disesuaikan dengan kecepatan korban. Tongkat atau dahan kayu dapat menjadi penopang tambahan. Korban harus ditenangkan. Mengusung korban yang sadar tetapi tidak dapat berjalan sendiri. Cara mengusung korban yang tidak mampu bejalan sendiri dan lemas, meskipun sadar, korban hanya mampu menggantungkan tangannya secara pasif ke leher penolong. Ada juga cara menggendong , penolong jongkok di samping korban, selipkan lengan disekitar tubuhnya, di atas pergelangan tangan. Selipkan lengan yang satunya dibawah paha korban, badannya dipeluk ke ararh penolong dan kemudian angkat. Selain tahap-tahap pemindahan korban yang perlu diperhatikan lagi oleh rescuer (penolong) adalah peraturan daerah setempat ataupun adat istiadat daerah setempat, karena memang disetiap daerah kebiasaannya pun akan berbeda. Sebelum melakukan evakuasi sebaiknya penolong meminta ijin kepada warga setempat untuk melakukan pertolongan. Tetapi biasanya sistem kerja SAR adalah saat menerima informasi dan diminta bantuannya untuk mengevakuasi. Bukan karena SAR tidak mau ambil resiko, akan tetapi seperti itulah aturan kerjanya. commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain dari sesama penolong, salah satu warga masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Nglegok yang bernama Bapak Maryanto juga mengatakan : “Mbiyen niku kulo dereng ngertos SAR niku nopo mbak, ngertose nggih pas riyin mas-mase nika nderek nulung ten longsoran etan mriku nika mbak. Kulo gumun, tesih nem-nem ning ikhlas mbantu wargo. Kulo kinten mbayar, tibak’e mboten. Cekatan sanget mbak pas mas-mase nika maculi siti, madosi ingkang pun ninggal, ketingale mboten enten raos ajrih, nopo malih kesel. Arang jaman sak meniko enten nemneman sing ngaten meniko” Yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan : “Dulu saya belum tahu SAR itu apa mbak, tahunya saat pemuda-pemuda (anggota SAR) ikut menolong di daerah bencana tanah longsor di timur itu (dekat dengan tempat tinggalnya sebelah timur). Saya heran, masih muda-muda tapi ikhlas membantu warga. Saya kira itu dibayar (harus membayar), ternyata tidak. Kerjanya sangat cekatan terlihat saat menggali tanah mencari korban meninggal, kelihatan nya mereka tidak ada rasa takut apalagi capek. Jarang jaman sekarang masih ada pemuda-pemuda seperti itu” (Sumber : Wawancara 1 Maret 2010)
Warga masyarakat mengetahui kinerja anggota SAR, karena mereka juga ikut dalam proses evakuasi korban meninggal dunia tanah longsor di Desa Nglegok. Kerja SAR memang harus cepat tanggap dan cekatan tanpa melupakan etika dan norma yang berlaku di tempat tersebut, sehingga warga masyarakat juga merespon dengan baik keberadaan SAR di wilayahnya. Dengan begitu diharapkan proses evakuasi dapat berjalan dengan baik tanpa terganggu masalah komunikasi antara pihak warga masyarakat dan pihak SAR sendiri. commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Desa Nglegok Bapak Sumarno, SE : “ Tim SAR khususnya SAR Karanganyar itu keberadaannya sangat dibutuhkan oleh warga masyarakat seperti diwilayah saya ini (Desa Nglegok) karena disini sangat rawan bencana longsor. Seperti yang terjadi terakhir kemarin sampai menelan korban jiwa berjumlah 6 orang. Kami dari pihak desa saat kejadian langsung melapor pada kantor SAR Karanganyar, tidak disangka tidak sampai satu jam mereka sudah sampai di TKP mbak, saya akui mereka sangat cekatan. Begitu sampai di lokasi mereka langsung bekerja menggali timbunan tanah yang mengubur hidup-hidup korban longsor. Pada akhirnya mereka ditemukan sudah tidak bernyawa mbak. Meskipun demikian saya selaku kepala desa sangat berterimakasih kepada SAR Karangnyar yang telah banyak membantu”. (Sumber : Wawancara 1 Maret 2010)
2. Peranan SAR Karanganyar dalam Mitigasi Bencana Tanah Longsor Bencana yang terjadi di kabupaten Karanganyar tersebut mengakibatkan korban lebih dari 70 orang meninggal dunia dan kerugian harta benda yang besar. Untuk mengantisipasi dan mencegah secara dini terjadinya bencana alam tanah longsor yang lebih luas perlu dilaksanakan mitigasi bencana, dengan melakukan pemetaan zona tingkat resiko longsor yang merupakan penggabungan antara peta kerentanan longsor dan peta kerawanan longsor, sebagai rekomendasi yang penting bagi Pemerintah Daerah dalam manajemen pencegahan dan penanggulangan bencana alam gerakan tanah. Mitigasi sendiri adalah tindakan terencana dan berkelanjutan agar bisa mengurangi dampak jangka panjang atas kehidupan dan properti di satu daerah yang terkena bencana (www.google.com). Seperti commit to user Komandan SAR Karanganyar, halnya yang diungkapkan oleh
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Muhamad Abdullah, SH, saat ditanya peran SAR Karanganyar dalam bencana tanah longsor berikut ini : “ SAR Karanganyar itu selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik dari tugasnya dik , bukan cuma bisa datang dan mengevakuasi saja, tugas anggota kita itu sangat beragam, dan banyak. Seperti pada saat dilokasi kejadian kita juga memetakan lokasi, mendirikan dapur umum dan mendirikan tempat pengungsian, distribusi barang, dan bersama-sama pemerintah daerah berupaya menyediakan fasilitas umum yang diperlukan, seperti kamar mandi, air bersih, dan tempat ibadah. Itu kami lakukan saat gempa jogja tahun 2005” (Sumber : Wawancara 29 Juni 2009)
Untuk mengurangi dampak dan korban jiwa SAR Karanganyar melakukan mitigasi dilokasi tanah longsor. Sebelum melakukan mitigasi diperlukan pemahaman tentang jenis tanah longsor yang terjadi agar penanganan bisa se efisien mungkin dan dapat diprediksikan bagaimana keadaan selanjutnya guna mencari keadaan yang lebih menjamin keamanan. Terdapat beberapa tindakan mitigasi yang dilakukan saat bencana terjadi seperti yang telah dijelaskan oleh komandan SAR Karanganyar diatas. Tindakan tersebut antara lain : a. Membuat peta rawan bencana. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana bencana terjadi untuk meminimalisir korban dan kerugian yang dialami masyarakat. Pemetaan juga dilakukan.
Pemetaan
disini
yang
dimaksudkan
adalah
memetakan daerah bencana dan memetakan daerah yang rawan bencana disekitar daerah bencana yang terancam terjadi commit to user longsoran baru. Fungsi dari peta tersebut adalah untuk
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengetahui sejauh mana perkembangan terbaru dari bencana untuk
mengambil
tindakan
yang
lebih
nyata
demi
meminimalisir korban jiwa maupun harta benda yang lain. Karena di dalam peta tersebut juga dibuat pula pergerakan tanah dalam bentuk gambar yang nyata setiap harinya. Jika keadaan tanah sering berubah-ubah maka dimungkinkan pembuatan gambar pergerakan tanah akan dilakukan setiap beberapa jam sekali. Penggambaran pergerakan tanah tersebut dibantu dengan dipasangnya marker atau penanda berupa tiangtiang ataupun benda lain di daerah tanah yang bergerak, shingga dapat selalu diamati dari jarak yang aman. Untuk mengetahui sejauh mana bencana tanah longsor terjadi, para anggota SAR Karanganyar juga harus memahami jenis-jenis tanah longsor untuk dapat mengambil tindakan yang sesuai dengan keadaan bencana yang sedang terjadi. Terdapat 6 jenis tanah longsor yakni : a) Longsor Translasi. Longsoran ini adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai b) Longsor Rotasi. Longsoran ini adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung. Longsoran ini yang sering terjadi di wilayah Indonesia. commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Longsoran Blok. Longsoran ini adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran blok batu. d) Runtuhan Batu. Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak kebawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga menggantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyababkan kerusakan yang parah. e) Rayapan Tanah. Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring kebawah. f) Aliran Bahan Rombakan. Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng., volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi terjadi disepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak. (materi SAR Darat) commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain mengetahui jenis-jenis tanah longsor para anggota SAR sebagai penolong juga sudah dibekali bagaimana cara mendeteksi suatu wilayah jika akan terjadi bencana tanah longsor. Tanah longsor pada umumnya memang terjadi secara tiba-tiba atau mendadak pada saat atau setelah terjadinya hujan. Maka jika terjadi hujan SAR berjaga-jaga dan memantau setiap daerah dengan menggunakan Pesawat HT, ataupun telepon. Kejadian tanah longsor umumnya terjadi dengan diikuti suara gemuruh, disertai gerakan massa tanah dan atau batuan yang meluncur sangat cepat ke bawah bukit menyapu segala benda apa saja
yang dilewati.
Munculnya
retakan
lengkung
memanjang pada lereng dan bangunan diatas lereng juga perlu diwaspadai. Lereng yang akan longsor biasanya akan terjadi penngelembungan sebagai reaksi tanah yang menggembur karena hujan ataupun guncangan(gempa). Miringnya bangunan dan pohon-pohon diatas lereng adalah tanda yang cukup kasat mata untuk dilihat ataupun diamati, setelah bangunan miring maka pintu dan jendela akan sedikit sulit untuk dibuka(keadaan akan
berbeda
dari
biasanya).
Dan
keadaan
yang
mengkhawatirkan jika ada rembesan air yang tiba-tiba muncul pada lereng. Air tersebut akan mempercepat kelongsoran. Sebagai tindak lanjut dari tanah longsor yang terjadi maka harus disegerakan melakukan evakuasi korban yang tertimbun commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
secara hati-hati, karena penggalian pada tanah longsor dibawah tebing akan dapat memicu terjadinya longsoran baru. Sebagai tindakan mitigasi bencana, melakukan evakuasi penduduk yang tinggal di daerah bahaya ketempat penampungan yang aman. Hal ini tidak semudah yang kita fikirkan. Seperti yang terjadi di Desa Balong Kecamatan Jenawi. Warga yang tinggal di daerah lereng bukit yang nyata-nyata memang rawan bencana tanah longsor, karena sudah terjadi retakan-retakan tanah tetapi mereka tidak mau di evakuasi sebelum longsor benar-benar terjadi. Hal ini dikarenakan mereka takut jika harta benda yang ada dirumahnya akan hilang, ternak tidak terurus dan lading yang berada di daerah retakan-retakan tanah tersebut adalah sumber penghasilan utama mereka. Pada kasus yang terjadi di Desa Nglegok juga demikian. Tetapi beberapa rumah rawan longsor mau tidak mau harus dievakuasi untuk meneken jumlah korban jiwa. Lokasi rawan bencana longsor di daerah tersebut ditutup. Tujuan penutupan daerah tersebut adalah untuk menghindari kerumunan massa yang pada umumnya ingin menonton lokasi secara langsung, karena hal itu dapat megakibatkan retakan dan longsoran baru. b. Mengamankan atau mengevakuasi warga yang bertempat tinggal di daerah sekitar bencana itu terjadi dan membuat tempat pengungsian. commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Para warga akan dievakuasi ditempat penampungan atau pengungsian sementara bagi mereka yang tidak memiliki alternative yang lain, karena kebanyakan dari warga Desa memilih untuk yinggal bersama familinya yang lain di tempat yang lebih aman. Untuk tahap selanjutnya pihak SAR dan berbagai pihak yang
berkaitan
sepeti
pemerintahan
Desa
itu
sendiri,
Kecamatan hingga Pemerintahan Daerah dan beberapa elemen yang lain akan berkoordinasi memnentuk sebuah tim penanggulangan bencana. Tim tersebut akan bekerja sama dengan penduduk setempat untuk mengevakuasi sampai dengan membangun saran umum yang sebelumnya terlah rusak akibat bencana tanh longsor. Tim juga berkewajiban dalam pendistribusian bantuan logistik ke daerah bencana. Hal yang utama perlu diperhatikan adalah mencari sumber air bersih yang nantinya akan dimanfaatkan untuk daerah penampungan korban bencana tersebut.
Berkaitan dengan hal ini penulis
mendapatkan data dari informasi yang diberikan oleh warga Desa Balong yang bernama Bapak Suparjo : “ …..mas-mase SAR nika sak liyane ngawasi siti ingkang bengkah-bengkah ugi ngedekaken tendo mbak. Tendo nika di ngge jagi-jagi mbok menawi sak wayah-wayah longsor. Bantuan saking pemerintah nggih di tampung ten tendo niku mbak, lajeng mangkenipun nembe disaluraken ten wargo ingkang mbetahaken” user : Dapat diartikancommit sebagaitoberikut
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“ …..pemuda-pemuda SAR itu selain mengamati tanah yang retak juga mendirikan tenda Mbak. Tenda itu untuk jaga-jaga jika sewaktu-waktu terjadi longsor. Bantuan dari pemerintah (daerah) juga ditampung disitu, yang selanjutnya disalurkan kepada warga yang membutuhkan” (Sumber : Wawancara 8 Maret 2010)
Memang tujuan mendirikan tenda untuk tempat pengungsian warga masyarakat sekitar bencan, juga berfungsi untuk menampung bantuan logistik dari pemerintah daerah yang ditujukan untuk warga masyarakat dan para relawan. Salah satu tugas SAR dan tim atau SRU yang sudah dibentuk memang salah satunya adalah untuk mendistribusian bantuan logistik. Pemerintah daerah tidak dapat secara langsung diserahkan, karena memerlukan manajemen agar tidak tejadi kesalah pahaman antar warga masyarakat. Bantuan yang datang dan yang di distribusikan harus tecatat secara detail dan begitu pula warga
yang
akan
menerima.
Apakah
benar-benar
membutuhkan atau tudak. Karena tidak jarang keempatan seperti ini dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. c. Memberikan informasi kapada warga masyarakat tentang segala yang dapat terjadi mengenai bencana yang sedang terjadi. Keterangan yang didapat penulis dari salah seorang warga Desa Balong Bapak Sugiyono : commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“ Tim SAR yang bertugas memantau daerah rawan longsor di desa ini sangat ramah mbak, mereka tidak segan untuk memberikan informasi kepada warga masyarakat sekitar daerah ini. Waktu ada rapat desa itu mereka juga memberikan informasi tentang bahaya tanah longsor, terus juga mengajari kita tentang gimana cara mengatasinya. Cara-cara yang bisa dilakukan langsung gitu mbak, kaya disuruh nutup tanah yang bongkah-bongkah (retak) itu, tidak boleh membuat lahan pertanian di tahah yang miring sekali, ya begitu-begitu itu mbak” (Sumber : Wawancara 8 Maret 2010)
Keterangan serupa juga diungkapkan oleh tokoh masyarakat Kecamatan Ngargoyoso, Bapak Pitoyo : “ Informasi yang penting-penting pernah disampaikan dalam koordinasi bencana setelah kejadian bencana tanah longsor di Ngargoyoso itu Dik. Tentang penanganan sederhana, tentang antisipasi dan penjelasan hal-hal penting lain, meskipun kadang sulit diterima oleh warga masyarakat, ya maklumlah Dik sifat warga desa memang seperti itu. Tapi sebaiknya hal tersebut sering-sering saja dilakukan di desa-desa yang termasuk rawan bencana, karena hal itu sangat penting dan dibutuhkan” (Sumber : Wawancara 15 Pebruari 2010)
Para anggota SAR juga telah dibekali materi lengkap dengan upaya pencegahan sederhana terhadap bahaya tanah longsor yang dapat disampaikan dan dilakukan langsung oleh warga masyarakat yang berkaitan. Antara lain yaitu mengenali daerah tempat tinggal kita sendiri sehingga jika terdapat cirriciri
daerah
rawan
longsor
warga
dapat
menghindar.
Memperbaiki tata air dan tata guna lahan daerah lereng. Hal ini berkaitan dengan penggunaan daerah lereng bukit sebagai lahan pertanian. Jika akan diadakan penertiban maka akan terjadi commit to user pertanian adalah sumber mata banyak penolakan dikarenakan
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pencaharian utama penduduk desa. Seharusnya lereng-lereng tersebut ditanami dengan tanaman yang sistem perakaran dalam (akar tunggang) seperti contohnya adalah pohon pinus. Jika sudah terjadiretakan tanah maka, segera tutup retakan-retakan yang timbul diatas tebing dengan material kedap air (tanah liat atau yang sering disebut tanah lempung) untuk mencegah air hujan masuk kedalam tanah. Warga harus selalu mewaspadai pada saat turun hujan terutama pada saat curah hujan yang tinggi dalam waktu beberapa jam atau hujan tidak deras tetapi berlangsung dalam beberapa hari hingga beberapa minggu. Anggota SAR Karanganyar dapat menghimbau warga masyarakat tentang hal-hal apa saja yang perlu masyarakat lakukan jika terdapat gejala atau terjadi tanah longsor yaitu, melapor kepada aparat desa atau kelurahan setempat sebagai satuan pemerintahan terkecil. Menutup retakan-retakan tanah dengan tanah liat atau material yang kedap air lainnya yang mudah didapatkan. Menghindari air yang meresap ke dalam lereng dan mengatur drainase (sistem pengairan) lereng. Membuat parit untuk mengatur air hujan menjauhi lereng. Tancapkan bambu-bambu yang dilubangi kedua ujungnya kedalam lereng untuk mengetahui rembesan atau resapan air. Apabila rembesan atau aliran air bercampur lumpur muncul commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
semakin deras pada lereng, maka warga masyarakat disarankan untuk segera meninggalkan lereng. Selain hal-hal yang perlu dilakukan ada juga hal-hal yang harus dihindari atau tidak boleh dilakukan. Antara lain mendirikan bangunan di atas lereng atau lahan yang rawan longsor. Menebangi pohon sembarangan pada sekitar lereng yang rawan longsor, seperti yang marak dilakukan beberapa tahun
terakhir
yang
sering
disebut
eksploitasi
hutan.
Melakukan penggalian disekitar kaki rawan longsor. Biasanya warga masyarakat melakukan penggalian untuk mencari pasir yang kemudian dijual, hal ini sangat berbahaya, dampak seketikanya adalah warga dapat tertimbun longsoran lereng jika mereka
terlalu
panjangnya
dalam
akan
saat
semakin
menggali.
Dampak
membahayakan
jangka
keselamatan
penduduk yang tinggal di lereng bukit, karena bukan tidak mungkin jika sewaktu-waktu lereng longsor. Salah seorang warga Desa Nglegok yang bernama Bapak Cipto Wiyono juga merupakan salah satu warga yang merasakan manfaat dari informasi yang diberikan oleh SAR Karanganyar. Beliau mengatakan bahwa : “….pengumuman kados ngoten niku manfaate kathah Mbak, wargo dusun ngeten niki lak mboten ngertos babakan ngoten niku, lha wong nonton tipi mawon nggih arang Mbak. Nek pun ngertos babakan longsor ngoten niku lak pun saged ngati-ati kawit sak niki…” commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Yang artinya : “….Pengarahan sperti itu manfaatnya banyak Mbak, warga desa seperti ini kan tidak tahu hal seperti itu, melihat televisi saja jarang Mbak. Kalau sudah tau tentang berbagai hal tentang bencana tanah longsor kan sudah bisa berjagajaga mulai dari sekarang” (Sumber : Wawancara 1 Maret 2010)
3. Peranan SAR Karanganyar dalam Aksi Sosial dan Bencana secara Umum yang terjadi di Kabupaten Karanganyar. Rasa kemanusiaan dan solodaritas sosial yang sudah mulai luntur ditandai dengan semakin tumbuhnya individualisme di kehidupan yang serba cepat dan instan ini akan berpengaruh pada rasa kepedulian terhadap sesama yang membutuhkan akan semakin tipis pula. Tidak hanya kepedulian terhadap sesama manusia yang berkurang, tetapi juga kepedulian terhadap lingkungan sekitar yang mulai hilang, sebagai dampaknya terjadi banyak sekali musibah yang menimpa negeri tercinta ini. Jika sudah terjadi seperti itu manusia akan saling menyalahkan satu dengan yang lain. Bencana alam terjadi dengan tiba-tiba, meskipun mampu diprediksi sebelumnya namun belum tentu semua prediksi itu benar, bisa saja bencana terjadi ringan, tapi tak jarang yang diluar dugaan, bencana yang meluluh lantahkan negeri ini. Seperti halnya yang terjadi di wilayah Kabupaten Karanganyar. daerah ini menjadi titik perhatian rawan bencana, yang frekuensinya paling tinggi adalah bencana tanah longsor disamping ada banyak kerawanan bencana yang lain yaitu to user banjir, angin ribut dan commit sebagainya.
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Seperti
keterangan
yang
diberikan
oleh
Komandan
SAR
Karanganyar, Muhamad Abdullah, S.H seperti berikut ini : “…..banyak sekali kejadian-kejadian yang ditangani oleh kita (SAR Karanganyar) Dik. Seperti yang sudah saya bilang tadi, SAR Karangnyar menangani kejadian apapun selama masih dalam taraf kami bisa. Njenengan sering lihat kan, kalau ada kecelakaan lalu lintas di wilayah karanganyar itu sudah sering lihat kan? (bertanya pada penulis, lalu penulis menjawab ya). Nah itu kami sering terjun juga, kemarin itu pernah kami mengevakuasi korban meninggal dengan keadaan yang mengenaskan, karena pihak berwajib tidak cepat datang. Selain itu masih banyak lagi Dik, kaya’ banjir di daerah Tasikmadu, kebakaran di Pabrik Plastik dan mebel, orang tercebur sumur, sampai mengevakuasi orang gila yang panjatpanjat tower”. (Sumber : Wawancara 29 Juni 2010)
Banyak lagi hal-hal yang dilkukan atau ditangani oleh SAR Karangnyar selain beberapa bencana yang disebutkan diatas ada banyak kejadian lain
yang memerlukan tindakan dari SAR
Karangnyar. Seperti misalnya kejadian orang bunh diri, entah menghanyutkan diri di sungai, gantung diri di tempat yang sulit dijangkau, orang yang tercebur dalam sumur (bisa meninggal ataupun tidak), meninggal didalam sumur karena gas beracun, orang gila yang sering memanjat tower atau menara, hingga kecelakaan lalu lintas, meskipun telah ada polisi juga. Ada beberapa hal yang tidak dapat ditangani oleh masyarakat atau polosi sendiri yang berkepentingan langsung dengan kejadian, sehingga memrlukan bantuan dari SAR Karangnyar karena keterbatasan alat dan skill yang mereka punya sebagai misalnya menyelam untuk mencari korban di air, memanjat commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan menuruni tebing hingga mengevakuasi ditempat-tempat yang rawan dan sulit. Selain kegiatn yanbg memang menjadi tugas SAR Karanganyar, yaitu melakukan evakuasi, SAR Karanganyar juga sering terlibat dalam berbagai aksi yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar sendiri maupun tingkat Jawa Tengah. Hal tersebut menjadi bukti bahwa SAR Karanganyar berperan aktif daam segala
bidang,
pemerintahan
dan daerah
sebagai
wujud
Kabupaten
partisipasinya
Karanganyar
terhadap
yang
telah
menaunginya. Seperti yang dilakukan dalam partisipasi mereka dalam berbagai seminar, hingga dalam memeriahkan acara HUT RI dengan keikutsertaannya dalam karnaval bahkan berbagai lomba. B. Sistem Kerja / Operasi dan Laporan SAR Karanganyar Dalam menjalankan tugasnya, SAR Karanganyar mempunyai sistem kerja yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Penulis mendapatkan penjelasan mengenai operasi SAR Karanganyar dari wawancara dengan pengurus SAR Karanganyar, bidang operasional, Arief Sukro Yulianto : “…Mengenai operasi di SAR ini, sudah ada aturan dari Badan SAR Nasional sebagai badan yang menjadi titik tolak peraturan untuk sistem operasi SAR di BASARDA (Badan SAR Daerah). Dalam menjalankan operasi yang pertama dilakukan bila mendapatkan laporan adalah mengkonfimasi berita tersebut, apakah benar atau tudak, jika benar, maka para anggota dan pengurus akan melakukan koordinasi untuk mengatur atau membagi tugas saat terjun lapangan. Dalam koordinasi itu juga nanti dibentuk susunan organisasi lapangannya mbak, antara lain SC,SMC,dan Sru. Yang menjai SC dalam aturan adalah komandan SAR, trus yang jadi SMC to user itu orang yangcommit ditujuk, istilahnya adalah ketua dilapangan,
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nanti dia dibantu oleh seorang recording. Recording itu orang yang mencatat semua hal yang diperlukan untuk pembuatan laporan. Trus yang terakhir adalah Sru. Nah Sru itu nanti yang bekerja secara langsung untuk mencari atau mengevakuasi korban di TKP (Tempat Kejadian Perkara). Mbak nanti bisa baca di buku ini (sambil menunjukkan buku materi SAR) kalau penjelasan saya kurang dimengerti”. (Sumber : Wawancara 22 Juli 2009)
Hal serupa juga dikemukakan oleh Komandan SAR Karanganyar, Muhamad Abdullah, S.H : “ Sistem kerja SAR Karanganyar adalah sistem komando. Hal ini dapat dilihat ataupun diamati dalam pelaksanaan operasi SAR itu sendiri. Sebelum terjun dan bersentuhan dengan korban, terlebih dahulu kita mengadakan koordinasi antar sesama anggota dan pengurus SAR. Didalam koordinasi itu akan dipilih SMC. SMC adalah orang yang mengkoordinatori operasu SAR. Atau cara gampangnya dia adalah pemimpin di lapangan. Dia akan membawahi beberapa SRU. Hal itu sudah merupakan aturan dari BASARNAS (Badan SAR Nasional…”. (Sumber : Wawancara 29 Juni 2010)
Dalam melaksanakan
setiap operasinya SAR Karanganyar
mempunyai sistem operasi yang sudah ditetapkan dalam peraturan. Sistem atau susunan operasi ini menyangkut tentang peran masing-masing orang dalam menjalankan tugasnya agar setiap orang mampu bekerja maksimal sesuai dengan porsinya tanpa ada ketimpangan tugas yang terjadi. Hal ini mengharuskan dibentuknya sebuah sistem organisasi kecil di dalam organisasi SAR itu sendiri, tetapi hanya bersifat sementara, yaitu selama operasi dilangsungkan. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan koordinasi dan komunikasi antara sesame anggota SAR Karanganyar itu sendiri dan berbagai pihak yang turut membantu dalam operasi. commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sistem koordinasi dan sitem kerja SAR Karanganyar dapat dilihat dalam bagan berikut ini :
Pemerintah Daerah
SC
OSC
SMC
RECORDIN
S RU I
S R U II
S R U III
S R U VI
a. SC (SAR Coordinator) SC adalah orang yang memimpin organisasi SAR yaitu Komandan SAR Karanganyar itu sendiri yang berkepentingan sebagai pelindung dalam penyelengaraan operasi SAR. b. OSC OSC adalah orang yang mengkoordinatori banyak misi SAR Karangnyar kebanyakan dalam hal penyelenggaraan operasi. Biasanya kedudukan ini dimiliki oleh Kepala Bagian operasional atu yang mewakili dari bidang operasional. commit to user c. SMC (SAR Mission Coordinator)
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
SMC adalah seorang pemimpin operasi SAR iti sendiri. Dia bertugas untuk mengkoordinasikan beberapa SRU, yang bergerak di lapangan. Dia bertugas dari awal pencarian atau pertolongan sampai dengan proses pelaporan operasi kepada pemerintah daerah. Yang menduduki posisi ini bisa siapa saja yang dianggap mampu dan bertanggung jawab dengan tugasnya tetapi selain anggota magang. SMC akan didampingi oleh seorang recording. Recording adalah seseorang yang bertugas mencatat segala hal yang perlu. Hal ini berfungsi untuk membut laporan ke pemerintah daerah setelah operasi selesai. Pencatatan oleh recording mencakup : tempat dan waktu kejadian, korban(baik yang masih hidup atupun yang sudah meninggal dunia), saksi mata, pelapor, kerugian dan penolong yang bergerak dalam operasi tersebut. Selain itu segala hal yang menyangkut perubahan dan perkembangan situasi selalu dicatat dalam tempo waktu yang sudah diperkirakan. Jika ada pendirian dapur umum dan pendistribusian logistik juga akan dicata oleh recording antara lain : barang masuk, barang keluar, barang yang dibutuhkan, barang yang dapat dialokasikan, dan lain sebagainya. d. SRU (SRU I, SRU II, SRU III, …) SRU adalah satuan-satuan kerja yang nantinya akan terjun langsung di lokasi kejadian bencana sesuai dengan skill dan tugasnya masingmasing. Satuan-satuan
kerja ini biasanya
dibagi berdasarkan
kemampuan masing-masing anggota. Atau jika bencana terjadi dan penanganannya memerlukan waktu yang mencapai berhari-hari, commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
biasanya akan di shiff dalam bentu SRU tersebut. Sebagai contoh dalam bencana Gempa Jogja tahun 2005. Karena dalam penanganan dan dilanjutkan mitigasinya memerlukan waktu yang tidak sedikit maka anggota SAR atau penolong akan dibagi dalam beberapa shiff untuk beberapa hari (biasanya roling akan dilakukan setiap satu minggu sekali). Dalam melakukan opersi SAR, terlebih dahulu penolong atau rescuer harus memahami beberapa keadaan emergency atau keadaan darurat. Terdapat tiga keadaan darurat. Tiga keadaan darurat merupakan fase dimana suatu sistem transpotasi mengalami keadaan darurat. Fase ini tidak harus berurutan dari pertama sampai ketiga. Dengan demikian keadaan darurat bisa langsung distresfa sehingga operasi sar haris segera dilaksanakan. 1. Fase pertama adalah “meragukan” (uncertainly phase/ INCERFA). Tahap ini merupakan tahap dimana kondisi korban bencana tanah longsor dalam keadaan meragukan karena mengalami loss atau hilang dari tempat tinggal/ tidak berada ditempat. 2. Fase kedua adalah “mengkhawatirkan” (Alert phase/ ALERFA). Merupakan kelanjutan dari tahap INCERFA dimana korban atau yang
diduga
korban
tanah
longsor
dalam
mengkhawatirkan karena keselamatannya terancam. 3. Fase Memerlukan Bantuan (Distress Phase/DISTRESSFA) commit to user
keadaan
perpustakaan.uns.ac.id
113 digilib.uns.ac.id
Merupakan kelanjutan dari tingkat ALERFA dimana penumpang warga masyarakat atau korban tanah longsor memerlukan bantuan karena keadaan darurat, tertimpa bangunan atau tertimbun tanah. Selain yang tersebut diatas ada lagi 5 tahapan operasi SAR. Penyelenggaraan operasi SAR dilaksanakan melalui 5 tahap rangkaian tindakan yang dilakukan oleh suatu organisasi SAR dalam merespon suatu kejadian musibah, dimulai sejak diketahuinya ada musibah hingga akhir penanganan musibah tersebut. Lima tahap tersebut adalah: 1. Tahap Menyadari (Awareness Stage') Adalah tahap disadari/diketahui adanya keadaan darurat atau musibah yang mengancam keselamatan jiwa warga masyarakat. Dalam tahap ini kecepatan informasi awal yang disampaikan sangat penting untuk dapat mencegah keadaan darurat/musibah lebih lanjut. Informasi awal bisa berasal dari pesawat telepon atau HT yang mengalami distress, unit-unit siaga (ATS, Radio Pantai), atau masyarakat umum yang mendengar dan menyaksikan terjadinya musibah. Seperti yang terjadi di wilayan Desa Nglegok dan Desa Balong. SAR Karangnayar pertama mendapatkan informasi melalui Pesawat HT yang dipancarkan dari masing-masing kecamatan. 2. Tahap Tindak Awal (Initial Action Stage) Kegiatan awal dengan melakasanakan aksi setelah disadari adanya keadaan darurat seperti melaksanakan tindakan-tindakan sebagai berikut: menentukan jenis keadaan darurat/musibah yang terjadi; commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyiagakan fasilitas SAR; pencarian awal dengan menggunakan alat komunikasi. 3. Tahap Perencanaan (Planning Stage) Pada tahap ini disusun rencana operasi pencarian, pertolongan, dan penyediaan tempat perawatan medis setelah evakuasi medis. 4. Tahap Operasi (Operation Stage) Pada tahap yang merupakan pelaksanaan operasi berdasarkan rencana yang telah dilaksanakan. 5. Tahap Akhir Penugasan (Conclusion Stage) Dalam
tahap
ini
berarti
pelaksanaan
operasi
pencarian
dan
pertolongan/penyelamatan dinyatakan telah selesai, semua SRU dikembalikan ke kesatuan masing-masing dan SMC membuat laporan.
Dalam melakukan koordinasi antar wilayah rawan bencana SAR Karanganyar yang dibantu oleh Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten Karanganyar melakukan cek keadaan wilayah masing-masing kecamatan dan beberapa titik penting lainnya. Melalui pesawat HT yang dimiliki oleh Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten Karanganyar SAR Karanganyar melakukan pantauan wilayah yang dilakukan setiap hari setiap pukul tujuh malam. Setiap kecamatan akan melaporkan situasi wilayah mereka masing-masing melalui pesawat HT yang telah dimiliki oleh seluruh kecamatan (17 kecamatan). Pemantauan seperti ini merupakan tugas dari regu piket SAR Karanganyar. Informasi ini diberikan oleh Komandan commit to userS.H, yaitu sebagai berikut : SAR Karanganyar, Muhamad Abdullah,
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“…. Selain sistem kerja yang telah ditentukan, kita juga punya tim kerja setiap harinya, atau yang biasa disebut piket harian Dik. Piket harian ini terjadwal. Yang termasuk dalam regu piket adalah semua pengurus dan anggota tanpa terkecuali. Piket merupakan tugas wajib Dik, agar sewaktu-waktu terjadi insiden kita telah siap. Mereka yang bertugas untuk piket akan melakukan pemantauan wilayah se- Kabupaten Karanganyar yang berjumlah 17 Kecamatan dengan menngunakan pesawat HT. itu dilakukan setiap harinya dan setiap jam 7 an gitulah Dik”. (Sumber : Wawancara 29 Juni 2009)
C. Penguatan Organisasi
Dalam menjalankan tugasnya SAR Karanganyar memerlukan orang-orang yang berpengalaman atau paling tidak memiliki skill yang bagus untuk menunjang tujuan utama SAR Karanganyar yaitu berhasil dalam menjalankan operasi SAR. Meskipun dalam penerimaan anggota dikhususkan bagi mereka yang telah memiliki skill, tetapi tidak sedikit dari anggota SAR mendapatkan pengetahuan SAR sejak mereka bergabung menjadi anggota magang. Pengetahuan tersebut umumnya didapatkan dalam berbagai latihan rutin yang diadakan oleh SAR Karanganyar. Hal ini pula yang menjadi upaya dalam penguatan organisasi SAR itu sendiri, selain juga membina hubungan baik dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan SAR agar dalam koordinasinya akan lebih mudah. Penguatan organisasi dari unsur anggota yaitu dengan diadakannya latihan rutin yang memang sudah menjadi program kerja SAR commit to user
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Karanganyar. Seperti yang diungkapkan oleh anggota staff bidang pendidikan(diklat) dan prestasi Susanti Handayaningsih, S.H : “...kita adakan kegiatan yang nantinya dapat memebantu anggota dalam melaksanakan tugasnya. Ini juga sebagai pelatihan untuk anggtota, contohnya kita setiap seminggu sekali itu ada jadwal renang di hari selasa, trus dalam sebulan bisa dua kali latihan rapling, ada juga yang pelatihan medis atau sering kita sebut MFR” (Sumber Wawancara : 13 Juli 2009)
Tentunya dapat dipahami jika dalam pelaksanaan kegiatan renang adalah untuk melatih dalam evakuasi air, dan rapling untuk melatih fisik anggota. Selain kegiatan terebut diatas ada juga latihan gabungan yang dilakukan oleh SAR Karanganyar bersama beberapa pihak terkait. Latihan tersebut biasanya adalah latihan SAR Air yang memanfaatkan waduk(bendungan), perahu karet (LCR), dan beberapa perlengakapan lainnya sebagai media. Penguatan organisasi juga dilakukan dengan menjalin hubungan baik dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas SAR Karanganyar itu sendiri. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: 1. SATLAK PB (Satuan Pelaksana Penaggulangan Bencana) Kabupaten Karanganyar. Pihak ini sangat berhubungan erat dengan SAR Karanganyar, karena hampir dalam setiap tugasnya SAR Karanganyar selalu bekerjasama dengan SATLAK PB ini dalam hal evakuasi maupun mitigasi.
commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Kesbang Pol Linmas Kabupaten Karanganyar. Karena dalam setiap laporannya SAR Karanganyar bertanggung jawab kepada pihak tersebut. 3. Kepolisian 4. TNI 5. Warga masyarakat sekitar tempat pantauan bencana ataupun sekitar
tempat kejadian bencana alam. D. Faktor Penghambat Kinerja SAR Karanganyar Pemikiran peranan menurut David Berry dalam Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi yang dikutip dari Wicaksono (2006), peranan dalam hal ini dapat dipandang sebagai bagian dari struktur masyarakat, dimana diciptakan oleh masyarakat bagi manusia. Jadi disini struktur masyarakat dapat dilihat sebagai pola-pola paranan yang saling berhubungan. Walaupun peranan adalah bagian dari struktur masyarakat, tapi peranan-peranan itu hanya ada selama peranan-peranan itu diisi oleh individu. Sehingga individu yang barada dalam kelompok referensinya dalam hal ini SAR Karanganyar, maka ia nantinya akan menetapkan sebuah cara untuk mancapai tujuan dengan merumuskan dirinya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh dirinya ataupun kelompok referensinya. Ketidak sesuaian apa yang dihrapkan dengan kenyataan mengandung asumsi bahwa didalamnya terdapat sesuatu yang berarti bagi dirinya atau commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak
yang kemudian
nantinya
mempengaruhi
peran
dari
SAR
Karanganyar secara keseluruhan. Setiap individu yang berperan dai dalam SAR Karanganyar juga sangat mempengaruhu pola pemikiran dan perilaku masyarakatnya, yang kemudian akan menghasilkan sebuah asumsi apakah keberadaan SAR Karanganyar telah berperan sesuai dengan yang diharapkan khususnya para anggotanya dan masyarakat secara umum dalam penanganan bencana di Kabupaten Karanganyar. Berkaitan dengan peranan sebuah assosiasi yang sifatnya sukarela, tentunya tidak semua asosiasi sukarela ini berperan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh anggotanya. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor penghambat SAR Karanganyar dalam melaksanakan tugasnya dalam Penanganan Bencana di Kabupaten Karanganyar. Peneliti di lapangan, ditemukan beberapa faktor-faktor penghambat yang memepengaruhi kurang optimalnya peranan SAR Karanganyar dalam penanganan bencana di Kabupaten Karanganyar. a Faktor Internal faktor internal adalah segala hal yang datang dari dalam atau intern organisasi SAR Karanganyar itu sendiri. Berbagai faktor tersebut antara lain sebagai berikut : 1)
Banyaknya anggota yang telah vakum atau non aktif yng dikrenakan banyak hal. Antara lain dikarenakan mereka telah bekerja di daerah yang jauh atau di luar kota. Sehingga tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
119 digilib.uns.ac.id
memungkinkan untuk mengikuti kegiatan yang ada. Selain itu untuk anggota perempuan, jika mereka sudah berumah tangga pada umumnya tidak akan lagi aktif dalam keanggotaan atau kepengurusan SAR. Ada juga yang sesame anggota SAR menikah, maka salah satu dari mereka harus di non aktifkan. Ini sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat di dalam organisasi tersebut. Selain alasan bekerja dan menikah, anggotra juga banyak disibukkan dengan urusan kuliah atau sekolah yang harus diprioritaskan. Karena usia anggota SAR Karangnyar banyak yang usia kuliah dan sekolah. 2)
Karena banyak anggota yang non aktif menyebabkan banyak berkurangnya potensi SAR yang dimiliki SAR Karanganyar. potensi SAR yang dimaksud adalah orang-orang yang memiliki skill atau kemampuan dalam bidang SAR tertentu. Karena skill yang dimiliki mereka yang termasuk anggota atau pengurus bukan didapatkan dengan mudah, harus dengan proses yang panjang dan memerlukan waktu yang cukup juga. Oleh karena itu juga pengganti mereka yang non aktif tidak mudah didapatkan.
3)
Masalah intern yang terjadi di dalam tubuh SAR Karanganyar itu sendiri. Masalah intern anggota ataupun pengurus sudah umum terjadi bahkan disetiap organisasi.
4)
Kurangnya pendanaan dari Pemerintah Daerah Karanganyar itu sendiri, meskipun setiap tahun telah dianggarkan dalam APBD commit to user
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) tetapi jumlahnya jauh dari cukup. Seperti yang diungkapkan oleh bendahara SAR Karanganyar, Mas Mulyono, S. Hut : “ sebenarnaya kita sudah mendapatkan dana setiap tahunnya, mulai dari tahun pertama sampai dengan tahun kelima memang selalu meningkat, tetapi tetap saja jumlah itu masih dirasa sangat kurang Dik. Sekarang bayang kan saja anggaran 50 juta untuk satu tahun. Jumlah itu tidak cukup bahkan untuk biaya operasionalnya saja. Belum lagi ditambah biaya perawatan inventaris seperti untuk servis mobil tua yang seperti orang kalau sudah tua itu lho Dik sakit-sakitan. Trus perawatan perahu karet, peralatan mountenering dan banyak lagi. Untuk operasional bahan bakar mobil saja sudah sangat boros itu belum termasuk untuk untuk membeli peralatan lain, karena peralatan yang kita punya masih sangat terbatas. Kemarin yang terakhir kita membeli peralatan selam standar saja mahalnya bukan main. Sampai-sampai kesehariannya anak-anak itu tidak terpikirkan dari anggaran, padahal setiap hari ada yang piket”. (Sumber : Wawancara
29 Juni 2009)
5) Kurangnya fasilitas, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SAR Karanganyar untuk menunjang kegiatan operasi atau emergency yang menjadi tugas utama SAR Karanganyar. sampai saat ini peralatan yang dimiliki masih sangat terbatas bahkan
dirasa
masih
sangat
kurang.
Seperti
yang
diungkapkan oleh pengurus SAR, Mulyono, S.Hut berikut ini: “….Karena minimnya dana yang ada, kita terpaksa menggunakan peralatan yang ada Dik. Seperti yang kita pakai saat evakuasi tanah longsor kemarin. Karena kita belum memiliki lampu tembak maka dengan terpaksa kita menggunakan lampu emergency yang tidak terlalu terang dan daya nya juga cepat habis. Untung waktu itu juga commit toseadanya user dibantu penerangan dari warga dengan lampu
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
petromak, karena saat terjadi bencana itu listrik memang dipadamkan untuk antisipasi”. (Sumber : Wawancara 29 Juni 2009) Peralatan yang ada antara lain: peralatan SAR Gunung (panjat) yang terdiri dari carmentel, carabiner, full body, sling, matras, sarung tangan panjat beberapa pasang. Peralatan SAR air yang meliputi alat-alat selam, tabung oksigen, masker, kaki katak, pelampung, dan perahu karet.meskipun sudah ada tetapi jumlahnya masih sangat terbatas. b Faktor Eksrternal Selain faktor dari dalam terdapat pula faktor dari luar yang menjadi kendala antara lain : 1) Kurangnya
sosialisasi
kepada
masyarakat,
khususnya
masyarakat yang berada di daerah pedesaan yang jauh dari pusat kota. Mereka pada umumnya atau banyak yang kurang mengerti siapa dan apa itu SAR. Markas komando SAR sendiri berada di pusat pemerintahan daerah, sehingga banyak diantara mereka yang belum mengetahi kinerjanya. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang warga Desa Nglegok yang bernama Bapak Maryanto : “ Kulo niku sak derenge mboten ngertos mbak tim SAR niku nopo. Nek ten nggen tipi-tipi nika nggih kulo kinten tiyang angkatan ngoten nika. Lha wong kulo kinten niku nek nyeluk SAR niku sing nyelukne nggih pak polisi nopo pak camat ngoten kok, trus ngangge bayar. Lha nek wargo alit ngeten niki commit to user nopo nggih kuat mbayar to mbak-mbak. Lha lagi ndek wingi
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nika enten musibah lagi ngertos nek tim SAR niku saged dihubungi sak wayah-wayah kalih sinten mawon, terus tibak’e nggih gratis, mboten bayar “ Yang dapat diartikan : “Saya itu sebelumnya tidak tahu mbak tim SAR itu apa. Kalau di televisi-televisi itu ya saya kira orang-orang dari angkatan (TNI). Saya kira juga memanggil SAR itu yang berkuasa adalah pihak kepolisian atau camat, juga harus membayar. Kalau rakyat kecil seperti kita ini mana kuat bayar mbak. Nah, baru kemarin sewaktu terjadi musibah itu saya baru tahu kalau tim SAR itu bisa dihubungi swaktu-waktu oleh siapa saja (yang berkepentingan), juga gratis, tidak harus bayar”. (Sumber : Wawancara 1 Maret 2010)
Hal ini dikarenakan kurangnya koordinasi dengan daerahdaerah rawan bencana maupun yang tidak. Selama ini SAR Karanganyar memberi materi ataupun simulasi jika diminta dari pemerintahan kecamatan atau desa tertentu saja. Jika ingin menyelenggarakan sendiri juga terkendala keterbatasan dana. Sebenarnya hal ini (sosialisasi) sangat dibutuhkan untuk pengetahuan warga masyarakat, terutama mereka yang kebetulan tinggal di daerah rawan bencana. 2) Kurangnya komunikasi dan koordinasi dengan beberapa pihak yang juga berkepentingan dalam hal penanganan bencana. Banyak dari organisasi masyarakat yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan yang juga turun langsung dalam hal penanganan bencana. Seharusnya mereka mengkoordinasikan tentang bagaimana tindakan yang lebih lanjut bersam tim gabungan, karena selama ini banyak dari mereka yang bekerja commit to user
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sendiri, sehingga tidak jarang mereka menjadi menyusahkan proses evakuasi dan mitigasi daerah bencana karena benyak terjadi ketimpangan. Hal ini tidak mampu dicegah oleh SAR Karanganyar dengan tegas, karena posisisnya adalah samasama untuk menolong. 3) Adanya asumsi yang salah dari masyarakat. Beberapa diantara mereka mengira bahwa SAR Karanganyar bekerja tidak maksimal karena melihat kerjanya hanya sebatas mengawasi saja, mendapat bayaran (gaji) serta fasilitas gratis. Padahal yang mereka lihat itu adalah unsure pimpinan yang menjadi SC,OSC atau juga SMC yang sudah seharusnya melakukan tugas mereka untuk mengawasi. Yang bekerja adalah SRU yang sudah dibentuk, tetapi masyarakat tidak mengetahui hal itu.
SAR Karanganyar bekerja tanpa imbalan dan tanpa
pamrih, benar-benar bersifat suka rela. Jikapun ada fasilitas seperti makan minum yang disediakan warga masyarakat itu sebatas kerelaan dari masyarakat saja, dan hal itu tidak pernah diminta oleh SAR Karanganyar. Selain adanya faktor-faktor penghambat atau kendala yang dihadapi oleh SAR Karanganyar dalam penanganan bencana di Kabupaten Karanganyar di atas, berikut ini juga ditemukan faktor-faktor pendukung SAR Karanganyar dalam penanganan bencana di Kabupaten Karanganyar. Yaitu :
commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Adanya kepedulian dan kerjasama dari beberapa pihak yang selama ini sering bekerja sama membantu dalam pelaksanaan operasi SAR itu sendiri. Antara lain adalah pihak SatLak (Satuan Pelaksana Penanggulangan
Bencana
dan
Pengungsi)
PBP
Kabupaten
Karanganyar. Karena memang bencana berkaitan erat dengan mereka. 2) Adanya kepedulian masyarakat yang mengakui keberadaan SAR Karangnyar, meskipun ada sejumlah kecil yang belum mengerti. Mereka yang sudah tau pada umunya ikut membantu memudahkan proses evakuasi dan mitigasi SAR Karanganyar dengan ikut terjun langsung. Tak jarang dari mereka juga menydiakan fasilitas cumacuma saat SAR Karangnyar sedang melakukan tugasnya, misalnya : tempat atau rumah yang dijadikan untuk base camp operasi, bahkan sampai logistik dan akomodasi.
E. Analisa Peranan SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana di Kabupaten Karanganyar Perana SAR Karanganyar dalam penanganan bencana tanah longsor di Kabupaten Karanganyar merupakan inti dari penelitian ini. Dalam aplikasinya, ternyata teori aksi yang dikemukakan oleh Parsons memiliki benang merah dalam mengkaji Peranan SAR Karanganyar dalam penanganan bencana tanah longsor di Kabupaten Karanganyar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
125 digilib.uns.ac.id
Dalam teori aksi dikemukakan beberapa asumsi fundamental oleh Hinkle dengan merujuk karya Mac Iver, Znaniecki, dan Parsons adalah sebagai berikut: 1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. 2. Sebagai subyek manusia bertindak atau berprilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan. 3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut. 4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tidak dapat diubah dengan sendirinya. 5. Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang dan telah dilakukan. 6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul pada saat pengambilan keputusan. 7. Study mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik penemuan yang bersifat subyektif seperti pada metode versttehen, imajinasi, sympathetic reconstruction atau seakan-akan mengalami sendiri (vicarious experience) (Ritzer, 2003 : 46). SAR Karanganyar dipandang sebagai suatu wadah, media, alat bagi para individu untuk mencapai tujuannya. Hakekat sebuah organisasi adalah terdapat pelaku (manusia) dan tujuan. Seperti yang diungkapkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
126 digilib.uns.ac.id
dalam asumsi fundamental dari teori aksi bahwa tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. Ini berkaitan dengan motivasi seseorang / individu untuk bertindak dan menetapakan cara dalam rangka mencapai tujuannya. Menurut Weber, sosiologi harus berusaha untuk menjelaskan dan menerangkan kelakuan manusia dengan menyelami dan memahami seluruh sistem arti maksud subjektif yang mendahului, menyertai, dan menyusulnya. Misalnya, sehubungan dengan masyarakat sosialis Ia menulis : “ penelitian sosiologis yang sungguh empiris dimulai dengan pertanyaan, yakni : motivasi-motivasi manakah menentukan dan membimbing peri kelakuan para anggota dan peserta individual dari masyarakt sosial itu, sehingga masyarakat itu dapat muncul dan sesudah itu bertahan terus “ (K. J Veeger, 1986 : 172). Dari pernyataan Weber tersebur bahwa motivasi dijadikan sebagai pondasi dan indicator dari suatu peranan. Sehingga konsep peranan dalam teori aksi mencakup beberapa sub pokok yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui suatu peranan, yaitu : (1) motivasi (2) status Individu-individu yang tergabung dalam SAR Karanganyar dijadikan sebagai aktor yang memiliki alternativ cara, serta teknik untuk mencapai tujuannya. Dalam hal ini, tujuan SAR Karanganyar adalah dalam penanganan bencana tanah longsor di Kabupaten Karanganyar. dimana dalan mencapai tujuan tersebut aktor dihadapkan dengan sejumlah kondisi commit to user
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kondisi seperti ini dikatakan sebagai kendala, dimana kendala tersebut berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh idividu. Dengan demikian SAR Karanganyar sebagai aktor ini dalam mencapi tujuannya, berada di bawah kendala dari nilai-nilai, normanorma, dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternative untuk mencapai tujuan. Yang membatasi ruang gerak SAR Karanganyar itu sendiri dalam penanganan bencana tanah longsor. Indikator dari peranan adalah peranan menuju kepada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi tepatnya seseorang atau kelompok menduduki suatu posisi dalam masyarakt serta menjalankan suatu peranan. Suatu pernan mencakup tiga hal, yaitu : 1.
Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian
perturan-peraturan
yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 2.
Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3.
Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarkat (Soekanto, 2003 : 244). Disini aplikasi dari konsep diatas adalah bahwa SAR Karanganyar
merupakan organisasi sosial kemanusiaan yang terdiri dari individu (dalam commit to user
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
konteks ini adalah pemuda yang tergabung dalam organisasi sosial kemanusiaan SAR Karanganyar) memiliki sebuah status sebagai organisasi sosial kemanusiaan yang berfungsi sebagai berikut : 1. Mencari, dan menolong korban bencana alam, atau bencana lainnya yang tidak bisa ditangani sendiri oleh masyarakat karena berbagai kendala mulai dari peralatan sampai dengan ketrampilan menolong korban itu sendiri. 2. Memberi informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan bencana alam, cara evakuasi sederhana, pengantisipasian, dampak, bahaya dan lain sebagainya yang diperlukan oleh warga masyarakat yang mebutuhkan khususnya di Kabupaten Karangnyar yang memiliki tingkat kerawanan bencana yang cukup tinggi terutama bencana tanah longsor. 3. Membantu warga masyarakat mengenai segala hal berkaitan dengan penanggulangan bencana alam muaupun hal-hal lainnya yang masih termasuk
dalam
wilayah
kerja
SAR
Karangnyar
tanpa
mengesampingkan peraturan yang ada di wilayah tersebut, dan memposisikan diri sebagai seorang penolong bukan tuan rumah, meski masih dalam wilayah kerja SAR Karangnyar yaitu wilayah Kabupaten Karanganyar. Peranan juga berkaitan dengan harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban dari pemegang peran dan juga harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap commit to user
129 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat atau orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan perannya atau kewajiban-kewajibannya. Sehingga SAR Karanganyar disini dalam menjalankanperanannya dipengaruhi kondisi lingkungannya dan status yang dimiliki oleh individu-individu dalam SAR Karanganyar. Menurut Parsons tindakan seseorang ditentukan oleh hal yang berasal dari luar dirinya. Actor dipengaruhi oleh sistem sosial dan dua sistem tambahan lainya. Yaitu sistem budaya dan sistem kepribadian. Namun setelah fase terakhir Parsons ditandai dengan perluasan penggolongan teori tindakan hubungan-hubungan baru, dan unsure baru ditemukan seperti misalnya tambahan sub sistem keempat dalam sistem tindakan, yaitu : organism perilaku, sehingga sistem tindakan itu kini menjadi sistem kepribadian, sistem sosial / pranata sosial, sistem budaya dan organisme perilaku. Sehingga setiap individu dalam SAR Karanganyar dalam setiap melakukan tindakan sosial, secara tidak langsung ditentukan oleh sistem sosial yang ada. Maksudnya hal ini merujuk pada salah satu karakteristik dasar tindakan sosial, dimana aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Dalam teori aksi Parsons juga mengungkapkan, bahwa adanya individu sebagai aktor dan aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tidakannya dalam mencapai tujuan. commit to user
130 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan Demikian SAR Karanganyar yang tediri dari beberapa individu merupakan actor yang aktif dan kreatif sebagai bagian dari masyarakat. Sebagai bagian dari masyarakat, SAR
Karanganyar memiliki
berbagai harapan-harapan untuk melakukan sesuatu dan memberikan sesuatu kepada masyarakatnya. Sebagai salah satu manifestasinya adalah dengan memberikan penyuluhan mengenai
manajemen bencana tanah
longsor yang didalamnya mengajarkan masyarakat untuk mengenali tandatanda bencana, hal-hal yang perlu dilakukan terhadap tanda-tanda bencana srta sampai pada pencegahan atau meminimalisir kemungkinan bencana tanah longsor. Selanjutnya, tindakan aktor dipengaruhi oleh sistem yang ada dalam berperilaku. Pengaruh ini sifatnya voluntarisme dan sibernetik. Sibernetik menunjukkan ada hubungan antara masing-masing sistem yang mempengaruhinya. Dari pandangan fungsional, tindakan aktor dimaknai sebagai : 5. Lattern Pattern Maintenance Berhubungan dengan system budaya yang menunjuk pada masalah bagaimana menjamin kesinambungan tindakan dalam system sesuai dengan beberapa ukuran atau norma-norma 6. Integration Dalam hal ini berhubungan dengan system social, menunjuk pada koordinasi serta kesatuan bagian-bagian dari system sehingga seluruhnya fungsional 7. Goal Attainment Berhubungan dengan system kepribadian menunjuk pada pemenuhan tujuan system dan penetapan prioritas diantara tujuan-tujuan tersebut 8. Adaption Berhubungan dengan system organisme perilaku menunjuk pada kemampuan system menjamin apa yang dibutuhkan dari lingkungan serta mendistribusikan sumber-sumber tersebut kedalam seluruh system ( commit to user Haryatmoko. B, 1986)
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Aplikasinya
adalah
bahwa
SAR
Karanganyar
berusaha
mempertahankan sistem budaya yang telah ada yaitu gotong royong, toleransi, kebersamaan, dan solidaritas sosial yang telah ada, yang kemudian mencoba untuk mengembangkannya melalui kegiatan-kegiatn secara berkala dan berlanjut. Dalam hal status, SAR Karanganyar adalah organissasi sosial kemanusiaan yang legal dan diakui keberadaanya oleh masyarakat di Kabupaten Karanganyar dan telah memiliki akta notaries yang menguatkan keberadaan SAR Karanganyar secara hukum. Para pengurus SAR Karanganyar adalah orang-orang yang dianggap mampu berpotensi utnuk mewujudkan cita-cita organisasi dalam hal penanganan bencana tanah longsor di Kabupaten Karanganyar. Kemudian bila dilihat dari peran SAR Karanganyar dalam peningkatan Dengan adanya keberadaan individu dalam upaya mencapai tujuannya, dalam hal ini SAR Karanganyar dijadikan sebagai alat yang nantinya akan selalu menjadi alternative bagi para masyarakat (khususnya pemuda) untuk melakukan pengembangan potensi lokal dan member jaminan atas hak-hak masyarakat dalam mengakses sumber lokal, yang kemudian bisa dijadikan sebagai asset yang menunjukkan kepada kemampuan sistem yang menjalin apa yang dibutuhkan dari lingkungan serta mendistribusikan sumber-sumber tersebut ke dalam seluruh sistem. Sehingga secara eksplisir, teori aksi dapat digunakan untuk commit toSAR user Karanganyar dalam penangana menganalisa mengenai peranan
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bencana tanah longsor di Kabupaten Karanganyar. karena dalam teori aksi yang dikemukakan oleh Parsons, mencakup aspek-aspek peranan dan indikatornya yang sangat menentukan individu atau kelompok dalam melakukan tindakan sosial. Kemudian dalam teori aksi, konsep voluntarisme berkaitan erat dengan motivasi untuk melakukan tindakan sosial. Dimana voluntarisme merupakan suatu kerelaan dari individu untuk menetapkan sebuah cara yang dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Tujuan dalam konteks ini adalah upaya SAR Karanganyar dalam melaksanakan tugasnya untuk masyarakat. Tugasnya yang berhubungan dengan pertolongan, pencarian dan evakuasi korban bencana tanah longsor. Tugas tersebut adalah bentuk pengabdian untuk masyarakat yang mengakui keberadaan SAR Karanganyar itu sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini meneliti tentang peranan SAR Karanganyar dalam penanganan bencana tanah alam terutama tanah longsor yang terjadi di wilayah Kabupaten Karanganyar yang dikenal sebagai daerah rawan tanah longsor. SAR Karanganyar berdiri pada tanggal 14 Desember 2004. Kepedulian sosial dari para pemuda yang tergabung dalam SAR inilah yang mencerminkan aspek sosiologis dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini mencakup dan menjelaskan bagaimana para pemuda termotivasi ikut berperan aktif dalam organisasi SAR Karanganyar, beberapa peran SAR dalam penanganan bencana alam, antara lain peran dalam evakuasi, mitigasi dan peran sosial lainnya yang berhubungan dengan kegiatan sosial kemanusiaan, penguatan organisasi itu sendiri serta bagaimana SAR Karanganyar berkoordinasi dengan masyarakat. 1. Peran Evakuasi dan Mitigasi Peranan SAR Karanganyar dalam penanganan bencana lam terutama tanah longsor di kabupaten Karanganyar dapat dijelaskan dalam dua peran pentingnya yaitu evakuasi dan mitigasi. a. Peranan Evakuasi Dalam keran evakuasi terdapat beberapa kegiatan pokok didalamnya antara lain adalah :
commit to user
137
perpustakaan.uns.ac.id
138 digilib.uns.ac.id
1). Mencari korban Mencari korban merupakan tindakan awal setelah Tim berada di lokasi bencana alam. Tidak jarang dalam setiap kejadian bencana korban tidak begitu saja ditemukan, oleh karena itu diperlukan proses pencarian yang tidak sebentar. Terlebih dalam kejadian bencana tanah longsor sering terjadi korban tertimbun tanah, maka pencari harus terlebih dulu mencarinya dengan menggali. 2). Menolong korban Setelah korban ditemukan maka harus segera mendapatkan pertolongan pertama. Tim akan melakukan serangkaian kegiatan medis dalam keadaan emergency untuk menyelamatkan dan meminimalisir jumlah korban. Kegiatan pertolongan tersebut harus sesuai dengan aturan dasar pertolongan. 3). Tindak awal pertolongan korban Tindakan awal hanya dilakukan pada korban yang memungkinkan saja, untuk mengurangu dampak yang lebih parah. Misalnya dalam kasus patah tulang. Dan jika keadan lebih parah akan lebih aman jika ditangani tim medis. b. Peran Mitigasi Mitigasi merupakan tinadakan lanjutan setelah evakuasi yang bertujuan untuk membantu warga masyarakatv pasca bencana, dan untuk meminimalisir dampak bencana selanjutnya. Didalamnya terdapat beberapa kegiatan antara lain : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
139 digilib.uns.ac.id
1). Peta rawan bencana Peta rawan bencana akan digunakan dalam pemantauan lokasi atau daerah bencana tersebut baik sebelum bencan (masih dalam prediksi) maupun setelah bencana terjadi. Dalam bencana tanah longsor peta tersebut sangat brguna untuk memantau pergerakan tanah. 2). Pendirian tempat pengungsian Setelah terjadinya bencana alam yang merusakan rumah dan sarana umum lainnya otomatis warga masyarakat memerlukan tempat tinggal sementara. Pendirian tenda pengungsian dilakukan dan dikoordinasikan oleh SAR Karanganyar dan berbagai pihak yang terkait di dalamnya. 3). Koordinasi Menyangkut segala hal yang berkaitan langsung dengan korban, seperti kebutuhan logistik dan sarana umum. 2. Peran Sosial Lainnya Selain dua peran penting tersebut SAR Karanganyar juga banyak berperan dalam banyak kegiatan sosial kemanusiaan yang lain,selama masih dalam lingkup tugas sosial dan tidak menyalahi aturan. Sebagai contoh adalah sebagai berikut : a. Kecelakaan lalu lintas Seringkali SAR Karanganyar turut membantu dalam proses pengevakuasian korban, karena memang mereka dibutuhkan, commit to user
140 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
misalnya pada kasus kecelakaan mobil yang terguling dalam jurang, maka
pengevakuasian
korban
harus
seteliti
mungkin,
dan
memerlukan alat evakuasi tertentu. b. Evakuasi orang panjat tower Pada umumnya pelaku panjat tower adalah orang yang terganggu jiwanya, maka dari itu antisipasi yang lebih perlu dilakukan demi keselamatan bersama. c. Pengangkatan mayat dari berbagai tempat Seringkali SAR Karanganyar memperoleh laporan dan bertugas mengangkat mayat dari tempat-tempat tertentu. Misalnya korban meninggal di puncak Gunung Lawu, mayat yang tiba-tiba terapung di sungai ataupun korban bunuh diri (menyengatkan diri dengan listrik, gantung diri dan menceburkan diri ke sungai). 3. Sistem Operasi SAR Sitem Operasi SAR juga termasuk dalam hasil penelitian ini. Sistem operasi SAR Karanganyar adalah menggunakan sistem komando. Wilayah koordinasinya antara lain adalah sebagai berikut : a.
SC (SAR Coordinator)
b.
OSC
c.
SMC (SAR Mission Coordinator)
d.
SRU
Setiap operasi wajib adanya laporan tertulis yang kemudian menjadi bahan yang harus dilaporkan dan dipertanggung jawabkan kepada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
141 digilib.uns.ac.id
pihak-pihak terkait, yaitu pemerintah daerah ataupun Badan SAR Nasional. 4. Penguatan Organisasi Sebagai pendukung kegiatan SAR Karanganyar dalam penanganan bencana alam SAR Karangnayar juga melakukan penguatan Organisasi. Hal tersebut dilakukan dengan : 1). Perekrutan anggota Potensial 2). Pendidikan dan Pelatihan SAR 3). Kegiatan Penguatan Skill
B. Saran Selesainya penulisan laporan penelitian ini bukan berarti tidak tedapat ruang-ruang untuk perbaikan. Oleh karena itu, penelitian dengan tema yang serupa dapat dilakukan dengan lebih baik oleh peneliti lain dimasa mendatang. Dengan selesainya penelitian ini ada beberapa saran yang dapat disampaikan : 1. Bagi internal SAR Karanganyar a. Selektif dan kreatif dalam memilih anggota yang hendak bergabung di dalam organisasi tersebut. Karena didalam organisasi dibutuhkan loyalitas yang tinggi. Diharapkan orang-orang yang sudah bergabung dan memiliki potensi SAR yang cukup memadai dapat terus berperan aktif didalamnya, sehingga SAR Karanganyar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
142 digilib.uns.ac.id
tidak kekurangan potensi dan skill dalam setiap operasi yang menjadi tugas utamanya tersebut. b. Lebih aktif dalam penyebaran informasi dalam bentuk penyuluhan atau hal yang sejenis agar semua lapisan masyarakat mengetahui berbagai informasi yang berkaitan erat dengan bencana alam, mengingat di Kabupaten Karanganyar merupakan wilayah rawan bencana yang cukup tinggi potensinya untuk beberapa bencana alam, sebagai contoh tanah longsor, angin topan (putting beliung), dan banjir. 2. Bagi masyarakat Desa Nglegok Kecamata Ngargoyoso dan masyarakat Desa Balong Kecamatan Jenawi a. Hendaknya warga masyarakat selalu aktif dalam memperoleh informasi mengenai bencana alam dan mengenali daerah tempat tinggal mereka masing-masing, sehingga dapat diperkirakan kemungkinan terburuk serta antisipasi yang harus dilakukan untuk itu. b. Membuka diri akan hal-hal baru yang muncul, seperti penyuluhan mengenai bahaya hutan gundul, tidak serta merta hanya mementingkan kepentingan ekonomi dari hasil pertanian tanpa memperdulikan lahan seperti apa yang sedang mereka kerjakan, berbahaya atau tidak. c. Terkait dengan informasi yang dibutuhkan warga masyarakat, sebaiknya pemerintahan desa juga memfasilitasi pihak SAR, atau commit to user
143 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pihak yang lain untuk mengadakan penyebaran informasi di berbagai pelosok desa.
commit to user