PERAN SOSIAL PEREMPUAN DALAM KELUARGA DAN MASYARAKAT (Studi terhadap Buruh Industri Perempuan PT. Sekar Group di Desa Pucang, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo)
SKRIPSI
Disusun Oleh : PUTRI SEPTYANING RAHAYU ARIESTA NIM : 071014006
DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
Semester Gasal Tahun 2014/2015
1
ABSTRAK
Perubahan relasi kekuasaan yang dilakukan perempuan dalam keluarga diawali dari masuknya perempuan di ranah publik. Masuknya perempuan dalam dunia publik ini memberikan peran tersendiri dimana perempuan mampu memaknai peran yang dimilikinya di masyarakat, yang kemudian diterapkan juga di keluarga. Penerapan inilah yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan dan perubahan relasi kekuasaan dalam keluarga. Kajian ini memfokuskan pada peran perempuan di sektor domestik dan sektor publik dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Paradigma yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam kajian ini adalah paradigma interpretatif dengan pendekatan yang bersifat kualitatif. Teori yang digunakan adalah Teori Relasi Kekuasaan dari Michel Foucault. Informan dalam kajian ini adalah tujuh orang perempuan yang bekerja sebagai buruh industri di PT. Sekar Group. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah snowball. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain: (1) Tugas dan tanggung jawab di bidang reproduktif, bidang produktif dan bidang pengelolaan komunitas masih melekat sebagai tanggung jawab perempuan. Tetapi tanggung jawab tersebut dilakukan dengan membagi tugas domestik kepada keluarganya sebagai kewajiban bersama; dan (2) Perempuan memiliki peran penting di sektor publik. Mulai dari peran formal dan non-formal. Peran dalam sektor publik ini merupakan perluasan tanggung jawab yang dimiliki oleh perempuan. Peran yang dimiliki oleh perempuan di sektor publik kemudian dijadikan sebagai sumber daya yang digunakan untuk mempertahankan posisi tawarnya dan digunakan sebagai wacana untuk merubah relasi kekuasaan dalam keluarga.
Kata kunci: peran sosial perempuan, buruh industri perempuan, relasi kekuasaan
2
ABSTRACT
Power relation change done by women in the family begin with the increasing role of women in public. Women entrance in the public area gave a significant role where women were able to find the meaning of their role in the society, which is also applied in the family as well. Thus, the decision making process and power relation change in the family became affected. This study focusing on women role in the domestic and public sector in the family and society life. Paradigm used to answer the questions in this study is interpretative paradigm with qualitative approach. Theory used was power relation theory from Michel Foucault. Data source in this research were seven women labour worked as labour industry at PT. Sekar Group. Sampling technique used in this research was snowball. Methods used to collect the data was indepth interview. Result found in this research were: (1) The task and responsibility in the reproductive area, productive area, and community development is still on the women side. But the responsibility did the domestic work for the family as common duty; and (2) Women held the important role in the public area. Starting form the formal and informal one. The role in the public sector was an expansion of responsibility of a women. The women role in public then became the resource used to maintain their bargaining position and used as a discourse to change the power relation in the family.
Keywords: women social role, women labour industry, power relation
3
Latar Belakang Masalah Berangkat dari permasalahan mengenai perempuan, tentu banyak sekali yang berkaitan di dalamnya, termasuk tentang perempuan yang mulai banyak memasuki ranah publik. Perempuan tidak lagi hanya berkecimpung di dunia domestik saja, melainkan juga memasuki dunia publik. Hal ini bisa diwujudkan mulai dari bentuk pemenuhan kebutuhan hingga aktualisasi diri yang lebih biasa digunakan sebagai alasan untuk memasuki ranah publik. Masuknya perempuan dalam ranah publik bukan lagi menjadi suatu hal yang tabu. Berdalih dengan alasan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat, membuat masuknya mereka dalam ranah publik menjadi semakin mulus. Seperti yang dikatakan oleh Bullock, yang menyebutkan bahwa “poverty can break down even strict social taboos, and women work outside the home when they, and the family, have no another choice (kemiskinan dapat merusak setiap aturan sosial yang keras dan tabu sekalipun, dan wanita bekerja di luar rumah ketika mereka, dan keluarganya, tidak lagi memiliki pilihan lain)”. 1 Realitas seperti yang terlihat di daerah lintas Sidoarjo yang seiring dengan perkembangan zaman, banyak sekali pusat perekonomian yang berkaitan dengan industri bermunculan. Di salah satu bagian dari daerah pusat Kabupaten Sidoarjo juga terlihat ramai sekali karyawan yang bekerja, yakni di daerah Jenggolo, Desa Pucang yang terdapat pabrik khusus pengolahan makanan siap saji. PT. Sekar Group merupakan salah satu industri pengolahan makanan terbesar di Indonesia dan sudah berdiri sejak tahun 1966. Industri ini memiliki nama PT. Sekar Group. Industri yang terletak di Desa Pucang ini merupakan gabungan tiga industri antara lain PT. Sekar Katokichi, PT. Sekar Bumi dan PT. Sekar Laut. Mulai dari makanan mentah hingga makanan yang siap untuk langsung dimakan dibuat oleh industri makanan tersebut. Industri ini berada di daerah Jenggolo yang melewati gang kecil untuk melaluinya, dan posisinya berada kurang lebih 100 meter sebelum pemukiman warga. Setiap harinya terlihat banyak karyawan dan karyawati yang keluar masuk industri.
1
Mahardani F, Relasi Gender Dalam Keluarga Migran TKW (Tesis; Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, 2011).
4
Secara langsung dapat dilihat bahwa karyawan yang bekerja, lebih didominasi oleh pekerja perempuan dibandingkan dengan pekerja laki-lakinya. Hal ini dikarenakan industri yang menghasilkan makanan ini lebih membutuhkan perempuan dalam bagian produksinya, sedangkan pekerja laki-laki hanya diberikan mulai dari staff keamanan, bagian administrasi, bagian produksi yang berat (angkat-angkat es, hasil produksi, dan lainnya) dan bagian pendistribusian hasil produksi. Perempuan kebanyakan diletakkan dalam bagian produksi dengan asumsi bahwa pekerjaannya tersebut memiliki hubungan dengan tugas perempuan seperti kehidupan sehari-harinya. Bagian kantor dan pengawasan karyawan, gender berfungsi secara merata, baik laki-laki maupun perempuan seimbang keberadaannya.2 Dari realitas yang terlihat menunjukkan keterwakilan dalam era sekarang yang memperlihatkan bahwa perempuan sudah banyak memasuki ranah publik. Tuntutan pemenuhan kebutuhan yang semakin meningkat menjadi alasan utama bagi mereka untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pekerja perempuan yang bekerja di industri itu pun berasal dari berbagai kota di daerah Jawa Timur sendiri, ada yang mulai dari penduduk lokal Sidoarjo, Surabaya, Mojokerto, Pasuruan, Malang dan masih banyak kota lainnya. Dengan ini secara ringkas dapat dijelaskan perempuan tidak lagi keluar dari arena domestik yang terdekat saja (lingkungan masyarakat sekitar keluarga), bahkan mereka masuk ranah publik ini hingga melintasi kota lain untuk memperoleh apa yang mereka inginkan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa perempuan yang keluar dari ranah domestik akan memunculkan fenomena tersendiri. Jika dilihat dari sejarahnya terdapat beberapa hal yang mendukung dianggap tabunya perempuan untuk terlalu jauh masuk dalam ranah publik. Seperti yang dikatakan oleh Engels tentang perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang, melalui proses sosialisasi dan konstruksi sosial, kultural dan keagamaan, bahkan kekuasaan negara.3 Fakih Mansour menyebutkan bahwa perbedaan gender dianggap sebagai kodrat atau pemberian Tuhan yang tidak dapat lagi diubah. Selain itu, seperti yang dilansirkan dalam Cultural Construction 2
Hasil wawancara dengan Informan NAH, 21 April 2014, PT. Sekar Group. Mahardani F, Empat Kepala Rumah Tangga (Skripsi; Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, 2008). 3
5
of Sexuality yang menyebutkan bahwa perbedaan perilaku laki-laki dan perempuan bukan lagi sekedar biologi, namun melalui proses kultural. 4 Perempuan yang memasuki ranah publik berarti sudah meluaskan tanggung jawabnya bukan hanya di sektor domestik saja, melainkan sudah memasuki jenjang yang lebih luas lagi. Perempuan yang bekerja sebagai buruh industri, yang sudah merasakan mendapatkan „imbalan‟ atas apa yang mereka berikan di dunia publik, maka mereka akan memutuskan untuk lebih jauh lagi masuk dalam dunia publik yang dimanfaatkan untuk menambah ketercukupan kebutuhan sehari-hari dalam keluarganya. Hal ini tentu mempengaruhi peran-peran sosial yang dimiliki oleh perempuan yang bekerja sebagai buruh industri. Kajian tentang perempuan yang bekerja ini juga menunjukkan tentang pola komunikasi yang terbentuk dalam keluarga yakni perencanaan akan proses komunikasi yang tepat dalam keluarga bisa memudahkan mencari solusi atas kondisi keluarga dimana sang ibu ada dalam kondisi bekerja di luar rumah. Bila didasarkan pada kerangka analisis model Moser (salah satu model analisis berbasis gender) terdapat kesesuaian bahwa seorang ibu yang sekaligus adalah seorang perempuan yang harus diberdayakan dengan terlibat pada sebuah perkerjaan. Lebih jauh hal tersebut adanya keterhubungan antara peranan-peranan reproduktif (sebagai ibu), produktif (usaha menghasilkan/berproduksi) dan kemasyarakatan atau kerja sosial secara seimbang. 5 Peran-peran di atas merupakan bagian dari peran sosial yang dilakukan oleh perempuan yang bekerja di sektor domestik dan sektor publik. Bila memperhatikan tradisi yang ada di masyarakat, perempuan selalu berada dalam sektor domestik dengan menjadi penanggung jawab atas pengasuhan dan pengurusan rumah tangga. Hal ini selalu dibebankan kepada perempuan. Seketika perempuan memasuki dunia publik yang dipertanyakan bukanlah kebebasan perempuan atau proses bagaimana perempuan dapat masuk dalam ranah publik tersebut, melainkan selalu mengingatkan perempuan tentang tanggung jawab yang
4
Ibid., Karya Ilmiah oleh S. Bekti Istiyanto, Pentingnya Komunikasi Keluarga: Menelaah Posisi IBU Antara Menjadi Wanita Karir atau Penciptaan Keluarga Berkualitas, tanggal 23 Juni 2013 pukul 11:10 WIB, diakses melalui http://docjax.com/document/view.shtml-id=2334-617&titleKomu-nikasi%20Vol%201%20No%202,%20Pentingnya%20Komunikasi%20Keluarga. 5
6
dimilikinya dalam dunia domestik. Perempuan seringkali sulit terlepas dari jeratan dunia domestik yang menyebabkan dirinya tetap bertanggung jawab di sektor domestik, namun juga tidak meninggalkan kewajiban yang dia pilih sebagai perempuan yang bekerja (konteks pada kajian ini adalah sebagai buruh industri).
Fokus Penelitian 1. Bagaimana peran perempuan di sektor domestik dalam kehidupan keluarga? 2. Bagaimana peran perempuan di sektor publik dalam kehidupan keluarga dan masyarakat?
Kerangka Teoritik Dalam kajian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Michel Foucault mengenai relasi kekuasaan atau power relations. Penjelasan tentang teori dan keterkaitannya dengan kajian ini sebagai berikut. Foucault menggambarkan bahwa sebuah kekuasaan itu sebenarnya tidak terpusat. Kekuasaan berada dimana-mana, bukan karena kekuasaan mencakup segala hal, tetapi karena kekuasaan datang dari mana-mana. Kekuasaan disini bukan dijelaskan sebagai kekuasaan yang ada pada suatu negara atau institusi sosial dan bukan juga dari sesuatu yang berkaitan dengan struktur sosial. Kekuasaan yang diartikan sebenarnya adalah situasi-strategi yang kompleks dalam kehidupan masyarakat. Hubungan antara teori ini dengan konseptualisasi mengenai topik tentang peran sosial perempuan dalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat adalah bagaimana telah dijelaskan pada kajian-kajian yang telah ada sebelumnya. Banyak terjadi perubahan relasi kekuasaan yang terjadi dalam sebuah rumah tangga yang isterinya atau perempuan yang berperan menjadi ibu rumah tangga mulai memasuki ranah publik. Mereka yang sudah mengenal bagaimana dunia di luar domestik, akhirnya memiliki orientasi yang berbeda terhadap dunia pekerjaan yang dijalaninya.
7
Kekuasaan yang ditunjukkan sebagai sebuah kekuasaan yang bukan hanya difokuskan kepada siapa yang berkuasa dan yang dikuasai dalam cakupan ekonomi, melainkan kekuasaan yang dijelaskan oleh Foucault ini menjelaskan kekuasaan tersebut sudah pada ranah yang lebih luas lagi. Perubahan relasi kekuasaan ini bukan secara kodrati merubah posisi laki-laki yang mampu digantikan oleh perempuan, atau sebaliknya. Namun perubahan ini terjadi hanya pada peranan secara gender saja. Perubahan relasi kekuasaan yang terjadi yang dialami oleh istri pada suami ini akan dimunculkan dalam berbagai bentuk. Salah satu contohnya adalah dalam pengambilan keputusan dari berbagai aspek lebih banyak ditentukan oleh istri daripada suami. Penggunaan teori yang dikemukakan oleh Foucault ini karena relasi kekuasaan yang ditunjukkan bukan hanya sekedar kekuasaan yang berada pada pihak organisasi atau struktur yang mengikat saja, namun juga berkenaan dengan penguasaan atas tubuh dan penguasaan perilaku yang mampu memunculkan dominasi-dominasi dalam rumah tangga. Penguasaan perilaku dan peran sosial, serta pemaknaan terhadap peran yang dimiliki yang menjadi klimaks dalam topik peran sosial perempuan yang bekerja sebagai buruh industri. Berkaitan dengan perubahan relasi kekuasaan yang muncul dalam rumah tangga yang dilakukan oleh istri kepada suami, relasi kekuasaan dalam keluarga merupakan relasi kekuasaan yang terjadi antara suami dan istri. Namun tidak semuanya kekuasaan diartikan sebagai kepemilikan yang paling tinggi karena faktor tertentu yang mampu mendominasi dan mengontrol saja, melainkan kekuasaan ini akan dapat muncul pada orang yang tidak memiliki kepemilikan apapun tetapi mereka memiliki tujuan yang jelas dalam menjalankan suatu hal. Dianalogikan dalam sebuah keluarga, mereka yang tidak memiliki kekuasaan tertinggi adalah anak-anak dari sepasang suami-istri. Keberadaan mereka juga pasti memiliki suatu keinginan untuk memutuskan sesuatu, namun jika haknya dihalangi oleh orang tuanya, maka relasi kekuasaan itu hanya berada pada orang tua sebagai pengendali struktural dalam rumah tangga saja. Kekuasaan dalam keluarga sendiri telah terbentuk sejak awal, khususnya pada masyarakat dengan budaya patriarki yakni dengan mengurangi intensitas
8
kekuasaan terbesarnya kepada suami terhadap istrinya. Seiring dengan modernisasi yang secara tidak langsung memaksa perempuan untuk mulai memasuki ranah publik dengan tujuan-tujuan urgency tertentu, seperti faktor ekonomi. Adanya proses masuknya perempuan dalam ranah publik mampu membawa pengaruh terhadap perilaku yang selama ini diasumsikan belum pernah dilakukannya dan perempuan dengan mudah terpengaruh kebiasaan di ranah publik yang mampu mempengaruhi perilakunya dalam berbagi peran dan relasi dengan ranah domestiknya (dalam konteks ini adalah keluarga dan suami).
Metodologi Penelitian Kajian kali ini, paradigma yang digunakan adalah paradigma naturalistik atau paradigma interpretatif yang menjadi bagian dari paradigma non-positivistik. Hal ini dikarenakan dalam kajian ini menjelaskan bahwa suatu fenomena yang ada mengenai peran-peran sosial perempuan tersebut yang mampu memunculkan realitas yang dikonstruksi. Selain itu, metodologi kajian ini juga menggunakan prinsip perspektif gender yang mana menempatkan isu gender dalam kehidupan sosial perempuan sebagai fokus analisa. Kajian ini menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif, karena dalam penelitian kualitatif menerangkan bahwa realita yang terbangun dalam masyarakat merupakan hasil dari pandangan subyek individu. Penulisan kajian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif dikarenakan fenomena yang dimunculkan pada kajian ini menggunakan logika berfikir secara induktif, yang mana pengambilan permasalahan yang ada dimulai dari lapangan dan kemudian dijelaskan secara generalisasi teoritik yang mampu memunculkan preposisi-preposisi
sebagai
awal
pembentukan
kesimpulan.
Kajian
ini
menjelaskan data secara deskriptif yang berfungsi untuk menjawab beberapa pertanyaan mengenai keadaan suatu obyek atau subyek amatan secara rinci. Setting sosial yang digunakan pada kajian ini merupakan bagian dari daerah Kabupaten Sidoarjo, yaitu berada di kawasan industri pengolahan makanan milik
9
PT. Sekar Group yang berada di Desa Pucang, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo Subjek penelitian ini ditentukan dengan gabungan dari dua cara penentuan informan pada studi kualitatif, yakni gabungan antara snowball dan accidental. Subyek penelitian dalam kajian ini adalah pekerja buruh industri perempuan yang bekerja di PT. Sekar Group di Kabupaten Sidoarjo. Pekerja buruh perempuan yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah mereka dari berbagai posisi pekerjaan dan jabatan. Mandor, checker dan pekerja bagian produksi yang menjadi sumber informasi dari kajian ini. Perempuan memang sebagian besar diletakkan pada bagian produksi.6 Terdapat beberapa kriteria yang digunakan oleh peneliti untuk menentukan subjek yang digunakan, antara lain : 1. Pekerja perempuan yang memiliki jabatan tertentu dalam bagian produksi, serta berperan besar dalam pengambilan keputusan keluarga. Suami berpenghasilan lebih banyak daripada istri. 2. Pekerja perempuan yang tidak memiliki jabatan, berpenghasilan normal atau lebih tinggi dari suami, namun berperan besar dalam pengambilan keputusan keluarga. Suami berpenghasilan lebih rendah atau sama rata. 3. Pekerja perempuan yang tidak memiliki jabatan, berpenghasilan normal, tidak terlalu berperan atau demokratis dalam pengambilan keputusan keluarga. Suami berpenghasilan lebih rendah atau sama rata. Poin penting dari kriteria kajian ini adalah jabatan pekerja buruh perempuan, penghasilan pekerja buruh perempuan, peran pengambilan keputusan dalam keluarga (dan masyarakat), serta penghasilan dan pekerjaan (jabatan) suami. Adanya subjek penelitian yang telah ditentukan, kajian ini juga menggunakan subjek pendukung (informan pendukung) untuk memperkaya variasi data. Subjek pendukung tersebut antara lain suami dan anggota keluarga lain, kerabat, tetangga terdekat dan partner kerja perempuan tersebut.
6
Hasil wawancara dengan Informan NAH, 21 April 2014, PT. Sekar Group. Selain itu, bagian produksi memang menjadi tempat yang dianggap cocok untuk pekerja perempuan. Singh dan Vitneen menjelaskan perempuan yang disebut sebagai home based worker.
10
Pembahasan Peran sosial berbasis gender ini bersifat multi. Pada perempuan peran sosial ini menjadi beban yang didasarkan pada perbedaan gender. Perempuan bertanggung jawab untuk menjalankan peran reproduktif, peran produktif dan peran sosial kemasyarakatan (komunitas), utamanya untuk perempuan yang telah berkeluarga. Uraian bab ini diawali dengan peran sosial buruh industri perempuan dalam bidang reproduktif dalam keluarga. Bidang reproduktif ini mencakup pembagian tugas-tugas keluarga yang dilakukan antara suami-istri dan anggota keluarga yang lainnya. Menjelaskan bagaimana pembagian tugas ini dilakukan antara perempuan dan laki-laki sebagai tanggung jawab dalam berumah tangga. Pembagian tanggung jawab dalam rumah tangga ini- laki-laki (suami, anak laki-laki atau anggota keluarga berjenis kelamin laki-laki lainnya) dengan perempuan (istri, anak perempuan atau anggota keluarga berjenis kelamin lakilaki lainnya), terungkap dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh keluarga buruh industri perempuan. Kejadian tersebut menunjukkan bentuk eksistensi dalam kepengurusan rumah tangga dan kemampuan seorang ibu rumah tangga untuk menjalankan tugasnya dan membagi perannya dalam rumah tangga. Perempuan mampu menjalankan tugasnya di luar arena domestik, meski beberapa menjalankan porsi ranah domestiknya lebih sedikit dari anggota keluarga yang lainnya. Kewajiban yang „seharusnya‟ dilakukan oleh perempuan, tidak selamanya menjadi kewajiban yang semata-mata menjadi pekerjaan yang harus dilakukan oleh perempuan. Anggota keluarga lain (laki-laki atau suami) juga mampu melakukannya, atas kehendaknya sendiri atau atas pembagian peranan yang telah disepakati sebelumnya. Pada bidang reproduktif, pembagian peran tidak hanya mengenai siapa yang bertanggung jawab atas kepengurusan rumah tangga dan pengasuhan anak saja. Pengambilan keputusan tentang pendidikan anak, persiapan kesehatan dan pengelolaan uang juga menjadi tindakan-tindakan yang dilakukan dalam bidang reproduktif. Pendidikan anak dan kesehatan merupakan suatu hal yang penting baik di masa sekarang juga di masa depan. Pendidikan dan kesehatan keluarga menjadi tanggung jawab seluruh anggota keluarga. Pendidikan wajib untuk
11
diberikan kepada seluruh anak, baik itu pendidikan formal maupun non-formal. Pendidikan akan menjadi modal setiap anak di masa depannya untuk mencapai cita-cita yang mereka inginkan. Selain pendidikan, kesehatan juga menjadi satu hal yang penting. Tidak ada kegiatan yang dapat dilakukan jika kesehatan terganggu. Pendidikan dan kesehatan bagi setiap keluarga menjadi dua hal yang penting. Pentingnya pendidikan dan kesehatan ini menjadi sebuah kewajiban yang harus dipenuhi. Seperti halnya pendidikan menjadi penting karena adanya peraturan pemerintah yang wajib memberi hak kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan. Kemudian pendidikan dimaknai oleh masyarakat bahwa setiap keluarga menjadi „wajib‟ untuk menyekolahkan anaknya dalam kondisi apapun. Pendidikan menjadi modal untuk masa depan bagi kelangsungan hidup anak. Tetapi tidak semua keluarga benar-benar menjadikan pendidikan anak sebagai kewajiban orang tua dan hak anak. Pemberian tanggung jawab kepada perempuan dan bertambahnya status perempuan yang juga berperan dalam kepengurusan rumah tangga tidak sematamata menjadi satu hal yang dapat „menambah kekuasaan‟ perempuan dalam rumah tangga. „Kekuasaan‟ tersebut diberikan dalam bentuk tanggung jawab yang harus dilakukan oleh perempuan. Tanggung jawab yang dilakukan oleh laki-laki hanya sebatas menggantikan dan membantu perempuan ketika perempuan kembali bekerja menjadi buruh industri setiap harinya. Tanggung jawab yang juga dilakukan laki-laki atas dasar kesadaran dan permintaan istri untuk melakukannya. Anggota keluarga yang berjenis kelamin perempuan, yang sudah mampu mengerjakan tugas rumah tangga juga wajib membantu baik ibunya berada di rumah ataupun tidak. Perempuan bisa menjadi kepala keluarga secara „de facto‟ karena segala urusan rumah tangga merupakan tanggung jawab perempuan. Selain pengurusan rumah tangga dan pembagian perannya, serta pengurusan hal pendidikan dan kesehatan, relasi gender yang dalam dalam bidang reproduktif juga membahas tentang pengelolaan keuangan rumah tangga. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kepengurusan rumah tangga dan bisa bersifat sangat sensitif dalam keluarga. Pengelolaan keuangan seringkali menjadi
12
permasalahan dalam keluarga yang sangat berhubungan perekonomian keluarga. Pengelolaan keuangan disini mengelola keuangan yang masuk dan keluar untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Penghasilan suami, istri dan anggota keluarga lainnya yang ikut produktif dalam keuangan keluarga. Peran pengelolaan keuangan sangat penting keberadaannya. Dalam bidang reproduktif perempuan memiliki peranan yang sangat penting dan lebih banyak memiliki andil dalam pemenuhan kebutuhannya. Perempuan tetap harus menjalankan tugas-tugas domestiknya dan kegiatan produktifnya sebagai buruh industri secara bersamaan. Waktu yang diberikan dalam sehari, harus mampu melaksanakan semua kegiatan yang telah diaturnya dengan cara membagi tugas keluarga maupun yang dikerjakannya sendiri. Perempuan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas domestik dan produktifnya secara seimbang. Apalagi jika perempuan tersebut memilih untuk bekerja meskipun sempat dilarang oleh suami. Tugas yang dilakukan oleh perempuan ini menjadi sebuah
konsekuensi
yang
harus
dilakukan
oleh
perempuan
untuk
menyeimbangkan keadaan keluarga dan pekerjaannya agar keduanya terlaksana dengan baik. Kebanyakan informan bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan memiliki penghasilan tambahan karena penghasilan yang diperoleh suaminya tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Dalam hal ini perempuan kurang menikmati hasil pekerjaannya. Uang untuk suami selalu disediakan perempuan, bahkan suami sudah menyimpannya sendiri, sedangkan penghasilan istri selalu digunakan untuk keperluan rumah tangga. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan kebutuhan yang mendesak, perempuan yang bekerja sebagai buruh industri sudah turut bekerja keras dengan membantu mencari nafkah keluarga dan menjadi pencari nafkah keluarga yang utama, dengan penghasilan yang bisa lebih besar dari suami. Jalan hutang pun ditempuh untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hutang di lembaga formal seperti koperasi dan lembaga nonformal seperti bank tithil atau rentenir, bahkan hutang pada teman-teman terdekat juga menjadi alternatif yang dilakukan oleh para informan. Hubungan pertemanan dijalin dengan baik agar mudah apabila terjadi hal-hal yang mendesak dan membutuhkan bantuan. Dengan adanya
13
hubungan sosial dan kepercayaan yang baik, memungkinkan mereka untuk saling membantu dan mempermudah dalam melakukan strategi menghadapi masalah kelangsungan hidup. Dalam hal ini yang paling banyak berperan adalah perempuan yang bekerja sebagai buruh industri tersebut (istri). Berhutang menjadi salah satu media perempuan untuk memenuhi segala pemenuhan kebutuhan reproduktif, produktif dan sosial. Proses berhutang itu pun selalu dibarengi dengan menjalin kepercayaan dan pertemanan dengan orangorang yang sering menghutangkan kebutuhan atau uang yang diperlukan. Dari sini, hubungan sosial menjadi tanggung jawab perempuan dengan konsekuensi selalu mengupayakan kebutuhan dalam menjaga keberlangsungan hubungan sosial tersebut untuk mendapatkan timbal baliknya. Peran laki-laki dalam pengelolaan komunitas bukan berarti berkurang dengan banyaknya perempuan yang sudah ikut andil dalam pengelolaan komunitasnya. Kegiatan sosial untuk laki-laki tetap diadakan dan laki-laki masih ikut aktif dalam kegiatan sosialnya. Hanya saja beberapa informan, suaminya tidak aktif, bahkan tidak ikut sama sekali dalam kegiatan sosial yang dilakukan oleh warga. Kegiatan sosial yang seringkali mengarah pada kegiatan yang dilakukan oleh laki-laki, dengan peran perempuan yang sudah semakin aktif, menjadi bergeser. Kehidupan komunitas yang mengarah pada pengelolaan dan pengambilan keputusan yang lebih formal bukan lagi menjadi hak sepenuhnya yang dilakukan oleh laki-laki. Hal ini sudah dipegang sepenuhnya oleh peran perempuan dan sudah menjadi tanggung jawab peremouan untuk mengelola komunitasnya. Perempuan yang aktif dalam bidang pengelolaan komunitasnya selalu memiliki tujuan, yang salah satunya untuk membantu pemasukan keluarga. Dapat dilihat dari data yang didapatkan bahwa semua menganggap kegiatan sosial merupakan media tabungan. Seperti arisan, yang menjadi media untuk tabungan yang dapat diambil sewaktu-waktu sesuai dengan gilirannya. Selain itu, arisan juga dapat menjadi tempat untuk meminjam uang yang dibutuhkan oleh informan, biasanya dalam jumlah besar. Menjalin hubungan baik dengan tetangga pun juga menjadi tabungan bagi informan. Tabungan yang dimaksud adalah tabungan yang
14
dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang. Saling mengenal dengan baik, saling membantu dan menciptakan kepercayaan yang baik merupakan kunci untuk mendapatkan bantuan dari tetangga atau lingkungan sekitar saat keluarga informan membutuhkan bantuan disaat ada acara hajatan atau keperluan mendadak. Memenuhi kebutuhan sosialnya tersebut, informan memenuhinya dengan jalan hutang atau mengambil uang tabungan hanya untuk kegiatan sosialnya. Mereka beranggapan kebutuhan ini merupakan tabungan dan modal yang akan didapatkan kembali saat mereka membutuhkan bantuan atau mengadakan kegiatan sosial seperti yang dilakukan oleh warga sekitarnya. Peran perempuan yang telah ditunjukkan dalam dunia publik di lingkungan sekitarnya, bukan berarti menjadi suatu pencerahan bahwa perempuan tersebut bebas. Masih saja ada anggapan bahwa perempuan seringkali masih dianggap „bersembunyi‟ di balik tugas dan tanggung jawabnya di bidang pengelolaan komunitas. Maksudnya, sebanyak apapun peran perempuan dalam pengelolaan komunitas, suami masih memiliki hak untuk mengatur komunitas tersebut dan perempuan wajib melakukannya. Dalam kehidupan informan, perempuan sudah ditunjukkan memiliki peran yang sangat penting dalam keluarganya. Hal ini ditunjukkan dengan aktifnya informan dalam segala kegiatan sosial di lingkungannya. Perempuan memutuskan sendiri tindakan yang harus dilakukan dalam memenuhi kebutuhan sosial. Suami yang disuruh mencari hutang atau berusaha sendiri mencari hutangan merupakan bentuk tanggung jawab perempuan untuk menjaga produktifitasnya dalam bidang pengelolaan komunitas. Peran perempuan dalam pengelolaan komunitas di lingkungan masyarakat bukan hanya mereka yang memiliki peran penting atau posisi penting yang harus diakui secara struktural saja. Melainkan peran yang tetap dijalankan sebagaimana mestinya sebagai anggota komunitas. Perempuan tetap menjalin hubungan baik dengan tetangga di sekitar tempat tinggalnya untuk „diakui‟ keberadaannya dalam komunitas. Perempuan yang sudah masuk dunia publik dan memiliki peran penting dalam komunitasnya termasuk perempuan yang berhasil meluaskan tugas dan tanggung jawabnya di dunia publik. Meluaskan dalam arti, perempuan bukan lagi
15
hanya berperan penting dalam lingkungan keluarga saja, melainkan juga berperan aktif di luar lingkungan keluarga, bahkan memiliki peran penting. Perempuan juga melakukan segala kegiatan sosial di lingkungan masyarakatnya dengan alasan untuk menjalin hubungan baik dengan sesama tetangga. Hubungan baik yang dijalin oleh perempuan dimanfaatkan juga untuk saling bantu saat menghadapi kesusahan atau memiliki keperluan yang mendesak. Budaya saling membantu dan timbal balik seperti sudah menjadi norma kesusilaan yang wajib dilakukan oleh anggota masyarakat. Perempuan yang tidak memiliki peran penting pun juga tetap menjalankan perannya dalam komunitas dengan baik untuk tetap mendapat kepercayaan sebagai anggota masyarakat yang peduli dan diakui keberadaannya. Kepercayaan merupakan satu kunci yang diandalkan oleh perempuan untuk dapat melakukan segala kegiatan di masyarakat dengan mudah. Artinya, mereka harus benar-benar menciptakan dan menjaga kepercayaan yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya agar dalam melakukan apapun seperti membutuhkan bantuan atau mengadakan kegiatan diberi kemudahan dan dibantu oleh warga sekitarnya. Interaksi perempuan pun selalu dijalin dengan baik, dibandingkan dengan
laki-laki
yang
seharusnya
lebih
aktif
dalam
dunia
publik
(kemasyarakatan). Perempuan dengan segala perannya tidak lagi berada pada ketidakberdayaan yang hanya berkomunikasi dengan publik di saat membutuhkan saja. Mereka masuk dalam dunia publik untuk diakui eksistensinya dan menjadi anggota yang memiliki peran sesuai dengan kemampuannya. Perempuan yang seringkali dianggap sebagai bagian masyarakat yang tidak berdaya terhadap kekuasaan yang dimiliki oleh laki-laki. Sekarang, perempuan lebih memiliki peran sebagai sumber daya untuk mencari celah agar dapat bernegoisasi atas keberadaanya dengan lakilaki (posisi tawar). Artinya, perempuan bukan lagi memasuki dunia publik dengan tujuan membantu memenuhi kebutuhan keluarga yang tidak tercukupi oleh suaminya. Tetapi perempuan mencukupi kebutuhan sosialnya, kebutuhan dimana perempuan diakui kemampuannya dan dilihat keberadaanya sebagai orang yang dapat memberi pengaruh terhadap perubahan masyarakat.
16
Perempuan yang memiliki peran penting dalam pekerjaannya merupakan perempuan yang sudah benar-benar menjalankan dunia publiknya. Perempuan tersebut bertambah tanggung jawabnya dan harus mampu memisahkan kepentingan keluarga dengan pekerjaannya. Perempuan yang dipercaya untuk memegang peranan penting menunjukkan bahwa kemampuannya juga dapat menjadi sumber daya yang menguntungkan bagi kelangsungan pekerjaan dan perkembangan karirnya. Perempuan yang seringkali dianggap tidak tahu segala hal dalam dunia publik, kini mampu menggeser pola pikir tersebut. Perempuan yang dikenal secara gender sebagai makhluk hidup yang lebih ulet, teliti dan terampil dalam kehidupan keluarganya, sekarang diluaskan kemampuannya dalam hal tanggung jawabnya dalam pekerjaan. Perempuan selalu dijadikan sebagai penanggung jawab keluarga karena anggapan seperti itu. Di dalam dunia publik, kemampuan yang dimiliki oleh perempuan tersebutmenjadi satu hal yang membuatnya dipercaya memegang peranan penting baik secara formal maupun non-formal di lingkungan pekerjaannya. Dengan adanya peran yang dimiliki atau bermodal hubungan pertemanan, perempuan memiliki banyak akses untuk menghadapi dunia publik yang lain yang belum pernah dijamahnya. Selain itu, keuntungan yang diterima oleh perempuan adalah memiliki pengalaman sebagai perkembangan karir. Banyak informasi dan pengalaman baru yang diterimanya sebelum bekerja dan memiliki peran tersebut. Perempuan yang memiliki peran maupun tidak memiliki peran sekalipun, yang sudah masuk dalam dunia publik kedua ini sudah memiliki perubahan pola pikir, tingkah laku, cara pengambilan keputusan dan memiliki banyak informasi untuk mendapatkan gambaran-gambaran yang dapat
dijadikan referensi untuk
kepentingan perempuan yang lainnya. Kepentingan tersebut berkaitan dengan lingkungan keluarganya, lingkungan masyarakatnya dan di luar lingkungan pekerjaannya. Dengan peranan atau informasi yang dimiliki oleh perempuan, mereka tidak lagi menjadi manusia yang dianggap „tidak berdaya‟ menghadapi segala tantangan yang ada di dalam maupun di luar lingkungan keluarganya. Perempuan jadi lebih
17
tahu untuk memperjuangkan haknya di lingkungan masyarakatnya, untuk kepentingan dirinya sendiri juga kepentingan lain yang dimilikinya. Dunia publik yang sudah perempuan jamah, dengan ini membawa mereka berada di posisi yang lebih luas dari sebelumnya. Mereka memiliki hak dan kewajiban untuk dirinya sendiri, dan dapat „mengesampingkan‟ sementara waktu perihal kepentingan lain yang selalu menjadi tanggung jawabnya (keluarga dan peran lain di masyarakat sekitar).
Kesimpulan Pada temuan data di lapangan, menjelaskan berbagai peran-peran sosial yang dilakukan oleh perempuan di lingkungan keluarga dan masyarakat. Peranperan yang dimiliki tersebut kemudian mempengaruhi relasi kekuasaan yang ada dalam keluarga karena adanya proses yang mengubah relasi kekuasaan dan mendorong perempuan untuk menangguhkan posisi tawarnya dalam keluarga. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Tanggung jawab dan tugas domestik tetap melekat pada diri perempuan. Perempuan tetap melaksanakan tugas domestik, tetapi juga menjalankan kegiatan produktifnya sebagai buruh industri secara bersamaan. Pelaksanaan tanggung jawab dalam sektor domestik dikerjakan oleh perempuan secara seimbang. 2. Perempuan memiliki peran penting di sektor publik. Mulai dari peran formal dan non-formal. Peran dalam sektor publik ini merupakan bentuk keberhasilan atas tanggung jawab yang dimiliki oleh perempuan. Peran yang dimiliki oleh perempuan di sektor publik kemudian dijadikan sebagai sumber daya yang digunakan untuk mempertahankan posisi tawarnya dan digunakan sebagai wacana untuk merubah relasi kekuasaan dalam keluarga.
18
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Arief. 1985. Pembagian Kerja secara Seksual: Sebuah Pembahasan Sosiologis tentang Peran Wanita di dalam Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia Fakih, Dr. Mansour. 1999. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Foucault, Michel. 2002.
Power/Knowledge: Wacana Kuasa/Pengetahuan
(diterjemahkan dari Power/Knowledge. Sussex: The Harvester Press). Yogyakarta: Bentang Budaya. Handayani, MM., Dra. Trisakti dan Dra. Sugiarti, M. Si. 2002. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press. Hendrarso, Emy Susanti. 2007. Ketimpangan Gender dan Ketidakberdayaan Perempuan Miskin Perkotaan. Surabaya: Insan Cendekia. Jones, Pip (ed). 2009. Pengantar Teori-teori Sosial: Dari Teori Fungsionalisme Hingga Post-Modernisme. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Moleong, M.A., Prof. Dr. Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, Bagong (ed). 2010. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (Edisi Ketiga). Jakarta: Kencana. Mahardani F, 2008, Empat Kepala Rumah Tangga Perempuan (Studi Deskriptif tentang Makna Pergeseran Relasi Kekuasaan dalam Keluarga Migran TKW), Skripsi, Surabaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. Mahardani F, 2011, Relasi Gender dalam Keluarga Migran TKW, Tesis, Surabaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.
19
Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga. Akses tanggal 23 Juni 2013 pukul 11:10 WIB,
tersedia
di
website
http://docjax.com/document/view.shtml-
id=2334617&title-Komunikasi-20Vol-201- 20No%202,%20-Pentingnya20%-Komunikasi%20Keluarga Wanita Karir dan Keluarga. Akses tanggal 23 Juni 2013 pukul 08:00 WIB, tersedia di website http://fkip.widyamandala.ac.id/artikel/opini/wanitakarir-dankeluarga.html
20