DP. Jilid 12 Bil.1/2012
Psikologi Pendidikan
Peran Perempuan Karir dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asih Asuh Asah terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah Rachma Hasibuan Pendahuluan Setiap keluarga pasti menginginkan mempunyai anak yang normal, termasuk di dalamnya adalah tumbuh-kembang anak yang juga diharapkan berjalan dengan normal pula. Tetapi kadang-kadang apa yang diharapkan tidak sesuai dengan apa yang terjadi dalam kenyataan kehidupan manusia. Banyak faktor yang turut mempengaruhi tumbuh-kembang anak, pengaruh yang terbesar dan merupakan yang utama terhadap tumbuh-kembang anak adalah berasal dari keluarga khususnya dari ibu dan bapak sebagai orang tuanya dan lebih khusus lagi adalah dari seorang ibu. Dengan makin meningkatnya taraf pendidikan dan keterampilan perempuan serta berkembangnya perekonomian di suatu negara, maka semakin terbuka lapangan kerja untuk perempuan di berbagai bidang. Dan semakin banyak pula ibu yang bekerja di luar rumah untuk membantu mencari nafkah, untuk memperbaiki ekonomi keluarga. Beberapa perempuan yang mempertahankan karir tanpa melepas tugas-tugas sebagai seorang ibu, mereka harus sangat disiplin dalam mengelola waktu mereka, namun tidak jarang keadaan ini dapat memicu datangnya stres dan kelelahan yang berkepanjangan karena energi manusia ada batasnya. Walaupun tidak ada hitam di atas putih atau komitmen secara lisan, secara otomatis mereka berbagi peran dalam mendidik dan membesarkan anaknya (Qaimi, 2002:12). Peran Perempuan Karir dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Tumbuh Kembangan Jumlah keluarga yang mempunyai anak usia 4-6 tahun yang ibunya perempuan karir (bekerja) sering dijumpai anak kurang mendapat perhatian dan kasih sayang yang semestinya karena kesibukan ibu dalam membantu mencari nafkah. Dalam suatu keluarga bila anaknya ditinggal di rumah bersama pembantu dapat menimbulkan keresahan bagi orang tua yang sedang bekerja karena selalu membayangkan berbagai resiko yang dapat terjadi pada anaknya di rumah. Bahkan banyak keluarga yang mulai sadar dan bertanya-tanya apakah kwalitas pembantu memungkinkan anaknya akan tumbuh dan berkembang secara optimal. Keraguraguan ini juga dapat menimbulkan rasa tidak tenang (bahkan rasa bersalah) pada orang tua yang sedang bekerja sehingga dapat mengganggu konsentrasi serta menurunkan kwalitas dan produktivitas kerjanya. Perpisahan sementara akan berakibat keresahan dalam diri sang anak yang menyebabkan anak selalu tidur gelisah, kehilangan nafsu makan, rewel saat malam hari, sampai dapat terjadi penyimpangan perilaku. Supaya anak bisa tumbuh dan kembang dengan optimal, maka di manapun mereka berada harus terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tumbuh kembangnya seperti kebutuhan fisik/biologis, kebutuhan emosi/kasih sayang dan kebutuhan stimulasi/pendidikan, orang tua berkewajiban mencukupi kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut dan semua yang dibutuhkan anak yang ada di sekitarnya (ekosistem/lingkungan) wajib didapatkan anak di dalam keluarga, kebutuhan-kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang yang utama harus dicukupi oleh ibu/pembantu sebagai pengganti orang tua maupun anggota keluarga serta lingkungan di sekitar anak.
56
DP. Jilid 12 Bil.1/2012
Psikologi Pendidikan
Upaya mencukupi kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut dilakukan melalui interaksi yang adekuat, berkelanjutan sesuai dengan tahapan umur. Semakin erat dan semakin sering faktor di lingkungan tersebut bereaksi dengan anak, maka faktor tersebut tentu semakin besar perannya dalam menentukan kwalitas perkembangan anak. Asih, Asuh dan Asah Pola Asih, Asuh dan Asah yang dibutuhkan oleh anak usia prasekolah dapat digambarkan sebagai berikut : Pola Asuh Perempuan Karir pemenuhan kebutuhan dasar
dalam
i. ASIH • Kasih sayang • Perhatian • Rasa aman • Harga diri • Dukungan/Dorongan ii. ASUH • Pemenuhan gizi/nutrisi • Perawatan kesehatan dasar • Higiene perorangan iii. ASAH
Perkembangan anak usia prasekolah
• Pendidikan • Pelatihan
Rajah 1: Asih, Asuh dan Asah Anak Dari Rajah 1 di atas dapat dijelaskan bahwa pola Asih, Asuh dan Asah perempuan karir terhadap pemenuhan kebutuhan dasar dan perkembangan anak terdiri atas: i.
Asih, merupakan kebutuhan dasar anak yang meliputi: kasih sayang dan perhatian. Asih ini diperoleh dari : • Kasih sayang - Dengan adanya kasih sayang akan terjadi hubungan yang erat dan mesra antara ibu dan anak yang dapat menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik maupun mental. • Perhatian - Pada tahun-tahun pertama kehidupan perhatian ibu terhadap seorang anak merupakan dasar bagi anak dalam menyelesaikan tahap-tahap tumbuh kembang. • Rasa aman - Keharmonisan dan kerukunan antara ibu dan bapak, akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan, kerena anak merasa lebih aman dan terlindungi. • Harga diri - Seorang anak dalam rumah selalu ingin, diakui keberadaannya oleh setiap orang yang ada disekitarnya, sehingga apabila kita 57
DP. Jilid 12 Bil.1/2012
Psikologi Pendidikan
mengabaikannya akan berakibat terjadi suatu kelainan yang dapat menyebabkan anak frustasi. • Dukungan/Dorongan - Dalam melakukan aktifitas anak selalu ingin dukungan dari orang yang ada di sekitarnya, karena bila terlalu banyak larangan akan menyebabkan anak takut dan menjadi ragu-ragu setiap melakukan aktifitas. ii.
Asuh, meliputi pemenuhan gizi, perawatan dasar, higiene perorangan/sanitasi, papan/perumahan, yang dapat diuraikan sebagai berikut: • Pemenuhan gizi - Salah satu kebutuhan dasar anak yang juga harus dipenuhi adalah kebutuhan akan gizi. Gizi sangat diperlukan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan terutama pada masa anak usia prasekolah. Gizi yang kurang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. • Perawatan dasar - Yang termasuk perawatan dasar pemberian imunisasi, penimbangan, serta pengobatan bagi anak prasekolah yang sakit. Dengan terpenuhinya kebutuhan perawatan dasar dapat menunjang status kesehatan anak usia prasekolah sehingga pertumbuhan dan perkembangan berjalan optimal. • Higiene perorangan/sanitasi - Dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan, anak terhindar dari penyakit. Karena anak yang mudah terserang penyakit dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangannya. • Papan/Perumahan - Keadaan rumah yang layak akan menjamin kesehatan penghuninya sehingga yang ada dalam rumah khususnya anak usia prasekolah akan optimal pertumbuhan dan perkembangannya.
iii.
Asah, meliputi Pendidikan, pelatihan yang mana bila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi penyimpangan dalam perkembangan anak. Asah ini diperoleh dari: • Pendidikan - Seorang anak haruslah mendapatkan pendidikan setiap saat oleh orang terdekat (ibu) untuk mengembangkan kecerdasan, agama, dan etika dengan mendongeng, membaca dan lain-lain. • Pelatihan - Stimulasi/pelatihan yang terus menerus perlu diberikan pada anak sejak dini untuk melatih pembiasaan yang baik pada anak.
Pola Asuh Orang Tua Pola Asuh adalah suatu cara atau pola/model dari orang tua untuk mengasuh, mendidik memberikan bimbingan, perlindungan, perasaan aman, kasih sayang pada anak untuk tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin (Suganda, 2006:11). Ahli yang lain mengatakan bahwa pola asuh adalah model pola asuh sikap perlakuan yang dimiliki dan diterapkan orang tua dalam pengasuhan terhadap anak sejak usia dalam kandungan hingga dewasa (Syamsu Yusuf, 2000: 40). Sedangkan menurut Moh. Shochib (2005), pola asuh adalah upaya orang tua yang di aktualisasikan terhadap penataan lingkungan fisik, lingkungan sosial internal dan eksternal, termasuk di antaranya adalah melalui pendidikan dan dialog dengan anak-anaknya secara psikologis, sosial, budaya yang dapat menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar perilaku anak di kemudian hari Gaya Perlakuan Orang Tua Authoritarian adalah sikap atau perlakuan orang tua yang kurang dalam memberikan perhatian dan cinta kasih yang tulus kepada anak, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum 58
DP. Jilid 12 Bil.1/2012
Psikologi Pendidikan
secara fisik dan bersikap mengomando (mengharuskan atau memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi) (Syamsu Yusuf, 2000: 51). Ada beberapa sikap orang tua di antaranya: Permissive dan Autoritativel. Permissive yaitu sikap orang tua yang memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan pendapat atau keinginannya dan orang tua dalam memberikan perhatian, cinta kasih pada anak begitu besar dan tulus namun pengawasan pada anak kurang. Autoritativel demokratis yaitu penerimaan orang tua yang ditandai dengan adanya perhatian besar dan adanya kasih sayang pada anak. Orang tua dapat menerima, memperhatikan semua kemampuan potensi dan perkembangan anak. Pola asuh orang tua dalam membentuk anak untuk mengembangkan disiplin diri adalah upaya orang tua yang diaktualisasikan melalui: • Lingkungan pendidikan • Lingkungan sosial eksternal dan internal • Dialog dengan anak • Suasana psikologis dan sosial budaya • Perilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya pertemuan dengan anak • Menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar perilaku yang diterapkan pada anak. Peran Pola Asuh/Parenting Style Terhadap Perilaku Anak dapat dilihat dalam Tabel 1: Tabel 1: Peran Pola asuh/parenting style terhadap perilaku anak Pola Asuh(Parenting Style) Autoritarium/otoritas
Permissive
Sikap/Perilaku Otang Tua 1. Sikap "acceptance" rendah namun kontrolnya tinggi 2. Suka menghukum secara fisik
Profil Perilaku Anak 1. Mudah tersinggung
3. Bersikap mengomando anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi 4. Bersikap kaku/keras 5. Cenderung emosional dan bersikap menolak
3. Pemurung, tidak bahagia
1. Sikap namun
"Acceptance" kontrolnya
tinggi rendah
2. Memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan keinginannya
2. Penakut
4. Mudah terpengaruh 5. Mudah stres 6. Tidak mempunyai masa depan yang jelas 7. Tidak bersahabat 1. Bersikap irnplus dan agresif
2. Suka memberontak
3. Kurang memiliki rasa percaya diri dan pengendalian diri 4. Suka mendominasi 5. Tidak jelas arah hidupnya 6. Prestasinya rendah Autoritative/Demokratis
1. Sikap "ceptance" kontrolnya pada anak tinggi 2. Bersikap responsive
59
1. Bersikap bersahabat 2. Memiliki percaya diri
DP. Jilid 12 Bil.1/2012
Psikologi Pendidikan terhadap anak 3. Mendorong anak untuk menyatakan pendapat 4. Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk
3. Mampu mengendalikan diri 4. Bersikap sopan
5. Mau bekerja sama 6. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi 7. Mempunyai tujuan dan arah hidup yang jelas. 8. Berorientasi terhadap prestasi.
Sikap Orang Tua Yang Khas i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
Melindungi secara berlebihan Perlindungan orang tua yang berlebihan mencakup pengasuhan dan pengendalian anak yang berlebihan, hal ini menumbuhkan ketergantungan yang berlebihan, ketergantungan pada semua orang, bukan pada orang tua saja, kurangnya rasa percaya diri, dan frustasi. Permisivitas Permisivitas terlihat pada orang tua yang membiarkan anak berbuat sesuka hati, dengan sedikit kekurangan. Hal ini menciptakan suatu rumah tangga yang berpusat pada anak "jika sikap permisif ini tidak berlebihan, ia mendorong anak untuk menjadi cerdik, mandiri dan penyesuaian sosial yang baik". Sikap ini juga menumbuhkan rasa percaya diri, kreativitas dan sikap matang. Memanjakan Permisivitas berlebihan, memanjakan membuat anak egois, menuntut. Mereka menuntut perhatian dan pelayanan dari orang tua lain. Perilaku yang menyebabkan penyesuaian sosial yang buruk di rumah dan di luar rumah. Penolakan Penerimaan orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang pada anak, orang tua yang menerima memperhatikan kemampuan anak dan memperhitungkan minat anak. Anak yang diterima umumnya bersosialisasi dengan baik, kooperatif, ramah, loyal secara emosional stabil dan gembira. Dominasi Anak yang didominasi oleh salah satu atau kedua orang tua yang bersikap jujur, sopan dan berhati-hati tetapi cenderung malu, mengalah, dan sangat sensitif, pada anak yang didominasi sering berkembang rasa rendah diri dan perasaan menjadi korban Tunduk pada anak Orang tua yang tunduk pada anaknya, membiarkan anak mendominasi mereka dan rumah mereka. Anak memerintah orang tua dan menunjukkan sedikit tenggang rasa anak belajar untuk menentang semua yang berwenang dan mencoba mendominasi orang di luar lingkungan rumah. Favoritisme Meskipun mereka berkata bahwa semua anak sama tapi kebanyakan orang tau mempunyai anak favorit. Hal ini membuat mereka lebih menuruti dan mencintai anak favoritnya dari pada anak yang lain dalam keluarga. Anak yang disenangi cenderung memperhatikan sisi baik mereka pada orang tua tetapi agresif dan dominan dalam hubungan dengan kakak adik mereka. Ambisi orang tua 60
DP. Jilid 12 Bil.1/2012
Psikologi Pendidikan
Hampir semua orang tua mempunyai ambisi bagi anak mereka seringkali sangat tinggi sehingga tidak realitas. Ambisi ini sering dipengaruhi oleh ambisi orang tua supaya anak mereka ada di status sosial yang tinggi. Bila anak tidak dapat memenuhi ambisi orang tua, anak cenderung bersikap bermusuhan, tidak bertanggungjawab dan berprestasi di bawah kemampuan. Tabel 2: Sikap/Perilaku Orang Tua dan Dampaknya Terhadap Kepribadian Dan Pola Perilaku Anak Pola Asuh Orang Tua Over Protection (terlalu melindungi anak)
Permissivenes (Pembolehan)
Perilaku Orang Tua 1. Pemberian bantuan pada anak secara berlebihan 2. Mengawasi kegiatan anak secara berlebihan 3. Selalu ikut campur dalam memecahkan masalah Anak
1. 2. 3.
Rejection (Penolakan)
1. 2.
Memberikan kebebasan berfikir/berusaha pada anak Dapat menerima gagasan anak Toleran dan memahami kelemahan anak Bersikap masa bodoh Bersikap kaku
3.
Kurang memperdulikan kesejahteraan anak 4. Menampilkan sikap permusuhan dengan anak Acceptance (Penerimaan)
1.
2. 3. 4.
Domination (Dominasi)
1. 2.
Submission (Penyerahan)
1. 2.
Purnitivenes Overdicipline (Terlalu disiplin)
1.
Menempatkan anak pada posisi yang penting di dalam rumah Respek pada anak Memberikan perhatian pada anak Orang tua terbuka pada anak dan mau mendeng arkan permasalahan anak Orang tua mendominasi anak Orang tua sering mengintervensi anak Membebaskan anak sesuai dengan yang diinginkannya Orang tua selalu menuruti kemauan anak Mudah menghukum anak yang melanggar
61
Profil Tingkah Laku Anak 1. Sangat tergantung pada orang tua 2. Menolak tanggung jawab 3. Sulit bergaul
4. Lemah dalam ego 5. Kurang mampu mengendalikan emosi 6. Mudah terpengaruh 7. Bersikap mudah menyerah 1. Membuat anak merasa diterima lingkungannya 2. Anak mudah bekerja sama dengan teman 3. Anak suka menuntut dan tidak sabar 1. Agresif (mudah marah, gelisah, keras) 2. Anak merasa kurang diperhatikan oleh orang tua nya 3. Sulit bergaul/bersosalisasi dengan teman 4. Anak mudah tersinggung 5. Pendiam 1. Anak mudah bekerja dengan temannya
sama
2. Mudah bergaul 3. Anak dapat bertanggung jawab 4. Bersikap realitas
1. Anak tidak dapat bekerja sama dengan temannya 2. Pemalu, penurut dan anak mudah binggung 1. Bersikap otoriter 2.Anak terlalu percaya diri 1. Anak tidak dapat mengambil keputusan
DP. Jilid 12 Bil.1/2012
Psikologi Pendidikan
2.
aturan orang tua Menanamkan terlalu keras
Disiplin
2. Menciptakan sikap permusuhan
Perempuan Karir Menurut Kamus umum Bahasa Indonisia "Badudu - Zain " Perempuan karir adalah perempuan yang tidak saja bertugas sebagai ibu rumah tangga, tetapi juga perempuan yang bekerja di dalam masyarakat di bidang apa saja. Perempuan karir (bekerja) adalah seorang perempuan yang bekerja di bidang pemerintahan, perusahaan swasta, berwiraswasta, dan sebagainya untuk membantu penambahan penghasilan keluarga (Singgih D Gunarsa, 2005) Pola Asuh Perempuan Karir Pola asuh perempuan karir adalah cara atau pola/model asuhan perempuan karir untuk mengasuh, mendidik, memberikan bimbingan, kasih sayang kepada anaknya untuk dapat tumbuh dan berkembang normal yang perhatian seorang ibu terbagi antara peran kerja di kantor dan peran sebagai ibu dan pekerja/perempuan karir. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang perempuan karir: • Sisihkan kegiatan yang tidak terlalu penting agar tersedia waktu untuk keluarga terutama anak. • Alasan bekerja demi mendukung ekonomi keluarga bukan alasan untuk meninggalkan kewajiban- kewajiban sebagai seorang ibu. • Luangkan waktu untuk rileks bersama anak-anak. • Usahakan tidak membawa stres di kantor untuk dibawa ke rumah. • Sisihkan urusan kantor pada waktu di rumah dengan anak-anak, jangan sampai anak menjadi tumpuhan kekesalan ibu karena persoalan di kantor. • Amati tumbuh kembang anak dan sesuaikan dengan kebutuhannya, mulailah dengan hal yang kecil misalnya: bertanya pada anak apakah pensilnya perlu diruncingkan. • Anak-anak tidak hanya butuh materi, mereka lebih membutuhkan sesuatu yang lebih mendasar yaitu perhatian dari orang tua khususnya dari ibu. Seorang anak harus hidup bersama ibunya minimal sampai ia menamatkan pendidikan dasarnya. Keharusan ini dilandasi sejumlah alasan antara lain pentingnya proses pendidikan, mengingat sosok ibu merupakan arsitek pembinaan kepribadian, emosi dan moral anak-anak yang terbentuk sejak usia dini dan ibu akan menyempurnakan perilaku anak sejak tahap awal usianya. Bahaya-Bahaya yang Mungkin Terjadi pada Anak dengan Ibu Bekerja Pekerjaan ibu di kantor dan di masyarakat, apapun alasannya akan mendatangkan banyak bahaya pada anak di antaranya (Qaimi, 2002: 34): i. Bahaya Tumbuh Kembang Anak Kesibukan seorang ibu dan tidak adanya kesempatan untuk memperhatikan kepentingan anak akan menyebabkan sebagian besar tidak memiliki tujuan yang pasti. Sang ibu telah kehilangan perannya sebagai pengasuh yang menyayangi dan menjadi tumpuhan harapan anaknya. ii. Bahaya Bagi Kepribadian Sang Ibu
62
DP. Jilid 12 Bil.1/2012
iii. iv. v. vi. vii.
Psikologi Pendidikan
Pekerjaan kaum ibu di luar rumah hanya akan menimbulkan goncangan dalam jiwa anak (bila ibu tidak dapat mengatur waktu antara kesibukan kantor dan keluarga), dan berbagai akibat buruk darinya akan berdampak secara langsung kepada anak dan keluarganya. Lamanya seorang anak berpisah dengan ibunya, semakin buruk pula pengaruh yang ditimbulkannya. Semakin muda usia anak yang berpisah dengan ibunya, semakin besar pula pengaruh yang ditimbulkannya. Kondisi anak yang tidak bagus pada saat anak berpisah dengan ibunya akan menimbulkan berbagai akibat yang sangat buruk Seorang pengasuh (penjaga anak) yang tidak toleran dan tidak memiliki belas kasihan akan memberikan pengaruh buruk kepada si anak. Pemenuhan tuntutan pemberian makan dan perlakuan yang tidak sesuai akan berakibat buruk bagi pendidikan anak, adakalanya seorang anak menangis sewaktu ditinggal ibunya, maka ibu harus berusaha menenangkan anaknya terlebih dulu setahap demi setahap agar dirinya mau berhenti menangis.
Pendekatan orang tua dengan anak diharapkan lebih dari 4 jam perhari dalam mengasuh anak dengan perlakuan yang baik. Interaksi sosial diusahakan sesuai kebutuhan anak serta orang tua dapat menfasilitasi belajar sesuai tahap perkembangan anak. Karena hal ini dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Kesimpulan Setiap anak akan melalui suatu "milestone " yang merupakan tahapan dari tumbuh kembangnya dan tiap-tiap tahap tumbuh-kembang anak mempunyai ciri tersendiri, yang sangat berbeda antara satu anak dengan anak yang lain walaupun itu bersaudara kandung. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat mesra dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, maupun psikososial. Berperannya dan kehadiran ibu/pengganti ibu sedini mungkin akan menjalin rasa aman bagi anak. Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama dan seterusnya mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental, maupun sosial emosi yang disebut "Sindrom Depresi Mental ". Kasih sayang dari ibu/pengganti ibu dapat menciptakan ikatan erat dan kepercayaan dasar (Soetjiningsih, 2005:45). Cinta kasih dalam keluarga selain berfungsi menjaga keharmonisan rumah tangga juga merupakan media yang baik untuk tumbuh kembang anak dan dapat meningkatkan daya kreativitas dalam berkarya dan produktivitas serta menciptakan lingkungan yang damai dalam masyarakat, sehingga tercipta keluarga yang sejahtera dan mandiri. Semua orang tua berperan untuk mengutamakan pembinaan anak-anak sebijaksana mungkin dengan penuh cinta karena mereka merupakan generasi penerus. (Nursalam, 2005: 35), karena kebutuhan Asih yang dibutuhkan oleh anak sejak dini diantaranya yaitu kasih sayang orang tua. Orang tua yang harmonis akan mendidik dan membimbing anak dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang tidak berarti memanjakan atau tidak pernah memarahi, tetapi bagaimana orang tua menciptakan hubungan yang hangat dengan anak, sehingga anak merasa aman dan senang. Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan/pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini juga diperlukan untuk mengembangkan perkembangan mental psikososial, kecerdasan, keterampilan, kreatifitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas. Stimulasi Adalah adanya perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa latihan dan bermain (Nursalam, 2005:43). Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk perkembangan anak, karena anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang 63
DP. Jilid 12 Bil.1/2012
Psikologi Pendidikan
dibandingkan yang kurang mendapat stimulasi yang benar. Perawatan dan pendidikan merupakan rangsangan dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak menuju kedewasaan. Rujukan Aziz A. (2003), Riset Keperawatan dan Tehnik Ilmiah, Jakarta : Salemba Medika Departemen Kesehatan (2002), Pemantauan Pertumbuhan Balita, Diktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Hidayat, Aziz Alimul (2005), Pengatur Keperawatan Anak , Salemba Medika. Maramis W.F. (2006), Catatan Ilmu Kesehatan Jiwa. Surabaya : Airlangga Moh. Shochib (2005), Pola Asuh Orang Tua. Renika Cipta Nursalam, Sri Utami (2005), Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan), Salemba Medika, Jakarta Pandji Anoraga, (1992), Psikologi Kerja, cetakan I, Penerbit Rineka Cipta Syamsu Yusuf (2000), Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung, Penerbit Rosda Karya Soetjiningsih (2005), Tumbuh KembangAnak. Jakarta : EGC Suganda, Hardjono (2006), Perawatan Ibu dan Anak di Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta Pusat : Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan. Suyanto S, (2005), Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional Sri Utami (2005), Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan), Salemba Medika, Jakarta Singgih D Gunarsa, (2005), Psikologi Untuk Keluarga, Penerbit BPK Gunung Mulia, Jakarta Pusat Suherman (2000), Perkembangan Anak. Jakarta : EGC Qaimi, AU (2002), Buaian Ibu Antara Surga dan Neraka. Bogor : Cahaya
64