1
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBERDAYAAN INDUSTRI GENTENG DI KABUPATEN KEBUMEN
Oleh :
Bagus Daru Hari Respati Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Sudharto, S.H No. 1 Kampus Tembalang Semarang
[email protected]
Abstract The theme of entrepreneurship in the spotlight lately. Moreover, the industry is able to strengthen the local economy and reduce unemployment. This study aims to clarify the government's role in empowering the tile industry and identify the barriers tile employers and local governments in developing tile industry. The variables used in this study the role and empowerment of the tile industry. The method used is descriptive research type. In this study used descriptive research type because it can portray the condition in a systematic, factual and accurate information on the facts, including the ongoing process and the influence of phenomena that exist on the tile industry in Kebumen regency. The role of local government is crucial in empowering especially the tile industry that declined. The role of government in the empowerment consists of training, support tools, and marketing. Entrepreneurs perceived barriers are financial and non-financial issues, while the perceived barriers that local government communication and resource issues. Keyword : Role, Empowerment, and Tile Industry
Industri dengan memanfaatkan
PENDAHULUAN Tema
atau
halaman pekarangan ataupun kebun
sedang
saja sudah mampu menghidupi banyak
digaungkan oleh pemerintah akhir-
orang. Kebumen merupakan salah satu
akhir
Kabupaten yang memiliki industri
semangat
ini.
semangat menutup
kewirausahaan kewirausahaan
Selain
menggerakan
kewirausahaan
tidak
kemungkinan
dengan berbasis local knowledge dan endogenous
development.
Dengan
memberdayakan sektor industri. Sektor
berbasis hal tersebut dan menggunakan
industri menjadikan penting sebagai
uang yang terbatas masyarakat mampu
jalan pengentasan pengangguran.
menjalankan roda bisnisnya. Selain berbasis hal itu industri di Kebumen
2
cukup
dipengaruhi
oleh
beberapa
4. Bersifat
padat
faktor yaitu faktor keturunan. Industri
penyerapan
genteng di Kebumen salah satunya
masif.
yang
dipengaruhi
tenaga
dengan
kerja
yang
faktor
5. Peluang pasar cukup luas, sebagian
keturunan yang menjadikan industri ini
besar produknya terserap di pasar
unik.
lokal/ domestik dan berpotensi Industri
oleh
karya
ini
menggunakan
bahan baku utamanya pendayagunaan
untuk di ekspor. 6. Beberapa
komoditi
tertentu
sumber daya setempat, keterampilan,
memiliki ciri khas terkait dengan
dan
seni budaya setempat.
karya
seni.
Dalam
hal
ini
memunculkan pengembangan ekonomi yang community enterprises yaitu memacu peningkatan ekonomi atas swadaya dan kekuatan masyarakat. Melihat ekonomi
lokal
enterprises,
maka
pengembangan dan
community
cirinya
sebagai
7. Melibatkan masyarakat ekonomi lemah setempat. 8. Secara ekonomis menguntungkan dengan basis local knowledge, serta didukung oleh kondisi sosiokultural
masyarakat
peluang
bagi
industri
menjadi untuk
berikut (dalam Rajibianto, 2010: 5) :
pengembangan usaha dan menjadi
1. Bahan baku mudah diperoleh,
peluang
karena tersedia di daerah.
sehingga mudah dilakukan alih teknologi.
temurun.
secara
genteng
usaha yang kompetitif. Pada tahun 1980-an industri genteng
3. Keterampilan dasar pada dasarnya dimiliki
industri
untuk tetap eksis dalam persaingan
2. Menggunakan teknologi sederhana
sudah
bagi
turun
menunjukkan
Kebumen kelasnya
mampu dengan
memproduksi genteng kualitas nomor satu. Selain genteng Kebumen terkenal sebagai penghasil gula kelapa, emping mlinjo, lanting, batik, sabut kelapa,
3
anyaman pandan, anyaman bambu,
menyebabkan penurunan unit usaha
minyak VCO, tas dan peci.
industri
Persebaran
Selain
masalah
genteng
sumber daya yang menjadikan masalah
Kabupaten
utama yaitu lemahnya daya saing
Kebumen terdiri dari 5 kecamatan
industri ini dengan industri substitusi
yaitu Kecamatan Sruweng, Klirong,
genteng. Selain lemahnya daya saing,
Pejagoan,
Sruweng.
ada juga masalah kurangnya inovasi
Persebaran industri genteng terbanyak
dan daya kreatifitas pembuat genteng
menurut unit usaha tercatat pada tahun
menyebabkan industri stagnan dan
2008
Pejagoan
berujung gulung tikar. Melihat urgensi
berjumlah 379 unit usaha. Namun
masalah tersebut pemerintah daerah
Kecamatan
mempunyai otoritas untuk intervensi
yang
menjadi
industri
genteng.
icon
Kebumen,
yaitu
Kecamatan
Petanahan
memiliki
jumlah unit usaha sedikit dengan
yang
jumlah 20 unit usaha.
eksistensi industri genteng. Pertanyaan
bertujuan
mempertahankan
Secara mengejutkan dari tahun
yang perlu diklarifikasi lebih lanjut
2009 sampai tahun 2011 jumlah unit
adalah “Bagaimana peran pemerintah
usaha industri genteng di Kecamatan
daerah beserta hambatannya dalam
Pejagoan
memberdayakan industri genteng?”
mengalami
penurunan
sebanyak 25 %. Namun untuk jumlah
PEMBAHASAN
unit usaha desa Logede dan Kebulusan dari
tahu
2009-2011
mengalami
Dalam era otonomi daerah atau daerah
berhak
ber-improvisasi
peningkatan sebesar 20% dan 89%.
menentukan nasibnya sendiri. Tidak
Dalam hal ini menyangkut berbagai
terkecuali
hal yang menyebabkan penurunan
pemerintah
secara kuantitas dalam hal unit usaha
dalam sektor industri genteng untuk
industri genteng.
mempertahankan eksistensinya.
Masalah keterbatasan sumber daya
bahan
baku
dan
manusia,
bentuk Kabupaten
intervensi Kebumen
Bentuk improvisasi pemerintah daerah secara konkret dapat dipahami
4
sebagai kebijakan. Menurut Thomas Dye
(dalam
Subarsono
2005:2)
Kedua, sumberdaya. Apabila kebijakan
sudah
dikomunikasikan
kebijakan merupakan apapun pilihan
secara jelas dan konsisten namun
pemerintah untuk melakukan dan tidak
kekurangan sumberdaya maka akan
melakukan.
berdampak pula pada implementasi
Jadi
bisa
diartikan
kebijakan sebagai pola tindakan yang
kebijakan.
dilakukan pejabat pemerintah. Selain
sumberdaya manusia atau kompetensi
kebijakan
implementator
untuk
menyelamatkan
Sumberdaya
dapat
dan
sumberdaya keberhasilan
industri genteng. Pemerintah daerah
finansial.
Indikator
memerlukan
variabel
sumberdaya
yaitu
staf,
(informasi
berupa
data
model-model
untuk
mengimplementasikannya. Edward III
informasi
mengemukakan model implementasi
kepatuhan implementator dan regulasi
kebijakannya
yang ditetapkan), wewenang, fasilitas.
dengan
Direct
And
Indirect Impact Of Implementation.
Ketiga, disposisi. Disposisi
Model ini dikatakan berhasil jika
merupakan waktak dan karateristik
terdapat kejelasan dalam 4 hal yaitu,
yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan
komunikasi, sumberdaya, disposisi,
seperti
dan struktur birokrasi.
komitmen,
Pertama,
komunikasi.
Apa
Apabila
kejujuran, dan
kepatuhan,
sikap
demokratis.
implementator
memiliki
yang menjadi tujuan dari kebijakan
persepsi berbeda dengan pembuat
bisa ditransmisikan atau disampaikan
kebijakan maka akan menimbulkan
kepada
(target
proses
implementasi
yang
efektif.
Jika
kelompok
group).
sasaran
Kebijakan
yang
tidak
implementator
dikomunikasikan harus akurat dan
menunjukkan disposisi yang positif
konsisten.
Indikator
maka
keberhasilan
komunikasi
dalam yaitu
transmisi, kejelasan, dan konsistensi.
kebijakan
yang
diimplementasikannya akan berjalan lancar.
5
Keempat, struktur birokrasi.
pendukung, penyediaan sarana untuk
Birokrasi berfungsi untuk mendorong
memperlancar pemasaran, pelatihan,
kinerja struktur birokrasi/ organisasi
dan
kearah
masayarakat. Peranan yang dilakukan
yang
Standard
baik
sesuai
Operating
dengan
Procedures
penguatan
pemerintah
kelembagaan
daerah
dalam
(SOPs). Apabila birokrasi terlalu rumit
mempertahankan eksistensi industri
dan
melemahkan
genteng dengan cara pelatihan dan
pengawasan dan menimbulkan red-
pendampingan, bantuan secara fisik,
tape.
dan fasilitasi pemasaran. Hal yang
Peran Pemerintah Daerah dalam
dilakukan
pemerintah
Pemberdayaan Industri Genteng
setidaknya
sudah
panjang
akan
Bermacam masalah yang melanda industri
genteng
daerah
menunjukkan
keberhasilan pemberdayaan.
menyebabkan
Untuk
pelatihan
dan
munculnya tindakan pemerintah untuk
pendampingan, bantuan secara fisik
menyelamatkannya.
dan
E.St.
Harahap,
seperangkat
Peran dkk
tingkah
menurut
(2007:854) laku
yang
fasilitasi
pemerintah dengan
pemasaran
industri
daerah
bekerjasama
Kemendag
menjalankan
diharapkan dimiliki oleh orang yang
program pembinaan industri kecil dan
berkedudukan di masyarakat. Dalam
menengah. Sisi negatif Kabupaten
ilmu sosial peran merupakan fungsi
Kebumen yaitu kurangnya alokasi
yang
anggaran
pemberdayaan
industri
seseorang tersebut bisa menjalankan
khususnya
industri
genteng.
fungsinya dikarenakan posisi serta
Kurangnya
kedudukannya.
disebabkan oleh penggunaan 70%
dibawakan
seseorang
dan
Setiap pemberdayaan dikatakan
ini
Mendapat alokasi dana dari
yaitu adanya batuan dana sebagai
APBN
modal,
mengadakan
prasarana
anggaran
untuk gaji pegawai negeri sipil.
berhasil menurut Usman (2004:21)
pembangunan
alokasi
pusat,
pemerintah pelatihan
daerah dan
6
pendampingan genteng.
pada
pengusaha
Tidak hanya bantuan alat namun
Pelatihan-pelatihannya
pemasaran menjadi penting untuk
meliputi teknik pembakaran, pemilihan
sebuah
bahan baku, dan pemasaran. Pelatihan
tanpa dipasarkan maka tidak terjadi
dan pendampingan ini terdiri dari 3
perputaran uang. Fasilitasi pemasaran
Kecamatan yaitu Kecamatan Pejagoan,
yang
Klirong,
Alasan
daerah yaitu kerjasama antar dinas.
pemilihan tiga Kecamatan tersebut
Seperti halnya Kabupaten Kebumen
dikarenakan daerah dengan jumlah
bekerjasama
dengan
Kabupaten
penghasil
Kotawaringin
Barat,
diharapkan
dan
Sruweng.
genteng
terbanyak
di
industri.
Pasalnya
dilakukan
oleh
industri
pemerintah
Kebumen. Pelatihan diikuti oleh 20
dengan
orang dari 3 kecamatan tersebut.
industri genteng di luar pulau Jawa.
hal itu
terciptanya pasar
Terlepas dari jumlah peserta sebanyak
Adanya program yang berasal
20 orang, peserta tersebut merupakan
dari Kemendag untuk pemberdayaan
anggota
industri genteng, secara tidak langsung
kelompok
usaha
genteng
bernama “Mitra Mandiri”.
muncul
Pemberdayaan ini dapat dilihat
Hambatan
hambatan
yang
finansial
kentara.
yang
cukup
dari bantuan alat yang diberikan dari
memberatkan
Kemendag melalui Disperindaglasar.
dalam proses produksi,
Alat yang diberikan berupa 6 buah
untuk memproduksi genteng bahan
press hidrolik ditaksir mencapai harga
baku didapat dengan cara membeli.
pengusaha
genteng mengingat
sebesar 50 juta rupiah. Alat ini
Setiap pembelian tanah sudah
berguna untuk mengatasi kurangnya
dibentuk kotak/kweh. Untuk harga 1
sumber
dalam
kweh bisa mencapai Rp 250.000-
pembuatan genteng dan produktivitas
300.000. Hal inilah yang membuat
genteng, yang disebabkan banyaknya
ongkos
pekerja yang berkeinginan menjadi
membengkak.
daya
manusia
TKI dan buruh pabrik.
produksi
semakin
7
Selain faktor finansial muncul
konsisten
dalam
mentransmisikan
faktor non-finansial yaitu kurangnya
informasi-informasi. Dalam hal ini
tenaga
mampunya
Disperindaglasar
mengelola
sumberdaya manusia dan finansial.
masih
Sebab sumberdaya manusia di dinas
kerja,
kurang
masyarakat
dalam
keuangan
bisnisnya,
sederhananya
teknologi
yang
terbesbut
kekurangan
kurang
sehingga
digunakan dan muncul calo yang
menyulitkan dalam sosialiasi program
meresahkan produsen dan konsumen
pemerintah.
genteng. Calo disini sebagai pengatur
Masalah sumberdaya finansial
harga, sehingga tidak memungkinkan
menjadi penting karena alokasi APBD
terjadinya tawar menawar dengan
untuk industri sangat kecil sehingga
konsumen. Kerugian produsen yaitu
menyulitkan
tidak bisa menetapkan harga jual
industri.
sesuai kehendaknya. Konsumen juga
konsentrasi keuangan berfokus pada
diresahkan yang awalnya genteng bisa
belanja pegawai hingga mencapai
dibeli Rp 600,-per buah, namun ketika
70,99%
beli dicalo harganya bisa naik menjadi
pemberdayaan.
Rp. 1000,- per buah.
dinas Untuk
inilah
dalam
APBD
yang
Peranan
Selain masalah yang dihadapi
memberdayakan 2013
menyulitkan
pemerintah
daerah
genteng
adalah
industri
oleh pengusaha genteng, masalah juga
serangkaian tindakan/kegiatan yang
melanda
dilakukan
Dinas
Perindustrian
dengan
sengaja
oleh
Perdagangan dan Pengelolaan Pasar
pemerintah daerah untuk mewujudkan
mengimplementasikan
suatu keadaan atau hasil yang ingin
pembinaan
industri
program dan
dicapai, yaitu industri genteng yang
menengah. Hambatan paling kentara
berdaya, memiliki kekuasaan atau
yaitu
mempunyai
faktor
sumberdaya.
kecil
komunikasi Faktor
dan
komunikasi
menjadi penting karena dinas dituntut
pengetahuan
dan
kemampuan untuk bersaing dengan industri substitusi genteng.
8
Pemerintah
memberdayakan
dalam
mengimplementasikan
industri genteng melalui pelatihan dan
programnya seperti komunikasi dan
pendampingan, bantuan secara fisik,
sumberdaya. Komunikasi yang tidak
serta
merata
pemasaran.
Pemberdayaan
juga
disebabkan
oleh
tersebut mendapat alokasi dana dari
sumberdaya manusia dan finansial
APBN
yang kurang. Jika hal itu tidak
Pusat
melalui
Kementrian
Perdagangan. Sebelum adanya alokasi
dibenahi,
program tersebut kelompok usaha
kecemburuan di hati masyarakat.
genteng
“Mitra
Mandiri”
telah
mengajukan proposal berkaitan dengan meminta
difasilitasi
Setelah
itu
pembinaan
industrinya.
muncul industri
program kecil
dan
menengah dari Kemendag.
maka
Dari
dapat
Hasil
memicu
tersebut
dapat
direkomendasikan : 1. Perlunya komitmen kuat dari pemerintah
daerah
dalam
pemberdayaan industri melalui alokasi anggaran APBD dan
Sifat dari program tersebut topdown, meskipun top-down namun ada
para SKPD terkait. 2. Proses
sosialisasi
inisiatif dari warga yang meminta
pemberdayaan
difasilitasi. Meskipun berbagai macam
hendaknya
upaya
transparan yang bisa diakses
telah
dilakukan
untuk
industri merata
mempertahankan eksistensi industri
untuk
genteng, namun masalah bahan baku,
membutuhkan.
masyarakat
dan
yang
tenaga kerja dan manajemen usaha
3. Memfasilitasi
industri
masih menjadi kendala utama yang
khususnya
genteng
dikeluhkan pengusaha genteng. Tidak
dalam mengakses pasar melalui
hanya
internet.
pengusaha
mengalami mengembangkan
genteng
hambatan bisnisnya,
yang dalam pemda
sendiri juga mengalami hambatan
industri
4. Memfasilitasi memperkuat dan memperluas
jaringan
usaha
9
berskala
nasional
sebagai
wadah komersialisasi produk. 5. Memfasilitasi semua industri dalam pelatihan pengembangan diri, ketrampilan, manajemen keuangan, promosi, pemasaran, dan evaluasi usaha. 6. Memfasilitasi pelatihan inovasi produk selain genteng namun masih berbahan baku sama dengan kuantitas kecil serta memiliki nilai ekonomis tinggi. 7. Perlunya
sistem
perbaikan
lahan pasca pengerukan lahan dan lokalisir tempat galian sehingga
menjaga
stabilitas
ekosistem.
Daftar Pustaka Amiruddin S, Asli Rambe, dan Mahidin. (2006). Manajemen Pengawas Pendidikan. Jakarta: Quantum Teaching. E.St. Hararap, dkk. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung : Balai Pustaka. Indiahono, Dwiyanto. (2009). Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gava Media. Lexy J. Moeloeng, M.A. (2009). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Nugroho, Rian. (2003). Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi Dan Evaluasi. Jakarta: Elex Media Komputindo. ______ . (2006). Kebijakan Publik Untuk Negara-Negara Berkembang. Jakarta : PT. Elex Media Computindo ______ .(2008). Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo Jakarta: Media Komputindo. Partadirja, Ace dan Didik.J. Rachbini (ed). (1985). Ekonomika Etik dalam, Khazanah Pemikiran Ekonomi Indonesia. Jakarta: LP3ES. Poerwadarminta, WJS. (1995). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Balai Pustaka Prawirokusumo. (2001). Pengembangan Usaha Dan Menengah. Jakarta: Bumi aksara. Siswanto, Bejo. (1989), Manajemen Tenaga Kerja, Rancangan Dalam Pendayagunaan dan Pengembangan Unsur Tenaga Kerja. Bandung: Sinar Baru. Subarsono, AG. (2005). Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _______ . (2009). Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
10
Sumaryadi, I nyoman. (2005). Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom Dan Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: Citra Utama. Usman, Sunyoto. (2004). Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Winarno, Budi. (2002). Teori Dan proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Press. _____ . (2007). Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo. _____ . (2008). Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wrihatnolo, Randy R. dan Riant Nugroho D. (2007): Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Gramedia/Elexmedia Komputindo. PUSTAKA LEMBAGA Rencana
Pembangunan
Menengah
Jangka
Daerah
2011-2015,
tahun
Kabupaten
Kebumen. Laporan Akhir Analisis Persediaan, Kebutuhan dan Pemanfaatan Bahan
Baku
Galian
Golongan
C
Prospektif
:
Kabupaten Kebumen, 2005.
11