PERAN HUTAN KOTA DALAM PERBAIKAN IKLIM MIKRO DI KOTA MALANG JAWA TIMUR
DEDY SETIAWAN
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Hutan Kota dalam Perbaikan Iklim Mikro di Kota Malang Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014 Dedy Setiawan NIM E34090126
ABSTRAK
DEDY SETIAWAN Peran Hutan Kota Dalam Perbaikan Iklim Mikro di Kota Malang Jawa Timur. Dibimbing oleh Siti Badriyah Rushayati dan Endes N Dachlan. Pembangunan fisik yang dilakukan dalam pengembangan kota menyebabkan luasan ruang terbuka hijau semakin berkurang. Kondisi ini berdampak pada peningkatan suhu udara, sehingga lingkungan perkotaan menjadi lebih panas. Salah satu upaya untuk menurunkan suhu udara adalah dengan mengembangkan ruang terbuka hijau khususnya hutan kota. Hutan kota merupakan pendekatan dan penerapan salah satu atau beberapa fungsi hutan dalam kelompok vegetasi di perkotaan untuk mencapai tujuan proteksi, rekreasi, estetika, dan kegunaan fungsi lainnya bagi kepentingan masyarakat perkotaan. Tingkat kenyamanan beberapa hutan kota dan taman kota di Kota Malang saat ini adalah nyaman (nilai IK = 21 - 24), oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan hutan kota yang lebih intensif, serta efektif dengan memilih jenis-jenis pohon yang memang mampu dan berpengaruh besar terhadap kualitas udara untuk menciptakan iklim mikro di sekitar dan di dalam kawasan menjadi nyaman. Kata kunci : hutan kota, iklim mikro, indeks kenyamanan.
ABSTRACT
DEDY SETIAWAN The Role of Urban Forest In Micro Climate Improvement in Malang, East Java. Supervised by Siti Badriyah Rushayati and Endes N Dachlan. Physical development for urban infrastructure gives an impact of reducing the green open area. This situation led to an increasing of air temperature, makes the urban environment is getting warmer. One of the solution to lower the air temperature is developing an area of open green spaces, specifically urban forest. Urban forest is an approaching and the implementation of one or more functions in a group of forest vegetation at urban areas that have specific purpose such as protection, recreation, aesthetics, and other utility functions for the benefit of urban communities. The comfort index of some urban forest and city park in the city of Malang is currently at a comfortable level (IK value = 21-24), then the management of urban forest need to be more intensive and effective such as to select tree species that are capable and have a big impact on air quality for create a microclimate and makes the area to become more comfortable. Keywords: comfort index, micro-climate, urban forest.
PERAN HUTAN KOTA DALAM PERBAIKAN IKLIM MIKRO DI KOTA MALANG JAWA TIMUR DI KOTA MALANG JAWA TIMUR
DEDY SETIAWAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi Nama NIM
: Peran Hutan Kota Dalam Perbaikan Iklim Mikro di Kota Malang Jawa Timur : Dedy Setiawan : E34090126
Disetujui oleh
Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi Pembimbing I
Dr Ir Endes N Dachlan, MS Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir H Sambas Basuni, MS Ketua Departemen
Judul Skripsi Nama NIM
: Peran Hutan Kota Dalam Perbaikan Iklim Mikro di Kota Malang J awa Timur : Dedy Setiawan : E34090126
Disetujui oleh
Dr Ir Siti Badri
IlS i
1. Sambas Basuni MS
Tanggallulus :
PRAKATA Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia -Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Peran Hutan Kota Dalam Perbaikan Iklim Mikro Sekitar Kawasan di Kota Malang Jawa Timur” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Siti Badriyah Rushayati MSi dan Dr Ir Endes N Dachlan MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, motivasi, dan bimbingan untuk penyempurnaan penulisan skripsi. Seluruh Staff Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB baik Dosen Pengajar, Laboran, Petugas Teknis, dan yang lainnya. Keluarga tercinta ayah, ibu, kakak, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayang yang selalu diberikan. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Februari 2014 Dedy Setiawan
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
Kerangka Pemikiran
2
METODE
3
Tempat dan Waktu Penelitian
3
Alat dan Bahan
3
Jenis Data
3
Teknik Pengumpulan Data
3
Analisis Data
5
Batasan Penelitian
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
7
Peran Hutan Kota Dalam Ameliorasi Iklim Mikro
7
Keterkaitan Karakteristik Pohon Terhadap Kondisi Iklim Mikro
9
Indeks Kenyamanan SIMPULAN DAN SARAN
12 13
Simpulan
13
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
15
x
DAFTAR TABEL 1 Alat dan Bahan Penelitian 2 Data Sekunder Penelitian 3 Kriteria Tingkat Kenyamanan 4 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5 Nilai Sebaran Suhu Harian 6 Analisis Uji t Suhu Harian 7 Nilai Kelembaban Harian 8 Analisis Uji t Kelembaban Harian 9 Kerapatan Pohon 10 Karakteristik Fisik Pohon
3 5 6 7 7 8 8 9 9 10
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5
Kerangka Pemikiran Lokasi Penelitian Foto LAI di Dalam Hutan Kota Indeks Kenyamanan Kondisi Vegetasi
2 4 11 12 13
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5.
Suhu dan Kelembaban di Setiap Lokasi Penelitian Famili dan Jenis Pohon di Hutan Kota Karakteristik Fisik Pohon Suhu Rata-rata 6 Tahun Terakhir Kota Malang Kelembaban Rata-rata 6 Tahun Terakhir Kota Malang
15 17 18 19 19
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan kota memiliki dampak positif dan negatif, namun kota yang semakin berkembang cenderung menimbulkan dampak negatif yang lebih besar terhadap lingkungan perkotaan tersebut. Samadikun (2007) menyatakan bahwa perkembangan kota yang tidak terkendali berimplikasi sangat serius pada lingkungan perkotaan. Salah satu bentuk dampak negatif terhadap keadaan ekologis lingkungan adalah terjadinya peningkatan suhu udara yang mengakibatkan wilayah perkotaan menjadi lebih panas. Kota Malang yang dikenal sebagai kota pendidikan dan perdagangan merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan besar. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya perubahan di berbagai hal yaitu, jumlah penduduk yang meningkat, jumlah kendaraan bermotor yang semakin bertambah, serta ruang terbuka hijau yang semakin menyempit akibat lahan terbangun yang semakin meluas. Badan Pusat Statistik pada tahun 2006-2011 menyebutkan bahwa data jumlah penduduk pada tahun 2006 sebesar 816 637 jiwa dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi 824 858 jiwa, kemudian menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2006-2012 juga menyebutkan data jumlah kendaraan bermotor di Kota Malang mengalami peningkatan yaitu 253 904 buah (2006) menjadi 468 161 buah (2012) . Perubahan diberbagai hal tersebut berpengaruh terhadap kondisi suhu udara lingkungan Kota Malang. Kota yang dahulu dikenal memilki udara sejuk ini telah mengalami perubahan menjadi lebih panas. Hal ini sesuai dengan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Karangploso Malang (2012), yang menyebutkan bahwa suhu ratarata Kota Malang tahun 1990-2010 mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu, 23.00C (1990) menjadi 23.90C (2010). Hutan kota merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan dengan menurunkan suhu udara di lingkungan perkotaan, sebab hutan kota memiliki kemampuan dalam memperbaiki iklim mikro yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenis ruang terbuka hijau lainnya. Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengenai kemampuan hutan kota dalam menurunkan suhu udara, sehingga dapat memberikan informasi mengenai peranan hutan kota dalam menciptakan iklim mikro di dalam dan di sekitar kawasan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengkaji peran hutan kota dalam memperbaiki iklim mikro di sekitar kawasan hutan kota menjadi nyaman 2. Mengkaji potensi karakteristik pohon dalam menurunkan suhu didalam hutan kota. 3. Mengukur indeks kenyamanan di setiap lokasi penelitian
2
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan dasar di dalam pengelolaan ruang terbuka hijau khususnya hutan kota di Kota Malang. Kerangka Pemikiran Kota Malang merupakan salah satu wilayah yang menjadi pusat aktivitas masyarakat perkotaan, hal ini secara tidak langsung berdampak pada peningkatan suhu udara. Hutan kota merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang didominasi oleh pohon-pohon, diharapkan mampu menurunkan suhu udara di Kota Malang sehingga dapat memperbaiki iklim menjadi lebih sejuk dan nyaman. Sistematika kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1. Perubahan suhu di Kota Malang
Perkembangan kota
Lahan terbangun meningkat
Perlu adanya ruang terbuka hijau, hutan kota
Melakukan proses evapotranspirasi yang dapat menurunkan suhu udara
Vegetasi merupakan komponen lingkungan biotik yang salah satu fungsinya adalah menurunkan suhu udara
Menciptakan iklim mikro yang nyaman di dalam dan sekitar kawasan
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Menyerap CO2 serta gas-gas lain melalui proses fotosintesis
3
METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Hutan Kota Malabar, Hutan Kota Velodrom, serta Taman Kota Jalan Veteran di Kota Malang Jawa Timur. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan September 2013. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang diperlukan selama melakukan penelitian disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Alat dan bahan penelitian Alat dan Bahan Termometer suhu Termometer Bola Basah / Bola Kering Altimeter Hemisphericalview canopy analyzer
Kamera
Keterangan Untuk mengukur suhu udara Untuk mengukur kelembaban udara Untuk mengukur ketinggian tempat Untuk mengukur nilai LAI (Leaf Area Indeks) Untuk mengukur diameter batang pohon Untuk menentukan jarak 10 m sisi terluar hutan kota Untuk menganalisis perbedaan nyata antara suhu di dalam lokasi dan di luar lokasi penelitian jarak 10 m. Untuk bahan Termometer Bola Basah / Bola Kering Untuk dokumentasi
Tali Rafia
Untuk menentukan plot analisis vegetasi
Tali meteran Pita Ukur Minitab 16
Aquades
Jenis Data Data yang dikumpulkan selama penelitian adalah data primer yang terdiri dari suhu udara, kelembaban udara, ketinggian tempat, jenis pohon, tinggi total pohon, tinggi bebas cabang pohon, diameter pohon, dan leaf area indeks (LAI) sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi literatur, dengan mengumpulkan pustaka dari berbagai sumber. Teknik Pengumpulan Data Penentuan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu penentuan lokasi yang dilakukan tidak secara acak, tetapi menggunakan kriteriakriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria yang digunakan adalah
4
sebagai berikut : 1) Lokasi penelitian termasuk kedalam ruang terbuka hijau yang sah dan telah ditetapkan oleh peraturan daerah, 2) Semua lokasi penelitian memiliki kelerengan dan ketinggian tempat yang hampir sama, 3) Lokasi penelitian harus terletak di dalam wilayah adminitrasi Pemerintah Kota Malang. Lokasi yang mempunyai kriteria tersebut adalah Hutan Kota Malabar, Hutan Kota Velodrom, serta Taman Kota Jalan Veteran (Gambar 2).
Gambar 2 Lokasi penelitian Pengambilan Data Primer a. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara Pengukuran suhu dan kelembaban udara dilakukan tiga kali yaitu, pagi hari pukul 07.00-08.00 Wib, siang hari pukul 13.00-14.30 Wib, dan sore hari pukul 16.00-17.00 Wib. Teknik pengukurannya adalah dengan menentukan dua titik pengukuran suhu yaitu, di dalam hutan kota, dan diluar pada jarak 10 m . Kemudian kelembaban udara didapatkan dari hasil termometer Bola Basah / Bola Kering yaitu, pengurangan suhu bola kering (TBK) dan suhu bola basah (TBB). b. Pengukuran Karakteristik Pohon Pengukuran hanya dilakukan di dalam kawasan hutan kota, dengan kriteria yang diukur adalah diameter pohon, tinggi total pohon (TT), tinggi bebas cabang (TBC), diameter pohon, serta Leaf Area Indeks (LAI). Untuk mengetahui LAI dilakukan dengan alat Hemisphericalview canopy analyzer. Pengambilan Data Sekunder Data sekunder yang dibutuhkan untuk melengkapi dan mendukung pembahasan data yang diperoleh pada saat pengukuran sebagai berikut (Tabel 2).
5
Tabel 2 Data sekunder penelitian Jenis Data Sumber Data Pemerintah Kota Malang, Dinas Pertamanan Kota Kondisi umum hutan kota Malang Luas hutan kota Badan Pusat Statistik, BAPPEDA Kota Malang Luas ruang terbuka hijau Badan Pusat Statistik, BAPPEDA Kota Malang Luas lahan terbangun Badan Pusat Statistik, BAPPEDA Kota Malang Badan Pusat Statistik, DLLAJ Dinas Perhubungan Jumlah kendaraan bermotor Kota Malang Analisis Data Kondisi Iklim Mikro Suhu dan kelembaban udara Rata-rata suhu dan kelembaban udara dihitung menggunakan rumus menurut Tjasjono (1999), yaitu sebagai berikut : (
)
Kelembaban udara yaitu,
Keterangan : Tr : Rata-rata suhu udara harian (0C) T : Suhu bola kering (0C) RHr : Rata-rata kelembaban udara harian (%) RH : Kelembaban udara (%) Indeks Kenyamanan Data suhu dan kelembaban yang telah diukur akan digunakan untuk menghitung Temperature Humidity Indeks (THI) untuk daerah tropis dengan menggunakan rumus dari Niewolt and Mc Gregor (1998). THI = 0.8 t + (RH x t)/500 Keterangan : THI = Temperature Humidity Indeks (0C) T = suhu atau temparatur udara (°C) RH = Kelembaban udara (%) Temperature Humidity Indeks (THI) adalah indeks yang menunjukkan tingkat kenyamanan suatu area secara kuantitatif berdasarkan nilai suhu dan kelembaban relatif. Suhu daerah tropis pada kategori tidak nyaman nilai THI > 26 dan suatu area dikatakan nyaman apabila nilai THI berada diselang 21-26. Tingkat
6
kenyamanan ini kemudian dibagi menjadi tiga kriteria yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Kriteria tingkat kenyamanan daerah tropis Kriteria Nyaman Sedang Tidak nyaman Sumber : 1)Niewolt and Mc Gregor (1998)
Nilai Indeks (0C) 21-24 25-26 > 26
Analisis Vegetasi Analisis vegetasi dengan membuat jalur transek sepanjang 30 m, setelah itu menentukan titik pengukuran di sepanjang jalur dengan jarak antar titik sejauh 10 m. Setiap titik pengukuran membentuk 3 buah kuadran. Setiap kuadran dipilih satu pohon yang terletak paling dekat dengan titik pengukuran. Pengukuran hanya dilakukan pada pohon yang terpilih dalam satu titik pengukuran (Kusmana 1997). Kerapatan Pohon Perhitungan menggunakan rumus menurut Kusmana (1997) yaitu, Kerapatan (K)
⅀
Kerapatan seluruh pohon per hektar =
⅀ (
)
Analisis Uji t Analisis yang digunakan adalah uji-t berpasangan, untuk mengetahui kebenaran bahwa ada atau tidak ada beda nyata suhu dan kelembaban terhadap dua titik pengukuran yaitu, di dalam lokasi dan di luar lokasi pada jarak 10 m (Walpole 1982). Analisis uji t menggunakan software minitab 16. Batasan Penelitian Penelitian yang dilakukan di tiga kawasan ruang terbuka hijau Kota Malang yaitu Hutan Kota Malabar, Hutan Kota Velodrom dan Taman Kota Jalan Veteran hanya dapat menggambarkan kondisi iklim mikro di dalam dan di sekitar kawasan penelitian tersebut. Penelitian ini belum bisa menggambarkan peranan ruang terbuka hijau khususnya hutan kota dalam memperbaiki iklim mikro secara luas di Kota Malang. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai ruang terbuka hijau di Kota Malang dengan menambah lokasi penelitian, sehingga dapat melengkapi data peran hutan kota dalam memperbaiki iklim mikro di Kota Malang.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di tiga lokasi yaitu, Hutan Kota Malabar, Hutan Kota Velodrom, serta Taman Kota Jalan Veteran. Ketiga lokasi tersebut merupakan pengembangan kawasan ruang terbuka hijau Kota Malang yang telah ditetapkan berdasarkan SK Walikota Malang tentang Ruang Terbuka Hijau No 188.45 /200/35.73.112/ 2013 yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang (DKP Kota Malang). Hutan Kota Malabar terletak di kawasan Kelurahan Oro-oro dowo dan tepat berada di tengah kawasan Kota Malang, Hutan Kota Velodrom terletak di kawasan Kelurahan Madyopuro, serta Taman Kota Jalan Veteran terletak di Kelurahan Penanggungan. Pemanfaatan ruang terbuka hijau di Kota Malang selain bermanfaat secara ekologis juga sebagai tempat rekreasi dan sarana ruang publik dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung. Luas hutan kota dan taman kota disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Kondisi umum lokasi penelitian Lokasi Hutan Kota Malabar Hutan Kota Velodrom Taman Kota Jalan Veteran
Luas Area m2 16 812 12 500 9 410
Peran Hutan Kota Dalam Ameliorasi Iklim Mikro Suhu Suhu harian di dua lokasi hutan kota dan satu lokasi taman kota menunjukan perbedaan. Pengukuran dilakukan di dua titik pengukuran yaitu di dalam dan di luar lokasi pada jarak 10 m. Berdasarkan asumsi awal bahwa akan terjadi perbedaan suhu di bagian dalam maupun di luar, terbukti menunjukan perbedaan suhu pada saat pengukuran di lapangan (Tabel 5). Tabel 5 Nilai sebaran suhu Harian Lokasi Hutan Kota Malabar Hutan Kota Velodrom Taman Kota Jalan Veteran
Suhu rata-rata harian (0C) di dalam (T1) di luar (T2) ∆ T2-T1 24.5 25.6 1.1 24.8 25.3 0.5 24.8 25.2 0.4
Suhu di dalam hutan kota dan di dalam taman kota menunjukkan nilai yang lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai suhu yang terdapat diluar hutan kota dan di luar taman kota. Perbedaan suhu di dalam dan di luar Hutan Kota Malabar adalah 1.1 0C. Kondisi ini juga ditunjukkan pada Hutan Kota Velodrom dengan nilai perbedaan suhu adalah 0.5 0C. Selain itu perbedaan suhu juga terjadi di lokasi pengukuran taman kota. Pengukuran yang dilakukan di dalam dan di luar
8
Taman Kota Jalan Veteran, memiliki nilai perbedaan suhu antara di dalam taman kota dan di luar taman kota sebesar 0.4 0C. Berdasarkan hasil pada Tabel 5 diketahui bahwa Hutan Kota Malabar memiliki kualitas lebih baik didalam menurunkan suhu udara di dalam dan di sekitar kawasan jika dibandingkan dengan lokasi penelitian lainnya. Perbedaan suhu yang terjadi di setiap lokasi penelitian, diduga dipengaruhi oleh perbedaan kondisi vegetasi yang terletak didalam dengan diluar lokasi. Hutan Kota Malabar memiliki vegetasi lebih rapat. Hal ini diperkuat oleh penelitian Arie (2012) yang menyatakan bahwa daerah dengan tutupan vegetasi lebih rapat dapat mengakibatkan penurunan suhu menjadi lebih dingin dibandingkan dengan lingkungan sekitarnya yang tutupan vegetasinya kurang rapat. Hasil analisis uji t yang disajikan pada Tabel 6 menujukkan perbedaan nyata yaitu Hutan Kota Malabar (α = 0.01), Hutan Kota Velodrom (α=0.04), serta di Taman Kota Jalan Veteran (α = 0.02) pada tingkat selang kepercayaan 95%. Tabel 6 Analisis uji t suhu harian Lokasi Hutan Kota Malabar Hutan Kota Velodrom Taman Kota Jalan Veteran
Nilai α 0.01 0.04 0.02
Kriteria Signifikan Signifikan Signifikan
Nilai analisis berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan pada ketiga lokasi penelitian. Hal ini berarti bahwa daerah dengan tutupan vegetasi lebih rapat lebih mampu menurunkan suhu di sekitarnya dibandingkan dengan daerah dengan tutupan vegetasi yang kurang rapat. Kelembaban Udara Waktu pengukuran kelembaban harian pada dasarnya sama dengan waktu pengukuran suhu harian. Hasil pengukuran kelembaban harian menunjukkan nilai yang berbanding terbalik terhadap suhu, yaitu nilai kelembaban yang terdapat diluar lokasi lebih kecil dibandingkan nilai kelembaban di dalam lokasi. Berdasarkan asumsi awal bahwa akan terjadi perbedaan kelembaban pada bagian dalam maupun di bagian luar terbukti menunjukan perbedaan tersebut pada saat pengukuran di lapangan. Data kelembaban harian disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Nilai kelembaban udara harian Kelembaban udara rata-rata harian (%) Lokasi di dalam (R1) di luar (R2) Hutan Kota Malabar 73 69 Hutan Kota Velodrom 77 77 Taman Kota Jalan Veteran 72 71 Perubahan kelembaban udara mengikuti pola perubahan suhu, jika suhu menurun maka kelembaban akan meningkat dan sebaliknya jika perubahan suhu meningkat maka kelembaban udara semakin menurun (Hussein 2010). Kondisi ini juga terjadi di Hutan Kota Malabar, serta Taman Kota Jalan Veteran. Suhu harian di lokasi tersebut mengalami peningkatan pada setiap titik pengukuran
9
yang kemudian diikuti oleh nilai kelembaban harian yang mengalami penurunan di setiap titik pengukuran. Nilai kelembaban yang ditunjukkan pada masingmasing lokasi di setiap titik pengukuran memperoleh nilai yang berbeda. Berdasarkan pada Tabel 7 bahwa nilai kelembaban pada Hutan Kota Malabar dan Hutan Kota Velodrom lebih besar jika dibandingkan dengan Taman Kota Jalan Veteran, sedangkan nilai perbedaan kelembaban pada taman kota lebih kecil jika dibandingkan dengan hutan kota. Perbedaan kelembaban ini diduga karena adanya perbedaan jenis dan kerapatan tumbuhan terutama pohon yang terdapat didalam lokasi tersebut. Pada hutan kota nilai kelembabannya lebih tinggi jika dibandingkan dengan taman kota, hal ini dapat terjadi karena adanya evapotranspirasi pada hutan kota. Sesuai dengan penelitian Wardhani (2006) yang menyatakan bahwa lokasi berhutan dengan komposisi jumlah pohon yang lebih banyak memungkinkan terjadinya evapotranspirasi yang besar sehingga massa udara di daerah ini banyak mengandung uap air dibandingkan dengan massa udara yang berada pada daerah tidak berhutan. Kerapatan pohon juga menyebabkan massa udara yang mengandung uap air tidak dapat bergerak secara cepat karena kecepatan turbulensi angin yang kecil. Hasil analisis uji t kelembaban harian disajikan pada Tabel 8 dengan nilai ( p= 0.26), ( p= 0.23), serta ( p= 0.97) pada selang kepercayaan 95%, hal ini berarti tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada masing-masing titik pengukuran di lokasi tersebut.Kondisi ini diduga bahwa kelembaban di luar hutan kota masih terpengaruh oleh kelembaban di dalam hutan kota, sehingga nilai perbedaan antara kelembaban di dalam hutan kota dan kelembaban di luar hutan kota kecil. Tabel 8 Analisis uji t kelembaban harian Lokasi Nilai α Hutan Kota Malabar 0.26 Hutan Kota Velodrom 0.23 Taman Kota Jalan Veteran 0.97
Kriteria Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan
Keterkaitan Karakteristik Pohon Terhadap Kondisi Iklim Mikro Kerapatan Pohon Hasil analisis vegetasi pohon di Hutan Kota Malabar dan Hutan Kota Velodrom ditemukan sebanyak 48 individu pohon, 12 jenis pohon, serta 7 famili. Serta nilai kerapatan pohon disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Kerapatan Pohon Lokasi Hutan Kota Malabar Hutan Kota Velodrom
Jumlah Individu 23 25
Jumlah Jenis 8 9
Famili 4 5
Kerapatan (ind/ha) 575 825
Berdasarkan Tabel 9 bahwa jumlah individu dan jenis terbanyak yang diperoleh saat melakukan analisis vegetasi adalah di Hutan Kota Velodrom. Sesuai dengan SK Walikota Malang tentang Ruang Terbuka Hijau Tahun 2013,
10
menyatakan bahwa Hutan Kota Velodrom dibangun pada tahun 2003, yang berbentuk menyebar dengan komposisi pohon yang rata-rata memiliki umur tidak jauh berbeda sehingga ikut mendukung keragaman pohon di hutan kota tersebut. Nilai kerapatan pohon di Hutan Kota velodrom lebih besar daripada Hutan Kota Malabar yaitu sebesar 825 ind/ha, hal ini diduga juga dipengaruhi karena bentuk Hutan Kota Velodrom yang menyebar sehingga kerapatan pohon di setiap titik penyebaran cukup rapat . Pada kedua hutan kota tersebut juga terdapat pohon sengon (Falcataria moluccana) yang memilki bentuk tajuk spreading, dan juga sering dimanfaatkan sebagai habitat, terutama oleh satwa burung. Kemudian juga terdapat pohon trembesi (Samanea saman), yang efektif sebagai pohon peneduh dengan bentuk tajuk yang lebat. Karakteristik Pohon Karakteristik pohon di dalam hutan kota yang diduga memiliki peranan yang cukup penting terhadap perubahan suhu di dalam hutan kota adalah tinggi total pohon, tinggi bebas cabang, Leaf Area Index (LAI). Hasil pengukuran terhadap karakteristik fisik pohon disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Karakteristik fisik pohon Rata-rata Lokasi Diameter (cm) Hutan Kota Malabar 109 Hutan Kota Velodrom 104
Rata-rata Tt (m) 19.3 16.0
Rata-rata TBC (m) 9.2 8.6
Rata-rata LAI 1.86 1.39
Berdasarkan data pada Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan karakteristik fisik pohon di Hutan Kota Malabar lebih tinggi jika dibandingkan dengan Hutan Kota Velodrom. Nilai tinggi total pohon (TT) serta tinggi bebas cabang pohon (TBC) pada Tabel 10 menunjukkan bahwa Hutan Kota Malabar memiliki nilai lebih besar yaitu 19.3 m dan 9.2 m, sedangkan pada Hutan Kota Velodrom yaitu 16 m dan 8.6 m. Perbedaan nilai TT dan TBC berpengaruh terhadap kondisi tajuk pohon, hal ini didukung oleh pernyataan Novitasari (2013) pada penelitiannya yang menyatakan bahwa tinggi total dan tinggi bebas cabang mempengaruhi mekanisme pohon dalam menjaga suhu dan kelembaban udara di bawah tajuk. Semakin tinggi suatu pohon, dengan tinggi bebas cabang semakin rendah maka tajuk pohon berukuran semakin luas. Nilai LAI pada Tabel 10 menunjukkan bahwa Hutan Kota Malabar memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu 1.86, sedangkan Hutan Kota Velodrom adalah 1.39. Perbedaan nilai LAI dua hutan kota tidak jauh berbeda, tetapi nilai tersebut masih tergolong cukup kecil jika dibandingkan dengan nilai LAI pada hutan alam yaitu 3.39 ( setiawan 2006 ). Nilai LAI menggambarkan luas tajuk area di dalam kawasan hutan, jika nilai LAI besar maka dapat diasumsikan bahwa kawasan tersebut memiliki luas tajuk yang rapat. Perbedaan nilai LAI dari kedua hutan kota tersebut dapat menunjukkan perbedaan kualitas hutan kota yang berperan dalam menurunkan suhu di dalam hutan kota, serta mempengaruhi suhu di luar hutan kota menjadi lebih sejuk. Perbedaan nilai LAI pada masing-masing hutan kota diduga dipengaruhi oleh bentuk hutan kota. Hutan Kota Malabar memiliki bentuk mengelompok dengan kondisi beberapa pohon yang memiliki tajuk lebar berbentuk spreading
11
yaitu pohon sengon (Falcataria moluccana) tersebar di tengah dan sisi luar hutan kota sehingga Hutan Kota Malabar jika terlihat dari luar memiliki tajuk pohon yang rimbun. Hutan Kota Velodrom memiliki bentuk menyebar dengan kondisi pohon yang memiliki tajuk lebar dengan bentuk spreading jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya terletak di beberapa titik saja, selain itu faktor lainnya, yaitu pemilihan jenis tanaman yang cenderung memilih jenis-jenis tanaman eksotik daripada tanaman yang memiliki tajuk lebar. Hal ini dapat dilihat dari jenis pohon dari kedua hutan kota yang didominasi oleh pohon kemiri (Aleurites moluccana) dan Gmelina (Gmelina arborea) yang memiliki bentuk tajuk irregular. Selain itu Hutan Kota Velodrom lebih banyak terdapat tanaman palem di sepanjang jalur hutan kota.
Gambar 3 Foto LAI di dalam hutan kota : (a) Hutan Kota Malabar, (b) Hutan Kota Velodrom Kerapatan pohon pada kedua hutan kota tersebut berperan cukup penting terhadap kualitas hutan kota dalam menurunkan suhu udara di dalam hutan kota. Tutupan tajuk hutan kota cukup rapat jika dibandingkan dengan taman kota sehingga diduga mampu menurunkan suhu udara di dalam hutan kota serta menjadikan suasana di dalam hutan kota menjadi nyaman ( Nugroho 2011). Penurunan suhu ini terjadi karena banyaknya penutup lahan dan juga karena mampu menghalangi dan menyerap energi sinar matahari sehingga mengurangi suhu udara di areal tersebut. Menurut Prasetyo (2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa penurunan suhu udara menyebabkan defisit tekanan uap menurun, sehingga kapasitas udara dalam menampung uap air menurun, sehingga kelembaban udara meningkat. Semakin meningkat kerapatan pohon maka semakin sulit energi sinar matahari menembus permukaan tanah sehingga suhu udara di permukaan tanah menurun yang menyebabkan kelembaban udara meningkat. Kerapatan pohon yang tinggi juga menyebabkan evapotranspirasi yang tinggi, sehinggga di udara terdapat lebih banyak uap air yang berdampak pada meningkatnya kelembaban udara. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kondisi iklim mikro serta karakteristik pohon, diketahui bahwa Hutan Kota Malabar memiliki peran dalam ameliorasi iklim mikro yang lebih baik jika dibandingkan dengan lokasi lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 yang menunjukkan bahwa suhu di dalam Hutan Kota Malabar memiliki nilai paling rendah . Hal ini disebabkan oleh karakteristik fisik pohon serta nilai LAI pada Hutan Kota Malabar lebih baik. Rushayati et al (2009) didalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa
12
vegetasi mengintersesi radiasi surya serta memanfaatkan energi radiasi surya tersebut untuk proses fotosintesis dan penguapan sehingga membantu dalam penurunan suhu udara di lingkungan sekitar. Kondisi ini menunjukkan bahwa karakteristik fisik pohon di dalam suatu hutan kota memiliki peran yang besar untuk menurunkan suhu udara di dalam dan sekitar kawasan. Indeks Kenyamanan
THI (0C)
Kenyamanan merupakan kondisi perasaan pada saat manusia merasa tepat untuk melakukan aktivitas. Wardhani (2006) juga menyebutkan bahwa kondisi yang nyaman apabila sebagian energi manusia dibebaskan untuk kerja produktif dan pengaturan suhu tubuh berada pada tingkat minimum. Penentuan kualitas tingkat kenyamanan salah satunya dapat menggunakan rumus untuk daerah tropis yang dikemukakan oleh Niewolt and Mc Gregor (1998) yaitu Temperature Humanidity Index (THI). Gambar 3 merupakan hasil penghitungan nilai indeks kenyamanan dari empat lokasi pengukuran yaitu, hutan kota Malabar, hutan kota Velodrom, dan Taman Kota Jalan Veteran. 23,3 23,2 23,2 23,1 23,1 23,0 23,0 22,9 22,9 22,8 22,8
23.2
23 22.9
Hutan Kota Malabar Hutan Kota Velodrom
Taman Kota Jalan Veteran
Lokasi Penelitian
Gambar 4 Nilai indeks kenyamanan Berdasarkan Gambar 4 bahwa ketiga lokasi tersebut termasuk kedalam kriteria nyaman karena nilai indeks kenyamanan terletak antara 21-24 0C. Nilai indeks kenyamanan dari keempat lokasi tersebut merupakan kualitas hutan kota dan taman kota dalam menciptakan iklim mikro yang dapat mempengaruhi sekitar kawasan baik didalam maupun di sekitar kawasan menjadi lebih nyaman. Niewolt and Mc Gregor (1998) didalam bukunya tentang iklim Tropical Climatology mengungkapkan bahwa kenyamanan tidak hanya dipengaruhi oleh suhu udara tetapi juga faktor suhu tubuh dan sirkulasi udara disekitar tubuh, sehingga manusia cenderung untuk menjaga suhu termal tubuhnya, yaitu 36.7 0C.
13
(a) (b) (c) Gambar 5 Kondisi vegetasi : (a) Hutan Kota Malabar, (b) Taman Kota Jalan Veteran, (c) Hutan Kota Velodrom Komposisi vegetasi di dalam lokasi memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap nilai indeks kenyamanan (Gambar 3), karena terjadi proses evapotranspirasi yang mengakibatkan suhu dan kelembaban berubah menjadi lebih sejuk (Mustikaweni 2008). Hussein (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa keberadaan vegetasi yang melimpah dalam hutan kota dan taman kota membantu terciptanya suhu lingkungan yang lebih baik. Kondisi ini dapat memberikan efek yang baik bagi kondisi lingkungan sekitarnya. Hal ini didukung juga oleh penelitian Hadi et al ( 2012) bahwa tumbuhan di hutan kota dan taman kota selain berfungsi untuk estetika juga dapat memodifikasi unsur-unsur iklim.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan dari hasil penelitian ini adalah 1. Hutan Kota Malabar mampu menurunkan suhu lebih baik jika dibandingkan dengan Hutan Kota Velodrom serta Taman Kota Jalan Veteran, hal ini ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu pada Hutan Kota Malabar yaitu1.1 0C. 2. Hutan Kota Malabar memiliki krakteristik pohon lebih baik dibandingkan dengan Hutan Kota Velodrom, sehingga berpotensi untuk memperbaiki iklim mikro lebih baik. 3. Hutan Kota Malabar, Hutan Kota Velodrom serta Taman Kota Jalan Veteran memiliki nilai indeks kenyamanan dalam kategori nyaman menurut Nieuwolt (1998) dengan nilai 22.9 0C, 23.2 0C dan 23 0C. Saran Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah perlu adanya penambahan jenis pohon pada masing-masing hutan kota, yang berpotensi memiliki tajuk lebar, serta tinggi bebas cabang yang lebih rendah.
14
DAFTAR PUSTAKA Arie FC. 2012. Sebaran Temperatur Permukaan Lahan Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di Kota Malang. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah; 2012 Juli; Surabaya, Indonesia. Surabaya (ID). Hlm 23-34. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Penduduk Kota Malang. Malang (ID). BPS Kota Malang. [BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2012.Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia. Jakarta (ID). [BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2012.Data Suhu dan Kelembaban rata-rata Tahun 2006-2010. Malang (ID). Stasiun Klimatologi, Karang Ploso. [DKP] Dinas Kebersihan dan Pertamanan. 2013. Penetapan Lokasi Hutan Kota. Malang (ID): Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Hadi R, Lila KA, Gunadi IGA. 2012. Evaluasi Indeks Kenyamanan Taman Kota (Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung) Denpasar, Bali. J Agroekoteknologi Trop 1(1) : 34-45. Hussein R. 2010. Analisis Kualitas dan Kenyamanan Lingkugan Kawasan Hutan Kota, di Kota Malang. AGRITEK 18 (2) : 245-267 Kusmana C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor (ID) : IPB Press. Mustikaweni R. 2008. Pengaruh Perubahan Pemanfaatan Ruang Kawasan lingkar Luar Kebun Raya Bogor terhadap Iklim Mikro. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Nieuwolt S, McGregor GR. 1998. Tropical Climatology. England (UK) :John Wiley & Sons Ltd. Novitasari A. 2013. Evaluasi Hutan Kota Berdasarkan Ameliorasi Iklim Mikro di Kota Semarang. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Nugroho MI. 2011. Valuasi Manfaat Ekologis Kanopi Pohon Perkotaan dan Ruang Terbuka Hijau. Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor. Prasetyo AT. 2012. Pengaruh Ruang Terbuka Hijau (RTH) Terhadap Iklim Mikro di Kota Pasuruan. [skripsi]. Malang (ID): Universitas Negeri Malang. Rushayati SB, Filmarasa EN, Hermawan R. 2009. Ameliorasi Iklim Melalui Zonasi Bentuk dan Tipe Hutan Kota. Prosiding seminar dan hasil-hasil penelitian; 2009: Bogor, Indonesia. Bogor (ID). Hlm 279-297. Samadikun BP. 2007. Dampak Perimbangan Ekonomis Terhadap Tata Ruang Jakarta dan Bopunjur. Jurnal Presipitasi 2(1) : 34-38. Setiawan R. 2006. Metode neraca energi untuk perhitungan leaf area index (LAI) di lahan bervegetasi menggunakan data citra satelit [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tjasjono B. 1999. Klimatologi Umum. Bandung (ID) : ITB Press. Walpole RE. 1982. Pengantar Statistika Ed ke–3. Jakarta (ID): PT Gramedia Pusaka Utama. Wardhani DE. 2006. Pengkajian Suhu Udara dan Indeks Kenyamanan Dalam Hubungannya Dengan Ruang Terbuka Hijau. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
15
Lampiran 1 Suhu dan kelembaban harian di setiap lokasi penelitian A. Hutan Kota Malabar Waktu
di Dalam
Jarak 10 m
Suhu
Kelembaban
Suhu (0C)
Kelembaban (%)
Suhu (0C)
Kelembaban (%)
Rata-rata (0C)
Rata-rata (%)
Pagi Hari
20.6
90
21.2
90
20.9
90
Siang Hari
27.2
61
28.9
56
28.1
59
Sore Hari
25.6
67
26.8
61
26.2
64
B. Hutan Kota Velodrom Waktu
Di Dalam 0
Jarak 10 m 0
Suhu
Kelembaban 0
Suhu ( C)
Kelembaban (%)
Suhu ( C)
Kelembaban (%)
Rata-rata ( C)
Rata-rata (%)
Pagi Hari
21.2
90
22.2
90
21.7
90
Siang Hari
27.4
67
27.7
67
27.6
67
Sore Hari
25.8
74
25.7
74
25.8
74
15
16 16
Lampiran 1 Suhu dan kelembaban harian di setiap lokasi penelitian (lanjutan) C. Taman Kota Jalan Veteran di Dalam Waktu Suhu (0C) Kelembaban (%)
Jarak 10 m
Suhu
Kelembaban
Suhu (0C)
Kelembaban (%)
Rata-rata (0C)
Rata-rata (%)
Pagi Hari
21.2
90
21.0
86
21.1
88
Siang Hari
27.4
57
28.3
58
27.9
63
Sore Hari
25.8
68
26.4
69
26.1
69
Rata-rata Suhu Hutan kota Malabar Hutan Kota Velodrom Taman Kota Jalan Veteran Rata-rata Kelembaban Hutan Kota Malabar Hutan kota velodrom Taman Kota Jalan Veteran
(
)
(
)
(
)
24.00C
Indeks Kenyamanan
= 24.20C
Hutan Kota Malabar
: THI = 0,8 (24) + (76 x 24)/500
= 22.9 (nyaman)
= 24.10C
Hutan Kota Velodrom : THI = 0,8 (24,2) + (80 x 24,3)/500 = 23.2 (nyaman) Taman Kota Jalan Veteran : THI = 0,8 (24,1) + (77 x 24)/500 = 23.0 (nyaman)
(
)
(
)
(
)
= 76 % = 80% = 77 %
17
Lampiran 2 Famili dan jenis pohon di hutan kota No
Famili
Nama Lokal
Lokasi Penelitian
Nama Ilmiah
Hutan Kota Malabar
Hutan Kota Velodrom
Jumlah Individu
1
Aracariaceae
Araukaria
Araucaria cunninghamii
-
1
1
2
Clusiaceae
Nyamplung
Calophyllum inophyllum
-
1
1
3
Euphorbiaceae Kemiri
Aleurites moluccana
8
7
15
4
Fabaceae
Angsana
Pterocarpus indicus
-
3
3
5
Flamboyan
Delonix regia
-
1
1
6
Sengon
Falcataria moluccana
6
1
7
7
Trembesi
Samanea saman
1
2
3
8
Turi
Sesbania grandiflora
2
-
2
Mahoni daun besar
Swietenia macrophylla
1
-
1
Mahoni daun kecil
Swietenia mahagoni
1
-
1
9
Meliaceae
10 11
Moraceae
Karet kerbau
Ficus elastica
1
-
1
12
Sapotaceae
Tanjung
Mimusops elengi
-
1
1
13
Verbenaceae
Gmelina
Gemelina arborea
-
7
7
17
18 18
Lampiran 3 Karakteristik fisik pohon Karakteristik Fisik Pohon No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Dbh (cm)
TT (m)
TBC (m)
LAI
1
Angsana
Pterocarpus indicus
97.5
13.5
2.5
1.28
2
Araukaria
Araucaria cunninghamii
85.0
13.0
2.5
1.09
3
Flamboyan
Delonix regia
66.0
21.0
6.0
1.46
4
Gmelina
Gemelina arborea
92.0
22.0
15.0
1.28
5
Karet kerbau
Ficus elastica
153.0
16.0
3.5
1.64
6
Kemiri
Aleurites moluccana
93.0
21.0
12.0
1.66
7
Mahoni daun besar
Swietenia macrophylla
64.0
9.0
2.5
2.08
8
Mahoni daun kecil
Swietenia mahagoni
95.0
21.0
8.0
1.64
9
Nyamplung
Calophyllum inophyllum
68.0
20.0
8.0
1.64
10
Sengon
Falcataria moluccana
184.0
24.0
11.0
1.75
11
Tanjung
Mimoshop elengi
83.0
20.0
2.3
1.64
12
Trembesi
Samanea saman
134.0
19.0
5.8
1.64
13
Turi
Sesbania grandiflora
72.0
7.5
2.5
2.08
19
Lampiran 4 Suhu rata-rata 6 tahun terakhir Kota Malang Tahun
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
2005
24.9
24.5
24.5
24.6
24.2
24.4
23.5
23.3
24.2
24.6
24.3
23.6
2006
24.0
24.2
23.9
24.3
23.8
23.0
22.2
23.4
23.1
24.2
24.5
23.8
2007
24.1
23.5
23.2
23.3
23.9
23.2
22.9
23.0
23.5
22.8
23.8
23.1
2008
23.6
23.5
23.6
22.9
23.8
23.4
22.7
23.8
24.4
25.1
24.5
22.7
2009
23.8
24.1
24.5
25.0
24.6
24.6
23.4
23.1
24.4
-
24.4
24.1
2010 23.8 24.0 24.4 Sumber : BMKG Kota Malang
23.9
24.5
23.8
23.2
23.4
23.8
24.1
24.4
23.8
Lampiran 5 Kelembaban rata-rata 6 tahun terakhir Kota Malang Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
2005
76
76
77
74
71
74
71
71
69
75
80
85
2006
79
79
79
79
81
79
76
76
76
74
76
82
2007
78
82
85
83
79
82
79
80
79
75
81
84
2008
81
83
83
86
81
80
81
81
79
80
84
80
2009
87
87
83
83
83
83
83
84
86
-
84
85
83
86
83
80
81
78
80
80
78
82
2010 83 84 Sumber : BMKG Kota Malang
19
Tahun
15
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 16 Februari 1990 dari ayah Tolkhatul Munir dan ibu Sri Yatmiati. Penulis adalah putra kedua dari dua bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMAN 1 Plemahan dan pada tahun 2009 penulis lulus ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi di Institut Pertanian Bogor dan diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Selama mengikuti perkuliahan penulis telah melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Kamojang dan Sancang Barat pada tahun 2011, Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) pada tahun 2012, serta Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Meru Betiri pada tahun 2013. Penulis juga aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) sebagai Ketua Biro Sosial Lingkungan Himakova (2011-2012). Penulis juga pernah mengikuti kegiatan ekspedisi dan eksplorasi yang diadakan oleh Himakova, yaitu Pendidikan dan Latihan Kelompok Pemerhati Burung (Diklat KPB) pada tahun 2011, Eksplorasi Flora Fauna Indonesia (Rafflesia) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (2010) dan Cagar Alam Tangkuban Perahu dan Taman Wisata Alam Sukawayana (2011), Studi Konservasi Lingkungan (Surili) di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (2012). Untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanann IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Peran Hutan Kota dalam Perbaikan Iklim Mikro di Kota Malang Jawa Timur yang dibimbing oleh Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi dan Dr Ir Endes N Dahlan, MS.