Jurnal - Artikel WDSP
YANUAR HABIB
Penyertaan Modal Negara (PMN) Industri Strategis Jajang Yanuar Habib
[email protected]
Abstrak Industri strategis dapat PMN karena beririsan dengan program unggulan maritim. Bagaimana mereka punya rencana?
Kata Kunci: PMN, Industri Strategis, Ekonomi
LATAR BELAKANG Januari minggu terakhir banyak BUMN memang sibuk berurusan dengan DPR karena direncanakan bakal disuntik Penyertaan Modal Negara (PMN). Ini penting sekali bagi Pindad. Produsen alutsista yang beken dengan Ranpur Anoa ini sedang menanti penambahan modal semacam ini. Bagaimana pun, produsen senjata tidak bisa berkembang jika sampai pada „tingkat‟ tertentu modalnya harus besar. Seperti dijelaskan Manager Humas Pindad Sena Maulana, produsen alat utama sistem senjata (alutsista) memiliki pasar terbatas, di dalam negeri hanya negara. Sedangkan di luar negeri harus bersaing dengan produsen global yang produknya sudah battle proven. Sehingga, bagi Pindad, tambahan modal dari pemegang saham perlu dilakukan supaya bisa mendongkrak kapasitas produksi. Tambahan modal juga cukup membantu Pindad yang kini tampaknya bakal makin bengigi di tangan Silmy Karim. Saat ini, kata pria yang merupakan salah satu anggota Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), Pindad tengah mengembangkan produk alat-alat berat. Salah satu komponen yang dibidik adalah eskavator. Lebih jauh, tahun ini Pindad akan melancarkan strategi quick win. Di produk alutsista, Pindad ditarget meningkatkan kapasitas produksi munisi kaliber kecil (MKK) hingga mampu memproduksi medium tank. Di luar produk alutsista, manajemen Pindad akan mendiversifikasi produk dari kemampuan yang dimiliki saat ini. Salah satunya pengembangan dinamo untuk kebutuhan spesifikasi eskavator. “Pengembangan dilakukan asalkan potensi pasarnya tinggi,” jelas Silmy. Mengintip strategi Silmy, quick wins, jika mengacu pada
Publikasi oleh WDSP
1
Jurnal - Artikel WDSP
YANUAR HABIB
Harvard Business Review (HBR) merupakan bentuk krusial kepemimpinan baru yang diharapkan bisa meyakinkan „bosnya‟ para pemimpin. Pemimpin yang menjalankan strategi ini harus memastikan langkah kebijakan yang diambilnya tepat. HBR menemukan bahwa bukan tidak mudah bagi seorang pemimpin menjalankan strategi ini. Tetapi, harus tetap konsisten. Ada masalah perilaku yang dapat menghambat realisasi quick win, dikenal sebagai paradoks quick wins yang mencakup: terlalu fokus pada hal detail, bereaksi negatif terhadap kritik, mengintimidasi orang lain, terlalu cepat menyimpulkan, dan terlalu banyak mengontrol laporan hal-hal kecil kepada orang-orang. Selain Pindad, industri strategis yang tengah naik daun adalah industri perkapalan, karena dianggap dapat mensukseskan program kemaritiman yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ada tiga industri perkapalan yang dalam APBN-P 2015 memperoleh PMN, mencakup PT Dok Kodja Bahari (DKB) sebesar Rp 900 miliar, kemudian PT Dok Perkapalan Surabaya (DPS) dan PT Industri Kapal Indonesia (IKI) memperoleh PMN masing-masing sebesar Rp 200 miliar. PT Dirgantara Indonesia (DI) juga disuntik PMN sebesar Rp 400 miliar. Produsen pesawat terbang ini merasionaliasikan perseroannya akan turut mendukung program kemaritiman melalui produksi helikopter dengan target rampung tahun depan. PT DI sebenarnya lebih mujur ketimbang Pindad, karena diversifikasi produknya akan tetap pada basis produk yang sama. Dalam rencana bisnis PT DI juga, kedepannya ia akan menggarap ceruk pasar pesawat komersil dengan daya tampung 19 penumpang hingga 50 penumpang. PT Krakatau Steel (KS), sebagai produsen bahan baku utama industri strategis dapat PMN sebesar Rp 956 miliar. Tetapi itu non cash dan akhirnya juga dibatalkan oleh Banggar. Total PMN untuk industri strategis tanpa KS hanya sebesar Rp 2,40 triliun atau sekitar 6,43% dari keseluruhan PMN yang dikucurkan kepada BUMN yang berada di bawah pengelolaan Kementerian BUMN melalui APBN tahun 2015. BUMN strategis yang mendukung kemaritiman sebenarnya jika dijumlahkan dengan PT PAL, yang di tahun ini juga mendapat PMN, tetapi pembahasannya sudah di setujui dalam APBN 2015. PMN yang diberikan kepada PT PAL bahkan jauh lebih besar dibanding tiga perusahaan galangan kapal, yakni sebesar Rp 1,5 triliun. Jadi jika dijumlahkan dengan PMN pada PT Pal, persentase PMN bagi industri strategis sebesar 10,46% dari totalnya.
STRATEGIS BAGI PROGRAM MARITIM Dalam paparannya Menteri Rini Soemarno kepada Banggar DPR, PMN bagi BUMN galangan kapal ini ditargetkan dapat meningkatkan peran ketiga perusahaan dalam Publikasi oleh WDSP
2
Jurnal - Artikel WDSP
YANUAR HABIB
pembangunan, pemeliharaan, dan perbaikan kapal dalam rangka meningkatkan keandalan armada angkatan laut. Sementara itu investasi angkutan berupa kapal penumpang dan kapal barang ditugaskan pada Pelni, Djakarta Lloyd dan ASDP. Pemberian PMN pada sektor strategis dianggap dapat mempercepat pembenahan kemaritiman pemerintah kedepan. DKB dan DPS mendukung dari sisi sarana pembuatan kapal, perbaikan kapal, dan percepatan engineering perkapalan. Optimalisasi pemberdayaan perkapalan ini juga dapat mendorong percepatan realisasi program maritim, karena masing-masing perusahaan galangan ini memiliki kemampuan untuk membangun sarana dan prasarana offshore.
MENCOBA LAGI JAYA DI UDARA PT Dirgantara Indonesia (PT DI) yang memperoleh Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 400 miliar, akan menyerap anggaran PMN di tahun ini. Meskipun dalam perhitungan yang lebih lengkap, alokasi dari PMN masih terlalu kecil. Berdasarkan data dari PT DI, kebutuhan modal kerja yang harus tersedia di tahun ini mencapai Rp 855 miliar, tetapi dalam usulan PMN hanya diajukan sebesar Rp 150 miliar. Meski demikian PT DI masih dapat meyakinkan permohonan PMN, jika PMN itu disuntikkan, maka akan berdampak pada perolehan laba kedepan. Proyeksi rata-rata pertumbuhan penjualan 2015-2019 tanpa menggunakan PMN sebesar 6,57%, sedangkan jika menggunakan PMN rata-ratanya menjadi 7,35%. Ada kenaikan sebesar 0,78%.
Alokasi Rp 400 miliar PT DI Kegiatan Alokasi Pengembangan Pesawat Maritim 85 Peningkatan fasilitas perakitan 108 pesawat dan pendukungnya Perawatan Pesawat/MRO dukungan purna jual
dan 57
Kebutuhan Modal Kerja Total
150 400
Sumber: Paparan Pengajuan PMN PT DI
Perbedaan besaran pertumbuhan itu dapat menciptakan laba akumulasi meningkat hingga 201%. Dengan PMN Rp 400 miliar akan memberikan tambahan laba hingga sebesar Rp 418 miliar selama lima tahun. Pengembangan pesawat komersil menjadi rencana besar PT DI, bahkan rencana sebenarnya lagu lama yang sampai saat ini belum juga diperdengarkan. Sejak 1979, pesawat CN235 yang dikembangkan oleh BJ Habibie telah mengalami banyak pengembangan, dan digunakan sejumlah negara. CN235 awalnya dibangun oleh PT Publikasi oleh WDSP
3
Jurnal - Artikel WDSP
YANUAR HABIB
Dirgantara Indonesia (PTDI) dengan menggandeng Cassa. Pesawat ini awalnya dirancang bermesin turboprop dan mampu membawa 35 penumpang. Pesawat ini diperkenalkan kepada publik pertama kali pada September 1983. Sejak itu, PTDI dan Cassa melakukan penjualan CN235, di dalam dan luar negeri. Malaysia menggunakan 6 buah CN235 untuk transportasi militer dan 2 pesawat digunakan sebagai fasilitas transportasi VVIP pemerintahan. Brunei Darussalam juga menggunakan pesawat ini untuk kebutuhan VVIP negara. Thailand menggunakan CN235 sebagai pesawat transportasi publik. Sementara itu Korea Selatan menggunakannya untuk transportasi militer sebanyak 7 unit, fasilitas pesawat VVIP 1 unit dan digunakan untuk penjagaan pantai sebanyak 4 unit. Pihak managemen PT DI juga mengungkapkan bahwa CN235 sudah mengudara di langit Afrika. Senegal membeli 2 unit yang digunakan sebagai pesawat kargo, sedangkan Burkina Faso menggunakannya sebagai pesawat militer. Di Timur Tengah produk PT DI digunakan oleh Uni Emirat Arab untuk transportasi militer sebanyak 7 unit. Adapun Pakistan menggunakan pesawat made in Bandung ini sebanyak 3 unit untuk pesawat militer dan 1 unit sebagai pesawat VIP. Sementara itu di dalam negeri, CN235 digunakan untuk operator sipil (15 unit), pesawat militer (7 unit), pesawat patroli maritim angkatan udara (1 unit), dan pesawat patroli maritim angkatan laut (3 unit). Setelah cukup sukses dengan pesawat jenis CN, pesawat yang kini tengah coba yang dibesut PT DI adalah N219. Pesawat baling-baling dengan kapasitas 19 penumpang ini akan mulai diproduksi massal pada tahun depan. Dalam beberapa kesempatan, PT DI menyatakan kepada wartawan bahwa proses pengerjaan N219 dirancang dengan menggunakan 60% komponen lokal. Jadi, tampaknya angka Rp 400 miliar sebagai penyertaan modal di tahun ini akan cukup membantu PT DI merealisasikan produksinya. Strategi dengan menggunakan dominan komponen lokal juga dapat mencegah penyusutan daya beli, karena banyak prediksi menunjukkan nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan.
KRAKATAU STEEL BATAL KONVERSI REKENING DANA INVESTASI PT Krakatau Steel (KS) sebenarnya perusahaan yang paling terseok-seok untuk memperoleh PMN sebesar Rp956 miliar. Di akhir cerita, KS memang tidak jadi menerima modal tambahan. Sebenarnya ini bukan soal dapat tidak dapat, tetapi jika tidak diberikan PMN, maka KS akan mengidap masalah finansial. PMN yang diberikan kepada KS adalah non cash, yang dengan kata lain modal yang tidak diberikan untuk tujuan pengembangan bisnis tetapi lebih pada perbaikan neraca keuangan. Dalam pembahasan di DPR, modal non cash yang akan diterima KS merupakan konversi utang Rekening Dana Investasi (RDI). Sebenarnya kewajiban perusahaan untuk bayar utang kepada pemerintah, tetapi karena kondisi keuangan Publikasi oleh WDSP
4
Jurnal - Artikel WDSP
YANUAR HABIB
perusahaan tidak memungkinkan untuk membayarnya, terpaksa harus dikonversi menjadi setoran modal. Perubahan status utang KS pada RDI sebenarnya sudah rampung ketika KS akan melakukan penawaran saham ke publik empat tahun lalu. “Kasus KS sebenarnya secara substansi sudah selesai. Karena jika tidak dimasukkan sebagai penyertaan pemerintah, maka akan mengalami masalah pada waktu IPO. Hal ini karena publik juga berhak atas hutang RDI ini,” jelas Deputi Bidang Usaha Agro&Industri Strategis Muhammad Zamkhani. Aset KS yang dihitung pada waktu IPO sudah dimasukkan penyertaan baru karena konversi. Tetapi, pada waktu itu secara administratif belum selesai dicatat sebagai setoran modal pemerintah. Menurut Zamkhani, hal ini karena secara administratif harus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP). “Saya juga tidak mengerti kenapa harus ada PP. Mungkin, karena ini harus jelas dari anggaran tahun berapa,” lanjut dia. Pembahasan konversi RDI KS sebenarnya sudah dilakukan pembahasan beberapa kali, tetapi tidak pernah disetujui. Zamkhani menyayangkan proses yang alot mengenai hal ini, karena dengan dibatalkannya pemberian PMN kepada KS ini membuat masalah ini akan terus terkatung-katung. Proses perubahan seharusnya bisa cepat karena nanti KS hanya perlu secara tertulis mengakui kepemilikan modal pemerintah sudah bertambah di perseroan.
MEMPERSENJATAI PINDAD Mengintip kembali PMN untuk Pindad, sebenarnya besaran yang diperoleh di anggaran tahun 2015 ini masih sangat kecil. Direktur Utama Pindad Silmy Karim mengatakan total tambahan modal yang dibutuhkan sebenarnya tembus angka Rp4,9 triliun. Namun, anggaran sebesar itu belum dapat dimengerti sebagai kebutuhan investasi pengembangan alutsista nasional. Sehingga, tahun ini investasi Pindad dipatok hanya sebesar Rp800 miliar. Kebutuhan investasi itu dipenuhi Rp 700 miliar dari PMN dan sisanya sebesar Rp100 miliar dari internal. Banyak varian alutsista yang harus secara berkelanjutan dikerjakan Pindad. Ini juga menyangkut program kemandirian alutsista yang sudah menjadi komitmen sejak tahun 2010. Alutsista utama yang tengah dikembangkan Pindad mencakup tank, kendaraan tempur, roket, senjata, dan munisi kaliber kecil (MKK). Soal pasar, Pindad sudah punya alternatif. Di tahun ini pasar ekspor akan ditingkatkan hingga 25% dengan target kawasan Asia dan Afrika. Produk yang akan diekspor adalah kendaraan taktis Anoa dan peluru. Pengembangan pasar Publikasi oleh WDSP
5
Jurnal - Artikel WDSP
YANUAR HABIB
luar negeri dipertimbangkan Pindad mengingat tingkat penyerapan pasar dalam negeri yang masih kecil. “Hanya sebesar 10%-15% total kebutuhan TNI yang masih dipenuhi oleh perusahaan dalam negeri, termasuk di dalamnya dari Pindad,” ucap Silmy. Meski begitu, itikad pemerintah untuk mengembangkan industri strategis nasional sedikit demi sedikit mulai kongkrit. Jika Pindad bisa mempersenjatai Tentara Nasional Indonesia (TNI), maka PMN merupakan cara negara untuk mempersenjatai Pindad. Begitu besarnya pengembangan kedepan yang akan dilakukan Pindad. Hal ini terlihat dari manajemen Pindad yang berencana mengalokasikan modal tambahan ini sebagiannya untuk peningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM). Kesiapan SDM merupakan cara jitu untuk menempatkan Pindad sebagai perseroan yang siap terlibat dalam global supply chain. Ini merupakan tindak lanjut dari strategi kerjasama dalam pengembangan alutsista nasional. Penguatan kerjasama kedepannya dilakukan Pindad dengan tiga negara utama, yakni Jerman, Turki, dan Belgia. Produsen alutsista asal Jerman yang bekerjasama dengan Pindad adalah Rheinmetall dengan fokus pada pengembangan munisi tank. FNSS asal Turki bekerjasama untuk pengembangan medium tank. Dan, Cockerell Maintenance & Ingeniere SA Defence (CMI) asal Belgia bekerjasama dengan Pindad untuk pengembangan turet kaliber 90 mm dan 105 mm. “Bentuk kerja sama itu fleksibel, bisa kerja sama operasi, kerja sama produk, dan membentuk anak usaha bersama,” rinci Silmy. Rangkaian strategi bisnis yang dijalankan Pindad bisa dibilang sebagai adaptasi untuk mengikuti rencana pemerintah di sektor pertahanan, dalam hal ini TNI dan Kementerian Pertahanan yang mulai menghitung gelar kekuatan militer berdasarkan faktor tingkat kemampuan (capabilities based). Dengan itu, Indonesia tidak lagi secara mutlak menghitung kekuatan yang harus melulu super canggih karena faktor ancaman (threat based). “Dana PMN itu sebesar 95% tetap untuk alutsista dan 5% untuk sumber daya manusia,” jelas Silmy. Optimalisasi pengembangan SDM di Pindad merupakan bagian dari cara untuk mempercepat tingkat kapabilitas yang dituntut pasar. Sehingga, PMN seperti yang dianggarkan di tahun ini harapannya dapat terus berlanjut di tahun-tahun mendatang. “Memang kalau semua
Publikasi oleh WDSP
6
Jurnal - Artikel WDSP
YANUAR HABIB
mengandalkan internal tidak bisa cepat. Kebutuhan tersebut harapannya dari PMN,” ucap Silmy. Alokasi Rp 700 miliar PT Pindad Kegiatan Pembangunan dan perbaikan lini produksi alutsista Pengembangan bisnis produk industrial untuk mendukung poros maritim Pengembangan fasilitas produk & proses serta learning center Pengembangan modal insani Total
Alokasi 593,5 66,5
25,0 15,0 700
Sumber: Paparan Pengajuan PMN Pindad
Alokasi PMN Pindad berdasarkan proposal pengajuan PMN sebesar Rp700 miliar sebesar Rp593,5 miliar rencananya diperuntukkan dalam pembangunan dan perbaikan lini produksi alutsista. Pengembangan ini juga menjadi satu paket dengan tuntutan minimmun essential forces (MEF). Program perbaikan lini produksi ini didesain dari otomatisasi lini MKK hingga nantinya siap untuk mengembangkan munisi kaliber besar (MKB) dan roket. Realisasi program itu ditegaskan Pindad yang akhir tahun lalu sudah membeli mesin tambahan untuk produksi MKK. Bahkan, Pindad kini sudah membeli mesin untuk memproduksi laras. Dampak positif peningkatan di lini munisi secara langsung mendorong peningkatan lini produksi kendaraan tempur dan kendaraan taktis serta tank. Alokasi PMN Rp66,5 miliar rencananya digunakan untuk pengembangan bisnis produk industrial untuk mendukung poros maritim. Rencana bisnis yang dilakukan berupa pengembangan bisnis peledak industrial dan masuk pada pengembangan bisnis sarana dan prasarana transportasi. Pindad akan mengalokasikan Rp25,0 miliar untuk pengembangan fasilitas produk & proses serta learning center. Kegiatan yang dilakukan untuk peningkatan fasilitas produk dan proses. Adapun modal tambahan sebesar Rp15,0 miliar yang rencananya akan dialokasikan untuk divisi SDM dengan bentuk pengembangan soft competence SDM. Dengan rencana bisnis yang gagah lalu disuntik PMN itu, Pindad memproyeksikan pendapatan pada 2019 bisa tembus ke angka Rp 4,03 triliun, dari sebelumnya target pendapatan tahun 2015 sebesar Rp 2,10 triliun. Adapun dilihat dari sisi laba bersih, proyeksi Pindad bisa tembus ke angka Rp 200,7 miliar pada 2019, yang tumbuh dari proyeksi laba bersih tahun 2015 sebesar Rp 85,3 miliar. Jika semua itu terwujud, asrinya suasana di kantor
Publikasi oleh WDSP
7
Jurnal - Artikel WDSP
YANUAR HABIB
Pindad mungkin akan berubah. Kemandirian alutsista akan meningkatkan kapasitas teknologi nasional dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang semakin luas. Kecuali, rindangnya bisa tergantikan dari naiknya pajak yang disetor Pindad setelah itu. *Tulisan ini pernah dimuat pada majalah BUMN TRACK edisi Maret 2015
NOTES -
REFERENCES -
Publikasi oleh WDSP
8