PENTINGNYA TINDAK TUTUR KESANTUNAN SISWA KEPADA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Oleh Ch. Evy Tri Widyahening, S.S.,M.Hum
Abstract The suavity of speaking talks about the decent of linguistic and the usage. A man is told that he has a decent speaking if he fulfills some suavity maxims. In social life, the decent speaking has the important role in communicating. Suavity of speech act must be performed by all people to take care of interaction quality in the job world and every activity in the social world. Suavity of speech act also must be performed by the students when they are in school and is claiming science. A student, whom can talk decent, gets the first education to talk decent from its family. All stand and behavior of his or her parents is very influential to develop his or her real life, therefore his or her parent’s stand and behavior will be observed by him or her and it will affect his or her stand and behavior. In school, the representative of formal education which must in goes through by all of students, there is interaction between an educator (a teacher) and a student as a subject learner. Here, language which is used as a means of communications so central important role to take care of quality of interaction with suavity speaking. Keywords: Suavity Speaking, speech act, linguistics, maxims.
linguistiknya. Salah satu kajian bahasa I. PENDAHULUAN
yang menarik adalah studi pragmatik tentang
Bahasa merupakan alat utama dalam berkomunikasi antar manusia.
tindak
tutur
kesantunan
berbahasa. Kesantunan
berbahasa
Bahasa merupakan obyek ilmu yang
membicarakan tentang santun tidaknya
selalu di kaji dan di analisis baik dari
bahasa dan pemakaian bahasa. Orang
segi linguistiknya maupun dari segi non-
dikatakan
santun
berbahasa
apabila
291
memenuhi beberapa maksim kesantunan.
antisipatif,
Dalam
menyesuaikan diri dalam situasi sosial.
kehidupan
sosial
kemasyarakatan,
santun
berbahasa
sangat
peranannya
Jadi,
bagi
predisposisi
siswa
yang
untuk
tinggal
di
dalam
lingkungan tertentu akan merespon hal-
berkomunikasi. Tindak tutur kesantunan
hal yang ia dengar dalam keseharian
berbahasa harus dilakukan oleh semua
sebagai hal yang sudah dikondisikan dan
pihak untuk menjaga kualitas pergaulan
ia
baik di dunia kerja maupun di dunia
meneruskannya.
penting
tinggal
memakainya
atau
tutur
Bila seseorang mampu berbicara
kesantunan berbahasa ini juga harus
dengan baik dan sopan maka bisa
dilakukan oleh para siswa ketika mereka
dipastikan
berada di sekolah dan sedang menuntut
dimilikinya juga halus dan santun.
ilmu.
Seorang siswa yang dapat berbicara
sosial
masyarakat.
Tindak
bahwa
watak
yang
Di sekolah, yang merupakan
santun mendapatkan pendidikan yang
pendidikan formal yang harus di tempuh
pertama untuk berbicara santun dari
oleh para siswa, terjadi interaksi antara
keluarganya. Segala sikap dan tingkah
pendidik (guru) dan siswa sebagai
laku
subyek belajar. Di sini, bahasa yang
berpengaruh
digunakan
kehidupannya
sebagai
alat
komunikasi
kedua
orangtuanya terhadap
sangat
perkembangan
yang nyata, sehingga
sangat berperan penting untuk menjaga
sikap dan tingkah laku orangtuanya akan
kualitas interaksi dengan kesantunan
diamatinya dan akan mempengaruhi
berbahasa.
sikap dan tingkah lakunya.
Sayekti
Di dalam proses belajar mengajar
(1998) menambahkan bahwa keluarga
di sekolah, siswa menggunakan bahasa
adalah merupakan kelompok primer
verbal yang banyak dipengaruhi oleh
yang didalamnya terjadi interaksi antara
kebiasaan penggunaan bahasa tersebut
anggota keluarga dan terjadinya proses
dari lingkungannya. La Piere (dalam
sosialisasi. Selain keluarga, sekolah juga
Saiful Anwar, 1998) mengatakan bahwa
memegang peranan yang sangat penting
orang akan merespon sebuah stimulus
dalam pembentukan kepribadian siswa
dengan sikapnya,
termasuk pembiasaan berbahasa yang
perilaku,
tendensi,
yaitu suatu pola atau
kesiapan
baik dan santun.
292
Kesantunan
berbahasa
tersebut minta ijin kepada gurunya agar
merupakan kunci keberhasilan seseorang
diperbolehkan
dalam berkomunikasi. Seorang guru
pelajaran.
dalam
materi
(1)
belajar
terlambat masuk kelas. Apakah saya
mengajar harus selalu menggunakan
boleh mengikuti pelajaran sekarang, Pak
bahasa yang santun sehingga tidak
?
menimbulkan kesalahpahaman pada para
Guru : Ngopo kok telat, ”Dul”?
siswa.
Siswa : Saya bangun kesiangan, Pak.
menyampaikan
pembelajaran
dalam
Keteladanan
berbahasa
santun
proses
guru akan
dalam menuntut
untuk
Siswa :
mengikuti
Maaf
Pak,
saya
Guru : Turu jam piro mau bengi ?
perilaku siswa pada budi pekerti luhur
Siswa : Jam 22.30, Pak.
dan akan mencerminkan watak dan
Guru : Nglembur gawean opo tho,
kepribadian
Semakin
”Dul”, ”Dul”,...Besok jangan terlambat
santun pemakaian bahasa seseroang,
lagi. Awas kalau terlambat lagi, saya
maka bisa disimpulkan bahwa semakin
suruh kamu push-up sampai ”keok”.
halus
pula
pemakainya.
watak
dan
Meskipun
kepribadian
seseorang tersebut.
akhirnya
siswa
tersebut boleh mengikuti pelajaran tetapi
Apabila seorang siswa sering
ia sudah menerima perlakuan bahasa
mendengar kata-kata yang baik, benar,
yang tidak menyenangkan. Perlakuan
dan sopan, maka ia pun belajar berbicara
bahasa
yang baik, benar dan sopan. Tetapi hal
tersebut bisa terlihat dari cara guru
itu akan berbalik apabila ia tumbuh dan
memanggilnya “Dul” padahal namanya
berkembang di lingkungan di mana
tidak mengandung unsur kata “Dul”.
orang-orang yang berada di sekitarnya
Juga adanya ancaman kata “push up”
suka berbicara dengan tidak sopan,
dan
berkata yang kotor, dan suka mengumpat
menyenangkan yang baru saja ia terima
maka ia pun belajar menirukan dan
akan masuk dalam memori otaknya dan
menggunakannya.
suatu saat ia pun akan menggunakannya.
yang
“keok”.
tidak
menyenangkan
Kata-kata
yang
tidak
Contoh dialog di bawah ini
Contoh di atas masih lumayan
terjadi antara guru dan seorang siswa
baik karena siswa masih diperbolehkan
yang terlambat masuk kelas. Siswa
293
mengikuti pelajaran. Dialog di bawah ini
mukamu”, jelas merupakan kata-kata
lebih kejam lagi:
yang tidak etis dan tidak selayaknya
(2)
Siswa :
Maaf,
Pak,
saya
diucapkan oleh seorang guru. Hal-hal
terlambat. Bolehkah saya masuk /
tersebut mudah sekali mempengaruhi
Guru : Semua juga tahu kalau kamu
siswa dalam berbicara. Apa yang pernah
terlambat.
ia terima juga akan mereka pergunakan.
Ini
sudah
sangat
siang.
Dialog
Bangun jam berapa tadi pagi?Siswa :
berikut
adalah
suatu
karena
contoh tindak tutur bagaimana usaha
“kepancal” bis pertama, padahal bis
seorang guru dalam meneladani siswa
kedua tidak jalan. Jadi saya harus
agar tetap menggunakan bahasa santun.
menunggu bis ketiga, saat ini saya
(3)
berangkat dari rumah kakek.
latihan nari opo ora?”
Guru : Dasar otak udang. Ditanya
Guru : (Dengan perubahan ekspresi
bangun jam berapa kok malah cerita
wajah sedikit berkerut dan penekanan
Maaf,
Pak,
saya
terlambat
Siswa : ”Bu Guru, mengko sore
Pada
tentang bis. Kalau memang malas, tidak
setiap
kata
yang
usah sekolah. Sana pulang saja. Sebal
diucapkan) ”Mboten, mangke sonten Bu
saya melihat mukamu. Sana keluar, tidak
Guru badhe tindhak rapat.”
usah ikut pelajaran saya.
Siswa : (Dengan muka agak malu)
Pada tuturan di atas terlihat sekali emosi guru tidak terkendali
”Rapat menapa, Bu?” Guru : ”Rapat wonten kalurahan.” Kita
sehingga guru mengeluarkan kata-kata
lihat
bahwa
di
awal
yang sangat menyakitkan dan tidak
perbincangan siswa bertanya kepada
mendidik. Tanpa mau menerima alasan
guru dengan bahasa Jawa ”ngoko”. Hal
apapun guru tidak memperbolehkan
yang
siswa mengikuti pelajarannya. Hal ini
unggah-ungguh bahasa Jawa. Kemudian
membuat siswa merasa dipermalukan.
guru menjawab dengan bahasa yang
Siswa juga dirugikan karena tidak boleh
lebih halus (krama) untuk memberi
ikut pelajaran. Perlakuan guru terhadap
contoh pada siswa agar menggunakan
siswa yang demikian akan membuat
bahasa yang lebih baik disesuaikan
siswa menjadi dendam. Kata-kata ”otak
dengan siapa lawan bicaranya. Dengan
udang”, ”malas sekolah”, ”sebal melihat
sedikit
tidak
sesuai
perubahan
dengan
ekspresi
prinsip
dan
294
penekanan
pada
setiap
kata
yang
diucapkan oleh guru, siswa akhirnya mengetahui
bahwa
ia
II. PEMBAHASAN A. PENGERTIAN PRAGMATIK George
telah
Yule
(4;1996)
menggunakan bahasa yang kurang sesuai
menyatakan bahwa pragmatic adalah the
dan ia memperbaikinya pada tindak tutur
study of the relationships between
selanjutnya.
linguistic forms and the users of those
Dalam
berbahasa
Indonesia,
forms.
Jadi,
pragmatik
memiliki
meskipun belum ada acuan yang jelas
keterkaitan erat dengan bentuk bahasa
tentang berbahasa yang santun, namun
dan pengguna bentuk bahasa tersebut.
budaya
prinsip
Makna yang disampaikan oleh penutur (
kesantunan dalam berbahasa. Prinsip-
atau penulis) akan ditafsirkan oleh
prinsip ini sesuai dengan pandangan
pendengar
yang
merupakan suatu kajian linguistic yang
Indonesia
dimiliki
memiliki
oleh
Grice
(dalam
atau pembaca). Pragmatik
Verschueren, 32: 1999) dalam maxim-
mempelajari
nya yaitu ada empat kaidah agar tuturan
eksternal
menjadi santun, yaitu prinsip kerja sama
kebahasaan
yang meliputi (a) prinsip kualitas (the
komunikasi.
struktur
bahasa
secara
yaitu
bagaimana
satuan
itu
digunakan
dalam
maxim of quality); (b) prinsip kuantitas
Mey (7:1993) menyatakan bahwa
(the maxim of quantity); (c) prinsip
pragmatic is needed if we want a fuller,
relevansi (the maxim of relation); dan
deeper, and more generally reasonable
(d) prinsip cara (the maxim of manner).
account of human language behaviour.
Di dalam berbahasa, apa yang dikatakan
harus
berdasarkan
data,
berkata cukup seperlunya saja, kemudian
Ini mengartikan bahwa kita memerlukan pragmatik untuk memahami perilaku kebahasaan manusia.
relevan dengan pokok pembicaraan, dan
Kajian pragmatik dalam ranah
terakhir harus dipikirkan bagaimana cara
kebahasaan memiliki peran yang sangat
menyampaikan
dari
penting dalam mendapatkan pemahaman
pembicaraan tersebut. Prinsip cara inilah
fungsi dasar bahasa sebagai media
yang akan mendukung tuturan menjadi
pembawa pesan, informasi, perasaan,
santun.
dan berbagai maksud dalam kegiatan
maksud
informasi.
Pragmatik
dalam
295
penggunaannya
juga
berupaya
memahami makna bahasa secara lebih
B.
LINGKUP
KAJIAN
PRAGMATIK
menyeluruh di dalam tindak tutur.
Lingkup kajian pragmatik yang
Dengan penguasaan pragmatik yang
utama adalah tindak tutur, implikatur
baik, seorang ahli bahasa tidak hanya
percakapan, pra-anggapan, deiksis, serta
mempelajari dan menguasai struktur
struktur percakapan (Levinson, 9:1997).
fungsional yang berhubungan dengan
Sementara
bagaimana
Purwo (17:1994) menyatakan bahwa
struktur-struktur
formal
itu,
kajian
tindak
menjadi kajian pra-anggapan, deiksis,
secara
eksternal
atau
tindak
kontekstual. Levinson
(7:1997)
memberi
ujaran,
percakapan.
bisa
Kaswanti
internal berfungsi di dalam kegiatan tutur
pragmatic
Bambang
dan
Sedangkan
digolongkan
implikatur Yule
(83-
batasan tentang pragmatik yaitu …the
84:2006) menyebutkan bahwa kajian
study of language from functional
pragmatik merupakan tiga peristiwa
perspective that is attempts to explain
tindak tutur yang berlangsung sekaligus
facets of linguistic structure by reference
yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi, dan
to non-linguistic pressure and cause.
perlokusi.
menjelaskan
Sementara itu, Wijana (36:1996)
memperlakukan
membagi tindak tutur menjadi 8, yaitu
makna sebagai suatu hal yang diperoleh
(1) tindak tutur literal; (2)tindak tutur
dari hubungan tiga unsur (triadic) yaitu
tidak literal; (3) tindak tutur langsung;
hubungan antar tuturan, penutur dan
(4) tindak tutur tidak langsung; (5)
petutur. Leech menegaskan bahwa studi
tindak tutur langsung literal; (6) tindak
pragmatic
Leech bahwa
(8:1993)
pragmatik
studi
tentang
tutur langsung tidak literal; (7) tindak
hubungannya
dengan
tutur tidak langsung literal; (8) tindak
situasi-situasi ujaran yang mendasarinya.
tutur tidak langsung tidak literal. Tindak
Sedangkan Chaer dan Leonie
tutur literal adalah tindak tutur yang
makna
merupakan
dalam
(56:2004)
menyebutkan
bahwa
diartikan secara harfiah sesuai dengan
pragmatik menelaah makna menurut
makna
kata-kata
yang
ada
dalam
tafsiran pendengar.
kalimat. Sedangkan tindak tutur yang tidak harfiah mengandung pengertian
296
sebagai tindak tutur yang tidak sesuai
bahasa Inggris secara umum diberi label
dengan
yang lebih khusus, misalnya permintaan
kenyataan
atau
berlawanan
dengan makna kata-kata dalam ujaran .
maaf, keluhan, pujian, undangan, janji atau permohonan. Sedangkan menurut
C. TINDAK TUTUR
J.L. Austin (dalam A.H. Hasan Lubis,
1. Pengertian Tindak Tutur
9:1991)
menyatakan
bahwa
secara
act)
pragmatis setidak-tidaknya ada 3 jenis
yang
tindakan yang dapat diwujudkan oleh
melibatkan pembicara, pendengar, atau
seorang penutur dalam melakukan tindak
penulis
tutur yakni tindak tutur lokusi, tindak
Tindak merupakan
tutur
unsur
dan
(speech pragmatik
pembaca
dibicarakan.
Dalam
serta
yang
penerapannya,
tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Jadi, tindak tutur adalah tindakan
tindak tutur digunakan oleh beberapa
yang dilakukan oleh seorang yang
disiplin ilmu. Ada beberapa definisi tentang
mengujarkan
sebuah
tuturan
bisa
tindak tutur yang dikemukakan oleh para
dikatakan sebagai melakukan tindakan di
ahli
samping
pragmatik.
Searle
(16:1969)
mengucapkan
tuturan
itu.
memberi batasan tindak tutur sebagai
Dikatakan tindak tutur karena ada
suatu
seorang menuturkan sebuah tuturan,
tanggapan
atau
penghasilan
kalimat dalam kondisi tertentu yang bisa
dalam
berupa
mengucapkan
kegiatan
menyatakan,
tuturan
kadang
tuturan
penutur
tidak
sesuai
pertanyaan,
dengan maksud yang diinginkannya dan
berjanji, dan sebagainya. Chaer dan
yang demikian ini disebut dengan tindak
Leonie (50:2004) menyatakan bahwa
tutur tidak langsung tidak literal.
tindak
2. Jenis-Jenis Tindak Tutur
memerintah,
menjawab
tutur
individual,
merupakan
bersifat
keberlangsungannya
gejala
psikologis,
dan
ditentukan
oleh
Abdul (53:2004) Austin
menghadapi
dilangsungkan
tertentu.
Yule
dan
mengemukakan
kemampuan bahasa si penutur dalam situasi
Chaer
bahwa
tindak dengan
Leonie pendapat
tutur
yang kalimat
(8:2006) menyatakan bahwa tindak tutur
performatif dirumuskan sebagai tiga
adalah
yang
peristiwa tindakan yang berlangsung
ditampilkan lewat tuturan dan dalam
sekaligus, yaitu tindak tutur lokusi,
tindakan-tindakan
297
tindak tutur illukosi, dan tindak tutur
tutur langsung; (4) tindak tutur tidak
perlokusi.
langsung; (5) tindak tutur langsung
Yule (83-84:2006) menyatakan
literal; (6) tindak tutur langsung tidak
dengan
literal; (7) tindak tutur tidak langsung
akan
literal; (8) tindak tutur tidak langsung
mengandung tiga tindakan yang saling
tidak literal. Tindak tutur literal adalah
berhubungan.
adalah
tindak tutur yang diartikan secara harfiah
tindak lokusi yang merupakan tindak
sesuai dengan makna kata-kata yang ada
dasar tuturan atau menghasilkan suatu
dalam kalimat. Sedangkan tindak tutur
ungkapan linguistik yang bermakna.
yang
Kedua adalah tindak ilokusi artinya kita
pengertian sebagai tindak tutur yang
membentuk tuturan dengan beberapa
tidak sesuai dengan kenyataan atau
fungsi di dalam pikiran, membuat suatu
berlawanan dengan makna kata-kata
pernyataan, tawaran, penjelasan, atau
dalam ujaran . Menurut Chaer dan
maksud-maksud
Leonie (56:2004), tindak tutur terbagi
tindakan
yang
menghasilkan
ditampilkan suatu
Yang
tuturan
pertama
komunikasi
lainnya.
tidak
harfiah
Dimensi ketiga adalah tindak perlokusi
menjadi
dua
yaitu menciptakan tuturan yang memiliki
situasinya, yaitu :
dilihat
dari
konteks
a. Tindak tutur langsung
efek atau akibat yang ditimbulkan oleh
contoh :“Tolong ambilkan kapur“
tuturan tersebut.
b. Tindak tutur tidak langsung
Menurut Kreidler (181 : 1998),
contoh : ”Aduh, kapurnya
tindak lokusi merupakan apa yang dikatakan oleh ujaran, tindak ilokusi
habis ya?” Kedua
diartikan sebagai apa yang dimaksudkan
tuturan
untuk dikomunikasikan kepada mitra
mengandung
tutur,
perlokusi
diambilkan
kapur.
merupakan interpretasi serta kesan yang
merupakan
tuturan
diperoleh mitra tutur.
menunjuk
sedangkan
mengandung
tindak
Sementara itu, Wijana (32 :
makna
di
atas
untuk
minta
Kalimat langsung
seseorang
(a) yang untuk
mengambilkan kapur, sedangkan kalimat
1996) membagi membagi tindak tutur
(b)
merupakan
tuturan
yang
tidak
menjadi 8, yaitu (1) tindak tutur literal;
langsung menunjuk seseorang untuk
(2)tindak tutur tidak literal; (3) tindak
mengambilkan kapur.
298
Kreidler
(183-194:1998)
menyebutkan bahwa ada enam jenis
3. Peristiwa Tutur Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik
tindak tutur, yaitu : penutur
dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang
menggunakan bentuk tindak tutur ini
melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan
untuk menyatakan apa yang ia ketahui
lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,
atau percayai secara benar. Fungsi asertif
di dalam waktu, tempat, dan situasi
berkaitan dengan apa yang ia ketahui.
tertentu.
a.
Asertif:
Yaitu
Contoh:
interaksi
yang
Merupakan
berlangsung antara seorang pedagang
bentuk tindak tutur yang menyatakan
dan pembeli di pasar pada waktu tertentu
keadaan suatu kejadian.
dengan menggunakan bahasa sebagai
b.
Performatif:
c. Verdikatif: Merupakan bentuk
alat komunikasinya merupakan sebuah
tindak tutur dimana penutur membuat
peristiwa tutur (Abdul Chaer dan Leonie,
suatu accessment tentang tindakan orang
47:2004).
lain. Tindak tutur ini berkaitan dengan
Lebih
lanjut,
Hymes
(dalam
tindakan yang telah dilakukan oleh mitra
Chaer, 48-49:2004) menyatakan bahwa
tutur.
suatu peristiwa tutur harus memnuhi 8 d. Ekspresif: Merupakan bentuk
komponen, yaitu:
tindak tutur untuk mengungkapkan sikap
1. Setting and scene (waktu dan
psikologis penutur terhadap keadaan
tempat tindak tutur berlangsung dan
atau kejadian yang telah lalu.
situasi psikologis pembicaraan).
e. Direktif: Merupakan jenis tindak tutur yang digunakan penutur untuk membuat mitra tutur melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu tindakan. f. Komisif: jenis tindak tutur ini
2. Participants (pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan). 3. Ends (maksud dan tujuan penuturan) 4. Act Sequence (mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran)
merupakan suatu keterikatan penutur
5. Key (mengacu pada nada, cara
untuk melakukan suatu tindakan di masa
dan semangat dimana suatu pesan
yang akan datang yang cenderung
disampaikan).
mengacu pada kepentingan mitra tutur
299
6.
Instrumentalities
(mengacu
berkomunikasi
kita
harus
pada jalur bahasa dan kode ujaran yang
memperhatikan ’keinginan wajah’ orang
digunakan)
lain tersebut. Jika seorang penutur
7. Norm of Interaction and
mengatakan sesuatu yang mengandung
Interpretation (mengacu pada norma
suatu
atau aturan dalam berinteraksi)
harapan individu lain berkenaan dengan
8. Genre (mengacu pada jenis
ancaman
harapan-
nama baiknya sendiri, hal itu disebut sebagai
bentuk penyampaian).
terhadap
’tindak
ancaman
wajah’.
Komponen tutur yang diajukan
Sebaliknya penutur dapat mengatakan
Hymes tersebut tidak berbeda dengan
sesuatu untuk mengurangi kemungkinan
komponen yang diajukan oleh Fishman
ancaman
yang disebut sebagai pokok pembicaraan
penyelamatan wajah’.
sosiolinguistik yaitu who speak, what
’Tindak
language, to whom, when, and what end.
itu
dengan
penyelamatan
’tindak
wajah’
orang lain dapat dilakukan dengan cara
menyatakan
memperhatikan
ialah
suatu
’wajah negatif’. Wajah negatif ialah
peserta
kebutuhan untuk memiliki kebebasan
berinteraksi dengan bahasa dalam cara-
bertindak, sedangkan wajah positif ialah
cara konvensional untuk mencapai suatu
kebebasan untuk dapat diterima. ’Tindak
hasil. Peristiwa di bawah ini termasuk
penyelamatan wajah’ yang diwujudkan
suatu tindak tutur sentral yang nyata,
pada wajah negatif seseorang akan
yaitu ”Sungguh saya tidak menyukai
cenderung
ini,” tuturan tersebut lebih menyerupai
hormat, menekankan pentingnya minat
’keluhan’.
dan waktu orang lain, dan bahkan
4. Tindak Tutur Kesantunan
permintaan maaf atas pemaksaan atau
Yule bahwa
(99:2006)
peristiwa
kegiatan
dimana
tutur
para
’wajah
untuk
positif’ atau
menunjukkan
rasa
a. Kesopanan dan Wajah
penyelaan. Tindakan ini juga disebut
Yule
kesopanan
(106-107:2006)
negatif.
Sedang
’tindak
menyatakan bahwa kesopanan dalam
penyelamatan wajah positif’ seseorang
interaksi adalah alat yang digunakan
atau disebut kesopanan negatif akan
untuk menunjukkan kesadaran tentang
cenderung
’wajah’
kesetiakawanan dan tujuan bersama.
orang
lain.
Dalam
memperlihatkan
rasa
300
menggunakan
kemurahan atau pujian, (4) maksim
bentuk kesopanan ini dapat dilihat
kerendahan hati, (5) maksim kecocokan
sebagai suatu strategi agar tuturan
atau kesepatakan, dan (6) maksim
menjadi santun.
kesimpatian. Dalam mengekspresikan
Kecenderungan
untuk
Dalam berkomunikasi kita akan
maksim-maksim
diatas,
digunakan
sebagai
bentuk-bentuk ujaran impositif, komisif,
suatu konsep yang tegas. Seperti gagasan
ekspresif, dan asertif. Impositif adalah
tingkah laku sosial yang sopan atau
bentuk ujaran yang digunakan untuk
etiket yang terdapat dalam budaya.
menyatakan
Menurut Yule (104:2006) kesopanan
Komisif adalah bentuk ujaran yang
dalam suatu interaksi adalah alat yang
digunakan untuk menyatakan janji atau
digunakan
penawaran. Ekspresif adalah bentuk
memperlakukan
kesopanan
untuk
menunjukkan
perintah
ujaran
Dalam pengertian ini, kesopanan dapat
menyatakan sikap psikologis pembicara
disempurnakan dalam situasi kejauhan
terhadap suatu keadaan. Asertif adalah
dan kedekatan sosial. Memang dalam
bentuk ujaran yang digunakan untuk
tipe pendekatan ini akan ada jenis
menyatakan
kesopanan
diungkapkan.
diasosiasikan
berbeda
dengan
yang
asumsi
digunakan
suruhan.
kesadaran tentang wajah orang lain.
yang
yang
atau
preposisi
Maksim
jarak
untuk
yang
kebijaksanaan
kesenjangan dan jarak kedekatan sosial,
diungkapkan dalam ujaran impositif dan
kekerabatan
komisif. Maksim ini berdasarkan pada
yang
ditengarai
secara
aturan : (a) buatlah kerugian orang lain
linguistik.
sekecil
mungkin,
dan
(b)
buatlah
2. Kesantunan Berbahasa
keuntungan orang lain sebesar mungkin
Kesantunan berbahasa adalah hal
(Leech, 206:1993).
santun
Maksim
penerimaan
atau
tidaknya bahasa dan pemakaian bahasa.
kedermawanan
diungkapkan
dalam
Menurut Leech (24:1993) ada 6 prinsip
ujaran impositif dan komisif dengan
maksim kesantunan, yaitu (1) maksim
aturan: (a) buatlah keuntungan diri
kebijaksanaan, (2) maksim penerimaan
sendiri sekecil mungkin, dan (b) buatlah
atau
kerugian diri sendiri sebesar mungkin.
ikhwal
yang
membicarakan
kedermawanan,
(3)
maksim
301
Maksim kemurahan atau pujian
cara dari yang sangat tidak santun
diungkapkan dalam ujaran ekspresif dan
sampai ke cara-cara yang sangat santun;
asertif berdasarkan pada aturan: (a)
(3) kesantunan terbatas pada verbal,
kecamlah orang lain sedikit mungkin,
padahal peranan bahasa non verbal
dan (b) pujilah orang lain sebanyak
sangat besar. Grice (dalam Pranowo, 4:2007)
mungkin. Kemudian maksim kerendahan
mengemukakan
bahwa
agar tuturan
hati diungkapkan dalam ujaran ekspresif
menjadi santun maka pilihlah ungkapan
dan asertif dengan aturan: (a) pujilah diri
yang tidak meremehkan status mitra
sendiri sesedikit mungkin, dan (b)
tutur. Demi kesantunan dalam bertutur,
kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin.
maka harus diperhatikan bahwa jangan
atau
sampai mitra tutur kehilangan muka.
kecocokan diungkapan dalam ujaran
Pranowo (7:2007) melanjutkan bahwa di
ekspresif dan asertif dengan aturan: (a)
dalam
usahakan agar ketidaksepakatan antara
berkomunikasi
diri sendiri dan orang lain atau antara
adu rasa dan angon rasa. Adu rasa
pembicara dan lawan bicara terjadi
artinya
sesedikit mungkin, dan (b) usahakan
memahami
agar kesepakatan antara diri sendiri dan
Angon rasa artinya mempertimbangkan
orang lain terjadi sebanyak mungkin.
waktu yang tepat berkaitan dengan
Maksim
kesepakatan
Maksim
kesimpatian
masyarakat
Jawa
dalam
menggunakan
mengadu
prinsip
perasaan
tuturan
tidak
dalam
langsung.
kondisi perasaan mitra tuturnya. Di
meningkatkan atau memaksimalkan rasa
samping
simpati kepada orang lain (lawan bicara)
mengemukakan ada 4 prinsip dari ajaran
yang
budaya
mendapatkan
kebahagiaan.
itu,
Jawa
Arsim
untuk
menciptakan
Demikian juga ketika lawan bicara
kesantunan
mendapatkan musibah atau kedukaan
dengan bahasa, yaitu: (1) hormat pada
dan jangan menunjukkan rasa antipati.
orang lain, (2) andap asor (rendah hati),
Leech (207:1993) menyimpulkan bahwa
(1)
semakin
orang
lain
diuntungkan, semakin santun; (2) suatu
(3)
empan
dalam
(2005)
papan
berkomunikasi
(sadar
akan
tempatnya), dan (4) tepa salira (tenggang rasa).
maksud bisa diungkapkan dengan cara-
302
Secara sederhana dikatakan bahwa sikap
D. KESIMPULAN dapat
adalah respon terhadap stimulasi sosial
disimpulkan bahwa bahasa memiliki
yang telah dikondisikan. Jadi, bagi anak
peran
dalam
kata-akata apa yang didengarnya dalam
masyarakat.
keseharian akan ditangkap sebagai hal
Bahasa juga merupakan obyek ilmu
yang sudah dikondisikan demikian dan
yang selalu dikaji dan dianalisis baik
ia tinggal memakainya atau meneruskan.
Dari
uraian
yang
interaksi
di
sangat
antar
atas
penting
anggota
dari sisi linguistik yang mencakup unsur
Kesantunan
berbahasa
bahasa itu sendiri maupun dari sisi non-
merupakan kunci keberhasilan seseorang
linguistik yaitu bahasa dengan unsur di
dalam berkomunikasi dan keteladanan
luar
tutur
guru dalam berbahasa santun akan
kesantunan berbahasa yang dilakukan
menuntut perilaku siswanya pada sikap
siswa
secara
budi pekerti yang luhur. Hal ini karena
verbal dengan gurunya pada saat proses
dalam bahasa tercermin watak dan
belajar
kepribadian
bahasa
tersebut.
dalam
menerima
berkomunikasi
mengajar
dipengaruhi
Tindak
akan
oleh perlakuan
banyak
kebiasaannya bahasa
dari
lingkungan pergaulannya. Hal ini karena
pemakainya.
Semakin
santun pemakaian bahasa seseorang, semakin halus watak dan kepribadian seseorang.
anak masik dalam masa perkembangan kepribadian di mana lingkungan sangat berpengaruh. Perilaku anak termasuk dalam hal berbahasa kadang hanya meniru apa yang didengar dari orangorang di sekitarnya, termasuk dari para guru di sekolahnya. La Pierce (dalam Saifuddin Anwar, 1998) menyebutkan bahwa orang akan merespon stimulus dengan sikapnya, perilaku, antisipatif,
tendensi,
yaitu suatu pola atau
kesiapan
predisposisi
untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial.
303
E. DAFTAR PUSTAKA Augustina, Leonie dan Abdul Chaer. 2004. Sosiolinguistik, Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Saefuddin. 1998. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya (edisi 2). Yogyakarta Pustaka Pelajar. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Kaswanti Purwo, Bambang. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius. Kreidler, Charles .W. 1999. Introducing English Semantics. London: Routledge. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik (Terj). Jakarta: Universitas Indonesia. Levinson, Stephen .C. 1995. Pragmatics. London: Cambridge University Press. Mey, Jacob L. 1993. Pragmatics: an Introduction. Oxford: Blacwell Publisher. P. Sayekti. 1994. Bimbingan dan Konseling Keluarga. Yogyakarta: Menara Mas Offset. Pranowo. 2007. Kesantunan Berbahasa Indoensia sebagai Pembentuk Kepribadian Bangsa. Diambil dari http://pondokbahasa.wordpress.com/2008/11/23/ Searle, Jr. 1996. Speech Act. London: Cambridge University Press. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset. Verschueren, Jef. 1998. Understanding Pragmatics. US: Oxford University Press. Yule, George. 1996. Pragmatics. US: Oxford University Press. ___________. 2006. Pragmatik (Terj). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zamzani. 2007. Kajian Sosiopragmatik. Yogyakarta: Cipta Pustaka.
304