THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
PENINGKATAN SIKAP SISWA DALAM MENGOLAH SAMPAH DI SMK 3 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Musfirah Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan email:
[email protected],ac,id
Abstract Background: The waste generate will reduced by involving active participation of students in the school environment. This study aims to determine the difference and effect of outreach to influence student attitudes in waste management. Health education by intervention with the selection of research subjects Vocational High School (VHS) students still limited to improve the affective domain (attitude). Thus, this research can establish positive behaviors mediated by the attitude of the students who remained and on target. Methods: The study is an experimental research by using a true experiment design types with pretest-posttest control group. Samples were 1st class students of Muhammadiyah VHS 3 with 30 experimental respondents and 30 control respondents by using purposive sampling technique with questionnaire instrument. Data analysis was performed bivariate analisys using Mann Whitney to infer positive and negative effects. Result: The result of research showed that the difference students’s attitude from experiment and control group respondents with the probability value (p = 0.725) before educational intervention whereas the probability value (p = 0.041) after educational intervention on waste management.The influence of attitude through intervention with the attitude’s respondent difference value (p = 0.011). Conclusion: There was a difference in the respondent’s attitude before and after the intervention of waste management concept either the experimental and the control group. In addition, there is positive increase in attitude as a result of the intervention that has been done. It can be manifested into a real acts necessary factor and support from others through health education intervention waste management continuously. Keywords: Attitudes, Experiment, Waste Management
1. PENDAHULUAN Volume sampah yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan keterbatasan lahan untuk pembuangan akhir adalah masalah yang harus segera dipecahkan. Timbulan sampah yang tidak dikelola dengan maksimal dapat menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat. Hal tersebut konsisten dengan laporan Selin, bahwa sebanyak 80 persen dari penyebaran penyakit di negara berkembang diyakini berhubungan dengan buruknya sistem pengelolaan sampah perkotaan (Selin, 2013). Kapasitas sampah di TPA Piyungan sebanyak 1,736 juta meter kubik (m3). Sedangkan total kapasitas di tiga zona di TPA tersebut hanya sekitar 2,4 juta m3. Hasil rekapitulasi volume sampah dari bulan
Oktober tahun 2013 sampai September tahun 2014 sekitar 158.829 ribu ton per tahun (Kartamantul, 2015). Jumlah tersebut meningkat jika terjadi even yang menimbulkan banyak sampah sehingga perluasan area TPA menjadi kebutuhan mendesak (Radar Jogja, 2015). Salah satu langkah strategis perlu dilakukan oleh sumber penghasil sampah dalam meminimalisasi volume sampah yaitu pengelolaan sampah di lingkungan sekolah. Sekolah sebagai tempat berkumpulnya banyak orang dapat menjadi penghasil sampah terbesar selain pasar, rumah tangga, industri dan perkantoran. Sampah sekolah umumnya berjenis sampah kering dan hanya sedikit sampah basah. Sampah kering yang dihasilkan kebanyakan berupa kertas, plastik
1312
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
dan sedikit logam. Sedangkan sampah basah berasal dari guguran daun pohon, sisa makanan dan daun pisang pembungkus makanan. Upaya minimalisasi volume sampah perlu dilakukan dengan melibatkan peran aktif siswa di lingkungan sekolah. Pendidikan wawasan lingkungan yang berkelanjutan terhadap siswa dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini dapat ditempuh melalui identifikasi partisipasi siswa sekolah melalui pendekatan penyuluhan sebagai media edukasi untuk meningkatkan sikap siswa. Pendidikan lingkungan hidup seperti penyuluhan pengolahan sampah yang diberikan kepada siswa idealnya tidak hanya mencakup ranah kognisi saja, namun ranah afeksi juga dalam hal ini sikap siswa. Pembentukan sikap juga dipengaruhi oleh budaya dan orang terdekat. Oleh karena itu, intervensi yang dilakukan akan lebih baik jika tidak hanya dilakukan pada tingkat individu, tetapi pada tingkat komunitas sekolah sehingga perilaku yang muncul lebih mengakar kuat karena antar siswa bisa saling menguatkan satu sama lain. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 3 Yogyakarta merupakan sekolah yang memiliki visi misi “pendidikan yang berwawasan lingkungan” namun belum sejalan dengan tingkat kepedulian dan partisipasi siswa dalam mengolah sampah. Sikap kepedulian tentang pemilahan sampah dan membuang sampah pada tempatnya belum maksimal. Masih ditemukan sampah plastik dan daun yang tidak dibuang pada tempatnya. Hal ini seperti hasil studi yang menyebutkan bahwa umumnya siswamemiliki sikap negatif dalam berpartisipasi menjaga kebersihan lingkungan sekolah sebab menganggap yang paling bertanggung jawab adalah petugas kebersihan bukan siswa (Boiyo, 2015). Selain itu, sikap negatif siswa juga disebabkan oleh faktor ketidaktahuan implikasi dari aksi yang dilakukan (Busteed, et al., 2009). Urgensi penyelesaian masalah ini yaitu merubah sikap siswa dalam membuang sampah menjadi mengelola sampah. Pengambilan subjek pada siswa kelas X SMK
UAD, Yogyakarta
3 Muhammadiyah Yogyakarta dilakukan dengan harapan untuk membentuk perilaku positif yang dimediasi oleh sikap siswa yang tetap dan sesuai target, apalagi didukung oleh mayoritas karakteristik siswa yang dasar keilmuan kejuruan yang paling dekat dengan halpraktek atau terapan. Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian tentang sejauh mana perbedaan sikap siswa sebelum dan setelah penyuluhan tentang pengelolaan sampah dan pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan sikapsiswa dalam pengelolaan sampah. Harapannya kajian ini sebagai upaya dalam mendukung program pemerintah dan sekolah SMK berbasis wawasan lingkungan sehingga mampu menunjukkan prestasi gemilang di kancah nasional maupun internasional. 2. KAJIAN LITERATUR Sampah menurut bahannya dapat dikelompokkan menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik adalah sampah yang mudah diurai oleh organisme. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang sulit diurai sehingga bertahan dalam wujudnya dan zatnya (Mundiyatun dan Daryanto, 2015). Pengelolaan sampah berkelanjutan menjadi kebutuhan akut untuk mengatasi dampak negatif dari sampah dan pelestarian lingkungan. Pengelolaan sampah berkelanjutan dianggap sebagai langkah yang efektif untuk mengurangi biaya pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahan limbah (Apinhapath, 2014). Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah disebutkan bahwa pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Sampah dikelola menjadi tiga tahapan utama yaitu prioritas utama, prioritas kedua, dan prioritas ketiga. Tahapan prioritas utama mengurangi sampah berdasarkan sumbernya, prioritas kedua mengurangi penggunaan sampah secara berlebih (konsep 3R, kompos, dan membeli produk yang dapat di daur ulang dan dimanfaatkan kembali), dan ketiga
1313
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
penanganan sampah di tempat pembuangan akhir sampah. Prioritas pertama dan ketiga pada umumnya diatur oleh pemerintah atau dikerjakan oleh perusahaan swasta. Prioritas kedua pada umunya dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan membantu atau memudahkan pemerintah dalam penanganannya di tempat pembuangan akhir (Miller, 2008) Pengelolaan sampah yang berkelanjutan harus menjadi perhatian semua orang, dari anak-anak, remaja sampai dewasa, kaya ataupun miskin. Pembentukan perilaku pengelolaan sampah berkelanjutan pada siswa sekolah yang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan dapat menjadi role of model bagi perilaku pengelolaan sampah berkelanjutan di keluarga dan lingkungannya (Gusti, dkk., 2015). Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh sikap yang positif. Indikator sikap ditentukan pada perasaan mereka terhadap pengelolaan sampah berkelanjutan, serta ide-ide yang terbentuk sebelumnya yang mungkin mengarah ke sana. Sikap adalah respon tertutup sesorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).Maka dapat disimpulkan bahwa sikap terhadap sampah yaitu masyarakat memiliki respon tertutup terhadap pengelolaan sampah yang meliputi jenis-jenis sampah, sumber-sumber sampah, pengolahan sampah dan keuntungan serta kerugian sampah. Sikap memiliki empat tingkatan, yaitu menerima (receiving) diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek), menanggapi (responding), diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi, menghargai (valuing), diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon., bertanggung jawab (responsible), sikap yang paling tinggi tingkatnya, bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya serta
berani 2010).
mengambil
UAD, Yogyakarta
risiko
(Notoatmodjo,
3. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan true eksperimen Pretest-Posttest with Control Group yang bertujuan untuk mengkaji pengaruh penyuluhan (intervensi) terhadap peningkatan sikap siswa dalam pengelolaan sampah. Penelitian ini dilaksanakan di SMK 3 Muhammadiyah Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini siswa kelas I dipilih secara random yang memenuhi kriteria inklusi penelitianmasing-masing terdiri dari 30 responden untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposvie sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner untuk memperoleh informasi terkait variabel penelitian dan instrumen pendukung seperti kamera digital untuk dokumentasi kegiatan. Analisis data menggunakan bivariate. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan sikap siswa sebelum dan setelah penyuluhan, dan pengaruh yang bermakna intervensi (penyuluhan)bagi peningkatan sikap terhadap pengelolaan sampah menggunakan uji alternatif (nonparametrik) hipotesis komparatif sebab data tidak berdistribusi normal. Uji statistik yang digunakan yaitu uji Mann-Whitneyuntuk dua sampel yang tidak berpasangan. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan true eksperimen Pretest-Posttest with Control Group. Kelebihan dalam penelitian yang menggunakan kelompok kontrol sehingga peneliti mampu mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen (Sugiyono, 2011). Dengan demikian, validitas internal penelitian ini dapat menjadi tinggi dan tentu saja mempengaruhi keakuratan data yang dihasilkan. Berdasarkan pengumpulan data penelitian di lapangan mengenai perbedaan rata-rata sikap responden eksperimen dan kontrol
1314
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
mengenai Pengelolaan Sampah di SMK Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan hasil yang disajikan pada Tabel 1. Tabel
1. Perbedaan Sikap Responden dari Kelompok Eksperimen dan Kontrol Sebelum Penyuluhan dan Setelah Penyuluhan Mengenai Pengelolaan Sampah di SMK 3 Muhammadiyah Yogyakarta
Median (MinMaks) Sebelum Penyuluhan Eksperimen 30 55,0 (45-56) Sikap Kontrol 30 54,0 (44-56) Setelah Penyuluhan Eksperimen 30 51,5 (44-56) Sikap Kontrol 30 50,0 (39-56) Sumber : Data Primer, 2016 Variabel
N
p Value
0,725
0,041
Hasil analisis dengan menggunakan Mann Whitney diperoleh skor sikap responden kelompok ekperimen dan kontrol sebelum penyuluhan, masing-masing memiliki nilai median 55 dan 54 dengan nilai probabilitas (p=0,725) atau di atas nilai alpha 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan secara nyata sikap responden eksperimen dan kontrol sebelum penyuluhan. Hal ini sesuai dengan harapan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan sikap kedua kelompok tersebut dalam pengelolaan sampah sebelum diberikan penyuluhan untuk mendukung hipotesis yang telah ditetapkan. Sedangkan hasil analisis menggunakan Mann Whitneypada tabel 1 menunjukkan skor sikap responden kelompok ekperimen dan kontrol setelah penyuluhan, masing-masing memiliki nilai median 51,5 dan 50 dengan nilai probabilitas (p=0,041) atau masih di bawah nilai alpha 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan secara nyata sikap responden eksperimen dan kontrol setelah penyuluhan. Hal ini sesuai dengan harapan bahwa ada perbedaan yang signifikan sikap kedua kelompok tersebut dalam pengelolaan sampah setelah diberikan
UAD, Yogyakarta
penyuluhan untuk mendukung hipotesis yang telah ditetapkan.
Pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan sikap responden kelompok eksperimen dan kontrol dalam pengelolaan sampah dapat diketahui melalui data perbedaan selisih skor sikap yang dapat disajikan pada tabel 2. Hasil analisis dengan menggunakan Mann Whitney diperoleh skor sikap responden kelompok ekperimen dan kontrol yang masing-masing memiliki nilai median 1,5 dan 4,0 dengan nilai probabilitas (p=0,011) atau masih di bawah nilai alpha 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan secara nyata sikap responden eksperimen dan kontrol. Hal ini sesuai dengan harapan bahwa ada perbedaan yang signifikan sikap kedua kelompok tersebut dalam pengelolaan sampah antara yang diberikan penyuluhan dan kelompok yang tidak mendapat penyuluhan. Tabel 2. Perbedaan Selisih Sikap Responden Kelompok Eksperimen dan Kontrol tentang Penyuluhan mengenai Pengelolaan Sampah di SMK 3 Muhammadiyah Yogyakarta
n Variabel Selisih Eksperimen 30 Sikap 30 Kontrol Sumber : Data Primer, 2016
Median (MinMaks) 1,5 (0-7) 4,0 (0-12)
p Value 0,011
Berdasarkan nilai selisih rata-rata skor pretest dan posttest sikap masing-masing kelompok perlakuan pada tabel 2, menunjukkan bahwa skor sikap responden pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, maka ada perbedaan yang bermakna antara selisih skor sikap pada kelompok eksperimen yang diberi penyuluhan dan kelompok kontrol diberikan penyuluhan dalam bentuk apapun. Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan tentang pengolahan sampah efektif atau berpengaruh positif dalam meningkatkan sikap responden.
1315
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Pada penelitian ini didapatkan hasil yang menjelaskan bahwa ada peningkatan rata-rata dari sebelum dan setelah penyuluhan. Sesuai dengan kemampuan anak sekolah menengah kejuruan akibat materi disajikan lebih menarik dengan gambar-gambar yang disukai responden sehingga materi yang disampaikan lebih mudah diingat. Selain itu, tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh siswa tentang pengelolaan sampah sudah cukup baik sehingga memudahkan peneliti dalam penyampaian materi dan tingkat sikap siswa secara statistik turut meningkat. Hal ini sejalan dengan laporan yangmengungkapkan pembentukan sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media masa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan faktor emosional (Azwar, 2011). Berdasarkan paparan tersebut maka pendidikan sangat penting untuk membentuk sikap positif terhadap minimisasi sampah sehingga diharapkan dapat meningkatkan perilaku minimisasi sampah Dasar pendidikan responden sebenarnya sudah cukup baik dan memadai untuk mengerti materi penyuluhan tentang pengelolaan sampah yang disampaikan melalui metode ceramah interaktif sehingga responden sangat aktif dalam memperhatikan penyuluhan. Sikap merupakan kesiapan yang konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa sikap adalah faktor perasaan atau emosi dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi (Purwanto, 2007).Secara teoritis, sikap berhubungan dengan derajat kesukaan atau ketidaksukaan seseorang terhadap objek yang dihadap atau dengan kata lain sikap menyangkut kesiapan individu untuk bereaksi terhadap objek tertentu berdasarkan konsep penilaian positif/negatif (Surharyat, 2009). Sikap merupakan faktor perasaan atau emosi dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecendrungan untuk bereaksi (Purwanto, 2007). Pengetahuan yang benar atau kategori baik tentu saja dapat dibentuk dengan cara
UAD, Yogyakarta
memperoleh informasi benar maka akan dipersepsikan atau terbentuk sikap positif, sehingga membentuk intensi perilaku yang positi pula (Mbebu, 2014). Pengetahuan ternyata mempengaruhi sikap yang terbentuk dan berperan penting dalam penerapan perilaku. Dalam mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan pendidikan kesehatan dan faktor dukungan dari pihak lain. Oleh karena itu, dukungan pihak sekolah, orang tua, penyuluh kesehatan atau konsultan lingkungan yang memadai sangat berpengaruh terhadap sikap siswa dalam melakukan tindakan penerapan pengolahan sampah (Notoatmodjo, 2012). Hasil penelitian ini konsisten dengan pernyataan sebelumnya bahwa seseorang yang bersikap baik nantinya akan mewujudkan praktik yang baik agar menjadi suatu perbuatan atau tindakan yang nyata. Oleh karena itu, diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang mendukung, antara lain : fasilitas, sarana dan prasarana, dan dukungan dari pihak lain. Hal ini terbukti bahwa setelah pemberian perlakuan nilai sikap yang didapat meningkat. Hasil penelitian lain juga menegaskan ada pengaruh positif pendidikan atau penyuluhan daur ulang sampah terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa (Williams, 2011). Penelitian dini dilakukan pada sekolah dalam upaya meningkatkan implementasi kurikulum sekolah tentang pendidikan lingkungan. Adapun keterbatasan pengukuran sikap yaitu menyebutkan bahwa umur responden yang masih muda secara statistik sikap siswa sebelum dan sesudah penyuluhan mengalami peningkatan dimana hal ini dapat disebabkan oleh sikap siswa yang memang sudah mendukung pengelolaan sampah disekolah ataupun dalam pengisian lembar angket siswa tersebut mengikuti jawaban teman sebayanya ataupun memberikan jawaban yang benar tetapi tidak sesuai dengan sikap mereka sebenarnya (Notoatmodjo, 2003). Pengelolaan sampah di lingkungan sekolah membutuhkan perhatian serius dari semua pihak. Sebagian besar penghuninya adalah siswa tidak menutup kemungkinan pengelolaannya pun belum optimal. Namun
1316
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
juga bisa dipakai sebagai media pembelajaran bagi siswa-siswinya. Melalui penyuluhan pengolahan sampah ini merupakan salah satu upaya dalam optimalisasi program sekolah berwawasan lingkungan seperti yang diprioritaskan oleh SMK 3 Muhammdiyah 3 Yogyakarta. Optimalisasi program ini bisa ditempuh dengan cara membentuk kader peduli sampah melalui organisasi internal sekolah dan memberlakukan kurikulum pendidikan lingkungan hidup dengan salah satu materi kajian pengelolaan sampah yang berkelanjutan dalam bentuk pembelajaran bersifat teoritis maupun praktek. 5. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan, yaitu ada perbedaan sikap siswa kelas 1 SMK 3 Muhammadiyah Yogyakarta yaitu tidak ada perbedaan secara nyata sikap responden ekperimen dan kontrol dengan nilai probabilitas(p=0,725) sebelum penyuluhan sedangkan setelah penyuluhan tentang pengelolaan sampah 3R baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol terdapat perbedaan secara nyata sikap responden eksperimen dan kontrol dengan nilai p < 0,05 yaitu (p = 0,041). Selain itu, ditemukan ada pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan sikap siswa kelas 1 SMK 3 Muhammadiyah Yogyakarta dalam pengelolaan sampah 3R dengan nilai p < 0,05. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p Value selisih sikap (p=0,011). Dengan demikian, penyuluhan efektif meningkatkan sikap siswa dalam mengolah sampah. 6. SARAN Sikap positif siswa dalam mengelola sampah perlu diapresiasi lebih lanjut oleh pihak sekolah melalui implementasi kebijakan sekolah yang berwawasan lingkungan melalui kegiatan ekstrakurikuler sekolah sehingga terbentuk komunitas remaja peduli sampah sehingga. Selain itu, peran aktif kader kesehatan lingkungan dan akademisi dalam memberikan edukasi pengelolaan sampah yang bernilai guna dan berkelanjutan.
UAD, Yogyakarta
7. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing terhormat dan selaku reviewer dalam Penelitian skim Dosen Pemula (PDP) atas nama ibu Dr. Surahma Asti Mulasari, S.Si., M.Kes., beserta pihak Lembaga Penelitian dan Pengembangan (LPP) Universitas Ahmad Dahlan yang telah menyediakan dana penelitian skim PDP ini.
8. REFERENSI Apinhapath, C. 2014. Community Mapping and Theory of Planned Behavior as. Journal of Waste Management. page 1–8. Azwar, S. 2011. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya Edisi ke-2. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Boiyo, V., Koech. M., Manguriu, D. 2015. Environmental Attitudes and Ecological Behaviour among Students: A Case Study of Kibera and Kasarani Division in Nairobi, Kenya. International Journal of Interdisciplinary Research and Innovations. ISSN 2348-1226 (online)Vol. 3, Issue 1, pp: (50-59), Busteed M., Palkhiwala, K., Roma M. and Shah B., 2009. Recycling Attitudes and Behaviors of Students at Carlos Pascua Zúñiga High School.An Interactive Qualifying Project Report. Worcester Polytechnic Institute. December 16, 2009. Page 1-34. Gusti, A., Isyandi, B., Bahri, S., Afandi, D., 2015. Faktor Determinan Intensi Perilaku Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas.e-ISSN 2442-6725 .9 (2) hal 65-72.
1317
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Kartamantul. 2015. Pengelolaan Sampah. kartamantul.jogjaprov.go.id, diakses tanggal 25 November 2015 di Yogyakarta. Mbembu (2014). Perilaku Bersih dan Sehat Pada Anak Sekolah Usia 7-10 Tahun. Jurnal of Pediatric Nursing. Vol. 01, No. 03, Hal. 115-118. Miller.
2008. Environmental Thomson Press. Canada.
Science.
Mundiyatun, Daryanto. 2015. Sanitasi Lingkungan dalam Agng Suprihatin (ed). Pengelolaan Kesehatan Lingkungan. Gava Media. Yogyakarta. Notoatmodjo, S., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
UAD, Yogyakarta
Surharyat, Y., 2009. Hubungan Antara Sikap, Minat Dan Perilaku Manusia, Jurnal Psikologi, Vol. 1 No. 2. Williams. H. 2011. Examining the Effects of Recycling Education on the Knowledge, Attitudes, and Behaviors of Elementary School Students. Outstanding Senior Seminar Papers: Creating a Sustainable Society Final Report. November 28, 2011 in Illinois Wesleyan University. Page 1-41. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. www.sanitasi.net/undangundang-no-18-tahun-2008-tentangpengelolaan-sampah.html, diakses tanggal 20 Januari 2017 di Yogyakarta]. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4851. Jakarta.
Notoatmodjo, S., 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta . Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT.Rineka Cipta. Jakarta. Purwanto, M.N., 2007. Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Radar Jogja. 2015. Terancam Penuh, TPA Piyungan Diperluas Lagi. http://www.radarjogja.co.id/blog/20 15/03/11/terancam-penuh-tpapiyungan-diperluas-lagi/, diakses tanggal 20 November 2015 di Yogyakarta. Selin, E. 2013. Solid waste management and health effects: A qualitative study on awareness of risks and environmentally significant behavior in Mutomo. UMEA Universitet. Kenya. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta. Bandung.
1318