Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA POHIMAJI SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 06 BATU SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015 – 2016 Alise Nur Saadah SMP Negeri 06 Kota Batu
[email protected] Abstrak: Kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII E SMP Negeri 6 Batu masih kurang maksimal disebabkan siswa belum mampu memilih dan memilah diksi yang puistis yang akan digunakan dalam menulis puisi. Hal ini diketahui berdasarkan observasi hasil karya puisi siswa yang memperoleh KKM berjumlah 22%. Untuk mengatasi kondisi tersebut dipilih media gambar pohon imajinasi. Media pohon imajinasi ini dapat membantu siswa menemukan pilihan kata/diksi yang puitis yang diperlukan dalam menulis sebuah puisi. Hasil penelitian siklus 1, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 69% dan pada siklus 2 menjadi 87%. Hal ini menunjukan terjadi peningkatan sebesar 18%. Artinya hasil yang dicapai tersebut telah memenuhi target yang ditetapkan. Peningkatan nilai hasil ini membuktikan bahwa pohon imajinasi menjadi kerangka puisi yang dapat menuntun siswa untuk menghasilkan puisi dengan kualitas tulisan yang lebih baik. Kata kunci: kemampuan menulis puisi, pohon imajinasi
Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan mempersiapkan siswa untuk melakukan interaksi yang bermakna dengan bahasa yang alamiah. Kurikulum 2006 Bahasa Indonesia untuk sekolah menengah pertama mengamanatkan bahwa tujuan umum pembelajaran bahasa Indonesia adalah (1) siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial, (2) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa secara lisan maupun tulis, (3) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk pengembangan pribadi, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (4) siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia (Depdiknas, 2004:3-4). Tujuan umum tersebut memberikan arahan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah pertama bermuara pada penggunaan bahasa Indonesia oleh siswa. Penggunaan tersebut haruslah didasari oleh beberapa hal, yaitu (1) pengetahuan dan kemampuan yang memadai tentang mendengar, berbicara, membaca, dan menulis, (2) berbahasa Indonesia yang baik dan benar, dan (3) pemahaman tentang aspek kesastraan. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa diharapkan mampu memiliki kemampauan menyimak, berbicara, membaca dan menulis yang tercakup dalam keterampilan berbahasa dan sastra. Keterampilan berbahasa dan sastra dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini harus terintergasi dalam semua keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu, peran guru amatlah penting dalam proses pembelajaran, karena harus mampu memberikan metode, strategi, dan media pembelajaran yang strategis, inovatif, dan menarik sehingga siswa mampu menguasai keempat keterampilan berbahasa dalam pelajaran bahasa Indonesa. Artinya siswa harus menguasai keempat keterampilan tersebut secara seimbang. Namun, pada kenyataannya, keterampilan menulislah yang sangat kurang digemari oleh siswa, terutama keterampilan menulis sastra, terutama puisi. Hal ini
796
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
dikarenakan siswa mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide, perasaan, dan pikiran melalui tulisan. Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa produktif. Hal itu membutuhkan banyak latihan dan upaya yan harus dilkukan secara terus-menerus dan bertahap. Keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis (Abbas, 2006:125) Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif (Tarigan, 1998:4) Menulis tidak datang secara otomatis melainkan harus melalui latihan. Kegiatan menulis bertujuan untuk mengungkapkan fakta-fakta, pesan sikap, dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada para pembacanya. Artinya, pembelajaran menulis dititikberatkan pada keterampilan mengungkapkan perasaan secara tertulis, menuliskan informasi sesuai dengan konteks dan situasi, meningkatkan kegemaran menulis, serta meningkatkan ilmu pengetahuan sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga dengan pembelajaran menulis sastra, khususnya puisi. Pembelajaran menulis sastra diharapkan mampu menumbuhkan dan meningkatkan daya imajinasi dan apresiasi sastra yaitu penghayatan terhadap nilai seni yang terkandung dalam sastra khususnya puisi melalui unggkapan perasaan, ide, gagasan lewat tulisan. Hasil pembelajaran sastra, khususnya pembelajaran menulis puisi di kelas VII E kurang maksimal karena masih banyak nilai siswa yang kurang dari KKM. Dari 34 siswa kelas VII E hanya 22% siswa yang memperoleh nilai di atas KKM yaitu nilai 70. Padahal menulis puisi adalah salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Berdasarkan observasi diketahui bahwa hal ini disebabkan oleh kondisi yang kurang kondusif, yaitu (1) siswa belum mampu memilih dan memilah kata apa yang akan digunakan untuk mengawali sebuah puisi, (2) siswa belum mampu memilih pengalaman yang akan ditulis menjadi puisi, (3) siswa belum mampu mentukan judul puisi yang dikembangkan berdasarkan pengalaman mereka, (4) siswa lemah dalam diksi, (5) siswa belum mampu mengimajinasikan kata-kata sehari-hari menjadi kata-kata puitis, (6) siswa belum mampu mengekspresikan perasaan melalui diksi, dan (7) siswa ragu-ragu dengan kata-kata yang mereka tuliskan (sudah puitis atau belum). Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut, peneliti bersama teman sejawat berkolaboratif melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan media pohon imajinasi untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa, terutama dalam mememilih dan menentukan pilihan kata. Media pohon imajinasi adalah sebuah media gambar yang dibuat peneliti untuk memotivasi dan menarik siswa dalam menulis sebuah puisi, yang merupakan visualisasi gambar peta pikiran. Media ini berisi gambar sebuah pohon yang di dahannya diberi satu kata yang merupakan kata kunci dari peristiwa atau pengalaman siswa untuk dilanjutkan siswa dalam bentuk dahan dan ranting. Dahan dan ranting yang telah dibentuk dari kata dalam pohon tersebut, siswa dapat menyusun larik-larik puisi yang indah dari pilihan kata yang mereka temukan dan sesuai dengan aturan dalam menulis sebuah puisi. Media pohon imajinatif merupakan perwujudan dari metode Peta Pikiran atau yang aslinya bernama Mind Mapping, yang telah dimodifikasi dan dikembangkan sesuai kebutuhan siswa. Metode ini merupakan satu teknik mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita (Buzan, 2008: 4) Dengan menggunakan Peta Pikiran, siswa akan terbantu dalam menulis karena Peta Pikiran akan memandu mereka menulis dengan rincian gagasan yang tepat. Peta Pikiran akan menjadi kerangka tulisan mereka. Selama proses menulis, mereka juga dapat menambahkan ide pejelas yang diperlukan. Kreativitas mereka juga akan mendapat tempat. Metode Peta Pikiran sebenarnya bukanlah hal baru. Dalam dunia pembelajaran, sistem ini telah digunakan selama bertahun-tahun. Sistem ini ditemukan dan dipopulerkan di awal tahun 1970 oleh Dr. Tony Buzan, seorang penulis dan konsultan guruan kelahiran Inggris. Artinya, sistem ini telah teruji cukup lama (Alamsyah, 2009: 20).
797
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Dalam metode Peta Pikiran tersebut, pertama-tama siswa menulis satu kata kunci utama sesuai dengan tema yang dipilih berdasarkan jenis teks yang akan dilatihkan. Kata kunci utama tersebut diletakkan di tengah kertas. Kata kunci itu kemudian dijabarkan dalam cabang-cabang yang diisi kata-kata kunci lain sebagai subunsur pendukung atau penjelas kata kunci utama. Pada dasarnya, dengan metode ini, siswa dituntun untuk membuat perencanaan sebelum menulis teks. Bila dalam perencanaan tulisan sering dikenal dengan pembuatan kerangka karangan (outlining), maka dalam Peta Pikiran, out-lining tersebut berupa kata kunci yang dilengkapi dengan gambar berwarna yang dipetakan. Selain lebih menarik, kelebihan lain dari Peta Pikiran ini adalah siswa dapat menambah kata kunci di mana pun jika di tengah kegiatan menulis mendapatkan ide baru. Peta Pikiran tersebut dapat terus berkembang sesuai dengan keinginan penulisnya. Dengan demikian, siswa dibebaskan untuk menulis apapun sesuai dengan keinginan serta kreativitas. Di samping itu, simbol serta gambar berwarna yang digunakan berpotensi mengoptimalkan fungsi kerja otak kanan yang memacu kreativitas serta imajinasi sehingga diharapkan siswa tidak kehabisan ide dalam menulis teks. Karena bentuknya yang demikian, Peta Pikiran disebut juga dengan diagram radial hirarkis nonlinier. Berdasarkan hal tersebut, penggunaan gambar pohon imajinasi ini merupakan salah satu visualisasi gambar peta pikiran yang digunakan sebagai sarana untuk memberikan inspirasi siswa dalam berkreasi, berimajinasi, dan berapresiasi dalam menulis sebuah puisi. Gambar pohon imajinasi digunakan sebagai metode atau strategi yang sama dengan peta pikiran, dimana pusat pohon berupa tema sedangkan dahan-dahan diisi dengan pilihan kata/diksi yang sesuai dengan tema dan bersifat puitis. Gambar pohon imajinasi ini memang sering digunakan dalam pembelajaran menulis, tetapi dalam pembelajaran menulis puisi ini penulis menggunakan gambar pohon imajinasi untuk mengajak siswa bernalar dan berfikir secara imajinatif.
Gambar 1. Pohon Imajinasi
Berdasarkan uraian di atas, penggunaan gambar pohon imajinasi dalam pembelajaran menulis puisi diharapkan akan mampu memberikan respon positif pada diri siswa. Dengan gambar, pembelajaran menulis puisi akan mudah siswa diarahkan pada suatu tema atau topik tertentu. Penggunaan media gambar adalah suatu upaya yang diharapkan mampu merangsang pola pikir, wawasan, penalaran, dan imajinasi siswa. Penggunaan media gambar juga merupakan salah satu sarana memberikan inspirasi siswa dalam berpendapat, berkreasi, berimajinasi dan berapresiasi yang lebih bervariatif. Pemanfaatan media gambar dalam penelitian untuk pembelajaran menulis puisi pernah dilakukan oleh Ratnawati (2015). Namun, Ratnawati menekankan pada penggunaan media gambar untuk menulis puisi. Hasil penelitian itu menginformasikan bahwa media gambar benda (bunga) dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi. Penelitian sejenis dilakukan oleh Yusniar (2014).Hasil dari penelitian tersebut menginformasikan terjadinya peningkatan kemampuan menulis puisi dengan media gambar keindahan alam. Dengan demikian gambar sangat penting bagi siswa untuk membangkitkan skemata siswa dalam pembelajaran menulis puisi karena gambar merupakan media yang cukup menarik minat siswa dan mempunyai daya tarik tersendiri.
798
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Dari dasar itulah, maka peneliti akan berusaha memanfaatkan gambar pohon imajinatif sebagai media pembelajaran menulis. Media gambar pohon imajinasi ini merupakan visualisasi gambar peta pikiran yang berupa media gambar yang cukup menarik sehingga pemanfaatan media gambar pohon imajinatif ini tentunya layak digunakan karena mampu menjadi sarana meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Metode Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan dalam upaya perbaikan kualitas dan hasil pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus (countinous improvement). Desain penelitian yang digunakan mengacu pada model Kemmis dari M.C. Taggart (Arikunto, 2009:16) yang terdiri atas empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan ini dilakukan dalam dua siklus, yang masing-masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Setiap siklus terdiri atas dua pertemuan. Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2016 untuk pertemuan pertama dan tanggal 17 Maret 2016 untuk pertemuan kedua. Siklus kedua dilaksakan pada tanggal 23 Maret untuk pertemuan pertama dan tanggal 30 Maret untuk pertemuan kedua. Adapun tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 06 Batu yang beralamat di Jalan Raya Giripurno nomor 284 Bumiaji,kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Untuk subyek penelitian adalah siswa kelas VII E semester II tahun pelajaran 2015 – 2016. Peserta kelas kelas VII E berjumlah 33 yang terdiri 17 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Arikunto 2011:220). Obsevasi dilakukan untuk pengambilan data aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar, serta dukumen yang berupa hasil pekerjaan siswa, RPP, dan foto kegiatan pembelajaran siswa. Sedangkan untuk teknik pengumpulan data hasil diambil dari hasil menulis puisi siswa setelah mereka belajar menulis puisi dengan rangsangan gambar pohon imajinasi. Teknik analisis data yang digumakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Untuk instrumen pengumpulan data peneliti menggunakan lembar observasi dan lembar hasil kerja siswa. Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil jika 85% siswa menguasai kompetensi dasar menulis puisi dan terjadinya peningkatan motivasi siswa selama proses belajar berlangsung. Penguasaan kompetensi siswa dilihat dari hasil tes keterampilan menulis sebuah puisi berdasarkan pengalaman yang pernah dialami. Peningkatan motivasi siswa diketahui dari hasil observasi selama proses pembelajaran.. Hasil dan Pembahasan Langkah-langkah pembelajaran menulis puisi pada siklus I terdiri atas dua kali pertemuan yang terdiri atas dua kali tatap muka untuk pembelajaran, dan satu kali pertemuan untuk tes. Masingmasing pertemuan menggunakan tahapan-tahapan pembelajaran: orientasi, merumuskan masalah, membangun hipotesis, menguji jawaban, dan menarik kesimpulan. Siklus I Pembelajaran diawali dengan mengkordinasikan siswa dalam kelas dengan memberikan motivasi, semangat, dan dorongan dalam belajar. Kemudian guru menunjuk satu siswa untuk membacakan sebuah puisi. Setelah pembacaan puisi, guru berdialog dengan siswa seperti kutipan (1) berikut ini. Guru : “Puisi yang dibacakan oleh teman kalian, apa isi dari puisi tersebut? Siswa : “Kerinduan.”
799
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Siswa Siswa Guru
: : :
Siswa Siswa Guru
: : :
Siswa Guru
: :
Siswa Siswa Siswa Guru
: : : :
“Kesedihan seorang anak.” “Kasih sayang ibu.” “Bagus semua jawaban dari kalian, kerinduan seorang anak kepada ibunya. Coba sekarang kira-kira peristiwa apa yang dialami oleh penyair?” “Ibunya pergi jauh” “Ibunya mati.” “Iya...Bagus, penyair ditinggal mati oleh ibunya, penyair menggunakan kata/diksi apa? “Bunga lily” “Bagus, jadi penyair rindu kepada ibunya karena ibunya meninggal, Nah, coba peristiwa apa yang pernah kalian alami?” “Jatuh dari sepeda.” “Nenek meninggal dunia” “Ayah kerja di Taiwan.” “Bagus, Nah, anak-anak, tujuan pembelajaran hari ini adalah menulis puisi berdasarkan peristiwa yang pernah kalian alami.
Dari awal dialog tersebut, terlihat siswa sangat antusias dalam pengikuti pembelajaran menulis puisi. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mengacungkan tangan dan saling bersautan saat diminta menjawab pertanyaan guru. Antusias siswa ini menandakan siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Proses ini sesuai dengan pendapat Sudiana (2005:91) keberhasilan suatu pembelajaran sangat ditentukan oleh motivasi siswa. Motivasi peserta belajar selama proses pembelajaran didasarkan pada aspek motivasi keaktifan, keanusiasan, dan keceriaan selama belajar (Zubaidah, 2006:5). Guru melanjutkan dengan menunjukan g ambar pohon imajinasi untuk diisi dengan salah satu peristiwa. Guru menempelkan gambar pohon imajinatif di papan tulis dan menanyakan peristiwa apa yang akan diisikan dalam gambar pohon imajinatif. Kemudian siswa diajak untuk memilih diksi dari peristiwa yang dipilih. Pengisian gambar pohon imajinatif terlihat dalam kutipan dialog (2) berikut
Gambar 2. Hasil Pengisian Pohon Imajinasi
Guru
:
Siswa
:
“Ayo, peristiwa apa yang akan kita pilih untuk dimasukkan dalam pohon imajinatif ini?” “Ayah bekerja di Taiwan.”
800
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Siswa Siswa Guru
: : :
Siswa Siswa Siswa Guru
: : : :
“Ibu bekerja di Arab Saudi.” “Ditinggal ibu karena mati.” “Baik, kalau begitu kita pilih diksi ibu.” Nah, kata ibu, kita tulis dibagian tengah pohon, dan sekarang kita pilih lagi kata-kata yang berkaitan dengan kata ibu.” “Kasih sayang” “Mengandung” “Membela.” “Bagus, kalian sudah dapat memilih kata-kata/diksi yang dapat digunakan untuk menulis sebuah puisi.”
Dialog di atas menunjukan bahwa siswa tertarik dan lebih antusias mengikuti proses pembelajaran menulis puisi dengan mengikuti setiap tahapan yang harus dilalui yang telah dituangkan secara jelas dalam LKS. Hal ini tampak pada keantusiasan dalam kegiatan pencarian ide (berpikir), membuat catatan-catatan kecil tentang ide yang diperoleh setelah membaca contoh-contoh puisi pada awal pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Yamin dan Antasari (2009:85) tahap think atau berpikir mencari ide dapat dilihat dari aktivitas siswa setelah membaca suatu teks yang kemudian membuat catatan apa yang telah dibacanya. Dalam menulis catatan, siswa dapat membedakan dan mempersatukan ide kemudian menterjemahkan dalam bahasanya sendiri. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas empat dan tiga siswa. Setelah siswa duduk berkelompok, guru membagikan gambar pohon imajinasi dan kelompok berdiskusi mendata peristiwa yang pernah dialami kemudian memilih tiga peristiwa untuk dituliskan pada lembar kerja dan memilih satu peristiwa untuk dimasukkan dalam gambar pohon imajinasi dan dikembangkan untuk memilih kata-kata yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Saat berdiskusi kelompok ada siswa dalam kelompok yang kurang jelas dengan apa yang harus mereka lakukan. Pertanyaan siswa terlihat pada kutipan dialog (3) berikut. Siswa Guru
: :
“Peristiwa apa saja yang boleh dimasukkan dalam gambar ini?” “Peristiwa yang pernah kalian alami, bisa gembira, bisa sedih, kemudian pilih satu kata kunci untuk memilih kata yang sesuai dengan kata kunci tersebut.”
Dialog di atas menunjukkan guru memberikan orientasi dan elisitasi yang diperlukan untuk membangkitkan minat siswa terhadap topik yang dibahas. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Robert E Yager (dalam Rosalin, 2008:15) mengatakan bahwa siswa dituntun agar mau mengemukakan gagasan intuitifnya sebanyak mungkin tentang apa yang mereka amati dalam lingkungan hidupnya sehari-hari. Ada pula kelompok yang sudah memahami dan menanyakan apakah boleh dahan dan ranting dalam pohon imajinasi ditambah. Guru memperbolehkan untuk menambah bahan dan ranting seperti dalam kutipan dialog (4) berikut. Siswa
:
Guru
:
“Bu, saya sd menentukan kata „ayah‟ dan sudah memilih kata-kata yang berkaitan dengan kata „ayah‟ tapi masih kurang dahan dalam gambar pohon imajinasi ini? “Boleh, kalian boleh menambah dahan dan ranting sebanyak-banyaknya jika memang masih diperlukan.”
801
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Dari dialog di atas terlihat siswa sangat termotivasi dengan gambar pohon imajinasi untuk menulis puisi dari peristiwa yang mereka alami. Media gambar dapat menjadi motivasi bagi siswa dan merangsang imajinasi siswa. Imajinasi adalah penggerak kreativitas (Roekhan, 1990; Siswanto, 2011). Dengan terangsangnya imajinasi siswa, kreativitas siswa pun meningkat. Kreativitas yang meningkatkan akan mendorong siswa menggunakan segala potensi menulis yang dimilikinya sehingga memudahkan siswa menuangkan hasil pemikirannya dalam pilihan kata yang tepat dan larik-larik puisi yang menarik. Hal ini sesuai dengan Hartanto (2008) proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus kepada anak didik agar terjadi respon yang positif pada diri anak didik. Setelah kelompok berdiskusi mengisi gambar pohon imajinasi dengan pilihan kata/diksi kemudian secara berkelompok menyusun larik-larik puisi dengan kata-kata yang terdapat dalam pohon imajinasi. Kemudian dilanjutkan dengan menyusun larik-larik menjadi bait-bait puisi. Pada proses penyusunan larik dalam kelompok, masing-masing anggota kelompok mengungkapkan ide dalam menuliskan larik-larik puisi. Dalam proses ini, guru memberikan bimbingan pada setiap kelompok. Setelah menjadi puisi hasil kerja kelompok, dilanjutkan dengan menukar hasil kelompok dengan kelompok lain untuk diberi tanggapan dan komentar. Komentar yang diberikan pada kelompok dititik beratkan adanya judul, pilihan kata sesuai dengan pilihan kata yang diisikan dalam pohon, isi sesuai dengan peristiwa yang dipilih, dan menggunakan rima atau tidak. Pada kesempatan ini ada satu kelompok yang menyunting puisi tetapi berbentuk narasi, kutipan dialog (4) berikut. Siswa Guru
: :
“Bu, ini puisinya kok seperti cerita?” “Gak, pa-pa, nanti diberi masukan untuk disederhanakan, ada kata-kata yang perlu dihilangkan sehingga menjadi sebuah puisi.”
Dari dialog di atas, diketahui masih ada siswa dan kelompok yang belum memahami menulis puisi. Kemudian guru menyarankan untuk memberikan masukan tanggapan untuk menyederhanakan kalimat sehingga dapat menjadi sebuah puisi. Selanjutnya secara kelompok memperbaiki puisi berdasarkan masukan dari kelompok lain dan dilanjutkan presentasi pembacaan puisi di depan kelas. Saat presentasi di depan kelas, kelompok lain memberikan tanggapan dan komentar. Presentasi merupakan publikasi hasil karya siswa yang dilakukan dalam rangka memperoleh masukan dari orang lain terhadap teks yang telah disusun. Kegiatan tukar pikiran yang dilakukan dalam publikasi dapat membantu penulis menyempurnakan tulisannya. Masukan dapat diperoleh dari teman sendiri dalam kelompok kecil, dari guru, atau dari khalayak ramai ketika publikasi dilakukan melalui media cetak.
Gambar 3. Presentasi Pembacaan Hasil Menulis Puisi
802
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Proses selanjutnya guru memberikan penguatan tentang pemilihan kata/diksi, judul, rima/sajak, dan isi puisi berdasarkan peristiwa yang pernah dialami berdasarkan gambar pohon imajinasi dalam penulisan puisi. Pada pertemuan kedua, pembelajaran diawali dengan pembacaan doa, pemberian salam, dan absensi siswa. Setelah itu guru bertanya jawab tentang pembelajaran sebelumnya, kutipan dialog (5) berikut. Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru
: : : : : : :
Siswa Guru
: :
Pesera didik Siswa Guru
: : :
Siswa
:
“Apa yang kita pelajari pada pertemuan yang lalu, ya Abiyasa?” “Menulis puisi dengan gambar pohon imajinasi.” “Bagus, apa saja yang harus diperhatikan dalam menulis puisi, Ayu?” “Pilihan kata dan tema.” “tepat, coba sekarang Albrani?” “Sajak.” “Sekedar mengingatkan, apa yang dimaksud dengan pilihan kata? Ayo Albela?” “Pilihan kata adalah ..... “Nah, sekarang Ibu bertanya, “Bagaimana perasan kalian saat menulis sebuah puisi?” “Sedih, Bu, karena ingat pada ayah.” “Senang karena ingat ketika dapat hadiah dari orang tua.” “Bagus, sekarang tujuan pembelajaran kita hari ini adalah menulis puisi berdasarkan peristiwa yang pernah kalian alami secara individu.” Masih ingat gambar pohon imajinasi?” “Masih.”
Kutipan dialog di atas, menandakan siswa masih mengingat apa yang telah diajarkan pada pembelajaran sebelumnya. Siswa terlihat antusias saat menjawab pertanyaan guru dan siap untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya. Langkah berikut adalah siswa duduk secara berkelompok, namun menulis puisi secara individu. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang bisa dapat membantu siswa yang kurang bisa. Selanjutnya guru membagikan gambarkan pohon imajinasi pada setiap siswa kemudian setiap individu mendata dan mengidentifikasi peristiwa. Dilanjutkan memilih satu peristiwa/pengalaman yang dimasukkan dalam pohon imajinasi dan memasukkan pilihan kata yang sesuai dengan peristiwa yang dipilih. Pada langkah ini ada salah satu siswa yang belum paham sama sekali dengan apa yang diperintahkan, seperti kutipan dialog (6) berikut. Siswa
:
Guru Siswa
: :
Guru Siswa
: :
“Bu, ini saya isi dengan hobi saya, yang ini saya isi dengan kata sepak bola, renang, bola voli, dan basket?” “Ada teman yang bisa menjelaskan?” “Diisi dengan kata, misalnya kata sahabat, dilanjutkan dengan kata yang berhubungan dengan kata sahabat” “Bagus, misalnya, ayo siapa bisa membantu?” “Tempat curhat, teman akrab”
Dari dialog terlihat ada siswa yang kurang paham kemudian dibantu oleh siswa lain. Hal ini menandakan adanya saling membantu antara satu siswa dan siswa lain. Menurut Nurhadi (2004:61) dalam pembelajaran kooperatif/kelompok guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa
803
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
merasa saling membutuhkan dan saling ketergantungan yang positif, yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Setelah mendata kata dalam pohon imajinasi, siswa menyusun kata-kata tersebut dalam lariklarik puisi, dilanjutkan menyusun larik-larik tersebut menjadi bait-bait puisi. Langkah berikutnya adalah siswa menukar hasil menulis puisi dengan hasil karya siswa lain untuk diberi tanggapan tentang judul, pilihan kata, isi, dan menggunakan sajak atau tidak. Masih seperti saat menyusun puisi secara kelompok, ada siswa yang menulis puisi seperti cerita. Jatuh dari sepeda Sepedaku Adalah sepeda pemberian orang tuaku Karena kegemaranku Bersedpeda setiap hari Bersepeda adalah kegemaranku Hatiku riang mengayah sepedaku Aku merasa semua beban hilang Hingga suatu hari Aku terperosok ke selokan Sungguh banyak memoriku Bersepeda itulah salah satunya Memori bersepedaku Refleksi dilakukan dalam bentuk pembacaan dan penafsiran kembali hasil penilaian dari kinerja siswa dalam menulis puisi dan catatan lapangan dari proses pembelajaran. Setelah dianalisis diketahui bahwa 69% siswa masih mendapat skor di bawah KKM (70). Puisi siswa sebagian besar belum menunjukkan keutuhan pengungkapan gagasan, diksinya masih kurang tepat dan kurang puitis, tetapi dari segi pilihan judulnya sebagian sudah tepat dan menarik. Namun ada juga puisi yang masih berbentuk cerita atau narasi.Pada proses berkelompok, siswa masih bergantung pada teman yang dinggap lebih pandai. Proses saling belajar antarsiswa berlangsung intensif. Akan tetapi, hasilnya belum mencapai target tindakan yang ditetapkan yaitu KKM 70. Peningkatan hasil belajar menulis puisi dengan media pohimaji pada pra siklus dan siklus 1 dapat dilihat pada diagram (1) berikut.
Diagram 1: Peningkatan Hasil Belajar Menulis Puisi Pra Siklus dan Siklus 1
804
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Melihat hasil tindakkan di atas, penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan tindakan siklus ke-2 agar target pembelajaran baik proses maupun hasil tercapai. Pada siklus 2, guru dan kolabolator perlu menambah strategi pembelajaran sehingga siswa-siswa lebih antusias dalam menulis puisi, yaitu dengan menambah kartu kata untuk ditempel pada pohon imajinasi. Kartu kata ini dibagikan pada setiap siswa dengan jumlah yang sama tetapi jika siswa masih memerlukan diperbolehkan untuk menambah kartu kata. Hal ini dilakukan karena pada siklus 1, siswa yang kurang pandai mengandalkan teman yang pandai. Siklus 2 ini juga masih dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama dengan strategi berkelompok dan pertemuan kedua secara individu untuk mendapat hasil kemampuan menulis puisi siswa. Sementara itu, guru sebagai motivator dan fasilitator membimbing siswa yang masih banyak mengalami kesulitan menulis puisi. Cara ini diharapkan dapat memaksimalkan hasil belajar siswa, dan terjadi proses pembelajaran antarsiswa. Tindakan siklus ke-2 Pelaksanaan pembelajaran menulis puisi pada siklus 2 dilakukan dengan strategi pembelajaran individual dan kelompok. Hal itu dilakukan berdasarkan hasil analisis pelaksanaan tindakan siklus 1. Pada pertemuan pertama siklus ke-2, guru bertanya jawab tentang peristiwa yang pernah dialami siswa. Kemuadian salah satu siswa membacakan sebuah puisi, dilanjutkan dengan tanya jawab tentang isi puisi. Selanjutnya tanya jawab unsur pembangun puisi. Setelah berhasil membangkitkan kembali pengetahuan dan pengalaman siswa dalam menulis puisi, guru mengajak siswa mencermati gambar pohon imajinasi yang dipajang di papan untuk menentukan peristiwa dan pilihan kata yang puitis sebagai kerangka menulis puisi. Dilanjutkan menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran hari ini. Proses selanjutnya adalah pembagian kelompok berdasarkan hitungan, masing-masing kelompok beranggotakan empat siswa laki-laki dan perempuan. Kemudian masing-masing kelompok menerima gambar pohon imajinasi dan kartu kata, masing-masing anggota kelompok mendapat tiga kartu untuk menuliskan tema dan kata-kata pembentuk puisi beserta diksi-diksi yang puitis kemudian ditempel pada gambar pohon imajinasi. Hal ini dimaksudkan agar semua siswa dapat berpartisipasi dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Proses ini sesuai dengan pendapat Nurhadi (2004) bahwa bahan ajar hendaknya dibagikan kepada semua siswa agar mereka dapat berpartisipasi dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Saat menulis dan menempel kartu warna-warni, siswa menanyakan boleh menambah kartu warna-warni untuk menambah diksi yang masih belum dicantumkan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan dialog (7) berikut. Siswa
:
Guru Siswa Siswa Siswa Guru
: : : : :
“Bu, saya boleh menambah kartu warna-warninya? Karena saya masih mempunyai kata yang belum dicantumkan dalam pohon imajinasi.” “Boleh, silahkan pilih warna sesuai yang kamu sukai.” “Bu, saya ambil warna merah” “Saya warna orange” “Saya juga, Bu. Saya senang warna hijau muda.” “Iya, silahkan, ambil sesuai kebutuhan kalian untuk menuliskan diksidiksi yang kalian temukan.”
Dialog di atas terlihat siswa sangat senang dan antusias dalam mengerjakan diksi kemudian ditempel pada pohon imajinasi. Pada kerja kelompok di siklus kedua ini, siswa sangat termotivasi dengan kartu warna-warni yang ditempel pada pohon imajinasi. Hal ini menunjukan bahwa media pembelajaran sangat berpengaruh terhadap motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
805
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
pendapat Hartanto (2008) bahwa proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus kepada anak didik agar terjadi respon yang positif pada diri anak didik. Setelah kelompok berdiskusi mengisi gambar pohon imajinasi dengan pilihan kata/diksi yang ditulis pada kartu warna-warni dan ditempel kemudian secara individu dalam berkelompok menyusun larik-larik puisi dengan kata-kata yang terdapat dalam pohon imajinasi. Kemudian dilanjutkan dengan menyusun larik-larik menjadi bait-bait puisi. Saat penyusunan larik dan bait terlihat adanya kerjasama kelompok, gambar pohon imajinasi diputar berkeliling anggota kelompok. Hal ini sesuai pendapat Nurhadi (2004:61) bahwa dalam pembelajaran kelompok, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan (saling ketergantungan positif). Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberkan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Setelah menjadi puisi hasil kerja individu dalam kelompok, dilanjutkan dengan menukar hasil kelompok dengan kelompok lain untuk diberi tanggapan dan komentar. Komentar yang diberikan pada kelompok dititik beratkan adanya judul, pilihan kata sesuai dengan pilihan kata yang diisikan dalam gambar pohon imajinasi, isi sesuai dengan peristiwa yang dipilih, dan menggunakan rima atau tidak.
Gambar 4. Proses Menulis Puisi dan Hasil Menulis secara Berkelompok
Pada siklus 2 ini kuantitas pembimbingan dan pengarahan guru kepada siswa dioptimalkan, baik selama mereka menulis puisi secara kelompok maupun selama mereka menulis puisi secara individual. Untuk itu, selama pembelajaran berlangsung guru aktif berkeliling kelas untuk memantau proses belajar siswa. Selama pelaksanaan tindakan siklus 2 ini, siswa serius bekerja baik secara individual maupun kelompok. Kelas terasa menggairahkan dan menyenangkan selama proses pembelajaran berlangsung. Pada pertemuan kedua siklus 2, guru mengawali pembelajaran dengan bertanya jawab tentang kegiatan menulis kreatif puisi. Setelah tanya jawab tentang perasaan siswa saat menulis sebuah puisi, dilanjutkan dengan tanya jawab pembelajaran sebelumnya. Guru mengingatkan siswa dengan menempelkan hasil pohon imajinasi hasil kerja kelompok pada pertemuan sebelumnya. Kemudian tanya jawab tentang unsur pembangun puisi yaitu tema, pilihan kata/diksi yang puitis, rima, dan tipografi. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran saat itu.
806
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Gambar 5. Hasil Pohon Imajinasi Kelompok
Proses selanjutnya adalah pembagian gambar pohon imajinasi dan kartu warna-warni pada siswa. Setiap siswa mendapat sembilan kartu warna-warni untuk ditulisi tema dan pilihan kata/diksi yang puitis. Pada proses ini siswa boleh menambah kartu warna-warni jika dibutuhkan untuk menambah dahan pohon imajinasi. Setelah siswa menempel kartu warna-warni pada gambar pohon imajinasi dengan pilihan kata/diksi yang ditulis kemudian menyusun larik-larik puisi dengan kata-kata yang terdapat dalam pohon imajinasi. Kemudian dilanjutkan dengan menyusun larik-larik menjadi bait-bait puisi. Pada proses ini, guru berkeliling membimbing siswa yang belum memahami terutama untuk diksi yang puitis. Hal ini sesuai pendapat Rosalin (2008:8) bahwa guru perlu mengerti pengalaman belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa dengan berpartisipasi ditengah proses pembelajaran. Setelah menjadi puisi hasil kerja individu, dilanjutkan dengan menukar hasil dengan siswa lain untuk diberi tanggapan dan komentar. Komentar yang diberikan pada hasil kerja individu yang dititik beratkan judul, pilihan kata sesuai dengan pilihan kata yang diisikan dalam pohon, isi sesuai dengan peristiwa yang dipilih, dan menggunakan rima atau tidak. Kemudian dikembalikan untuk diperbaiki. Proses selanjutnya pembacaan puisi ke depan kelas oleh beberapa siswa dan diberi tanggapan pembacaannya oleh siswa yang lain. Selanjutnya hasil karya menulis puisi dipajang di papan pajang. Pemajangan hasil karya siswa ini bertujuan untuk dijadikan motivasi dan dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhadi (2008:61) bahwa hasil belajar siswa dapat dijadiakan sebagai sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariatif. Pada siklus 2 ini kuantitas pembimbingan dan pengarahan guru lebih banyak difokuskan kepada kelompok siswa yang belum mampu menulis puisi. Untuk itu, selama pembelajaran berlangsung guru aktif memantau dan membimbing proses belajar siswa yang belum mencapai target. Selama pelaksanaan tindakan siklus 2 ini, siswa serius bekerja baik secara individual maupun kelompok. Kelas terasa lebih menggairahkan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Newmann dan Wehlage dalam Nurhadi (2004:29) bahwa guru menyediakan bagi siswa sumber-sumber belajar yang dapat membantu siswa dan guru menciptakan lingkungan belajarmengajar yang berkualitas. Pada proses PTK ini, peneliti menemukan beberapa kekurangan yaitu (1) siswa masih kurang memahami diksi yang puitis, (2) Masih ada beberapa puisi karya siswa yang berbentuk narasi/cerita yang dipenggal-penggal menjadi emapat kata tiap bait, (3) siswa masih kurang dapat menyusun rima yang menarik sehingga hanya ada rima bebas, dan (4) isi puisi masih ada yang kurang padu, gagasan meloncat-loncat. Untuk mengatasi hal ini guru memberikan contoh beberapa puisi untuk dibaca oleh siswa. Setelah dianalisis diketahui bahwa tinggal 13% siswa yang masih mendapat skor di bawah KKM (70). Akan tetapi skor siswa sudah mendekati target. Puisi sudah menunjukkan keutuhan pengungkapan gagasan, diksinya sudah tepat dan lebih variatif, dan pilihan judulnya juga lebih tepat dan lebih menarik. Proses saling belajar antarsiswa berlangsung lebih intensif. Karena hasilnya sudah mencapai target tindakan dan proses maka penelitian ini dihentikan.
807
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Untuk lebih jelasnya perkembangan peningkatan hasil kemampuan menulis puisi siswa kelas VII E SMP Negeri 6 Batu dapat dilihat pada diagram berikut.
Diagram 2. Peningkatan Hasil Menulis Puisi Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2
Diagram di atas menunjukan adanya peningkatan hasil belajar menulis puisi dengan media gambar pohon imajinasi. Peningkatan hasil belajar menulis puisi berdasarkan aspek judul, pemilihan diksi, rima, dan kepaduan isi. PENUTUP Berdasarkan hasil kegiatan penelitian, pembahasan dan analisis yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Kemampuan menulis puisi dengan menggunakan media pohimaji siswa kelas mengalami peningkatan . Pertama peningkatan dalam proses pembelajaran menulis puisi dengan media pohimaji terlihat pada antusias, minat, dan motivasi dalam proses pembelajaran. Kedua peningkatan nilai hasil ini membuktikan bahwa pohon imajinasi menjadi kerangka puisi yang dapat menuntun siswa untuk menghasilkan puisi dengan kualitas tulisan yang lebih baik Hal ini diketahui berdasarkan observasi hasil karya puisi siswa yang memperoleh KKM berjumlah 22%. Untuk mengatasi kondisi tersebut dipilih media gambar pohon imajinasi. Media pohon imajinasi ini dapat membantu siswa menemukan pilihan kata/diksi yang puitis yang diperlukan dalam menulis sebuah puisi. Hasil penelitian siklus 1, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 69% dan pada siklus 2 menjadi 87%. Hal ini menunjukan terjadi peningkatan sebesar 18%. Artinya hasil yang dicapai tersebut telah memenuhi target yang ditetapkan. DAFTAR RUJUKAN Afriyanti. 2013. Penggunaan Media Gambar Untuk Jurnal Untan. Untan, 2, Jurnal untan. ac.id. diunduh pukul 16.45 WIB. Tanggal 8 April 2016 Arikunto, Suharsimi dan Supandi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara Baksin, Askurifai. 2008. Aplikasi Praktis Pengajaran Sastra. Bandung: Pribumi Mekar Depdiknas. 2004. Kurikulum Bahasa Indonesia 2004 SMP. Jakarta: Depdiknas Hermawan, Hendi. 2006. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung:Citra Raya Nurhadi dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press Putra, Weda. 2013. Pengertian Media Menurut Pakar dan Ahli (online) (delomangkalan. blogspot.co.id,diakses tanggal 28 Februari 2016
808
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Rosalin, Elin. 2008. Gagasan Mertancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Karsa Mandiri Persada Susilana, Rudi, dan Cepi Riyana. 2008. Media Pembelajarn. Bandung: CV Wacana Prima Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC Tarigan, H. G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
809
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA SEBUAH PARAGRAF DENGAN METODE THINK PAIR SHARE SISWA KELAS VII SMP DARUSH SHOLIHIN BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Endang Susilowati SMP Darush Sholihin Batu
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama pada teks dengan menggunakan metode think pair share pada siswa kelas VII SMP Darush Sholihin. penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya minat baca yang dialami siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama. Hasil penelitian ini mnunjukkan bahwa penggunaan metode think pair share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan gagasan utama pada teks. Kata Kunci: Think Pair Share, membaca, gagasan utama paragraf
Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan baik di lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat. Dalam proses pembelajaran di sekolah perlu diketahui bahwa keaktifan siswa sangat menjadi peranan, di samping itu siswa dituntut untuk melatih keberanian dalam mengemukakan pendapat, memberikan usul atau saran yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Lebih-lebih siswa harus mempunyai semangat yang tinggi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah.Dengan demikian bahwa keaktifan siswa, keberanian, dan semangat harus saling berkaitan. Berbagai masalah yang terjadi dalam pendidikan mata pelajaran Bahasa Indonesia, masih banyak siswa yang menganggap bahwa bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang sulit. Dalam kenyataannya Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah mempunyai peranan penting untuk semua mata pelajaran yang ada di sekolah. Pembelajaran Bahasa Indonesia menuntut siswa untuk lebih banyak dan rajin membaca. Membaca merupakan kebutuhan setiap orang. Bahkan dapat dikatakan membaca merupakan kebutuhan primer manusia modern. Berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia modern selalu berhubungan dengan kegiatan membaca. Membaca pada hakikatnya adalah kegiatan memahami gagasan penulis. Gagasan penulis dalam sebuah bacaan dapat dipilah menjadi dua, yaitu gagasan utama atau ide pokok dan gagasan penjelas. Gagasan penulis, pada tataran lebih kecil tampakpada gagasan dalam paragraf. Sebuah paragraf berisi gagasan pokok dan gagasan penjelas. Oleh karena itu, pengenalan terhadap gagasan pokok dan gagasan penjelas merupakan hal yang sangat penting dalam membaca. Di sisi lain, membaca juga dimaksudkan untuk memberikan kritikan terhadap bacaan Membaca merupakan salah satu keterampilan untuk mengetahui isi suatu teks bacaan. Dalam hal ini, untuk meningkatkan hasil belajar siswa diharapkan dapat menentukan kalimat utama, menentukan gagasan utama dan dapat menentukan kalimat-kalimat penjelas pada sebuah paragraf. Permasalahan yang berkaitan dengan siswa salah satunya yaitu kurangnya minat baca dan motivasi belajar, tidak berani bertanya ketika kegiatan belajar sedang berlangsung. Keadaan pengajaran bahasa pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), khususnya membaca belum memuaskan. Pada hakikatnya, minat baca siswa masih kurang. Banyak faktor yang melatarbelakangi hal ini. Faktor tersebut antara lain kebiasaan, sarana, buku-buku yang dibaca, atau
810
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
kurang sesuainya bahan bacaan yang tersedia dengan minat yang dimiliki. Betapa pun besarnya manfaat dari membaca buku, jika siswa kurang memiliki kesadaran tentang pentingnya membaca buku, terciptanya suatu peradaban yang lebih baik. Untuk itu siswa didorong lebih rajin membaca buku atau media lain, karena banyak informasi yang akan didapat. Siswa harus lebih aktif dan mempunyai prinsip kalau membaca itu penting. Membaca adalah keterampilan berbahasa reseptif (dapat menerima). Membaca banyak manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari. Karenanya, keterampilan membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa yang strategis dan mutlak dikuasai oleh siswa SMP setelah mampu menyimak dan berbicara Khalik (2009:22) dalam Silondae (2015). Melalui pembelajaran membaca siswa dapat menentukan kalimat utama , hal ini sejalan dengan pendapat Syafi„ie (dalam Nisbah, 2013) Dalam silondae, 2015 yang mengemukakan bahwa kemampuan membaca dan ketrampilan baca tulis, khususnya ketrampilan membaca, karena kemampuan dan keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses kegiatan belajar di sekolah. Briggs (1977) dalam tawatun (2015) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti buku, video dan sebagainya. Selain itu ada pendapat yang menyatakan bahwa, media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm, 1977) dalam Tawatun (2015). Permasalahan yang ada di lapangan yaitu siswa kelas VII SMP Darush Sholihin antara lain input siswa rendah dan malas membaca yang berdampak sulit untukmengikuti pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam hal ini menentukan kalimat utama dalam suatu bacaan, menemukan gagasan utama dan menentukan letak gagasan utama paragraf ada hambatan sehingga yang terjadi suka mengganggu teman,bengong dan mondar-mandir mengelilingi teman sekitarnya. Pengembangan potensi siswa melalui kegiatan membaca dapat terwujud melalui proses belajar yang melibatkan siswa secara aktif dan rajin. Dengan demikian, siswa terus mengasah kecerdasan logika saat merumuskan ide-ide itu atau gagasan utama dari teks bacaan. Berbagai informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini pada umumnya disajikan secara efektif dan menarik melalui media cetak sehingga untuk memperoleh informasi tersebut diperlukan keterampilan membaca gagasan utama yang memadai. Siswa yang memiliki keterampilan dan kebiasaan membaca gagasan utama dengan baik dapat menyerap dan menggunakan informasi-informasi dengan baik pula. Membaca adalah salah satu proses yang sangat penting untuk mendapatkan ilmu. Ilmu yang terkandung dalam berbagai buku harus digali melalui kegiatan membaca.Keterampilan kita dalam membaca sangat menentukan hasil dari pencarian ilmu tersebut. Oleh karena itu, membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap orang, terlebih lagi bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kebiasaan membaca. Keuntungan yang diperoleh bilasiswa dapat menjadi pembaca teks yang baik siswa akan memiliki kemampuan untuk memperoleh informasi baik informasi secara umum maupun secara khusus, misalnya informasi yang terkait dengan materi pelajaran yang sedang mereka pelajari. Kemampuan membaca yang baik dapat meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama dalam teks. Pembelajaranmerupakankegiatanutama sekolah, yang dalam pelaksanaannya sekolah diberi kebebasan memilih strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik matapelajaran, siswa, guru, sertakondisinya sumberdaya yang tersedia dan siap didayagunakan di sekolah. Pemilihan dan pengembangan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran hakekatnya berpusat pada peserta didik (student centered), agar dapat melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Yang menjadipersoalanpokokdalam proses pembelajaran ialah bagaimana memilih dan menggunakan teknik belajar dengan permasalahan membaca yaitu menemukan gagasan utama dalam teks. Teknik belajar mengajar merupakan alat interaksi di dalam proses belajar mengajar. Strategi belajar yang digunakan harus menimbulkan aktivitas belajar yang baik, sehingga tujuan pembelajaran
811
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
dapat tercapai secara maksimal. Dari hal inilah,maka diperlukan salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa aktif adalah teknik pembelajaran kooperatif. Pembelajarankooperatif adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar( https://kurniawanbudi 04 wor). Dan diperjelas lagi bahwa pembelajarankooperatifsecarasadarmenciptakaninteraksi yang silih salah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru danbuku ajar tetapijuga sesama manusia. Bagisebagiansiswa, pembelajaranBahasa Indonesia sangat membosankan karena penyampaian materi yang kurang menarik sehingga secara tidak langsung siswa menjadi lemah dalam penangkapan materi tersebut. Membaca merupakan bagian dari pengajaran bahasa Indonesia. Kualitas pengajaran bahasa Indonesia menyangkut pula pada kualitas pengajaran membaca. Penelitimerasakan problem pembelajaran yang terjadiselamaini. Karena dalam pembelajaran proses belajar mengajar masih di dominasi oleh guru, siswakurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Selamaini guru semata– mata hanya memberikan pengetahuan kepada siswa tanpa membuat suatu informasi menjadi bermakna dan relevan bagi siswa sehingga siswa kesulitan membangun konsep di dalam pikirannya sendiri.Teori kognitif mendefinisikan belajar sebagai perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak sehingga dapat diasumsikan bahwa proses belajar akan belajar dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Beberapa kesulitan belajar sering terjadi sekolah, salah satunya adalah SMP Darush Sholihin Batu, siswa di kelas ini banyak mengalami kesulitan ketika diberi tugas untuk menentukan gagasan utama dalam teks. Apalagi guru tidak memberikan metode yang bisa membangkitkan semangat belajar siswa. Padahal sebagai komponen pembelajatran,cara mengajar guru, termasuk di dalamnya penggunaan metode pembelajaran sangat penting demi keberhasilan pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, metode pengajaran membaca yang paling efektif akan mempercepat siswa dalam belajar dan memotivasi siswa untuk gemar membaca. Teknik membaca untuk menyerap pengetahuan perlu dipelajari, sehingga kemampuan membaca memberikan banyak manfaat. Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan menentukan gagasan utama adalah Think Pair Share (TPS). Pembelajaran membaca untuk menentukan gagasan
utama dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode think pair share. Metode think pair share adalah satu metode yang membantu siswa memfokuskan pikiran dan perilaku pada masalah yang dihadapi. Metode ini dapat meningkatkan partisipasi dan informasi yang dapat diingat siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Peningkatan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama dalam Teks dengan Metode Think Pair Share Siswa kelas VII SMP Darush sholihin Batu.” METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus yang masing-masing siklus terdiri atas (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)pengamatan, dan (4) refleksi. Pemilihan rancangan PTK ini dalam rangka meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama pada teks. Sumber data penelitian ini adalah siswa Kelas VII SMP Darush Sholihin Batu Tahun Pelajaran 2015/2016yang terdiri dari 18orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa perempuan.Data dalam penelitianadalah (1) nilai hasil tes siswa dan (2) proses pembelajaran yang meliputi a. Keaktifan, b. keberanian, dan c. semangat. Nilai hasil tes siswa dijaring dengan menggunakan instrumen tes tulis yang dilengkapi rubrik penilaian. Data pelaksanaan dijaring melalui pedoman observasi yang terbagi dalam tiga hal yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor. Adapun yang menjadi observer adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia.
812
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam pengolahan datayaitu melakukan observasi, guru menggunakan pedoman observasi yang sudah disiapkan. Data kemampuan menemukan gagasan utama pada paragraf dijaring melalui tes menemukan gagasan utama dengan sajian beberapa paragraf yang berbeda-beda. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus 1 Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus guna meningkatkan kemampuan siswa kelas VII dalam menemukan gagasan utama paragraf dengan menggunakan metode TPS , masing-masing siklus dilakukan dalam satu kali pertemuan. Gambaran proses dan hasil pelaksanaan tindakan dalam penelitian sebagaimana disajikan di bawah ini. Perencanaan Perencanaan pembelajaran Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode TPS dilakukan melalui proses yaitu pertama Penyusunan RPP meliputi (a) menentukan SK dan KD dari kurikulum, (b) menjabarkan KD menjadi indikator-indikator keberhasilan, (c) mengembangkan materi pokok, (d) memilih metode pembelajaran yang sesuai (e) mengembangkan media belajar (f) menyediakan alat penilaian. Kedua menyediakan lembar observasi yang berkaitan denganpelaksanaan pembelajaran yaitu dengan rincian sebagai berikut keaktifan siswa dalam belajar, keberanian, dan semangat siswa untuk mengikuti pembelajaran. Ketiga mengembangkan media pembelajaran. Adapun media yang digunakan dalam pembelajaran yaitu dalam bentuk teks yaitu (a)siswa diberi contoh teks satu paragraf, (b) siswa menentukan kalimat utama, (c) siswa menentukangagasan utama. Dalam pelaksanaannya siswa berkelompok untuk mendiskusikan jawaban, dan siswa berbagi jawaban dan masing-masing kelompok melaporkan jawabannya. Dalam menyusun RPPharus sesuai dengan kompetensi dasar, ( KD 11.2) Menemukan gagasan utama pada teks yang dibaca.Indikator (1) mampu menemukan kalimat utama dalam suatu paragraf, (2) mampu mengungkapkan gagasan utama/ide pokok dalam setiap paragraf , dan (3) menentukan kalimat-kalimat penjelas dalam paragraf . Tujuan pembelajarandiharapkan siswa dapat menemukan gagasan utama pada paragraf , serta langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam menyusun LKS. Penyusunan lembar kerja siswa disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Lembar kerja siswa diberikan pada siswa untuk mengetahui atau mengukur kemampuan siswa dalam bentuk tes subjektif yaitu dengan menyajikan beberapa paragraf, siswa diminta untuk menentukan kalimat utama dalam paragraf dilanjutkan dengan menentukan gagasan utama dalam paragraf tersebut. Untuk tes objektif disajikan soal dalam bentuk pilihan ganda dengan memilih jawaban yang benar di antara empat jawaban yang disediakan yang berupa kunci jawaban. Dalam menyusun pedoman observasi, untuk melihat perilaku siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran dengan ketentuan sebagai berikut (1) keaktifan siswa mengikuti pembelajaran dalam bertanya, menyumbangkan pendapat, (2) keberanian siswa berpendapat, (3) semangat belajar yang tinggi, dan (4)kerja siswa baik secara individu maupun kelompok. Dalam penyiapan media,beberapa aspek yang digunakan dalam menyiapkan media, yakni menyediakan media dengan teks yang diambil dari buku paket bahasa Indonesia atau surat kabar Pengembangan alat penilaian dalam bentuk instrument penilaian, yaitu disajikan soalsoalyang berupa paragraf dengan bentuk soal subjektif dengan pedoman nilai jika siswa dapat menjawab dengan tepat mendapat nilai atau skor 4, jika menjawabnya kurang tepat mendapat skor 2, dan siswa menjawab tidak tepat mendapat skor 1. Untuk soal objektif, jika memilih menjawab benar siswa mendapat nilai 2 dan jika memilih menjawab salah mendapat nilai 0
813
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Kegiatan yang dilakukan guru adalah menyiapkan bahan ajar dan media pembelajaran yaitu buku paket dan surat kabar, dengan menggunakan metode ceramah bervariasi. Kegiatan pembelajaran menemukan gagasan utama pada paragraf yang disampaikan pada siswa yaitu paragraf deduktif dan paragraf induktif. Pada akhir pembelajaran, untuk mengetahui kemampuan siswa digunakan alat penjaring dalam bentuk tes subjektif dan tes objektif. Tahap Pelaksanaan dan pengamatan Pada tahap pelaksanaan guru mengamati sikap siswa ketika pembelajaran di dalam kelas sedang berlangsung bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tindakan oleh guru. Pengamatan dilakukan oleh guru dimulai siswa membaca teks. Pada penelitian ini diperlukan suatu perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai berikut a) MENYUSUN RPP Dalam menyusun rencana pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi pembelajaran membaca pemahaman dilanjutkan menemukan gagasan utama pada teks yang dibaca, harus disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran yang akan diterapkan ketika pembelajaran di kelas yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup serta disesuaikan dengan karakteristik siswa. b) KEGIATAN AWAL Kegiatan awal dilakukan siswa diminta menyiapkan untuk berdoa,mengucap salam, mengecek kehadiran siswa , dan dilanjutkan refleksi. Refleksi dilakukan untuk merangsang siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan melakukan dialog, yaitu dengan memberikan contoh teksdengan melakukan Tanya jawab peneliti : Anak-anak yang kalian baca tadi adalah contoh –contoh teks satu paragraf, yang memuat satu gagasan utama siswa : “diam peneliti : melanjutkan, apakah kalian sudah tahu tentang paragraf? Siswa : (siswa menjawab ), sudaaah…. Beluuum.. peneliti : kalian adayang sudah tahu dan ada yang belum. Coba yang tahu, berilah penjelas apa itu paragraf? Siswa : diam...... Peneliti :” kalian tidak berani menjawab ?‟ takut.. apa malu ...! Peneliti : “Baiklah... akan ibu jelaskan... Melalui apersepsi seperti di atas, secara tidak langsung guru menjelaskan konsep tentang pengertian paragraf dan jenis-jenis paragraf, maka mereka menyambutnya. Kegiatan ini akan menjadi modal awal bagi siswa dalam belajar menemukan gagasan utama . c) KEGIATAN INTI Kegiatan inti diawali dengan membagikan beberapa contoh paragraf kepada seluruh siswa. Siswa diminta membaca dengan cermat kemudian diminta menemukan kalimat utama paragraf, setelah itu menemukan gagasan utama dan dilanjutkan menentukan kalimat penjelas. Aktivitas ini merupakan tahap Think, yaitu guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta memahami atau memikirkan sendiri tentang gagasan utama pada paragraf untuk sesaat. Pada tahap awal ini, hampir semua siswa tidak konsentrasi, kebingungan, berbicara dengan teman kanan-kirinya, ada yang menggambar. Ada juga yang keliling-keliling menghampiri teman sambil menggangu temannya karena mereka belum memahami materi yang diberikan oleh guru, tidak menutup kemungkinan ada yang tidur –tiduran di bangku.Namun ada hanya
814
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
beberapa anak yang sibuk mengerjakan tugas guru dan berdiskusi dengan temannya. Dari hasil kerja siswa 61,54 % yang berhasil mencapai KKM. Pada tahap Pair guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang dipikirkan pada tahap pertama. Pada tahap ini diharapkan siswa dapat berbagi ide dengan teman pasangannya jika telah diberikan suatu pertanyaan.Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan yaitu mereka saling mencocokkan pemikiran tentang gagasan utama dan merevisi berdasarkan kesepakatan. Tetap dalam tahap Pair, guru menjelaskan tentang menemukan gagasan utama paragraf. Siswa tampak memperhatikan dengan baik penjelasan guru, tetapi ada beberapa siswa yang bermain sendiri, ada yang masih bergurau dengan pasangannya sehingga mereka ditukarkan dengan pasangan yang lainnya. Karena dari awal kegiatan pembelajaran mereka tidak bisa konsentrasi. Setelah pembelajaran dilakukan secara berpasangan siswa diminta untuk menemukan gagasan utama pada paragraf. Dalam hal ini guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain. Pada tahap Share , guru meminta pada salah satu pasangan untuk berbagi dengan seluruh siswa di kelas tentang apa yang mereka diskusikan. Hal ini lebih efektif jika dilakukan secara bergiliran sehingga semua pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan hasil diskusinya. Dari masing-masing kelompok diminta mewakili kelompoknya untuk membacakan tentang apa yang mereka diskusikan.Kalau jawaban itu benar mereka memberikan penilaian benar kalau jawaban itu salah mereka memberi penilaian salah. Pada akhir kegiatan inti terlebih dulu guru membimbing siswa untuk menemukan gagasan utama pada paragraf. Guru menegaskan bahwa gagasan utama terdapat dalam kalimat utama dan kalimat utama itu terletak di awal paragraf dan di akhir paragraf dan kalimatkalimat selanjutnya merupakan kalimat penjelas. Selanjutnya guru memberikan penguatan . Guru menegaskan menemukan gagasan utama ke dalam beberapa paragraf-paragraf dan siswa diminta untuk menjawabnya. Jawaban siswa yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa siswa telah memahami materi .Berdasarkan hasil penyajian dan komentar siswa tersebut, selanjutnya guru menjelaskan materi menemukan gagasan utama sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. d) KEGIATAN AKHIR Kegiatan akhir ini guru dan siswa mengadakan refleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dengan menanyakan hal-hal yang sudah dipahami dan yang belum dipahami siswa. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu membaca dan berlatih menemukan gagasan utama. e) REFLEKSI Langkah terakhir dalam kegiatan pembelajaran adalah refleksi. Guru melakukan refleksi pada akhir tindakan siklus 1. Refleksi ini dapat membantu guru untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan yang terjadi pada tindakan siklus 1. Refleksi menjadi modal utama guru untuk memutuskan apakah pembelajaran perlu dilakukan pengulangan atau remidi terkait dengan keinginana dan kebutuhan siswa terhadap materi yang membantu siswa membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan guru. Siklus II Pada siklus II persiapan tidak jauh beda dari penelitian siklius I. Hanya saja pada siklus II peneliti berusaha mencapai hasil ketuntasan nilai siswa sampai 80% dengan cara memberikan bimbingan lanjut pembelajaran mengenai gagasan utama dan membimbing siswa memecahkan kesulitan yang dihadapi. Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 13 April 2016. Dengan langkah – langkah sebagi berikut:
815
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
a. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan menyusun perencaan, sebagai berikut : 1. Menyusun rencana pembelajaran. 2. Menyiapkan materi pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media pembelajaran buku penunjang 3. Menyusun tes akhir (Lembar Kerja Siswa) b. Pelaksanaan tindakan 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Menyajikan materi sebagai pengantar. 3. Guru membagi siswa menjadi beberapa pasang. 4. Guru membagi tugas masing-masing pasangan untuk menemukan gagasan utama 5. Dari kegiatan kerja siswa tersebut guru memulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kopetensi yang ingin dicapai. c. Observasi Penelitian dibantu oleh teman sejawat mengadakan supervisi kelas (observasi pelaksanaan proses belajar mengajar) dengan menggunakan instrumen yang telah disediakan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan pembe-lajaran dengan rencana yang telah disusun sebelumnya dan mengetahui seberapa jauh proses yang terjadi dapat dilakasanakan menuju tujuan yang diharapkan. d. Refleksi Langkah terakhir dalam kegiatan pembelajaran adalah refleksi. Guru melakukan refleksi pada akhir tindakan siklus II. Refleksi ini dapat membantu guru untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan yang terjadi pada tindakan siklus II. Refleksi menjadi modal utama guru untuk memutuskan apakah pembelajaran perlu dilakukan pengulangan atau remidi terkait dengan keinginana dan kebutuhan siswa terhadap materi yang membantu siswa membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan guru. Penilaian Pembelajaran Bagian penilaian dicantumkan rubrik penilaian hasil dan sikap. Rubrik penilaian hasil digunakan untuk mengukur kemampuan menemukan gagasan utama pada teks siswa kelas VII yang berjumlah 26 orang dengan tiga aspek yang dinilai yaitu (1) menemukan kalimat utama pada teks, (2) menemukan gagasan utama paragraf, (3) menentukan letak kalimat utama dalam paragraf. Dalam proses penilaian hasil belajar menemukan gagasan utama, siswa dimodel berpasangpasangan. Hasil yang digunakan untuk mengoreksi hasil pekerjaan pasangan siswa yang lain setelah mempresentasikan hasil pekerjaan masing-masing. Penilaian sikap digunakan untuk mengontrol dan melihat proses belajar siswa yang terdiri dari tiga aspek penilaian yaitu (1) keaktifan siswa mengikuti pembelajaran,(2) kesungguhan mengerjakan tugas, (3) kemauan berpartisipasi mengerjakan tugas. SIMPULAN Berdasarkan uraian diatas pembelajaran menemukan gagasan utama melalui tahapan-tahapan yang meliputi pertama menentukan SK dan KD, kedua menyusun RPP, ketiga pemilihan media yang sesuai dengan materi pembelajaran. Pembelajaran menemukan gagasan utama pada teks sudah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan langkah-langkah yang ada dalam RPP. Dalam proses pembelajaran siswa menunjukan semangat belajar yang tinggi, suasana kelas yang meyenangkan.
816
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Berdasarkan penilaian hasil dan proses pada pembelajaran menemukan gagasan utama pada teks yang berjumlah 6 orangmasih mendapat skor dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan 70. Pembelajaranmenemukan gagasan utama dalam paragraf dengan menggunakan metode think pair share sebenarnya dapat memotavasi, mendorong semangat belajar, meningkatkan kreativitas, membantu siswa untuk menemukan gagasan utama pada teks. Akan tetapi, hasilnya belum mencapai target tindakan yang ditetapkan dengan rata-rata 6,75. DAFTAR RUJUKAN Arikunto,Suharsimi &Supandi 2006 PenelitianTindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas 2006, Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan Jakarta: Balai Pustaka Tawatun,Melvin (2015) Penggunaan Materi dalamPembelajaran MenulisPetunjuk siswa Kelas VIII SMP NEGERI 2 ESSANGKecamatanGemeh Kabupaten Talud Kurniawan Budi Raharjo,Model Pembelajaran Koopratif (cooperative learning).https://kurniawan budi 04.wordpress.com. http://alif-rizzzky.blogspot.co./2013/04/metode think-pair-share-tps-13.html Suyatno,(2004) Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra Surabaya:SIC
817
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI TENTANG PERISTIWA YANG DIALAMI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BAGI SISWA KELAS VII SMP PGRI 02 BATU Eni Sulistiati SMP PGRI 02 Batu
[email protected] Abstrak: Menulis puisi merupakan pembelajaran yang kurang disukai siswa kelas VIIB SMP PGRI02 Batu Kebanyakan siswa hanya mampu menulis puisi berdasarkan contoh yang sudah ada atau dengan cara menyalin puisi. Kekurangmampuan siswa menulis puisi berdampak pada rendahnya tingkat kreativitas siswa dalam menulis puisi. permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan penggunaan media dalam pembelajaranmenulis puisi, terutama media gambar. Melalui media gambar, siswa terarah imajinasi dan kreativitasnya, akhirnya meningkatkan kemampuan mereka dalam menulis puisi. Kata kunci: Peningkatan, media gambar, kemampuan menulis puisi. Menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang dianggap paling sulit dan paling kompleks. Hal itu dikarenakan keterampilan menulis melibatkan tiga komponen lainnya yaitu keterampilan membaca menyimak, dan keterampilan berbicara. Mengingat kompleksnya komponen bahasa yang terlibat dalam kegiatan menulis, maka perlu usaha yang maksimal dan bersungguhsungguh dari seorang guru. Siswa benar-benar dibimbing agar nantinya memiliki keterampilan yang memadai dan bermanfaat dalam kehidupannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:1219) disebutkan menulis yaitu melahirkan pikiran atau gagasan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menurut Kuswari (2009:28), menulis merupakan kegiatan yang mengaksikan, bahkan menulis bisa disebutkan sebagai kegiatan kreatif yang akan mengantarkan siswa akan menjadi orang yang sukses di bidang karya tulis. Pradopo (2002:7) menyatakan bahwa menulis puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Puisi (dari bahasa yunani kuno : Noleo / nol (Poieo/ poio =Icreate ) adalah seni tertulis dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, selain arti semantiknya . Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa.puisi adalah bentuk karya sastra dari hasil ungkapan dan perasaan penyair dengan bahasa yang terikat irama mantra, rima penysunan lirik dan bait serta penuh makna. Menurut Herman Waluyo puisi adalah karya sastra tertulis yang palin awal ditulis oleh manusia. Menulis puisi merupakan materi pembelajaran yang kurang di kuasai siswa. Suasana tidak menggairahkan , Siswa ogah- ogahan dalam mengkuti pembelajaran, dan kemampuan menulis puisi siswa pun rendah. Pembelajaran menulis puisi yang tidak kondusif tersebut disebabkan oleh beberapa hal: (a) guru kurang menyukai pembelajaran sastra terutam menulis puisi, (b) Guru kurang atau bahkan tidak berpengalamandengan karya sastra, terutama menulis puisi, dan (c) metode pembelajaran yang dipilih kurang tepat. Dalam mengajar menulis puisi pada siswa kelas VIIB SMP PGRI 02, guru menugasi siswa menulis puisi berdasarkan contoh puisi yang diberikan oleh guru , atau berdasarkan gambar yang dipasang oleh guru di papan tulis.
818
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Seringkali guru membelajarkan siswa menulis puisi dengan menjelaskan teori puisi. Beberapa guru yang sedikit kreatif, mereka membelajarkan menulis puisi kepada siswa. Setelah itu, siswa diminta untuk menulis puisi. Bagaimana menulis puisi, diserahkan kepada siswa. Dengan model pembelajaran semacam ini, siswa besar kemungkinan terjadi, siswa tidak mengetahui bagaimana langkah konkret menulis puisi atau contoh langkah yang harus ditempuh dalam menulis puisi. Sejauh ini masih banyak siswa kelas VII B SMP PGRI 02 BATU kurang berhasil dalam menulis kreatif puisi. Baik menentukan pilihan kata, menyusun larik-larik puisi, menyusun rima bahkan menyusun majas masih banyak kesalahan dalam menulis puisi. Selain itu siswa juga tidak bisa melanjutkan menulis, merenung, mondar-mandir, dan sampai batas akhir ada yang belum selesai bahkan yang sudah selesaipun belum maksimal hasilnya. Serta belum tercapainya dalam batas ketuntasan minimal (KKM 70), karena masih banyak kesalahan pilihan diksi, rima, larik puisi sehingga puisi yang dihasilkan masih sangat kurang. Berdasarkan identifikasi di atas dapat disimpulkan bahwa tindakan yang tepat untuk menulis kreatif puisi adalah dengan menggunakan media gambar, karena dengan menggunakan media gambar.kemungkinan anak akan berhasil dalam menulis kreatif puisi. Media gambar merupakan salah satu dari media pembelajaran yang paling umum dipakai dan merupakan bahasa yang umum dan dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Menurut Sadiman (2003:21), media gambar merupakan media yang bersifat konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibanding media verbal semata, gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja, murah harganya, serta mudah didapatkan dan digunakan. Peneliti berharap dengan adanya pembelajaran melalui media gambar, pelaksanaan pembelajaran akan memungkinkan mengaktifkan peserta didik dengan lebih optimal serta guru dapat mengelola kelas lebih efektif. Peneliti juga berharap sebagai langkah konkret untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi guru di kelas. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan dan refleksi dari dua kali pertemuan. Tehnik pengumpulan data pembelajaran dilakukan dengan media gambar oleh guru dan kolabulator dan dalam observasi ini menggunakan pedoman observasi yang sudah di siapkan. Sedangkan tehnik pengumpulan data hasil diambil dari hasil menulis puisi siswa kelas VIIB SMP PGRI 02 Batu dengan rangsangan gambar. subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas VIIB SMP PGRI 02 Batu Tahun pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 11 orang perempuan.Waktu penelitian dimulai pada 16 Maret sampai 1 April 2016. Materi yang digunakan adalah “Menulis Kreatif Puisi Tentang Peristiwa Yang Dialami.” Data dalam penelitian ini adalah (1) nilai karya siswa, (2)catatan lapangan. Dalam melakukan observasi guru menggunakan pedoman observasi yang sudah disiapkan. Data kemampuan menulis kreatif puisi. Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahapan penting, yaitu: (a) perencanaan (planning); (b) pelaksanaan tindakan (action); (c) pengamatan (observation) dan (d) refleksi (reflektion). Keempat tahapan dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus,yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada kegiatan ini ada tiga tahap kegiatan yang dilaporkan,yakni (1)perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran,dan (3)penilaian pembelajaran.
819
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Perencanaan Pembelajaran Siklus I Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam mempersiapkan pembelajaran menjelaskan petunjuk penggunaan alat, pertama menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Langkah penting dalam menyusun RPP meliputi: (a)menentukan SK dan KD dari kurikulum, (b) menjabarkan KD menjadi indikator-indikator keberhasilan, (c) mengembangkan materi pokok, (d) memilih metode dan model pembelajaran yang cocok, mengembangkan media belajar, (f) mengembangkan alat media.kedua,mengembangkan lembar observasi terhadap pelaksanaan. Kedua, pada tahap menyusun LKS, peneliti merancang kegiatan yang dilakukan siswa dan di sesuaikan dengan indikator. Dalam LKS siswa diminta menulis puisi berdasarkan peristiwa yang dialami. Ketiga, mengembangkan pedoman observasi. Observasi pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada objek peneliti. Keempat, memilih dan menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Media pembelajaran yang diplih adalah gambar keluarga. Kelima, mengembangkan alat evaluasi. Pada rubrik penilaian diuraikan sistem penilaian yang mencakup indikator kesesuaian pilihan diksi, rima , larik puisi, dan bait. Pelaksanaan Pembelajaran Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran menulis kreatif puisi dengan model pembelajaran media gambar terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan awal Kegiatan awal dilakukan dengan salam, mengecek kehadiran siswa, dan berdoa. Apersepsi dilakukan dengan bertanya jawab bersama siswa untuk hal yang berkaitan dengan menulis kreatif puisi yang dialami. Kegiatan inti guru memajang media gambar di papan tulis (gambar keluarga) tampak siswa tertarik dengan media tersebut. Tanpa disuruh siswa mengamati gambar tersebut dan beberapa siswa memberi komentar. Guru meminta siswa mengamati gambar di papan tulis secara cermat dan memandunya dengan sejumlah pertanyaan pengamatan. Guru : Coba gambar apakah ini anak- anak ? Siswa : Orang bergandengan tangan. Siswa : Keluarga bu. Guru : Bagus jawaban kalian benar , Jadi ini keharmonisan seorang keluarga. Siswa : Keluargaku tidak harmonis. Siswa : Ibu dan bapak selalu cek- cok. Guru : Baik ,berarti peristiwa apa yang pernah kamu alami? Siswa : Orang tua saya cerai. Guru : Bagus, nah tujuan pembelajaran hari ini adalah menulis puisi bedasarkan peristiwa yang pernah dialami. Dari awal dialog tersebut, terlihat siswa sangat antosias dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mengerjakan tugas saat diminta untuk menjawab pertanyaan guru. Antosias ini menandakan bahwa siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Kemudian peserta didik dajak untuk memilih diksi dari peristiwa yang dipilih.
820
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Guru : Ayo peristiwa apa yang akan kalian pilih? Siswa: Ayah pisah dengan ibu. Siswa: Ibu bekerja di kalimantan. Guru : Baik, kalau begitu kita pilih diksi ibu. Sekarangkita pilih lagi Kata- kata yang berkaitan dengan kata ibu. Siswa: Kasih sayang. Siswa: Rindu. Guru : Bagus, kalian sudah dapat memilih kata- kata/ diksi yang dapat digunakan untuk menulis sebuah puisi. Guru membagi kelompok guru menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas empat dan tiga kelompok siswa. Setelah siswa duduk berkelompok, guru membagi gambar keluarga dan kelompok berdiskusi mendata peristiwa yang pernah dialami. Saat berdiskusi kelompok ada siswa dalam kelompok yang kurang jelas dengan apa yang harus mereka lakukan. Pertanyaan peserta didik terlihat pada kutipan dialog berikut. Siswa: Peristiwa apa saja yang boleh ditulis? Guru : Peristiwa yang pernah kalian alami, bisa gembira, bisa sedih, kemudian pilih satu kata kunci untuk memilih kata yang sesuai dengan kata kunci tersebut. Setelah berdiskusi untuk memilih kata kunci. Kemudian secara mandiri melanjutkan dengan menyusun larik- larik menjadi bait- bait puisi. Setelah menjadi puisi, hasil kerja siswa dibacakandi depan kelas teman yang lain memberi tanggapan. Tanggapan yang diberikan pada teman dititik beratkan pada judul, pilihan kata, isi sesuai dengan peristiwa yang dipilih, dan menggunakan rima atau tidak. Pada kesempatan ini ada satu siswa yang menyunting puisi teman tetapi berbentuk narasi, kutipan dialog berikut. Siswa : Bu, ini puisinya kok seperti cerita? Guru : Tidak apa- apa, nanti disederhanakan, ada kata- kata yang perlu dihilangkan sehingga menjadi sebuah puisi.
821
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Wonder Woman Keluarga... Kekuatan disaat aku rapuh Dorongan disaat aku hampir berhenti Doa disaat aku tak sanggup mengucap kata Keluarga... Banyak makna yang tak sanggup kulukis Banyak kisah yang tak bisa kuucap Ada tangis dibalik sukses Dan... Ada tawa dibalik luka Yang tak mampu kugores Dari dialog di atas, diketahui masih ada siswa yang belum memahami menulis puisi. Kemudian guru menyarankan untuk memberikan masukan tanggapan untuk menyederhankan kalimat sehingga menjadi sebuah puisi. Sela njutnya secara mandiri memperbaiki puisi berdasarkan masukan dari teman yang lain dan guru. Dan dilanjutkan presentasi pembacaan puisi di depan kelas.Saat presentasi di depan kelas, teman yang lain memberi tanggapan dan komentar. Kemudian guru memberi penguatan tentang pemilihan kata/ diksi, judul, sajak,dan isi puisi berdasarkan peristiwa yang pernah dialami berdasarkan gambar keluarga dalam penulisan puisi. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan tes diketahui media gambar belum mampu meningkatkan kemampuan menulis puisi. Karena hasil yang dicapai siswa dalam menulis puisi dengan media gambar belum mencapai 70%. Peneliti memutuskan untuk melaksanakan siklus II dengan target mencapai ketuntasan 80 %. Target tersebut dapat dicapai jika media gambar digunakan sebagai media menulis puisi sesuai keinginan masing-masing siswa. Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 Pada pertemuan kedua, pembelajaran diawali dengan pembacaan doa, pemberian salam, dan absensi siswa. Setelah itu guru bertanya jawab tentang pembelajaran sebelumnya, kutipan dialog berikut. Guru : Apa yang kita pelajari pada pertemuan yang lalu? Siswa: Menulis puisi dengan gambar keluarga. Guru : Bagus, apa saja yang harus diperhatikan dalam menulis puisi? Siswa: diksi dan rima bu. Guru : bagus Setelah berhasil membangkitkan kembali pengetahuan dan pengalaman siswa dalam menulis puisi, guru mengajak siswa mencermati gambar yang dipajang di papan tulis. Seperti pada siklus I, guru memandu siswa dalam mengamati gambar dengan pertanyaan pemandu.
822
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
(Gambar apa ini? Bagaimana kegiatan di sekolah? Ke mana libur sekolah). Setelah pengamatan siswa atas gambar dinilai cukup cermat, guru membagi siswa ke dalam kelompok. Setiap kelompok di minta membuat satu deskripsi hasil pengamatan. Selama membuat deskripsi gambar, guru melakukan pembimbingan secara kelompok, guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain. Setiap kelompok mendapat bimbingan dan pengarahan sesuai dengan jenis kesulitan dan permasalahan yang mereka hadapi. Cara ini terbukti membuat siswa lebih bergairah dalam bekerja dan lebih mudah memahami penjelasan guru. Selain itu cara ini juga ternyata membuat siswa dapat bekerja lebih cepat dan lebih baik. Kesulitan yang dihadapi siswa segera dipecahkan dan diatasi. Selanjutnya, siswa diminta oleh guru menuliskan hasil pengamatan mereka secara individual. Walaupun secara individual, siswa tetap diminta menulis dalam kelompok mereka masing-masing. Tujuannya agar siswa yang kurang atau belum mampu menulis puisi bisa mendapat bantuan atau bimbingan dari temannya yang sudah mampu menulis puisi. Pada siklus 2 ini kualitas pembimbingan dan pengarahan guru kepada siswa dioptimalkan, baik selama mereka menulis puisi secara individual. Untuk itu selama pembelajaran berlangsung guru aktif berkeliling kelas untuk membantu proses belajar siswa. Selama ini pelaksanaan tindakan siklus 2, siswa serius bekerja baik secara individual maupun kelompok. Kelas terasa menggairahkan selama proses pembelajaran berlangsung. Setelah dianalisis diketahui bahwa 6% siswa masih mendapat skor di bawah target ( 70 ). Puisi siswa sebagian besar sudah menunjukkan keutuhan pengungkapan gagasan, diksinya sudah tepat, dan pilihan judulnya juga tepat dan menarik. Proses saling belajar antar siswa berlangsung intensif. Akan tetepi, hasilnya belum mencapai target tindakan yang ditetapkan ( rata- rata 6,87 ). Contoh puisi yang belum baik. Liburan Sekolah Libuaran telah tiba Aku ke rumah nenek Bermain dengan teman Contoh puisi yang sudah baik. Liburan Sekolah Liburan sekolah sudah tiba Sepeda merahku melonjak gembira Sambil ngebut di jalan pulang ia meminta Besok ajak aku piknik ya bang, aku jenuh Tiap hari mengantarmu pergi pulang sekolah Aku ingin jalan- jalan ke bukit dan lembah
823
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Refleksi Melihat hasil tindakan di atas, penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan tindakan siklus 2 agar target pembelajaran, baik proses maupun hasil, tercapai. Pada siklus 2 guru perlu memanfaatkan siswa- siswa yang telah mampu menulis puisi dengan baik untuk membantu teman-teman mereka yang masih sedikit mengalami kesulitan menulis puisi. Sementara itu, guru dapat berkonsentrasi untuk membantu siswa yang masih banyak mengalami kesulitan menulis puisi. Cara ini diharapkan dapat memaksimalkan hasil belajar siswa, dan terjadi proses pembelajaran antar siswa. KESIMPULAN Hasil penelitian ini membuktikan bahwa media gambar,terutama media gambar yang dilengkapi model penulisan puisi terbukti dapat meningkatkan imajinasi ,kreatifitas menulis siswa, dan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Melalui media gambar, perhatian terfokus pada pembelajaran yang sedangberlangsung, suasana kelas menjadi menyenangkan dan menggairahkan sehingga siswa termotifasi untuk belajar. Tumbuhnya semangat kegairahan siswa dalam belajar membuat proses siswa dalam menguasai kemampuan menulis puisi berjalan lebih baik dan lebih optimal hasilnya. Penggunaan pembelajaran secara kelompok terbukti membuat siswa bergaiah belajar karena terjadi proses saling belajar antar siswa. Berdasarkan kesimpulan di atas diajukan saran kepada guru sebagai berikut. Media gambar hendaknya dijadikan salah satu pilihan bagi guru untuk mengajarkan berbagai kompetensi, baik untuk pembalajaran Bahasa Indonesia maupun untuk pembelajaran lainnya. Sebab gambar terbukti lebih mampu menarik perhatian siswa, serta menumbuhkan minat dan gairah belajar siswa. Karena pembelajaran kelompok yang dirancang dan dilaksanakan secara baik dan optimal terbukti pembelajaran siswa lebih baik, disarankan hendaknya guru dapat memanfaatkan strategi pembelajaran kelompok ini secara tepat. Dengan demikian pembelajaran kelompok tidak menjadi pembelajaran terkelola dengan baik dan menutupi kelemahan guru. DAFTAR RUJUKAN Arikuto,Suharsiami dan Supandi. 2016. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksam. Afrianti.2013.Penggunaan Media gambar untuk jurnal Unta, 2, Jurnal Unta. Ac.id. diunduh pukul 16.45 wib tanggal 8 April 2016. Yayan. Y. 2012. Pengertian Media Pembelajaran. Eprints. Uny. ac. id. Diunduh pukul 17.00 wib tanggal 8 April 2016. Muslim, Arifin.2011. Pembelajaran menulis.Files. worpress.com. Diunduh pukul 17.00 wib tanggal 8 April 2016. Sinaga, SL. 2013. Pengertian Metode Pembelajaran. Repository. Usu. ac.id. Diunduh pukul 17.15 wib tanggal 8 April 2016.
824
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
PENINGKATKAN KEMAMPUAN MEREFLEKSI PUISI MENGGUNAKAN MEDIA GURITA IMAJINASI (GURMAJI) PADA SISWA KELAS VII SMP IMMANUEL BATU TAHUN PELAJARAN 2015-2016 Jumiati, S.Pd. SMP Immanuel Batu Abstrak: Sebagai sebuah karya sastra, puisi memiliki ciri khas dalam wujud dan bahasa yang digunakan. Salah satu ciri puisi adalah menggunakan kata-kata kiasan dan simbolsimbol tertentu.Selain itu sifat pemadatan kata tertentu menambah kesulitan bagi siswa untuk memahami isi puisi. Dalam pembelajaran puisi pada K.D 13.2 merefleksi puisi yang dibacakan pada siswa SMP kelas 7 semester2, siswa dituntut memiliki kemampuan mengartikan kata-kata simbol dan konotasi dalam puisi, memehami isi puisi, dan mampu merefleksi puisi dalam kehidupan siswa. Untuk itu diperlukan media yang tepat untuk meningkatkan kemampuan merefleksi puisi yang dibacakan.Penulis menggunakan media Gurita Imajinasi(GurMaji) dalam penelitiaan ini. Media ini dipakai untuk memotivasi siswa untuk lebih aktif melakukan kegiatan merefleksi puisi. Terbukti hasil pembelajaran sejak siklus 1 menunjukkan peningkatan hingga siklus II. Dengan media ini siswa merasa senang dan terlihat lebih proaktif dalam pembelajaran merefleksi puisi. Kata Kunci: Penggunaan media Gurita Imajinasi (GurMaji), peningkatan kemampuan merefleksi isi puisi, Siswa lebih aktif.
Bahasa merupakan media komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa seseorang dapat memahami tujuan komunikasi dan maksud apa yang dikomunikasikan. Untuk itu, dalam komunikasi seseorang harus paham dengan bahasa yang digunakan. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi dapat berupa kata-kata baku atau simbol-simbol tertentu. Ketika bahasa yang digunakan berupa kata-kata baku yang tidak perlu dimaknai lain, maka memaknai komunikasi itu akan lebih mudah. Namun, ketika bahasa yang digunakan berupa simbol atau kata yang memiliki makna lain di samping makna aslinya, maka memaknai komunikasi itu menjadi hal yang sulit. Salah satu bahasa yang banyak menggunakan kata-kata simbolis adalah bahasa puisi. Puisi merupakan karya tulis sastra yang bersifat singkat, padat, dan memiliki makna yang dalam. Bahasa yang digunakan banyak berupa simbol atau konotasi dengan makna yang berbeda dengan makna aslinya. Untuk memahami sebuah puisi, siswa harus mengerti arti kata atau kalimat yang terdapat dalam puisi tersebut. Secara umum, siswa kelas VII belum mampu memahami arti kata dan kalimat yang terdapat dalam puisi. Hal ini dikarenakan siswa kesulitan dalam memahami arti kata-kata simbol. Kata simbolis merupakan kata yang menggunakan benda, warna, suasana, bunyi, dan lambang tertentu di sekitar sebagai perbandingan. Dalam puisi, penggunaan kata-kata simbolis dimaksudkan untuk membuat puisi tersebut memiliki nilai keindahan. Tanpa kata-kata simbolis, puisi tidak berbeda dengan karya tulis lainnya. Untuk dapat memahami kata-kata simbol diperlukan kesadaran bahwa kata-kata tersebut bukanlah kata dengan makna yang sebenarnya. Kata-kata tersebut memiliki arti tersembunyi yang harus diungkap melalui beberapa cara, seperti membandingkannya dengan benda-benda di sekitar baik dari segi fisik, sifat, maupun karakteristiknya. Kemampuan memahami kata-kata simbolis inilah yang menjadi kesulitan siswa. Mereka cenderung memaknai kata-kata tersebut secara lugas sesuai kemampuan logis mereka. Akibatnya, pemahaman isi puisi siswa tidak sesuai dengan isi puisi yang sebenarnya.
825
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Merefleksi isi puisi merupakan kegiatan memaknai isi puisi dan menghubungkan dalam kehidupan nyata siswa . Karena siswa tidak mampu memahami kata simbol dan konotasi yang terdapat dalam puisi, maka siswa tidak mampu memahami isi puisi tersebut. Karena siswa tidak memahami isi puisi, maka secara otomatis mereka tidak mampu merefleksikan isi puisi. Salah satu keterampilan dalam Kurikulum 2006, atau yang dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), adalah mendengar. Salah satu Kompetensi Dasar (KD) dari keterampilan mendengar tersebut adalah merefleksi puisi yang dibacakan. Materi tersebut harus dikuasai oleh siswa jejang kelas VII SMP pada semester 2. Uraian dalam KD tersebut tidak saja menuntut siswa untuk mampu mendengar pembacaan puisi, tetapi juga harus mampu memahami dan merefleksikannya dengan berbagai peristiwa dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pengamatan penulis terhadap hasil kerja siswa, diketahui bahwa masih terdapat siswa yang tidak mampu merefleksi puisi dengan tepat. Dari 30 orang siswa kelas VII B terdapat 90% siswa belum mampu merefleksi puisi. Masih terdapat 28 siswa yang nilainya di bawah KKM 75. Dan baru 2 siswa yang memiliki nilai di atas KKM. Permasalahan juga terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa pasif dan cenderung hanya menunggu stimulus yang diberikan guru. Kadang untuk meresponnya membutuhkan waktu lama. Siswa hanya menunggu informasi dari guru, kemudian mencatanya. Kondisi ini membuat pembelajaran K.D 13.2 Merefleksi puisi menjadi tidak efektif, kurang menarik, dan membosankan. Permasalahan lain muncul karena guru pengajar kurang sabar menunggu proses siswa menemukan makna kata simbolis dalam puisi. Guru lebih cepat memberikan jawaban pada persoalan yang dihadapi siswa sebelum siswa memberikan jawabannya. Akibatnya, siswa kurang mendapat kesempatan mengeksplor imajinasinya untuk menemukan makna kata simbolis. Selain itu, dalam pembelajaran guru cenderung hanya menggunakan metode kovensional, yaitu ceramah dan pemodelan, tanpa media belajar yang menarik. Permasalahan di atas perlu mendapat perhatian dari guru selaku mediator dan fasilitator. Guru harus mencarikan solusi, baik dalam penggunaan metode maupun media. Guru perlu memilihkan metode dan media yang tepat agar siswa dapat tertarik dengan pembelajaran KD merefleksi puisi. Metode dan media yang menarik akan memotivasi siswa untuk aktif dalam menemukan makna katakata simbol dalam puisi. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan merefleksi puisi yang dibacakan adalah dengan menggunakan media. Menurut Ali (dalam Putra, 2013), media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar. Dengan kata lain, media dapat membuat siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar,. Menurut Susilana & Riyana (2008:9), media mempunyai kegunaan untuk menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar. Dengan media siswa akan lebih bersemangat dalam belajar. Penggunaan media membuat belajar identik dengan bermain. Siswa menjadi bergairah dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Demikian halnya dengan pembelajaran merefleksi puisi, perlu media yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar merefleksi puisi. Media yang dimaksud adalah media Gurita Imajinasi. Media gurita imajinasi (GurMaji) merupakan media pembelajaran yang berwujud gambar mirip gurita. Pada media ini, kepala gurita di tempel puisi sementara pangkal kakinya digunakan untuk menempel kata-kata simbol atau konotasi yang ditemukan oleh siswa dalam puisi dalam bentuk potongan kertas warna-warni. Selanjutnya dari kata simbol atau konotasi yang ditemukan, siswa harus mencari makna kata yang berhubungan dengan simbol atau kata konotasi yang sudah ditempel pada pangkal kaki gurita.demikian seterusnya.Media ini dekat dengan metode peta konsep. Hanya bentuk media dan warna-warni kertas yang digunakan dalam media GurMaji ini membuat siswa merasa bermain sehingga memotivasi siswa untuk lebih aktif terlibat dalam kegitan pembelajaran.
826
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Dengan media ini siswa menjadi lebih tertarik untuk mengungkap arti kata-kata simbol dalam puisi. Siswa juga termotivasi untuk mengeksplor imajinasinya dan menghasilkan kata-kata yang berhubungan dengan kata simbol yang ada. Kejenuhan siswa saat menemui kesulitan memaknai simbol dapat ditekan oleh kesenangan mereka dalam „bermain-main‟ dengan media gumaji. Penelitian tindakan kelas untuk mereflksi puisi pernah dilakukan oleh Surani (2008) dengan judul penelitian ”Peningkatan Kemampuan Merefleksi Isi Puisi yang Dibacakan melalui Pendekatan Komunikatif serta Penerapan CTL pada Siswa Kelas VIIE Semester Gasal SMP Negeri 2 Magelang Tahun Pelajaran 2007/2008”. Penelitian oleh Surani ini menekankan penerapan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran merefleksi puisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan CTL dalam pendekatan komunikatif dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam merefleksi isi puisi. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Dasih dengan judul “Peningkatan Kemampuan Merefleksi Isi Puisi yang Dibacakan melalui Pendekatan Komunikatif serta Penerapan CTL pada Siswa Kelas Enam Semester 1 SD Negeri Mojorembun Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan signifikan dari beberapa siswa yang tadinya tidak tuntas dalam merefleksi puisi menjadi tuntas semua. Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukan penelitian tindakan kelas yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan merefleksi puisi menggunakan media Gurita Imajinasi (GurMaji) pada siswa kelas VIIB SMP Immanuel Batu tahun pelajaran 2015-2016. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Melalui metode ini peneliti berusaha meningkatkan kemampuan merefleksi puisi secara sistematis , dari pesrsiapan sampai penilaian. Melalui metode ini peneliti mendapatkan informasi apa adanya tentang keadaan serta praktik-praktik yang dilakukan di dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini objek yang diamati adalah pembelajaran secara langsung terhadap KD merefleksi puisi. Dalam hal ini peneliti terlibat secara langsung proses serta situasi yang dialami. Tujuannya untuk memperoleh informasi secara langsung sesuai dengan situasi yang dialami. Objek yang diteliti adalah pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan secara langsung oleh peneliti, yaitu pada siswa kelas VII B SMP Immanuel Kota Batu dengan jumlah siswa 30 orang. Untuk memperoleh data secara akurat, peneliti menggunakan instrumen yaitu tes tertulis dalam bentuk butir soal. Tes yang digunakan berbentuk esai. Tes tertulis bentuk esai digunakan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan siswa merefleksi. Sementara itu, rubrik penilaian digunakan untuk mengoreksi jawaban siswa dalam bentuk uraian. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran Siklus I Dalam siklus I ada tiga kegiatan yang dilakukan guru, yakni (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, dan (3) penilaian pembelajaran. Perencanaan Pembelajaran Beberapa kegiatan dilakukan dalam mempersiapkan pembelajaran K.D 13.2 Merefleksi Puisi. Pertama, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Langkah penting dalam menyusun RPP meliputi (a) menentukan SK dan KD dari kurikulum, (b) menjabarkan KD menjadi indikatorindikator keberhasilan, (c) mengembangkan materi pokok, (d) memilih metode dan model pembelajaran yang cocok, (e) mengembangkan media belajar. Adapun langkah-langkah merancang dan mengembangkan media pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi kompetensi utama yang dituntut dalam kompetensi dasar yang akan diajarkan. Kedua, mengidentifikasi indikator dari kompetensi dasar tersebut secara rinci dan menatanya dalam urutan
827
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
yang sistematis. Ketiga, memilih media yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dan indikator. Keempat, merancang media pembelajaran yang sesuai bahan, bentuk, langkah pembuatan dan cara pemakai-annya. Kelima, membuat media sesuai rancangan. Pelaksanaan Pembelajaran Langkah-langkah proses pembelajaran menggunakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji) dilakukan melalui tahapan kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal pembelajaran guru mengajak doa bersama yang dipimpin oleh guru, mengecek kehadiran siswa, dan persiapan siswa mengikuti pelajaran yang akan dilaksanakan. S\elanjutnya, dikemukakan dialog gurusiswa pada tahap apersepsi seperti kutipan (1) berikut. Kutipan (1) Guru : Anak-anak pada pertemuan-pertemuan sebelumnya kita sudah belajar tentang menanggapi pembacaan puisi. Saat itu Ibu sudah menerangan apa dan bagaimana puisi itu. Hari ini kita akan masuk ke K.D 13.2 merefleksi puisi.Baik kita akan mengingat tentang sifat puisi.Puisi memiliki sifat . . . . ayo, siapa yang bisa, angkat tangan. Siswa : Padat, singkat. Guru : Dan . . . . Siswa : Terdiri dari bait dan baris. Guru : Bagus, jadi memahami puisi itu sulit atau gampang? Siswa : Sulit, karena banyak kata simbolis dan kata-kata yang bermakna ganda. Guru : Menurut kalian apa yang dimaksud dengan kata simbolis? Siswa : Kata-kata yang tidak memiliki makna sebenarnya Dari dialog tersebut nampak bahwa siswa masih belum memahami dengan tepat arti kata simbolis. Siswa memaknai kata simbolis sebagai kata yang tidak memiliki makna sebenarnya. Padahal, seharusnya, kata simbolis adalah kata yang membandingkan gagasan dengan suatu yang dapat melukiskan makna dari gagasannya tersebut yang dapat menggunakan simbol berupa hewan atau tokoh atau lambang atau benda-benda tertentu yang dapat menggantikan kata yang ingin diutarakan. Untuk meluruskan pemahaman siswa tentang kata simbolis, selanjutnya guru memberi beberapa contoh kata simbolis beserta makna simbolnya. Berdasarkan beberapa contoh tersebut, kemudian guru mengarahkan siswa pada makna kata simbolis yang sebenarnya. Pada tahap kegiatan inti guru memberi waktu selama 60 menit. Pada tahap ini guru mulai masuk pada materi K.D 13.2 Merefleksi Puisi. Guru memberi penjelasan tentang merefleksi puisi dan langkah-langkah merefleksi puisi serta memberi contoh cara merefleksi puisi. Pada pembelajaran ini guru menggunakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji).
Gambar 1 Siswa sedang menggunakan Media Gurita Imajinasi (Gurmaji)
828
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Media ini dimaksudkan untuk mempermudah dan mendorong siswa mengartikan kata-kata simbolis yang ditemukan dalam puisi karena media ini dibuat dalam bentuk gurita dengan kakikakinya yang memanjang serta kertas warna-warni yang akan ditempelkan pada kaki-kaki gurita.Hal ini membuat siswa merasa senang. Guru menerangkan cara menggunakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji). Pada tahap berikutnya guru membaca puisi yang berjudul “Perahu” karya Yayang Mujiyatun. Setelah mendengar pembacaan puisi, siswa mendiskusikan kata-kata simbolis yang terdapat dalam puisi dengan menggunakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji). Dengan media ini siswa menempelkan puisi pada kepala gurita. Setelah itu siswa mendiskusikan kata-kata simbolis yang terdapat dalam puisi dan menempelkan pada pangkal kaki gurita. Pada kegiatan ini guru juga membimbing siswa selama proses diskusi. Selanjutnya setiap siswa berkewajiban mencari kata-kata yang berhubungan dengan kata simbolis yang sudah ditentukan berdasarkan imajinasi masing-masing siswa dan menempelkannya pada kaki-kaki gurita. Dalam kegiatan ini siswa nampak antusias dan senang mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji). Hal itu nampak pada siswa yang dengan segera menulis apa yang diimajinasikan tentang kata simbol dan berusaha segera menulis pada kertas warna –warni yang sudah tersedia serta menempelkan pada kaki-kaki gurita.Warna-warni kertas yang digunakan dalam media ini ternyata menarik siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi. Setelah itu siswa mendiskusikan dan menentukan arti kata simbolis yang tepat.
Gambar 2 Siswa sedang berdiskusi dan guru membimbing
Langkah berikutnya siswa membuat parafrase puisi yang dilanjutkan dengan merefleksi puisi dalam bentuk prosa. Kemudian siswa menuliskan hasil diskusi pada kertas plano yang tersedia dan menyertakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji) yang berisi proses siswa menemukan arti kata simbolis. Setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya, maka masing-masing kelompok mempresentasikan hasil dikusinya di depan teman-temannya. Saat menampilkan hasil diskusi nampak siswa merasa puas dan bangga karena sudah mampu menghasikan imajinasi tentang kata simbolis bahkan dapat dilihat oleh semua siswa.
Gambar 3 Siswa sedang presentasi hasil diskusi
829
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Hasil pembelajaran pada siklus I pertemuan 1 menunjukkan bahwa belum seluruh siswa paham penjelasan guru tentang kata simbolis. Sekitar 67% siswa masih memahami kata simbolis sebagai „semua kata yang bukan makna sebenarnya‟ atau kata konotasi. Hal ini dikarenakan siswa belum memahami konsep kata simbolis dan konotasi. Dan belum mampu membedakan antara kata simbolis dengan kata konotasi akibatnya dari 6 kata simbolis yang terdapat dalam puisi yang ditemukan berkembang menjadi lebih dari 6. Akibatnya hasil merefleksi puisi yang dilakukan siswa yang berupa prosa masih banyak yang belum sesuai dengan isi puisi yang sebenarnya.Hal ini nampak pada hasil evaluasi sesuai data.pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Hasil Uji Kemampuan Merefleksi Isi Puisi pada siklus 1
Interval 40-54 55-64 65-74 75-84 85-99 Jumlah
Frekuensi 11 2 7 8 2 30
Prosentase 37% 7% 23% 26% 7% 100%
Standart ketuntasan K.D merefleksi puisi 75.Data pada tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang mendapat nilai di bawah 75 ada 20 siswa. Hal itu menunjukan bahwa pada siklus I kemampuan siswa dalam merefleksi puisi 70% masih di bawah standar KKM yang ditentukan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran merefleksi puisi dengan menggunakan media Gurita Imajinasi(GurMaji) masih memiliki kekurangan. Dari fakta yang ada kekurangan bukan pada media yang dipakai, Beberapa kelemahan yang meng-akibatkan ketidaktuntasan siswa pada pembelajaran pada siklus I antara lain yaitu: (1) penyampaian konsep makna kata simbolis dan konotasi masih kurang, (2) Kemampuan siswa mengasosiasikan makna katakata konotasi/kiasan dan simbolis masih kurang, (3) Kemampuan siswa untuk menentukan isi puisi masih kurang, (4) Kemampuan siswa merefleksi puisi dalam bentuk prosa masih kurang. Kondisi di atas menyebabkan kegiatan merefleksi puisi tidak berjalan maksimal. Banyak siswa yang tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan mereka bingung apa yang akan ditulis.Yang pandai lebih dominan mengerjakan itupun dengan pemahaman yang kurang.Sedangkan yang tidak bisa, mereka pasif dan hanya menunggu pertolongan temannya Berdasarkan kondisi pada siklus I maka perlu dilakukan pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mereflekasi puisi yaitu dengan melakukan kegiatan siklus II. Pembelajaran Siklus II Dalam siklus II ada tiga kegiatan yang dilakukan guru, yakni (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, dan (3) penilaian pembelajaran. Perencanaan Pembelajaran Dalam siklus II ini pada dasarnya perencanaan pembelajaran tidak jauh berbeda dengan siklus I dalam mempersiapkan pembelajaran K.D 13.2 Merefleksi Puisi. Pertama, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Langkah penting dalam menyusun RPP meliputi (a) menentukan SK dan KD dari kurikulum, (b) menjabarkan KD menjadi indikator-indikator keberhasilan, (c) mengembangkan materi pokok, (d) menggunakan metode dan model pembelajaran tetap pada siklus I (e) mengembangkan media belajar. Adapun langkah-langkah merancang dan mengembangkan media pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi kompetensi utama yang dituntut dalam kompetensi dasar yang akan diajarkan. Kedua, mengidentifikasi indikator dari kompetensi dasar tersebut secara rinci dan menatanya dalam urutan yang sistematis. Ketiga, membuat lagi media
830
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
pembelajaran yang sesuai bahan, bentuk, langkah pembuatan dan cara pemakai-annya seperti pada siklusI.. Pelaksanaan Pembelajaran Langkah-langkah proses pembelajaran menggunakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji) dilakukan melalui tahapan kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal pembelajaran guru mengajak doa bersama yang dipimpin oleh guru, mengecek kehadiran siswa, dan persiapan siswa mengikuti pelajaran yang akan dilaksanakan. Selanjutnya, dikemukakan dialog gurusiswa pada tahap apersepsi seperti kutipan (1) berikut. Kutipan (2) Guru : Pada pertemuan terdahulu kalian sudah belajar bagaimana merefleksi puisi dengan menggunakan media Gurita Imajinasi(GurMaji) baik secara kelompok maupun individu. Secara individu hasil yang diperoleh menunjukan bahwa masih banyak dari kalian yang belum bisa merefleksi puisi ke bentuk prosa dan dalam kehidupan nyata. Menurut kailan, bagian mana yang sulit? Siswa : Apa beda kata simbolis dengan kata-kata biasa? Bagaimana membedakan? Dari kutipan dialog di atas diketahui bahwa pada siklus I beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam membedakan kata yang bersifat simbolis dengan kata yang bermakna sebenarnya. Untuk itu pada siklus II ini guru mengulangi pemahaman siswa tentang kata simbolis dengan memberikan contoh simbol-simbol yang sering digunakan penyair dalam mengungkapkan perasaannya dalam puisi. Simbol –simbol itu dapat berupa benda, warna, susana, dan suara Berdasarkan penjelasan tersebut, kemudian guru membagi dalam kelompok kecil. Perkelompok terdiri dari 4 siswa. Kemudian guru mengarahkan siswa bagaimana mengeksplor imajinasi siswa dala m memahami kata simbol yang terdapat dalam puisi.
Gambar 4 Guru sedang menerangkan kembali tentang kata simbolis
Pada tahap kegiatan inti guru memberi waktu selama 60 menit. Pada tahap ini guru mulai masuk pada kegiatan K.D 13.2 Merefleksi Puisi. Guru kembali mengigatkan langkah-langkah merefleksi puisi dengan menggunakan media Gurita Imajinasi(GurMaji) seperti pada siklus I. Hanya pada siklus II ini langkah –langkah pembelajaran lebih pendek . Hal itu disebabkan guru memberi batasan jumlah kata simbolis dan konotasi yang harus ditemukan dan siswa dapat dengan cepat menulis kata-kata simbolis dan kata konotasi yang ditemukan karena jumlah anggota kelompok yang relatif sedikit dibanding pada kelompok siklus I.Selanjutnya guru membagikan Lembar Kerja Siswa tentang merefleksi puisi. Guru membacakan puisi yang berjudul “Menyesal” karya Ali Hasjmi. Pada
831
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
kegiatan ini guru menugasi siswa menemukan beberapa kata simbolis dan konotasi yang terdapat dalam puisi , Siswa menemukan arti kata-kata simbolis dan konotasi dalam puisi dengan menggunakan media Gurita Imajinasi,(Gurmaji). Setelah siswa menemukan kata simbolis dan konotasi serta mengartikannya, siswa merefleksi puisi menjadi bentuk prosa.Selanjutnya siswa dapat merefleksi puisi dalam kehidupan nyata.
Gambar 5 Siswa mengeksplor imajinasinya untuk mereflek puisi
Setelah siswa menemukan kata simbolis dan konotasi siswa menempelkan kertas warna yang tersedia pada pangkal kaki gurita. Langkah berikutnya siswa menulis arti kata- simbolis yang ditemukan pada setiap batang kaki guritas. Dari media yang sudah digunakan untuk mengeksplor imajinasi siswa, siswa sudah mendapat gambaran apa isi puisi. Setelah itu siswa merefleksi puisi menjadi bentuk prosa dan menulisnya pada lembaran kertas yang sudah disediakan, sebagai tugas pertama.Selanjutnya siswa merefleksi puisi dalam kehidupan nyata sebagai tugas kedua. Dari kegiatan siklus II yang sudah dilaksanakan nampak ada perubahan sikap dari siswa dalam merespon tugas. Siswa lebih aktif untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Jumlah siswa yang pasif pada siklus I sangat berkurang. Hal ini disebabkan jumlah kelompok yang kecil memberi peluang yang banyak pada siswa untuk berperan aktif. Dari hasil evaluasi dalam bentuk lembar kerja siswa, nilai yang didapat siswa pada siklus I mengalami peningkatan. Hal itu nampak pada hasil evaluasi yang terdapat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Hasil Uji Kemampuan Merefleksi Isi Puisi pada siklus II
Interval 40-54 55-64 65-74 75-84 85-99 Jumlah
Frekuensi 0 3 3 18 6 30
Prosentase 0% 10% 10% 60% 20% 100%
Dari tabel data di atas menunjukan bahwa siswa yang mampu merefleksi puisi dengan nilai di atas KKM ada 24 siswa. Sementara yang mendapatkan nilai di bawah KKM ada 6 siswa.Kondisi ini menunjukan ada perubahan nilai yang signifikan pada siklus II dibanding siklus I. Pada siklus II ini sudah terjadi perubahan nilai yang cukup signifikan. Namun, target yang diharapkan seluruh siswa mendapatkan nilai minimal KKM belum tercapai. Dari 30 siswa masih
832
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
terdapat 6 siswa yang belum mencapai nilai minimal 75. Itu berarti 26 siswa sudah mampu mencapai nilai ketuntasan minimal. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran merefleksi puisi dengan menggunakan media Gurita Imajinasi(GurMaji) masih memiliki kelemahan. Kelemahan itu mengakibatkan 6 siswa pada pembelajaran pada siklus II tidak bisa mencapai nilai KKM . Hal ini disebabkan kemampuan siswa mengasosiasikan makna kata-kata konotasi/kiasan dan simbolis masih kurang. Alternatif pemecahan masalah bagi 6 siswa yang belum tuntas KKM melalui remidi. PENUTUP Dalam pembelajaran merefleksi puisi, siswa harus mengetahui isi puisi.Agar dapat mengaetahui isi puisi maka harus mengerti kata-kata simbolis atau konotasi yang terdapat dalam puisi. Hal ini menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran merefleksi puisi.Untuk itu perlu media yang mampu merangsang siswa untuk termotivasi menemukan makna kata simbolis atau konotasi yang terdapat dalam puisi. Media Gurita imajinasi merupakan media yang dapat menolong siswa dalam menemukan arti kata-kata simbol dalam puisi dan terbukti mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam merefleksi puisi. Daftar Pustaka Dasih. 2014.Peningkatan Kemampuan Merefleksi Isi Puisi yang Dibacakan melalui Pendekatan Komunikatif serta Penerapan CTL pada Siswa Kelas Enam Semester 1 SD Negeri Mojorembun Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang tahun Pelajaran 2013/2014.Rembang Putra, Weda.2013. Pengertian Media Menurut Pakar dan Ahli (online) (delomangkalan. blogspot.co.id, diakses tanggal 28 Februari 2016) Susilana,Rudi dan Cepi Riyana.2008.Media Pembelajaran.Bandung : CV Wacana Prima Surani. 2008. Peningkatan Kemampuan Merefleksi Isi Puisi yang Dibacakan melalui Pendekatan Komunikatif serta Penerapan CTL pada Siswa Kelas VIIE Semester Gasal SMP Negeri 2 Magelang Tahun Pelajaran 2007/2008.Magelang
833
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENINGKATAN PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI DENGAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA ALAM DI KELAS VII-J SMP NEGERI 01 BATU Lukitaningtyas SMP Negeri 01 Batu
[email protected] Abstrak: Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran berbasis teks, salah satu teks yang diajarkan adalah teks eksplanasi di kelas VII. Pada aplikasinya, pembelajaran tersebut tidak seluruhnya berjalan dengan baik. Seperti yang terjadi di kelas VII J SMP Negeri 1 Batu yang mengalami hambatan atau masalah dalam pembelajaran menyusun teks eksplanasi, yang dibuktikan dengan hasil siswa dalam kegiatan menyusun teks yang kurang dari standar nilai yang ditetapkan.Hal ini diketahui berdasarkan observasi hasil karya menulis teks eksplanasi siswa yang memperoleh KKM berjumlah 37%. Permasalahan tersebut disebabkan oleh media yang digunakan guru kurang sesuai dengan materi pembelajaran, sehingga membuat siswa merasa jenuh di dalam kelas. Karena itu dalam penelitian ini digunakan media gambar peristiwa alam yang sesuai dengan pembelajaran menyusun teks eksplanasi. Hasil penelitian siklus 1, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 67% dan pada siklus 2 menjadi 90%. Hal ini menunjukan terjadi peningkatan sebesar 23%. Artinya hasil yang dicapai tersebut telah memenuhi target yang ditetapkan penulis yaitu 80%. Kata kunci: menyusun, teks eksplanasi, media gambar
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah melatih cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten. Sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas bahasa Indonesia dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain, (Hartanto, 2011). Dalam Kurikulum 2013 pembelajaran Bahasa Indonesia disajikan dalam bentuk teks baik lisan maupun tulisan yang di dalamnya ada tiga kompetensi yang menekankan pentingnya keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan, kemampuan berbahasa yang dituntut tersebut dibentuk melalui pembelajaran berkelanjutan:dimulai dengan meningkatkan kompetensi pengetahuan tentang jenis kaidah dan konteks suatu teks, dilanjutkan kompetensi ketrampilan menyajikan suatu teks tulis dan lisan baik terencana maupun spontan, dan bermuara pada pembentukan sikap kesantunan berbahasa dan penghargaan terhadap Bahasa Idonesia sebagai warisan budaya bangsa Zabadi, dkk. (Bahasa Indonesia Wahana pengetahuan SMP Kelas VII, 2013). Guru mau tidak mau harus mengajarkan macam-macam teks tersebut kepada peserta didik melalui proses pembelajaran dikelas sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Untuk mencapai kompetensi tersebut dalam proses belajar mengajar guru sering menghadapi beberapa kendala atau masalah-masalah ketika guru melaksanakan tugas. Kendala atau masalah yang dihadapi terutama berhubungan dengan penilaian proses dan hasil belajar yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena media yang digunakan dalam pembelajaran kurang tepat atau tidak bervariasi sehingga memicu peneliti untuk mengadakan penelitan guna mencari treatment yang tepat untuk menangani kasus atau permasalahan tersebut.
834
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Berhubungan dengan kendala atau masalah yang sering dihadapi guru di atas, peserta didik juga mengalami permasalahan dalam hubungannya dengan penilaian proses dan hasil belajar. Berdasarkan pembelajaran berbasis teks yang disajikan, peserta didik rata-rata mengalami kesulitan dalam ketrampilan menulis teks. Menyusun teks eksplanasi adalah salah satu kegiatan pembelajaran yang kurang diminati siswa di SMP Negeri 01 Batu. Hal tersebut disebabkan siswa sering mengalami kesulitan dalam menentukan struktur dan kalimat yang benar serta penggunaan kaidah kebahasaan dalam teks eksplanasi. Apalagi media pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang memperhatikan karakteristik dan kesesuaian dengan materi yang diajarkan. Padahal penggunaan media pembelajaran sangatlah penting karena hal tersebut akan mempengaruhi kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diajarkan. Pembelajaran yang demikian akan membuat minat dan kemampuan siswa dalam menyusun teks eksplanasi kurang maksimal. Akhirnya berdampak pada nilai siswa berada di bawah KKM yang ditetapkan di SMP Negeri 01 Batu. KKM yang ditetapkan yaitu 78, sedangkan ketuntasan belajar siswa dalam menyusun teks eksplanasi sebesar 37%. Berdasarkan permasalahan di atas diketahui bahwa peserta didik merasa menulis merupakan suatu keterampilan yang sulit untuk dikuasai. Hal itu dikarenakan menulis membutuhkan perhatian khusus terutama dari segi struktur teks, pengorganisasian paragraf, struktur kalimat, tata bahasa, penggunaan ejaan dan tanda baca. Hal itu sesuai dengan pernyataan Richards dan Renandya (2002:303) yang mengatakan bahwa tidak diragukan lagi bahwa menulis merupakan ketrampilan yang sangat sulit untuk dikuasai oleh siswa. Dalam hal ini penulis harus memperhatikan kemampuan atau ketrampilan tingkat lebih tinggi seperti perencanaan dan pengorganisasian teks dan juga ketrampilan tingkat rendah seperti ejaan, tanda baca, dan pilihan kata. Selanjutnya peneliti mengangkat menulis sebagai permasalahan yang mendesak dan penting untuk segara dicarikan pemecahannya disebabakan menulis merupakan suatu ketrampilan yang mutlak diperlukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam kurikulum 2013. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi peserta didik SMP Negeri 1 Batu terutama kelas VIIJ, ada beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya masalah tersebut. Berdasarkan analisis kajian teori dan empirik di lapangan faktor-faktor tersebut berhubungan dengan: (1) media pembelajaran yang monoton; (2) kurangnya latihan menulis dengan menggunakan tanda baca dan organisasi kalimat yang benar. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah dalam penelitian ini digunakan media gambar. Media gambar merupakan salah satu dari media pembelajaran yang paling umum yang dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran, termasuk di dalamnya termasuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Menurut Arif. (2003:21), media gambar berfungsi untuk menyanpaikan pesan dari guru kepada siswa. Media gambar ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah dapat terlihat dengan jelas. Menurut Purwanto dan Alim (1997:63), kelebihan media gambar adalah (1) sifatnya konkret, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media ferbal semata, (2). gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, (3) media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, (4) dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja, (5) murah harganya, mudah didapatkan dan digunakan. Kelemahan media gambar menurut Purwanto dan Alim (1997:63) adalah (1) gambar menekankan persepsi indra mata, (2) gambar berada yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, (3) ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Media gambar digunakan karena media gambar ini mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik. Selain itu, media gambar menjadikan siswa lebih mudah dalam memahami materi yang dipelajari dan efektif sebagai sarana melatih keberanian dan melatih
835
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
kedisiplinan. Penggunaan media gambar dalam kegiatan menyusun teks eksplanasi sangat sesuai mengingat menyusun adalah kegiatan menyesuaikan atau menempatkan kalimat berdasarkan struktur teks, sedangkan penggunaan media gambar adalah mengamati gambar untuk dijadikan teks eksplanasi. Materi teks eksplanasi pernah diteliti sebelumnya oleh Janatun Naim (2014) dengan judul “Pembelajaran Menulis Teks Eksplanasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tumijajar Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian tersebut difokuskan untuk mencari perencanaan, penilaian, dan pelaksanaan pembelajaran teks eksplanasi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tumijajar. Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini diketahui jika guru sebelum pelajaran membuat RPP dan ketika melaksanakan pembelajaran terhadap tiga tahap diantaranya pendahuluan, inti, dan penutup, serta penilaian yang dilakukan guru mencakup penilaian kompetensi sikap dengan teknik obsevasi, penilaian kompetensi pengetahuan dengan teknik tes tulis dan tes lisan, dan penilaian kompetensi keterampilan dengan tes praktik. Media gambar ini juga pernah dipakai dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Iqbal (2002) dengan judul Strategi Pembelajaran Matematika yang Efektif dan Menyenangkan dengan Menggunakan Media gambar. Penelitian itu di dalamnya membahas tentang penggunaan media gambar dalam pembelajaran matematika yang dapat melahirkan kesan positif dan rasa menyenangkan anak dalam belajar, tanpa merasa adanya beban. Kedua penelitian tersebut adalah penelitian yang terkait dengan penelitian ini. Keterkaitannya adalah jika dalam penelitian pertama memiliki kesaman dalam materi yang digunakan, yakni teks eksplanasi, sedangkan penelitian yang kedua adalah sama-sama menggunakan media gambar. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus, yang setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Setiap siklus terdiri atas 1 pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-J tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran bahasa Indonesia, yang terdiri atas 1 orang guru, 13 orang siswa lakilaki dan 18 orang siswa perempuan. Waktu penelitian dimulai pada Maret s.d. April 2016. Data pelaksanaan pembelajaran dikumpulkan dengan metode observasi yang dilakukan oleh para guru sejawat. Dalam melakukan observasi guru menggunakan pedoman observasi yang sudah disiapkan. Data kemampuan menulis teks eksplanasi dijaring melalui tes menulis dengan rangsang gambar. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus 1 Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus guna meningkatkan kemampuan siswa kelas VII dalam menulis teks eksplanasi melalui penggunaan media gambar. Masing-masing siklus dilakukan dalam satu kali pertemuan. Gambaran proses dan hasil pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini sebagaimana disajikan di bawah ini. Perencanaan Perencanaaan adalah persiapan yang dilakukan sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi menyusun RPP, menyiapkan media pembelajaran, menyiapkan instrumen, menyuapkan reward, dan menyiapkan alat penunjang. Dalam menyusun RPP, langkah-langkah pembelajarannya disesuaikan dengan langkah-langkah penerapan penyusunan teks ekplanasi dengan menggunakan media gambar. Dalam menyusun RPP, dilakukan diskusi dengan guru matapelajaran mengenai langkah-langkah pembelajaran yang akan diterapkan di kelas. Hal ini bertujuan agar langkah-langkah yang direncanakan berjalan dengan maksimal sesuai dengan karakteristik belajar siswa yang dipahami oleh guru yang bersangkutan.
836
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Menyiapkan media pembelajaran, media yang digunakan pada siklus I yaitu video interaktif, gambar, dan teks peristiwa alam. Menyiapkan instrumen penelitian, yaitu berupa instrumen pengamatan aktivitas belajar siswa serta angket yang akan dibagikan pada siswa di akhir kegiatan pembelajaran. Menyiapkan reward bagi siswa, yaitu berupa hadiah kecil untuk menambah motivasi belajar siswa.Alat penunjang pembelajaran lainnya yang mendukung. Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penggunaan media gambar untuk menyusun teks eksplanasi dengan struktur yang benar disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran pada Kurikulum 2013 yakni (1) mengamati, (2) menanya, (3) menalar atau mengeksplorasi, (4) mengasosiasi, dan (5) mengomunikasikan. Kegiatan perbaikan dimulai dengan kegiatan mengamati. Guru memberikan contoh teks eksplanasi dan beberapa gambar fenomena alam, kemudian tiap siswa memilih salah satu gambar untuk diamati. Salah satu contoh gambar adalah fenomena alam yang terkait dengan banjir di Jakarta. Harapannya siswa bisa menyusun teks eksplanasi berdasarkan fenomena yang disajikan dengan struktur yang benar. Berikut disajikan Gambar (1) tentang peristiwa alam.
Gambar 1: Peristiwa Alam
Proses pengamatan gambar diikuti dengan tanya jawab dengan siswa sebagai berikut. Guru : “Menurut kalian gambar apa ini.” Siswa : “Gambar banjir Bu...!” Guru : “Ada pendapat lain tentang gambar ini?” Siswa : “Ada bu, itu gambar kemacetan di jalan raya. Guru : “Ya, semua jawaban bagus, coba diamati lagi gambar apa itu.” Siswa : “Banjir Bu!” Dari tanya jawab tadi menunjukkan antusiasme siswa mengikuti pembelajaran tentang teks eksplanasi dengan memakai media gambar Menanya Setelah siswa berhasil mengamati gambar dan memaknai gambar, guru meminta siswa untuk mengembangkan pertanyaan dari fenomena alam tersebut. Guru : “Apa banjir itu?” Siswa : “Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.” Guru : “Ada yang mempunyai jawaban lain?” Siswa : “Peredaman sementara oleh air pada daratan.” Guru : “Ya, dari pengertian banjir itu kalian bisa menyusun satu paragraf struktur teks
837
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Siswa Guru
:
pernyataan umum seperti contoh teks. Coba sekarang sebutkan ciri struktur penyataan umum.” “Berisi pendapat secara umum, bahasanya ringkas, menarik.” Pernyataan umum itu berisi satu statemen umum tentang suatu topik, yang akan dijelaskan proses keberadaannya, proses terjadinya, proses terbentuknya, dsb. Nah, sekarang kalian tulis satu paragaraf pernyataan umum.
Dari dialog di atas terlihat siswa dapat memahami ciri pernyataan umum untuk menulis pernyataan umum teks eksplanasi berdasarkan contoh gambar yang telah dibagikan. Menalar/mengeksplorasi Setelah siswa dapat menulis pertanyaan umum berdasarkan gambar yang sudah dibagikan, siswa bertanya tentang stuktur selanjutnya yaitu deret penjelas dari teks eksplanasi. Dalam proses ini ada salah satu siswa yang bertanya tentang isi deret penjelas. Guru : Apa isi deret penjelas itu bu? Siswa : Deret penjelas itu berisi proses terjadinya fenomena alam. Dalam deret penjelas proses terjadinya fenomena alam harus ditulis berurutan. Dari dialog di atas ternyata masih ada siswa yang kurang memahami struktur deret penjelas teks eksplanasi. Guru memberi bimbingan secara individu kepada siswa yang kurang memahami dengan memberi contoh teks eksplanasi. Setelah menulis deret penjelas dilanjutkan menulis kesimpulan. Dalam menulis kesimpulan tidak ada siswa yang bertanya dan guru menganggap mereka sudah mampu menulis struktur kesimpulan dari teks eksplanasi
Gambar 2 : Guru memberikan bimbingan pada siswa
Mengasosiasi Langkah selanjutnya siswa menggabungkan unsur-unsur teks yang ditulis menjadi teks eksplanasi secara padu dan sesuai karakteristik teks. Dalam proses ini siswa kesulitan menggabungkan unsur-unsur teks menjadi teks ekplanasi yang padu. Hal ini dapat dilihat dari hasil menggabungkan struktur teks eksplanasi secara utuh, kemudian siswa membandingkan teks eksplanasi yang telah disusun dengan teks eksplanasi yang disusun teman. Dalam membandingkan teks eksplanasi siswa menemukan berbedaan dalam penulisa ejaan khususnya penggunaan huruf kapital. Guru memberikan masukan dan membimbing siswa untuk memperbaiki penulisan huruf kapital tersebut. Mengomunikasikan Pada tahap ini siswa mempresentasikan hasil menyusun teks eksplanasi dengan bahasa yang lugas. Siswa lain memberikan tanggapan tentang isi teks yang bertema sama, dengan struktur teks yang sama tetapi menghasilkan gaya tulisan yang berbeda.
838
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Pengamatan Selama proses pembelajaran juga dilakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang dilakukan oleh guru. Mulai dari pemilihan gambar peristiwa alam, masih ada beberapa siswa yang belum mengerti alasannya memilih gambar peristiwa alam tersebut. Kemudian, dari gambar tersebut siswa dengan antusias menuliskan pernyataan umum tentang gambar peristiwa alam. Hal ini terlihat pada saat mereka bertanya pada temannya atau pada guru pembimbingnya. Tahap selanjutya, siswa menuliskan deret penjelas dan kesimpulan yang diakhiri dengan menuliskan teks eksplanasi secara utuh dengan menggabungkan semua struktur teks. Di sini masih banyak siswa yang kesulitan memadukan antar paragraf menjadi teks eksplanasi yang utuh. Namun, siswa terus bertanya kepada guru sampai mereka mengerti. Berdasarka pemaparan tersebut, dapat diketahui siswa memiliki antusiasme dan semangat belajar tinggi dalam mengikuti setiap langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dan memungkinkan pada siklus II akan menunjukkan pengamatan aktivitas siswa yang lebih meningkat. Peristiwa ini tentu dimanfaatkan oleh guru dengan meksimal agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan, terutama dalam peningkatan hasil menyusun teks eksplanasi. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan tes diketahui madia gambar belum maksimal dalam meningkatkan kemampuan menyusun taks eksplanasi. Karena hasil nilai siswa dalam menyusun taks eksplanasi dengan menggunakan media gambar peristiwa alam belum mencapai 80%. Peneliti memutuskan untuk melaksanakan siklus II dengan target mencapai ketuntasan minimal 80%. Target tersebut dapat dicapai jika media gambar peristiwa alam sesuai dengan keinginan masing-masing siswa. Siklus II Siklus II adalah perbaikan dari siklus I. Karena itu, segala kekurangan yang tedapat pada siklus I diperbaiki dalam siklus II, termasuk memperbaiki langkah-langkah pembelajarannya. Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan dalam siklus II hampir sama dalam siklus I, hanya saja terdapat perbedaan pada media gambar yang digunakan siswa untuk menyusun sebuah teks eksplanasi. Perencanaan Sebelum tahap perencanaan dilakukan berbagai persiapan. Berdasarkan kekurangan atau kelemahan yang terdapat pada siklus I, perencaan pada siklus II difokuskan untuk memperbaikinya. Di dalam siklus II ini persiapan peneliti tidak jauh berbeda dari penelitian siklus I. Hanya saja di dalam siklus II peneliti membagikan gambar peristiwa alam dan masing-masing siswa memilih gambar yang paling disukai. Gambaran proses dan hasil pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini sebagaimana disajikan di bawah ini. Pelaksanaan Berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun, langkah pembelajaran pada siklus II lebih difokuskan dalam kegiatan menyusun teks eksplanasi dengan media gambar peristiwa alam yang lebih beragam daripada siklus I. Langkah kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 18 maret 2016 dengan alokasi waktu 120 menit (3 jam pelajaran). Pada kegiatan awal terdapat kegiatan apersepsi dan motivasi. Dalam apersepsi kegiatan yang dilakukan adalah menyampaikan tujuan pembelajaran, menyepakati langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan, dan tanya jawab mengenai tingkat pemahaman siswa terhadap teks eksplanasi setelah diajarkan pada siklus I sedangkan dalam kegiatan motivasi, siswa diberikan motivasi oleh guru agar mengikuti pembelajaran menyusun teks eksplanasi pada siklus II lebih aktif, semangat, dan penuh motivasi sehingga akan berdampak pada keberhasilan yang akan dicapai.
839
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Kegiatan berikutnya adalah kegiatan inti, diantaranya adalah mengamati, menanya, menalar, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Dalam kegiatan mengamati siswa diminta untuk membaca teks eksplanasi yang bertema peristiwa alam. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai teks eksplanasi. Berikutnya, dalam kegiatan menanya, siswa mempertanyakan hal-hal yang masih belum dipahami utamanya yang berkaitan dengan struktur teks dan kaidah kebahasaan dalam teks eksplanasi. Kegiatan menanya ini difokuskan pada kesulitan belajar siswa pada siklus I agar tidak terulang dalam siklus II. Langkah pembelajaran berikutnya adalah menalar, siswa menagmbil satu buah gambar yang paling disukai tentang pristiwa alam. Setelah itu, siswa menentukan judul dari objek yang telah mereka pilih, menuliskan pernyataan umum, menuliskan deret penjelas, menuliskan simpulan dan yang terakhir menulis teks eksplanasi dengan menggabungkan semua struktur teks. Pada tahap ini guru juga membimbing dengan intensif pada siswa-siswa yang mengalami kesulitan baik dalam menuliskan pernyataan umum, menuliskan deret penjelas, menuliskan simpulan maupun ketika menggabungkan semua struktur menjadi teks eksplanasi. Langkah pembelajaran pada kegiatan inti adalah mengkomunikasikan, jadi siswa mempresentasikan hasil menyusun teks eksplanasi dengan bahasa yang lugas dan percaya diri. Kemudian, siswa memberi dan menerima masukan terhadap tulisan yang telah dibuat untuk perbaikan. Kegiatan pembelajaran yang terakhir yaitu penutup. Siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan atau melakukan refleksi. Pengamatan Ketika kegiatan pembelajaran berlangsun, dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan terhadap pembelajaran menyusun teks eksplanasi, guru mengamati segala aktifitas yang dijalankan oleh siswa. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran di kelas. Secara garis besar, hasil pengamatan pada siklus II ini menunjukan bahwa siswa atau suasana pembelajaran dalam kelas ketika penggunaan media gambar peristiwa alam diterapkan, lebih kondusif dan siswa menjadi antusias dalam mengikuti setiap langkah langkah pembelajaran. Aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dalam siklus II menunjukkan perbaikan 5 aspek yang diamati dari perolehan yang didapat pada siklus I. Dari 30 siswa di siklus I yang tuntas sebanyak 67% dan di siklus II sebanyak 90%. Perolehan ini menunjukkan bahwa media gambar peristiwa alam yang digunakan dapat diterima baik oleh siswa sehingga mampu membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan menyusun teks eksplanasi. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan tes, dapat diketahui nilai yang diperoleh siswa pada siklus II setelah diterapkan pengguanaan madia gambar peristiwa alam mengalami peningkatan yang signifikan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa media gambar peristiwa alam mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun teks eksplanasi. Ini terbukti dengan ketuntasan hasil belajar siswa yang mencapai 90% atau lebih dari 80% dengan nilai rata-rata 87. Berikutnya tidak perlu dilakukan siklus III karena hasil yang diperoleh telah melebihi target yang ditentukan.
Gambar 3 : Siswa berdiskusi dengan teman
Gambar 4 : Guru memberikan bimbingan
840
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Gambar 5 : Siswa memberi dan menerima masukan untuk perbaikan
Gambar 6 : Siswa mempresentasikan hasilnya
Gambar 7: Siswa memajang karyanya
Gambar 8 : Karya siswa
Gambar 9 : Karya siswa
SIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII J di SMP Negeri 01 Batu, dapat menarik minat dan motivasi siswa dalam belajar, dapat membuat siswa aktif dalam belajar, siswa dapat menuangkan ide dengan mudah, dan pelajaran menulis teks eksplanasi lebih menyenangkan. Ini bisa dilihat dari hasil tes siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 67% sedangkan pada siklus II yang tuntas sebanyak 90%. DAFTAR RUJUKAN Hartanto. 2011. Learning Community( Comunitas Belajar). Template simple:learning community. html. Iqbal, Muhammad. 2002. Strategi Pembelajaran Matematika yang Effektif dan Menyenangkan dengan Menggunakan Media Media Gambar. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, Tahun VIII, Edisi Khusus, Juli 2002
841
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Kemendikbud. (2013). Buku Guru Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif. Naim, Janatun (2014). Pembelajaran Menulis Teks Eksplanasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tumijajar Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi tidak diterbitkan. Lampung: FKIP. Unila. Richard, J.C. & Renandya, Willy A. 2002. Methodology in Language Teaching. An Anthology of Current Practice. New York : Cambride University Press. Zabadi, dkk.(2013). Bahasa Indonesia Wahana pengetahuan SMP Kelas VII. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif. .
842
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERPEN MELALUI KARTU BERGAMBAR KELAS VIIC SEMESTER GENAP SMP KATOLIK WIDYATAMA BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Marhaeni Widi Sesanti SMP Katolik Widyatama Batu
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran menulis teks cerita pendek dengan media bergambar/gambar berseri dalam pembelajaran teks cerpen. Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya aktivitas belajar dan keterampilan menulis teks yang dialami siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untukmeningkatkan keterampilan menulis melalui penerapan media gambar berseri. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, model Kemmis &Taggart. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan media gambar berseri pada pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa pada pembelajaran teks cerpen. Kata kunci: media gambar berseri, teks cerpen.
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi dunia pendidikan. Menurut Rosidi, menulis membantu siswa berlatih berpikir, mengungkapkan gagasan, dan memecahkan masalah (2009:3). Sementara itu, Leonhardt mengatakan bahwa anak-anak yang gemar menulis menjadi murid yang mudah unggul dalam semua mata pelajaran (2005:16). Menulis dapat menjadi sarana latihan bagi siswa dalam rangka pengembangan diri mereka menjadi insan yang lebih matang dalam menghadapi permasalahan. Bagi sebagian besar siswa menulis cerpen masih merupakan pembelajaran yang sulit dan menakutkan. Siswa beranggapan bahwa menulis butuh keterampilan khusus atau bakat menulis. Anggapan inilah yang menghambat proses pembelajaran menulis utamanya menulis cerpen. Siswa kelas 7C SMP Katolik Widyatama masih menemui kesulitan dalam menulis teks cerpen. Kesulitan tersebut muncul ketika hasil karya siswa dikoreksi. Kesalahan yang terjadi disebabkan oleh kurangnya perbendaharaan kata yang dimiliki siswa, kurangnya penguasaan merangkai kalimat,dan banyaknya kesalahan ejaan. Kesulitan yang dihadapi siswa antara lain,siswa tidak fokus ketika mendapatkan tugas, tidak segera mengerjakan tetapi mondar-mandir tanpa menentu dan bertanyatanya kepada siswa lain, bahkan kadang mereka termenung lama sehingga menghabiskan waktu akibatnya hasil tulisan siswa tidak maksimal hanya beberapa kalimat saja. Dari segi hasil yang dicapai, lebih dari 50% siswa tulisannya belum mencapai nilai KKM yaitu 75 karena banyaknya kesalahan ejakan, kurangnya perbendaharaan kata dalam merangkai kalimat sehingga kalimat yang dihasilkan masih sangat kurang apalagi jika kalimat tersebut dirangkai menjadi sebuah paragraf. Judul tersebut perlu diteliti untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia utamanya menulis teks cerpen. Dalam pembelajaran ini hasil karya siswa masih banyak kekurangan sehingga diperlukan langkah-langkah untuk perbaikan agar mencapai hasil yang diinginkan (sesuai dengan KKM =75). Berdasarkan paparan tersebut, peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keterampilan dengan menggunakan gambar berseri bagi siswa kelas 7C semester ganjil SMPK Widyatama Batu tahun pelajaran 2015-2016. Dengan pemilihan media gambar berseri diharapkan siswa mampu mengalihkan cerita dari gambar yang dilihatnya menjadi sebuah cerita pendek. Media gambar seri dengan strategi kooperatif merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis teks cerpen. Media berupa potongan gambar
843
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
seri beru-kuran 15 cm X 10 cm. (rancangan media) yang saling berhubungan satu dengan yang lain merupakan satu rangkaian cerita. Gambar seri juga dapat meningkatkan minat belajar siswa, menimmbulkan gairah belajar. Jadi peran gambar seri dalam pembelajaran menulis cerpen sangat membantu siswa. Siswa bertugas mengamati secara langsung potongan gambar seri, menyusun/merangkai potongan gambar seri menjadi gambar yang runtut sebagai media munyusun teks cerpen. Media gambar dapat mempermudah menemukan kalimat dan memfokuskan ide-ide yang akan dijelaskan. Pada kegiatan awal guru sudah memotivasi siswa dengan menggali pengalamannya menggunakan suatu alat. Dengan pancingan pertanyaan yang diberikan guru, siswa berebutan untuk menjelaskan penggunaan alat yang pernah digunakannya. Siswa akan merasa bangga apabila apa yang pernah dilakukannya sekecil apapun diakui oleh gurunya. Lebih-lebih dalam kegiatan pembelajaran terlihat siswa termotivasi saat guru memajang gambar di papan tulis (Hendriaty, 2015:613) METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam dua siklus, yang masing-masingnya dengan mengikuti pandangan Arikunto (2006) terdiri atas empat kegiatan, yakni (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Pemilihan rancangan PTK ini dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran menulis teks cerpen. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIC SMP Katolik Widyatama Batu yang berjumlah 21 siswa terdiri atas 8 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki. Data dalam penelitian ini adalah (1) nilai karya siswa, (2) catatan lapangan. Nilai karya siswa dijaring dengan menggunakan instrumen teks menulis yang dilengkapi rubrik penilaian. Data pelaksanaan dijaring melalui pedoman observasi yang terbagi dalam 3 hal yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor. Adapun yang menjadi observer adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam pengolahan data adalah sebagai berikut: Pertama, reduksi data. Data yang sudah terkumpul diseleksi sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Kedua, penyajian data (data display) merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Ketiga, penarikan kesimpulan/ verifikasi (conclusion drawing/verification) merupakan proses akhir dari penelitian perbaikan pembelajaran ini. Materi menulis teks cerpen pernah diteliti sebelumnya oleh Melvin Tawantuan pada penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Media Gambar Seri Dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Essang Kecamatan Gemeh Kabupaten Talaut”. Penelitian media gambar juga dilakukan oleh Afriyanti pada penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Media Gambar Untuk Jurnal Untan” HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus I Berikut dikemukakan potret pelaksanaan perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, serta refleksi dari siklus I Perencanaan Pada tahap perencanaan siklus 1 terdapat lima kegiatan, yaitu (1) menyusun RPP, (2) menyusun LKS, (3) menyusun pedoman observasi, (4) mengembangkan media, dan (5) mengembangkan alat evaluasi. Pertama, pada tahap menyusun RPP peneliti melakukan sejumlah kegiatan sebagai berikut: (a) menentukan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), beserta indikator keberhasilan pembelajaran, dan (b) merancang langkah-langkah perbaikan pembelajaran. Indikator akan dicapai
844
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
adalah (1) menentukan langkah-langkah menyususun teks cerita pendek, (2) menulis cerpen dari media gambar, (3) menulis cerpen dari media gambar, (4) menulis pembuka cerpen (orientasi/ perkenalan tokoh dan peristiwanya), (5) menghidupkan tokoh dengan dialog, (6) mengembangkan latar untuk menghidupkan cerita, (7) menulis penyelesaian cerita. Kedua, pada tahap penyusunan LKS, peneliti merancang kegiatan yang dilakukan siswa dan disesuaikan dengan indikator. Dalam LKS siswa diminta menulis teks cerpen sesuai gambar berseri. Contoh LKS disajikan dalam lampiran. Ketiga, mengembangkan pedoman observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada objek penelitian, pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observed berada bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung. Metode observasi ini digunakkan untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakkan media gambar berseri. Dalam penelitian ini dilakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang terbagi atas kognitif siswa dan sikap siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Adapun yang menjadi observer adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Keempat, memilih dan menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Media pembelajaran yang dipilih adalah gambar seri, yakni gambar bertema “persahabatan”. Gambar seri merupakan potongan gambar yang berhubungan satu sama yang lain dan merupakan rangkaian cerita pendek yang berkesinambungan. Kelima, mengembangkan alat evaluasi. Pada rubrik penilaian diuraikan sistem penilaian yang mencakup indikator kesesuaian cerita dengan gambar, kelengkapan unsur-unsur intrisik cerpen, keorsinilan tema, kelengkapan struktur, dan ketepatan ejaan dan tanda baca. Pelaksanaan Pembelajaran
Gambar 1. Siswa berkelompok menulis teks cerpen
Pembelajaran dilaksanakan tanggal 17 Maret 2016 dengan materi menulis teks cerpen. Guru mengimplemantasikan pembelajaran sesuai dengan skenario. Pada awal pembelajaran guru memberikan salam, mengkondisikan dan memusatkan perhatian siswa untuk siap mengikuti pembelajaran. Guru : “Apakah kalian senang membaca cerpen” Siswa : (semua siswa menjawab)” Ya” Guru : “Pernahkah kalian menulis cerpen?” Siswa: “Belum...”
845
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Guru : “Hari ini kita akan belajar menulis cerpen, jika kalian pandai menulis cerpen, kalian akan menjadi penulis terkenal dan akan mendapatkan uang dari tulisan itu. Apakah kalian tertarik untuk belajar menulis cerpen?” Siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran, siswa mengamati gambar berseri yang dibagikan, siswa mengidentifikasi hal-hal apa yang ditemukan dari gambar berseri, guru dan siswa mendiskusikan hasil identifikasi, guru membimbing siswa berlatih menulis teks cerpen berdasarkan gambar berseri dimulai dari orientasi, guru dan siswa memperhatikan cara menempatkan tokoh, mengembangkan latar, dan menghidupkan cerita, dengan bantuan unsur intrinsik cerpen. Guru memotivasi siswa bahwa menulis cerpen itu mudah dan dapat dilakukan siapapun. Guru memberikan motivasi menyampaikan maanfaat dan tujuan menulis cerpen dalam kehidupan sehari-hari. Pada kegiatan inti siswa dibagi menjadi 7 kelompok, tiap kelompok ber-anggotakan 3 orang hal ini bertujuan untuk lebih mengaktifkan siswa bekerja kelompok juga memudahkan pengawasan guru. Tiap kelompok mendapatkan amplop yang berisi potongan gambar seri. Secara serentak tiap kelompok membuka amplop tersebut kemudian mengerjakannya sesuai petunjuk yang ada didalam amplop. Dengan pengawasan guru siswa mengurutkan gambar seri yang ada menjadi gambar yang runtut, setalah diurutkan siswa menuliskannya menjadi sebuah teks cerpen. Kemudian mempresentasikannya didepan kelas dan langsung dikomentari bersama. Dari hasil kerja siswa 21 siswa 80% berhasil mencapai nilai KKM. Pada kegiatan inti siswa dan guru menyimpulkan materi menulis teks cerpen, merefleksikan proses pembelajaran, memberi umpan balik berupa apresiasi terhadap hasil kerja siswa dan menutup pembelajaran dengan doa. Pada tahap pelaksanaan dan pengamatan Pada tahap ini guru mengamati sikap siswa ketika melaksanakan pembelajaran didalam kelas, bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang dilakukan oleh guru. Pengamatan dilakukan oleh guru dimulai dari siswa mengurutkan gambar. Setelah gambar diurutkan siswa mulai menuliskan bagian struktur orientasi atau pembuka cerpen. Masih ada siswa yang urutan gambarnya tidak urut. Kemudian siswa menuliskan cerita pendek dari gambar yang sudah disusunnya, ada beberapa siswa yang masih terlihat kesulitan ketika merangkai kalimat karena pengembangan ide yang dirasakan sulit. Guru membantu siswa memecahkan masalah tersebut dengan bantuan gambar berseri yang digunakan sebagai media pembelajaran. Setelah merangkai bagian orientasi, siswa melanjutkan bagian komplikasi. Pada bagian ini kesulitan yang dihadapi siswa ketika memunculkan masalah yang potensial untuk menjadi puncak masalah. Guru memberikan bantuan berdasarkan gambar yang digunakan sebagai media. Pada bagian akhir cerita atau resolusi tidak ada kesulitan yang berarti bagi siswa. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat diketahui siswa memiliki antusiasme yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran yang dilakukan. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dan memungkinkan pada siklus II akan menunjukkan pengamatan aktivitas siswa yang lebih meningkat. Peristiwa ini akan dimanfaatkan oleh guru agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan terutama dalam peningkatan hasil menyusun teks cerpen. Pada tahap refleksi Berdasarkan hasil observasi dan tes diketahui media gambar berseri belum mampu meningkatkan kemampuan menyusun teks cerpen. Karena hasil nilai yang dicapai siswa dalam menyusun teks cerpen dengan menggunakan media gambar berseri belum mencapai 70% . Peneliti memutuskan untuk melaksanakan siklus II dengan target mencapai ketuntasan mencapai 85%. Target tersebut dapat dicapai jika media gambar berseri yang digunakan sebagai media menulis teks cerpen sesuai dengan keinginan masing-masing siswa.
846
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Siklus II Pada siklus II persiapan peneliti tidak jauh berbeda dari penelitian siklus I. Hanya saja pada siklus II peneliti berusaha mencapai hasil ketuntasan nilai siswa sampai 85% dengan cara memberikan bimbingan lanjut mengenai pemahaman terhadap media gambar berseri yang digunakan sebagai media pembelajaran dan membimbing siswa memecahkan kesulitan yang dihadapi. Perencanaan Pada tahap perencanaan siklus II terdapat lima kegiatan, yaitu (1) menyusun RPP untuk siklus II, (2) menyusun LKS siklus II, (3) menyusun pedoman observasi siklus II, (4) mengembangkan media, dan (5) mengembangkan alat evaluasi untuk siklus II. Pertama, pada tahap menyusun RPP peneliti melakukan sejumlah kegiatan sebagai berikut: (a) menentukan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), beserta indikator keberhasilan pembelajaran, dan (b) merancang langkah-langkah perbaikan pembelajaran. Indikator akan dicapai adalah (1) menentukan langkah-langkah menyususun teks cerita pendek, (2) menulis cerpen dari media gambar, (3) menulis cerpen dari media gambar, (4) menulis pembuka cerpen (orientasi/ perkenalan tokoh dan peristiwanya), (5) menghidupkan tokoh dengan dialog, (6) mengembangkan latar untuk menghidupkan cerita, (7) menulis penyelesaian cerita. Kedua, pada tahap penyusunan LKS, peneliti merancang kegiatan yang dilakukan siswa dan disesuaikan dengan indikator. Dalam LKS siswa diminta menulis teks cerpen sesuai gambar berseri. Contoh LKS disajikan dalam lampiran. Ketiga, mengembangkan pedoman observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada objek penelitian, pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observed berada bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung. Metode observasi ini digunakkan untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakkan media gambar berseri. Dalam penelitian ini dilakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang terbagi atas kognitif siswa dan sikap siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Adapun yang menjadi observer adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Keempat, memilih dan menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Media pembelajaran yang dipilih adalah gambar seri, yakni gambar bertema “persahabatan”. Gambar seri merupakan potongan gambar yang berhubungan satu sama yang lain dan merupakan rangkaian cerita pendek yang berkesinambungan. Kelima, mengembangkan alat evaluasi. Pada rubrik penilaian diuraikan sistem penilaian yang mencakup indikator kesesuaian cerita dengan gambar, kelengkapan unsur-unsur intrisik cerpen, keorsinilan tema, kelengkapan struktur, dan ketepatan ejaan dan tanda baca.
Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran siklus II dilaksanakan tanggal 28 Maret 2016 dengan materi menulis teks cerpen. Guru mengimplemantasikan pembelajaran sesuai dengan skenario. Pada awal pembelajaran guru memberikan salam, mengkondisikan dan memusatkan perhatian siswa untuk siap mengikuti pembelajaran. Siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran, siswa mengamati gambar berseri yang disediakan, siswa mengidentifikasi hal-hal apa yang ditemukan dari gambar berseri, guru dan siswa mendiskusikan hasil identifikasi, guru membimbing siswa berlatih menulis teks cerpen berdasarkan gambar berseri dimulai dari orientasi, guru dan siswa memperhatikan cara menempatkan tokoh, mengembangkan latar, dan menghidupkan cerita, dengan bantuan unsur intrinsik cerpen. Guru
847
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
memotivasi siswa bahwa menulis cerpen itu mudah dan dapat dilakukan siapapun. Guru memberikan motivasi menyampaikan maanfaat dan tujuan menulis cerpen dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar 2. Media gambar yang disediakan untuk siklus II
Gambar 3. Siswa menulis teks cerpen secara mandiri
Pada kegiatan inti siswa menulis sendiri teks cerpen dari gambar yang disediakan oleh guru hal ini bertujuan untuk memudahkan pengamatan hasil individu yang dilakukan, dengan bekerja mandiri guru dapat memastikan kemampuan yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran ini. Guru menempelkan gambar berseri yang sudah urut pada papan tulis, lalu siswa menulis teks cerpen secara mandiri. Kemudian mempresentasikannya di depan kelas dan langsung dikomentari bersama. Dari hasil kerja siswa 21 siswa 85% berhasil mencapai nilai KKM. Pada kegiatan inti siswa dan guru menyimpulkan materi menulis teks cerpen, merefleksikan proses pembelajaran, memberi umpan balik berupa apresiasi terhadap hasil kerja siswa dan menutup pembelajaran dengan doa. Pada tahap pelaksanaan dan pengamatan Pada tahap ini guru mengamati sikap siswa ketika melaksanakan pembelajaran didalam kelas, bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang dilakukan oleh guru. Pengamatan dilakukan oleh guru dimulai dari siswa menuliskan bagian pembuka cerpen, mengenalkan tokoh dan mengembangkan cerita, menulis bagian komplikasi dan memunculkan puncak masalah sampai cara siswa menutup cerita. Pengamatan juga dilakukan terhadap antusiasme siswa ketika mengikuti pembelajaran ini. Pada siklus II ini diharapkan ada peningkatan hasil yang diperoleh siswa. Pada tahap refleksi Berdasarkan hasil observasi dan tes diketahui media gambar berseri mampu meningkatkan kemampuan menyusun teks cerpen. Karena hasil yang dicapai siswa dalam menyusun teks cerpen dengan menggunakan media gambar berseri dapat mencapai 85% dinyatakan tuntas . Peneliti memutuskan untuk mengakhiri siklus II karena target yang diharapkan sudah mencapai ketuntasan mencapai 85% dari jumlah siswa. SIMPULAN Berdasarkan uraian diatas pembelajaran menulis teks cerpen direncanakan melalui tahapantahapan yang meliputi pertama menentukan SK dan KD, kedua menyusun RPP, ketiga pemilihan media yang sesuai dengan materi pembelajaran. Pembelajaran menulis teks cerpen menggunakan media gambar seri sudah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan langkah-langkah yang ada dalam RPP. Dalam proses pembelajaran siswa menunjukan semangat belajar yang tinggi, suasana kelas yang meyenangkan.
848
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Berdasarkan penilaian hasil dan proses pada pembelajaran menulis teks cerpen dengan penggunaan media gambar seri siswa kelas VIIC SMP Katolik Widyatama yang berjumlah 21 orang 70% berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan 75. Hasil ini menunjukan bahwa penggunaan media gambar seri sudah dikuasai oleh siswa, mampu memotavasi, mendorong semangat belajar, meningkatkan kreativitas, membantu siswa menentukan petunjuk yang akan ditulis, untuk menghasilkan teks cerpen. Penelitian ini akan dilanjutkan sampai siklus II karena terget yang diinginkan peneliti mencapai 85% penguasaan siswa. RUJUKAN Arikunto, Suharsimi & Supandi. 2006. Pe-nelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Afriyanti. 2013. Penggunaan Media Gambar Untuk Jurnal Untan. Untan, 2, jurnal untan.ac.id, Diunduh pukul 16.45 wib tanggal 8 April 2016. Sudrajat, Akhmad. 2008. Media Pembelajaran. (Online), (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 2008/01/12/media-pembelajaran, diunduh tanggal 5 April 2016).
849
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA PUITIS BAGI SISWA KELAS VIII B MTs NEGERI BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ninik Alfiana MTs Negeri Batu
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas siswa di MTs Negeri Batu. Hal ini dilakukan karena rendahnya kemampuan siswa dalam menulis puisi dapat dilihat dari hasil karya siswa pada kegiatan pra siklus. Hasilnya hanya 40% dari 35 siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B MTs Negeri Batu berjumlah 35 siswa. Pembelajaran menulis puisi bebas ini dilakukan dengan menggunakan media kartu kata puitis. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan observasi dan tes menulis puisi. Hasil penelitian ini menunjukkan pada siklus I 51% dan siklus II 100%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa puisi siswa ketika menggunakan media kartu kata puitis mengalami peningkatan. Kata Kunci: peningkatan, menulis puisi bebas, media kartu kata.
Menulis merupakan salah satu dari empat ketrampilan dalam berbahasa dan bersastra. Ketrampilan itu meliputi: membaca,menulis, berbicara, dan menyimak. Penelitian tentang ketrampilan menulis ini pernah dilakukan oleh Badudu sekitar delapan belas tahun silam. Keberhasilan pembelajaran menulis di sekolah ditentukan oleh enam faktor, yaitu kurikulum, guru, siswa, administrasi, fasilitas penunjang, dan lingkungan belajar. Dalam hal ini, mutu pendidikan berkaitan erat dengan guru. Kunci keberhasilan pelaksanaan pembelajaran sangat ditentukan oleh guru. Iklim belajar di kelas yang dipimpin oleh guru sangat menentukan arah dan keberhasilan belajar para siswa. Jika siswa dalam kelas di sekolah diajar oleh guru yang tidak professional maka tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan akan sulit dicapai (Sriatun, 2011:73). Seorang guru dalam menyampaikam materi pembelajaran/kompetensi dasar hendaknya mempunyai cara yang beraneka ragam. Khususnya pembelajaran materi menulis puisi. Guru harus kreatif dalam penyampaian materi sehingga siswa tertarik ketika menerima pembelajaran materi menulis puisi. Smith (dalam Suparno & Yunus, 2002) menjelaskan bahwa pengalaman belajar menulis yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi guru yang yang membelajarkan menulis. Pada umumnya guru tidak terampil menulis. Guru juga tidak dipersiapkan untuk mumpuni mengajarkan keterampilan menulis kepada siswa. Program yang dirancang guru masih belum berpedoman pada aspek-aspek yang perlu di-perhatikan dan dikerjakan siswa pada setiap tahap menulis. Akibatnya, guru tidak optimal dalam membimbing siswa untuk ber-pikir mengenai apa yang akan ditulis dan bagaimana cara menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Siswa pun tidak optimal dalam mengaplikasikan kemampuan menulisnya. Salah satu keterampilan menulis yang diajarkan kepada siswa kelas VIII adalah menulis puisi. Keterampilan menulis puisi dapat mengasah siswa dalam mengungkapkan rasa dan mengaktualisasikan diri melalui puisi. Menulis puisi juga dapat mempertajam rasa percaya diri pada diri siswa. Menulis puisi merupakan kegiatan merangkai kata-kata menjadi kalimat puitis (bait-bait puisi/ lariklarik puisi). Menulis puisi bukan merupakan hal yang mudah. Persoalan yang dialami siswa dalam proses menulis puisi sangatlah komplek. Fakta yang terjadi pada siswa kelas VIII MTs Negeri Batu terkait pembelajaran menulis puisi menunjukkan bahwa dari 35 siswa hanya 14 (40%) siswa memperoleh skor melampaui KKM yaitu 75. Sementara 21 (60%) siswa yang lain tidak mencapai KKM. Selain
850
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
itu, siswa cenderung malas mengikuti kegiatan pembelajaran menulis puisi. Hal ini tampak dari aktivitas beberapa siswa yang termenung sementara beberapa siswa yang lain berjalan mondarmandir. Sampai waktu pembelajaran usai, terdapat sejumlah siswa yang hanya menulis beberapa kata dan bahkan judul saja. Penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam membuat kata-kata puitis dan merangkai kata-kata menjadi larik puisi. Mereka masih enggan menuangkan idenya dalam puisi. Secara umum, hasil pra siklus menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi masih rendah. Untuk itu perlu ada tindakan untuk menyelsaikan permasalahan ini. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis puisi dapat dilihat dari karya siswa ketika pra siklus. Hasil pra siklus 40% siswa yang dapat menulis puisi berdasarkan pengalamannya. Berdasarkan hasil pengamatan pra siklus tersebut, diketahui bahwa sebagian siswa tidak mampu menulis puisi secara baik dan benar. Hasil identifikasi terhadap puisi-puisi tersebut menunjukkan bahwa kelemahan umum yang dialami siswa. Kelemahan tersebut meliputi: kalimat-kalimat puisi kurang luas dan kurang bermakna, susunan kalimat masih belum runtut sesuai dengan tema serta penggunaan pilihan kata kurang cermat sehingga tidak terbentuk kalimat puitis. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan media yang dapat membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis puisi. Menurut Ibrahim (dalam Kusubakti dan Pratiwi, 2011:4) (dalam Sri Gusnilla prosiding 2015: 647) ada tiga kelebihan kemampuan media 1. Kemampuan fiksatif, media pembelajaran dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. 2. Kemampuan manipulatif, dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang–ulang penyajiannya. Media adalah salah satu perangkat pembelajaran yang harus disiapkan guru sebelum melaksanakan pembelajaran. Penggunaan media sangatlah penting untuk menarik perhatian siswa, khususnya kelas rendah. Media diartikan sebagai perantara, penghubung yang terletak diantara dua pihak (orang, golongan dsb). Media pembelajaran memiliki fungsi sebagai perantara atau membawa informasi dari guru menuju siswa. Media dapat meningkatkan semangat siswa dalam belajar. Media akan membuat pembelajaran menjadi terasa lebih menyenangkan. Siswa tidak jenuh dalam belajar karena dengan media mereka dapat belajar sambil bermain. Karenanya, pemakaian media dalam pembelajaran, termasuk di antaranya pembelajaran menulis puisi, menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Berdasarkan permasalahan sebagaimana disampaikan di atas, media yang cocok untuk pembelajaran menulis puisi siswa kelas VIII B MTs Negeri Batu adalah media kartu kata puitis. Kartu adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang (untuk berbagai keperluan, hampir sama dengan karcis) Kata adalah unsur bahasa yang diucapkanatau ditulis yang merupakanperwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Media kartu kata puitis merupakan media yang paling tepat untuk pembelajaran menulis puisi. Kelebihan media kartu kata puitis akan memberikan kemudahan bagi siswa ketika menulis puisi. Karena dengan kartu kata yang ada hasil karya puisi siswa lebih terarah. Beberapa penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Sriatun (2011), YM Andrina (2011), dan S. Rahmawati (2012). Hasil penelitian Sriatun berjudul “Pemanfaatan Media Permainan Benda Model untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas V Seklah Dasar” menunjukkan hasil bahwa pemanfaatkan media permainan benda model memiliki dampak positif dalam meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas V sekolah dasar. Hal ini ditandai dengan terjadinya peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu 46, 9% pada siklus I menjadi 87,5%
851
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
pada siklus II. Pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan menggunakan media permainan benda model dapat juga diterapkan dalam pembelajaran menulis lainnya. Pada pembelajaran mengarang, misalnya, dapat diguna-kan media permainan benda model untuk menumbuhkan imanjinasi siswa dalam ber-kreasi menulis. Pada intinya, dalam pembelajaran menulis dapat digunakan media per-mainan benda model untuk membantu siswa membuat kata-kata atau kalimat. Media per-mainan benda model sudah menjadi per-mainan siswa sehari-hari, sehingga siswa merasa senang dan mudah menuangkan apa yang dipikirannya sesuai dengan topik yang diinginkan. Tentunya, media permainan ben-da model yang disarankan harus disesuaikan dengan tema yang diinginkan. Penelitian Andrina (2011) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Media Kartu Mimpi Bergambar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Magelang” menunjukkan hasil tindakannya dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa. Kartu mimpi bergambar yang dilakukan pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 8 Magelang di lakukan dalam dua siklus. Berdasarkan hasil pada pratindakan dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi masihtergolong kurang. Nilai yang diperoleh siswa masih di bawah standar ketuntasan minimal yakni 70. Selama proses tindakan, secara bertahap keterampilan menulis puisi siswa mengalami peningkatan, baik dari segi proses maupun hasil. S.Rakhmawati 2012 yang berjudul “Keefektifan Penggunaan Media Gambar Peristiwa dalam Meningkatkan Ketrampilan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Depok Yogyakarta”. Hasilnya terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil posttest kemampuan menulis puisi antara kelompok eksperimen, yaitu kelompok yang menggunakan media gambar peristiwa dan kelompok kontrol, yaitu kelompok yang tidak menggunakan media gambar peristiwa. Kelompok eksperimen memiliki peningkatan kemampuan menulis puisi yang signifikan daripada kelompok kontrol. Perbedaan hasil posttest antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen . Peneliti akan melakukan penelitian yang hampir sama dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Bebas Menggunakan Media Kartu Kata Puitis bagi Siswa Kelas VIII B MTs Negeri Batu Tahun pelajaran 2015/2016. Dari uraian di atas dipandang perlu penelitian tindakan kelas ini untuk dilaksanakan di MTs Negeri Batu. Penelitian sangat berguna untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam proses belajar yang dilaksanakan di MTs Negeri Batu. Serta peningkatan kompetensi guru dalam mengajar agar sesuai dengan karakter siswa yang diajarnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari tiga kali pertemuan. Diawali dengan kegiatan pra siklus, siklus I, dan siklus II. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa Kelas VIII B MTs Negeri Batu Tahun Pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, yang terdiri dari seorang guru, pengamat, dan 35 siswa. Jumlah siswa terdiri dari 17 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan. Waktu penelitian dimulai pada 22 Maret 2016 sampai pada 2 April 2016. Kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang tepat. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VIII B MTs Negeri Batu tahun pelajaran 2015/2016. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang tepat. Untuk mendapatkan data secara akurat, peneliti menggunakan rubrik penilaian. Rubrik penilaian digunakan untuk melihat kemampuan menulis siswa dalam menulis puisi bebas menggunakan media kartu kata.
852
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
HASIL DAN PEMBAHASAN Rencana kegiatan pembelajaran ini akan penelitian lakukan dalam dua tahapan yang meliputi: siklus I, dan siklus II. Diawali dengan pra siklus. Peneliti akan menyiapkan RPP mulai siklus I, siklus II. Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I didasarkan pada kegiatan sebelumnya. Kegiatan siklus II didasarkan pada kegiatan siklus I. Masing-masing pelaksanaan kegiatan mulai prasiklus sampai dengan siklus II akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Perencanaan Pembelajaran Siklus I Siklus I akan dilaksanakan setelah kegiatan pra siklus. Hasil yang diperoleh pada kegiatan pra siklus akan dievaluasi dan diadakan perbaikan demi kemajuan siswa. Peneliti akan menggunakan media kartu kata puitis sebelum kegiatan menulis puisi dilaksanakan secara individu. Kemudian dari kartu kata tersebut digunakan untuk menulis puisi. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Langkah-langkah yang dilakukan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan Awal Kegiatan diawali dengan salam, menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa. Apersepsi dilakukan dengan bertanya jawab bersama siswa hal yang berkaitan dengan menulis puisi yang pernah dialami siswa. Dialog guru dan siswa sebelumkegiatan inti: Guru
:
Siswa
:
Guru
:
Siswa Guru
: :
Siswa
:
”Anak-anak pada pertemuan sebelumnya kita sudah menulis puisi bebas berdasarkan pengalaman. Bagaimana ketika pegalaman menulis puisi pada pertemuan kemarin?” “Sebagiaan anak-anak menjawab: senang bu, susah bu, sulit dan seterusnya jawaban siswa”. “Kita hari ini akan belajar menulis puisi dengan media kartu kata puitis.Bagaimana? ”Mau bu. (Ada sebagian siswa yang diam saja tidak mau menjawab)” ”Menjelaskan dan memberi contoh media kartu kata puitis agar siswa tertarik. Bagaimana?” ”Sebagian siswa menjawab ya bu sebagianyang lain masih berpikir. Kemudian mereka serentak menjawab ayo kita mulai bu nanti keburu waktu pembelajaran selesai. Ayo kita mulai.”
Kegiatan Inti Kegiatan inti diawali dengan mengamati contoh puisi. Menunjukkan kartu kata puitis yang akan digunakan dalam penulisan puisi. Materi yang diberikan terkait dengan cara-cara yang mudah menulis puisi dengan menggunakan media kartu kata puitis dan contoh-contohnya kepada siswa. Siswa mencermati contoh- contoh kartu kata puitis tersebut. Kemudian mereka berimajinasi sesuai dengan tema puisi yang akan mereka tulis. Setelah itu siswa disuruh mencoba membuat puisi berdasarkan kartu kata puitis secara mandiri yang sesuai dengan imajinasinya. Kemudian siswa menulis puisi sesuai dengan instrumen yang telah disampaikan oleh guru dan mereka menulis puisi berdasarkan kartu kata puitis menyusunya dalam bentuk larik-larik puisi.
853
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Contoh kartu kata puitis individu
Proses pembelajaran yang berlangsung selama proses siklus I siswa begitu bersemangat dalam kegiatan menulis puisi. Hal ini terlihat ketika guru memberikan kertas kartu kata kemudian mereka mencari sinonimnya di kamus. Dialog yang terjadi ketika proses pembelajaran berlangsung: Siswa : “ Bu bolehkah lihat kamus di perpustakaan?‟ Guru :” Boleh” Siswa : “ Sebagian siswa menuju perpustakaan untuk meminjam kamus (Bu lihat kamus lebih mudah)” Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, peserta didik dan guru menyimpulkan materi pembejaran bersamasama. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman peserta didik tentang menulis puisi dengan menggunakan kartu kata puitis. Selanjutnya guru memberi penguatan terhadap hasil karya menulis peserta didik. Ternyata menulis puisi dengan menggunakan media kartu kata puitis lebih
854
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
mudah, walaupun hasil yang kalian tulis belum sempurna. Untuk itu perlu ditingkatkan pada kegitan menulis berikutnya. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah kurikulum KTSP. Kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang tepat. Penelitian ini diberi judul: “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Bebas dengan Menggunakan Media Kartu Kata Puitis Bagi Siswa Kelas VIII B MTs Negeri Batu Tahun Pelajaran 2015/2016”. Hasil pembelajaran menulis puisi pada siklus I mencapai peningkatan 10% dari kegiatan sebelunya. Kegiatan sebelumnya 40% pada siklus I mencapai 51%. Ini menunjukkan adanya peningkatan dari kegiatan sebelumnya. Refleksi Kegiatan di siklus I peneliti menggunakan media kartu kata puitis. Kartu ini berfungsi untuk menulis kata-kata yang digunakan untuk menulis puisinya. Kata-kata tersebut ditulis kemudian dicari persamaanya (sinonim) secara individu. Hasilnya digunakan menulis puisi siswa sudah cukup baik. Jika dibandingkan dengan kegiatan sebelumnya. Kesulitannya karena kerja mandiri, maka terlalu lama. Untuk itu perlu adanya perbaikan di siklus II. Perencanaan Siklus II Siklus II akan dilaksanakan setelah kegiatan siklus I. Hasil yang diperoleh pada kegiatan siklus I menunjukkan perlu ada perbaikan pada siklus II. Peneliti akan menggunakan media kartu kata puitis sebelum kegiatan menulis puisi dilaksanakan secara individu terlalu lama, maka pada kegiatan siklus II ini kartu kata puitis yang dibuat secara individu akan diubah menjadi kelompok . Setelah kartu kata dicari sinonim kata yang puitis kemudian digunakan untuk menulis puisi secara mandiri. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Langkah-langkah yang dilakukan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan Awal Kegiatan diawali dengan salam, menanyakan kabar dan mengecek kehadiran peserta didik. Apersepsi dilakukan dengan bertanya jawab bersama peserta didik untuk hal yang berkaitan dengan menulis puisi dengan menggunakan kartu kata yang telah digunakan pada pertemuan sebelumnya. Dialog guru dan siswa: Guru : “Bagaimana pengalaman pada pertemuan yang lalu ketika kita membuat puisi dengan kartu kata secara mandiri?” Siswa : “Sebagian siswa menjawab sulit bu cari persamaannya atau makna kiasnya. Sebagian siswa menjawab mudah Bu”. Guru : “Untuk memudahkan kalian ketika menulis puisi kita buat kartu kata secara berkelompok kemudian membuat puisinya secara individu. Bagaimana?” Siswa : “(Semua siswa menjawab) Setuju, Setuju, Setuju Bu dengan semangat”. Kegiatan Inti Kegiatan inti diawali dengan memberi contoh kartu kata puitis yang akan digunakan dalam penulisan puisi. Materi yang diberikan terkait dengan cara-cara yang mudah menulis puisi dengan menggunakan media kartu kata puitis dan contoh-contohnya kepada siswa. Siswa mencermati contohcontoh kartu kata puitis tersebut. Kemudian mereka berimajinasi sesuai dengan tema puisi yang akan mereka tulis. Setelah itu siswa disuruh mencoba membuat puisi berdasarkan kartu kata puitis secara kelompok untuk berdiskusi.Kemudian siswa menulis puisi sesuai dengan instrumen yang telah
855
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
disampaikan oleh guru dan mereka menulis puisi berdasarkan kartu kata puitis menyusunya dalam bentuk larik-larik puisi secara mandiri. Contoh kartu kata puitis kelompok:
Kegiatan yang dilakukan selama proses siklus II berlangsung siswa lebih semangat karena kegiatan yang dilakukan ketika menulis kartu kata dilakukan secara berkelompok dengan berdiskusi. Jadi bagi siswa malas dalam menulis puisi bisa lebih mudah untuk mendapatkan ide dan mengungkapkanya ke larik-larik puisi. Dialog yang terjadi ketika siklus II berlangsung: Guru : “Apakah menulis puisi ini mudah anak-anak?” Siswa :” Mudah bu kita bisa diskusi dulu sebelum menulis puisi.” Kegiatan Penutup Kegiatan penutup guru dan peserta didik mengadakan refleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dengan menanyakan hal-hal yang sudah dipahami dan belum dipahami siswa. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu berlatih menulis puisi dalam berbagai kesempatan. Bila sebuah ide muncul langsung berimajinasi. Jangan merasa bosan dan jenuh untuk terus berlatih dan berlatih. Hal ini untuk membiasakan dan meningkatkan kegiatan menulis puisi dengan hasil yang lebih baik. Hasil Belajar Siswa Kegiatan pembelajran pada siklus II mengalami peningkatan 49% dari kegiatan siklus I. Peningakatan ini sangat pesat jika sebelumnya hanya meningkat 10%. Penulisan kartu kata puitis sebelum menulis puisi secara berkelompok ternyata lebih menarik dan antusias daripada secara individu. Siswa lebih semangat ketika mengerjakan secara berkelompok. Hasilnya meningkat dari siklus I 51% menjadi 100% ketuntasannya dalammenulis puisi bebas.
856
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Refleksi Kegiatan menulis puisi pada kegiatan siklus II sudah menunjakan hasil yang lebih baik dari kegiatan sebelumnya. Peserta didik sudah menghasilkan karya puisi yang lebih bagus dari kegiatan sebelumnya. Hasil tes menulis sudah 100% . Untuk itu perlu guru membiasakan peserta didik terbiasa membuat tulisan. Terutama menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang tepat. Ketrampilan menulis ini perlu diasah terus-menerus dengan karya siswa di pajang di mading madrasah. Hal ini harus dilakukan oleh guru demi membekali siswa menulis untuk proses belajar selanjutnya ditingkat yang lebih tinggi. Mading di madrasah merupakan tempat yang tepat untuk membiasakan kegiatan setelah selesai proses pembelajaran. Pembahasan Setelah kegiatan siklus II ini dapat dilihat dari tabel rekapitusi skor perolehan siswa dalam menulis puisi. Hasil skor dapat dilihat sebagai berikut: Tabel Rekapitulasi Perolehan Skor Siswa No Nama Nilai Pra siklus 1 ADINDA WAHDA 50 SALSABILLA 2 AFIFAH MIFTACHUL 80 JANNAH 3 AGUSTINA TRI 80 WULANDARI 4 ALGA TITO ANDRIAN 45 ARY AKBAR LANANG 60 5 SURYA KINASIH 6 BAYU WICAKSONO 40 7 CANDRA BAYU TRIAS 90 SETIAWAN UTOMO 8 DICKY MUHAMMAD 85 HARYS 9 ERINDA PRADITA 75 10 ERLYSA 70 KRISDAMAYANTI 11 FICO YAYAN 85 PURWADI 12 FITRIA ANGGRAINI 55 13 HARVIAN NUR 50 ASHAR'I 14 HIKMAH TSABITA 85 AUNILLAH 15 IRBAN FARID MALIK 40 FAUZAN 16 LINDA BRELLIANDA 25 FASA
Ketun tasan
Nilai Siklus II 85
Ketun tasan
B
Nilai Ketun Siklu tasan sI 75 T
T
75
T
90
T
T
65
B
85
T
B B
50 60
B B
75 75
T T
B T
50 80
B T
75 95
T T
T
75
T
90
T
T B
90 85
T T
95 95
T T
T
60
B
75
T
B B
75 60
T B
90 85
T T
T
90
T
95
T
B
50
B
75
T
B
75
T
90
T
857
T
KKM
75
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
17
MAULIDDINA SEKAR NATASYA 18 MELINDA ARIANA DEVI 19 MOCH. MIFTAKHUL ACHYAR 20 MOCHAMMAD ZUCHRIYAL 21 PUSPA INDRA BUANA 22 PUTRI DENAVIA 23 RAFY AHMAD 24 RASTA BIMO SETYAWAN 25 RIZAL RAMLI 26 RYANT CANDRA GURITNA 27 SALMA NUR RAHMA 28 SHOFWATI SALSABILA PRAWSTI 29 TEGUH MAULANA FATCHUR ROHMAN 30 TORIQUL ULUM NUR ABDUL AZIZ 31 TSANIA RIRIS NUR AISYAH 32 VALENTINA NIKEN FEBRIANA 33 WIDIA SAFITRI 34 YESSI TRI PUTRI YULIANA 35 YUVI ANGGA WAHYUDI Jumlah Rata-rata Prosentase ketuntasan
40
B
50
B
75
T
65
B
60
B
85
T
50
B
70
B
75
T
25
B
50
B
85
T
85 80 60 25
T T B B
75 75 75 40
T T T B
85 90 90 75
T T T T
50 25
B B
65 75
B T
75 85
T T
80 80
T T
75 50
T B
85 80
T T
45
B
60
B
75
T
75
T
75
T
80
T
60
B
80
T
90
T
60
B
80
T
90
T
75 90
T T
75 80
T T
75 75
T T
35
B
50
B
75
T
2120 60,57
14
2375 67,8 5
18
2935 83,85
35
40%
51%
100%
Hasil kegiatan pada pra siklus menunjukkan siswa tampak mengalami kesulitan menulis puisi. Hal ini dibuktikan dengan hasil karya siswa yang hanya 40% dari hasil menulis puisi siswa. Pada kegiatan siklus I beberapa siswa tampak kesulitan dalam menulis kartu kata puitis secara individu. Sehingga perlu dilakuakan perbaikan pada siklus II. Kegiatan siklus II menampakkan peningkatan yang cukup dengan kerja kelompok ketika menulis kartu kata puitis . Mereka lebih antusias berdiskusi dengan temanya untuk menulis kartu kata puitis yang hendak dijadikan bahan dalam menulis puisi. Ketika menulis puisi pada siklus II ini dapat dilihat hasil karya siswa lebih baik. Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menulispuisi dengan kartu kata puitis membawa dampakyang positif dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII B MTs Negeri Batu.
858
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
SIMPULAN Proses pembelajaran menulis puisi bebas bebas dengan menggunakan pilihan kata yang tepat dengan menggunakan kartu kata puitis memudahkan siswa dalam menulis puisi. Siswa yang sebelumnya malas untuk menulis puisi menjadi senang dan antusias karena ada hal yang memudahkan siswa yaitu kartu kata puitis. Menulis puisi dengan menggunakan kartu kata puitis dapat meningkatan kemampuan siswa dalam kegiatan menulis puisi bebas. Hal ini perlu dibiasakan dan dilatih terus untuk menghasilkan karya yang lebih baik. Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil kesimpulan bahwa media kartu kata puitis dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas siswa dengan menggunakan pilihan kata yang tepat siswa kelas VIII B MTs Negeri Batu tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian ketika pra siklus tanpa menggunakan kartu kata hasilnya 40%. Ketika menggunakan kartu kata puitis hasilnya pada siklus I 51%. Ketika penggunaan kartu kata puitis disempurnakan lagi hasilnya 100%. Hal ini menunjukkan peningkatan yang luar biasa. Penggunaan media kartu kata puitis dalam menulis puisi lebih efektif jika dibanding tanpa menggunakan kartu kata puitis. Guru membimbing dan mengarahkan siswa sesuai dengan langkahlangkah dalam kegiatan menulis puisi dengan memperhatikan unsur-unsur penulisan puisi melalui media kartu kata puitis. Ketrampilan menulis puisi bebas terlihat baik dan siswa antusias pada proses pembelajaran maupun hasil karya siswa. DAFTAR RUJUKKAN J-TEQIP, edisi nomor 1, Mei 2011, hal 73-79 oleh Sriatun Suroso, DR. Classroom Action Research. 2007. Yogyakarta. Penerbit: Pararaton Publishing. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2013. Jakarta. Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama. Prosiding 2015 Hal: 647 oleh Sri Gusnilla YM Andrina 2011 eprintes.uny.ac.id yang berjudul “PeningkatanKemampuan Menulis Puisi dengan Media Kartu Mimpi Bergambar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Magelang”. S.Rakhmawati 2012 eprintes.uny.ac.id yang berjudul “Keefektifan Penggunaan Media Gambar Peristiwa dalam Meningkatkan Ketrampilan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Depok Yogyakarta”.
859
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENERAPAN STRATEGI PQ4R UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VIIA SMP ISLAM 01 BATU TAHUN AJARAN 2015/2016 Siti Alifah SMP Islam 1 Batu Abstrak: Kemampuan memahami bacaan pada siswa kelas VIIa di SMP Islam I Batu masih kurang maksimal, hal ini disebabkan aktifitas membaca siswa kurang dan minat baca siswa perlu perhatian . Hal ini dapat diketahui berdasarkan nilai ujian memahami wacana tulis melalui membaca intensif dan memindai yang belum memenuhi KKM. Untuk mengatasi kondisi tersebut dipilih penerapan strategi PQ4R. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan mendeskripsikan peningkatan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman dengan strategi PQ4R. Penelitian dilakukan di SMP Islam 1 Batu dengan fokus siswa kelasVIIa Jumlah sumber data 21 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik tes Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi PQ4R ini dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. Hasil penelitian siklus 1 siswa yang memperoleh nilai sama atau diatas KKM 68% dan pada siklus 2, 72%. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan nilai 4%. Peningkatan ini membuktikan bahwa langkah-langkah PQ4R dapat menuntun siswa untuk memahami wacana. Kata kunci: membaca pemahaman, penerapan strategi PQ4R
Membaca sering terlihat sebagai kegiatan yang sangat sederhana, tetapi sebenarnya membaca adalah kegiatan yang rumit dan kompleks. Ketika membaca, bukan hanya semata-mata menyuarakan simbol-simbol dalam bentuk tulisan, tetapi juga harus memahami apa yang dibaca. Dalam membaca diharapkan bisa mengamati, memahami, memikirkan yang dilakukan dengan ketepatan dan kecepatan tertentu. Dengan membaca, bisa diperoleh interaksi antara pikiran dan perasaan, bersantai, memperoleh informasi, dan meningkatkan ilmu pengetahuan. Dengan membaca bisa diketahui berbagai peristiwa besar dalam kebudayaan suatu bangsa, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia. Membaca memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan. Keberhasilan anak didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah banyak ditentukan kemampuannya dalam membaca. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan disajikan dalam bentuk bahasa tulis, sehingga menuntut anak harus melakukan aktivitas membaca guna memperoleh pengetahuan. Kemampuan membaca ini tidak diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses pembelajaran yang sebagian merupakan tanggungjawab guru, sehingga guru dituntut untuk dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan membacanya. Oleh karena itu pembelajaran membaca mempunyai kedudukan yang strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Melalui aktivitas membaca yang baik dan benar yaitu anak mampu mengambil intisari bacaan yang dibacanya, anak bisa mendapatkan sesuatu dari aktivitas membaca yang dilakukannya. Semakin banyak intisari yang bisa dipahami dari bahan bacaannya maka semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh. Dengan banyaknya pengetahuan ini tentunya akan sangat membantu dalam perkembangan kemampuan nalar anak. Setiap guru bahasa haruslah menyadari dan memahami bahwa membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan rumit yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil. Keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu (a) pengenalan terhadap aksara serta tanda-
860
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
tanda baca, (b) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal, (c) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning (Broughton dalam Tarigan, 1979:11). Kegiatan pembelajaran membaca dengan perencanaan yang baik dirasakan sangat mendesak dan harus segera dilaksanakan, mengingat kegiatan membaca sangat penting untuk semua anak. Dalam proses belajar mengajar tentunya tidak semua anak memiliki kemampuan yang sama dalam memahami bacaan. Berdasarkan pengamatan peneliti selama menjadi guru di SMP Islam 01 Batu, khususnya kelas VII, masih banyak siswa yang belum mampu memahami, mengungkapkan gagasan, mengomentari, menjawab pertanyaan serta menarik kesimpulan yang berkaitan dengan isi teks bacaan. Secara umum hal ini dibuktikan dengan rendahnya daya serap mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII semester 1 Tahun Ajaran 2015 – 2016, yaitu kelas VIIA = 50.5 %, kelas VIIB = 59.3%, kelas VIIC = 63,6%, kelas VIID = 55.8%, kelas VIIE = 55,1%, kelas VIIF= 58,5% yang kesemuanya di bawah standar ketuntasan yaitu 75%. Sedangkan dalam kompetensi dasar memahami wacana tulis melaui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai siswa kelas VIIA belum memenuhi KKM yang disyaratkan. Untuk itulah siswa tersebut perlu diberikan strategi yang tepat dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami isi bacaan adalah strategi PQ4R (Trianto, 2007:147). Strategi PQ4R merupakan salah satu bagian dari strategi elaborasi. Strategi elaborasi adalah proses penambahan perincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Proses penambahan perincian tersebut membuat pengkodean menjadi lebih mudah. Strategi ini membantu pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang, melalui penciptaan gabungan dan hubungan antara informasi baru dan apa yang telah diketahui. Strategi ini digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca (Trianto, 2007:146). Pemilihan strategi PQ4R ini juga didasarkan pada pengamatan penulis bahwa selama ini siswa belum melakukan aktivitas membaca secara sistematis, hanya sekedar membaca sekilas. Telah banyak dilakukan penelitian tentang strategi-strategi belajar jenis PQ4R, dan metode ini telah terbukti efektif dalam membantu siswa mengingat kembali informasi dari bacaan (Nur dalam Trianto, 2007:149). Strategi membaca PQ4R terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama, membaca selintas dengan cepat terhadap keseluruhan bacaan, yang disebut juga dengan Preview. Tahap kedua, Question, yaitu mengajukan atau menyususn pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan materi bacaan. Tahap ketiga, Read atau membaca, yaitu tahap siswa membaca bacaan secara intensif. Tahap keempat, Reflect, merupakan satu komponen esensial yang tidak bisa dipisahkan dari langkah Read. Tahap kelima adalah merenung atau mengingat kembali informasi yang telah dipelajari, yang disebut Recite. Tahap keenam adalah Review, yaitu mengingat atau mengulang kembali informasiinformasi penting telah dipelajari. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pendekatan kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan antara lain (1) berlatar alamiah, (2) menggunakan manusia sebagai alat (instrumen), (3) bersifat deskriptif, (4) menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen, serta (5) lebih mementingkan proses daripada hasil. Sedangkan strategi PTK dilaksanakan dengan pertimbangan (1) dilakukan hanya dalam konteks atau skala kelas dalam sekolah, (2) termasuk penelitian terapan yang mana peneliti terlibat aktif dalam pemecahan masalah, (3) desain penelitian dapat dikembangkan selama penelitian berlangsung, (4) peneliti berfungsi ganda sebagai guru dan
861
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
sebagai peneliti, (5) ditujukan untuk perbaikan realitas pengajaran dan pendidikan, serta (6) dilaksanakan dalam siklus yang sistematis. Pada penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas VIID. Dalam hal ini peneliti berperan sebagai guru sedangkan teman sejawat berperan sebagai pengamat Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIA SMP Islam 01 Batu Tahun Ajaran 2015/2016 sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 7 siswa putri dan 14 siswa putra. Berdasarkan hasil survey awal dan wawancara, serta diperkuat hasil pretes, diketahui bahwa siswa di kelas ini memiliki kelemahan dalam pembelajaran membaca pemahaman dibandingkan dengan kelas lainnya. Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan meliputi (1) data tentang proses pembelajaran / proses belajar mengajar membaca pemahaman, (2) interaksi guru dan siswa, dan siswa dengan siswa sebelum dan sesudah dilakukan tindakan, serta (3) hasil belajar siswa. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini meliputi (1) siswa, (2) guru, (3) kepala sekolah, dan (4) staf. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan tes. Observasi dilakukan untuk melihat perkembangan pembelajaran membaca pemahaman yang dilakukan oleh guru dan siswa, mulai awal, tengah dan akhir kegiatan, dengan alat pengumpul data lembar observasi. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dari guru, siswa, atau informan lainya, dengan alat pengumpul data pedoman wawancara. Tes digunakan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan tindakan berupa tes pemahaman isi bacaan, dengan alat pengumpulan data berupa butir soal tes. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dan teknik analisis deskriptif interaktif. Hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai tes antar siklus dengan indikator keberhasilan, sedangkan hasil observasi maupun wawancara dianalisis dengan analisis deskriptif interaktif. Evaluasi ditujukan kepada hasil belajar siswa melalui asesmen kinerja, tes dan respon siswa melalui penyebaran angket. Sedangkan refleksi yang merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan dengan menggunakan 5 komponen, yaitu analisa, sintesa, pemaknaan, penjelasan dan penyusunan kesimpulan Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil jika 75% siswa menguasai kompetensi dasar memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai dan terjadinya motivasi siswa selama proses berlangsung. Penguasaan kompetensi siswa dilihat dari hasil tes memahami bacaan. Peningkatan motivasi diketahui dari hasil observasi selama proses pembelajan HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah-langkah pembelajaran menulis puisi pada siklus I terdiri atas dua kali pertemuan yang terdiri atas dua kali tatap muka untuk pembelajaran, dan satu kali pertemuan untuk tes. Masingmasing pertemuan menggunakan tahapan-tahapan pembelajaran: orientasi, merumuskan masalah, membangun hipotesis, menguji jawaban, dan menarik kesimpulan. Siklus 1 Pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam, menanyakan kehadiran siswa, dan melakukan apersepsi. Kemudian guru berdialog dengan siswa Guru : “ Anak-anak apa kalian suka membaca ?” Siswa : “ Suka , Bu” Siswa : “ Tidak, Bu! “ Guru : “Mengapa kamu tidak suka membaca ?” Siswa : “Bosan, Bu” Siswa : “Lebih enak nonton TV” Siswa : “Sulit, Bu!” Guru : “Baik, agar kalian tidak merasa sulit dan bosan dalam
862
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Siswa
membaca, ibu akan memberikan strategi membaca yang baru yaitu PQ4R “Apa itu Bu?”
Setelah melakukan dialog tersebut kemudian pendidik memulai pembelajaran. Berdasarkan perencanaan yang telah disusun, kegiatan pembelajaran dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pra baca, tahap membaca, dan tahap pasca baca. Pada tahap pra baca atau preview ini kegiatan yang dilakukan guru meliputi menyampaikan tujuan pembelajaran, menyiapkan wacana yang akan dibaca siswa, memperkenalkan strategi PQ4R, membimbing siswa membaca dengan cepat satu atau dua kalimat sehingga memperoleh gambaran sedikit apa yang akan dipelajari. Pada saat guru memperkenalkan strategi PQ4R siswa tampak antusias. Mereka tampak memperhatikan penjelasan guru dan bertanya untuk beberapa langkah yang mereka belum paham. Pada saat guru membimbing siswa membaca cepat. Siswa yang mampu dapat melakukan apa yang telah ditugaskan padanya dengan baik, sementara siswa yang kurang mampu perlu mendapat perhatian lebih dari guru dalam wujud guru mendampingi siswa yang belum. Siswa :”yang dimaksud dengan preview itu apa, Bu” Guru :”Yaitu tahapan membaca selintas, judul,sub judul, topik maupun sub topik” Siswa :”Bagaimana caranya Bu” Guru :”Baca secara garis besarnya saja, untuk menemukan pokok-pokok bacaannya” Siswa : “Baik, Bu terima kasih” Dari dialog diatas terlihat bahwa siswa sangat tertarik untuk mengikuti pembelajaran membaca dengan strategi PQ4R. Hal tersebut terlihat dari respon siswa yang sudah siap untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini berarti siswa sudah memiliki motivasi untuk belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 1986: 75). Tahap Question (tahap memahami perintah dan guru) merupakan tahap yang mana guru membimbing siswa menyusun pertanyaan yang akan dicari sendiri jawabannya melalui proses membaca intenrsif. Pada kegiatan ini banyak siswa yang belum paham pertanyaan yang harus dibuat, sehingga guru harus mengulang kembali penjelasannya. Guru : “Anak-anak perhatikan paragraf berikut” Pertanyaan apa yang jawabannya terdapat dalam teks tersebut Siswa :”Apa judul bacaan tersebut” Guru :”bagus pertanyaanmu nak!, tetapi itu tidak menunjukkan tingkat berfikir yang tinggi, ayo dibuat pertanyaan yang berkaitan dengan isi Teks bacaan “Keindahan Alam Bawah Lau” Siswa :”Bagaimana caranya kita menjaga kelestarian Keindahan Alam Bawah Laut? Dari dialog tersebut guru berusaha membangkitkan motivasi siswa dalam menyusun pertanyaan dengan menggunakan kata tanya yang tepat. McClelland dan Atkinson dalam Sri Esti (1989: 161) mengemukakan bahwa motivasi yang paling penting untuk psikologis pendidikan adalah motivasi berprestasi, dimana seseorang cenderung untuk berjuang mencapai sukses atau memilih kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal. Intensitas motivasi siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar siswa tersebut. Pada tahap membaca ini kegiatan guru adalah membimbing siswa membaca dalam hati, membimbing siswa untuk menemukan jawaban pertanyaan, membimbing siswa menandai bagian yang dianggap penting,membimbing siswa menemukan kalimat utama dan ide pokok, dan membimbing siswa untuk membuat catatan-catatan pendek.
863
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Sedangkan dalam refleksi kegiatan guru adalah membimbing siswa untuk membandingkan informasi yang telah diperolehnya, dan menghubungkan informasi yang telah diperolehnya dengan hal-hal yang baru diketahui. Pada kegiatan ini guru dan siswa bersama-sama membaca untuk mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan yang disusun dan menemukan kalimat utama ataupun ide pokok. Pada tahap recite guru membimbing siswa untuk mengingat kembali informasi yang telah dipelajari dengan membuat intisari materi dari bacaan, dari catatan-catatan yang dibuat terdahulu berlandaskan ide pokok, siswa menyusun intisari dari bacaan untuk menguji bahwa siswa telah memahmi atau belum dari bacaan yang dibaca. Pada tahap pasca baca ini guru membimbing siswa untuk membaca kembali secara sekilas wacana yang diberikan guru, kegiatan guru dan siswa pada tahap ini adalah bersama-sama melihat kembali jawaban siswa dan mencocokkan dengan bacaan. Pada pertemuan kedua guru memberikan LKS dengan teks bacaan berjudul “Lingkungan Hidup dan Upaya Pelestariannya” yang harus dikerjakan siswa secara mandiri. Soal-soal dalam LKS ini sekaligus menjadi soal tes yang harus diselesaikan siswa. Soal-soal tersebuty meliputi menyusun pertanyaan, menjawab pertanyaan, menentukan gagasan utama, dan menceritakan kembali wacana yang telah dibaca dengan kalimatnya sendiri. Dari hasil tes di siklus pertama hanya 68 % siswa yang mampu menentukan gagasan utama hal ini disebabkan saat meliha teks bacaan mereka merasa malas untuk memulai membaca, dan lebih senang bercerita sendiri. Tindakan siklus ke-2 Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 ini dilakkukan dengan strategi pembelajaran individu.Hal ini dilakukan berdasarkan hasil analisis pada siklus pertama. Kemudian guru melakukan tanya jawab mengingatkan kembali tentang strategi PQ4R yang pernah dipelajari. Guru : “Anak-anak apa masih ingat strategi membaca yang kita pelajari minggu yang lalau?” Siswa : “tidak Bu” Siswa : “Masih Bu” Guru :”Apa nama strateginya” Siswa : “PQ4R Bu” Guru : “Bagus sekali!‟ Dari dialog tersebut guru berusaha membangkitkan kembali ingatan siswa tentang PQ4R yang sudah dipelajari pada minggu sebelumnya. Setelah berhasil membangkitkan ingatan kembali tentang strategi PQ4R, guru memotivasi siswa tentang pentingnya memahami suatu bacaan, dan manfaat membaca intensif, pembaca dapat menguasai isi teks secara mantap, dapat mempunyai daya ingat yang lebih lama yang berhubungan dengan teks. Dilanjutkan dengan menyampaikan kompetensi yang harus dipelajari dan tujuan pembelajaran. Proses selanjutnya adalah mengingatkan kembali langkah-langkah memahami teks bacaan dengan strategi PQ4R yang meliputi,preview (membaca sekilas),question (menyusun pertanyaan yang jawabannya dicari melalui proses membaca), read (membaca), refleksi (memahami informasi yang dibaca), recite (menceritakan kembali/merangkum), review (meninjau kembali teks yang dibaca). Kemudian guru membagikan lembar kerja siswa secara individu dengan teks bacaan berjudul” Manfaat Kopi bagi kulit” untuk mengerjakan tes yang berhubungan dengan mengajukan pertanyaan,menjawab pertanyaan,menemukan gagasan utama,dan menyusun rangkuman dari teks yang dibaca Pada siklus 2 ini pembimbingan dan arahan guru dilakukan secara individu untuk itu guru aktif mendampingi dan membimbing siswa terutama pada siswa yang kurang senang membaca dan
864
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
lebih banyak berbicara dengan temannya, siswa yang tidak mampu menemukan gagasan utama. Selama siklus 2 ini tampak siswa lebih serius dibandingkan pada siklus sebelumnya. Pada proses PTK ini peneliti masih menemukan beberapa kekurangan (1) masih ada siswa yang belum mampu menyusun pertanyaan dari teks yang dibaca dengan menggunakan kata tanya mengapa, bagaimana (2) siswa masih kesulitan ketika diminta untuk menceritakan kembali teks yang dibaca dengan kalimatnya sendiri (3) masih ada yang belum mampu menemukan gagasan utama. Setelah dilakukan analisis diketahui bahwa 72% siswa telah mendapatkan nilai yang mendekati KKM PENUTUP Membaca intensif merupakan membaca dengan penuh pemahaman untuk menemukan ide-ide pokok pada tiap-tiap paragraf, dan ide-ide penjelas.Dengan penerapan strategi PQ4R ini diharapkan dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran terutama materi-materi yang lebih sukar dan menolong siswa untuk berkonsentrasi lebih lama. DAFTAR PUSTAKA Esti, Sri.1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo http://pradietapelestarianlingkunganhidup.blogspot.com/2011/04/pengertian-Lingkungan-hidup-html MoleongJ,Lexy.2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pt Remajarosdakarya Sardiman, A,M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Trianto. 2007. Metode Pembelajaran Inovatif Beroientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka Publiser.
865
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PETA PIKIRAN DAN MEDIA FILM PADA SISWA KELAS 8D SEMESTER GENAP SMPK WIDYATAMA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Suci Wahyuni SMP Katolik Widyatama, Batu
[email protected] Abstrak: Penggunaan media film pendek dalam pembelajaran menulis teks ulasan mampu memotivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan mereka menulis. Bagi kebanyakan siswa, media ausio visual lebih mudah ditangkap dengan penggambaran yang jelas. Adapun penggunaan peta pikiran sebagai metode pembelajaran menulis teks ulasan, membantu siswa mengembangkan ide yang mereka temukan pada saat menonton film menjadi teks ulasan. Peta pikiran dapat membantu siswa mengorganisasikan dengan benar alur pemikiran untuk menjadi paragraf-paragraf yang tersusun dengan runtut sesuai dengan struktur isi teks ulasan. Mengingat efektifnya penggunaan metode peta pikiran dan media film dalam pengajaran di sekolah, maka melalui PTK ini diharapkan kedua metode dan media tersebut dapat dijadikan alternatif alat bantu mengajar khususnya dalam materi menulis teks ulasan siswa kelas 8D semester genap di SMPK Widyatama tahun Pelajaran 2015/2016. Kata Kunci: Metode, Peningkatan kualitas, Peta pikiran, menulis teks ulasan, Media film pendek
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi dunia pendidikan. Menurut Rosidi, menulis membantu siswa berpikir, mengungkapkan gagasan, dan memecahkan masalah (2009:3). Sementara itu, Leonhardt mengatakan bahwa anak-anak yang gemar menulis menjadi murid yang mudah unggul dalam semua mata pelajaran (2005:16). Menulis dapat menjadi sarana latihan bagi siswa dalam rangka mengembangkan diri mereka menjadi insane yang lebih matang dalam menghadapi permasalahan. Menulis teks merupakan kegiatan belajar yang dianggap sulit oleh kebanyakan siswa. Pada umumnya permasalahan yang dialami oleh siswa adalah kemampuan mengungkapkan ide agar menjadi paragraf atau cerita yang padu dan runtut sehingga mudah dipahami oleh siswa yang lain atau pembaca secara umum. Selain pengungkapan ide, masalah lainnya adalah penggunaan ejaan yang meliputi penggunaan huruf kapital, konjungsi, dan tanda baca. Teks ulasan merupakan salah satu materi yang diajarkan di kelas VIII-D semester genap. Materi dalam teks ulasan tersebut siswa diminta untuk mengomentari isi novel, cerpen, puisi yang dibaca atau film yang dilihat. Bahasan dalam teks ulasan meliputi Orientasi, tafsiran, evaluasi, dan rangkuman. Siswa kelas 8D SMPK Widyatama pun tidak lepas dari kesulitan tersebut. Ketika materi menulis teks ulasan ajarkan, penulis mendapati beberapa permasalahan, yaitu : 1) kesulitan yang terjadi yaitu siswa sulit mengungkapkan ide menuangkan apa yang mereka amati dan baca dari cerpen. Hasil pengamatan menunjukkan siswa hanya mampu menuliskan judul ulasan dan identitas cerpen yang diamati. Beberapa siswa lain, begitu mendapatkan tugas untuk membuat ulasan cerpen yang diamati, langsung berdiskusi dengan temannya dan saling bertanya tetapi tidak menulis apapun. Siswa yang lain sepertinya serius menulis tetapi banyak menghapus, menganggap tulisan mereka salah. Ada juga yang menghabiskan waktu yang tersedia hanya dengan merenung. Setelah ditanya, mereka menjawab takut menulis karena takut salah. 2) Beberapa siswa lain mengatakan bahwa
866
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
mereka tidak tahu bagaimana dan apa yang harus ditulis. 3) Siswa lain merasa tidak tertarik dengan cerpen. Setelah dilakukan pengamatan terhadap hasil tulisan mereka, didapati banyak kesalahan. Ada banyak kesalahan dalam pengorganisasian kalimat dalam paragraf. Dalam satu paragraf terdapat kalimat yang tidak padu. Hasil lainnya, terdapat kesalahan ejaan, mulai dari penggunaan huruf kapital, penggunaan kata penghubung, dan kalimat efektif. Berbagai kesulitan yang terjadi di kelas 8D tersebut, membuat mereka tidak mampu menyelesaikan tugas dengan baik. Penguasaan materi rendah. Pada akhirnya, setelah tugas portofolio mereka diamati, banyak terjadi kesalahan dalam penulisan huruf kapital, penggunaan kata penghubung yang diulang dalam satu kalimat. Mereka tidak mampu membedakan penggunaan kata penghubung intra kalimat dan antarkalimat. Kalimat yang mereka buat tidak efektif. Pada akhirnya, nilai siswa berada di bawah KKM. Dari 25 siswa kelas 8D, siswa yang dinyatakan tuntas dalam menulis teks ulasan hanya 30%, sedangkan sisanya 70% masih di bawah KKM. KKM yang harus dicapai untuk menulis teks ulasan adalah 80. Menyadari hal tersebut, maka perlu dipikirkan alternatif kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi para siswa untuk menguasai keterampilan menulis baik. Satu metode yang ditawarkan adalah dengan menggunakan Peta Pikiran. Peta Pikiran atau yang aslinya bernama Mind Mapping ini merupakan satu teknik mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harafiah akan “memetakan” pikiranpikiran kita (Buzan, 2008: 4) Dengan menggunakan Peta Pikiran, siswa akan terbantu dalam menulis. Peta Pikiran akan memandu mereka menulis dengan rincian gagasan yang tepat. Peta Pikiran akan menjadi kerangka tulisan mereka. Selama proses menulis, mereka juga dapat menambahkan ide penjelas yang diperlukan. Kreativitas mereka juga akan mendapat tempat. Peta Pikiran akan dapat melatih mereka dalam menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan, sehingga dengan latihan menulis teks menggunakan Peta Pikiran para siswa dapat menjadi generasi muda yang utuh karena otak kiri dan kanannya berkembang secara seimbang (Suyati, 2015:88) Lebih lanjut Suyati (2015) mengemukakan bahwa peta pikiran adalah suatu teknik untuk mengorganisasikan suatu konsep atau ide dalam bentuk diagram radial hirarkis nonlinier. Dalam peta pikiran, tema, gagasan utama, dan gagasan penjelas yang dituangkan dengan kata-kata kunci dihubungkan dengan garis lengkung dan divariasikan dengan gambar atau simbol yang sesuai dan warna-warna yang menarik, sehingga peta pikiran melatih keseimbangan kerja otak kanan dan otak kiri. Peta pikiran dapat membantu siswa menyeleksi dan mengelompokkan kata-kata kunci yang diperlukan dalam menulis teks. Peta Pikiran yang tertata dengan baik akan menjadi kerangka tulisan yang dapat menuntun siswa untuk menghasilkan teks dengan kualitas tulisan yang lebih baik pula. Peta pikiran membantu siswa belajar, menyusun, dan menyimpan sebanyak mungkin informasi yang diperlukan, dan mengelompokkannya dengan cara yang alami (Buzan, 2008: 13). Tulisan yang baik memerlukan banyak ide atau gagasan, baik berupa gagasan utama maupun gagasan penjelas.Banyak siswa merasa tidak dapat menulis karena kehabisan ide. Di sisi lain, ide atau gagasan tersebut harus disusun dan dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu, sehingga tulisan yang dihasilkan juga akan baik dari segi penataan ide. Peta pikiran mampu mengakomodasi hal-hal tersebut. Beberapa keunggulan peta pikiran dalam proses pembelajaran menulis teks, antara lain (1). dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas berpikir siswa. Hal ini menimbulkan sikap kemandirian belajar yang lebih pada siswa. (2). Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik, yang akan memudahkan belajar. (3). Dapat membantu siswa melihat makna materi pelajaran secara lebih komprehensif dalam setiap komponen konsep-konsep dan mengenali hubungan antara konsepkonsep berikut. (Suyati, 2015:95). Pemilihan film pendek sebagai media untuk membantu siswa kelas 8D dalam memahami penulisan teks ulasan didasarkan bahwa keunggulan film pendek, antara lain film dapat memikat
867
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
perhatian anak. Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan. Hal-hal yang abstrak menjadi jelas. Film dapat mengatasi keterbatasan daya indera kita (penglihatan) dan dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak. Anak akan lebih fokus terhadap materi yang disampaikan daripada mereka membaca buku. Waktu yang digunakan untuk penyampaian materi lebih singkat dan cepat dipahami daripada kalau mereka membaca buku. Film dapat digunakan dalam kelompok besar maupun kelompok kecil. Penelitian yang berkaitan dengan kemampuan menulis siswa pernah dilakukan oleh beberapa penulis . Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Yohana L.A. Suyati (2015) berjudul “Peta Pikiran dan Kemampuan Menulis Siswa Kelas VII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks pada Kurikulum 2013”. Dalam penelitian tersebut penulis menyimpulkan bahwa peta pikiran sangat berguna dalam menjabarkan atau menemukan ide-ide dalam menulis. Peta Pikiran merupakan satu cara untuk menyiapkan kerangka tulisan dengan memanfaatkan kata-kata kunci yang digu-nakan sebagai tema, ide atau gagasan utama, dan ide atau gagasan penjelas. Kata-kata kunci tersebut dihubungkan dengan garis lengkung sebagai cabang dari tema yang ditentukan berdasarkan jenis teks yang sedang dipelajari. Dalam Peta Pikiran, kata-kata kunci yang digunakan ditata berdasarkan kelompoknya. Penggunaan gambar atau simbol yang sesuai dengan kata kunci yang dipilih dan penggunaan warna yang bervariasi dapat melatih kerja otak kanan.Penggunaan kata-kata kunci dalam Peta Pikiran dapat melatih kerja otak kiri. Dengan demikian, Peta Pikiran dapat melatih keseimbangan kerja otak kanan dan otak kiri. Penataan gagasan dalam Peta Pikiran akan membantu siswa dalam mengembangkan imajinasi dan kreativitas mereka, sehingga siswa akan lebih terarah dalam menulis teks yang dilatihkan kepada mereka. Peta Pikiran akan menjadi kerangka tulisan mereka dan diharapkan dengan kerangka tulisan yang telah tertata tersebut, kualitas tulisan yang mereka hasilkan akan menjadi lebih baik. Penelitian lain dilakukan oleh Pande Putu Edi Harnata, I Wayan Rasna, Ni Made Rai Wisudarian. Pande Putu Edi Harnata, dkk. mengambil media film dalam kaitannya dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis cerpen pada pembelajaran menulis siswa kelas X2 SMAN Tampaksiring, Bali. Penelitian yang berjudul “Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Keterampilan Kenulis Cerpen Siswa Kelas x2 di SMA Negeri 1 Tampaksiring” Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media film dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas X2 di SMA Negeri 1 Tampaksiring. Di samping meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa, penggunaan media film juga dapat meningkatkan respons siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen dan mampu menumbuhkan respons sangat positif pada diri siswa yang mengikuti pembelajaran menulis cerpen. Dengan melihat tayangan film, siswa merasa senang dan menyambut dengan antusias.Dari isi film tersebut, siswa sangat terbantu untuk membuat sebuah cerpen, mulai dari membuat tema, menentukan jalan cerita, dan menggambarkan tokoh dalam cerita. Pemilihan judul : Peningkatan kualitas pembelajaran menulis teks ulasan film dengan menggunakan peta pikiran dan media film pada siswa kelas 8 semester genap smpk widyatama tahun pelajaran 2015/2016” sebagai dasar penelitian karena peneliti menyadari bahwa siswa perlu memiliki keterampilan dalam hal menulis terutama membuat teks ulasan. Dengan menggunakan metode peta Pikiran dan media film tersebut diharapkan kemampuan anak dalam menulis dapat meningkat, bukan hanya dapat menulis tetapi kualitas tulisan dalam ejaan dan pengorganisasian ide dalam kalimat efektif dapat meningkat. Selain itu, penelitian dengan menggunakan metode peta pikiran dengan media film bertujuan untuk meningkatkan perhatian dan fokus siswa terhadap materi dan menghindari kejenuhan.
868
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Setiap siklus terdiri atas tiga pertemuan, dua kali pertemuan tatap muka dan satu kali pertemuan untuk tes. Untuk memperoleh data digunakan dua instrumen, yaitu instrumen berupa lembar observasi dan instrument untuk menilai hasil. Lembar observasi digunakan untuk menjaring data keaktifan dan keantusiasan siswa dalam mengikuti proses lembelajaran. Adapun untuk menilai hasil kerja siswa tentang kemampuan siswa menulis teks ulasan terhadap film “Surat Kecil untuk Tuhan”. Instrumen penilaian berupa pertanyaan esai / uraian digunakan sebagai panduan untuk menilai teks ulasan hasil kerja siswa. Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas VIII-D SMPK Widyatama Batu tahun Pelajaran 2015-2016 pada mata pelajaran bahasa Indonesia, yang terdiri 10 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan. Waktu penelitian dimulai pada 1 Maret sampai 16 April 2016. Materi yang digunakan adalah Teks Ulasan film “Surat Kecil untuk Tuhan” HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perencanaan Pembelajaran Pada tahap perencanaan terdapat lima kegiatan, yaitu menyusun RPP, menyusun LKS, menyusun pedoman observasi, mengembangkan media pembelajaran, dan menyusun evaluasi. Langkah-langkah dalam penyusunan RPP, pertama, menentukan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi inti (KI) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3.1 Memahami teks cerita moral/fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan cerita biografi baik melalui lisan maupun tulisan, sedangkan kopetensi dasar (KD) yang digunakan adalah 4.2 Menyusun teks cerita moral/fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan cerita biografi sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Berdasarkan KD tersebut, dijabarkan ke dalam 4 indikator, 1) Siswa dapat menjelaskan unsur intrinsik dari film “Surat kecil untuk Tuhan”dengan menggunakan metode peta pikiran. 2) Siswa dapat menjelaskan keunggulan dan kelemahan film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan metode peta pikiran. 3) Siswa dapat menjelaskan kualitas film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan metode peta pikiran . Dan, 4) Siswa dapat menyusun teks ulasan film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan metode peta pikiran. Kedua, menyusun RPP. RPP disusun berdasarkan waktu yang tersedia yakni 3x40 menit yang terdiri atas 2 x 40 menit tatap muka pembelajaran dan 1 x 40 menit nontatap muka berupa pemberian tes evaluasi untuk menjaring data . Dari SK dan KD serta indikator yang ada maka diuraikan lagi dalam lima tujuan pembelajaran yakni setelah peserta mengikuti pembelajaran tentang menulis teks ulasan film menggunakan metode peta pikiran, peserta dapat : 1) menentukan unsur intrinsik dari film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan peta pikiran, 2) menentukan keunggulan dan kelemahan film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan peta pikiran”, 3) menentukan kualitas film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan peta pikiran, dan 4) menyusun teks ulasan film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan peta pikiran. Tahapan rencana pembelajaran dengan menggunakan metode peta pikiran dengan media film, yaitu pada bagian awal, siswa diajak untuk mengamati bentuk-bentuk peta konsep, fungsi, dan manfaat, serta penggunaannya dalam membuat teks ulasan. Tahap selanjutnya yang merupakan tahapan inti dalam pembelajaran, siswa mengamati film secara cermat dan sungguh-sungguh. Para siswa dibekali tujuan yang ingin diperoleh dari pengamatan film dilakukan yaitu unsur intrinsik, keunggulan dan kelemahan film, serta kualitas film. Setelah pengamatan dilakukan, siswa mendiskusikan tugas yang diberikan tersebut dan mencoba memasukkannya melalui peta pikiran.
869
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Kemudian, setelah mendiskusikan hasilnya, mereka mengomunikasikan lewat presentasi wakil kelompok , sedangkan siswa dari kelompok lain menanggapinya. Setelah mendapatkan perbaikan, para siswa yang memiliki karya tersebut bersama guru dan siswa lainnya mengevaluasi secara keseluruhan dengan memperhatikan penuangan ide, kalimat efektif dan ejaan yang digunakan. Pada tahap akhir dari evaluasi, siswa melakukan perbaikan. Selanjutnya, karya tersebut dikumpulkan untuk dinilai oleh guru berdasarkan rubrik penilaian yang telah dibuat. Berdasarkan tahapan langkah-langkah tersebut, kegiatan pembelajaran di kelas dituangkan dalam jabaran RPP Siklus I pertemuan pertama sebagai berikut : pada tahap awal, dalam waktu 20 menit, terbagi dalam beberapa kegiatan yaitu 1) guru memberikan salam dan menanyakan kabar para siswa. 2), guru memberikan motivasi agar semangat dalam mengikuti pelajaran hari ini. 3), guru mengajak siswa untuk menggali ingatan mereka tentang materi sebelumnya yaitu struktur teks ulasan serta hal-hal yang termasuk di dalam masing-masing bagian struktur teks. 4) Guru menjelaskan KD, tujuan, dan materi pembelajaran hari ini. 5) guru menampilkan satu contoh bentuk peta pikiran kemudian bertanya jawab dengan siswa tentang pengetahuan mereka dalam memahami pengertian, fungsi, dan manfaat serta penggunaan peta pikiran. Dan, 6) Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok dengan masing-masing kelompok 3 orang anggota kemudian membagikan lembar kerja siswa. Selanjutnya, pada tahap inti dalam waktu 50 menit, 1) siswa mengamati film pendek “Cinta dalam Diam” 2) di dalam kelompok, siswa mendiskusikan temuan dari film yang diamati dan mengisi LKS berkaitan dengan unsur intrinsik, keunggulan dan kelemahan, serta kualitas penyajian film, lalu memasukkan hasil temuan dalam pohon peta pikiran. 3) Kelompok yang telah selesai berdiskusi, mempresentasikan di depan kelompok lain, dan kelompok lain menanggapinya. 4) Siswa dalam kelompok mengembangkan peta pikiran untuk menjadi teks ulasan. 5) Siswa memasang hasil karya mereka di papan pajang, kemudian 6) guru bersama siswa kelompok lain mengevaluasi dari segi isi dan bahasa. Pada bagian penutup dengan waktu 10 menit, 1) guru bersama siswa melakukan simpulan hasil pembelajaran hari ini untuk memastikan pemahaman yang benar tentang penggunaan peta pikiran untuk menyusun teks ulasan film. 2) Guru menjelaskan rencana materi dan tugas untuk pertemuan kedua…. Berikutnya, pada pertemuan kedua Siklus I, bagian awal kegiatan pembelajaran (10 menit) yaitu 1) Guru menyampaikan salam dan siswa menanggapinya. 2) Guru mengajak siswa untuk mengingat kembali simpulan temuan tentang peta pikiran dan teks ulasan, mengisi pohon peta pikiran serta cara mengembangkannya dalam teks ulasan. 3) Guru menyampaikan materi pembelajaran hari ini. Pada bagian inti (60 menit), secara individu, 1) siswa diminta mengamati film “Surat Kecil untuk Tuhan” (SKuT) karya Harris Nizam. 2) Siswa mengerjakan LKS berupa pohon peta pikiran tentang film “SKuT” yang diberikan guru. 3) Siswa mengembangkan pohon peta pikiran tersebut menjadi teks ulasan. 4) Setelah selesai, siswa mengumpulkan hasil karya mereka kepada guru untuk dilakukan penilaian. Pada bagian penutup selama 10 menit, 1) guru bersama siswa melakukan refleksi tentang hasil pembelajaran menyusun teks ulasan yang telah dilakukan selama 2x pertemuan. 2) Guru menjelaskan pelaksanaan penilaian (tes) sehubungan dengan teks ulasan pada pertemuan berikutnya. Pelaksanaan Siklus I Pada tahap awal, selama 20‟ guru menyampaikan tujuan pembelajaran kali ini yaitu menulis teks ulasan berdasarkan film yang dilihat dengan menggunakan metode peta pikiran. Sebelum memutarkan film, guru dan siswa saling menanya tentang struktur teks ulasan dengan tepat. Setelah
870
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
mendapatkan pemahaman yang benar tentang struktur teks ulasan, Guru memutarkan film pendek motivasi berjudul “Cinta dalam Diam” dan siswa mengamati film tersebut. Selanjutnya, Guru menanya tentang hasil temuan mereka berkaitan dengan materi ulasan film. Berdasarkan jawaban siswa dapat disimpulkan bahwa lebihh dari 70% siswa kesulitan mengungkapkan hasil temuan mereka secara runtut. Kemudian guru membantu siswa dengan dengan menggunakan peta pikiran untuk merumuskan hasil temuan mereka. Siswa menuliskan point-point hasil pengamatan mereka ke dalam struktur teks ulasan. Hasil temuan didiskusikan dalan kelompok untuk mendapat tanggapan siswa anggota kelompok. Pada tahap pelaksanaan 60‟, Siswa menonton film pendek berjudul “Surat kecil untuk Tuhan”. Selanjutnya, mereka menuliskan hasil temuan berdasarkan struktur teks ulasan dengan bantuan peta pikiran. Tugas tersebut dilakukan di dalam kelompok. Kemudian, hasil peta pikiran tersebut mereka tuliskan dalam teks ulasan sesungguhnya. Didapati, lebih dari 65% mereka belum tuntas. Para siswa kelas VIIID yang berjumlah 25 orang masih sulit ketika harus menentukan tafsiran mereka yaitu memberi penilaian kelebihan dan kelemahan film tersebut. Dari 25 siswa, 8 siswa memperoleh nilai 75, 7 siswa memperoleh nilai 70, dan sisanya mendapat nilai 65. Padahal KKM yang diharapkan adalah 75. Berdasarkan hasil tersebut, persentase nilai terendah terdapat pada bagian truktur tafsiran, yaitu kemampuan siswa menentukan kelebihan dan kelemahan film tersebut. Pada tahap akhir siklus I guru dan siswa menyimpulkan bahwa kelemahan tersebut terjadi karena siswa kurang teliti dalam mengamati film sehingga tidak dapat menentukan kelebihan dan kelemahan film. Sebelum mengakhiri pembelajaran, guru menyampaikan rencana pertemuan siklus II serta tujuan pembelajaran berikutnya. Siklus II Pada tahap awal, selama 10‟ guru menyampaikan tujuan pembelajaran kali ini yaitu menulis teks ulasan berdasarkan film yang dilihat dengan menggunakan metode peta pikiran secara mandiri.Guru dan siswa menanya untuk mengingat kembali struktur teks ulasan, serta kesulitan yang dihadapi siswa pada pertemuan pada siklus I. Pada tahap pelaksanaan 60‟, Siswa menonton film pendek berjudul “Forrest Gump”. Guru mengganti judul dan materi film. Pengubahan tersebut dilakukan karena film SKuT pada siklus I terlalu datar alurnya sehingga menjelang akhir, siswa mulai bosan. Pelajaran mulai Nampak menjenuhkan. Forrest Gump dipilih karena menurut peneliti, filom ini lebih hidup dan menginspirasi karena berupa film motivasi. Selanjutnya, mereka menuliskan hasil temuan berdasarkan struktur teks ulasan dengan bantuan peta pikiran. Pada siklus II tersebut, siswa langsung mengomunikasikan kepada guru untuk mendapat perbaikan berkaitan dengan hasil pembuatan peta pikiran. Setelah Memperbaiki, siswa langsung menyusun teks ulasan secara mandiri. Pada tahap penutup 10‟, guru bersama siswa merefleksi hasil pembelajaran dengan menyimpulkan penggunaan peta pikiran dalam menyusun teks ulasan dengan tepat. PENUTUP Berdasarkan pembahasan di atas, ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini. Pertama, peningkatan skor rata-rata menulis teks ulasan siswa dengan menggunakan metode peta pikiran dan media film terjadi pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, hasil yang diperoleh siswa kurang memuaskan, yaitu Dari 25 siswa, 8 siswa memperoleh nilai 75, 7 siswa memperoleh nilai 70, dan sisanya mendapat nilai 65. Sedangkan pada siklus II, nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 5,07. Kedua, Penggunaan Metode Peta Pikiran dalam pembelajaran sangat membantu siswa dalam mengorganisasikan pikiran mereka secara runtut sesuai dengan alur film yang ditampilkan. Siswa
871
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
mudah untuk menjabarkan ide-ide tersebut dslam paragraf karena telah terbantu langkah-langkah dan isinya sesuai dengan peta pikiran yang tekah dibuat. Ketiga, media film yang mampu meningkatkan kemampuan siswa menulis cerpen adalah media film yang bisa menarik perhatian siswa dan sesuai dengan tingkat kematangan audiens (siswa SMP), serta sesua dengan kegemaran mereka saat ini. Film tentang romantisme, percintaan, kesetiaan, dan motivasi tentang kahidupan adalah jenis film yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran menulis ulasan di SMP. Dengan menayangkan film yang berjudul “Surat Kecil untuk Tuhan” (sebagai film remaja) dan “Forrest Gump” (sebagai film motivasi tentang kahidupan remaja), siswa merasa senang dan menyambut dengan antusias. Dari isi film tersebut, siswa sangat terbantu untuk menyusun sebuah teks ulasan, mulai dari orientasi, tafsiran, evaluasi, dan simpulan. Keempat, pada intinya, langkah -langkah proses belajar-mengajar menulis teks ulasan dengan menggunakan metode peta pikiran dan media film, yaitu guru membuka pelajaran dengan mengucapakan salam, guru mengkondisikan kelas supaya kelas menjadi lebih tenang dan nyaman dan guru mengecek kehadiran siswa, guru memberikan apersepsi, guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, guru memberikan arahan atau gambaran mengenai kegiatan yang akan dilakukan, guru mulai menjelaskan materi. Pada saat menjelaskan peta pikiran, guru menyertakan contoh membuat pikiran dengan cara mengajak siswa menonton film pendek. Selanjutnya, bertanya jawab tentang struktur teks ulasan dan mengisikan hasil temuan sesuai struktur teks dalam peta pikiran. Setelah kegiatan pra tersebut, didapat simpulan bahwa siswa sangat dimudahkan pembelajaran menggunakan metode peta pikiran. Selanjutnya, dalam siklus II peningkatan kemampuan siswa yang diwujudkan dengan peningkatan perolehan nilai dan jumlah siswa yang tuntas KKM semakin banyak. Terakhir, Siswa memberikan respons sangat positif terhadap penggunaan media film dalam pembelajaran menulis cerpen. Hal ini bisa dilihat dari 25 siswa yang mengisi kuesioner, 20 memberikan respons sangat positif dan 5 siswa atau memberikan respons positif terhadap penggunaan metode peta pikiran dan media film dalam pembelajaran menulis teks ulasan. Berdasarkan simpulan di atas, adapun saran-saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut. 1) Penelitian ini disarankan kepada guru bahasa dan sastra Indonesia untuk menggunakan media film sebagai salah satu media alternatif dalam meningkatkan kualitas menulis tekis ulasan siswa. Penggunaan metode peta pikiran juga dapat dijadikan sebagai alternatif metode pembelajaran yang ternyata lebih efektif untuk memudahkan siswa mengorganisasikan ide.Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis sastra lainnya. Guru juga hendaknya memberikan banyak contoh agar siswa lebih memahami materi yang disampaikan,memberikan penguatan atau motivasi kepada siswa, menggunakan media film yang tepat, dan memberikan apresiasi supaya siswa menjadi lebih aktif ketika proses belajar mengajar berlangsung. 2) Penelitian ini hendaknya dijadikan pengetahuan baru bagi siswa dalam menulis cerpen. Ketika menulis cerpen, siswa bisa menggunakan film sebagai medianya. Siswa juga diharapkan selalu menyimak dan memerhatikan perintah dan penjelasan yang diberikanoleh guru ketika proses belajar-mengajar menulis teks ulasan dengan menggunakan metode peta pikiran dan media film berlangsung. 3) Peneliti lain hendaknya dapat melakukan penelitian lanjutan terkait dengan penerapan media pada aspek pembelajaran bahasa, khususnya pada aspek menulis. Selain itu, penelitian ini hanya terbatas pada subjek penelitian di kelas 8D saja. Untuk memperoleh informasi yang luas dalam mengkaji pembelajaran menulis teks ulasan dengan menggunakan metode peta pikiran dan media film ini,peneliti lain dapat melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan subjek yang berbeda, seperti kelas 8A, 8B, 8C, dan 8E.
872
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi & Supandi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. 2006. Kurikulum Kurikulum Buzan, Tony. 2008. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Penerbit PT Gra-media Pustaka Utama Derewianka, Beverly. 1995. Exploring Harnata, Pande Putu Edi, dkk.2014. Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas X2 di SMA Negeri 1 Tampaksiring.FPBS. Leonhardt, Mary. 2005. 99 Cara Menja-dikan Anak Anda Bergairah Menulis. Bandung: Penerbit Kaifa Suherli. 2007. Menulis Karangan IlmiRosidi, Imron. 2009. Menulis.... Siapa Takut?Yogyakarta: Penerbit Kanisius
873
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA MELALUI METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA SMP PGRI 01 BATU Umi Kalsum SMP PGRI 01 Batu
[email protected] Abstraksi: Kemampuan menulis berita pada siswa kelas VII E SMP PGRI 01 Batu masih kurang maksimal disebabkan siswa kurang memahami cara menulis berita, siswa kurang antusias dalam pembelajaran, cara mengajar yang monoton Hal ini dapat diketahui berdasarkan observasi hasil menulis berita siswa yang memperoleh KKM berjumlah 38,24%. Untuk mengatasi kondisi tersebut dipilih metode STAD Berbantuan Gambar Peristiwa .Metode ini dapat membantu siswa menyusun pokok-pokok berita, menyusun berita, menggunakan kalimat,efektif, ketepatan ejaan dan tanda baca.Hasil penelitian siklus 1, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 38,24% dan pada siklus 2 menjadi 94,12%. Hal ini menunjukan terjadi peningkatan sebesar 65,88%. Artinya hasil yang dicapai tersebut telah memenuhi target yang ditetapkan. Peningkatan nilai hasil ini membuktikan bahwa metode STAD Berbantuan Gambar Peristiwa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dapat menuntun siswa untuk menulis berita secara singkat,padat, dan jelas. Kata kunci:Kemampuan Menulis,Berita,Metode STAD Berbantuan Gaambar Peristiwa
Kurikulum Tingkat Satuan Guruan (KTSP), materi pembelajaran bahasa Indonesia terdiri atas dua jenis keterampilan yaitu keterampilan berbahasa dan keterampilan bersastra. Seperti yang dikemukakan Tarigan (2008:1) bahwa keterampilan berbahasa memiliki empat komponen yaitu, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain. Salah satu kompetensi dasar yang diajarkan di SMP khususnya siswa kelas VIII dan berkaitan dengan keterampilan menulis yaitu menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas. Kompetensi dasar ini merupakan bagian dari standar kompetensi ke 12. Berdasarkan pengalaman penulis, hasil belajar siswa pada kompetensi dasar menulis teks berita secara singkat dan jelas pada siswa kelas VIII-E SMP PGRI 01 Batu masih rendah dan belum mencapai kreteria ketuntasan minimal (KKM) 75.Siswa yang memperoleh nilai tuntas 13 dari 34 siswa, dan yang belum tutas 21 siswa. Tujuan pembelajaran menulis berita dengan singkat, padat, dan jelas sebagai mana tercantum dalam rencana pembelajaran belum dapat dikuasai siswa dengan baik.Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan oleh beberapa hal (1) siswa belum paham cara menulis teks berita berita secara singkat, padat dan jelas, (2) siswa kurangantusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga pembelajaran terkesan kurang efektif. (3) metode yang digunakan guru belum efektif dan kurang menarik sehingga pembelajaran terkesan monoton.(4) pembelajaran berpusat pada guru (teacher center). Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis selaku pengajar di kelas VIII-E bermaksud meningkatkan kemampuan menulis teks berita secara singkat, padat dan jelas. Hal ini pula yang membuat penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas tentang kemampuan menulis berita secara singkat dan jelas, dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Berita Melalui Metode Student Team Achievement Division(STAD)Berbantuan Media Gambar Pada Siswa SMP PGRI 01 Batu.
874
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Metode STAD berbantuan gambar dapat menjadi metode yang menarik bagi siswa dalam pembelajran menulis berita dengan cara singkat, padat dan jelas.Metode STAD menuntut siswa bekerja secara berkelompok sehingga mereka akan memecahkan masalah bersama tamansehingga siswa tidak perlu takut karena masalah yang dihadapi dipecahkan bersama.Melalui gambar siswa akan beremajianai. Dengan imajinasi siswa akan berpikir lebih luas tanpa batas sehingga apa yang ada dipikirannya akan tergali luar biasa (Iwan 2011:106). Pemanfaatan gambar peristiwa sebagai media untuk mengamati suatu kejadian yang akan ditulis menjadi sebuah teks berita sangat tepat. Menulis teks berita dengan teknik pengamatan gambar peristiwa akan memberikan kebebasan kepada siswa untuk membahasakannya. Jadi, siswa yang satu dengan yang lain akan bervariasi dalam membahasakan gambar peristiwa yang diamati. Dengan variasinya jawaban siswa dalam mengamati gambar akan menambah pengetahuan bagi siswa untuk menulis berita. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut yang di dalamnya mengandung pesan yang dibawa penulis. Pesan yang dibawa oleh penulis melalui gambar huruf-huruf disebut karangan. Karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan, pendapat, pengalaman disusun secara sistematis dan logis (Sutari, 1997:26) Menurut Kridalaksana (2005: 968) menulis adalah melahirkan pikiran tematik atau perasaan seperti mengarang, membuat surat dalam tulisan. Akhadiah (2002: 2) juga mengungkapkan bahwa menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkan secara tersurat. Menulis berarti mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan dan wawasan ke dalam tulisan yang sistematis dan bisa dipahami oleh orang lain.Menurut KBBI, pengertian menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Menulis berarti menuangkan isi hati si penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud hati penulis bisa diketahui banyak orang orang melalui tulisan yang dituliskan. Kemampuan seseorang dalam menuangkan isi hatinya ke dalam sebuah tulisan sangatlah berbeda, dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Dengan demikian, mutu atau kualitas tulisan setiap penulis berbeda pula satu sama lain. Namun, satu hal yang penting bahwa terkait dengan aktifitas menulis, seorang penulis harus memperhatikan kemampuan dan kebutuhan pembacanya. Untuk meningkatkan keaktifan siswa serta hasil belajar, guru menggunakan model pembelajaran kooperatif. Metote pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk kerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Beberapa unsure dasar yang membedakan pembelajaran kooperatif dari pembagian kelompok biasa.Menurut Kunandar (2009:271) pembelajaran kooperatif terdiri dari empat unsur yaitu 1) Saling ketergantungan pencapaian tujuan, saling tergantung dalam menyelesaikan pekerjaan dan saling ketergantungan peran. 2) Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan sesame teman. 3) Akuntabilitas individu adalah nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, oleh karena itu anggota kelompok harus member kontribusi demi keberhasilan kelompok. 4) Keterampilan menjamin hubungan antarpribadi. Menurut Sukandar (2009:275) pelaksanaan tipe STAD melalui tahapan sebagai berikut 1) penjelasan materi pembelajaran, 2) Diskusi atau kerja kelompok belajar, 3) Validasi oleh guru, 4) Evaluasi, 5) Menentukan nilai-nilai individu dan kelompok, 6) Pengarahan individu atau kelompok. Slavin (dalam Trianto 2007: 52) menyatakan bahwa STAD, siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan
875
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberi tes tantang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif mementingkan kerja sama anrsiswa untuk memecahkan persoalan dengan terlebih dahulu guru memberikan bekal materi. Siswa akan memperoleh nilai secara kelompok dan secara individu dan nilai rata-rata menjsdi nilai akhir. Penelitian sejenis yang berhubungan dengan metode STADdilakukan oleh1) Hariyani (2010) dengan judulPenerapan Pembelajaran Kooperatif STAD untuk Meningkatkan Keterampilan Mengurutkan Pecahan Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Sidakaton 04.Dalam penelitian ini disimpulkan bahwaadanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dari jumlah 29 siswa yang tuntas dengan KKM : 60 pada siklus 1 PTK sebanyak 23. Kemudian setelah diadakan siklus 2 PTK ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 28 siswa (96 %). 2)Arumningtiyas, Win.(2012)Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar IPA Siswa Kelas IV MI AL-HIKMAH Melis Gandusari Trenggalek. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa rata-rata aspek yang diteliti prosentasenya meningkat. 3)Salmani (2010) Penerapan Pembelajaran Kooperatif MetodeSTAD untuk Meningkatkan Pemahaman MateriPemcerminan Siswa Kelas VSDN 017 Penajam. Dalam penelitian disimpulkan bahwapembelajaran matematika dengan menggunakan kooperatif metode STAD dapat meningkatkan motivasi yang tinggi dari siswa selama pembelajaran, dan kemampuan dalam melaksanakan diskusi kelompok berjalan dengan baik. 4) Haryati,Sri (2012) Peningkatan Keterampilan Menulis Berita dengan Metode Kooperatif Tipe STAD pada SMP Negeri I Sanggau. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa dari semua aspek yang diteliti prosentasenya mengalami peningkatan. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilaksanakan di kelasVII-E SMP PGRI 01 Batu dengan menggunakan metode STAD berbantuan gambar.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yangterdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus meliputi (1) perencanaan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (action);(3) observasi (observing); dan (4) refleksi (reflecting).Setiap siklus terdiri atas dua pertemuan. Lokasi dan subjek dalam penelitian ini kelas VIII-E SMP PGRI 01 Batu tahun pelajaran 2015/2016.Jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah 34 siswa (21 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan).Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret 2016sampai dengan bulan April2016. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-E sebanyak 34 siswa, guru yang mengajar bahasa Indonesia untuk melihat keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan metode STAD.Sumber data utama penelitian adalah hasil belajar siswa selama pembelajaran, yang dimulai dari siklusI sampai siklus II. Pengambilan data berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh rekan sejawat.Dalam melaksanakan pengamatan, guru menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan pada tahap perencanaan. Data kemampuan siswa dalam memahami menulis berita dijaring melalui evaluasi bentuk tes yang dilakukan setelah proses pembelajaran dengan menerapkan metode STAD berbantuan gambar peristiwa.Instrumen tes berbentuk LKS yang dilengkapi dengan rubric penilaian. Kreteria penilaian menerapkan metode STAD dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis teks berita siswa kelas VIII-D SMP PGRI 01 Batu dikaitkan denganstandar ketuntasan belajar yang digunakan di sekolah tersebut.Jika siswa mendapatkan nilai 75% ke atas maka metode STAD dikatakan berhasil. Aspek penilaian yang dijadikan kreteria tingkat pencapaian siswa dalam menulis
876
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
tes berita berpatokan pada lima kreteria penilaian, yaitu ketepatan penulisan strktur berita, kelengkapan unsur berita,diksi, keefektifan kalimat, dan ketepatan ejaan. Taraf keberhasilan yang dicapai siswa didasarkan pada klasifikasi tingkat kemampuan (Trianto: 2007) . HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan identifikasi serta perumusan masalah tersebut, penulis akan menguraikan secara singkat dan sederhana tentang langkah-langkah perbaikan yang telah dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus ada tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, serta refleksi. Siklus I Perencanaan Perencanaan Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan perencanaan, yang didahului identifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa. Kemudian bersama kolabolator, guru merumuskan masalah, menyusun RPP, lembar kerja, lembar obsevasi, dan rubrik penilaian. Langkah-langkah pembelajaran menulis teks berita pada siklus I terdiri atas dua kali pertemuan yang terdiri atas dua kali tatap muka untuk pembelajaran, dan satu kali pertemuan untuk tes. Pelaksanaan dan Pengamatan Pertemuan I Proses pembelajaran diawali dengan kegiatanpemberian apersepsi oleh guru. Kegiatan apersepsi dilakukan dengan mengecek kehadiran siswa, memberikan motivasi, mengecek kesiapan belajar siswa.Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang hal-hal yang akan dipelajari seperti kutipan (1) berikut. Guru : Siapa yang sudah membaca atau mendengarkan berita hari ini? Dan apa isi berita yang kamu baca? Siswa : Saya Bu, Tentang tanah longsor di Tasik Malaya, 11 rumah rakyat retakretak Guru : Bagus, tepuk tangan untuk Amelia Putri. Apakah yang lain juga ada yang membaca berita? Siswa : Banjir di Bojonegoro, akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo, sekitar45 rumah penduduk terendam air. Siswa : Di televisi ada kecelakaan lalu lintas. Bus menabrak warung di pinggir jalan karena sopir mengantuk. Guru : Bagus anak-anak, ternyata kalian ada yang sudah membaca berita dan ada yang mendengarkan berita. Nah, tujuan pembelajaran hari ini adalah menuliss berita secara singkat, padat dan jelas. Antusianisme siswa dalam menjawab pertanyaan guru menunjukkan siswa sudah siap mengikuti pembelajaran.Dalam hal ini sisswa sudah termotivasi untuk belajar. Sesuai dengan pendapat….. Selanjutnya guru meminta siswasecara klasikal untuk mengamati beberapa gambar peristiwa yang ditayangkan melalui LCD. Seperti gambar (1) berikut.
877
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Setelah mengamati gambar peristiwa tersebut, gurudansiswabertanya jawab seperti kutipan (2) berikut ini. Guru : Anak-anak coba kamu amati gambar peristiwa pada tayangan berikut! Kemudian apa yang bisa kamu data dari tayangan tersebut? Siswa : Air menggenang ,orang mengangkut barang, Bu. Guru : Bagus, yang disebutkan Disca Reta tadi. Apakah masih ada yang bisa menambahkan? Apa judul yang tepat untuk gambar tersebut? Siswa : Rumah tergenang air Bu. Siswa : Banjir Bu. Guru : Bagus jawaban kalian semua benar, nah dari mengamati gambar ternyata kalian sudah bisa menyimpulkan peristiwa yang terjadi. Walaupun jawaban Fikco kurang sempurna. Mungkin judul bisa diperjelas sehingga pembaca mudah memahami. Misalnya “Banjir Menggenangi Kampung Sumber Sari Desa SumberejoKota Batu. Dari kutipan dialog yang dilakukan antarsiswa dengan guru, membuktikan bahwa dengan gambar peristiwa siswa terangsang untuk pembelajaran menulis teks berita dengan cara mengidentifikasi gambar.Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang berminat menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Pada kegiatan inti guru bertanya jawab dengan siswa tentangmateri tatacara penulisan dan sistematika teks berita.Siswa membentuk kelompok-kelompok kecil,masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen (tanpa memperhatikan prestasi siswa/anggota kelompok pilihan siswa).Selanjutnya guru membagikan beberapa gambar peristiwa kepada masing-masing kelompok.Kelompok berdiskusi untukn memilih gambar peristiwa sebagai bahan menulis teks berita.Gambar yang telah dipilih diamati dan analisis dalam diskusi kelompok untuk mendata hal-hal yang dapat digunakan sebagai pokok-pokok berita. Data yang telah terkumpul disusun menjadi pokok-pokok berita dengan menggunakan pertanyaan 5W + 1H.Pokok-pokok berita yang telah tersusun dikembangkan menjadi teks berita dengan memperhatikan struktur/sistematika berita, penggunan kalimat efektif dan ketepatan ejaan. Selanjutnya hasil kerja masing-masing kelompok ditukarkan dengan kelompok lain untuk dikoreksi ketepatan pokok-pokok berita dan ketepatan susunan berita, ketepatan diksi, kalimat efektif, dan ketepatan penggunaan ejaannya. Teks berita yang sudah dikoreksi dikembalikan kepada kelompok masing-masing untuk diperbaiki secara individu sebagai tugas rumah. Ada kelompok yang yang menanyakan untuk apa gambar-gambar ini seperti kutipan dialog (3) berikut.
878
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Siswa Siswa Guru Siswa
: : : :
Gambar ini diapakan Bu? Apakah gambar ini dikerjakan semua? Nah anak-anak tadi Ibu meminta kalian bagaimana? Memilih salah satu gambar dan mendata hal-hal apa saja yang terdapat dalam gambar. Menyusun pokok-pokok berita dengan 5W + 1H. : Merangkai pokok-pokok berita menjadi berita. : Nah sekarang kamu lihat lagi pada tayangan LCD langkah-langkah pembelajaran yang harus kamu lakukan.
Siswa Guru
Dialog di atas menunjukkan bahwa masing-masing kelompok memiliki kemampuan yang berbeda kareana prestasi siswa dalam kelompok berbeda. Dengan media gambar dapat memotivasi dan imajinasi siswa. Imajinasi adalah penggerak kreativitas (Roekhan,1990;Siswanto 2011). Denan terangsanya imajinasi maka akan terangsang pula kreativitas siswa dalam belajar. Pada kegiatan penutup, guru merefleksi kegiatan pembelajaran dengan menyimpulkan pembelajaran bahwa masih ada kelompok yang aktif dan ada kelompok yang pasif. Guru juga memberi penguatan bahwa di dalam menulis teks berita siswa harus memperhatikan struktur berita, dan penggunaan 5W+1H, di samping penggunaan diksi, kalimat efektif, pengguaan ejaan. Kemudian guru menyampaikan pembelajaran yang akan datang.Guru meminta kepada siswa agar hasil kerja kelompok diperbanyak untuk dibagikan kepada masing-masing anggota. Pertemuan II Proses pembelajaran pada pertemuan kedua diawali dengan mengucapkan salam dan memberikan stimulus dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan pembelajran sebelumnya, seperti kutipan dialog (4)berikut. Guru
:
Siswa
:
Guru Siswa Siswa Guru
: : : :
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Anak-anak masih ingatkah apa yangkita pelajari kemarin? ( ada beberapa siswa yang mengangkat tangan, guru memilih salah satu siswa) Masih Bu. Menulis teks berita menggunakan bahasa yang singkat, padat dan jelas. Apa yang di maksud singkat, padat, dan jelas? Menggunakan kalimat efektif Bu. Tidak banyak pemborosan kata Bu. Hebat, ternyata kalianmasih mengingat KD yang kita pelajari kemarin. Nah anak-anak hari ini kita akan belajar dalam Kompetensi Dasar yang sama.
Dialogdi atas menunjukkan bahwa siswa masih mengingat pada pembelajaran menulis teks berita yang telah dipelajarinya. Hal ini membuktikan bahwa siswa masih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran menulis teks berita. Pada kegiatan inti beberapa siswa menuliskan kalimat tidak efektif yang terdapat dalam teks berita yang ditulisnya di papan tuilis dan pembetulannya. Siswa lain menuliskan kalimat yang tidak tepat penggunaan ejaan, tanda bacadan pembetulannya.Secara klasikal guru memberikan penegasan jawaban siswa di papan tulis.Sebagai penilaian guru membagikan LKS kepada masing-masing siswa.Siswa mengerjakan LKS sesuai prosedur yang terdapat dalam LKS.Pada uji Kompetensi siswa cukup mengerjakan gambar 1 dan gambar 3.LKS yang sudah dikerjakan ditukarkan dengan teman satu bangku unuk dikoreksi.Selesai mengoreksi pekerjaan teman LKS dikumpulkan untuk ambil nilainya oleh guru.
879
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Pada akhir kegiatan siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang dilaksanakan selama dua pertemuan.Setelah dilaksanakan pengamatan pembelajaran ini menunjukkan hasil belum maksimal.Setelah dianalisis diketahui bahwa 55,88% siswa masih dibawah KKM (75)Siswa paham pokok-pokok8(,77%),menyusun pokok-pokok berita menjadi berita (78%), siswa yang paham penggunakan kalimat efektif (67,65%),dan penggunaan ejaan dan tanda baca (69,41%).Hasil pembelajaran ini tampak pada diagram berikut. Tabel 1: Hasil Belajar Siklus I
Aspek Penilaian Pokok-pokok berita Menyusun berita Penggunaan kalimat efektif Ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca
Prosentase 69,41% 74,71% 67,65% 69,71%
Hal ini dikarenakan dalam pembagian kelompok belajar tidak diperhatikan prestasi siswa (sehingga bisa homogen) .Ada kelompok yang seluruh anggotanya siswa berprestasi, ada kelompok yang seluruh anggotanya siswa kurang berprestasi.Akibatnya ada kelompok yang hanya main-main dan bekerja secara asal-asalan (tidak aktif mengikuti pembelajaran).Ada juga kelompok yang bekerja sesuai skenario pembelajaran yang telah dirancang guru (antusias mengikuti pembelajaran). Pembelajaran ini kurang efektif, terlihat adanya siswa yang antusias mengikuti pembelajaran, tetapi ada juga siswa tidak aktif mengikuti pembelajaran. Hal ini terjadi pengelompokan secara homogeny (yang berpretasi mengelompok dengan yang berprestasi dan yang kurang berprestasi dengan yang tidak berprestasi). Seperti tampak pada gambar berikut.
Gambar 2. Siswa Antusias Memilih Gambar
Gambar 3. Guru Menghampiri Siswa yang Tidak Aktif Mengikuti Pembelajaran
Berdasarkan hasil pembelajaran tersebut yang menunjukkan adanya siswa yang tidaak antusias mengikuti pembelajaran dan kurang termotivasi mengikuti pembelajaran.Kelompok belajar yang dipih siswa tidak hetrogen.Hal ini berakibat siswa kurang memiliki minat dalam melakukan tindakan.Maka perlu dilakukan tindakan siklus II agar target pembelajaran dan hasil pembelajaran tercapai. Sukartini dan Muhammad (2007:143) menyatakan bahwa motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengembangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya.Para pengajar diharapkan mampu menumbuhkan dan mengembangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa akan memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang baik, selanjutnya dapat menumbuhkan motivasi belajar
880
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
secara efektif dan produktif. Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa minat siswa dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus II ini guru bersama kolaboratormengganti strategi.Anggota kelompok ditentukan oleh guru.Kelompok beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.Dengan kelompok yang heterogen ini akan memotivasi siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Proses pembelajaran di siklus II ini diharapkan dapat meningkatkan prestsi belajar minimal tercapainya KKM (75). Siklus II Tahapan penelitian siklus II sama dengan tahapan siklus I yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan tindakan, serta refleksi. Perencanaan dilaksanakan dalam upaya perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi siklus I. Perencanaan Kegiatan perencanaan dilaksanakan untuk (1) menyusun rencana pembelajaran, (2) menyusun lembar kerja siswa, (3) menyiapkan pedoman observasi, dan (4) menyusun rubric penilaian.. Rencana pembelajaran disusun berdasarkan hasil refleksi siklus I untuk perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus II. Rencana pembelajaran disusun berdasarkan langkah-langkah atau tahapan penyusunan RPP sebagaimana pada tahapan perencanaan di siklus I. Lembar kerja disusun untuk mengukur kemampuan individu dalam menulis berita secara singkat padat dan jelas.. Pada lembar kerja ini berita yang digunakan berbeda berita pada pertemuan di siklus I. Hal ini bertujuan untuk memperkaya infoformasi siswa di bidang menulis berita. Pedoman observasi yang digunakan dalam siklus II sama dengan siklus I. Hal tersebut dilakukan sebab pedoman observasi pada siklus I dianggap sudah cukup memadai untuk pengambilan data proses dan hasil pembelajaran. Pelaksanaan dan Pengamatan Pertemuan Pertama Seperti halnya pembeljaran pada siklus I kegitan pembelajaran pada siklus II meliputi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.Pertemuan pertama siklus II diawali apersepsi dengan tanya jawab tentang apa itu berita, unsur-unsur berita, dan bagaimana cara menulis berita yang baik untuk memotivasi kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ini untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus I.Tanya jawab yang dilakukan antara siswa dengan guru seperti dalam dialog (5) berikut. Guru Siswa Siswa Guru
: : : :
Guru Siswa Guru Guru Siswa Siswa Guru
; : : : : : :
Anak-anak apakah kalian masih ingat apa berita itu? Informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi. Laporan yang disampaikan oleh wartawan. Bagus, anak-anak jawaban temanmu tadi tidak salah tapi kurang sempurna. Berita itu adalah informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi yang disampaikan lewat media cetak, elektronik, atau dari mulut ke mulut kepada orang ke tiga atau orang banyak. Masih ingtkah kalian, apasaja unsure bera itu? Judul, teras berita, isi berita Ya, bagus, ternyata kalian masih mengingatnya dengan baik. Masih ingatkah kalian bagaimana menulis berita yang baik? Berita harus memenuhi 5W + 1H Berita harus factual dan aktual Bu. Wah luar biasa, Ibu suka ini awal pembelajaran yang menyenangkan.
881
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Anak-anak tujuan pembelajaran kita kali ini tetap pada menulis berita secara singkat, padat, dan jelas. Namun kali ini Ibu yang akan menentukan kelompok belajar kaian.
Dialog di atas menunjukkan bahwa siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis berita, sekalipun pembelajaran ini sudah pernah dpelajarkan kepada siswa. Dengan bekal semangat ini akan menumbuhkan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis berita dan dapat memperbaiki nilai pada siklus I. Kegiatan inti siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut.Pertama, siswa membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari 4-6 orang.Kelompok diskusi ini merupakan kelompok yang heterogen terdiri atas siswa laki-laki dan perempuan dengan kemampuan berbeda (tinggi dan rendah). Hal ini dimaksudkan agar masing-masing kelompok dapat bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas kelompok dengan baik dan tepat waktu. Siswa dengan kemampuan yang lebih tinggi dari temantemannya dipilih menjadi ketua kelompok untuk menjadi tutor sebaya. Kedua, guru membagikan empat gambar peristiwa kepada masing-masing kelompok. Gambar-gambar tersebut merupakan gambar peristiwa yang baru terjadi. Gambar-gambar tersebut akan memberikan inspirasi bagi siswa denagn pengamatan yang teliti. Gambar tersebut akan membawa siswa berimajinasi dan berkreasi dalam menulis berita. Ketiga, kelompok bekerja samamemilih gambar yang menarik untuk diberitakan. Keempat, masing-masing anggota mendata hal-hal yang terdapat dalam gambar sesuai imajinasinya dan kreativitasnya.Kelima, data dari masing-masing aanggota dikumpulkan dan dipilh untuk dijadikan pokok-pokok berita.Kelima, bersama kelompoknya siswa menyusun berita berdasarka pokok-pokok berita yang telah mereka tulis. Keenam, masing-masing kelompok menukarkan pekerjaannya dengan kelompok lain untuk disunting susunan berita, penggunaan kalimat efekti, ketepatan penggunaan ejaan dan tanda bacanya.Setelah selesai perjaan siswa dikembalikan pada kelompok masing-masing untuk diperbaiki. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan merefleksi pembelajaran anrata guru dengan siswa.Selanjutnya guru menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya. Pertemuan Kedua Proses pembelajaran pada pertemuan kedua pada dasarnya sama seperti pada siklus I. Pada pertemuan kedua ini proses pembelajaran difokuskan kegiatan individu. Langkah-langkah pada pertemuan ini adalah setelah guru member apersepsi dan motivasi, masingmasing siswa mengerjakan LKS yang sebelumnya sudah dibagikan oleh guru.Siswa mengrjakan LKS sesuai prosedur yang tertulis dalam LKS.Pada uji kompetensi siswa menulis berita berdasarkan gambar nomor 2 dan 4.Karena gambar nomor 1 dan 3 sudah dikerjakan pada siklus I. Setelah LKS selesai dikerjakan siswa menukarkan pekerjaannya dengan teman sebangku untuk saling mengoreksi dengan bimbingan guru.LKS yang sudah selesai dikoreksi dikumpulkan kepada guru untuk dinilai. Pada kegiatan akhir siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran dan menyimpulkan pembelajaran. Sebagaimana dilaksanakan pada siklus I, pengamatan pada siklus II meliputi pengamatan proses dan hasil. Pada proses pembelajaran siswa nampak lebih aktif terlibat dalam diskusi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya media piramida pokok-pokok berita yang menuntut siswa untuk lebih aktif bekerja sama dan mendiskusikan pemecahan masalah. Hasil belajar menunjukkan adanya peningkatan siswa dalam memahami pokok-pokok berita . Hal tersebut nampak pada hasil belajar yang meningkat dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus I, sebagaimana nampak pada tabel 2 berikut.
882
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Aspek Penilaian Pokok-pokok berita Menyusun berita Penggunaan kalimat efektif Ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca
Prosentase 82,94% 84,12% 75,29% 85,29%
Table tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Masih ada dua siswa yang belum mencapai ketuntasan minimal, akan mendapatkan remedial pada kompetensi menulis berita secara singkat, padat dan jelas. Pembahasan Hasil penelitian tindakan kelas tentang kompetensi menulis berita secara singkat, padat danjelas yang dilakukan sebanyak dua siklus dengan metode STAD berbantuan gambar peristiwa, menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam mencapai kometensi dan tujuan pembelajaran. Perkembangan hasil belajar menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas yang diperoleh melalui instrumen menyusun poko-poko berita, menyusun berita, penggunaan kalimat efektif, ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca pada kegiatan siklus I hingga siklus II dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 3: Perkembangan Hasil Belajar Siswa
Aspek Penilaian Pokok-pokok berita Menyusun berita Penggunaan kalimat efektif Ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca
Siklus I 69,41% 74,71% 67,65% 69,71%
Siklus II 82,94% 84,12% 75,29% 85,29%
Dari tabel 3 tersebut diketahui peningkatan kemampuan siswa pada materi menulis berita secara singkat, padat, dan jelas , di mana pada kegiatan siklus I rata-rata siswa belum memahami menulis berita . Hal tersebut tampak pada hasil belajar klasikal melalui instrument yang disiapkan. Dari analisis tersebut dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode metode STADberbantuan gambar peristiwa, dengan dua siklus. Hasil belajar siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar klasikal pada instrumen menyebutkan pokok-pokok berita , yaitu mencapai 69,41%. Sehingga perlu ada perbaikan pembelajaran untuk lebih memahamkan siswa tentang pokokpokok berita, pada instrumen menyebutkan tahapan menyusun berita (74,71%),penggunaan kalimat efektif (67,5%) dan ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca (69,41%). Hasil belajar klasikal menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada siklus II.Seluruh instrumen memenuhi ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 75. Pada instrumen menyebutkan tahapan pokok-pokok berita 82,94% pada instrumen menyebutkan tahapan menyusun berita (84,12%), penggunaan kalimat efektif (75,29%) dan ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca (85,29%). Pada instrument tersebut semua memenuhi KKM. Penggunaan metode STAD berbantuan media gambar peristiwa, dapat memperlancar proses belajar menulis teks berita secara singkat, padat dan jelas, siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif. Hal ini terbukti pada penelitian yang dilakukan pada kels VIII E SMP PGRI 01 Batu tahun pelajaran 205/2016
883
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.Pertama Metode STAD berbantuan media gambar peristiwa dapat meningkatkan kemampuan peserta didik kelas VIII SMP SMP PGRI 01 Batu Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam menulis teks berita secara singkat, padat dan jelas.. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar menulis teks berita secara singkat, padat dan jelas secara klasikal pada siklus I sebesar 38,24% dari jumlah siswa 34 tuntas belajar 13 siswa, tidak tuntas 21 siswa , meningkat menjadi 94,12% pada siklus II, dari sjumlah siswa 34, tunas belajar 32 siswa, tidak tuntas belajar 2 siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan pembelajaran menulis teks berita secara singkat, padatda jelas di SMP PGRI 01 Batu tahun pelajaran 2015/2016 dengan menggunakan metote STAD berbantuan gambar peristiwa mengalami peningkatan 65,88% . Kedua, telah terbuktinya pembelajaran metote STAD berbantuan gambar peristiwa, maka disarankan (1) dalam kegiatan pembelajaran guru menjadikan alternative dalam pembelajaran bahas Indonesia untuk meningkatkan kemampuan menulis teks berita secara singkat, padat dan jelas. (2) diharapkan kegiatan ini dilakukan secara berkesinanmbungan, karena kegiatan ini bermanfaat bagi guru dan siswa. DAFTAR RUJUKAN (https://core.ac.uk/download/files/478/12348501.pdf),diunduh 18 Maret 2016 Sukartini, Sri Patmah dan Muhammad Imam Faisal Baihaqi. 2007. Teori Psikologi Pendidikan [Skripsi], INSTITUTIONAL REPOSITORY of IAIN Tulungagung (IRIT),http://digilip.iaintulungagung.ac.id,diunduh 18 Maret 2016. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tarianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Tarigan,Henry Guntur .1982. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
884
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MENGGUNAKAN MEDIA FORMULIR Sri Retno Sulistyarin Guru SDN Dadaprejo 02 Absrak: Bahasa merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dan mendasar untuk dipelajari di sekolah dasar. Salah satu ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai anak adalah ketrampilan menulis. Menulis narasi merupakan ketrampilan yang kurang disukai anak. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain pembelajaran yang monoton, media yang kurang menarik, serta tidak tepatnya pendekatan yang digunakan untuk menarik perhatian siswa agar bersemangat belajar. Satu alternatif penyelesaian persoalan tersebut adalah pemanfaatan media formulir untuk menulis narasi.Hasil penggamatan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media formulir terbukti mampu meningkatkan ketrampilan menulis narasi berdasarkan informasi yang ada di dalam formulir. Hal ini terlihat dari rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebanyak 44% dan ketuntasan hasil pembelajaran pada siklus II sebanyak 78%. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SDN Dadaprejo 02 Kota Batu dengan jumlah murid 25 siswa Kata kunci: ketrampilan menulis, narasi, formulir
Pengajaran Bahasa Indonesia di SD, terdiri atas empat keterampilan berbahasa yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menulis yang dipelajari siswa di sekolah memiliki peranan penting, tidak saja bagi mata pelajaran itu sendiri, tetapi juga bagi pembelajaran mata pelajaran yang lain. Selain itu, menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kehidupan sehari-hari, kebiasaan menulis masih belum berkembang dengan baik pada anggota masyarakat termasuk anak sekolah. Kecenderungan menyampaikan informasi melalui percakapan (lisan) masih lebih kuat daripada melalui tulisan. Hal ini sebagai bukti bahwa keterampilan menulis di kalangan siswa masih relatif rendah. Pada waktu istirahat atau sebelum masuk sekolah anak-anak lebih sering terlihat bercakap-cakap daripada menulis. Menulis merupakan suatu tindakan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pembelajaran menulis narasiuntuk siswa kelas VI SD, yang melibatkan ketepatan aspek, kesesuaia isi, tata bahasa, keruntutan, dan kerapian sangatlah penting bagi siswa. Dalam mengembangkan keempat potensi di atas, perlu keterampilan dari guru dalam mengelolah pembelajaran agar pembelajaran benar-benar menjadi aktivitas siswa yang menyenangkan (Depdiknas, 2003). Badudu ( 1998 ) berpendapat bahwa ketrampilan munulis siswa di Indonesia masih rendah. Hal ini dapat ditengarai oleh rendahnya frekuensi kegiatan menulis siswa, buruknya kualitas karya tulis, rendahnya antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia pada umumnya dan menulis pada khususnya, serta rendahnya kreativitas belajar siswa pada saat kegiatan pembelajaran menulis berlangsung. Kunci keberhasilan pelaksanaan pembelajaran menulis sangat ditentukan oleh guru.Iklim belajar di kelas yang dipimpin oleh guru sangat menentukan arah dan keberhasilan belajar para siswa. Jika siswa dalam kelas dikelola oleh guru yang tidak profesional maka tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan akan sulit dicapai. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan dan pengetahuan.Dalam kegiatan menulis ini, maka penulis haruslah terampil memanfaatkan struktur bahasa, dan kosakata. Disebut sebagai kegiatan produktif karena kegiatan menulis
885
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
menghasilkan tulisan, dan disebut sebagai kegiatan yang ekspresif karena kegiatan menulis adalah kegiatan yang mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan pengetahuan penulis kepada pembaca (Tarigan 1983:3-4). Smith ( dalam Suparno & Yunus, 2002 ) menjelaskan bahwa pengalaman belajar menulis yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi guru yang yang membelajarkan menulis. Pada umumnya guru tidak terampil menulis. Guru juga tidak dipersiapakan untuk mumpuni mengajarkan keterampilan menulis kepada siswa. Program yang dirancang guru masih belum berpedoman pada aspek – aspek yang perlu diperhatikan dan dikerjakan siswa pada setiap tahap menulis. Akibatnya, guru tidak optimal dalam membimbing siswa untuk berpikir mengenai apa yang akan ditulis dan bagaimana cara menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Siswa pun tidak optimal dalam mengaplikasikan kemampuan menulisnya. Salah satu keterampilan menulis yang dikuasai siswa SD menulis narasi. Narasi dapat diartikan penyampaian cerita yang dilakukan oleh seseorang terhadap sekelompok atau beberapa orang dengan isi serta metode tertentu. Menulis narasi merupakan materi yang tidak dikuasai siswa secara baik. Pada umumnya siswa menulis narasi tidak tersusun dengan baik serta tidak memeperhatikan isi maupun kebahasaannya, sehingga hasil karya keterampilan menulis narasi kurang luas kalimatnya, kurang padat isinya, dan kurang tepat susunan kebahasaannya. Pengalaman di kelas selama ini menunjukkan bahwa ketrampilan menulis narasi para siswa kelas VI SDN dadaprejo 02 Kota Batu masih sangat perlu ditingkatkan. Hampir sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menulis narasi. Berdasarkan dari hasil evaluasi yang telah dilakukan ada 21 siswa dari jumlah seluruhnya 25 siswa mengalami kesulitan menulis narasi hanya 4 siswa yang dapat menulis narasi dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil karya siswa yang belum memenuhi kaidah menulis narasi seperti belum adanya kesesuaian isi dengan tema, minimnya tata bahasa yang dimiliki siswa sehingga mengakibatkan nilai evaluasi masih jauh dari KKM yang ditetapkan yakni 70 dengan prosentase ketuntasan 75 % dari jumlah siswa yang mencapai KKM. Paparan di atas ditunjang oleh pengamatan awal yang peneliti lakukan terhadap hasil tulisan narasi siswa kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02 kecamatan Junrejo Kota Batu yang mana sebagian besar siswa diantaranya tidak mampu menulis narasi secara baik dan benar. Hasil identifikasi terhadap hasil karya tulisan narasi tersebut menunjukan bahwa kelemahan umum yang dialami siswa terjadi pada : (1) kalimat-kalimat narasi yang kurang luas dan (2) susunan kalimat narasi yang masih belum runtut sesuai dengan tema, (3) penggunaan pilihan kata dan tanda baca yang kurang cermat sehingga tidak tersusun kalimat narasi yang kreatif, dan (4) tulisan yang dibuat kurang rapi. Formulir adalah media sederhana, murah dan mudah mendapatkannya meskipun demikian sangat efektif untuk membantu siswa dalam meningkatkan ketrampilan menulis permulaan, dalam hal ini menulis narasi. Media formulir sebagai media pembelajaran bahasa diharapkan dapat merangsang anak untuk berperan aktif, membangkitkan motifasi belajar dan mempermudah siswa dalam menulis narasi berdasarkan informasi yang ada pada formulir. Informasi yang ada pada formulir sangat membantu siswa dalam membuat kalimat naratif dimana isi kalimatnya akan sesuai dengan tema , tata bahasa kalimat narasinya akan terlihat, keruntutan alur cerita akan terjaga dan kerapian penulisanpun akan meningkat. Berdasarkan alasan tersebut maka formulir dipilih dengan harapan mampu meningkatkan ketrampilan menulis narasi pada siswa kelas VI SDN Dadaprejo 02 Kota Batu dan sebagai salah satu alternatif mengatasi masalah yang terjadi. Selama ini guru cenderung mengatasi kelemahan tersebut dengan melakukan semacam analisis terhadap kesalahan-kesalahan siswa dalam menulis narasi. Guru berasumsi bahwa siswa akan belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat sebelumnya dan tidak akan mengulangi kesalahan – kesalahan yang sama dalam menulis narasi. Tindakan guru tersebut didasarkan pada pola pikir kaum behavioris yang melihat pengetahuan sebagai kumpulan pasif dari subjek dan objek yang diperkuat oleh lingkungannya, dan melihat mengajar sebagai suatu upaya mengatur lingkungan agar dapat membantu siswa dalam belajar. Dapat diambil suatu pengertian bahwa kaum behavioris menempatkan kegiatan belajar mengajar lebih sebagai suatu proses pengajaran, bukan pembelajaran. Dalam hal ini gurulah yang aktif mendulang
886
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
siswa dengan berbagai informasi pelajaran. Strategi mengajar seperti di atas berpotensi membentuk siswa menjadi individu yang pasif. Kreativitas siswa tidak berkembang, kemampuan bernalar siswa tidak tersalurkan, pengetahuan siswa tidak tergali, sehingga kemandirian siswa dalam belajar pun menjadi hilang. Media formulir dengan strategi kooperatif merupakan salah satu alternative yang tepat untuk di gunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis narasi bagi siswa SD. Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Sejalan dengan pendapat ahli di atas maka penelitian ini memanfaatkan media formulir untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran siswa SD kelas VI dalam menulis narasi. Pengertian formulir menurut para ahli Menurut Rama dan Jones (2008: 234), formulir adalah dokumen terpola yang berisi field kosong yang dapat diisi pengguna dengan data. Menurut Puspitawati (2011: 67) Formulir dapat definisikan sebagai secarik kertas atau media yang memiliki ruang untuk diisi dengan berbagai informasi sebagai dasar pencatatan transaksi atau aktifitas ekonomi suatu unit organissasi. Dapat disimpulkan bahwa formulir adalah secarik kertas yang memiliki ruang yang terformat dan diisi oleh penggunanya. Di dalam formulir berisi data atau informasi yang dapat digunakan sebagai urutan menulis narasi dengan cara mengembangkan kalimat naratif dari data atau informasi yang ada pada formulir sehingga menjadi paragraf yang padu dan padan tanpa meninggalkan unsur ketatabasaan dan kerapian tulisan dalam menyusun kalimat narasi. Langkah - langkah pemanfaatan media formulir dalam proses pembelajaran menulis narasi meggunakan strategi kooperatif dan pendekatan saintifik. Rendahnya kemampuan keterampilan menulis narasi kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02 kecamatan Junrejo kota Batu perlu dicarikan solusinya. Mengingat keterampilan menulis narasi dapat mengasah siswa dalam mengungkapkan rasa dan ungkapan hati dengan tulisan yang akhirnya dapat mempertajam rasa empati pada diri siswa. Penelitian perlu dilakukan untuk mencari solusi yang dihadapi siswa serta untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis narasi. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk meningkatankan keterampilan menulis narasi menggunakan media formulir siswa kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02. Dari berbagai latar belakang tersebut maka perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul “ Peningkatan Ketrampilan Menulis Narasi Menggunakan Media Formulir pada siswa kelas VI SDN Dadaprejo 02 Kecamatan Junrejo Kota Batu. Selama ini guru cenderung mengatasi kelemahan tersebut dengan melakukan semacam analisis terhadap kesalahan-kesalahan siswa dalam menulis narasi. Guru berasumsi bahwa siswa akan belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat sebelumnya dan tidak akan mengulangi kesalahan – kesalahan yang sama dalam menulis narasi. Tindakan guru tersebut didasarkan pada pola pikir kaum behavioris yang melihat pengetahuan sebagai kumpulan pasif dari subjek dan objek yang diperkuat oleh lingkungannya, dan melihat mengajar sebagai suatu upaya mengatur lingkungan agar dapat membantu siswa dalam belajar. Dapat diambil suatu pengertian bahwa kaum behavioris menempatkan kegiatan belajar mengajar lebih sebagai suatu proses pengajaran, bukan pembelajaran. Dalam hal ini gurulah yang aktif mendulang siswa dengan berbagai informasi pelajaran. Strategi mengajar seperti di atas berpotensi membentuk siswa menjadi individu yang pasif. Kreativitas siswa tidak berkembang, kemampuan bernalar siswa
887
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
tidak tersalurkan, pengetahuan siswa tidak tergali, sehingga kemandirian siswa dalam belajar pun menjadi hilang. Media formulir dengan strategi kooperatif merupakan salah satu alternative yang tepat untuk di gunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis narasi bagi siswa SD. Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Sejalan dengan pendapat ahli di atas maka penelitian ini memanfaatkan media formulir untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran siswa SD kelas VI dalam menulis narasi. Pengertian formulir menurut para ahli, Menurut Rama dan Jones (2008: 234), formulir adalah dokumen terpola yang berisi field kosong yang dapat diisi pengguna dengan data. Menurut Puspitawati (2011: 67) Formulir dapat definisikan sebagai secarik kertas atau media yang memiliki ruang untuk diisi dengan berbagai informasi sebagai dasar pencatatan transaksi atau aktifitas ekonomi suatu unit organissasi. Dapat disimpulkan bahwa formulir adalah secarik kertas yang memiliki ruang yang terformat dan diisi oleh penggunanya. Di dalam formulir berisi data atau informasi yang dapat digunakan sebagai urutan menulis narasi dengan cara mengembangkan kalimat naratif dari data atau informasi yang ada pada formulir sehingga menjadi paragraf yang padu dan padan tanpa meninggalkan unsur ketatabasaan dan kerapian tulisan dalam menyusun kalimat narasi. Langkah - langkah pemanfaatan media formulir dalam proses pembelajaran menulis narasi meggunakan strategi kooperatif dan pendekatan saintifik. Rendahnya kemampuan keterampilan menulis narasi kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02 kecamatan Junrejo kota Batu perlu dicarikan solusinya. Mengingat keterampilan menulis narasi dapat mengasah siswa dalam mengungkapkan rasa dan ungkapan hati dengan tulisan yang akhirnya dapat mempertajam rasa empati pada diri siswa. Penelitian perlu dilakukan untuk mencari solusi yang dihadapi siswa serta untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis narasi. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk meningkatankan keterampilan menulis narasi menggunakan media formulir siswa kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02. METODE Penelitian ini dilaksanakan untuk mengatasi masalah pembelajaran, yaitu keterampilan siswa dalam menulis narasi. Tindakan yang dilakukan siswa untuk menulis narasi adalah menggunakan media formulir. Selama penelitian berlangsung, dibutuhkan keterlibatan guru yang bekerja secara koloboratif. Paparan tersebut mengisaratkan bahwa (1) terdapat permasalahan factual dalam pembelajaran, yaitu keterampilan siswa dalam menulis narasi masih rendah, (2) ada tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki permasalahantersebut, yaitu penggunaan media formulir dalam menulis narasi, dan (3) terjadi koloborasi antara peneliti dengan guru atau teman sejawat selama penelitian berlangsung. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan satu kasus dalam satu situasi (Suyatno, 2002). Model rancangan penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model rancangan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1992). Model ini mengikuti alur yang terdiri dari empat komponen pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pada tahap awal dilakukan studi pendahuluan dan pengamatan terhadap proses pembelajaran dalam menulis narasi untuk mengidentifikasi permasalahan di kelas. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut disusun rencana tindak siklus I yang diwujudkan dalam bentuk Satuan Pembelajaran. Selanjutnya, rencana tindak siklus I itu diaplikasikan dalam pelaksanaanpelaksanaan tindakan pembelajaran yang nyata di kelas dengan melibatkan keberadaan guru sebagai tenaga pelaksananya. Sementara itu, dilakukan pengamatan secara langsung terhadap proses pembelajaran tersebut sambil
888
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
mencatat hal-hal yang sekiranya perlu mendapat perlakuan baru. Hasil pengamatan direfleksikan dan dijadikan dasar bagi penyusunan rencana tindakan siklus II yang juga diwujudkan dalam bentuk Satuan Pembelajaran. Selanjutnya, rencana tindakan siklus II tersebut diaplikasikan dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran yang nyata di kelas dengan melibatkan keberadaan guru sebagai tenaga pelaksananya. Langkah –langkah dalam menggunakan formulir tersebut adalah: a) Diawali dengan pembentukan kelompok , b)selanjutnya guru membagikan formulir kepada siswa, c) guru menyuruh mengamati dan mengidentifikasi bagian-bagian formulir, d) siswa mengisi tiap-tiap bagian formulir dengan teliti, e) siswa menuliskan informasi yang ada di formulir menjadi kalimat yang naratif, f) siswa merangkai kalimat-kalimat naratif menjadi paragraf yang padu dan padan, g) siswa menentukan judul dari paragraf yang telah dibuatnya, h) siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti meliputi metode tes, observasi, wawancara dan dokumentasi. Tes digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dalam menulis narasi sesuai dengan syarat narasi. Tes diberikan pada setiap akhir pertemuan. Observasi dilakukan untuk mengamati guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran menulis narasi menggunakan formulir. Kegiatan dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data atau mendokumentasikan proses pembelajaran yang berupa foto, serta untuk mengumpulkan dokumen portofolio siswa yaitu berupa hasil karya narasi siswa. Analisis data dilakukan dengan menterjemahkan data dari observasi dan tes menjadi data kualitatif dan deskriptif. Analisis data yang berasal dari observasi aktivitas guru adalah dengan menguraikan data aktivitas guru selama mengajar dengan menggunakan media formulir. Nilai keterampilan menulis narasi bebas dapat diketahui dari hasil karya narasi yang dianalisa dengan menggunakan rubrik yang telah disiapkan. Aspek yang ukur adalah : kesesuaian isi dengan tema, tatabahasa, keruntutan, dan kerapian tulisan siawa.. Data dalam penelitian ini berupa data tindakan, data tuturan, dan data hasil penelitian. Data tindakan merupakan data nonverbal berupa informasi tindakan pembelajaran yang di berikan oleh guru dan aktifitas siswa berkaitan dengan pemberian tindakan tersebut. Data tuturan merupakan data verbal yang berupa tuturan lisan dan tertulis yang diperoleh sebelum, selama, dan setelah tindakan berlangsung. Sedangkan, data hasil penelitian diperoleh melalui kajian terhadap proses dan produk tindakan di tiap tahap pembelajaran. Proses setiap tahap pembelajaran dikaji dari kerjasama kelompok dan tanggung jawab siswa dalam kelompok serta partisipasi siswa dalam kelompok, sedangkan produk tindakan pada setiap tahap pembelajaran melalui perkembangan kemampuan siswa dalam menulis narasi dengan melalui pemanfaatan media formulir dalam menulis narasi. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02 dan guru kelas II di sekolah tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan tujuan meningkatkan keterampilan siswa kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02 dalam menulis narasidengan media formulir. Masing- masing siklus dilakukan dalam dua kali pertemuan. masih Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan menganalisa hasil belajar siswa dalam menulis narasi pada pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis formulir dan merubahnya menjadi narasi.diketahui bahwa dari 25 siswa hanya 4 siswa atau 16% siswa yang tuntas atau telah mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan, sehingga ada 21siswa atau 84 % siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Hasil siklus I pertemuan I Hasil penilaian yang dilakukan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis naras5i dilakukan dengan menganalisis hasil karya narasi siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai dan hasilnya nilai siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimum adalah sebanyak10 siswa atau
889
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
40 % dan dilihat dari kategori keterampilan siswa dalam membuat karya narasi pada pembelajaran siklus I pertemuan I ini adalah sebanyak 5 siswa atau 20% siswa dalam kategori sangat trampil, sebanyak 5 siswa atau 20% dalam kategori trampil, sebanyak 9 siswa atau 36% siswa masuk dalam kategori cukup trampil, sedangkan sebanyak 2 siswa atau 8% siswa termasuk dalam kategori kurang trampil, dan siswa yang masuk kategori sangat kurang trampil adalah sebanyak 4 siswa atau 16%. Secara keseluruhan persentase aktivitas siswa adalah 46%.Pada kegiatan inti Guru tidak mengingatkan siswa untuk mengidentifikasi dulu bagian bagian formulir yang merupakan informasi dalam menulis narasi , sehingga siswa kebinggungan dalam mengisi formulir dan merubahnya dalam membuat kalimat naratif yang sesuai dengan tema. Saat pembentukan kelompok suasana gaduh dan sebagian besar sibuk pilih -pilih teman kelompok, demikian juga saat pembagian LKS siswa cenderung ramai, masih banyak siswa yang tidak mau ikut terlibat dalam pengisian formulir dan menulis kalimat naratif dari informasi yang ada di dalam formulir, mereka hanya diam dan melihat temannya. Hasil siklus I pertemuan II Setelah kegiatan pembelajaran pertemuan II siklus I nilai siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimum adalah sebanyak 12 siswa atau 48 % dan dilihat dari kategori keterampilan siswa dalam membuat karya puisi bebas pada pembelajaran siklus I pertemuan II ini adalah sebanyak 5 siswa atau 20% siswa dalam kategori sangat trampil, sebanyak 5 siswa atau 20% dalam kategori trampil, sebanyak 12 siswa atau 48% siswa masuk dalam kategori cukup trampil, sedangkan sebanyak 1 siswa atau 4% siswa termasuk dalam kategori kurang trampil, dan siswa yang masuk kategori sangat kurang trampil adalah sebanyak 2 siswa atau 8 % juga.Secara keseluruhan persentase aktivitas siswa adalah 50%. Refleksi dari hasil observsi dan analisis data pada siklus I pertemuan I dan II, diperoleh data bahwa pembelajaran belum mencapai kriteria ketuntasan. Sehingga perlu adanya perbaikan pada pertemuaan berikutnya. Berdasarkan hasil observasi dan analisis pada pertemuan ini, didapatkan beberapa hal sebagai berikut: (1) siswa sudah mulai tertarik pada kegiatan pembelajaran menggunakan media formulir, (2) siswa sudah mulai mengerti dan mengembangkan informasi yang ada di dalam formulir, (3) guru masih belum menerapkan dengan baik rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun, (4)banyak siswa yang tidak ikut terlibat aktivitas saat kegiatan memilih kartu, akhirnya mereka ramai dan membuat gaduh. Oleh karena itu anggota kelompok perlu diperkecil. (5) hasil karya narasi masih banyak yang belum memenuhi unsur rnarasi sehingga rata-rata siswa yang telah mencapai KKM dari pertemuan I dan II adalah 40% masih jauh dari persentase ketuntasan klasikal , oleh karena itu pada pertemuan berikutnya guru akan berupaya untuk dapat menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan baik sesuai yang direncanakan, meningkatkan pembimbingan secara menyeluruh pada tiap kelompok dan siswa pada setiap tahap penggunaan media formulir, (6) meningkatkan keterampilan dalam mengelola kelas serta memotivasi siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hasil siklus II pertemuan I Pada siklus II kali ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus I yang kurang berhasil. Tindakan yang dilakukan tetap menggunakan media formulir dengan tema yang lain.Jika pada siklus I kegiatan diskusi kelompok terdiri dari 5 siswa maka pada siklus 2 tiap kelompok hanya terdiri dari 3-4 siswa. Jumlah formulir juga ditambah mengingat jumlah kelompok bertambah banyak. Dalam pembentukan kelompok, guru memperhatikan aspek kemampuan siswa sehingga tiap kelompok terdapat tingkat kemampuan yang beragam. Kegiatan dilanjutkan dengan persiapan LKS yang kemudian guru membagikan LKS kepada tiap kelompok. Siswa melaksanakan tugas yang diberikan guru sesuai LKS Penilaian aktivitas guru selama pembelajaran pada siklus II pertemuan I menunjukkan presentase sebesar 80% dan termasuk pada kategori baik. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media formulir secara umum sudah dilakukan dengan baik
890
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
Hasil penilaian keterampilan siswa dalam menulis narasi dilakukan dengan menganalisis hasil karya narasi siswa setelah kegiatan pembelajaran pertemuan I siklus II dan hasilnya nilai siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimum adalah sebanyak 17 siswa atau 68 % dan dilihat dari kategori keterampilan siswa dalam membuat karya narasi pada pembelajaran siklus II pertemuan I ini adalah sebanyak 5 siswa atau 20% siswa dalam kategori sangat trampil, sebanyak 12 siswa atau 48% dalam kategori trampil, sebanyak 8 siswa atau 32% siswa masuk dalam kategori cukup trampil, sedangkan untuk kategori kurang trampil 0 siswa atau 0%, demikian juga dengan yang masuk kategori sangat kurang trampil adalah 0 % . Hasil siklus II pertemuan II Perencanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan II disusun berdasarkan hasil refleksi pembelajaran pada pertemuan I yang telah dilaksanakan sebelumnya. Peneliti tetap menggunakan media formulir untuk mengatasi permasalahan yang muncul saat pertemuan I. Jumlah anggota kelompok juga tetap 3-4 orang. Persiapan yang peneliti lakukan pada tahap perencanaan ini adalah:(1) membuat RPP yang sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggunakan media formulir, (2) menyusun instrumen yang akan digunakan pada siklus II pertemuan II. Penilaian aktivitas guru selama pembelajaran pada siklus II pertemuan II menunjukkan presentase sebesar 93% dan termasuk pada kategori sangat baik. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media formulir secara umum sudah dilakukan dengan baik.Hasil penilaian keterampilan siswa dalam menulis narasi dilakukan dengan menganalisis hasil karya puisi siswa setelah kegiatan pembelajaran pertemuan II siklus II. Nilai siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimum adalah sebanyak 20 siswa atau 78 % dan dilihat dari kategori keterampilan siswa dalam membuat karya puisi bebas pada pembelajaran siklus II pertemuan II ini adalah sebanyak 6 siswa atau 24% siswa dalam kategori sangat trampil, sebanyak 16 siswa atau 64% dalam kategori trampil, sebanyak 3 siswa atau 12% siswa masuk dalam kategori cukup trampil,sedangkan untuk kategori kurang trampil 0%, demikian juga dengan kategori sangat kurang trampil adalah 0 % . Dengan demikian persentase Ketuntasan Belajar Minimal yang direncanakan untuk dicapai telah tercapai pada siklus II Pertemuan II ini. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru, dan siswa serta catatan lapangan baik pada siklus I maupun siklus II Peningkatan tersebut lebih disebabkan oleh : (1) guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan (2) jumlah anggota kelompok yang sedikit sehingga siswa berkesempatan untuk aktif berpartisipasi dalam kerja kelompok, (3)penggunaan media formulir yang menfasilitasi siswa untuk mencipta kalimat-kalimat naratif yang terangkai menjadi paragraf yang padu dan padan. Dari data hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media formulir dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran pada materi menulis formulir dan merubahnya dalam bentuk narasi. Perbandingan peningkatan ketrampilan menulis siswa dalam menulis narasi dengan media formulir PRA
SIKLUS I
ASPEK
SIKLUS II
TOTAL
TINDAKAN
P.I
P.II
RATARATA
P.I
P.II
RATARATA
PENINGKATAN
KENTUTASAN
16 %
40%
48 %
44 %
68 %
80 %
78 %
62 %
SISWA
4
10
12
11
17
22
20
891
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Gambar 1. Grafik Ketuntasan Menulis
Gambar 2. Grafik Ketuntasan Siswa
PENUTUP Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan pemanfaatkan media formulir memiliki dampak positif dalam meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas VI SDNegeri Dadaprjo 02 kecamatan Junrejo Kota Batu. Hal ini ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (48%) dengan jumlah 12 siswa dan siklus II (80%) dengan jumlah 20 siswa. Setelah melakukan penelitian dan pembahasanya dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan metode formulir di SDN Dadaprejo 02 berjalan dengan baik dan penggunaan media formulir dapat meningkatan ketrampilan menulis narasi, peningkatan tersebut ditunjukan adanya kemampuan peningkatan aspek kesesuaian isi dengan tema, ketatabasaan, keruntutan, dan kerapian tulisan. Sebagai saran untuk guru yang lain media formulir dapat digunakan sebagai media alternatif untuk pembelajaran menulis narasi permulaan. DAFTAR RUJUKAN Badudu,1998.Buku panduan penulisan tatabahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Briggs,1977.Media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampekan materi Suyatno,2002.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta bumi aksara Tarigan, H.G. 1983. Berbicara suatu Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Penerbit Angkasa.
892
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
National Education Associaton (1969 ) Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Berbahasa Pengembangan Keterampilan dan Saatra di SD, Bandung Sutedjo dan Kasnadi, 2008. Menulis Kreatif: Kiat Cepat Menulis Puisi. Yogyakarta: Waluyo, H.J. 1991, Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Penerbit Erlangga Nadi PustakaTarigan, H.G. 1986. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Sudikin Mundir, 2005. Metode Penelitian: Membimbing Dan Mengantar
893
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
MAKE AND CHALLENGE USING PARTIAL DICTATION TO IMPROVE IXA GRADE STUDENTS’ LISTENING ABILITY AT SMPN 1 SANGGAU Ernawati SMP Negeri 1 Sanggau, West Kalimantan.
[email protected] Abstract: “Make and Challenge using Partial Dictation” is an activity modified from dictation technique. It is created by the researcher as a strategy to improve students’ ability in listening and also to motivate and attract the students’ interests in listening. The partial/cloze tests for this activity are created by students in groups. They make 10 missing words for English short text, and rewrite the text with 10 words missing words inside. Then, they challenge other group to fill the missing words they made. One of the students in the group comes in front of the classroom to read out (dictate) the text to the group they challenge. This research used Classroom Action Research (CAR), consisting of planning, acting, observing and reflecting in two cycles. The mean scores of the students were 58.33 in the first cycle and 76.66 in the second cycle. The finding shows that this strategy can improve the students’ listening ability. Keywords: make and challenge, partial dictation, listening ability
Listening takes a very important thing in communication. The skill of listening plays widely important in accepting information. Listening requires an active participation of the listeners in order to achieve the message that the speaker means. Listening is the process of receiving, constructing meaning from and responding to spoken and/or nonverbal message (Emmert cited in Flowerdew and Miller, 2005). When listening someone in delivering information, it is needed to listen the information clearly to get right messages of the communication itself. Miscomprehension could be happened when people are not able to receive the information clearly. But not all the people including students in a classroom can get the messages or information well when the communication takes place. Based on the researcher’s experien-ces in teaching English of Junior High School, most of the students found difficulties in listening. It can be seen by the results of their listening test where most of the students got low scores in listening, even they were not able to reach the minimum grade (KKM). It also happened to IX A grade students of SMPN 1 Sanggau in the academic year 2015/2016. Most of them get difficulties in identifying main idea, predicting and guessing words, whereas, IX A grade students could reach the minimum grade (KKM), even stand over the KKM for other skills of English, because the students who sit in this class are grouped from the first until the thirtieth rank of all nine grade students of SMP N 1 Sanggau. But, this condition do not make listening become easier for most of them, they still find that listening is difficult for them. Since the researcher found the problems of the students’ listening skill, the researcher needs to find an appropriate method as a strategy to solve the problems. Joubert (2001:21) claimed that some strategies may help to promote creative thinking, but teachers need to develop a full repertoire of skills which they can adapt to different situations. Thus, the researcher prepared a strategy based on the situation of the students and the material which are going to be taught, that is “Make and Challenge Using Partial Dictation”. This strategy is purposed to improve the students’ ability in listening. Harmer (2002: 228) states that improving
894
ISBN: 978-602-1150-17-7
students listening skills is important since it helps students to gain many valuable language inputs. Partial dictation is a teaching technique where the students are given a written version of the text where the written text has some missing words. The students must listen to the spoken material and fill in the blanks in the written version. A partial test (also cloze deletion test) is an exercise, test, or assessment consisting of a portion of text with certain words removed, where the participant is asked to replace the missing words. Flowerdew and Miller (2005: 200) defines dictation as a simple technique that the listener listens to an oral text and write down what they hear, the passage may be presented more than once and it needs to be presented in segments or information units. According to Oller (as cited in Marzban & Abdollahi, 2013),) result showed that dictation test results were powerful predictors of language ability as measured as other kind of language tests. The effectiveness of Partial dictation has been proved by Marzban & Abdollahi (2013) The result of their study showed that dictation had a significant effect on the listening comprehension ability of the participants in their experimental group. The mean gain scores of the experimental group were significantly higher than those of the control group. On the other hand Humairo( 2016) claimed from the result of her study at at the 11th Grade Students of SMAN 1 Labuapi in Academic Year 2015/2016 indicated that Partial was more effective than Standard dictation in teaching listening comprehension at the 11th grade of SMAN 1 Labuapi in Academic year 2015/2016. Moreover, from the questionnaires it showed that Partial Dictation was more effective than Standard Dictation because Partial in listening comprehension since it was less boring, helps them improve their listening ability, increases their focus, helps students understand faster, and helps them understand the text easier. These previous research make the researcher convince to applied a strategy using Partial Dictation in purpose to improve students’ ability in Listening which is called “Make and Challenge Using Partial Dictation”. Make and Challenge Using Partial Dictation is a kind of dictation technique which is modified by the researcher. Ferrance (2000:10) suggested a teacher may be using the latest fashionable teaching strategy, yet not really knowing or understanding what or how kids are learning. Make and Challenge using Partial Dictation. This strategy is hoped can improve students’ ability in listening. In doing communication especially the oral one, people need to have listening skill to get the message from what they hear. Harmer (2001) expressed that listening is a “receptive skill” where people obtain the main idea according to what they hear. Besides, Helgsen (cited by Gonzales Moncada, 2003) supports that listening helps learner to be “flexible listeners”, to know how to listen in order to get the general idea or the specific information needed to understand videos. Similarly, Richard & Rubin (cited by Van Duzer, 1997) argue that “although listening is a passive skill it is very much anactive process of selecting and interpreting information from auditory and visual clues”. Meanwhile, Rost (2002:279) states that listening is mental process of constructing meaning from spoken input. She also adds that listening is vital in the language classroom because it provides input for the learner. Without understanding input at the right level, any learning simply cannot begin. Listening is thus fundamental to speaking. To understand the message from spoken language, it is not enough to just understand the words themselves; instead the incoming sound needs to be processed involving any available cues like background noises, the speakers, the setting, etc. Listening as a basic input material is very important for the students in learning English. It is highly complex process that draw on knowledge of the linguistic code (language form) and cognitive processing skill (the skill process in the mind).
895
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Dictation is described as a technique used in both language teaching and language testing in which a passage is read aloud to students, with pauses during which they must try to write down what they heard as accurately as possible (Richards, Platt, and Platt, cited by Marzban and Abdollahi 2013). Dictation is used as a technique where the learners receive some spoken input, hold this in their memory for a short time, and then write what they heard. This writing is affected by their skill at listening, their command of the language, and their ability to hold what they have heard in their memory. As a teaching technique, dictation helps language learning by making learners focus on phrase- and clause- level constructions. This focusing is accuracy- based, ( Marzban and Abdollahi, 2013) In partial dictation a passage with some deletions is given to the tests, but read in complete form. The tests are required to fill in the deleted parts as they hear the passage. Partial dictation is, in fact, an activity between cloze and dictation tasks. It is similar to dictation in that the passage is read to the tests. However, it is different from dictation in that the tests are provided with an incomplete form of the passage. Furthermore, it is similar to cloze in that the tests should fill in the blanks. It is, however, different from close in that the deleted parts are given to the tests through reading the passage (Farhadi, Jafarpur and Birjandi, as cited by Marzban and Abdollahi, 2013). Martinez Lopez (as cited in Gonzalez, 2008) mentioned many advantages of partial dictation for the teachers and the students. For the students: practice in note taking, associating sound and spelling, discovering things which are not heard, learning from errors on a feedback session, reinforcing learning and the possibility of self-correction. The advantages for the teachers: it can be used in a large class, it is quick to prepare and administer and easy to score, many things can be asked for in short time, it constitutes a source of information for problem areas a good reference of the general progress of students. Other benefit of using partial dictation is students do not only pay attention to the sound of the words read by the teacher but also understand about the meaning and be able to transfer the dictated passages to their graphical representations. The students are expected to comprehend the contents of the passage and recognized all the words and sentences being read. During and after the dictation, all the students are active (Montalvan, 2006). Make and Challenge using Partial Dictation Make and Challenge using Partial Dictation is an activity modified from a dictation technique. It is created by the researcher as a strategy to improve students’ ability in listening and also to motivate and attract students’ interests in teaching learning process of listening. (Puspita as cited by Hasyuni 2006:4) states that a suitable material can make the students want to learn. The material which is suitable with the students has to be interesting, in the right level of students’ difficulty, and presented in various activities. In concluding, the teacher is better to know the students’ interest in learning listening with some kind of activities. If not, the students will get bored and uninterested in learning anymore. According to Fisher and Terry (1980: 138), teaching listening is not a simple thing, whether it is for elementary school, junior high school, or even senior high school students. Teacher should have an appropriate technique and strategies in order to make an enjoyable situation for students in teaching learning listening. Brown (2007) states that there are many possible techniques are available for teaching listening skills, and it will be helpful for us to think in terms of several kinds of listening performance. The cloze tests used for this activity are created by students in group by using texts in their English books, and also the texts prepared by the teacher. They make 10 missing words for each text, and rewrite the text with 10 words missing words inside. Then, they
896
ISBN: 978-602-1150-17-7
challenge other group to fill the missing words they made. One of the students in the group comes in front of the classroom to read out (dictate) the text to the group they challenge. METHOD The researcher found that the listening ability of IX A grade students is needed to be improved, thus, she do an action research where the problems found hopefully could be solved by applying a method of teaching learning activity for the students. As Mettetal (2001) said that Classroom Action Research is a method of finding out what works best in your own classroom so that you can improve student learning. He added that the goal of CAR is to improve your own teaching in your own classroom (or your department or school). While there is no requirement that the CAR findings be generalized too their situations, as in traditional research, the results of classroom action research can add to the knowledge base. Ferrance (2000:1) action research is a process in which participants examine their own educational practice systematically and carefully, using the techniques of research. From the definition above it can be conclude that action research can be defined as a systematic study to overcome education problems or to change things related to educational problems for better done by teachers or practitioners, or in collaboration of teacher and researcher by means of their own practical action and by means of their own reflection toward the effect of those action. The purpose of this research is to improve IXA grade students’ ability in listening. In doing this research, the researcher will helped by a collaborator. She is also an English teacher at SMPN 1 Sanggau where the researcher teach. The research will conduct in some cycles, where each cycle consists of planning, acting, observing and reflecting stage. In planning stage, the researchers identify the problems and make lesson plan based on the problem finding. The researcher also prepares the instruments to collect the data, for instance: note books, camera, including students’ observation list and the researcher ask the students to bring some English texts from their English book, depends of what the text which is going to be learnt. In acting phase, the researcher is accompanied by a collaborator as an observer to observe the activity of the teaching learning process and especially the students’ activity while the process runs. The steps of this activity are described as follow: 1. Students are divided into group of four students 2. Students find out a short text. The texts are taken from any kind of English book they bring. 3. Students in group discuss about the text they found to make 10 missing words of the text. 4. Students in the group rewrite the text with 10 missing words inside. 5. Start from group 1, the students in a group challenge other group they want to fill the missing word in a text they have. 6. One of the students in a group, read out (dictate) the text to the group they challenge loudly. In observation phase, the researcher and the observer observe the teaching and learning process. The assessment was focused on the activities done by the students. The observer observes the students’ activities by filling out the observation list prepared by the researcher. The observer also writes anything occurred during the teaching learning process. The obstacles could be found in this phase, thus, the researcher and the observer make different notes in finding the obstacles in order to find good solutions to overcome the obstacles. Reflecting phase consists of measuring the data collected and the results of the observation to get some important feedback. The feedback is very important to be the researcher’s guidance to find any other treatments to overcome the problems and obstacles occurred during the research. So that the researcher could find the best way for the next cycle
897
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
FINDING AND DISCUSSION Finding This research was done in Grade IXA of SMPN 1 Sanggau at the first semester in the academic year 2015/2016. The researcher was helped by an observer to observe the students’ activities while the strategy was applied in the teaching learning process, to notice whether the students improve their ability in listening. First cycle was started with the preparation of the researcher for the research. The researcher prepared any kinds of equipment needed in this research. Making lesson plan and observation lists based on what the objective of the teaching learning process are the first thing to do. When the researcher got into the classroom, the process of teaching and learning was started by opening activities and delivering the objective of the teaching learning process. When the researcher gave some explanation about the instructions of what the students have to do, they listened very carefully. The researcher also played as model of how the activity would be done. The students looked interested to what the researcher did. Cremin (2007) said that creative teachers model creativity and take part as learners in the classrooms; they experiment with resources, engage in problem-solving, take up different roles, and generate and critique their ideas. There were 30 students in the class, the researcher divided the students into group of five randomly, and there were six groups. As Kelly and Stafford (1993:18) concluded that small groups can be an effective learning situation in which students learn both through instruction from their teachers and from interaction with each other. The group also provides opportunities for individuals to speak in front of others and to receive feedback from teachers and peers. Then, the researcher asked the students to find a procedure text (the materials that should be taught to the students in this meeting was listening procedure text) in their English book and discussed the text in their group to make 10 missing words, and rewrite the text they have made with 10 missing words inside. All the students in the group wrote a copy of the text, because one group got one text. 15 minutes were given to do this part. After finishing rewrite the text, started from group 1, they challenged other group they wanted to fill the missing words of their text. Then, they gave the text they wrote to the group. One student from group 1 came in front of the classroom to read aloud their text to other group they challenged. Before reading the text, the students asked the teacher about how to pronounce some difficult words, especially the missing words. The same group may not meet for the second time. The reading was done in three times. The scores of the partial dictations of each group could directly be seen, because, after filling the missing words the scores were counted. The results of getting scores for each group for this cycle are described in the table bellow Table 1: The results of cycle 1 Group Scores 1 2 3 4 5 6 Means scores
40 60 50 70 70 60 58.33
898
ISBN: 978-602-1150-17-7
The table shows that there only two groups are able to reach the minimum grade (KKM) in which the school minimum grade for English is 70. There were some discussions between the researcher and the observer about the results. Based on the observation of the observer during the activity, the students were very enthusiastic doing this activity. Most of the students took part in making the missing words for their group. The students also paid attention when their friends were reading out the text in front of the classroom. Not only the group challenged but also other groups listened the reading carefully and tried to fill the missing words. But, the mean score for this cycle was still unsatisfied, 58.33. The mean score is still under the minimum grade. The researcher also did some informal interview with the students after the class over. Ferrance (2000:19) said that, as a team, we interviewed our students and asked for their views on which of our strategies helped them to become stronger readers. It is powerful to listen to students. Even as seasoned teachers, we can make wrong assumptions about how a child is learning. There were some students complained about the way how their friends read the text. They said that they were very difficult to listen about what their friends said. The pronunciation is difficult to understand, sometimes they read the text too fast and they didn’t read the text loudly. Their voice could not be heard clearly especially from the back side, so that the students who sat in back side could not hear the voice clearly. Moreover, most of the missing words given were unfamiliar and difficult to be guest. They also said that they were confused in choosing short text for their groups, It took much time to decide it. The discussion above became the researcher’s notes to set a plan for the next cycle. Hopefully the next cycle would be better for the results and also for the running process of the activity. Mettetal (2001) said that there are many ways to improve knowledge about teaching. Many teachers practice personal reflection on teaching; that is, they look back at what has worked and has not worked in the classroom and think about how they can change their teaching strategies to enhance learning. The reflections of the cycle 1 guided the researcher to take some actions for the second cycle. As Ferrance (2000: 11) stated that, the collection of data is an important step in deciding what action needs to be taken. The second cycle was started by making a new lesson plan and setting up some strategies for the students in doing the activity. The researcher made some rules as treatments to reinforce the students in order to overcome the problems appeared in the first cycle. Firstly, the researcher prepared some reading texts that will be used in the classroom. Hence, the students do not need to find out the text by themselves, because it took much time for the students to decide the text they want to use. The rules of the activity are; the missing words they made should be familiar enough, the students who read the text in front of the classroom, should read the text loudly, with clear pronunciation, they can re check the pronunciation in the dictionary or asked the teacher about how to pronounce the words before reading them. They should also read the text slowly. When the activity took place, the students got ready to do that, because they had already knew the steps of the activity. The researchers gave some rules to do this activity, the students listened carefully. The researcher gave the students some texts prepared by the researcher, (the materials for the meeting was listening report text). Then, the researcher asked the students to discuss the text in their group to make 10 missing words, and rewrite the text they have made with 10 missing words inside. 15 minutes were given to do this part. After finishing rewrite the text, started from group 1, they challenged other group they wanted to fill the missing words of their text. One student from group 1 came in front of the classroom to read
899
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
aloud their text to other group they challenged. The same group can’t meet for the second time. The results for this cycle can be seen in the table below: Table 2: The results of cycle 2 Group Scores 70 80 70 80 80 80 76,66
1 2 3 4 5 6 Means scores
The table above shows an improvement from the previous cycle. The treatments and reinforcements given worked well. The students did the activity as well as the researcher hoped. They stayed on the rules given, they looked happy and enthusiastic doing this activity. All the group could reach the KKM, even stood over the KKM. This activity could guide and motivate the students in improving their ability especially in listening. The improvements of each group can be seen in Figure 1. The results showed and convinced the writer that this activity was helpful to improve the students’ ability in listening. Figure 1: The improvements of each group from cycle 1 to cycle 100 80 60 40 20 0
70 40
80 80 80 80 70 70 70 60 60 50 CYCLE I
Discussion After the researcher implemented the activity of Make and Challenge Using Partial Dictation in teaching listening, it showed there were several improvements from the students’ results. Students were being enthusiastic in learning English listening. Most of students paid attention to the teacher explanation and could accomplish the task well. It was analyzed of each cycle, the mean score from cycle I and cycle II briefly can be seen in the diagram below. Figure 2: The mean score for each cycle 100 76.66
80
60
58.33
40 20 0 CYCLE 1 CYCLE 2
The mean scores of the students were 58.33 in the first cycle and 76.66 in the second cycle. There were many factors that influenced the result of study. One of the factors was an
900
ISBN: 978-602-1150-17-7
appropriate strategy in applying a teaching learning method. The activity of Make and Challenge Using Partial Dictation could stimulate students’ interests in learning English happier. Most of the students enjoyed the activity because it was fun for them and fun learning can stimulate students’ spirit to be active. In addition, the role of teacher in guiding the classroom management especially in using “Make and Challenge Using Partial Dictation” is considered important and beneficial. The researcher also put students in comfortable situation, for instance, the researcher guides and monitors students’ activities in doing the activity. The researcher encouraged them to ask if they have difficulties. So that, their participation could increase in the form of their attitudes such as their cooperation, initiative, and attention work well. Based on what the researcher found in implementing “Make and Challenge Using Partial Dictation” that it effectively could help teacher to make better learning process and students’ better achievement. CONCLUSIONS AND SUGGESTIONS Conclusions Improving students’ listening skills through Make and challenge Using Partial Dictation is suitable to be implemented in teaching English especially in teaching listening. This activity can arouse students’ interests and motivate them to learn English more enjoyable, because the students involve in making task and read out the task directly to other students. This strategy can make the environment of the classroom become more interesting and fun for the students. The research finding showed that there were some improvements from before the strategy applied, where most of the students could not reach KKM. The way how applied Partial Dictation can be modified based on the students’ need. Using new strategy or method which are more interesting and effective is needed to create good atmosphere and results for teaching learning process. It can be conclude that this activity could motivate students to be more interesting in learning English and help them to overcome the difficulties they face in listening. Suggestions The activity of “Make and Challenge Using Partial Dictation” is recommended as an alternative strategy or way to be used in teaching English, not only in teaching listening but also other skills of English. This activity can improve both listening ability and students’ interests in teaching learning process. But, before applying this activity, it will be better for a teacher to prepare and give clear instructions and rules for students, so that they will not confused how to do this activity. REFFERENCES Brown, H.D. 2001. Teaching by Princi-ples: An Interactive Approach to Language Pedagogy. New York: Pearson Education Cremin, T, Burnard, P and Craft, A. 2006. Pedagogies of Possibility Thinking. International Journal of Thinking Skills and Creativity, 1(2), 108–19. 10.54 am. 01.04.2015 Davis, P. and Rinvolucri, M. 1995. Dictation: New Methods, New Possibilities. Cambridge: Cambridge University Press. Ferrance, E. 2000. Action Research. Northeast and Islands Regional Educational Laboratory: Brown University Fisher, Carol. J and C. Ann Terry. 1980. Children’s Language and the Language Arts. New York: McGraw-Hill Flowerdew, J and Miller, L. 2005. Second Language Listening: Theory and Practice. New York: Cambridge University Press
901
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Gwynn, Mettetal. 2001. The What, Why and How of Classroom Action Re-search. Journal of Scholarship of Teaching and Learning. Board of Trustees of Indiana University. Accessed, http//www.iupui.edu/ josotl/archive-vol.2/no1/ v2n1mettetal.pdf, 09.44 am. 01. 04. 2015 Fachrurrazy. 2011. Teaching English as a Foreign Language for Teachers in Indonesia. Malang: UM Press Harmer, J. 2001. The Practice of English Language Teaching. Harlow: Pear-son Education Limited Hasyuni. 2006. The Students’ Preferred Activities for English Listening Classes (A Survey Conducted to the Second and Fourth Semester Students of English Department of FKI, Universitas Bengkulu Academic Year 2005/2006). Unpublished Thesis of Teacher Training and Education Faculty of Universitas Bengkulu Joubert, M.M. 2001. The art of creative teaching: NACCCE and beyond, In Craft, A, Jeffrey, B and Liebling, M (eds.) Creativity in Education. London: Continuum Marzban, A. & Abdollahi, M. 2013. The Effect of Partial Dictation on the Listening Comprehension Ability of Iranian Intermediate EFL. Learners International Research Journal of Applied and Basic Sciences ISSN 2251- 838X / Vol, 5 (2): 238-244 Science Explorer Publications. 10.55 am. 01.02.2016 Montalvan, R. 2006. Dictation Updated: Guidelines for Teacher-Training Workshops, http://exchanges.state. gov/education/engteaching/dictationhtml. 10.44 am. 01.02.2016 Rost, M. 2002. Teaching and Researching Listening. London: Longman.
902
ISBN: 978-602-1150-17-7
MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA SISWA KELAS 7 A DENGAN MENGGUNAKAN KOSAKATA YANG DIPAKAI DALAM TEKS DESKRIPTIVE UNTUK SISWA SMP NEGERI 02 BATU Zulmeyta Rahma SMP Negeri 02 Batu
[email protected] Abstrak : Pembelajaran di SMP Negeri 02 Batu khususnya kelas 7 A pada mata pelajaran Bahasa Inggris tentang teks descriptive dalam penguasaan materi masih sangat rendah atau belum berhasil dengan baik. Hal ini disebabkan penguasaan kosakata siswa yang masih rendah. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan kosakata siswa kelas 7 A dengan menggunakan kosakata yang dipakai dalam teks deskriptive untuk siswa SMP Negeri 02 Batu. Pelaksanaan perbaikan menggunakan Classroom Action Research (PTK). Tindakan yang dilakukan terdiri dari 2 tindakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: planning, acting, observing dan reflecting. Adapun kelas yang diteliti adalah kelas 7 A SMP Negeri 02 Batu dengan jumlah siswa 33 orang. Berdasarkan hasil perbaikan yang telah dilaksanakan, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat. Pada siklus 1 nilai rata-rata 65 dan pada siklus 2 nilai rata-rata 80. Kata Kunci :Kosakata, PTK
Pada saat ini berbagai masalah terjadi di dalam pendidikan Bahasa Inggris. Salah satu masalah itu adalah lemahnya penguasaan kosakata siswa di SMP Negeri 02 Batu terutama kelas 7, khususnya kelas 7 A. Oleh karena itu peneliti mencoba meneliti tentang penggunaan vocabulary yang dipakai dalam teks descriptive untuk siswa SMP. Dalam hal ini peneliti menggunakan kelas 7 A sebagai percobaannya. Peneliti di kelas ini sudah hampir 1 tahun. Dan dirasa ada suatu permasalahan yang terjadi di kelas tersebut yaitu bagaimana cara meningkatkan perbendaharaan kosa kata siswa kelas 7 A dengan menggunakan vocabulary yang dipakai dalam teks descriptive untuk anak SMP Negeri 02 Batu. Penyebab permasalahan itu muncul karena kurangnya kemampuan siswa untuk menghafal kosa kata yang telah diajarkan sebelumnya. Sehingga peneliti mencoba mencari solusinya, dengan cara member gambar dan siswa mendeskripsikan gambar tersebut dengan menggunakan kosakata yang disediakan oleh guru. Setelah itu siswa diminta menyusun noun phrase dari teks descriptive. Kemudian, hasil yang telah disusun ditempelkan di papan tulis. Guru mengucapkan kosakata yang baru dan siswa menirukannya. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan siswa dapat meningkatkan penguasaan kosakatanya. Penelitian yang pernah dilaksanakan dengan menggunakan teks bacaan untuk meningkatkan kosakata siswa belum pernah dilaksanakan. Peneliti mencoba menggunakan kosakata yang dipakai dalam teks descriptive untuk meningkatkan penguasaan kosakata siswa kelas 7 A di SMP Negeri 02 Batu. Dengan demikian masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:“ Bagaimana Meningkatkan Penguasaan Kosakata Siswa Kelas 7 A Dengan Menggunakan Kosakata Yang Dipakai Dalam Teks Deskriptive Untuk Siswa SMP Negeri 02 Batu?” Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru kelas yang bersangkutan untuk memecahkan masalah yang terjadi di kelas tersebut. Bagi guru Bahasa Inggris yang lain, diharapkan temuan penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk mengatasi problem yang sama.
903
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
METODE PENELITIAN Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 7 A di SMP Negeri 02 yang berjumlah 33 orang. Waktu penelitian tindakan kelas ini pada bulan Maret 2016. Tempat penelitian tindakan kelas 7A dilaksanakan di SMP Negeri 02 Batu. Pembelajaran Bahasa Inggris materi teks descriptive hasilnya belum mencapai ketuntasan sehingga diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya. Metode Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang mencakup empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. a. Perencanaan Pelaksanaan penelitian dimulai dengan menyusun perencanaan, sebagai berikut : 1. Menyusun rencana pembelajaran. 2. Menyiapkan materi pembelajaran tentang teks descriptive dengan menggunakan gambar yang sudah disediakan oleh guru. 3. Menyusun tes akhir. b. Pelaksanaan tindakan 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Menyajikan materi sebagai pengantar. 3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. 4. Guru menyuruh masing –masing kelompok untuk mengambil satu gambar dan dideskripsikan dengan menggunakan noun phrase yang sudah disediakan oleh guru. 5. Siswa menyusun noun phrase tersebut di papan tulis. 6. Guru menyuruh siswa untuk menirukan kosakata yang baru didengar oleh siswa. 7. Guru member latihan tentang kosakata baru tersebut, untuk mengukur seberapa jauh peningkatan penguasan kosakata mereka. c. Observasi Pada pelaksanaan pembelajaran peneliti dibantu oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer untuk mengetahui masalah yang ada di kelas dengan cepat dan tepat melalui teknik pengumpulan data berupa tes tulis.. d. Refleksi Langkah selanjutnya yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah pembelajaran siswa ini dengan penulis berusaha melakukan refleksi untuk merumuskan masalah yang telah terjadi didalam kegiatan pembelajaran. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif.Hasil penelitian dideskripsikan dengan cara memilah –milah data yang akan digunakan dalam proses pembuatan penelitian, Data hasil penelitian dianalisis dengan descriptive kualitatif. Sedangkan hasil nilai rata –rata siswa menggunakan analisis data kuantitatif. TEMUAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus,siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan. Pertemuan 1 pada tgl 15 Maret 2016 dan pertemuan 2 pada tgl 17 Maret 2016. Pada pertemuan 1 kegiatan awal adalah: guru menanyakan keadaan siswa dan siswa menjawabnya,guru menjelaskan tentang materi descriptive, saat itu guru menjelaskan teks descriptive secara umum, sesuai dengan RPP yang dibuat oleh guru.Maka dipilihlah untuk mendeskripsikan tentang bermacam –macam binatang. Anak –anak diberi contoh tentang binatang beserta deskripsinya. Misalnya : Do you ever go to the zoo?
904
ISBN: 978-602-1150-17-7
If you go to the zoo,what you can find it? Please mention and describe it. Guru membagi siswa berdasarkan absen. Akhirnya terbentuklah 4 kelompok. Guru memanggil masing –masing perwakilan kelompok untuk mengambil gambar dan menerima selembar kertas. Kemudian siswa mengerjakan bersama kelompoknya masing –masing. Setelah siap dengan hasil kerjanya, mereka menempelkan hasil kerja mereka di papan tulis. Ketika hasil kerja kelompok sudah tertempel di papan tulis guru menyuruh siswa untuk menirukan kosakata yang ada. Bila dalam pengucapan ada yang kurang tepat guru langsung membetulkannya. Pada pertemuan 2 kegiatan awalnya adalah: guru menanyakan keadaan siswa dan siswa menjawabnya, guru mengulang kembali kosa kata pada pertemuan yang lalu dan anak anak disuruh untuk mengingatnya. Guru membagi siswa menjadi kelompok yang lebih kecil lagi. Akhirnya terbentuklah 6 kelompok.Guru memanggil masing-masing perwakilan kelompok untuk mengambil gambar serta menyuruh siswa mengambil ciri- ciri binatang yang sesuai dengan gambar dalam bentuk noun phrase. Dan siswa mengerjakan bersama kelompoknya masing-masing. Sebelum siswa maju untuk menempel hasil kerja kelompok di papan tulis, siswa menyusunnya di meja terlebih dahulu. Setelah selesai semua kemudian guru melihat hasil kerja siswa.Guru menyuruh siswa untuk menirukan kosa kata yang ada di papan tulis.Bila ada pengucapan yang salah guru akan langsung membetulkan. Kelihatannya siswa lebih senang dengan cara ini, karena mereka tidak merasa menghafalkan tetapi sudah melaksanakannya Sebagai akhir dari siklus 1 ini peneliti menggunakan tes akhir untuk mengukur seberapa jauh peningkatan penguasaan kosakata siswa. Dari pelaksanaan siklus 1 dirumuskan siswa yang mencapai KKM sebanyak 10 siswa (30 %) . Rendahnya pencapaian siswa disebabkan oleh kurangnya kemampuan siswa dalam menyusun kalimat dengan kosakata yang sudah disediakan. Untuk mengatasinya, maka peneliti melakukan pemantapan kembali pada penggunaan gambar yang dilaksanakan pada siklus 2. Sedangkan siklus 2 juga terdiri dari 2 kali pertemuan. Pertemuan 1 pada tgl 5 April 2016 dan pertemuan 2 pada tgl 7 April 2016. Pada pertemuan 1 kegiatan awal adalah: guru menanyakan keadaan siswa dan siswa menjawabnya,guru menjelaskan tentang materi descriptive, saat itu guru menjelaskan teks descriptive secara umum, sesuai dengan RPP yang dibuat oleh guru.Maka dipilihlah untuk mendeskripsikan tentang bermacam –macam binatang. Anak –anak diberi contoh tentang binatang beserta deskripsinya.Misalnya : Do you ever go to the zoo? If you go to the zoo,what you can find it? Please mention and describe it.
Guru membagi siswa berdasarkan absen. Akhirnya terbentuklah 4 kelompok. Guru memanggil masing –masing perwakilan kelompok untuk mengambil gambar dan menerima selembar kertas. Kemudian siswa mengerjakan bersama kelompoknya masing –masing. Setelah siap dengan hasil kerjanya, mereka menempelkan hasil kerja mereka di papan tulis. Ketika hasil kerja kelompok sudah tertempel di papan tulis guru menyuruh siswa untuk menirukan kosakata yang ada. Bila dalam pengucapan ada yang kurang tepat guru langsung membetulkannya. Pada pertemuan 2 kegiatan awalnya adalah: guru menanyakan keadaan siswa dan siswa menjawabnya, guru mengulang kembali kosa kata pada pertemuan yang lalu dan anak anak disuruh untuk mengingatnya.Guru membagi siswa menjadi kelompok yang lebih kecil lagi. Akhirnya terbentuklah 6 kelompok.Guru memanggil masing –masing perwakilan kelompok untuk mengambil gambar serta menyuruh siswa mengambil cirri –ciri binatang yang sesuai dengan gambar dalam bentuk noun phrase. Dan siswa mengerjakan bersama kelompoknya masing –masing. Sebelum siswa maju untuk menempel hasil kerja kelompok di papan tulis,
905
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
siswa menyusunnya di meja terlebih dahulu. Setelah selesai semua kemudian guru melihat hasil kerja siswa.Guru menyuruh siswa untuk menirukan kosa kata yang ada di papan tulis.Bila ada pengucapan yang salah guru akan langsung membetulkan.Kelihatannya siswa lebih senang dengan cara ini, karena mereka tidak merasa menghafalkan tetapi sudah melaksanakannya Sebagai akhir dari siklus 2 ini peneliti menggunakan tes akhir untuk mengukur seberapa jauh peningkatan penguasaan kosakata siswa. Hasil tes pada siklus 2 menunjukkan 23 siswa (70 %) mencapai KKM. Tabel 1 hasil nilai siswa pada siklus 1 No Nama Siswa 1 Alisha 2 Feva 3 Maulidia 4 Randi 5 Mardiyansyah 6 Yordan 7 Riki 8 Rizki 9 Fikri 10 Binar 11 Melani 12 Shofy 13 Belqis 14 Salma 15 Diva 16 Evan 17 Jenny 18 Titania 19 Candra 20 Armandito 21 Reyhan 22 Sofi 23 Vira 24 Dayu 25 Nuraidin 26 Rido 27 Tegar 28 Anugrah 29 Rendi 30 Risma 31 Nayelie 32 Agista 33 Julio
Nilai 80 80 79 79 78 78 78 75 75 75 74 74 74 73 73 73 70 70 70 70 70 69 69 67 67 65 65 65 65 64 64 60 60
Dari tabel diatas ditemukan 10 siswa (30%) mencapai nilai KKM,sedangkan 23 siswa(70%) belum mencapai KKM. Berikut ini tabel hasil nilai siswa pada siklus yang ke 2. Tabel 2 hasil nilai siswa pada siklus 2 No Nama Siswa 1 Melani 2 Shofy wahyu 3 Belqis 4 Salma
Skor 95 95 90 90
906
ISBN: 978-602-1150-17-7
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Diva Evan Jenny Titania Candra Amandito Reyhan Sofi Vira Dayu Nuraidin Rido Tegar Anugrah Rendi Risma Nayelie Agista Julio Alisha Feva Maulidia Randi Mardiyansyah Yordan Riki Rizki Fikri Binar
90 90 85 85 85 85 80 80 80 80 80 80 80 80 80 75 75 75 75 74 74 74 73 73 70 70 69 65 65
Pada tabel di atas ditemukan 23 siswa(70%) mencapai nilai KKM, sedangkan 10 siswa(30%) belum mencapai KKM. Berdasarkan tabel dari siklus 1 ke siklus 2 ada kenaikan nilai yang dicapai oleh siswa. Pada siklus 1 siswa yang mencapai nilai KKM hanya 10 siswa (30%) dari jumlah siswa sebanyak 33, sedangkan siklus 2 siswa yang mencapai nilai KKM sudah meningkat menjadi 23 siswa(70 %) dari jumlah siswa secara keseluruhan. Nilai KKM di SMP Negeri 02 Batu: 75 untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Dengan kenaikan jumlah siswa yang mencapai KKM, maka penelitian ini dianggap sudah berhasil. KESIMPULAN DAN SARAN Penggunaan kosakata dalam teks descriptive dapat meningkatkan penguasaan kosakata siswa kelas 7A SMP Negeri 02 Batu. Kepada guru Bahasa Inggris yang memiliki masalah yang sama dianjurkan untuk menggunakan teknik meningkatkan kosakata dalam konteks bacaan yang sama atau yang lain. DAFTAR RUJUKAN Kusnandar,2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta.Rajawali Press. Idris & Marno. 2008. Strategi dan Metode Pengajaran. Jakarta. Arruzmedia Serangkai Pustaka Mamdiri
907
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
MENINGKATKAN KEMAMPUAN DALAM MENULIS TEKS DESKRIPTIF DENGAN OBJEK NYATA DI KELAS VII SMPN 2 BATU Yayuk Siti Muawanah SMPN 2 Batu
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis teks deskriptif pada siswa kelas 7 I SMPN 2 Batu.dengan menggunakan model pembelajaran pengamatan objek secara langsung, siswa memperoleh pengalaman belajar lebih banyak dan bervariasi baik dalam memahami konsep,menuliskan struktur teks dan menulis teks secara efektif, melalui pengamatan objek secara langsung. Penelitian ini menggunakan PTK. Hasil penelitian menunjukkan kenaikan pada siswa yang mencapai KKM (75) dari 66,6% pada siklus 1 menjadi 93,3% pada siklus 2. Kata kunci: menulis, deskriptif, objek langsung
Pada saat ini berbagai masalah terjadi di dalam pembelajaran bahasa Inggris. Banyak siswa yang kurang minat dalam pelajaran membaca maupun menulis.Hal ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kemajuan tehnologi yang semakin canggih dan bergesernya nilai-nilai budaya sehingga mendorong siswa, lebih suka bermain game. Ini menyebabkan siswa malas berfikir atau menulis. Mereka lebih suka segala sesuatu yang instan. Untuk itulah peneliti ingin meneliti pembelajaran menulis di kelas 7 I, karena di kelas tersebut sering dijumpai siswa menggunaka HP untuk mentranslate tulisan mereka.Dan untuk itu peneliti ingin memberikan ketrampilan menulis teks deskriptif dengan model pembelajaran yang berbeda. Untuk itu model pembelajaran pengamatan objek secara langsung akan membuat siswa memperoleh informasi lebih banyak dan detail di banding kalau siswa hanya memperoleh informasi dari buku teks /buku siswa. Dalam metode pembelajaran ini siswa dibentuk per kelompok dan tiap kelompok mempunyai tugas untuk mengamati dan menggali informasi tentang aktivitas/kegiatan yang dilakakukan sesuai profesinya. Kemudian siswa diminta mendeskripsikan hasil pengamatan dan informasi yang diperoleh dalam bentuk teks tulis deskriptif. Jika dihubungkan antara masalah dan solusi melalui tehnik pembelajaran yang direncanakan maka sangatlah tepat jika kegiatan pembelajaran teks deskriptif pada kemampuan menulis ini menggunakan teknik pengamatan objek nyata karena dengan demikian siswa memperoleh informasi yang lebih lengkap,disamping itu siswa mendapatkan pengalaman belajar yang berbeda sehingga akan mendorong mereka untuk menulis teks deskriptif dengan benar. Penelitian tentang menggunakan objek nyata sebenarnya sudah pernah dilalukan oleh beberapa peneliti diantaranya, Sari (2011) Magelang Jateng, Sandy (2013) Kudus dan Nadira (2013) Malang. Masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana meningkatkan kemampuan dalam menulis teks deskriptif tentang seseorang yang melakukan kegiatan secara langsung di kelas 7 I SMPN 2 Batu. Sedangkan manfaat hasil penelitian ini bagi guru kelas adalah untuk memecahkan masalah kelas tersebut. Bagi guru Bahasa Inggris yang lain bermanfaat sebagai pembanding untuk masalah yang sama.
908
ISBN: 978-602-1150-17-7
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Langkah-langkah yang dilewati dalam setiap siklus adalah permasalahan (problem), perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pemantauan (observing atau monitoring), dan penilaian (reflecting atau evaluating). Dalam penelitian ini, siklus Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dihentikan setelah siklus kedua selesai dilaksanakan karena hasil yang diharapkan telah tercapai, Suyati (2013). Pada siklus satu dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 15 maret 2016. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Batu yang beralamat di Jalan Bromo 34 Kota Batu, pada kelas 7 I semester genap tahun pelajaran 2016. Penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2015/ 2016. KelasVII I tersebut terdiri dari 32 peserta didik kdengan rincian 20 peserta didik perempuandan 12 peserta didik laki-laki. Guru bertindak sebagai pengajar, pengamat, penganalisis data, dan sekaligus melaporkan hasil penelitian. Bertindak sebagai kolaborator adalah ibu Didien Ika, S.Pd, guru Bahasa Inggris SMP Negeri 2 Batu. Sumber data dalam penelitian iniadalah 32 orang peserta didik kelas VII I SMP Negeri 2 Batu Tahun Pelajaran2015/2016. Instrumen penelitian yang digunakan untuk menjaring data dalam penelitian ini adalah lembar observasi kegiatan. Lembar observasi digunakan untuk menilai aktivitas peserta didik selama penelitian ini dilakukan.Dan untuk penilaian hasil kerja siswa guru menggunakan rubrik penilaian teks tulis. TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN SIKLUS I Pada siklus satu dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan petama dilaksanakan pada tanggal 15 maret th 2016, pada pertemuan pertama menggunakan tehnik scientific approach. Pertemuan pertama Pendahuluan Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa serta mengecek kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Untuk mengawali pembelajaran guru memberikan arahan tentang pembelajaran yang telah diajarkan dan menghubungkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari Kegiatan inti - Peserta didik diminta mengamati gambar-gambar yang di tunjukkan oleh guru dan menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru sbb: “ what is the picture?” “ what do you think about it ?” - Peserta didik diminta mencocokkan antara profesi orang dengan kegitan/aktivitas yang ada dalam tabel. - Peserta didik menjawab pertanyaan secara lisan tenteng profesi orang dengan kegiatan/aktifitas yang dilakukan secara bergantian. - Peserta didik mengidentifikasi dan menemukan social function dan language feature dan kemudian guru memberikan penguatan tentang simple present tense generic struture dari teks deskriptif. - Secara berkelompok ( 4 siswa ) diminta mengamati dan mencari informasi tentang kegiatan/aktifitas seseorang sesuai profesinya.
909
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
-
Dengan bimbingan guru siswa diminta mendeskripsikan hasil pengamatan dan informasi yang didapat dari lapangan. - Kemudian secara berkelompok siswa di minta mempresentasikan hasilnya didepan kelas dan guru memberikan feedback. Kegiatan akhir - Guru dan peserta didik bersama-sama membuat tingkasan dan menyimpukan materi yang yang sudah dipelajari pada pertemuan ini dan melakukan refleksi terhadap kegiatan belajar yang telah mereka lakukan. - Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mrngamati aktivitas seseorang yang terdekat dengan kehidupan sekitar siswa sebagai pembelajaran berikutnya. Pertemuan ke dua Pendahuluan Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa serta mengecek kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Untuk mengawali pembelajaran guru memberikan arahan tentang pembelajaran yang telah pelajari dan menghubungkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari Kegiatan inti Peserta didik diminta untuk membaca teks deskriptif pendek tentang aktivitas atau kegiatan yang dilakukan seseorang sesuai dengan profesinya. Guru memberikan arahan lagi bagaimana cara mambuat/menulis teks deskriptif dengan benar. Peserta didik diminta mendeskripsikan aktivitas/kegiatan seseorang yang ada dilingkungan terdekatnya. Peserta didik diminta mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas. Kegiatan akhir - Guru dan peserta didik bersama-sama membuat tingkasan dan menyimpulkan materi yang yang sudah dipelajari pada pertemuan ini dan melakukan refleksi terhadap kegiatan belajar yang telah mereka lakukan. Untuk memberikan penilaian pada produk siswa menulis teks deskriptif di skor dengan menggunakan rubrik penilaian sebagai berikut: Rubrik Penulisan Writing
No
Nama content
Aspek yang dinilai Kosa kata grammar
910
Skor
ISBN: 978-602-1150-17-7
kontent
4 : jika isi sangat sesuai dengan judul 3: jika isi sesuai dengan judul 2 : jika isi cukup sesuai dengan judul 1 : jika isi tidak sesuai dengan judul
Kosa kata
4: kosa kata sangat tepat tdk terdapat kesalahan 3 : kosa kata tepat terdapat 1- 3 kesalahan 2 : kosa kata cukut tepat terdapat 4-7 kesalahan 1 : kosa kata kurang tepat terdapat lebih dari 7 kesalahan
Grammer
4 : tata bahasa sangat tepat tidak terdapat kesalahan 3 : tata bahasa tepat terdapat 1-3 kesalahan 2 : tata bahasa kurang tepat terdapat 4-7 kesalahan 1 : tata bahasa kurang tepat terdapat lebih dari 7 kesalahan
Nilai perolehan x 100 = skor Nilai maksimal Dan hasil penilaian penulisan teks deskriptif dengan objek nyata Writing No
Nama content
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Aulia Ongki Rizal Safira Galuh Norma Oktavia Adinda Andri Brilian Candra Dinda Elma Faisal Hamima Naja Rahma Tika Anjali Bagas djordi Marcel Sukma
4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Aspek yang dinilai Kosa kata grammar 4 3 4 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2
911
Skor 91 91 91 91 83 83 83 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 66 66 66
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
24 25 26 27 28 29 30
Fadli Kalina Nadira Putri Rizki Happy Munir
2 3 3 3 3 2 2
3 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2
58 58 58 58 58 50 50
Refleksi Pada siklus 1 peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran 2 kali pertemuan dan pada siklus II peneliti melaksanakan kegiatan 3 kali pertemuan hal ini di karenakan pada saat penelitian pada siklus 1. Peneliti merasa waktu yang digunakan kurang mencukupi,karena pengamatan objek secara langsung yang dilakukan diluar kelas membutuhkan waktu lebih banyak. Sehingga pada saat penelitian untuk siklus 1 pada pertemuan 1 terkesan terburu-buru. Dilihat dari proses pembelajaran menulis teks deskriptif di kelas 7 I dan hasil skor yang di peroleh siswa dalam menulis teks deskriptif tersebut dapat di lihat bahwa siswa yang berhasil mendapatkan skor diatas KKM terdiri dari 20 siswa 66,6% dari jumlah siswa. Siswa yang mendapatkan skor sesuai KKM terdiri dari 10 siswa 33.3% dari jumlah siswa,dan siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu 10 siswa 33,3% dari jumlah siswa. Dari pencapaian nilai tersebut diatas maka penulis beranggapan bahwa pembelajaran teks deskriptif tentang seseorang yang melakukan kegiatan secara langsung dianggap berhasil,namun demikian masih perlu pembenahan lagi karna masih ada 33% dari siswa yang belum bisa menulis teks deskriptif sesuai harapan, dikarenakan penguasaan tata bahasa,kosa kata yang masih rendah. Untuk meningkatkan penguasaan tata bahasa dan kosakata pada siswa maka di siklus ke dua peniliti akan melakukan perbaikan proses pembelajaran dengan cara menanbah waktu dan pembekalan tentang struktur teks dan unsur kebahasaan yang digunakan untuk menulis teks deskriptif, serta contoh –contoh teks deskriptif,baik berupa jumble sentece ataupun dalam bentuk yang lain. TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN SIKLUS II Pada siklus dua dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan.Pertemuan pertama dilaknanakan pada tanggal 2 April 2016,pertemuan ke dua dilaksanakan pada tanggal 4 April 2016 dan pertemuan ke tiga dilaksanakan pada 6 April 2016 pertemuan ini menggunakan tehnik scientific approach. Pertemuan pertama Pendahuluan Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa serta mengecek kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Untuk mengawali pembelajaran guru memberikan arahan tentang pembelajaran yang telah pelajari dan menghubungkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari. Kegiatan inti - Siswa diminta mengamati sebuah pohon dalam pot yang di tunjukkan oleh guru dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru sbb: “ Mention the part of this plant?” - Siswa diminta membaca teks deskriptif tentang pohon jambu air dan dengan arahan guru siswa diminta menganalisa tentang struktur teks dan unsur kebahasaan dari teks.
912
ISBN: 978-602-1150-17-7
- Siswa diminta menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan teks. Kegiatan akhir - Guru menegaskan kembali tentang apa yang telah dipelajari. - Guru meminta siswa untuk mempelajari teks deskriptif tentang tanaman dengan membaca buku-buku d perpustakaan. Pertemuan ke dua Pendahuluan Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa serta mengecek kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Untuk mengawali pembelajaran guru memberikan arahan tentang pembelajaran yang telah pelajari dan menghubungkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari Kegiatan inti - Siswa diminta menjadi beberapa kelompok (4 siswa) dan masing-masing kelompok diminta mengamati sebuah pohon yang berbeda dilingkungan sekolah.
-
Secara berkelompok siswa diminta mendeskripsikan tentang pohon yang telah diamati.
-
Secara berkelompok siswa diminta memaparkan hasil dikusinya di depan kelas.
Kegiatan akhir - Guru dan siswa bersama-sama membuat tingkasan dan menyimpukan materi yang yang sudah dipelajari pada pertemuan ini dan melakukan refleksi terhadap kegiatan belajar yang telah mereka lakukan. - Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengamati sebuah pohon yang ada di lingkungan rumahnya sebagai bahan pembelajaran berikutnya.
Pertemuan ke tiga Pendahuluan Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa serta mengecek kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Untuk mengawali pembelajaran guru memberikan arahan tentang pembelajaran yang telah pelajari dan menghubungkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari
913
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Kegiatan inti - Siswa diminta melengkapi teks deskriptif tentang tanaman dengan pilih kata yang tersedia. - Guru memperingatkan lagi ke siswa bagaimana cara menulis teks deskriptif dengan benar. - Secara individu siswa diminta mendeskripsikan tanaman yang ada disekitar rumahnya dan mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Kegiatan akhir Guru dan siswa bersama-sama membuat ringkasan dan menyimpulkan materi yang sudah dipelajari pada pertemuan ini dan refleksi rethadap kegiatan belajar yang telah mereka lakukan. Dan hasil penilaian penulisan teks deskriptif dengan objek nyata Writing No
Nama content
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Anjali Djourdi Elma Galuh Munir Nova Rizal Risqi Aulia Bagas Chandra Dinda Faizal Hamimah Nadira Norma Oktavia Ongky Safira Andrianto Brilian Fadli Kalina Naja Rahma Sukma Tika Happy Adinda
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3
Aspek yang dinilai Kosa kata grammar 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
914
Skor 100 100 100 100 100 100 100 100 91 91 91 91 91 91 91 91 91 91 91 83 83 75 75 75 75 75 75 75 66
ISBN: 978-602-1150-17-7
30 Refleksi
Putri
3
2
3
66
Pada siklus 2 peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran tiga kali pertemuan. Dengan harapan dengan waktu lebih banyak maka siswa dapat memperoleh pembekalan struktur teks dan ciri kebahasaan untuk menulis teks deskriptif lebih banyak dan akan lebih dipahami. Pada pertemuan 1 guru memberikan pembekalan berupa kosa kata yang berhubungan dengan tanaman. Siswa mengamati parts of plant dan menyebutkan nama-nama bagian dari tanaman tersebut dan kosakata lainnya yang terkait. Tahap berikutnya guru menjelaskan tentang struktur teks dan unsur kebahasaan yang digunakan dalan menulis teks deskriptif. Kemudian siswa di beri teks deskriptif tentang pohon jambu air, dari teks tersebut siswa diminta menganalisa struktur teks dan unsur kebahasaan (simple presen tense). Kemudian guru besamasama dengan siswa membahas hasil temuan-temuan siswa. Pada pertemuan 2 guru mengingatkan lagi kepada siswa tentang kosa kata yang terkait dengan tanaman. Siswa secara berkelompok diminta mengamati salah satu pohon yang ada di lingkungan sekolahnya dan mendeskripsikan hasil pengamatan kelompoknya. Dan secara berkelompok siswa mempresentasikan hasilnya didepan kelas. Pada pertemuan ketiga siswa secara individu diminta melengkapi teks deskriptif tentang tanaman dengan pilihan kata yang tersedia. Selanjutnya siswa secara individu diminta mendeskrisikan salah satu tanaman yang ada disekitar rumahnya. Dan mempresentasikan hasilnya. Keunggulan dalam model pembelajaran pengamatan objek secara langsung, siswa memperoleh pengetahuan lebih banyak dengan kondisi yang sebenarnya, disamping itu siswa akan lebih bertanggung jawab denga pengalaman belajarnya. Sedangkan kekurangan yang terjadi pada pembelajaran melalui pengamatan objek secara langsung ini membutuhkan waktu lebih lama karena jarak antara benda yang diamati dan letak kelas. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilkaukan, peneliti menyimpulkan bahwa menulis teks deskriptif dengan pengamatan objek secara langsung dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks deskriptif. Saran Penelitian ini dilakukan agar dapat menjadi pedoman maupun sumber rujukan bagi penelitian lain. Bagi guru, diharapkan menggunakan penelitian ini sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan dalam menulis teks deskriptif. DAFTAR RUJUKAN Afrida. 2014. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Menulis ParagrDeskriftif Pada Siswa Kelas IV Di SDN 001 Ranai Kabupaten. Nadirah, Khafidhatun. 2013. Teaching Descriptive Writing Using Realia as Media in Learning Activity. Malang. Sandy, Intan Ifadella. 2013. The Writing Ability Descriptive Text of The VIII Grade Student of SMP 4 Bae Kudus in the Academic Year 2012/2013 Tought by Using Real Object. Skripsi Sarjana Thesis. Universitas Muria Kudus. Sari, Dita Anggunia P. 2011. Peningkatan Kemampuan Menulis Deskriptif dengan Metode Pembelajaran di Luar Ruang Kelas Pada Peserta Didik Kelas X-H SMA Negeri 1 Kota Mungkit Magelang Jawa Tengah. Jawa Tengah.
915
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI INFORMASI RINCI PADA BACAAN TEKS BERBENTUK NARATIVE SISWA KELAS VIII-I SMP NEGERI 1 BATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SQ3R” Saifullah SMPN 1 Batu
[email protected] Abstrak: Membaca merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa Inggris. Namun bagi siswa, membaca sering kali masih merupakan kegiatan pembelajaran yang sering dianggap sulit dan kurang menyenangkan. Dengan metode SQ3R diharapkan proses pembelajaran akan lebih menyenaangkan karena siswa terlibat langsung dalam proses belajar secara aktif. Metode SQ3R terdiri dari lima langkah. Pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca. Pada penelitian yang penulis lakukan di SMP Negeri 1 Batu Negeri menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode SQ3R menunjukkan peningkatan kemampuan siswa dalam memahami informasi rinci yang sangat signifikan, berdasarkan hasil tes ketuntasan nilai siswa mencapai peningkatan 29,9 %. Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R dapat meningkatkan pemahaman membaca siswa kelas VIII-I SMP Negeri 1 Batu. Kata kunci: metode SQ3R, membaca, teks naratif
Reading (membaca) merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa Inggris. Dengan membaca dan memahami makna bacaan, siswa dapat memperoleh berbagai informasi dan memperkaya pengetahuannya. Oleh karena itu, guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga siswa dapat mengumpulkan informasi dengan tepat melalui kegiatan membaca. Di tingkat SMP kegiatan membaca telah dimasukkan sebagai Skill yang harus dibiasakan. Hal ini memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif. Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain. Akibatnya, kemajuan belajarnya juga lamban jika dibandingkan dengan siswa yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca. Oleh karena itu proses kegiatan belajar dan mengajar harus menggunakan metode yang sesuai dan menyenangkan bagi siswa. Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa yang bersifat individual yakni terjadinya perubahan tingkah laku sebagai dam-pak dari pengalaman individu. Pengalaman dapat berupa situasi belajar yang sengaja diciptakan oleh orang lain atau situasi yang tercipta begitu adanya. Peristiwa belajar yang terjadi karena dirancang oleh orang lain di luar diri individu sebagai pembelajar biasa disebut proses pembelajaran. Proses ini biasa dirancang oleh guru. Istilah belajar berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku pada diri individu yang biasanya terjadi setelah adanya interaksi dengan sumber belajar, sumber belajar ini dapat berupa buku, lingkungan, guru atau sesama teman. Menurut Sudjana (1985:5), belajar adalah sesuatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri sese-orang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, kete-rampilan, kecakapan, kebiasaan serta peru-bahan aspekaspek lain yang ada pada individu yang belajar.
916
ISBN: 978-602-1150-17-7
Adapun istilah mengajar adalah menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Hal ini tidak harus berupa proses transformasi penge-tahuan dari guru kepada siswa. Rooyakkers (1984:13) menyatakan bahwa proses mengajar adalah menyampaikan bahan pe-lajaran yang berarti melaksanakan bebe-rapa kegiatan. Kegiatan tersebut tidak ada gunanya jika tidak mengarah pada tujuan tertentu. Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu bentuk pendidikan yang multi variabel sudah tentu dalam proses penye-lenggaraannya akan turut dipengaruhi serta melibatkan faktor-faktor lain. Faktor tersebut menurut Syah (1995:132) secara umum terbagi atas tiga macam. (1) Faktor inter-nal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti halnya minat, bakat dan kemampuan. (2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan di sekitar siswa seperti keadaan keluarga, la-tar belakang ekonomi dan kemampuan gu-ru dalam mengajar. (3) Faktor pendekatan mengajar, berupa upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang diguna-kan dalam melakukan kegiatan pembe-lajaran. Dengan demikian, untuk menciptakan proses pembelajaran yang tepat dibutuhkan suatu formula bentuk pembelajaran yang utuh dan tentu saja menyeluruh, dalam arti proses pembelajaran melibatkan aktivitas siswa Peneliti mengajar di SMP Negeri 1 Batu kelas VIII-I. Di kelas yg diajar oleh peneliti ditemukan permasalahan-persalahan pada siswa seperti minimnya kosa kata yang dimiliki siswa, rendahnya minat siswa pada kemampuan mendengar, dan rendahnya minat siswa terhadap kebiasaan membaca. Menurut peneliti masalah-masalah tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah kurangnya minat siswa dalam membaca teks bacaan karena dipengaruhi oleh terbatasnya kosa kata dan juga teknik pembelajaran ketrampilan membaca yang kurang sesuai dengan tema dan kondisi di kelas. Dari permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk mendalami masalahan pada peningkatan siswa dalam memahami teks bacaan dengan menggunakan metode SQ3R. Metode SQ3R adalah satu langkah yang sangat bagus yang bisa digunakan untuk pembelajaran reading. SQ3R merupakan suatu prosedur belajar yang sistematik dan bersifat praktik. Metode SQ3R merupakan suatu metode membaca yang sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan rasional. Robinson (dalam Hanafiah, 2010: 59) menyatakan tentang Effective Study, melalui kegiatan membaca dengan metode SQ3R, yaitu: a) Survey, yaitu menyelidiki terlebih dahulu untuk mendapat gambaran selintas mengenai isi/pokok yang akan dipelajari, b) Question, yaitu mengajukan pertanyaan dari ide pokok atau isi buku yang dibaca secara selintas, c) Read, yaitu membaca secara aktif untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang dibuat, d) Recite, yaitu mengucapkan kembali atas jawaban yang diberikan terhadap pertanyaan dengan tidak melihat buku/menengok terhadap catatan kecil yang menjadi garis besar, dan e) Review, yaitu mengulang apa yang dibacanya dengan memeriksa kertas catatannya. Menurut Fransis Robinson (2009:2), metode SQ3R adalah lima langkah pembelajaran yang di tekankan pada kegiaatan membaca siswa supaya dapat menemukan informasi dan siswa mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi sehingga tidak mudah melupakan apa yang telah dibacanya. One of the most popular methods was invented more than fifty years ago by a psychology instructor named Francis Robinson. The method is called SQ3R, and it reflects everything Robinson knew about the workings of the human mind. Robinson knew, for instance, that we tend to forget new information right after learning it. For this reason, SQ3R has a step built in to decrease forgetting right after reading. Robinson also knew that good reading comprehension relies heavily on the mind’s ability to make and confirm predictions about how an author’s thoughts will unfold. For that reason, his five-step system starts by giving readers a
917
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
basis for making predictions, which can then be confirmed or contradicted through the actual reading of the text.
Menurut penelitian terdahulu yang menggunakan metode SQ3R menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan minat membaca pada siswa, penelitian di lakukan di SMA Negeri 1 Sumberlawang siswa kelas X.3, melalui penerapan metode SQ3R muncul beberapa hal baru yang positif dari siswa yang ditandai dengan: (a) usaha siswa dalam membaca artikel yang diberikan, (b) daya tahan siswa dalam melakukan aktivitas membaca, (c) sikap senang yang ditunjukkan siswa saat melakukan aktivitas membaca, (d) kesadaran siswa akan manfaat membaca, dan (e) peningkatan nilai rata-rata hasil angket minat membaca siswa. Siti Khuzaimah, (2009: 28). Oleh Karena itu peneliti juga menggunakan SQ3R untuk penelitian ini sebagai bentuk upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca khususnya meningkatkan kemampuan memahami informasi rinci pada bacaan teks berbentuk Narative, Jika dihubungkan antara masalah dan solusi melalui teknik pembelajaran yang direncanakan maka sangatlah tepat jika kegiatan pembelajaran naratif pada kemampuan membaca ini menggunakan metode SQ3R yang sangat praktis melalui lima langkah yang runtun dan berkesinambungan. Adapun rumusan masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana penggunaan metode SQ3R dapat meningkatkan pemahami informasi rinci pada bacaan teks berbentuk Narative siswa kelas VIII-I SMP Negeri 1 Batu? Manfaat dari penelitian ini adalah: a) Bagi guru yang mengajar dikelas tersebut sebagai tindakan penelitian dan sekaligus memecahkan masalah yang dihadapi siswa, b) Bagi guru bahasa Inggris yang lain hasil penelitiaan ini dapat digunakan jika mempunyai kondisi kelas yamg sama. METODE PENELITIAN Penelitian ini dirancang sebagai penelitian tindakan kelas (clasroom action research). Karenanya, penelitian tersebut didasarkan pada kondisi dan karakteristik sebagai berikut. Pertama, terdapat permasalahan yang ditemui peneliti mata pelajaran Bahasa Inggris , yaitu rendahnya kemampuan siswa kelas VIII-I SMP Negeri 1 Batu dalam memahami teks bacaan. Kedua, dilakukan perencanaan pembelajaran melalui dua siklus, setiap satu siklus dilakukan dua kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin seperti disebutkan dalam Dikdasmen (2003:18). Adapun tahap-tahap atau yang biasa disebut siklus (putaran) terdiri dari empat komponen yang meliputi: (a) perencanaan (planning), (b) aksi atau tin-dakan (acting), (c) observasi (observing), (d) refleksi (reflecting). Prosedur pene-litian tindakan kelas ini secara garis besar dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
Perencanaan
Tindakan
· · · · · · ·
Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan Menentukan pokok bahasan Mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran Menyiapkan sumber belajar seperti buku Mengembangkan format evaluasi Melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan Melakukan evaluasi dalam bentuk tes kemampuan pemahaman konsep yang dipelajari (narrative text)
918
ISBN: 978-602-1150-17-7
Pengamatan Refleksi
Indikator Keberhasilan Siklus I
Siklus II
Perencanaan
Tidakan Pengamatan Refleksi Indikator keberhasilan siklus II
Melakukan observasi dengan menggunakan format observasi · Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi efektifitas waktu yang telah dilaksanakan · Membahas hasil tindakan · Memperbaiki pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan yang belum mencapai sasaran · Evaluasi tindakan · Instrumen-instrumen yang telah disiapkan pada siklus I dapat dilaksanakan semua · Telaksananya pembelajaran dengan baik dan peserta didik merasa senang dengan metode pembelajaran SQ3R tersebut . · Peserta didik mampu menemukan informasi dari teks naratif yang telah dibaca. · Identifikasi masalah dan penetapan alternatife pemecahan masalah yang ditemukan pada kegiatan siklus I · Pengembangan program tindakan II Pelaksanaan program tindakan II Pengumpulan data tindakan II Evaluasi tindakan II · Instrument-instrumen yang telah disiapkan pada siklus II dapat terlaksanakan semua · Aktifitas siswa dalam pembelajaran meningkat · Motivasi siswa dalam pembelajaran meningkat · Pencapaian hasil belajar menunjukan peningkatan
TEMUAN PENELITIAN Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII-I pada Peserta didik SMP Negeri I Batu dengan jumlah siswa 28 orang, Penelitian Tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan dua pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada Selasa, 15 Maret 2016 pada jam pelajaran ke 4-5 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada Jumat, 18 maret 2016 pada jam pelajaran ke 3-4. Siklus II dilaksanakan dua pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada selasa, 29 Maret 2016 pada jam pelajaran ke 4-5 dan pertemuan kedua pada Jumat,1 April 2016 pada jam pelajaran ke 3-4. Temuan penelitian siklus 1 pertemuan pertama. Pelaksanaan siklus I dan II penetiti melaksanakan metode SQ3R secara optimal menggunakan teknik pembelajaran SQ3R (survey, question, read, recite, dan review). Adapun rincian kegiatan dan temuan diuraikan sebagai berikut: Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dan dilanjutkan memberi motivasi belajar kepada siswa dengan tujuan supaya siswa benar-benar siap untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kegiatan Inti Siklus 1 pertemuan pertama, sesuai dengan metode SQ3R langkah pertama yaitu Survey. Pada kegiatan awal ini peserta didik diajak mereviu materi sebelumnya. Kegiatan diawali dengan melakukan dialog sederhana: Guru Siswa
: What have we learnt last meeting? : a. We have performed the dialog b. We have learnt about Recount text. c. We have learnt how to tell the pas experience.
919
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Siswa mempunyai jawaban yang bervariasi tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan berikutnya namun dari beberapa jawaban yang disampaikan oleh siswa dapat diambil kesimpulan bahwa mereka telah mempelajari sebuah teks recount. Selanjutnya guru bertanya kepada siswa untuk memberi stimulasi untuk memulai memperkenalkan teks naratif yang akan dipelajari dengan dialog sebagai berikut: Guru Siswa
Guru Siswa dll.
: Do you ever read a narrative text? : a. Yes. I have ever read it. b. Yes. I ever listen the story of narrative text c. No. I don’t read narrative text. : What are the topic have you ever red or listened? : Malin Kundang, Cinderela, Pinokio, Si kancil nyolong Timun, Timun Emas, Rusa dan Buaya,
Dari jumlah 28 siswa terdapat beberapa pengalaman yang berbeda-beda mengenai teks naratif, ada yang sudah pernah, bahkan sudah sering membaca teks naratif (berbahasa Indonesia), sebagian lagi ada peserta didik yang hanya mendengarkan dan melihat cerita berbentuk naratif melalui Televisi, ada lagi sebagian peserta didik yang belum pernah membaca teks naratif karena alasan kurang menyukai isi cerita. Berdasarkan hasil respon siswa diatas menunjukkan bahwa siswa mempunyai latar belakang yang berbeda-beda mengenai teks naratif. Oleh karena itu guru memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran teks naratif. Pada proses kegiatan pengenalan materi baru dan tujuan pembelajaran ini peneliti menggunakan langkah tahapan awal pada metode SQ3R yaitu Survey atau mengamati melalui kegiatan mendengar. Guru menawarkan sebuah cerita Forktale: The Mouse Deer and the Elephant, The Ant and the Dove,The Deer and the Crocodile. Sebagian besar siswa tertarik dan antusias untuk mendengarkan cerita The Deer and the Crocodile. Guru memberikan cerita singkat kemudian diakhir cerita tentang The Deer and the Crocodile menayakan nilai moral dari teks naratif yang telah didengar. Pada tahap metode SQ3R yang kedua yaitu Question/menanya. siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian secara berkelompok mereka diminta untuk mempersiapkan beberapa pertanyaan berhubungan dengan cerita yang akan didengarkan untuk kali keduanya. Tahapan metode SQ3R ketiga adalah read/membaca, tahapan ini siswa diberi teks naratif dengan judul Rabbit and Bear. Peserta didik diharapkan bisa membaca secara intensif supaya dapat menemukan informasi secara detail sehingga bisa menjawab pertanyaan yang telah dibuat bersama kelompok pada saat kegiatan question/menanya. Setelah kegiatan membaca selasai siswa mendiskusikan isi bacaan dan menjawab pertanyaan. Tahapan metode SQ3R keempat adalah Recite/menceritakan. Pada tahapan ini hanya dua kelompok yang mendapat kesempatan untuk menceritakan dan mempresentasikan hasil jawaban yang telah didiskusikan bersama kelompok, hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu pembelajaran dikelas pada pertemuan pertama. Tahapan metode SQ3R yang terakhir adalah review/memeriksa. Pada kegiatan ini siswa memeriksa kembali jawaban yang telah dikerjakan bersama kelompok masing-masing kemudian menyempurnakan jawaban setelah mendengarkan presentasi dari kelompok lain. Kegiatan pembelajaran siklus I pertemuan pertama diakhiri dengan bersama-sama menyimpulkan isi bacaan teks naratif kemudian guru memberikan balikan/feedback terhadapan kesimpulan yang telah dipelajari bersama. Untuk persiapan kegiatan berikutnya siswa dibentuk kelompok baru dan diberi tugas mencari satu contoh teks naratif untuk materi penunjang pembelajaran.
920
ISBN: 978-602-1150-17-7
Temuan penelitian siklus I pertemuan kedua. Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada jumat, 18 Maret 2016 dimulai dengan kegiatan awal mengecek kesiapan siswa dan tugas kelompok yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya kemudian guru meminta peserta didik bergabung dengan anggota kelompok masing-masing. Pertemuan kedua siklus I juga menggunakan metode SQ3R sebagaimana yang telah dilaksanakan pada pertemuan pertama, namun pelaksanaanya lebih ditekankan pada kegiatan Survey dengan alasan pada saat ketiaatan survey siswa diberikan penyajian pemahaman konsep tentang teks naratif. Kegiatan awal 5 menit untuk mempersiapkan siswa menit, kegiatan inti dilaksanakan selama 55 menit dan 30 menit untuk mengerjakan test. Kegiatan pertama dimulai dengan survey, peserta didik diberikan setimulasi berupa beberapa pertanyaan: Guru
: What is the topic of your narrative text? (Guru bertanya kepada setiap kelompok) Siswa : Students answer based on their narrative text! Guru : Guru menanyakan beberapa pertanyaan berhubungan dengan tokoh, permasalahan yang dihadapi oleh tokoh, seting waktu, dan seting tempat. Siswa : Siswa ada yang sudah mampu menjawab dengan benar, namun terdapa pula siswa yang belum mampu menjawab pertanyaan dari guru cecara benar.
Selanjutnya guru menjelaskan struktur paragraf/generic structure, ciri kebahasaan/language feature ; tata bahasa, kosa kata, kata penghubung yang digunakan pada teks naratif. Setelah kegiatan Survey/peninjauan adalah Question/ bertanya. Pada kegiatan ini siswa diberikan setimulasi untuk bertanya tentang struktur paragraf/generic structure, ciri kebahasaan/language feature; tata bahasa, kosa kata, kata penghubung yang digunakan pada teks naratif. Peserta didik diminta menuliskan daftar pertanyaan secara berkelompok sebanyak mungkin sekaligus mencoba menjawabnya setelah mereka diberi kesempatan membaca teks bacaan yang telah mereka persiapkan masing-masing. Untuk dapat mengingat dan mengemukakan jawaban dan isi bacaan teks yang telah dibaca setiap kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya maju kedepan kelas secara bergantian, kelompok yang yang tidak maju kedepan bisa memeriksa jawaban yang jenis pertanyaanya sama atau mungkin mendekati. Lima tahap SQ3R telah dilaksanakan secara utuh kemudian kegiatan pembelajaran diakhiri dengan membuat ringkasan pemahaman dasar tentang teks naratif berupa paragraf/generic structure, ciri kebahasaan/language feature ; tata bahasa, kosa kata, kata penghubung yang digunakan pada teks naratif. Salah satu siswa diminta maju kedepan untuk membacakan/menyampaikan apa yang telah dipelajari pada pertemuan hari ini. Sebelum pembelajaran berakhir, siswa mengerjakan tes selama 30 menit, Soal tes berbentuk ganda dengan jumlah 5 soal. Hasil tes pada siklus pertama didapatkan nilai siswa sebagai berikut: NAMA SISWA Abdul Gahfur Annisa Agniasari P. Anugrah Bahtera P.W Arke Lu‟lu il A.A.W Asvin Alfalah E.
NILAI TES 40 80 80 40 80
921
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Dian ari Agus K.C. Eyvianisya Verika V. Fajar Fauzian K.P. Fillius Dei FiFi Fitria Karina sari Fransisca Lidya W.A. Heppi Ayu Retno I Kadek Aprilian W.A. Irvan Ide Cahyani Kadek Krisna S.P. Kukuh Dwi P. Laras Nur Sekarlangit Maharena Enggar P. Muhammad Dafa A.A. Nurrohman David P. Pramadita Dafa S. Presila Dwiky A. Putra Ofito P. Rama Andika a.F. Sadewa Aimar Seravina A.S. Wahyudwi A.S. Dana Dyahsah Rata-Rata
80 80 80 100 80 80 60 60 80 60 40 80 60 80 80 40 60 80 60 80 80 80 71
Hasil tes siswa dapat diketahui bahwa nilai tertinggi 100 hanya 1 siswa, nilai 80 sebanyak 16 siswa, nilai 60 sebanyak 7 siswa, dan nilai 40 sebanyak 3 siswa, dan 1 siswa tidak masuk kelas. Adapun nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 71. Kriteria Ketuntasan Minimal yang harus dicapai oleh siswa adalah 78. Berdasarkan pencapaian hasil tes dapat disimpulkan bahwa siswa yang telah tuntas dalam mencapai KKM adalah sejumlah 17 siswa (62.9%), dan yang belum mencapai KKM adalah sejumlah 10 siswa (37,0 %), sedangkan 1 siswa tidak mengikuti proses pembelajaran. Pada kegiatan pembelajaran pertemuan pertama siklus I (satu) secara umum proses kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik, namun masih ditemukan beberapa kendala : 1. siswa belum terbiasa mengajukan pertanyaan 2. siswa kurang terbiasa membaca teks secara komprehensif 3. siswa kurang teliti dalam membaca teks bacaan 4. siswa lebih suka memilih kelompok diskusi sendiri 5. siswa tidak berusaha untuk menemukan kata sulit dengan bantuan kamus Sebagai alternatif pemecahan permasalahan untuk tindakan berikutnya adalah: 1. siswa diberi bimbingan dan contoh bagaimana cara membuat pertanyaan yang erat kaitanya dengan materi pembelajaran. 2. Pada tahapan menanya siswa diberikan media pembelajaran berupa Scaffolding untuk panduan menemukan informasi dalam bacaan dan menyusun daftar pertanyaan. 3. Proses pembelajaran pada tahap read/membaca harus mendapat perhatian dan pendampingan dari guru, bila perlu harus mendapat prioritas tambahan waktu yang cukup untuk kegiatan membaca.
922
ISBN: 978-602-1150-17-7
4. Siswa diberi kesempatan untuk memilih anggota kelompok masing-masing. 5. Siswa diberikan fasilitas meminjam kamus di Perpustakaan untuk dipergunakan untuk menemukan makna kata yang belum diketahui. 6. Pada siklus II pertemuan pertama kegiatan pembelajaran difokuskan pada teknik SQ3R langkah pengamatan, bertanya, dan membaca. Sedangkan pada pertemuan kedua ditekannkan pada menceritakan dan memeriksa. Temuan penelitian siklus II pertemuan pertama dan kedua. Kegiatan pembelajaran siklus II ini dilaksanakan dua kali pertemuan, pertemuan pertama dan kedua masing-masing 2 x 40 menit. Pada pertemuan pertama kegiatan pembelajaran meliputi 3 langkah dari SQ3R yaitu Survey, Question, dan Read. Adapun pertemuan kedua adalah Recite dan Review. Pembagian teknik ini dilakukan karena pada pertemuan kedua dilaksanakan tes tulis siswa. Sebagaimana biasanya kegiatan pembelajaran diawali dengan guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa sebelum mengikuti proses pembelajaran dan dilanjutkan guru memberi motivasi belajar kepada siswa dengan tujuan supaya siswa benar-benar siap untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kegiatan Inti Siklus II pertemuan pertama, sesuai dengan metode SQ3R langkah pertama yaitu Survey. Pada kegiatan awal ini peserta didik diajak mereviu materi sebelumnya. Kegiatan diawali dengan melakukan dialog sederhana : Guru Siswa Guru Siswa Guru
: How many narrative texts have you read at home for a week? : ( Jawaban siswa bervariasi, ada yang menyawab 1-2 teks, 3 teks, dan bahkan ada yang menjawab tidak membaca sama sekali). : What kinds of narrative did you read? ( Guru bertanya kepada siswa yang telah membaca teks narative lebih dari dua judul) : Ciderella, Sura and Baya, Mouse deer and Crocodile, etc. : What the main Character of Mouse deer And Crocodile. (Setelah siswa menjawab pertanyaan guru, guru menunjukkan sebuah gambar cerita
(The Hungry Lion and the Foolish Stag)
Guru
: Guru mengajak siswa memahami gambar dan menemukan karakter pada cerita. Tahap SQ3R yang kedua adalah Question/menanya. Pada tahapan ini siswa sudah mulai mencoba untuk menemukan beberapa pertanyaan melalui gambar. Contoh pertanyaan yang rata-rata dimunculkan oleh siswa adalah: 1) What is the main character? 2) When it was happened? 3) What are the problems? 4) What is the endding of story? Dari beberapa pertanyaan yang telah dimunculkan oleh siswa maka hal ini akan memudahkan siswa dalam menemukan informasi rinci melalui tahap berikutnya yaitu read/membaca.
923
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Pada tahapan teknik observasi dan bertanya ini telah ditemukan hal-hal yang luar biasa dari siswa diantaranya: 1. Siswa sangat tertarik dengan gambar singa yang diberikan oleh guru walaupun gambarnya sangat kurang jelas. 2. Setelah siswa masing-masing mendapat gambar singa mereka menempelkan Gambar tersebut di dada meraka dengan mengucapkan Bravo Arema, I love Arema, Ongis nade, dll. 3. Guru membuat kesimpulan awal bahwa mereka sangat semangat belajar karena topik bacaannya adalah tentang Singa, dimana Singa adalah lambang dari salah satu Club sepak bola kebanggaan mereka yaitu Arema. 4. Dengan modal senang mereka bersemangat untuk mengetahui cerita lebih jauh tengan Singa yang menjadi lambang Club sepak bola kebanggaanya. 5. Banyak sekali pertanyaan yang telah mereka susun walaupun ada sebagian kecil yang menggunakan bahasa indonesia. Namun dengan bantuan kamus dan guru mereka akhirnya dapat menerjamahkan ke dalam bahasa Inggris. Setelah siswa mempunyai dartar pertanyaan mereka sangat antusias untuk dapat menemukan jawaban melalui tahapan read/membaca. Sebelum siswa diberi teks bacaan guru memberikan Scaffolding untuk menuliskan seluruh informasi dari teks bacaan dengan tujuan siswa dapat menuliskan informasi rinci dari teks yang telah dibaca. Dari tahapan read/membaca dengan cara intensif dan menyenangkan ternyata dapat mendukung tahap SQ3R selanjutnya yaitu recite/menceritakan dan review/memeriksa. Tahapan recite/menceritakan dan review/memeriksa dilaksanakan pada Siklus II pertemuan kedua, Siswa dengan sangat percaya diri berani maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali isi cerita pendek dari The Hungry Lion and the Foolish Stag dengan bantuan Scaffolding. Pada saat siswa perwakilan maju ke depan kelas, siswa yang lain memeriksa dan memberi komentar terhadap presentasi temannya. Kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan kedua diakhiri dengan bersama-sama menyimpulkan isi bacaan teks naratif kemudian guru memberikan balikan/feedback terhadapan kesimpulan yang telah dipelajari bersama. Di kegiatan akhir siklus II pertemuan kedua ini dilaksanakan tes tulis selama 30 menit. Secara umun temuan pada kegiatan siklus II pertemuan pertama dan kedua dapat di simpulkan bahwa 1) Siswa sudah mulai bisa menemukan pertanyaan atau bertanya walaupun masih dalam bentuk tulisan, 2) Kegiatan tahap membaca telah dilakukan oleh siswa dengan penuh semangat untuk menemukan informasi secara detail, 3) Siswa mempunyai keberanian untuk menceritakan isi bacaan walaupun masih dengan cara membaca catatan pendek dalam bentuk Scaffolding, 4). Dengan topik bacaan yang menyenangkan akan memacu semangat siswa dalam belajar. Diakhir pembelajaran siklus II pertemuan kedua siswa mengerjakan tes selama 40 menit, Soal tes berbentuk ganda dengan jumlah 5 soal dan Esay pendek 5 soal. Adapun hasil tes pada siklus II didapatkan nilai siswa sebagai berikut: NAMA SISWA Abdul Gahfur Annisa Agniasari P. Anugrah Bahtera P.W Arke Lu‟lu il A.A.W Asvin Alfalah E. Dian ari Agus K.C.
NILAI TES 75 95 90 78 85 95
924
ISBN: 978-602-1150-17-7
Eyvianisya Verika V. Fajar Fauzian K.P. Fillius Dei FiFi Fitria Karina sari Fransisca Lidya W.A. Heppi Ayu Retno I Kadek Aprilian W.A. Irvan Ide Cahyani Kadek Krisna S.P. Kukuh Dwi P. Laras Nur Sekarlangit Maharena Enggar P. Muhammad Dafa A.A. Nurrohman David P. Pramadita Dafa S. Presila Dwiky A. Putra Ofito P. Rama Andika a.F. Sadewa Aimar Seravina A.S. Wahyudwi A.S. Dana Dyahsah Raya-rata
90 90 95 85 90 78 80 78 90 78 78 90 80 85 90 78 78 90 88 90 90 88 85,5
Hasil tes siswa pada siklus II rara-rata meningkat dengan urutan sebagai berikut: nilai tertinggi 95 sebanyak 3 siswa, nilai 90 sebanyak 10 siswa, nilai 88 sebanyak 2 siswa, nilai 85 sebanyak 3 siswa, nilai 80 sebanyak 2 siawa, nilai 78 sebanyak 6 siswa, dan nilai 75 sebanyak 2 siswa. Jadi dari hasil tes hanya terdapat 2 siswa yang tidak . Jika dibandingkan dengan nilai tes pada siklus pertama dan kedua maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kenaikan nilai tas adalah meningkat yaitu dari rata-rata 71 menjadi 85,5 dan tingkat ketuntasan dari 17 siswa menjadi 26 siswa. Temuan dari kegiatan siklus I dan II dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Dalam proses kegiatan pembelajaran diperlukan media dan teknik yang tepat. 2. Kelima metode SQ3R dapat meningkatkan kemampuan siswa manakala langkahlangkahnya dapat dilaksanakan dengan benar. 3. Pada kegiatan survey siswa perlu diberi stimulasi supaya merasa senang dan penasaran terhadap informasi baru yang perlu diketahui. 4. Tahap Question: Pada siklus I siswa belum terbiasa mengutarakan pertanyaan, sehingga pada siklus ke II guru mencoba memberikan bimbingan dengan cara memberi siswa panduan bertanya melalui Scaffolding. 5. Melalui Scaffolder ternyata siswa lebih mudah membuat pertanyaan dan sekaligus menemukan jawaban. 6. Tahapan membaca harus benar-benar ditekankan kepada siswa supaya bisa menjadi kebutuhan dan kebiasaanuntuk dapat menemukan informasi. 7. Tema atau judul materi pelajaran yang menyenangkan bagi siswa akan sangat membantu siswa dalam menggali informasi melalui tahap membaca. 8. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II telah dilakukan sedikit penyempurnaan dari siklus I, sehingga siswa telah mengetahui tahapan-tahapan proses
925
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
pembelajaran, sebagai hasilnya adalah siswa telah belajar lebih optimal dalam memahani sebuah teks bacaan melalui metode SQ3R. 9. Kesulitan siswa dalam memahami kosa kata dapat dipecahkan oleh siswa sendiri dengan cara sharing dan membuka kamus. KESIMPULAN Berdasarkan analisis, temuan dan pembahasan yang diuraikan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R dapat meningkatkan: 1) Motivasi belajar siswa, 2) pemahaman siswa terhadap teks narrative Sehingga didapatkan hasil bahwa tingkat ketuntasan belajar pada siklus I sebanyak 17 siswa atau sebesar 62,9%, dan pada siklus II meningkat sebanyak 26 siswa atau 92,8%. Disarankan guru mengadakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode pembelajaran SQ3R, agar siswa lebih termotivasi minat belajarnya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang baik. RUJUKAN /REFERENSI Ahmadi, A. 1984. Didaktik Metodik, Semarang, C.V. Toha Putera Flemming, L. E. 2009. Reading for Thinking. Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company: Boston New York. Harsiati, T. 2003. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Hanafiah, 2010. Pengertian Dan Manfaat Metode SQ3R. Tersedia pada http://globallavebookx.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-dan- manfaat-metodesq3r.html. Diakses 14 Maret 2016 Khuzaimah, Siti. 2009. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan metode SQ3R Pada Siswa SMU Negeri 1 Sombarlawang. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret: Surakarta. Rooyakkers, A. 1984. Mengajar dengan Sukses, Bandung, Gramedia. Sudjana, N. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru. Syah, M. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung, Remaja Rosdakarya. Tarigan, H. G. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
926
ISBN: 978-602-1150-17-7
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPTIF DENGAN METODE CHAIN WRITING SISWA KELAS VII I SEMESTER II MTs HASYM ASY’ARI BATU Ahmad Mudhofar Mts Hasyim Asy‟ari Batu ahmad mudhofar 68 @gmail.com. Abstrak :Adanya kenyataan bahwa siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah mengalami kesulitan didalam mempelajari Bahasa Inggris terutama pada standar kompetensi menulis, menjadi fokus dari tulisan ini. Indikasinya bisa dilihat dari hasil ujian semester dimana sebagian besar dari mereka gagal mendapatkan nilai yang bagus. Salah satu penyebab dari kegagalan ini adalah adanya budaya pengajaran yang tidak kondusif . Di dalam kelas siswa-siswi diharapkan untuk duduk manis, mendengarkan keterangan Bapak/Ibu Guru dengan seksama, penuh perhatian dan penuh hormat. Guru adalah dianggap sebagai satu-satunya orang yang mengetahui segala sesuatu dan selalu mendominasi kegiatan di kelas (teknik tradisional). Hal ini bertentangan dengan prinsip kurikulum baru yaitu proses belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student centered). Peran guru adalah membekali siswa-siswinya dengan pengalaman tertentu guna mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam standar isi (Depdiknas, 2006,2013). Jika budaya ini tidak dirubah, maka niscaya usaha apapun yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran akan sia-sia. Penggunaan strategy Chain Writing ini adalah salah satu alternative pembelajaran yang diterapkan di MTs Hasym Asyari Batu Kelas VII Semester II guna mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif menyenangkan dan Inovative. Hal ini sangat dimungkinkan karena pembelajaran bisa dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas. Penelitian tindakan kelas di MTs Hasym Asy‟ari ini mencoba mencari sejauh mana penggunaan strategi Chain Writing dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Kemampuan menulis dimaksud adalah menulis karangan Deskriptif dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan yang merupakan Kompetensi Dasar menulis untuk kelas VII Semester II. Kata Kunci : Pembelajaran, Chain Writing, Menulis Teks Deskriptif
Secara umum Pembelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pemerintah pusat telah menentukan standar kompetensi (SK) yang harus dimiliki oleh siswa. Ada macam 4 SK yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kompetensi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. SK yang cakupan materinya masih bersifat umum ini kemudian dijabarkan dalam sejumlah kompetensi minimum atau yang lebih dikenal dengan istilah kompetensi dasar (KD). Salah satu KD yang merupakan jabaran dari SK, kemampuan menulis yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan menulis Teks Deskriptif (Depdiknas, 2006).
927
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Banyak yang mengatakan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris tidak berhasil. Salah satu sebab kegagalan ini adalah budaya pengajaran di kelas yang kita miliki tidak kondusif untuk menunjang proses pembelajaran. Di dalam kelas murid dituntut untuk duduk manis, mendengarkan guru secara seksama dan mematuhi semua keterangannya. Guru adalah merupakan satu-satunya orang yang dianggap mengetahui segala sesuatu dan oleh karena itu, dia mendominasi kegiatan di kelas. Ditambah lagi keadaan kualitas guru yang masih kurang bagus kualitas kerjanya, dimana semua itu tidak dapat dilepaskan dari manajemen pendidikan. Oleh karena itu, program peningkatan kualitas guru dalam melaksanakan PBM (proses belajar mengajar), harus menjadi sesuatu yang utama disekolah disamping tiga aspek yang lain, yaitu kemampuan, semangat kerja dan dedikasi dan aspek kesejahteraan (Zamroni, 2000:120). Jika budaya semacam ini masih dipertahankan, niscaya usaha apapun yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kwalitas pendidikan akan sia-sia. Sejauh ini sudah cukup banyak tulisan-tulisan di media massa yang secara terbuka mempertanyakan mengapa pelajaran menulis dianaktirikan di negeri ini (Marahimin, 2001: 16). Pelajaran menulis rasanya tidak diberikan di sebagian besar sekolah-sekolah kita, mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Pelajaran menulis hanya diberikan teori-teorinya saja, itupun ada yang tidak sejalan dengan metode pengajaran menulis. Selain itu, buku-buku pegangan dan buku teks pelajaran menulis bagi siswa memang masih langka, untuk tidak mengatakan belum ada sama sekali. Kurikulum terbaru yang sedang dikembangkan saat ini yaitu kurikulum 2006/KTSP lebih menuntut seorang guru untuk berbuat maksimal mengadakan reformasi dalam pembelajarannya. Selanjutnya timbul pertanyaan strategi pembelajaran apa yang relevan dengan KTSP? Maka paling tidak seorang guru harus paham tentang strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), Quantum Teaching-Learning dan juga Pembelajaran PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dimana Chain Writing adalah salah satu pilihan. Diberlakukannya kurikulum KTSP merupakan hal yang sangat mengembirakan bagi pelajaran menulis, karena menulis mendapatkan porsi seimbang dengan empat kemampuan berbahasa yang lainnya tak terkecuali pelajaran menulis Teks Deskriptif. Akan tetapi pembelajaran menulis Teks Deskriptif Siswa Kelas VII di MTs Hasym Asy‟ary masih menemui banyak kendala. Kendala tersebut tampak karena: (1) pembelajaran menulis oleh sebagian besar guru kelas masih dianggap tidak terlalu penting, (2) keterbasan sebagian guru dalam pengetahuan menulis. Kendala itu bertambah lagi ketika mengetahui pembelajaran menulis Teks Deskriptif dalam kurikulum KTSP merupakan salah satu KD di kelas VII. Ditemukan di beberapa sekolah, pembelajaran menulis dengan model pemberian tugas tanpa arah yang jelas. Setelah menerangkan unsur-unsur menulis (bahkan sebagian guru tidak menerangkan sebelumnya), guru lalu menugasi siswa untuk menulis. Ketika siswanya bertanya, ”Bagaimana caranya, Bu?” Guru itu menjawab ”Terserah anak-anak.” Ada juga guru menjawab, ”Tulislah berdasarkan kemampuan penguasaan kosa kata yang kamu miliki.” Namun ketika siswa berkomentar ”Saya tidak bisa , Bu...”, guru pun seperti kehabisan akal. Dalam keadaan seperti itu, guru pun ganti menekan siswanya untuk menulis apa saja tanpa banyak berkomentar. Akhirnya siswa belajar menulis Teks Deskriptif dengan perasaan ‟tersiksa‟ dan ‟terbebani‟. Perasaan semacam itu akan terus berulang setiap kali guru masuk dan menagih hasil tulisan siswanya. Berangkat dari kondisi tersebut, penelitian ini berusaha untuk mencari bentuk pembelajaran menulis Teks Deskriptif yang tidak ‟menyiksa, tidak ‟membebani‟, tetapi yang
928
ISBN: 978-602-1150-17-7
‟menyenangkan‟, yang dapat dinikmati siswa maupun guru, yang bisa meningkatkan kerjasama/gotong royong, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, yaitu pembelajaran menulis Teks Deskriptif dengan menggunakan strategi Chain Writing. Kembali pada variasi metode mengajar dan keluwesan dalam penerapan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi murid terutama dalam pembelajaran Chain Writing merupakan salah satu pilihan. Chain Writing adalah sebuah game yang menciptakan kolaborasi pertukaran pikiran, perasaan, dan ide antara beberapa orang yang menyebabkan efek yang sepadan pada masing-masing individu (Brown, 1994) Sebuah laporan penelitian efek dari Chain Writing diantara murid-murid sekolah menengah (Lampe, 1996) mengindikasikan bahwa game ini meningkatkan pencapaian nilai siswa, menimbulkan rasa percaya diri, dan memperbaiki hubungan sesama teman. Penulis yakin, teknik ini akan sesuai untuk setting/keadaan siswa di Indonesia karena perasaan orang Indonesia pada umumnya suka gotong royong dan bekerjasama dari pada sifat individual dan suka berkompetisi/persaingan. Berdasarkan uraian di atas dan agar supaya penelitian ini menjadi terarah, maka fokus tulisan ini dikhususkan pada penerapan Chain Writing dalam pengembangan kemampuan menulis Teks Deskriptif berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. Pada Zaman dahulu di Cina, orang yang ingin menjadi pelukis akan diberi contoh lukisan yang sudah jadi dan baik, yang mana lukisan tersebut dibuat oleh seorang master, yaitu seorang ahli melukis yang sudah terkenal. Sang calon pelukis disuruh meniru lukisan master tadi sampai sebisa-bisanya, semirip mungkin. Sesudah sepuluh-dua puluh kali mencoba, sang murid akan mendapatkan sebuah master baru untuk ditiru. Begitulah seterusnya sampai sang calon pelukis itu bisa melukis sendiri, dan mulai menemukan bentuk yang khas yang sesuai dengan kepribadiannya. Metode ini dinamakan Copy the Master, yang artinya menirukan tulisan seorang ahli (Marahimin, 2001:21). Lain di Cina, lain pula di Barat. Kata orang kalau kita belajar melukis cara Barat, kita belajar mulai dari garis dan bentuk dulu, kemudian anatomi, perspektif, warna, dan sebagainya menurut urutan-urutan yang sesuai dengan pendirian guru yang mengajar. Pembelajaran menulis karangan pun mengenal kedua metode itu, yaitu melalui kaidahkaidah yang disuruh hafalkan, dan copy the master. Belajar menulis karangan melalui kaidahkaidah menurut hemat penulis adalah ibarat belajar berenang di darat, dan juga cara copy the master yang justru mematikan kreativitas siswa. Tujuan orang menulis adalah untuk menjelaskan dan melaporkan responnya atas suatu pengalaman yang menarik, menyenangkan atau menyedihkan dalam hidup ini (Barnet, 1979: 27). Sesuatu pengalaman yang menarik, menyenangkan ataupun menyedihkan itu bisa berbentuk sesuatu yang bisa dilihat, didengar, dirasakan, maupun dalam bentuk yang lain. Berangkat dari pemikiran inilah, memperdengarkan karangan atau menayangkan cerita pengalaman adalah merupakan sumber pembelajaran menulis yang sangat efektif. Sebuah penelitian yang diadakan oleh Cohen (1994) dari Stanford University, dengan judul: Restructuring the Classroom, telah sampai pada kesimpulan bahwa kelompok kerja semacam Chain Writing bisa diterima sebagai metode dalam mencapai peningkatan tujuan pembelajaran. Cara seperti ini menghasilkan pemerolehan belajar, pengembangan daya pikir yang lebih tinggi, perkembangan perilaku sosial, cara mengadakan interaksi dan merupakan sebuah cara untuk memanage keheterogenan akademis dalam kelas. Secara teori, Chain Writing adalah dikerjakan dalam kelompok-kelompok yang akan memberikan kesempatan istimewa pada siswa siswi untuk aktif menulis (Nystrand, 1986), adalah merupakan teknik yang direkomendasikan dalam rekonstruksi sekolah (Newmann,
929
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1986). Teknik kelompok ini juga secara luas direkomendasikan sebagai cara memperoleh derajat rasa persamaan dalam kelas (Oakes and Lipton, 1990). Manfaat dari Chain Writing yang dilaksanakan secara berkelompok ini adalah tersedianya peningkatan kesempatan komunikasi yang besar sesama siswa (Kerr, 1985) Barness dan Todd (1977) menyimpulkan bahwa belajar secara berkelompok lebih efektif dari cara atau teknik yang lain. Dibanding dengan metode yang lain, kompetisi dan individual, teknik bekerja secara berkelompok mempunyai nilai lebih (Johnson, 1984). Dalam teknik kompetisi, murid bekerja berlawanan dengan yang lain dengan tujuan mencapai sesuatu yang hanya bisa diperoleh oleh seorang siswa, yaitu juara 1. Tentu saja tujuan ini tercapai kalau saja dan jika saja siswa yang lain gagal. Sehingga hanya beberapa siswa saja yang aktif karena mereka mengira hanya merekalah yang bisa mencapai tujuan itu, sementara sebagian besar siswa yang lain hanya ogah-ogahan karena mereka yakin tidak memperoleh kesempatan sebagai juara 1. Secara singkat perbedaan antara metode Chain Writing dengan teknik tradisional adalah: Chain Writing o o o o o
Tradisional o o o o o
o
kerja sama persamaan individu heterogen pembagian kepemimpinan pembagian tanggung jawab pada masingmasing individu ditekankan pada tugas dan penyelesaiannya ketrampilan bersosialisasi diperoleh langsung guru sebagai fasilitator
o
grup memproses keaktifannya
o
o o
o
tanpa kerjasama tanpa persamaan individu homogen tanpa pembagian kepemimpinan tanggung jawab hanya ada pada diri pribadi ditekankan pada tugas individu saja
o
ketrampilan bersosialisasi diabaikan
o
guru sebagai pusat pembelajaran (teacher centered) tanpa proses gruping
Adapun strategi pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan Chain Writing ini adalah sebagai berikut: (1) Menyediakan kertas plano, marker (spidol), selotip, dan gunting. (2) Menyiapkan naskah/teks yang berisi Teks Deskriptif . (3) Memperdengarkan/mempertunjukkan kepada siswa Teks Deskriptif . (4) Meminta siswa untuk memusatkan pikiran dan memperhatikan Deskriptif Teks dengan baik-baik. (5) Mengamati dan merumuskan secara bersama penulisan Teks Deskriptif . (6) Memberi penjelasan tentang karangan yang baik yaitu menggunakan pemilihan katakata yang tepat , penggunaan ejaan yang benar, keterkaitan antara kalimat sebelum dan sesudahnya yang harus nyambung, dan adanya kalimat penutup yang bagus. (7) Membagi kelas menjadi lima kelompok, yang masing-masing kelompok beranggotakan 7 siswa. Dan ada satu kelompok yang beranggotakan 6 orang (Karena jumlah siswa adalah 34 orang). (8) Menempel kertas plano yang telah diawali dengan tulisan frasa pembuka, di dinding. (9) Mempersilahkan kelima kelompok untuk mengambil jarak sekitar 5 meter, dengan cara berbaris berbanjar pada masing masing kelompok yang telah ditentukan. (10) Memulai Chain Writing. (11) Menilai bersama sama hasil menulis Teks Deskriptif .
930
ISBN: 978-602-1150-17-7
(12) Mengadakan refleksi secara bersama-sama. Pembelajaran ini disebut Chain Writing karena fokusnya adalah menulis secara berantai. Ada beberapa jenis teks yang harus dicapai dalam Kompetensi Dasar khususnya aspek menulis (writing) oleh siswa kelas VII .Salah satu jenis teks tersebut adalah Teks Deskriptif. Teks Deskriptif adalah wacana/ bacaan yang mendiskripsikan sesuatu, orang atau tempat ( Larson,1984 : 366 ) . Dengan menguasai Teks Deskriptif siswa diharapkan dapat menjabarkan karakteristik dari suatu benda, orang atau tempat. Kompetensi siswa dalam hal menulis akan semakin berkembang dengan menggunakan kemampuan kosa kata yang mereka miliki. Untuk mencapai kompetensi ini salah satu strategi yang dipakai adalah strategi Chain Writing, di mana siswa dituntut kreatif di dalam kelompok untuk menghasilkan teks deskriptif. Sehubungan dengan latar belakang masalah, ada satu masalah yang ingin ditetapkan oleh penulis sebagai masalah utama dalam karya tulis ini yaitu: Bagaimana Peningkatan Kemampuan Siswa dalam menulis Teks Deskriptif dengan Metode Chain Writing siswa kelas VII I Semester II di MTs Hasym Asy‟ary Batu Tahun Pelajaran 2015-2016 ? Manfaat yang dapat diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi teori pembelajaran Bahasa Inggris, khususnya pembelajaran menulis Teks Deskriptif. (2) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru bahasa Inggris di Madrasah Tsanawiyah sebagai alternatif memecahkan masalah pembelajaran menulis Teks Deskriptif. Dan oleh siswa, diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai petunjuk praktis, konkret, dan operasional dalam menulis Teks Deskriptif. B. METODE PENELITIAN B.1 Obyek dan Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTs Hasyim Asy‟ari Batu, Jln. Semeru. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VII semester II. Penelitian ini akan dilakukan dalam jangka waktu satu minggu pada waktu pembelajaran bahasa Inggris terhitung dari 10 s.d. 17 Maret 2016. B.2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini mengandung tindakan yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran menulis karangan menggunakan Chain Writing. Oleh karena penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan jenis Deskriptif Kualitatif. B.3 Prosedur Penelitian Proses penelitian ini merupakan siklus-siklus sebagaimana dinyatakan Kemmis dan Mc Taggart (1992) yang diawali dengan mengembangkan perencanaan, melakukan tindakan sesuai rencana, melakukan observasi terhadap tindakan, dan melakukan refleksi. Refleksi merupakan tahap perenungan terhadap perencanaan kegiatan tindakan dan kesuksesan yang diperoleh. Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan , setiap tindakan dan siklusnya selalu bersifat partisipatoris dan kolaboratif. Berdasarkan prinsip-prinsip penelitian tindakan (action research), prosedur penelitian ini melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) Penyusunan Rencana Tindakan Rencana tindakan yang dilakukan dimulai dari perumusan rancangan tindakan strategi pembelajaran menulis teks deskriptif:
931
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1) Menyusun rancangan tindakan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang meliputi tujuan pembelajaran, memilih dan menetapkan materi pembelajaran, menetapkan kegiatan belajar-mengajar, memilih dan menetapkan sumber/bahan/alat pembelajaran yaitu berupa naskah yang berisi tentang karangan deskriptif, dan menyusun evaluasi. 2) Menyusun indikator, deskriptor, dan kriteria keberhasilan pembelajaran menulis teks deskriptif menggunakan Chain Writing. 3) Menyusun observasi sebagai alat perekam data, pedoman wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. 4) Melakukan pengecekan terhadap RPP, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran menulis karangan yang dilakukan oleh guru. (2) Pelaksanaan Tindakan (Siklus I) Kegiatan pelaksanaan tindakan dilakukan dalam siklus-siklus: siklus I, siklus II, dst. Setiap siklus dimulai dengan memperdengarkan teks deskriptif. Fokus tindakan berupa pada setiap siklus untuk menulis Teks Deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut: Tabel 3.3 Pelaksanaan Kegiatan Guru Pada Tahap Pembelajaran Tahap Fokus Pembelajaran Prosedur Pembelajaran Pembelajaran Pra Menulis 1. Memperdengarkan 1. Memberi contoh teks deskriptif teks “Mr Danu” deskriftif 2. Mendiskusikan teks deskriptif
Proses Menulis
Pasca Menulis
2. Meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengamatan 3. Mengembangkan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengamatan dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan yang baik dan benar 4. Membaca karangan yang telah ditulis 5. Mengadakan penilaian/koreksi bersama 6. Refleksi
Tindakan 1. Menyiapkan karangan/cerita deskriptif 2. Memperdengarkan karangan /menayangkan cerita tersebut
3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengamatan siswa terhadap sesuatu, seseorang atau tempat menggunakan strategi Chain Writing.
3. Memulai Chain Writing
4. Pembacaan karangan yang telah selesai 5. Koreksi bersama
4. Meminta wakil dari kelompok untuk membacakan hasil karangan 5. Mengadakan koreksi dan evaluasi bersama
(3) Observasi dan Evaluasi Pada saat tindakan dilaksanakan, observasi dan evaluasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung sehingga diharapkan dapat mengidentifikasi masalah dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Chain Writing. Berdasarkan refleksi hasil tindakan pada siklus I, peneliti membuat kesimpulan sebagai dasar untuk pelaksanaan tindakan siklus II, lalu dilaksanakan refleksi pelaksanaan tindakan siklus II dan seterusnya sehingga dapat mencapai
932
ISBN: 978-602-1150-17-7
hasil sesuai dengan rencana pelaksanaan tindakan. Hasil kegiatan refleksi setiap tindakan digunakan untuk menyusun simpulan terhadap hasil tindakan I, dan II. (4) Tahap Refleksi Refleksi dilakukan setiap satu tindakan berakhir. Dalam tahap ini peneliti mengadakan perenungan terhadap tindakan yang baru dilakukan. Hal-hal yang direnungkan meliputi (1) pelaksanaan kegiatan pada tahap pembelajaran, (2) keberhasilan mengajar, (3) pencapaian keberhasilan siswa. Semua kegiatan ini tergambar melalui kegiatan telaah analisis, sintesis, pemahaman, dan solusi. (5) Tindakan siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II ini berfokus pada hasil refleksi siklus I. Kegiatan analisis dan observasi II dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan siklus I ini akan menjadi bahan refleksi siklus II. B.4 Data Penelitian/Hasil penelitian Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi yang berupa karangan hasil pembelajaran. Rincian data berkaitan dengan kegiatannya adalah sebagai berikut ini: (1) perencanaan, yaitu berupa RPP, pemilihan media, dan perencanaan evaluasi; (2) pelaksanaan, berkaitan dengan perilaku guru dan siswa yang meliputi interaksi belajar mengajar antara guru-siswa, siswa-siswa, dan siswa-guru dalam pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman mulai dari pra menulis, proses menulis, dan pasca menulis; (3) evaluasi, baik yang berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil; (4) hasil produk berupa karangan teks deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, siswa kelas VII MTs Hasym Asy.ari Batu dan guru Bahasa Inggris MTs Hasym Asy.ari batu. Siswa kelas VII MTs Hasym Asy‟ari Batu dipilih sebagai sumber data dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa berdasarkan standar isi kurikulum KTSP, siswa kelas VII harus memiliki kemampuan menulis karangan teks deskriptif dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. Data penelitian dikumpulkan dengan mengunakan catatan lapangan, wawancara, dan penugasan yang menghasilkan produk berupa karangan. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) Catatan Lapangan Catatan lapangan merupakan teknik pengumpulan data yang paling praktis dan mudah dilaksanakan kapan saja dan dimana saja. Pencatatan ini dilakukan untuk mencatat tindakan praktis sewaktu pembelajaran. Hal-hal yang dicatat mengacu pada guru dan siswa yang diteliti. Disamping itu, catatan lapangan dapat berupa catatan reflektif yang diperkaya. (2) Observasi Observasi dilakukan untuk mengamati tempat berlangsungnya pembelajaran menulis karangan. Dengan berpedoman pada lembar observasi, peneliti mengamati apa yang terjadi dalam proses pembelajaran. Butir-butir yang menjadi sasaran pengamatan diberi tanda cawang bila muncul. (3) Wawancara Wawancara dipergunakan untuk memperkuat data observasi yang terjadi dikelas dari unsur guru dan siswa. (4) Data Produk
933
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Data produk yaitu berupa karya tulisan berbentuk karangan hasil pembelajaran yang dibuat oleh siswa. Berdasarkan data ini dapat diketahui apakah pembelajaran menulis karangan deskriptif tergolong efektif ataukah sebaliknya. Analisis data penelitian ini dilakukan dengan mengikuti alur analisis data yang dikembangkan oleh Miles dan Hubberman (1992: 15-20). Kegiatan analisis dimulai dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. (1) Reduksi Data Kegiatan pada tahap ini adalah mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan melakukan pengkodean terhadap data. Kegiatan mereduksi ini dipusatkan pada karangan itu sendiri, apakah sudah menggunakan pemilihan kata-kata dan ejaan yang sesuai dan baik. Reduksi data juga difokuskan pada kegiatan perencanaan, kegiatan pelaksanaan tindakan, dan data selama kegiatan evaluasi (2) Penyajian Data Hasil dari kegiatan reduksi data disajikan dalam klasifikasi-klasifikasi berdasarkan kriteria-kriteria tertentu sehingga memberikan gambaran yang mengarah pada pemerolehan jawaban atas masalah penelitian. (3) Penyimpulan Hasil Pada tahap penyimpulan, kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasi data untuk menghasilkan temuan. Kegiatan penyimpulan kemudian diikuti oleh peninjauan kembali catatan lapangan, bertukar pikiran dengan para ahli, teman sejawat, dan guru HASIL PENELITIAN Pada bab ini disajikan hasil analisis data yang menggambarkan proses dan hasil tindakan yang dilakukan di lapangan. Proses dan hasil tindakan itu tergambar dalam dua siklus penelitian, yaitu siklus I, dan siklus II. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut. 1 Hasil Penelitian Siklus I Tindakan 1 pembelajaran menulis teks deskriptif menggunakan metode Chain Writing dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2016 pada siswa kelas VII MTs Hasyim Asy‟ari Jln Semeru. Tindakan 1 ini diikuti oleh 35 siswa yang dilaksanakan di dalam sekolah. Pelaksanaan siklus I penelitian ini diawali dengan melakukan persiapan-persiapan untuk melaksanakan pembelajaran menulis teks deskriptif menggunakan Chain Writing. Persiapanpersiapan itu antara lain adalah sebagai berikut. (a) Menulis RPP menulis teks deskriptif selama 2 x 40 menit yang berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru dan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa dalam rangka mengimplementasikan tindakan pembelajaran menulis teks deskriptif menggunakan strategi Chain Writing. (b) Memeriksa dan mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang dibutuhkan, seperti kertas plano/ manila, selotip, gunting, dan marker (spidol) dan tak kalah pentingnya field note. Tahap berikutnya pelaksanaan. Secara garis besar tahapannya dilaporkan sebagai berikut: (a) Memperdengarkan teks deskriptif dengan cara guru membacakan karangan dengan keras dan jelas dalam tempo yang tidak terlalu cepat. Deskriptif yang dijelaskan adalah sebagai berikut : My Father This is Mr. Danu. He is tall. He has black hair. He wears glasses. He wears shirt
934
ISBN: 978-602-1150-17-7
(b) Selesai menjelaskan teks deskriptif, guru dan siswa mendiskusikan teks deskriptif (c) Guru memberi penjelasan tentang karangan yang baik yaitu menggunakan pemilihan katakata yang tepat, penggunaan ejaan yang benar, keterkaitan antara kalimat sebelum dan sesudahnya yang harus koheren. (d) Menempelkan kertas plano/ manila pada jarak sekitar 2 meter dari barisan murid yang disiapkan secara berbanjar masing-masing kelompok. (e) Chain Writing dilakukan. (f) Setelah kelima kelompok menuliskan kalimat-kalimat masing-masing, dilaksanakan koreksi dan penilaian bersama. (g) Fokus penilaian adalah tentang ketepatan pemilihan kata (diction) dan penggunaan ejaan yang tepat (spelling), keterkaitan antar kalimat (coheren) dan struktur kalimat (grammar). (h) Pengumuman kelompok pemenang dan pemberian hadiah/ reward. Setelah pelaksanaan Metode Chain Writing, diadakan test terhadap siswa. Siswa harus mengarang Teks Deskriptif sesuai dengan tema yang telah ditentukan minimal 50 kata atau 5 baris kalimat. Dari hasil test dapat dilaporkan tentang, keterkaitan antar kalimat (coheren), dan struktur kalimat (grammar), penggunaan ejaan (spelling), pemilihan kata (diction) sebagai berikut: 1. Koherensi Kalimat: Contoh 1. Mrs. Susi is beautiful. He is wears a tie. Kata He tidak koheren dengan Mrs. Susi. Contoh 2. My mother tall. He is a father. He has a glasses. Kata mother tidak koheren dengan He dan father 2. Struktur Kalimat Contoh 1. My father handsome Contoh 2. My classroom it has cupboard Contoh 3. This desk my Pada contoh kalimat 1, tidak lengkap karena tidak ada is. Contoh ke-2 juga tidak benar karena menggunakan 2 subyek yaitu: it sebagai pengganti My classroom. Pada contoh ke-3 juga tidak tepat karena tidak membentuk kalimat, hanya berupa frase-frase. 3. Ejaan Contoh 1. Icha is my bres friend (seharusnya best) Contoh 2. It has white bord (seharusnya board) Contoh 3. She is beutiful (seharusnya beautiful) 4. Pilihan Kata (Diksi) Contoh 1. My friend very good nice ( seharusnya My friend is very nice) Contoh 2. In deep clas to cupboard (in deep maksudnya adalah Di dalam seharusnya In class, there is a cupboard) Contoh 3. She is has tall hair (tall yang dimaksud adalah panjang. Seharusnya She has long hair) Penilaian kepada siswa dalam memahami penggunaan koherensi, struktur,ejaan , dan diksi dapat dilihat pada tabel berikut :
935
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
25 69 56 88 0 31 88 25 100 94 25 56 81 25 25 25 44 88 81 88 56 75 38 50 75 69 56 44 69 88 44 75 75 50 94 207 2
1 v v v
2 3 4 1 v
2
3 4 1 2 3 v
V V
v
v
v v
v v
v
v v
v v
v v
v v v v v
v 4 5 9 7
15
936
v v
v v
v v
v v v
v
v
v v v v
v v
v v
v v v v v
v
v
v
v
v
v
v
v v
v
v v
v
v
v
v
v v
v
v v
v
v v
v v v v
v
v v
v
v v v v v
v
v v
v
v v v v
16
v v
v v
v v v v
v v
v v
v v
v
v
v v
4
v v
v
v v
1 2 3 v
v v
v
v
4 v
v
v
DIKSI
Achmad Iqbal Robbany Akbar Bagus Cahyo Putro Aldino Firmansyah Pratama Alexander Junetto Indhi Pradana Alfiana Sindy Firanata Annisa Rahma Harum Melati Arafah Alif Ramadhiansyah Ayub Fardana Choirur Rozikin Cindy Renamaya Afdilah Della Anggraeni Dirham Wiranata Wahyudi Dita Wahyu Indah Sari Faisal Risqianto Ferdiansyah Gilang Saputra Fito Setyo Utomo Habibatun Najibah Krisna Bayu Setyawan Kristina Maharani Mega Nur Alita Muhammad Alief Rahman Hakim Nadya Anggi Pratiwi Nia Dinata Putra Rizki Taufik Revina Indah Pratiwi Setiya Dwi Wulandari Sevira Ayu Kartika Sari Shellina Farra Anggraeni Sony Candra Firmansyah Syinta Rahayu Lailatul Nada Uka Abdi Negara Zulfatul Hasanah Firda Ainun Ma'ulkhaya Dimas Yoga Darma Pratama Siska Ningtyas Ramadhani JUMLAH
EJAAN
1 2 3 4
STRUKTUR
NAMA SISWA
NILAI
NO
KOHERENSI
Tabel 4.1 Hasil Penilaian Test Siklus I
v v v
v v
v v 6 6 7 8 9 10
v v v 7 8 9 10
ISBN: 978-602-1150-17-7
Dari tabel diatas kita dapat mengetahui prosentase kemampuan siswa dalam memahami koheren struktur, ejaan dan diksi dengan perhitungan sebagai berikut: a. Koheren Contoh: perhitungan koherensi kategori 1 Prosentase skor koheren =
x 100% =
x100%
= 47,05% b. Struktur Contoh: perhitungan struktur kategori 1 Prosentase skor struktur =
x 100% =
x100%
= 20,58% c. Ejaan Contoh: perhitungan Ejaan kategori 1 Prosentase skor Ejaan = =
x 100% x100%
= 20,58% d. Diksi Contoh: perhitungan Diksi kategori 1 Prosentase skor Diksi = =
x 100%
x100%
= 20,58% Dari perhitungan diatas diperoleh Prosentase Hasil Penilaian Siswa dalam memahami koheren struktur, ejaan dan diksi seperti tabel 4.2 berikut : Tabel 4.2 Prosentase Hasil Penilaian Siswa Siklus I KOHEREN STRUKTUR EJAAN NO Siklus I Siklus I Siklus I (%) (%) (%) 1 47.1 20.58 20.58 2 11,76 44.11 23.52 3 14.7 17.64 26.47 4 26.47 17.64 29.41
DIKSI Siklus I (%) 20.58 23.52 26.47 29.41
Setelah menganalisa hasil test di atas, maka prosentase yang diperoleh sebagai berikut 1. Koherensi Kalimat Prosentase karangan yang tidak koheren (kategori 1) sebanyak 47,1 %. 2. Struktur Kalimat Prosentase karangan yang tidak menggunakan struktur dengan benar (kategori 1) sebanyak 20,58%. 3. Ejaan Adapun prosentanse penggunaan ejaan yang tidak benar (kategori 1) di dalam karangan sebanyak 20,58%.
937
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
4. Pilihan Kata Adapun prosentanse pemilihan kata yang tidak benar (kategori 1) di dalam karangan sebanyak 20,58%. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa belum menguasai bagaimana membuat karangan yang koheren dan penggunaan struktur yang tepat. Sebaliknya siswa telah menguasai penggunaan ejaan dan pilihan kata yang tepat. Maka dalam siklus ke II direncanakan perlu penekanan dalam menjelaskan kalimat yang koheren dan penggunaan struktur kalimat yang benar. Hasil Penilaian Kinerja Guru Adapun pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang terdapat pada lampiran tabel. Pengamatan Kinerja Guru terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki, antara lain : a. Pada awal pembelajaran guru tidak melakukan presensi terhadap siswa. b. Apersepsi yang diberikan kepada siswa masih bersifat umum, tidak fokus pada topik yang akan disampaikan pada siswa. c. Guru tidak menjelaskan metode yang digunakan di dalam pembelajaran. d. Kompetensi Dasar yang akan dibahas sebaiknya ditulis di papan. e. Pada pelaksanaan metode Chain Writing, guru tidak membagi kelompok di dalam kelas, sehingga terjadi ketidaktertiban siswa di luar kelas. f. Instruksi test tidak ditulis dalam lembaran tes yang diberikan pada siswa. g. Tidak ada petunjuk skor penilaian, sehingga mempersulit guru dan tidak adil dalam memberikan penilain. Refleksi Hasil Penilaian Guru Dari hasil observasi di atas, maka: a. Pada awal pembelajaran guru seharusnya melakukan presensi terhadap siswa. b. Guru perlu memfokuskan apersepsi tentang topik yang akan disampaikan kepada siswa. c. Guru harus menjelaskan metode apa yang akan digunakan dalam pembelajaran. d. Kompetensi Dasar yang akan dibahas sebaiknya ditulis di papan. e. Pada pelaksanaan metode Chain Writing, guru seharusnya membagi kelompok di dalam kelas untuk menghindari adanya kericuhan. f. Instruksi test sebaiknya ditulis dalam lembaran tes yang diberikan pada siswa. g. Guru harus membuat petunjuk/ panduan penilaian, agar penilaian obyektif. Beberapa kekurangan yang terjadi, akan ditindak lanjuti dengan beberapa perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya, yaitu siklus II. 2 Hasil Penelitian Siklus II Tindakan pada siklus II dilakukan sesuai dengan hasil refleksi dan evaluasi tindakan pada siklus I. Tindakan ke-2 dilaksanakan pada 17 Maret 2016, pada kelas yang sama, kelas VII selama 2 x 40 menit atau dua jam pelajaran. Tindakan 2 ini diberikan contoh model siswa untuk membuat Teks Deskriptif. Siklus II ini diawali dengan melakukan persiapan-persiapan untuk melaksanakan pembelajaran menulis karangan Teks Deskriptif menggunakan metode Chain Writing. Persiapan-persiapan itu antara lain: (a) Membuat RPP menulis karangan Teks Deskriptif berdasarkan pengalaman selama 2 x 40 menit yang berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru dan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam rangka mengimplementasikan tindakan pembelajaran menulis karangan Teks Deskriptif dengan menggunakan metode Chain Writing.
938
ISBN: 978-602-1150-17-7
(b) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang dibutuhkan, seperti kertas plano, selotip, gunting, dan marker (spidol) dan tak kalah pentingnya field note. Tahap berikutnya pelaksanaan. Secara garis besar tahapannya dilaporkan sebagai berikut: (a) Menampilkan model di depan kelas untuk merangsang siswa menyampaikan pendapatnya dengan mendeskripsikan model yang ditampilkan . Karangan Deskriptif Teks berdasarkan model yang ditampilkan ringkasannya adalah sebagai berikut. My Friend I have a friend. His name is Hidayatullah. He is Tall. He has straight hair. He likes apples. He also likes meatball. He is patient. Every student like hin very much.
(b) Guru memberi penjelasan tentang karangan yang baik yaitu keterkaitan antara kalimat sebelum dan yang sesudahnya harus padu, menggunakan struktur kalimat yang tepat, penggunaan ejaan yang benar, menggunakan pemilihan kata-kata yang tepat, dan adanya kalimat penutup yang bagus. (c) Menempelkan kertas plano pada jarak sekitar 5 meter dari barisan murid yang disiapkan secara berbanjar masing-masing kelompok. (d) Chain Writing dilakukan. (e) Setelah kelima kelompok menuliskan kalimat-kalimat masing-masing, dilaksanakan koreksi dan penilaian bersama. (f) Fokus penilaian adalah tentang keterkaitan antar kalimat, struktur kalimat, penggunaan ejaan yang tepat serta ketepatan pemilihan kata. (g) Pengumuman kelompok pemenang dan pemberian hadiah/reward. Setelah dilakukan evaluasi dan refleksi, tindakan pada siklus II ini memperoleh hasil yang meningkat, dalam hal ini kesalahan yang dibuat dalam karangan hasil Chain Writing menurun dengan signifikan jika dibanding tindakan pada siklus I. Hal ini dibuktikan dengan prosentase berikut ini: 1. Koherensi Kalimat Prosentase karangan yang tidak koheren (kategori 1) turun dari 47% dari 18%. 2. Struktur Kalimat Prosentase karangan yang tidak menggunakan struktur dengan benar ( kategori 1) turun dari 21% menjadi 18%. 3. Ejaan Adapun prosentanse penggunaan ejaan yang tidak benar (kategori 1) turun dari 21% menjadi 15%. 4. Pilihan Kata Adapun prosentanse pemilihan kata yang tidak benar (kategori 1) naik dari 21% menjadi 29%. Dari hasil analisa ini, dapat disimpulkan bahwa pada siklus ke II ada peningkatan pada koherensi kalimat, struktur kalimat, dan ejaan kata. Tetapi pada poin pilihan kata terdapat penurunan. (Lihat tabel 4.4 dan 4.5) Berdasarkan hasil test siklus I dan II juga dapat diketahui bahwa ada peningkatan rata-rata nilai siswa dalam membuat karangan deskriptif. (Lihat tabel 4.6) Hasil Penilaian Kinerja Guru
939
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Adapun pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah mengalami peningkatan dan sesuai dengan prosedur proses pembelajaran yang diharapkan. Guru sudah melakukan perbaikan sebagai berikut: a. Pada awal pembelajaran guru sudah melakukan presensi terhadap siswa. b. Apersepsi yang diberikan kepada siswa sudah fokus pada topik yang akan dibahas. c. Guru menggunakan contoh model sebagai bahan apersepsi. d. Guru memberikan contoh kosakata yang umum digunakan dalam menulis teks deskripsi. e. Guru sudah menjelaskan metode yang digunakan di dalam pembelajaran. f. Kompetensi Dasar yang akan dibahas sudah ditulis di papan. g. Pada pelaksanaan metode Chain Writing, guru sudah membagi kelompok di dalam kelas, sehingga siswa keluar kelas dengan tertib. h. Instruksi test ditulis dalam lembaran tes yang diberikan pada siswa. i. Ada petunjuk skor penilaian, sehingga mempermudah guru dalam memberikan penilaian. Penilaian kepada siswa dalam memahami penggunaan koherensi, struktur,ejaan , dan diksi pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Achmad Iqbal Robbany Akbar Bagus Cahyo Putro Aldino Firmansyah Pratama Alexander Junetto Indhi Pradana Alfiana Sindy Firanata Annisa Rahma Harum Melati Arafah Alif Ramadhiansyah Ayub Fardana Choirur Rozikin Cindy Renamaya Afdilah Della Anggraeni Dirham Wiranata Wahyudi Dita Wahyu Indah Sari Faisal Risqianto
31
1 2 v
50
v
63
3
4
1 v
v
94
2
-
31
v
-
-
-
v
25 88
v
v v
-
-
-
-
-
-
-
69
v
v
69
v
v
DIKSI 4
v
-
v -
-
-
-
v v v v
v
v
v
v v
3
v
v v v
2
v
v
v
1 v
v
v
v v
4
v
v
940
3
v
v
31 94 75
2 V
v
v
94
4 1
v
v
-
3
EJAAN
KOHER ENSI
NAMA SISWA
NILAI
NO
STRUKT UR
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Test Siklus II
v v v v
v v v
ISBN: 978-602-1150-17-7
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Ferdiansyah Gilang Saputra Fito Setyo Utomo Habibatun Najibah Krisna Bayu Setyawan Kristina Maharani Mega Nur Alita Muhammad Alief Rahman Hakim Nadya Anggi Pratiwi Nia Dinata Putra Rizki Taufik Revina Indah Pratiwi Setiya Dwi Wulandari Sevira Ayu Kartika Sari Shellina Farra Anggraeni Sony Candra Firmansyah Syinta Rahayu Lailatul Nada Uka Abdi Negara Zulfatul Hasanah Firda Ainun Ma'ulkhaya Dimas Yoga Darma Pratama Siska Ningtyas Ramadhani JUMLAH
38
v
38 94 69
v v
v
V
v
v v v
v v
v v
v
v
v
v
V
v
V v v
v
v v
v v
V
v
94
v
v
v v
v
v v v v v
v v
v v v v
v v v
v v
v
88
50
v v
v
88
50 75 75
v v
v v v
v v
v
v
44
v
v
v v
63 75 69 94 88
v
v
v
v
v
v
94 31 50
38
v
v v
v v
V
v
v
6 6 11 11 6 12 10 6 5
v
v 6
13 10 10 9 11 4
Dari tabel diatas kita dapat mengetahui prosentase kemampuan siswa dalam memahami koheren struktur, ejaan dan diksi pada siklus II dengan perhitungan sebagai berikut: e. Koheren Contoh: perhitungan koherensi kategori 1 Prosentase skor koheren =
x 100% =
f.
x100%
= 17,64% Struktur Contoh: perhitungan struktur kategori 1 Prosentase skor struktur =
x 100%
941
v
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
=
x100%
= 17,64% g. Ejaan Contoh: perhitungan Ejaan kategori 1 Prosentase skor Ejaan = =
x 100% x100%
= 14,70% h. Diksi Contoh: perhitungan Diksi kategori 1 Prosentase skor Diksi = =
x 100% x100%
= 29,41% Dari perhitungan diatas diperoleh Prosentase Hasil Penilaian Siswa dalam memahami koheren struktur, ejaan dan diksi seperti tabel 4.4 berikut : Tabel 4.4. Prosentase Hasil Penilaian Siswa Siklus II
NO
1 2 3 4
KOHEREN Siklus II (%) 17.64 17.64 32.35 32.35
STRUKTUR Siklus II (%) 17.64 32.29 29.41 17.64
EJAAN Siklus II (%) 14.7 17.64 38.24 29.41
DIKSI Siklus II (%) 29.41 26.47 32.35 11.76
Berikut adalah tabel yang menampilkan perbandingan Prosentasi Hasil Penilaian pada siklus I dan II. Tabel 4.5 Perbandingan Prosentase Hasil Penilaian Siswa pada Siklus I dan II
NO
1 2 3 4
KOHEREN Siklus I Siklus II (%) (%) 47.1 17.64 11,76 17.64 14.7 32.35 26.47 32.35
STRUKTUR Siklus I Siklus II (%) (%) 20.58 17.64 44.11 32.29 17.64 29.41 17.64 17.64
EJAAN Siklus I Siklus II (%) (%) 20.58 14.7 23.52 17.64 26.47 38.24 29.41 29.41
DIKSI Siklus I Siklus II (%) (%) 20.58 29.41 23.52 26.47 26.47 32.35 29.41 11.76
Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Penilaian Test Pada Siklus I Dan II NO. 1 2 3
NAMA SISWA
NILAI Siklus I 25 69 56
Achmad Iqbal Robbany Akbar Bagus Cahyo Putro Aldino Firmansyah Pratama
942
NILAI Siklus II 31 50 63
ISBN: 978-602-1150-17-7
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Alexander Junetto Indhi Pradana Alfiana Sindy Firanata Annisa Rahma Harum Melati Arafah Alif Ramadhiansyah Ayub Fardana Choirur Rozikin Cindy Renamaya Afdilah Della Anggraeni Dirham Wiranata Wahyudi Dita Wahyu Indah Sari Faisal Risqianto Ferdiansyah Gilang Saputra Fito Setyo Utomo Habibatun Najibah Krisna Bayu Setyawan Kristina Maharani Mega Nur Alita Muhammad Alief Rahman Hakim Nadya Anggi Pratiwi Nia Dinata Putra Rizki Taufik Revina Indah Pratiwi Setiya Dwi Wulandari Sevira Ayu Kartika Sari Shellina Farra Anggraeni Sony Candra Firmansyah Syinta Rahayu Lailatul Nada Uka Abdi Negara Zulfatul Hasanah Firda Ainun Ma'ulkhaya Dimas Yoga Darma Pratama Siska Ningtyas Ramadhani JUMLAH RATA – RATA
88 31 88 25 100 94 25 56 81 25 25 25 44 88 81 88 56 75 38 50 75 69 56 44 69 88 44 75 75 50 94 2072 62,78
94 31 94 31 94 75 25 88 69 69 38 38 94 69 94 31 50 63 75 69 94 88 88 38 44 88 50 75 75 50 94 2207 66,87
4.3 Efektifitas Pembelajaran Menulis Teks Deskriptif Menggunakan Metode Chain Writing Indikasi efektifitas pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan metode Chain Writing dapat dilihat dari tiga aspek perkembangan. Pertama, adanya peningkatan yang signifikan pada kemampuan menulis karangan siswa pada aspek koherensi kalimat, penggunaan struktur kalimat, dan penggunaan ejaan. Kedua, maka secara umum siswa setuju dengan penggunaan strategi Chain Writing untuk meningkatkan kompetensi menulis karangan berdasarkan pengalaman diterapkan dalam pembelajaran. Berdasar kuisener, hampir semua siswa menyatakan setuju dengan alasan: (a) ide bisa muncul, (b) pikiran rileks, (c) mempermudah mengarang, (d) tidak membosankan, (e) lebih
943
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
praktis, (f) membuat lebih konsentrasi, (g) lebih produktif, dan (h) film yang ditayangkan bisa menghilangkan beban pikiran. Proses pembelajaran di MTs Hasyim Asy‟ari pada pelajaran bahasa Inggris, cenderung menggunakan metode ceramah. Hal ini terlihat dari 82,35 % siswa menginformasikan bahwa Bapak/ Ibu Gurunya sering menggunakan metode ceramah di dalam proses belajar mengajar, sementara yang lain 17,65 memberi jawaban tidak. Namun demikian siswa merasa senang dengan metode ceramah yang dilakukan guru dan mendapat kemudahan dalam belajar menulis teks deskriptif dengan metode tersebut. Hal ini nampak dalam jawaban mereka ketika ditanya apakah metode ceramah menyenangkan, 94,12% menjawab ya dan 5,88% menjawab tidak. Sebanyak 85,29% siswa menganggap metode ceramah mempermudah mereka belajar menulis, 14,71% menjawab tidak. Bapak/Ibu guru MTs Hasym Asy‟ari juga mengaplikasikan metode-metode lain selain ceramah, 94,12% menjawab ya ketika diberikan pertanyaan apakah Bapak/Ibu gurunya menggunakan metode lain selain ceramah dan sisanya 5,88% menjawab tidak. Siswa juga mendapat kemudahan dalam belajar menulis teks deskriptif dengan prosentase 85,29% menjawab ya dan 14,71% menjawab tidak. Metode Chain Writing ternyata menjadi salah satu metode lain selain ceramah, yang juga dipakai dalam proses belajar mengajar. 94,12% menjawab ya dan 5,88% menjawab tidak. Siswa juga merasa senang ketika diaplikasikan metode chain writing dengan prosentase jawaban ya sebesar 94,12% sementara 5,88% menjawab tidak. Dan sebagian kecil mereka merasa kesulitan dalam memainkan chain writing dengan prosentase 29,41% menjawab ya dan 70,59 menjawab tidak. Sebagian besar siswa, 88,24% merasa bermain chain writing dalam kegiatan belajar dapat mendorong untuk menulis kalimat atau karangan, sedangkan sisanya 11,76% tidak. Dengan kondisi siswa yang merasa terdorong untuk menulis karangan dengan metode chain writing, maka tingkat pemahaman mereka akan karangan deskriptif juga meningkat. Hal ini tampak jelas dari 88,24% siswa dapat memahami karangan deskriptif dengan metode chain writing, sementara 11,76% yang lain tidak. KESIMPULAN Penerapan metode Chain Writing pada kegiatan Belajar Mengajar Menulis Teks Deskriptif Siswa Kelas VIIA Semester II MTs Hasyim Asy‟ari Tahun Pelajaran 2015-2016 dapat kami simpulkan sebagai berikut : 1. Terjadi peningkatan pada pemahaman menulis teks deskriptif khususnya terhadap koherensi, struktur dan ejaan dari siklus I dan siklus II, sedangkan pada diksi menglami penurunan. 2. Terjadi peningkatan kinerja guru dalam menyampaikan materi khususnya pada penyampaian kosa kata. 3. Siswa merasa senang diaplikasikannya metode lain selain ceramah, khususnya chain writing. Sehingga terjadi peningkatan kemampuan siswa membuat Teks Deskriptif. SARAN Hasil penelitian ini memberikan sumbangan, baik secara teoritis maupun praktis. Sacara teoritis, penelitian ini memberikan sumbangan berupa konsep teoritis tentang penggunaan metode Chain Writing dalam pembelajaran menulis teks deskriptif. Namun demikian, untuk memantapkan metode Chain Writing diperlukan penelitian lanjutan. Kepada peneliti yang tertarik terhadap permasalahan ini disarankan untuk mengadakan pengembangan penelitian ini dari sudut pandang yang lebih luas, misalnya memberikan teks
944
ISBN: 978-602-1150-17-7
deskriptif yang lebih bervariasi. Pun juga, penerapan metode Chain Writing dapat diperluas kepada subjek siswa yang levelnya lebih tinggi, bahkan kepada mahasiswa. Kepada para guru/praktisi pengembang pelajaran Bahasa Inggris, disarankan untuk memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran untuk Kompetensi Dasar menulis teks deskriptif khususnya dan teks bentuk yang lain pada umumnya.. DAFTAR RUJUKAN Barnes, D., and Todd, F. 1997. Communication and Learning in Small Groups. London: Routledge & Kegan Paul. Barnet, Sylvan. 1979. A Short Guige to Writing about Literature. (fourth edition). Boston Toronto: Litle, Brown and Company. Bogdan, Robert C. dan Sari Knopp Biklen. 1992. Qualitative Research for Education: an Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Brown, H. D. 1994. Principles of Language Learning and Teaching. New Jersey: Prentice Hall Regents Englewood Cliffs. San Francisco State University. Cohen, E. G. 1994. “Restructuring the Classroom: Conditions for Productive Small Groups, ” Review of Educational Research Vol 64, No.1, p.1 Washington, DC: A Quarterly Publication. Departemen Pendidikan Nasional, (2006). “ Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah”. Jakarta Djamarah, Syaiful B dan Azwan Zain, (2002), “Strategi Belajar Mengajar”, Jakarta, Rineka Cipta D. Sudjana S.,(2005) ,“Metode & Teknik Pembelajaran Pertisipatif” Bandung ,Falah Production. Howat, A. and Dakin, J. 1974. “Language Laboratory Materials.” Journal ed. J. P. B. Allen, S. P. B. Allen and S. P. Corder. Johnson, D. W. Et. Al. 1984. Circles of Learning. Minnesota: The association for Supervision and Curriculum Development. Johnson, Keith (1990). “Communicative Syllabus Design and Methodology.” Pergamon Institute of English. Krahnke, Karl (1987). “Approaches to Syllabus Design for Foreign Language Teaching.” Prentice Hall regents, Englewood Cliffs. NJ07632 Lampe, J. R. “Effects of Small group Chain Writing among Hispanic Students in Elementary Social Studies.” The Journal of Education Research. Vol 89(3) Jan/Feb 1996. Larson, Mildred L.” Meaning Based Translation; a guide to cross- language equivalence, Lanham, MD : University Press of America,” 1984. Mile, H.M dan A.M. Reninger. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rokidi. Jakarta: UI Press. Newmann, F. 1991. “Linking Restructuring to Authentic Students Achievement,” Phi Delta Kappan, 72. 458-63. Soeparno, (1987), Media Pengajaran Bahasa, Jakarta, Logos.
945
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT SIMPLE PAST TENSE PADA SISWA KELAS VIII-I SMPN 3 BATU DENGAN MENGGUNAKAN PGR (PRACTICE, GENERALIZATION, REVISION) Hariyati SMP Negeri 3 Batu
[email protected] Abstrak : Kemampuan siswa dalam menulis kalimat Simple Past Tense masih rendah, siswa masih sulit membedakan penggunanan to be dan kata kerja, nilai siswa pada materi Simple Past Tense masih belum maksimal. Oleh sebab itu perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas sebagai upaya memperbaiki proses pembelajaran agar menjadi lebih berkualitas sehingga penguasaan kompetensi siswa meningkat dengan menggunakan metode PGR (practice, generalization, revision). Penelitian dilakukan di kelas VIII-I dengan jumlah siswa 31 dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri atas tahapan: perencanaan, pelaksanaan, pengambilan data, dan refleksi. Observer mengambil data aktivitas siswa pada tiap siklus, sedangkan data hasil belajar diperoleh dari tes tertulis di akhir siklus.Pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa mencapai 51,61%. Siklus 2 ketuntasan belajar siswa mencapai 77,41%. Berdasarkan hasil tersebut, kualitas pembelajaran Bahasa Inggris khususnya Simple Past Tense di kelas VIII-I SMPN 3 Batu mengalami peningkatan setelah diterapkan Metode PGR. Metode ini disarankan untuk diterapkan pada materi lain sesuai dengan karakteristik materi tersebut. Kata Kunci: Simple Past Tense, PGR
Bahasa Inggris adalah Bahasa utama yang dipakai untuk berkomunikasi antar bangsa baik dalam bentuk lisan maupun tulis. Untuk tercapainya tujuan berkomunikasi inilah pembelajaran Bahasa Inggris di tingkat SMP ada 4 ketrampilan yang harus dimiliki oleh siswa yaitu mendengarkan ,berbicara ,membaca dan menulis. Salah satu KD (Kompetensi Dasar) yang harus dimiliki oleh siswa kelas 8 adalah menyusun teks lisan dan tulis untuk menyatakan kegiatan yang dilakukan diwaktu lampau. Dalam pembelajaran untuk mencapai KD tersebut, penulis telah melakukan proses pembelajaran di kelas 8I dan menemukan bahwa kemampuan siswa dalam menulis kalimat Simple Past Tense masih rendah, siswa masih sulit membedakan penggunanan to be dan kata kerja, nilai siswa pada materi Simple Past Tense masih belum maksimal . Berdasarkan masalah diatas, penulis memiliki alternative solusi menggunakan teknik PGR (Practice, Generalization, Revision). Metode PGR sangat efektif diterapkan pada pembelajaran materi Simple Past Tense. Adapun tahapan penerapan metode ini adalah sebagai berikut : Tahap Practice: Guru memberikan latihan kepada siswa Guru meminta siswa bekerja secara berkelompok Guru meminta siswa mendiskusikan jawabannya Guru meminta setiap perwakilan kelompok untuk menuliskan jawabannya di papan tuli Guru meminta peserta kelompok lainnya untuk memberikan tanggapan Guru melakukan penguatan berupa penegasan kembali tentang jawaban-jawaban yang tepat Tahap Generalization Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok Guru memberikan tugas kepada kelompok yang berisi pertanyaan Konsep, Generalisasi Fungsi, Bentuk, dan Unsur lainnya tentang materi bahasan Guru mendiskusikan jawaban bersama siswa secara kelasikal
946
ISBN: 978-602-1150-17-7
Guru memberikan resume untuk mengingatkan kembali tentang : Fungsi, Bentuk, dan Penerapan unsur bahasa yang berkaitan dengan pokok bahasan Tahap Revision Memberikan tugas kepada siswa secara individu Guru meminta siswa mengerjakan tugas secara perorangan Guru meminta siswa mendiskusikan jawabannya di kelas Guru memberikan tindak lanjut berupa pemberian tugas pekerjaan rumah Dalam materi pembelajaran saat ini sering muncul beberapa pokok bahasan yang berulang-ulang, artinya pokok bahasan grammar yang pernah diajarkan pada level sebelumnya diulang kembali pada level berikutnya. Dari dasar pemikiran ini kita mungkin menganggap bahwa pokok bahasan tersebut merupakan materi essensial yang sering dijadikan bahan untuk Ujian Nasional. Jika pernah mencoba melakukan bedah SKL, kita bisa membuat suatu pemetaan bahan/materi mana saja mulai dari SMP hingga SMA yang termasuk materi essensial. Untuk mengajarkan materi yang pernah diajarkan sebelumnya khususnya materi kajian bidang structure/grammar, alangkah baiknya kita pergunakan metode PGR. Metode PGR ini lebih cocok di pergunakan untuk mengajarkan materi bahasan yang sebelumnya pernah diajarkan kepada para siswa. Dengan latar belakang diatas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana meningkatkan kemampuan membuat kalimat simple past tense dengan menggunakan metode PGR ?” Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi guru yang bersangkutan untuk mengatasi permasalahan pengajaran simple past tense dikelas 8I serta bagi guru Bahasa Inggris yang lain untuk memecahkan masalah yang sama METODE PENELITIAN Subjek penelitian terdiri dari 13 siswa laki laki dan 18 siswi perempuan kelas VIII-I pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 di SMP Negeri 3 Batu. Objek penelitian yaitu kualitas pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa dan hasil belajar/penguasaan kompetensi siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII-I, SMPN 3 Batu, Kota Batu, propinsi Jawa Timur. Identifikasi masalah dan perencanaan tindakan dilaksanakan Maret 2016. Pelaksanaan tindakan akan dilaksanakan dalam 1 siklus dengan catatan apabila dalam siklus pertama gagal yakni tidak mencapai kriteria sukses dengan ketuntasan klasikal sebanyak 75% makan akan dilanjutkan ke siklus berikutnya. Dalam 1 siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dan pengumpulan data dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan. Karena siklus pertama belum mencapai kriteria kesuksesan maka, peneliti melanjutkannya ke siklus 2. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Prosedur atau langkahlangkah penelitian yang dilakukan terbagi dalam bentuk siklus kegiatan mengacu pada model yang diadopsi dari Arikunto, dkk (2007), dimana setiap siklus terdiri atas empat kegiatan pokok adalah kegiatan: perencanaan tindakan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Empat kegiatan pokok tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Perencanaan tindakan Masalah-masalah menulis yang ditemukan akan diatasi dengan melakukan langkah-langkah perencanaan tindakan yaitu menyusun instrumen penelitian berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal pre-test, soal post-test, lembar observasi, dan quesioner. 2. Pelaksanaan Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan pre-test, program pembelajaran, pengisian lembar observasi oleh observer, pelaksanaan post-test, dan pengisian quesioner oleh siswa. Materi pelajaran pada tahap pelaksanaan siklus adalah Simple Past Tense. Pada langkah ini peneliti melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan metode
947
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PGR sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya dan dengan memperhatikan tahapan yang dijalankan dalam metode tersebut yaitu tahapan practice, generalization dan revision. Pada tahapan practice, siswa diberikan latihan secara berkelompok tentang penggunaan simple past tense dan diminta untuk mendiskusikannya. Pada tahapan generalization, siswa diberikan tugas kelompok yang berisi pertanyaan Konsep, Generalisasi Fungsi, Bentuk, dan Unsur lainnya tentang materi bahasan dan diminta untuk membuat resumenya. Pada tahapan revision, siswa diberikan tugas secara individu dan diminta untuk mendiskusikannya di depan kelas. 3. Pengamatan Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Peneliti bese rta 2 observer lainnya mencatat semua langkah – langkah pembelajaran. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes tulis. Pengamatan keberhasilan penggunaan metode PGR terhadap siswa dilakukan dengan memberikan tes tulis berupa soal tentang materi Simple Past Tense sebanyak 20 butir. Jika siswa mendapatkan nilai ≥75, maka dianggap tuntas. 4. Refleksi Pada tahap ini dilakukan evaluasi tentang mutu hasil tindakan, membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran, memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya. Bagaimana aktifitas siswa selama pembelajaran, aktifitas guru, kendala yang dihadapi oleh siswa dan guru dikaji kembali. Semua data yang didapat dianalisis dan dievaluasi untuk menyempurnakan tindakan pada siklus berikutnya atau perlu tidaknya perlakuan yang diberikan kepada siswa dilanjutkan. Bagan 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas
Siklus 1
Refleksi
Rencana awal / rancangan
Tindakan / Obeservasi
Siklus 2
Refleksi
Tindakan / Observasi
Rencana yang direvisi
Penjelasan alur diatas adalah : 1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk didalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran. 3. Refleksi, peneliti mengkaji, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasrakan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya
948
ISBN: 978-602-1150-17-7
HASIL Pada setiap kegiatan pembelajaran diadakan observasi terhadap aktivitas siswa sebagai alat untuk mengetahui tingkat keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Siklus 1 Practise Langkah – langkah pembelajaran : 1. Guru memberikan latihan membuat kalimat dalam simple past yang dikerjakan dalam kelompok 2. Guru meminta siswa mengerjakan sesuai dengan contoh yang diberikan secara berkelompok. 3. Guru meminta siswa untuk menuliskan hasil pekerjaannya dipapan tulis. 4. Guru meminta anggota kelompok lain untuk memberikan tanggapan. Generalization 1. Guru meminta siswa untuk mencermati kalimat hasil pekerjaan siswa. 2. Guru meminta siswa untuk membuat generalisasi fungsi, bentuk dan unsur lainnya. 3. Guru meminta siswa untuk menuliskan resume berkaitan dengan materi Simple Past Tense Revision 1. Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas materi simple past tense secara perorangan. 2. Guru meminta siswa mendiskusikan jawabannya dikelas. 3. Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas pekerjaan rumah. Guru melakukan penilaian penguasaan menyusun kalimat materi Simple Past Tense dengan cara memberikan tes tertulis dan hasil yang didapat adalah sebagai berikut : Tabel 1. Nilai tes siklus 1 NO Rentang Nilai 1. 50 – 60 2. 65 – 70 3. 75 – 80 4. 85 – 90
Jumlah siswa 7 8 13 3
Persentase 22,58% 25,80% 41,93% 9,67
Tabel 1 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai tuntas sebesar 51,60%. Sehingga hasil yang diharapkan masih belum tercapai. Kendala yang ditemukan pada siklus 1 adalah siswa masih sulit membedakan penggunaan to be dan verb Siklus 2 Pada siklus 2 langkah pembelajaran sama dengan siklus 1 yang diperbaiki berdasarkan hasil refleksi. Langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: Practice 1. Guru memberikan latihan merubah materi simple past dari bentuk positive menjadi bentuk negative (-) dan interrogative (?) dikerjakan secara berkelompok. 2. Guru meminta siswa secara berkelompok mengerjakan latihan sesuai dengan contoh yang diberikan. 3. Guru meminta siswa menuliskan hasil pekerjaannya dipapan tulis. 4. Guru meminta anggota kelompok lain untuk memberikan tanggapan. Generalization 1. Guru meminta siswa untuk mencermati kalimat-kalimat hasil pekerjaan siswa.
949
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
2. Guru meminta siswa untuk membuat generalisasi fungsi,bentuk dan unsur lainnya. 3. Guru menuliskan resume berkaitan dengan materi kalimat simple past tense dalam bentuk negative(-) maupun interrogative (?). Revision 1. Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas merubah kalimat positive menjadi kalimat negative dan interrogative dari materi simple Past Tense secara perorangan. 2. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil kerjanya di kelas. 3. Guru memberikan tindak lanjut berupa tes tulis tentang merubah kalimat positive menjadi kalimat negative dan interrogative dari materi simple Past Tense.Hasil tes tulis yang diperoleh siswa digunakan sebagai penilaian untuk siklus 2 dan hasilnya tertulis pada tabel 2. Tabel 2. Nilai Hasil Tes Tulis Siklus 2 NO Rentang Nilai 1. 60 – 70 2. 75 – 85 3. 90 – 100
Jumlah siswa 7 18 6
Persentase 22,58% 58,06% 19,35%
Dari siklus 2 terlihat jumlah siswa yang tuntas sebesar 77,41%. Dari hasil tes tulis ini bisa disimpulkan bahwa siswa yang memcapai KKM sudah sesuai dengan target yang diharapkan. Dengan demikian penelitian dihentikan. PEMBAHASAN Pada setiap akhir siklus diadakan tes sebagai alat untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Pelaksanaan tes individual ini dilakukan setiap akhir pembelajaran. Ketuntasan belajar individual ditetapkan jika siswa mendapat nilai ≥ 75 dan ketuntasan belajar klasikal ditetapkan ≥ 75% siswa mendapatkan nilai ≥ 75. Data hasil tes setiap akhir siklus dan sebelum pelaksanaan tindakan disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 3. Hasil Tes Tertulis Siswa pada Tiap Siklus Keterangan Siklus 1 Nilai Tertinggi 90 Nilai Terendah 50 Ketuntasan Klasikal Belajar Siswa 51,83%
Siklus 2 100,00 60 77,41%
Pencapaian Ketuntasan Belajar 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
77.41
51.83
siklus 1
siklus 2
Grafik 1. Pencapaian Ketuntasan Belajar
950
ISBN: 978-602-1150-17-7
Hasil belajar individual maupun klasikal mengalami kenaikan yang signifikan. Meningkatnya jumlah nilai siswa yang tuntas belajar secara klasikal tersebut menunjukan peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Melalui pendekatan metode PGR, materi yang dibahas menjadi lebih mudah dipahami, lebih menarik, sehingga pemahaman siswa lebih mendalam. Pada siklus 2, siswa diminta untuk mengerjakan latihan membuat kalimat positif dan merubahnya menjadi kalimat negative . Kegiatan tersebut membuat siswa lebih mampu untuk mempelajari dan memahami materi pelajaran yang disampaikan. Siswa belajar dengan baik karena mereka terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Hasil belajar tersebut juga dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungannya melaui sumber belajar yang dirancang oleh guru. Peningkatan pemahaman siswa juga sangat dipengaruhi keaktifan dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa yang sejalan dengan meningkatnya ketuntasan siswa pada tiap siklus. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil perbaikan yang telah dilaksanakan peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode PGR berperan dalam meningkatkan kualitas belajar dan pembelajaran maupun penguasaan kompetensi pada materi Simple Past Tense dikelas VIII-I SMPN 3 Batu Metode PGR (Practice, Generalization, Revision) perlu diterapkan pada materi lain sesuai dengan karakteristik materi tersebut. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. dkk., 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara https://edgarismar.wordpress.com/teknik-pengajaran-structure-grammar/ http://mys.yoursearch.me/web?q=teknik+pembelajaran+PGR http://oramaido.blogspot.co.id/2014/09/contoh-ptk-bhs-inggris-smp-upaya.html
951
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN TEKS NARATIF MENGGUNAKAN STRATEGI MEMBACA BEFORE, DURING, AFTER (BDA) Rosariningsih SMPK Widyatama Batu
[email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan memahami teks naratif pada siswa kelas VIIIC di SMPK Widyatama Batu. Berdasarkan pengamatan penulis, kemampuan siswa dalam memahami bacaan belum maksimal karena masih banyak siswa yang mendapatkan nilai bahasa Inggris dibawah KKM (KKM=75) yang ditetapkan sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut penulis mencoba menerapkan strategi membaca BDA (Before, During, After) dalam pembelajaran. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian memerlukan waktu selama 2 bulan (Maret-April 2016), melibatkan 23 siswa SMPK Widyatama. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Masingmasing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, penerapan, observasi dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi dan test. Hasil akhir menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode BDA mampu meningkatkan kemampuan memahami teks naratif pada siswa kelas VIIIC di SMPK Widyatama Batu. Kata kunci: reading comprehension, narrative text, BDA reading strategy.
Pendidikan merupakan aspek yang berperanan penting untuk memajukan sebuah bangsa karena pendidikan merupakan proses peningkatan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan. Didalam pendidikan dimana siswa sebagai konsumen pendidikan dan guru sebagai pelaku dalam pendidikan sangat berkaitan erat. Kompetensi guru dalam memajukan pendidikan memegang peranan penting karena guru yang berkualitas membantu mempersiapkan para siswa sebagai generasi penerus bangsa secara optimal. Salah satu mata pelajaran yaitu Bahasa Inggris yang dituangkan dalam Permendikbud No. 58 Tahun 2014 merumuskan kompetensi berbahasa Inggris sebagai “kompetensi melaksanakan fungsi sosial dengan menggunakan teks berbahasa Inggris yang runtut dan runut dan unsur kebahasaan yang tepat dan berterima, secara terampil dengan didasari pemahaman yang baik pada setiap unsur kompetensi.” Dalam mata pelajaran Bahasa Inggris terdapat 4 keterampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca dan berbicara. Diantara 4 keterampilan tersebut, keterampilan membaca memiliki bagian yang cukup besar dalam Ujian Nasional mata pelajaran Bahasa Inggris. Pada ujian nasional siswa diharapkan mampu untuk menjawab pertanyaan tentang teks berbahasa Inggris sehingga dalam hal ini kemampuan siswa untuk memahami teks sangat dibutuhkan. Pentingnya kemampuan membaca siswa untuk memahami teks bahasa Inggris membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada siswa kelas VIIIC SMPK Widyatama karena kemampuan siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris terutama memahami teks naratif masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai bahasa Inggris siswa yang kurang dari KKM sebanyak 65%. KKM Bahasa Inggris saat ini adalah 75. Dari masalah yang ada, peneliti tertarik untuk mendalaminya. Informasi yang didapat dari angket siswa, hasilnya mengatakan sebagian besar siswa menuliskan bahwa mereka kesulitan memahami teks yang ada. Kesulitan memahami teks
952
ISBN: 978-602-1150-17-7
bahasa Inggris tersebut disebabkan keterbatasan kemampuan siswa untuk menghubungkan informasi yang ada didalam teks, keterbatasan kosakata yang dimiliki serta minat siswa untuk membaca masih kurang. Dengan penyebab masalah tersebut, penulis mencoba mencarikan solusi dengan mencobakan model pembelajaran menggunakan strategi membaca BDA (Before – During – After). Strategi BDA merupakan strategi yang digunakan untuk membuat siswa mengaktifkan pengetahuan yang telah mereka ketahui dengan teks yang ada sehingga dapat menghubungkan informasi yang telah dimiliki dengan informasi yang terdapat pada teks yang baru. Strategi ini terdiri dari 3 bagian yaitu Before (sebelum), During (selama), After (sesudah) membaca. Before merupakan bagian dimana pengetahuan yang telah dimiliki siswa tentang topik yang ada digali. Bagian kedua During merupakan interaksi siswa dengan teks pada saat membaca tentang apa yang ingin mereka ketahui tentang topik tersebut. Bagian yang ketiga After (sesudah) membaca, siswa menghubungkan apa yang telah mereka baca ke dalam pengetahuan yang mereka miliki sehingga mereka mendapatkan sebuah informasi baru yang lebih lengkap. KELEBIHAN Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan agar siswa dapat meningkatkan kemampuan membaca teks naratif sehingga nilai mata pelajaran Bahasa Inggris diharapkan mengalami peningkatan. Penelitian terdahulu yang pernah menggunakan metode BDA belum ditentukan. Penelitian sejenis yaitu KWL (Know, What to Know, Learning) dilaksanakan oleh Jafrizal (2003) dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Melalui Teknik KWL dan Permainan Bahasa”. Dari hasil penelitian terdahulu terbukti KWL dapat meningkatkan partisipasi siswa didalam pembelajaran sehingga hasil ulangan harian siswa yang diajarkan lebih baik dan persentase ketuntasan belajar siswa lebih tinggi. Peneliti Maarif (2014) membuat penelitian dalam Tesis, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang berjudul “Improving 9th Graders‟ Reading Comprehension Ability Through KWL (Know, Want to know and Learned) Strategy in SMP Sunan Ampel. Peneliti mendapatkan hasil bahwa penggunaan strategi membaca KWL pada subjek penelitian menunjukan peningkatan pemahaman membaca report teks. Hasil ratarata skor dari test memahami bacaan kelompok atas adalah 86. Sementara itu standar skor lulusnya 85. Skor kelompok tengah adalah 71. Sementara itu skor standar lulusnya 70. Dan skor kelompok bawah adalah 62. Sementara itu skor standar lulusannya 60. Semua kategori telah mencapai standar kelulusan yang telah ditentukan. Ini berarti dengan menggunakan strategi membaca KWL dalam mengajar pemahaman membaca siswa di dalam teks report dapat meningkat dari waktu ke waktu. Hasil penelitian lainnya adalah Tesis dengan judul “The Implementation of K-W-L Technique and Analytical Exposition Graphic Organizer to Improve the Reading Comprehension of the Eleventh Grade Students of SMA Negeri 8 Malang” dilakukan oleh Gultom, Arwijati_Wahyudi, Suharmanto (2013). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi K-W-L dan AEGO dalam pengajaran dan pembelajaran pemahaman membaca meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca. Hasilnya adalah sebanyak 100% nilai siswa lulus KKM dan rata-rata kelas meningkat dari 77.6 menjadi 94.6. Disamping itu, K-W-L dan AEGO juga meingkatkan keikutsertaan siswa dalam proses belajar mengajar dari 50 % menjadi 85.3 %. Dari hasil penelitian terdahulu terbukti strategi KWL yang prosesnya serupa dengan BDA terbukti dapat meningkatkan kemampuan reading siswa dalam membaca. Nilai siswa yang mendapatkan minimal KKM dan nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan. Disamping itu siswa lebih aktif dalam keikutsertaan dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu peneliti menggunakan BDA untuk penelitian. Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut
953
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
“Bagaimana penggunaan strategi BDA dapat meningkatkan kemampuan membaca untuk memahami teks naratif di kelas VIIIC SMPK Widyatama Batu.” METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas VIIIC SMPK Widyatama Batu dengan jumlah siswa 23 orang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Peneliti memilih kelas ini karena memiliki minat membaca yang rendah serta nilai rata-rata kelas yang rendah dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan McTaggart, yaitu model spiral (dalam Wiraatmaja, 2006: 66). Dimana dalam model spiral ini terdiri dari 2 siklus dan dari setiap siklus terdiri dari (1) perencanaan (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi serta (4) refleksi.
Gambar 1. Alur PTK menurut Kemmis dan McTaggart
Di dalam penelitian ini peneliti mempunyai target 80% siswa yang mencapai minimal 75 (sesuai KKM) 80% atau lebih, jika tercapai maka pembelajaran menggunakan BDA dapat dianggap berhasil. Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan survey kepada siswa yang akan dijadikan subyek pengajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa sehubungan dengan memahami teks bahasa Inggris. Selain itu dikarenakan peneliti bukan merupakan guru pengajar di kelas tersebut. Berikutnya peneliti mengidentifikasi faktor-faktor hambatan pembelajaran. Setelah itu peneliti merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran bahasa Inggris terutama untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami teks naratif. Di dalam tahap pelaksanaan tindakan, peran peneliti adalah melaksanakan pembelajaran membaca teks naratif dengan menggunakan strategi BDA. Selanjutnya tahap pengamatan, peneliti bekerjasama dengan teman sejawat mengobservasi proses KBM. Tahap selanjutnya refleksi, peneliti menganalisis pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar siswa). Penelitian ini dilaksanakan di SMPK Widyatama Batu dengan alamat Jl. Panglima Sudirman No. 59. Subyek penelitian adalah siswa di kelas VIIIC dengan jumlah siswa 23 orang
954
ISBN: 978-602-1150-17-7
terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Karakter siswa pada dasarnya hampir sama (homogen). Penelitian dilakukan pada bulan Maret dan April 2016. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian siklus I terdiri dari 2 pertemuan dilaksanakan tanggal 15 Maret 2016 dan 17 Maret 2015. Sedangkan siklus II juga terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 1 April 2016 dan 4 April 2016. Temuan pada Siklus I Siklus I – Pertemuan I Pada siklus I pertemuan I, materi yang dibahas adalah teks naratif berupa fabel berjudul “Mousedeer and Crocodiles”. Siklus ini dilakukan dalam 2 pertemuan, 1 pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2x40 menit). Pada kegiatan awal guru melakukan apersepsi. Setelah itu dilanjutkan dengan bertanya tentang materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Saat itu guru mengkaitkan materi pertemuan terakhir dengan materi yang akan dibahas pada hari itu. Guru yang tampil sebagai pelaksana tindakan penelitian menulis topik pelajaran dan menyiapkan tabel BDA (Before, During, After) di papan tulis. Pada kegiatan inti ada 3 bagian yaitu Before, During dan After. BEFORE Guru meminta siswa mengamati gambar yang ada di halaman 214.
Kemudian guru meminta siswa membuat sebuah pertanyaan tentang topik atau gambar yang dia amati atau hal yang ingin diketahui tentang topik yang akan dibahas dan menuliskan di kertas biru muda (Before) dan menempelkannya di depan kelas pada kolom Before. DURING Setelah itu guru membacakan cerita Mousedeer and Crocodiles tersebut, murid mendengarkan dengan seksama. Sambil mendengarkan cerita siswa diminta membuat sebuah pertanyaan tentang cerita yang didengarkannya dan menuliskan pertanyaan di kertas berwarna merah muda lalu menempelkan pada kolom (During).
955
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
AFTER Sesudah guru selesai membacakan cerita Mousedeer and Crocodiles, guru memberi waktu siswa untuk membuat sekali lagi 1 pertanyaan seputar cerita yang telah didengar atau hal yang ingin mereka ketahui setelah proses mendengarkan secara keseluruhan. Mereka menuliskan pertanyaan itu pada selembar kertas merah muda lalu menempelkan pada karton di kolom AFTER.
956
ISBN: 978-602-1150-17-7
Siswa membuat pertanyaan
Siswa menempelkan sesuai kolom
Setelah semua pertanyaan itu tertempel sesuai dengan kolom masing-masing guru memfasilitasi dengan membacakan pertanyaan-pertanyaan dimulai dari kolom Before. Pada saat guru membacakan pertanyaan tersebut siswa yang mengetahui jawaban diminta menjawab secara lisan dan guru menuliskan di bawah kolom masing-masing. Guru memberi tanda pertanyaan apakah pertanyaan tersebut mendukung cerita, atau tidak adanya informasi yang ada pada cerita itu, atau pertanyaan yang tidak ada hubungannnya sama sekali dengan cerita itu sehingga tidak menunjang pemahaman cerita.
Hasil pekerjaan siswa
Semua jawaban siswa tersebut setelah tertulis sesuai dengan kolom masing-masing merupakan hasil dan kesimpulan dari proses pembelajaran saat itu. Pada akhir kegiatan ada 2 tugas yang dikerjakan siswa. Siswa diminta bekerja secara berkelompok. Masing-masing kelompok diberi jumbled paragraf yang berisi tentang cerita yang Mousedeer and Crocodile yang lengkap. Kelompok tersebut diminta menyusun dan paragraf acak itu menjadi cerita yang baik sesuai yang mereka dengarkan.
957
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Siswa menyusun dan menempel paragraf acak menjadi cerita yang baik dan runut. Hasil pekerjaan kelompok lalu ditempelkan di depan kelas, kelompok yang lain memeriksa apakah cerita tersebut sudah tersusun dengan runut dan baik. Kelompok lain diperbolehkan memberi komentar atau saran terhadap hasil pekerjaan temannya.
Kelompok lain memeriksa dan memberi komentar hasil pekerjaan teman dari kelompok lain
Pada kegiatan akhir, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran. Guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan apa yang telah mereka pelajari pada pelajaran saat itu. Siklus I – Pertemuan II Pada siklus I pertemuan II materi yang dibahas adalah teks naratif berupa fabel berjudul “A Wolf in Sheep Clothing.” Pada kegiatan awal guru melakukan apersepsi. Setelah itu dilanjutkan dengan bertanya tentang materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Saat itu guru mengkaitkan materi pertemuan terakhir dengan materi yang akan dibahas pada hari itu. Guru meminta perwakilan siswa untuk membacakan dengan keras secara bergantian teks Mousedeer and Crocodiles yang telah disusun pada pertemuan lalu. Guru bertanya strukture teks tentang tokoh, setting tempat, waktu, permasalahan yang muncul, akhir dari cerita secara lisan. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan kedua ini. Pada kegiatan inti, guru yang tampil sebagai pelaksana tindakan penelitian menulis topik pelajaran dan menyiapkan tabel BDA (Before, During, After) di papan tulis. BEFORE Guru meminta siswa mengamati judul cerita yang ada di halaman 217. Guru meminta siswa membuat pertanyaan tentang apa yang mereka ketahui tentang judul atau topik cerita.
958
ISBN: 978-602-1150-17-7
DURING Setelah itu guru meminta siswa membaca secara mandiri dalam hati cerita tentang “A Wolf in Sheep Clothing” tersebut. Sambil membaca cerita siswa diminta membuat sebuah pertanyaan tentang cerita yang dibacanya jika ada yang tidak dimengerti dan menuliskan pertanyaan di kertas berwarna merah muda.
AFTER Sesudah siswa selesai membaca cerita, guru memberi waktu siswa untuk membuat sekali lagi 1 pertanyaan seputar cerita yang telah dibaca atau hal yang ingin mereka ketahui setelah proses membaca secara keseluruhan. Mereka menuliskan pertanyaan itu pada selembar kertas merah muda. Setelah selesai ketiga proses BDA tersebut, siswa diminta untuk menempelkan pertanyaannya sesuai dengan kolom yang telah disediakan Before, During, After. Beberapa siswa diminta membaca pertanyaan temannya sedangkan siswa yang lain jika mengetahui jawabannya bisa menjawab pertanyaan tersebut dan menuliskannya di papan tulis. Peran guru sebatas fasilitator jika dibutuhkan. Setelah selesai seluruh jawaban siswa merupakan rangkuman sederhana dari cerita yang mereka baca. Jika informasi kurang lengkap guru berperan untuk memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya dan menjawab sehingga mereka dapat memahami cerita lebih jelas. Kegiatan selanjutnya untuk lebih memahami cerita siswa diminta melengkapi lembar kerja tentang A Wolf in Sheep Clothing yang telah mereka baca. Siswa bekerja secara berkelompok.
959
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Siswa melengkapi lembar kerja secara berkelompok
Setelah selesai melengkapi lembar kerja secara berkelompok, tugas ditukar antar kelompok dan siswa saling memeriksa hasil pekerjaan dari kelompok lain. Di akhir kegiatan, guru memberikan tes untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran. Hasil dari tes tersebut menunjukkan bahwa siswa yang tuntas berjumlah 9 orang (39%). Sedangkan yang belum tuntas 14 orang (61%). Data Siklus I No. Keterangan 1 Nilai rata-rata kelas 2 Jumlah siswa yang tuntas
Hasil 65.5 9
960
ISBN: 978-602-1150-17-7
3 4 5
Jumlah siswa yang belum tuntas Prosentase siswa yang tuntas Prosentase siswa yang belum tuntas
14 39% 61%
Dari siklus I ditemukan beberapa kendala untuk diperbaiki pada siklus II. Kendala tersebut antara lain adalah ada siswa jika bekerja berkelompok tidak maksimal karena kurang cocok dengan teman sekelompok, petunjuk dari guru kurang jelas, waktu pengerjaan masih kurang. Perencanaan untuk perbaikan untuk siklus 2 adalah guru lebih mengarahkan dalam pemilihan kelompok disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan siswa serta diberikan tugas dalam bentuk individual. Dalam pemberian instruksi guru memberikan lebih detail serta contoh pertanyaan untuk membantu siswa, untuk siswa yang masih kurang mendapatkan perhatian lebih intensif. Temuan pada Siklus II Siklus II – Pertemuan I Pada siklus II pertemuan I, materi yang digunakan adalah teks naratif berupa fabel berjudul “The Goose and the Golden Egg.”. Siklus ini dilakukan dalam 2 pertemuan, Pada kegiatan awal guru melakukan apersepsi. Setelah itu dilanjutkan dengan bertanya tentang materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Saat itu guru mengkaitkan materi pertemuan terakhir dengan materi yang akan dibahas pada hari itu. Guru yang tampil sebagai pelaksana tindakan penelitian menulis topik pelajaran dan menyiapkan tabel BDA (Before, During, After) di papan tulis. Kegiatan inti dilakukan menggunakan 3 tahapan Before, During dan After. BEFORE Guru meminta siswa mengamati gambar yang disediakan. Kemudian guru meminta siswa membuat sebuah pertanyaan tentang topik atau gambar yang dia amati atau hal yang ingin diketahui tentang topik yang akan dibahas dan menuliskan di kertas biru muda (Before). DURING Setelah itu guru meminta membaca dengan keras cerita tersebut kalimat demi kalimat bergantian. Siswa yang tidak membaca secara lisan diminta mengikuti membaca dalam hati sambil mendengarkan temannya dengan seksama. Sambil mendengarkan cerita, siswa diminta membuat sebuah pertanyaan tentang cerita yang didengarkannya dan menuliskan pertanyaan di kertas berwarna merah muda.
961
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
AFTER Sesudah selesai membaca cerita, guru memberi waktu siswa untuk membuat sekali lagi 1 pertanyaan seputar cerita yang telah didengar atau hal yang ingin mereka ketahui setelah proses mendengarkan secara keseluruhan. Mereka menuliskan pertanyaan itu pada selembar kertas merah muda. Setelah selesai 3 tahapan tersebut, kertas ditempelkan di tabel yang sudah disiapkan. Siswa diminta menempelkan pada kolom yang sesuai. Guru meminta 3 orang siswa sukarela untuk membacakan masing-masing kolom. Setelah dibacakan pertanyaannya, siswa menjawab pertanyaan yang ada dimasingmasing kolom. Dari jawaban tersebut dapat dirangkai menjadi ringkasan sederhana. Selanjutnya guru mengulang beberapa kosakata yang masih menjadi kendala pada waktu membaca lisan. Kosakata baru yang ditemukan dibahas bersama secara klasikal. Kegiatan berikutnya siswa diminta melengkapi tabel berdasarkan cerita yang ada secara individu. Place
Time
Characters Complication (Problem arise) Resolution (ending of the story) Setelah selesai pembahasan tabel secara klasikal, siswa saling menukar pekerjaan dengan teman yang lain untuk diperiksa. Pada kegiatan akhir, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran. Guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan apa yang telah mereka pelajari pada pelajaran saat itu Siklus II – Pertemuan II Pada siklus II pertemuan II materi yang dibahas adalah teks naratif berupa fabel berjudul “A Bear and A Rabbit.”
962
ISBN: 978-602-1150-17-7
Pada kegiatan awal guru melakukan apersepsi. Setelah itu dilanjutkan dengan bertanya tentang materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Saat itu guru mengkaitkan materi pertemuan terakhir dengan materi yang akan dibahas pada hari itu. Guru bertanya struktur teks tentang tokoh, setting tempat, waktu, permasalahan yang muncul, akhir dari cerita “The Goose and the Golden Egg.” secara lisan. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan kedua ini. Pada kegiatan inti, guru yang tampil sebagai pelaksana tindakan penelitian menulis topik pelajaran dan membagikan siswa tabel BDA. Kali ini mereka membuat pertanyaan secara mandiri pada tabel yang disediakan. BEFORE
DURING
AFTER
BEFORE Guru meminta siswa membuat sebuah pertanyaan tentang apa yang akan ada di cerita “A Bear and A Rabbit.” pada tabel. DURING Setelah itu guru meminta siswa membaca secara mandiri dalam hati cerita tentang “A Bear and A Rabbit.” tersebut. Sambil membaca cerita siswa diminta membuat sebuah pertanyaan tentang cerita yang dibacanya jika ada yang tidak dimengerti dan menuliskan pertanyaan pada tabel. A bear and a rabbit Once upon a time there lived as neighbours, a bear and a rabbit. Unlike the bear, the rabbit was a good hunter. Therefore, the bear always asked the rabbit to hunt for him. The rabbit could not refuse the bear‟s demand because he is afraid of the bear. Every week, the rabbit went to the woods to shoot buffaloes. He shot and killed so many buffaloes. However, the bear was very gluttonous. He did not allow the rabbit to get any meats. Poor rabbit would have to go home hungry all the time. The bear was the father of five children. The mother bear always gave her youngest boy an extra large piece of meat. But the baby bear never ate the extra meat. Secretly, he would take the meat outside and pretend to play ball with it. Then, the baby bear would kick down the meat towards the rabbit‟s house. When he got close to the door, he would give the meat such a great kick that it would fly into the rabbit‟s house. In this way, poor rabbit would get his meal unknown to the papa bear.
AFTER Sesudah siswa selesai membaca cerita, guru memberi waktu siswa untuk membuat sekali lagi pertanyaan seputar cerita yang telah dibaca atau hal yang ingin mereka ketahui setelah proses membaca secara keseluruhan. Mereka menuliskan pertanyaan itu pada tabel. Setelah selesai ketiga proses BDA tersebut, siswa diminta untuk saling menukar tabel mereka. Teman yang dapat menjawab pertanyaan dapat menambahkan jawaban pada tabel yang
963
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
ada. Beberapa siswa diminta membaca pertanyaan pada tabel dan jawaban yang ada. Sedangkan siswa yang lain mendengarkan dan mengoreksi jawaban yang ada. Peran guru sebatas fasilitator jika dibutuhkan. Setelah selesai seluruh jawaban siswa merupakan rangkuman sederhana dari cerita yang mereka baca. Jika informasi kurang lengkap guru berperan untuk memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya dan menjawab sehingga mereka dapat memahami cerita lebih jelas. Di akhir kegiatan, guru memberikan tes untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa. Hasil dari tes tersebut menunjukkan bahwa siswa yang tuntas berjumlah 18 orang (79%). Sedangkan yang belum tuntas 5 orang (21%). Data Siklus II No. 1 2 3 4 5
Keterangan Nilai rata-rata kelas Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang belum tuntas Prosentase siswa yang tuntas Prosentase siswa yang belum tuntas
Hasil 76.6 18 5 79% 21%
Pembahasan Penerapan strategi BDA untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa. Ini terlihat dari tabel berikut: Hasil Penelitian No. 1 2 3 4 5
Keterangan Nilai rata-rata kelas Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang belum tuntas Prosentase siswa yang tuntas Prosentase siswa yang belum tuntas
Siklus I 65.5 9 14 39% 61%
Siklus II 76.6 18 5 79% 21%
Dari tabel diatas terlihat ada peningkatan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata kelas 65.5 menjadi 76.6. Prosentase siswa yang tuntas dari 39% menjadi 79%. Hasil sebanyak 79% memang belum mencapai target yaitu 80%. Namun disini terlihat ada peningkatan yang significan. Peningkatan disebabkan penerapan strategi BDA pada siklus I yang direvisi pada siklus II dengan solusi guru lebih mengarahkan dalam pemilihan kelompok disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan siswa serta diberikan variasi tugas dalam bentuk individual. Dalam pemberian instruksi guru memberikan lebih detail serta contoh pertanyaan untuk membantu siswa. Siswa yang lambat belajar diberi perhatian ekstra. Penenitian ini dihentikan karena dianggap sudah bisa meningkatkan hasil belajar siswa. PENUTUP Kesimpulan Penerapan strategi BDA pada pembelajaran keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas VIIIC SMPK Widyatama Batu dapat meningkatkan membaca pemahaman pada siswa tersebut. Hal ini ditunjukkan dari hasil rata-rata kelas siklus I yaitu 65.5 dibandingkan
964
ISBN: 978-602-1150-17-7
dengan hasil rata-rata kelas pada siklus II sebesar 76.6 terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 11. 1 Saran Strategi BDA dapat digunakan dalam proses belajar mengajar sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan memahami teks lebih efektif dan menarik. Guru mata pelajaran bahasa Inggris harus lebih kreatif dan inovatif dalam mempersiapkan pembelajaran agar hasil pembelajaran lebih meningkat. DAFTAR RUJUKAN Gultom, M.R, Arwijati_Wahyudi, Suharmanto. 2013. The Implementation of K-W-L Technique and Analytical Exposition Graphic Organizer to Improve the Reading Comprehension of the Eleventh Grade Students of SMA Negeri 8 Malang. Thesis, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang Maarif, S. 2014. Improving 9th Graders’ Reading Comprehension Ability Through KWL (Know, Want to know and Learned) Strategy in SMP Sunan Ampel. Thesis, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara.
965
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS RECOUNT TEXT DENGAN MENGGUNAKAN GRAPHIC ORGANIZER PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BATU Didien Ika Herayani SMP Negeri 2 Batu, East Java.
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis teks recount pada siswa kelas VIII A di SMP Negeri 2 Batu dengan menggunakan graphic organizer. Menurut pengamatan penulis masih banyak siswa di kelas VIII A ini yang kesulitan untuk menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasannya untuk menulis teks recount yang baik, ini dapat di lihat dari nilai ketrampilan menulis teks recount siswa yang masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu < 75. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti mencoba menerapkan penggunaan Graphic Organizer untuk membantu siswa dalam menulis teks recount. Penggunaan media ini mempermudah siswa menuangkan ide atau gagasan mereka sebelum menulis teks recount. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subject penelitian adalah siswa kelas VIII A pada tahun pelajaran 2015/2016 semester genap. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, dengan setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan,tindakan, observasi dan refleksi. Instrument penilaian yang digunakan adalah observasi dan tes. Hasil Penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan graphic organizer terjadi peningkatan ketrampilan menulis siswa dalan teks recount dengan prosentase 78,12 % (siklus 1) dan 87,5 % pada siklus 2. Kata Kunci: menulis, recount text, graphic organizer
Pendidikan sangat penting untuk kemajuan setiap bangsa. Oleh karena itu kemajuan pendidikan setiap bangsa tergantung dari kompetensi seorang guru dalam mendidik anak bangsa sebagai penerus dalam membangun bangsanya. Begitu juga dengan bangsa Indonesia, kemajuan bangsa kita ditentukan oleh kerja keras para pendidik, yaitu guru-guru yang profesional dalam mengajar di jenjang sekolah mulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pembelajaran Bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk kemajuan pendidikan yang ada di Indonesia, karena Bahasa Inggris merupakan Bahasa Internasional sebagai alat komunikasi di era komunikasi dan globalisasi saat ini. Begitu juga di jenjang SMP, pembelajaran Bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran essential yang harus dikuasai peserta didik, khususnya di SMPN 2 Batu. Pada saat ini SMP Negeri 2 Batu menerapkan kurikulum 2013 yaitu kurikulum yang berbasis kompetensi. Seperti yang tertuang dalam Permendikbud No, 58 tahun 2014, pada kurikulum 2013 terdapat empat Kompetensi Inti (KI) yang harus di kuasai pada setiap mata pelajaran . Keempat kompetensi Inti tersebut adalah KI 1 (Spritual), KI 2 (sikap), KI 3 (pengetahuan) dan KI 4 (ketrampilan). Keempat Kompetensi Inti tersebut harus terintegrasi di setiap mata pelajaran. Begitu juga untuk pelaajaran Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Batu. Dari keempat Ketrampilan Inti tersebut KI 4 yaitu tentang ketrampilan merupakan salah satu Kompetensi Inti yang harus di kuasai siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris di SMP. “Menyusun teks recount lisan dan tulis, pendek dan sederhana, tentang kegiatan, kejadian, peristiwa, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks “ adalah salah satu Kompetensi Inti Ketrampilan yang yang harus di kuasai oleh peserta didik yang ada di SMPN 2 batu. (Pemendikbud No. 58, 2014)
966
ISBN: 978-602-1150-17-7
Pembelajaran tentang Menyusun teks recount lisan dan tulis, pendek dan sederhana tersebut telah dilakukan guru di kelas. Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa ditunjukkan contoh teks recount tentang “experience”, kemudian guru meminta siswa untuk membaca cotoh teks tersebut dan bertanya-jawab hal-hal terkait yang tidak dipahami dalam teks tersebut. Selanjutnya guru meminta siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi social function, structure of the text, language feature dan mendiskusikan hasilnya bersama-sama. Setelah kegiatan tersebut guru menerangkan grammar tetang simple past tense untuk pembekalan membuat teks recount, dan meminta siswa secara individu membuat teks recount tentang pengalamanya sendiri. Ternyata hasil kegiatan pembelajaran tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan penulis, hal ini dilihat dari selama proses menulis teks recount siswa kesulitan menuangkan ide-idenya dalam menulis teks recount sehingga hasil kerja mereka berupa tulisan teks recount tentang pengalaman yang pernah mereka alami nilainya banyak yang di masih bawah nilai KKM. Dari total jumlah siswa kelas VIII A sebanyak 32 siswa, hanya terdapat 15 siswa yang mendapatkan nilai KKM yaitu >75. Dan terdapat 17 siswa yang belum tuntas. Jadi secara prosentasi ketuntasan secara klasikal hanya 46,87 % yang tercapai. Fenomena ini jauh sekali dari yang di harapkan guru yaitu 85%. Dari uraian di atas, dapat diambil sebuah gambaran kegagalan terhadap hasil belajar siswa dan hal tersebut merupakan masalah dalam pembelajaran yang harus segera diatasi. Sebagai upaya untuk memperbaiki kegagalan tersebut penulis berusaha mencari sebuah media pembelajaran sebagai solusi selanjutnya. Peneliti sadar di era Kurikulum 2013 ini yang menggunakan Scientific approach dengan model pembelajaran Cooperative learning, Dicovery Learning dan Problem Based Learning, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif. Pembelajaran di kelas tidak berpusat pada guru (teacher centre) tetapi berpusat pada siswa (student centre), jadi peran guru disini adalah sebagai fasilitator yang mampu memfasilitasi siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan. Dalam hal ini penulis memilih media graphic organizer untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks recount tentang pengalaman yang pernah mereka alami, sehingga dengan Media ini dapat membatu siswa untuk memahami struktur teks recount dan menata ide-ide atau gagasan-gagasan mereka untuk menulis teks recount. “Grapich organizer ” adalah alat pedagogik yang penting dan efektif untuk mengorganisasi isi atau ide-ide dan memfasilitasi pemahaman siswa dalam memperoleh informasi-informasi yang baru (McKnight, 2010:1) . Penggunaan graphic organizer ini diharapkan mampu membantu siswa untuk menulis teks recount yang baik tentang experience. Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah penggunaan graphic organizer dapat meningkatkan kemampuan menulis teks recount pada siswa kelas VIII A semester genap di SMPN 2 Batu?” Pada penelitian ini diharapkan 85% siswa mendapatkan nilai diatas KKM (75) secara klasikal. Disamping itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi guru kelas yang bersangkutan untuk mengatasi masalah kelas yang dihadapinya, khususnya dapat memotivasi siswa agar lebih mudah untuk menuangkan ide-idenya untuk menulis teks recount dengan bantuan graphic organizer sesuai dengan generic structure, sehingga pada akhirnya siswa mampu menulis teks recount tentang experience dengan baik. Selain itu peneliti juga berharap agar pembelajaran menggunakan graphic organizer membuat pembelajaran bahasa inggris lebih menyenangkan dan nilai siswa dalam kemampuan menulis meningkat. Dan bagi guru Bahasa Inggris yang lain, penelitian ini bisa menjadi bahan masukan untuk pembelajaran ketrampilan menulis dalam bentuk teks recount. Serta diharapkan agar dapat berfungsi sebagai kajian untuk penelitian yang mempunyai masalah yang sama.
967
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Dalam penelitian tindakan ini guru sebagai peneliti. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan McTaggart (dalam Hariyati, 2009), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
gambar berikut. Perencanaan
Tindakan
Siklus 1
Observasi
Refleksi
Belum berhasil
berhasil
Perencanaan
Tindakan
Siklus 2 Observasi
Refleksi
Gambar 1. Alur PTK (dimodifikasi dari Hariyati, 2009)
968
ISBN: 978-602-1150-17-7
Siklus 1 Tahap Perencanaan (Planning), mencakup: 1. Menyusun dan membuat rencana pembelajaran dengan media graphic organizer untuk 2 kali pertemuan 2. Menyiapkan tes tulis untuk ketrampilan menulis dan instrumen (lembar observasi, kriteria /rubrik penialain ketrampilan menulis teks recount). 3. Menyiapkan media pembelajaran dan student worksheet. Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup: a. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai perencanaan pembelajaran (RPP). b. Menggunakan media graphic organizer pada pelaksanaan pembelajaran menulis teks recount. c. Menilai hasil unjuk kerja siswa berupa ketrampilan menulis teks recount tentang experience. Tahap Mengamati (Observation), mencakup: 1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan penggunaan media graphic organizer pada kegiatan pembelajaran dengan observer menggunakan lembar observasi. 2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan media graphic organizer pada kegiatan pemebelajaran menulis teks recount. 3. Merekam data semua jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 1 untuk pengumpulan data Tahap refleksi (Reflection), mencakup: a. Menganalisis dan mengintrepetasi data temuan saat melakukan observasi. b. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan media graphich organizer dalam pembelajaran menulis teks recount untuk mempertimbangkan dan menentukan langkah selanjutnya. c. Melakukan refleksi terhadap penerapan media graphic organizer pada pembelajaran menulis teks recount. d. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang kelemahanatau kekurangan yang dilakukan guru sebagai saran dan perbaikan untuk pembelajaran berikutnya pada siklus 2. Penelitian ini telah dilaksanakan dengan 2 siklus oleh peneliti dan dilakukan di kelas VIII A semester ganjil di SMPN 2 Batu tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 32 siswa. Pada penelitian ini peneliti menggunakan observer (teman sejawat) dan pada langkah observasi menggunakan instrument pengamatan terhadap pelakasanaan pembelajaran. Untuk refleksi akan di bahas hasil-hasil penelitian, kendala-kendala yang dialami dan solusinya. Kehadiran peneliti sebagai guru di kelas tetap dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus. Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan dan dilaksanakan tanggal 11-12 Maret 2016 dan siklus 2 dilaksanakan tanggal 2-3 April 2016 , berikut adalah temuan dan hasil penelitian Temuan pada penelitian siklus 1 Siklus 1 terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali tatap muka,satu kali pertemuan untuk kegiatan masing-masing pertemuan menggunakan tahapan pembelajaran yaitu kegiatan awal,kegiatan inti dan kegiatan akhir.
969
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Siklus 1 pertemuan 1 Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan, pada kegiatan ini seteleh memasuki ruangan kelas guru memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru mengajak siswa mendiskusikan materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan mengkaitkanya dengan materi pelajaran yang akan dipelajari, yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan terkait materi pembelajaran sebelumnya kepada siswa dan mengkaitkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari. Setelah itu guru menyampaikan topik, tujuan pembelajaran dan hasil yang diharapkan pada pembelajaran ini. Untuk menggiring opini siswa masuk pada materi, guru memberikan prompt questions dan menunjukan fenomena tertentu kepada peserta didik terkait dengan experience mereka ketika liburan, contoh peranyaan guru: 1). What did you do to spend your holiday? 2). Where did you spend your holiday? 3). How did you feel after you spend your holiday? 4). Was there any problems you had?and how to solve that problem? Setelah diberikan pertanyaan seperti yang telah disebutkan di atas. Guru mengaitkan jawabanjawaban dari siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu menulis teks recount tentang pengalaman atau experience mereka. Pada tahap pembelajaran dikegiatan inti, yang guru lakukan pertama kali adalah meminta siswa mengamati sebuah gambar salah satu tempat wisata yang ada di kota Batu, yaitu gambar tempat wisata malam Batu Night Spectacular (BNS), seperti yang di tunjukan pada gambar di bawah ini;
Gambar 2. Media gambar tempat wisata BNS
Setelah mengamati gambar tersebut, guru meminta siswa untuk merumuskan berbagai pertanyaan terkait informasi yang terdapat pada gambar tersebut. Pada kegiatan selanjutnya, guru memberikan contoh teks recount tentang experience dan meminta siswa untuk membaca secara individu, seperti yang ditunjukan pada teks berikut ini; TRAVELING TO BATU NIGHT SPECTACULER (BNS) ORIENTATION... Last holiday my friends and I visited BNS. BNS is one of the night recreation places in Batu city. We went there by private car. EVENT I ... There, we saw many wonderful attactions. Then, we enjoyed the lampion garden. The garden was full of many shapes of lampions. After taking a picture in lampion garden area, we walked around the night market to buy some souvenirs. EVEVT2 ... Next, I could not continue to enjoy my holiday there because I got dizzy by sudden. I called myGambar friend to3. bring me toteks the nearest the doctor examined me and gave me some Contoh recountclinic. yangThere, diberikan guru untuk pemodelan medicines. After that, I asked my friend to accompany me staying in the car. RE-ORIENTATION … Finally, I was very tired, because I got sick spending my holiday there.
970
ISBN: 978-602-1150-17-7
Setelah siswa membaca teks tersebut guru memberikan pertanyaan secara lisan tentang berbagai informasi terkait teks recount tersebut untuk menggali pemahaman siswa tentang isi dari teks tersebut. Kemudian guru meminta siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi dan menemukan social function dan language feature dari contoh teks recount tersebut dan mendiskusikan hasilnya bersama-sama. Dari kegiatan ini ditemukan bahwa teks recount mempunyai ciri kebahasaan yaitu menggunakan Simple Past Tense. Selanjutnya Guru memberikan penjelasan tentang pola Simple Past Tense dan meminta siswa secara individu untuk membuat 5 kalimat tentang kejadian atau peristiwa yang pernah mereka alami dengan pola Simple Past Tense. Dalam kegiatan menulis kalimat dengan pola Simple Past Tense tersebut merupakan kegiatan yang sangat esensial sebagai dasar pembekalan siswa dalam untuk menulis teks recount, sehingga perlu penguatan kepada siswa. Selain tentang language feature . Siswa juga perlu pembekalan dan pemahaman tentang generic stucture tentang teks recount. Untuk kegiatan ini secara berkelompok guru meminta siswa untuk mengidentifikasi tentang generic structure dari teks recount dan mediskusikan hasilnya bersama-sama dengan guru. Dari kegiatan ini diperoleh hasil bahwa teks recount memiliki generic structure: Orientation, event dan re-orientation. Untuk mendalami tentang generic structure secara detail guru meminta siswa untuk mengklasifikasikan kalimat –kalimat yang terdapat dalam teks recount tentang experience “TRAVELING TO BNS” berdasarkan generic structure-nya dengan menjawab beberapa pertanyaan yang ada pada graphic organizer seperti yang terlihat pada graphic organier di bawah ini: Recount text 1. ORIENTATION Who went there? ........................... Where did S/He go? ........................... When did S/he go there? ...................... How did you go there?
..................... ..............
What is the title ? .... 4. RE-ORIENTATION
2.EVENT 1 What did you do there? ....... What did you do after that? ..........
3. EVENT 2 What did you do there? ....... What did you do after that? ..........
Were you happy going there? ...................... What made you happy there? ......................... Why were you happy/sad? .....................
Gambar 4. Graphic Organizer untuk mengklasifikasikan kalimat-kalimat pada recount teks “Traveling to BNS”
971
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Dari kegiatan ini didapatkan dokumen proses kegiatan dan hasil kerja kelompok siswa sebagai berikut:
Gambar 5. Kegiatan kelompok siswa
Gambar 6. Hasil kerja kelompok siswa
Setelah masing-masing kelompok meyelesaikan pekerjaanya, guru meminta perwakilan dari beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas kemudian guru dan siswa menarik kesimpulan dari hasil kerja kelompok tadi yaitu tentang generic structure dari teks recount terdiri dari orientation, event dan re-orentation. Untuk kegiatan kelompok selanjutnya, guru meminta siswa untuk menyusun paragraph acak recount menjadi teks yang padu dengan bantuan graphic organizer berdasarkan generic structure-nya. Grapich organizer, paragraph acak recount dan hasil kerja siswa dapat dilihat pada gambar berikut; Recount text What is the title ? .... 2. ORIENTATION 4. RE-ORIENTATION
2.EVENT 1
3. EVENT 2
Gambar 7. Grapich organizer untuk menyusun paragraph acak menjadi teks recount yang padu. My Holiday In the morning, my friend and I saw Mount Bromo. The scenery was very beautiful. We rode on horseback. It was scary, but it was fun. Then, we went to get a closer look at the mountain. We took pictures of the beautiful scenery there. Last week I went to Mount Bromo. I stayed at my friend's house in Probolinggo, East Java. The house has a big garden with colorful flowers and a small pool. We were very tired.Gambar However,5.I Paragraph think it wasacak reallyteks fun recount to have a holiday like this. I hope my next holiday will be more interesting.
Gambar 8.lunch Paragraph recount After that, we took a rest and had under aacak big tree. Before we got home, we went to the zoo at Wonokromo. We went home in the afternoon.
972
ISBN: 978-602-1150-17-7
Gambar 9. Kegiatan kerja kelompok siswa dan hasil kerja siswa . Setelah semua kelompok menyelesaikan tugas kelompoknya, guru meminta masing-masing kelompok untuk menukar hasil kerjanya dan saling memberikan komentar terhadap hasi kerja kelompok lain. Selanjutnya, guru meminta perwakilan dari kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas dan guru memberikan feedback. Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan hasil dari kegiatan pembelajaran yang telah mereka pelajari pada hari itu yaitu tentang teks recount yang meliputi social function, language feature (Simple Past Tense) dan generic stucture. Untuk kegiatan pembelajaran pertemuan ke-2, guru memberikan tugas pada masing-masing siswa untuk membawa gambar tempat-tempat wisata yang ada di kota Batu atau Malang Raya yang pernah mereka kunjungi. Setelah itu diakhir pembelajaran siswa dan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran saat itu. Dari kegiatan pembelajaran di siklus 1 pertemuan 1 ini didapat hasil kegiatan siswa yaitu menulis kalimat dengan pola simple past tense, mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang ada dalam teks recount berdasarkan generic stucture dan menyusun paragraph acak teks recount menjadi teks recount yang padu dengan bantuan graphic organizer.
Siklus 1 pertemuan 2 Pada kegiatan pembelajaran di siklus 1 pertemuan 2, diawali dengan kegiatan awal yaitu guru memberikan greeting dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru mengajak siswa me-review tentang pembelajaran yang telah diajarkan sebelumya dengan memberikan pertanyaan pada siswa, yaitu tentang recount text meliputi social function, language feature dan generic stucture. Dan kemudian guru memberikan penjelasan keterkaitan materi yang telah mereka pelajari sebelumya dengan materi yang akan mereka pelajari saat ini. Pada kegiatan inti siswa di minta untuk menulis teks recount tentang experience berdasarkan gambar tempat wisata di kota Batu atau Malang Raya yang pernah mereka kunjungi dengan bantuan Graphic organizer. Pertama-tama siswa diminta untuk menuliskan ide-ide nya dengan menjawab beberapa pertanyaan pada graphic organizer seperti yang terlihat pada gambar berikut ini;
973
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Recount text 1. ORIENTATION
What is the title ? ....
Who went there? ........................... Where did you go? ........................... When did you go there? ...................... How did you go there?
.....................
3. RE-ORIENTATION
2.EVENT 1 What did you do there? ....... What did you do after that? ..........
Were you happy going there? ...................... What made you happy there? ......................... Why were you happy/sad? .....................
Gambar 10. Graphic organizer untuk membatu siswa menuangkan ide-idenya dalam menulis teks recount
Pada kegiatan ini didapatkan hasil kerja siswa secara individu berupa kerangka karangan teks recount yang berupa ide-ide siswa tentang kegiatan atau peristiwa yang di alami siswa ketika mengunjungi tempat wisata tersebut. Hasil kerja siswa berupa gagasan atau ide-ide siswa dalam graphic organizer dapat dilihat pada gambar serikut:
Gambar 11. Kegiatan kerja individu siswa dan hasil kerja siswa.
Setelah kegiatan ini, siswa mengembangkan ide- ide atau gagasan yang telah mereka tuliskan di graphic organizer menjadi paragraph teks recount. Dalam kegiatan menulis teks recount ini dapat dilihat pada gambar berikut;
974
ISBN: 978-602-1150-17-7
Gambar 12. Kegiatan siswa menulis teks recount tentang experience mengunjungi salah tempat wisata yang ada di kota Batu atau Malang Raya
Gambar 13. Hasil kerja siswa berupa tulisan teks recount visting a recreation place in Batu city or Malang
Dari hasil kegiatan individul siswa berupa tulisan teks recount tentang pegalaman siswa mengunjungi tempat wisata tersebut dijadiakan guru sebagai hasil tes ketrampilan menulis. Nilai ketrampilan menulis siswa dalam menulis teks recount dapat dilihat pada tabel di bawah ini; Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Ketrampilan Menulis (writing) Siswa Siklus I
No 1 2 3 4 5
Uraian Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) Jumlah total siswa Jumlah siswa yang tuntas belajar Jumlah siswa yang belum tuntas belajar Persentase siswa yang tuntas belajar Persentase siswa yang belum tuntas belajar
Hasil Siklus I 75 32 siswa 25 siswa 7 siswa 78,12 % 21,88 %
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan penggunaan graphic organizer pada pembelajaran menulis teks recount diperoleh nilai rata-rata ketrampilan menulis siswa adalah 78,49 dan ketuntasan belajar mencapai 78,12% atau ada 25 siswa dari 32 siswa sudah tuntas belajar dengan nilai KKM:75. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 78,12 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.
975
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Dari hasil pekerjaan siswa dan langkah-langkah pembelajaran pada siklus 1 ini masih ditemukan beberapa kendala diantaranya masih ada nilai beberapa siswa yang dibawah KKM. Hal ini disebabkan ternyata pada proses pembelajaran siswa banyak yang kurang menguasai kosa -kata yang berhubungan dengan teks recount tentang experience sehingga mereka sering bertanya pada guru. Selain itu siswa juga masih kesulitan tentang grammar khususnya pola kalimat simple past tense, mereka masih belum paham tentang bentuk past dari kata kerja tertentu, baik regular maupun irregular verb, oleh karena itu perlu dicarikan solusi untuk kendala di siklus 1 ini. Alternatif solusi tersebut yaitu penambahan pemberian key words dan latihan soal tentang grammar (simple past tense), selain itu mereka perlu membawa kamus. Temuan pada penelitian siklus 2 Seperti pada siklus 1, siklus 2 ini terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali tatap muka, satu kali pertemuan untuk kegiatan masing-masing pertemuan menggunakan tahapan pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Siklus 2 pertemuan 1 Pada kegiatan awal di siklus 1 pertemuaan 1, guru mengecek kehadiran siswa dan memberi salam. Selanjutnya guru mengajak siswa untk mereview materi yang telah di pelajari pada pembelajaran di siklus 1 dan mengkaitkanya dengan pembelajaran yang akan di pelajari. Guru memberikan brainstorming untuk menggiring opini siswa masuk pada materi dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang unforgettable experience sebagai berikut: Do you have any interesting experience/ unforgettable experience? Can you recall it? Will you tell your experience to your friend? Pada kegiatan inti, guru mengawali kegiatan dengan meminta siswa untuk megamati sebuah gambar tentang logo Danone Cup seperti yang di tunjukan dengan gambar berikut:
Gambar 14. Danone club
Setelah mengamati gambar tersebut diatas, guru meminta siswa untuk memformulasikan pertanyaan terkait dengan gambar tesebut dengan bimbingan guru, contoh pertanyaan yang dibuat siswa: 1. Where did the tournament take place? 2. When did the tournamnent take place? 3. Who joined the tournamnent? Setelah siswa membuat pertanyaan dan bertanya jawab dengan guru dan siswa, Guru memberikan contoh teks recount tentang unforgatable experience seperti contoh berikut ini:
976
ISBN: 978-602-1150-17-7
Unforgettable Experience Last year, I attended a soccer tournament Danone Cup in Malang City. I went there with my football club. Many football clubs in East Java are registered, but only 32 teams could join the tournament, including my team. I was very pleased to be able to follow the tournament. If we could be the champion, We would represent the East Java Province to the National level. The game had started. In the first game, we won by score “1-0” and the second game we won ”2-0”. The next day, we faced the third game, I scored the third game in the second half. I was very happy, because my goal brought my team to the top 16 level. The next, we competed in a huge stadium. The competition was viewed by hundreds of spectators. My team faced Persema Junior team. We lost by a score “2-0”. We were all very disappointed. Finally, my disappointment was lost when Arema players came to Persema Stadium. We greeted and took pictures with them. It was like a dream to meet directly with Robert Albert, Roman Camelo, Kurnia Meiga and many more. We were very pleased to meet them.
Gambar 15. Contoh Teks recount unforgetable experience
Siswa diminta untuk membaca dan memahami isi bacaan teks tersebut. Kemudian diminta untuk menggaris bawahi kata-kata yang sulit dan membahasnya bersama-sama dengan guru. Setelah itu siswa menjawab beberapa pertanyaan terkait isi dari bacaan tersebut secara lisan. Selanjutnya guru dan siswa mereview kembali tentang social function, language feature dan generic structure dari teks recount. Terkait dengan language feature, Guru memberikan pemantapan dan penguatan tentang simple past tense, karena hasil dari siklus 1 siswa masih mengalami kesulitan dalam grammar ketika menulis paragraph recount, oleh karena itu pemantaan tentang grammar dilakukan pada kegitan pembelajaran di siklus 2 ini. Selain teori tentang simple past tense pada kegiatan inti ini siswa banyak diberi latihan- latihan soal yang berhubungan sengan pola simpla past tense. Pertama siswa di minta untuk mengkalsifikasikan regullar dan iregular verbs yang ada di dalam contoh teks recount dan mencari artinya secara berkelompok, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 2. Klasifikasi regular dan irregular verb N Regullar verb o Verb 2 (past) Verb 1 (present) Meaning
N o
Irregullar verb Verb 2 (past)
Verb 1 (present)
meaning
1 2 3
Setelah dibahas, ternyata siswa mampu mengklasifikasikan regular dan irregular verb dengan bantuan dictionary dan bimbingan guru. Untuk lantihan grammar selanjutnya siswa diminta untuk menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar dengan pola simple past tense. Berikut ini adalah contoh jumbled sentence yang di kerjakan siswa secara berkelompok. Arrange the jumbled sentences in a good order using simple past tense 1) I - some - extracurricular - at school - joined – exercises.
977
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
2). were - so - having - the - experience – glad. 3). Bought - book- in gramedia - They - some - two days ago 4). supermarket - went - to - some - snacks - yesterday - She - buy Ketika siswa langsung di suruh mengerjakan soal ini terlihat beberapa siswa mengalami kesulitan untuk menyusun menjadi kalimat yang benar, kata mana yang menjadi urutan yang pertama dan seterusnya, dengan demikian guru membimbing siswa untuk menyusun kalimat tersebut mulai dari Subject-Verb2-Object-Adverb atau Subject-tobe (was/were)-Adjectivecomplement. Dengan dibimbing seperti ini sangat membantu siswa. Selanjutnya siswa diminta membuat 5 kalimat dengan pola simple past tense tentang peristiwa/kegiatan yang pernah mereka alami secara individu. Setelah semua siswa selesai menulis kalimat, guru meminta beberapa siswa menuliskan hasil tulisanya di papan tulis. Guru mengambil sampel siswa yang menulis dengan benar dan siswa yang menulis belum benar. Ternyata dari kegiatan ini ada beberapa siswa yang kurang teliti dalam membuat kalimat, ada yang tidak memakai tobe was /were dan masih ada yang tidak memakai verb 2, disini siswa dan guru bersama2 mengoreksi hasil kerja mereka dan melakukan pembetulan bagaimana menulis kalimat dengan pola simple past tense yang benar . Guru meminta siswa tersebut untuk mengoreksi kalimat hasil tulisaanya dan meminta mereka untuk membenarkanya. Sehingga dari kegiatan ini siswa lain dapat membentulkan kalimat yang mereka buat jika ada kesalahan seperti yang di cotohkan beberapa siswa di papan tulis tersebut. Untuk kegiatan selnjutnya, siswa secara berkelompok diminta untuk menyusun paragraph acak menjadi teks recount yang padu dengan bantuan grapahic organizer dengan memperhatiaka generic stucture yang telah dibahas pada pertemuan di siklus 1 seperti yang terlihat dari gambar berikut ini: Falling from tree Because no one dared to climb the tree, I braced myself to climb it. I knew that I could not climb the tall tree. However, I want to show them that I was great. Then I climbed the tree. Having reached the top, I started looking for fruit which I would take. I saw my friends from the bottom praised me. “Great, you are awesome!” said one of my friends. “Fetch the fruit!” begged my friend. Then I tried to reach the fruit. However, when I was about to pick it up, the trunk where I stand broken. I felt from the tree. “Gubraaakk” My body crushed the ground. I cried in pain. I see blood was coming out of my head.
acak tree. recount tekstime, my friends and I wanted When I was kid, I Gambar felt out of16. myParagraph friend‟s mango At that to eat mango in front of my friend‟s house. The tree was very high. We could not climb it because at that time we were little. At that moment, I was ushered by my friend to my home. They told my mother that I fell out of a mango tree. Then my mother treated my wounds. Until now the wound is still seen in my arm. Every time I see it, I remember my childhood that careless and love to be praised.
978
ISBN: 978-602-1150-17-7
Pada pertemuan 1 ini waktu yang digunakan untuk membahas hasil kerja kelompok siswa dalam menyusun paragraph acak menjadi teks recount yang padu tidak mencukupi, oleh karena itu dilanjutkan pembahasanya pada pertemuan ke 2. Siklus 2 pertemuan 2 Kegiatan pembelajaran di siklus 2 pertemuan 2, diawali dengan kegiatan awal yaitu guru memberikan greeting dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru mengajak siswa mereview tentang pembelajaran yang telah diajarkan sebelumya dengan memberikan pertanyaan pada siswa, yaitu tentang recount text meliputi social function, language feature dan generic structure. Dan kemudian guru memberikan penjelasan keterkaitan materi yang telah mereka pelajari sebelumya dengan materi yang akan mereka pelajari saat ini. Pada kegiatan inti siswa diajak mendiskusikan hasil kerja kelompok pada pertemuan pertama yaitu menyusun paragraph acak menjadi teks recount yang padu sesuai dengan generic structure-nya. Pada kegiatan ini guru meminta perwakilan dari beberapa kelompok untuk membacakan hasilnya di depan kelas dan membahasnya bersama-sama, ternyata siswa paham tentang bagaimana menyusun paragraph acak recount. Selanjutnya guru meminta siswa membahas kata-kata yang sulit dari paragraph acak yang telah disusunnya agar siswa mempunyai perbendaharaan kata yang banyak sebelum mereka menulis teks recount tentang unforgettable experience berdasarkan pengalamanya sendiri. Untuk memahami isi dari bacaan teks recount tentang Falling from the tree, siswa menjawab berbagai pertanyaan secara lisan yang diberikan oleh guru. Pada kegiatan selanjutnya agar siswa bisa menulis teks recount dengan lancar, guru memberikan pembekalan kosa-kata yang bisa membantu siswa dalam menulis teks recount seperti yang di lihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.Regullar and Irregular Verbs
No
Regullar verb
No
Verb 2 (past)
Verb 1 Meaning (present)
1
faced
face
menghadapi
2
played
play
3
enjoyed
4
Irregullar verb Verb 2 (past)
Verb 1 (present)
meaning
1
fell
fall
terjatuh
bermain
2
felt
feel
merasakan
enjoy
menikmati
3
went
go
Pergi
reached
reach
mencapai
4
brougt
bring
membawa
5
arrived
arrive
sampai
5
bought
buy
membeli
6
climbed
climb
memanjat
6
write
wrote
menulis
7
wanted
want
ingin
7
came
come
datang
8
looked
look
menatap
8
Got out of
Get out of
Keluar dari
9
tried
try
mencoba
9
ate
eat
makan
10
begged
beg
memohon
10
took
take
mengambil
979
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
11
show
showed
menunjukan
11
put
put
meletakan
12
Picked up
Pick up
menjempit
12
read
read
membaca
13
Lifted up
Lift up
mengangkat
13
saw
see
melihat
14
loved
Love
menyayangi
14
have
had
mempunyai
15
praised
praise
memuji
15
dream
dream
bermimpi
16
treated
treat
merawat
16
knew
know
mengetahui
Selain diberi key words tentang regular and irregullar verb siswa diminta menggunakan kamus untuk mempermudah mereka menemukan kata-kata sulit yang tidak mereka ketahui ketika menulis teks recount tentang unforgettable experience yang pernah mereka alami. Seperti pada langkah menulis teks recount di siklus 1, siswa sebelum menulis diminta menulis gagasan-gagasan atau ide-ide mereka dengan bantuan grapic organizer seperti di bawah RECOUNT TEXT 1.
ORIENTAT ION Who got the experience? ................................... ...... Where did it happen? ................................... ....... When did it happen? ................................... ...... How did it happen? ................................... .....
What is the title? TITLE :
2.EVENT What did you do there? ..................................... What did you do after that? ............................................. Did you find some problem there? .......................................... What problem did you find there? ......................................... What did you do to solve the problem?
3. RE-ORIENTATION Were you happy getting the experience? ................................ What made you happy/sad? ................................ Why were you happy/sad? ................................. ...
Gambar 17. Graphic organizer untuk menuliskan ide-ide sebelum menulis teks recount
980
ISBN: 978-602-1150-17-7
Setelah itu siswa menulis ide-idenya yang telah mereka tulis di grapic organizer menjadi paragraph recount text, seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 18. Kegiatan siswa menulis paragrah recount
Selesai menulis teks recount tersebut, beberapa siswa diminta untuk membacakan hasil tulisannya di depan kelas. Dan guru memberikan feedback. Kemudian semua siswa memasanag hasil karyanya berupa tulisan teks recount tentang unforgettable experience berdasarkan pengalamanya sendiri di papan pajang.. Dari hasil kegiatan individul siswa berupa tulisan teks recount tentang unforgettable experience yang telah mereka alami tersebut dijadiakan guru sebagai hasil tes ketrampilan menulis. Nilai ketrampilan menulis siswa dalam bentuk essay teks recount di siklus 2 dapat dilihat pada tabel di bawah ini; Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Tes Ketrampilan Menulis (writing) Siswa Siklus 1
No 1 2 3 4 5 7
Uraian Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) Jumlah total siswa Jumlah siswa yang tuntas belajar Jumlah siswa yang belum tuntas belajar Persentase siswa yang tuntas belajar Persentase siswa yang belum tuntas belajar
Hasil Siklus 1 75 32 siswa 28 siswa 4 siswa 87,5 % 12,5 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menggunakan graphic organizer pada pembelajaran menulis teks recount di siklus 2 ini, diperoleh prosentase nilai ketuntasan belajar siswa mencapai 87,5% atau ada 28 siswa dari 32 siswa sudah tuntas belajar dengan nilai KKM ≥ 75. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus ke-2 secara klasikal siswa tuntas belajar, seperti yang di kehendaki peneliti yaitu persentase ketuntasan sebesar 85%. Hasil pada siklus 2 ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus 1. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus 2 ini dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menerapkan graphic organizer sehingga siswa menjadi lebih mudah menuangkan ide-idenya dalam menulis teks recount. Pada siklus 2 ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus 2. PEMBAHASAN Graphic organizer adalah alat pedagogik yang penting dan efektif untuk mengorganisasi isi atau ide-ide dan memfasilitasi pemahaman siswa dalam memperoleh informasi-informasi yang baru (McKnight, 2010:1). Graphic organizer ini dapat mempermudah siswa menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasanya sebelum menulis teks recount, sehingga mempermudah mereka menulis essay teks recount. Dan melalui hasil peneilitian ini menunjukan bahwa penggunaan graphic organizer memiliki dampak positif dalam
981
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
meningkatkan kemampuan menulis bahasa Inggris siswa dalam teks recount dengan tema visiting recreation place dan unforgetable experience. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru sehingga hasil tes writing dalam bentuk recount text mengalami peningkatan dari siklus I dan 2 yaitu masing-masing 78,12 % dan 87,5%. Dengan kata lain telah terjadi peningkatan ketrampilan menulis siswa dalam bentuk teks recount dengan menggunakan graphic organizer. Dalam penelitian ini terjadi peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan standar ketuntasan yang diharapkan yaitu ketuntasan belajar secara klasikal adalah 85% berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (dalam Hariyati, 2009). Ini berarti pada siklus II ini ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai yaitu mencapai 87,5 % bahkan melampaui standart ketuntasan. Sehingga peneliti merasa cukup jika penelitian ini hanya dilakukan sampai pada siklus 2. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis (writinga0 dalam bentuk teks recount dengan menggunakan graphic organizer memiliki dampak positif dalam meningkatkan kemampuan menulis siwa ditandai dengan peningkatan hasil tes ketrampilan menulis (writing) siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (78,12 %) dan siklus II (87,5%). Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar bahasa Inggris lebih efektif dan menyenangkan sehingga lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk menerapkan penggunaan graphic organizer diperlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih materi dan tema yang benar-benar bisa diterapkan dengan penggunaan graphic organizer dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya untuk meningkatan ketrampilan menulis Bahasa Inggris siswa dalam teks recount , guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai media yang menarik walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya. Selain itu guru dalam mengajar Bahasa Inggris tidak hanya berorientasi pada model ceramah saja dan menggunakan LKS sehingga proses belajar mengajar dikelas terkesan membosankan bagi siswa. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SMPN 2 Batu tahun pelajaran 2015/2016. DAFTAR RUJUKAN Haryati, 2009. Pendekatan Reading Activity Dengan Menggunakan Cerita Rakyat Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII/C SMPN 03 Batu. Karya Tulis Ilmiah. SMP Negeri 2 Batu. McKnight, K.S. 2010. The Teacher’s Big Book of Graphic Organizer. San Fransisco: John Wiley. Pemendikbud No. 58, 2014. http://www. Gussmart.com.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARRATIVE DENGAN
982
ISBN: 978-602-1150-17-7
MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII B MTs HASYIM ASYA’ARI BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Siti Sudaryani MTs Hasyim Asy‟ari Batu Abstrak : Menulis (Writing) merupakan salah satu dari empat bagian ketrampilan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Sebab dengan menulis seseorang dapat menyampaikan pesan, saran, pendapat, menceritakan suatu peristiwa, benda dan lain sebagainya. Penelitian ini dilaksanakan untuk menentukan bagaimana model Pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan kemampuan menulis narrative pada siswa kelas VIII B MTs. Hasyim Asy‟ari Tahun Pelajaran 2015/2016. Kata Kunci: Menulis (Writing), Narrative , Model Pembelajaran Make a Match.
Dalam lampiran standar isi SK KD PERMENDIKNAS Nomor 22 Tahun 2006 untuk mata pelajaran Bahasa Inggris tingkat SMP/MTS menyatakan bahwa Bahasa Inggris merupakan alat berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing). Kemampuan atau keterampilan menulis merupakan salah satu bagian dari empat keterampilan berbahasa yang paling kompleks. Hal ini menunjukan bahwa untuk mampu menulis diperlukan juga berbagai keterampilan ataupun pengetahuan. Menulis tidak cukup hanya mempunyai kemampuan menuangkan ide (gagasan). Akan tetapi menyangkut juga masalah-masalah bagaimana menuangkan ide-de kedalam tulisan dengan tepat, bagaimana menyusun kepaduan antara kalimat dan antara alenia, menemukan pilihan kata yang tepat, dan masalah-masalah ketatabahasaan. Oleh karena itu pengajaran menulis seyogyanya diberikan dan dilaksanakan secara positif. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Sebab, dengan menulis seseorang dapat menyampaikan pesan, saran, pendapat, menggambarkan peristiwa, benda, dan lain sebagainya. Sayangnya menulis sering menjadi aktivitas berbahasa yang tidak disukai banyak orang sehingga selama ini keterampilan menulis tidak banyak tersentuh (Akhadiyah, 1997: v). Menulis bukan aktivitas yang mudah tetapi bisa dipelajari. Aktivitas menulis bisa dilakukan oleh siapapun dibangku sekolah. Kemampuan menulis akan menambah wawasan pengetahuan bagi anak. Dalam mengembangkan keterampilan menulis dibutuhkan kemauan atau keinginan yang kuat. Untuk mengetahui masalah-masalah pokok yang dihadapi dalam pembelajaran menulis sekaligus menanggulanginya, perlu diadakan penelitian. Mengingat tujuan penelitian yang dilakukan untuk menanggulangi masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran menulis, maka penelitian dilakukan di kelas yang dianggap bermasalah. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di lapangan, masalah yang muncul pada siswa kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU yang berhubungan dengan keterampilan menulis teks narrative. Hasil observasi pra siklus menunjukkan hasil belajar siswa tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan prosentase ketuntasan 72% dari 35 jumlah siswa kelas VIII B. Kategori nilai siswa yang sudah tuntas 26 siswa sedangkan nilai siswa dibawah KKM ada 9.
983
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Nilai KKM dari pelajaran Bahasa Inggris 75. Selain itu, terdapat masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam menulis, antara lain: 1. Siswa belum bisa menentukan topik yang digunakan sebagai bahan tulisan. 2. Fokus atau topik yang disediakan terkadang jauh sekali dari kehidupan siswa sehari-hari sehingga siswa kesulitan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. 3. Siswa tidak terbiasa membuat kerangka tulisan pada saat memulai menulis.. 4. Siswa belum bisa mengembangkan tulisan dengan bentuk teks narrative.. Padahal berdasarkan SK KD pada mata pelajaran Bahasa Inggris, pembelajaran Bahasa Inggris di tingkat SMP/MTS itu sendiri ditargetkan agar peserta didik memiliki kemampuan functional yaitu kemampuan berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Keadaan ini disebabkan umumnya karena pembelajaran Bahasa Inggris dilakukan hanya mengacu pada soal – soal Ujian Nasional yang mencakup kemampuan membaca (Reading Comprehension), menulis (Writing) menjadi terabaikan. Padahal Writing (menulis) merupakan kompetensi penting bagi siswa Sekolah Menengah Pertama karena merupakan salah satu SKL (Standar Kompetensi Lulusan) Ujian Nasional bagi Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah. Belajar menulis itu penting karena bisa membuat siswa cerdas, menambah wawasan, dan menumbuhkan semangat untuk menggali ilmu (http://menulisbuku.com). Dengan keadaan ini kompetensi writing menjadi hal yang sangat penting. Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa perlu didorong untuk menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia dengan jelas, hidup, menarik dan jujur. Mereka tidak perlu atau harus ditakuti dan jangan dibunuh semangatnya dengan cara-cara yang salah dalam koreksi dan pertanyaan-pertanyaan asal. Sebaliknya siswa yang belum berpengalaman hendaknya mendapat kesempatan khusus untuk menulis dengan bantuan dan bimbingan yang positif pada waktu aktualisasi proses menulis, didalam menyampaikan dan menjelaskan gagasan-gagasan, didalam memilih jenis kata dan kadang kadang didalam menghadapi masalah mekanik tulisan.. Model pembelajaran make a match yang dipakai merupakan konsep belajar yang membantu siswa mengaitkan antara kalimat yang satu dengan yang lain sesuai materi yang diajarkan sambil belajar mengenai konsep teks narrative dalam suasana yang menyenangkan. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilaksanakan peningkatan kemampuan menulis narrative anak dengan PTK melalui perbaikan pembelajaran terutama dengan menggunakan model pembelajaran make a match. Model pembelajaran ini diharapkan bisa menjadi solusi yang tepat karena dapat membantu siswa dalam merangkai suatu kalimat dan memotivasi siswa untuk dapat menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian kekurangmampuan anak dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan dimasa mendatang dapat diatasi sejak dini. Penulis berkeinginan memperbaiki pembelajaran menulis dengan menggunakan model pembelajaran yang mampu melibatkan semua siswa. Hal ini dilaksanakan agar peserta didik mampu menerima pesan-pesan yang ada di dalam kehidupan nyata atau lingkungan sekitar kemudian dengan mudah dapat mengekspresikan ke dalam bentuk tulisan narrative. Berdasarkan latar belakang tesebut diatas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “ Bagaimanakah pengaruh penggunaan model pembelajaran make a match dalam meningkatkan kemampuan menulis teks narrative siswa kelas VIII B MTs Hasyim Asy‟ari Batu?” Kegiatan ini dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang efektif, aktif
984
ISBN: 978-602-1150-17-7
dan menyenangkan dan kondusif sehingga meningkatkan kemampuan menulis teks narrative pada siswa kelas VIII B di MTs Hasyim Asy‟ari Batu tahun pelajaran 2015/2016. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1. Guru 1. Meningkatkan kreativitas guru dengan menerapkan berbagai pendekatan-pendekatan pengajaran. 2. Meningkatkan professionalisme. 2. Siswa 1. Meningkatkan kemampuan menulis teks narrative. 2. Meningkatkan pemahaman teori, karakteristik, struktur dan tujuan umum teks narrative. 3. Meningkatkan kreativitas siswa dalam menulis teks narrative. 3. Sekolah Hasil karya ilmiah ini digunakan sebagai sarana atau bahan pembelajaran bagi guru – guru di sekolah agar lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Siswa Kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU Tahun Pelajaran 2015/2016. Kelas yang akan dipilih dalam penelitian tindakan ini adalah kelas VIII. Ditinjau dari kuantitas dan kualitas, MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU memiliki 24 kelas dengan jumlah keseluruhan siswa 779 siswa. Karakter Kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU tidak jauh berbeda dengan kelas lain. Hasil belajar siswa yang belum menggembirakan (belum menunjukkan peningkatan) khususnya pada pembelajaran bahasa Inggris melalui aspek menulis dan sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian yang mendalam tentang masalah tersebut. Penelitian tindakan ini berlangsung dua bulan dimulai bulan Februari sampai Maret 2016. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah Kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU sebanyak 35 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 19 perempuan. Penelitian ini menggunakan strategi penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap yaitu planning (perencanaan), acting (tindakan), observing (pengamatan), dan reflecting (refleksi). Data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data dalam penelitian adalah dokumen, peristiwa, dan hasil tes. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, observasi, wawancara dan test. Untuk menjamin kevaliditasan data, penelitian menggunakan triangulasi sumber dan metode. Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif. HASIL DAN PEMBAHASAN ` Pada kondisi awal pada pembelajaran bahasa inggris Kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU dengan menggunakan metode ceramah. Kegiatan awal ini sebagai kegiatan prasiklus bertujuan untuk mengukur keterampilan menulis narrative siswa sebelum dilakukan tindakan penelitian. Prasiklus ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 10 Februari 2016. Proses pembelajaran bahasa Inggris, mulai dibuka guru dengan memberikan apresiasi kepada siswa tentang teks narrative kemudian guru menyampaikan materi pembelajaran , tujuan pembelajaran, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kondisi awal guru belum menggunakan model pembelajaran make a match akan tetapi menggunakan metode ceramah.
985
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Adapun beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, antara lain: (a) Rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran bahasa Inggris khususnya menulis teks narrative, (b) kurangnya konsentrasi siswa ketika pembelajaran bahasa Inggris berlangsung, (c) siswa kurang aktif, (d) siswa kurang berminat dan kurang tertarik dalam pembelajaran menulis narrative dan (e) rendahnya keberanian siswa untuk bertanya. Dalam pembelajaran menulis narrative pada kondisi awal, guru menggunakan metode ceramah diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 60,03 dan tingkat ketuntasan belajar mencapai 72% atau ada 26 siswa yang sudah tuntas belajar dari 35 siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara klasikal siswa belum tuntas belajar karena siswa yang memperoleh nilai diatas ketercapaian penguasaan materi sebanyak 72% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 99,9%. Hal ini memerlukan tindakan belajar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis khususnya teks narrative. Tindakan tersebut dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran make a match dalam pembelajaran dengan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Setelah adanya proses prasiklus, fakta yang muncul pada siswa Kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU yang berhubungan dengan keterampilan menulis yaitu bahwa hasil belajar siswa tergolong rendah . Hal ini dibuktikan dengan rata-rata 60 dan prosentase ketuntasan hanya 26 siswa atau 72% dari 35 jumlah siswa kelas VIII B. Hal ini menunjukkan bahwa: (1) Guru menggunakan metode ceramah di dalam pembelajaran sehingga masih banyak siswa yang kurang aktif karena monoton. Selain itu, guru memberikan penugasan dan sedikit tanya jawab. (2) Siswa belum mampu memahami materi menulis (writing) dengan benar sehingga pada saat diberi tugas menulis narrative siswa belum mampu menentukan topik yang digunakan sebagai bahan tulisan. (3) Nilai rata-rata dan ketercapaian ketuntasan belajar masih rendah. Ketuntasan belajar yang ditetapkan dalam penelitian ini sebesar 60-100%. Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilaksanakan pada hari Selasa, 10 Februari 2016 pembelajaran dilaksanakan selama 2x40 menit (80 menit) proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran make a match. Observasi dilakukan teman sejawat, diperoleh hasil bahwa (1) Rencana pelaksanaan pembelajaran sudah dijalankan dengan baik, (2) kegiatan guru sudah sesuai dengan RPP, (3) kegiatan siswa tampak aktif dan tidak monoton. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil observasi siklus I sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran sudah dilakukan dengan baik sedangkan kegiatan guru dalam pembelajaran sudah cukup baik, sementara itu kegiatan siswa masih dalam kategori cukup. Pada tindakan siklus II ini, peneliti mengawali pembelajaran mendengarkan dan berbicara dengan memberikan salam dan mempresensi siswa serta mengkondisikan siswa agar tidak ramai. Peneliti menyampaikan apersepsi pembelajaran mendengarkan dan berbicara sama seperti pada siklus I. Kemudian, peneliti bertanya pada siswa mengenai materi pertemuan kemarin. Peneliti bersama siswa mengulas kembali sedikit materi pertemuan yang lalu. Dengan tujuan untuk memancing ingatan siswa mengenai materi teks narrative yang telah diajarkan oleh peneliti. Pada siklus II ini, dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 13 Maret 2016. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dengan dibekali pedoman dan observas yaitu mencatat semua kegiatan guru dari pendahuluan, pengembangan, penerapan, penutup serta menuliskan keterangan tambahan yang belum terjaring, seperti inisiatif dan reaksi baik dari guru maupun siswa, situasi kelas dan kendala proses tindakan, serta memberikan kesimpulan dan saran secara umum dari tindakan yang dilakukan. Hasil observasi menunjukkan bahwa (1) rencana perbaikan pembelajaran sudah dilakukan dengan sempurna, (2) kegiatan guru sudah baik, dan (3) kegiatan siswa sudah baik. Penggunaan model pembelajaran make a match pada pembelajaran membaca dan menulis diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 87,5 dan tingkat ketuntasan belajar
986
ISBN: 978-602-1150-17-7
mencapai 99,9% atau ada 32 siswa yang sudah tuntas belajar dari 35 siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara klasikal siswa sudah tuntas belajar karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 62,5 sebesar 99,9% lebih besar dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Adapun kelebihan dan kelemahan penggunaan model pembelajaran make a match dalam menulis adalah sebagai berikut: 1. Kelebihan a. Siswa memperoleh pemahaman teks narrative melalui pengalaman mengerjakan. b. Siswa merasa nyaman dalam mengerjakan tugas menulis. 2. Kelemahan a. Situasi kelas ramai. b. Guru harus mampu mengendalikan kelas dan bisa berperan maksimal menjadi fasilitator bagi siswa c. Siswa kurang memaksimalkan waktu yang disediakan guru d. Fokus guru terbelah karena siswa memilih tempat sendiri-sendiri. Secara utuh hasil pembelajaran siswa Kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI Batu dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel Hasil Belajar Menulis narrative Siswa PRA SIKLUS Nilai Rata-rata
60
SIKLUS I 75
SIKLUS II 87,5
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pada pra siklus nilai ratarata siswa adalah 60, pada siklus I meningkat menjadi 75, dan pada siklus II meningkat menjadi 87,5. Dilihat dari ketercapaian penguasaan materi 60 bahwa pada prasiklus ada 60 (18,75%), pada siklus I menjadi (71,88%), dan pada siklus II menjadi 30 (93,75%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dari pra siklus, siklus I, dan siklu II. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 PRA SIKLUS
SIKLUS I
SIKLUS II
Grafik Rata-rata Hasil Belajar Siswa
Dalam penelitian ini, upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis teks narrative dengan menggunakan model pembelajaran make a match dapat terwujud. Keberhasilan pembelajaran ini tentunya ditentukan banyak faktor seperti guru yang menggunakan model pembelajaran make a match, faktor proses pembelajaran yang aktif, faktor
987
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
bahan ajar atau materi yang melibatkan siswa yang mau memperhatikan penjelasakan guru, dan faktor sarana prasarana (media) belajar. Dengan model pembelajaran make a match siswa diajak secara langsung untuk mempelajari kemudian menuangkan dalam tulisan. Hal ini sesuai dengan pendapat Akhmad Sudrajat bahwa ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dalam pembelajaran menulis menggunakan model pembelajarn make a match siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan menarik. Selain itu, siswa melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti di kelompoknya serta belajar yang diatur sendiri, dimana siswa dalam pembelajaran aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri. SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti, dapat disimpulkan bahwa (1) Model Pembelajaran make a match dapat meningkatkan kemampuan menulis narrativei Kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata pra siklus siswa adalah 60 meningkat menjadi 75 pada siklus I, dan menjadi 87,5 pada siklus II. Dilihat dari ketercapaian penguasaan materi 63 bahwa pada prasiklus ada 6 (18,75%), pada siklus I menjadi 23 (71,88%), dan pada siklus II menjadi 30 (93,75%). (2) Peningkatan yang dicapai oleh Kelas VIIIB MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam belajar menulis narrative dengan menggunakan model pembelajaran make a match sebesar 15,07 point. (3) Langkah-langkah mengajar Bahasa Inggris khususnya menulis narrative dengan menggunakan model make a match (a) Kegiatan Awal, guru mengucapkan, siswa menjawab ucapan salam, guru mempersilahkan siswa berdoa, menanyakan menanyakan siswa yang tidak masuk dan menyampaikan tujuan pembelajaran, (b) Kegiatan Inti, Guru menjelaskan materi tentang menulis terutama tentang narrative teks dengan menggunakan metode ceramah dan siswa mendengarkan penjelasan guru, guru memberikan pertanyaan, guru membuat contoh satu paragraf teks narrative, dan menjelaskan langkah-langkah menulis narrative dengan baik, siswa diberi contoh teks narrative , siswa menulis teks narrative pendek di lembar karangan yang telah disediakan dan dibiarkan mencari tempat yang nyaman untukmenulis, dan siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk menanyakan materi pembelajaran bahasa Inggris khususnyamenulis teks narrative. (c) Kegiatan Akhir, siswa diberikan penguatan materi dari guru dengan menyampaikan kesimpulan, dan guru menutup pelajaran dengan bacaan hamdalan dan mengucapkan salam perpisahan, dan (4) Kelebihan dan kekurangan penggunaan model pembelajaran make a match pada Kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU Tahun Pelajaran 2015/2016 bahwa kelebihannya (a) Siswa memperoleh pemahaman teks narrative melalui pengalaman mengerjakan dan (b) Siswa merasa nyaman dalam mengerjakan tugas menulis. Sedangkan kekurangannya yaitu (a) kelas ramai sehingga mengganggu kelas yang lain, (b) Siswa kurang memaksimalkan waktu yang disediakan guru, karena terkadang mengobrol
988
ISBN: 978-602-1150-17-7
sama teman-temannya, dan (c) Fokus guru terbelah karena siswa memilih tempat sendirisendiri. DAFTAR RUJUKAN Akhadiah, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa inggris. Jakarta: Erlangga. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Atmawidjaya, Timbul Sudwijo. 2000. Peningkatan kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melaui Metode Wisata pada Siswa Kelas VII MTS Negeri 1 Wanasari Tahun Pelajaran 1999/2000.. Darcy Haag, Granello. Juni 2000. Contextual Teaching and Learning in Counselor Education. Counselor Education & Supervision, Vol. 39 Issue 4, p270, 14p. Depdiknas, 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Kurniawan, Khaerudin. 2008 Model Pengajaran menulis Bahasa Inggris. Yogyakarta: UNY. Moleong, Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Nasution, 2000. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung : Tarsito Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Menga-jar. Jakarta: Bumi Aksara. NN, 2005. http://www.clearinghouse.dikmenum.go.id Nursisto. 1999. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada Sudrajat,
Akhmad. 2007. Model Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/bahan-ajar/model-pembelajaran-01/ diakses pada tanggal 04-11-2007
Sudrajat,
Akhmad. 2007. Pembelajaran Kontekstual.Jakarta:Depdiknas
Kontekstual,
Pengembangan
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/bahan-ajar/pembelajaran-kontekstual/ tanggal 04-11-2007.
Pembelajaran diakses
pada
Supriatijah. 2000. Peningkatan Keterampilan Menulis Wacana Deskripsi dengan Teknik Menghadirkan Model di kelas pada Siswa Kelas VII MTs Negeri Semarang.. Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press. http://pintarberbahasa.wordpress.com/mengarang-2/ http://bahterasia.blogspot.com/2009/10/jenis-karangan-dan-langkah-langkah.html http://seseor.blogspot.com/2012/06/kemampuan-mengarang-deskripsi-siswa.html
989
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUNRECOUNT TEXT SISWA KELAS VIII MENGGUNAKAN PICTURES SERIES PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS SMP NEGERI 01 BATU Trise Rosida Prihantini SMP Negeri 1 Batu, East Java.
[email protected] Abstrak : Penelitian ini adalah untuk menemukan pemecahan masalah dalam kegiatan belajar mengajar bahasa Inggris di dalam kelas. Tujuanya adalah untuk meningkatkan nilai hasil belajar bahasa Inggris dalam menyusun teksrecount.Penelitian ini merupakan tindakan guru untuk memperbaiki dan memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar di kelas delapan SMP N 1 Batu dari bulan Februari sampai bulan April 2016. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus. Dalam penelitian ini teknik dan alat pengumpul data yang digunakan adalah melalui tes tulis dengan uraian dan pemahaman gambar.Hasil penelitian dari penerapan teknik picture series menunjukkanadanya peningkatan hasil belajar siswa.Hal ini bisa dilihat dari hasil evaluasi tes dan hasil observasi yang selalu mengalami peningkatan selama penerapan teknik ini. Pada siklus I yang mencapai ketuntasan nilai sebanyak82,35%, dengan dilaksanakanya kegiatan pada siklus IItelah ada peningkatan menjadi 91,18% dengan kategori baik dari 85% target ketuntasan yang ingin dicapai pada penelitian ini. Kata Kunci :media gambar berseri, menulis teks recount
Peneliti sudah mengajar di sekolah ini selama kurang lebih delapan tahun. Sekarang Peneliti mengajar di kelas 8 E sudah hampir satu tahun, mulai semester 1 tahun 2015 sampai sekarang.Ketika mengajar pada kelas tersebut peneliti menemukan beberapa masalah, diantaranya adalah: 1. kurangnya motivasi siswa dalam menulis dikarenakan menulis dianggap oleh sebagian besar siswa sebagai keterampilan sulit untuk dipelajari; (2) siswa kurang percaya diri dalam menulis sebuah teks recount karena perasaan tidak nyaman untuk menulis dalam bahasa Inggris; (3) masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah batas terendah dari ketentuan sekolah (KKM), yaitu nilai 78, karena sebagian besar siswa belum memahami sepenuhnya bagaimana harus mulai menulis, bagaimana mendapatkan gagasan yang harus ditulis, dan bagaimana mengorganisasikan gagasan tersebut untuk ditulis dalam sebuah teks terpadu; dan (4) siswa diberikan tugas untuk menulis sebuah teks recount dengan kondisi siswa belum sepenuhnya menguasai materi pembelajaran,. Peneliti akhirnnya memilih untuk mendalami masalah pada pengajaran menulis dimana keterampilan siswa dalam menulis sebuah teks masih rendah . Diperkirakan penyebab masalah tersebut adalah siswa belum sepenuhnya menguasai materi pembelajaran, teknik penyampaian pelajaran yang kurang hidup, kurang menarik, juga kurang menyenangkan, dan kurangnya bimbingan yang diberikan oleh guru.Peneliti memberikan solusi yaitu dengan menggunakan media berupa gambar berseri guna meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun atau menulis sebuah teks berbentuk recount. Media gambar merupakan salah satu dari media pembelajaran yang paling umum dipakai dan merupakan bahasa yang umum dan dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Menurut Sadiman (2003:21), media gambar adalah “suatu gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Media gambar ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah
990
ISBN: 978-602-1150-17-7
sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan lebih jelas”. Menurut Purwanto dan Alim (1997 : 63), kelebihan media gambar adalah: 1. Sifatnya konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata 2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu 3. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan 4. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja 5. Murah harganya, mudah didapatkan dan digunakan Yang dimaksud dengan gambar berseri adalah rangkaian gambar yang digunakan dalam memberikan stimulus berupa gambar kepada siswa untuk memudahkan siswa memunculkan ide-ide yang ada serta siswa dapat menulis karangan secara terurut dan teratur.Menggunakan media gambar berseri sebagai media pembelajaran juga dapat mempermudah daya tangkap siswa pada materi yang diberikan. Beberapa peneliti terdahulu tentang gambar berseri yang digunakan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut; Pertama, rujukan kajian pustaka penelitian ini adalah artikel pada jurnal yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan dalam Pembelajaran Menulis Laporan Perjalanan dengan Media Gambar pada Siswa Kelas IX SMPN 01 Ombe Baru Tahun Pelajaran 2008/2009” yang dilakukan oleh Jauhariyah (2009). Dalam penelitiannya, media gambar digunakan sebagai media yang efektif dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa dan dibuktikan berdasarkan hasil penelitiannya.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemerolehan nilai siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yang dilakukan, yaitu siklus I tanpa menggunakan media gambar dan siklus II dengan menggunakan gambar.Kelemahannya, tidak dijelaskan secara spesifik kriteria dalam penulisannya, baik prosedur skematis dalam penulisan laporan perjalanan yang dimaksud maupun ketentuan tense yang digunakan, sedangkan pada penelitian ini digunakan picture series, planning organizer, and composing organizer.Relevansinya adalah baik penelitian yang dilakukan oleh Jauhariyah maupun penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Namun penelitian ini mengetengahkan recount text dengan menggunakan teknik picture series sebagai media pembelajaran yang efektif dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa. Kedua, rujukan kajian pustaka yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Testiana (2009) dengan judul tesis “A Comparative Study on Student’s Recount Writings Using Role Play and Pictures as Media”.Dalam penelitian yang dilakukakan, peneliti membandingkan penggunaan teknik role play dan gambar dalam menulis sebuah recoun text pada siswa kelas 8 I SMPN 2 Purworejo.Peneliti membagi siswa menjadi dua kelompok.Perlakuan kelompok pertama adalah bermain peran, sedangkan kelompok kedua adalah dengan gambar.Metode yang penelitian yang dipakai adalah penelitian eksperimental khususnya intact group comparison design.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknik peran dibuktikan lebih efektif daripada menggunakan gambar sebagai media yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis recount text. Kelemahannya, perlakuan dengan membagi siswa secara berkelompok dan hanya menerapkan satu teknik dalam satu kelompok diragukan dapat mewakili kemampuan siswa dalam satu kelas tersebut karena kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa berbeda.Relevansinya dengan penelitian yang dilakukan ini adalah melakukan penelitian tindakan kelas. Namun yang difokuskan dalam penelitian ini hanya menggunakan satu teknik untuk meningkatkan kemampuan menulis recount text dengan menggunakan media gambar tanpa membandingkan dengan teknik lainnya demi keakuratan hasil analisis penelitian ini. Kajian pustaka ketiga yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Hidayati (2011) dengan judul tesis”Peningkatan Kemampuan Menulis Wacana Narasi
991
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Melalui Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Visual Gambar Berseri pada Mahasiswa FKIP-KMM”. Dalam analisis penelitian tindakan kelas yang dilakukan, media visual gambar berseri digunakan sebagai media yang efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis narasi pada mahasiswa FKIP-UMM.Analisis wacana yang dilakukan berdasarkan format kriteria penelitian menulis wacana narasi dengan menggunakan media visual gambar berseri, yaitu kesesuaian judul, tingkat kerincian wacana narasi yang sesuai dengan urutan kronologi, kesesuaian kalimat, pilihan kata, serta kohesi dan koherensi.Kelemahannya, teknik gambar berseri yang diterapkan kurang tepat karena objek penelitiannya adalah mahasiswa. Dilihat dari faktor usia, mahasiswa sudah dapat berpikir secara kritis, memiliki daya imajinasi dan fokus pikiran yang tinggi serta mampu berpikir mandiri. Relevansinya adalah picture series merupakan teknik yang sama yang juga diterapkan dalam penelitian ini, tetapi teks yang diberikan dan cara penyajian gambar yang dilakukan berbeda. Perbedaan lainnya adalah pengguanan teknik picture series pada keterampilan menulis recount text yang dianalisis adalah (1) organisasi, (2) pengembangan ide, (3) tata bahasa, dan (4) mekanik. Selanjutnya, kajian pustaka yang keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Maryani (2009) berupa artikel dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Menggunakan Media Gambar Seri di Kelas V SD Cibulan”.Keunggulan tulisan ini adalah membahas secara terperinci pemanfaatan media gambar sebagai sarana pembelajaran yang efektif kepada siswa khusunya dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis sebuah karangan.Kelemahanya, tidak dipaparkannya rubrik penilaian sebagai pedoman penilaian dengan jelas dalam penelitian yang dilakukan yang mampu menunjukkan keberhasilan penerapan teknik yang digunakan. Relevansinya dengan penelitian yang dilakukan ini adalah menggunakan teknik yang sama dan melakukan penelitian tindakan kelas. Namun penelitian yang dilakukan ini lebih mengacu kepada karangan yang memiliki struktur skematis yang relevan dengan penerapan teknik picture series, yaitu recount text. Perbedaanya terletak pada sumber data, dimana pada penelitian sebelumnya adalah siswa kelas IV SD sedangkan penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP. Dari kelima penelitian di atas tentang penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis berbahasa Inggris belum ada yang melakukan pengombinasian teknik picture series dengan instrumen baru yaitu penggunaan planning organizer dalam proses belajar di kelas. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan media gambar dengan teknik picture series yang dikombinasikan dengan penggunaan instrumen tambahan dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis recount text. Picture series yang ditayangkan menggunakan slide untuk menarik perhatian siswa serta memfokuskan pikiran mereka terhadap kejadian-kejadian ataupun peristiwa yang terjadi pada gambar yang berurutan. Dengan menggunakan slide yang diperlihatkan di hadapan mereka maka sangat memudahkan pengajar dalam membangun daya nalar siswa untuk berpikir lebih kritis dan terarah tentang ide-ide yang ditulis dan dikembangkan dalam recount text. Dengan kata lain, berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, maka peneliti juga mencoba menggunakan gambar berseri untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis teks recount. Oleh karena itu rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Bagaimana meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris dalam kemampuan menulis teks recount melalui penggunaan pictures series untuk kelas VIII E di SMP N 1 Batu tahun pelajaran 2015-2016”. Manfaat penelitian adalah: 1) Guru mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri, dalam arti ia sendiri perancang dan pelaku perbaikan tersebut. 2) Melalui penelitian ini peneliti berharap setelah dimanfaatkanya gambar-gambar berseri sebagai sarana pembelajaran untuk memperjelas dan mempermudah memahami dari konsep yang abstrak akan menjadi lebih jelas dan pada akhirnya nanti siswa
992
ISBN: 978-602-1150-17-7
mendapat hasil belajar yang meningkat. Peneliti juga berharap melalui gambar berseri dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris. 3) Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru di kelas tersebut untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks recount. Untuk guru-guru Bahasa Inggris yang lain yang memiliki masalah yang sama diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk memecahkan masalah di kelas mereka. METODE PENELITIAN Penelitian ini dirancang menggunakan PTK(Classroom Action Research).Dalam penelitian tindakan ini guru sebagai peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan.Model penelitian ini adalah model penelitian tindakan kelas (PTK) yang diaplikasikan dalam mengkaji aspek linguistik dan linguistik terapannya dalam hal ini pembelajaran dan pengajaran bahasa.PTK ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif di mana penyajian datanya berupa tabel dan presentase yang disajikan secara deskriptif dalam mengukur tingkat pemahaman tata bahasa Inggris siswa.Metode deskriptif kualitatif disajikan melalui deskriftif interpretatif yang mengukur tingkat pemahaman menulis siswa dengan pengaplikasian picture series.Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat.Alasannya adalah karena peneliti ingin meneliti sekaligus memeberikan solusi yang dialami oleh guru. Dalam penelitian ini, siklus digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan kemampuan siswa sebelum dan setelah menggunakan teknik picture series dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis recount text pada kelas VIII SMP Negeri 1 Batu. Menurut Arikunto (2012: 16), ada empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu; (1) Tahap Perencanaan (plan), (2) Pelaksanaan/tindakan (act), (3) Observasi/pengamatan (observe) ,dan (4) Refleksi/perenungan (reflect). Adapun model tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
993
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
perencanaa
refleksi
Siklus II
pelaksanaan
pengamatan
perencanaa
refleksi
Siklus II
pelaksanaan
pengamatan
? Gambar 1: Model Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Arikunto dkk (2012:16)
Dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan dua siklus pertama walaupun sudah tampak perubahan namun masih belum sesuai harapan peneliti karena diteruskan ke siklus kedua.Pada siklus kedua telah tampak tejadinya peningkatan yang siknifikan sehingga penelitian dianggap telah berhasil.Adapun proses dalam tiap-tiap siklus dibagi sebagai berikut. Proses Siklus 1
994
ISBN: 978-602-1150-17-7
Proses siklus I dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.Keempat tahap tersebut dijabarkan seperti berikut ini. 1. Tahap Perencanaan (Planning),mencakup: a. Menyusun dan membuat rencana pembelajaran (RPP) dengan media gambar berseri untuk 2 kali pertemuan b. Rencana evaluasi dalam bentuktes tulis untuk mengukur dan mengetahui kemampuan siswa dalam menulis recount text (kriteria/rubrik penialain ketrampilan menulis teks recount). c. Menyiapkan kelengkapan instrument dan saran penelitian lainya (media pembelajaran dan student worksheet). 2. Tahap Melakukan Tindakan (Action),mencakup: a. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai perencanaan pembelajaran (pemberian materimenulis teks recount). b. Memberikan contoh teks recount yang telah dikombinasikan dengan teknik picture series. c. Meminta siswa untuk membuat karangan recount text berupa teks imajinatif yang dibangun dengan teknik picture series. d. Menilai hasil unjuk kerja siswa berupa ketrampilan menulis teks recount tentang experience. 3. Tahap Mengamati (Observation), mencakup: a. Melakukan pengamatan selama proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung. b. Melakukan pengamatan dengan observasi langsung (mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan media pisture seriespada kegiatan pemebelajaran menulis teks recount) sehingga dapat mengamati seluruh perilaku siswa. c. Merekam data semua jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 1 untuk pengumpulan data 4. Tahap refleksi (Reflection) a. Observasi (menganalisis dan mengintrepetasi data temuan) b. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan media picture series dalam pembelajaran menulis teks recount untuk mempertimbangkan dan menentukan langkah selanjutnya. c. Melakukan refleksi terhadap penerapan media picture series pada pembelajaran menulis teks recount. d. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang kelemahanataukekurangan yang dilakukan guru sebagai saran dan perbaikan untuk pembelajaranberikutnya pada siklus 2. Penelitian ini telah dilaksanakan dengan 2 siklus oleh peneliti dan dilakukan di kelas VIIIE semester genap di SMPNegeri1 Batu tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 34 siswa.Pada penelitian ini peneliti menggunakan observer (teman sejawat) dan pada langkah observasi menggunakan instrument pengamatan terhadap pelakasanaan pembelajaran. Untuk refleksi akan di bahas hasil-hasil penelitian, kendala-kendala yang dialami dan solusinya.Kehadiran peneliti sebagai guru di kelas tetap dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
995
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan dan dilaksanakan tanggal 17-18 Maret 2016 dan siklus 2 dilaksanakan tanggal 1 dan 8 April 2016 , berikut adalah temuan dan hasil penelitian Temuan penelitian siklus 1 Siklus 1 terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali tatap muka,satu kali pertemuan untuk kegiatan masing-masing pertemuan menggunakan tahapan pembelajaran yaitu kegiatan awal,kegiatan inti dan kegiatan akhir. Siklus 1 pertemuan 1 Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan, pada kegiatan ini seteleh memasuki ruangan kelas guru memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru mengajak siswa mendiskusikan materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan mengkaitkanya dengan materi pelajaran yang akan dipelajari, yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan terkait materi pembelajaran sebelumnya kepada siswa dan mengkaitkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari. Setelah itu guru menyampaikan topik,tujuan pembelajaran dan hasil yang diharapkan pada pembelajaran ini. Untuk menggiring opini siswa masuk pada materi, guru memberikan prompt questions dan menunjukan fenomena tertentu kepada peserta didik terkait dengan experience mereka ketika liburan, contoh pertanyaan guru: 1). Did you go somewhere on your holiday? 2) Where did you go on your holiday? 3). Whatdid you do to spend you holiday? 4). How didyou feel after you did your activity? Setelah diberikan pertanyaan seperti yang telah disebutkan diatas. Guru mengaitkan jawabanjawaban dari siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu menulis teks recount tentang pengalaman atau experience mereka. Pada tahap pembelajaran dikegiatan inti, yang guru lakukan pertama kali adalah meminta siswa mengamati gambar berseri tentang suatu kegiatan yang telah dilakukan (eprerience), seperti contoh gambar di bawah ini;
Gambar 2. Media gambar tentang melakukan suatu kegiatan (When English Rings The Bell) Setelah mengamati gambar tersebut, Guru meminta siswa untuk merumuskan berbagai pertanyaan terkait informasi yang terdapat pada gambar tersebut. Pada kegiatan selanjutnya, guru memberikan contoh teks recounttentang experience dan meminta siswa untuk membaca secara individu, seperti yang ditunjukan pada teks berikut ini;
996
ISBN: 978-602-1150-17-7
MAKING GARDEN BENCHES ORIENTATION... Three weeks ago Udin and his brother stayed at home to spend their holiday. They wanted to make something, but they didn‟t know yet what would they make. EVENT I ...
Their father cut down an old mango tree behind their house . Then, they saw a big piece of wood. Than they had an idea.They told their fsther that they wanted to make garden benches from the wood. He agreed and he promised to help them. He sewed the wood into threepieces, 25 cm in lenght.
EVEVT II ...
After that they rubbed the wood with sandpaper to make them smooth. Then they dried them in the sun for onerecount week. They the woods, one red, one green, and one blue. Then they dried Contoh teks yangpainted diberikan guru untuk pemodelan them again in the sun for three days.
RE-ORIENTATION… Finally, theywere very tired but they felt happy, because the benches were so perfect and colouful.
Setelah siswa membaca teks tersebut guru memberikan pertanyaan secara lisan tentang berbagai informasi terkait teks recount tersebut untuk menggali pemahaman siswa tentang isi dari teks tersebut. Kemudian guru meminta siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi dan menemukan social function dan language feature dari contoh teksrecount tersebut dan mendiskusikan hasilnya bersama-sama. Dari kegiatan ini ditemukan bahwa teks recount mempunyai ciri kebahasaan yaitu menggunakan Simple Past Tense. Selanjutnya Guru memberikan penjelasan tentang pola Simple Past Tense dan meminta siswa secara individu untuk membuat 5 kalimat tentang kejadian atau peristiwa yang pernah mereka alami dengan pola Simple Past Tense. Dalam kegiatan menulis kalimat dengan pola Simple Past Tense tersebut merupakan kegiatan yang sangat esensial sebagai dasar pembekalan siswa dalam untuk menulis teks recount, sehingga perlu penguatan kepada siswa. Selain tentang language feature, siswa juga perlu pembekalan dan pemahaman tentang generic stucture tentang teks recount. Untuk kegiatan ini secara berkelompok guru meminta siswa untuk mengidentifikasi tentang generic structure dari teks recount dan mediskusikan hasilnya bersama-sama dengan guru. Dari kegiatan ini diperoleh hasil bahwa teks recount memiliki generic structure: Orientation,event dan re-orientation. Untuk mendalami tentang generic structure secara detail guru meminta siswa untuk mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang terdapat dalam teks recount tentang experience “MAKING GARDEN BENCHES” berdasarkan generic structure-nya dengan menjawab beberapa pertanyaan yang ada pada planning organizier. Planning Organizer adalah perencanaan sebuah recount text yang berisikan struktur organisasi dan ketentuan-ketentuan yang mendukung teks itu sendiri. Penambahan instrument ini bertujuan untuk menidentifikasikan tentang fungsi recount text, seperti yang terlihat pada planning organizierdi bawah ini:
997
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PLANNING ORGANIZER
- Use of past tense - Lingking words to with time; first, second, then, next, finally - Participants; I, she, he, Agung, Rina, Dayu
What is recount ?
Recount is the text to retell the past events
TITTLE
ORIENTATION
Who….? What….? Where….? When….? How….?
SEQUENCE OF EVENTS EVENT 1
EVENT 2
EVENT 3
RE-ORIENTATION (conclusion and commentary) Gambar 3:Planning Organizer untuk mengklasifikasikan kalimat-kalimat pada recount teks “Making garden benches”
998
ISBN: 978-602-1150-17-7
Dari kegiatan ini didapatkan dokumen proses kegiatan dan hasil kerja kelompok siswasebagai berikut: Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan pekerjaannya, guru meminta perwakilan dari beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas kemudian guru dan siswa menarik kesimpulan dari hasil kerja kelompok tadi yaitu tentang generic structure dari teks recount terdiri dari orientation,event dan reorentation.Untuk kegiatan kelompok selanjutnya, guru meminta siswa untuk menyusun paragraph acak recount text menjadi teks recount yang padu dengan bantuan series pictures berdasarkan generic structurnya. Gambar berseri, paragraph acak recount text dan hasil kerja siswa dalam kelompok dapat dilihat pada gambar berikut;
Gambar 4: Media gambar berseri tentang suatu kegiatan Sumber: Let’s Talk Grade VIII
999
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Setelah semua kelompok menyelesaikan tugas kelompoknya, guru meminta masingmasing kelompok untuk menukar hasil kerjanya dan saling memberikan komentar terhadap hasi kerja kelompok lain, di sini guru memberikan feedback. Selanjutnya, guru meminta perwakilan dari kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas kemudian siswa dan guru memberikan feedback. Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan hasil dari kegiatan pembelajaran yang telah mereka pelajari pada hari itu yaitu tentang teks recount yang meliputi social function, language feature (Simple Past Tense)dan generic stucture. Untuk kegiatan pembelajaran pertemuan ke-2, Guru memberikan tugas pada masing-masing siswa untuk membawa gambar tempat-tempat wisata yang ada di kota Batu atau Malang Raya yang pernah mereka kunjungi. Setelah itu diakhir pembelajaran siswa dan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran saat itu. Dari kegiatan pembelajaran di siklus 1 pertemuan 1 ini di dapat hasil kegiatan siswa yaitu menulis kalimat dengan pola simple past tense, mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang ada dalam teks recount berdasarkan generic stucture dan menyusun paragraph acak teks recount menjadi teks recount yang padu dengan bantuan picture series. Siklus 1 pertemuan 2 Pada kegiatan pembelajaran di siklus 1 pertemuan 2 , diawali dengan kegiatan awal yaitu guru memberikan greeting dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru mengajak siswa mereview tentang pembelajaran yang telah diajarkan sebelumya dengan memberikan pertanyaan pada siswa, yaitu tentang recount text meliputi social function, language feature dan generic stucture. Dan kemudian guru memberikan penjelasan keterkaitan materi yang telah mereka pelajari sebelumya dengan materi yang akan mereka pelajari saat ini. Pada kegiatan inti siswa di minta untuk menulis teks recount tentang experience berdasarkan gambar tentang suatu kegiatan pribadiyang sering mereka lakukan dengan bantuan Picture series. Pertama-tama siswa diminta untuk menuliskan ide-ide nya dengan bantuanpicture series seperti yang terlihat pada gambar berikut ini;
Gambar 5: Picture series untuk membatu siswa menuangkan ide-idenya dalam menulisteks recount (When English Rings The Bell)
1000
ISBN: 978-602-1150-17-7
Pada kegiatan ini didapatkan hasil kerja siswa secara individu berupa karangan teks recount yang berupa ide-ide siswa tentang apa kegiatan atau peristiwa yang telah/pernah di lakukan siswa. Dari hasil kegiatan individul siswa berupa tulisan teks recount tentang melakukan suatu kegiatan tertentu tersebut dijadiakan guru sebagai hasil tes ketrampilan menulis. Nilai ketrampilan menulis siswa dalam menulis teks recount dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Ketrampilan Menulis (writing) Siswa Siklus I
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Uraian Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) Jumlah total siswa Jumlah siswa yang tuntas belajar Jumlah siswa yang belum tuntas belajar Persentase siswa yang tuntas belajar Persentase siswa yang belum tuntas belajar
Hasil Siklus I 78 siswa 34 siswa 28 siswa 6 siswa 82,35 % 17,65 %
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan penggunaan picture series pada pembelajaran menulis teks recount diperolehjumlah siswa yang telah mencapai ketuntas nilai KKM sebanyak 28 siswa ( 82,35%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama siswayang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa (17,65%). Padahal target penelitian ini agar 85% siswa dapat mencapai ketuntasan. Dari hasil pekerjaan siswa dan langkah-langkah pembelajaran pada siklus 1 ini masih ditemukan beberapa kendala diantaranya masih ada nilai beberapa siswa yang dibawah KKM. Hal ini disebabkan ternyata pada proses pembelajaran siswa banyak yang kurang menguasai kosakata yang berhubungan dengan teks recount tentang experience sehingga mereka sering bertanya pada guru. Selain itu siswa juga masih kesulitan tentang grammar khususnya pola kalimat simple past tense, mereka masih belum paham tentang bentuk past dari kata kerja tertentu, baik regullar maupun iregular verb, oleh karena itu perlu dicarikan solusi untuk kendala di siklus 1 ini. Alternatif solusi tersebut yaitu penambahan pemberian key word dan latihan soal tentang grammar (simple past tense), selain itu mereka perlu membawa kamus.Alternatif solusi ini dilaksanakan pada kegiatan siklus II. Temuan Penelitian Siklus II Siklus 1 terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali tatap muka,satu kali pertemuan untuk kegiatan pemantapan materi, dimana padamasing-masing pertemuan menggunakan tahapan pembelajaran yaitu kegiatan awal,kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pertemuan kedua untuk evaluasi Siklus II pertemuan 1 Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan, pada kegiatan ini seteleh memasuki ruangan kelas guru memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru mengajak siswa mendiskusikan materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan memberikan latihan-latihan serta mendiskusikannya, yaitu dengan memberikan beberapa latihan yang menggunakan gambar berseri untuk menulis teks recount yang dikerjakan baik secara berkelompok dan dilanjutkan dengan kerja individu. Setelah itu guru bersama siswasiswa mendiskusikanya. Dimana hal tersebut akan memantapkan pemahaman siswa pada materi yang dibahas dan dibicarakan. Untuk lebih memantapkan pemahaman siswa tentang materi yang dibicarakan, maka guru memberikan lagiplanning organizer.
1001
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Setelah diberikan latihan-latihan dengan menggunakan gambar berseri dan planning organizer seperti yang telah disebutkan diatas, guru membahas hasil kerja dari siswa dan mengaitkanya pada materi yang akan dipelajari yaitu menulis teks recount tentang pengalaman atau experience mereka. Pada tahap pembelajaran dikegiatan inti, yang guru lakukan pertama kali adalah meminta siswa mengamati gambar berseri tentang suatu kegiatan yang telah dilakukan (eprerience), seperti contoh gambar di bawah ini.
Gambar 6. Media gambar tentang melakukan suatu kegiatan
Setelah mengamati gambar tersebut, Guru meminta siswa untuk menuliskan paragraph berdasarkan gambar-gambar yang telah mereka amati. Pada kegiatan selanjutnya, guru dan siswa membahas dan mendiskusinya dengan jalan memberikan penilaian atau tanggapan pada hasil kerja kelompok (masing-masing kelompok memberikan penilain dan tanggapan pada hasil kerja kelompok lain). Meminta siswa untuk membaca secara individu dari tulisan yang telah mereka buat.
1002
ISBN: 978-602-1150-17-7
Camping Last weekend, my friends and I went camping. We reached the camping ground after we walked for about one and a half hour from the parking lot. We built the camp next to a small river. It was getting darker and colder, so we built a fire camp.
The next day, we spent our time observing plantation and insects while the girls were preparing meals. In the afternoon we went to the river and caught some fish for supper. At night, we held a fire camp night. We sang, danced, read poetry, played magic tricks, and even some of us performed a standing comedy. On Monday, we packed our bags and got ready to go home. Gambar 7:Contoh teks recount yang diberikan guru untuk pemodelan
Setelah siswa membaca teks tersebut guru memberikan pertanyaan secara lisan tentang berbagai informasi terkait teks recount tersebut untuk menggali pemahaman siswa tentang isi dari teks tersebut. Kemudian guru meminta siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi dan menemukan social function dan language feature dari contoh teksrecount tersebut dan mendiskusikan hasilnya bersama-sama. Dari kegiatan ini ditemukan bahwa teks recount mempunyai ciri kebahasaan yaitu menggunakan Simple Past Tense. Selanjutnya Guru memberikan penjelasan tentang pola Simple Past Tense dan meminta siswa secara individu untuk membuat 5 kalimat tentang kejadian atau peristiwa yang pernah mereka alami dengan pola Simple Past Tense. Dalam kegiatan menulis kalimat dengan pola Simple Past Tense tersebut merupakan kegiatan yang sangat esensial sebagai dasar pembekalan siswa dalam untuk menulis teks recount, sehingga perlu penguatan kepada siswa. Selain tentang language feature, siswa juga perlu pembekalan dan pemahaman tentang generic stucture tentang teks recount. Untuk kegiatan ini secara berkelompok guru meminta siswa untuk mengidentifikasi tentang generic structure dari teks recount dan mediskusikan hasilnya bersama-sama dengan guru. Dari kegiatan ini diperoleh hasil bahwa teks recount memiliki generic structure: Orientation,event dan re-orientation. Untuk mendalami tentang generic structure secara detail guru meminta siswa untuk mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang terdapat dalam teks recount tentang experience “Camping” dan “My terrible holiday” berdasarkan generic structure-nya dengan menjawab beberapa pertanyaan yang ada pada planning organizier. Planning Organizer adalah perencanaan sebuah recount text yang berisikan struktur organisasi dan ketentuan-ketentuan yang mendukung teks itu sendiri. Penambahan instrument ini bertujuan untuk menidentifikasikan tentang fungsi recount text, seperti yang terlihat pada planning organizierdi bawah ini:
1003
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PLANNING ORGANIZER
- Use of past tense - Lingking words to with time; first, second, then, next, finally - Participants; I, she, he, Agung, Rina, Dayu
What is recount ?
Recount is the text to retell the past events
TITTLE
ORIENTATION
Who….? What….? Where….? When….? How….?
SEQUENCE OF EVENTS EVENT 1
EVENT 2
EVENT 3
RE-ORIENTATION (conclusion and commentary) Gambar 8:Planning Organizer untuk mengklasifikasikan kalimat-kalimat pada recount teks “My Terible holiday”
Dari kegiatan ini didapatkan dokumen proses kegiatan dan hasil kerja kelompok siswasebagai berikut: Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan pekerjaannya, guru meminta perwakilan dari beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas kemudian masing-masing kelompok menanggapi hasil kerja kelompok tadi yaitu tentang generic structure dari teks recount terdiri dari orientation,event dan reorentation.Untuk kegiatan selanjutnya adalah kerja individu, guru meminta siswa untuk menyusun recount text berdasarkan gamber berseri yang diberikan oleh guru agar menjadi teks recount yang padu dengan bantuan series pictures berdasarkan generic structurnya. Gambar berseri, text recount dari hasil kerja siswa secara kelompok dan atau individu dapat dilihat pada gambar berikut;
1004
ISBN: 978-602-1150-17-7
Gambar 9: Media gambar berseri tentang suatu kegiatan
Setelah semua siswa menyelesaikan tugasnya dalam menyusun teks, guru meminta masing-masing kelompok untuk menukar hasil kerjanya dan saling memberikan komentar terhadap hasi kerja kelompok lain, di sini guru memberikan feedback. Selanjutnya, guru meminta perwakilan dari kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas kemudian siswa dan guru memberikan feedback. Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan hasil dari kegiatan pembelajaran yang telah mereka pelajari pada hari itu yaitu tentang teks recount yang meliputi social function, language feature (Simple Past Tense)dan generic stucture. Untuk kegiatan pembelajaran pertemuan ke-2, Guru menginformasikan kepada siswa tentang test pada pertemuan berikutnya.Setelah itu diakhir pembelajaran siswa dan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran saat itu. Dari kegiatan pembelajaran di siklus II pertemuan 1 ini di dapat hasil kegiatan siswa yaitu menulis kalimat dengan pola simple past tense, mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang ada dalam teks recount berdasarkan generic stucture dan menyusun paragraph acak teks recount menjadi teks recount yang padu dengan bantuan picture series. Siklus II pertemuan 2 Pada kegiatan pembelajaran di siklus II pertemuan 2 , diawali dengan kegiatan awal yaitu guru memberikan greeting dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru mengecek kesiapan siswa untuk mengikuti tes, meminta siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti tes. Guru memberika soal berupa Picture seriesdan meminta siswa menulis sebuah teks berdasarkan gambar-gambar yang disediakan sebgai berikut;
1005
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Gambar 10: Picture series untuk membatu siswa menuangkan ide-idenya dalam mengerjakan tes tulis (menulisteks recount)
Pada kegiatan ini didapatkan hasil kerja siswa secara individu berupa karangan teks recount yang berupa ide-ide siswa tentang apa kegiatan atau peristiwa yang terjadi berdasarkan gambar-gambar yang diberikan guru. Dari hasil kegiatan individul siswa berupa tulisan teks recount tentang suatu kegiatan yang telah dilakukan tersebut dijadiakan guru sebagai hasil tes ketrampilan menulis. Nilai ketrampilan menulis siswa dalam menulis teks recount dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Ketrampilan Menulis (writing) Siswa Siklus II No Uraian Hasil Siklus II 1. Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 78 siswa 2. Jumlah total siswa 34 siswa 3. Jumlah siswa yang tuntas belajar 31 siswa 4. Jumlah siswa yang belum tuntas belajar 3 siswa 5. Persentase siswa yang tuntas belajar 91,18 % 6. Persentase siswa yang belum tuntas belajar 8,82 % Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan penggunaan picture series pada pembelajaran menulis teks recount diperolehjumlah siswa yang telah mencapai ketuntas nilai KKM sebanyak 31 siswa ( 91,18%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama siswayang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa (8,82%). Padahal target penelitian ini agar 85% siswa dapat mencapai ketuntasan. Refleksi terhadap tindakan yang dikemukakan bahwa memang selama pembelajaran penulis belum menggunakan media gambar berseri, sehingga berakibat rata-rata hasil nilai ulangan harian kurang baik atau masih di bawah KKM. Berdasarkan analisis dan refleksi tersebut diatas disusun rencana pembelajaran yang memungkinkan daya tangkap melalui gambar-gambar berseri akan lebih mudah dipahami dengan harapan hasil belajar bahasa Inggris dalam keterampilan menulis teks recount yang diperoleh siswa bisa meningkat.
KESIMPULAN
1006
ISBN: 978-602-1150-17-7
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, simpulan hasil penelitian yang terkait dengan kamampuan siswa dalam menulis recount text adalah sebagai berikut. 1) Sebelum menggunakan teknik picture series dari 34 orang siswa hanya lima belas orang yang memenuhi nilai KKM 78. Artinya, terlampauinya nilai KKM yang ditentukan, yaitu 78 masih jauh dari ketuntasan.Hasil tes awal (pratindakan) menunjukkan bahwa pada hasil karangan siswa masih banyak ditemukan kesalahan, yaitu terdapat pada struktur organisasi, pengembangan ide, tata bahasa, dan mekanik yang menjadi perhatian lebih ke depannya.Hal paling utama yang sering menjadi perhatian adalah kesalahan tata bahasa yang dilakukan oleh siswa.Contohnya, mereka masih kesulitan memahami perubahan verb dari present menjadi past. 2) Kemampuan siswa dalam menulis recount text setelah menggunakan teknik picture series dapat dibagi menjadi dua siklus, yaitu seperti di bawah ini. a. Pada siklus I, teknik picture series diterapkan, hasilnya menunjukkan sebanyak 82,35% siswa mampu memeroleh nilai baik, dan 17,65% mendapat nilai di bawah KKM. Peningkatan ini dapat dilihat dari aspek tata bahasa dimana kalimat-kalimat yang dihasilkan siswa pada setiap paragrafnya sudah menunjukkan peningkatan karena siswa sudah memerhatikan pola perubahan verb dan keterangan waktu yang dapat mengindikasikan bahwa kalimat yang dibuat adalah past. Akan tetapi, masih ditemukan kurangnya kemampuan siswa dalam mengembangkan ide-ide dalam paragraf, yang ada menjadi sebuah paragraf yang dibuat serta kalimat utama belum didukung oleh anakanak kalimat sebagai keutuhan sebuah paragraf. Dikarenakan hal tersebut maka pada siklus satu ditambahkan satu instrument, yaitu Planning organizer yang berguna dalam perencanaan penyusunan recount text yang akan membantu megembangkan ide-ide mereka. Peningkatan yang terjadi pada siklus I belum dapat memenuhi standar nilai KKM 78 karena beberapa diantara siswa masih belum mampu memeroleh nilai KKM yang ditentukan sehingga perlu dilaksanakan siklus II. b. Pada siklus II, untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa guna memenuhi target penelitian yaitu ketuntasan nilai yang dicapai siswa sejumlah 85%, makan ditambahkan lagiinstrumenplanning organizer yang berguna dalam perencanaan recount text yang membantu mengembangkan ide mereka secara terorganisir. Hasil karangan siswa pada siklus II memenuhi KKM. Presentase kesalahan organisasi pada kegiatan pratindakan, siklus I dan siklus II adalah pada kesalahan organisasi berkurang dari 45% menjadi 25% dan 9%, kesalahan pengembangan ide berkurang dari 58% menjadi 32% dan 16%, kesalahan tata bahasa berkurang dari 80% menjadi 48% dan 25%, dan kesalahan mekanik berkurang dari 25% menjadi 16% dan 6%,. 3) Faktor-faktor yang memengaruhi hasil evaluasi pada penerapan teknik picture series dalam menulis recount text yang ditampilkan dengan menggunakan slide dapat memberikan stimulus kepada siswa tentang pembelajaran baru khususnya dalam menulis recount text. Dengan demikian, memudahkan siswa untuk memunculkan ide-ide yang ada dalam pikiran mereka yang akan dituangkan menjadi sebuah tulisan. Penambahan instrumen-instrumen baru dapat memudahkan siswa untuk menulis sebuah recount text dengan teknik picture series yang diterapkan. Di samping itu, dengan adanya pengulangan materi yang diberikan dan penguatan (reinforcement) yang memberikan respons baik terhadap hasil menulis siswa serta motivasi yang diberikan guru ketika pembelajaran berlangsung menyebabkan siswa bersemangat dalam menulis. SARAN
1007
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis recount text dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. 1. Guru bahasa Inggris Dalam proses pembelajaran bahasa inggris hendaknya disusun beberapa model pembelajaran yang dikombinasikan dengan teknik baru yang mampu memberikan warna baru dalam proses pembelajaran dikelas sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa khususnya dalam menulis. 2. Siswa Penerapan teknik picture series harus tetap dilaksanakan semaksimal mungkin agar hasil yang diperoleh lebih meningkat. 3. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian yang menggunakan teknik picture series sangat memungkinkan apabila dilakukannyapenelitian lanjutan guna menyempurnakan penelitian ini. DAFTAR RUJUKAN Arikunto dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Asthika, I Made Dharma. 2012. Improving The Ability To Use Verbs In Paragraph Writing Through Grammar Transformational Teaching Method. Denpasar: Universitas Udayana. Hidayati. 2011. Peningkatan Kemampuan Menulis Wacana Narasi Melalui Pengguanaan Media Gambar Berbasis Visual Gambar Berseri pada Mahasiswa FKIP UMM. Denpasar: Universitas Udayana. Maryani . (2009) berupa artikel dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Menggunakan Media Gambar Seri di Kelas V SD Cibulan”. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. “When English Rings The Bell Grade VIII”. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Mustriana, Bachtiar Bima dan Cicik Kurniawati. 2005. Let’s Talk Grade VIII. Jakarta: Pakar Raya. Baehaqi, Imam. 2009. A Handbook of English Grammar, Panduan Lengkap dan Praktis Belajar Tata Bahasa Inggris. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu. Brown, J.D & Bailey, M. 1984. A Categorical Instrument for Scoring Second Language Writing Skills.Language Learning Reasearch Club.University of Michigan. Brown, J.D . 1978. Prinsiple of Language and Teaching. Englewood Clift, N.J.: Prentice-Hall. Disney Enterprises. 2013. Lost. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Dykes, Barbara. 2007. Grammar for Everyone: Victoria: Acer Press Emilia, Hermawan & Tati, 2008. Pendekatan Genre Based dalam Kurikulum Bahasa Inggris Tahun 2006: Penelitian Sebuah Tindakan Kelas di Sebuah SMP Negeri di Badung. Bandung : Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FPBS UPI. Fadlun, Bahasa. 2011. Rangkuman Intisari Bahasa Inggris. Surabaya : Pustaka Agung Harapan. Ghazali, H.A Syukur 2010.Pembelajaran keterampilan Berbahasa.Malang : Aditama. Leech, Geoffery. 2006. Glossary of Englsih Grammar: Edinburgh United Kingdom: Edinburgh University Press.
1008
ISBN: 978-602-1150-17-7
Iskandarwassid dan Dadang Suendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Jauhariyah (2009). “Upaya Meningkatkan Kemampuan dalam Pembelajaran Menulis Laporan Perjalanan dengan Media Gambar pada Siswa Kelas IX SMPN 01 Ombe Baru Tahun Pelajaran 2008/2009” . Milati, Ni Made. 2011. Peningkatan Keterampilan Menulis Kalimat Passive Simple Presnt Tense Siswa SMPN 1 Tegalallang dengan Pendekatan Chain Card Game‖. Denpasar : Universitas Udayana. Munadi, Yudi. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi. Nurgiyantoro, Burhan. 2001 Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Paizaluddin dan Ermalinda. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta. Permana, Maryani T. 2009. “Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Karangan Melalui Penggunaan Media gambar Seri Di Kelas V SD Cibulan II Desa Cibulan” Semedang: Universitas Pendidikan Indonesia. Purwanto. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif: Untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Skinner. 1957. Verbal Behavior. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tarigan, Henry Guntur. 2000. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa. Yule, George. 2010. The Study Of Language Fourth Edition. New York. Cambridge University Press. 133
1009
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS SISWA, MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DI KELAS 7.2 SMP MUHAMMADIYAH 8 BATU Supriyati SMP Muhammadiyah 8 Batu
[email protected] Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca teks siswa, melalui Model Jigsaw di kelas 7.2 SMP Muhammadiyah 8 Batu yang berjumlah 30 siswa. Data diperoleh dengan wawancara, observasi dan tes. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan PTK yang dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajarana Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa, meningkatkan aktifitas dan kerja sama dalam menyelasaikan tugas kelompok/individu. Pembelajaran menjadi menyenangkan sehingga siswa tak mudah jenuh dan termotivasi untuk belajar Bahasa inggris. Kata-kata kunci : Model Jigsaw, Membaca, teks Descriptive Di SMP Muhammadiyah 8 Batu banyak siswa khususnya kelas VII yang merasa kesulitan dalam mengikuti pelajaran Bahasa Inggris khususnya pada aspek reading. Sebagai contoh, pada waktu diberi tugas membaca teks berbentuk descriptive yang sudah ditentukan tema atau judulnya, kebanyakan siswa tidak segera melaksanakan, bahkan malah ditinggal ngobrol dengan temannya. Ada kemungkinan kesulitan itu dikarenakan bahwa selama ini, kebanyakan siswa menganggap mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai momok atau mata pelajaran yang sulit dan tidak menarik. Karena sulit dan tidak menarik, siswa cenderung tidak suka, malas dan ingin menghindarinya. Akibatnya, siswa malas mengikuti pelajaran itu atau kurang serius dan malas mengerjakan tugas yang dibebankan oleh gurunya. Kamus, sebagai sarana pendukung yang penting dalam belajar bahasa asing, juga jarang yang memilikinya. Ada yang memiliki, tapi malas membawanya karena berat. Itu semua terjadi karena kurangnya motivasi dan kurang minatnya terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris. Terutama pada aspek membaca bacaan, banyak siswa yang kurang percaya diri dengan cara membaca. Mereka takut kalau salah baca ataupun salah mengucapkan bacaannya. Nampaknya masalah yang dihadapi kebanyakan siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 8 Batu pada pembelajaran aspek reading ini cukup kompleks. Mulai dari kurangnya minat, kurangnya sarana, kurangnya motivasi sehingga kurang serius dalam mengikuti mata pelajaran Bahasa Inggris sehingga berdampak pada lemahnya penguasaan kosa kata dan tata bahasa yang sangat diperlukan dalam pembelajaran aspek membaca. Kalau melihat pengelompokan pemaham pada isi bacaan, langkah retorika dan informasi yang terdapat pada bacaan secara tersirat maupun tersurat.Benar-benar memprihatinkan. Terlebih lagi, Bahasa Inggris termasuk mata pelajaran yang diUNASkan. Kalau tidak ada hal yang dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris, entah itu metode, strategi, ataupun approach, nampaknya mereka akan semakin jauh atau benci dengan mata pelajaran Bahasa Inggris. Yang pada gilirannya akan menurunkan kompetensi dan
1010
ISBN: 978-602-1150-17-7
prestasi Bahasa Inggris mereka. Seperti itulah gambaran betapa beratnya tugas guru Bahasa Inggris menghadapi tantangan UNAS dan siswa yang seperti itu kondisinya. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas, peneliti mencoba menggunakan model Jigsaw untuk mengatasi sebagian dari permasalahan-permasalahan itu. . Dengan digunakannya metode ini diharapkan para siswa menjadi lebih tertarik untuk mengikuti mata pelajaran Bahasa Inggris. Bagi siswa yang suka menggambar, dapat mengekspresikan gagasannya melalui gambar yang beraneka ragam dan warna dalam mind mappingnya. Kalau siswa sudah merasa tertarik, guru akan lebih mudah dalam menyampaikan materi kepada siswa. Yang akibatnya diharapkan siswa tidak lagi merasa kesulitan dalam mengikuti pelajaran Bahasa Inggris khususnya pada kompetensi atau aspek writing. Metode Jigsaw Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya.melalui metode Jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar (expert group). Selanjutnya, para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam home teams , para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Berdasarkanuraian tersebut diatas penulismencobamenerapkan salah satu Model pembelajaran Jigsaw. Dengan model pembelajaran tersebut diharapkan siswa – siswi dapat menyelasaikan masalah dalam teks. Dalam rangka mengumpulkan dan menganalisis data, penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua jenis instrument, yakni (1) instrument utama dan (2) instrument pendamping. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bodgan dan Biklen (2007:158) bahwa peneliti sebagai intrumen utama atau instrument kunci merupakan perencana tindakan , pengumpulan data, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian, maka dalam penelitian ini instrument utamanya adalah peneliti dan guru karena keduanya berkolaborasi dalam merencanakan tindakan, mengumpulkan data, menafsir data, dan melaporkan hasil penelitian. Di samping itu, penelitian ini juga menggunakan instrument pendamping, yaitu (1) lembar observasi yang digunakan untuk mengamati seluruh kegiatan guru dan siswa ketika pembelajaran dilaksanakan, (2) alat perekam (visual) untuk penunjang pengamatan, dan (3) lembar wawancara untuk memperjelas dan mendalami hasil observasi. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan kemampuan pengguasahaan isi bacaan siswa kelas 7.2 SMP Muhammadiyah 8 kota Batu, dalam merespon makna teks esei pendek . 2. Untuk mengembangkan Metode Jigsaw yang efektif dan menyenangkan dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas 7. 2 SMP Muhammadiyah 8 kota Batu. Merujuk pada uraian dan latar belakang tersebut di atas, dapat dikaji ada permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah penggunaan Model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan Membaca pada siswa kelas 7.2 semester genap di SMP Muhammadiyah 8 Batu?” Pada penelitian ini diharapkan kurang lebih ada peningkatan 85% siswa mendapatkan nilai diatas KKM (75) secara klasikal. Disamping itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi pada guru kelas yang bersangkutan untuk dapat mengatasi
1011
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
masalah kelas yang dihadapi khususnya pada pembelajaran Bahasa inggris, khususnya pada aspek reading dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Peneliti berharap pula Modeln pembelajaran Jigsaw dapat menginspirasi sesame guru bahasa inggris dalam memberikan warna lain untuk mencapai keberhasilan yang jauh dari yang diharapkan sebelumnya. Serta dapat diharapkan agar dapat berfungsi sebagai kajian untuk penelitian yang sama pada materi bahasa Inggris khususnya pada aspek membaca. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan Penelitian tindakan Kelas ( Classroom Action Research). Dalam penelitian ini guru sebagai peneliti. Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara langsung terlibat penuh dalam penelitian ini . Dimulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dibagi menjadi dua siklus yang disesuaikan dengan kebutuhan. Masingmasing siklus terdiri dari empat langkah ( Kemmis dan McTaggart, dalam : 1988 ) yaitu : a) Perencanaan, yaitu merumuskan masalah, menentukan tujuan dan metode penelitian serta membuat rencana tindakan, b) Tindakan, yang dilakukan sebagai upaya perubahan yang dilakukan, c) Observasi, dilakukan secara sistematis untuk mengamati hasil atau dampak tindakan terhadap proses belajar-mengajar, dan d) Refleksi, yaitu mengkaji dan mempertimbangkan hasil atau dampak tindakan yang dilakukan. Keempat langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
Penelitian ini dilaksanakan di kelas 7.2 SMP Muhammadiyah 8 Batu, pada semester Genap tahun Pelajaran 2015 – 2016. Siklus1 dilakukan pada hari Selasa – Rabu,tanggal 15 – 16 Maret 2016 dan siklus 2 dilaksanakan pada hari Jum”at – sabtu, tanggal 01 – 02 April 2016. Jumlah siswa dari kelas 7.2 adalah 30 siswa, yang terdiri dari 11 laki-laki dan 19 perempuan. Penelitian ini menggunakan instrument berupa lembar observasi untuk guru sebagai observer dan tes tulis untuk menilai hasil akhir siswa yang dinilai berdasarkan rubric penilaian. Siklus 1 Tahap Perencanaan ( planning ), mencangkup: 1. Menyusundan membuat Rencana Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw untuk 2 kali pertemuan. 2. Menyiapkan Teks bacaan untuk ketrampilan membaca dan menggunakan instrument ( lembar observasi, dan rubric penilaian ketrampilan membaca teks berbentuk Descriptive). 3. Menyiapkan media pembel;ajaran dan students worksheet. Tahap Melakukan Tindakan ( action ), mencangkup :
1012
ISBN: 978-602-1150-17-7
1. Melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai Perencanaan Pembelajaran ( RPP). 2. Menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw pada pelaksanaanPembelajaran membaca teks berbentuk descriptive. 3. Menilai hasil unjuk kerja siswa berupa ketrampilan memahami isi suatu bacaan berbentuk descriptive teks. Tahap Mengamati ( Observation ), mencangkup : 1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw pada kegiatan pembelajaran dengan observer menggunakan lembar observasi. 2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan Model Pembelajaran Jigsaw pada kegiatan pembelajaran membaca teks berbentuk Descriptive. 3. Mendokumentasikan data semua jeniskegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 1 untuk mengumpulkan data. Tahap Refleksi ( reflection ), mencangkup: 1. Menganalisis dan menintrepetasi data temuan saat melakukan observasi. 2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan Model Pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran mambaca teks berbentuk Descriptive untuk mempertimbangkan dan menentukan langkah selanjutnya. 3. Melakukan relfeksi terhadap penerapan Model pembelajaran Jigsaw pada pembelajaran membaca teks berbentuk Descriptive. 4. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru sebagai saran danperbaikan untuk pembelajaran berikutnya pada pelaksanaan siklus 2. Pada penelitian ini peneliti menggunakan observer ( teman sejawad MGMPS ), menggunakan instrument pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran. Untuk refleksi akan di bahas hasil-hasil penelitian, kendala-kendala yang dialami dan solusinya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus. siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan dan dilaksanakan pada tanggal 15 – 16 Maret 2016 dan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 01 – 02 April 2016, berikut adalah temuan dan hasil penelitian. Temuan pada penelitian Siklus 1 : Siklus 1 terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali tatap muka, satu kali pertemuan untuk kegiatan masing-masing pertemuan menggunakan tahapan pembelajaran yaitu: kegiatan Awal, kegiatan Inti dan Kegiatan Akhir. Siklus 1 pertemuan 1 Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan, pada kegiatan ini seteleh memasuki ruangan kelas guru memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru mengajak siswa mendiskusikan materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan mengkaitkanya dengan materi pelajaran yang akan dipelajari, yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan terkait materi pembelajaran sebelumnya kepada siswa dan mengkaitkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari. Setelah itu guru menyampaikan topik,tujuan pembelajaran dan hasil yang diharapkan pada pembelajaran ini. Untuk menggiring opini siswa masuk pada materi, guru memberikan prompt questions dan menunjukan fenomena tertentu kepada peserta didik terkait dengan cara memaparkan/ mendiskripsikan seseorang, benda, atau tempat contoh peranyaan guru: 1). What is your parents look like ? 2). What is your hobbies ? 3). Where you done your hobbies ?
1013
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
4). What is your favourite person ? why? Setelah diberikan beberapa pertanyaan pada siswa yang telah disebutkan diatas, guru mengaitkan jawaban-jawaban dari siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu membaca teks berbrentuk Descriptive teks. 1. Kegiatan Inti ( 25‟ ) a. Pre Reading Siswa menyimak penjelasan tentang teks deskriptif oleh guru. b. Whilst Reading c. Siswa dibagi dalam kelompok Home Group dengan anggota 4 orang. Setiap siswa anggota Home Group diberi materi/pertanyaan yang berbeda. d. Setiap siswa membentuk Expert team berdasarkan nomor/alphabet untuk membahas materi materi yang berbeda. Siswa diminta kembali ke masing masing Home Group untuk menjelaskan materi kepada anggota Home Group yang lain. Anggota Home Group menggabungkan materi/informasi yang mereka perolah di Expert Group dengan anggota Home Group yang lain. Kegiatan selanjutnya, guru memberikan contoh teks berbentuk Descriptive dan meminta siswa untuk membaca dan membahasnya secara berkelompok sesuai yang telah ditentukan.
Lionel Messi, his full name is Lionel Andres Messi. He was born in Rosario, Argentina, on 24 June 1987. His father's name is Jorge Horacio Messi, and his mother is Celia Maria Cuccittini. He has 2 brothers and 1 sister. His brothers‟ names are Rodrigo and Matias. His sister's name is Maria Sol. Luis Lionel Andres Messi is a professional footballer. He started playing football for the Newell's Old Boys at the age of 8. The doctors diagnosed him as suffering from a hormone deficiency that disturbed his growth, but it is not the reason for Messi to be a professional football player. He is a very talented footballer. He can run very fast although his body is too short for a footballer. He can pass the ball well and help his team winning a game. Lionel Messi is also an excellent goal getter. He often goals in every game he plays. Lionel Messi has several achievements. He has ever won the best footballer in the world 3 times. In Spain he has several achievements such as the best goal scorer and top goal scorer. He brings Barcelona to win trophy of La Liga and Champions League many times. Unfortunately, his achievement in La Liga doesn't bring anything to his career in Argentina's team. Since he has joined the national team, they never win a trophy. Messi is well-known as a very kindhearted person. He is very polite in and outside the pitch. He founds an institution of charity to help children in health and education.
Adapted from http://www.sekolahoke.com/ 2012/ 11/ descriptive- text-lionelmessi. html
1014
ISBN: 978-602-1150-17-7
Setelah siswa membaca teks tersebut guru memberikan pertanyaan secara lisan tentang berbagai informasi terkait teks recount tersebut untuk menggali pemahaman siswa tentang isi dari teks tersebut. Kemudian guru meminta siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi dan menemukan social function dan language feature dari contoh text descriptive tersebut dan mendiskusikan hasilnya bersama-sama. Dari kegiatan ini ditemukan bahwa teks descriptivet mempunyai ciri kebahasaan yaitu menggunakan Simple Present Tense. Selanjutnya Guru memberikan penjelasan tentang pola Simple Present Tense dan meminta siswa secara individu untuk membuat 5 kalimat berbentuk Simple Present Tense dan membacanya. Dalam kegiatan membaca kalimat dengan pola Simple Present Tense tersebut merupakan kegiatan yang sangat esensial sebagai dasar pembekalan siswa dalam untuk membaca teks descriptive, sehingga perlu penguatan kepada siswa. Selain tentang language feature . Siswa juga perlu pembekalan dan pemahaman tentang generic stucture tentang teks descriptive. Untuk kegiatan ini secara berkelompok guru meminta siswa untuk mengidentifikasi tentang generic structure dari teks descriptive dan mediskusikan hasilnya bersama-sama dengan guru. Dari kegiatan ini diperoleh hasil bahwa teks decsriptive memiliki generic structure: Identification dan description. Untuk mendalami tentang generic structure secara detail guru meminta siswa untuk mengklasifikasikan kalimat –kalimat yang terdapat dalam teks descriptive tentang my favourite footballer berdasarkan generic structure-nya dengan menjawab beberapa pertanyaan yang ada pada graphic organizer seperti yang terlihat pada graphic organier di bawah ini: Descriptive Texts What is the title ? ....
3. Identification Who is he ? ........................... Where is he life? ...........................
2. Description
Where he was born? …………………………. Where he was come from? ………………………….
Dari kegiatan ini didapatkan dokumentasi proses kegiatan dan hasil kerja kelompok siswa sebagai berikut :
Gambar 1 Kegiatan Kelompok Diskusi Siswa
Gambar 2 Hasil Diskusi Kelompok Siswa
1015
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan pekerjaannya, guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas, kemudian guru dan siswa menarik kesimpulan dari hasil kerja kelompok. Untuk menemukan ide pokok paragraph dan generic structure pada bacaan tersebut. Siklus 1 pertemuan 2 Kemudian guru mengajak siswa mereview tentang pembelajaran yang telah diajarkan sebelumya dengan memberikan pertanyaan pada siswa, yaitu tentang descriptive text meliputi : Identification dan Description. Dan kemudian guru memberikan penjelasan keterkaitan materi yang telah mere Pada kegiatan pembelajaran di siklus 1 pertemuan 2 , diawali dengan kegiatan awal yaitu guru memberikan greeting dan mengecek kehadiran siswa. ka pelajari sebelumya dengan materi yang akan mereka pelajari saat ini. Pada kegiatan ini siswa diberikan teks descriptive dan masing-masing mengerjakan untuk menemukanide poko pada setiap paragraph dan generic structure pada bacaan tersebut. Serta menemukan beberapa kata sulit yang belum dimengeti artinya. Dari hasil kegiatan kelompok /individu untuk menemukan ide pokok maupun generic structure/ langkah retorika dalam memahami teks berbentuk descriptive dapat disimpulkan pada tabel berikut ini : Tabel 1. Rekapitulasi Hasil tes ketrampilan memahami isi bacaan/ide pokok paragraph serta generic structure siswa pada siklus 1
No 1 2 3 4 5 6
Uraian Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) Jumlah total siswa Jumlah siswa yang tuntas belajar Jumlah siswa yang belum tuntas belajar Persentase siswa yang tuntas belajar Persentase siswa yang belum tuntas belajar
Hasil Siklus I 75 30 siswa 12 siswa 18 siswa 37,5 % 62,5 %
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan penggunaan model jigsaw pada pembelajaran membaca teks descriptive diperoleh nilai rata-rata ketrampilan membaca dan dapat nengerjakan beberapa pertanyaan pada bacaan siswa adalah 62,5 % dan ketuntasan belajar mencapai 37,5 % atau ada 12 siswa dari 30 siswa sudah tuntas belajar dengan nilai KKM:75. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 37,5 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Dari hasil pekerjaan siswa dan langkah-langkah pembelajaran pada siklus 1 ini masih ditemukan beberapa kendala diantaranya masih ada nilai beberapa siswa yang dibawah KKM. Hal ini disebabkan ternyata pada proses pembelajaran siswa banyak yang kurang menguasai kosa -kata yang berhubungan dengan teks descriptive tentang animal sehingga mereka sering bertanya pada guru. Selain itu siswa juga masih kesulitantentang grammarkhususnya pola kalimat simple presentt tense, mereka masih belum paham tentang bentuk past dari kata kerja tertentu, baik regullar maupuniregular verb, oleh karena itu perlu dicarikan solusi untuk kendala di siklus 1 ini. Alternatif solusi tersebut yaitu penambahan pemberian key word dan latihan soal tentang grammar (simple present tense),selain itu mereka perlu membawa kamus. Temuan pada penelitian siklus 2 Seperti pada siklus 1, siklus 2ini terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali tatap muka,satu kali pertemuan untuk kegiatan masing-masing pertemuan untuk kegiatan
1016
ISBN: 978-602-1150-17-7
masing-masing pertemuan menggunakan tahapan pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Siklus 2 pertemuan 1 Pada kegiatan awal di siklus 1 pertemuaan satu, guru mengecek kehadiran siswa dan memberi salam. Selanjutnya guru mengajak siswa untk mereview materi yang telah di pelajari pada pembelajaran di siklus 1dan mengkaitkanya dengan pembelajaran yang akan di pelajari. Untuk menggiring opini siswa pada materi yang akan di pelajari guru memberikan brainstorming dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang My Mom sebagai berikut: 1. Do you have parents? What is your mother‟s names ? 2. Do you love much to your mother‟s ? why ? Setelah siswa membuat pertanyaan dan bertanya jawab dengan guru dan siswa, guru :memberikan contoh teks descriptive tentang My Mom seperti contoh berikut ini :
Siswa diminta untuk membaca dan memahami isi bacaan teks tersebut. Kemudian diminta untuk menggaris bawahi kata kata yang sulit dan membahasnya bersama-sama dengan guru. Setelah itu siswa memjawab beberapa pertanyaan terkait isi dari bacaan tersebut secara lisan. Selanjutnya guru dan siswa mereview kembali tentang social function, language feature dan generic structure dari teks recount. Terkait dengan language feature, Guru memberikan pemantapan dan penguatan tentang simple present tense, karena hasil dari siklua pertama siswa banyak melakukan kaesalahan dalam grammar section ketika menulis paragraph recount, oleh karena itu pemantauan tentang grammar dilakukan pada kegiatan pembelajaran di siklus 2 ini. selain teori tentang simple present tense pada kegiatan inti ini siswa banyak di beri latihan latihan soal yang berhubungan dengan pola simpla present tense. Yang pertama siswa di minta untuk menemukan pada bacaan tersebut yang ternasuk dalam pola kalimat yang menggunakan simple present tense/ verb 1.
1017
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Example‟s : 1. My mother is a beautiful person. 2. She is not tall but not short. 3. She has a beautiful smile. 4. She is a very kind person, etc…... Tabel 4. Hasil Kegiatan diskusi pada pelaksanaan siklus 2 di SMP Muhammadiyah 8 Batu
No
Kelompok
Kreteria 1
1 2 3 4 5 6 7 8
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6 Kelompok 7 Kelompok 8 Jumlah
2
V V V V V V V V 7
Keterangan : 1. Menjawab Pertanyaan benar semua 2. Menjawab Pertanyaan sebagian benar 3. Menjawab Pertanyaan salah semua Klasikal
1
: 7 Kelompok : 1 Kelompok :0 : Tuntas
Tabel 5. Hasil Tugas Diskusi Siswa pada Siklus 2
No 1 2 3
3
Uraian Menjawab Pertanyaan benar semua Menjawab Pertanyaan sebagian benar Menjawab Pertanyaan salah semua
1018
Hasil Siklus 2 87,5 % 12,5 % 0%
0
ISBN: 978-602-1150-17-7
Tingkat keberhasilan pada siklus 2 adalah 95 %. Siswa yang bisa menjawab pertanyanan dengan benar. Dan terdapat 1 kelompok yang masih belum bisa menjawab benar pada semua pertanyaan yang tersaji. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus 2 ini ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus 2 ini dipengaruhi juga oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model jigsaw sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telag=h diberikan, khususnya pada aspek membaca. a. Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar denganpemaham belajar menggunakan model jigsaw. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut ; 1. Selama prosesbelajar mengajar guru telah melaksanakan semuapembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3. Kekurangan pada siklus 1 sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. 4. Hasil belajar siswa pada siklus 2 telah mencapai ketuntasan. b.
Revisi Pelaksanaan Pada siklus 2 guru telah menerapkan model jigsaw dengan baik dan dapat dilihat dari aktifitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu bantyak,tetapiyang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya pemahaman model jigsaw dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, KESIMPULAN 1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cara belajar/diskusi dengan menggunakan model jigsaw , pengajaran yang terarah memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru ( ketuntasan belajar meningkat dari siklus 1 dan 2 ) yakni masing-masing dari 37,5% menjadi 87,5 %. Pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. 2. Kemampuan Guru dalamMengelolah Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswadalamproses belajar diskusi dengan menggunakan model jigsaw mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus. Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Research ) pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan khusus dalam proses pembelajaran. Jenis penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langingkatan diperoleh rata-rata kadar partisipasi aktif siswa dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelolah pembelajaran di kelas, dengan mengkaji berbagai indicator keberhasilan dan kesulitan dalam proses pembelajar pada guru dan hasil belajar yang terjadi pada siswa di kelas.
1019
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelasdalam peningkatan partisipasi belajar khususnya Bahasa Inggris : Meningkatkan Kemampuan Membaca Teks Siswa, Melalui Model Pembelajaran Jigsaw di kelas 7.2 SMP Muhammadiyah 8 Batu, dapat diambil kesimpulan bahwa ; 1. Setelah dilakukan pengamatan terhadap kegiatan aktivitas siswa memperhatikan bahwa terjadi peningkatan yang diperoleh rata-rata kadar partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada siklus 1 presentase keaktifan siswa adalah 37,5 % , meningkat menjadi 87,5 % pada siklus 2. 2. Karena dalam penelitian ini, skor rata-rata pada setiap siklus telah mencapai diatas 20 %, maka peneliti berkesimpulan bahwa, meningkatkan kemampuan membaca teks siswa, melalui model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas 7.2 SMP Muhammadiyah 8 Batu. SARAN Agar proses pembelajaran ini dapatterus berlangsung dengan peningkatan partisipasi pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa maka pihak sekolah dan guru perlu melakukan ; 1. Mengatur ruang kelas, dan denah tempat duduk siswa sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. 2. Guru selalu mensupport/membantu dan memotivasi siswa untuk terbiasa berdiskusi, membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan agar siswa mempunyai percaya diri dalam berinteraksi dengan sesama siswa. 3. Para Guru harus memiliki sikap keterbukaan, kesediaan menerima kritik dan saran terhadap kelemahan-kelemahan dalam proses belajar. 4. Mendukung guru-guru untuk mengembangkan macam-macam model pembelajaran dalam proses pembelajaran agar selalu ada peningkatan kualitas pembelajaran baik dari proses maupun hasil belajar siswa. 5. Guru hendaknya menyesuaikan metode dan strategi pembelajaran juga memahami karakteristik dan kemampuan siswa, karena masing-masing siswa pada dasarnya mempunyai karakter dan kemampuan yang berbeda-beda. 6. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambingan dalam pembelajaran Bahasa Inggris maupun mata pelajaran lainnya. 7. Memotivasi guru untuk menulis Karya Ilmiah dengan salah satu cara melaksanakan penelitian tindakan kelas.
1020
ISBN: 978-602-1150-17-7
PENGGUNAAN METODE GUIDING QUESTIONS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS RECOUNT PADA SISWA KELAS 8 SMPN 06 BATU TAHUN PELAJARAN 2015-2016 Sri Ekowati SMP Negeri 06 Batu
[email protected] Abstrak: Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis teks recount pada siswa kelas 8 D SMP Negeri 06 Batu, yang selama ini jumlah siswa yang mencapai KKM kurang dari 50%. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti mencoba menerapkan “Aktivitas Menulis Terbimbing” (AMT). Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus dengan setiap siklusnya ada 4 tahap, yaitu: perencanaan, penerapan, observasi dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi dan hasil lembar kerja siswa. Dari hasil penelitian ini siklus 1 dengan ketuntasan belajar klasikal 48,5%, siklus 2 dengan ketuntasan belajar 68,8 %, jadi meningkat (20,3%). Dengan metode AMT dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas 8D SMP Negeri 06 Batu di dalam menulis teks recount. Kata kunci: Writing, Guiding Questions, Recount Text.
Peneliti mengajar di kelas 8 D sudah hampir satu tahun, mulai semester 1 tahun 2015 sampai sekarang. Permasalahan yang muncul dalam pengajaran Bahasa Inggris adalah keterampilan menulis siswa yang masih rendah. Peneliti mendapatkan fakta-fakta sebagai berikut: (1) motivasi siswa dalam menulis masih rendah dikarenakan kesan (menulis) sebagai keterampilan rumit untuk dipelajari; (2) siswa kurang percaya diri dalam menulis teks recount karena perasaan tidak nyaman untuk menulis dalam bahasa Inggris; (3) nilai siswa masih di bawah batas terendah dari ketentuan sekolah, yaitu nilai 70, karena siswa tidak mengetahui bagaimana harus mulai menulis, bagaimana mendapatkan gagasan yang harus ditulis, dan bagaimana mengorganisasikan gagasan tersebut untuk ditulis dalam sebuah teks terpadu; dan (4) guru menugaskan siswa untuk menulis tanpa memberikan bimbingan di dalam proses menghasilkan sebuah teks. Oleh sebab itu, peneliti sangat terdorong untuk memecahkan masalah-masalah tersebut (terutama masalah-masalah nomor 3 dan 4) dengan penerapan strategi “Aktifitas Menulis Terbimbing”(AMT). Yang dimaksud dengan AMT adalah membimbing siswa dalam menulis menggunakan beberapa pertanyaan guna memberikan inspirasi dalam menulis sehingga siswa lebih fokus terhadap menulis sebuah teks sesuai dengan jenis teks dan tema yang diinginkan, modifikasi menurut Jeffrey Wilhem, dan Langkah-langkah utama dari AMT adalah (1) Guru memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan teks recount tentang travelling. (2) Siswa menuliskan kalimat berdasarkan pertanyaan yang diberikan. Kelebihan dari AMT adalah (1) Siswa lebih aktif di dalam menulis teks recount. (2) Siswa lebih runtut dalam menuliskan idenya menjadi teks recount.dst. Penelitian terdahulu yang menggunakan AMT dilaksanakan oleh Septianingsih (2013) dengan temuan pada post test hasilnya lebih tinggi (72,9) dari pre test sebelumnya (61,5), ternyata Wardani (2014) juga meneliti tentang AMT, yang hasilnya adalah meningkat secara signifikant yaitu t-count (11,97) lebih tinggi dari t-table (1,729).
1021
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Melalui strategi AMT, peneliti ini juga berharap mampu meningkatkan keterampilan siswa di dalam menulis teks recount. Strategi ini dipilih karena dianggap dapat mendorong siswa untuk terlibat lebih aktif dalam kegiatan menulis sehingga keterampilan menulis mereka menjadi meningkat. Oleh sebab itu, rumusan masalah penelitihan ini adalah “Bagaimana strategi Aktifitas Menulis Terbimbing dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis teks recount bagi siswa kelas 8 D SMP Negeri 06 Batu?” Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru di kelas tersebut dalam mengatasi kesulitan menulis teks recount, dan tentunya bagi guru Bahasa Inggris yang lainnya, yang mempunyai masalah yang sama, diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk memecahkan masalah di kelas mereka. METODE PENELITIAN Penelitian ini diadakan di SMP Negeri 06 Batu, kelas 8D semester genap dengan jumlah 33 siswa, siswa laki-laki berjumlah 17 dan siswa perempuan berjumlah16, penelitian dilakukan selama 1 bulan. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Dalam penelitian tindakan ini guru sebagai peneliti. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan McTaggart, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut. Putaran 1
Refleksi
Rencana awal/rancangan Putaran 2
Tindakan/ Observasi Refleksi
Rencana yang direvisi Putaran 3
Tindakan/ Observasi Refleksi
Rencana yang direvisi
Tindakan/ Observasi
Gambar 1 Alur PTK
1022
ISBN: 978-602-1150-17-7
Peneliti merencanakan kegiatan penelitian ini dengan 2 siklus dan dilakukan di kelas VIII D semester genap di SMPN 06 Batu tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 33 siswa. Pada penelitian ini peneliti menggunakan observer. Pada langkah observasi ini menggunakan instrument pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran. Untuk refleksi akan di bahas hasil –hasil penelitian, kendala- kendala yang dialami dan solusinya. Kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan. Proses Pembelajaran ini diteliti melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan 2 siklus dengan kegiatan sebagai berikut: Siklus 1 Tahap Perencanaan (Planning), mencakup: a. Menyusun dan membuat rencana pembelajaran dengan metode AMT untuk 2 kali pertemuan b. Menyiapkan instrumen ( lembar observasi, kriteria /rubrik penilaian ketrampilan menulis teks). c. Menyiapkan 2 contoh teks recount dan beberapa pertanyaan bimbingan. Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup: a. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai perencanaan pembelajaran (RPP). b. Menggunakan metode AMT pada pelaksanaan pembelajaran menulis teks recount. c. Menilai hasil unjuk kerja siswa berupa ketrampilan menulis teks recount tentang travelling. Tahap Mengamati (Observation), mencakup: a. Melakukan pengamatan terhadap penerapan penggunaan metode AMT pada kegiatan pembelajaran dengan observer menggunakan lembar observasi. b. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan metode AMT pada kegiatan pemebelajaran menulis teks recount. c. Merekam data semua jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 1 untuk pengumpulan data Tahap Refleksi (Reflection), mencakup: a. Menganalisis dan mengintrepetasi data temuan saat melakukan observasi. b. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan metode AMT dalam pembelajaran menulis teks recount untuk mempertimbangkan dan menentukan langkah selanjutnya. c. Melakukan refleksi terhadap penerapan metode AMT pada pembelajaran menulis teks recount. d. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang kelemahan – kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru sebagai saran dan perbaikan untuk pembelajaran berikutnya pada siklus 2. Kriteria keberhasilan ditentukan 70% siswa mencapai skor 70. Selama ini jumlah siswa yang mencapai KKM kurang dari 50%. TEMUAN PENELITIAN Siklus I terdiri atas 2 kali pertemuan yang terdiri atas 1 kali pertemuan tatap muka untuk pembelajaran, satu kali pertemuan untuk tes. Masing-masing pertemuan menggunakan tahapan pembelajaran: Observasi teks yang diberikan, menuliskan (kata kerja /V2, jawaban
1023
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
berdasarkan guiding questions) yang terdapat di dalam teks recount yang diberikan, mempresentasikan /menyajikan. Siklus 1 pertemuan ke 1 Pembelajaran diawali dengan mengkondisikan siswa di dalam kelas dengan memberikan motivasi siswa dengan cara guru menunjukkan gambar tempat wisata yang ada dikota Batu (Selekta). Guru : Anak-anak pada pertemuan minggu yang lalu kita sudah belajar tentang reading yang jenis teksnya apa? Siswa : Jenis teksnya recount. Guru : Apa tujuan komunikatif dari teks recount? Siswa : Menceritakan kejadian yang sudah terjadi/berlalu. Guru : Masih ingat apa saja generic structure dari teks recount? Siswa : Ya bu ada 3 yaitu orientation, events dan reorientation. Guru : Gambar apakah ini? Siswa : Gambar Selekta. Guru : Sudah pernah ke Selekta? Siswa : Sudah. Guru : Dengan siapa, bagaimana, apa yang kamu lakukan di sana? Siswa : Bersama keluarga, naik mobil, melakukan sederetan aktivitas yang runtut yang sudah dilakukan di Selekta. Guru membagi kelompok dengan cara Numbered Head Together,dengan mempertim-bangkan gender. Guru : Sekarang saya memberikan contoh teks recount yang lain, amatilah teks kemudian tuliskan kata kerja yang temukan di dalam teks recount yang saya berikan, kerjakan dengan anggota kelompokmu Siswa : (Mengobservasi teks recount yang diberikan dan menuliskan V2 yang ditemukan kemudian mencari V1/kata kerja dasarnya serta artinya ke dalam bahasa Indonesia). Guru : (Berkeliling serta membimbing siswa dengan cara memberikan pertanyaanpertanyaan bimbingan agar siswa bisa menemukan kata kerja yang dimaksud). Siswa: (Siswa bersama dengan kelompoknya berdiskusi untuk menemukan V2 dan mencari Verb1 nya beserta artinya, dan kemudian menuliskannya). Guru : Untuk pertemuan berikutnya kita masih belajar tentang teks recount, dan saya harap kalian mencari dan membaca teks recount yang lain, karena tujuan dari pembelajarannya kalian diharapkan bisa menulis teks recount dengan tema “Travelling”. Dari dialog di atas ditemukan masalah siswa masih banyak melakukan kesalahan menuliskan kata kerja irregular verbs bentuk ke 2 (ate, bought, rode, saw).Setelah aktivitas semuanya sudah dilaksanakan sampai mempresentasikan hasilnya dilanjutkan dengan kegiatan menuliskan kalimat bentuk Past Tense boleh menggunakan kata kerja yang sudah ditemukan atau kata kerja 2 yang lainnya. Guru : Sekarang diskusikan dengan kelompok, tuliskan minimal 5 kalimat bentuk Past Tense. Siswa: (Menuliskan kalimat bentuk Past Tense bersama dengan kelompoknya).
Dari hasil kerja siswa ditemukan ini: 1. I and my friends went to coffe last Sunday. 2. I and my friends fisited to grandmotherhouse last week. 3. I and my team football loste played football last Monday. 4. I and my friend saw videos in my house,We watched this video‟s of Bayuskak is youtubers. Everyweek his upload new videos at 03.00 pm on Saturday. Everyweek I waited the new videos and today we will watched. We watched on last holiday.
1024
ISBN: 978-602-1150-17-7
Dari hasil kerja siswa menulis ditemukan masalah siswa masih sangat minim kosa kata. Siswa belum paham tentang pemakaian V2 di dalam kalimat, jadi masih bingung membedakan Present Tense dan Past Tense. Siklus 1 pertemuan ke 2 Pembelajaran diawali dengan mengkondisikan siswa di dalam kelas dengan memberikan motivasi siswa dengan cara bertanya jawab tentang pelajaran yang lalu tentang perjalanan ke Selekta. Guru : Masih ingat pelajaran pada pertemuan yang lalu? Siswa : Masih bu tentang pergi ke Selekta. Guru : Hari ini kita masih belajar tentang teks recount dan diakhir pembelajaran kalian harus mengumpulkan hasil tulisan teks recount yang kalian tuliskan. Siswa : Ya bu Guru : Sekarang saya berikan 3 contoh teks recount untuk memberikan inspirasi di dalam menulis nanti dan saya berikan juga beberapa pertanyaan panduan biar generic structure dari teks recountnya jelas jadi alurnya juga jelas. Siswa : (Siswa mulai menulis teks recount). Guru : (Guru berkeliling dan memberikan bimbingan siswa dalam menulis teks recount).
Temuan: Last week my family went to beach. We went there together by car at 08.00 a.m. Along trip, we enjoyed beautiful scenery . and I saw very much bird. In trip I and my family feel hungry, because we don‟t breakfast. So, we stop in cottage. After that, we continue trip to beach. Finally I and my family arrived in beach. In beach I took pictures,playing water, and playing sand. After that I and family climb banana bout. It is fun and very sharp. After that satisfied playing we return to lunch in prep coconut tree. After satisfied we go to home. - Masih sering lupa menggunakan kata kerja 2 di dalam teks recount. - Masih minim kosakata yang dimiliki PEMBAHASAN Siklus 1 Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan dan dilaksanakan tanggal 10-12 Maret 2016 dan siklus 2 dilaksanakan tanggal 2 – 4 April 2016, berikut adalah temuan dan hasil penelitian. Siklus 1 pertemuan 1 Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan, pada kegiatan ini guru memberikan pertanyaan pertanyaan yang terkait dengan materi pembelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari. Guru memberikan gambar tempat wisata Selecta dan memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan gambar dan kegiatan yang sudah terjadi/ in the past time. Contoh : 1. What picture is it? 2. Have you ever gone to Selekta? 3. When did you go there 4. How do you go there? Setelah menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dilanjutkan memberikan teks recount dengan tema travelling. Pada tahap pembelajaran di kegiatan inti, guru meminta siswa untuk mengamati teks recount yang diberikan, dan menuliskan V2 yang ditemukan pada bacaan yang diberikan dan
1025
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
mencari V1 dan arti dalam Bahasa Indonesia. Dilanjutkan dengan tugas berikutnya yaitu menuliskan kalimat Simple Past Tense. Dari kegiatan ini di dapatkan dokumen proses kegiatan dan hasil kerja kelompok siswa sebagai berikut:
. Gambar 1 Siswa secara kelompok menganalisis V2 yang terdapat pada teks recount.
Gambar 2 Siswa menempelkan hasil kerja kelompok (V2 yang ditemukan pada teks recount).
Kegiatan pembelajaran di siklus 1 pertemuan 2, diawali dengan kegiatan awal yaitu pendahuluan, guru memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa. Guru bertanya sekilas tentang pelajaran pada pertemuan sebelumnya dan mengaitkan dengan pelajaran yang akan dipelajarinya. Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk menuliskan teks recount dengan menjawab pertanyaan panduan yang diberikan oleh guru. Pada kegiatan ini didapatkan hasil kerja siswa secara individu berupa tulisan teks recount tentang travelling. Hasil tulis tersebut dijadikan guru sebagai hasil tes ketrampilan menulis. Nilai keterampilan menulis siswa dalam menulis teks recount dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Table1: Hasil nilai keterampilan siswa dalam menulis teks recount
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama A.S B.R D.P D.A F.F R. I V.I Z. M A.R A.K B.P
Nilai Siswa 75 50 75 83 67 75 58 75 58 58 83
keterangan Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak Tuntas Tuntas
1026
ISBN: 978-602-1150-17-7
12 G.D 67 Tidak Tuntas 13 I.F 75 Tuntas 14 L.N 67 Tidak tuntas 15 R.B 67 Tidak tuntas 16 S.L 67 Tidak Tuntas 17 Y.G 67 Tidak Tuntas 18 F.R 75 Tuntas 19 I.I 67 Tidak tuntas 20 S.F 67 Tidak Tuntas 21 W.P 58 Tidak Tuntas 22 Y.S 67 Tidak tuntas 23 Y.A 75 Tuntas 24 Y.B 83 Tuntas 25 A.A 58 Tidak Tuntas 26 A.I 83 Tuntas 27 F.S 75 Tuntas 28 M.F 50 Tidak tuntas 29 D.V 75 Tuntas 30 D.A 58 Tidak tuntas 31 I.A 75 Tuntas 32 L.N 83 Tuntas 33 M.Y 75 Tuntas Keterangan = * Jumlah siswa Tuntas =16 = 48,5% * Jumlah siswa Tidak Tuntas =17 =51,5% * Prosentasi = 48,5% Dari hasil di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode AMT diperoleh jumlah siswa yang mencapai KKM baru 48,5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus 1 secara klasikal siswa belum tuntas belajar sesuai dengan KKM yang yang ditentukan dalam penelitian ini, yaitu 70% siswa mencapai KKM. Dari hasil pekerjaan siswa dan langkah-langkah pembelajaran siklus 1 ini masih ditemukan beberapa kendala antara lain masih ada nilai siswa yang di bawah KKM. Hal ini disebabkan siswa masih sangat minim kosakata. Siswa belum paham tentang pemakaian V2 di dalam kalimat, jadi masih bingung membedakan Present Tense dan Past Tense. Siswa masih sering lupa menggunakan V 2 di dalam teks recount. Oleh karena itu perlu dicarikan solusi untuk mengatasi kendala-kendala di siklus 1 tersebut. Alternatif solusi yang ditawarkan adalah sering berlatih menemukan V2 yang terdapat pada teks recount, latihan soal tentang menuliskan kalimat bentuk Past Tense, diberikan pertanyaan bimbingan untuk membimbing siswa pada saat pembelajaran menulis teks recount, dan dipinjami kamus Bahasa Inggris disetiap kelompok. Alternatif solusi ini dimasukkan dalam kegiatan pembelajaran pada siklus 2.
1027
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Siklus 2 Tahap Perencanaan (Planing), mencakup: 1. Mengevaluasi hasil refleksi dari siklus 1 dan mencari solusi untuk diterapkan pada siklus 2 . 2. Mendata masalah dan kendala yang ditemukan pada saat pembelajaran di siklus 1. 3. Merancang perbaikan dan penyempurnaan di dalam menyusun RPP untuk selanjutnya diterapkan pada pembelajaran di siklus 2. 4. Menyiapkan 2 contoh teks recount dengan tema Holiday dan beberapa pertanyaan bimbingan. Tahap Melaksanakan Tindakan (Action), mencakup: 1. Membentuk 6 kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa. 2. Melaksanakan langkah – langkah pembelajaran sesuai dengan RPP siklus 2. 3. Menggunakan metode AMT pada saat siswa menulis teks recount. 4. Menilai hasil unjuk kerja siswa berupa keterampilan menulis teks recount tentang Holiday. Tahap Mengamati (Observation), mencakup: 1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan penggunaan metode AMT pada kegiatan pembelajaran dengan observer menggunakan lembar observasi. 2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan metode AMT pada kegiatan pembelajaran menulis teks recount. 3. Mendokumentasikan semua jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 2 untuk pengumpulan data Tahap refleksi (Reflection), mencakup: 1. Merefleksi proses pembelajaran dengan metode AMT pada siklus ke 2.. 2. Melakukan refleksi terhadap penerapan metode AMT pada pembelajaran menulis teks recount. 3. Menganalisis dan mengintrepetasi data temuan saat melakukan observasi pada siklus 2. Dari tahap kegiatan pada siklus 1 dan 2, diharapkan agar siswa memiliki kemampuan menulis teks recount yang baik dan terjadi peningkatan prestasi di dalam menulis teks recount dan lebih termotivasi di dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Siklus 2 Siklus 2 dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan RPP yang sudah diperbaiki dan disempurnakan dengan mempertimbangkan kendala dan kekurangan- kekurangan pada siklus 1. Siklus 2 pelaksanaannya diadakan pada tanggal 29 Maret sampai tanggal 4 April 2016. Pembelajaran pada siklus 2 dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan. Siklus 2 Pertemuan 1 (hari Selasa, tgl 29 Maret 2016) Pertemuan pertama untuk siklus 2 diawali dengan pertanyaan guru tentang materi pembelajaran sebelumnya. Guru : Anak-anak masih ingat materi pelajaran yang lalu, tentang apa? Siswa: Masih bu, tentang menulis teks recount. Guru : Betul, anak-anak. Hari ini kita akan membahas temuan kesalahan kesalahan yang ditemukan pada hasil tulisan kalian minggu lalu Siswa: Baik bu.... Guru : (Menuliskan kesalahan kesalahan siswa di dalam menulis dan membetulkan bersama-sama dengan siswanya). Guru : Tugas selanjutnya, analisis teks recount tema holiday yang saya berikan, tuliskan
1028
ISBN: 978-602-1150-17-7
V2 yang kalian temukan dan cari V1nya dan artinya ke dalam Bahasa Indonesia secara berkelompok. Siswa: (Siswa bersama dengan kelompoknya berdiskusi untuk menemukan V2 dan mencari Verb1nya beserta artinya, dan kemudian menuliskannya).
Siklus 2 Pertemuan 2 (hari Senin, tgl 4 April 2016 Pertemuan pertama untuk siklus 2 diawali dengan pertanyaan guru tentang materi pembelajaran sebelumnya. Guru : Masih ingat apa saja generic structure dari teks recount? Siswa : Ya bu ada 3 yaitu orientation, events dan reorientation. Guru : Sekarang saya berikan 2 contoh teks recount dengan tema Holiday, beserta beberapa pertanyaan panduan untuk menuliskan teks recount. Siswa : Ya bu. Guru : (Guru berkeliling dan memberikan bimbingan siswa dalam menulis teks recount). Dari kegiatan ini di dapatkan dokumen proses kegiatan:
Gambar 3 dan gambar 4 guru sedang mendampingi dan membimbing siswa di dalam menuliskan teks recount.
Nilai keterampilan menulis siswa dalam menulis teks recount pada siklus 1 dan 2 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Table2 hasil nilai ketrampilan siswa dalam menulis teks recount pada siklus 1 dan 2.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Siswa A.S B.R D.P D.A F.F R. I V.I Z. M A.R A.K
Nilai Siklus 1 75 50 75 83 67 75 58 75 58 58
1029
Nilai Siklus 2 75 67 75 83 83 75 75 83 75 58
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
B.P G.D I.F L.N R.B S.L Y.G F.R I.I S.F W.P Y.S Y.A Y.B A.A A.I F.S M.F D.V D.A I.A L.N M.Y Jml anak tuntas Prosentase tuntas
83 67 75 67 67 67 67 75 67 67 58 67 75 83 58 83 75 50 75 58 75 83 75 16 48,5%
83 75 67 67 67 67 75 75 75 67 67 75 83 67 83 83 75 75 67 75 83 75 22 68,8%
Tabel 2.1. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis (writing) siswa siklus 2
No 1 2
Uraian Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar
Hasil siklus 2 22 68,8%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode AMT pada pembelajaran menulis teks recount dapat meningkatkan motivasi dan prestasi keterampilan menulis siswa, karena dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus 1 diperoleh ketuntasan belajar mencapai 48,5% atau ada 16 siswa dari 33 siswa, sedangkan pada siklus 2 ketuntasan belajar mencapai 68,8% atau ada 22 siswa dari 32 siswa. Jadi penelitian ini dihentikan sampai siklus 2 karena sudah ada peningkatan secara signifikant dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 20,3%. Secara keseluruhan siswa sudah memahami generic stucture dari teks recount, dan sudah memahami penggunaan V2 di dalam kalimat Past Tense, karena pada siklus 2 ini siswa diberikan tambahan menganalisis V2 yang terdapat pada contoh teks recount dengan tema lain (Holiday), serta menuliskan kalimat Past Tense. Guru juga memberikan bimbingan kepada siswa pada saat pembelajaran di dalam menulis teks recount dengan menggunakan beberapa pertanyaan panduan, agar tulisan siswa alurnya runtut sesuai dengan struktur teks recount.
1030
ISBN: 978-602-1150-17-7
KESIMPULAN Dari hasil kegiatan pembelajaran menulis yang sudah dilaksanakan selama 2 siklus di kelas 8D SMP 06 Batu, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode AMT dapat memberikan dampak positif bagi siswa dan hasil belajar siswa menjadi meningkat dari siklus 1 sebesar 48,5% siswa secara klasikal mencapai KKM ke siklus 2 sebesar 68,8% siswa secara klasikal mencapai KKM. SARAN Dari kesimpulan di atas, disarankan agar guru hendaknya lebih melakukan persiapan yang cukup matang untuk melaksanakan model AMT, karena harus mempersiapkan contoh– contoh teks recount yang lebih bervariatif yang di dalam teks tersebut menggunakan V2 baik regular maupun irregular verbs serta daftar pertanyaan yang berhubungan dengan teks recount yang diberikan sehingga dapat mengembangkan wawasan siswa tentang V2 sehingga dapat menambah kosa siswa. Guru diharapkan dengan sabar juga memberikan bimbingan kepada siswa pada saat pembelajaran di dalam menulis teks recount dengan menggunakan beberapa pertanyaan panduan, agar tulisan siswa alurnya runtut sesuai dengan struktur teks recount. Untuk guru Bahasa Inggris lain yang memiliki masalah yang sama disarankan melakukan penelitian lebih lanjut, karena penelitian ini hanya dilakukan di SMPN 06 Batu 2015/2016 saja. DAFTAR RUJUKAN Kemmis, S. dan McTaggart, R. 1988. The Action Research Planner. Deakin: Deakin University. Septianingsih, R. 2014. The Ability of Writing Recount Text of the Eighth Grade Students of SMP 1 Mejobo, Kudus, in the Academic Year 2013/2014 Taught by Using Guiding Questions Technique. eprints.umk.ac.id (online). Wardani, I. 2014. Improving the Ability in Writing Descriptive Text Through Guided-Questions Technique. Jurnal.untad.ac.id, Vol.12 No. 1 Wilhelm, J.2007. Engaging Readers and Writers With Inquiry. New York: Scholastic.
1031
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ESEI PENDEK SEDERHANA DALAM TEKS BERBENTUK PROCEDURE PADA PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMPN SATU ATAP GUNUNGSARI 04 BATU SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016 DENGAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA TAYANGAN VIDEO Henu Lismiyati SMP Negeri Satu Atap Gunungsari 04 Batu
[email protected] Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis teks procedure tentang pembuatan makanan dan minuman pada kelas VII SMPN Satu Atap Gunungsari 4 Batu pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil tes awal diperoleh hasil bahwa tulisan peserta didik belum memuaskan karena ada beberapa kesalahan tata bahasa, pemilihan kosakata yang tidak tepat dan kesalahan ejaan serta kemampuan dalam mengembangkan ide belum maksimal karena sebagian besar peserta didik hanya menyalin karya teman maupun teks yang ada di buku paket. Untuk mengatasi permasalahan ini penulis mencoba menggunakan media tayang video dalam pembelajaran menulis teks procedure. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subyek peserta didik kelas VII yang berjumlah 26 orang yang terdiri dari 9 perempuan dan 17 laki-laki. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dimana setiap siklus memiliki 4 tahapan yaitu perencanaan, penerapan, bservasi dan refleksi. Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media tayang vide dapat meningkatkan keterampilan menulis teks procedure peserta didik kelas VII di SMPN Satu Atap Gunungsari 4 Batu. Kata kunci: Writing, Procedure Text, MediaTayangan Video
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII karena peneliti mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di kelas ini sudah hampir satu tahun, yaitu mulai semester 1 tahun pelajaran 2015/2016 sampai dengan sekarang. Permasalahan yang muncul dalam pengajaran Bahasa Inggris adalah rendahnya keterampilan menulis. Peneliti mendapatkan fakta-fakta sebagai berikut: (1) motivasi siswa dalam menulis masih rendah dikarenakan kesan (menulis) sebagai keterampilan rumit untuk dipelajari; (2) siswa kurang percaya diri dalam menulis teks procedure karena perasaan tidak nyaman untuk menulis dalam bahasa Inggris; (3) nilai siswa masih di bawah batas terendah dari ketentuan sekolah (KKM), yaitu nilai 71, karena siswa tidak mengetahui bagaimana harus mulai menulis, bagaimana mendapatkan gagasan yang harus ditulis, dan bagaimana mengorganisasikan gagasan tersebut untuk ditulis dalam sebuah teks terpadu; dan (4) guru menugaskan siswa untuk menulis tanpa memberikan bekal pengetahuan tentang kosakata yang memadai dalam proses menghasilkan sebuah teks. Oleh sebab itu, peneliti sangat terdorong untuk memecahkan masalah-masalah tersebut (terutama masalah-masalah nomor 3 dan 4) dengan penerapan penggunaan media tayangan video. Yang dimaksud dengan penggunaan media tayangan video adalah dalam proses pembelajaran guru menggunakan tayangan video tentang cara membuat makanan untuk membimbing dan membantu siswa dalam memahami text procedure dan memberikan inspirasi dalam menulis sehingga siswa lebih focus terhadap menulis sebuah text sesuai dengan jenis text dan tema yang diinginkan. Penelitian terdahulu yang menggunakan media tayangan video dilaksanakan oleh Bambang Yudi Cahyono (tahun2013?) dengan temuan pada post test hasilnya lebih tinggi (0)
1032
ISBN: 978-602-1150-17-7
dari pre test sebelumnya (0),ternyata Sukirno (tahun2010?) juga meneliti tentang penngunaan media tayangan video, yang hasilnya adalah meningkat secara significant bahwa nilai post test (0) lebih tinggi dari pre test (0). Melalui penggunaan media tayangan video, peneliti ini juga berharap mampu meningkatkan keterampilan peserta didik di dalam menulis teks procedure. Strategi ini dipilih karena dianggap dapat mendorong peserta didik untuk terlibat lebih aktif dalam kegiatan menulis sehingga keterampilan menulis mereka menjadi meningkat. Oleh sebab itu, rumusan masalah penelitihan ini adalah “Bagaimana penggunaan media tayangan video dapat meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menulis teks procedure bagi peserta didik kelas VII SMP Negeri Satu Atap Gunungsari 04 Batu?” Penelitian ini dianggap berhasil jika jumlah siswa yang memperoleh nilai sama dengan atau lebih tinggi dari 71 (KKM) mencapi 80 % . Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru di kelas tersebut dalam mengatasi kesulitan menulis teks procedure, dan tentunya bagi guru Bahasa Inggris yang lainnya,yang mempunyai masalah yang sama, diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk memecahkan masalah di kelas mereka. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang berusaha mengkaji dan merefleksikan beberapa aspek dalam kegiatan belajarmengajar , yaitu keaktifan peserta didik secara individu dan kelompok dalam menulis esei pendek berbentuk teks procedure. Penelitian ini dibagi dalam dua siklus yang disesuaikan dengan kebutuhan. Masingmasing siklus terdiri dari empat langkah (Kemmis dan McTaggart, dalam ….. ? 1988) yaitu :a) perencanaan, yaitu merumuskan masalah, menentukan tujuan dan metode penelitian serta membuat rencana tindakan, b) tindakan,yang dilakukan sebagai upaya perubahan yang silakukan, c) observasi, dilakukan secara sitematis untuk mengamati hasil atau dampak tindakan terhadap proses belajar-mengajar, dan d) refleksi, yaitu mengkaji dan mempertimbangkan hasil atau dampak tindakan yang dilakukan. Keempat langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMPN Satu Atap Gunungsari 04 Batu pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah peserta didik sebanyak 26 orang. Siklus 1 dilaksanakan pada hari Rabu – Kamis, tanggal 16 – 17 Maret 2016 dan siklus 2 dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Maret 2016 dan Jumat, 1 April 2016.
1033
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Penelitian ini menggunakan instrument berupa lembar observasi untuk guru/observer dan tes tulis untuk menilai hasil kerja siswa yang dinilai berdasarkan rubric penilaian. Proses pembelajaran ini diteliti melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan 2 siklus kegiatan sebagai berikut: Siklus 1 Tahap Perencanaan, meliputi kegiatan: 1. Menyusun dan membuat rencana pembelajaran menggunakan media tayang video untuk dua kali pertemuan 2. Menyiapkan instrument berupa lembar bservasi dan rubric penilaian keterampilan menulis 3. Menyiapkan media tayang video Tahap Pelaksanaan, meliputi kegiatan: 1. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana (RPP) 2. Menggunakan media tayang video pada pelaksanaan pembelajaran menulis teks procedure 3. Menilai hasil tes tulis berupa unjuk kerja keterampilan menulis teks procedure tentang pembuatan makanan atau minuman Tahap Mengamati, meliputi kegiatan: 1. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan media tayang video 2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan media tayang video pada pembelajaran menulis teks procedure 3. Merekam data semua jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 1 untuk pengumpulan data Tahap Refleksi, meliputi kegiatan: 1. Menganalisis dan menginterpretasi data temuan saat melakukan pengamatan 2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan penggunaan media tayang video dalam pembelajaran menulis teks procedure 3. Melakukan refleksi terhadap penggunaan media tayang video dalam pembelajaran menulis teks procedure 4. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru sebagai bahan masukan untuk perbaikan pada proses pembelajaran berikutnya pada siklus 2 TEMUAN PENELITIAN Siklus 1 Pertemuan 1, Rabu, 16 Maret 2016 Pertemuan diawali dengan tegur sapa peneliti, observer dan peserta didik. Kemudian guru mereview pembelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pembelajaran yang akan dibahas. Untuk menarik perhatian peserta didik, guru menunjukkan gambar yang terdapat pada layar LCD yaitu gambar pancake dan scrambled eggs dan bertanya jawab tentang berbagai hal terkait gambar tersebut, misalnnya What is in the picture? What do you know about pancake and scrambled eggs? Do you know how to make pancake and scrambled eggs? Do you know the materials and tools used to make pancake and scrambled eggs? Kemudian guru meminta peserta didik untuk mendiskusikan alat, bahan dan cara membuat pancake dan scrambled eggs dengan teman sebangku. Pada tahap berikutnya, guru meminta peserta didik untuk menyaksikan tayangan video tentang cara pembuatan pancake dan scrambled eggs yang ditayangkan sebanyak dua kali.
1034
ISBN: 978-602-1150-17-7
Kemudian guru menanyakan kepada peserta didik apakah alat dan bahan membuat pancake dan scrambled eggs yang didiskusikan dengan teman sebangku terdapat dalam tayangan video. Kemudian guru meminta peserta didik berkelompok tiga sampai empat orang untuk menulis teks procedure tentang cara membuat pancake dan scrambled eggs berdasarkan tayangan video yang telah dilihat. Untuk menghemat waktu, kelompok dibentuk berdasarkan kedekatan tempat duduk peserta didik. Dari jumlah dua puluh enam peserta didik terbagi menjadi tujuh kelompok. Setelah selesai, peserta didik diminta untuk memajang hasil karya kelompok di dinding. Kemudian peserta didik diminta untuk melihat dan memberi komentar terhadap hasil karya kelompok lain. Kelompok satu melihat dan memberi komentar terhadap hasil karya kelompok dua, kelompok dua melihat dan memberi komentar terhadap hasil karya kelompok tiga, dan seterusnya. Peserta didik hanya mengamati dan mengomentari apakah hasil karya kelompok lain sudah sesuai dengan langkah retorika teks procedure yaitu memuat tujuan, bahan dan langkah-langkah cara pembuatan. Pada kegiatan ini ditemukan tiga dari tujuh kelompok menulis teks procedure menggunakan Bahasa Indonesia karena belum sempat menerjemahkannya dalam Bahasa Inggris. Diakhir pelajaran, guru memberi kesempatan peserta didik untuk menanyakan kesulitan mereka dan memberi tugas peserta didik untuk mengamati atau mewawancarai ibu dirumah masing-masing terkait cara memasak makanan atau membuat minuman. Siklus 1 Pertemuan 2, Kamis, 17 Maret 2016 Pertemuan diawali dengan tegur sapa peneliti, observer dan peserta didik. Kemudian guru mereview pembelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pembelajaran yang akan dibahas. Pada kegiatan inti peserta didik secara idividu menulis teks procedure tentang cara pembuatan makanan atau minuman berdasarkan hasil observasi atau wawancara dengan ibu dirumah masing-masing. Karena keterbatasan waktu, hasil karya peserta didik belum sempat dipajang tetapi langsung dikumpulkan. Kemudian guru melakukan penilaian dengan menggunakan rubric penilaian menulis yang meliputi aspek tata bahasa dengan skor 1-4, aspek diksi dengan skor 1-4, aspek isi dengan skor 2-8, dan aspek ejaan dengan skor 1-4, dengan total skor 20. Dari hasil penilaian diperoleh data yaitu 73% peserta didik (19 orang) memperoleh nilai sama dengan atau lebih tinggi dari 71 (KKM) dan 27% (7 orang) peserta didik belum mencapai nilai KKM. Sedangkan nilai rata-rata tes menulis pada siklus 1 adalah 74. Refleksi Siklus-1 Dari hasil pengamatan dan penilaian pada siklus-1 diperoleh data bahwa penggunaan media tayang video dapat menarik perhatian dan membantu peserta didik dalam meningkatkan keterampilan menulis teks procedure tentang pembuatan makanan dan minuman. Seluruh peserta didik telah menulis cara pembuatan makanan atau minuman sesuai dengan langkah retorika teks procedure yang terdiri dari tujuan, bahan dan langkah-langkah. Namun hasil test menullis pada siklus-1 tersebut menunjukkan bahwa pengusaan tata bahasa khususnya dalam menulis kalimat perintah atau „imperative sentence’ masih kurang dan pemilihan kosakata (vocabulary) belum tepat. Selain itu dalam siklus-1 juga terdapat kesalahan ejaan, tanda baca dan penulisan huruf besar atau kecil, namun guru hanya memberi penekanan pada penguasaan tata bahasa dan kosakata Pada penulisan kalimat perintah atau „imperative sentence’, beberapa peserta didik masih menggunakan bentuk kata kerja yang tidak tepat. Mereka menggunakan kata kerja bentuk lampau (verb-2 dan verb-3), kata kerja bentuk verb-ing dan kata sifat atau adjective serta kata benda (noun) diawal kalimat. Seharusnya mereka menggunakan kata kerja bentuk dasar (verb-1) untuk menulis kalimat perintah. Berikut ini contoh kesalahan dalam menulis kalimat perintah yang ditemukan pada siklus-1.
1035
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
NO
CONTOH TULISAN PESERTA DIDIK
SEHARUSNYA
1.
Broken egg interior bowl.
Break the egg into a bowl.
2.
Washing garlic, onion, carrot, etc.
Wash garlic, onion, carrot, etc.
3.
Input the noodle instant in the pan.
Put the instant noodle into a pan
Lemahnya penguasaan kosakata (vocabulary) peserta didik dapat dilihat dari pemilihan kata (diksi) yang tidak tepat seperti yang terlihat pada table dibawah ini: NO
CONTOH TULISAN PESERTA DIDIK
SEHARUSNYA
1.
After that stir to smooth.
2.
After noodle ripe, leak through After the noodle is done, drain it. noodle. Finally, coll fried rice depth plate. Finally, put/serve fried rice on a plate.
3.
After that stir thoroughly.
Dari hasil tes siklus-1 juga ditemukan bahwa ada enam orang peserta didik yang memiliki tulisan yang sama atau menyontek, sehingga mereka mendapatkan nilai rendah atau tidak tuntas. Oleh karena itu guru merencanakan untuk memberi penjelasan dan latihan tambahan untuk menulis kalimat perintah dan latihan kosakata pada siklus-2 serta meminta peserta didik untuk lebih kreatif dalam menulis teks procedure dengan cara mengembangkan ide sendiri dan tidak menyntek hasil karya temannya. Siklus 2 Tahap Perencanaan, meliputi kegiatan: 1. Mengevaluasi hasil refleksi dari siklus 1 dan mencari solusi untuk diterapkan pada siklus 2 2. Mendata masalah dan kendala yang ditemukan pada proses pembelajaran di siklus 1 3. Merancang perbaikan dan penyempurnaan dalam menyusun dan membuat rencana pembelajaran menggunakan media tayang video untuk diterapkan pada proses pembelajaran di siklus 2 4. Menyiapkan instrument berupa lembar observasi dan rubric penilaian keterampilan menulis 5. Menyiapkan media tayang video yang berbeda dari siklus 1 Tahap Pelaksanaan, meliputi kegiatan: 1. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana (RPP) 2. Menggunakan media tayang video pada pelaksanaan pembelajaran menulis teks procedure 3. Menilai hasil tes tulis berupa unjuk kerja keterampilan menulis teks procedure tentang pembuatan makanan atau minuman Tahap Mengamati, meliputi kegiatan:
1036
ISBN: 978-602-1150-17-7
1. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan media tayang video 2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan media tayang video pada pembelajaran menulis teks procedure 3. Merekam data semua jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 2 untuk pengumpulan data Tahap Refleksi, meliputi kegiatan: 1. Menganalisis dan menginterpretasi data temuan saat melakukan pengamatan 2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan penggunaan media tayang video dalam pembelajaran menulis teks procedure 3. Melakukan refleksi terhadap penggunaan media tayang video dalam pembelajaran menulis teks procedure Siklus 2 Pertemuan 1, Selasa, 29 Maret 2016 Pertemuan diawali dengan tegur sapa peneliti, observer dan peserta didik. Kemudian guru mereview pembelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pembelajaran yang akan dibahas. Pada kegiatan ini guru mengulas langkah retorika dan ciri kebahasaan dari teks procedure. Pada kegiatan inti, guru menunjukkan kesalahan diksi dan tata bahasa yang ditemukan pada tulisan peserta didik di siklus 1 dan menayangkan video tentang kosakata yang sering digunakan dalam teks procedure pembuatan makanan atau minuman. Untuk meningkatkan penguasaan kosakata dan „imperative sentence’ atau kalimat perintah, guru meminta peserta didik secara berpasangan untuk mendiskusikan penggunaan kosakata yang tepat dalam kalimat pada teks procedure dan kemudian membahas latihan tersebut secara bersama-sama. Pada tahap berikutnya, guru menunjukkan gambar „chicken nuggets’ dan bertanya jawab tentang berbagai hal terkait „chicken nuggets’. Kemudian guru menayangkan video tentang “how to make chicken nugget” sebanyak dua kali. Tayangan video ini digunakan untuk menarik perhatian peserta didik dan memberikan latihan menulis teks procedure yang berbeda dari siklus-1. Selanjutnya guru meminta peserta didik berkelompok tiga sampai empat orang untuk menulis teks procedure tentang pembuatan chicken nuggets berdasarkan video yang telah ditayangkan. Dari jumlah dua puluh enam peserta didik terbagi menjadi tujuh kelompok. Setelah selesai, peserta didik diminta untuk memajang hasil karya kelompok di dinding. Kemudian peserta didik diminta untuk melihat dan memberi komentar terhadap hasil karya kelompok lain. Kelompok satu melihat dan memberi komentar terhadap hasil karya kelompok dua, kelompok dua melihat dan memberi komentar terhadap hasil karya kelompok tiga, dan seterusnya. Peserta didik hanya mengamati dan mengomentari apakah hasil karya kelompok lain sudah sesuai dengan langkah retorika teks procedure yaitu memuat tujuan, bahan dan langkahlangkah cara pembuatan. Pada kegiatan ini ditemukan bahwa seluruh kelompok telah menulis teks procedure dengan menggunakan Bahasa Inggris. Diakhir pelajaran, guru memberi kesempatan peserta didik untuk menanyakan kesulitan mereka dan memberi tugas peserta didik untuk mempraktekkan cara memasak makanan atau membuat minuman. Guru juga mengingatkan peserta didik untuk mengerjakan tugas sendiri dan tidak menyontek hasil karya temannya.
1037
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Siklus 2 Pertemuan 2, Jumat, 1 April 2016 Pertemuan diawali dengan tegur sapa peneliti, observer dan peserta didik. Kemudian guru mereview pembelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pembelajaran yang akan dibahas. Pada kegiatan inti peserta didik secara idividu menulis teks procedure tentang cara pembuatan makanan atau minuman berdasarkan hasil praktek membuat makanan atau minuman yang dilakukan dirumah dan melengkapinya dengan gambar. Karena keterbatasan waktu, hasil karya peserta didik belum sempat dipajang tetapi langsung dikumpulkan. Kemudian guru melakukan penilaian dengan menggunakan rubric penilaian menulis yang meliputi aspek tata bahasa dengan skor 1-4, aspek diksi dengan skor 1-4, aspek isi dengan skor 2-8, dan aspek ejaan dengan skor 1-4, dengan total skor 20. Dari hasil penilaian diperoleh data yaitu 85% peserta didik (22 orang) memperoleh nilai sama dengan atau lebih tinggi dari 71 (KKM) dan 15% (4 orang) peserta didik belum mencapai nilai KKM. Sedangkan nilai rata-rata tes menulis pada siklus 2 adalah 81. Refleksi Siklus-2 Tidak jauh berbeda dari siklus-1, hasil pengamatan dan penilaian pada siklus-2 juga meenunjukkan data bahwa penggunaan media tayang video dapat menarik perhatian dan membantu peserta didik dalam meningkatkan keterampilan menulis teks procedure tentang pembuatan makanan dan minuman. Seluruh peserta didik telah menulis cara pembuatan makanan atau minuman sesuai dengan langkah retorika teks procedure yang terdiri dari tujuan, bahan dan langkah-langkah. Namun hasil test menullis pada siklus-2 tersebut menunjukkan bahwa pengusaan tata bahasa khususnya dalam menulis kalimat perintah atau „imperative sentence’ masih kurang dan pemilihan kosakata (vocabulary) belum tepat. Selain itu dalam siklus-2 juga terdapat kesalahan ejaan, tanda baca dan penulisan huruf besar atau kecil, namun guru hanya memberi penekanan pada penguasaan tata bahasa dan kosakata. Pada penulisan kalimat perintah atau „imperative sentence’, beberapa peserta didik masih menggunakan bentuk kata kerja yang tidak tepat. Mereka menggunakan kata kerja bentuk lampau (verb-2 dan verb-3), kata kerja bentuk verb-ing dan kata sifat atau adjective serta kata benda (noun) diawal kalimat. Seharusnya mereka menggunakan kata kerja bentuk dasar (verb-1) untuk menulis kalimat perintah. Berikut ini contoh kesalahan dalam menulis kalimat perintah yang ditemukan pada siklus-2. NO 1. 2. 3.
CONTOH TULISAN PESERTA DIDIK Mixed milk and yogurt. Cooking until ripe. Blender strawberry and water.
SEHARUSNYA Mix milk and yogurt. Cook until it is done. Blend strawberry and water.
Lemahnya penguasaan kosakata (vocabulary) peserta didik dapat dilihat dari pemilihan kata (diksi) yang tidak tepat seperti yang terlihat pada table dibawah ini: NO 1. 2. 3.
CONTOH TULISAN PESERTA DIDIK 4 canine tooth garlic. 4 spoon eat maple syrup. Ready glass and pour coffee to glass.
SEHARUSNYA 4 cloves garlic. 4 table spoons maple syrup. Prepare a glass and pour the coffee into it.
Dari hasil tes siklus-2 juga ditemukan bahwa ada lima orang peserta didik yang memiliki tulisan yang sama atau menyontek, sehingga mereka mendapatkan nilai rendah atau tidak tuntas. Dari hasil nilai pre-test, siklus-1 dan siklus-2 ada peningkatan kemampuan siswa dalam menulis teks procedure dapat dilihat pada table dibawah ini:
1038
ISBN: 978-602-1150-17-7
Table 3: Rekap nilai pretest, siklus 1 dan siklus 2 menulis teks procedure NILAI NO NAMA JK Pretest Siklus 1 Siklus 2 L 55 75 75 1 ABZ L 65 60 70 2 ARU L 65 65 80 3 AFR P 80 65 85 4 AU L 65 75 85 5 BAP L 65 85 75 6 BP P 80 65 80 7 DR L 55 85 75 8 DIDR P 85 85 90 9 EARD L 80 65 95 10 FDI L 65 75 95 11 FP L 75 75 80 12 IGP P 65 85 75 13 IDP L 65 75 60 14 KAH L 65 65 65 15 MDEDS L 65 75 70 16 MJGH L 65 75 75 17 M. TNF P 80 75 90 18 NEP L 65 75 75 19 PR P 85 80 95 20 PHSB L 65 75 75 21 SFSH L 85 50 75 22 SRS P 85 75 90 23 S FU P 85 75 90 24 SKW P 85 85 90 25 SVP P 85 85 95 26 TM Rata-rata 72 74 81 Table 4: Rekap ketuntasan belajar menulis teks prcedure
NO
HASIL TEST
TUNTAS
TIDAK JUMLAH PROSENTASE TUNTAS SISWA KETUNTASAN
1
Pre Test
14
12
26
54%
2
Siklus 1
19
7
26
73%
3
Siklus 2
22
4
26
85%
Dilihat dari table diatas tampak ada peningkatan dari nilai pre-test, siklus-1 dan siklus2. Hasil dari siklus-2 menunjukkan bahwa target penelitian telah terlampaui. Target ini terlampaui karena kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus-2 memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari kosakata yang berhubungan dengan kegiatan memasak
1039
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
melalui tayangan video, kemudian berlatih menulis kalimat perintah dengan menggunakan kosakata tersebut serta menyaksikan contoh teks procedure melalui tayangan video. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembelajaran menulis yang dilaksanakan dalam dua siklus ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media tayang video dapat meningkatkan keterampilan menulis teks procedure tentang pembuatan makanan dan minuman pada siswa kelas VII SMPN Satu Atap Gunungsari 4 Batu pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 yaitu sebesar 12 poin dari siklus-1 sebesar 73% peserta didik mendapat nilai diatas KKM menjadi 85% peserta didik tuntas pada siklus-2. Dengan demikian disarankan kepada guru bahasa Inggris lainnya yang memiliki masalah yang sama agar dapat menggunakan media tayang video pada proses pembelajaran menulis teks procedure. DAFTAR RUJUKAN - Bambang Yudi Cahyono - Sukirno
1040
ISBN: 978-602-1150-17-7
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS TEKS SEDERHANA TENTANG بيتيDENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU MUFRODAT PADA SISWA KELAS VII F SEMESTER GENAP MTsN BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Nur Yayuk Faridah MTs Negeri Batu
[email protected] Abstrak : Pada pembelajaran bahasa Arab di kelas 7 F MTs Negeri Batu pada umumnya siswa masih kurang menyukai, hal tersebut disebabkan kurangnya siswa dalam memahami mufrodat bahasa Arab, ini karena siswa MTsN latar belakang pendidikannya kebanyakan dari SD. Mereka masih kurang dalam pemahaman dan juga cara membaca bahasa Arab dengan benar, apalagi dalam penulisan kalimat ataupun paragraf sederhana. Kata Kunci : MTsN Batu menulis kalimat bahasa Arab
Berbagai masalah masih terjadi dalam pendidikan Bahasa Arab.Masih banyak siswa yang menganggap Bahasa Arab sebagai pelajaran yang sulit, menganggap Bahasa Arab sebagai mata pelajaran yang hanya bisa dijangkau oleh siswa yang notabennya dari MI atau yang berdomisili di pesantren saja.Dan belajar Bahasa Arab itu membosankan.Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan kualitas pembelajaran menulis teks sederhana dengan menggunakan media kartu,agar siswa dapat lebih mudah memahami dan menulis teks bahasa arab. Keterampilan menulis merupakan salah satu ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa,pembelajaran menulis merupakan cara menyampaikan informasi dan pesan. Lewat media kartu kata diharapkan siswa dapat menulis teks sederhana yang benar,dan menggunakan struktur kalimat yang benar.Dengan menggunakan potensi-potensi tersebutdiperlukan ketrampilan guru dalam mengolah kelas dan penggunaan media pembelajaran yang sesuai agar pembelajaran benar-benar menjadi aktifitas yang menyenangkan bagi siswa. Permasalahan yang berkaitan dengan siswa, misalnya adalah kurangnya minat baca dan motivasi belajar, ketidakberanian bertanya, kekurangterampilan dalam berbicara dan kurangnya keterampilan dalam mengarang atau menulis teks sederhan. Hal ini disebabkan sedikitnya mufrodat yang dikuasai,banyaknya kesalahan dalam menyusun teks sederhana dan siswa banyak yang termenung,ngobrol dengan temannya atau hanya mondar mandir saja di kelas. Berbagai kesulitan siswa kelas 7F dalam mengonstruksi konsep bahasa arab seringkali menjadi sumber lemahnya siswa dalam menguasai materi bahasa Arab. Hal ini bisa dilihat dari hasil kerja siswa kelas 7F selama ini,60 persen dari jumlah siwa rata-rata nilainya masih kurang dari KKM yang sudah ditentukan (70). Oleh karena itu perlu adanya motivasi belajar siswa agar mereka berani bertanya dan berbicara dengan bahasa arab walaupun sedikit. Dengan menggunakan media kartu (kartu mufrodat dan kartu kalimat acak) diharapkan siswa dapat termotivasi dan lebih antusias dalam mempelajari bahasa Arab. Selain itu, penulis sering mendapati siswanya mengalami kesulitan dalam mencapai suatu kompetensi dasar. Hal ini dikarenakan penguasaan kosakata bahasa Arab siswa kurang memadai, sehingga sangat mengganggu pencapaian kompetensi seperti yang tertera dalam kurikulum. Sehingga proses pencapaian suatu kompetensi dasar akan berjalan lebih lama. Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi dan memecahkan permasalahan tersebut. Dengan bertitik pada uraian di atas, penulis mengambil judul “
1041
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Peningkatan kualitas pembelajaran menulis teks sederhana tentang تيتيmenggunakan media kartu”. Scram mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Tawatuan, 2015). Sementara itu, Brigs berpendapat bahwa media pembelajaran adalah saran fisik untuk menyampaikan materi atau isi pembelajaran seperti : buku,film, vidio, kartu dan lain sebagainya (Tawatuan, 2015).Sedangkan menurut National Education Associaton (1996) dalam Tawatuan (2015) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar.Termasuk teknologi perangkat kelas.Dari ketiga pendapat diatas bisa disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Media kartu dengan strategi kooperatif merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis teks sederhana siswa kelas 7F MTsN Batu. Kartu merupakan media berbasis visual. Media kartu adalah kata jamak dari medium yamg berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha,istilah media digunakan juga dalam media pengajaran atau pendidikan yang istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran (Sanjaya,2006:161). Didalam pembelajaran ini, kartu yang digunakan berupa kertas berbentuk persegi panjang yang berisi kartu gambar, konsep atau pernyataan berdasarkan informasi pesan tertulis atau gambar. Jadi kartu merupakan media berbasis visual (Arsyad,1996:106). Di sini media kartu yang dimaksud adalah kartu kecil. Menurut Arsyad (1996:120), kelebihan dari penggunaan kartu ini antara lain bahannya murah dan mudah diperoleh, siswa dapat langsung menggunakannya, dapat menarik perhatian siswa,metode mengajar akan lebih berfariasi. Sedangkan kekurangan dari penggunaan kartu, yaitu tidak dapat menampilkan benda atau objek yang terlalu besar, ukurannya terlalu kecil untuk ditampilkan secara klasikal, membutuhkan waktu yang cukup lama. Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Mufidah (2011) dengan judul “Permainan Media Kartu Dalam Pembelajaran Bahasa Arab”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi permainan dapat mendukung antusiasme siswa dalam belajar. Khaerur (2013) juga melakukan penelitian sejenis dengan judul “Penggunaan kartu Gambar dalam Peningkatan Kemampuan Pelafalan Mufrodat Bahasa Arab pada Siswa Tuna Rungu di SDLB Negeri Ungaran Tahun 2012/2013”. Melalui penelitian tersebut, ia menyatakan media kartu mufrodat sangat efektif digunakan, terutama bagi siswa dengan keterbatasan pendengaran. Media kartu tersebut dapat membantu siswa dalam melafalkan mufrodat dengan baik dan benar. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus,yang setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, pengamatan, dan refleksi. Setiap siklus terdiri atas 2 pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VII MTsN Batu tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran bahasa Arab, yang terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Waktu penelitian dimulai pada 1 Maret sampai1 April 2016. Materi yang digunakan adalah “”تيتي Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahapan penting, yaitu (1) perencanaan (planning); (b) pelaksanaan tindakan (action); (c) pengamatan (observation); dan (d) refleksi (reflection). Keempat tahap dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula (Arikunto, 2006).
1042
ISBN: 978-602-1150-17-7
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus I Pada kegiatan ini ada tiga tahap kegiatan yang dilaporkan, yakni perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Perencanaan Pembelajaran Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam mempersiapkan pembelajaran menjelaskan petunjuk penggunaan alat. Pertama menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Langkah penting dalam menyusun RPP meliputi (a) menentukan KI dan KD dari kurikulum, (b) menjabarkan KD menjadi indikator-indikator keberhasilan, (c) mengembangkan materi pokok, (d) memilih metode dan model pembelajaran yang tepat, (e) mengembangkan media pembelajaran, serta (f) mengembangkan alat penilaian. Kedua mengembangkan lembar observasi terhadap pelaksanaan. Ketiga, merancang dan mengembangkan media pembelajaran. Adapun media yang digunakan dalam pembelajaran menjelaskan petunjuk penggunaan alat berupa kartu mufrodat. Pelaksanaan Pembelajaran Dalam pelaksanaan pembelajaran ini menggunakan metode unjuk kerja. Kegiatan awal dilakukan dengan salam, doa bersama yang dipimpin salah satu siswa , dan memeriksa kehadiran dan kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran. Guru menanyakan keadaan siswa dengan mengucapkan “ “ كيف حالكنkemudian siswa menjawab “ “ اًي تخيس والحود هلل. Beberapa siswa nampak antusias menjawab pertanyaan dari guru, tetapi ada beberapa siswa yang masih cuek dan kurang menghiraukan pertanyaan guru ( disertai bukti fisik berupa foto)kemudian guru mengulang pertanyaannya “ “ كيف حالكن ؟, siswa menjawab dengan antusias dengan mengangkat tangan mereka ( disertai foto ). Guru menanyakan topik sebelumnya dengan maksud untuk tidak melupakan materi yang telah dipelajari dilanjutkan dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru bertanya kepada anak2. Guru : “anak – anak....... apa nama tempat tinggal kita ?” Siswa : rumah bu ........ Guru : betul anak-anak.... sekarang siapa yang tahu apa bahasa arabnya rumah ? Siswa : saya bu ( sambil angkat tangan ) هدزسحbu..... Guru : bukan anak – anak....... coba, siapa yang bisa ayo angkat tangan..... Siswa : saya bu.... تيتيbu.... Guru : ya... betul anak-anak.... lebih tepatnya تيت Guru juga memberikan stimulus terkait materi yang akan dipelajari dengan bertanya kepada siswa sambil menunjukkan gambar, Guru : menunjukkan gambar ““ ها هرٍ الصىزج ؟, siswa : “ gambar rumah bu “. Guru : bagus anak-anak هرٍ صىزج تيتي, coba sebutkan ruangan yg ada didalam rumah Siswa : ruang tamu, ruang tidur, dapur, ruang belajar, dan ruang makan bu Guru : . . . . . طية
Seluruh siswa merasa tertantang dan termotivasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Selanjutnya guru menampilkan beberapa gambar ruangan dalam rumah.
1043
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Kegiatan inti Selanjutnya dalam kegiatan inti terdiri dari mengamati, menanyakan, menalar atau mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan. Pada kegiatan mengamati, guru menanpilkan beberapa gambar ruangan dalam rumah kemudian siswa menanyakan arti mufrodat beberapa benda yang ada di dalam ruangan – ruangan tersebut. Siswa : apa bahasa arabnya meja tamu bu? Guru : هٌضدج Siswa : apa bahasa arabnya tempat tidur bu ? Guru : bahasa Arabnya tempat tidur adalah سسيس Siswa : bu..... apa bahasa arabnya ruang tamu ? Guru : ruang tamu bahasa Arabnya adalah, غسفح الجلىسatau غسفح الضيىف Siswa : kalau bahasa Arabnya kamar mandi apa bu ? Guru : kamar mandi artinya الحوام
Guru membentuk kelompok, masing-masing kelompok mulain mengidentifikasi mufrodat-mufrodat dari ruangan-ruangan yang ada didalam rumah. setiap kelompok menempel hasil identifikasi mereka di kertas asturo dan diberi gambar dari masing-masing mufrodat tersebut. Kegiatan Akhir Pada kegiata akhir ini, guru dan siswa mengadakan refleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran. Guru : “Anak-anak...... apakah kalian sudah mengetahui mufrodat bahasa Arab dari benda-benda yang ada didalam rumah “ ? Siswa I : “ Alhamdulillah bu......sudah, sekarang saya sudah mulai mengerti” Guru : “ Syukurlah kalau begitu, bagaimana dengan yang lain” ? Siswa II : “ Saya masih kurang faham bu” ? Guru : “ baiklah anak-anak, agar kalian bisa lebih memahami materi yang akan kita pelajari, tolong nanti di rumah dibaca kembali mufrodat yang sudah kita pelajari, pada pertemuan berikutnya, kita lanjutkan dengan membuat kalimat sempurna dari mufrodat yang sudah diidentifikasi, ًٌتهى هرا الدزس تقىل الحودهلل زب, .العالويي
Observasi Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan, dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang pembelajaran yang dilakukan pada siklus I, obserfasi ini dilakukan untuk mengetahui minat siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan motifasi yang diberikan oleh guru, baik dari segi kualitas maupun kuantitas dalam bertanya dan memahami mufrodat tentang الغسف في الثيت. Pencapaian materi pembelajaran masih belum maksimal, pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru tentang mufrodat dari الثيتyang meliputi الغسف في
1044
ISBN: 978-602-1150-17-7
الثيتmasih mencapai 50% . Hal tersebut bisa diketahui dari hasil tes tulis maupun tes lisan yang dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung. SIKLUS II Perencanaan Kegiatan ini meliputi pembuatan rencana pengajaran, mempersiapkan alat peraga dan mendesain alat evaluasi. Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan tindakan ini, Guru melaksanakan kegiata pembelajaran yang sudah direncanakan, meliputi kegiatan membuka pelajaran, melaksanakan kegiatan inti dan penutup. Kegiatan awal Pada kegiatan awal ini, Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian mengawali pembelajaran dengan berdoa dan apersepsi terhadap pembelajaran kemaren dengan mengingatkan sisawa tentang mufrodat عي الثيتdan mufrodat tentang namanama benda yang ada didalam rumah.Selanjutnya Guru bertanya kepada siswa. Guru : “ " كيف حالكن ؟ Siswa : “ “ اًي تخيس والحود هلل Guru : “anak-anak ... apakah kalian masih ingat mufrodat yang kita pejari kemaren ?” Siswa : “ masih ingat bu....” Guru : “ apa artinya kamar tidur ?” Siswa : “ “ غسفح الٌىم يا استاذج Guru : “ األى ها هعٌى. . . طيةkamar mandi ?” Siswa : “ “ الحوام تا استاذج Guru : “ ها هعٌى الوٌضدج ؟. . األى. . . “ طية Siswa : “ meja tamu bu.....” Guru : “ bagus ! anak-anak ... sekarang apa bahasa Arabnya sendok ?” Sambil mengacungkan tangannya, salah satu siswa menjawab dengan lantang “ هلعقحbu “ Guru : “ ya... bagus. Selanjutnya guru menunjukkan beberapa gambar ruangan dalam rumah.
Guru mengadakan dialog dengan siswa dalam rangka untuk mengetahui minat belajar dan pengetahuan siswa tentang mufrodat yang sudah dipelajari kemaren. Selanjutnya guru menjelaskan pada siswa tentang KD dan tujuan pembelajaran pada materi menulis kalimat sederhana dengan menggunakan kartu mufrodat.
Gambar 1. guru menjelaskan tujuan pembelajaran
Kegiatan inti Kegiatan inti pada materi Menulis kalimat Sederhana dengan Menggunakan kartu Mufrodat dilaksanakan selama 50 menit.Sebelumnya guru menjelaskan cara merangkai mufrodat menjadi kalimat sempurna. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan sebagai
1045
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
berikut : Siswa dibentuk kelompok, satu kelompok terdiri dari 5 siswa, kemudian masingmasing kelompok di beri gambar ruangan dan kartu mufrodat yang berbeda-beda.
Gambar 2. Siswa melakukan kerja kelompok
Guru menyampaikan tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok. Siswa mengamati gambar ruangan dalam rumah yang dibagikan oleh guru, selanjutnya siswa mulai bekerja sama dengan teman sekelompoknya untuk membuat kalimat sederhana dengan menggunakan struktur kalimat yang sudah dijelaskan oleh guru, yaitu dengan menggunakan struktur kalimat mubtada‟ khobar atau khobar muqoddam mubtada‟ muakhor. Selanjutnya masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka yang diwakili oleh salah satu anggota kelompok, untuk membacakan kalimat yang telah ditulisnya.
Gambar 1. masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
Kegiatan penutup Dalam kegiatan penutup yang dilakukan selama 15 menit guru dan siswa menyimpulkan hasil belajar yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pejaran. Adapun untuk mengetahui keberhasilan proses belajar siswa, dilakukan evaluasi ter tulis secara individu. Selanjutnya guru memberi semangat kepada siswa untuk lebih semangat lagi dalam belajar. Refleksi Pada tahap refleksi observer menyampaikan hasil pengamatan yang sudah dilakukan selama mengamati pembelajaran yang telah disajikan Guru model dalam pembelajaran penggunaan kartu mufrodat dalam membuat kalimat sederhana pada pelajaran bahasa Arab. Selanjutnya Guru model menyampaikan perasaannya ketika melaksanakan pembelajaran, siswa semangat dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Arab, ketika mengajar Guru semakin percaya diri karena dengan model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar. Pada kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas 7 F MTsN Batu, pada waktu refleksi setelah kegiatan pembelajaran, observer menyampaikan hasil pengamatan.
1046
ISBN: 978-602-1150-17-7
Diawal pembelajaran siswa terlihat siap dan sangat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, karena siswa aktif dan antusias, siswa merespon dengan baik ketika guru menyampaikan materi, siswapun aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang siajukan oleh Guru dengan konsep awal yang dimiliki. Antara siswa terjadi interaksi dalam kelompok sejak media pembelajaran dibagikan, meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam beberapa kelompok. Antara guru dan siswa terjadi interaksi sejak di awal pembelajara. Semangat siswa sudah terlihat sejak guru mulai menanyakan arti kata mufrodat pada siswa diawal mpembelajaran. Sedangkan untuk mengatasi siswa yang kurang aktif pada saat diskusi kelompok, Guru berusaha menegur dan membimbing siswa tersebut agar senantiasa ikut aktif dalam kegiatan kerja kelompok. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari model pembelajara penggunaan kartu mufrodat dalam membuat kalimat sederhana membuat siswa lebih aktif dan mudah memahami kosa kata bahasa Arab, sehingga mereka lebih percaya diri dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bermakna. Siswa bisa lebih mudah memahami bahasa Arab. Pembelajaran lebih menarik dan menanamkan pemahaman materi yang kongkrit sehingga daya ingat siswa dapat bertahan lama. DAFTAR RUJUKAN Tawatuan,Melvin.(2015). Penggunaan media gambar seri Dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk siswa Kelas VIII SMP NEGERI 2 ESSANG Kecamatan Gemeh Kabupaten Talaud Yesiiiiii.blogspot.com 2012. Yesikarsila : Media Pembelajaran Menggunakan Kartu Mufidah, Azizah. (2011). Permainan Media Kartu Dalam Pembelajaran Bahasa Arab.www.bahasaarabsdit.com/2009/07/permainan-dan-media-kartu-dalam-html Khaerur. (2013). Penggunaan Kartu Gambar Dalam Peningkatan Pelafalan Mufrodat Bahasa Arab Pada Siswa Tuna Rungu di SDLB Negeri Ungaran Tahun 2012/2013.
1047