52 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT)
Nur Amanah, Elvira Hoesein Radia Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Kristen Satya Wacana, Jalan Diponegoro No.5260, Salatiga, Sidorejo, Salatiga, Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50711, Indonesia
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matrmatikan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament Kelas IV SD Negeri Duren 02 Bandungan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas IV SD Negeri Duren 02 Bandungan yang berjumlah 35 siswa.Hasil penelitian penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) mempunyai pengaruh yang segnifikan terhadap hasil belajar Matematika Kelas IV SD Negeri Duren 02 Bandungan. dibuktikan dari perbandingan nilai prasiklus 16 dari 35 siswa(45,71% ) tuntas, 19 dari 35 siswa (54,3%) tidak tuntas. Siklus I 27 dari 33 siswa (81,81%) tuntas, 6 dari 33 siswa (18,19%) tidak tuntas. Siklus II sebagai penyempurnaan siklus I mengalami peningkatan 32 dari 34 siswa (91.4%) tuntas, 2 dari 34 siswa (5,9%) tidaktuntas. Dengan KKM 67. Kesimpulannya penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT terbukti dapat meningkatkan hasil belajar Matematika. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament), Hasil Belajar Matematika.
Nur Amanah | 53 PENDAHULUAN Pendidikan di SD merupakan upaya mencerdaskan dan mencetak kehidupan bangsa yang terampil, kreatif, berbudi pekerti serta mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi (Amanat UUD 1945). Dalam pendidikan di SD banyak sekali mata pelajaran yang disampaikan salah satunya yaitu mata pelajaran Matematika. Menurut Fathani,(2012:12) matematika sebagai salah satu dari tiga dasar yang membagi ilmu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan fisik, matematika dan teologi. Matematika dan penalaran tidak bisa dipisahkan, karena materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dilatihkan melalui belajar materi matematika. Oleh sebab itu dalam pembelajaran seharusnya tidak hanya berorientasi pada penguasaan materi saja akan tetapi harus bisa mengembangkan daya fikir siswa. Hal tersebut bertolak belakang dengan hasil observasiyang dilakukan di SD Negeri Duren 02 Bandungan dalam pembelajaran Matematika pokok bahasan Bangun Ruang Sederhana dan bangun datar perbandingan nilainya masih sangat rendah dari 35 hanya 8 siswa yang nilainya diatas KKM yaitu 67. Hal ini disebabkan karena siswa hanya sebagai subjek belajar, guru lebih banyak memberi konsep yang berlebihan sehingga konsep penalaran berkurang dan kegiatan pembelajaran Matematika di Kelas IV SD Negeri Duren 02 Bandungan masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah. Sehingga siswa kurang aktif dan berakibat siswa sulit menerima materi dan pada akhirnya siswa kesulitan mengerjakan sola matematika. Oleh sebab itu dalam penelitian ini penulis mencoba untuk menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena metode Team Games Tournament (TGT) menekankan keberhasilan dan bekerja dalam kelompok, dan memungkinkan siswa belajar lebih rileks, belajar tanggung jawa, kerja sama, persaingan sehat, keterlibatan belajar, yang dapat meningkatkan pemahaman pada mata pelajaran Matematika, serta semangat kebersamaan dan saling membantu dalam menguasai materi sehingga hasil belajar siswa pun akan meningkat. Berdasarkan uraian diatas terdapat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperative tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Duren 02 semester 2 tahun 2016/2017? 2. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperative tipe TGT untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Duren 02 semester 2 tahun 2016/2017? Berdasarkan rumusan masalah diatar penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe (TGT) terhadap hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri Duren 02semester 2 tahun 2016/2017. 2. Mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperative tipe TGT dapat meningkatan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri Duren 02semester 2 tahun 2016/2017. KAJIAN PUSTAKA Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar” Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksikan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Setiap pembelajaran yang diterapkan di Sekolah selalu mengacu pada kurikulum yang diterapkan di Sekolah. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Dengan
54 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 kurikulum yang tepat, diharapkan tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Salah satu kurikulum yang diterapkan di sekolah dasar yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.Dalam kurikulum KTSP ada berbagai mata pelajaran yang diajarkan, salah satunya yaitu mata pelajaran matematika. Menurut Erman Suherman (2004: 12) Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos” secara ilmu pasti, atau “Mathesis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah–kaidah tertentu melalui deduksi.Muhsetyo (2011 :26) menambahkan pembelajaran Matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan pembelajaran matematika yang abstrak sulit untuk dipahami oleh peserta didik yang masih berada pada tahap berpikir konkrti, maka untuk memudahkan pemahaman siswa diperlukan alat peraga untuk memperjelas materi, sehingga apa yang dipelajari siswa dapat dipahami dengan baik dan pembelajaran berjalan dengan efektif. Menurut Sumantri dan Sukmadinata dalam Wardani (2012), karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu: 1) Senang bermain. 2) Senang bergerak. 3) Senang bekerja dalam kelompok. 4) Senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Menurut Fatkhurrohman (2004: 56) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk memahami materi pelajaran.Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif menurut Rachmadiarti (2003 : 9) dapat di lihat pada table berikut: Tabel 1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif Fase Tingkah Laku Guru Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran Menyampaikan tujuan dan yang ingin dicapai pada pembelajaran memotifasi siswa tersebut dan memotifasi siswa belajar Fase 2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase 3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompokkelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4 Membimbing kerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5 Evaluasi Fase 6 Memberikan penghargaan
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing mempersentasikan hasil kerjanya Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
Nur Amanah | 55 Menurut Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi, (2010:67) Model Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe diantaranya yaitu: Role Playing, Snowball Throwing, Numbered Heads Together, Student Teams Achievement Divisions (STAD), dan Salah satu nya yaitu pembelajaran Kooperatif tipe Time Group Tournament (TGT). Hamdani, (2011 : 92) Model pembelajaran TGT (Team Games Tournament) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa adanya perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Dengan model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks dan dapat menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.dengan langkah-langkah pembelajaran dengan mengacu sintak diatas diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar pasa siswa kelas IV SD Negeri Duren 02 Bandungan. Catarina, (2006:5) Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari.menurut Soedarto (1997:49), hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh belajar yang diikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Berdasarkan pendapat para ahli mengenai hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil usaha yang dilakukan yang menghasilkan perubahan serta kemampuan atau penguasaan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman atau proses belajar. Sejalan dengan hal itu, Syaiful Bahri Djamarah (2002:142) menyatakan bahwa : “Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu : 1) faktor lingkungan : lingkungan alami dan lingkungan budaya; 2) faktor instrumental : kurikulum, program, sarana, fasilitas, dan guru; 3) kondisi fisiologis : kondisi fisiologis, kondisi panca indra; 4) kondisi psikologis : minat, kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif. Keberhasilan dalam belajar perlu dinilai, hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana dan Hetwijis Vera Visana (2001 : 7) yang menyatakan bahwa : “penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas atau PTK. Penelitian ini disebut PTK karena hanya dilakukan oleg Guru didalam kelas yang sedang berlangsung kegiatan belajar dan mengajar, atau dalam proses pembelajaran. PTK timbul karena adanya kesenjangan dan perbedaan antara harapan dan kenyataan, sehingga setelah PTK ini dilaksanakan tidak akan ada lagi kesenjangan atau perbedaan antara harapan dan kenyataan sehingga terjadi keadaan yang ideal. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Duren 02 Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Subjek penelitian ini adalah Siswa Kelas IV SD Negeri Duren 02 Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang dengan jumlah siswa sebanyak 35 dan terdiri dari 18 siswa putri dan 17 siswa putra. Semua anak dalam kondisi normal dan berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari keluarga sangat mampu, ada yang cukup tetapi ada yang ekonomi orang tua sangat lemah. Pekerjaan orang tua siswa pun berbeda-beda. Penelitian dilakukan di SD ini karena dikelas IV nilai rata-rata ulangan mata pelajaran matematika masih rendah dibandingkan mata pelajaran lainnya yaitu 6,5, untuk meningkatkan hasil belajar penulis menerapkan metode pembelajaran Kooperatif tipe TGT untuk mengungkap kompetensi siswa dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan pada semester II. Desain penelitian tindakan yang digunakan pada penelitian ini adalah model dari Jhon Elliot yang didalam setiap siklus ada 2-5 tindakan yan dilakukan. Setiap tindakan terdiri dari beberapa langkahyang direalisasikan dalam bentuk pembelajaran. Penelitian ini didesain dalam dalam 2 siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari 2 kali peetemuan, dan masing-masing siklus dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
56 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 Pada siklus I ini penulis menyusun pelaksanaan tindakan pembelajaran sebanyak 2 kali pertemuan yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada tahap perencanaan siklus 1 ini yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Menentukan terlebih dahulu Setandar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, tujuan pembelajaran dan alokasi waktu. 2. Membuar Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan 2 kali pertemuan dan disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran Kooperatif tipe TGT. 3. Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan guru kelas mengenai pemecahan masalah yang terjadi sehubungan dengan penelitian. 4. Menyiapkan alat dan bahan untuk melaksanakan penelitian dan pengamatan. Pada tahap pelaksanaan dilakukan bersama dengan observasi/pengamatan. Observasi yaitu upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung dan bertujuan untuk mengamati kegiatan guru dan respon siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan pada siklus I terdiri dari 2 pertemuan. Materi yang diajarkan adalah bangun ruang sederhana. Pada pertemuan pertama kegiatan yang disusun yaitu menbahas materi tentang bangun ruang sederhana dan sifat-sifatnya. Pertemuan kedua diadakan tournament dari pertemuan pertama. Langkah-langkah pembelajaran nya yaitu sebagai berikut: a. Kegiatan Awal - Guru memberikan apresiasi - Guru menyampaikan tujuan pembelajaran b. Kegiatan Inti - Siswa mengamati video yang berkaitan dengan materi yaitu bangun ruang sederhana - Siswa dibagi dalam kelompok - Guru menyampaikan aturan tournament - Siswa melakukan Tournament - Guru mengawasi jalannya tournament - Guru bersama siswa menghitung skor yang diperoleh setiap kelompok - Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang mendapatkan skor paling banyak c. Penutup - Guru dan siswa membuat kesimpulan pembelajaran - Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru sebagai proses penilaian pembelajaran. - Melakukan kegiatan tindak lanjut. Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dapat merefleksi diri tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan demikian peneliti (guru) akan dapat mengetahui efektifitas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi akan diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan guru sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya. Pada tahap perencanaan siklus II ini yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Menentukan terlebih dahulu Setandar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, tujuan pembelajaran dan alokasi waktu. 2. Membuar Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan 2 kali pertemuan dan disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran Kooperatif tipe TGT. 3. Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan guru kelas mengenai pemecahan masalah yang terjadi sehubungan dengan penelitian. 4. Menyiapkan alat dan bahan untuk melaksanakan penelitian dan pengamatan.
Nur Amanah | 57 Pada tahap pelaksanaan dan observasi yang dilakukan adalah sebagai berkut: a. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan bantuan video pembelajaran. b. Guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi pembelajaran. c. Siswa mengerjakan lembar kerja untuk mengukur pemahaman siswa. d. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. e. Siswa melakukan games tournament f. Guru membimbing dan mendampingi siswa dalam pelaksanaan Team Games Tournamen. g. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok siswa yang mendapatkan poin paling banyak. Penelitian ini dapat terlaksana atas kerjasama antara peneliti, teman sejawat, pembimbing, kepala sekolah, dan siswa kelas IV SD Negeri duren 02 Bandungan. Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dapat merefleksi diri tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan demikian peneliti (guru) akan dapat mengetahui efektifitas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Soal yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sudah diujicobaakan terlebih dahulu kepada siswa yang bukan dijadikan subjek penelitian, bertujuan untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas tes tersebut dan juga tingkat kesukaran soal tersebut. Tes dilakukan pada akhir siklus. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada tahap awal atau pra siklus di SD Negeri Duren 02 Bandungan diperoleh dari hasil tes tengah semester Mata Pelajaran Matematika Semester II Kelas IV dengan nilai KKM ≥ 67. Dari hasil pembelajaran pra siklus diperoleh data sebagai berikut: Tabel 2. Distribusi nilai hasil belajar pra siklus Presentase Skor Frekuensi (%) 33 1 2,8 35 1 2,8 45 4 11,4 47 1 2,8 52 1 2,8 53 2 5,7 55 1 2,8 57 2 5,7 58 2 5,7 60 1 2,8 62 1 2,8 63 1 2,8 65 1 2,8 67 4 11,4 70 3 8,5 72 1 2,8 75 1 2,8 77 2 5,7 80 1 2,8 88 2 5,7 90 1 2,8 93 1 2,8 Jumlah 35 100
58 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 Skor minimal pra siklus adalah 33 dan skor maksimal adalah 93, perolehan skor terbanyak terdapat pada skor 67 dan 45 sebanyak 4 siswa atau (11,4%). Rata-rata nilai kelas pada pra siklus sangat rendah yaitu 62.Setelah memperoleh data pra siklus akan diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus I yang diawali dengan membuat perencanaan pembelajaran (RPP) dan dilaksanakan dengan alokasi wakti 2x35 menit dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT. Pada tahap ini siswa mendapatkan materi dengan cara mengamati video pembelajaran tentang bangun ruang sederhana,siswa sangat berantusian dalam pembelajarn dikarenakan pada sebelumnya guru kelas tidak pernah menggunakan Video atau media apapun dalam pembelajaran dikelas, dan siswa juga belajar dalam kelompok, dan melakukan Games Tournamen atau TGT. Bagi siswa ini merupakan hal yang baru dan menyenangkan sehingga siswa benar-benar berantusias mengikuti setiap kegiatan dalam pembelajaran sehingga medah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan sebagai berikut : Tabel 3. Distribusi nilai hasil belajar siklus I Presentase Skor Frekuensi (%) 50 4 12,1 55 1 3,0 60 1 3,0 70 3 9,1 75 5 15,2 80 7 21,2 85 5 15,2 90 3 9,1 95 3 9,1 100 1 3,0 Jumlah 33 100 Dari tabel diatas dapat disimpilkan skor minimal siklus I adalah 50 dan skor maksimal nya dalah 100,perolehan skor terbanyak terdapat pada skor 80 sebanyak 7 siswa atau presentase (21,2%). Rata-rata nilai kelas pada siklus I mengalami kenaikan dibandingkan pada tahap pra siklus yaitu 77. Pada pelaksanaan siklus I ini terdapat 2 siswa yang tidak hadir dikarenakan sakit, sehingga ketika pembelajaran berlangsung hanya berjumlah 33 siswa. Untuk siswa yang belum mencapai ketuntasan akan diadakan perbaikan mellui pembelajaran siklus II. Setelah memperoleh data pada siklus I akan diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II yang diawali dengan membuat perencanaan pembelajaran (RPP) dan dilaksanakan dengan alokasi wakti 2x35 menit dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT. Pada tahap ini siswa mendapatkan materi dengan cara seperti pada siklus I mengamati video pembelajaran. Akan tetapi dengan materi yang berbada pada siklus II mengamati video tentang pencerminan bangun datar, siswa sangat berantusian dalam pembelajarn dikarenakan pada sebelumnya guru kelas tidak pernah menggunakan Video atau media apapun dalam pembelajaran dikelas, sehingga siswa sangat berkonsentrasi pada pembelajaran, selain itu siswa juga diajak belajar dalam kelompok, dan melakukan Games Tournamen atau TGT. Bagi siswa ini merupakan hal yang baru dan menyenangkan sehingga siswa benar-benar berantusias mengikuti setiap kegiatan dalam pembelajaran sehingga mudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan lagi sebagai berikut :
Nur Amanah | 59 Tabel 4. Distribusi nilai hasil belajar siklus II Presentase Skor Frekuensi (%) 60 2 5,9 70 2 5,9 80 2 5,9 85 5 14,7 90 11 32,3 95 7 20,6 100 5 17,7 Jumlah 34 100 Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan skor minimal siklus II adalah 60 dan skor maksimal adalah 100, perolehan skor terbanyak terdapat pada skor 90 sebanyak 11 siswa atau pada prsentase (32,3%). Rata-rata nilai kelas pada siklus II mengalami kenaikan lagi dibandingkan pada tahap pra siklus dan siklus I yaitu 88,2. Pada pelaksanaan siklus II ini terdapat 1 siswa yang tidak hadir dikarenakan izin, sehingga ketika pembelajaran berlangsung hanya berjumlah 34 siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan observasi yang telah diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan, penerapan model pembelajaran Team Games Tournament dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Di bawah ini terdapat perbandingan hasil belajar siswa kelas Iv SD Negeri Duren 02 Bandungan pada mata pelajaran Matematika dari sebelum perbaikan (pra siklus), siklus I dan siklus II serta hasil rekapitulasi. Tabel 5. Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Skor RataRata, Skor Minimal, dan Skor Maksimal Pada Tahap Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Siswa Kelas IV SD Negeri Duren 02 Bandungan Hasil Belajar Pra Siklus Siklus I Siklus II Skor Rata62 77 88,2 Rata Skor Minimal 33 50 60 Skor 93 100 100 Maksimal Berdasarkan perbandingan hasil belajar pada tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai ratarata hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri Duren 02 Bandungan mengalami peningkatan. Dapat dilihat pada tabel dari nilai rata-rata pra siklus 62, mengalami peningkatan pada siklus I meningkat menjadi 77 dan pada tahap Siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 88,2. Jumlah siswa yang mencapai nilai Ketuntasan juga semakin meningkat dari tahap ke tahap dengan batasan KKM ≥ 67. D ilihat dari tahap pra siklus hanya ada 16 siswa yang mencapai ketuntasan, pada siklus I meningkat ada 27 Siswa yang mengalami ketuntasan, dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi dari pra siklus dan siklus I yaitu ada 32 siswa yang mengalami ketuntasan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang dibawah ini: 150 100 50 0
rata-rata skor minimal Pra Siklus
Siklus I Siklus II
skor maksimal
Gambar 1. Diagram Batang Perbandingan Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Ketuntasan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
60 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 Tabel 6 . Perbandingan Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Ketuntasan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
No
Nilai
Jumlah siswa
Presentase (%)
Jumlah siswa
Presentase (%)
Jumlah siswa
Presentase (%)
1.
Tuntas Tidak tuntas
16
45,7
27
81,81
32
94,1
19
54,3
6
18,19
2
5,9
35
100
33
100
34
100
2.
Jumlah
Supaya lebih jelas dalam melihat ketuntasan hasil belajar siswa digambarkan dalam diagram batang dibawah ini. 100 80 60
tuntas
40
tidak tuntas
20 0 pra siklus
siklus 1
siklus 2
Gambar 2 Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Ketuntasan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Pembahasan Hasil observasi sebelum diadakannya tindakan perbaikan yang dilakukan di kelas IV SD Negeri Duren 02 Bandungan tingkat pemahaman khususnya pada mata pelajaran Matematika masih rendah.Dapat dilihat dari hasil belajar siswa banyak yang belum mencapai KKM. Hal ini disebabkan pembelajaran dikelas masih berpusat pada guru, tingkat pemahaman masih rendah belum menekankan pada minat belajara siswa yang tinggi siswa cenderung pasif karena siswa hanya duduk dan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Dalam pembelajaran siswa juga masih terlihat sangat cenderung individual, tidak ada kerjasama dan belajar dalam kelompok dengan teman lainnya. Sehingga siswa merasa bosan karena pembelajaran begitu monoton. Sehingga nilai rata-rata siswa sangat rendah. Pelaksanaan pada siklus 1 sedah menunjukkan sedikit adanya pengaruh yang efektif dan penggunaan model pembelajaran Team Games Tournament dengan bantuan Audio Video dalam pembelajaran bangun ruang sederhana dan jaring-jaring kubus, balok. Hal ini dapat dilihat dari prosentase hasil belajar yang diperoleh siswa. Pada pelaksanaan siklus I terdapat 2 siswa yang tidak masuk sekolah, yang 1 siswa ijin karena sakit sedangkan yang 1 siswa tanpa alasan, dari hasil obsrvasi oleh teman dan guru kelas siswa yang tidak hadir tanpa alasan ini tidak mau datang ke sekolah lagi dikarenakan sering diejek sama teman-temannya karena selalu mendapatkan nilai dibawah KKM (paling rendah) dari teman-teman yang lain, karena sering diejek dan dijauhi temanteman yang lain siswa ini menjadi malu dan akhirnya tidak mau datang ke sekolah lagi. Pelaksanaan pada siklus II dengan penerapan model pembelajaran Team Games Tournament diperoleh nilai yang semakin meningkat dibandingkan tahap pra siklus dan siklus I dengan nilai
Nur Amanah | 61 rata-rata 88,2 siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM hanya 2 dari 34 siswa (5,9%), dan yang tuntas sebanyak 32 dari 34 Siswa (94,1%) hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan antara siklus I dan siklus II. Untuk hasil Observasi pada tahap siklus II ini, siswa yang jumlah awalnya 35 pada saat pembelajaran hanya 34 siswa yang hadir dan 1 siswa yang tidak hadir, siswa yang tidak hadir pada siklus II ini sama dengan siswa yang tidak hadir pada siklus I yang tidak mau berangkat ke sekolah disebabkan karena sering di ejek teman satu kelasnya. Dan bagi 2 siswa yang nilai nya tidak tuntas disebabkan karena pada saat pemutaran Video pembelajaran 2 siswa ini kurang memperhatikan.Sehingga pada saat mengerjakan soal mereka kesusahan, dan hasilnya kurang baik. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Kooperatif tipe TGT sangat baik digunakan untuk siswa saat pembelajaran dilakukan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dapat dibuktikan dari kondisi pra siklus nilai rata-rata 62 dan terdapat 16 dari 35 siswa tuntas.Pada siklus I dengan nilai rata-rata 77 terdapat 27 dari 33 siswa tuntas. Pada siklus II dengan nilai ratarata 88,2 dan 32 dari 34 siswa tuntas.Dengan meningkatnya hasil belajar menunjukkan hasil penelitian dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan hasil belajar di SD Negeri Duren 02 Bandungan.Berdasarkan hasil belajar pada siklus I dan siklus II menunjukkan pembelajaran Kooperatif Tipe TGT menekankan pada aspek minat belajar siswa pada kegiatan kelompok maupun individu untuk memudahkan siswa dalam memahami materi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Duren 02 Bandungan.Ketidak berhasilan pada siklus 1 terjadi dikarenakan berbagai macam faktor. Perencanaan yang dilakukan guru kurang maksimal, siswa sedikit kesulitan menguasai materi dikarenakan tidak menggunakan LCD untuk memutar Audio Video yang berisi materi pembelajaran yang akan diajarkan sehingga siswa dibagi menadi 5 kelompok dan setiap kelompok mendapatkan 1 notebook untuk memutar video pembelajaran tersebet akan tetapi sebagian spiker pada notebook yang dipegang siswa ada yang kurang keras sehingga suara yang keluar kurang keras akhirnya siswa sedikit kesusahan dalam memahami materi. Oleh karena itu hanya sebagian siswa saja yang memahami materi sebelum guru menjelaskan kembali materi yang berada pada video tersebut.Keadaan seperti ini sangat tidak baik jika dibiarkan saja sehingga perencanaan pembelajaran harus disempurnakan. Peran guru yang kurang efektif membuat suasana belajar tidak kondusif dan berakibat pada hasil belajar siswa. KESIMPULAN Model pembelajaran Koopertif tipe TGT dapat meningkatkan minat belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri Duren 02 Bandungan semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Terbukti dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT dengan bantuan Audio Video dapat membuat siswa memiliki daya tarik dalam pembelajaran. Siswa menjadi lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran matematika. Model pembelajaran Koopertif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri Duren 02 Bandungan semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Dengan meningkatnya antusias dan minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika, siswa menjadi lebih senang dan bersemangat dalam mengerjakan soal matematika yang diberikan oleh guru dengan adanya reward bagi siswa yang mendapatkan nilai bagus dalam setiap turnament. Model pembelajaran Koopertif tipe TGT dapat meningkatkan minat dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri Duren 02 Bandungan semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Siswa telah memberikan respon yang sangat baik ketika guru menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan bantuan Audio Video dalam pembelajaran matematika dikelas.
62 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 DAFTAR PUSTAKA Abdul halim fathani. 2012.Matematika Hakikat Dan Logika,Yogyakarta: Ar-ruz Media. Amri Sofyan, dkk. 2010. Tipe Pembelajaran Kooperatif .Jakarta: Depdiknas. Bahri,Syaiful D.2002.Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa.Bandung:Nusamedia. Catarina. 2006. Hasil Belajar. Semarang: BP Undip. Fatkhurrohman, Pupuh. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama. Hamdani. 2011. Model Pembelajaran Team Games Tournament .Jakarta: Depdiknas. Muhsetyo,Gatot.20011.Pembelajaran Matematika SD.Jakarna:Universitas. Naniek Sulistya Wardani, Slameto, Adi Winanto (2012) Asesmen Pembelajaran SD.Salatiga:Widya Sari Press Salatiga. PP No 19 Tahun 2005 BAB V Pasal 19 Ayat I Tentang Stansar Kurikulum Pendidikan :SNP. Rachmadiarti. 2003. Sintak Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas. Soedarto.1997.Hasil Belajar. Semarang:BP Undip. Suherman, Erman. 2004. Pembelajaran Matematika. Jakarta: Depdikbud. Sulberman, Melvin L.2007.Pembelajaran Aktif.Bandung:Nusamedia. UUD Tahun 1945Tentang Sistem Pendidikan Nasional:Indonesia.Depdiknas. UU-RI No 20 Tahun 2003 Tentang Pembelajaran di SD:Indonesia.Depdiknas. Wardani. 2012. Tentang Karakteristik Anak SD ,Yogyakarta: Ar-ruz Media.