508 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS V SD Afandi Roqit
[email protected] Emy Wuryani
[email protected] Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana ABSTRAK Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan tujuan belajar agar siswa dapat berperan aktif mengembangkan kemampuan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, berkarakter yang cerdas sehingga dalam implementasi pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Jenis penelitian ini adalah PTK dengan model Kemmis dan Mc Taggart yang setiap siklusnya terdiri dari (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan dan observasi, dan (3) refleksi. Penelitian dilakukan pada kelas V SDN Barukan 02 Kec. Tengaran Kab. Semarang dengan jumlah 20 siswa.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes hasil belajar.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi guru dan siswa juga soal tes evaluasi.Penelitian ini menggunakan analisis ketuntasan yaitu membandingkan nilai pra siklus, siklus I dan siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa yang mulanya pada pra siklus sebesar 35%. Pada siklus I meningkat dengan tingkat ketuntasan sebesar 60%. Kemudian meningkat lagi pada siklus II menjadi 90% dari keseluruhan siswa. Dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Siswa tidak lagi hanya duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru, akan tetapi siswa harus mampu berfikir dan aktif untuk menyelesaikan permasalahan yang ia hadapi dengan cara bekerja secara kelompok. Dengan bekerja kelompok siswa dapat saling bertukar pikiran untuk lebih meningkatkan pengetahuan masing-masing siswa. Kata Kunci: Group Investigation, Hasil Belajar PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan tujuan belajar agar siswa dapat berperan aktif mengembangkan kemampuan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, berkarakter yang cerdas sehingga dalam implementasi pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan.
Afandi Roqit | 509
Proses pendidikan evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi untuk memonitori perkembangan dalam bidang pendidikan. Evaluasi dilakukan sebagai pengendalian tingkat pendidikan secara rasional dan nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak yang berkepentingan. Penilaian hasil belajar sangat penting dilakukan oleh guru terhadap siswa yang berguna untuk mengetahui hasil penyampaian materi dan untuk mengukur seberapa jauh siswa dapat menguasai materi pembelajaran.Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi di SDN Barukan 02 Kecamatan Tengaran pada tanggal 7 Januari 2017. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih kurang interaktif, guru hanya menggunakan metode ceramah dalam pengumpulan materi, sehingga siswa menjadi jenuh dalam proses pembelajaran, hal itu menyebabkan hasil belajar siswa menjadi kurang maksimal, dari 20 siswa hanya 35% yang nilainya sudah mencapai kkm, nilai ketuntasan minimal pada mata pelajaran IPA adalah 71. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dituliskan diatas dapat ditemukan penyebab rendahnya hasil belajar siswa kelas V di SDN Barukan 02 Tengaran, dikarenakan dalam proses belajar mengajar yang masih menggunakan konsep yang belum interaktif sehingga membuat perhatian siswa pada proses pembelajaran menjadi kurang, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah dengan menggunakan model kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa?”, dan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. KAJIAN PUSTAKA Hasil Belajar IPA Peran guru dalam pembelajaran tidak hanya mengajarkan berbagai materi kepada peserta didik, namun juga harus melakukan penilaian hasil belajar.Penilaian hasil belajar berfungsi untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran dan tingkat keberhasilan guru dalam mengajar. Untuk hasil belajar terdapat beberapa pendapat dari para ahli, antara lain hasil belajar menurut Winkel (Purwanto, 2011:45) adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Menurut Suprijono (2011:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilainilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sudjana (2016:3) berpendapat hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Bloom (Suprijono, 2011:7) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organizations (organisasi), characterization (karakterisasi). Domainpsikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.Psikomotorik juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil belajar adalah perubahan sikap dan perbuatan yang diakibatkan pengalaman belajar siswa, yang mencakup kemampuan kognitif,
510 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
afektif, dan psikomotorik. Sedangkan Penilaian menurut Sudjana (2016:3) dijelaskan bahwa penilaian berhubungan dengan proses menentukan nilai kepada objek yang diniai berdasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan. Sehingga dari pengertian hasil belajar dan pengertian penilaian, penilaian hasil belajar adalahproses menentukan nilai kepada objek yang diniai berdasarkan perubahan sikap dan perbuatan yang diakibatkan pengalaman belajar siswa, yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Menurut (Soejadi: 2006: 201) teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme.Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya apabila perlu. (Burns, 2006, 220) Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan tekhnik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan laporannya kepada seluruh teman kelasnya, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka. Implementasi strategi belajar kooperatif GI dalam pembelajaran, secara umum dibagi menjadi enam langkah yaitu : (1) mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok (para siswa menelaah sumber-sumber informasi, memilih topik, dan mengumpulkan saran-saran; para siswa bergabung ke dalam kelompok belajar dengan pilihan topik yang sama; komposisi kelompok didasarkan atas ketertarikan topik yang sama dan heterogen; guru membantu atau memfasilitasi dalam memperoleh informasi); (2) merencanakan tugas belajar (direncanakan secara bersama-sama oleh para siswa dalam kelompoknya masing-masing, yang meliputi: apa yang kita selidiki; bagaimana kita melakukannya, siapa sebagai apa –pembagian kerja; untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi); (3) melaksanakan investigasi (siswa mencari informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan; setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada usaha kelompok; para siswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasi, dan mensintesis ide-ide); (4) menyiapkan laporan akhir (anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial proyeknya; merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya; membentuk panitia acara untuk mengoordinasikan rencana presentasi); (5) mempresentasikan laporan akhir (presentasi dibuat untuk keseluruhan kelas dalam berbagai macam bentuk; bagian-bagian presentasi harus secara aktif dapat melibatkan pendengar (kelompok lainnya); pendengar mengevaluasi kejelasan presentasi menurut kriteria yang telah ditentukan keseluruhan kelas); (6) evaluasi (para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan, dan pengalamanpengalaman afektifnya; guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi
Afandi Roqit | 511
pembelajaran; asesmen diarahkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis). Di dalam implementasinya pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, setiap kelompok presentasi atas hasil investigasi mereka di depan kelas. Tugas kelompok lain, ketika satu kelompok presentasi di depan kelas adalah melakukan evaluasi sajian kelompok. Menurut (Mafune, 2005, 4), model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok.Model pembelajaran kooperatif tipe dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial. Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, yaitu (1) untuk meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dapat ditempuh melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung kreativitas, (2) komponen emosional lebih penting daripada intelektual, yang tak rasional lebih penting daripada yang rasional dan (3) untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah harus lebih dahulu memahami komponen emosional dan irrasional. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation selain memiliki kekurangan juga memiliki beberapa kelebihan, yaitu secara pribadi, secara sosial, secara akademik. Secara pribadi siswa dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas, memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif. Rasa percaya diri dapat lebih meningkat, sehingga dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah, serta mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik. Secara sosial, dapat meningkatkan belajar bekerjasama, belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru, belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis, belajar menghargai pendapat orang lain, dan meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan. Secara akademis, siswa terlatih untuk mempertanggung jawabkan jawaban yang diberikan, bekerja secara sistematis, mengembangkan dan melatih keterampilan fisik dalam berbagai bidang, merencakan dan mengorganisasikan pekerjaannya, mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat, dan siswa selalu berfikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum. Adapun langkah-langkah model kooperatif tipe Group Investigation menurut (Tukiran, 2012, hal. 79) menyebutkan bahwa siswa bekerja melalui enam tahap, yaitu: Tahap 1 : Mengidentifikasi topik dan mengatur murid dalam kelompok, meliputi: a) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengategorikan saran-saran. b) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih. c) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen. d) Guru membantu dalam mengumpulkan informasi dan memfasilitasi pengaturan. Tahap 2 : Merencanakan tugas yang akan dipelajari, para siswa merancang bersama mengenai: a) Apa yang kita pelajari? b) Bagaimana kita mempelajari? c) Siapa melakukan apa (pembagian tugas)? d) Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini?
512 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
Tahap 3 : Melaksanakan investigasi: a) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. b) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya. c) Para siswa saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan menyintesis semua gagasan. Tahap 4 : Menyiapkan laporan akhir: a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka. b) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka. c) Wakilwakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencanarencana presentasi. Tahap 5 : Mempresentasikan laporan akhir: a) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk. b) Bagian presentasi tersebut harus dapat melihat pendengarannya secara aktif. c) Para pendengar mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas. Tahap 6 : Evaluasi: a) Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, meganai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka. b) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. c) Penilaian atas pembelajran harus mengevalusi pemikiran paling tinggi. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang terjadi secara langsung dan adanya kolaborasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas, peran guru dalam hal ini adalah sebagai praktisi dan guru juga dilibatkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengamatan hingga refleksi sehingga komponen tersebut dapat berkolaborasi. Menurut Usman (2002:67) guru dengan kompetensi tinggi adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal. Prioritas yang harus dimiliki guru adalah mendidik, mengajar dan melatih siswa dengan pengetahuan ataupun pengalaman sehingga bermanfaat bagi siswa dalam kehidupannya. Dalam melaksanakan tugas tersebut alangkah baiknya guru tidak hanya mengajar dan mendidik melalui pengetahuan yang dimilikinya, namun juga harus mampu mengajarkan keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupan masyarakatnya. Dengan demikian, guru akan terus menerus berusaha melakukan perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu: variabel independen atau variabel bebas dan variabel dependen atau variabel terikat. Variabel independen atau variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Metode investigasi merupakan variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini. Metode demonstrasi merupakan tipe pembelajaran yang menerapkan peragaan langsung dari
Afandi Roqit | 513
guru maupun instruktur dengan memperhatikan setiap langkah yang dilakukan dalam kegiatan investigasi, kemudian siswa memperagakan langsung kegiatan menggunakan bahan atau alat yang disediakan guru. Metode investigasi yang digunakan adalah materi perubahan wujud pada pembelajaran IPA kelas V SD, sedangkan variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Hasil belajar dan motivasi belajar siswa kelas V merupakan variabel terikat dalam penelitian ini. Setelah menerapkan metode investigasi pada pembelajaran IPA kelas V, maka akan diperoleh hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik, dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan yang dapat diketahui melalui tes tertulis pilihan ganda dan uraian yang diberikan pada akhir pembelajaran atau setelah proses pembelajaran selesai. Pencapaian hasil belajar dapat diketahui dalam bentuk nilai yang diperoleh siswa.Sedangkan motivasi belajar disini diartikan sebagai sikap yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar menggunakan metode investigasi. Data diperoleh melalui tes dan non tes, data yang diperoleh melalui tes sebanyak dua kali yaitu tes pada siklus pertama dan kedua.Tes dilakukan untuk memperoleh data tentang perubahan wujud benda.Data non tes diperoleh melalui observasi dan dokumentasi.Tekhnik tes dilaksanakan pada akhir kegiatan pembelajaran pada siklus 2.Tekhnik non tes dengan menggunakan observasi perilaku siswa pada saat pembelajaran dikelas.Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitain ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil hasil belajar IPA kelas V SD Negeri Barukan 02 tahun pelajaran 2016/2017 yang diperoleh dari hasil evaluasi tiap siklus. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui observasi dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi dan dokumentasi. 1) Teknik Tes Tes adalah kegiatan pengumpulan data tentang hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA setelah dilakukan tindakan.Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian singkat yang dilaksanakan tiap akhir siklus. 2) Teknik Observasi Observer melakukan observasi untuk mengumpulkan data tentang aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran IPA dikelas V SD Negeri Barukan 02 dengan menerapkan model kooperatif tipe Group Investigation. 3) Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi merupakan pengumpulan data dengan cara menganalisis dokumen, baik dokumen tertulis, gambar ataupun elektronik. Teknik ini digunakan peneliti untuk memperoleh data nama siswa dan nilai hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Barukan 02. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan skema PTK spiral dari C. Kemmis dan Mc. Taggart, dalam setiap siklus dilakukan 3 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan sekaligus observasi dan yang terakhir adalah refleksi. Pada tahap
514 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
pelaksanaan dan observasi dilakukan secara bersamaan. Guru kelas berperan sebagai observer ketika melakukan observasi yang akan mengamati jalannya pembelajaran oleh peneliti sebagai guru pengajar. Pelaksanaan Penelitian Pra siklus Penelitian ini dilakukan di SDN Barukan 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang pada siswa kelas V dengan jumlah 20 siswa, 11 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Dari hasil observasi yang dilakukan dengan guru kelas, latar belakang siswa lebih banyak sebagai anak petani, sehingga dari faktor keluarga kurang begitu memperhatikan pendidikan anak mereka. Kebiasaan siswa yang masih suka bermain dibawa hingga ke dalam kelas. Pada saat kondisi pembelajaran siswa kurang memperhatikan guru. Semangat dan minat siswa untuk belajar masih kurang. Penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru juga berpengaruh pada minat siswa untuk belajar. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan penugasan saja.Kondisi yang demikian secara langsung berdampak pada hasil belajar siswa. Tingkat penguasan siswa pada materi masih jauh dari harapan.Ini dapat dilihat dari hasil evaluasi siswa pada saat pra siklus.Dari keseluruhan siswa, sebanyak 35% (9 siswa) nilainya sudah tuntas di atas KKM.Sedangkan sisanya 65% (11 siswa) nilainya masih dibawah KKM atau dapat dikatakan belum tuntas. Dengan nilai KKM adalah 71 guru harus mencari cara agar target ketuntasan lebih dari 80% dari keseluruhan siswa nilainya berada di atas KKM. Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan siklus I dilakukan dalam 3 tahap, yaitu perencanaan, tindakan dan observasi serta refleksi. Dalam pelaksanaan tindakan dan observasi masing-masing dilakukan dalam 2 kali pertemuan hingga evaluasi dilakukan. Refleksi pada pertemuan pertama siklus I ini siswa masih terlihat canggung dengan peneliti sebagai guru pengajar. Siswa masih malu untuk menjawab pertanyaan dari guru atau menyampaikan pendapatnya. Dari lembar pengamatan observer, guru masih kurang memperhatikan kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran yang disampaikan, jadi masih ada beberapa siswa yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing atau mengobrol dengan temannya sehingga kelas menjadi gaduh. Kemudian pada pertemuan kedua siklus I, siswa masih terlihat pasif dan belum berani mengungkapkan pendapatnya. Menurut observer, dan guru pengajar kurang tegas dalam memberikan teguran kepada siswa, sehingga masih ada siswa yang mengganggu temannya pada saat pelaksanaan evaluasi. Pelaksanaan Siklus II Pelaksanaan siklus II dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu perencanaan, tindakan dan observasi dan refleksi. Dalam pelaksanaan tindakan dan observasi masing-masing dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan menggunakan model kooperatif tipe Group Investigation sampai pada pertemuan ke-2 evaluasi dilakukan. Siklus II dilaksanakan dengan memperhatikan hasil refleksi memperbaiki kelemahan yang terjadi pada siklus I. Refleksi pada pertemuan pertama siklus II ini pembelajaran sudah berlangsung
Afandi Roqit | 515
dengan baik, akan tetapi saat diskusi kelompok berlangsung guru belum menunjukkan pengkondisian siswa dalam tiap kelompok dengan baik, dan kurang aktif dalam membimbing siswa dalam melakukan investigasi kelompok. Sedangkan pada pertemuan kedua diperoleh kesimpulan bahwa guru kurang membiasakan menggunakan bahasa Indonesia dengan benar. Akan tetapi secara keseluruhan pembelajaran sudah berlangsung dengan baik. Presentase ketuntasan hasil belajar pada siklus II ini sudah mencapai pada indikator kerja yaitu 80% atau lebih dari jumlah keseluruhan siswa. Dengan demikian penggunaan metode Group Investigation pada mata pelajaran IPA materi perubahan wujud benda dapat diikuti dengan baik oleh siswa. Analisis Data Pada penelitian ini data dianalisis dengan dua tahapan yaitu analisis ketuntasan dan analisis komparatif. Data yang dianalisis adalah data hasil belajar IPA materi perubahan wujud benda siswa kelas V SDN Barukan 02 Kecamatan Tengaran tahun ajaran 2016/2017 semseter 2. Analisis Ketuntasan Analisis ketuntasan tiap siklus dalam tabel ketuntasan diolah dengan membandingkan data mentah dengan skor KKM untuk mata pelajaran IPA. Ketuntasan hasil belajar siswa pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Analisis ketuntasan hasil belajar IPA Siswa kelas V SDN Barukan 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017 Pra Siklus No Kriteria Frekuensi Presentase 1 Tuntas 9 35% 2 Tidak Tuntas 11 65% 3 Jumlah 20 100% Nilai Tertinggi 83 Nilai Terendah 50 Nilai rata-rata kelas 69,8 Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, Februari-April 2017 Dari tabel 1 tersebut dapat dilihat ketuntasan hasil belajar siswa pra siklus hanya 35% atau 9 siswa dari jumlah 20 siswa. Dengan KKM adalah 71, sebanyak 11 siswa (65%) masih mendapatkan nilai dibawah KKM atau belum tuntas. Nilai tertinggi pada pra siklus I berada pada skor 89 dan nilai terendah dengan skor 50. Sedangkan nilai rata-rata kelas dari keseluruhan siswa adalah 69,2.
516 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
Tabel 2. Analisis ketuntasan hasil belajar IPA Siswa kelas V SDN Barukan 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017 Siklus I No Kriteria Frekuensi Presentase 1 Tuntas 13 60% 2 Tidak tuntas 7 40% 3 Jumlah 20 100% Nilai Tertinggi 90 Nilai Terendah 50 Nilai rata-rata kelas 75,5 Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, Februari-April 2017 Tabel tersebut menunjukkan tingkat ketuntasan siswa pada siklus I. Pada siklus I siswa yang nilainya berada di atas KKM atau sudah tuntas mencapai jumlah 13 siswa (60%) dari jumlah 20 siswa.Sedangkan siswa yang belum tuntas dengan nilai masih dibawah KKM hanya terdapat 7 siswa (40%). Nilai tertinggi pada siklus II ini mencapai skor 9 sedangkan nilai terendah masih berada pada skor 50. Tabel 3. Analisis ketuntasan hasil belajar IPA Siswa kelas V SDN Barukan 02 Kecamatan TengaranKabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017 Siklus II No Kriteria Frekuensi Presentase 1 Tuntas 18 90% 2 Tidak tuntas 2 10% 3 Jumlah 20 100% Nilai Tertinggi 95 Nilai Terendah 65 Nilai rata-rata kelas 84 Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, Februari-April 2017 Tabel tersebut menunjukkan tingkat ketuntasan siswa pada siklus II. Pada siklus II siswa yang nilainya berada di atas KKM atau sudah tuntas mencapai jumlah 18 siswa (90%) dari jumlah 20 siswa. Sedangkan siswa yang belum tuntas dengan nilai masih dibawah KKM hanya terdapat 2 siswa (10%). Nilai tertinggi pada siklus II ini mencapai skor 95 sedangkan nilai terendah berada pada skor 65. Analisis Komparatif Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan metode Group Investigation pada mata pelajaran IPA terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada perbandingan nilai pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 tabel berikut:
Afandi Roqit | 517
Tabel 4. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 Pra siklus Siklus 1 Siklus 2 No Kriteria Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1 Tuntas 9 35% 13 60% 18 90% 2 Tidak 11 65% 7 40% 2 10% tuntas Jumlah 20 100% 20 100% 20 100% Skor tertinggi 83 90 95 Skor terendah 50 50 65 Rata-rata 69,8 75,5 84 Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, Februari-April 2017 Dari tabel tersebut dapat dilihat adanya peningkatan jumlah ketuntasan hasil belajar siswa. yang semula pada pra siklus sebelum diadakannya tindakan, ketuntasan siswa hanya mencapai 35%, setelah digunakan metode kooperatif tipe Group Investigation meningkat menjadi 60% kemudian setelah tindakan dilakukan dalam 2 siklus hasil belajar siswa meningkat lagi mencapai 90% dari jumlah keseluruhan siswa. Grafik peningkatan hasil belajar siswa disajikan dalam gambar berikut:
100%
10
90% persentase
80% 70%
40 65
60% Tidak tuntas
50%
90
40% 30% 20%
Tuntas
60 35
10% 0% Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 1. Diagram Perbandingan Ketuntasan dan Ketidaktuntasan Hasil Belajar Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, Februari-April 2017 Selain pada presentase ketuntasan, peningkatan juga terjadi pada pencapaian nilai tertinggi yang diperoleh siswa. Perbandingan perolehan skor tertinggi dan terendah tiap siklus disajikan dalam gambar 2 berikut:
518 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
160 140 65
120 nilai
100
50
50
80
Terendah
60
Tertinggi
40
83
90
95
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
20 0
Gambar 2. Diagram Perbandingan Skor Tertinggi dan Skor Terendah Tiap Siklus Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, Februari-April 2017 Penggunaan metode Group Investigation yang digunakan oleh peneliti juga berdampak pada perolehan nilai rata-rata kelas. Nilai rata-rata kelas menunjukkan adanya peningkatan tiap siklus.
100% 90% 84
80% 75,5
nilai
70% 60%
69.8
50%
Rata-rata
40% 30% 20% 10% 0% Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 3. Diagram Peningkatan Nilai Rata-Rata Kelas Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, Februari-April 2017
Afandi Roqit | 519
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di kelas V SDN Barukan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi perubahan wujud benda menggunakan model Group Investigation sangat memuaskan. Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh dari pra siklus, siklus I dan siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sebelum dilakukan tindakan atau pada pra siklus siswa yang tuntas hanya sebanyak 9 anak atau 35% kemudian dilaksanakan siklus 1 ketuntasan siswa meningkat mencapai 13 anak atau 60%. Berarti terjadi peningkatan sebanyak 25%. Akan tetapi hasil yang diperoleh pada siklus 1 belum memenuhi target sesuai dengan indikator kerja yang telah dibuat yaitu ketuntasan mencapai 90% atau lebih dari keseluruhan siswa. Hal ini dikarenakan guru belum bisa mengkondisikan kelas secara maksimal. Jadi apabila guru tidak fokus siswa terkadang masih bermain-main dengan hal diluar materi pelajaran seperti mengganggu siswa yang lain, menggunakan media pembelajaran sebagai mainan atau sibuk sendiri dengan kegiatannya. Siswa juga belum menunjukkan keberaniannya untuk menyampaikan pendapat ataupun mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Dengan memperhatikan refleksi dari siklus 1, maka dilakukan perencanaan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus II agar penelitian mencapai target yang ditentukan. Setelah dilakukan tindakan siklus II, ketuntasan siswa mencapai 90% dan hanya terdapat 2 siswa (10%) saja yang belum tuntas, ini berarti Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Group Investigation meningkatkan ketuntasan siswa sebanyak 35% dibandingkan hasil belajar sebelum dilakukan tindakan. Dan hasil yang diperoleh pada siklus II ini telah mencapai target yaitu ketuntasan siswa mencapai 90%. Hal ini dikarenakan kelebihan dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation tingkat keaktifan siswa dalam belajar meningkat, siswa dituntut untuk berfikir menganalisis contoh gambar yang diberikan oleh guru kemudian berdiskusi dengan temannya untuk saling bertukar pikiran maupun bertukar informasi pengetahuan masing-masing. Kemudian siswa dituntut untuk berani mempresentasikan hasil pemikiran dan diskusinya di depan kelas, bagi siswa yang lain agar berani menyampaikan pendapatnya. Jadi pengetahuan yang didapat oleh siswa tidak hanya berasal dari guru, akan tetapi dari contoh konkrit dan juga pengalaman masing-masing individu. Dari hasil pemaparan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model Group Investigation yang peneliti lakukan dapat dikatakan berhasil. Pembelajaran dengan model ini dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Siswa dituntut untuk berfikir lebih dan terpacu dalam berkompetisi dengan siswa yang lain, sehingga tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini yang menjadikan hasil belajar IPA siswa menjadi meningkat. PENUTUP SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA materi sumber daya alam siswa
520 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017
Kelas V SDN Barukan 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari presentase ketuntasan yang dicapai siswa. Tingkat ketuntasan siswa meningkat sebanyak 60%, dari hanya 9 siswa (35%) yang tuntas sebelum dilakukannya tindakan, kemudian meningkat menjadi 18 siswa (90%) tuntas setelah dilakukan 2 siklus tindakan. Peningkatan juga terjadi pada nilai rata-rata kelas yang diperoleh. Dari rata-rata 69,8 sebelum dilakukan tindakan, setelah dilakukan tindakan siklus 1 rata-rata meningkat menjadi 75,5 kemudian pada akhir siklus 2 rata-rata meningkat menjadi 84. Ini menunjukkan adanya peningkatan perolehan skor yang diperoleh masing-masing siswa di kelas, hingga nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan. Selain pada hasil belajar siswa, peningkatan juga terjadi pada keaktifan siswa pada saat pembelajaran.Siswa tidak lagi malu dan dapat beradaptasi dengan guru sehingga muncul timbal balik antara guru dan siswa.Optimalnya partisipasi siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi berhasilnya Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Group Investigation ini. SARAN Peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi guru hendaknya lebih kreatif dalam menerapkan berbagai model dan menggunakan media agar siswa dapat lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, seperti penggunaan model Group Investigation. 2. Bagi siswa, pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya bersungguh-sungguh memperhatikan penjelasan dari guru, agar selama proses pembelajaran terjadi suasana yang kondusif dan hasilnya bisa seperti yang diharapkan. 3. Bagi sekolah hendaknya membantu atau memberikan sarana kepada para guru untuk lebih mengembangkan penggunaan metode/model pembelajaran dan alat peraga/media pembelajaran agar pembelajaran bisa berlangsung secara maksimal dan tujuan pendidikan pun bisa tercapai. DAFTAR PUSTAKA Burns. 2006. Evaluasi Pembelajaran, Modul Akta Mengajar. Malang: UMM Press. Mafune. 2005.Cooperative Learning:Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusamedia. Purwanto. 2011. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia Pustaka Tama. Suprijono 2011. Hasil Belajar Siswa menyangkut Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Jakarta: Rineka Cipta Sudjana. 2016. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya Suprijono. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya. Soejadi. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Rineka Cipta. Tukiran, T. 2012. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta. Usman. 2002.Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Semarang: Tiara Wacana.