PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI PENERAPAN TEORI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MUH.ABDUH MAKKA WIDYAISWARA LPMP SULAWESI SELATAN
A. Pendahuluan. Proses belajar mengajar mempunyai arti penting terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan, oleh karena itu proses belajar mengajar seharusnya mendapat perhatian secara serius, terutama dari pada guru, kepala sekolah dan para Pembina pendidikan lainnya. Pada dasarnya proses belajar mengajar lebih menekankan pada proses belajar yaitu siswa sebagai pusat pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar kedudukan siswa harus ditonjolkan, mereka harus diberi peluang untuk belajar secara aktif. Potensi mereka harus dikembangkan, sehingga mereka tidak menerima pelajaran secara pasif, melainkan aktif mencari sendiri, mengumpul dan mengelola sendiri materi yang dipelajarinya. Setiap guru mempunyai pandangan yang berbeda tentang apa yang diharapkan dari suatu hasil pembelajaran yaitu ; 1) mencapai target kemampuan minimal, yaitu mereka harus menguasai bagian yang fundamental dari suatu kompetensi dasar (KD) 2) mengerjakan soal-soal ualangan yang sifatnya memberikan umpan balik antara siswa dan guru. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diterapkan guna melibatkan siswa secara aktif untuk menunjang keaktifan dan pemahaman siswa adalah pendekatan konstruktivisme. B. Teori Konstruktivisme dalam pembelajaran Tekanan utama teori konstruktivisme adalah lebih memberikan tempat kepada siswa dalam proses pembelajaran dari pada guru. Teori ini berpandangan bahwa adalah siswa yang berinteraksi dengan berbagai obyek dan peristiwa sehingga mereka memperoleh dan memahami pola-pola penanganan terhadap obyek dan peristiwa tersebut. Dengan demikian, siswa sesungguhnya mampu membangun konseptualisasi dan pemecahan masalah mereka sendiri. Oleh karena itu kemandirian dan
kemampuan berinisiatif dalam proses pembelajaran sangat didorong untuk dikembangkan . Para ahli konstruktivisme memandang belajar sebagai hasil dari konstruksi mental. Para siswa belajar dengan cara mencocokkan informasi baru yang mereka peroleh bersama-sama dengan apa yang mereka telah ketahui. Siswa akan dapat belajar dengan baik jika mereka mampu mengaktifkan konstruk pemahaman mereka sendiri. Belajar juga dipengaruhi oleh koteks, keyakinan, dan sikap siswa. Dalam proses pembelajaran, para siswa didorong untuk menggali dan menemukan pemecahan masalah mereka sendiri serta mencoba untuk merumuskan gagasangagasan dan berhipotesis. Mereka diberikan peluang dan kesempatan yang luas untuk membangun pengetahuan awal mereka. Dalam perkembangannya, terdapat banyak pemikiran dalam teori konstruktivisme ini, namun semua mendasarkan asumsi dasar yang sama tentang belajar. Dua teori konstruktivisme yang utama dikenal dengan istilah “ Konstruktivisme social dan konstruktivisme kognitif “. Akhir-akhir ini, proses pembelajaran didasarkan pada temuan-temuan penelitian mutakhir tentang otak/pikiran manusia dan apa yang dikenal dengan “bagaimana proses belajar terjadi”. C. Ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme Ada sejumlah cirri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu : 1. Menekankan pada proses belajar, bukan pada proses mengajar 2. Mendorong terjadinya kemandirian dan insisatif belajar pada siswa 3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai 4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekankan pada hasil 5. Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan 6. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar 7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa 8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa 9. Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip teori kognitif
10. Banyak
menggunakan
terminology
kognitif
untuk
menjelaskan
proses
pembelajaran 11. Menekankan pentingnya “ bagaimana” siswa belajar 12. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif 13. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata 14. Menekankan pentingnya konteks dalam belajar 15. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar 16. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata D. Penerapan Teori Konstruktivisme di Kelas Berdasarkan cirri pembelajaran konstruktivisme tersebut di atas, berikut ini dipaparkan tentang penerapan di kelas. 1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar Dengan menghargai gagasan –gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir mandiri, berate guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berate telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah. 2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespons Berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan –gagasan dan komentar orang lain.
Cara-cara guru mengajukan
pertanyaan dan cara –cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan. 3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi. Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respons factual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum
konsep-konsep
melalui
analisis,
mempertahankan gagasan atau pemikirannya.
prediksi,
justifikasi,
dan
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya. 5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi 6. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama dan materi-materi interaktif Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dan dunia nyata, kemudian guru membantu siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersamasama. Berdasarkan uraian di atas bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada diri individu yang bersifat dapat bertahan cukup lama dan perubahan itu terjadi bukan kebetulan tatapi karena latihan pengalaman saat berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku yang dimnaksud berupa perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan, pemahaman serta aspek lainnya yang ada pada diri individu. Tekanan utama teori konstruktivisme adalah lebih memberikan tempat kepada siswa dalam proses pembelajaran dari pada guru. Teori ini berpandangan bahwa adalah siswa yang berinteraksi dengan berbagai obyek dan peristiwa sehingga mereka memperoleh dan memahami pola-pola penanganan terhadap obyek dan peristiwa tersebut. Dengan demikian, siswa sesungguhnya mampu membangun konseptualisasi dan pemecahan masalah mereka sendiri. Oleh karena itu, kemandirian dan kemampuan berinisiatif dalam proses pembelajaran sangat didorong untuk dikembangkan.
Daftar Pustaka; Asrori Mohammaf, 2008. Psikologi Pembelajaran, Bandung CV Wacana Prima Dedi Supriadi, 1989. Kreativitas, kebudayaan, dan perkembangan IPTEK, Bandung Alfabeta Janis,LL, 1999. Personality Dynamics Development and Assesment, Newyork :Harcourt, Brace & World Utami Munandar, 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah; Jakarta Gramedia Widiasari Indonesia.