Penghitungan
skor
Skor maksimal setiap pertanyaan Skor minimal setiap pertanyaan Jumlah Pert anyaan Jumlah Responden Skor terendah Skor tertinggi
jawaban =
= =
0
5
= = =
sebagai berikut:
1 10 80 800 4.00
Berdasarkan penghitungan tersebut diperoleh skala interval sebagai berikut: Tabel 2. Skala Interval Brand Awareness No Level Brand Rentang Awareness Skor 1 Brand 800Unaware 1.600 2 Brand 1.601Recognition 2.400 3 Brand Recall 2.4013.200 4 Top of Mind 3.2014000 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Responden Responden dalam penelitian ini sebanyak 80 orang yang terdiri dari 80% atau 60 orang laki-laki dan 20% atau 20 orang perempuan. Profil ini menjelaskan klasifikasi responden menurut Pendidikan dan Usia, serta diagram tentang persepsi responden terhadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia sebagaimana terlampir. Diagram pendidikan
Rent ang tingkatan Banyak tingkatan Rent ang antar tingkatan
= = =
3.20 0 4 800
dan usia responden sebagai berikut.
Gambar 5. Jenis kelamin Responden Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, (2015)
Gambar 6. Usia Responden Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, (2015)
Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102
93
Gambar 7. Pendidikan Terakhir Sumber: Hasil Pengolahan Dat a Penelitian, (2015)
Pengetahuan Pramuwisata Terhadap Brand Awareness Pengetahuan pramuwisata terhadap branding pariwisata menunjukan bahwa pramuwisata itu sudah mengetahui adanya brand awareness yaitu 68,75% menyatakan mengetahui dan sangat mengetahui. Selebihnya adalah tidak mengetahui. Namun demikian, pengetahuan mereka tentang adanya dua branding pariwisata Indonesia menjadi terbalik dimana lebih dari setengahnya atau 57,50% tidak mengetahui. Mengenai promosi branding pariwisata mancanegara dan branding pariwisata nusantara, jawaban pramuwisata antara yang mengetahui dan tidak mengetahui seimbang, sedangkan pengetahuan tentang logogram dan logotype branding pariwisata jawaban pramuwisata sedikit lebih banyak yang menjawab mengetahui yaitu sekitar 60%. 94
Adapun kemudahan untuk mengingat logo branding pariwisata, pramuwisata yang menjawab susah diingat lebih banyak daripada yang menjawab mudah diingat. Untuk kemudahan mengingat tag line branding pariwisata, pramuwisata yang menyatakan mudah mengingat lebih banyak daripada yang menyatakan susah mengingat. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia (pramuwisata) lebih mudah mengingat kalimat daripada gambar. Artinya, logo branding pariwisata perlu disosialisasikan lebih intensif kepada seluruh stakeholder pariwisata. Prosentase data diatas sebagaimana terdapat di lampiran. Hasil penghitungan total skor jawaban dari 80 responden terhadap 10 pertanyaan menghasilkan skor sebesar 2.663. Nilai 800-1.600 pada area unaware of brand, nilai 1.601-2.400 pada area brand recognition, nilai 2.4013.200 pada area brand recall dan nilai 3.201-4.000 pada area top of mind. Berarti, tingkat brand awareness pramuwisata Provinsi DIY berada pada level brand recall atau mampu mengenali branding tanpa stimulus (bantuan) tertentu. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut:
Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia
Vol. 1 No. 1 Juni 2016
Gambar 8. Piramida Brand Awareness Pramuwisata Provinsi DIY Sumber: Hasil Pengolahan Data penelitian, (2015)
Pramuwisata sebagai Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata Pramuwisata merupakan salah satu profesi penting dalam bisnis pariwisata. Pramuwisata termasuk dalam salah satu jenis usaha pariwisata yang tercantum dalam Pasal 14 UndangUndang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan bersama dengan jenis usaha pariwisata lainnya seperti, usaha daya tarik wisata, kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran, jasa informasi pariwisata, jasa konsultan pariwisata, wisata tirta, dan spa (Kemenpar, 2009). Menurut
International Travel Dictionary (Suyitno, 2005:1), pengertian tour guide adalah…a person employed, either directly by the traveler, an official or privat tourist organization or travel agent to inform directly and advice the tourists before and during his journey. Damarjati (dalam Suyitno, 2005:2), menyatakan bahwa pramuwisata adalah seseorang yang telah memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi dari instansi atau lembaga resmi pariwisata. Pengertian pertama mengacu kepada rincian tugastugas yang dilaksanakan oleh pramuwisata, sedangkan pengertian kedua mengacu pada kualifikasi yang harus dimiliki oleh seorang pramuwisata. Secara teknis, menurut Suyitno (2005:2), tugas-tugas pokok dari seorang pramuwisata diantaranya mengarahkan sebuah tur, membawa wisatawan mendapatkan pengalaman-pengalaman selama tur, dan memberikan informasi tentang segala sesuatu yang dibutuhkan wisatawan. Secara umum Rachman (2013:24-25) membagi tugas-tugas pramuwisata yang mencakup tugas dalam kantor, pelayanan regular tur, tugas picking up dan dropping-off services, dan tugas antar jemput wisatawan. Dalam industri pariwisata, pramuwisata dibagi beberapa
Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102
95
macam yaitu pramuwisata umum (general guide) dan pramuwisata khusus (special guide). Pramuwisata umum biasanya bekerja pada biro perjalanan (travel agent) dan dia bisa berstatus karyawan (payroll guide) atau honorer (freelance guide). Sedangkan pramuwisata khusus biasanya beroperasi pada daya tarik wisata tertentu seperti museum, candi, dan daya tarik wisata lai nnya (Rachman dkk, 2013: 19). Level brand recall cukup baik mengingat pada tahun 2014, logo branding Wonderful Indonesia telah mengalami sedikit perubahan (reposisi) pada logotype dan logogramnya. Pesona Indonesia bahkan merupakan branding baru untuk memromosikan pariwisata nusantara yang juga baru dirilis pada tahun 2014. Meski hasil survei menunjukkan hal yang positif, yaitu masih di atas brand unaware (tidak mengenali brand) dan brand recognition (dapat mengenali brand dengan bantuan tertentu), sangat disayangkan level brand awareness pramuwisata Provinsi DIY tidak berada pada area top of mind atau yang paling populer dalam ingatan. Idealnya, setiap pramuwisata yang bekerja di Provinsi DIY menempatkan Wonderful Indonesia dan Pesona 96
Indonesia dalam level top of mind. Ketika branding tersebut berada pada level top of mind, pramuwisata dapat menjalankan fungsi marketing dengan mempromosikan branding tersebut kepada wisatawan dalam keseharian maupun dalam kegiatankegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan profesionalnya. Tingkatan brand a wareness pramuwisata Provinsi DIY berada pada skor 2.663 level ketiga piramida brand awareness yaitu brand recall, yang berarti mampu mengenali branding tanpa bantuan stimulus tertentu. Sebagai salah satu profesi yang bersentuhan langsung dengan wisatawan, idealnya tingkat brand awareness pramuwisata Provinsi DIY berada pada tingkat tertinggi brand awareness yaitu top of mind. Diperlukan usaha-usaha strategis untuk memaksimalkan tingkat brand awareness para pramuwisata baik yang berkerja di wilayah Provinsi DIY maupun di daerah lain di Indonesia. Hal penting yang harus dilakukan adalah melakukan sosialisasi mengenai branding terhadap para pramuwisata, sehingga pemahaman terhadap pentingnya branding menjadi lebih baik. Promosi yang dilakukan untuk menarik wisatawan
Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia
Vol. 1 No. 1 Juni 2016
supaya berkunjung ke Indonesia harus diimbangi dengan sosialisasi branding terhadap para pemangku kepentingan bidang pariwisata termasuk di dalamnya pramuwisata Indonesia. Upaya sosialisasi membutuhkan koordinasi yang baik di level pusat dan daerah, karena sebagai pemegang kewenangan di daerah, pemerintah kabupaten/kota di daerahdaerah seluruh Indonesia juga ingin mengangkat branding lokal yang merepresentasikan keunggulan produk pariwisata daerahnya. SIMPULAN Persepsi pramuwisata terhadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, belum sepenuhnya dipahami secara baik. Terdapat 31,25% pramuwisata belum mengetahui bahwa Indonesia memiliki branding pariwisata. 48,75% pramuwisata menyatakan belum mengetahui branding promosi pariwisata mancanegara, dan 42,50% pramuwisata tidak mengetahui adanya branding pariwisata nusantara. Hal ini berarti pramuwisata belum mampu mengenali branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia secara maksimal, sehingga mereka tidak dapat menjadi mediator untuk pemasaran destinasi
pariwisata. Kondisi ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah dalam proses penetapan tenaga pramuwisata. Pramuwisata harus memenuhi standar kompetensi (pengetahuan, keahlian dan sikap) sebagai pramuwisata yang memahami tentang branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, melalui sosialisasi atau bimtek kepramuwisataan. Peningkatan kompetensi pramuwisata ini sekaligus merupakan modal yang kuat untuk mendukung strategi pemasaran destinasi pariwisata Indonesia. Penelitian ini hanya mengukur tingkatan brand awareness pramuwisata dan belum menggali lebih jauh faktor-faktor yang secara langsung memengaruhi tingkat brand awareness tersebut. Penelitian ini lebih bersifat praktis ketimbang akademis, karena hasil yang dicapai antara lain, sebagai referensi penyusunan kebijakan pengembangan kepariwisataan di Indonesia. Kedepannya perlu dilakukan kajian-kajian lain seperti pengukuran tingkat brand equity (ekuitas merek) Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, atau penelitian yang menguji hubungan brand awareness atau brand equity dengan variabel lain seperti tingkat pendidikan, masa kerja, dan
Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102
97
tingkatan kualifikasi kompetensi pramuwisata sehingga dapat diketahui variablevariabel lain yang meDAFTAR PUSTAKA Buku Andrologi, Febrian (2014). Analisis Pengaruh Brand Image dan Brand Awareness Terhadap Brand Loyalty dan Dampaknya Terhadap Brand Equity. Skripsi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Semarang: Universitas Diponegoro. Arikunto, Suharsini (2013). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta. Durianto Darmadi, Sugiarto, Sitinjak Tony (2001). Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Maulana, Addin (2014). “Tinjauan Kesadara Merek Pariwisata Indonesia Wonderful Indonesia”. Bulletin Penelitian Destinasi Pariwisata Vol.1: 133144. Rachman Arief, Hutagalung Husen, Silano Patrick (2013). Pemandu Wisata, Teori dan Praktik, City Sight 98
mengaruhi awareness Indonesia.
tingkat brand pramuwisata
Seeing, Excursion dan Overland Tour, Media Bangsa Penerbit, Jakarta. Rangkuti, Freddy (2009). The Power of Brand: Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sugiyono (2015). Statistika untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung. Suyitno (2005). Pemanduan Wisata (Tour Guiding), Graha Ilmu, Yogyakarta. Perundang-Undangan Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia
Vol. 1 No. 1 Juni 2016