Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
PENGGUNAAN SILASE KULIT BUAH MARKISA SEBAGAI PAKAN KAMBING KACANG SEDANG TUMBUH (Using Passiflora edulis Sims Silage as a Feedstuff on Growing Local Goat) JUNJUNGAN SIANIPAR, KISTON SIMANIHURUK dan JUNIAR SIRAIT Loka Penelitian Kambing Potong, PO Box 1, Sungei Putih, Galang 20585 Sumatera Utara
ABSTRACT A study was conducted to know the length of storage, the nutritional and biological quality of Passiflora edulis sims silage as a feed for local goat. Component used of silage were 96% passiflora edulis sims waste, 3% molasses and 1% urea. Passiflora edulis sims waste was collected from markisa juice factory (1 to 3 days age). Preparing passiflora edulis sims waste bifore as a silage were to lost water content by drying on sun light, copping and fermentation in plastic bag. Result showed that prosces ensilage was finish in 11 – 14 days (± 12 days) with best kwality (pH 4,5; Crude protein 22%) and can wone kept 1 – 2 month. Biologic test of silage as a feed for goats showed that the respon better of using silage in ration or as substituted on basal feeds was ged 30% (can average daily gain 64,9 g per head with dry matter intake of ration 485 g, crude protein intake 57 g, digestible energy 2,7 M.cal per days). Feed econimic value (in análysis on index over feed cost) were 40 – 100 percent higher than basal feeds. Key words: Passiflora Edulis Sims Waste, Silage, Kacang Goat ABSTRAK Penelitian dilakukan untuk mengetahui lama penyimpanan, peningkatan mutu dan hasil uji biologis silase limbah kulit kakao sebagai bahan pakan kambing potong. Bahan pembuatan silase tediri dari limbah kulit buah markisa 96% molases 3% dan urea 1%. Limbah kulit buah markisa diambil dari pabrik bervariasi dari umur 1 – 3 hari. Penyiapan kulit buah markisa untuk dijadikan silase sebelumnya dicacah dan dikeringkan dengan sinar matahari kemudian difermentasi dalam kantong plastik dengan menambahkan molases dan urea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses ensilase selesai setelah 11 – 14 hari (± 12 hari) dengan mutu baik (pH = 4,5, protein kasar 22%) dan dapat disimpan dalam waktu 1 – 2 bulan. Uji biologis pemberian silase sebagai substitusi rumput pada kambing menunjukkan bahwa tingkat pemberian 30% memberikan respon terbaik (konsumsi perhari; bahan kering 485 g, protein 57 g energi 2,7 Mcal per kg dan pertambahan bobot hidup 64,9 g per hari) dengan peningkatan nilai ekonomi pakan (index over feed cost) sebesar 40 – 100% lebih tinggi dibanding konsumsi pakan basal. Kata Kunci: Silase, Kulit Buah Markisa, Kambing Kacang
PENDAHULUAN Ketahanan pakan sangat erat kaitannya dengan produksi dan dinamika populasi ternak maka eksplorasi sumber daya pakan lokal yang potensial sangat mutlak dilakukan dalam rangka pemanfaatannya sebagai tambahan dan substitusi pakan basal pada ternak ruminansia seperti halnya ternak kambing. Di Indonesia produksi juice markisa sampai dewasa ini terlihat cukup banyak, ini sejalan dengan permintaan dan perkembangan industri pengolah (Pabrik Markisa). Dalam pengolahan
buah markisa menjadi Juice (sari) pada pabrik markisa bagian yang tidak diolah seperti bagian kulit dan biji. Limbah kulit markisa merupakan limbah yang sampai saat ini belum diketahui manfaatnya dan harus dikendalikan atau dibuang agar tidak menjadi sumber polusi udara atau air dan membutuhkan tempat yang semakin lama semakin banyak. Limbah markisa terdiri dari limbah kulit buah markisa (KBM) dan limbah biji markisa (LBM). Kedua jenis limbah ini merupakan bahan pakan ternak yang cukup potensial baik produksi limbahnya maupun kandungan nutrisinya. Produksi
425
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
limbah buah markisa dari sebuah pabrik besar PT Gunung Sibayak Inti Sari di Kabupaten Karo Sumatera Utara dapat mencapai 2-3 ton perhari. Suatu potensi yang cukup besar apabila dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada penelitian terdahulu dilaporkan bahwa limbah KBM ini cocok sebagai suplemen protein dan energi, dan penggunaan limbah markisa ini dapat mencapai 60% dalam ransum. Penambahan sampai 80% dalam ransum akan berpengaruh terhadap kecernaan pakan dan efisiensi nutrisi pakan (GINTING et al., 2004; KRISNAN et al., 2004; SIMANIHURUK, 2005), sehingga perlu adanya suatu perlakuan khusus terhadap kulit markisa ini agar pengaruh kandungan anti nutrisinya dapat dieliminir (SUTARDI, 1997) sehingga pemanfaatannya menjadi efisien dan nilai nutrisinya semakin tinggi pada kambing. Salah satu cara misalnya yaitu dengan mengolah menjadi tepung dan diproses menjadi silase KBM yang nilai palatabilitasnya tinggi dan kandungan nutrisinya diharapkan juga meningkat. Pengawetan bahan pakan ternak seperti limbah kulit markisa merupakan bagian dari sistem ketahanan pakan untuk produksi ternak. Salah satu teknik pengawetan adalah proses ensilase (fermentasi dingin). Teknik silase merupakan proses mempertahankan kesegaran bahan pakan dengan kandungan air minimal 70% dan proses ensilase ini biasanya dalam silo (dalam silo atau dalam lubang tanah, atau wadah lain yang prinsipnya harus pada kondisi anaerob (hampa udara) agar mikroba anaerob dapat melakukan reaksi fermentasi. Silase yang mengandung tingkat keasaman yang tinggi kurang disenangi ternak kecuali ternak perah atau sedang laktasi (FORBES et al., 1967). Meningkatnya kandungan asam dan NH3 dalam pembuatan silase jika diberikan sering mengakibatkan ternak domba kurang menyukai pakan silase tersebut dibanding jika disajikan dalam bentuk segar (ORR. et al., 1983), sehingga proses pembuatan silase perlu penambahan bahan kimia yang bersifat basa yang dapat mencegah terjadinya peningkatan kandungan asam seperti CaCO3 (kalsium karbonat) dan asam format (CUSHNAHAN dan GORDON, 1995). Peningkatan kadar asam dan NH3 (amoniak) dalam silase dapat menyebabkan konsumsi bahan kering pakan
426
menurun dan pertambahan bobot hidup ternak dan menjadi menurun (ABDELSAMIE TANGENDJAJA, 1989). Kulit limbah buah markisa (KBM) secara fisik relatif tebal, cukup keras karena itu perlu diubah menjadi tepung, dan jika diberikan secara tunggal umumnya kurang disukai ternak kambing. Teknik silase merupakan suatu proses fermentasi mikroba merubah pakan menjadi meningkat kandungan nutrisinya (protein dan energi) dan disukai ternak karena rasanya relatif manis. Namun demikian akumulasi terhadap kandungan anti nutrisi tetap penting diamati terutama dalam jangka panjang yang kemungkinan dapat mempengaruhi gangguan kesehatan dan produksi ternak (SUTARDI, 1997). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsumsi, pertambahan bobot hidup, kecernaan dan nilai ekonomi limbah kulit buah markisa dalam bentuk silase sebagai pakan pada kambing yang sedang tumbuh. MATERI DAN METODE Kulit buah markisa (KBM) dijemur dengan sinar matahari sampai kadar bahan kering 70% kemudian dicacah dengan bentuk fisik berukuran 2 – 5 cm dan dijadikan silase dengan komposisi 94% KBM, 5% molases dan 1% urea, disimpan dalam kantong plastik sebanyak yang diperlukan dalam ruangan teduh selama 2 – 3 minggu proses silase. Selanjutnya silase dicobakan sebagai pakan kambing potong jantan lokal sedang tumbuh sebanyak 20 ekor dengan bobot hidup rataan 13 kg. Ternak percobaan dikelompokkan atas 4 perlakuan pemberian pakan silase yaitu: R0 = 100% rumput R1 = 15% Silase KBM +85% rumput R2 = 30% silase KBM +70% rumput R3 = 45% silase KBM + 55% rumput
Pakan percobaan (silase dan rumput) diberikan sebanyak 4,0% dari bobot hidup kambing berdasarkan bahan kering, pemberian dilakukan jam 09.00 WIB pagi dengan silase dan jam 14.00 WIB rumput. Ternak ditempatkan dalam kandang individu yang dilengkapi tempat pakan dan air minum pakan diberi dan sisa ditimbang setiap hari untuk mengetahui konsumsi pakan. Penimbangan
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
bobot hidup dilakukan tiap minggu di pagi hari sebelum ternak diberi pakan. Kandungan bahan kering, protein dan energi pakan silase KBM dianalisis dengan metode proksimat dan serat kasar dianalisis terhadap kandungan NDF (Neutral detergent fiber) dan ADF (Acid detergent fiber) menurut metode VAN SOEST et al., 1991. Data diolah dengan menggunakan analisis keragaman (ANOVA), jika perlakuan memberi pengaruh nyata (P < 0,05), maka dilanjutkan uji antar perlakuan dengan uji jarak berganda Duncan (STEEL dan TORRIE, 1980).
molases yang masih jelas aromanya pada silase KBM yang dihasilkan. Dan hal ini penting untuk menambah kesukaan ternak untuk mengkonsumsi silase. Tabel 1. Komposisi limbah kulit markisa (KBM) dan silase KBM, yang dicobakan untuk pakan kambing Kacang Komposisi kimia
KBM
Bahan kering (%)
27
pH
-
Energi kasar (kalori/g)
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas silase yang dihasilkan termasuk baik dengan ciri-ciri beraroma asam (pH 4 – 5 ± 4,7), tidak terdapat jamur dan protein kasar meningkat sebesar 9%, tetapi kandungan bahan kering dan energinya menurun dibanding kulit markisa asalnya. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan protein terjadi karena adanya penambahan urea, sedang penurunan energi dan bahan kering terjadi karena aktivitas fermentasi selama proses silase membutuhkan energi bahan kering untuk reaksi kimia (Tabel 1). Penurunan kandungan energi silase tidak begitu nyata, karena adanya penambahan
4351
Silase KBM 21 4,7 4220
Protein kasar(%)
11,27
20,74
Neutral Detergent Fiber (NDF) (%)
52,74
67,65
Acid Detegent Fiber (%)
-
35,91
Pada percobaan pakan terlihat bahwa adaptasi kambing terhadap silase sebagai pakan baru relatif agak lama (1 – 2 minggu). Dengan penambahan sedikit garam dapur (2 g/ekor) yang dilarutkan dalam air dan diaduk dengan pakan silase, ternyata dapat meningkatkan konsumsi silase sampai tingkat 30%, sedang pada tingkat 45% silase mengakibatkan konsumsi bahan kering ransum cenderung menurun.
Tabel 2. Konsumsi pakan pada kambing yang diberi silase kulit buah markisa Pakan percobaan
Konsumsi pakan (g/ekor/hari) R0
R1
R2
R3
421,25
367,31
359,37
366,76
62,29
126,27
109,55
421,25a
429,60a
485,64b
476,31b
Protein kasar
39,18
47,30
71,43
61,77
Protein tercerna
31,34
37,94
57,14
49,42
Retensi nitrogen
2,28a
2,97b
4,48d
3,87c
Bahan kering Rumput Silase KBM Total (g) Protein (g)
Energi (M.cal) Tercerna
1,77
1,69
1,91
1,94
Metabolis
1,24
1,18
1,34
1,29
DE ransum( Mcal/kg)
2,53
2,51
2,73
2,62
Huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata (P < 0,05)
427
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
Dengan sistem pemberian pakan terpisah antara rumput dan silase memaksa kambing untuk mengkonsumsi agar tidak lapar. Karakteristik konsumsi silase dari pagi sampai pukul 14 siang, untuk tingkat 15% hampir habis, sedang tingkat 30% dapat dikonsumsi mencapai 26% dan yang tingkat 45% hanya dikonsumsi sebanyak 23% (Tabel 2). Umumnya saat pemberian pakan rumput pada siang hari, silase yang tersedia pada kotak pakan cenderung tidak dikonsumsi lagi. Pertambahan bobot hidup harian pada percobaan silase kulit buah markisa, secara umum relatif masih rendah dibandingkan dengan potensi maksimal genetik yang seharusnya dapat dicapai pada ternak kambing lokal sedang tumbuh. Hal ini disebabkan konsumsi protein dan energi (Tabel 2) relatif masih rendah. Efek substitusi pakan silase dalam penelitian ini memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan pertambahan bobot hidup kambing dibandingkan dengan pakan basal (Tabel 3). Pertambahan bobot hidup harian yang tertinggi (64,9 g/hari) terdapat pada pemberian silase sebanyak 30% (R2). Peningkatan
diperoleh sebesar 23,3 gram (50%) lebih tinggi dibanding pemberian pakan basal (R0). Limbah kulit markisa setelah dijadikan silase menjadi bahan pakan yang bernilai rupiah yaitu Rp. 620 – 886/kg karena dalam pembuatan silase membutuhkan biaya–biaya seperti transportasi, tenaga kerja, dan biaya bahan dan alat. Meskipun demikian harga silase kulit markisa masih jauh lebih murah dibandingkan dengan bahan pakan konvensional lainnya seperti dedak padi Rp. 1500/kg dengan demikian silase kulit markisa layak digunakan sebagai pakan suplemen pada ternak ruminansia. Biaya pakan pada penelitian silase kulit markisa tidak berbeda nyata dengan biaya pakan basal (R0 vs R1,R2, R3) karena biaya pakan sebagian besar berasal dari biaya konsumsi rumput (dalam hal ini harga rumput Rp. 100/kg segar) (Tabel 4). Sehingga meskipun nilai pertambahan bobot hidup kambing hasil penelitian ini relatif rendah namun masih dapat memberi nilai tambah (IOFC) yang cukup besar yaitu berkisar 90 – 120 rupiah lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian pakan basal hanya rumput.
Tabel 3. Rataan pertambahan bobot hidup kambing kacang yang diberi pakan silase kulit buah markisa Bobot hidup Bobot awal (kg) Bobot akhir (kg) Pertambahan bobot hidup (kg) Pertambahan bobot hidup harian (g)
R0 12,5 ± 3,4 15,41 2,91 ± 0,7 41,6a
Pakan percobaan R1 R2 12,0 ± 4,1 12,7 ± 6,1 15,38 17,24 3,3 ± 0,75 4,54 ± 0,9 48,3ab 64,9d
R3 13 ± 5,3 16,69 3,69 ± 0,6 52,7bc
Huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata (P < 0,05) Tabel 4. Nilai harian income over feed cost dari pertambahan bobot hidup harian kambing yang diberi pakan silase kulit buah markisa (KBM) Uraian biaya pakan per hari Rumput (Rp.) Silase KBM (Rp.) Total PBHH (g) Nilai PBHH (Rp.) Rp/kg bobot hidup kambing Nilai IOFC (Rp.)
R0 351 351 41,6 624 15000 273
Perlakuan pakan R1 R2 306 299 55 112 361 411 48,3 64,9 725 974 15000 15000 364 563
Harga kambing potong yang berlaku di daerah Deli Serdang tahun 2006
428
R3 288 108 396 52,7 791 15000 395
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
KESIMPULAN DAN SARAN Pengolahan kulit markisa menjadi silase dapat meningkatkan kualitas pakan (kandungan dan kecernaan), dan meningkatkan produksi kambing lebih tinggi dibandingkan dengan pakan basal. 1. Penggunaan optimal silase kulit buah markisa adalah tingkat 30% dalam ransum, dengan nilai tambah pendapatan (IOFC) sebesar 0,4 – 1 kali lipat lebih tinggi dibanding pakan basal rumput. 2. Silase kulit buah markisa dalam bentuk tunggal kurang disukai oleh ternak kambing, oleh karena itu disarankan agar pemberiannya dalam bentuk pakan komplit. DAFTAR PUSTAKA ABDULSAMIE, R.E and B. TANGENDJAJA. 1989. Chemical composition of cassava leaf ,giant africant snail silage; effect of snail additio and storage time. J. Ilmu dan Peternakan. 2(4). CUSHNAHAN, A., F.and J GORDON. 1995. The use of sheep a model to predict the relative intakes of silase by dairy cattle. Anim. Prod. 59: 415 – 420. FORBES., J.M., J.K. RESS and T.G. BOAZ. 1967. Silase as a feed for fregnant ewes. Anim. Prod. 9: 339.
SIMANIHURUK, RANTAN GINTING,S.P.,KISTON KRISNAN, ANDI TARIGAN, MELINDA HUTA URUK dan NASIB. 2004. Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Buah Markisa (Passiflora edulissims) sebagai Bahan Pakan Kambing. Laporan Tahunan, Loka Penelitian Kambing Potong, Sungei Putih. ORR, R.J., J.E. NEWTON and C.A. JACSON. 1983. The intakes and performance of ewes offered concentrates and grass silase in late pregnancy. Anim.Prod. 36: 21 – 27. KRISNAN, K., SIMON P. GINTING, LEO P. BATUBARA dan KISTON SIMANIHURUK. 2004. Nilai Nutrisi Kulit Buah Markisa (Passiflora Edulis Sims F. Edulis Deg.) yang Difermentasi dengan Penambahan Inokulum Sebagai Bahan Pakan Kambing Potong. Laporan Tahunan Loka Penelitian Kambing Potong, Sungei Putih. SIMANIHURUK, K. 2005. Penggunaan Pakan Komplit berbasis Limbah Markisa sebagai pakan ternak kambing. Tesis S-2. Program Pascasarjana Jurusan Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1980. Principles and Procedures of Statistics: A Biometrical Approach (2nd Ed.). Mc Graw-Hill Book Co., New York. SUTARDI, T. 1997. Peluang dan Tantangan Pengembangan Ilmu-Ilmu Nutrisi Ternak. Orasi Ilmiah Guru besar Tetap Ilmu Nutrisi Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. VAN SOEST, P.J., J.B. ROBERTSON and B.A. LEWIS. 1991. Methods for dietary fiber, neutral detergent fiber and non-starch polysaccharides in relation to animal nutrition. J. Dairy Sci. 70: 2063.
DISKUSI Pertanyaan: 1. Sampai berapa silase KBM bisa digunakan? 2. Apa efek dari fermentasi? 3. Starter apa yang di gunakan dan berapa lama? Jawaban: 1. Silase KBM bisa digunakan 30% dan untuk pemberian tunggal perlu adaptasi. 2. Efek dari fermentasi adalah protein dan kecernaan meningkat, rasa berubah dan yang pasti lebih disukai. 3. Menggunakan molases selama 10 – 15 hari atau rata-rata 12 hari.
429