PENGGUNAAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SDN BENER 01 KEC. TENGARAN, KAB. SEMARANG TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
NATIQOTUL FITRIYANA NIM : 12507030
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
i
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
DEKLARASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Natiqotul Fitriyana
NIM
: 12507030
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Menyatakan bahwa skipsi yang saya tulis ini benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skipsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 05 Maret 2010 Peneliti
NATIQOTUL FITRIYANA 12507030
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skipsi Saudara: Nama
: Natiqotul Fitriyana
NIM
: 125 07 030
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Guru Madrasah IbtidaiyahI
Judul
: PENGGUNAAN MENINGKATKAN
MULTIMEDIA HASIL
UNTUK
BELAJAR
IPS
SISWA KELAS V SDN BENER 01 KEC. TENGARAN, KAB. SEMARANG TAHUN 2009. telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 05 Maret 2010 Pembimbing
Drs. SUMARNO WIDJADIPA,M.Pd. NIP. 19700403 2000032 003
iii
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
ABSTRAK Fitriyana, Natiqotul. 2010. Penggunaan Multimedia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Bener 01 Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2009. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Kelas MI. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.
Kata Kunci : Proses belajar mengajar akan mengalami peningkatan jika ditunjang oleh faktor-faktor yang mendukung jalannya pembelajaran. Diawali dengan penguasaan materi oleh guru, pengelolaan kelas yang baik, menggunaan metode dan media pembelajaran yang sesuai. Guru berusaha menyajikan pembelajaran dengan semenarik mungkin agar materi pelajaran dapat diserap dengan mudah. Keterbatasan daya ingat siswa dapat teratasi dengan penyajian pembelajaran dengan menggunakan media yang sesuai dan metode pembelajaran yang menyenangkan.
v
MOTTO
ي ي َ أَال ََْتَزيِن قَ ْد َج َع َل َربُّك ََْتتَك
“ س يريًّا
”
(Q.S.Maryam : 19)
“ Hidup adalah perjuangan dan proses belajar tanpa batas “ (Andrie Wongso)
vi
PERSEMBAHAN
Terselesaikannya skripsi ini kupersembahkan kepada orang-orang yang selalu menyayangiku : Kepada orang tuaku Bapak Lazim Ahmad dan Ibu Muslikhatun yang tanpa kenal lelah mendidik, mendoakan, dan meneteskan setiap peluh demi anak-anaknya. Dua saudaraku tercinta. Mas Garenk yang tanpa jenuh memberikan motivasi dan selalu menemani pembuatan skripsi ini walaupun dari jarak yang jauh. Abi Jagad yang tak dapat terlukis betapa besar ilmu yang diberikan…
vii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim Alhamdulillahi robil’alamin, segala puji hanya bagi Allah Sang Penguasa Alam, sumber dari segala ilmu. Sholawat salam semoga senantiasa tercurah pada nabi Muhammad SAW yang mengajarkan kita untuk memerangi kebodohan dan menuntun kita dengan risalah yang dibawanya. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik meskipun telah melalui berbagai macam rintangan seperti hilangnya file Bab I sampai Bab IV sehingga penulis harus mengulang dari Bab I. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan orang lain pembuatan skripsi ini tidak akan selesai, dan tiada kata yang lebih pantas diucapkan selain ucapan terimakasih yang sangat besar. Terima kasih ini penulis haturkan kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN. 2. Ahmad Sulthoni, M.Pd selaku Kaprogdi PGMI. 3. Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd selaku Dosen Pembimbing skripsi. 4. Kepala Sekolah, guru, dan siswa kelas V SDN Bener 02 Kec. Tengaran, Kab. Semarang. 5. Abi Jagad yang selalu memberikan semangat kesuksesan dan memberikan perhatian ekstra. 6. Terimakasih buat Mas Garenk yang dengan kesabarannya selalu menemani membuat skripsi tiap larut malam sampai pagi.
viii
7. Mio_black_2280 yang senantiasa berusaha untuk mengejar kesuksesan demi masa depannya, kamu pasti berhasil ! 8. Rekan-rekan HMI cabang Salatiga yang membantuku menemukan jati diri yang sebenarnya. 9. Nailus Sa’adah yang selalu memberikan semangat dan berbagi cerita bersama calon suaminya. 10. Segenap rekan guru MI Kumpulrejo 02 yang penuh keceriaan. 11. Smash R Biru H 5791 HL yang dengan sekuat tenaganya mengantarku tanpa pernah mengeluh. 12. Teman-teman seperjuangan PGMI Transfer yang banyak memberikan semangat untukku. Dan kepada semua pihak yang turut membantu terselesaikannya skripsi ini, penulis minta maaf karena tidak bisa menuliskan satu per satu.
Salatiga, 05 Maret 2010
Natiqotul Fitriyana 12507030
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………
i
PERNYAAN KEASLIAN TULISAN …………………………………….
ii
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………….
iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………..
iv
ABSTRAK …………………………………………………………………
v
MOTTO ……………………………………………………………………
vi
PERSEMBAHAN…………………………………………………………
vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..
ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
x
BAB I
Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ……………………………..……..
1
B. Perumusan Masalah …………………………………….….
5
C. Tujuan Penelitian …………………………………….…….
5
D. Manfaat Penelitian …………………………………..……..
5
E. Definisi Operasional ………………………………………..
6
F. Hipotesis ……………………………………………………
6
G. Metodologi Penelitian ……………………………...………
7
H. Sistematika Penulisan ………………………………………
13
x
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
KAJIAN PUSTAKA A. Penggunaan Multimedia ……………………………………
14
B. Hasil Belajar ………………………………………………..
16
C. Pembelajarn IPS ……………………………………………
23
PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian …………………………………………...
25
B. Deskripsi Per Siklus ……………………………………….
26
1. Pra Siklus ………………………………………………
26
2. Siklus I …………………………………………....……
27
3. Siklus II ………………………………………………...
31
4. Siklus III …………………………………………..……
35
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus ………………….….
38
B. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………
51
PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………..…….
56
B. Saran ………………………………………………..………
57
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang sangat kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar itu terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya, oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu tanda bahwa orang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orrang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikap. Sedangkan kegiatan belajar mengajar menurut Djamarah dan Zain (2002:43) adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan oleh guru yang di dalamnya terkandung berbagai unsur yang saling mempengaruhi satu sama lain. Unsur yang tidak
dapat dipisahkan adalah guru dan siswa. Guru berperan
sebagai fasilitator dalam menyampaikan pembelajaran, sedangkan siswa sebagai subjek dan objek. Peran sebagai subjek karena siswa merupakan orang yang dikenai fasilitas oleh guru atau pengajar. Berbagai macam cara dilakukan oleh seorang guru untuk membuat siswanya berhasil dalam pembelajaran. Di antaranya dengan penggunaan metode belajar
yang
sesuai,
pemanfaatan
1
media
pembelajaran,
serta
strategi
1
pembelajaran. Dengan perpaduan ketiga unsur tersebut sudah dapat dipastikan proses belajar mengajar akan menyenangkan. Siswa menjadi lebih bersemangat menerima pelajaran karena suasana tidak tegang dan membosankan. Guru yang kreatif adalah guru yang mampu memanfaatkan benda-benda disekitarnya yang dipandang orang tidak bermanfaat namun dapat menjadi sebuah media pembelajaran yang merupakan salah satu sebab berhasilnya pembelajaran. Menurut Sadiman dkk (1997:13) media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan dan dapat membantu mengatasi hal-hal seperti perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indra, cacat tubuh atau hambatan geografis, jarak waktu dan lain-lain. Oleh karena banyak sekali perbedaan yang ada pada siswa didik, guru dituntut untuk memanfaatkan multimedia dalam setiap pembelajaranya karena semakin banyak media yang digunakan, siswa akan semakin paham atas apa yang disampaikan oleh guru atau sangat dimungkinkan salah satu media dapat mewakili penyampaian pesan yang tidak dapat diterima dangan media yang lain. Perkembangan teknologi yang semakin canggih membawa dampak positif dalam dunia pendidikan. Segala macam wawasan dan konsep-konsep pendidikan dapat kita peroleh dari berbagai media. Seiring dengan banyaknya media yang ditawarkan seperti radio, majalah, koran, TV kabel, LCD, poster, dan media murah meriah yang dapat kita peroleh dengan mudah tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun, dapat kita pergunakan dalam pembelajaran sekarang ini (Arsyad, 1997:1). 2
Konsep pendidikan yang ditekankan adalah pendidikan formal khususnya sekolah dasar, dimana peran guru sangat penting untuk menumbuhkan potensi terpendam yang dimiliki oleh siswa. Seperti kesulitan yang dialami guru mata pelajaran IPS di SD Bener 01 tentang bagaimana menyampaikan pelajaran IPS pada siswanya. Hal ini disebabkan karena kurangnya alat peraga IPS dibanding alat peraga pada mata pelajaran lain seperti IPA, Matematika, maupun Bahasa Indonesia yang materinya dari tahun ke tahun cenderung tetap. Pilihan terakhir adalah mereka menyampaikan materi dengan media papan tulis, buku pelajaran, serta peta. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan studi kasus pada mata pelajaran IPS di SDN Bener 01. Oleh Wida (1975:8) menguraikan guru sering mengeluh karena muridmuridnya lekas lupa akan bahan yang diajarkan. Penelitian tentang lupa telah dilaksanakan namun hasilnya belum ada yang memuaskan. Pelajaran yang mereka ingat di antaranya : a.
Bahan yang disajikan dengan metode demonstrasi.
b.
Bahan pelajaran disajikan dengan selingan humor.
c.
Hal-hal yang ditemui oleh siswa secara tidak sengaja diluar sekolah.
d.
Hal-hal apa yang dipelajari dari buku yang diberi gambar-gambar yang menarik. Dari beberapa uraian Wida, penulis mencoba menerapkannya dalam
penelitian tindakan kelas. Fokusnya adalah penggunaan media pembelajaran
3
yang dapat meningkatkan daya ingat siswa sehingga dapat pula meningkatkan hasil belajar mereka. Hasil belajar rendah dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari luar (eksternal) maupun dari dalam (internal). Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasi belajar siswa diantaranya penggunaan media pembelajaran dan model pembelajaran. Oleh karena itu perlu adanya inovasi dalam pembelajaran (Syah,1995:90). Langkah awal yang ditempuh guru untuk meningkatkan hasil belajar adalah memadukan antara metode dengan media pendidikan yang mendukung materi yang diajarkan sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa. Dengan satu media saja sangat dirasakan belum cukup karena begitu kompleknya bahasan yang ada pada materi yang disajikan dalam pelajara IPS SD kelas V. Dalam penelitian Suwarna tahun 1991 menemukan hasil bahwa pembelajaran IPS tidak merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar (Solihhatin dan Raharjo,1991:2). Oleh karena itu guru mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengubah fakta yang telah ditemui sebelumnya salah satunya dengan menggunakan multimedia dalam menyampaikan materi pelajaran. Proses berlangsungnya belajar mengajar dibuat sedemikian menarik dengan menggunakan berbagai macam media yang bertujuan agar siswa dapat memperoleh hasil yang maksimal dalam pembelajaran.
4
B. Perumusan Masalah Berkenaan dengan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, dapat diambil rumusan masalahnya adalah : 1.
Apakah penggunaan multimedia dapat meningkatkan motivasi belajar IPS?
2.
Apakah penggunaan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V di SDN Bener 01 Salatiga tahun 2009?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Bener 01 Salatiga tahun pelajaran 2009/2010 pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan multimedia.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini diantaranya adalah : 1.
Manfaat Teoritis a.
Sebagai masukan bagi guru mata pelajaran IPS khususnya dan semua mata pelajaran pada umumnya untuk menggunakan media yang sesuai dengan tema yang disampaikan dalam pembelajaran.
b.
Sebagai salah satu bukti bahwa dengan penggunaan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 5
c.
Sebagai referensi tambahan bagi kepala sekolah untuk mengarahkan pola pengajaran pada guru-guru di sekolah yang dipimpinnya.
2.
Manfaat Praktis Pengembangan wawasan tentang penggunaan multimedia dalam pembelajaran.
E. Definisi Operasinal 1. Multimedia Dalam Kamus Besar Bahassa Indonesia menjelaskan kata multimedia berasal dari dua kata yaitu multi yang berarti banyak dan media yang berarti sarana atau
lebih. Dengan kalimat yang serupa penulis mengartikan
multimedia sebagai perpaduan antara media satu dengan media yang lain. 2. Hasil Belajar Hasil dalam kehidupan sehari-hari disebut prestasi. Dalam kamus bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah dicapai (Surayin, 2001:455). Sedangkan prestasi berasal dari bahasa inggris yaitu prastic yang artinya hasil yang telah dicapai (dilakukan/dikerjakan).
F. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diperoleh beberapa hipotesis sebagai berikut: 1. Penggunaan multimedia dapat meningkatkan motivasi belajar IPS. 6
2. Penggunaan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Bener 01 kecamatan Tengaran kabupaten Semarang tahun 2009.
G. Metodologi Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas, yang mana penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto dkk,2006:3). Media pembelajaran yang digunakan dalam mata pelajaran IPS sangat terbatas sekali jumlahnya, oleh karena itu penggunaan multimedia dalam penelitian ini diharapkan mampu mengubah paradigma guru tentang sulitnya menyampaikan materi IPS pada siswa dan sangat diharapkan dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan semangat dan hasil belajar siswa. Sulistyono (2008:59) dalam bukunya memaparkan desain penelitian menurut metode John Elliot terdapat empat langkah pelaksanaan penelitian yaitu: 1.
Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan
2.
Melaksanakan tindakan
3.
Pengamatan atau monitoring
4.
Refleksi hasil pengamatan untuk pengembangan selanjutnya. 7
Langkah-langkah tersebut diambil untuk memaksimalkan hasil daya serap siswa atas materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. 2. Subjek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas V SDN Bener 01 Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang yang berjumlah 21 siswa. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di SDN Bener 01 kecamatan Tengaran kabupaten Semarang pada bulan November sampai bulan Desember 2009 4. Langkah-langkah Tim MGMP Kendal (2008) mengemukakan bahwa tahap-tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari empat langkah, meliputi: (1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan skenario pembelajaran, pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain-lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternative solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah, (2) Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan digelar. Skenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan, (3) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang, dan (4) Analisis dan refleksi yaitu uraian tentang 8
prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar. Berikut yang harus dilakukan pada setiap siklusnya pada saat penelitian berlangsung, yaitu: a.
Rencana 1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Mempersiapkan alat dan perlengkapan 3. Menyiapkan blangko observasi untuk siswa 4. Menyiapkan blangko evaluasi 5. Target hasil belajar siswa dengan penggunaan multimedia adalah 75%.
b.
Tindakan Melaksanakan skenario pembelajaran yang tertulis pada RPP.
c.
Pengamatan Dalam tahap pengamatan, subjek yang diamati yaitu adalah siswa yang berfokus pada segala aktifitas siswa dalam proses pembelajaran diamati oleh seorang peneliti, dicatat dan dinilai, kemudian dianalisis untuk dijadikan umpan balik. Pengamatan meliputi respon terhadap pembelajaran yang disampaikan, keaktifan dalam proses pembelajaran, serta daya serap masing-masing siswa.
d.
Refleksi Tahap refleksi, meliputi : 1. Mencatat hasil observasi serta pelaksanaan pembelajaran 9
2. Evaluasi hasil observasi 3. Analisis hasil pembelajaran 4. Memperbaiki kelemahan untuk diperbaiki di siklus II Hasil refleksi berupa revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang nantinya dipakai untuk perbaikan pada siklus II 5. Instrument dan Indikator Penelitian a. Instrumen Penelitian 1.
Pedoman Pengamatan Pedoman pengamatan atau lembar observasi digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2.
Evaluasi Soal Untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dari materi pelajara yang telah disampaikan.
3.
Pedoman Dokumentasi Pedoman dokumentasi digunakan untuk mengambil data hasil belajar sebelum menggunakan multimedia. Data yang dapat digunakan oleh peneliti dapat berupa: daftar nilai, buku tugas, dan raport siswa.
b. Indikator Penelitian Penggunaan multimedia ini dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan penulis adalah sebagai berikut :
10
1) Ada perubahan hasil belajar (post test) secara berkelanjutan (continue) dari siklus pertama ke siklus selanjutnya. 2) Minimal 75% siswa kelas V SDN Bener 01 memenuhi criteria ketuntasan 6,5 (enam koma lima) dalam belajar IPS dan mengusai materi yang diajarkan. 3) Prosentase keaktifan siswa lebih besar dibandingkan sebelum menggunakan multimedia. 4) Minimal 75 % siswa senang atau sangat senang dengan pembelajaran menggunakan multimedia. 5) Minimal 75% siswa tuntas dalam pembelajaran senang atau dengan menggunakan multimedia. 6) Mendapat respon positif dari guru mata pelajaran yang lain sehingga dapat menerapkan penggunaan multimedia pada mata pelajaran yang lain. 7) Metode atau teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : a.
Metode Observasi Observasi adalah studi yang sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan (Arikunto dkk, 2007:16) Jadi metode ini adalah pengamatan langsung dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPS yang sedang berlangsung, untuk 11
mengetahui keseriusan siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPS dengan metode Tanya jawab. Alat yang digunakan berupa lembar observasi. b.
Metode Tes Metode ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS kelas V SDN Bener 01.
c.
Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan jalan mencatat dan memanfaatkan data yang ada di instansi terkait seperti arsip, daftar siswa, dan guru, serta buku laporan akhir semester (Margono, 1997:167). Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran umum sekolah, keadaan guru, keadaan sarana prasarana dan keadaan siswa.
d.
Metode Wawancara Dialog yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancarai. Wawancara ini digunakan untuk mendapatkan data-data dari sumber secara langsung tentang kegiatan belajar siswa.
e.
Analisa Data Setelah terkumpul data dengan lengkap, maka selanjutnya adalah menganalisis data tersebut untuk mengetahui hasil akhir dari penelitian yang telah dilakukan. Dalam hal ini penulis 12
menggunakananalisis
deskripsi
prosentase
selanjutnya
penyimpulan atau penarikan kesimpulan berdasarkan pembahasan.
H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian tindakan kelas ini mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi dari kampus STAIN Salatiga yang diuraikan sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Definisi Penelitian, hipotesis tindakan, metode penelitian, analisis penelitiandan sistematika penulisan. BAB II : Kajian Pustaka, terdiri dari analisa teori, yang berkaitan dengan penelitian yaitu tentang hasil belajar, metode pembelajaran Tanya jawab dan pembelajaran IPS. BAB III : Pelaksanaan penelitian, mencakup deskripsi lokasi dan deskripsi pelaksanaan siklus I, siklus ke II dan siklus III BAB IV : Hasil Penelitian dan pembahasan, mencakup deskripsi tiap siklus dan pembahasan tiap siklus BAB V : Penutup, mencakup kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran Yang selanjutnya akan bermanfaat bagi perkembangan teori maupun praktek bidang yang diteliti.
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penggunaan Multimedia 1.
Penggunaan Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata penggunaan berasal dari kata dasar guna yang berarti faedah atau manfaat. Penggunaan dapat dirtikan sebagai pemanfaatan terhadap suatu benda atau keadaan (Sarwiji, 2006:266). Dalam hal ini adalah pemanfaatan media dalam pembelajaran IPS dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar.
2.
Multimedia Dalam Kamus Inggris-Indonesia, kata multimedia berasal dari gabungan dua kata yaitu multi dan media. Multi berarti banyak atau berbagai sedangkan media berarti wasilah atau perantara (Echols dan Shadily, 1997:377-388). Media dalam hal ini berperan sebagai perantara penyampai pesan dari pengajar kepada siswa yang dapat berwujud gambar, suara, lingkungan sekitar, serta semua hal yang dapat digunakan sebagai penjelas keterangan yang disanpaikan pengajar. Dapat pula menggunakan gabungan beberapa media agar pesan yang disampaikan lebih mudah diterima oleh siswa. Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan dan dapat membantu mengatasi hal-hal seperti perbedaan
14
14
gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indra, cacat tubuh atau hambatan geografis, jarak waktu dan lain-lain (Sadiman dkk, 1997:13). Multimedia dapat diartikan sebagai penggunaan beberapa media yang berbeda untuk menggabungkan dan menyampaikan informasi dalam bentuk teks, audio, grafik, animasi, dan video. (http://wap.google.com/m?q= pengertian+multimedia diakses pada Selasa, 23 April 2009 11:06 am) Arsyad
(1997:1)
dalam
bukunya
berjudul
Media
Pengajaran,
menuliskan bahwa banyaknya media yang ditawarkan seperti radio, majalah, koran, TV kabel, LCD, poster, dan media murah meriah yang dapat kita peroleh dengan mudah tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun, dapat kita pergunakan dalam pembelajaran sekarang ini. Seorang pengajar dapat memanfaatkan media yang ditawarkan secara langsung maupun tidak langsung. Artinya, dapat dilaksanakan dilingkungan sekolah pada saat pembelajaran ataupun di luar sekolah dengan diberi arahan sebelumnya. Seperti halnya memanfaatkan media TV, guru menugaskan siswanya untuk meresum salah satu acara TV yang ditentukan. Koran, majalah, maupun radio juga dapat dimanfaatkan sebagai media dengan intruksi yang sama, bisa juga sebagai kliping tentang tema tertentu. Dengan merujuk dari beberapa uraian yang telah dipaparkan, pengertian multimedia pembelajaran adalah penggabungan beberapa unsur media teks, audio, grafik , animasi, alam sekitar, maupun video yang bertujuan untuk meningkatkan daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan 15
oleh guru. Pembelajaran dapat dibuat bervariasi dan tidak membosankan sehingga peserta didik tidak merasa jenuh oleh pembelajaran yang continu. Dari multimedia yang dipaparkan diatas, media yang dipakai oleh peneliti diantaranya : laptop, LCD proyektor, buku, dan papan tulis. Laptop digunakan untuk mengolah materi dan memutar kaset CD, LCD proyektor digunakan sebagai penampil data yang ada pada laptop yang disajikan pada siswa, sedangkan papan tulis dipakai untuk memperjelas keterangan materi.
B. Hasil Belajar 1. Hasil Pengertian hasil dalam kamus Bahasa Indonesia adalah perolehan dari proses produksi atau proses kerja (Bambang Sarwiji, 2006 : 273). Hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari disebut prestasi yang semakna dengan hasil. Sedangkan hasil menurut Surayin (2001:455) adalah suatu pendapatan atau perolehan dari sesuatu yang telah dikerjakan. Suatu pekerjaan yang dilakukan dengan maksimalpun akan memperoleh pendapatan yang berbeda dengan apa adanya tanpa ada usaha yang sungguh-sungguh, begitu juga dalam pembelajaran. 2. Belajar a.
Pengertian Belajar Banyak pendapat tentang pengertian belajar menurut para tokoh pendidikan yang dapat digunakan sebagai rujukan penulis, diantaranya
16
adalah menurut Slameto (1991:2) yang mengartikan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hilgard dalam buku Pasaribu dan Simandjuntak (1983:59) mengatakan bahwa, “Learning in the process by which an activity originates or the changed through responding to a situation, provided the changes can not be attributed to growth or the tempory state of the organism as in fatique or under drugs”, belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan. Al-Zarnuji dalam tulisan Sanjaya memaparkan bahwa belajar bernilai ibadah dan mengantarkan seseorang untuk
memperoleh
kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Karenanya, belajar harus diniati dengan (1) mencari ridha Allah, (2) kebahagiaan akhirat, (3) mengembangkan dan melestarikan Islam, (4) mensyukuri nikmat akal, dan (5) menghilangkan kebodohan. Dimensi duniawi yang dimaksud adalah sejalan dengan konsep pemikiran para ahli pendidikan, yakni menekankan bahwa proses belajar mengajar
hendaknya
mampu
menghasilkan
ilmu
yang
berupa
kemampuan pada tiga ranah yang menjadi tujuan pendidikan, yaitu ranah 17
kognitif, afektif, dan psikomotorik (http://wap.google. comgwt/x?oe=UTF8&q=pengertian+belajar+berdasarkan+hadits).
b. Jenis-jenis Belajar Banyak cara yang dipakai seseorang agar proses belajar dapat berjalan dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya usia, lingkungan, serta kemauan seseorang itu sendiri. Slameto (1991:5) menjelaskan tentang jenis-jenis belajar antara lain : 1. Belajar Bagian (Part Learning) Pada umumnya belajar bagian ini dilakukan jika anak didik dihadapkan pada materi yang bersifat luas atau ekstensif. Misalnya mempelajari gerakan-gerakan motoris seperti piano. 2. Belajar dengan Wawasan (Learning by Insight) Belajar dengan wawasan adalah mereorganisasikan pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaiaan suatu persoalan. 3. Belajar Diskriminatif (Diskriminatif Learning) Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. 4. Belajar Global (Global Whole Learning) Jenis belajar global dilakukan dengan cara, bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai individu menngusainya. 18
5. Belajar Insidental (Incidental Learning) Belajar disebut insidental bila tidak ada intruksi atau petunjuk yang diberikan kepada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan nantinya. 6. Belajar Instrumental (Instrumental Learning) Pada belajar instrumental ditekankan pada pembentukan tingkah laku, setiap reaksi-reaksi individu yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah individu tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. 7. Belajar Intensional (Intentional Learning) Belajar ini berlawanan dengan belajar insidental, yaitu belajar yang mempunyai tujuan yang jelas. 8. Belajar Laten (Latent Learning) Dalam pembelajaran ini, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera tapi dengan bertahap. 9. Belajar Mental (Mental Learning) Hasil dari belajar mental adalah perubahan proses kognitif dari bahan yang dipelajari, perubahan ini tidak nyata terlihat. Ada juga pengertian yang lain bahwa belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain.
19
10. Belajar Produktif (Productive Learning) Belajar disebut produktif bila siswa mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi yang lain 11. Belajar Verbal (Verbal Leaning) Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan. Belajar ini dimulai dari belajar asosiatif mengenai hubungan dua kata yang tidak tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai penyelesaian persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan secara verbal. Hasil belajar yang dimaksud pada tema keanekaragaman budaya nusantara ini adalah siswa dapat siswa dapat mengetahui keanekaragaman suku, adat, dan kebudayaan wilayah di Indonesia, menghargai perbedaan kebudayaan, serta menjaganya. c.
Teori Belajar 1. Teori Belajar Piaget Jean Piaget mengemukankan pembagian perkembangan mental anak dalam buku Sapriati (2008:119) menjadi 4 tahap yaitu: Tahap
Sensori
Perkiraan Usia 0 - 2 tahun
motor
Ciri-ciri Khusus Kecerdasan motorik (gerak) dunia (benda) yang ada adalah yang tampak tidak ada bahasa pada tahap awal.
Pre-
2 - 7 tahun
Berpikir secara egosentris alasan-alasan
20
1. T operasional
didominasi oleh persepsi lebih banyak intuisi daripada pemikiran logis belum cepat
e
melakukan konservasi. Konkret
o
r Operasional
7 - 11 atau 12
Dapat melakukan konservasi logika tentang
tahun
kelas dan hubungan pengetahuan tentang angka berpikir terkait dengan yang nyata.
i Formal Operasional
14 tahun atau 15 U tahun
n
Pemikiran yang sudah lengkap pemikiran yang proporsional kemampuan untuk mengatasi hipotesis perkembangan idealisme
U
yang kuat
ntuk merancang pembelajaran di kelas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pengajar di antaranya : a. Setiap siswa melewati tahapan yang diuraikan diatas secara berurutan. b. Setiap anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian. c. Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk menjamin perkembangan intelektual anak. 2. Teori Gestalt Garis besar teori Gestalt adalah manusia tidak dipandang sebagai jumlah dari daya-daya tetapi merupakan sebagai keseluruhan individu yang bertindak dan berfikir. Keseluruhan itu dipandang lebih berarti daripada bagian-bagian kecil.
21
Dalam praktek pembelajaran yang menyangkut teori gestalt berusaha menjadi bahan pengajaran sebagai satu kesatuan dari sini dimulai pembelajaran baru yang berkembang ke hal-hal yang khusus sebagai bagian dari keseluruhan tadi (Nasution,1989:43). 3.
Teori Behaviorisme Dalam tulisan Sagala (2009:42) teori Behaviorisme sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati dan diukur, teori ini bersifat molekuler karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti molekul-molekul. Beberapa ciri teori behaviorisme antara lain : mengutamakan unsur-unsur
atau
bagian-bagian
kecil,
bersifat
mekanistis,
menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan. d. Evaluasi Pembelajaran Kartawidjaja (1987:30-31) menguraikan dalambukunya, setiap pembelajaran minimal terdapat 4 (empat) jenis evaluasi dalam pendidikan yang berjalan yaitu: a. Evaluasi Formatif Evaluasi formatif adalah jenis evaluasi yang menetapkan tingkat penguasaan siswa atas suatu tugas pelajaran dan menetapkan tugas yang masih perlu diperbaiki dalam kaitannya dengan program pengajaran. 22
b. Evaluasi Sumatif Evaluasi sumatif adalah suatu penilaian umum mengenai hasil keseluruhan pelajaran dan unit pengajaran yang dilaksanakan untuk keperluan menetapkan nilai atau angka terhadap kemampuan siswa, seperti laporan semester, catur wulan dan sebagainya. c. Evaluasi Diagnotif Evaluasi diagnotif yaitu penilaian untuk mengetahui keadaan siswa pada saat pengajaran akan dimulai. d. Evaluasi Penempatan Yaitu evaluasi yang berhubungan dengan tingkah laku sewaktu akan masuk belajar yang dilakukan untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar atau program pendidikan yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa. Misalnya, sampai dimanakah penguasaan siswa terhadap suatu tujuan pelajaran yang direncanakan, sampai dimanakah minat siswa dan sebagainya Dalam penelitian ini evaluasi menggunakan tes formatif dengan memakai lembaran soal dan evaluasi penempatan dengan menggunakan tabel pengamatan.
23
C. Pembelajaran IPS 1.
Pengertian IPS Menurut kurikulum SDN Bener 01 pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggungjawab, serta menjadi warga dunia yang cinta damai (2007:123). Menurut Nasution, IPS adalah ”Suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisiknya maupun dalam lingkungan sosial yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, ilmu politik dan psikologi” (Depag RI, 2002:8). Mata
pelajaran
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
dirancang
untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap
kondisi
sosial
masyarakat
dalam
memasuki
kehidupan
bermasyarakat yang dinamis (KTSP, 2007:123).
24
2. Tujuan Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global. 3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS Ruang lingkup pembelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut : a. Manusia, tempat dan lingkungan b. Waktu, berkelanjutan dan perubahan c. Sistem sosial dan budaya d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
25
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat Penelitian
:
SDN Bener 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
Alamat Penelitian
:
Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang
Mata Pelajaran
:
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Materi Pokok
:
Keanekaragaman Budaya Nusantara
Kelas/ Semester
:
V/I
2. Jadwal Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan pada bulan November s/d bulan Desember 2009 di kelas V SD Negeri Bener 01 Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang sesuai dengan jadwal pelajaran IPS kelas V. 3. Karakteristik Siswa Objek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 21 siswa, terdiri dari 10 siswa perempuan dan 11 siswa lakilaki. Siswa SDN Bener 01 berjumlah 153, termasuk kategori jumlah siswa yang cukup banyak jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang
25
25
berada di Gugus V Diponegoro kecamatan Tengaran. Hal ini disebabkan prestasi SDN Bener 01 yang stabil dari tahun ke tahun.
B. Deskripsi Per Siklus 1.
Deskripsi Pra Siklus Mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dianak tirikan oleh guru-guru di SDN Bener 01. Berulang kali ketika pembagian jadwal pada akhir semester, mata pelajaran ini yang paling terakhir mendapatkan pengajarnya. Hal ini tersebab dari pengalaman guru-guru yang kesulitan mengajarkan IPS pada siswa karena terbatasnya media pembelajaran. Efek dari pengajaran yang diberikan oleh guru mata pelajaran IPS sangat terasa bagi siswa, respon siswa terhadap pelajaran menjadi rendah, semangat menanyakan materi yang belum paham tidak ada, melaksanakan tugas dari guru tidak maksimal, bahkan dengan jawaban ringan siswa mengatakan kalau bukunya ketinggalan. Guru pengampu mengajarkan mata pelajaran IPS dengan mengejar target bahwa materi harus selesai, tidak mengacu pada standar kompetensi yang ditetapkan yang bertujuan agar siswa memahami beberapa indikator. Padahal KKM siswa cukup tinggi dengan angka 6,5. Untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum dilaksanakannya siklus, peneliti melakukan pretest
26
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1 Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 25 November 2009 pada pukul 09.00-10.10 sesuai jadwal pelajaran kelas V SD Negeri Bener 01, Kec. Tengaran, Kab. Semarang. Tiap pembelajaran siklus terdiri dari 4 tahap yang terdiri planning (perencanaan), acting (pelaksanaan), observasing (pengamatan), dan reflecting (refleksi). Hal ini dilakukan mengingat waktu pembelajaran a. Planning (Perencanaan) Pada tahap ini peneliti mempersiapkan beberapa perangkat yang diperlukan saat mengajar antara lain : 1) Melakukan diagnosis terhadap kendala yang dialami oleh guru mata pelajaran IPS dengan mengamati metode dan media pembelajaran yang dipakai saat pembelajaran. 2) Setelah menemukan permasalahan yang dihadapi oleh guru, peneliti menganalisis dan merumuskan masalah selanjutnya mencoba menerapkan multimedia dalam pembelajaran IPS. 3) Merancang pembelajaran dengan menggunakan multimedia yang nantinya akan dilaksanakan dalam pembelajaran. 4) Mendiskusikan penggunaan multimedia dengan guru pengampu mata pelajaran IPS mengenai peralatan yang nantinya akan dipergunakan. 5) Mempersiapkan instrument penelitian dan instrument mengajar (peralatan multimedia, RPP, lembar observasi, dan soal formatif).
27
Lembar observasi dan soal formatif digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran. 6) Mempersiapkan strategi mengajar dan sistim pengelolaan kelas untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar. b. Acting (Pelaksanaan) Pelaksanaan siklus I dilakukan pada hari Rabu tanggal 25 November 2009 pada pukul 10.10 WIB –11.35 WIB sesuai dengan jadwal pelajaran IPS kelas V SDN Bener 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Penulis dibantu oleh guru pengampu mata pelajaran IPS dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun proses pelaksanaannya adalah sebagai berikut : 1) Mengubah posisi tempat duduk menjadi bentuk U dua baris. 2) Memberi penjelasan kepada siswa tentang arti lambang Negara Republik Indonesia. 3) Siswa menyimak pembelajaran yang disampaikan oleh peneliti diperjelas dengan gambar yang ada pada layar. 4) Siswa mencatat makna lambang yang ada pada burung Garuda. 5) Peneliti bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah disampaikan. 6) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa dari penyampaian materi yang belum paham.
28
7) Guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang materi yang baru saja disampaikan. 8) Peneliti memberikan post tes untuk mengukur daya tangkap siswa terhadap pelajaran. 9) Peneliti mengoreksi dan menganalisis hasil tes. 10) Peneliti melakukan analisa pembelajaran pada siklus I. c. Observing (Pengamatan) Pada fase observasing peneliti dibantu oleh guru pengampu mengamati jalannya pembelajaran yang sedang berlangsung. Aspek yang diamati antara lain keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, kedisiplinan siswa terhadap intruksi guru, respon siswa terhadap pembelajaran, serta pengamatan terhadap hasil evaluasi tertulis siswa. Adapun proses pengamatannya adalah sebagai berikut : 1) Peneliti dibantu guru pengampu mata pelajaran mengamati jalannya pembelajaran siklus I dengan menggunakan multimedia. 2) Guru pengampu mengamati siswa yang aktif, cukup, dan siswa yang tidak aktif. 3) Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelamahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan peneliti untuk memperbaiki penelitian selanjutnya. 4) Guru memberikan motivasi kepada siswa yang dalam siklus I belum mendapatkan hasil yang baik.
29
d. Reflecting (Refleksi) Setelah melakukan pembelajaran pada siklus 1 peneliti menganalisis hasil pengamatan dan tes formatif siswa bersama dengan guru pengampu. Setelah didapatkan hasil,
peneliti mengadakan
refleksi diri dan mendiskusikan dengan guru pengampu tentang kelemahan pada siklus I serta upaya perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II. Upaya-upaya perbaikan tersebut antara lain sebagai berikut : 1) Pembagian posisi duduk siswa dibuat spasi atau pemisah untuk mengurangi kegaduhan kelas. 2) Peneliti menjelaskan materi pelajaran dengan suara yang lebih keras dan jelas. 3) Peneliti memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan keaktifan bertanya dan menjawab pertanyaan. 4) Menggunakan gaya bahasa yang menyenangkan untuk mengurangi rasa canggung siswa terhadap peneliti. 5) Peneliti harus bisa mengkondisikan suasana kelas saat terjadi kegaduhan, biasanya terjadi saat siswa melihat atau mendengar penjelasan materi yang menurut mereka tabu. 6) Menyajikan gambar yang lebih hidup untuk menarik perhatian siswa.
30
7) Menutup jendela dengan gorden dengan tujuan agar perhatian siswa tidak terbagi keluar kelas serta untuk memperjelas sorotan cahaya dari proyektor.
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II a. Planning (Perencanaan) Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I, oleh karena itu peneliti merencanakan proses pembelajaran dengan tujuan utama melengkapi kekurangan pada pada pembelajaran siklus I. Rencana perbaikan pembelajaran untuk siklus II ini, peneliti berupaya meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Materi yang dibahas dalam siklus ini, adalah penyesuaian dari makhluk hidup terhadap lingkungan. Adapun perencanaan dalam siklus II ini, sebagai berikut: 1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus II tentang keanekaragaman budaya dari tiap-tiap wilayah di Indonesia 2) Mempersiapkan strategi mengajar dan sistim pengelolaan kelas untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar. 3) Mempersiapkan peralatan yang akan dipakai dalam pembelajaran siklus II.
31
4) Posisi duduk tempat duduk telah diatur dengan menggunakan jarak sehingga kemungkinan bagi siswa untuk berbicara sendiri dengan temannya lebih kecil. 5) Mempersiapkan posisi acak agar siswa yang semula berada di belakang menjadi lebih memperhatikan setelah dipindah ke depan. b. Acting (Pelaksanaan) Tindakan perbaikan pembelajaran siklus II dilakukan pada hari Jum’at tanggal 27 November 2009 pukul 09.00 WIB - 10.10 WIB, sesuai jadwal pelajaran kelas V SD Negeri Bener 01, Kec. Tengaran, Kab. Semarang. Peneliti diberikan jam tambahan pada jadwal hari Jum’at yang sebenarnya hanya 1 jam pelajaran, dengan menggunakan jam Pengembangan Diri yang sering terbuang sia-sia karena jarang diisi guru. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II diantaranya adalah sebagai berikut : 1.
Melakukan tanya jawab kepada siswa tentang materi pembelajaran yang disampaikan pada siklus I.
2.
Menginstruksikan kepada siswa untuk mencatat nama tarian, bahasa daerah, ataupun suku bangsa yang ditampilkan pada layar proyektor.
3.
Menyampaikan materi pelajaran dengan intonasi yang lebih jelas dan suara yang lebih keras.
32
4.
Mengupayakan siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran dengan memperbanyak tanya jawab.
5.
Peneliti memberikan post test untuk mengukur daya serap siswa pada siklus II.
6.
Peneliti mengoreksi lembar soal post test.
c. Observing (Pengamatan) Pada kegiatan pengamatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II ini peneliti mengamati jalannya pembelajaran, Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak berulang lagi pada siklus II. Pengamatan
observasi
dilaksanakan
bersamaan
dengan
pelaksanaan belajar mengajar, peneliti berperan sebagai pengajar dibantu oleh guru pengampu dalam pengamatan terhadap siswa. Berikut adalah pengamatan yang diperoleh pada siklus II : 1) Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran dibantu oleh guru pengampu. 2) Peneliti menemukan fakta bahwa keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan meningkat dari siklus I. 3) Kedisplinan siswa dalam mengerjakan tugas dan penjadwalan sedikit meningkat.
33
4) Pengelolaan kelas cukup baik dibandingkan dengan siklus I, walaupun masih ada beberapa anak yang melamun saat penyampaian materi. 5) Perolehan nilai post test meningkat. 6) Siswa lebih serius mengerjakan tugas yang telah diberikan. 7) Kegaduhan masih terjadi ketika ditayangkan tarian dari berbagai daerah. d. Reflecting (Refleksi) Setelah tindakan perbaikan pada siklus II telah selesai, peneliti mengadakan refleksi pembelajaran bersama guru pengampu mata pelajaran IPS kelas V untuk melakukan tindak lanjut perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus III. Yang diharapkan adalah siklus III dapat jauh lebih baik dari siklus I dan siklus II. Meskipun telah mendapatkan hasil yang cukup memuaskan pada siklus II, peneliti masih akan melanjutkan penelitian menunju siklus III untuk memperbaiki kekurangan yang masih terjadi pada siklus II. Adapun hal-hal yang perlu diperbaiki adalah : 1) Peneliti yang merangkap sebagai pengajar dalam penelitian ini akan berusaha untuk lebih meningkatkan keaktifan siswa. 2) Peneliti menyediakan gambar-gambar lucu sebagai selingan siswa agar tidak jenuh.
34
3) Untuk mengatasi siswa yang suka melamun, tempat duduk dipindah lagi berdekatan dengan siswa yang aktif dengan tujuan agar siswa tersebut ikut aktif. 4) Memberikan pengarahan khusus bagi siswa yang memperoleh nilai kurang. 5) Memberikan motivasi yang lebih besar untuk menggugah semangat siswa.
4. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III a. Planning (Perencanaan) Peneliti berupaya meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa serta kerjasama dalam pembelajaran. Materi yang dibahas dalam siklus ini masih sama, yaitu materi penyesuaian mahkluk hidup terhadap lingkungannya. Adapun perencanaan dalam siklus III ini, sebagai berikut: 1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 2) Menyiapkan peralatan multimedia. 3) Menyiapkan sumber belajar. 4) Menyiapkan lembar pengamatan siswa. 5) Menyiapkan lembar post tes. 3) Bersama guru pengampu mendiskusikan cara pengelolaan kelas agar lebih maksimal.
35
b. Acting (Pelaksanaan) Tindakan perbaikan pembelajaran siklus III dilakukan pada hari Rabu tanggal 03 Desember 2009 pukul 09.00 WIB - 10.10 WIB, sesuai jadwal pelajaran kelas V SD Negeri Bener 01, Kec. Tengaran, Kab. Semarang. Langkah-langkah perbaikan pembelajaran siklus III adalah sebagai berikut : 1.
Guru menjelaskan materi tentang keragaman budaya Indonesia dengan menggunakan multimedia.
2. Peneliti menampilkan ragam kebudayaan pada layar LCD. 3. Setelah selesai penyampaian materi, guru membagi lembar kegiatan pada siswa sebagai lembar post test. 4. Peneliti mengoreksi lembar kegiatan siswa. c. Observing (Pengamatan) Pada kegiatan pengamatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus III ini, penulis meminta bantuan kepada guru IPS kelas V untuk memberikan pengamatannya terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung,
yaitu
memberi
penilaian
kepada
siswa
(lembar
pengamatan terlampir). Adapun hasil pengamatan dalam siklus ini sebagai berikut: 1) Kektifan
siswa
dalam
bertanya
dan
menjawab
pertanyaan
meningkat. 2) Respon yang diberikan siswa pada pembelajaran sangat optimal.
36
3) Kedisiplinan masuk kelas serta pengerjaan tugas tepat waktu. 4) Hasil perbaikan siklus III sangat baik, melampaui dari perkiraan peneliti dan guru pengampu. d. Reflecting (Refleksi) Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus III dapat disimpulkan bahwa kondisi siswa sudah terlihat adanya peningkatan yang lebih baik. Meskipun hasil pengamatan serta penilaian pada siklus III tidak ada hasil yang menunjukkan prosentase 100 %. Masih ada 2 orang siswa yang memperoleh nilai evaluasi dibawah standar KKM yang ditentukan sekolah.selengkapnya mengenai pembahasan siklus akan diuraikan pada bab selanjutnya.
37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus 1. Pra Siklus Sebelum diadakan penelitian, pembelajaran IPS di SDN Bener 01 menggunakan metode konvensional. Hal ini terjadi karena guru pengampu kesulitan menemukan metode dan media yang tepat dalam pengajaran IPS. Hasil dokumentasi nilai sebelum dimulai penelitian digunakan sebagai acuan peneliti untuk meningkatkan hasil belajar pasca penelitian. KKM yang ditentukan guru pengampu adalah 6,5 mengacu pada KKM IPS tahun sebelumnya. Dari pembelajaran sebelumnya didapatkan nilai sebagai berikut : Tabel 4.1 Nilai Siswa Pra Siklus
NO
Nilai Siswa
Jumlah
Persentase
1
95>
0
0%
2
85-94
0
0%
3
75-84
1
4.8 %
4
65-74
7
33,3 %
5
55-64
5
23,8 %
6
45-54
5
23,8 %
7
35-44
3
14,3 %
8
25-34
0
0%
9
<25
0
0%
20
100 %
Jumlah
38
38
Dari data di atas dapat dapat diambil kesimpulan bahwa dengan KKM yang ditetapkan sekolah, 8 siswa telah tuntas atau sebanyak 38,1 % sedangkan 13 siswa belum tuntas KKM dengan persentase 61,9 %. Nilai rata-rata IPS kelas V 57,2, sangat jauh sekali dari yang diharapkan oleh guru pengampu mata pelajaran IPS. Indikasi utama yang menyebabkan tidak berhasilnya pembelajaran IPS kelas V adalah faktor peralihan siswa dari kelas III yang masih menggunakan kurikulum Tematik sehingga guru kesulitan untuk mengetahui bagaimana proses mengajar yang sesuai dengan siswa. Berikut daftar nama siswa kelas V SDN Bener 01 yang menjadi objek penelitian penggunaan multimedia pada pelajaran IPS : Tabel 4.2 Daftar Nama Siswa Kelas V
No
Nama
Jenis Kelamin
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
M. Rizqi Afrianto Ahmad Khoirudin M. Fegi Indrawan Puji Lestari Feri Nur Agustin Danang Sabilarrosyad Desi Listiana Dina Setyaningsih Illa Imtihani Malia Irfan Nurrohman Itsna Novia Rahmawati
L L L P L L P P P L P
No
Nama
Jenis Kelamin
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Lea Pratiwi Kusuma Lina Fitria Yulianti Melisa Dwiningsih M. Taufiqurrohman Ridwan Saputra Rizal Alwi S. Rizka Syifa Fariyanti Ulfa Setyaningrum Wahyu Romadhoni Dirga Savanda Putra
P P P L L L P P L L
2. Siklus I Objek yang diamati pada siklus I, II, dan siklus III adalah siswa. Penilaian menggunakan lembar observasi dan lembar tes formatif. Aspek-
39
aspek yang dinilai dalam Siklus I antara lain keaktifan siswa, respon siswa terhadap materi, serta kedisiplinan belajar siswa. Berikut hasil penilaian terhadap siswa pada Siklus I :
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Bertanya Siswa
No 1 2 3 4
Kriteria Penilaian Baik sekali Baik Cukup Kurang Jumlah
Jumlah siswa 2 4 9 6 21
Persentase 9,5 % 19 % 42,9 % 28,6 % 100 %
Dari tabel pengamatan diatas dapat dilihat siswa yang sangat aktif bertanya hanya ada dua orang dengan persentase 9,5 %, sedangkan siswa yang sangat pasif ada 6 orang dengan persentase 28,6 %. Persentase yang paling tinggi berada pada penilaian cukup dengan persentase 42,9 % dengan jumlah siswa 9 orang. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa canggung dan malu kepada peneliti yang dapat dilihat dari tingkah laku mereka. Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Menjawab Siswa
No 1 2 3 4
Kriteria Penilaian Baik sekali Baik Cukup Kurang Jumlah
Jumlah siswa 6 5 7 3 21
Persentase 28,6 % 23,8 % 33,3 % 14,3 % 100 %
Berbeda dengan keaktifan bertanya siswa, semangat mereka menjawab pertanyaan cukup besar walaupun masih ada yang pasif menjawab. Dapat dilihat pada tabel di atas, siswa yang keaktifannya baik
40
dan baik sekali berjumlah 11 siswa dengan persentase 52,4 %. Lebih dari separuh siswa sudah aktif menjawab, namun masih ada 3 anak yang masih butuh bimbingan dan perhatian khusus untuk lebih aktif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan peneliti. Tabel 4.5 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Siklus I
No 1 2 3 4
Kriteria penilaian Baik sekali Baik Cukup Kurang Jumlah
Jumlah siswa 7 8 3 3 21
Persentase 33,3 % 38,1 % 14,3 % 14,3 % 100 %
Penggunaan multimedia di sekolah ini terbilang hal yang baru, hal ini yang menyebabkan respon siswa terhadap pembelajaran ini terbilang tinggi, siswa yang merespon dengan sangat baik ada 7 siswa dengan persentase 33,3 %, respon baik diberikan oleh 8 siswa dengan persentase 38,1 %. Jadi dalam hal respon, persentase cukup tinggi dengan 71,4 %, sisanya memberikan respon cukup dan kurang. Tabel 4.6 Tentang Kedisiplinan Siswa
No 1 2 3 4
Kriteria penilaian Baik sekali Baik Cukup Kurang Jumlah
Jumlah siswa 6 7 6 2 21
Prosentase 28,6 % 33,3 % 26,6 % 9,5 % 100 %
Dari empat hal yang diamati, kedisplinan siswa yang memperoleh nilai yang lumayan baik. Bel masuk jam pelajaran, kedisplinan membawa
41
perangkat pelajaran, hingga tugas-tugas yang diberikan oleh peneliti dilaksanakan siswa dengan baik. Siswa yang mendapatkan kriteria penilaian baik sekali adalah siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata temannya, baik dari segi keaktifan bertanya, keaktifan menjawab, perhatian terhadap pelajaran serta kedisplinan siswa. Siswa yang mendapatkan kriteria penilaian baik adalah siswa yang duduknya berdekatan dengan siswa yang aktif, terkadang mereka membuat
kesibukan
sendiri,
mengganggu
temannya,
namun
tetap
memperhatikan pelajaran yang disampaikan. Sedangkan nilai cukup diberikan kepada siswa yang harus menggunakan pancingan agar mereka bisa aktif , misalnya dengan diberikan reward terlebih dulu atau ditunjuk satu persatu. Sedangkan nilai kurang diberikan pada siswa yang benar-benar pasif, hal ini disebabkan karena mereka mempunyai daya tangkap yang kurang dibandingkan teman-temannya. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa pada Siklus I siswa belum banyak mengalami perubahan seperti yang diharapkan oleh peneliti. Hal ini disebabkan rasa canggung siswa masih sangat besar kepada peneliti yang notabennya sebagai guru baru bagi mereka. Ada juga faktor lain yang mempengaruhi ketidak berhasilan Siklus I antara lain : a. Terjadi kegaduhan kelas karena pengaturan posisi tempat duduk sangat berdekatan sehingga siswa yang harusnya memperhatikan terpengaruh dengan temannya yang banyak bicara. b. Peneliti belum bisa mengkondisikan situasi kelas saat gaduh.
42
c. Siswa yang duduk di belakang kurang aktif, karena merasa takut atau malu bertanya maupun menjawab pertanyaan. d.
Perhatian siswa kurang maksimal karena dimungkinkan penyajian materi oleh peneliti masih kurang menyenangkan. Hasil refleksi Siklus I akan dijadikan sebagai pedoman dalam
perbaikan pada siklus II dan siklus III. Sedangkan dari instrument tes formatif (soal terlampir) yang berupa soal uraian, dapat dilihat pada tabel 4.7 Tabel 4.7 Hasil Nilai Siswa Siklus I
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nilai 95 > 85-94 75-84 65-74 55-64 45-54 35-44 25-34 < 25 Jumlah
Jumlah Siswa 0 2 5 6 3 4 1 0 0 21
Persentase 0% 9,5 % 23,8 % 28,6 % 14,3 % 19 % 4,8 % 0% 0% 100 %
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 13 siswa atau dengan persentase 61,90% telah lulus kriteria ketuntasan minimal (KKM), bertamnbah 5 orang dari yang semula hanya 8 siswa yang tuntans KKM. Sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 8 siswa dengan persentase 38,10%. Rata-rata kelas pada siklus I yaitu 66, dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa siklus I membawa perubahan pada daya serap siswa yang diwujudkan dalam nilai evaluasi yang mereka kerjakan.
43
3. Siklus II Pada siklus II peneliti mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran berhasil. Hal ini disebabkan karena peneliti mendapatkan hasil penilaian dengan kategori baik dengan jumlah yang cukup besar. Sangat berbeda dengan hasil pengamatan yang diperoleh pada siklus I. Hasil belajar pada siswa mengalami perkembangan yang signifikan, terutama pada siswa yang sebelumnya sering mendapatkan nilai rendah. Meskipun demikian, masih ada 2 siswa yang belum tuntas KKM. Penjelasan lebih terperinci dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan dan penilaian berikut : Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Bertanya Siswa
No 1 2 3 4
Kriteria Penilaian Baik sekali Baik Cukup Kurang Jumlah
Jumlah siswa 4 6 8 3 21
Persentase 19 % 28,6 % 38,1 % 14,3 % 100 %
Siswa yang mempunyai keaktifan dengan kriteria penilaian baik sekali meningkat menjadi 4 orang (19 %), siswa dengan kriteria baik yang semula 4 orang meningkat menjadi 6 orang (28,6 %), sedangkan kriteria cukup mengalami penurunan 1 siswa, kriteria kurang mengalami penurunan dari kuota 6 orang menjadi 3 orang dengan persentase menjadi 14,3 %.
44
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Menjawab Siswa
No 1 2 3 4
Kriteria Penilaian Baik sekali Baik Cukup Kurang Jumlah
Jumlah siswa 6 10 3 2 21
Prosentase 28,6 % 47,6 % 14,3 % 9,5 % 100 %
Keaktifan siswa juga mengalami peningkatan walaupun tidak terlalu besar siswa yang mempunyai keaktifan dengan kriteria baik sekali. Siswa dengan kriteria baik sekali tidak mengalami perubahan kuota, Berbeda dengan siswa dengan kriteria baik yang mengalami peningkatan cukup signifikan dengan menjadi 10 anak (47,6 %), dengan demikian jumlah siswa yang mendapat predikat baik dan baik sekali berjumlah 16 siswa dengan persentase 76,2 %.
Tabel 4.10 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Siklus II
No 1 2 3 4
Kriteria penilaian Baik sekali Baik Cukup Kurang Jumlah
Jumlah siswa 8 9 3 1 21
Persentase 38,1 % 42,9 % 14,3 % 4,8 % 100 %
Respon siswa juga mengalami perubahan meskipun tidak terlalu besar jumlahnya. Kriteria baik dan baik sekali bertambah masing-masing satu orang sedangkan kriteria kurang berkurang jumlahnya dari 3 orang menjadi 1 orang (4,8 %). Hal ini disebabkan karena respon siswa pada siklus I sudah menunjukkan angka yang tinggi.
45
Tabel 4.11 Tentang Kedisiplinan Siswa
No 1 2 3 4
Kriteria penilaian Baik sekali Baik Cukup Kurang Jumlah
Jumlah siswa 9 9 3 0 21
Persentase 42,9 % 42,9 % 14,3 % 0% 100 %
Pada siklus I kedisplinan sudah menunjukkan angka yang cukup baik, Lebih dari 50 % siswa menempati peringkat penilaian baik dan baik sekali. Pada siklus II menunjukkan hasil yang sangat baik dilihat dari data diatas 9 anak mendapatkan kriteria penilaian baik dan baik sekali dengan prosentase masing-masing 42,9 % dan jumlah keduanya 85,6 %. Siswa yang semula kurang disiplin sekarang sangat terlihat kedisplinannya. Secara keseluruhan, keaktifan, perhatian, dan kedisplinan siswa meningkat pada siklus II dibandingkan dengan siklus I. Menurut peneliti, hal ini disebabkan karena hal-hal sebagai berikut ; a.
Posisi duduk tempat duduk telah diatur dengan menggunakan jarak sehingga kemungkinan bagi siswa untuk berbicara sendiri dengan temannya lebih kecil.
b.
Posisi duduk siswa diacak, yang semula berada di belakang ditempatkan di baris depan.
c.
Peneliti lebih bisa mengkondisikan situasi kelas.
d.
Pembelajaran mendapatkan respon yang lebih besar dari siswa karena gambar yang disajikan di layar LCD lebih menarik perhatian siswa.
46
Sama halnya dengan siklus I, penilaian juga menggunakan lembar soal penilaian untuk mengukur sejauh mana daya serap siswa terhadap materi pembelajaran yang disajikan oleh peneliti. Dari instrumen soal didapatkan data nilai sebagai berikut ; Tabel 4.12 Hasil Nilai Siswa Siklus II
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nilai 95 > 85-94 75-84 65-74 55-64 45-54 35-44 25-34 < 25 Jumlah
Jumlah Siswa 1 4 5 6 3 2 0 0 0 21
Persentase 4,8 % 19 % 23,8 % 28,6 % 14,3 % 9,5 % 0% 0% 0% 100 %
Pengamatan secara individual dan keseluruhan nilai siswa meningkat dari siklus I. Pada siklus II ada 5 orang (23,81 %) siswa yang belum tuntas KKM dan 16 anak atau 76,19 % siswa yang telah lulus KKM. Nilai rata-rata siswa yang telah lulus KKM adalah 78,06 sedangkan rata-rata nilai siswa secara keseluruhan memperoleh nilai 73,03. Dari kelima siswa yang belum tuntas KKM, 2 diantaranya adalah siswa yang tinggal kelas tahun ajaran kemarin, 2 siswa yang lain sering melamun yang mengakibatkan tidak fokus terhadap pembelajaran, sedangkan 1 di antara mereka mempunyai daya serap yang rendah. Hal ini dikeluhkan tidak hanya oleh guru pengampu mata pelajaran IPS tapi juga pada pelajaran yang lain.
47
4. Siklus III Setelah melewati siklus II dengan menyisakan 5 siswa yang belum tuntas KKM, siklus III mengalami peningkatan nilai serta keaktifan siswa walaupun tetap masih ada siswa yang tidak tuntas KKM. Pembelajaran pada siklus III ini merupakan pembelajaran yang paling maksimal
dibandingkan
dengan
dua
siklus
sebelumnya
karena
ketidaksempurnaan jalannya proses pembelajaran telah diperbaiki. Siswa lebih akrab dan penelitipun lebih bisa menguasai kelas. Pada pelaksanaan siklus III dapat dilihat hasil observasi sebagai berikut: Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Bertanya Siswa
No 1 2 3 4
Kriteria Penilaian Baik sekali Baik Cukup Kurang Jumlah
Jumlah siswa 7 10 4 0 21
Persentase 33,3 % 47,6 % 19,1 % 0% 100 %
Tabel 4.14 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Menjawab Siswa
No 1 2 3 4
Kriteria Penilaian Baik sekali Baik Cukup Kurang Jumlah
Jumlah siswa 9 11 1 0 21
Persentase 42,9 % 52,3 % 4,8 % 0% 100 %
Keaktifan bertanya dan menjawab mengalami peningkatan jumlah kuota siswa yang semula mereka masih malu, canggung, ataupun takut sekarang tergantikan oleh keaktifan bertanya mereka pada hal-hal yang mereka lihat tapi belum dapat dipahami. Masih ada 4 anak yang jarang bertanya (19,1 %), hal ini menurut guru pengampu serta peneliti disebabkan 48
karena 2 siswa diantaranya memang mempunyai daya serap yang rendah sehingga kebingungan ketika akan bertanya. Sedangkan 2 siswa lainnya disebabkan karena mereka memang enggan bertanya dari awal siklus dimulai dan dalam pembelajaran sehari-hari. Berbeda dengan keaktifan dalam menjawab pertanyaan, siswa lebih aktif dan tegas dibandingkan dengan dua siklus sebelumnya. Hanya ada satu siswa yang ketika mendapatkan giliran pertanyaan sering kaget karena melamun dan akhirnya tidak bias menjawab pertanyaan yang diberikan. Sedangkan dari segi kedisplinan serta respon siswa terhadap pembelajaran juga mengalami peningkatan, lebih jelasnya diuraikan dalam tabel pengamatan berikut ini : Tabel 4.15 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Siklus III
No 1 2 3 4
Kriteria penilaian Baik sekali Baik Cukup Kurang Jumlah
Jumlah siswa 12 9 0 0 21
Persentase 57,1 % 42,9 % 0% 0% 100 %
Tabel 4.16 Tentang Kedisiplinan Siswa
No 1 2 3 4
Kriteria penilaian Baik sekali Baik Cukup Kurang Jumlah
Jumlah siswa 9 10 2 0 21
Persentase 42,9 % 47,6 % 9,5 % 0% 100 %
Respon yang diberikan siswa pada siklus III dapat dikatan istimewa karena tidak ada satu siswapun yang mendapatkan penilaian dengan kriteria
49
kurang maupun cukup. Dengan total persentase 100 % siswa memberikan respon yang baik dan baik sekali. Perihal kedisiplinan siswa pada siklus III ini juga mengalami peningkatan dengan melihat kriteria penilaian cukup hanya ditempati oleh dua orang siswa dan kriteria kurang tidak ada yang menempati. Tabel 4.17 Hasil Nilai Siswa Siklus III
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nilai 95 > 85-94 75-84 65-74 55-64 45-54 35-44 25-34 < 25 Jumlah
Jumlah Siswa 2 4 7 6 2 0 0 0 0 21
Persentase 9,5 % 19,1 % 33,3 % 28,6 % 9,5 % 0% 0% 0% 0% 100 %
Hasil evaluasi formatif pada siklus III menunjukkan peningkatan dari dua siklus sebelumnya. Jumlah siswa yang tuntas KKM sebanyak 19 orang dengan persentase 90,5%. Terdapat 2 siswa (9,5%) yang tidak tuntas KKM dalam siklus III ini. Kedua siswa tersebut memang mempunyai daya serap yang rendah pada mata pelajaran yang lain juga. Setelah didapatkan informasi ternyata salah satu dari dua siswa yang masih belum tuntas tersebut orang tuanya telah berpisah dan mengejar karir sendiri-sendiri, sementara siswa diasuh oleh neneknya sehingga anak merasa kurang kasih sayang. Satu siswa yang lain ayahnya bekerja sebagai sopir truk pengantar barang jadi pada pabrik mebel yang berada di desa Bener dengan
50
durasi pulang ke rumah tidak menentu. Ibunya juga bekerja di pabrik, berangkat pada pagi dan pulang pada sore hari. Di samping itu, tingkat intelegensi siswa memang rendah.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Peneliti mendapatkan data nilai hasil belajar dari pra siklus sampai siklus III mengalami perkembangan nilai. Hasil keseluruhan nilai formatif IPS sejak pra siklus sampai dengan siklus III dapat dilihat dari gambar 4.18 berikut ini: Gambar 4.18 Ketuntasan Belajar Siswa Dari Pra Siklus-siklus III 100,00% 90,5%
90,00% 80,00%
76,19%
70,00%
61,90%
Pra Siklus
60,00% 50,00%
Siklus I
38,1 %
Siklus II
40,00%
Siklus III
30,00% 20,00% 10,00% 0,00%
Diagram
di
atas
menjelaskan
tentang
perkembangan
hasil
pembelajaran dari pra siklus sampai siklus III. Pada tahap pra siklus ketuntasan siswa dalam pembelajaran IPS sebesar 38,1%. Tidak ada separuh siswa kelas IV yang tuntas. Setelah siklus I dilaksanakan, jumlah siswa yang tuntas KKM meningkat drastis menjadi 61,90% hampir dua kali lipat dari
51
jumlah sebelumnya. Pada siklus II juga mengalami kenaikan ketuntasan siswa yaitu dengan persentase 76,19 %. Begitupun dengan siklus III yang juga mengalami kenaikan hasil nilai dengan persentase ketuntasan siswa mencapai 90,19%. Dari data diatas dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus sampai dengan siklus III. Sama halnya dengan keaktifan, respon dan kedisiplinan siswa juga mengalami peningkatan. Berikut uraian peningkatan dari aspek aspek yang diamati oleh peneliti : Gambar 4.19 Diagram Keaktifan Bertanya dari Siklus I-III 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% Siklus I
50,00%
Siklus II 40,00%
Siklus III
30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
Pada diagram keaktifan bertanya siswa menunjukkan persentase kenaikan yang sangat signifikan dari siklus I hingga siklus III. Persentase baik sekali pada siklus satu terdapat kurang dari 10%, pada siklus II antusias bertanya meningkat dua kali lipatnya menjadi 19%, dan siklus III meningkat menjadi 30% lebih. Kriteria penilaian baik juga mengalami peningkatan dari siklus I, II, dan III. Sedangkan kriteria cukup dan kurang masing-masing
52
mengalami penurunan persentase. Paling maksimal pada kriteria penilaian kurang siklus III dengan kuota siswa 0%. Gambar 4.20 Diagram Keaktifan Menjawab Pertanyaan dari Siklus I-III 100,00% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00%
Siklus I
50,00%
Siklus II
40,00%
Siklus III
30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Pada diagram keaktifan menjawab siswa kriteria penilaian baik sekali siklus I dan siklus II mendapatkan prosentase yang sama yaitu 28,6% kemudian mengalami kenaikan dari siklus II ke siklus III dengan persentase 42,9%. Kriteria penilaian baik mengalami kenaikan kuota yang konstan dari siklus I ke siklus III. Berbeda dengan penilaian cukup dan kurang yang juga dengan konstan menurun dari siklus I sampai siklus III. Kriteria penilaian kurang pada siklus III berada pada posisi 0% dengan arti tidak ada siswa yang sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti pada saat pembelajaran berlangsung.
53
Gambar 4.21 Diagram Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Siklus I-III
90,00% 80,00% 70,00% 60,00% Siklus I
50,00%
Siklus II 40,00%
Siklus III
30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Respon siswa terhadap pembelajaran dari siklus I sampai siklus III tidak begitu terlihat perubahannya dikarenakan respon yang sangat besar telah diberikan siswa pada siklus pertama. Pada diagram terlihat lonjakan yang cukup tinggi dari kriteria penilaian baik sekali yaitu dari persentase 38,1% pada siklus II meningkat 57,1% pada siklus III. Sebaliknya dengan kriteria penilaian cukup dan kurang yang masing-masing menempati persentase 0% pada siklus III.
54
Gambar 4.22 Diagram Kedisiplinan Siswa dari Siklus I-III
100,00% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00%
Siklus I
50,00%
Siklus II
40,00%
Siklus III
30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Pada diagram kedisplinan siswa mengalami kenaikan dari siklus I ke siklus II untuk kriteria penilaian baik sekali, sedangkan pada penilaian baik mengalami kenaikan dari siklus I ke siklus III. Yang paling jelas terlihat adalah persentase nilai kurang yang menempati 0% pada siklus II dan siklus III, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kedisplinan siswa semakin meningkat. Berdasarkan 5 diagram di atas dapat dijelaskan bahwa penggunaan multimedia dapat mempengaruhi semangat dan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan meningkatnya semangat bertanya, menjawab pertanyaan, respon, serta kedisiplinan siswa dari siklus I sampai dengan siklus III.
55
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam penelitan di bab depan, banyak hal baru yang diperoleh peneliti yang berkaitan erat dengan media pembelajaran serta peningkatan hasil pembelajaran. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar tiap siklusnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diadakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Tingkat Motivasi a. Keaktifan bertanya siswa meningkat . 1) Siklus I menunjukkan prosentase keberhasilan 28,5% 2) Siklus II menunjukkan prosentase keberhasilan 47,6% 3) Siklus III menunjukkan prosentase keberhasilan 80,9 % b. Keaktifan dalam menjawab pertanyaan meningkat. 1) Siklus I menunjukkan prosentase keberhasilan 52,4% 2) Siklus II menunjukkan prosentase keberhasilan 76,2% 3) Siklus III menunjukkan prosentase keberhasilan 95,2% c. Kedisiplinan dalam pembelajaran meningkat. 1) Siklus I menunjukkan prosentase keberhasilan 61,9% 2) Siklus II menunjukkan prosentase keberhasilan 85,8%
56
56
3) Siklus III menunjukkan prosentase keberhasilan 90,5% d. Respon yang diberikan terhadap pembelajaran. 1) Siklus I menunjukkan prosentase keberhasilan 71,4% 2) Siklus II menunjukkan prosentase keberhasilan 81% 3) Siklus III menunjukkan prosentase keberhasilan 100 2. Hasil Belajar a. Prosentase siswa lulus KKM Siklus I adalah 61,9% b. Prosentase siswa lulus KKM Siklus II adalah 76,2% c. Prosentase siswa lulus KKM Siklus III adalah 90,5%
B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari uraian yang telah dituangkan sebelumnya agar penggunaan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar IPS bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut : 1. Dalam melaksanakan pembelajaran IPS yang menggunakan multimedia membutuhkan persiapan yang cukup banyak dari pengajar, diawali dari niat untuk belajar menggunakan komputer, mencari bahan yang hendak ditayangkan dalam layar proyektor, dan memadukan dengan metode atau pengelolaan kelas yang baik. Dengan demikian akan diperoleh hasil yang optimal. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sangat diharapkan bagi guru untuk menggunakan media yang ada disekitar lingkungan sekolah yang dapat
mendukung jalannya pembelajaran serta menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa tidak jenuh. 3.
Dikarenakan penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas IV SDN Bener 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, sangat diharapkan ada penelitian pada kelas lain, atau dengan mata pelajaran yang berbeda untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Pada sekolah yang berbeda disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dikarenakan perbedaan situasi sekolah dan kondisi siswa dapat menyebabkan hasil penelitian yang berbeda.
58
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar, 2003, Media Pengajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2002, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta. Diknas Kabupaten Semarang. 2007. KTSP SDN Bener 01, UPTD Pendidikan Kecamatan Tengaran. Jakarta. Dharma Bakti. (http://wap.google.comgwt/x?oe=UTF-8&q=pengertian+belajar+berdasarkan+ hadits (http://wap.google.com/m?q=pengertian+multimedia Selasa, 23 April:2009 11:06 am) http://webgw67.mobile.sp1.yahoo.com/w/search?p=penulisan+ptk+mgmp+kendal&s ubmit=oneSearch&.intl=ID&.lang=id&.tsrc=yahoo&.sep=fp&.ysid=bY9joz2 vuhhUdRk606jkqA- Kartawijdjaja, 1987. Metode dan Evaluasi Mengajar, Jakarta: Depdikbud Nasution, S, 2000, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: Remaja Rosdakarya. Pasaribu, Dra. I.L. dan Drs. B. Simandjutak, S.H, 1983, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Tarsito Purwanto, Ngalim, 1999, Psikologi Pendidikan, Cet. XV, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sadiman, Arif, dkk.,1997. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sagala, Dr.H.Syaiful, 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: CV Alfabeta. Sapriati, Amalia. 2008. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, Surayin, 2001, Kamus Umum Bahasa Imdonesia, Bandung: Yrama Widya. Syah, Muhibbin , 1999. Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.