PENGENDALIAN SISTEM PEMANAS AIR BERTENAGA LISTRIK DENGAN PENGENDALI PID DAN PENGENDALI MIKRO AT89S51 Sujono Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Budi Luhur Jl. Ciledug Raya Petukangan Utara Jakarta Selatan 12260
E-mail :
[email protected] Abstract— In this paper will be discussed about heating of water with electrical heater. Heating the water happened by flowing heat energy result of electrical energy conversion. Water temperature control result is done by arranging number of electric energies converted to become heat and poured into in water. Arrangement of the electric energy is done by the way of dismemberment (chopping) voltage signal passed to element heater. Source voltage chopper network for heater is made with principal components in the form of triac Q40006L4. As temperature sensor from heated water, applied LM35DZ measuring up to linear so that would more easily in operation. Controller PID applied is made from network op-amp configuration to become proportional amplifier, integrator and differentiator. Key Words—Chopping, Q40006L4, PID.
suhu pada sistem pemanas air bertenaga listrik (electric water heater). Bekerjanya sistem
mikrokontroler
K besar
saat
ini
memberikan peran yang sangat dalam
kehidupan
AT89C51
yang
mikro standar
industri
didapatkan
dan
mudah
pasaran[1].
Pengendalian
di
temperatur
melalui pengendali PID (Proportional Integral Derivative) dilakukan dengan set point temperatur air sebesar 50° C. II.
SISTEM PEMANAS AIR BERTENAGA LISTRIK (ELECTRIC WATER HEATER) Sistem
otomatis
dengan
merupakan pengontrol
I. PENDAHULUAN ontrol
dikendalikan
untuk
pemanas
memanaskan
air
berfungsi
air
dengan
menggunakan elemen pemanas bertenaga
manusia.
listrik. Temperatur air hasil pemanasan
Beberapa di antaranya adalah otomatisasi
akan sebanding dengan jumlah energi
pada sistem robot, pengendalian suhu,
listrik yang dipasok ke sistem dan
pengaturan
dikonversi
kelembaban
udara
dalam
menjadi
energi
panas.
sebuah ruangan, dan lain sebagainya
Pengendalian temperatur hasil pemanasan
untuk mendukung jalannya proses yang
dilakukan dengan cara mengatur atau
ada di industri.
memanipulasi jumlah pasokan daya listrik
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang perancangan suatu pengendalian
yang diberikan ke elemen pemanas (heater).
Pengendalian Sistem Pemanas Air Bertenaga Listrik Dengan Pengendali PID & Mikon AT89S51
35
2
1
akan,
penguat. Dalam hal ini rangkaian penguat
dilakukan
tegangan yang digunakan adalah dengan
pengendali
op-amp LF356N. Rangkaian lengkap
Proporsional Integral dan Derivative
seperti disajikan pada Gambar 2 berikut
(PID) dan pengendali mikro AT89S52.
ini.
pengendalian
ini
3
tulisan
4
Dalam
temperatur D
3
7
2
653FL 1 CI
CCV2
7
K1 51 R
6
53 ML uhuSr os ne S
3
K1 11 R
6
K1 21 R
4 1
5
5
K22 31 RV
1
4 1
2 V51K22 11 RV
V51-
TUOV
C
3 DNG
653FL 2 CI
D I PeK 9080 CDAe K
V5+
1.
K1 31 R
adalah sebagaimana terlihat pada Gambar
V51+
Blok Diagram sistem secara lengkap
K1 61 R
memanaatkan
V51+
dengan
Fu 1 1C
V51+ V51+ K01 21 RV
+ _
PID
Switcher
Heater
Gambar 2. Rangkaian Penguat Tegangan Keluaran Sensor Suhu[2] Rangkaian penguat terdiri dari dua
B
tingkat ADC
Penguat
yang
menghasilkan Gambar 1. Blok Diagram Sistem Pengendali Pemanas Air Bertenaga Listrik
difungsikan untuk
ini,
tegangan
analog
hasil
sensor suhu LM35DZ. Vr1.1 dan Vr 1.3.
keypad
memasukkan nilai
display
1
sedangkan
akan
penguatan terhadap tegangan keluaran
setpoint untuk suhu hasil pemanasan yang diinginkan,
masing
untuk
berfungsi untuk kalibrasi besarnya faktor penguatan dari masing-masing tingkat penguat. Besarnya penguatan tiap tingkat rangkaian penguat adalah: 2
sistem
A
Pada
masing
Sensor
3
DAC
4
Pengendali Mikro
Keypad
K5 71 R
Display Suhu
menampilkan nilai setpoint dan nilai A V1
aktual dari suhu hasil pemanasan. A.
Pendeteksi Suhu Air Pendeteksi
suhu
air
ini memiliki lionearitas tegangan keluaran terhadap kenaikan suhu yang dideteksi kenaikan
tegangan
keluaran
sebesar 10 mV/OC. Dengan demikian tegangan keluaran sensor terlalu kecil dan diperlukan suatu rangkaian pengkondisi sinyal
tegangan
berupa
rangkaian
36 Arsitron Vol. 1 No. 1 Juni 2010
...(1)
yang
digunakan adalah LM35DZ. Komponen
dengan
R VR 12 dan A V 2 17 R 15 R 11
B. Peubah Analog ke Digital (A/D Converter) 0809 Tegangan rangkaian
analog
penguat
keluaran
harus
dari
dikonversi
menjadi sinyal digital agar dapat diproses oleh pengendali mikro dan ditampilkan pada rangkaian display sebagai nilai suhu air aktual. Rangkaian lengkap ADC 0809 Fakultas Teknik Universitas Budi Luhur
6
4
3
2
ini.
sebagai berikut:
NOKI MEK LATI GI DT UPT UO
V( ketelitian )
Re solusi x Vref maks
...(2)
28 1
8 7 6 5 4 3 2 1
4047 A2 CI
C T NI 2. 3P
Untuk resolusi = 1 dan tegangan R W6. 3P
2
1 CI 71 41 51 8 81 91 02 12
1 1
0. 3P
6 4
DR7. 3P
dari ADC tersebut adalah:
82
2- NI
1- NI 3- NI
COE 5- NI C- DDA B- DDA A- DDA
6- NI 7- NI
22
1 2 3 4 5
ELA
01 6 9
KCOLC TRATS ELBANE
5 2047 B3 CI
72 r os neSt a ugneP nara ul e Kir a D 62
0- NI 4- NI
7 32 42 52
2047 A3 CI
3
8- 2bsl 7- 2 6- 2 5- 2 4- 2 3- 2 2- 2 1- 2bs m
2
referensi Vref = 5 Volt, maka ketelitian
)-(fer 9080 CDA ) +(fer
2047 D3 CI
61 V5+ 21 2047 C3 CI
11
31
9 91 R
011 R
K1
K1
1X
R033 81 R
z Hk 554
Gambar 3. Rangkaian A/D Converter
1x5 19.6078431 Volt 28 1 ...(3)
0809 Proses
ADC 0809 memiliki 8 saluran masukan
analog
yang
dapat
perintah
diatur
konversi start
dilakukan yaitu
logika
setelah HIGH
elti T
saluran
diberikan pada kaki START (kaki no 6).
masukan analog yang ingin digunakan
Sedangkan hasil konversi dikirimkan ke
r eb mu N
6 : y B n war D f o t ee hS
HCS. 9080\ 1~ET AEH3\: D 8002-r p A- 91
B ezi S
: eli F : et a D
5
4
Pemilihan
noi si ve R
pemakaiannya.
3
2
mengatur
Tri State Output Latch Buffer yang
kombinasi bit pada ADD C, ADD B dan
kompatible dengan level tegangan TTL,
ADD A.
yaitu sebuah buffer penahan yang bersifat
dapat
dilakukan
dengan
tingkat dimana tingkat pertama terjadi Tabel 1. Kombinasi Bit Untuk Pemilihan Saluran Masukan ADC0809 Saluran Masukan Yang digunakan
IN-0 IN-1 IN-2 IN-3 IN-4 IN-5 IN-6 IN-7
Alamat ADD B L L H H L L H H
ADD C L L L L H H H H
ADD A L H L H L H L H
pada saat data hasil konversi masuk ke input dari bagian ini. Tingkat kedua saat data tersebut di latch ke dalam buffer internal dan ketiga adalah saat sinyal ENABLE yang berlogika 1 diberikan ke kaki ENABLE (kaki no 9) sehingga data yang ada dalam buffer internal dikirim ke bagian output (MSB 2-1 ... LSB 2-8).
Ketelitian sinyal
analog
memberikan
dalam dapat
nilai
mengkonversi diatur
tegangan
Setelah konversi selesai, maka kaki End
dengan
Of Conversion (EOC) akan mengeluarkan
referensi
sinyal berlogika LOW, selanjutnya agar data hasil konversi tersebut dapat diakses
Pengendalian Sistem Pemanas Air Bertenaga Listrik Dengan Pengendali PID & Mikon AT89S51
37
A
CCV 8
01 21
V( ketelitian )
B
1
(Vref) dan secara matematis dinyatakan
D
5
yang digunakan seperti Gambar 3 berikut
1
oleh
pengendali
mikro
maka
paad
diinginkan
dapat
diatur
dengan
masukan RD harus diberikan sinyal
melakukan penalaan terhadap nilai Vr2.1.
berlogika LOW yang akan diteruskan ke
Besarnya tegangan keluaran mengikuti
ENABLE.
persamaan :
C. Peubah Digital ke Analog (D/A
Vout Vref x
Converter) 0800 Peubah digital ke analog digunakan untuk
mengkonversi
sinyal
digital
Vref = tegangan referensi skala batas atas
akan dibuat, setpoin diberikan dalam digital,
sehingga
...(4)
dimana :
menjadi sinyal analog. Pada sistem yang
bentuk
Y 256
Y
sebelum
D.
= masukan digital Pengendali Proporsional Integral
diumpankan ke pengendali PID, terlebih
dan Diferensial (PID)
dahulu harus dikonversi menjadi sinyal
Pengendali PID yang digunakan
merepresentasikan
nilai
3
2
diinginkan.
1
Rangkaian
blok diagram seperti pada Gambar 5.
lengkap D/A Converter 0800 secara
Pengendali ini akan mengolah sinyal
lengkap seperti disajikan dalam Gambar 4
masukan yaitu berupa nilai setpoint suhu
berikut ini.
yang diinginkan dan nilai suhu aktual
D
yang
4
setpoint
adalah memiliki struktur paralel dengan 5
yang
6
analog
yang terjadi. Selisih antara kedua nilai 7 K4 82 R
tersebut akan diolah untuk menentukan V21+ V51-
V51+
023 42 R
sistem pemanas. Pengendali PID memiliki
1 4
K22 22 V 2
6 B 0080 CAD 5B 1 CI )-(fr V 4B 3B ) +(fr V 2B 1 Bbs m t uoI t uoI cl V 3 -V
8 Bbsl 7B
P MOC
2 4
6 3 V51+
41
DI Pt upnI e K
653FL 2 CI
7
8 21 7 11 6 01 5 9 4 8 3 7 2 6 1 5 ti B 8 nI l ati gi D 1J
+V31
C
5
sinyal kendali yang harus diberikan ke
tiga parameter utama yaitu nilai Kp, Ti dan Td yang harus dipilih secara tepat sehingga
sistem
pengedalian
dapat
51 K01 12 RV
1 61
V51+
7 K4 62 R
Fn 001 42 C MHO 022 52 R
bekerja dengan optimal.[3]
Fn 001 52 C
V51-
B
Gambar 4. D/A Converter 0800 P Setpoint
Agar didapatkan tegangan keluaran
+
I -
+
+ Output
+
dengan kisaran antara 0 V sampai dengan
D
Vref maka pada kaki 3 IC op-amp
Feedback
A
elti T
LF356N dihubungkan dengan ground.
ezi S
: eli F : et a D B
5
4
3
2
38 Arsitron Vol. 1 No. 1 Juni 2010
yang
HCS. 0080\ 1~ET AEH3\: D 8002-r p A- 91
keluaran
Paralel
6 : y B n war D f o t ee hS
tegangan
r eb mu N
atas
noi si ve R
Batas
Gambar 5. Pengendali PID Struktur Fakultas Teknik Universitas Budi Luhur
1
2
struktur
3
1
PID
paralel
2. Bagian Penguat Proporsional Pada
memiliki 4 bagian utama yaitu bagian pembanding,
penguat
Pengendali PID
proporsional,
Pada
dasarnya
pengendali
integrator, diferensiator dan penjumlah.
proportional
1.
penguat tegangan. Rangkaian penguat
Bagian
Pembanding
4
Pengendali
Pada
tegangan
D
Pengendali PID Bagian pembanding berfungsi untuk
merupakan
yang
rangkaian
difungsikan
sebagai
pengendali proportional adalah seperti
membandingkan masukan nilai setpoint
pada Gambar 7 berikut ini.
dengan masukan nilai aktual. Dari hasil
4
K01 34 RV 4 1
K001 24 RV
BUSt upt u Oir a D
2
C
suhu yang terjadi. Bagian pembanding tersebut dibuat denga penguat op-amp dan
6 3 7
dikondisikan sedemikian rupa sehingga
K01 44 R
memiliki faktor penguatan sebesar 1 kali.
V51+
Rangkaian lengkapnya adalah seperti ada gambar 6.
Gambar 7. Penguat Proportional dengan Op-amp TL071
1 3K40R V51-
Besarnya faktor penguatan tegangan
B
menyatakan nilai parameter pengendali
5
l a noi sr opor P e K
4 1
K01 14 RV 2 r ot ar get nI e K
K01 14 R t ni opt e S
6 3 170LT 14 CI
7
5
2
nilai suhu yang diinginkan dengan nilai
170LT 14 CI
3
besarnya perbedaan yang terjadi antara
MUS e K
menunjukkan
V51-
yang
nilai
5
(error)
didapatkan
6
selisih
akan
K001 34 R
pembandingan
propotional (Kp). Keluaran rangkaian pengendali proportional akan diumpankan ke
rangkaiana
penjumlah
untuk
K01 44 R
e vit a vire De K
dijumlahkan dengan keluaran pengendali
kcabdee F K01 24 R
V51+
integral dan diferensial. Gambar 6. Bagian Pembanding Pada Pengendali PID Struktur Paralel Besarnya tegangan keluaran dari bagian pembanding tersebut adalah:
Kp Av 3.
Bagian
Vout R 43 Vin VR42
Penguat
...(6)
Integral
Pada
Pengendali PID Bagian ini akan melakukan operasi integral
secara
matematis
terhadap
3
...(5) 2
1
Pengendalian Sistem Pemanas Air Bertenaga Listrik Dengan Pengendali PID & Mikon AT89S51
4
Vout Vin setpo int Vin feedback
39
A
4
3
menghasilkan
sinyal
keluaran. Sehingga jika sinyal masukan
4. Bagian Penguat Differensiator Pada
bernilai konstan, maka keluarannya akan
Pengendali PID
berbentuk lereng (ramp) secara linier. integral
yang
2
penguat
akan melakukan operasi diferensial secara 3
1
Rangkaian
Bagian penguat differensiator ini
dimaksud adalah seperti pada Gambar 8
matematis
terhadap
masukan
berikut ini.
menghasilkan sinyal keluaran. Sehingga
untuk
jika sinyal masukan bernilai konstan,
Fu 022 14 C
maka keluarannya akan berbentuk lereng
D
K001 34 R
(ramp) secara linier. Rangkaian penguat
V51-
integral yang dimaksud adalah seperti pada Gambar 9 berikut ini.
5
4 1
K01 34 RV K001 24 RV
BUSt upt u Oir a D
2
K001 64 RV
MUS e K
V51-
170LT 14 CI
5
4 1
K01 74 RV Fu 22 24 C 2
C
V51+
BUSt upt u Oir a D
6
K1 84 R
3 7 K1 014 R
amp TL071
170LT 14 CI
2 K8 94 R
3
Gambar 8. Penguat Integral dengan Op-
MUS e K
6 7
4
2
untuk
5
masukan
V51+
Gambar 9. Penguat Differensiator dengan Op-amp TL071
Tegangan keluaran penguat integral merupakan hasil operasi intagrel terhadap
Tegangan keluaran dari rangkaian
sinyal tegangan masukan. Persamaan B
matematis operasi integral tersebut adalah
penguat differensiator tersebut adalah
sebagai berikut.
merupakan
hasil
operasi
differensial
terhadap sinyal tegangan masukan dengan persamaan matematis sebagai berikut:
t
1 Vout ( t ) VR44 xC41
dVin ( t )dt ...(7)
0
Vout ( t ) VR46 x C42
dVin ( t ) dt elti T
A
3
Fakultas Teknik Universitas Budi Luhur
4
3
2
1
40 Arsitron Vol. 1 No. 1 Juni 2010
4
= periode integrasi
5
dt
: eli F : et a D
= tegangan masukan
B ezi S
Vin(t)
HCS. L RGTNI\ 1~ET AEH3\: D 8002-r p A- 91
...(8)
r eb mu N
dimana :
2
dimana :
Tegangan keluaran dari rangkaian
dVin(t)= perubahan tegangan masukan dt = selang waktu yang terjadi
penguat penjumlah tersebut adalah sesuai dengan persamaan berikut ini.
5. Bagian Penguat Penjumlah Pada Pengendali PID
R R R Vout 414 Vin( P ) 414 Vin( I ) 414 Vin( D ) R412 R413 R411
...(10)
Bagian penguat penjumlah ini akan memiliki fungsi utama yaitu sebagai operasi
Jika dipilih tahanan yang nilainya sama
penjumlahan) secara matematis terhadap
yaitu R411 = R412 = R413 = R414 = 10 k,
masukan
untuk
maka tegangan keluarannya adalah:
keluaran.
Sinyal
bagian
dari
menghasilkan tegangan
keluaran
sinyal
masukan
masing-masing
proporsional,
integral
differensiator.
Keluaran
penjumlahan
dari
Vout Vin( P ) Vin( I ) Vin( D ) ...(11)
dan
hasil
proses
3
rangkaian
ini
4
berasal
(melakukan
5
penjumlah
Yaitu merupakan hasil jumlahan dari
merupakan sinyal kendali yang utuh
tegangan masukan.
sebagai hasil akhir dari pemrosesan
E.
Rangkaian Sulut (Trigger) pada
terhadap masukan utama pengendali yaitu
Saklar
Elektronik
Untuk
sinyal setpoint dan umpan balik.
Pengaturan Daya Pada Heater
Rangkaian penguat integral yang
Rangkaian ini berfungsi sebagai catu
dimaksud adalah seperti pada Gambar 10
daya pada kaki gate daripada triac
berikut ini.
Q4006L4 yang digunakan sebagai saklar elektronik untuk mengatur besarnya daya K01 414 R
listrik
yang
diberikan
pada
elemen
V51-
pemanas listrik (Electrics Heater). Triac K01 84 RV 5
K01 114 R 2
K01 214 R
6 V5 1Z
170LT 14 CI
3 7
yang
digunakan
memiliki
kapasitas tegangan kerja sebesar 198 Volt MWP e K
P ORPt upt u Oir a D
4 1
Q4006L4
K1 514 R
K01 314 R
TNI t upt u Oir a D FI Dt upt u Oir a D
V51+
Gambar 10. Rangkaian Penguat Penjumlah dengan Op-amp TL071
DC. Elemen pemanas sebagai beban listrik untuk memanaskan air memiliki tahanan dalam sebesar 51 ohm. Berikut ini adalah gambar rangkaian sulut yang dimaksud di atas.
Pengendalian Sistem Pemanas Air Bertenaga Listrik Dengan Pengendali PID & Mikon AT89S51
41
2
D D
8 7 6 5 4 3 2 1 0 0 8 0 C ADt u pnI e K 2J
K01 124 R
COE Fu 1 3C
1X
Fp 0 3 1C
5
4 1
4 1
5
MUSt upt u Oir a D
K1 814 R
7 K1 224 R
K1 714 R
3 7
653FL 74 CI
K01 024 R K01 314 RV
V51+
K1 1R
2X 91 z H M2 1 1X Fp 0 3 2C
B
Gambar 11. Rangkaian Sistem Minimum Pengendali Mikro AT89S51 G. Diagram Alir Program A
noi si ve R
Untuk
bisa
berfungsi
sebagai
: y B n war D f o t ee hS
r eb mu N
elti T ezi S B
HCS. MWP\ 1~ET AEH3\: D 8002-r p A- 91
pengatur seluruh kinerja sistem, maka 6
: eli F : et a D 5
4
3
Keluaran data digital akan digunakan
pengendali
masing-masing
diprogram. Diagram alir perangkat lunak
tampilan
nilai
A
setpoint dan nilai ektual daripada suhu, 1
mikro adalah sebagaimana tercantum pada tabel 2. Tabel 2. Penggunaan Port Input-Output Pengendali Mikro No Pin
IN/OUT
Port
10
Output
P3.0
16
Output
P3.6
17
Output
P3.7
32 s/d 39
Output
P0.0 s/d P0.7
12
Input
P3.2
21 s/d 28
Input
P2.0 s/d P2.7
START 2
penggunaan port input-output pengendali
harus
yang digunakan adalah sebagai berikut.
masukan bagi DAC0800, dan sinyal kendali jalannya ADC0809. Secara rinci
tersebut
3
untuk
mikro
Inisialisasi : - Tampilan AWAL 0000 - Isi nilai setpoint = 50
Baca Suhu Aktual : - ADC start konversi - Tunggu EOC - Ambil hasil Konversi
Keterangan Pemilih mode kerja (RD/WR) pada ADC0809 Bit Kendali WR bagi ADC0809 Bit Kendali RD bagi ADC0809 Data Digital masukan bagi DAC0800 Bit Tanda Akhir dari Proses Konversi ADC0809 Data Digital Hasil Konversi ADC0809
42 Arsitron Vol. 1 No. 1 Juni 2010
Baca Suhu Aktual : - ADC start konversi - Tunggu EOC - Ambil hasil Konversi
Koreksi Tampilan Aktual : - Ambil Data Tampilan dari Database - Tampilkan ke Display
Koreksi Sinyal Kendali : - Koreksi Data Digital 8 bit masukan DAC sebagai kata kendali untuk mengatur daya Heater
Gambar 12. Diagram Alir Perangkat Lunak Fakultas Teknik Universitas Budi Luhur
4
2
6 V51+
V51+
V5 +
9 81
K1 714 R
Masukan 0809.
NESP EL A PP V
653FL 84 CI
DR RW
9 0 80 CDAt u Oir a D 1J
C
K01 914 R
3
Fu1. 0 34 C
jalannya
ADC
TBS R
4L6004 Q 1 RT
2 6
dari
92 03 13 V5 +
K1 714 R K1 714 R
n oit cel e S DR/ R W
V51-
berasal
2P 2P 2P 2P
71 61 51 41 31 21 11 01
K01 414 RV
RET AEH 2 1J 1
V51+ K01 114 RV
eksternal
3P 3P 3P 3P 3P 3P 3P 3P
Dat a D Dat a D Dat a D Dat a D
K01 214 RV
V51-
ada.
7. 6. 5. 4. 3. 2. 1. 0.
A5 1F
yang
2P 1598 2 P 1 CI 2P 2P
V51+
proses
ST89S51
mengatur
0. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
yal psi yal psi yal psi yal psi
V891+
seluruh
untuk
12 22 32 42 52 62 72 82
AT AD HCT AL AT AD HCT AL AT AD HCT AL
digunakan
mikro
8 7 6 5 4 3 2 1
8 7 6 5 4 3 2 1
Pengendali
7. 1 P 6. 1 P 5. 1 P 4.C1 P 3. 1 P 2. 1 P 1. 1 P 0. 1 P
89S51
0P 0P 0P 0P 0P 0P 0P 0P
Rangkaian Pengendali Mikro AT
7. 6. 5. 4. 3. 2. 1. 0.
F.
23 33 43 53 63 73 83 93
Gambar 11. Rangkaian Sulut Pada Saklar Elektronik dengan Triac Q4006L4
2
B.
III. HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA
Heater
Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian
rangkaian
sensor
Pengujian Rangkaian Sulut dan Sebagai
Plan
Yang
Dikendalikan
suhu,
pengujian rangkaian plan yang mencakup
Pada sistem ini rangkaian sulut dan
rangkaian sulut dan heater, dan pengujian
heater merupakan bagian dari sistem
sistem secara keseluruhan.
keseluruhan yang berfungsi sebagai plan.
A. Pengujian Rangkaian Sensor Suhu
Bagian ini menerima masukan masukan
Pengujian rangkaian sensor suhu
(MV=Manipulated
Variable)
berupa
dilakukan dengan melakukan pengamatan
tegangan trigger bagi rangkaian sulut.
dan
tegangan
Keluaran (PV=Process Variable) dari
keluaran terhadap setiap perubahan suhu
bagian ini adalah suhu air hasil dari
yang
proses pemanasan oleh heater.
pengukuran
terjadi.
besarnya
Hasil
pengujian
yang
didapatkan adalah seperti pada Gambar 13. Input (MV)
Output (PV)
F(s)
Grafik Tanggapan Sensor Terhadap Perubahan Suhu
1200
Gambar 14. Blok Diagram Plan
Vout (Volt)
1000 800
Pengujian
600
dilakukan
dengan
memberikan perubahan tegangan trigger
400
masukan kemudian diamati tegangan
200
keluaran
0 0
50
100
150
Suhu (Derajat Celcius)
Gambar 13. Grafik Tanggapan Sensor Suhu LM35DZ terhadap Perubahan Suhu
sensor
suhu
merepresentasikan
nilai
pemanasan
heater.
oleh
yang
suhu
hasil
Perubahan
tersebut diberikan secara step. Waktu pengamatan dilakukan dengan jeda waktu
Pengujian dilakukan untuk suhu
(sampling time) 1 menit.
Pengujian
30OC sampai dengan 96OC. Dari hasil
dilakukan dengan 2 jenis perubahan level
pengujian
tegangan trigger yang berbeda yaitu dari
tersebut
menunjukkan yang
0 ke 2 volt dan dan dari 0 ke 1 volt.
digunakan. Hal ini akan memudahkan
Grafik hasil pengujian yang didapatkan
dalam pengendalian sistem.
adalah seperti pada Gambar 15 dan 16.
kelinieran
dari
sensor
suhu
Pengendalian Sistem Pemanas Air Bertenaga Listrik Dengan Pengendali PID & Mikon AT89S51
43
700 Tegangan Keluaran Sensor LM35DZ (mVolt)
Tegangan Output Sensor LM35DZ (mVolt)
1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
600
500
400
300
200
100
0 0
50
100
150
200
0
20
40
Waktu (menit)
Gambar 15. Grafik Respon Rangkaian Plan (Rangkaian Sulut dan Heater) Untuk Tegangan Trigger berubah dari 0 ke 2 Volt. Dari hasil pengujian yang pertama (tegangan sulut sebesar 2 Volt) nampak bahwa tegangan keluaran sensor suhu LM35DZ tidak bisa mencapai 1000mV (ekivalen dengan suhu 100OC). Walau ditunggu sampai 170 menit tegangan maksimal keluaran sensor suhu hanya mencapai 872mV (ekivalen dengan suhu 87OC). Hal ini menunjukkan bahwa untuk level tegangan trigger 2 volt, plan hanya mampu melakukan pemanasan air sampai suhu sekitar 87OC. Untuk pengujian kedua dilakukan dengan tegangan trigger sebesar 1 volt kemudian dilakukan pengamatan dengan cara yang sama dan didapatkan hasil seperti pada Gambar 16.
60
80
100
120
Waktu (menit)
Gambar 16. Grafik Respon Rangkaian Plan (Rangkaian Sulut dan Heater) Untuk Tegangan Trigger berubah dari 0 ke 1 Volt. Dari hasil pengujian yang kedua (tegangan sulut sebesar 1 Volt) nampak bahwa tegangan keluaran sensor suhu LM35DZ juga tidak bisa mencapai 1000 mV (ekivalen dengan suhu 100 Walau
ditunggu
sampai
102
O
C).
menit
tegangan maksimal keluaran sensor suhu hanya
mencapai
656
mV
(ekivalen
O
dengan suhu 65 C). Hal ini menunjukkan bahwa untuk level tegangan trigger 1 volt, plan hanya mampu melakukan pemanasan air sampai suhu sekitar 65 OC. Dari kedua gambar tersebut diatas menunjukkan bahwa plan bersifat self regulated dan open loop stable. Dimana ketika diuji secara open loop, memberikan tanggapan yang stabil dengan sendirinya walau diperlukan waktu yang relatif lama. Hal ini dikarenakan proses pemanasan air tidak mungkin dilakukan secara instan.
44 Arsitron Vol. 1 No. 1 Juni 2010
Fakultas Teknik Universitas Budi Luhur
Hasil pengujian ini akan digunakan
yang pertama dipilih pada titik dimana
untuk menentukan parameter fungsi alih
keluaran plan berada pada level 63.2 %
yang merepresentasikan dinamika sistem
dari keluaran steady state. Titik kedua
tersebut. Dari kedua hasil pengujian
dipilih pada titik dimana keluaran plan
tersebut diatas dipilih hasil pengujian
berada pada level 28.3 % dari keluaran
pertama dengan tegangan trigger 2 volt
steady state. Berdasarkan hal tersebut
yang akan digunakan untuk identifikasi
maka didapatkanlah titik ujinya yaitu
fungsi alih plan tersebut.
seperti Gambar 18.
IV. IDENTIFIKASI FUNGSI ALIH
dengan asumsi bahwa fungsi alih plan tersebut merupakan fungsi orde satu dengan waktu tunda dengan bentuk umumnya adalah sebagai berikut:
K F( s ) e t d .s .s 1
Tegangan Output Sensor LM35DZ (mVolt)
1000
Identifikasi fungsi alih dilakukan
900 800 700
(46.5 ; 651.2)
600 500
(19.4 ; 441.8)
400 300 200 100 0
...(12)
0
50
100
150
200
Waktu (menit)
dimana: K
= proses Gain
td
= waktu tunda
= konstanta waktu yaitu besarnya
Gambar 17. Identifikasi Fungsi Alih Titik uji pertama: t1 = 19.4 menit Titik uji kedua: t2 = 46.5 menit
waktu yang dibutuhkan hingga keluaran plan mencapai 63.2 % dari keluaran steady state s
dilakukan
dengan
maksud untuk menentukan nilai–nilai dari parameter K, td dan yang mewakili dinamika plan tersebut. Dalam tulisan ini metode yang digunakan untuk identifikasi adalah
metode
smith.
parameter plan td dan dapat ditentukan sebagai berikut:
= variabel laplace Identifikasi
Berdasarkan metode smith maka
Metode
ini
=
3 3 ( t 2 t1 ) = ( 46.5 19.4 ) = 41.25 2 2
dan waktu tundanya: td = t 2
= 46.5 – 41.25 = 5.25
menit Parameter
K
ditentukan
dari
dilakukan dengan menentukan 2 titik uji
perbandingan antara perubahan keluaran
dari
saat steady state dengan perubahan
grafik
respon
plan
terhadap
masukan yang diberikan. Dari pengujian perubahan masukan secara step. Titik uji Pengendalian Sistem Pemanas Air Bertenaga Listrik Dengan Pengendali PID & Mikon AT89S51 45
yang dilakukan pada saat tegangan trigger
mencapai output steady state sebesar 32
diberikan,
LM35DZ
menit dihitung sejak perubahan setpoint
berada pada nilai 272 mV. Setelah
diberikan. Output steady state masih
tegangan
keluaran
mengalami osilasi walaupun tidak terlalu
sensor menjadi 872 mV pada saat steady
besar. Lambatnya respon sistem bisa
state.
masukan,
dikarenakan beberapa faktor antara lain
perubahan diberikan dari 0 menjadi 2
setting parameter pengendali PID yang
volt. Dengan demikian dapat ditentukan
belum optimal, kapasitas elemen pemanas
besarnya parameter K sebagai berikut ini.
(heater) atau kondisi lingkungan sekitar
PV 0.872 0.272 0.600 0 .3 MV 20 2
yang turut mempengaruhi kinerja sistem
K
keluaran
trigger
sensor
diberikan
Sedangkan
untuk
pemanas ini.
Dengan demikian fungsi alih dari plan adalah :
600
V.
0 .3 e 5.25 s 41.25 s 1
PENGUJIAN SISTEM KESELURUHAN DENGAN PENGENDALI PID
500 Vout Sensor Suhu (mV)
F( s )
400
300
200
100
0 0
20
yang telah dibahas sebelumnya, maka
60
80
100
Waktu (menit)
Berdasarkan parameter fungsi alih orde satu dengan waktu tunda seperti
40
Gambar 18. Tanggapan Sistem Yang Dikendalikan Dengan PID Saat Diberikan Perubahan Setpoint menjadi 50OC
dapat ditentukan parameter pengendali PID dengan metode Quarter Decay Ratio. Dengan
metode
tersebut
didapatkan
parameter pengendali proporsional Kp = 4.46 , parameter integral Ti = 8.86 dan parameter pengendali differensial Td = 0.808. Dengan setting PID tersebut dilakukan
simulasi
sistem
secara
keseluruhan seperti Gambar 19.
VI. KESIMPULAN Dari
pembahasan
dilakukan sebelumnya
yang dapat
telah diambil
kesimpulan sebagai berikut: 1. Sensor
suhu
LM35DZ
memiliki
respon yang linear dimana tegangan keluaran berbanding lurus dengan suhu.
Dari Gambar 19 nampak bahwa respon sistem sangat lambat, terlihat dari waktu yang dibutuhkan sistem untuk 46 Arsitron Vol. 1 No. 1 Juni 2010
Fakultas Teknik Universitas Budi Luhur
2. Rangkaian sulut dan heater sebagai
[4]
Ogata,
Katsuhiko,
“Teknik
plan yang dikendalikan memiliki sifat
Kontrol Automatik”, Terjemahan
self regulated dan open loop stabil.
Ir, Edi Laksono, Erlangga, Jakarta,
3. Plan yang dikendalikan bisa dianggap sebagai sistem orde satu dengan waktu
1991. [5]
Robert F Coughlin & Fredrick F
tunda dengan parameter K=0.3 ;
Driscoil, “Penguat Operasional
=41.25 dan td=5.25 menit .
dan Rangkaian Terpadu Linear”, Alih Bahasa oleh Herman Widodo
4. Pengendalian plan menggunaka PID
Soemitro, Erlangga, Jakarta, 1983.
dengan parameter Kp=4.46 ; Ti=8.86 dan Td=0.808 menghasilkan respon
[6]
Roger L Tokheim, “Elektronika
sistem yang masih relatif lambat
Digital”, Alih Bahasa oleh Ir.
dimana keluaran baru mencapai titik
Sutisno M.Eng., Jakarta 1995.
kestabilannya dalam kurun waktu sekitar 32 menit. 5. Output steady state masih mengalami O
[7]
Budi Haryo Raharjo, “Simulasi Sistem
Pencelupan
Badan
Mobil
Pada
Kerangka Proses
sedikit osilasi di sekitar 50 C, hal ini
Perakitan Mobil Berbasis Mikro
dimungkinkan seting parameter PID
AT89C51”, Skripsi, Jakarta, 2005.
yang harus ditala ulang.
REFERENSI [1]
Paulus Andi Nalwan, “Panduan Praktis Teknik Antar Muka dan Pemrograman
Mikrokontroler
AT89S51”,
Elekmedia
Komputindo, Jakarta, 2003. [2]
Fredrick W. Hughes, “Panduan Op-Amp,
Elex
Media
Komputindo”. [3]
Jerald G. Graeme & Gene E. Tobey, “Operational Amplifier”. McGraw Hill International Book Company, Singapore, 1981.
Pengendalian Sistem Pemanas Air Bertenaga Listrik Dengan Pengendali PID & Mikon AT89S51
47