ISSN: 2355-5106
Vol 1, No 1
PENGEMBANGKAN ALAT UKUR PENDIDIKAN KARAKTER DAN KEPEKAAN MORAL PARA MAHASISWA STKIP CITRA BAKTI NGADA I Wayan Koyan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi STKIP Citra Bakti Ngada-NTT
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:(1) proses pengembangan alat ukur pendidikan karakter, dan (2) tingkat kepekaan moral para mahasiswa STKIP Citra Bakti Ngada tahun 2013. Penelitian ini tergolong penelitian pengembangan dan deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa STKIP Citra Bakti Ngada tahun 2013. Tehnik sampling yang digunakan adalah simple random sampling.Besarnya anggota sampel penelitian ini adalah 84 orang yang ditentukan dengan menggunakan tabel Krejcie dan Morgan. Untuk mengukur kepekaan moral mahasiswa, digunakan kuesioner tentang “Moral sensitivity or interpreting the situation. Proses pengembangan alat ukur pendidikan karakter dilakukan melalui tahapan penyusunan kisi-kisi, penyusunan instrumen, uji coba, dan validasi instrumen. Kepekaan moral mahasiswa dikumpulkan dengan alat ukur yang telah dikembangkan dan divalidasi. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian berupa (1) langkah-langkah pengembangan alat ukur pendidikan karakter komponen kepekaan moral yang telah divalidasi dan siap digunakan untuk mengumpulkan data kepekaan moral mahasiswa, dan (2) kepekaan moral mahasiswa tergolong pada kategori sangat tinggi. Kata kunci: pengembangan alat ukur dan kepekaan moral
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |1
ISSN: 2355-5106
Vol 1, No 1
THE DEVELOPMENT OF MEASUREMENT TOOLS OF CHARACTERS EDUCATION AND MORAL SENSITIVITY OF THE STUDENTS OF STKIP CITRA BAKTI NGADA Abstract The purposes of this study were (1) to investigate the process of developing Characters education’s measurement tools and (2) to investigate the level of moral sensitivity of the students of STKIP Citra Bakti Ngada in the academic year of 2013. This research belonged to development and descriptive research. The population of this study was the entire students of STKIP Citra Bakti Ngada in the academic year of 2013. The sampling technique used was simple random sampling. The sample was 84 students which were chosen by using Krejcie and Morgan table. To measure the students’ moral sensitivity, questionnaires about Moral sensitivity or interpreting the situation were used. The process of developing the measurement tools of characters education started from constructing blueprint, instrument arrangement, tryout, and instruments validation. The sensitivity of students’ moral was measured by using tools which were developed and validated. The data was analyzed descriptively. The results of the study are (1) the steps of developing measurement tools of characters education and moral sensitivity which have been validated and are ready to be used to collect data about students’ moral sensitivity, and (2) the students’ moral sensitivity was categorized as excellent. Keywords: developing measurement tools and moral sensitivity PENDAHULUAN Pelaksanaan pendidikan karakter sangat penting karena hampir seluruh masyarakat di dunia, termasuk di Indonesia, kini sedang mengalami bermacam-macam masalah moral atau krisis moral, seperti (1) meningkatnya perkelahian remaja, (2) meningkatnya ketidakjujuran, seperti suka nyontek, bolos dari sekolah dan suka mencuri, (3) berkurangnya rasa hormat, (4) meningkatnya kelompok teman sebaya yang kejam, (5) munculnya kejahatan, (6) merosotnya kesopanan, (7) meningkatnya sifat-sifat egois, (8)penyimpangan seksual, (9) perilaku bunuh diri, dan (10) adanya kecenderungan untuk memeras, tidak menghormati peraturan-peraturan dan hukum, serta perilaku menyimpang lainnya (Lickona, 1992). Untuk merespon gejala kemerosotan moral tersebut, telah mendorong minat untuk melaksanakan pendidikan karakter di berbagai negara dan
makin terorganisasi melalui
organisasi seperti: ”The Character Education Partnership, The Character Counts Coalition, and the Communication Network” (Lickona, 1996: 94). Untuk melaksanakan pendidikan karakter yang efektif, paling sedikit terdapat sebelas prinsip yang perlu diperhatikan. (1) Pndidikan karakter hendaknya mengembangkan ”Core Ethical Values” sebagai basis dari karakter yang baik. Dasar pelaksanaan pendidikan karakter berawal dari prinsip-prinsip filosofi, yang secara obyektif menganggap bahwa nilai-nilai etika yang murni atau inti, seperti kepedulian, kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab, dan rasa hormat pada diri sendiri dan orang lain adalah sebagai basis daripada karakter yang baik. (2) Karakter, harus didefinisikan secara komprehensif, termasuk pikiran, perasaan, dan perilaku. Dalam program
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |2
ISSN: 2355-5106
Vol 1, No 1
pendidikan karakter yang umumnya menyentuh ranah afektif, karakter mengandung makna yang lebih luas, meliputi aspek-aspek kognitif, emosi, dan aspek perilaku dalam kehidupan moral. Karakter yang baik terdiri atas pemahaman, kepedulian tentang nilai-nilai etika dasar, dan tindakan atas dasar
nilai-nilai etika yang inti. (3) Pendidikan karakter yang efektif
menuntut niat yang sungguh-sungguh, proaktif dan melakukan pendekatan komprehensif yang dapat memacu nilai-nilai inti pada semua tahap kehidupan sekolah. Sekolah-sekolah dalam melaksanakan pendidikan karakter, perhatikanlah karakter itu melalui lensa moral dan lihat bagaimana sebenarnya segala sesuatu yang berpengaruh terhadap nilai-nilai di sekoah dan karakter para peserta didik. (4) Sekolah harus sebagai ”a caring community”. Sekolah itu sendiri harus menampakkan dirinya sebagai lembaga pendidikan yang memiliki karakter yang baik. Hal ini harus dipacu untuk maju menjadi sebuah mikrokosmos bagi rakyat banyak, menjadi masyarakat yang mantap dan peduli serta kreatif.Sekolah dapat berbuat demikian dengan menjadikan sekolah sebagai masyarakat bermoral yang bias menolong para peserta didik untuk membina rasa kasih sayang dan rasa hormat kepada orang tua, guru, dan orang lain. (5) Untuk mengembangkan karakter, para peserta didik memerlukan kesempatan untuk berprilaku moral. Dalam tata susila seperti pada kawasan intelektual, para peserta didik menjadi pelajar yang konstruktif, mereka belajar dengan baik sambil bekerja. Untuk mengembangkan karakter, mereka memerlukan banyak kesempatan yang bervariasi untuk mengaplikasikan nilai-nilai, seperti tanggung jawab dan kejujuran pada interaksi dan diskusi-diskusi setiap hari. (6) Pendidikan karakter yang efektif harus melibatkan kurikulum akademik yang menantang dan bermakna, yang memperhatikan semua peserta didik dan membantunya untuk mencapai hasil belajar. Pendidikan karakter dan pengetahuan akademik harus disusun secara terintegrasi dan saling mendukung antara yang satu dengan yang lain. (7) Pendidikan karakter hendaknya berupaya untuk mengembangkan motivasi instrinsik para peserta didik. Sebagai peserta didik yang sedang mengembangkan karakter yang baik, mereka harus membangkitkan kemauan kuat dari dalam batin sendiri untuk mengerjakan apa yang menurut pertimbangan moral mereka, adalah benar. Sekolah, khususnya
dalam
menggunakan
pendekatan
disiplin,
harus
berusaha
untuk
mengembangkan kemauan intrinsik terhadap nilai-nilai inti.(8) Staf sekolah (kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai) harus menjadi masyarakat belajar dan bermoral dalam mana semua bagian bertanggung jawab pada pendidikan karakter dan berusaha untuk mengikuti dengan setia nilai-nilai inti yang sama, yang dapat membimbing pendidikan pada para peserta didik. Memperhatikan adanya gejala-gejala negatif tersebut, nilai-nilai apakah yang perlu diajarkan? Dua buah nilai moral utama adalah ”respect and responsibility” (rasa hormat dan tanggung jawab). Di samping itu ada sejumlah nilai yang diajarkan, antara lain: “honesty (kejujuran), fairness (keterkuaan), tolerance (toleransi), prudence (kehati-hatian), selfdiscipline (disiplin diri), helpfulness (membantu dengan tulus), compassion (rasa terharu),
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |3
ISSN: 2355-5106
Vol 1, No 1
cooperation (bekerjasama), courage (keteguhan hati), and host of democratic values” (Lickona, 1991:43-45). Apakah syarat-syarat karakter yang baik? Karakter, berkaitan dengan pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri atas pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan berbuat kebaikan, atau kebiasaan pikiran, kebiasaan perasaan dalam hati, dan kebiasaan berperilaku yang baik. Ketiga hal inilah yang menentukan kehidupan bermoral. Komponen-komponen karakter yang baik adalah seperti tercantum pada bagan berikut (Lickona, 1991: 53). COMPONENTS OF GOOD CHARACTER MORAL KNOWING 1. Moral awareness 2. Knowing moral values 3. Perspective-taking 4. Moral Reasoning 5. Decision-making 6. Self-knowledge
MORAL FEELING 1. Conscience 2. Self- esteem 3. Empathy 4. Loving the good 5. Self-control 6.Humility
MORAL ACTION 1. Competence 2. Will 3. Habit Gambar 01. Komponen Pendidikan Karakter Dalam komponen “moral knowing” (pengetahuan moral) terdapat enam aspek, yaitu (1) kesadaran moral (kesadaran hati nurani). (2) Knowing moral values (pengetahuan nilainilai moral), terdiri atas rasa hormat tentang kehidupan dan kebebasan, tanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran, keterbukaan, toleransi, kesopanan, disiplin diri, integritas, kebaikan, perasaan kasihan, dan keteguhan hati. (3) Perspective- taking (kemampuan untuk memberi pandangan kepada orang lain, melihat situasi seperti apa adanya, membayangkan bagaimana dia seharusnya berpikir, bereaksi, dan merasakan). (4) Moral reasoning (pertimbangan moral) adalah pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan bermoral dan mengapa kita harus bermoral. (5) Decision-making (pengambilan keputusan) adalah kemampuan mengambil keputusan dalam menghadapi masalah-masalah moral. (6) Selfknowledge (kemampuan untuk mengenal atau memahami diri sendiri), dan hal ini paling sulit untuk dicapai, tetapi hal ini perlu untuk pengembangan moral. Dalam komponen ”moral feeling” (perasaan moral), terdapat enam aspek penting, yaitu (1) conscience (kata hati atau hati nurani), yang memiliki dua sisi, yakni sisi kognitif (pengetahuan tentang apa yang benar) dan sisi emosi (perasaan wajib berbuat kebenaran). (2) Self-esteem (harga diri), dan jika kita mengukur harga diri sendiri berarti menilai diri sendiri; jika menilaia diri sendiri berarti merasa hormat terhadap diri sendiri. (3) Empathy (kemampuan untuk mengidentifikasi diri dengan orang lain, atau seolah-olah mengalami sendiri apa yang dialami oleh orang lain dan dilakukan orang lain). (4) Loving the good (cinta pada kebaikan); ini merupakan bentuk tertinggi dari karakter, termasuk menjadi tertarik
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |4
ISSN: 2355-5106
Vol 1, No 1
dengan kebaikan yang sejati. Jika orang cinta pada kebaikan, maka mereka akan berbuat baik dan memiliki moralitas. (5) Self-control (kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri), dan berfungsi untuk mengekang kesenangan diri sendiri. (6) Humility (kerendahan hati), yaitu kebaikan moral yang kadang-kadang dilupakan atau diabaikan, pada hal ini merupakan bagian penting dari karakter yang baik. Dalam komponen ”moral action” (perilaku moral), terdapat tiga aspek penting, (1) competence (kompetensi moral), yaitu kemampuan untuk menggunakan pertimbanganpertimbangan moral dalam berperilaku moral yang efektif; (2) will (kemauan), yakni pilihan yang benar dalam situasi moral tertentu, biasanya merupakan hal yang sulit; (3) habit (kebiasaan), yakni suatu kebiasaan untuk bertindak secara baik dan benar. Mengenai model pengukuran pendidikan karakter, dari kajian terhadap literaturliteratur, dapat diungkapkan bahwa keberadaan dan atau perangkat pendidikan moral atau pendidikan karakter dilabel dengan berbagai istilah, antara lain: “moral choice” (Nisan & Kariat, 1989), “moral reasoning” (Rest, 1979; Walker, 1989), “moral behavior, moral development, moral judgement” (Piaget, 1965; Kohlberg, 1987), “moral socialization” (Hoffman, 1983), “moral orientation” (Gilligan, 1982), “moral conflict, moral context, moral content” (Johnstone et al.,1990) dan “ascribed source of morality” (Henry, 1983). Masingmasing istilah tersebut mengandung makna yang spesifik dan memberi tekanan khusus pada konsep moralitas yang begitu kompleks. Berdasarkan penelitian-penelitian dalam bidang perkembangan moral yang pernah dilakukan, ditemui adanya beberapa model pengukuran dalam perkembangan moral, antara lain: (1) Moral Judgement Interview (M J I), yang dikembangkan oleh Piaget dan Kohlberg; (2) “Defining Issues Test” (DIT), yang dikembangkan oleh Rest (1978); dan (3) “Moral Authority Scale”, yang dikembangkan oleh Henry. Dalam penelitian ini, model alat ukur pendidikan karakter yang dikembangkan adalah model Defining Issue Test (DIT) yang dikembangkan oleh James Rest (1978) dari Universitas Minnesota. Model pengukuran ini menggunakan test bentuk pilihan ganda, dengan menggunakan tema atau ceritera-ceritera yang mengandung dilemma moral. Selanjutnya J. Rest (1994) mengembangkan model tersebut menjadi “Four Component Model”, yaitu empat komponen pokok yang mempengaruhi perilaku moral. Keempat komponen pokok yang diukur adalah: “(1) Moral sensitivity or interpreting the situation; (2) Moral judgement or judging which action is morality right/wrong; (3) Moral motivation or prioritizing moral values relative to other values; (4) Moral character or having, courage, persisting, overcoming distrastions, implementing skills” (J.Rest & D. Narvaez, 1994, p.23). Dalam penelitian ini digunakan komponen Moral sensitivity or interpreting the situation. Dengan demikian, timbul pertanyaan: (1) bagaimanakah proses pengembangan alat ukur pendidikan karakter dan validasinya sehingga dapat digunakan untuk mengukur kepekaan moral mahasiswa STKIP Citra Bakti Ngada; dan (2)
bagaimanakah
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |5
ISSN: 2355-5106
Vol 1, No 1
kecenderungan kepekaan moral para mahasiswa STKIP Citra Bakti Ngada terhadap perilaku moral yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari? METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan tentang “Moral sensitivity or interpreting the situation”. Tahapan pengembangan model alat ukur pendidikan karakter, meliputi kegiatan sebagai berikut. (1) Menentukan definisi operasional tentang Moral sensitivity or interpreting the situation, (2) membuat kisi-kisi instrument, (3) menyusun draf instrument, (4) uji pakar untuk menentukan validitas isi, (5) uji coba lapangan, (6) uji validitas butir dengan teknik korelasi Pearson, (7) menghitung reliabilitas instrument dengan Alpha-Cronbach, (8) merevisi butir-butir instrument, dan (9) merakit butir-butir instrument dan pengadministrasiannya. Populasi penelitian ini adalah para Mahasiswa STKIP Citra Bakti Ngada dan sampel penelitiannya menggunakan simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana terhadap populasi dengan menggunakan teknik undian. Untuk menentukan besarnya sampel yang diperlukan digunakan tabel Morgan dan Krejcie dengan taraf signifikansi 5%. Untuk mengumpulkan data mengenai kepekaan moral, digunakan kuesioner tentang moralitas dengan menggunakan model DIT bagian
Moral
sensitivity or interpreting the situation, yang dikenakan terhadap mahasiswa STKIP Citra Bakti Ngada. Selanjutnya, data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Untuk menguji validitas butir kuesioner kepekaan moral, digunakan rums korelasi product moment dari Pearson, sedangkan untuk menghitung reliabilitas kuesioner, digunakan formula Alpha Cronbach. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis hasil uji coba kuesioner kepekaan moral terhadap 42 orang rsponden mahasiswa STKIP Citra Bakti Ngada, ternyata semua butir kuesioner berada pada kategori valid dan kuesioner kepekaan moral memiliki reliabilitas yang tinggi, yaitu 0,706. Dengan demikian, kuesioner kepekaan moral dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang kecenderungan kepekaan moral mahasiswa STKIP Citra Bakti Ngada. Rekapitulasi validitas butir kuesioner kepekaan moral adalah sebagai Tabel 4.2 berikut. Tabel 01. Validitas Butir Kuesioner Kepekaan Moral No. butir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
r hitung 0,625 0,356 0,614 0,509 0,411 0,524 0,625 0,650 0,668 0,528
r tabel 0,304 0,304 0,304 0,304 0,304 0,304 0,304 0,304 0,304 0,304
Keputusan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |6
ISSN: 2355-5106
Vol 1, No 1
Kecenderungan kepekaan moral mahasiswa secara deskriptif dengan menggunakan skala lima teoretik kurve normal sebagai berikut. Langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut ini. (1) Menghitung skor maksimal ideal kuesioner: 10 * 3 = 30; (2) Menghitung skor minimal ideal: 1 * 10 = 10; (3) Menghitung Mean Ideal: ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) = ½ (30 + 10) = 20; (4) Menghitung SD ideal: 1/6 (skor maksimal ideal – skor minimal ideal) = 1/6 (30-10) = 3,33; (5) Membuat kategori skala lima teoretik dengan menggunakan Mean ideal dan SD ideal dengan formula sebagai Tabel 02 berikut. Tabel 02. Kategori Kepekaan Moral Mahasiswa Formula Rentangan Kategori Mi +1,5 SDi ke atas
( 25 – 30 )
Sangat Tinggi
Mi +0,5 SDi - > Mi +1,5 SDi
( 21 – 24)
Tinggi
Mi - 0,5 SDi - > Mi +0,5 SDi
( 18 – 20 )
Cukup/ Sedang
Mi - 1,5 SDi - > Mi - 0,5 SDi
( 15 – 17 )
Rendah
Mi - 3 SDi - > Mi - 1,5 SDi
(10 – 14 )
Sangat Rendah
Berdasarkan Tabel 02 di atas, kemudian dikonversi dengan skor rata-rata yang diperoleh. Skor total yang diperoleh = 2277. Rata-rata yang diperoleh = 2277/84 = 27,11. Dengan demikian kepekaan moral mahasiswa STKIP Citra Bakti Ngada berada pada kategori sangat tinggi. Penelitian ini telah menemukan dua hal penting, yakni proses pengembangan alat ukur kepekaan moral mahasiswa yang telah divalidasi sehingga dapat digunakan dalam penelitian untuk mengukur kecenderungan kepekaan moral mahasiswa STKIP Citra Bakti Ngada. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian sejenis dengan sampel yang lebih luas dan dengan metodologi yang lebih akurat. Misalnya, dengan mengadakan studi eksperimen dengan analisis kovariansi sehingga variabel lain diluar variabel yang diteliti yang diduga memiliki pengaruh besar terhadap pengembangan karakter mahasiswa dapat dikendalikan secara statistik. Di samping itu, teori-teori yang digunakan sebagai dasar pijak membangun konstruk teori dalam penelitian ini telah cukup lama, yakni sebelum tahun 2000. Jika dalam penelitian menggunakan teori-teori baru, seperti teori tahun 2010 ke atas, mungkin akan menghasilkan penelitian yang lebih akurat. Namun demikian, hasil penelitian ini telah memberikan gambaran singkat tentang proses pengembangan alat ukur pendidikan karakter dan gambaran singkat juga mengenai kondisi kepekaan moral mahasiswa dewasa ini. Masalahnya, adalah bahwa perlu diamati dalam kehidupan sehari-hari apakah perilaku mahasiswa telah menunjukkan kepekaan moral dan menunjukkan perilaku moral yang positif
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |7
ISSN: 2355-5106
Vol 1, No 1
dalam proses interaksi mereka dengan teman sejawat, dengan orang tua, dan dengan masyarakat sekitar. SIMPULAN DAN SARAN Langkah-langkah pengembangan kuesioner kepekaan moral adalah sebagai berikut: (1) Sintesis dari teori-teori yang dikaji, dirumuskan
konstruk dari variabel yang hendak
diukur dan dikembangkan indikator dari variabel yang akan diukur.(2) Membuat kisi-kisi instrument yang indicator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator. (3) Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya dari rendah ke tinggi, dari positif ke negatif, dari otoriter ke demokratik. (4) Menulis butir-butir instrument yang dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan. (5)Tahap
uji-coba instrumen. (6) Uji-coba instrumen di
lapangan.(7) Analisis data hasil uji-coba untuk menguji validitas. (8) Perakitan butir-butir instrumen yang valid untuk dijadikan instrumen final. Berdasarkan hasil analisis uji validitas butir dan perhitungan reliabilitas kuesioner kepekaan moral, ternyata semua butir kuesioner memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi sehingga kuesioner kepekaan moral mahasiswa dapat digunakan untuk mengukur kepekaan moral mahasiswa STKIP Citra Bakti Ngada. Berdasarkan analisis data secara deskriptif
terhadap jawaban 84 responden,
kepekaan moral mahasiswa STKIP Citra Bakti Ngada berada pada kategori sangat tinggi. DAFTAR PUSTAKA Anglada, D. (2007). ”An introduction to Instructional Design: Utilizing a Basic Design Model”. Tersedia pada http://www.pace.edu/ctlt/newsletter (diakses tgl. 17 September 2007 Bennett, William J. (Ed., 1997). The Book of Virtues for Young People: A Treasury of Great Moral Stories. New York: Simon & Schuster. CIFTCI ARIDAG, Nermin & Asuman YUKSEL. (2010). Analysis of the Relationship between Moral Judgment Competences and Empathic Skill of University Students. Tersedia pada http://www.eric.gov.ed (diakses tgl. 5 Maret 2011). Koyan, I Wayan. (2012). Statistik Pendidikan. Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: Penerbit Universitas Pendidikan Ganesha Press. Lickona, T. (1996). Eleven Principles of Effective Character Education. Journal of Moral Education.1, 1996, pp.93-94. Noble, Karen & Robyn Henderson. (2011). The Promotion of “Character” and its Relationship to Retention in Higher Education. Australian Journal of Teacher Education Vol.36:Iss.3, Article 4. Tersedia pada http://ro.ecu.edu.au/ajte/vol36/iss3/4 (diakses tgl 6 Maret 2011). Patariya Ngammuk. (2011). A Study of 8 Fundamental Moral Characteristics among Thai Undergrduate Students. Hawaii International Conference on Education 9 th Annual Conference January 4-7, 2011 Honolulu Hawaii. Tersedia pada http://www.eric.gov.ed (diakses tgl. 5 Maret 2011). Rest, J.R. (1994). Moral Development in Professions: Psychology and Applied Ethics. New Jersey: Lawrense Erlbaum Associates Publishers. Sugiyono. (2002). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit CV. Alfabeta.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |8