1
PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TANJUNG KERASAK, KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
VERGINA ANDINI PUTRI
SKRIPSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa sripsi yang berjudul: Pengembangan Wisata Pantai Tanjung Kerasak, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2010
Vergina Andini Putri. C24051869
3
RINGKASAN VERGINA ANDINI PUTRI. C24051869. Pengembangan Wisata Pantai Tanjung Kerasak, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Di bawah bimbingan ACHMAD FACHRUDIN dan YUSLI WARDIATNO. Pantai Tanjung Kerasak terletak pada posisi koordinat 3°3'21" LS dan 106°44'33" BT. Pantai Tanjung Kerasak berjarak ± 30 km dari Kota Sungailiat dengan luas wilayah 240 ha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan kondisi daerah Tanjung Kerasak sebagai suatu kawasan wisata pantai, serta menyusun alternatif strategi pengelolaan untuk pengembangan kegiatan wisata dan kelestarian alam yang berkelanjutan di pantai tersebut. Penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu penentuan metode pengumpulan data, pengambilan data, dan analisa data. Pengambilan data berupa data primer dan sekunder dilakukan pada bulan Juni-Juli 2009. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah identifikasi potensi wisata, analisi kesesuaian wisata, daya dukung kawasan, Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT). Pantai Tanjung Kerasak terletak di Desa Pasir Putih, Kecamatan Tukak Sadai, Kabupaten Bangka Selatan. Daya tarik yang ditawarkan oleh pantai ini antara lain adalah pasir putih yang terhampar luas, pantai landai dan alami yang dihiasi batuan granit yang tersusun secara indah, pemandangan Pulau Lepar dan pulau-pulau karang si sekitar pantai yang menarik, serta potensi perikanan yang menjadi daya tarik pemancingan. Pantai Tanjung Kerasak termasuk dalam kategori sesuai untuk kegiatan wisata pantai dengan nilai indeks kesesuaian wisata di stasiun 5, dan 6 sebesar 92,95 %, dan 93,59 %. Sementara itu, nilai indeks kesesuaian wisata kategori wisata memancing di Pantai Tanjung Kerasak stasiun 1,2,3,4, dan 7 cukup sesuai untuk dijadikan kawasan wisata memancing dengan nilai Indeks Kesesuaian Wisata masing-masing 60 %. Daya Dukung Kawasan (DDK) untuk rekreasi pantai adalah 68 orang per harinya. Pantai Tanjung Kerasak dapat menampung 30 orang per harinya untuk wisata berenang dan 16 orang per harinya untuk wisata memancing. Tiga prioritas utama strategi alternatif pengelolaan kawasan Tanjung Kerasak, yang pertama adalah pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada melalui kegiatan Balai Benih Udang (BBU) serta aktivitas memancing untuk meniongkatkan promosi dan menambah pengalaman wisata pengunjung; yang kedua pembagian zona konservasi dan rehabilitasi untuk mengurangi dampak pencemaran serta menambah wawasan pengunjung. Dan yang ketiga adalah pengembangan kawasan wisata melalui peningkatan sarana prasarana kawasan Pantai Tanjung Kerasak dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
4
PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TANJUNG KERASAK, KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
VERGINA ANDINI PUTRI C24051869
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
5
PENGESAHAN SKRIPSI : Pengembangan Wisata Pantai Tanjung Kerasak, Kabupaten
Judul Skripsi
Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nama
: Vergina Andini Putri
NIM
: C24051869
Program Studi
: Manajemen Sumberdaya Perairan
Menyetujui Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Achmad Fachrudin, MS. NIP : 19640327 198903 1 003
Dr.Ir.Yusli Wardiatno, M.Sc NIP.19660728 199103 1 002
Mengetahui: Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Dr.Ir.Yusli Wardiatno, M.Sc NIP.19660728 199103 1 002
Tanggal Lulus : 21 April 2010
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul " Pengembangan Wisata Pantai Tanjung Kerasak, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. ". Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam memberikan bimbingan, dukungan, masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan baik. Penulis berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam penyusunan skripsi ini, tetapi penulis juga menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Semoga skripsi ini berguna dan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian lebih lanjut.
Bogor, Juni 2010
Penulis
vi
vii
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayah (alm.) dan ibu (alm.), ketiga kakak serta kakak ipar atas doa, waktu, kesabaran, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Achmad Fachrudin, MS., Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc., dan Ir. Santoso Rahardjo, M. Sc. (alm.) selaku dosen pembimbing yang telah bersabar dalam membimbing penulis, memberikan banyak masukan, arahan, nasehat dan saran untuk penulis. 1. Ir. Gatot Yulianto, M.Si selaku penguji tamu dalam sidang skripsi dan Ir. Agustinus Samosir, M.Phil selaku dosen penguji dari program studi yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat berarti untuk penulis. 2. Dr. Hefni Effendi selaku pembimbing akademik. 3. Para staf BAPPEDA Kabupaten Bangka Selatan, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bangka Selatan, Universitas Bangka Belitung, Kepala Desa dan Sekretaris Desa Pasir Putih, serta Ketua Karang Taruna Desa Pasir Putih yang telah memberikan informasi dan kerjasamanya. 4. Para staf Tata Usaha MSP terutama Mba Widar, Bagian Produktivitas dan Lingkungan (terutama Bu Siti, Bu Ana, Bu Wulan, Kak Budi) serta seluruh civitas Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. 5. Indra Ambalika, S.Pi, Hadi, dan Hendri yang membantu selama penelitian, rekan-rekan MSP 42, penghuni pondok Amany (Diana, Lia, Adrie, Aul, Anggie, Refi, Fanny, Tika, Icha, Indri, Ayu, Putri, Eva, Rini, dll) atas doa, bantuan, dukungan, kesabaran, kerjasama dan semangatnya kepada penulis selama masa perkuliahan hingga pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Sungailiat pada tanggal 19 Februari 1988, sebagai anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Chairul Dahsyad Hambali (alm.) dan Ibu Hartati (alm.). Pendidikan formal yang pernah dijalani oleh penulis berawal dari TK Pertiwi (1993), SD Maria Goretti (1999), SMP Maria Goretti (2000), SMP Tarakanita Gading Serpong (2002) dan SMAN 1 Tangerang (2005).
Pada tahun 2005 penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).
Setelah melewati tahap Tingkat Persiapan
Bersama selama 1 tahun, penulis diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif di organisasi kemahasiswaan HIMASPER (Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan) periode 2007/2008 bidang Sosial Lingkungan. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi dengan judul “Pengembangan Wisata Pantai Tanjung Kerasak, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung”.
viii
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ....................................................................................
Halaman xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xiii
1.
PENDAHULUAN .............................................................................. 1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ................................................................... 1.3. Tujuan ......................................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................
1 1 2 2 2
2.
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2.1. Wilayah Pesisir ........................................................................... 2.1.1 Definisi dan batasan wilayah pesisir ...................................... 2.1.2 Ekosistem pesisir .................................................................... 2.1.2.1 Pantai pasir ..................................................................... 2.1.2.2 Pantai berbatu ................................................................. 2.2. Sumberdaya Ekosistem Pesisir ................................................... 2.3. Parameter Kualitas Perairan Laut ............................................... 2.3.1 Parameter fisika ...................................................................... 2.3.1.1 Arus ................................................................................ 2.3.1.2 Suhu ................................................................................ 2.2.1.3 Kecerahan ....................................................................... 2.2.1.4 Total suspended solid (TSS) ........................................... 2.3.2 Parameter kimia...................................................................... 2.3.2.1 pH ................................................................................... 2.3.2.2 Oksigen terlarut (DO) ..................................................... 2.3.2.3 Salinitas .......................................................................... 2.3.2.4 Zat hara (Fosfat, Ammonia bebas, Nitrat) ...................... 2.3.3 Parameter biologi ................................................................... 2.4. Wisata Pesisir ............................................................................. 2.4.1 Wisata pantai .......................................................................... 2.4.2 Wisata memancing ................................................................. 2.4.2.1 Definisi kegitan memancing ........................................... 2.4.2.2 Memancing di laut .......................................................... 2.5. Pembangunan Wisata Berkelanjutan ..........................................
3 3 3 4 4 5 5 6 6 6 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 8 9 9 10 11
3.
METODE PENELITIAN .................................................................. 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 3.2. Alat dan Bahan ........................................................................... 3.3. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 3.3.1 Data primer ............................................................................. 3.3.2 Data sekunder ......................................................................... 3.4. Metode Pengambilan dan Pengumpulan Data ............................ 3.4.1 Data primer .............................................................................
12 12 12 14 14 14 14 14
ix
3.4.1.1 Wawancara ..................................................................... 3.4.1.2 Observasi lapang ............................................................ 3.4.2 Data sekunder ......................................................................... 3.5. Analisis Data .............................................................................. 3.5.1 Kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi ............................ 3.5.2 Kesesuaian wisata memancing ............................................... 3.5.3 Analisis kesesuaian wisata ..................................................... 3.5.3.1 Indeks kesesuaian wisata ................................................ 3.5.3.2 Kesesuaian kawasan wisata memancing ........................ 3.5.4 Analisis daya dukung kawasan (DDK) .................................. 3.5.5 Analisis SWOT ...................................................................... 3.5.5.1 Analisis dan pembuatan matriks IFE .............................. 3.5.5.2 Analisis dan pembuatan matriks EFE ............................. 3.5.5.3 Pembuatan matriks SWOT ............................................. 3.5.5.4 Pembuatan tabel rangking alternatif strategi ..................
14 15 15 15 15 17 19 19 20 21 23 24 24 25 26
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 4.1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ............................................ 4.1.1 Letak geografis, luas dan administrasi ................................... 4.1.2 Kondisi geologis, oseanografi, dan meteorologi .................... 4.1.3 Sarana dan prasarana .............................................................. 4.1.4 Trasnportasi dan komunikasi ................................................. 4.1.5 Pemanfaatan lahan .................................................................. 4.2. Responden Masyarakat ............................................................... 4.2.1 Karakteristik responden masyarakat ...................................... 4.2.2 Persepsi responden masyarakat .............................................. 4.2.3 Keterlibatan responden masyarakat ....................................... 4.3. Reponden Pengunjung ................................................................ 4.3.1 Karakteristik responden pengunjung ...................................... 4.3.2 Persepsi responden pengunjung ............................................. 4.4. Potensi Sumberdaya ...................................................................... 4.4.1 Sumberdaya pantai ................................................................. 4.4.2 Sumberdaya perikanan ........................................................... 4.5. Kualitas Perairan Laut................................................................... 4.6. Kesesuaian Wisata Pantai Tanjung Kerasak ................................. 4.7. Daya Dukung Kawasan (DDK) Pantai Tanjung Kerasak ............. 4.8. Alternatif Strategi Pengelolaan ..................................................... 4.8.1 Identifikasi faktor srategis internal ......................................... 4.8.2 Identifikasi faktor srategis eksternal ...................................... 4.8.3 Penentuan bobot dan peringkat (rating) setiap faktor ............ 4.8.4 Matriks SWOT ....................................................................... 4.8.5 Alternatif strategi ....................................................................
27 27 27 28 29 30 30 30 30 33 37 38 38 41 45 45 47 49 54 56 58 58 60 62 64 64
5.
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 5.1. Kesimpulan ................................................................................... 5.2. Saran ............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
69 69 70 71
LAMPIRAN ...............................................................................................
73
4.
DAFTAR TABEL
1. Alat, bahan, dan lokasi pengukuran kualitas perairan............................
Halaman 13
2. Jenis data dan informasi yang dibutuhkan .............................................
16
3. Matriks kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi ...............................
17
4. Matriks kesesuaian kawasan kegiatan wisata memancing ............................
19
5. Baku mutu air laut untuk biota laut ........................................................
20
6. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) ...............
22
7. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata ...........................
22
8. Matriks IFE / EFE ..................................................................................
25
9. Matriks Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT)...........
26
10. Rangking alternatif rencana strategi......................................................
26
11. Jenis ikan komoditi yang ada di Pantai Tanjung Kerasak.....................
48
12. Nilai beberapa parameter kualitas air laut di Pantai Tanjung Kerasak ..................................................................................................
49
13. Nilai parameter fisika dan kimia hara di perairan pada permukaan perairan Tanjung Kerasak .....................................................................
50
14. Tingkat kepentingan faktor strategis internal dalam pengelolaan kawasan wisata Pantai Tanjung Kerasak, Kabupaten Bangka Selatan ..................................................................................................
62
15. Tingkat kepentingan faktor eksternal dalam strategi pengelolaan kawasan wisata Pantai Tanjung Kerasak, Kabupaten Bangka Selatan ..................................................................................................
63
16. Matriks evaluasi faktor internal (EFI) ..................................................
63
17. Matriks evaluasi faktor eksternal (EFE) ...............................................
63
18. Matriks Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) .........
64
19. Ranking alternatif strategi......................................................................
65
xi
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Peta lokasi penelitian.............................................................................. 12 2. Peta stasiun pengamatan ........................................................................
13
3. Komposisi usia responden masyarakat Pantai Tanjung Kerasak ...........
31
4. Komposisi tingkat pendidikan responden masyarakat Pantai Tanjung Kerasak ...................................................................................................
31
5. Komposisi jenis pekerjaan responden masyarakat Pantai Tanjung Kerasak ...................................................................................................
32
6. Komposisi tingkat pendapatan responden masyarakat Pantai Tanjung Kerasak ..................................................................................................
33
7. Persepsi responden masyarakat terhadap sarana dan prasarana Pantai Tanjung Kerasak ........................................................................
34
8. Persepsi responden masyarakat terhadap kondisi sumberdaya Pantai Tanjung Kerasak ...................................................................................
36
9. Permasalahan pada sumberdaya alam Pantai Tanjung Kerasak ............
37
10. Keterlibatan responden masyarakat dalam kegiatan wisata Pantai Tanjung Kerasak ....................................................................................
38
11. Komposisi usia responden pengunjung Pantai Tanjung Kerasak .........
39
12. Komposisi asal responden pengunjung Pantai Tanjung Kerasak .........
40
13. Komposisi tingkat pendidikan responden pengunjung Pantai Tanjung Kerasak ..................................................................................................
40
14. Komposisi jenis pekerjaan responden pengunjung Pantai Tanjung Kerasak ...................................................................................................
41
15. Komposisi tingkat pendapatan responden pengunjung Pantai Tanjung Kerasak ..................................................................................................
41
16. Persepsi responden pengunjung terhadap sarana dan prasarana Pantai Tanjung Kerasak ....................................................................................
43
17. Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi sumberdaya Pantai Tanjung Kerasak ...................................................................................
45
18. Kondisi Pantai Tanjung Kerasak ...........................................................
46
19. Sumberdaya Pantai Tanjung Kerasak ....................................................
47
20. Kesesuaian wisata kawasan Pantai Tanjung Kerasak ...........................
56
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Halaman Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian .................................. 74
2.
Panduan wawancara dengan pemerintah daerah ...................................
74
3.
Kuesioner untuk wisatawan Pantai Tanjung Kerasak ..........................
75
4.
Kuesioner untuk masyarakat sekitar Pantai Tanjung Kerasak .............
77
5.
Kelimpahan fitoplankton di Pantai Tanjung Kerasak ...........................
79
6.
Kelimpahan zooplankton di Pantai Tanjung Kerasak ...........................
81
7.
Perhitungan nilai indeks kesesuaian wisata pantai ...............................
82
8.
Perhitungan nilai indeks kesesuaian wisata memancing.......................
84
9.
Perhitungan daya dukung kawasan (DDK) ...........................................
85
10. Pembobotan faktor internal dan eksternal dalam strategi pengelolaan Pantai Tanjung Kerasak ...................................................
86
11. Stasiun pengamatan ..............................................................................
87
12. Kondisi alam Pantai Tanjung Kerasak ..................................................
88
13. Kondisi fasilitas di Desa Pasir Putih dan Pantai Tanjung Kerasak .......
89
xiii
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Secara prinsip ekosistem pesisir dan laut mempunyai empat fungsi pokok
bagi kehidupan manusia; yaitu sebagai penyedia sumberdaya alam, penerima limbah, penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan, dan penyedia jasa-jasa kenyamanan. Sebagai penyedia jasa-jasa kenyamanan, ekosistem pesisir dan laut merupakan lokasi yang indah dan menyejukkan untuk dijadikan tempat rekreasi atau pariwisata (Bengen, 2001). Daya tarik wilayah pesisir untuk wisatawan adalah keindahan dan keaslian lingkungan, seperti kehidupan di bawah air, bentuk pantai (misalnya gua dan air terjun), dan hutan-hutan pantai dengan kekayaan jenis tumbuh-tumbuhan, burung, dan hewan-hewan lain (Dahuri, et al., 1996). Dalam rangka melaksanakan pembangunan wilayah Kabupaten Bangka Selatan telah diupayakan adanya keterpaduan pembangunan berbagai sektor. Salah satu sektor yang akan dikembangkan adalah sektor wisata, dimana pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Bangka Selatan sangat potensial untuk dikembangkan, mengingat wilayah ini yang merupakan wilayah Pulau Bangka yang cukup besar, dengan potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar, serta ditunjang oleh beberapa pulau kecil dengan ekosistem pesisir yang khas memiliki potensi habitat yang beragam seperti ekosistem hutan mangrove yang kaya serta mempunyai peran dan fungsi sosio-ekologi yang sangat penting bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Pantai Tanjung Kerasak terletak di Desa Pasir Putih yang berjarak ±30 km dari Toboali (ibukota Kabupaten Bangka Selatan). Pantai ini memiliki panorama yang sangat indah dengan pasirnya yang putih, airnya yang jernih kebiru-biruan, serta memiliki hutan terestrial yang masih alami. Pantai ini mempunyai ombak yang cukup tenang dan landai, namun pada musim angin barat ombak di pantai ini cukup besar. Tanjung Kerasak merupakan daerah yang memiliki ekosistem pesisir yang lengkap, yaitu hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang.
1
2
1.2
Perumusan Masalah Kendala dalam pembangunan kawasan wisata di daerah Bangka Selatan,
terutama di daerah pantai Tanjung Kerasak, yakni skala pelayanan serta penyediaan prasarana dan sarana kawasan wisata yang terbatas sehingga hanya dinikmati untuk kepentingan tersebut saja; kesukaran atau ketidakmampuan untuk mencapai skala ekonomi optimal dan menguntungkan dalam hal menimbulkan dampak yang lebih luas bagi kepentingan masyarakat sekitarnya. Aktivitas atau kegiatan yang dilakukan pada suatu kawasan wisata, baik di darat maupun pada kawasan pesisir dan laut, akan mempengaruhi lingkungan pesisir, sehingga kegiatan tersebut perlu dikelola dengan baik, dengan memperhatikan ekosistem di sekitarnya. Oleh karena itu perlu dilaksanakan suatu kajian dan analisis terhadap potensi sumberdaya alam serta dampak yang terjadi akibat pemanfaatan di kawasan tersebut, dengan tujuan untuk meminimalisir dampak negatif dan mengoptimalkan pemanfaatan di kawasan tersebut. Melalui kegiatan kajian ini diharapkan dapat memberikan suatu hasil yang bermanfaat untuk
pengelolaan wisata pantai Tanjung
Kerasak
yang berkelanjutan
(sustainable), sehingga potensi sumberdaya alam yang ada dapat terus terjaga kelestariannya. 1.3
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan kondisi daerah
Tanjung Kerasak sebagai suatu kawasan wisata pantai, serta menyusun alternatif strategi pengelolaan untuk pengembangan kegiatan wisata dan kelestarian alam yang berkelanjutan di pantai tersebut. 1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pengembangan dan pengelolaan wisata Pantai Tanjung Kerasak bagi pihak pemerintah daerah, investor pengelola, maupun pihak terkait lainnya.
3
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Wilayah Pesisir
2.1.1
Definisi dan batasan wilayah pesisir Secara ekologi wilayah pesisir adalah wilayah peralihan atau transisi
antara lingkungan laut dan lingkugan darat. Berbicara masalah lingkungan meliputi segala komponen beserta aspek yang terkandung di dalamnya; mulai dari kimia-fisik seperti temperatur, serta komposisi kimia air dan udara, hingga jenis hewan, jenis tumbuhan dan sosial budaya masyarakatnya (Delinom, 2007). Adapun untuk Indonesia, pada tahun 1990 definisi wilayah pesisir yang disepakati pada pembakuan teknis wilayah pesisir adalah sebagai berikut. Wilayah pesisir ialah jalur saling pengaruh antara darat dan laut, mempunyai ciri geosfer khusus; ke arah darat dibatasi oleh pengaruh sifat fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah laut dibatasi oleh proses serta akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan darat (Delinom, 2007). Soegiarto (1970) in Dahuri et al. (1996) menyatakan definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-prsoes alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah di mana daratan berbatasan dengan laut; batas di daratan meliputi daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, angin laut, dan intrusi garam; sedangkan batas di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan (Bengen, 2001).
4
2.1.2
Ekosistem pesisir Ekosistem pantai terletak antara garis air surut terendah dan air pasang
tertinggi. Ekosistem ini berkisar dari daerah di mana ditemukan substrat berbatu dan berkerikil (yang mendukung sejumlah terbatas flora dan fauna sesil) hingga daerah berpasir aktif (di mana ditemukan populasi bakteri, protozoa, metazoan), dan daerah bersubstrat liat dan lumpur (di mana ditemukan sejumlah besar komunitas infauna) (Bengen, 2001). Dahuri et al. (1996) menyatakan bahwa wilayah pesisir dan laut memiliki keanekaragaman habitat yang sangat beragam. Secara umum, jenis ekosistem di wilayah pesisir ditinjau dari penggenangan air dan jenis komunitas yang menempatinya dapat dikategorikan menjadi dua ekosistem, yaitu ekosistem yang secara permanen atau secara berkala tergenang air dan ekosistem yang tidak pernah tergenang air. Sedangkan jika ditinjau dari proses terbentuknya, ekosistem wilayah pesisir dapat dikelompokkan menjadi ekosistem yang terbentuk secara alami dan ekosistem yang sengaja dibentuk atau ekosistem buatan. Jenis ekosistem wilayah pesisir tersebut terbentuk melalui proses alami antara lain ekosistem terumbu karang (coral reef), hutan mangrove (mangrove forest), padang lamun (sea grass), pantai berpasir (sandy beach), pantai berbatu (rocky beach), pulau-pulau kecil dan laut terbuka serta estuaria. Wilayah pesisir juga terdapat ekosistem buatan, seperti tambak, kawasan pariwisata, kawasan industri, dan kawasan pemukiman (Dahuri et al., 1996). 2.1.2.1 Pantai pasir Pantai pasir terdiri dari kwarsa dan feldspar, bagian yang paling banyak dan paling keras sisi-sisa pelapukan batu di gunung. Di daerah tertentu lainnya, sisa-sisa pecahan terumbu karang yang dominan. Pantai yang berpasir dibatasi hanya di daerah di mana gerakan air yang kuat mengangkut partikel-partikel yang halus dan ringan. Parameter lingkungan yang berpengaruh di pantai pasir adalah pola arus yang mengangkut pasir halus, gelombang yang melepaskan energinya ke pantai, serta angin yang menerbangkan pasir halus yang kering dan memindahkannya ke tempat lain (Dahuri et al., 1996).
5
2.1.2.2 Pantai berbatu Pantai berbatu merupakan satu dari lingkungan pesisir dan laut yang cukup subur di mana pantai yang berbatu-batu memanjang ke laut dan terbenam di air. Kombinasi substrat keras untuk penempelan, seringnya aksi gelombang, dan perairan yang jernih menciptakan satu habitat bagi berbagai jenis moluska (kerang), bintang laut, kepiting, anemon, dan juga ganggang laut. (Bengen, 2001). Parameter utama yang sangat mempengaruhi kondisi pantai berbatu adalah fenomena pasang, dinamikanya sangat berpengaruh terhadap biota yang menginginkan kondisi alam yang bergantian antara tergenang dan terbuka; gelombang, energi yang dihempaskan bisa merusak komunitas biota yang menempel di batu-batuan, terutama pada batu yang langsung menghadap ke laut (Dahuri et al., 1996). 2.2
Sumberdaya Ekosistem Pesisir Secara prinsip ekosistem pesisir dan laut mempunyai empat fungsi pokok
bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai penyedia sumber daya alam, penerima limbah, penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan, dan penyedia jasa-jasa kenyamanan. Sebagai suatu ekosistem, wilayah pesisir dan laut menyediakan sumberdaya alam yang produktif, baik yang dapat dikonsumsi langsung maupun tidak langsung; seperti sumberdaya hayati yang dapat pulih, di antaranya sumberdaya perikanan, mangrove, terumbu karang, dan rumput laut; dan sumberdaya nir-hayati yang tidak dapat pulih, di antaranya sumberdaya mineral, minyak bumi dan gas alam (Bengen, 2001). Sebagai penyedia sumberdaya alam yang produktif, pemanfaatan, sumberdaya wilayah pesisir dan laut yang dapat pulih harus dilakukan dengan tepat agar tidak melebihi kemampuannya untuk memulihkan diri dalam periode waktu tertentu. Di samping sumberdaya alam yang produktif, ekosistem pesisir dan laut merupakan penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan, seperti air bersih dan ruang yang diperlukan bagi berkiprahnya segenap kehidupan manusia. Sebagai penyedia jasa-jasa kenyamanan, ekosistem pesisir dan laut merupakan lokasi yang indah dan menyejukkan untuk dijadikan tempat rekreasi atau
6
pariwisata. Ekosistem pesisir dan laut juga merupakan tempat penampung limbah yang dihasilkan dari kegiatan manusia (Bengen, 2001). 2.3
Parameter Kualitas Perairan Laut
2.3.1 Parameter fisika 2.3.1.1 Arus Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angina, atau karena perbedaan dalam densitas air laut atau dapat pula disebabkan oleh gerakan bergelombang panjang (gerakan pasang surut). Arus yang disebabkan oleh pasang surut bisaanya lebih banyak dapat diamati di perairan pantai (Nontji, 1987). 2.3.1.2 Suhu Suhu air permukaan di perairan nusantara umumnya berkisar antara 28 – 31 °C. Suhu di dekat pantai biasanya sedikit lebih tinggi daripada yang di lepas pantai. Pada siang hari bisa dijumpai suhu yang panas, kadang-kadang bisa mencapai lebih dari 35 °C. Secara alami suhu permukaan memang merupakan lapisan hangat karena mendapat radiasi matahari pada siang hari. Karena kerja pengadukan, maka di lapisan teratas sampai kedalaman kira-kira 50 – 70 m terjadi pengadukan, hingga di lapisan homogen ini berlanjut sampai ke dasar. Suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor-faktor meteorologi yang berperan adalah curah hujan, penguapan, kelembaban udara, kecepatan angin, suhu udara, dan intensitas radiasi matahari. Oleh sebab itu suhu di permukaan bisaanya mengikuti pola musiman (Nontji, 1987). 2.3.1.3 Kecerahan Cahaya matahari yang diserap oleh permukaan air dapat diubah menjadi panas. Cahaya tersebut merupakan kecerahan, suhu perairan, dan sumber energi dagi kehidupan biota laut serta dibutuhkan oleh tumbuhan air untuk proses asimilasi. Nilai kecerahan memberikan petunjuk tentang daya tembus atau intensitas cahaya di dalam laut. Intensitas cahaya di laut ditentukan oleh kondisi cahaya di laut, penyerapan dan pembauran (scattering) did alam laut. Pembauran cahaya di laut sangat dipengaruhi jumlah dan jenis bahan terlarut yang berbentuk
7
mineral maupun senyawa organik seperti plankton dan detritus. Nilai kecerahan di perairan menunjukkan bahwa kecerahan di dekat pantai umumnya lebih rendah dibandingkan di lokasi jauh dari pantai (Mulyanto, 1992). 2.3.1.4 Padatan tersuspensi total (TSS) TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus, serta jasad-jasad renik yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi, 2003). 2.3.1
Parameter kimia
2.3.2.1 pH Derajat keasaman (pH) didefinisikan dalam bentuk rumus : pH=-log[H+], di mana H+ adalah ion hidrogen. Kondisi asam atau basa suatu larutan atau perairan ditentukan oleh banyaknya ion hydrogen (H+) yang terdapat di dalamnya, dinyatakan oleh pH. Pada umumnya air laut mempunyai nilai pH lebih besar dari 7 yang berarti bersifat basa, namun dalam kondisi tertentu nilainya dapat berubah menjadi lebih rendah dari 7 sehingga menjadi bersifat asam. Derajat keasaman (pH) suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia yang cukup penting dalam memantau kualitas perairan. Perubahan nilai pH suatu perairan terhadap organisme akuatik mempunyai batasan tertentu dengan nilai pH bervariasi, tergantung pada suhu air laut, konsentrasi oksigen terlarut dan adanya anion dan kation (Mulyanto, 1992). Derajat keasaman (pH) yang baik untuk kehidupan ikan berkisar antara 5 – 9 dan antara 6,5 – 8,5 (Kep 02/MLH/1988 in IIPS, 2010). 2.3.2.2 Oksigen terlarut Oksigen terlarut yang terdapat di dalam air laut berasal dari difusi udara dan fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan bentik. Beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan oksigen antara lain suhu, salinitas, pergerakan massa air, tekanan atmosfer, luas permukaan air, dan persentase oksigen sekelilingnya. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan persediaan oksigen terlarut yang cukup dalam kolom air, yaitu masuknya air tawar dan air laut di daerah estuari secara teratur, karena daerah tersebut dangkal sehingga pengadukan massa air serta percampuran
oleh
angina
akan
berlangsung
dengan
baik.
Sedangkan
8
berkurangnya oksigen dalam air antara lain disebabkan pelepasan oksigen ke udara, aliran tanah ke dalam perairan, adanya zat besi, reduksi yang disebabkan oleh desakan gas lainnya dalam respirasi biota dan dekomposisi bahan organik (Nybakken, 1988). 2.3.2.3 Salinitas Di perairan pantai karena terjadi pengenceran, misalnya karena pengaruh aliran sungai, salinitas bisa turun rendah. Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, aliran sungai (Nontji, 1987). 2.3.2.4 Zat hara (Fosfat, Ammonia bebas, Nitrat) Zat hara nitrogen (sebagai nitrat) dan fosfor (sebagai fosfat) merupakan zat hara anorganik utama yang dibutuhkan fitoplankton sebagai rantai makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Menurut Nybakken (1988) kadar kedua unsur ini sangat kecil dalam air laut, seingga merupakan faktor pembatas bagi produktivitas fitoplankton. 2.3.3
Parameter biologi Di
Indonesia
diatom
paling
sering
ditemukan,
baru
kemudian
dinoflagellata. Alga biru jarang dijumpai, tetapi sekali muncul sering populasinya sangat besat (Nontji, 1987). Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menankap ikan aktif dijalankan di kawasan itu (Wikipedia, 2009). 2.4
Wisata Pesisir
2.4.1 Wisata pantai Luasan laut dan samudra menutupi hampir 70 % permukaan bumi. Manusia bermukim di darat. Semakin majunya taraf hidup manusia, setiap hari melakukan pekerjaan yang melelahkan, mereka memerlukan istirahat dan rekreasi. Mereka yang kebetulan tinggal di tengah benua/daratan mencari “angin
9
segar dan pandangan alam” di daerah pegunungan. Mereka sengaja mendirikan bangunan berbentuk bungalow atau cottage untuk “istirahat”. Daerah yang demikian, bukanlah tempat yang sesuai untuk “memproduksi barang industri”, namun sebagai wilayah “konsumen” bagi para pendatang/tourist. Oleh karena itu, tempat-tempat yang demikian, yang dikenal sebagai tempat pariwisata, hanya akan ramai pada hari-hari tertentu. Bagi mereka yang tinggal di daerah pedalaman, namun masih dekat dengan lautan, mereka memanfaatkan pantai dan lautan pinggir pantai yang “bersahabat” sebagai tempat rekreasi. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila daerah-daerah rekreasi di pantai akan dikunjungi orang pada hari-hari tertentu (Sukandarrumidi, 2009). Mengusahakan daerah/resort wisata pantai saat ini sangat menjanjikan sebagai suatu bisnis yang menguntungkan. Sifat-sifat pantai yang didayausaha sebgai resort wisata pantai antara lain mudah didatangi, untuk itu perlu ada/dibangun jalan menuju ke arah resort wisata pantai. Keberadaan jalan di daerah sempadan pantai akan sangat membantu; apabila memungkinkan dipilih pantai berpasir dan landai, di tempat-tempat seperti ini gelombang laut tidak begitu ganas, namun dapat dimanfaatkan untuk olahraga selancar; pilih pantai yang terlindung dari hembusan angin/terhalang oleh keberadaan pulau lain. Pantai yang demikian sesuai untuk mandi dan berenang di laut; pilih pantai dengan dasar laut yang memiliki terumbu karang yang masih hidup, di tempat seperti ini sesuai bagi olahraga selam untuk melihat taman laut, berbagai jenis binatang koral dan ikan termasuk ikan hias akan memperindah dasar laut (Sukandarrumidi, 2009). 2.4.2 Wisata memancing 2.4.2.1 Definisi kegiatan memancing Memancing merupakan kegiatan yang sifatnya umum dan mudah dilakukan. Dikatakan umum karena pada prinsipnya kegiatan memancing dapat dilakukan oleh setiap orang. Secara bebas setiap orang dapat memilih tempat dan jenis ikan yang akan dipancing tergntung keinginannya. Mudah dilakukan mengandung pengertian bahwa memancing dipastikan dapat dilakukan oleh setiap orang normal (Wudianto et al. 1999).
10
Dalam dunia perikanan, khususnya bidang penangkapan ikan, dikenal dua jenis
kegiatan.
Pertama
adalah
penangkapan
yang
semata-mata
untuk
mendapatkan ikan tangkapan sebanyak-banyaknya atau diistilahkan penangkapan ikan secara komersial (commercial fishing). Penangkapan secara komersial dapat dalam bentuk perusahaan penangkapan ataupun nelayan penangkap ikan (skala individu). Yang kedua adalah kegiatan penangkapan ikan sebagai hiburan. Jadi hanya sekadar memperoleh kesenangan atau menyalurkan hobi (leisure fishing). Pada dasarnya leisure fishing dapat menggunakan berbagai macam alat tangkap, misalnya jala, jaring, bubu, dll yang dioperasikan pada saat berekreasi ke pantai, danau, waduk, dan tempat rekreasi perairan lainnya. Untuk leisure fishing alat tangkap yang umum digunakan adalah pancing. Alat tangkap ini sangat praktis dan mudah dibawa ke mana-mana (Wudianto et al. 1999). 2.4.2.2 Memancing di laut Selain sebagai sumber mata pencaharian bagi nelayan dapat juga digunakan sebagai kegiatan wisata atau hiburan bagi orang-orang tertentu yang mempunyai hobi memancing. Bahkan ada yang menggolongkan memancing sebagai kegiatan olahraga. Beberapa tahun terakhir ini memancing di laut sebagai sarana wisata bahari terus digalakkan. Kegiatan ini ditujukan untuk menunjang pariwisata bahari di Indonesia. Para wisatawan menikmati keindahan pantai dan dasar laut dapat juga menyalurkan hobi memancingnya (Wudianto et al. 1999). Beberapa sarana harus dilengkapi sebelum memancing di laut. Sarana yang diperlukan tergantung pada lokasi pemancingannya. Di perairan dekat pantai, hanya perlu pancing dan perlengkapannya. Lain lagi dengan memancing di perairan yang jauh dengan pantai, sarana kapal mutlak diperlukan. Memancing di laut dapat dilakukan di perairan dangkal yang dekat dengan pantai atau di perairan dalam yang jauh dari pantai. Semuanya tergantung keinginan, dana, dan kelengkapan sarana. Memancing di sekitar pantai atau perairan dangkal dapat dilakukan di dermaga, anjungan pelabuhan, atau di perairan karang dekat pantai; sedangkan memancing di laut dapat dilakukan di dekat permukaan, di lapisan tengah, atau di dasar perairan (Wudianto et al. 1999).
11
2.5
Pembangunan Wisata Berkelanjutan Kegiatan di daerah pariwisata dan rekreasi dapat menimbulkan masalah
ekologis yang khusus dibandingkan dengan kegiatan ekonomi lain mengingat bahwa keindahan dan keaslian alam merupakan modal utama. Bila suatu wilayah pesisir dibangun untuk tempat rekreasi, biasanya fasilitas-fasilitas pendukung lainnya juga berkembang pesat. Oleh karena itu, perencanaan pengembangan pariwisata di wilayah pesisir hendaknya dilakukan secara menyeluruh termasuk inventarisasi dan penilaian sumberdaya yang cocok untuk pariwisata, perkiraan tentang berbagai dampak terhadap lingkungan pesisir, hubungan sebab akibat dari berbagai macam tata guna lahan disertai dengan perincian kegiatan untuk masingmasing tata guna, serta pilihan pemanfaatannya (Dahuri et al., 1996). Daya tarik wilayah pesisir untuk wisatawan adalah keindahan dan keaslian lingkungan seperti misalnya kehidupan di bawah air, bentuk pantai (gua, air terjun, pair, dsb), dan hutan-hutan pantai dengan kekayaan jenis tumbuhtumbuhan, burung, dan hewan-hewan lain. Keindahan dan keaslian lingkungan ini menjadikan perlindungan dan pengelolaan merupakan bagian integral dari rencana pengembangan pariwisata, terutama bila di dekatnya dibangun penginapan/hotel, tol, pemukiman, dsb yang membahayakan atau mengganggu keutuhan dan keaslian lingkungan pesisir tersebut. Oleh karena itu, inventarisasi dan persiapan daerah rencana pengelolaan harus mendahului pengembangan dan pembangunan agar kelestarian lingkungan pesisir yang asli dapat terjamin (Dahuri et al., 1996). Kelangsungan suatu fungsi ekosistem sangat menentukan kelestarian dari sumberdaya hayati sebagai suatu komponen yang terlibat dalam sistem tersebut. Semakin meningkatnya pembangunan ekonomi di kawasan pesisir, makin meningkatkan pula ancaman terhadap degradasi ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut, padahal ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut menjadi tumpuan pembangunan nasional sebagai sumber pertumbuhan baru. Karena itu, untuk mempertahankan dan melindungi keberadaan dan kualitas ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut yang bernilai ekologis dan ekonomi penting, diperlukan suatu perencanaan dan pengelolaan berkelanjutan perlindungan terhadap ekosistem dan sumberdaya tersebut dari berbagai ancaman degradasi merupakan suatu upaya pengelolaan berkelanjutan (Bengen, 2001).
3. METODE PENELITIAN 3.1
Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilakukan di Pantai Tanjung Kerasak, Kecamatan
Tukak Sadai, Kabupaten Bangka Selatan pada bulan Juni 2009. Tempat penelitian disajikan dalam Gambar 1 dan 2. 3.2
Alat dan Bahan Alat yang digunakan yaitu alat tulis, kamera, meteran, GPS, serta alat yang
digunakan dalam pengukuran parameter kualitas air (termometer, refraktometer, Secchi disc, botol sampel, pH-Indicator Strips, Planktonet, erlenmeyer, gelas ukur, mikroskop, Sedgwick Rafter Counting Cell, pipet, kaca penutup, oven, desikator, dan timbangan digital). Dan bahan yang digunakan adalah kuisioner, bahan pustaka, peta wilayah, serta bahan yang digunakan untuk pengukuran parameter kualitas air (akuades, kertas saring Millipore 0.45 μm). Alat yang digunakan untuk memperoleh data parameter kualitas air ditampilkan dalam Tabel 1.
45' 0"
30' 0"
15' 0"
106° 0' 0"
107° 0' 0"
107° 15' 0" BT
2° 15' 9750000
KECAMATAN SIMPANG KATIS
skala 1:250.000
KECAMATAN SIMPANG KATIS
0
1
2
5 cm
0
5
10
25 km
KECAMATAN AIR MESIU
KETERANGAN GAMBAR :
2° 30'
Batas Kabupaten Katup
DESA SIMPANG RIMBA Bangkakota
9725000
Ridingbatu Bikang
Malik
Mengkuang DESA MALIK
Bt. Begunung
DESA BANGKA KOTA
Kabung
P. Mudung Peripit
KECAMATAN KOBA
Bt. Bancang
Baru
Pangkalbuluh
Mahera Bt. Merapin
Berok Menggeris
Sumur
Kundur
Bt. Airbaku
Batas Kecamatan Batas Desa
Merantik Melumut
Simpangrimba
Tungkal
Kranji
DESA PANGKAL BULUH Nopo
Airkuning
Jaringan Jalan Provinsi
Tg. Bakau
Betung
DESA PERMIS Melumut Tamang
Rajik(Permis)
DESA AIR BARA
Pegadingan Setiung Telukpauh
Sibau
Sudang Sabu
KENDENG
KECAMATAN PAYUNG
Jaringan Jalan Kabupaten
JELUI
Tg. Pondok KA TEL
DESA PAYUNG
DESA RAJIK
Paku
Payung
Rumbia
DESA NADUNG Kemangsi
Sebagin
P. Anakair
Sengir
Ranggung
Payung
Rimba
Bulan
Kambing
DESA SENGIR Kuruk
KECAMATAN SIMPANG RIMBA
Jaringan Jalan Desa
Tg. Gibang P. Lutung P.Tempala . Mentangur
Tg. Bantan
Merapin
Kelumbai
DESA PAKU
P. Panjang
Tanjau
Jelutung II
DESA RANGGUNG Rimbajintan
Kec Payung
DESA NANGKA Tg. Ru
Remuding
DESA JELUTUNG II
Air Kolan Pinang
Iiat
DESA IRAT
Kuburpenangkul
PULAUHILIR
Setebu
Bedengung
DESA NYELANDING Belawan
DESA BEDENGUNG
Ketiau
DESA AIR GEGAS
Taniang
Serdang
P.Kerasak Tg.Kerasak Kamboja Pau
Tukul Hilir Tukul Hulu
KECAMATAN AIR GEGAS
Pangkalan Hulu Pangkalan Hilir
Tg.Babtil
Tomboali
Rangka
Bakik
Bago P Puntianak P Sekijang Tg.Sekijang
Kalen
Semukauhulu
Tg.Kemirwal Kecalaut
DESA SUMBER JAYA PERMAI
Medang
Melukan
Jangkang
Tanahputih
Tampang Peledang
Semukauhilir
Ketapih
Karang
DESA KEPOH Pelawan Junet
Pering
Peninyer
Gumba
DESA BENCAH
Ketapih
Slepit
Metung
E
KECAMATAN PULAU BESAR
Kenirung
DESA SIDOARJO
Perwakilan Air Gegas
Bencah
Kabung
Punggurpuoh
DESA FAJAR INDAH
Tg.Kubu
S
P Dapur
Permukiman
Nudur Secap
Tg.Besar
DESA SUKAJAYA
Tg.Timur
P Bebulu
Kwai
Mawas
Hangung
Kelubi Herekuk
Tg.Pelabuhanbilik
Tepus
9700000
2° 45'
Teluksekampung Klekem Renepan
PIABENG AIRMIKADIJAN Umbut Lupak
DESA DELAS PAYAKBATU
Krupuk Pau
Ampar
DESA TEPUS
RANGET
Binjai
Tg. Batumeriam
Batas Pantai
PULAU HULU Metung
Sekampung
Tg. Paku
Sungai
Tabau Arenggak
Pedesan
Sumbang
Kemuning
Tg. Labu
DESA RANGGAS
Tg. Prepat Airsemut
Airjaya
Tg. Pau Rande Nadung
DESA GUDANG DESA SEBAGIN
KARANG
Tarum Besar
Jenggol
DESA PERGAM
Lebung
Pergan
L
Sagah
Nibung Seribu
Cambai
Tarum Kecil
DESA PANCA TUNGGAL
A
Penyalin
Dadak
DESA BATUBETUMPANG
Nyadar Kundur
Pulau Seniur
Brunuk
Tl. Hantu
Kelapan
Pulau Kelapan
DESA JERIJI
Petaling
P. PONGOK
G
Mampu
Gerunggang
S
Tukat
DESA SERDANG
Cambai
KARANGTENGAH
P. Seniur
Bakung Rodong
Beting
T
Serdang
Kemis Kemis
Munang
Batubetumpang
Jeriji
Kumpang
Mudung
Tanjungsangkar
Pongok LE PA R PONGOK
DESA PONGOK P. CELAGEN
Celagen
Pd. Keladi padangkeladi
Tl. Jambul
DESA KUMBUNG Jalabang
DESA TANJUNG LABU
P. Anakir
Rindik
Batuampar
Tanjunglabu
O
Gadung P. Lepar Tukak Bukitterep Toboali
Pg meriam Pg batu malam
DESA BUKIT TERAP
Pulau P. Tinggi Tinggi
Bukitburak
Danau
K
Tambangdualama
Teladan
Teladan
Tirem
DESA TUKAK
Pg pasir merah Pg pinang
P. KUL P. SELEMAR
Penutuk
DESA PENUTUK
S
3° 0'
DESA GADUNG Maimupih Lalangtung
9675000
DESA TG. SANGKAR
DESA KEPOSANG
G
Gusung
Simpangmekanik
N
Mempunai
Bidal
KELURAHAN Rias TELADAN
P. SUMATERA
PANTAI TANJUNG KERASAK
O
Bikang Duren
Anda
P
Kepoh
DESA RIAS Pangkalan Badaitanah
Pangkalananda
Limus
Luas Area 240 Ha Lokasi Desa Pasir Putih Kecamatan Tukak Sadai
R
Kalen
Selak
Tl. Putat
T
Kumbung
A
Pulau Burung P. Burung
Pangkalan Betung
P
Pondok
Tangis
A
KECAMATAN TOBOALI
Purek Tanjungtimek
S
L
DESA BIKANG
Pajakbini
Pasirpanjang
Pulau Besar
KECAMATAN LEPAR PONGOK
TTomboali Pangkalantebingtinggi Pangkalan Pandan Tunjuk
Lelapasan
A
DESA RINDIK
Cecapasem Tanjungperang
Kelobi
E
Jelumut
Paris
Puput Paritsembilan
Toboali
Kaposang Tabang satu
KECAMATAN
R. Muntai
TUKAK SADAI
R. Inas
Tl.Tenggau
Pangkalan gunung
Airsaba
P. KALANGBAOE Pinangtunggal
DESA PASIR PUTIH
TOKOI Tl.Tepang
T
KELURAHAN TG.KETAPANG
DESA SADAI
A
R. Jangkar
L
Bukitpermai Sukadamai Bahar Keleka Toboali
E
DESA TIRAM
Tambangtujuh
Ketapang
P. BAKAU
KELURAHAN TOBOALI
L E
Medang Tagak
Kubu baru
P
Kubulama Namak
A R
Pulau Dapur
9650000
3° 15' 0" LS
600000
LAUT JAWA
625000
650000
675000
700000
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
12
725000
750000
Sumber peta : Peta Lokasi Prioritas Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Wisata Kabupaten Bangka Selatan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Bangka Selatan
13
106° 45’00”
Peta Stasiun Pengamatan
U Selat Lepar
Keterangan gambar : Stasiun pengamatan
1 Pantai Tanjung Kerasak
2 3
3°3’21’’
5 4
6 7
Sumber : Wikimapia.org
Gambar 2. Peta stasiun pengamatan Tabel 1. Alat, bahan, dan lokasi pengukuran kualitas perairan No
Parameter
Alat dan Bahan
Lokasi Pengukuran
1. 2. 3.
Fisika Suhu Kecerahan Padatan Tersuspensi Total (TSS)
Insitu Insitu Insitu Laboratorium
Sampah
Termometer Secchi disc Botol sampel, gelas ukur, erlenmeyer, oven, desikator, timbangan digital Indera Penglihatan
4.
1. 2. 3.
Kimia pH DO (Oksigen Terlarut) Salinitas
pH-Indicator Strips DO meter Refraktometer
Insitu Insitu Insitu
1.
Biologi Plankton
Planktonet, botol sampel Mikroskop, gelas objek, pipet, Sedgwick Rafter Counting Cell
Insitu Laboratorium
Insitu
14
3.3
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kualitas air,
sumberdaya alam, daya dukung kawasan, kesesuaian lahan, sumberdaya manusia, isu-isu dan permasalahan yang berkembang, kebijakan pengelolaan, serta keadaan umum lokasi di Pantai Tanjung Kerasak. Data yang diperlukan terdiri atas data primer dan data sekunder. 3.3.1. Data primer Data primer yang dikumpulkan meliputi keadaan umum lokasi, kondisi pantai, sumberdaya manusia, kualitas perairan, isu-isu dan permasalahan yang berkembang, serta kebijakan pengelolaan. Adapun komponen, jenis, sumber, dan teknik pengambilan data primer disajikan dalam Tabel 2. 3.3.2. Data sekunder Data sekunder yang dikumpulkan meliputi kondisi pantai, keadaan umum lokasi, luas area yang dapat dimanfaatkan, keadaan umum lokasi, sumberdaya alam, isu-isu dan permasalahan yang berkembang, serta kebijakan pengelolaan. Adapun komponen, jenis, sumber, dan teknik pengambilan data sekunder disajikan dalam Tabel 2. 3.4
Metode Pengambilan dan Pengumpulan Data
3.4.1
Data primer Data primer selama penelitian dapat diperoleh melalui metode wawancara
dan observasi lapangan. 3.4.1.1 Wawancara Wawancara dilakukan dengan tujuan memperoleh informasi lebih lanjut tentang kawasan penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung kepada pemerintah daerah, yang mencakup aparatur desa, kecamatan, maupun kabupaten yang bersangkutan; serta masyarakat lokal maupun pengunjung objek wisata. Penentuan
responden
pihak
pengelola,
pemerintah
daerah,
serta
masyarakat lokal dilakukan dengan metode purposive sampling. Metode ini
15
dilakukan dengan pertimbangan bahwa pengambilan sampel dilakukan dengan sengaja memilih responden berdasarkan kebutuhan data yang diinginkan, yaitu dengan ketentuan peran serta responden dalam kegiatan wisata. Sementara itu penentuan responden pengunjung objek wisata dilakukan dengan metode accidental sampling berdasarkan kemudahan pengambilan data, yaitu dilakukan terhadap responden yang kebetulan berada di dalam kawasan Pantai Tanjung Kerasak. Responden yang diambil untuk masyarakat dan pengunjung objek wisata masing-masing sebanyak 30 orang. 3.4.1.2 Observasi lapangan Observasi lapang dilakukan dengan mengamati dan mengukur parameter lingkungan yang diperlukan dalam penelitian ini. Parameter lingkungan berupa kualitas perairan diukur secara insitu dan ada yang dilakukan pengukuran selanjutnya di laboratorium. Parameter kondisi umum lokasi, sumberdaya manusia, isu-isu yang berkembang, serta kebijakan pengelolaan dilakukan dengan pengamatan langsung di lokasi penelitian. 3.4.2
Data sekunder Data sekunder diperoleh dari studi pustaka melalui buku-buku laporan
hasil penelitian sebelumnya, buku-buku penunjang yang terkait dengan penelitian, jurnal, artikel serta data dari pihak-pihak serta instansi yang terkait diantaranya Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) maupun aparatur desa yang bersangkutan yang mendukung dalam melakukan penilaian kesesuaian wisata Pantai Tanjung Kerasak. 3.5
Analisis Data
3.5.1
Kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi Wisata laut terbagi ke dalam dua jenis wisata, yaitu wisata pantai dan
wisata bahari. Wisata pantai dapat dikategorikan diantaranya wisata pantai kategori rekreasi dan kategori memancing.
16
Tabel 2. Jenis data dan informasi yang dibutuhkan No. 1.
2. 3.
4.
Komponen data Pantai Kedalaman perairan Tipe pantai Lebar pantai Material dasar perairan Kecepatan arus Kemiringan pantai Penutupan lahan pantai Biota berbahaya Ketersediaan air tawar Luas area kegiatan yang dapat dimanfaatkan Sumberdaya Manusia Masyarakat (pendidikan, pendapatan, pekerjaan, persepsi masyarakat) Pengunjung(pendidikan, pendapatan, frekuensi kunjungan, persepsi pengunjung) Pengelola/instansi terkait (keterlibatan instansi, legalitas aturann lokal) Keadaan umum lokasi Sejarah dan budaya Geografi Demografi Sarana dan prasarana Pendidikan
5. 6. 7.
Sumberdaya alam Sumberdaya perikanan Kualitas Perairan Kecerahan Kebauan Padatan Tersuspensi Total Suhu Sampah pH Salinitas Oksigen terlarut (DO) Ammonia bebas (NH3-N) Fosfat (PO4-P) Nitrat (NO3-N) Plankton
8.
Isu-isu yang berkembang
9.
Kebijakan pengelolaan
Jenis data
Sumber data
Teknik pengambilan data
Primer Sekunder Laporan Primer Sekunder Laporan Sekunder Laporan Primer Sekunder Laporan Sekunder Laporan Sekunder Laporan Primer Sekunder Laporan Primer Sekunder Laporan Primer Sekunder Laporan Sekunder Laporan
Studi pustaka, observasi lapang Studi pustaka, observasi lapang Studi pustaka Studi pustaka, observasi lapang Studi pustaka Studi pustaka Studi pustaka, observasi lapang Studi pustaka, wawancara Studi pustaka, observasi lapang Studi pustaka
Primer
Responden, lapangan
Wawancara,observasi lapang
Primer
Responden, lapangan
Wawancara,observasi lapang
Primer
Responden, lapangan
Wawancara,observasi lapang
Primer Sekunder Responden, Laporan Sekunder Laporan Sekunder Laporan Primer Sekunder Responden, lapangan Primer Sekunder Responden, lapangan Sekunder Laporan Primer Sekunder Laporan
Wawancara, Studi pustaka
Primer Primer Primer Primer Primer Primer Primer Primer
Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka , Observasi lapang Wawancara,observasi lapang, Studi pustaka
Sekunder Sekunder
Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Primer Sekunder
Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Laporan Laporan Laporan Lapangan
Primer Sekunder Responden, Laporan, lapangan Primer Sekunder Responden, Laporan, lapangan
Studi pustaka Studi pustaka Wawancara,observasi lapang, Studi pustaka Wawancara,observasi lapang, Studi pustaka Studi pustaka Studi pustaka, observasi lapang
Wawancara,observasi lapang, Studi pustaka
17
Tabel 3. Matriks kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi No
Parameter
Bobot Kategori S1 Skor Kategori S2
Skor Kategori S3
Skor
Kategori N
Skor
1.
Kedalaman perairan (m)
5
0-3
4
> 3-6
3
>6 - 10
2
> 10
1
2.
Tipe pantai
5
Pasir putih
4
Pasir putih, sdkt karang
3
Pasir hitam, berkarang, sdkt terjal
2
Lumpur, berbatu, terjal
1
3.
Lebar pantai (m)
5
> 15
4
10 - 15
3
3 - < 10
2
<3
1
4.
Material dasar perairan
4
Pasir
4
Karang berpasir
3
Pasir berlumpur
2
Lumpur
1
5. Kecepatan arus (m/dt)
4
0-0,17
4
0,17-0,34
3
0,34-0,51
2
>0,51
1
6
Kemiringan pantai (0)
4
< 10
4
10 - 25
3
> 25 - 45
2
> 45
1
7
Kecarahan perairan (m)
3
>10
4
> 5-10
3
3-5
2
<2
1
8.
Penutupan lahan pantai
3
Kelapa, lahan 4 terbuka
Semak, belukar, rendah, savana
3
Belukar timggi
2
Hutan bakau, pemukima n, pelabuhan
1
9
Biota berbahaya
3
Tidak ada
4
Bulu babi
3
Bulu babi, ikan pari
2
Bulu babi, ikan pari, lepu, hiu
1
10
Ketersediaan air tawar (jarak/km)
3
<0.5 (km)
4
>0.5-1 (km)
3
> 1-2
2
>2
1
Sumber : Yulianda (2008) Keterangan: Nilai maksimum = 156 S1 = Sangat sesuai, dengan nilai 80 – 100 % S2 = Cukup Sesuai, dengan nilai 60 - < 80 % S3 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 35 - < 60 % N = Tidak sesuai, dengan nilai < 35 % 3.5.2
Kesesuaian wisata memancing Matriks kesesuaian yang disusun dikaitkan untuk mencari wilayah daratan
yang sesuai untuk kegiatan memancing. Kegiatan memancing dapat dilakukan dengan cara mencari tempat nyaman di darat dan lokasi dekat perairan banyak ikan yang sesuai untuk kegiatan memancing.
18
Kriteria-kriteria yang digunakan, yaitu: a. Keanekaragaman ikan : suatu daerah yang terdapat banyak jenis ikan untuk kegiatan memancing, maka dikategorikan sangat sesuai; jika perairan di suatu daerah terdapat cukup banyak jenis ikan untuk kegiatan memancing, maka dikategorikan sesuai; sedangkan bila terdapat sedikit atau tidak ada jenis ikan yang cocok untuk kegiatan memancing, maka dikategorikan kurang sesuai. b. Kondisi lingkungan : 1. Kondisi tanah pinggir perairan aman dan sesuai untuk tempat memancing 2. Perairan tidak berarus kuat 3. Tidak terdapat banyak kegiatan penangkapan ikan seperti dengan jaring apung Kategori sangat sesuai bila terdapat 3 dari ketentuan sarana prasarana, kategori sesuai bila terdapat 2 dari ketentuan sarana prasarana, sedangkan kategori kurang sesuai bila terdapat 1 atau tidak ada dari ketentuan sarana prasarana. c. Sarana dan prasarana : 1. Adanya perahu atau kapal untuk memancing 2. Adanya dermaga atau pelabuhan 3. Adanya fasilitas memancing ( tempat khusus untuk memancing, pancing, dll) 4. Adanya jaringan komunikasi atau sinyal telepon genggam 5. Adanya MCK, sarana ibadah dan kesehatan, serta warung Kategori sangat sesuai bila terdapat 4-5 dari ketentuan sarana prasarana, kategori sesuai bila terdapat 2-3 dari ketentuan sarana prasarana, sedangkan kategori kurang sesuai bila terdapat 1 atau tidak ada dari ketentuan sarana prasarana. d. Aksesibilitas : 1. Kemudahan medan dilalui untuk mencapai lokasi 2. Banyak altenatif jalan untuk mencapai lokasi 3. Banyak frekuensi pelayanan perahu atau kapal
19
Kategori sangat sesuai bila terdapat 3 dari ketentuan sarana prasarana, kategori sesuai bila terdapat 2 dari ketentuan sarana prasarana, kategori kurang sesuai bila hanya terdapat 1 atau tidak ada dari ketentuan sarana prasarana. Tabel 4. Matriks kesesuaian kawasan kegiatan wisata memancing
Kriteria
Bobot
Keanekaragaman ikan
5
Kondisi lingkungan Sarana prasarana Aksesibilitas
4
Kategori Penilaian Kawasan Nilai Sangat sesuai Sesuai (skor Kurang sesuai (skor x bobot) (skor 5) 3) (skor 1) Banyak terdapat Cukup Tidak terdapat Jlf jenis ikan yang banyak atau hanya cocok untuk terdapat jenis sedikit jenis memancing ikan yang ikan yang cocok untuk cocok untuk memancing memancing 3 Ketentuan 2 Ketentuan 0-1 Ketentuan KLf
4
4-5 Ketentuan
3 Ketentuan 0-2 Ketentuan
SPf
4
3 Ketentuan
2 Ketentuan 0-1 Ketentuan
ASf
Sumber : Modifikasi Wudianto, et al. (1999) in Yulianto (2006)
Keterangan : Jlf : Nilai untuk kriteria keanekaragaman ikan KLf : Nilai untuk kriteria kondisi lingkungan SPf : Nilai untuk kriteria sarana prasarana Asf : Nilai untuk kriteria aksesibilitas 3.5.3
Analisis kesesuaian wisata
3.5.3.1 Indeks kesesuaian wisata Kesesuaian Wisata merupakan kriteria sumberdaya dan lingkungan terhadap kebutuhan akan pengembangan wisata (Yulianda, 2008). IKW = ∑[Ni/Nmaks] x 100% Keterangan : IKW = Indeks Kesesuaian Wisata Ni = Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
20
3.5.3.2 Kesesuaian kawasan wisata memancing Kawasan Wisata Memancing : NKPF = Keterangan : NKPF = Nilai kesesuaian kawasan wisata untuk memancing Jlf = Nilai untuk kriteria keanekaragaman ikan KLf = Nilai untuk kriteria kondisi lingkungan SPf = Nilai untuk kriteria sarana prasarana Asf = Nilai untuk kriteria aksesibilitas ∑Bki = Jumlah skor maksimal dari seluruh parameter yang dijumlahkan Tabel 5. Baku mutu air laut untuk biota laut No. Parameter Satuan Fisika Kecerahana M 1.
Baku Mutu Coral : >5 Mangrove : Lamun : >3 Alami3 Coral : 20 Mangrove : 80 Lamun : 20 Alami3© Coral : 28-30© Mangrove : 28-32© Lamun : 28-30© Nihil1(4)
2. 3.
Kebauan Padatan Tersuspensi Totalb
mg/L
4.
Suhuc
o
5.
Sampah
-
1. 2.
Kimia pHd Salinitase
‰
3. 4. 5. 6.
Oksigen terlarut (DO) Ammonia bebas (NH3-N) Fosfat (PO4-P) Nitrat (NO3-N)
Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L
7-8,5(d) Alami3(e) Coral : 33-34(e) Mangrove: s/d -34(e) Lamun : 33-34(e) >5 0,3 0,015 0,008
1.
Biologi Plankton
Sel/100 ml
Tidak bloom6
C
Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut in Mukhtasor (2007)
21
Keterangan tabel 5: 1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan) 2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasional maupun nasional 3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam, dan musim) 4. Pengamatan oleh manusia (visual) 5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yng diacu adalah lapisan tipis (thin layer) dengan ketebalan 0,01 mm 6. Tidak bloom adalah tidak terjadi pertumbuhan berlebihan yang dapat menyebabkan eutrofikasi. Pertumbuhan plankton yang berlebihan dipengaruhi oleh nutrient, cahaya, suhu, kecepatan arus, dan kestabilan plankton itu sendiri. 7. TBT adalah zat antifouling yang bisaanya terdapat pada cat kapal a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic b. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi ratarata musiman c. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami d. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH e. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman f. berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan, dan Heptachlor g. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi ratarata musiman 3.5.4
Analisis daya dukung kawasan (DDK) DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat
ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus : DDK = K x Lp/Lt x Wt/Wp Keterangan : DDK = Daya Dukung Kawasan K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp = Luas area atas panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt = Unit area untuk kategori tertentu Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu
22
Untuk potensi ekologis pengunjung per satuan unit area dengan luas area atas panjang area yang dapat dimanfaatkan disajikan dalam Tabel 6. Dan waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata disajikan dalam Tabel 7. Tabel 6. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) ∑ Pengunjung (orang)
Unit Area (Lt)
Selam
2
2000 m2
Setiap 2 org dalam 200 m x 10 m
Snorkling
1
500 m2
Setiap 1 org dalam 100 m x 5 m
Wisata Lamun
1
500 m2
Setiap 1 org dalam 100 m x 5 m
Wisata Mangrove
1
50 m
Dihiung panjang track, setiap 1 org sepanjang50 m
Rekreasi Pantai
1
50 m
1 org setiap 50 m panjang pantai
Wisata Olah Raga
1
50 m
1 org setiap 50 m panjang pantai
Jenis Kegiatan
Keterangan
Sumber : Yulianda (2008)
Tabel 7. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata No
Kegiatan
Waktu yang dibutuhkan Wp-(jam)
Total waktu 1 hari Wt-(jam)
1
Selam
2
8
2
Snorkling
3
6
3
Berenang
2
4
4
Berperahu
1
8
5
Berjemur
2
4
6
Rekreasi Pantai
3
6
7
Olah Raga Air
2
4
8
Memancing
3
6
9
Wisata mangrove
2
8
10
Wisata lamun & ekosistem lainnya
2
4
11
Wisata satwa
2
4
Sumber : Yulianda (2008)
23
3.5.5 Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (S) dan peluang (O), nemun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan
(W)
dan
ancaman
(T).
Analisis
SWOT
membandingkan antara faktor eksternal peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats)
dengan
faktor
internal
kekuatan
(Strenghts)
dan
kelemahan
(Weaknesses). Analisis SWOT didasarkan asumsi bahwa strategi yang efektif adalah memaksimalkan kekuatan dan kesempatan yang dimiliki serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dihadapi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan faktor eksternal. Sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating. Dari analisis SWOT ini akan dihasilkan matriks SWOT. Matriks ini dapat menghasilkan 4 set kemungkinan alternatif. Keempat strategi tersebut adalah: 1.
SO, dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya
2.
ST, yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman
3.
WO, strategi ini ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada
4.
WT, strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman
Kerangka kerja dengan menggunakan pendekatan analisa SWOT adalah sebagai berikut: 1.
Analisa dan pembuatan matriks IFE (Internal Faktor Evaluation)
2.
Analisa dan pembuatan matriks EFE (External Faktor Evaluation)
3.
Pembuatan matriks SWOT
4.
Pembuatan table rangking alernatif strategi
24
3.5.5.1 Analisa dan pembuatan matriks IFE 1.
Buat daftar critical success faktors (faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan/kegagalan usaha) yang menjadi kekuatan (Strenghts) dan kelemahan (Weaknesses)
2.
Tentukan bobot dari critical success faktors sesudai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,00
3.
Beri rating untuk masing-masing faktor berdasarkan pengaruh/respon faktor-faktor tersebut terhadap pegelolaan ekosistem pesisir di Pantai Tanjung Kerasak (nilai: 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 = kurang penting). Kemudian kalikan antara bobot dengan nilai ratingnya dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya
4.
Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total
3.5.5.2 Analisa dan pembuatan matriks EFE 1.
Buat daftar critical success faktors (faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan/kegagalan usaha) yang menjadi peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats)
2.
Tentukan bobot dari critical success faktors sesudai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,00
3.
Beri rating untuk masing-masing faktor berdasarkan pengaruh/respon faktor-faktor tersebut terhadap pegelolaan ekosistem pesisir di Pantai Tanjung Kerasak (nilai: 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 = kurang penting). Kemudian kalikan antara bobot dengan nilai ratingnya dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya
4.
Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total Bobot yang diberikan pada tiap faktor disesuaikan dengan skala
kepentingannya terhadap pengelolaan ekosistem pesisir untuk pengembangan kawasan wisata pantai di Pantai Tanjung Kerasak. Bobot setiap faktor internal dan eksternal ditentukan dengan metode Paired Comparison.
25
Skala yang digunakan untuk mengisi kolom dalam menentukan bobot setiap faktor adalah: 1.
Bobot 1, jika indikator faktor horizontal kurang penting dibandingkan indikator faktor vertikal
2.
Bobot 2, jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal
3.
Bobot 3, jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan indikator faktor vertikal
4.
Bobot 1, jika indikator faktor horizontal sangat penting dibandingkan indikator faktor vertikal
Tabel 8. Matriks IFE/EFE Faktor A Strategis Int/Eks A B C … Total
B
C
…
Total
Bobot
X1 X2 X3 Xi □ Xi
□1 □2 □3 □i □□i
Sumber: Rangkuti (1997)
Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variable terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan rumus :
Keterangan: = bobot faktor ke-i i Xi = nilai faktor ke-i i = 1,2,3,…n n = jumlah faktor 3.5.5.3 Pembuatan matriks SWOT Setelah selesai menyusun matriks IFE dan EFE, langkah selanjutnya adalah membuat matriks SWOT, di mana setiap unsure SWOT yang ada dihubungkan untuk memperoleh alternatif strategi.
26
Tabel 9. Matriks Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) IFE
Strengths (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal
Weaknesses (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal
Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman
EFE Opportunities (O) Tentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal Threats (T) Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal
Sumber: Rangkuti (1997)
3.5.5.4 Pembuatan tabel ranking altenatif strategi Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pemobotan akan menentukan rangking prioritas strategi. Jumlah skor ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi yang ada. Rangking alternatif rencana strategi disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10. Rangking alternatif rencana strategi No 1.
Unsur SWOT Strategi S-O SO1
2.
SO2
3.
Strategi S-T ST1
4.
ST2
5.
Strategi W-O WO1
6.
WO2
7.
Strategi W-T WT1
8.
WT2
dst
Sumber: Rangkuti (1997)
Keterkaitan S1, S2,…, Sn O1, O2,…,On S1, S2,…, Sn O1, O2,…,On S1, S2,…, Sn T1, T2,…,Tn S1, S2,…, Sn T1, T2,…,Tn W1, W2,…, Wn O1, O2,…,On W1, W2,…, Wn O1, O2,…,On W1, W2,…, Wn T1, T2,…,Tn W1, W2,…, Wn T1, T2,…,Tn
Jumlah Skor
Rangking
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.
Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Letak geografis, luas, dan administrasi Pantai Tanjung Kerasak termasuk wilayah Desa Pasir Putih, Kecamatan Tukak Sadai yang terletak pada wilayah bagian tenggara Kabupaten Bangka Selatan dengan luas wilayah Kecamatan Tukak Sadai 104,16 km². Secara administrasi wilayah kecamatan terbagi menjadi 5 desa, yaitu Desa Pasir Putih, Bukit Terap, Tiram, Tukak, dan Sadai. Pantai Tanjung Kerasak termasuk lokasi prioritas wisata dalam Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten Bangka Selatan (BAPPEDA, 2008). Pantai Tanjung Kerasak terletak pada posisi koordinat 3°3'21" LS dan 106°44'33" BT. Pantai Tanjung Kerasak berjarak ± 30 km dari Kota Toboali dengan luas wilayah kurang lebih 240 ha. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut : Utara
: Tanjung Eru,
Selatan
: Tanjung Besar,
Timur
: Selat Lepar,
Barat
: Kecamatan Tukak Sadai,
Pantai Tanjung Kerasak merupakan pantai berpasir putih dan berair jernih dan tenang. Di sekitar pantai, tumbuh hutan-hutan alam yang lebat. Ekosistem perairan pesisir Pantai Tanjung Kerasak tergolong lengkap dengan terdapatnya ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun, serta ekosistem mangrove. Daerah Tanjung Kerasak yang berhadapan langsung dengan Pulau Lepar, Pulau Panjang, Pulau Tinggi dan dekat daerah Pelabuhan Sadai. Selain keindahan pantai dengan pasir putih yang terhampar di pinggir pantai, daerah ini juga memiliki batu-batuan yang besar di sekitar pinggir pantai. Jumlah penduduk Desa Pasir Putih, Kecamatan Tukak Sadai menurut data pemerintah Desa Pasir Putih bulan Mei 2009 adalah 3.226 jiwa yang terdiri dari 1.680 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 1.586 jiwa. Sebagian besar penduduk Desa Pasir Putih bekerja sebagai
27
28
petani, selain itu ada juga yang bekerja sebagai penambang Timah Inkonvensional (TI), nelayan, buruh, dan pedagang. 4.1.2. Kondisi geologi, oseanografi, dan meteorologi Kawasan Tanjung Kerasak terletak di bagian tenggara Pulau Bangka dimana keadaan tanah di daerah Kabupaten Bangka Selatan mempunyai pH ratarata di bawah 5, di dalamnya mengandung mineral biji timah dan bahan galian lainnya seperti pasir kwarsa, kaolin, dan batu gunung (Sudaryadi, 2009). Perairan Bangka Selatan berada di tengah-tengah perairan Paparan Sunda. Sebagaimana paparan lainnya di sekitar Pulau Bangka adalah perairan laut dangkal dengan kedalaman 10-30 meter. Dengan pantai yang landai dengan kedalaman antara 1-10 meter di bawah MSL. Berdasarkan data pasang surut DISHIDROS 2008, tipe pasang surut perairan Kabupaten Bangka Selatan adalah pasang surut tunggal. Kisaran pasang surut di perairan Laut Bangka Selatan antara 3 sampai 4 meter (Sudaryadi, 2009). Gelombang besar terjadi pada bulan September sampai dengan Maret dengan ketinggian lebih dari 1 meter dengan periode sekitar 5 sampai 7 detik. Gelombang yang tidak terlalu besar terjadi pada bulan April sampai Agustus dengan ketinggian antara 5 sampai 40 cm dengan periode 1-2 detik (Sudaryadi, 2009). Arus laut adalah gerakan masa air laut yang disebabkan oleh perbedaan tekanan atau gaya gesekan angin permukaan di atasnya. Di perairan sekitar Pulau Bangka arus yang dominan adalah arus pasang surut dan arus musiman. Curah hujan di daerah Bangka bagian utara lebih tinggi dibandingkan dengan bagian selatan dan curah hujan bagian barat lebih tinggi dibandingkan bagian timur. Kabupaten Bangka Selatan beriklim Tropis Tipe A dengan variasi curah hujan antara 58,3 hingga 476,3 mm tiap bulan untuk tahun 2007 dengan curah hujan terendah pada bulan Agustus. Suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka Selatan berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Pangkalpinang menunjukkan variasi antara 26,00 °C hingga 27,30 °C. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 77,4 % hingga 87,3 % pada tahun 2007 (BAPPEDA, 2007).
29
4.1.3. Sarana dan prasarana Desa Pasir Putih memiliki fasilitas pendidikan berupa sebuah bangunan Sekolah Dasar Negeri dengan keadaan bangunan sekolah tersebut cukup baik. Fasilitas kesehatan yang tersedia sebagai pelayanan kesehatan di Desa Pasir Putih adalah sebuah bangunan Posyandu yang aktif. Fasilitas kesehatan di kawasan pesisir Tanjung Kerasak, Desa Pasir Putih masih sangat minim, umumnya masyarakat berobat ke ibukota kecamatan hingga ke ibukota kabupaten. Fasilitas peribatan dalam keadaan baik yang ada di Desa Pasir Putih berupa sebuah bangunan masjid serta sebuah mushola, dan semuanya dalam kondisi baik. Fasilitas yang berada di kawasan Pantai Tanjung Kerasak terdiri dari sebuah bangunan untuk tempat berteduh dan bersantai, dua buah toilet, dua buah kamar mandi, dan sebuah sumur sebagai sumber air bersih. Di sebelah selatan Pantai Tanjung Kerasak terdapat Balai Benih Udang yang merupakan salah satu agenda pemerintah setempat untuk mengembangkan potensi bahari wilayah Bangka Selatan. Berdasarkan pengamatan visual dan wawancara dengan masyarakat setempat, penanganan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga dan kegiatan lainnya (perkantoran dan sebagainya) masih dilakukan secara individu oleh masyarakat atau kelompok dengan cara dibakar di tempat atau dibuatkan lubang kemudian ditimbun. Sumber-sumber sampah ini terutama berasal pemukiman sebagai sampah domestik, warung, dan lainnya sebagai sampah non domestik. Sedangkan komposisi sampahnya terutama di kawasan pesisir Pantai Tanjung Kerasak diantaranya adalah sampah organik, kertas, plastik, kayu, dan lain sebagainya. Penerangan yang digunakan oleh rumah tangga yang ada di Pesisir Tanjung Kerasak, Desa Pasir Putih menggunakan diesel dan penerangan dengan sumber bahan minyak tanah. Belum ada pengembangan jaringan listrik melalui PLN. Penyediaan air bersih di kawasan pesisir Pantai Tanjung Kerasak disuplai oleh sumur gali. Belum ada pengembangan jaringan air bersih melalui PDAM. Kondisi jalan menuju Pesisir Tanjung Kerasak, Desa Pasir Putih secara umum dalam kondisi yang cukup baik dan sudah diaspal.
30
4.1.4. Transportasi dan komunikasi Sarana transportasi yang ada di kawasan Pantai Tanjung Kerasak, Desa Pasir Putih, Kecamatan Tukak Sadai meliputi jenis kendaraan bermotor dan tidak bermotor. Sarana kegiatan komunikasi di Desa Pasir Putih telah tersedia tower pemancar untuk telepon seluler sehingga sinyal dapat diterima dengan baik. Sarana transportasi yang bisaa digunakan menuju ke Kecamatan Tukak Sadai adalah bus umum, kendaraan pribadi, dan kendaraan sewaan. Sedangkan, sarana angkutan menuju wilayah pesisir Pantai Tanjung Kerasak dapat digunakan kendaraan pribadi ataupun kendaraan sewaan seperti sepeda motor, mobil dan bus. 4.1.5. Pemanfaatan lahan Berdasarkan pengamatan visual dan wawancara dengan Kepala Desa serta Sekertaris Desa Pasir Putih pemanfaatan lahan di kawasan Pesisir Pantai Tanjung Kerasak yang digunakan meliputi warung, posyandu, pemukiman, kebun sayursayuran dan buah-buahan, serta kebun karet dan lada. Luas kawasan pantai yang digunakan dan dikembangkan sebagai objek wisata adalah seluas 240 ha (BAPPEDA, 2008). 4.2.
Responden Masyarakat
4.2.1. Karakteristik responden masyarakat Masyarakat yang diwawancarai mayoritas berdomisili di sekitar pesisir Pantai Tanjung Kerasak, terdiri dari 10 orang laki-laki dan 20 orang perempuan. responden masyarakat di Pantai Tanjung Kerasak berusia antara 19-24 tahun dengan persentase 17%, 25-30 tahun 40%, 31-36 tahun 17%, 37-42 tahun 17%, 43-48 tahun 3%, dan 55-60 tahun 6% (gambar 3). Berdasarkan UU No. 20 tahun 1999 tentang Konvensi ILO mengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja dan UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja usia produktif bahwa kelompok umur produktif masyarakat bekerja, yakni antara usia 15-55 tahun. Hal ini menunjukkan kelompok umur produktif lebih banyak daripada kelompok umur yang tidak produktif.
31
40% 17%
6%
17%
19-24 tahun
25-30 tahun
17%
31-36 tahun
37-42 tahun
43-48 tahun
49-54 tahun
0% 3%
55-60 tahun
Gambar 3. Komposisi usia responden masyarakat Pantai Tanjung Kerasak Berdasarkan
tingkat
pendidikan
responden
masyarakat,
67%
berpendidikan terakhir SD, 10% berpendidikan SMA, 3% masing-masing bependidikan SMP dan S1, sedangkan 17% tidak menempuh pendidikan sekolah. Dapat dikatakan tingkat pendidikan penduduk daerah Pesisir Pantai Tanjung Kerasak masih rendah (Gambar 4). Pendidikan adalah salah satu faktor pendukung keberhasilan dalam pengembangan wisata pantai.
Dalam pengelolaan wisata pantai yang
berkelanjutan dibutuhkan tingkat kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya pengembangan dan pengelolaan ekosistem pesisir disertai pelestarian lingkungan hidup dan sumberdaya lainnya.
10%
3%
SD
17%
SMP/sederajat 3%
SMA/sederajat 67%
S1 Tidak sekolah
Gambar 4. Komposisi tingkat pendidikan responden masyarakat Pantai Tanjung Kerasak Masyarakat Desa Pasir Putih sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani, baik petani karet ataupun lada. Hal ini terlihat dari persentase responden masyarakat bermata pencaharian petani adalah sebesar 43%, 30% sebagai ibu rumah tangga, masing-masing 7% sebagai buruh dan nelayan, 3% sebagai pedagang di warung, sedangkan 10% tidak bekerja (Gambar 5). Walaupun sebagian besar responden masyarakat bekerja sebagai petani, pada umumnya masyarakat Desa Pasir Putih bekerja sesuai musim panen, baik musim
32
ikan, musim karet, musim lada. Para petani lada biasanya akan memanen hasil setiap dua tahun sekali, dan di antara waktu itu ada yang bekerja sebagai nelayan, ataupun menjadi buruh penambang Timah Inkonvensional (TI). Penduduk Desa Pasir Putih Banyak yang bekerja sebagai petani dan sudah memiliki kelompok petani kecil yang dibantu pemerintah daerah sehingga dapat bermanfaat dalam kegiatan pertanian mereka. Selain itu hasil panen dengan harga pasar yang lebih stabil dan keuntungan yang lebih pasti turut andil dalam pekerjaan yang mereka lakukan, yaitu bisa mencapai puluhan juta rupiah, dibandingkan bekerja sebagai nelayan ataupun penambang timah. Harga timah yang sangat tinggi di pasar, yakni berkisar Rp. 35.000,- per kilogram sangat menggiurkan untuk dijadikan usaha oleh penduduk Pulau Bangka. Hasil timah tidak selalu banyak, kadang-kadang ada yang bisa mendapat hasil hingga bertonton, tetapi seringnya hanya mendapat beberapa kilogram. Penghasilan per minggu relatif beragam mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Wilayah pesisir Pantai Tanjung Kerasak sangat potensial dikembangkan untuk objek wisata pantai. Sebagai wilayah yang potensial untuk dikembangkan, wilayah pesisir Pantai Tanjung Kerasak diharapkan mampu membuka lapangan kerja baru yang nantinya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat. 7% 43% 10% 30% 3%
7%
Ibu rumah tangga Pedagang warung Petani Buruh Nelayan Pengangguran
Gambar 5. Komposisi jenis pekerjaan responden masyarakat Pantai Tanjung Kerasak Masyarakat Pesisir Pantai Tanjung Kerasak memiliki tingkat pendapatan yang tergolong cukup rendah. Hampir sebagian besar penduduk belum mempunyai penghasilan dengan persentase responden 43%. Masyarakat yang berpendapatan kurang dari Rp.500.000,- per bulannya sebesar 19%, antara Rp.500.000,- s/d Rp. 1.000.000,- per bulannya sebesar 6%, dan antara Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 2.000.000,- sebesar 32% (Gambar 6). Adanya perbedaan
33
besar pendapatan masyarakat dapat disebabkan oleh berbedanya jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat di Pantai Tanjung Kerasak.
7%
19% 42%
< Rp. 500.000,Rp. 500.000,- s/d Rp. 1.000.000,-
32%
Rp. 1.000.000,- s/d 2.000.000,Tidak mempunyai penghasilan
Gambar 6. Komposisi tingkat pendapatan responden masyarakat Pantai Tanjung Kerasak 4.2.2. Persepsi responden masyarakat Masyarakat Pantai Tanjung Kerasak mayoritas mengatakan bahwa sarana instalasi listrik dan tempat sampah yang berada di kawasan Pesisir Pantai Tanjung Kerasak masih kurang atau belum dikembangkan dengan baik, terlihat dari 100 % responden masyarakat mengatakan bahwa sarana-sarana tersebut masih kurang memadai. Sarana penyediaan air bersih, 54% responden masyarakat mengatakan sudah baik, 20 % mengatakan cukup baik, dan sisanya sebanyak 26% mengatakan masih kurang baik. Penilaian masyarakat mengenai sarana transportasi menuju lokasi sudah cukup baik, terlihat dari persentase bahwa 54% responden masyarakat mengatakan sarana transportasi sudah cukup, 3% responden mengatakan sudah baik, dan sebanyak 43% responden mengatakan masih kurang. Kios makanan dan minuman yang ada di lokasi wisata ini sudah dianggap cukup memadai oleh responden, yaitu sebanyak 43% mengatakan cukup, dan 30% mengatakan kurang baik, serta sisanya sebanyak 27% mengatakan sudah memadai. Kondisi jalan menuju tempat wisata Pantai Tanjung Kerasak secara umum dalam kondisi yang cukup baik, terlihat bahwa 47% mengatakan kondisi jalan cukup baik, 37% mengatakan baik, dan 16% mengatakan kurang. Tempat ibadah di wilayah Pantai Tanjung Kerasak menunjukkan kondisi yang cukup baik, terlihat bahwa 57 % responden masyarakat mengatakan tempat ibadah cukup, dan 43% responden mengatakan sudah baik (Gambar 7).
34
120
% Persepsi masyarakat
100 80 60 Baik
40
Cukup
20
Kurang baik
0
Parameter
Gambar 7. Persepsi responden masyarakat terhadap sarana dan prasarana Pantai Tanjung Kerasak Sarana dan prasarana umum di wilayah pesisir Pantai Tanjung Kerasak berada dalam kondisi yang kurang memadai. Padahal sarana dan prasarana ini merupakan fasilitas pendukung yang menjadi parameter dalam mendorong pengembangan wisata di kawasan Pantai Tanjung Kerasak. Kondisi sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan untuk mendukung pengembangan wisata yang ada di Pantai Tanjung Kerasak. Sarana dan prasarana yang diperlukan diantaranya adalah pembangunan kios-kios makanan dan suvenir, WC umum dan mushola karena mushola hanya terdapat di wilayah Desa Pasir Putih, dan WC umum tidak terpelihara. Selain itu, penyediaan air bersih di kawasan pantai hanya berupa sumur yang dinilai masih kurang, serta sarana penunjang atraksi wisata yang belum terdapat di kawasan ini adalah lahan untuk tempat parkir kendaraan para pengunjung. Menurut masyarakat desa, pemerintah daerah telah memberikan bantuan untuk membantu kawasan Desa pasir Putih; diantaranya dalam bentuk pembangunan jalan dan lampu penerangan jalan, pemberian sembako (Sembilan bahan pokok), pemberian simpan pinjam, serta pengembangan PKK dan kelompok tani. Peraturan di dalam kawasan Pantai Tanjung Kerasak belum dibuat secara tertulis, seperti belum adanya pembatasan kawasan berenang ataupun pelarangan pembakaran dekat pepohonan pantai. Dalam hal ini pihak desa sudah berembuk
35
bersama Badan Perwakilan Desa (BPD) dalam rapat desa untuk menjaga ketertiban di sekitar pantai, walaupun belum dihasilkan dalam peraturan resmi. Selain itu pihak desa serta pemerintah daerah mengusahakan pembangunan ruas jalan alternatif untuk menghindari kemacetan pada hari-hari libur di sekitar desa. Pendapat terhadap kondisi sumberdaya alam di wilayah pesisir Pantai Tanjung Kerasak cenderung sama. Hal ini terlihat dari kondisi keindahan pantai, 80% responden mengatakan bahwa kondisi keindahan pantai dalam keadaan baik, dan 20% responden mengatakan keindahan pantai dalam kondisi sangat baik. Kawasan Pantai Tanjung Kerasak nyaman untuk dikunjungi, terlihat dari 60% responden yang mengatakan kawasan pantai dalam kondisi nyaman, 14% responden masyarakat mengatakan kawasan pantai dalam kondisi sangat nyaman, dan 26% responden mengatakan kawasan pantai dalam kondisi cukup nyaman. Sebagian besar responden, yaitu sebanyak 64% terhadap kondisi pasir pantai dianggap baik, yaitu berwarna putih kekuningan, 30% responden masyarakat mengatakan kondisi pasir laut dalam keadaan cukup baik, yaitu berwarna kuning kecokelatan, dan sebanyak 6% responden mengatakan kondisi pasir laut dalam keadaan sangat baik, yaitu berwarna putih bersih. Pendapat masyarakat mengenai kondisi kejernihan air laut, 70% mengatakan air laut berada dalam kondisi baik, yaitu berwarna biru dan terlihat sampai ke dasar, 30% mengatakan air laut dalam kondisi cukup baik, yaitu yaitu berwarna biru, terlihat dasar dan ombak besar. Selain itu, potensi sumberdaya perikanan untuk memancing dalam kondisi yang baik menurut masyarakat setempat sebesar 56%, 30% masyarakat mengatakan potensi sumberdaya perikanan untuk memancing dalam kondisi yang sangat baik, dan sisanya 14% responden mengatakan potensi sumberdaya perikanan untuk memancing dalam kondisi yang cukup baik. Kondisi baik ini dimaksudkan yaitu tetap ada berbagai jenis ikan yang tertangkap, terutama ketika musim penangkapan ikan di sekitar pantai. Ada dua pulau kecil yang terdapat di Pantai Tanjung Kerasak, dan bila air surut pulau-pulau ini dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Sebanyak 70% masyarakat mengatakan kondisi pulau kecil yang ada di pantai ini dalam keadaan sangat baik, dan sebayak 30% responden mengatakan kondisi pulau kecil yang
36
ada di pantai ini dalam keadaan baik. Pantai ini juga dihiasi batuan–batuan granit, 100% responden masyarakat mengatakan bahwa kondisi batu granit di Pantai Tanjung Kerasak dalam keadaan yang sangat baik (Gambar 8). Potensi sumberdaya yang ada di Pantai Tanjung Kerasak sangat indah dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata. Secara umum potensi yang ada di Pantai Tanjung Kerasak berada dalam kondisi yang baik dan masih alami. Bagi masyarakat sekitar, Pantai Tanjung Kerasak sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata. Menurut mereka daya tarik yang menonjol dari pantai ini; yaitu pemandangan indah pantai yang menjadi tujuan utama, air laut yang jernih, pasir pantai yang putih, pulau dengan bebatuan granit,
% Persepsi masyarakat
serta sumberdaya perikanan untuk memancing. 120 100 80 60 40
Sangat baik
20
Baik
0
Cukup
Parameter
Gambar 8. Persepsi responden masyarakat terhadap kondisi sumberdaya Pantai Tanjung Kerasak Jika dilihat secara visual permasalahan yang ada di Pantai Tanjung Kerasak adalah adanya penambangan Timah Inkonvensional (TI) yang bisa mengganggu keindahan pantai, selain itu masalah kebersihan kawasan pantai juga mengganggu pemandangan pantai. Dari hasil wawancara dengan masyarakat sekitar, mayoritas mengatakan bahwa kebersihan pantai adalah masalah pada sumberdaya alam dan lingkungan pantai. Sebanyak 44% responden masyarakat mengatakan bahwa kebersihan adalah masalah utama. Sebanyak 23% responden mengatakan bahwa penambangan timah di sekitar perairan pantai menjadi masalah yang merusak lingkungan. Sebanyak 3% responden masyarakat
37
mengatakan bahwa keterbatasan sarana merupakan masalah dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan pantai. Sisanya masing-masing sebanyak 30% responden masyarakat mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada masalah yang mengganggu sumberdaya alam dan lingkungan pantai (Gambar 9).
23%
30%
3%
Tidak ada Kebersihan Sarana terbatas
44%
Penambangan timah
Gambar 9. Permasalahan pada sumberdaya alam Pantai Tanjung Kerasak Menurut masyarakat, dengan adanya kegiatan wisata yang berlangsung sampai saat diadakannya penelitian memberi dampak bagi kehidupan masyarakat kmasyarakat desa, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif tersebut, yakni kawasan pantai dan desa menjadi ramai serta dikenal masyarakatdari luar desa sehingga terjadi interaksi antara pengunjung dan masyarakat desa. Tetapi dampak negatif dapat memberikan masalah pada lingkungan dan sosial. Sebagian besar masyarakat berpendapat dengan adanya kegiatan wisata yang dilakukan pengunjung di pantai ikut berperan terhadap kotornya kawasan
pantai, yaitu kerusakan pada pohon yang bagian bawah
batangnya digunakan sebagai alas pembakaran, dan pembuangan sampah sembarangan. Sedangkan dari sisi sosial, yakni kelakuan wisatawan yang berwisata dengan membawa minuman keras cukup mengusik karena ditakutkan akan adanya tindakan kriminal ataupun ditiru oleh masyarakat sekitar; selain itu jika hari libur dan diadakan acara musik, keadaan pantai yang sangat ramai menimbulkan kemacetan oleh pengendara motor dan pejalan kaki, dan hal ini cukup mengkhawatirkan para orangtua yang mempunyai anak kecil. 4.2.3. Keterlibatan responden masyarakat Masyarakat Pantai Tanjung Kerasak sebagian besar ingin terlibat dalam kegiatan wisata di Pantai Tanjung Kerasak. Responden masyarakat yang
38
menyatakan ingin terlibat sebanyak 80%, dan 20% lainnya mengatakan tidak ingin terlibat dalam kegiatan wisata di Pantai Tanjung Kerasak (Gambar 10). Keinginan untuk terlibat dalam kegiatan pengembangan wisata, antara lain dalam bentuk penyediaan jasa pemandu wisata atau tour guide, penyedia kios makanan dan minuman di dekat lokasi wisata, penjaga pantai, serta ingin terlibat sesuai pendidikan yang telah ditempuh, atau yang sesuai yang dibutuhkan.
20%
Ya
80%
Tidak
Gambar 10. Keterlibatan responden masyarakat dalam kegiatan wisata Pantai Tanjung Kerasak Menurut
sebagian
besar
masyarakat
yang
diwawancara
adanya
penambangan timah dan kebersihan belum menjadi masalah. Selain itu, alasan ketidakterlibatan responden masyarakat dalam kegiatan wisata disebabkan oleh mereka hanya ingin mengurus keluarga mereka di rumah, dan ada juga tidak memiliki cukup modal untuk membuka usaha sampingan tersebut. 4.3. Responden Pengunjung 4.3.1. Karakteristik responden pengunjung Berdasarkan wawancara dengan Kepala Desa serta Sekertaris Desa Pasir Putih jumlah pengunjung Pantai Tanjung Kerasak bisa mencapai 1.000 orang pada hari libur nasional ataupun bila diadakan acara-acara penting, seperti pertunjukan musik; dan bila hari biasa pengunjung bisa mencapai 100 orang. Pengunjung yang diwawancara berjumlah 30 orang. Diambil 30 orang karena di Pantai Tanjung Kerasak sudah menjadi objek wisata, sehingga pengunjung tidak sulit ditemui khususnya pada hari libur. Kisaran usia responden pengunjung yang datang ke Pantai Tanjung Kerasak adalah 15-20 tahun dengan persentase 40%, 21-26 tahun dengan persentase 33%, 27-32 tahun dengan persentase 7%, 33-38 tahun dengan persentase 17%, dan usia 45-52 tahun 3% (Gambar 11). Dari data
39
yang diperoleh menunjukkan bahwa kisaran usia 15 tahun sampai dengan 20 tahun adalah mayoritas pengunjung. 0% 3% 7%
17%
40%
33%
15-20 tahun
21-26 tahun
27-32 tahun
33-38 tahun
39-44 tahun
45-52 tahun
Gambar 11. Komposisi usia responden pengunjung Pantai Tanjung Kerasak Pengunjung Pantai Tanjung Kerasak mayoritas berasal dari Kabupaten Bangka Selatan. Hal ini terlihat dari persentase komposisi asal pengunjung yang menunjukkan bahwa pengunjung asal Tiram, Kecamatan Tukak Sadai dengan persentase 47% dan Kecamatan Toboali dengan persentase 27%. Sedangkan sisanya adalah pengunjung yang berasal dari Kabupaten Bangka Tengah, yaitu Desa Air Mesuk sebanyak 13% dan Kabupaten Bangka, yaitu dari Kota Sungailiat sebanyak 3% (Gambar 12). Pengunjung Pantai Tanjung Kerasak kebanyakan adalah wisatawan asal Kabupaten Bangka Selatan, tetapi pada kenyataannya ada juga wisatawan yang datang dari kabupaten lain. Wisatawan yang datang dari luar Kabupaten Bangka Selatan ini datang ke Pantai Tanjung Kerasak dari informasi teman atau keluarga mereka, baik melalui mulut ke mulut ataupun sarana komunikasi elektronik, seperti telepon seluler maupun internet. Keindahan dan kealamian Pantai Tanjung Kerasak merupakan daya tarik wisatawan yang datang untuk menikmatinya. Melihat minat dan motivasi pengunjung yang datang ke Pantai Tanjung Kerasak ini, maka diperlukan peningkatan promosi ke setiap daerah yang ada di dalam maupun ke luar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung agar kegiatan pariwisata di Pantai Tanjung Kerasak dapat terus berkembang mengingat potensi-potensi wisata pantai di provinsi ini sebenarnya sudah cukup dikenal oleh masyarakat di luar provinsi melalui sarana komunikasi elektronik seperti televisi dan internet.
40
13%
3% Toboali Tiram Air Mesuk Sungailiat
37% 47%
Gambar 12. Komposisi asal responden pengunjung Pantai Tanjung Kerasak Pengunjung Pantai Tanjung Kerasak memiliki tingkat pendidikan yang cukup bervariasi. Pengunjung yang berpendidikan SD adalah sebesar 17%, SMP/sederajat sebesar 7%, SMA/sederajat sebesar 66%, masing–masing sebesar 3% berpendidikan D1, D3, S1 (Gambar 13). Pengunjung Pantai Tanjung Kerasak memiliki rata-rata tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Banyaknya pengunjung yang merupakan lulusan SMA/sederajat menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka akan semakin tinggi pula kesadaran dan pemahaman tentang lingkungan dan sumberdaya alam lainnya. Hal ini berdasarkan pernyataan Damanik dan Weber (2006) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kecenderungan manusia utnuk menyadari dan memahami tentang lingkungan dan sumberdaya alam akan semakin tinggi pula.
3% 3% 67%
3% 17%
7%
0%
SD SMP/sederajat SMA/sederajat D1 D3 S1
Gambar 13. Komposisi tingkat pendidikan responden pengunjung Pantai Tanjung Kerasak Responden pengunjung Pantai Tanjung Kerasak memiliki pekerjaan yang cukup bervariasi. Sebanyak 24% pengunjung adalah ibu rumah tangga, sebanyak 20% pengunjung masing-msing adalah wiraswasta dan pelajar, 13 % responden pengunjung bekerja sebagai PNS, sebanyak 10% pengunjung bekerja sebagai penambang timah TI, 3% pengunjung masing-masing sebagai apoteker dan petani, sedangkan sisanya tidak bekerja sebanyak 7% (Gambar 19).
41
7% 23%
20%
14%
10% 20%
3%
3%
Ibu rumah tangga
PNS
Petani
Wiraswasta
TI
Apoteker
Pelajar
Pengangguran
Gambar 14. Komposisi jenis pekerjaan responden pengunjung Pantai Tanjung Kerasak Pendapatan
umumnya
berhubungan
dengan
frekuensi
kunjungan
wisatawan. Responden pengunjung Pantai Tanjung Kerasak memiliki pendapatan yang cukup bervariasi, yaitu pendapatan sebesar
Rp. 2.000.000,- dengan persentase sebesar 17%, dan pengunjung yang belum memiliki pendapatan sebesar 50% (Gambar 15). 3% 3% 50%
27%
< Rp. 500.000,Rp. 500.000,- s/d Rp. 1.000.000,Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 2.000.000,-
17%
> Rp. 2.000.000,Belum mempunyai penghasilan
Gambar 15. Komposisi tingkat pendapatan responden pengunjung Pantai Tanjung Kerasak Perbedaan pada tingkat pendapatan para pengunjung yang datang ke Pantai Tanjung Kerasak dapat disebabkan karena perbedaan jenis dan tingkatan pekerjaan, juga dapat disebabkan oleh perbedaan tingkat pendidikan. Pengunjung yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi. 4.3.2. Persepsi responden pengunjung Kondisi sarana dan prasarana di Pantai Tanjung Kerasak sangat mempengaruhi persepsi pengunjung terhadap kegiatan yang berjalan di kawasan
42
Pantai Tanjung Kerasak. Sebanyak 30 orang pengunjung yang diwawancarai, 84% mengatakan aksesibilitas Pantai Tanjung Kerasak baik, dan 16% pengunjung mengatakan cukup. Dari segi pelayanan, 90% mengatakan pelayanan di kawasan pantai kurang baik, sedangkan sisanya sebanyak 10% mengatakan tidak mengetahui tentang pelayanan di kawasan pantai. Sebanyak 43% responden mengatakan air bersih dalam kondisi cukup, sebanyak 10% responden mengatakan kondisi air bersih baik, sedangkan 40% mengatakan kondisinya kurang baik dan 7% pengunjung tidak mengetahui tentang sarana air bersih di kawasan pantai. Sarana transportasi menuju lokasi wisata Pantai Tanjung Kerasak masih kurang, terlihat dari 83% responden mengatakan bahwa sarana transportasinya kurang, sebanyak 7% mengatakan cukup, sedangkan sebanyak 10% pengunjung tidak tahu.
Sebanyak 54% responden mengatakan kondisi jalan baik, 30%
mengatakan cukup dan 16% mengatakan kondisi jalan kurang. Kondisi warung makanan dan suvenir menurut 77% responden mengatakan bahwa kondisinya masih kurang, 23% mengatakan cukup. Instalasi listrik di kawasan ini menurut responden masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari 97% responden yang mengatakan bahwa instalasi listrik masih kurang, sedangkan 3% responden tidak mengetahui tentang sarana instalasi listrik di kawasan pantai. Sebanyak 50% responden mengatakan toilet di dalam kawasan pantai masih kurang, sebanyak 33% responden mengatakan toilet sudah cukup, 10% responden mengatakan kondisi toilet baik dan 7% pengunjung tidak mengetahui tentang sarana toilet di kawasan pantai. Seluruh pengunjung yang diwawancara, yakni 100% responden mengatakan bahwa sarana tempat sampah di kawasan pantai dirasa masih kurang. Sebanyak 33% pengunjung mengatakan bahwa tempat ibadah si sekitar kawasan Pantai Tanjung Kerasak sudah cukup, 27% mengatakan sudah baik, sedangkan sebanyak 27% responden mengatakan sarana tempat ibadah di sekitar kawasan pantai masih kurang, dan sisanya sebanyak 13% pengunjung tidak mengetahui tentang sarana tempat ibadah di kawasan pantai. Keamanan di sekitar Pantai Tanjung Kerasak sudah baik menurut 53% pengunjung, 6% mengatakan
43
cukup, 17% mengatakan kurang baik karena belum ada petugas keamanan yang secara resmi mengontrol kondisi pantai, sedangkan 23% mengatakan tidak mengetahui tentang keamanan di kawasan pantai. Peraturan dalam kawasan pantai masih dirasa kurang oleh 43% pengunjung, 20% pengunjung mengatakan sudah baik, 10% mengatakan sudah cukup, sedangkan 27% pengunjung tidak mengetahui tentang peraturan di kawasan pantai. Sarana perahu untuk pengunjung, terutama untuk pengunjung yang ingin memancing dinilai masih kurang oleh sebagian besar pengunjung, yaitu sebanyak 73% pengunjung, sedangkan 27% pengunjung tidak mengetahui tentang sarana perahu di kawasan pantai (Gambar 16).
% Persepsi pengunjung
120 100 80 Baik
60
Cukup
40 Kurang baik
20
Tidak tahu
0
Sarana dan prasarana
Gambar 16. Persepsi responden pengunjung mengenai sarana dan prasarana Pantai Tanjung Kerasak Pengadaan tiket masuk pernah dilakukan oleh pemerintah desa setempat dibantu Karang Taruna serta pemuda-pemuda desa, dan diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi masyarakat serta pengelolaan lingkungan pantai ke depannya. Kurangnya koordinasi menyebabkan pengadaan tiket tidak diberlakukan lagi, walaupun dari pihak pengunjung sendiri tidak keberatan dengan diberlakukannya tiket masuk selama tidak memberatkan. Usulan pengunjung harga tiket masuk yang sesuai berkisar antara Rp.1.000,- s/d Rp.2.500,- untuk perorangan; Rp.2.000,- s/d Rp.5.000,- untuk sepeda motor; serta Rp.5.000,- s/d Rp.15.000,untuk mobil dan bis.
44
Karena belum adanya pengembangan dan pengelolaan secara terpadu, dapat dilihat masih banyak kekurangan yang terdapat di kawasan Pantai Tanjung Kerasak. Hal ini diharapkan dapat menjadi evaluasi setiap pihak yang terlibat dalam kegiatan wisata yang sedang berlangsung, baik dari pihak pemerintah, masyarakat setempat, maupun wisatawan yang berkunjung. Pendapat terhadap kondisi sumberdaya alam di wilayah pesisir Pantai Tanjung Kerasak sudah dalam kondisi baik. Hal ini terlihat dari keaslian lingkungan, 77% responden mengatakan bahwa keaslian lingkungan pantai dalam keadaan baik, dan 23% responden mengatakan lingkungan pantai masih sangat asli. Sebanyak 50% responden mengatakan bahwa kondisi keindahan pantai dalam keadaan baik, dan 50% responden mengatakan keindahan pantai dalam kondisi sangat baik. Kawasan Pantai Tanjung Kerasak nyaman untuk dikunjungi, terlihat dari 84% responden yang mengatakan kawasan pantai dalam kondisi nyaman, 13% responden mengatakan kawasan pantai dalam kondisi sangat nyaman, dan 3% responden mengatakan kawasan pantai dalam kondisi cukup nyaman. Sebagian besar responden, yaitu sebanyak 63% terhadap kondisi pasir pantai dianggap baik, yaitu berwarna putih kekuningan dan sebanyak 37% responden mengatakan kondisi pasir laut dalam keadaan sangat baik, yaitu berwarna putih bersih. Pendapat pengunjung mengenai kondisi kejernihan air laut, 74% mengatakan air laut berada dalam kondisi baik, yaitu berwarna biru dan terlihat sampai ke dasar, 13% mengatakan air laut dalam kondisi cukup baik, yaitu yaitu berwarna biru, terlihat dasar dan ombak besar, dan 13% mengatakan kejernihan air laut sangat baik. Selain itu, potensi sumberdaya perikanan untuk memancing dalam kondisi yang baik menurut pengunjung sebesar 77%, 17% responden mengatakan potensi sumberdaya perikanan untuk memancing dalam kondisi yang sangat baik, dan sisanya 6% responden mengatakan potensi sumberdaya perikanan untuk memancing dalam kondisi yang cukup baik. Ada dua pulau kecil yang terdapat di Pantai Tanjung Kerasak, dan bila air surut pulau-pulau ini dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Sebanyak 63% pengunjung mengatakan kondisi pulau kecil yang ada di pantai ini dalam keadaan sangat baik, dan sebayak 37% responden mengatakan kondisi pulau kecil yang
45
ada di pantai ini dalam keadaan baik. Pantai ini juga dihiasi batuan–batuan granit, 23% responden mengatakan bahwa kondisi batu granit di Pantai Tanjung Kerasak dalam keadaan yang sangat baik, dan 86% responden mengatakan bahwa kondisi batu granit di Pantai Tanjung Kerasak dalam keadaan yang baik (Gambar 17).
% Persepsi pengunjung
120 100 80 60 40 Sangat baik
20
Baik
0
Cukup Kurang baik
Kondisi lingkungan
Gambar 17. Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi sumberdaya Pantai Tanjung Kerasak Faktor lingkungan menjadi faktor-faktor penting untuk menarik minat wisatawan. Berdasarkan survei yang dilakukan Yourvisit (2002) in Damanik dan Weber (2006) para wisatawan menganggap kebersihan pantai dan perairan menjadi faktor terpenting yang diharapkan dengan persentase 64,5%. 4.4. Potensi Sumberdaya 4.4.1. Sumberdaya pantai Pantai Tanjung Kerasak merupakan pantai berpasir putih dan berair jernih dan tenang. Di sekitar pantai tumbuh hutan-hutan alam yang lebat. Ekosistem perairan pesisir Pantai Tanjung Kerasak tergolong lengkap dengan terdapatnya ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun, serta ekosistem mangrove. Daerah Tanjung Kerasak yang berhadapan langsung dengan Pulau Lepar, Pulau Panjang, Pulau Tinggi dan dekat daerah Pelabuhan Sadai. Selain keindahan pantai dengan pasir putih yang terhampar di pinggir pantai, daerah ini juga memiliki batu-batuan yang besar di sekitar pinggir pantai.
46
a. Pulau kecil dan batu granit
b. Laut dengan ombak yang tenang
Gambar 18. Kondisi Pantai Tanjung Kerasak Pantai Tanjung Kerasak merupakan pantai yang landai berpasir putih dan alami serta dihiasi dengan bebatuan. Secara umum, pantai ini dapat digolongkan dalam jenis pantai berbatu dengan material dasar utama berupa pasir putih. Pulau yang terdapat di depan pantai membuat air bergelombang sangat tenang dan jernih. Jenis mangrove yang mendominasi daerah ini diantaranya Mangrove sejati seperti Rhizophora sp, mangrove minor dan jenis asosiasinya lainnya seperti Pandanus, Scaevola taccada. Sedangkan lamun yang mendominasi di perairan Tanjung Kerasak adalah jenis Cymodocea sp, dan ada beberapa jenis Enhalus sp. Ekosistem Terumbu Karang (coral reef) di Tanjung Kerasak merupakan habitat yang baik untuk tempat hidup jenis ikan karang dan ikan pelagis lainnya. Terbukti daerah ini merupakan salah satu daerah penangkapan (fishing ground) bagi nelayan setempat (Aqobah, 2009). Vegetasi dominan yang ada di Pantai Tanjung Kerasak adalah kelapa (Cocos nucifera), ketapang (Terminalia
catappa), cemara, pandan
laut
(Pandanus tectorius), pohon mentingi, waru laut (Hibiscus tiliaceus), semak. Vegetasi pantai ini berfungsi sebagai pelindung pantai dan pasir pantai agar tetap stabil (Gambar 19). Selain itu, vegetasi pantai yang terdapat di Pantai Tanjung Kerasak dapat melengkapi keindahan dari suatu kawasan objek wisata yang masih alamiah.
47
a. Vegetasi pantai b. Mangrove di kawasan pantai Gambar 19. Sumberdaya Pantai Tanjung Kerasak 4.4.2. Sumberdaya perikanan Potensi perikanan merupakan salah satu sumberdaya yang ada di Pantai Tanjung Kerasak. Perikanan merupakan salah satu sub sektor ekonomi yang mempunyai peranan sebagai penyedia bahan pangan protein bagi sebagian besar penduduk di daerah pesisir pantai.
Menurut informasi yang diperoleh dari
pemerintah desa, pengunjung, dan masyarakat setempat bahwa potensi perikanan di Pantai Tanjung Kerasak sangat beragam. Beberapa jenis ikan hasil tangkapan nelayan setempat antara lain Tongkol, Tenggiri, Selar Bentong, Kembung, Manyung, Belanak, Talang–Talang, Golok-golok, Cucut, Rejung, Kerang Darah, dan Siput Gonggong (Tabel 11). Alat tangkap yang biasa digunakan antara lain yaitu, sero, jaring, pukat, pancing, bagan, dan alat pengumpul kerang. Di perairan sekitar pantai para wisatawan ataupun penduduk setempat yang memancing biasanya menangkap ikan Talang–Talang, Selar Bentong, Belanak, Rejung, Kerang Darah, serta Siput Gonggong. Masyarakat memanfaatkan hasil perikanan ini untuk kebutuhan sendiri, yakni untuk konsumsi pribadi. Begitu juga dengan pegunjung yang datang memancing. Mereka lebih menyukai kepuasan yang didapat saat bersantai memancing dan hasil perikanan yang didapat dianggap sebagai nilai tambah.
48
Tabel 11. Jenis ikan komoditi yang ada di Pantai Tanjung Kerasak No Nama ikan Nama ilmiah Gambar Tenggiri
Scomberomorus commersonii
Kembung
Rastrelliger kanagurta
Manyung
Arius thalassinus
Talang-talang
Chorinemus sp.
Golok-golok
Chirocentrus dorab
Tongkol
Auxis sp.
Selar Bentong
Selar boops
Belanak
Mugil cephalus
Cucut
Carcharhinus sp.
Kerang Darah
Anadara sp.
Siput Gonggong
Strombus canarium
Rejung
Sillago chondropus
(Sumber foto : www.fishbase.or.id, www.schnr-specimen-shells.com, dan www.coremap.or.id)
49
4.5
Kualitas Air Laut Peruntukan pantai sebagai daerah wisata bahari dituntut memiliki kualitas
air yang baik dan memenuhi standar baku mutu wisata yang telah ditetapkan bagi wisata bahari agar pengunjung dapat merasakan keindahan dan kenyamanan Pantai Tanjung Kerasak. Pengukuran kualitas air dilakukan pagi hingga siang hari di tujuh stasiun pengamatan. Stasiun pengamatan pertama, kedua, ketiga, dan keempat berada di sekitar terumbu karang yang menjadi tempat pemancingan wisatawan, stasiun kelima dan keenam berada sekitar pantai, dan stasiun ketujuh pada perairan pantai sekitar padang lamun yang menjadi salah satu pemancingan pantai dan berada di dekat Balai Benih Udang (BBU) Tanjung Kerasak. Hasil pengukuran kualitas air laut pada tujuh stasiun pengamatan di Pantai Tanjung Kerasak, Kabupaten Bangka Selatan diperlihatkan pada Tabel 12. Tabel 12. Nilai beberapa parameter kualitas air laut di Pantai Tanjung Kerasak No Parameter Satuan Stasiun Stasiun 2Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Baku Mutu 1 3 4 5 6 7 (Kep 51/MENLH/2 004 ) A. FISIKA 1. Suhu ºC 27,87 27,90 28,3 29,3 30,3 28,57 27,9 Alami3© 3 3 3 3 2. Keceraha m 1,80 1,84 1,20 1,22 0,50 0,94 0,66 Perubahan n <10% eufotik 3. TSS mg/L 48 52 53 62 61 47 64 Perubahan <10% ratarata musiman B. KIMIA 1. pH 6,33 6,33 6,00 6,67 6,00 6,67 6,67 7-8,5(d) 2. Salinitas ‰ 27,33 21,33 21,6 23,0 25,3 29,67 30,0 Alami3(e) 7 0 3 0 3 DO mg/L 6,22 6,27 6,13 5,77 6,80 6,31 6,80 >5 Lainlain 1. Kedalam m 4,50 2,33 2,56 1,84 0,50 0,94 0,66 an Sumber: Data primer (belum dipublikasikan)
50
Tabel 13. Nilai parameter fisika dan kimia hara di perairan pada permukaan perairan Tanjung Kerasak No
Parameter
Baku Mutu (Kep 51/MENLH/2004 )
Satuan
A. FISIKA 1.
Arus
m/dtk
0,41-0,45
B. KIMIA 1.
Ammonia bebas (NH3-N)
Mg/L
0,026-0,025
0,3
2.
Fosfat (PO4-P)
Mg/L
0,009-0,011
0,015
3
Nitrat (NO3-N)
Mg/L
0,015-0,014
0,008
Sumber: BAPPEDA (2007). a. Parameter fisika Beberapa parameter fisika yang diukur antara lain yaitu suhu, kecerahan, Padatan Tersuspensi Total (TSS), dan kondisi sampah. Kedalaman perairan yang terukur pada ketujuh stasiun di Pantai Tanjung Kerasak berkisar antara 0,50 – 4,50 m. Suhu air permukaan di perairan nusantara umumnya berkisar antara 28 – 31 °C. Suhu di dekat pantai biasanya sedikit lebih tinggi daripada yang di lepas pantai (Nontji, 1987). Data suhu dari hasil pengamatan berkisar antara 27,8730,33 ºC dengan stasiun 5 memiliki suhu perairan tertinggi, dan suhu perairan terendah pada stasiun 1. Hal ini berarti suhu di perairan Pantai Tanjung Kerasak sesuai dengan kisaran alami suhu air permukaan di perairan nusantara dan kisaran baku mutu Kep 51/MENLH/2004 in Mukhtasor (2007), sehingga dapat memberikan kondisi yang optimum bagi organisme yang terdapat di Pantai Tanjung Kerasak. Nilai kecerahan memberikan petunjuk tentang daya tembus atau intensitas cahaya di dalam laut. Nilai kecerahan di perairan menunjukkan bahwa kecerahan di dekat pantai umumnya lebih rendah dibandingkan di lokasi jauh dari pantai (Mulyanto, 1992). Nilai kecerahan yang terukur pada Pantai Tanjung Kerasak berkisar 0,50 – 1,84 m. Pada stasiun 1, 2, 3, dan 4 nilai kecerahan berkisar antara 1,20 – 1,84 m. Pada stasiun 7 merupakan stasiun yang mempunyai ekosistem padang lamun, di mana kecerahan perairan mencapai dasar perairan. Hal ini mendukung untuk kehidupan organisme perairan karena cahaya masih tembus hingga dasar perairan. Pada stasiun 5 dan 6 kecerahan juga mencapai dasar perairan sehingga perairan mendukung untuk kehidupan organisme akuatik. Berdasarkan kisaran baku mutu Kep 51/MENLH/2004 in Mukhtasor (2007)
51
bahwa kecerahan perairan diperbolehkan terjadi perubahan sampai <10% kedalaman eufotik. Menurut Nontji (2008), zona eufotik merupakan zona dengan intensitas cahaya masih memungkinkan untuk fotosintesis, berkisar antara 0-150 m. Jika perairan pantai yang keruh zona ini sangat dangkal, bisa kurang dari 1 m. Nilai kecerahan yang sebagian besar tidak mencapai 100% diduga dikarenakan pada saat penelitian (bulan Juni) terjadi gelombang besar yang bisa menyebabkan tingginya tingkat kekeruhan. Padatan Tersuspensi Total (TSS) yang terukur pada tujuh stasiun pengamatan berkisar antara 47 – 64 mg/L. Pada stasiun 1, 2, 3, dan 4 kadar TSS berkisar antara 48 – 62 mg/L. Pada stasiun 7 kadar TSS perairan mencapai 64 mg/L. Pada stasiun 5 dan 6 kadar TSS masing-masing 61 mg/L dan 47 mg/L. Hasil pengukuran TSS di perairan Timur Pulau Bangka pada bulan Juni 2002, yakni berkisar antara 40-50 mg/L. Berdasarkan kisaran baku mutu Kep 51/MENLH/2004 in Mukhtasor (2007) bahwa diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman. Dengan demikian jika kadar TSS pada perairan Pantai Tanjung Kerasak tergolong tinggi. Pada saat penelitian terjadi gelombang besar yang bisa menyebabkan tingginya tingkat pengadukan dan tercampurnya lumpur dan pasir halus, serta jasad-jasad renik dan mengakibatkan tingginya kadar TSS perairan. Kondisi sampah di perairan Pantai Tanjung Kerasak tergolong sedikit. Pada stasiun 1 dan 3 ditemukan sampah botol plastik yang mengapung, pada stasiun 5, 6, dan 7 ditemukan sampah plastik dan dedaunan. Sedangkan pada stasiun 2 dan 4 tidak ditemukan sampah. Sampah lebih banyak ditemukan di tepi pantai dan dekat pepohonan pantai. Adanya sampah pada perairan bisa mengganggu kenyamanan wisatawan yang berwisata ke Pantai Tanjung Kerasak. Di Kepulauan Bangka Belitung bagian selatan dijumpai arus pada bulan Agustus kekuatan arus sekitar lebih dari 0,50 m/detik dengan arah arus ke utara, (Nontji, 1987). Berdasarkan data sekunder arus yang terukur pada dua stasiun di perairan Tanjung Kerasak berkisar antara 0,41 – 0,45 m/detik. Waktu penelitian adalah pada bulan Juni sehingga penelitian berada dalam musim Timur, di mana kisaran arus bisa melebihi 0,50 m/detik dengan arah arus ke utara.
52
b. Parameter kimia Parameter kimia yang diukur meliputi pH, salinitas, dan DO. pH yang terdapat pada ketujuh stasiun pengamatan berkisar antara 6 – 6,67. Apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk biota laut, maka pH pada Pantai Tanjung Kerasak berada di bawah kisaran baku mutu yang ditetapkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pH di lokasi penelitian kurang menunjang kehidupan organisme yang ada di sekitar lokasi penelitian Pantai Tanjung Kerasak. Nilai pengukuran salinitas di Pantai Tanjung Kerasak berkisar antara 21,33 ‰ – 30 ‰, dengan nilai salinitas terendah sebesar 21,33 ‰. Apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk biota laut, maka salinitas pada Pantai Tanjung Kerasak berada di bawah kisaran baku mutu yang ditetapkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa salinitas di lokasi penelitian kurang menunjang kehidupan organisme yang ada di sekitar lokasi penelitian Pantai Tanjung Kerasak. DO (dissolved oxygen) atau oksigen terlarut merupakan gas yang sangat dibutuhkan di dalam laut bagi kehidupan organisme. Kelarutan O2 di dalam air dipengaruhi oleh temperatur dan salinitas perairan. Pengukuran DO pada tujuh stasiun berkisar antara 5,77 mg/L - 6,80 mg/L yang apabila keseluruhan dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari berdasarkan Kep 51/MENLH/2004 in Mukhtasor (2007) diketahui ketiga stasiun yang diamati nilainya melebihi standar yang ditetapkan, hal ini menunjukkan kondisi perairan yang dapat menunjang kehidupan organisme yang ada di sekitar Pantai Tanjung Kerasak sehingga memudahkan dalam proses metabolisme. Berdasarkan data sekunder kadar Ammonia bebas (NH3-N) berkisar antara 0,025 – 0,026 mg/l, kadar Fosfat (PO4-P) berkisar antara 0,009 – 0,011 mg/l, dan kadar Nitrat (NO3-N) berkisar antara 0,014 – 0,015 mg/l. Kadar Ammonia bebas (NH3-N) masih berada di bawah baku mutu Kep 51/MENLH/2004 in Mukhtasor (2007) untuk biota laut, yaitu 0,3 mg/l. Kadar Fosfat (PO4-P) masih berada di bawah baku mutu Kep 51/MENLH/2004 in Mukhtasor (2007) untuk biota laut, yaitu 0,015 mg/l. Sedangkan kadar Nitrat (NO3-N) sudah melebihi baku mutu Kep 51/MENLH/2004 in Mukhtasor (2007) untuk biota laut, yaitu 0,008 mg/l. Walaupun demikian kadar nitrat yang terukur masih berada di bawah 0,2 mg/l,
53
karena kadar nitrat yang lebih dari 0,2 mg/l dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi, selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae secara pesat (blooming) (Effendi, 2003). c. Parameter biologi Parameter biologi yang diamati meliputi fitoplankton, zooplankton. Keberadaan fitoplankton dan zooplankton sangatlah penting karena masingmasing merupakan primary producer (fitoplankton) dan primary consumer (zooplankton) dalam rantai makanan di ekosistem perairan Pantai Tanjung Kerasak. Kisaran kelimpahan fitoplankton di dekat permukaan perairan adalah 28 – 8444 sel/l. Di perairan Pantai Tanjung Kerasak dijumpai delapan kelas fitoplankton yaitu Bacillariophyceae (15 genus), Fragilariophyceae (8 genus), Coscinodiscophyceae (24 genus), Chlorophyceae (1 genus), Prasinophyceae (1 genus),
Prymnesiophyceae (1 genus),
Chroobacteria (1 genus),
dan
Dinophyceae (10 genus). Dari delapan kelas (61 genus) yang dijumpai, ternyata perairan ini didominasi oleh genus Trichodesmium sp (kelas Chroobacteria)
sebesar 8444 sel/l di dekat permukaan air. Sama halnya dengan fitoplankton, jumlah kelas dan genera zooplankton yang dijumpai di Pantai Tanjung Kerasak juga relatif banyak dengan kisaran kelimpahan zooplankton di dekat permukaan perairan adalah 27 – 1333 sel/l, yaitu terdiri dari 13 kelas, yakni Eurotatoria (1 genus), Sagittoidea (1 genus), Polychaeta (1 genus), Maxillopoda (1 genus), Appendicularia (1 genus), Malacostraca (2
genus),
Ophiuroidea
(1
genus),
Lobosa (1
genus),
Branchiopoda (4 genus), Spirotrichea (1 genus), Ciliatea (9 genus), Radiolaria (1 genus), Granuloreticulosea (1 genus), serta Nauplius dan telur ikan. Jenis zooplankton yang dijumpai di bagian dekat permukaan air didominasi oleh genus Tintinnopsis sp. (Kelas Ciliatea) dengan kelimpahan 1333 sel/l. Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton di perairan Pantai Tanjung Kerasak dapat dilihat pada Lampiran 5 Tabel 21 dan Tabel 22. Perairan Pantai Tanjung Kerasak masih dalam kondisi baik karena tidak ditemukan dominansi dari jenis-jenis fitoplankton dan zooplankton tersebut. Di Indonesia diatom paling sering ditemukan, baru kemudian dinoflagellata. Alga
54
biru jarang dijumpai, tetapi sekali muncul sering populasinya sangat besat (Nontji, 1987). Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu (Wikipedia, 2009). 4.6
Kesesuaian Wisata Pantai Tanjung Kerasak Wisata
pantai
merupakan
kegiatan
wisata
yang
mengutamakan
sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai seperti rekreasi, olahraga, menikmati pemandangan dan iklim.
Kesesuaian wisata pantai dapat dilihat
dengan melakukan analisis indeks kesesuaian wisata. Wisata di Pantai Tanjung Kerasak apabila dilihat berdasarkan kategori wisata pantai dapat digolongkan kategori rekreasi. Dalam wisata perlu diperhatikan parameter-parameter kesesuaian wisata dengan memperhatikan beberapa klasifikasi penilaian sehingga dapat diketahui bagaimana kondisi wisata yang diamati, demikian pula klasifikasi penilaian pada kawasan wisata Pantai Tanjung Kerasak. Penghitungan
indeks
kesesuaian
wisata
pantai
kategori
rekreasi
memperhatikan beberapa parameter, yang meliputi kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar (Yulianda, 2008). Nilai indeks kesesuaian wisata Pantai Tanjung Kerasak dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7. Berdasarkan hasil perhitungan, kawasan stasiun 5, dan 6 sesuai untuk dijadikan kawasan wisata rekreasi pantai dengan nilai Indeks Kesesuaian Wisata berturut-turut sebesar 92,95 %, dan 93,59 %. Stasiun 5 merupakan pantai pasir putih yang terhampar sepanjang garis pantai. Lokasi ini memiliki persentase kesesuaian lahan sebesar 92,95 %. Nilai tersebut termasuk kedalam kategori S1 untuk wisata pantai kategori rekreasi.
Wilayah ini sangat sesuai untuk
dikembangkan menjadi lokasi wisata pantai seperti berjalan-jalan di tepi pantai sambil menikmati pemandangan Pantai Tanjung Kerasak yang masih alami.
55
Stasiun 6 merupakan pantai pasir putih yang terhampar sepanjang garis pantai. Lokasi ini memiliki persentase kesesuaian lahan sebesar sebesar 93,59 %. Nilai tersebut termasuk kedalam kategori S1 untuk wisata pantai kategori rekreasi. Wilayah ini sangat sesuai untuk dikembangkan menjadi lokasi wisata pantai seperti berjalan-jalan di tepi pantai sambil menikmati pemandangan yang disuguhkan Pantai Tanjung Kerasak yang masih alami. Parameter yang digunakan dalam penilaian tingkat kesesuain lahan untuk wisata memancing keanekaragaman ikan, kondisi lingkungan, sarana dan prasarana, serta aksesibilitas menuju tempat memancing di wilayah Pantai Tanjung Kerasak. Berdasarkan hasil perhitungan, kawasan stasiun 1,2,3,4, dan 7 cukup sesuai dijadikan kawasan wisata memancing dengan nilai Indeks Kesesuaian Wisata 60 %. Stasiun 1 dan 3 memiliki cukup jenis ikan yang sesuai untuk memancing di pantai, diantaranya ikan talang-talang, selar bentong, kerang darah, dan siput gonggong; memiliki kondisi lingkungan kondisi tanah pinggir perairan aman dan sesuai untuk tempat memancing, perairan tidak berarus kuat, tidak terdapat banyak kegiatan penangkapan ikan seperti dengan jaring; dari sisi sarana prasarana adanya perahu atau kapal untuk memancing yang bisa disewa dari masyarakat setempat atau dari Pelabuhan Sadai, adanya jaringan komunikasi atau sinyal telepon genggam, adanya sarana toilet dan kamar mandi, sarana ibadah dan kesehatan, serta warung; sedangkan dari sisi aksesibilitas stasiun 1 dan 3 hanya memenuhi kriteria kemudahan medan dilalui untuk mencapai lokasi. Wilayah ini masuk dalam kategori S2, yaitu cukup sesuai untuk kegiatan wisata memancing. Stasiun 2,4, dan 7 memiliki cukup banyak jenis ikan yang sesuai untuk memancing, memiliki kondisi lingkungan kondisi tanah pinggir perairan aman dan sesuai untuk tempat memancing, perairan tidak berarus kuat, tidak terdapat banyak kegiatan penangkapan ikan seperti dengan jarring; dan dari sisi sarana prasarana adanya perahu atau kapal untuk memancing yang bisa disewa dari masyarakat setempat atau dari pelabuhan sadai, adanya jaringan komunikasi atau sinyal telepon genggam, adanya sarana toilet dan kamar mandi, sarana ibadah dan kesehatan, serta warung, sedangkan dari sisi aksesibilitas stasiun 2,4, dan 7 hanya
56
memenuhi kriteria kemudahan medan dilalui untuk mencapai lokasi. Wilayah ini masuk dalam kategori S2, yaitu cukup sesuai untuk kegiatan wisata memancing.
KARANG
Memancing 100 m IKW 60 % DDK 4 orang
KARANG
Memancing 50 m IKW 60 % DDK 2 orang
Kawasan Desa Pasir Putih
Peta Kesesuaian Wisata Pantai Tanjung Kerasak
KARANG
LEGENDA :
KARANG
PANTAI TANJUNG KERASAK Luas Area 240 Ha Lokasi Desa Pasir Putih Kecamatan Tukak Sadai Jaringan Jalan Provinsi
Berenang 747 m IKW 93,27 % DDK 30 orang Memancing 250 m IKW 60 % DDK 10 orang
Jaringan Jalan Kabupaten Jaringan Jalan Desa Desa / Kota Karang / Pulau Laut Padang Lamun Karang mati
Fungsi Wisata Pantai Fungsi Wisata Berenang Fungsi Wisata Memancing
Rekreasi Pantai 1678 m IKW 92,95% DDK 68 orang
Key Plan : Kecamatan Tukak Sadai
Sumber : Peta Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Wisata Pantai Tanjung Kerasak Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Bangka Selatan
Gambar 20. Kesesuaian wisata kawasan Pantai Tanjung Kerasak 4.7
Daya Dukung Kawasan (DDK) Pantai Tanjung Kerasak DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat
ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia (Yulianda, 2008). Penghitungan daya dukung kawasan memperhatikan luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan dengan unit area kategori tertentu serta waktu yang disediakan oleh kawasan dalam satu hari dengan waktu yang dihabiskan pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu.
57
Kawasan wisata Pantai Tanjung Kerasak memiliki luas lahan sebesar 240 ha yang pemanfaatannya hendak dibagi menjadi area untuk rekreasi pantai yang meliputi arena permainan, area berkemah, anjungan perahu bebek, mushola, serta area untuk berenang di pantai. Aktivitas wisata yang dilakukan oleh pengunjung di Pantai Tanjung Kerasak adalah rekreasi pantai, berenang, dan memancing. Pada waktu penelitian yang dilakukan hari Minggu, para pengunjung banyak yang datang berekreasi dan tidak menimbulkan kesesakan, tapi akan lebih ramai jika diadakan pertunjukan di sekitar pantai. Rekreasi pantai yang biasanya dilakukan berupa bermain pasir, berjalan-jalan di sepanjang pantai, duduk santai, serta bermain bola di sekitar pantai. Unit area yang diperlukan untuk rekreasi pantai kategori wisata adalah 50 m setiap 1 orang pengunjung dengan panjang pantai yang dapat dimanfaatkan adalah 1.678 m, sehingga Daya Dukung Kawasan (DDK) untuk rekreasi pantai adalah 68 orang per harinya.
Para wisatawan berenang secara bergerombol,
berada dekat dengan pantai dan jarang yang berenang jauh karena belum ada tanda batas area berenang. Unit area yang diperlukan untuk rekreasi pantai kategori berenang adalah 50 m setiap 1 orang pengunjung dengan unit area yang dapat dimanfaatkan adalah 747 m. Hal ini berarti kawasan wisata Pantai Tanjung Kerasak dapat menampung 30 orang per harinya untuk wisata berenang. Para pemancing biasanya memancing di sekitar pantai, yakni di pasir tepi pantai bila air laut pasang ataupun di tepi bebatuan granit yang banyak di sekitar pantai. Selain di pinggir pantai, para wisatawan pemancing juga sering memancing di tengah laut menggunakan fasilitas penyewaan perahu oleh penduduk setempat maupun dari Pelabuhan Sadai. Selain memancing ikan, para pemancing juga menangkap kerang darah dan siput gonggong. Penduduk setempat lebih sering menangkap biota-biota ini di daerah lamun, dan jika sedang musimnya, siput gonggong banyak ditangkap seperti juga di daerah pantai lain. Unit area yang diperlukan untuk memancing adalah 50 m setiap 1 orang pengunjung dengan unit area yang dapat dimanfaatkan adalah 400 m. Hal ini berarti kawasan wisata Pantai Tanjung Kerasak dapat menampung 16 orang per harinya untuk wisata memancing. Dengan demikian kawasan Pantai Tanjung Kerasak dapat menampung 113 orang per harinya dengan tetap memperhatikan
58
kenyamanan dan kelestarian kawasan wisata. Perhitungan Daya Dukung Kawasan (DDK) diperlihatkan pada Lampiran 8. Perencanaan pemanfaatan lahan wisata Pantai Tanjung Kerasak diperlihatkan pada gambar 20. 4.8
Alternatif Strategi Pengelolaan Penentuan strategi dalam membantu memberikan arahan bagi pengelolaan
memerlukan suatu analisis, dalam hal ini menggunakan analisis SWOT yang merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi dengan didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) (Rangkuti, 1997). 4.8.1
Identifikasi faktor strategis internal
a. Kekuatan (Strength) Identifikasi kekuatan yang dimiliki oleh kawasan wisata Pantai Tanjung Kerasak adalah: 1. Potensi sumberdaya Pantai Tanjung Kerasak Pantai Tanjung Kerasak memiliki potensi yang dapat menarik pengunjung. Panorama pantai yang indah diminati oleh masyarakat Kabupaten Bangka Selatan dan sekitar. Wilayah pesisir Pantai Tanjung Kerasak memiliki potensi sumberdaya
alam
dan
lingkungan
yang
sangat
mendukung
untuk
pengembangan kegiatan wisata pantai. Pantai Tanjung Kerasak memiliki luas sekitar 240 ha. Hal ini didukung nilai indeks kesesuaian wisata (IKW) yang dimiliki Pantai Tanjung Kerasak termasuk dalam kategori S1 untuk kategori rekreasi pantai yang berarti sesuai untuk kegiatan rekreasi pantai dan dalam kategori S2 untuk wisata memancing yang berarti Pantai Tanjung Kerasak cukup sesuai dijadikan sebagai kawasan wisata memancing. 2. Potensi Perikanan Pantai Tanjung Kerasak memiliki tiga ekosistem pesisir, yakni ekosistem mangrove, ekosistem padang lamun, serta ekosistem terumbu karang. Dengan potensi sumberdaya ini, maka terdapat beraneka biota laut yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat setempat. Selain itu dalam pengembangan kegiatan wisata, keanekaragaman ekosistem dengan
59
aneka sumberdaya perikanan di dalamnya dapat mendukung kegiatan wisata bahari serta wisata memancing. Dibangunnya Balai Benih Udang serta kegiatan pembudidayaan rumput laut di kawasan pantai dapat membantu pengembangan sumberdaya perikanan, sehingga ke depannya bisa menjadi salah satu pengembangangan potensi perikanan di Pantai Tanjung Kerasak. Dengan berkembangnya wisata pemancingan di sekitar pantai, baik oleh pengunjung maupun masyarakat setempat, pemerintah daerah serta pengelola nantinya bisa memanfaatkan situasi dengan membangun warung faslitas memancing serta warung jajanan ikan yang dapat membuat wisatawan menjadi lebih nyaman. 3. Rencana pengembangan oleh pemerintah Rencana pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Bangka Selatan, terutama kawasan Pantai Tanjung Kerasak memberikan harapan akan pengembangan salah satu kawasan wisata unggulan di kabupaten ini. Selama ini pemerintah sudah memanfaatkan objek wisata Pantai Tanjung Kerasak dengan mengadakan kegiatan hiburan, seperti pentas musik dan tari yang menyedot wisatawan hingga ke pelosok Pulau Bangka. Maka kegiatan pengembangan yang berupa pembangunan dan penataan lokasi wisata pantai dapat lebih banyak menarik minat wisatawan hingga luar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 4. Dukungan masyarakat terhadap pengembangan wisata Antusiasme masyarakat dengan pengembangan kawasan wisata Pantai Tanjung Kerasak sangat tinggi. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Imam dan Bapak Iswandi selaku Kepala Desa dan Sekertaris Desa Pasir Putih diketahui masyarakat sangat mendukung dengan pengembangan kegiatan wisata karena dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. b. Kelemahan (Weakness) 1. Belum ada pengembangan dan pengelolaan kegiatan wisata Pantai Tanjung Kerasak belum dikembangkan secara terpadu dan pembangunan masih dilakukan oleh pemerintah daerah bekerja sama dengan Dinas Pariwisata, dan bentuk pembangunan hanya terbatas sarana kebutuhan
60
mendesak seperti tempat berteduh,toilet, dan air bersih. Belum adanya pengembangan yang terpadu di satu sisi menguntungkan karena pantai masih alami dan bisa dikelola secara berkelanjutan dengan tetap melestarikan keaslian alam, mendorong perekonomian masyarakat, serta mengembangkan kawasan wisata. Tetapi di sisi lain, belum berkembangnya kegiatan wisata memperlihatkan kesan tidak terpelihara dan bisa menyebabkan kerusakan lingkungan secara perlahan karena belum adanya peraturan tegas dan pengawasan yang mengendalikan kegiatan wisata agar tidak merusak. 2. Kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah Kualitas sumberdaya manusia merupakan salah satu modal dalam pengembangan suatu kawasan wisata. Sumberdaya manusia yang berkualitas memacu pengelolaan kawasan wisata yang lebih baik. . Berdasarkan wawancara dengan Bapak Imam dan Bapak Iswandi selaku Kepala Desa dan Sekertaris Desa Pasir Putih diketahui masyarakat Desa Pasir Putih sebagian besar tidak menempuh pendidikan formal dan hanya menempuh pendidikan hingga SD, sehingga dapat dikatakan kualitas sumberdaya manusia Masyarakat Desa Pasir Putih dari segi pendidikan masih rendah. 3. Kondisi lingkungan yang kurang terawat Ligkungan Pantai Tanjung Kerasak tidak terawat dengan tampaknya sampah di sekitar pantai. Masalah ini merusak pemandangan pantai dan mengganggu kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke pantai. Di samping itu kegiatan penambangan timah dapat menimbulkan kekeruhan perairan dan mempengaruhi kualitas perairan serta biota laut yang pada akhirnya mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung. 4.8.2 Identifikasi faktor strategis eksternal c. Peluang (Opportunity) 1. Visi dan misi pemerintah mendukung pengembangan wisata Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang Wisata Kabupaten Bangka Selatan Pantai Tanjung Kerasak menjadi salah satu kawasan wisata unggulan dan di objek wisata ini akan dibangun berbagai fasilitas penunjang kegiatan wisata
61
seperti fasilitas penunjang atraksi wisata, dan pembangunan lokasi strategis wisata bahari dan rekreasi pantai. 2. Potensi pengunjung yang datang Banyaknya pengunjung yang datang, terutama pada hari libur yang berasal dari kabupaten lain menjadi salah satu unggulan kawasan pantai ini. Pengunjung yang ramai mendatangkan keuntungan finansial, salah satunya dari tiket masuk 3. Perhatian masyarakat terhadap ekosistem meningkat Masyarakat sekitar pantai bisa dikatakan sudah mengetahui pentingnya menjaga lingkungan, ini ditandai dengan cukup bersihnya lingkungan desa walaupun banyak sampah berserakan. Masyarakat telah mengetahui bahwa penambangan timah bisa menyebabkan kerusakan lingkungan, dan membuang sampah sembarangan bisa menyebabkan lingkungan mereka kotor; sehingga mereka lebih banyak yang memilih untuk membakar sampah mereka dan memilih pekerjaan selain sebagai penambang timah. Hal ini menjadi peluang dalam pengembangan kawasan pantai ke depannya, karena dengan pengetahuan dasar ini masyarakat bisa ikut menjaga kelestarian kawasan pantai. 4. Dibangunnya Balai Benih Udang (BBU) untuk perikanan Dibangunnya Balai Benih Udang selain kegiatan pembudidayaan rumput laut di kawasan pantai dapat membantu pengembangan sumberdaya perikanan, sehingga ke depannya bisa menjadi salah satu pengembangangan potensi perikanan di Pantai Tanjung Kerasak. d. Ancaman (threat) Ancaman yang dimiliki oleh Pantai Tanjung Kerasak adalah: 1. Pencemaran kawasan Pantai Tanjung Kerasak karena sampah dan Timah Inkonvensional (TI) Indikasi terjadinya pencemaran di sekitar Pantai Tanjung Kerasak didasari oleh pengamatan visual dan wawancara masyarakat sekitar maupun pengunjung yang datang.
Pencemaran yang terjadi di sekitar pantai
dikuatirkan mengganggu kelestarian lingkungan dan membahayakan bioata
62
laut yang ada di kawasan pantai yang pada akhirnya mengganggu aktivitas wisata seperti wisata bahari, wisata memancing, maupun wisata rekreasi. 2. Aktivitas pengunjung yang merusak Aktivitas pengunjung seperti membuang sampah sembarangan, mencoretcoret batu granit, serta mengambil kayu bakar untuk kemudian melakukan aktivitas pemanggangan ikan di sekitar pepohonan pantai mengancam keindahan dan kelestarian lingkungan pantai. 3. Pemancingan dan penangkapan ikan di sekitar terumbu karang Kegiatan pengunjung maupun masyarakat sekitar yang menangkap ikan di sekitar terumbu karang dapat mengganggu ekosistem terumbu karang yang ada. Seperti aktivitas perahu mesin yang digunakan di sekitar terumbu karang dapat membahayakan dari segi pembuangan bahan bakar dan alat tangkapan yang tersangkut di sekitar terumbu karang. 4.8.3
Penentuan bobot dan peringkat (rating) setiap faktor Tingkat kepentingan setiap faktor ditentukan sebagai langkah untuk
menentukan bobot dan peringkat (rating) setiap faktor-faktor strategis internal dan eksternal. Bobot yang diberikan pada setiap faktor disesuaikan dengan skala kepentingan terhadap pengelolaan ekosistem Pantai Tanjung Kerasak, Kabupaten Bangka Selatan (Tabel 14 dan Tabel 15) Tabel 14. Tingkat kepentingan faktor strategis internal dalam pengelolaan kawasan wisata Pantai Tanjung Kerasak, Kabupaten Bangka Selatan Simbol S1 S2 S3 S4
Faktor Kekuatan (Strengths) Potensi Sumberdaya alam dan lingkungan Potensi perikanan Rencana pengembangan oleh pemerintah
Tingkat Kepentingan Sangat penting Sangat penting Penting Sangat penting
Dukungan masyarakat terhadap pengembangan wisata Simbol
Faktor Kelemahan (Weaknesses)
W1 W2 W3
Kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah Kondisi lingkungan yang kurang terawat Belum ada pengembangan dan pengelolaan kegiatan wisata
Tingkat Kepentingan Sangat penting Sangat Penting Penting
63
Tabel 15. Tingkat kepentingan faktor strategis eksternal dalam pengelolaan kawasan wisata Pantai Tanjung Kerasak, Kabupaten Bangka Selatan Simbol
O1 O2 O3 O4
Faktor Peluang (Opportunities)
Tingkat Kepentingan Sangat penting Penting Cukup penting Cukup penting
Potensi pengunjung yang datang Visi dan misi pemerintah mendukung pengembangan wisata Perhatian masyarakat terhadap ekosistem meningkat Dibangunnya Balai Benih Udang (BBU) untuk perikanan
Simbol
Faktor Ancaman (Threats)
Tingkat Kepentingan
T1
Pencemaran kawasan Pantai Tanjung Kerasak karena sampah dan Timah Inkonvensional (TI) Pemancingan dan penangkapan ikan di sekitar terumbu karang Aktivitas pengunjung yang merusak
Sangat penting
T2 T3
Sangat penting Penting
Setelah memperoleh tingkat kepentingan dari setiap faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan pembobotan. Kemudian dilakukan penentuan peringkat (rating) setiap faktor-faktor strategis internal dan eksternal berdasarkan pengaruh setiap faktor yang diukur dengan skala 1 s/d 4. Selanjutnya bobot dari faktor dikalikan dengan peringkatnya untuk memperoleh skor pembobotan (Tabel 16 dan Tabel 17). Tabel 16. Matriks evaluasi faktor internal (EFI) Faktor Strategis Internal Kekuatan (S) Potensi Sumberdaya alam dan lingkungan Potensi perikanan Rencana pengembangan oleh pemerintah Dukungan masyarakat terhadap pengembangan wisata
Bobot
Rating
Skor
0.17 0.14 0.15 0.13
4 4 3 4
0.69 0.57 0.45 0.50
0.13 0.15 0.13
4 4 3
0.54 0.60 0.38
Bobot
Rating
Skor
0.18 0.14 0.15 0.11
4 3 2 2
0.72 0.42 0.30 0.21
0.16 0.13 0.14
4 3 4
0.62 0.39 0.56
Kelemahan (W) Kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah Kondisi lingkungan yang kurang terawat Belum ada pengembangan dan pengelolaan kegiatan wisata
Tabel 17. Matriks evaluasi faktor eksternal (EFE) Faktor Strategis Eksternal Peluang (O) Potensi pengunjung yang datang Visi dan misi pemerintah mendukung pengembangan wisata Perhatian masyarakat terhadap ekosistem meningkat Dibangunnya Balai Benih Udang (BBU) untuk perikanan Ancaman (T) Pencemaran kawasan Pantai Tanjung Kerasak karena sampah dan Timah Inkonvensional (TI) Pemancingan dan penangkapan ikan di sekitar terumbu karang Aktivitas pengunjung yang merusak
64
4.8.4
Matriks SWOT Setelah menyusun matriks EFE dan IFE, langkah selanjutnya adalah
membuat matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis (Tabel 18): Tabel 18. Matriks Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) Strength (S) IFE
EFE
Potensi Sumberdaya alam dan lingkungan Potensi perikanan Rencana pengembangan oleh pemerintah Dukungan masyarakat terhadap pengembangan wisata
Opportunity (O) Potensi pengunjung yang datang Visi dan misi pemerintah mendukung pengembangan wisata Perhatian masyarakat terhadap ekosistem meningkat Dibangunnya Balai Benih Udang (BBU) untuk perikanan
Strategi SO
Threats (T) Pencemaran kawasan Pantai Tanjung Kerasak karena sampah dan Timah Inkonvensional (TI) Pemancingan dan penangkapan ikan di sekitar terumbu karang Aktivitas pengunjung yang merusak
Strategi ST
4.8.5
Pengembangan kegiatan wisata sesuai potensi sumberdaya alam dan perikanan yang ada dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada melalui kegiatan BBU serta aktivitas memancing untuk meningkatkan promosi dan menambah pengalaman wisata pengunjung Koordinasi antara pemerintah daerah, masyarakat dan pihak investor dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata Pantai Tanjung Kerasak
Pembuatan dan pelaksanaan peraturan yang tegas terhadap kegiatan penambangan timah dan pembuangan limbah sehingga kelestarian sumberdaya pantai tetap terjaga Komitmen kuat dari masyarakat, pengunjung, maupun pihak-pihak lain yang terlibat dalam pemanfaatan pantai untuk melaksanakan peraturan dan menjaga lingkungan Pembagianzona konservasi dan rehabilitasi untuk mengurangi dampak pencemaran serta menambah wawasan pengunjung
Weakness (W) Kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah Kondisi lingkungan yang kurang terawat Belum ada pengembangan dan pengelolaan kegiatan wisata
Strategi WO Pengembangan kawasan wisata melalui peningkatan sarana prasarana kawasan Pantai Tanjung Kerasak dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia Pengawasan pengembangan kawasan wisata oleh pemerintah bekerja sama dengan masyarakat agar pengembangan menemui sasaran dan tetap menjaga keaslian lingkungan
Strategi WT Penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kelestarian lingkungan pesisir (pantai) dari bahaya pencemaran Pengembangan kegiatan swadaya masyarakat yang mendukung pelestarian sumberdaya alam, seperti penyewaan perahu kayu untuk penyelamanan, pembuatan tempat sampah sederhana, dll
Alternatif strategi Penentuan prioritas dari strategi dalam pengelolaan Pantai Tanjung
Kerasak, Kabupaten Bangka Selatan dilakukan dengan menentukan jumlah dari skor pembobotan; kemudian dapat ditentukan rangking prioritas strategi dalam pengelolaan Pantai Tanjung Kerasak, Kabupaten Bangka Selatan (Tabel 19).
65
Tabel 19. Ranking alternatif strategi No
Unsur SWOT
Keterkaitan
Jumlah Skor
Ranking
Pengembangan kegiatan wisata sesuai potensi sumberdaya alam dan perikanan yang ada dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada melalui kegiatan BBU serta aktivitas memancing untuk meningkatkan promosi dan menambah pengalaman wisata pengunjung Koordinasi antara pengelola kawasan wisata dengan pihakpihak lain seperti masyarakat dan dinas-dinas yang terkait dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata Pantai Tanjung Kerasak
S1,S2,O3
1,55
VI
2,37
I
1,37
VII
O1,O2,O4,W1W3
2,27
III
O2,O3,W2
1,31
IX
S4, T1,T2
1,47
VII
S5, T1,T3
1,68
V
S1,S2, T1,T2,
2,28
II
W1,W2, T1
1,76
IV
W3,T2,T3
1,33
VIII
Strategi SO 1
2
3
S2, S3,O1,O2,O4
S3,S4,O2
Strategi WO 1
2
Pengembangan kawasan wisata melalui peningkatan sarana prasarana kawasan Pantai Tanjung Kerasak dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia Pengawasan pengembangan kawasan wisata oleh pemerintah Bekerja sama dengan masyarakat agar pengembangan menemui sasaran dan tetap menjaga keaslian lingkungan
Strategi ST 1
2
3
1
2
Pembuatan dan pelaksanaan peraturan yang tegas terhadap kegiatan penambangan timah dan pembuangan limbah sehingga kelestarian sumberdaya pantai tetap terjaga Komitmen kuat dari masyarakat, pengunjung, maupun pihakpihak lain yang terlibat dalam pemanfaatan pantai untuk melaksanakan peraturan dan menjaga lingkungan Pembagian zona konservasi dan rehabilitasi untuk mengurangi dampak pencemaran serta menambah wawasan pengunjung Strategi WT Penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kelestarian lingkungan pesisir (pantai) dari bahaya pencemaran Pengembangan kegiatan swadaya masyarakat yang mendukung pelestarian sumberdaya alam, seperti penyewaan perahu kayu untuk penyelamanan, pembuatan tempat samph sederhana, dll
Berdasarkan pada Tabel 19 rangking alternatif strategi, maka didapatkan 9 urutan prioritas strategi pengelolaan bagi Kawasan Wisata Pantai Tanjung Kerasak, diantaranya: 1. Pengembangan kegiatan wisata sesuai potensi sumberdaya alam dan perikanan yang ada dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan 2. Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada melalui kegiatan BBU serta aktivitas memancing untuk meningkatkan promosi dan menambah pengalaman wisata pengunjung 3. Koordinasi antara pengelola kawasan wisata dengan pihak-pihak lain seperti masyarakat dan dinas-dinas yang terkait dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata Pantai Tanjung Kerasak
66
4. Pengembangan kawasan wisata melalui peningkatan sarana prasarana kawasan Pantai Tanjung Kerasak dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia 5. Bekerja sama dengan masyarakat agar pengembangan menemui sasaran dan tetap menjaga keaslian lingkungan 6. Pembuatan dan pelaksanaan peraturan yang tegas terhadap kegiatan penambangan timah dan pembuangan limbah sehingga kelestarian sumberdaya pantai tetap terjaga 7. Komitmen kuat dari masyarakat, pengunjung, maupun pihak-pihak lain yang terlibat dalam pemanfaatan pantai untuk melaksanakan peraturan dan menjaga lingkungan 8. Pembagian zona konservasi dan rehabilitasi untuk mengurangi dampak pencemaran serta menambah wawasan pengunjung 9. Penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kelestarian lingkungan pesisir (pantai) dari bahaya pencemaran 10. Pengembangan kegiatan swadaya masyarakat yang mendukung pelestarian sumberdaya alam, seperti penyewaan perahu kayu untuk penyelamanan, pembuatan tempat samph sederhana, dll Sebanyak delapan urutan alternatif strategi pengelolaan yang dihasilkan, ditempatkan tiga besar rangking yang ditempatkan sebagai prioritas utama strategi pengelolaan kawasan wisata Pantai Tanjung Kerasak, Kabupaten Bangka Selatan, meliputi: Strategi pertama, yaitu pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada melalui kegiatan Balai Benih Udang (BBU) serta aktivitas memancing untuk meningkatkan promosi dan menambah pengalaman wisata pengunjung. Alternatif strategi pertama merupakan strategi SO (strength-opportunity), yaitu menonjolkan kekuatan dengan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Di kawasan Pantai Tanjung Kerasak terdapat potensi perikanan yang cukup besar ditandai dengan adanya ekosistem pesisir lengkap, yaitu ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Keberadaan ekosistem ini menjadi tempat memijah serta mencari makan sehingga perairan pantai ini kaya akan biota laut. Dengan didirikannya Balai Benih Udang dapat menyerap tenaga kerja lokal dan
67
memberikan manfaat bagi masyarakat maupun pihak pengelola. Kegiatan ilmiah di BBU bisa menarik wisatawan untuk melakukan wisata untuk menambah ilmu dan pengalaman. Selain itu aktivitas memancing di tepi pantai dapat menarik minat wisatawan yang ingin mencoba melakukan aktivitas memancing, ataupun memancing dengan terobosan baru. Kegiatan memancing bisa diadakan sebagai lomba agar lebih menarik, ataupun bisa diadakan perdagangan antara pemancing dengan penyedia fasilitas pancing dan warung makan, seperti memancing untuk dijual ataupun jasa mengolah makanan dengan wisatawan sebagai penangkap ikan. Walaupun demikian perlu diadakan pembatasan dalam mengekplorasi biotabiota tersebut agar dapat lestari dengan cara sekreatif mungkin. Hal ini dikarenakan wisatawan semakin tidak puas dengan produk yang ditawarkan pasar yang produknya massal dan beragam, serta kesadaran lingkungan dan budaya yang makin tinggi membuat wisatawan semakin selektif untuk berwisata (Damanik dan Weber, 2006). Strategi kedua, yaitu pembagian zona konservasi dan rehabilitasi untuk mengurangi dampak pencemaran serta menambah wawasan pengunjung. Alternatif strategi kedua merupakan strategi ST (Strength-threat), yaitu menonjolkan
kekuatan
dengan
meminimalkan
ancaman.
Strategi
kedua
merupakan strategi yang penting dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Pantai Tanjung Kerasak. Dengan potensi yang sudah ada, yaitu keindahan alam ditunjang dengan keberagaman ekosistem pesisir serta kerberagaman biota laut menjadi nilai lebih dari Pantai Tanjung Kerasak dalam menarik pengunjung yang datang, sehingga dalam setiap hari libur Pantai Tanjung Kerasak selalu ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah. Rusaknya sebagian besar terumbu karang merupakan akibat kurangnya kesadaran untuk menjaga dan melindungi aset yang dapat mengundang kesejahteraan tinggi. Taman Nasional Bunaken merupakan salah satu kawasan wisata pantai dan bahari, dan namanya sudah dikenal hingga pelosok negeri terutama karena keindahan alam lautnya. Pembagian zona wisata pantai, terutama untuk konservasi sumberdaya hayati yang masih alami dengan tingkat kerusakan masih sedikit, serta adanya upaya rehabilitasi sumberdaya diharapkan dapat
68
meminimalkan kerusakan lingkungan akibat kegiatan wisata dan memberi wawasan penting baik bagi pengunjung maupun masyarakat serta pihak-pihak lain yang terlibat untuk menjaga aset wisata penting sehingga dapat dinikmati hingga waktu ke depan. Strategi ketiga yaitu pengembangan kawasan wisata melalui peningkatan sarana prasarana kawasan Pantai Tanjung Kerasak dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Alternatif
strategi
ketiga
merupakan
strategi
WO
(Weaknesses-
opportunities), yaitu memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Di kawasan Bangka pada umumnya dan di Kabupaten Bangka Selatan pada khususnya, kurangnya sarana dan prasarana menjadi masalah umum dalam pengembangan objek wisata. Hal ini sangat disayangkan karena potensi wisata yang dimiliki Pulau Bangka sangatlah besar, terutama dalam wisata pantai. Dengan daya jual utama berupa keindahan pantai yang ada, dukungan pemerintah dalam bentuk pembangunan fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan wisata sangatlah penting. Fasilitas-fasilitas ini di antaranya warung makanan, warung suvenir, toilet dan air bersih, listrik, serta penginapan dibutuhkan untuk mendukung kegiatan wisata yang ingin dikembangkan di objek wisata. Pengembangan yang berlangsung juga harus melibatkan masyarakat sekitar, mengingat kawasan wisata yang bersangkutan berada dalam lingkungan kehidupa mereka. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah sudah menjadi masalah umum di Indonesia, di wilayah Desa Pasir Putih belum terjangkau pembangunan sekolah sebagai fasilitas pendidikan, dan hingga saat ini hanya ada sebuah sekolah dasar di lingkungan desa. Untuk itu dukungan masyarakat yang berkualitas tinggi sangatlah dibutuhkan agar pembangunan kawasan nantinya tidak merugikan masyarakat dan ekosistem yang juga bisa mengganggu kehidupan masyarakat sekitar. Maka pemerintah harus bisa mengembangkan kualitas sumberdaya manusia terutama melalui pendidikan serta penyuluhan agar nantinya masyarakat dapat langsung dilibatkan dalam pembangunan dan pelestarian kawasan wisata.
69
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan Potensi sumberdaya yang ada di kawasan Tanjung Kerasak yaitu, pertama
potensi sumberdaya pantai berupa pantai berbatu yang memiliki pasir putih dengan panorama yang menarik. Kedua adalah potensi perikanan pantai kondisi perairan yang jernih dan tenang. Masyarakat yang ada di kawasan Pantai Tanjung Kerasak sebagian besar bekerja sebagai petani, ada yang bekerja sebagai penjual makanan, penambang timah, buruh, nelayan, dan ibu
rumah tangga.
Pengembangan kawasan Pantai Tanjung Kerasak dilakukan oleh Pemerintahan Daerah Kabupaten Bangka Selatan, yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan bekerja sama dengan pemerintah Desa Pasir Putih. Kawasan Pantai Tanjung Kerasak belum dikembangkan secara optimal sebagai kawasan wisata pantai. Pantai Tanjung Kerasak termasuk dalam kategori sesuai untuk kegiatan wisata pantai dengan nilai indeks kesesuaian wisata di stasiun 5, dan 6 sebesar 92,95 %, dan 93,59 %. Sementara itu, nilai indeks kesesuaian wisata kategori wisata memancing di Pantai Tanjung Kerasak stasiun 1,2,3,4, dan 7 cukup sesuai untuk dijadikan kawasan wisata memancing dengan nilai Indeks Kesesuaian Wisata 60 %. Daya Dukung Kawasan (DDK) untuk rekreasi pantai adalah 68 orang per harinya. Pantai Tanjung Kerasak dapat menampung 30 orang per harinya untuk wisata berenang dan 16 orang per harinya untuk wisata memancing. Alternatif strategi pengelolaan yang tepat untuk pengembangan wisata Pantai Tanjung Kerasak terdiri dari tiga prioritas yaitu : pertama, pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada melalui kegiatan Balai Benih Udang (BBU) serta aktivitas memancing untuk meningkatkan promosi dan menambah pengalaman wisata pengunjung. Kedua adalah pembagian zona konservasi dan rehabilitasi untuk mengurangi dampak pencemaran serta menambah wawasan pengunjung. Dan ketiga adalah pengembangan kawasan wisata melalui peningkatan sarana prasarana kawasan Pantai Tanjung Kerasak dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
70
5.2.
Saran Saran yang dapat diberikan oleh penulis untuk penelitian ini adalah perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kondisi sumberdaya seperti terumbu karang dan sumberdaya ikan yang ada di Tanjung Kerasak. Saran yang dapat mendukung pengembangan wisata di Pantai Tanjung Kerasak adalah sebagai berikut : •
Perlu adanya pembangunan dan penambahan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan wisata di kawasan Pantai Tanjung Kerasak
•
Mengembangkan potensi dan melakukan promosi
yang lebih baik
terhadap pemancingan di Pantai Tanjung Kerasak •
Perlu adanya penegasan peraturan dan pengawasan yang maksimal terhadap
kegiatan
yang
merusak
penambangan Timah Inkonvensional
kelestarian
lingkungan,
seperti
71
DAFTAR PUSTAKA Aqobah, J. 2009. Catatan Seorang Mahasisiwi : Fieldtrip Wisata Study Mahasiswi S1 Perikanan FPPB-UBB Di Tanjung Kerasak, Bangka Selatan [terhubung].http://www.spmb.ubb.ac.id/featurelengkap.php?judul=Catatan Seorang Mahasisiwi Fieldtrip Wisata Study Mahasiswi S1 Perikanan FPPB –UBB Di Tanjung Kerasak, Bangka Selatan & nomor urut_berita=175/2009/03/03/[10 Desember 2010). [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bangka Selatan. 2007. Studi Perencanaan Lokasi Stasiun Oseanografi di Pulau Pongok dan Tanjung Kerasak, Kabupaten Bangka Selatan. Kabupaten Bangka Selatan. [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bangka Selatan. 2008. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Wisata Kabupaten Bangka Selatan. Kabupaten Bangka Selatan. Bengen D. G. 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir dan Laut serta Pengelolaan Secara Terpadu dan Berkelanjutan [makalah]. Disampaikan pada Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Bogor, 29 Oktober–3 November 2001. 159 hlm. Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting dan M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.xxiv + 305 hlm. Damanik, J. dan H. F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata : Dari Teori ke Aplikasi. Edisi ke-1. PUSPAR UGM & Penerbit ANDI Yogyakarta. Yogyakarta.xviii+142 hlm. Delinom, R. M. 2007. Sumber Daya Air di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian Geoteknologi. Jakarta. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Jakarta. Mukhtasor.2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Pradnya Paramita. Jakarta. Mulyanto. 1992. Lingkungan untuk Ikan. Pradnya Paramita. Jakarta. Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Nybakken, J.W. 1988. Biologi laut: suatu pendekatan ekologis. [Terjemahan dari Marine biologi: An ecological approach, 3 rd edition]. Eidman HM, Koesoebiono, Bengen DG, Hutomo M, & Sukardjo S (penerjemah). PT Gramedia. Jakarta. xv + 443 hlm.
72
Rangkuti, Freddy. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis – Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 200 halaman. Republik Indonesia. Undang-Undang No. 20 tahun 1999 tentang Konvensi ILO mengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja. _______________. Undang-Undang No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Usia Produktif. Sudaryadi. 2009. Kapal Tenggelam di Perairan Pulau Pongok Kabupaten Bangka Selatan, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung[terhubung]. http://jelajahsitus.blogspot.com/2009/09/pendahuluan-manusia-untukmemudahkan.html [3 Maret 2010]. Sukandarrumidi. 2009. Mari Kembali ke Laut, Mengenal Potensi Bahari yang Tak Habis Terkuras. Yayasan Pustaka Utama. Yogyakarta. Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. PT Grasindo. Jakarta. Wudianto, Mahisworo, Agustinus P.Anung W. 1999. Memancing di Perairan Tawar dan di Laut. Penebar Swadaya. Jakarta. www.iips-online.com. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.2 Tahun 1988 tentang Baku Mutu Air Laut[terhubung]. http://www.iipsonline.com/KEP_MLH_02_1988_IND.pdf[3 Maret 2010] www.wikipedia.org.Plankton.[terhubung].http://www.wikipedia.org/2009/02/05/p lankton[2 Februari 2010 ]. Yulianda, F. 2008. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Disampaikan pada Kuliah Ekowisata Perairan pada bulan November 2008. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.Bogor. Yulianto, S. 2006. Analisis Kesesuaian Kawasan Wisata di Segara Anakan, Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah). [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.Bogor.
73
LAMPIRAN
74
Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian
DO meter
pH Stick
Secchi disc
Termometer
Refraktometer
GPS
Lampiran 2. Panduan wawancara dengan pemerintah daerah 1. 2. 3. 4. 5.
Pendapat pemerintah daerah mengenai dampak positif dan negatif pengembangan kawasan Pantai Tanjung Kerasak Rencana pemerintahdaerah dalam ikut serta mengembangkan kawasan Pantai Tanjung kerasak Kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Pasir Putih Permasalahan/konflik yang pernah terjadi pada masyarakat Desa Pasir Putih Tindakan/usaha yang telah dilakukan pemerintah daerah untuk mengatasi permasalahan tersebut
75
Lampiran 2. (lanjutan) 6.
Karakteristik masyarakat yang berpotensi dalam pengembangan kawasan Pantai Tanjung Kerasak 7. Pendapat pemerintah daerah mengenai kelestarian lingkungan Pantai Tanjung Kerasak dan sekitarnya dikaitkan dengan akanadanya pengelolaan Pantai Tanjung Kerasak sebagai kawasan wisata 8. Harapan/keinginan pemerintah daerah terhadap pengelolaan kawasan wisata pantai secara berkelanjutan 9. Hambatan – hambatan dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah 10. Lembaga – lembaga yang diajak kerja sama oleh pemerintah dalam pengembangan kawasan wisata 11. Apakah ada hukum adat/aturan lokal yang mengatur tentang pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir di wilayah ini?
Lampiran 3. Kuesioner untuk wisatawan Pantai Tanjung Kerasak A. Data pribadi wisatawan Pantai Tanjung Kerasak 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Tempat tinggal : 5. Pendidikan terakhir : 6. Pekerjaan : 7. Pendapatan per bulan : a. Kurang dari Rp. 500.000,b. Rp. 500.000,- sampai Rp. 1.000.000,c. Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 2.000.000,d. Lebih dari Rp. 2.000.000,e. Belum mempunyai penghasilan 8. Biaya yang dikeluarkanuntuk berwisata ke kawasan Pantai Tanjung Kerasak a. Kurang dari Rp. 50.000,b. Rp. 50.000,- sampai Rp. 100.000,c. Rp. 100.000,- sampai Rp. 200.000,d. Lebih dari Rp. 200.000,B. Motivasi wisatawan berkunjung ke kawasan Pantai Tanjung Kerasak 1. Dari mana saudara/i mendapat informasi mengenai Pantai Tanjung Kerasak? a. teman b. radio/televisi c. leaflet/brosur d. lainnya............ 2. apakah sebelumnya saudara/i pernah berkunjung ke Pantai Tanjung Kerasak? a. belum pernah b. pernah, berapa kali?............... 3. Apa yang mendorong saudara/i untuk berkunjung ke Pantai Tanjung Kerasak? a. belum pernah berkunjung ke tempat ini b. pemandangan indah c. diajak teman d. mudah dijangkau e. lainnya.................. 4. Apakah tujuan saudara/i mengunjungi Pantai Tanjung Kerasak? a. menikmati keindahan alam b. mengisi waktu luang c. menghilangkan stres dari aktivitas yang menjenuhkan d. menikmati aktivitas yang ditawarkan e. lainnya..................
76
Lampiran 3. (lanjutan) C. Persepsi wisatawan 1. Apakah saudara/i merasa puas melakukan kegiatan wisata di kawasan Pantai Tanjung Kerasak? a. ya, karena………….. b. tidak, karena……….. 2. Menurut saudara/i apakah yang menjadi hambatan untuk datang ke kawasan Pantai Tanjung Kerasak? a. lalu lintas macet b. tiket masuk yang mahal c. tidak ada waktu luang d. susah menemukan lokasi lainnya............... 3. Menurut saudara/i, berapa kisaran harga yang menurut saudara/i tepat untuk kawasan Pantai Tanjung Kerasak? 4. Menurut saudara/i kegiatan wisata apakah yang masih dapat dikembangkan di kawasan Pantai Tanjung Kerasak? a. motor boat/berperahu b. memancing c. berkemah d. berenang e. lainnya......................... 5. Jika wisatawan yang berkunjung telah melebihi daya dukung kawasan, apakah saudara/i setuju jika pengelola membatasai jumlah wisatawan yang dapat berkunjung ke kawasan kawasan Pantai Tanjung Kerasak? a. setuju, karena............. b. tidak setuju, karena................ 6. Bagaimana pendapat saudara/i terhadap kelestarian lingkungan Pantai Tanjung Kerasak? a. baik, karena.............. b. kurang baik karena,................ c. buruk, karena............... 7. Persepsi wisatawan terhadap fasilitas dan lingkunan di kawasan Pantai Tanjung Kerasak No.
Aspek penilaian/parameter
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Aksesibilitas Jalan Transportasi Pelayanan oleh pengelola Keamanan di kawasan pantai Kenyamanan dalam kawasan Kebersihan lingkungan Kejernihan air laut Kondisi pasir pantai Keaslian lingkungan Peraturan yang ada dalam kawasan Sistem tata ruang dan tata letak fasilitas Keindahan pantai Fasilitas rekreasi : a. Tempat sampah b. Air bersih c. Toilet d. Tempat ibadah e. Warung penjual makanan dan suvenir f. Listrik
13. 14.
Kriteria/persepsi Baik Cukup
Kurang
Tidak tahu
77
Lampiran 3. (lanjutan) D. Aktivitas wisatawan 1. Bersama siapakah saudara/i datang ke Pantai Tanjung Kerasak? a. sendiri b. teman c. keluarga d. kelompok/rombongan 2. Jenis kendaraan apa yang saudara/i gunakan untuk mencapai lokai\si ini? a. kendaraan pribadi : mobil/motor b. sewa/carter c. kendaraan umum : angkot/bis d. jalan kaki 3. Perlengkapan/peralatan apa yang saudara/i bawa ke kawasan Pantai Tanjung Kerasak? a. kamera/handycam b. peralatan pancing c. lainnya............... 4. Kegiatan apa yang saudara/i lakukan di kawasan Pantai Tanjung Kerasak? a. memancing b. berenang c. menikmati keindahan alam d. fotografi e. lainnya................. 5. Apakah saudara/i berkeinginan untuk kembali berkunjung/berekreasi di kawasan Pantai Tanjung Kerasak? a. ya, karena.................. b. tidak, karena................. E. Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan Pantai Tanjung Kerasak? 1. Di manakah saudara/i membuang sampah? a. tempat sampah b. di kawasan pantai c. lainnya............... 2. Apakah saudara setuju dengan pemberian sanksi terhadap pelaku kegiatan yang merusak lingkungan pantai? a. ya, karena................ b. tidak, karena............ 3. Bentuk pengembangan fasilitas bangunan yang diinginkan, bahan apa yang saudara/iusulkan? a. alami (dari bambu/kayu) b. modern (dari beton)
Lampiran 4. Kuesioner untuk masyarakat sekitar kawasan Pantai Tanjung Kerasak A. Data pribadi masyarakat sekitar kawasan Pantai Tanjung Kerasak 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan terakhir : 5. Status dalam keluarga : 6. Jumlah tanggungan :…orang 7. Pekerjaan : 8. Jika petani : a. Tanaman apa yang ditanam? b. Berapa kali panen setahun dan berapa kg? 9. Jika penangkap ikan di Pantai Tanjung Kerasak : a. Jenis alat apa yang digunakan? b. Jenis ikan apa saja yang tertangkap/dibudidayakan?
78
Lampiran 4. (lanjutan) c. Jenis ikan apa yang paling banyak tertangkap? d. Berapa kg ikan yang dapat tertangkap dalam sehari 10. Jika pedagang: a. Apa yang diperdagangkan? b. Jika dilakukan pengembangan fasilitas untuk warung, bentuk apa yang diinginkan? Bersifat alami (kayu/bambu) atau modern (dari beton) 11. Pendapatan per bulan : a. Kurang dari Rp. 500.000,b. Rp. 500.000,- sampai Rp. 1.000.000,c. Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 2.000.000,d. Lebih dari Rp. 2.000.000,e. Belum mempunyai penghasilan B. Pengetahuan masyarakat terhadap Pantai Tanjung Kerasak 1. Aktivitas dan frekuensi yang dilakukan dalam kawasan Pantai Tanjung Kerasak : a. Berdagang,..................... b. Berekreasi,......................... c. Memancing,............................ d. lainnya............ 2. Alasan melakukan kegiatan tersebut:........................................................................ 3. Apa saja permasalahan yang timbul pada pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan kawasan Pantai Tanjung Kerasak?..................... C. Aspirasi, persepsi, dan preferensi masyarakat sekitar terhadap pengembangan wisata di Pantai Tanjung Kerasak 1. Sumber air bersih : a. PDAM b. Sumur c. Lainnya................ 2. Apa saja daya tarik sumberdaya untuk wisata di Pantai Tanjung Kerasak? a. pantai b. pasir pantai c. perikanan d. air laut e. lainnya....................... 3. Pendapat saudara/i bila dilakukan pengembangan wisata di Pantai Tanjung Kerasak: a. setuju, karena.................... b. tidaksetuju, karena..................... 4. Pengaruh/dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan wisata : a. kotornya kawasan b. tingkat keamanan masyarakat terganggu c. tidak ada kekhawatiraan apapun d. lainnya........................ 5. pengaruh dari perilaku wisatawan terhadap masyarakat a. cara berpakaian b. cara berbicara c. tingkah laku d. tidak ada pengaruh 6. Bentuk kerja sama/bantuan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat : a. tidak ada bantuan apapun b. ada bantuan,................. 7. harapan saudara/i ke depannya dengan adanya pengembangan wisata Pantai Tanjung Kerasak : a. tidak merusak lingkungan b. membuka lapangan kerja baru c. meningkatkan kesejahteraan masyarakat d. pembangunan fasilitas-fasilitas yang bermanfaat bagi masyarakat e. tidak punya harapan
79
Lampiran 4. (lanjutan) 8.
Bila dilakukan pengembangan kawasan wisata, apakah saudara/i ingin terlibat? a. ya b. tidak
9.
Bila ya, sebagai apa : a. Guide b. Penjual makanan c. Penjual suvenir
No.
Aspek penilaian/parameter
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Aksesibilitas Jalan Transportasi Keindahan pantai Kenyamanan dalam kawasan Kebersihan lingkungan Potensi wisata Kejernihan air laut Kondisi pasir pantai Keaslian lingkungan Tempat sampah Air bersih Tempat ibadah Warung penjual makanan Listrik
d. Menyewakan penginapan e. Lainnya....................
Kriteria/persepsi Baik Cukup
Kurang
Tidak tahu
Lampiran 5. Kelimpahan fitoplankton di Pantai Tanjung Kerasak ST1
ST2
sel/L
ST3
sel/L
ST4
sel/L
ST5
sel/L
ST6
sel/L
ST7
Kelas
Genus
sel/L
sel/L
Bacillariophyceae
Amphiprora
0
0
0
0
55,5556
0
0
Bacillariophyceae
Amphora
27,7778
83,3333
83,3333
222,222
166,667
166,67
250
Bacillariophyceae
Bacillaria
861,111
694,444
777,778
1000
944,444
1333,3
4416,7
Bacillariophyceae
Diploneis
55,5556
27,7778
166,667
166,667
27,7778
138,89
27,778
Bacillariophyceae
Entomoneis
83,3333
0
0
0
0
138,89
138,89
Bacillariophyceae
Fragilariopsis
0
0
0
0
0
277,78
0
Bacillariophyceae
Mastogloia
27,7778
27,7778
0
27,7778
0
27,778
27,778
Bacillariophyceae
Navicula
666,667
1222,22
1055,56
972,222
2222,22
944,44
861,11
Bacillariophyceae
Neidium
472,222
0
0
83,3333
0
0
0
Bacillariophyceae
Nitzschia
1444,44
777,778
1694,44
1916,67
3000
1750
1694,4
Bacillariophyceae
Pleurosigma
3000
3250
2916,67
3833,33
5083,33
3250
527,78
Bacillariophyceae
Pseudonitzschia
1555,56
250
55,5556
55,5556
277,778
555,56
666,67
Bacillariophyceae
Surirella
27,7778
0
0
0
305,556
27,778
0
Bacillariophyceae
Cocconeis
222,222
166,667
222,222
27,7778
0
0
194,44
Bacillariophyceae
Epithemia
27,7778
0
0
0
0
0
0
Chlorophyceae
Dunaliella
27,7778
55,5556
27,7778
0
0
0
27,778
Chroobacteria
Trichodesmium
138,889
83,3333
55,5556
722,222
194,444
222,22
8444,4
Coscinodiscophyceae
Bacteriastrum
5583,33
388,889
27,7778
3638,89
305,556
1750
111,11
Coscinodiscophyceae
Bellerochea
27,7778
111,111
27,7778
27,7778
0
55,556
83,333
80
Lampiran 5. (lanjutan) ST1 Kelas
Genus
ST2
sel/L
ST3
ST4
ST5
ST6
ST7
sel/L
sel/L
sel/L
sel/L
sel/L
sel/L
222,222
305,556
305,556
277,778
805,56
1777,8
Coscinodiscophyceae
Biddulphia
83,3333
Coscinodiscophyceae
Cerataulina
83,3333
0
0
0
0
27,778
27,778
Coscinodiscophyceae
Chaetoceros
7083,33
222,222
27,7778
3805,56
444,444
1027,8
83,333
Coscinodiscophyceae
Corethron
166,667
0
0
83,3333
0
83,333
0
Coscinodiscophyceae
Coscinodiscus
1111,11
6750
5222,22
972,222
1166,67
5750
1611,1
Coscinodiscophyceae
Ditylum
333,333
0
0
111,111
83,3333
277,78
0
Coscinodiscophyceae
Eucampia
222,222
27,7778
83,3333
83,3333
0
138,89
55,556
Coscinodiscophyceae
Guinardia
3472,22
305,556
277,778
1333,33
611,111
2027,8
611,11
Coscinodiscophyceae
Hemiaulus
861,111
55,5556
27,7778
194,444
27,7778
138,89
83,333
Coscinodiscophyceae
Hemidiscus
0
55,5556
0
27,7778
111,111
166,67
111,11
Coscinodiscophyceae
Hyalodiscus
166,667
83,3333
0
55,5556
27,7778
55,556
611,11
Coscinodiscophyceae
Isthmia
0
27,7778
27,7778
0
0
27,778
194,44
Coscinodiscophyceae
Leptocylindrus
250
0
27,7778
27,7778
0
55,556
0
Coscinodiscophyceae
Melosira
194,444
55,5556
27,7778
194,444
0
722,22
777,78
Coscinodiscophyceae
Odontella
666,667
0
27,7778
305,556
0
138,89
0
Coscinodiscophyceae
Paralia
55,5556
55,5556
194,444
333,333
416,667
194,44
333,33
Coscinodiscophyceae
Planktoniella
27,7778
0
0
27,7778
0
0
3250
Coscinodiscophyceae
Rhizosolenia
3138,89
638,889
972,222
2277,78
1277,78
1777,8
250
Coscinodiscophyceae
Skeletonema
0
0
0
83,3333
27,7778
222,22
0
Coscinodiscophyceae
Thalassiosira
722,222
277,778
111,111
27,7778
83,3333
638,89
250
Coscinodiscophyceae
Strepthoteca
0
0
0
0
0
0
27,778
Coscinodiscophyceae
Lithodesmium
0
0
0
0
0
0
55,556
Dinophyceae
Ceratium
333,333
55,5556
55,5556
83,3333
166,667
138,89
138,89
Dinophyceae
Dinophysis
27,7778
55,5556
138,889
138,889
0
305,56
333,33
Dinophyceae
Gymnodinium
0
27,7778
0
138,889
0
138,89
333,33
Dinophyceae
Noctiluca
0
27,7778
27,7778
0
0
333,33
0
Dinophyceae
Peridinium
333,333
222,222
55,5556
27,7778
55,5556
55,556
27,778
Dinophyceae
Prorocentrum
83,3333
166,667
0
0
27,7778
55,556
1083,3
Dinophyceae
Protoperidinium
0
0
0
55,5556
0
138,89
194,44
Dinophyceae
Scrippsiella
Dinophyceae
Oxyrrhis
Dinophyceae
Pyrocystis
Fragilariophyceae
27,7778
27,7778
55,5556
27,7778
83,3333
27,7778
27,7778
27,7778
27,778
55,556 27,778
0
138,889
27,7778
83,3333
111,111
1416,7
27,778
Asterionella
222,222
27,7778
0
0
0
0
0
Fragilariophyceae
Raphoneis
27,7778
27,7778
27,7778
27,7778
0
111,11
27,778
Fragilariophyceae
Fragilaria
416,667
111,111
0
0
0
111,11
305,56
Fragilariophyceae
Grammatophora
27,7778
55,5556
83,3333
27,7778
111,111
0
333,33
Fragilariophyceae
Licmophora
27,7778
0
27,7778
27,7778
0
27,778
55,556
Fragilariophyceae
Striatella
27,7778
277,778
250
638,889
1388,89
3972,2
5055,6
Fragilariophyceae
Synedra
500
1888,89
2416,67
750
1250
2027,8
5444,4
Fragilariophyceae
Thalassionema
4000
750
250
3611,11
2500
3333,3
805,56
81
Lampiran 5. (lanjutan) ST1 Kelas
Genus
ST2
sel/L
ST3
ST4
ST5
ST6
sel/L
ST7
sel/L
sel/L
sel/L
sel/L
sel/L
138,889
0
0
55,556
Fragilariophyceae
Thalassiothrix
333,333
83,3333
27,7778
Prasinophyceae
Halosphaera
55,5556
0
0
0
0
0
0
Prymnesiophyceae
Phaeocystis
0
0
0
27,7778
0
0
0
Lampiran 6. Kelimpahan zooplankton di Pantai Tanjung Kerasak ST4 sel/L
ST5 sel/L
ST6 sel/L
0 83,3333 0 0
0 0 55,5556 27,7778
0 27,778 27,778 111,11
0 0 0 0
0
0
27,7778
0
0
0
0
55,5556
0
0
55,556
0
0
0
0
0
27,778
0
0
27,7778
0
55,5556
0
55,556
361,11
Helicostomella
0
0
0
27,7778
0
0
0
Ciliatea
Metacylis
0
111,111
27,7778
27,7778
138,889
500
472,22
Ciliatea
Rhabdonellopsis
Ciliatea
Tintinnopsis
Ciliatea
Undella
Ciliatea Eurotatoria
Kelas Appendicularia Branchiopoda Branchiopoda Branchiopoda
Genus Oikopleura Cypris Evadne Penilia
Branchiopoda
Podon
Ciliatea
Codonella
Ciliatea
Codonellopsis
Ciliatea
Favella
Ciliatea
ST1 sel/L
ST2 sel/L
0 0 0 27,7778
0 0 27,7778 27,7778
ST3 sel/L 27,7778 0 27,7778 0
0
0
27,7778
ST7 sel/L
138,889
0
0
0
27,7778
0
0
250
611,111
444,444
555,556
972,222
1222,2
1333,3
0
27,7778
0
0
0
0
27,778
Vorticella
83,3333
0
0
0
0
0
0
Trichocerca
83,3333
27,7778
83,3333
55,5556
0
27,778
27,778
Granuloreticulosea Globigerina
0
27,7778
0
0
0
250
361,11
Lobosa
Difflugia
0
0
0
0
0
55,556
0
Malacostraca
Mysis
27,7778
361,111
111,111
0
194,444
194,44
805,56
Malacostraca
Diastylis
27,7778
0
0
0
0
0
0
Maxillopoda
Oithona
0
0
27,7778
27,7778
27,7778
0
0
Ophiuroidea Polychaeta
Larva Ophiopluteus
0 0
0 0
0 0
0 0
27,7778 0
0 0
55,556 27,778
0
0
0
0
55,5556
0
0
Prymnesiophyceae Rhabdosphaera Radiolaria
Arachnosphaera
55,5556
0
27,7778
83,3333
111,111
27,778
0
Sagittoidea Spirotrichea
Sagitta Cymatocylis
0 27,7778
0 0
0 0
0 0
0 0
27,778 0
0 0
Nauplius telur
55,5556 527,778
138,889 0
111,111 0
305,556 0
333,333 0
83,333 0
55,556 694,44
Lampiran 7. Perhitungan indeks kesesuaian wisata pantai No
Parameter Kedalaman perairan (m) Tipe pantai
1 2 3
Lebar pantai (m) Material dasar perairan Kecepatan arus (m/dt) Kemiringan pantai (0) Kecerahan perairan (m) Penutupan lahan pantai Biota berbahaya
4 5 6 7 8 9 10
Ketersediaan air tawar (jarak/km)
Bobot Pantai Tanjung Kerasak (Stasiun 1)
Pantai Tanjung Kerasak (Stasiun 2)
Pantai Tanjung Kerasak (Stasiun 3)
Hasil
Skor
Ni
Hasil
Skor
Ni
Hasil
Skor
Ni
5
4,50
3
15
2,33
4
20
2,56
4
20
5
pasir berbatu, landai
3
15
pasir berbatu, landai
3
15
pasir berbatu, landai
3
15
5
>15 m
4
20
>15 m
4
20
>15 m
4
20
4
pasir, berbatu
3
12
pasir, berbatu
3
12
pasir, berbatu
3
12
4
0-0.17 m/dtk
4
16
0.17-0.34 m/dtk
3
12
0-0.17 m/dtk
4
16
4
< 10
4
16
< 10
4
16
< 10
4
16
3
1,80
2
6
1,84
3
9
1,20
2
6
3
Kelapa, lahan terbuka
4
12
Kelapa, lahan terbuka
4
12
Kelapa, lahan terbuka
4
12
3
tidak ada
4
12
tidak ada
4
12
tidak ada
4
12
3
0,5-1 km
4
12
<0.5 (km)
4
12
<0.5 (km)
4
12
Total
136
140
141
Indeks Kesesuaian wisata
87,18
89,74
90,384
Tingkat Kesesuaian
S1
S1
S1
IKW
Ni x100% Nmaks
15 15 20 12 16 16 6 12 12 12 x100% 156
136 x100% 156
87,18%
82
Lampiran 7. (lanjutan) No
Parameter
Bobot
Pantai Tanjung Kerasak (Stasiun 4)
Pantai Tanjung Kerasak (Stasiun 5)
Pantai Tanjung Kerasak (Stasiun 7)
Pantai Tanjung Kerasak (Stasiun 6)
Hasil
Skor
Ni
Hasil
Skor
Ni
Hasil
Skor
Ni
Hasil
Skor
Ni
1
Kedalaman perairan (m)
5
1,8
4
20
0,50
4
20
0,94
4
20
0,66
4
20
2
Tipe pantai
5
pasir putih, landai
4
20
pasir putih, landai
4
20
pasir putih, landai
4
20
pasir, berbatu, landai
3
15
3
Lebar pantai (m)
5
>15 m
4
20
>15 m
4
20
>15 m
4
20
>15 m
4
20
4
Material dasar perairan
4
pasir, berbatu, landai
3
12
pasir
4
16
pasir, berbatu, landai
3
12
Pasir berlumpur
2
8
5
Kecepatan arus (m/dt)
4
0,17-0,34
3
12
0,34-0,51
2
8
0-0.17 m/dtk
4
16
0-0.17 m/dtk
4
16
6
Kemiringan pantai (0)
4
< 10
4
16
< 10
4
16
< 10
4
16
< 10
4
16
7
Kecerahan perairan (m)
3
1,22
2
6
0,47
4
12
0,94
4
12
0,66
4
12
8
Penutupan lahan pantai
3
Semak, belukar, rendah, savana
3
9
Kelapa, lahan terbuka
4
12
Kelapa, lahan terbuka
4
12
Kelapa, lahan terbuka
4
12
9
Biota berbahaya
3
pari
2
6
tidak ada
4
12
tidak ada
4
12
tidak ada
4
12
10
Ketersediaan air tawar (jarak/km)
3
0,5-1 km
3
9
0,5-1 km
3
9
> 1-2
2
6
> 1-2
2
6
Total
130
145
146
137
Indeks Kesesuaian wisata
83,33
92,95
93,59
87,82
Tingkat Kesesuaian
S1
S1
S1
S1
83
Lampiran 8. Perhitungan indeks kesesuaian wisata memancing Pantai Tanjung Kerasak (Stasiun 1) Kriteria
Bobot
Keanekaragaman ikan
5
Kondisi lingkungan
4
Sarana prasarana
4
Aksesibilitas
4
Pantai Tanjung Kerasak (Stasiun 2) Nilai (skor x bobot)
Kategori Penilaian Kawasan Sangat sesuai (skor 5) Banyak terdapat jenis ikan yang cocok untuk memancing 3 Ketentuan
Sesuai (skor 3)
Kurang sesuai (skor 1) 25 20
3 Ketentuan
Kategori Penilaian Kawasan Sangat sesuai Sesuai (skor 3) (skor 5) Banyak terdapat jenis ikan yang cocok untuk memancing 3 Ketentuan
12 0-1 Ketentuan
Kurang sesuai (skor 1) 25 20
3 Ketentuan
4
Nilai (skor x bobot)
12 0-1 Ketentuan
4
Total
61
61
Indeks Kesesuaian wisata
71,76
71,76
Tingkat Kesesuaian
S2
S2
IKW
Ni x100% Nmaks
25
20
12 85
61
x100%
61 x100% 85
71,76%
84
Lampiran 8. (lanjutan) Pantai Tanjung Kerasak (Stasiun 3) Kriteria
Bobot Kategori Penilaian Kawasan Sangat sesuai (skor 5)
Keanekaragaman ikan
5
Kondisi lingkungan
4
Sarana prasarana
4
Aksesibilitas
4
Sesuai (skor 3)
Pantai Tanjung Kerasak (Stasiun 4) Nilai (skor x bobot)
Kurang sesuai (skor 1)
Cukup banyak terdapat jenis ikan yang cocok untuk memancing
Kategori Penilaian Kawasan Sangat sesuai (skor 5)
Sesuai (skor 3)
3 Ketentuan
20 3 Ketentuan
12 0-1 Ketentuan
Nilai (skor x bobot)
Kurang sesuai (skor 1)
Cukup banyak terdapat jenis ikan yang cocok untuk memancing
15
Pantai Tanjung Kerasak (Stasiun 7)
Sangat sesuai (skor 5)
20 3 Ketentuan
12 0-1 Ketentuan
4
Nilai (skor x bobot)
Kurang sesuai (skor 1)
Sesuai (skor 3) Cukup banyak terdapat jenis ikan yang cocok untuk memancing
15
3 Ketentuan
4
Kategori Penilaian Kawasan
15
3 Ketentuan
20 3 Ketentuan
12 0-1 Ketentuan
4
Total
51
51
51
Indeks Kesesuaian wisata
60
60
60
Tingkat Kesesuaian
S2
S2
S2
Lampiran 9. Perhitungan Daya Dukung Kawasan (DDK) Daya dukung kawasan rekreasi pantai: DDK
1x
747m 4 jam x 50m 2 jam
30orang
Daya dukung kawasan rekreasi pantai untuk berenang : DDK
1x
1678m 6 jam x 50m 3 jam
68orang
85
Lampiran 9. (lanjutan) Daya dukung kawasan rekreasi pantai untuk memancing :
DDK
1x
350m 6 jam x 14orang 50m 3 jam
Lampiran 10. Pembobotan faktor internal dan eksternal dalam strategi pengelolaan kawasan Pantai Tanjung Kerasak Simbol faktor internal
S1
S1
S2
S3
S4
S5
W1
W2
W3
W4
Total
Bobot
Rating
Skor
1
3
4
3
4
4
3
3
25
0,17
4
0,7
1
2
2
1
1
2
2
11
0,08
2
0,15
3
2
3
4
2
2
17
0,12
4
0,48
2
4
3
3
3
20
0,14
3
0,42
2
1
2
2
14
0,1
4
0,39
4
3
1
18
0,13
4
0,5
3
2
20
0,14
4
0,56
3
18
0,13
3
0,38
143
1
S2
1
S3
4
1
S4
3
2
3
S5
3
1
3
3
W1
3
1
3
3
3
W2
4
1
4
3
3
4
W3
3
2
3
3
3
2
Total
2
3,5804196
86
87
Lampiran 10. (lanjutan) Simbol faktor eksternal S1 O1 O2 2 O3 2 O4 1 T1 3 T2 3 T3 3 Total
S2 2 2 3 3 3 3
S3 1 3 1 4 3 3
S4 2 3 1 3 2 1
S5 W1 W2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2
W3 13 16 13 13 18 16 14 103
W4 0,13 0,16 0,13 0,13 0,17 0,16 0,14 1,00
Lampiran 11. Stasiun Pengamatan
Stasiun 1 dan 2
Stasiun 4
Stasiun 7
Stasiun 5 dan 6
Stasiun 3
Total Bobot 4,00 0,50 3,00 0,47 2,00 0,25 2,00 0,25 4,00 0,70 3,00 0,47 4,00 0,54 3,18
88
Lampiran 12. Kondisi alam Pantai Tanjung Kerasak
Pulau karang
Sisa pembakaran di sekitar pohon
Aktivitas wisatawan memancing
Kondisi karang mati di pantai
Sampah di sekitar pantai
Penambang Timah Inkonvensional
Batu granit yang dicoret-coret
Padang Lamun
89
Lampiran 13. Kondisi fasilitas di Desa Pasir Putih dan Pantai Tanjung Kerasak
Sekolah Dasar di Desa Pasir Putih
Fasilitas Toilet di pantai
Tapak Wisata Pantai Tanjung Kerasak
Balai Benih Udang
Kantor Pemerintahan Desa Pasir Putih
Warung di Desa Pasir Putih
Tempat berteduh dan warung