IMPLEMENTASI PBR DI LINGKUNGAN UNEJ
PENGEMBANGAN PBR (PEMBELAJARAN BERBASIS RISET) DALAM MATA KULIAH
Oleh Prof. Drs. Dafik, M.Sc, Ph.D.
Disampaikan pada acara FGD PBR untuk bahan penyusunan Pedomana Implementasi PBR di Lingkungan Universitas Jember
LEMBAGA PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER DESEMBER 2015
1|Page
FEBRUARI 2016
IMPLEMENTASI PBR DI LINGKUNGAN UNEJ
DAFTAR ISI
1. Pendahuluan 2. Teori Pendukung Terlaksanaanya PBR 3. Strategi Mewujudkan PBR dalam Mata Kuliah 4. Sintaksis Penerapan PBR dalam Perkuliahan 5. Rekomendasi Terlaksananya PBR di Lingkungan UNEJ 6. Saran Terialisasinya PBR dalam Mata Kuliah
DAFTAR RUJUKAN
2|Page
FEBRUARI 2016
IMPLEMENTASI PBR DI LINGKUNGAN UNEJ
FEBRUARI 2016
1. Pendahuluan Secara
umum
budaya
penelitian
di
perguruan
tinggi
Indonesia
masih
belum
menggembirakan, hal ini ditunjukkan dengan data yang bersumber dari SJR (Scimago Journal and Country Rank) 2014, lihat Gambar 1. Dibandingkan dengan lima negara asean yaitu Singapore, Malaysia, Thailand dan Philipine, negara Indonesia menempati posisi terbawah dengan hanya memiliki 5.499 artikel yang dipublikasi di journal internasional terindeks Scopus. Padahal tantangan nyata perguruan tinggi ke depan adalah bagaimana menjadikan perguruan tinggi itu memiliki label World Class University (WCU) supaya dapat bersaing dengan perguruan tinggi lainnya secara global, lebih-lebih pada era Masyarakat Ekonomi Asea (MEA) sekarang ini. Kegiatan penelitian dipahamai sebagai core concern yang harus dikembangkan untuk menuju ke WCU. Universitas harus memberikan perhatian besar terhadap terciptanya budaya penelitian dan mutu penelitian sehingga kegiatan penelitian dipahami oleh seluruh civitas akademika yaitu Dosen, Mahasiswa dan Staf untuk dijadikan indikator utama pengembangan universitas. Aktivitas penelitian harus dijalankan di setiap kegiatan akademik manapun, di kegiatan sehari-hari, di lab, di lapangan, di forum dan diskusi ilmiah, di kelompok atau kajian ilmiah dan termasuk di dalam kelas pembelajaran. Intinya kegiatan penelitian harus diintegrasikan dalam akvitas belajar dan pembelajaran dosen dan mahasiswa. Gambar 1. Grafik perbandingan jumlah publikasi ilmiah empat negara asean
Pada level internasional perguruan tinggi terbagi dalam dua kategori besar yaitu perguruan tinggi yang fokus pada pembelajaran kemudian dinamakan teaching-university, dan perguruan tinggi yang lebih fokus pada aktivitas penelitian kemudian dikenal dengan nama research university.
3|Page
IMPLEMENTASI PBR DI LINGKUNGAN UNEJ
FEBRUARI 2016
Menjadi teaching university, walaupun tidak terlalu menjanjikan di era global sekarang ini, asalkan dikelola dengan baik, bukanlah hal yang buruk, artinya universitas dapat menerima dan mengelola program-program undergraduate, atau profesi, serta mengelola pembelajaran dengan baik sehingga menghasilkan lulusan yang handal dan berdaya saing global. Namun demikian menjadi researchuniversity merupakan pilihan terbaik di masa yang akan datang, karena beberapa indikator performansi perguruan tinggi terbaik sekarang adalah menekankan pada pentingnya penelitian dosen dan mahasiswanya. Hanya dengan indikator penelitian yang baguslah universitas mendapatkan label universitas ternama di dunia. Universitas akan dikatakan terbaik dalam kegiatan risetnya apabila universitas mendapatkan label WCRU (World Class Researh University). Bagaimana label ini dapat diperoleh? Salah satunya dengan mengintegrasikan kegiatan risetnya dalam setiap pembelajaran. Terkait kegiatan riset di perguruan tinggi, UU Pendidikan tinggi sudah dengan jelas tentang menjelaskan, terutama di pasal 45 dan 46. Pasal 45 1. Penelitian di Perguruan Tinggi diarahkan untuk mengembangkan Ilmu pengetahuan dan Teknologi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa. 2. Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Sivitas Akademika sesuai dengan otonomi keilmuan dan budaya akademik. 3. Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan berdasarkan jalur kompetensi dan kompetisi. Pasal 46 Hasil Penelitian bermanfaat untuk: a. pengayaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta pembelajaran; b. peningkatan mutu Perguruan Tinggi dan kemajuan peradaban bangsa; c. peningkatan kemandirian, kemajuan, dan daya saing bangsa; d. pemenuhan kebutuhan strategis pembangunan nasional; dan perubahan Masyarakat Indonesia menjadi Masyarakat berbasis ilmu pengetahuan. Permenristekdikti No. 44 tahun 2015 tentang Standar nasional Pendidikan Tinggi juga memperkuat pentingnya kegiatan penelitian di perguruan tinggi. Didalam Permendikbud ini dijelaskan bahkan standard nasional pendidikan tinggi terdiri dari 24 standar yaitu 8 standar nasional pendidikan, 8 standar nasional penelitian dan 8 standar nasional pengabdian. Rincian 8 standar penelitian adalah sebagai berikut standar hasil penelitian; standar isi penelitian; standar proses penelitian; standar penilaian penelitian; standar peneliti; standar sarana dan prasarana penelitian; standar pengelolaan penelitian; dan standar pendanaan dan pembiayaan penelitian. Munculnya standar penelitian secara tepisah ini jelas semakin mempertegas bahwa terbentuknya research university sudah mendapatkan wadah khusus dalam Permenristekdikti No 44 tahun 2014 ini. Permasalahannya sekarang, siapkah Universitas Jember menuju ke arah research university, atau dengan istilah lain menciptakan University Scholar. Jawabannya sejauh mana
4|Page
IMPLEMENTASI PBR DI LINGKUNGAN UNEJ
FEBRUARI 2016
keberadaan infrastruktur dan suprastruktur yang mendukung kearah terciptanya kegiatan riset ini. Kemudian bagaimana existing condition kepemilikan publikasi civitas akademika universitas jember sekarang? jawabanya data dalam Gambar 2 menunjukkan bahwa kondisi kita masih jauh dari harapan. Universitas jember berada pada posisi 25 dalam kepemilikan artikel ilmiah yang dipublikasikan dalam scopus pada tahun 2014. Gambar 2. Grafik perbandingan jumlah publikasi ilmiah sepuluh universitas di Indoneisa
Dengan demikian kerja keras kearah ini, harus segera dimantapkan, dan payung hukum terutama dalam statuta dan keputusan rektor terkait revitalisasi research harus segera dikembangkan. Misalnya mengembangkan laboratorium atau kelompok kajian, grup penelitian untuk bidang kajian yang interdisipliner dan multidisipliner, mengembangkan program visiting researcher atau scholar, magang penelitian, insentif international conference dan publikasi ilmiah, dan lain sebagainya termasuk yang paling penting adalah mengintegrasikan penelitian dalam pembelajaran. Integrasi penelitian dalam pembelajaran, selanjutnya dikenal dengan istilah Pembelajaran Berbasis Riset atau Research Based Learning. Pembelajaran Berbasis Riset (PBR/RBL) didasari filosofi konstruktivisme yang mencakup 4 (empat) aspek yaitu: pembelajaran yang berbasis masalah dan masalah harus muncul dari masalah dalam penelitian yang dikembangkan oleh penelitian dosen, pembelajaran dengan mengembangkan prior knowledge yang mutakhir berdasarkan hasilhasil penelitian mutakhir, mengumpulkan, menganalisa data dan menguji kebenaran hasil analisa, dan terakhir adalah mengembangkan laporan dan publikasi. Menyadari bahwa PBR sangat melekat pada tugas tridarma kita sebagai dosen, maka penerapan PBR dalam mata kuliah di lingkungan Universitas Jember ini menjadi sangat penting.
5|Page
IMPLEMENTASI PBR DI LINGKUNGAN UNEJ
FEBRUARI 2016
2. Teori Pendukung Terlaksanaanya PBR PBR merupakan metode pembelajaran yang menggunakan contextual learning, authentic learning, problem-solving, cooperative learning, hands on & minds on learning,
dan inquiry
discovery approach. Target dari penerapan PBR adalah mendorong terciptanya keterampilan berfikir tingkat tinggi pada diri dosen dan mahasiswa. Mahasiswa tidak hanya dijejali denngan informasi dan ilmu pengetahuan namun harus dibawa ke level yang tinggi yaitu creating atau comunicating. Pencapaian sampai level ini dalam teori pembelajaran dikenal dengan tercapainya keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diterjemahkan dari kalimat Higher Order Thinking Skills (HOTS). Gambar 3. Taxonomy Bloom yang direvisi Secara
teoritis
keterampilan
berfikir tingkat tinggi terkait langsung dengan
hirarki
taksonomi
yang
diajukan oleh Bloom (1956). Bloom membagi level berfikir kedalam enam level, yaitu knowledge (Recall or locate information),
comprehension
(Understand learned facts), application (Apply what has been learned to new situations),
analysis
(“Take
apart”
information to examine different parts ), synthesis (Create or invent something; bring together more than one idea) dan evaluation (Consider evidence to support conclusions). Kemudian perkembangan selanjutnya Anderson L, and Krathwohl, D. (2001) dalam bukunya yang berjudul “Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy” yang dipublikasi oleh Publishing Co, New York, US merevisi level taxonomi ini menjadi remembering, understanding, applying, analysing, evaluating, creating, Lihat Gambar 3. Hasil revisi dari Anderson and Krathwohl inilah yang kemudian dengan mudah diterima oleh banyak saintisi dan praktisi sehingga keberadaannnya selalu menjadi rujukan dari perkembangan teori pembelajaran. Dalam perkembangannya remembering, understanding, applying dikategorikan dalam recalling dan processing (yaitu Lower Order Thinking Skill (LOTS)), sedangkan analysing, evaluating, creating dikategorikan dalam creative thinking (yaitu Higher Order Thinking Skills (HOTS). Dalam perspektif penelitian tahapan keterampilan berpikir tingkat tinggi itu dialami oleh peneliti melalui: (1) Mengingat,
yaitu
kemampuan
menyebutkan kembali informasi atau
pengetahuan yang tersimpannya (setelah melakukan proses observasi terhadap fenomena yang
6|Page
IMPLEMENTASI PBR DI LINGKUNGAN UNEJ
FEBRUARI 2016
dihadapinya) terkait beberapa fakta dan fenomena (2) Memahami, yaitu kemampuan memahami konsep-konsep apa sajakah yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dihadapinya; (3) Menerapkan, setelah menetapkan konsep yang sesuai yang dipakai untuk memecahkan sebuah masalah, selanjutnya mencoba menentukan solusinya dengan indikator yang telah ditetapkan dalam konsep atau prosedur (4) Menganalisis, yaitu membuktikan dan memberikan alasan logis atau kritis dengan cara
menghubungkan konsep yang satu dengan konsep lainnya untuk menguji
kebenaran secara logis; kemudian (5) Mengevaluasi, yaitu kemampuan melakukan pemeriksaan ulang dengan cara melakukan simulasi spesifik, bisanya dilakukan melalui computer programming, atau melalui focus group discussion untuk mencari contra example-nya, dan terakhir adalah (6) Mengkreasi atau mengkomunikasi, yaitu kemampuan memadukan unsur unsur menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh dan koheren dalam bentuk teori baru, desain atau model baru, atau prototipe baru. Gambar 4. Hubungan Triple Helix Keenam tahapan keterampilan berpikir tingkat tinggi ini tidak mudah untuk dilaksanakan. Dibutuhkan sebuah
perencanaan
yang
sistematis
untuk
menerapkannya, keterlibatan beberapa unsur terkait menjadi penting, unsur-unsur itu adalah dosen, kelas perkuliahan dan research group. Ketiga unsur itu dipandang sebagai relasi triple helix yang tidak dapat dipisahkan
sebagaimana
mempunyai
fokus
kajian,
Gambar
4.
Dosen
kemudian
dosen
memaparkan kajiannya di depan kelas, melalui model problem posing dikembangkanlah masalah yang bersumber dari masalah dalam kelompok kajian, selanjutnya kelas dilibatkan untuk melakukan tahapan 1-5 dalam tahapan HOTS di atas. Kemudian kelompok
research
group
melanjutkannya
dengan
mengulangi
tahapan
1-5
dan
menyempurnakannya dengan tahap 6 yaitu menciptakan lemma, teorema, koralari atau konjektur baru. Secara umum relasi triple helix di atas merupakan dasar pelaksanaan pembelajaran berbasis penelitian (RBL=research based learning). PBR adalah sebuah model pembelajaran yang menjadikan masalah dalam kelompok penelitian sebagai bahasan utama dalam perkuliahan. Seorang dosen dalam perkuliahan tidak hanya menyajikan konsep-kosep lama, konsep yang tidak fenomenal apalagi tidak kontekstual sesuai dengan perkembangan jaman atau ilmu itu sendiri, namun seorang dosen harus menyajikan kajian-kajian sesuai dengan temuan-temuan sesuai dengan perkembangan ilmu terkini dalam kelompok kajian. Pelaksanaan pembelajarannya didasari oleh filosofi konstruktivisme yang ditandai dengan penerapan contextual teaching and learning approach, discovery learning, project based learning,
7|Page
dan juga mencakup empat aspek yaitu:
IMPLEMENTASI PBR DI LINGKUNGAN UNEJ
FEBRUARI 2016
pembelajaran yang berbasis problem posing (masalah yang diajukan berdasarkan penelitian yang dikembangkan oleh dosen dalam kelompok kajian), pembelajaran berbasis recently prior knowledge yaitu berdasarkan hasil-hasil penelitian baru dan mutakhir, penetapan procedure pemecahan masalah sesuai dengan metodologi penelitian modern, dan terakhir menganalisa dan menguji kebenaran data. Gambar 5. Tabel empat fokus integrasi penelitian dalam pembelajaran Research-led: Membelajarkan riset-riset terkini dalam perkuliahan Pembelajaran diperkaya dengan hasil penelitian terkini dosen, peneliti dalam atau luar negeri melalui browsing repository, international scientific indexing database Research-oriented: Membelajarkan teknik atau metode penelitian dalam setiap perkuliahan Pembelajaran dibahas tentang metode-metode penelitian modern dalam melakukan riset, baik penelitian tindakan, eksperimen dan penelitian pengembangan kualitatif maupun kuantitatif terkait perkuliahan yang diampunya. Research-based: Pembelajaran yang melibatkan mahasiswa untuk melakukan riset. Pembelajaran tidak hanya mengajarkan metode-metode penelitian modern dalam melakukan riset, namun melibatkan mahasiswa seara aktif dalam penelitian dengan menerapkan inquire, problem atau project based learning. Research-tutored: Diskusi, debat atau brainstorming untuk mengkiritisi penelitian. Dalam hal ini pembelajaran diwarnai dengan diskusi, debat atau brainstorming untuk mengkiritisi hasil-hasil penelitian dalam bentuk seminar atau workshop.penelitian
Terdapat empat fokus integrasi penelitian dalam pembelarajaran, lihat Gambar 5, kemudian keempat fokus ini dapat di tampilkan dalam empat kuadran cartesian sebagaimana Gambar 6. Keempat kuadaran ini menjelasakan tentang interaktivitas mahasiswa dalam pembelajaran dan konten penelitian dalam pembelajaran terhadap mode persentase integrasi penelitian dalam pembelajaran. Dengan membaca searah jarum jam, mulai dari Kuadran I, II, III, IV dapat dijelaskan bahwa sebagian besar status pembelajaran mata kuliah di Universitas Jember adalah sebagai berikut: I (10%), kebanyakan metode penelitian diajarkan terpisah melalui mata kuliah metode statistik, metode penelitian atau statistik inferensial; II (10%) belum banyak dosen yang memanfaatkan researchgate sebagai sumber referensi dan komunikasi dalam bidang research, sebagian besar banyak mengacu pada pemanfaatan textbook; III (7.5%), hanya ada pada mata kuliah reading course, kapita selekta, jarang sekali dosen dan mahasiswa membahas hasil-hasil penelitian orang lain dan termasuk melacaknya bagaimana mereka memperolehnya; terakhir IV (5%) keterlibatan mahasiswa dalam mata kuliah untuk melakukan penelitian sangat jarang dilakukan, dosen lebih senang mentransfer ilmu dibandingkan melibatkan mahasiswa dalam proses
8|Page
IMPLEMENTASI PBR DI LINGKUNGAN UNEJ
FEBRUARI 2016
inquire atau discovery, dosen lebih senang mahasiswa mengamati, memahami dan menerapkan dibandingkan mahasiswa menganalisa, mengevaluasi dan mengkreasi. Gambar 6. Kuadran kartesian empat fokus integrasi penelitian dalam pembelajaran
Selanjutnya penerapan PBR akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Mendorong dosen untuk melakukan penelitian yang spesifik untuk kemudian meng update keilmuannya dengan membaca dan memanfaatkan hasil penelitian orang lain sebagai bahan pembelajaran; 2) Mendorong peran peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran, dan menjadi mitra aktif dosen dalam penelitian; 3) Mahasiswa terbiasa melakukan proses berfikir dengan pendekatan saintifik sehingga trampil mengidentifikasi persoalan serta memecahkannya dengan kaidah-kaidah ilmiah yang baik; 4) Mahasiswa memiliki kemandirian, logis, kritis, dan kreatif sehingga memberikan peluang tumbuhnya keterampilan berfikir tingkat tinggi pada diri mahasiswa; 5) Peserta didik dilatih memiliki etika, khususnya etika menjauhkan diri dari perilaku buruk seperti pelanggaran copyright dan plagiarisme; 6) Meningkatkan jumlah publikasi ilmiah perguruan tinggi yang bersumber dari kelompok penelitian atau kajian dosen sehingga jumlahnya meningkat. Karakteristik pelaksanaan PBR tersebut adalah: i) terbangunnya kemampuan mahasiswa membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja; ii) adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan mahasiswa terkait dengan research interest dosen atau masalah terbuka dari payung penelitian dosen, bisa diajukan mahasiswa namun dielaborasi dengan permasalahan yang berkembang dalam research interest dosen; iii) terbangunnya kemampuan mahasiswa mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan; iv) terciptanya tanggung jawab mahasiswa yang secara kolaboratif untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan dengan metodologi mutakhir; v) tumbuhnya kemampuan
9|Page
IMPLEMENTASI PBR DI LINGKUNGAN UNEJ
FEBRUARI 2016
mahasiswa dalam mengkomunikasikan hasil pemecahan masalahnya melalui berbagai media nasional maupun internasional; vi) dilakukannya proses evaluasi yang dijalankan secara kontinyu dengan menggunakan penilaian otentik; vii) berkembangnya kemampuan mahasiswa untuk melakukan refleksi atas aktivitas pembelajaran berbasis riset yang sudah dijalankan. Memahami karakteristik ini maka profesor tentunya sangat menguasai karakteristik PBR di atas, dengan demikian kemampuan profesor yang dimiliki selama ini menjadi bekal utama dalam terlaksana proses pembelajaran berbasis riset ini. Secara umum tujuan terlaksananya PBR adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan kebermaknaan mata kuliah agar lebih bersifat kontekstual melalui memaparan hasil-hasil penelitian; 2) Memperkuat kemampuan berpikir peserta didik sebagai peneliti; 3) Melengkapi pembelajaran melalui internalisasi nilai penelitian, praktik, dan etika penelitian dengan cara melibatkan penelitian; 4) Meningkatkan mutu penelitian di Perguruan Tinggi dan melibatkan peserta didik dalam kegiatan penelitian;5) Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang perkembangan suatu ilmu melalui penelitian yang berkelanjutan; 6) Meningkatkan pemahaman tentang peran penelitian dalam inovasi sehingga mendorong mahasiswa untuk selalu berpikir kreatif di masa datang; 7) Meningkatkan kualitas dan kemutakhiran pembelajaran secara umum
3. Strategi Mewujudkan PBR dalam Mata Kuliah Beberapa strategi dalam mengintegrasikan riset dalam pembelajaran diantaranya adalah (1) memperkaya bahan ajar dengan hasil penelitian dosen, (2) menggunakan temuan-temuan penelitian mutakhir dan melacak sejarah asal usul temuan tersebut, (3) memperkaya kegiatan pembelajaran dengan isu-isu penelitian kontemporer, (4) mengajarkan materi metodologi penelitian di dalam proses pembelajaran, (5) memperkaya proses pembelajaran dengan kegiatan penelitian dalam skala kecil, (6) memperkaya proses pembelajaran dengan melibatkan peserta didik dalam kegiatan,
(7) menerapkan cooperative teaching and learning dalam pembelajaran
dengan
mendorong peserta didik aktif berinteraksi, dan (8) memperkaya proses pembelajaran dengan nilai-nilai yang harus dimiliki oleh peneliti. Kedelapan strategi ini diauraikan sebagai berikut. 1.
Memperkaya bahan ajar dengan hasil penelitian dosen Pada proses pembelajaran ini hasil penelitian dosen digunakan untuk memperkaya bahan
ajar. Dosen dapat memaparkan hasil penelitiannya sebagai contoh nyata dalam perkuliahan, yang diharapkan dapat berfungsi membantu peserta didik dalam memahami ide, konsep, dan teori penelitian. Dalam kegiatan ini nilai, etika, dan praktik penelitian yang sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan dapat disampaikan untuk memberikan inspirasi kepada peserta didik. Bagi peserta didik pascasarjana dapat diterapkan diskusi yang komprehensif tentang penelitian yang sedang dikerjakan oleh dosen.
10 | P a g e
IMPLEMENTASI PBR DI LINGKUNGAN UNEJ
2.
Menggunakan
temuan-temuan
FEBRUARI 2016
penelitian
mutakhir
dan
melacak sejarah
ditemukannya perkembangan mutakhir tersebut Pada proses pembelajaran ini, temuan-temuan penelitian mutakhir yang diperoleh dari pustaka didiskusikan untuk mendukung materi pokok bahasan yang sesuai. Dinamika perkembangan ilmu pengetahuan disampaikan di dalam perkuliahan sebagai rangkaian sejarah perkembangan
pengetahuan
tersebut. Dengan demikian peserta didik dapat memiliki
pemahaman bahwa kebijakan dan praktik yang ada pada saat ini, dapat dilakukan dan dikembangkan saat ini, karena adanya kebijakan sebelumnya. Hal ini
semua
merupakan
suatu
dan praktik yang telah dikembangkan kesatuan
dinamika
perkembangan
ilmu pengetahuan. Termasuk memaparkan siapa-siapa para ahli dalam dan luar negeri yang menekuni bidang kajian tersebut. 3. Memperkaya kegiatan pembelajaran dengan isu penelitian kontemporer Pada proses pembelajaran ini dapat dimulai dengan meminta peserta didik menyampaikan isu-isu penelitian yang ada pada saat ini, yang sesuai dengan pokok bahasan. Selanjutnya peserta didik diminta mendiskusikan penerapan isu penelitian tersebut untuk penyelesaian problem nyata dalam kehidupan. Strategi ini dapat diperkaya dengan berbagai cara misalnya: (a) dengan membandingkan laporan hasil penelitian dan laporan pemberitaan yang terjadi di masyarakat, (b) melakukan analisis tentang metodologi penelitian serta argumentasi yang berkaitan dengan temuan penelitian tersebut yang dikemukakan dalam jurnal penelitian, dan (c) melakukan studi literatur tentang perkembangan pengetahuan terkini yang sesuai dengan pokok bahasan. 4. Mengajarkan materi metodologi penelitian di dalam proses pembelajaran Strategi ini dapat diterapkan dengan melakukan tahapan berikut: (a) meningkatkan pemahaman peserta didik tentang metodologi penelitian, (b) merancang materi ajar dengan menyertakan metodologi penelitian pada pokok bahasan tersebut, sehingga peserta didik dapat menerapkannya untuk menyelesaikan problem penelitian yang nyata, dan (c) merancang materi ajar dengan berbagai metodologi penelitian yang berkaitan dengan beberapa isu penelitian mutakhir, sehingga peserta didik dapat belajar melakukan evaluasi terhadap isu penelitian tersebut. 5. Memperkaya proses pembelajaran dengan penelitian skala kecil dalam perkuliahan Pada proses pembelajaran ini, kelompok peserta didik diberi tugas melakukan penelitian bersama. Dengan demikian peserta didik dapat meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan dari kegiatan tersebut. Dengan kegiatan ini budaya penelitian dapat lebih terbangun dibandingkan dengan bila penelitian
tersebut
diselenggarakan secara individual.
Selanjutnya dapat
dikembangkan kegiatan berikut misalnya, (a) peserta didik diminta untuk melakukan analisis data dari kegiatan penelitian yang sehingga
peserta didik
telah
dilakukan, (b) dosen memberikan beberapa pertanyaan
perlu melakukan studi literatur, menentukan metodologi penelitian,
mengumpulkan data, menuliskan hasil analisa, dan mengemukakan kesimpulan dari dari suatu kegiatan penelitian, dan (c) agar kegiatan ini dapat berlangsung dengan baik, maka sebelum kegiatan tersebut dosen perlu melakukan paparan singkat tentang pemanfaatan ketrampilan
11 | P a g e
IMPLEMENTASI PBR DI LINGKUNGAN UNEJ
FEBRUARI 2016
penelitian dan pengetahuan yang telah dipelajari pada semester pokok bahasan sebelumnya. 6.
Memperkaya proses pembelajaran dengan melibatkan peserta didik dalam kegiatan penelitian institusi Pada kegiatan ini PBR dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain; (a) peserta didik
diberi tugas penelitian yang merupakan bagian dari penelitian besar yang dilakukan oleh institusi, melalui laboratorium, kelompok kajian, atau research group(b) mengorganisasikan peserta didik sebagai asisten penelitian bagi peserta didik pada jenjang yang lebih tinggi atau dosen, dan (c) melakukan kunjungan ke pusat-pusat penelitian. 7. Memperkaya proses pembelajaran dengan mendorong peserta didik agar merasa menjadi bagian dari budaya penelitian di fakultas/jurusan Pada strategi ini diusahakan agar peserta didik merasa sebagai bagian dari budaya penelitian di bagian atau fakultas yang bersangkutan. Dalam rangka itu maka beberapa hal dapat dilakukan; (a) memberikan informasi pada peserta didik tentang kegiatan penelitian dan keunggulan penelitian dosen di jurusan atau fakultas yang bersangkutan, (b) mengadakan kuliah umum oleh pakar atau staf dari institusi lain, untuk menyampaikan capaian penelitiannya sebagai referensi langsung bagi peserta didik, dan (c) mendorong peserta didik untuk berpartisipasi pada kegiatan seminar penelitian baik sebagai peserta, penyaji makalah, ataupun sebagai penyelengara seminar tersebut. 8. Memperkaya
proses
pembelajaran
dengan
nilai-nilai
yang
harus dimiliki oleh
peneliti Nilai-nilai yang harus dimiliki oleh peneliti seharusnya perlu dipahami oleh peserta didik. Nilai-nilai tersebut antara lain: objektivitas, penghargaan akan temuan penelitian, respek pada pandangan lain, toleransi terhadap ketidakpastian, dan kemampuan analisis. Penyampaian nilainilai tersebut dapat dilakukan dengan; (a) mencerminkan nilai-nilai seorang peneliti dalam interaksi kelas, (b) menyampaikan proses perjalanan seorang peneliti sebelum pekerjaannya dipublikasi termasuk beberapa kali revisi yang dilakukan, dan (c) memberikan pemaparan terstruktur yang menginspirasi peserta didik tentang beberapa nilai misalnya: menyampaikan artikel penelitian yang mengandung argumentasi yang berbeda pada topik yang sama kemudian menanyakan peserta didik tentang validitasnya serta menyampaikan kesimpulan.
4. Sintaksis Penerapan PBR dalam Perkuliahan Dengan memperhatikan beberapa strategi di atas, maka dapat dikembangkan tahapan pelaksanaan PBR dalam perkuliahan sebagai berikut: 1. Kembangkan kelompok kajian atau research group yang beranggotakan minimal tiga orang dosen di level prodi, jurusan, fakultas atau linta fakultas. 2. Petakan beberapa mata kuliah yang relevan dengan kelompok kajian atau research group ini, kemudian kembangkan Sylabus, RPS, RTM, LKM dan Kontrak perkuliahan bersama untuk menerapkan PBR dalam pembelajaran
12 | P a g e
IMPLEMENTASI PBR DI LINGKUNGAN UNEJ
FEBRUARI 2016
3. Terapkan dalam kelas perkuliahan melalui team teachin, contextual teaching dan cooperative learning melaui tahapan berikut: (1) memberikan informasi pokok tenang materi yang sedang dipelajari, (2) menunjukkan hasil-hasil penelitian dosen dalam kelompok kajian atau research group yang berkenaan/bersentuhan dengan materi yang sedang dibahas, (3) membagi mahasiswa dalam kelompok diskusi, (4) memberikan penugasan kepada mahasiswa dalam bentuk diskusi dalam kelompok-kelompok tentang (a) isi pokok penelitian, (b) proses penelitian, (c) cara analisis, (d) perumusan kesimpulan, dan (e) nilai-nilai yang muncul dari hasil penelitian terseut, (4) dengan dipimpin dosen mahasiswa melakukan diskusi antar kelompok, (5) bersama dosen mahasiswa membuat kesimpulan. Dalam tahapan ini sedapat mungkin mahasiswa lebih terlibat dalam pembelaaran (pembelajaran berpusat pada mahasiswa). Dosen lebih berperan sebagai fasilitator.
Bila memungkinkan saat diskusi berlangsung, apabila
terdapat persoalan-persoalan yang membutuhkan literatur, dosen dapat menunjukkannya melalui media online (internet) sehingga problematika yang dihadapi mahasiswa dapat terjawab. 4. Setiap kelompok mengembangkan laporan, slide presentasi dan artikel untuk kemungkinan publikasi dalam skala lokal 5. Secara berkesinambungan dosen membawa hasil-hasil PBR dalam perkuliahan ini dalam kelompok kajian, atau research group untuk ditindaklanjuti lebih mendalam oleh masiswa yang sedang menempuh skripsi atau thesis Secara umum tahapan yang harus dilaksanaan dalam penerapan PBR adalah: Gambar 7. Bagan tahapan pelaksanaan pembelajaran berbasis riset
Kelompok Kajian, Research Group
13 | P a g e
Kelompok Kajian, Research Group
IMPLEMENTASI PBR DI LINGKUNGAN UNEJ
FEBRUARI 2016
5. Rekomendasi Terlaksananya PBR di Lingkungan Universitas Jember Mekanisme mengambangkan dan menjalan PBR di lingkungan Universitas Jember harus dilakukan secara sistematis dengan rencana yang baik, agar supaya pelaksanaannya efektif dan memberika hasil sesuai dengan tujuan dan manfaat di atas tadi. Beberapa tahapan mekanisme yang perlu dikembangkan dapat di pertimbangkan hal-hal berikut ini. 1) Profesor atau dosen senior berinisiatif untuk mendata para dosen dilingkungan prodi, jurusan, atau fakultas dilingkungan Universitas Jember yang mempunya research interest yang. 2) Kemudian kembangkan laboratorium, payung penelitian atau research group baik ber level prodi, jurusan, fakultas atau universitas (lintas fakultas). 3) Begitu research group terbentuk maka mulailah mendata mata kuliah yang diampu oleh dosen-dosen dalam kelompok research group ini, termasuk mendata tentang jumlah mahasiswa skripsi, thesis atau desertasi yang dimbimbingnya. 4) Mengembangkan proposal yang memuat minimal latar belakang, tujuan dan manfaat, nama research group, mekanisme pencapaian target, personalia dan job description anggota, fokus kajian, kolaborator baik nasional maupun internasional, nama-nama annual international workshop and conference yang dapat diahadiri, dan judul buku yang telah dikembangkan reseacrh group serta nama-nama jurnal tujuan yang dapat diakses atau dikirimi sebuah artikel dari hasil-hasil penelitian research group. 5) Mengajukan proposal research group untuk mendapatkan SK dari Dekan atau Rektor Universitas Jember dan memberikan tembusan SK-nya ke Komisi Bimbingan di Level Prodi, Kaprodi, Kajur serta Dekan. 6) Mengembangkan Sylabus Matakuliah, RPS, RTM, LKM Research Based Learning, serta instrumen penilaian otentik untuk menerapkan Pembelajaran Berbasis Riset dalam perkuliahan. 7) Meneruskan pengembangan dan pemecahan masalah yang bersumber dari kegiatan pemecahan masalah dalam perkuliahan untuk dilanjutkan penelitian yang sebenarnya dengan bimbingan skripsi, thesis atau desertasi mahasiswa. 8) Melakukan FGD rutin dengan anggota research groupnya untuk kemungkinan pemecahan masalah, desiminasi hasil dan publikasi hasil penelitian.
6. Saran Terialisasinya PBR dalam Mata Kuliah Pelaksanaan PBR sangat mungkin dilaksanakan di Universitas Jember, hal ini ditunjukkan dengan antusiasme para profesor dalam forum FGD “Pembelajaran Berbasis Riset” di Lingkungan Universitas Jember yang dialksanakan pada tanggal 22 Desember 2014 dengan peserta para profesor di lingkungan Universitas Jember dan tanggal 10 Januari 2016. Antusiasme itu juga
14 | P a g e
IMPLEMENTASI PBR DI LINGKUNGAN UNEJ
FEBRUARI 2016
ditunjukkan dari saran-saran yang diajukan oleh beberapa profesor diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Rektor memberikan wadah luas aktivitas penelitian professor untuk peningkatan jumlah publikasi ilmiah di lingkungan universitas jember
dalam bentuk insentif penelitian Rp.
25.000.000 juta untuk penelitian profesor individual (tagihan utama 1 artikel publikasi international), Rp. 50.000.000 juta untuk research group level prodi/jurusan (tagihan utama 1 artikel publikasi international atau 1 buku terbit lokal), Rp. 75.000.000 juta untuk research group level fakultas (tagihan utama 1 artikel publikasi international atau 1 buku terbit nasional), dan Rp. 100.000.000-150.000.000 juta untuk research group level universitas (tagihan utama 2-3 artikel publikasi international atau 1 buku terbit nasional) serta Rp. 175.000.000-300.000.000 juta untuk COE (Central of Excellency) group di level universitas (tagihan utama 4-5 artikel publikasi international atau 2 buku terbit nasional). 2. Insentif “attending international workshop and conference” yang prosidingnya terindeks oleh SCOPUS bagi profesor/dosen dikawasan regional maupun internasional dengan frekwensi tanpa batas 3. Insentif publikasi ilmiah bagi profesor/dosen untuk artikel yang dimuat dalam journal yang terindeks scopus 4. Mengembangkan visiting researcher, visiting scholar, atau visiting professor program ke atau dari luar negeri di lingkungan universitas jember yang tagihannya adalah publikasi ilmiah. 5. Memacu terlaksananya “Student and Staff Mobility Program” di Universitas Jember melalui Joint Seminar and Conference, Student and Staff Exchange, Academic Visit Program, Summer Program, Joint Research Program, Earning and Transfer Credit Program, Sandwich Program and Global Student Outrech. 6. Perlu dikembangkan kebijakan rektor tentang terciptanya Research University di Universitas Jember 7. ............................................................................................................................................... 8. .............................................................................................................................................. 9. .............................................................................................................................................. 10. ............................................................................................................................................... 11. ............................................................................................................................................... 12. ............................................................................................................................................... 13. ............................................................................................................................................... 14. ............................................................................................................................................... 15. ............................................................................................................................................... Kegiatan ini akan terlaksana dengan baik apabila semua pihak, Prodi, Jurusan, Fakultas, UPT, Lembaga serta Rektorat mendukung pelaksanaan PBR untuk terciptanya Research University di lingkungan Universitas Jember.
15 | P a g e
IMPLEMENTASI PBR DI LINGKUNGAN UNEJ
FEBRUARI 2016
DAFTAR RUJUKAN Anonim, 2010. Pedoman Umum Pembelajaran Berbasis Riset, Universitas Gajahmada, Jogyakarta Indonesia. Clark BR., 1997, The Modern Integration of Research Activities with Teaching and Learning, J. Higher Educ., 1997; 68:241-255 Clark, B.R., 1997, “The Modern Integration of Research Activities with Teaching and Learning,” Journal of Higher Education 68, no.3 (May June 1997), pp.241-55. Griffith Institute for Higher Education, 2008, Research-based learning: strategies for successfully linking teaching and research. University of Griffith. Gorden, G., V. D'Andrea, et al. 2003. Building capacity for change: research on the scholarship of teaching- the report to HEFCE. Bristol, www.hefce.ac.uk/pubs/rdreports/ Healey, M. 2004. Linking research and teaching: exploring disciplinary spaces and the role of inquirybased learning. Reshaping the Univeristy: New Relationships between Research, Scholarship and Teaching. R. Barnett. McGraw Hill, Open University Press. Krathwohl D.R., A Revision Of Bloom's Taxonomy: An Overview, Theory Into Practice, Volume 41, Number 4, Autumn 2002, College of Education, The Ohio State University, 2002 McLernon, T. and D. Hughes, 2003. Research versus Teaching in the built environment discipline. CIB W89 Building Education and Research Conference, Salford. www.ltsn.ac.uk/genericcentre Roach M., Blackmore P., Dempster J., 2000, Supporting High-Level Learning Through ResearchBased Methods: interim guideline for course design, TELRI Project-University of Wrwick.
16 | P a g e