OMEGA Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol 1, No 2 (2015)
ISSN: 2443-2911
Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer untuk Mendukung Kemandirian Belajar Siswa SMP Laifa Rahmawati FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta E-mail:
[email protected]
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan (1) kelayakan media pembelajaran berbasis komputer pada materi gelombang bunyi dan pendengaran untuk mendukung kemandirian belajar dan peningkatan hasil belajar siswa SMPIT Alam Nurul Islam, dan (2) dukungan media hasil pengembangan terhadap kemandirian belajar siswa SMPIT Alam Nurul Islam. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan pendidikan yang diadapatasi dari model pengembangan menurut Borg & Gall. Secara garis besar, penelitian dilakukan pada lima tahap utama, yaitu (1) analisis kebutuhan, (2) desain pembelajaran, (3) pengembangan media, (4) validasi, revisi, dan uji coba produk, dan (5) diseminasi terbatas. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar penilaian oleh validator dan lembar tanggapan siswa tentang dukungan media terhadap kemandirian belajar. Hasil pengembangan didapatkan produk media pembelajaran berbasis komputer pada materi gelombang bunyi dan pendengaran. Dari hasil tahapan penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: (1) produk media pembelajaran gelombang bunyi dan pendengaran layak digunakan dalam pembelajaran berdasarkan hasil penilaian yang menunjukkan kategori sangat baik, (2) media hasil pengembangan mendukung kemandirian belajar siswa SMPIT Alam Nurul Islam. Kata kunci: media pembelajaran, berbasis komputer, kemandirian belajar, siswa SMP.
Pendahuluan Saat ini terdapat kecenderungan bahwa Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang akan menjadi acuan pembelajaran di Indonesia. Kurikulum 2013 tetap memandang bahwa aspek pengetahuan merupakan aspek yang penting dalam proses pembelajaran di samping aspek lainnya. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang terdiri dari empat cabang ilmu yaitu kimia, fisika, biologi, dan ilmu bumi dan antariksa. Kurikulum 2013 mengamanatkan mata pelajaran IPA pada jenjang SMP diajarkan secara terpadu [1]. Pembelajaran IPA secara terpadu membantu siswa memahami keterkaitan antar konsep IPA. Dalam implementasinya terdapat banyak kendala untuk melaksanakan pembelajaran IPA yang benar-benar terpadu. Kendala tersebut terkait kurangnya panduan pelaksanaan, ketidaksiapan guru, dan ketidaktersediaan fasilitas pendukung. Hal tersebut diperkuat oleh temuan-temuan saat observasi di 29
SMPIT Alam Nurul Islam. Berdasar hasil wawancara dengan guru IPA diketahui bahwa pembelajaran IPA masih belum dapat dilaksanakan secara terpadu masih terpisah antara IPA fisika, IPA biologi, dan IPA kimia. Guru pengampu mata pelajaran IPA terdiri dari tiga orang guru yaitu guru IPA fisika, guru IPA biologi, dan guru IPA kimia. Tidak semua guru IPA di sekolah tersebut merupakan sarjana lulusan pendidikan IPA. Sekolah juga tidak memiliki media pembelajaran IPA yang berisikan materi IPA secara terpadu dan disusun berdasar Kurikulum 2013. Media pembelajaran IPA yang ada masih terpisah antara media pembelajaran IPA fisika, IPA biologi, dan IPA kimia dan masih berdasar KTSP. Pembelajaran IPA yang baik adalah pembelajaran yang baik dari sudut pandang anak, kehidupan, dan IPA itu sendiri. Hal tersebut disampaikan [2] pada pernyataan ”We can regard good science education as one that is true to the child, true to
OMEGA Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol 1, No 2 (2015)
ISSN: 2443-2911
life and true to science”. Terdapat kecenderungan banyak siswa SMPIT Alam Nurul Islam yang mengandalkan pembelajaran di sekolah. Siswa memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap penjelasan guru. Hasil wawancara menunjukkan bahwa kemandirian siswa dalam belajar kurang. Alokasi waktu pembelajaran IPA di sekolah terbatas sedangkan materi IPA bersifat kompleks. Hasil pengamatan di SMPIT Alam Nurul Islam menunjukkan bahwa belum terdapat media pembelajaran materi gelombang bunyi dan pendengaran yang disusun secara terpadu sebagai satu kesatuan pelajaran IPA dan berdasar Kurikulum 2013. Keterbatasan waktu dan kompleksnya materi IPA menuntut adanya inisiatif kegiatan belajar mandiri dari siswa untuk mempelajari IPA di luar jam pelajaran di sekolah. Dalam hal ini aktivitas belajar mandiri dipandang layak untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA terutama untuk mendukung peningkatan hasil belajar siwa. Penelitian [3] menunjukkan bahwa terdapat kaitan antara kemandirian belajar dengan peningkatan kualitas pembelajaran. Saran penelitian [3] yaitu guru disarankan untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa jika mereka ingin meningkatkan kualitas belajar siswa. Dalam hasil penelitian [4] dinyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara siswa yang memiliki kemandirian belajar dengan capaian hasil belajar. Hasil penelitian [5] menyatakan bahwa 57% variansi hasil belajar ditentukan oleh kemandirian belajar. Penelitian [6] menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun rendah. Hasil penelitian [7] menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada ratarata hasil belajar yang diperoleh kelompok siswa yang belajar dengan cara bertatap muka langsung dengan guru dan kelompok siswa yang belajar secara mandiri tanpa tatap muka langsung. Sebagaimana karakteristik siswa yang masih dalam proses transisi dari segi perkembangan fisik, sosio-emosional, dan intelektual menurut [8] dalam pelaksanaan belajar mandiri, siswa masih membutuhkan guru. Guru dalam aktivitas belajar mandiri ini berperan sebagai fasilitator yang mengawasi terjadinya proses belajar mandiri pada masing-masing siswa. Pernyataan [9] menunjukkan bahwa terdapat keterbatasan bagi pebelajar dalam menentukan rencana belajar yang akan terkait dengan masih diperlukannya adanya pendampingan dan pengamatan dari pengajar agar belajar mandiri dapat berhasil baik. 30
Siswa juga memerlukan media belajar yang sesuai dalam sistem belajar mandiri [10]. Pernyataan [11] bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efisien. Selama ini buku paket juga merupakan sumber belajar mandiri bagi sebagian besar siswa SMPIT Alam Nurul Islam. Penggunaan buku paket untuk belajar mandiri memiliki keterbatasan terutama pada visualisasi konsep IPA yang bersifat abstrak. Salah satu dari lima permasalahan dalam pembelajaran IPA yang mengakibatkan siswa kurang tertarik dengan IPA adalah beberapa materi IPA yang diajarkan di sekolah bersifat abstrak dan nampak tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari [12]. Visualisasi berupa gambar kurang dapat menampilkan gejala alam yang sesungguhnya terjadi. Salah satu materi IPA yang bersifat abstrak yaitu materi gelombang bunyi dan pendengaran yang terdapat pada Kompetensi Dasar 3.5 untuk kelas VIII. Kompetensi Dasar 3.5 mengamanatkan pengenalan konsep getaran, gelombang, bunyi, dan pendengaran, dan penerapannya dalam sistem sonar pada hewan dan dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman pengganti berupa simulasi pengalaman nyata yang disesuaikan dengan materi ajar kerap diupayakan untuk dihadirkan dalam proses belajar tatkala materi pembelajaran IPA tak dapat disajikan dengan pengalaman nyata. Pengalaman pengganti ini dapat dihadirkan dengan penggunaan media pada saat proses pembelajaran materi IPA yang bersifat abstrak. Penggunaan media juga dapat menarik minat siswa untuk mempelajari materi yang bersifat seperti abstrak [12]. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan media belajar mandiri pada materi gelombang bunyi dan pendengaran yang disusun secara terpadu untuk memandu siswa belajar secara mandiri. Penggunaan teknologi informasi dan komputer (TIK) dalam proses visualisasi konsep IPA seiring dengan amanat Kurikulum 2013 yang mendorong pemanfaatan teknologi informasi dan komputer dalam proses pembelajaran. Penggunaan bantuan media dalam pembelajaran IPA memudahkan siswa untuk dapat belajar di mana pun dan kapan pun, sehingga memfasilitasi beragam tipe belajar pada siswa. Siswa dengan tipe belajar lambat dapat mengulang sendiri materi yang diajarkan sehingga tidak merasa tertinggal pelajaran. Siswa dengan tipe belajar cepat dapat mengatur sendiri kecepatannya dalam mempelajari materi maupun
OMEGA Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol 1, No 2 (2015)
ISSN: 2443-2911
menguji kepemahaman. Pernyataan [13] menunjukkan ”The use of IT facilities can greatly enhance students’ enjoyment of science classes”. Kalimat tersebut dapat diartikan bahwa penggunaan fasilitasi TIK dapat meningkatkan rasa senang siswa saat pelajaran IPA. Pernyataan [14] menyatakan bahwa pada pembelajaran yang memanfaatkan komputer, pengalaman penggunaan komputer dapat menjadi dasar prediksi keberhasilan belajar yang diraih. Penggunaan media berbasis TIK dalam pembelajaran IPA dapat diharapkan sebagai solusi untuk meningkatkan hasil belajar kognitif dengan terfasilitasinya belajar mandiri pada siswa. Pengembangan media pembelajaran pada materi gelombang bunyi dan pendengaran dipandang dapat diharapkan menjadi salah satu alternatif media pembelajaran mandiri IPA bagi siswa SMP.
analisis data dan revisi produk. Terdapat dua jenis uji coba pada penelitian ini, yaitu uji coba terbatas dan uji coba lebih luas. Uji coba terbatas dilakukan pada delapan siswa SMPIT Alam Nurul Islam. Uji coba lebih luas dilakukan pada dua puluh tiga siswa kelas VIII SMPIT Alam Nurul Islam dengan desain one group pretest posttest. Tahap diseminasi terbatas dilakukan dengan distribusi media hasil penngembangan pada guru IPA SMP Negeri 1 Sentolo dan SMPIT Alam Nurul Islam. Terdapat empat jenis data pada penelitian ini dan dianalisis dengan cara yang berbeda. Data kelayakan media hasil pengembangan yang dianalisis dengan konversi skor ke nilai pada skala lima. Data dukungan produk terhadap kemandirian belajar yang dianalisis dengan konversi skor ke nilai pada skala empat.
Hasil dan Pembahasan Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (research and development) yang memiliki orientasi dihasilkannya sebuah produk. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa media pembelajaran untuk materi gelombang bunyi dan pendengaran Media pembelajaran yang dikembangkan ditujukan untuk memberikan dukungan pada kemandirian belajar. Prosedur pengembangan pada penelitian ini mengacu pada tahapan model pengembangan yang diadaptasi dari model Borg & Gall [15] dan ditetapkan oleh peneliti. Prosedur pengembangan pada penelitian ini meliputi lima tahapan utama, yaitu (1) analisis kebutuhan, (2) desain pembelajaran, (3) pengembangan media, (4) validasi, revisi dan uji coba produk, dan (5) diseminasi terbatas hasil penelitian dan pengembangan. Analisis kebutuhan dilakukan untuk memperoleh informasi tentang karakteristik produk yang dibutuhkan oleh calon pengguna, dalam hal ini siswa SMP, untuk mempelajari IPA. Tahap desain pembelajaran berupa tahap analisis terhadap materi yang akan dikembangkan menjadi media pembelajaran. Pada tahap pengembangan media dilakukan melalui penyusunan alur dan isian media, pengumpulan bahan pendukung, dan produksi bahan. Berkaitan dengan tahap validasi media hasil pengembangan, pengujian kelayakan media hasil pegembangan dari aspek media, pembelajaran, dan materi yang dilakukan oleh dua orang teman sejawat, dua orang dosen ahli, dan tiga orang guru IPA SMP Negeri 1 Sentolo. Tindak lanjut dari validasi adalah dilakukannya 31
Produk hasil penelitian pengembangan ini berupa media pembelajaran gelombang bunyi dan pendengaran untuk siswa SMP yang dikembangkan dengan perangkat lunak Macromedia Flash Professional 8. Media ini terdiri dari tujuh menu utama, yaitu petunjuk media, profil pengembang, tujuan pembelajaran dan kompetensi, materi, latihan, evaluasi, dan penilaian diri. Pengembangan produk dilakukan melalui lima tahapan utama, yaitu analisis kebutuhan, desain pembelajaran, pengembangan media, validasi revisi dan uji coba produk, dan diseminasi terbatas. Berikut ini akan dibahas lima tahapan tersebut secara keseluruhan. Hasil analisis kebutuhan menunjukkan beberapa temuan di SMPIT Alam Nurul Islam mengenai kurikulum yang digunakan, belum terpadunya pengajaran IPA, belum tersedianya media pembelajaran IPA terpadu dan yang sesuai dengan Kurikuum 2013, jumlah siswa, dan kemampuan akademis siswa. Kurikulum yang digunakan di SMPIT Alam Nurul Islam yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa acuan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SMPIT Alam Nurul Islam adalah KTSP. Mata pelajaran IPA di SMPIT Alam Nurul Islam belum diajarkan secara terpadu, masih terpisah antara IPA fisika, IPA biologi, dan IPA kimia. Terdapat tiga orang guru yang mengajar IPA, yaitu guru IPA fisika, guru IPA biologi, dan guru IPA kimia. Guru IPA fisika merupakan lulusan sarjana Pendidikan IPA. Guru IPA biologi merupakan lulusan magister Biologi. Guru IPA kimia merupakan
OMEGA Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol 1, No 2 (2015)
ISSN: 2443-2911
lulusan sarjana Teknologi Pertanian. Hasil observasi berikutnya adalah belum terdapat media pembelajaran IPA yang berisikan materi IPA secara terpadu dan disusun berdasar Kurikulum 2013 di SMPIT Alam Nurul Islam. Media pembelajaran IPA yang ada masih terpisah antara media pembelajaran IPA fisika, IPA biologi, dan IPA kimia dan masih berdasar KTSP, serta belum terdapat media pembelajaran materi gelombang bunyi dan pendengaran. Jumlah siswa di SMPIT Alam Nurul Islam pada setiap kelas yaitu 24 orang. Jumlah siswa kelas VIII SMPIT Alam Nurul Islam pada tahun ajaran 2013/2014 adalah 23 orang. Siswa kurang memiliki kemandirian belajar sebagaimana adanya ketergantungan akan kehadiran guru saat belajar. Siswa memiliki kemampuan akademis yang dikategorikan sedang dilihat dari nilai UN SD yang digunakan untuk mendaftar ke sekolah ini. SMPIT Alam Nurul Islam merupakan SMP dengan input siswa dengan beragam karakter dari berbagai sekolah dasar. Siswa SMP ini berorientasi pada pendidikan agama di samping pendidikan akademik. Hasil tahap desain pembelajaran berupa hasil analisis kompetensi, tujuan pembelajaran, dan konsep. Kompentensi Inti pelajaran IPA pada Kurikulum 2013 yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah KI-3. Deskripsi KI-3 yaitu memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA yang menjadi yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah KD-3.5. Deskripsi KD 3.5 yaitu memahami konsep getaran, gelombang, bunyi, dan pendengaran, serta penerapannya dalam sistem sonar pada hewan dan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil rumusan tujuan pembelajaran pada materi gelombang bunyi dan pendengaran kelas VIII yaitu (i) mendefinisikan karakteristik getaran dan gelombang bunyi di udara pada gelombang longitudinal, (ii) mengidentifikasi syarat terjadi dan terdengarnya bunyi, (iii) menjelaskan karakteristik bunyi, (iv) membedakan gelombang infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik, (v) menjelaskan pemanfaatan gelombang ultrasonik bagi manusia, (vi) menjelaskan konsep gaung dan gema, (vii) menjelaskan pemanfaatan pemantulan bunyi bagi manusia, (viii) mendefinisikan organ-organ penyusun indera pendengar pada manusia, (ix) menjelaskan fungsi organ-organ penyusun indera pendengar saat proses mendengar terjadi, dan (x) menjelaskan mekanisme kerja indera pendengar pada manusia. 32
Analisis konsep ditujukan untuk mengetahui keterpaduan IPA yang terdapat dalam suatu materi pembelajaran IPA. Materi gelombang bunyi dan pendengaran mengamanatkan pengenalan konsep getaran, gelombang, bunyi, dan pendengaran, dan penerapannya dalam sistem sonar pada hewan dan dalam kehidupan sehari-hari. Materi ini merupakan perpaduan materi pada aspek fisika dan materi pada aspek biologi. Pada aspek biologi, materi ini dikaitkan dengan sistem koordinasi dan alat indera manusia. Fokus materi pada aspek biologi adalah pada bagian-bagian telinga dan fungsinya serta proses mendengar. Pada aspek fisika, materi ini dikaitkan dengan konsep getaran dan gelombang dan parameter-parameternya dan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari. Fokus materi pada aspek fisika adalah pada definisi bunyi, karakteristik bunyi, jenis-jenis bunyi, dan perambatan bunyi. Fokus materi pada mata pelajaran biologi dan fisika tersebut kemudian disusun membentuk suatu keterpaduan. Tahap pengembangan media merupakan tahap ketiga dalam penelitian pengembangan ini. Tahapan ini dilakukan melalui penyusunan alur dan isian media, pengumpulan bahan pendukung, dan produksi bahan. Tahapan utama dalam proses pengembangan media adalah tahap produksi bahan. Tahap ini adalah tahap pembuatan objek dan tampilan media pembelajaran dan perbaikan performa program. Hasil dari proses ini adalah dihasilkannya produk awal berupa draf media pembelajaran. Setelah tahap produksi menghasilkan produk awal selanjutnya dilakukan validasi. Validasi produk awal dilakukan oleh dosen ahli, guru, dan teman sejawat. Validasi produk awal dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data kelayakan produk sebelum dilakukan uji coba di sekolah. Tahap pengembangan selanjutnya adalah tahap validasi, revisi, dan uji coba produk Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi data hasil validasi produk oleh dosen ahli, teman sejawat, dan guru IPA. Data hasil validasi ini berupa penilaian aplikasi dari aspek pembelajaran, aspek materi, aspek media dan uraian saran dan masukan umum dari masing-masing penilai. Hasil rerata penilaian setiap aspek yang berupa produk dapat dikonversikan menjadi skala lima [16]. Hasil konversi penilaian validasi produk pada aspek pembelajaran dan media memiliki nilai Mi= 45 dan SBi=8,3 sedangkan pada aspek materi nilai Mi dan SBi adalah 48 dan 10,67. Hasil konversi skor secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 1. Data hasil penilaian validator yang meliputi aspek pembelajaran, aspek materi, dan aspek media dapat dilihat pada
OMEGA Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol 1, No 2 (2015)
ISSN: 2443-2911
Tabel 2, 3, dan 4. Penilaian produk oleh validator media hasil pengembangan untuk mengajarkan majuga berupa penilaian kualitatif berupa masukan teri. dan saran terhadap draf awal media pembelajaran gelombang bunyi dan pendengaran. Masukan dan Tabel 1 Hasil Konversi Skor Penilaian Produk oleh Validator Menjadi Skala Lima saran validator terhadap produk menjadi informasi bagian yang memerlukan revisi guna perbaikan proAspek Interval Skor Nilai duk. x > 60 A Uji coba lebih luas dilakukan pada kelas VIII 50 < x ≤ 60 B SMPIT Alam Nurul Islam menggunakan media Pembelajaran 40 < x ≤ 50 C pembelajaran gelombang bunyi dan pendengaran 30 < x ≤ 40 D hasil revisi. Data hasil uji coba lebih luas meliputi x ≤ 30 E data dukungan media pada kemandirian belajar x > 67, 2 A siswa. 54, 4 < x ≤ 67, 2 B Tahap terakhir pada penelitian pengembangan Materi 41, 6 < x ≤ 54, 4 C adalah tahap diseminasi terbatas. Diseminasi ter28, 8 < x ≤ 41, 6 D batas terhadap media pembelajaran gelombang x ≤ 28, 8 E bunyi dan pendengaran dilakukan melalui sosialx > 60 A isasi dan penyerahan kepada guru IPA SMP Negeri 50 < x ≤ 60 B 1 Sentolo dan SMPIT Alam Nurul Islam. Guru IPA Media 40 < x ≤ 50 C SMP Negeri 1 Sentolo dan SMPIT Alam Nurul Is30 < x ≤ 40 D lam memberikan apresiasi positif dan menggunakan x ≤ 30 E
Tabel 2 Data Hasil Penilaian Validator pada Aspek Pembelajaran Rerata Skor Sub Aspek
Dosen Ahli
Guru IPA
Teman Sejawat
Kejelasan tujuan pembelajaran Kemampuan memotivasi Pengorganisasian materi dan prosedur Peluang partisipasi siswa Evaluasi
4,83 4 4,67 4,25 4,25
4,67 4,83 4,33 3,83 4
4,5 4,75 4,75 5 4,75
Total Skor (Nilai)
67,5 (A)
65,33 (A)
71 (A)
Tabel 3 Data Hasil Penilaian Validator pada Aspek Materi Rerata Skor Sub Aspek
Dosen Ahli
Guru IPA
Teman Sejawat
Kelengkapan materi Keakuratan materi Kegiatan yang mendukung materi Kemutakhiran materi Materi dapat meningkatkan kompetensi sains siswa Materi mengikuti sistematika keilmuan Materi mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir Materi merangsang siswa untuk mencaritahu (inquiry) Penggunaan notasi, simbol, dan satuan
4,75 4,5 4,5 4 4 4,5 5
4,5 4,67 4,5 4,67 4,67 4,67 4,67
5 5 5 4,5 4,75 4,5 4,5
4,5
4,47
4,5
5
5
5
Total Skor (Nilai)
71,5 (A)
73,3 (A)
75,5 (A)
33
OMEGA Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol 1, No 2 (2015)
ISSN: 2443-2911
Tabel 4 Data Hasil Penilaian Validator pada Aspek Media Rerata Skor Sub Aspek
Dosen Ahli
Guru IPA
Teman Sejawat
Keterbacaan Kemudahan penggunaan Tampilan screen design Penanganan respons siswa Pengelolaan program
4,75 4,5 4,25 4,75 4,83
4,5 4,58 4,58 4,83 4,44
3,75 4,25 4,26 4,5 4,3
Total Skor (Nilai)
68,5 (A)
68,67 (A)
63,5 (A)
Data hasil penelitian dan pengembangan media pembelajaran gelombang bunyi dan pendengaran diperoleh dari tahapan penelitian yang telah selesai dilakukan. Pembahasan hasil penelitian dan pengembangan media pembelajaran gelombang bunyi dan pendengaran meliputi tiga jenis data. Tiga jenis data yang dibahas tersebut meliputi data validasi produk, data uji coba terbatas, dan data uji coba lebih luas. Berikut pembahasan mengenai ketiga jenis data hasil penelitian dan pengembangan yang telah selesai dilakukan. Proses validasi produk media pembelajaran gelombang bunyi dan pendengaran merupakan proses penilaian kelayakan produk oleh validator. Validator pada penelitian ini terdiri dari dua orang dosen ahli, tiga orang guru IPA, dan dua teman sejawat. Validator memberikan penilaian terhadap media dari aspek pembelajaran, aspek materi, dan aspek media. Instrumen penilaian terhadap aspek pembelajaran dan aspek media terdiri dari 15 item penilaian. Instrumen penilaian terhadap aspek materi terdiri dari 16 item penilaian. Penilaian para validator pada ketiga aspek tersebut menjadi tolok ukur layak tidaknya media digunakan dalam proses belajar. Skor penilaian yang diberikan oleh para validator kemudian dikonversi menggunakan skala lima menurut [16]. Tolok ukur pada penelitian ini yaitu jika skor total yang dapat dikonversikan menjadi skala 5 dari hasil penilaian yang diberikan oleh para validator menunjukkan nilai C dengan kategori Cukup Baik maka produk media pembelajaran hasil pengembangan dipandang telah layak untuk digunakan. Berdasarkan hasil konversi tersebut, tiap-tiap aspek penilaian produk dapat dianalisis kualitasnya sebagai berikut. Penilaian aspek pembelajaran oleh para validator pada media hasil pengembangan termasuk ke dalam nilai A dengan kategori ”sangat baik”. Hasil penilaian aspek pembelajaran pada media secara grafik disajikan pada Gambar 1.
34
Gambar 1 Rerata skor setiap sub-aspek pada aspek pembelajaran oleh validator. (Keterangan A: Tujuan pembelajaran, B: Memotivasi, C: Pengorganisasian, D: Partisipasi siswa, E: Evaluasi).
Gambar 2 Rerata skor setiap sub-aspek pada aspek materi oleh validator. (Keterangan A: Kelengkapan, B: Keakuratan, C: Kegiatan yang mendukung, D: Kemutakhiran, E: Meningkatkan kompetensi, F: Sistematika keilmuan, G: Keterampilan dan kemampuan, H: Mencari tahu (inquiry), I: Notasi, simbol, dan satuan).
OMEGA Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol 1, No 2 (2015)
ISSN: 2443-2911
Penilaian aspek materi oleh para validator pada media hasil pengembangan termasuk ke dalam nilai A dengan kategori ”sangat baik”. Hasil rerata skor pada setiap sub-aspek dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil penilaian aspek pembelajaran pada media secara grafik disajikan pada Gambar 2. Penilaian aspek media oleh para validator pada media hasil pengembangan termasuk ke dalam nilai A dengan kategori ”sangat baik”. Hasil rerata skor pada setiap sub-aspek dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil penilaian aspek pembelajaran pada media secara grafik disajikan pada Gambar 3.
Kesimpulan Hasil penelitian ini berupa produk media pembelajaran berbasis komputer pada materi gelombang bunyi dan pendengaran. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diambil dua simpulan, yaitu (1) kelayakan media pembelajaran hasil pengembangan pada kategori sangat baik dan (2) media pembelajaran hasil pengembangan mendukung kemandirian belajar siswa.
Referensi
Gambar 3 Rerata skor setiap sub-aspek pada aspek media oleh validator. (Keterangan A: Keterbacaan, B: Kemudahan, C: Screen design, D: Penanganan respons, E: Pengelolaan program).
Uji coba lebih luas dilakukan pada kelas VIII SMPIT Alam Nurul Islam menggunakan media pembelajaran gelombang bunyi dan pendengaran hasil revisi terakhir. Uji coba lebih luas dilakukan untuk memperoleh data dukungan media terhadap kemandirian belajar siswa. Data hasil uji coba lebih luas meliputi data dukungan media pada kemandirian belajar siswa. Pengambilan data mengenai kemandirian belajar dilakukan dengan menggunakan angket kemandirian belajar yang diisi oleh siswa selama menggunakan media. Hal ini bertujuan agar data tanggapan siswa tentang dukungan media hasil pengembangan terhadap kemandirian belajar dapat diperoleh dengan maksimal. Angket ini terdiri dari 12 butir pernyataan yang ditanggapi siswa dengan tingkat kesetujuan terhadap pernyataan. Rerata skor tanggapan siswa yang bernilai 69,83 berada pada kategori Baik berdasarkan kategorisasi skala 4 menurut [17].
35
[1] Kemdikbud, Peraturan Pemerintah RI Nomor 65, Tahun 2013 Tentang Standar Proses, dokumen WWW, (http:// bsnp-indonesia.org/id/wp-content/uploads/ 2009/06/03.-A.-Salinan-Permendikbud-No.-6 5-th-2013-ttg-Standar-Proses.pdf). [2] India National Council of Educational Research and Training, National Focus Group on Teaching of Science, dokumen WWW, (http://www.ncert.nic.in/new ncert/ncert/ rightside/links/pdf/focus group/science.pdf). [3] E.C.K. Cheng, The Int’l. J. Res. Rev. 6 (1), 1 (2011). [4] H. Jace, Elec. J. Sci. Edu. 4 (4), 60 (2000). [5] Rosyidah, Hubungan antara Kemandirian Belajar dengan Hasil Belajar Matematika pada Siswa MTsN Parung-Bogor, dokumen WWW, (http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle /123456789/21624). [6] L. Fitriana, dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Tahun 2011, Universitas Negeri Yogyakarta (2011). [7] E.A. Inomiesa, N.N. Achufusi, C.O. Mgbemena, Open J. Adv. Eng. Tech. 1 (3), 10 (2013). [8] Tim Penyusun, Materi Pelatihan Terintegrasi: Sains, (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, 2004), pp. 19, 31, 41, 45-46. [9] H. Holstein, Murid Belajar Mandiri, (CV Remadja Karya, Bandung, 1984), pp. 21-22, 24. [10] H. Mudjiman, Belajar Mandiri, (UNS Press, Surakarta, 2007), pp. 20, 22, 25. [11] R. Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Referensi, Jakarta, 2012), pp. 47, 56. [12] UNESCO, Current Challenges in Basic Science Education, (Education Sector Publishing, Paris, 2010), pp. 4-5.
OMEGA Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol 1, No 2 (2015)
ISSN: 2443-2911
[13] Science and Technology Committee, Science Teaching at School, (Authority of the House of Lords, London, 2005), pp. 7. [14] D.H. Lim, H. Kim, J. Edu. Tech. Sys. 31 (4), 423 (2003). [15] W.R. Borg, M.D. Gall, J.P. Gall, Educational Research: An Introduction, (Allyn & Bacon, Boston, 2007), pp. 50-52, 66.
36
[16] Sukardjo, L.P. Sari, L. Permana, Buku Pegangan Kuliah Penilaian dan Evaluasi Hasil Pembelajaran IPA, (Pendidikan IPA UNY, Yogyakarta, 2009), pp. 82. [17] D. Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes, (Mitra Cendikia Press, Yogyakarta, 2008), pp. 83.