Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berkarakter Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa SMP Dwi Puspa Heriningsih1) Rudiana Agustini2) 1)Mahasiswa Prodi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Unesa e-mail:
[email protected] 2) Dosen Prodi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Unesa
Abstrak :Penelitianpengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran IPA berkarakter berbasis inkuiri yang layak untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP. Model pengembangan perangkat yang digunakan adalah model Dick dan Carey, sedangkan rancangan uji coba perangkat menggunakanTime Series Design. Parameter yang diamati adalah kelayakan perangkat, yang meliputi validitas, kepraktisan, dan keefektifannya.Data hasil penelitian dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan: 1) validitas perangkat berdasar penilaian pakar berkategori sangat baik, tingkat keterbacaan LKS dan Buku Siswa juga sangat baik, 2) kepraktisan ditunjukkan oleh keterlaksanaan RPP rata-rata 3,82 (baik), aktivitas siswa rata-rata 3,66 (sangat aktif) dan hambatan dalam pembelajaran yang dapat diatasi dan 3) keefektifan perangkat pembelajaran ditunjukkan oleh hasil belajar siswa berupa ketuntasan individual karakter peduli lingkungan yang meliputi aspek moral knowing, moral feeling, dan moral acting sebesar 88% (sangat baik) dengan gain score 0,6 (sedang), pengetahuan sebesar 87,07% dengan gain score 0,7 (tinggi), dan keterampilan proses IPA sebesar 88,75% dengan gain score 0,9 (tinggi). Hasil analisis respon siswa terhadap pembelajaran menunjukkan 96,31% siswa memberikan respon positif terhadap komponen-komponen proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berkarakter berbasis inkuiri yang telah dikembangkan layak digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa SMP. Kata Kunci : Pembelajaran Berbasis Inkuiri, Perangkat Pembelajaran Berkarakter, Hasil Belajar IPA Abstract:This study aims at producing an inquiry-based science’s character learning devices to improve SMP students’ learning outcomes. The model of the development is Dick’s and Carey’s model. While the try out is using a Time Series Research Design. The parameter observed in this study was the appropriateness of the devices included the validity, the practicallity, and the effectiveness.The collected data were analyzed qualitatively using descriptive analysis. The results of the data analysis showed that 1) the validity of the devices interms of the results of the assessment by the experts showed that the devices had a very good quality, the readability levels of the students’ worksheets and the students’ book Wet also very good, 2) the practicality were shown by the average implementation of the lesson plan that was 3.82 (categorized good), the average of the students’ activities was 3.66 (categorized very active), and the barriers of the learning process could be over come, 3) the effectiveness of the devices was indicated by the results of the students’ learning out comes that they were pass from their studyincluded the aspect of the moral knowing, moral feeling, and moral acting was 88% (categorized very good) which the gain score 0,6 (moderat), aspect of knowledge was 87.07% (categorized very good) which the gain score 0,77 (high), and aspect of science process skills was 88.75% (categorized very good) which the gain score 0,9 (high). The results of the students' response to the learning process was 96.31% of the students responded positively to the components of the learning process. Based on the results it can be concluded that the character inquiry-based learning devices that had been developed was deserved to used in improving the SMP student’s learning out comes in science. Key words:Inquiry-based, science’s character learning devices, learning outcomes
PENDAHULUAN Arah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Berkaitan dengan alam sekitar, salah satu tujuan pembelajaran IPA yang terdapat pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 adalah meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam. Pelaksanaan pembelajaran IPA memang tidak dapat dilepaskan dari lingkungan sekitar. Ketika pendidikan karakter diberlakukan dan diintegrasikan dalam
pembelajaran, di antara nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA untuk semua jenjang sekolah pada semua tingkat kelas adalah peduli lingkungan. Tujuan lain dari pembelajaran IPA SMP adalah peserta didik memiliki kemampuan melakukan inkuiri ilmiah untuk menimbulkan kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak ilmiah, serta berkomunikasi. Hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi. Proses pembelajaran IPA diharapkan dapat memunculkan keempat unsur itu sehingga peserta didik dapat mengalami proses
C - 61
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 pembelajaran yang utuh, dan dapat bermanfaat untuk mengatasi permasalahan hidupnya. Model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan untuk membelajarkan IPA sesuai dengan tuntutan kurikulum banyak variasinya.Salah satu di antaranya adalah pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Model ini sangat berguna untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan proses atau metode ilmiah. Hasil belajar yang diperoleh adalah pengetahuan, cara berpikir, sikap dan keterampilan, termasuk keterampilan berkomunikasi. Secara umum hasil yang diperoleh adalah produk dan proses ilmiah yang dikembangkan dalam pembelajaran(Arifin, 2005) Fakta menunjukkansebagian besar pembelajaran IPA di sekolah-sekolah masih mengikuti pola-pola pembelajaran tradisional.Metode ceramah masih dominan, praktikum dilaksanakan hanya sebagai formalitas dan kuantitasnya masih rendah.Kegiatan praktikum seringkali tidak dirancang dengan baik, sehingga tidak dapat menumbuhkan kemampuan dan sikap ilmiah siswa.Corebima dan Idrus (2006) menyatakan bahwa pengembangan potensi berpikir siswa belum diupayakan secara terencana dan terintegrasi dalam pembelajaran IPA. Guru lebih memfokuskan diri pada penyampaian materi dan berorientasi pada tes/ujian. Siswa hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafal konsep dan teori. Akibatnya pembelajaran IPA kurang bermakna bagi siswa, sehingga pengetahuan yang diperoleh tidak dapat menjadi bagian integral dari struktur kognitfnya.Salah satu dampak dari keadaan ini adalah hasil belajar IPA yang relatif masih rendah. Peningkatkan kesadaran peserta didik untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkunganyang menjadi tujuan pembelajaran IPA tampaknya juga masih jauh dari harapan.Guru IPA jarang sekali dengan sengaja membangun sikap peduli lingkungan dalam rencana pembelajaran dan mengimplementasikan dalam proses pembelajaran.Nilai-nilai sikappeduli lingkungan yang menjadi dasar pembentukan karakter peduli memang telah dicantumkan dalam perangkat pembelajaran, namun nilai-nilai tersebut tidak tercermin dalam proses pembelajaran dan evaluasi hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu disusun perangkat pembelajaran yang layak dan sesuai dengan kurikulum IPA yaitu berbasis inkuiri serta mengintegrasikan karakter peduli lingkungan dalam bentuk RPP, buku siswa, LKS, dan tes hasil belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa berupakarakter peduli lingkungan, pengetahuan, dan keterampilan proses IPA. Perangkat pembelajaran dikategorikan layak jika valid, praktis, dan efektif.
belajaran berkarakter berbasis inkuiri X : penerapanpembelajaran berkarakter berbasisinkuiri O5, O6, O7, O8 :pengamatan setelah penerapan pembelajaran berkarakter berbasis inkuiri Subjek pada penelitian pengembangan ini adalah perangkat pembelajaran berkarakter berbasis inkuiri yang telah dikembangkan. Subjek implementasi perangkat pembelajaran adalah siswa kelas 7F SMP Negeri 4 Kota Mojokerto tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah37 siswa. Pengembangan perangkat pembelajaran mengikuti alur sebagai berikut, (1) Menganalisis KI dan KD, (2) Menganalisis siswa, (3) Menganalisis pembelajaran, (4) Merumuskan indikator dan tujuan pembelajaran, (5) Menyusun tes acuan patokan, (6) Memilih strategi pembelajaran, (7) Memilih media dan bahan ajar, (8) Mengembangkan perangkat pembelajaran, (9) Validasi oleh pakar (10) Melakukan revisi berdasarkan saran pakar, (11) Melaksanakan uji coba terbatas pada 10 orang siswa kelas 7E, (12) Melakukan revisi II, (13) Melaksanakan uji coba II di kelas 7F, dan (14) Melakukan revisi III. Data validitas perangkat diperoleh melalui penilaian pakar menggunakan lembar validasi, sedangkan tingkat keterbacaan LKS dan Buku Siswa diperoleh melalui angket lembar keterbacaan LKS dan Buku Siswa. Data kepraktisan perangkat diperoleh melalui pengamatan observer terhadap keterlaksanaan RPP, aktivitas siswa selama pembelajaran, serta hambatan atau kendala yang terjadi selama kegiatan pembelajaran. Data keefektivan perangkat diperoleh dengan menganalisis hasil belajar berupa karakter peduli lingkungan, pengetahuan, dan keterampilan proses IPA, serta respon siswa terhadap pembelajaran dan komponen-komponen pembelajaran diperoleh melalui angket respon siswa yang diberikan pada pertemuan terakhir. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Validitas Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran berkarakter berbasis inkuiri pada materi Pencemaran Lingkungan yang dikembangkan peneliti telah ditelaah dan dinilai oleh validator (pakar) sebelum diimplementasikan.Hasil penilaian pakar terhadap perangkat yang telah dikembangkan dapat dilihat dalam Tabel1. Tabel 1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran
METODE PENELITIAN Pengembangan perangkat dalam penelitian ini menggunakan model Dick and Carey.Implementasi perangkat menggunakan rancangan Time Series Designsebagai berikut: O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8 Keterangan: O1, O2, O3, O4 :pengamatan sebelum penerapan pemC - 62
No 1 2 3 4 5
Jenis Perangkat RPP LKS
Validasi Keterbacaan Buku Siswa Validasi Keterbacaan THB Pengetahuan dan Keterampilan Proses THB Karakter Peduli Lingkungan Moral Knowing (Pengetahuan Moral) Moral Feeling(Perasaan
Kategori SangatBaik SangatBaik SangatBaik SangatBaik SangatBaik SangatBaik
Sangat Baik Baik
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 Moral) Moral Acting(Tindakan Moral)
Sangat Baik
a.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Aspek RPP yang dinilai kelayakannya adalah (1) Komponen RPP dan (2) Kegiatan Pembelajaran. Nilai rata-rata yang diberikan oleh validator adalah 3,85(sangat baik) untuk seluruh aspek, dengan rincian aspek Komponen RPP mendapatkan nilai 3,93(sangat baik)karena RPP yang dikembangkan peneliti sudah mencantumkan semua aspek sesuai dengan Permendikbud RI Nomor 65 Tahun 2013. Aspek Kegiatan Pembelajaran mendapatkan nilai 3,77 (sangat baik) karena peneliti telah menuliskan langkah-langkah pembelajaran berbasis inkuri secara sistematis sekaligus mengintegrasikan karakter peduli lingkungan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan aturan yang tercantum dalam Standar Proses (2013) bahwa setiap guru berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, meningkatkan motivasi, dan efisien. b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Aspek yang divalidasi pada LKS adalah (1) Syarat Didaktik, (2) Kelayakan Isi, (3) Prosedur, dan (4) Pertanyaan. Nilai rata-rata yang diberikan untuk keseluruhan aspek LKS adalah 3,75 (sangat baik). LKS yang dikembangkan peneliti dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran berbasis inkuiri karena memenuhi prinsip seperti yang dikemukan Oliver, et al (2004), yaitu(1) adanya kaitan antara konten dan konteks pengalaman kehidupan nyata siswa, (2) kegiatan penemuan oleh siswa melalui penyelidikan, (3) kegiatan diarahkan pada usaha siswa untuk comparing, hipotheting, organizing data, dan generalitation, (4) kegiatan penyelidikan atau pencarian jawaban dilakukan dalam kelompok kecil siswa (2-5 orang), (5) langkah atau kegiatan dapat ditransfer oleh siswa dalam situasi atau kondisi yang berbeda. c. Buku Siswa Aspek buku siswa yang dinilai meliputi kelayakan isi, penyajian, bahasa dan keterbacaan, dan kesesusian dengan pendekatan inkuiri. Nilai rata-rata untuk semua aspek adalah 3,61 (baik) Kemampuan buku siswa menumbuhkan sikap dan karakter peduli lingkungan mendapatkan nilai 3,7 (baik) karena buku siswa yang dikembangkan mengandung pertanyaan-pertanyaan, kegiatan eksperimen/penyelidikan, quisioner, dan gambar-gambar yang dapat merangsang tumbuhnya karakter peduli lingkungan pada diri siswa. Hal ini selaras dengan Gunawan (2012) yang menyatakan bahwa ketika guru merancang silabus dan RPP yang berwawasan pendidikan karakter maka diperlukan adaptasi bahan ajar/buku siswa dengan menambahkan kegiatan pembelajaran yang sekaligus dapat mengembangkan karakter.
Aspek kesesuaian dengan pendekatan inkuiri mendapatkan nilai rata-rata 3,71 (baik). Buku siswa yang dikembangkan memang diupayakan semaksimal mungkin dapat menunjang proses belajar mengajar yang menggunakan pendekatan inkuiri. Cara yang ditempuh adalah dengan menambahkan kegiatan praktikum pencemaran air yang membantu siswa berlatih melakukan langkah-langkah inkuiri secara mandiri. d. Tes Hasil Belajar Kriteria penilaian Tes Hasil Belajar (THB) adalah (1) soal sesuai tujuan, (2) soal sesuai kriteria, dan (3) soal dirumuskan dengan kalimat yang efektif dan logis. Hasil penilaian validator menunjukkan THB yang dikembangkan peneliti memiliki kualitas baik sampai sangat baik. Menurut Ratumanan (2011) suatu alat penilaian dikatakan valid jika alat tersebut mampu menilai apa yang seharusnya dinilai, yaitu tujuan khusus yang diukur harus sejajar dengan materi atau isi yang dinilai dan butir-butir pertanyaan pada alat penilaian tersebut mengukur aspek seperti yang diuraikan pada kompetensi dasar atau indikator. Hasil penilaian validator menunjukkan bahwa THB yang dikembangkan layak digunakan dalam penelitian. Berdasarkan hasil penilaian pakar dan keterbacaan LKS dan Buku Siswa, maka perangkat yang dikembangkan bersifat valid dan dapat digunakan untuk membelajarkan materi Pencemaran Lingkungan pada siswa kelas 7 SMP. 2. Kepraktisan Perangkat a.Keterlaksanaan RPP RPP Pencemaran Lingkungan dilaksanakan dalam empat pertemuan. Data keterlaksanaan RPP terdapat dalam Tabel 2. Tabel 2. Keterlaksanaan RPP Aspek yang Diamati Rata-rata Skor Kategori Pendahuluan 3,83 Baik Kegiatan Inti 3,86 Baik Penutup 3,75 Baik Suasana Kelas 3,79 Baik Kegiatan Pendahuluan terdiri dari memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan karakter yang dilatihkan Kegiatan pendahuluan yang berfungsi mempersiapkan siswa untuk mengikuti tahap pembelajaran selanjutnya sangat penting direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Tim Pengembang MKDP UPI (2011) mengungkapkan jika tahap persiapan/pendahuluan dilakukan dengan baik sesuai karakteristik kebutuhan, materi, metode, lingkungan, serta kemampuan guru maka diasumsikan hasil belajar akan lebih optimal. Sejalan dengan itu Silberman dalam Depdiknas (2006) mengungkapkan bahwa penting bagi guru untuk memilih strategi pembuka pelajaran yang relevan dengan materi yang diajarkan karena akan mempermudah peralihan yang akan dilakukan terhadap aktivitas belajar utama yang telah disiapkan. Kegiatan inti dilaksanakan sesuai dengan RPP berbasis inkuiri yang dikembangkan oleh peneliti.Secara
C - 63
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 umum pada kegiatan inti siswa mendominasi aktivitas pembelajaran, guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator. Hal itu sesuai dengan pernyataan Dimyati dan Mudjiono (2006) bahwa model pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Ketika mengintegrasikan inkuiri dalam pembelajaran, maka guru harus memiliki komitmen untuk menyajikan pembelajaran yang berpusat pada siswa (Alberta, 2004). Bagian terakhir dari kegiatan pembelajaran adalah penutup.Tahap-tahap kegiatan penutup dilaksanakan dengan baik sesuai rencana. Antusiasme guru mendapatkan skor 4 dari dua observer. Antusiasme guru sangat diperlukan dalam pembelajaran berbasis inkuiri.Agar guru antusias dalam pembelajaran, maka guru harus menguasai materi pembelajaran maupun metode pembelajaran.Alberta (2004) menyatakan guru yang menerapkan pembelajaran inkuiri harus menguasai inkuiri sebagai materi pelajaran maupun sebagai metode mengajar. Alberta juga berpendapat bahwa untuk membangun kultur inkuiri di dalam kelas, guru harus melaksanakan inkuiri dengan antusias dan bergairah. Penerapan pembelajaran berbasis inkuiripada pertemuan I menemui kendala berupa waktu pembelajaran lebih lama daripada waktu yang direncanakan, karena siswa masih sulit merumuskan masalah dan membuat rancangan eksperimen. Langkah yang dilakukan peneliti adalah memberikan lebih banyak pertanyaan arahan agar siswa lebih mudah merumuskan masalah dan membimbing siswa merancang eksperimen. b. Aktivitas Siswa Hasil pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung menunjukkan siswa sangat aktif mengikuti setiap tahap kegiatan pembelajaran. Persentase aktivitas siswa tertinggi pada setiap pertemuan adalah melakukan percobaan atau eksperimen, dengan nilai rata-rata sebesar 27,72%.Aktivitas siswa yang bernilai tinggi lainnya adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru sebesar 20,69%. Pada tahap ini guru menyajikan fenomena berupa gambar atau uraian, kemudian dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diharapkan dapat menuntun siswa merumuskan masalah. Aktivitas mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru pada pertemuan selanjutnya berangsur-angsur mengalami penurunan. Penurunan aktivitas ini disebabkan bimbingan yang diberikan guru dalam bentuk pertanyaan semakin sedikit sesuai dengan prinsip scaffolding.Pelaksanaan pembelajaran berbasis inkuiri tidak selalu dapat berjalan seperti yang direncanakan, namun beberapa hambatan yang muncul dalam proses pembelajaran dapat diatasi oleh guru. Berdasarkan data keterlaksanaan RPP, aktivitas siswa, dan hambatan proses pembelajaran yang dapat diatasi dengan baik, maka perangkat yang dikembangkan bersifat praktis ketika diterapkan. 3. Keefektivan Perangkat a.Respon Siswa terhadap Pembelajaran Hasil analisis respon siswa menunjukkan bahwa 96,31% siswa menunjukkan respon positif terhadap
komponen-komponen pembelajaran berkarakter berbasis inkuiri. Siswa menunjukkan minat yang tinggi terhadap pembelajaran inkuiri sehingga 100% siswa menyatakan berminat jika pembelajaran inkuiri diterapkan pada pembelajaran selanjutnya. b. Hasil Belajar Pengetahuan Hasil belajar pengetahuan berupa nilai ratarata posttest yang mencerminkan ketuntasan individual dan ketuntasan indiktor ditampilkan dalam Tabel 3. Tabel 3. Hasil Belajar Pengetahuan Keterangan Nilai Rata-rata pretest 43,06 Rata-rata posttest 87,07 Gain Score 0,77 (sedang) Ketuntasan Indikator 93% Penelitian ini menggunakan desain Time Series, sehingga peningkatan nilai yang didapat merupakan pengaruh perlakuan (Sugiyono, 2010). Hal ini berarti penerapan pembelajaran inkuiri yang mengintegrasikan nilai-nilai karakter peduli lingkungan dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan sebesar 44,01% dan peningkatan ini berkategori tinggi. Pembelajaran berbasis inkuiri yang dialami siswa dapat mendorong siswa melakukan pengamatan terhadap fenomena kondisi lingkungan yang disajikan guru, mengajukan pertanyaan dan berupaya menemukan jawabannya sendiri, mencocokkan apa yang ditemukan pada saat kegiatan pembelajaran (praktikum/eksperimen) dengan teori yang terdapat dalam Buku Siswa, dan membandingkan temuannya dengan temuan siswa lainnya. Pembelajaran berbasis inkuiri yang dilakukan siswa tersebut memungkinkan terjadinya proses asimilasi dan akomodasi sesuai dengan teori belajar yang dikemukakan Piaget. Implikasi teori Piaget seperti yang dikemukakan Slavin (1997), yaitu dalam proses pembelajaran guru diharapkan berupaya mendorong siswa untuk memusatkan perhatian pada proses berpikir, berinisiatif sendiri, dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang baik dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.Belajar menjadi bermakna bagi siswa apabila mereka mendapat kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, melaksanakan penyelidikan, mengumpulkan data, membuat kesimpulan, dan berdiskusi.Keterlibatan siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran aktif yang menuntun mereka berpikir tingkat tinggi, pada akhirnya menuntun mereka pada pembelajaran inkuiri (Rustaman, 2005).Pendapat ini diperkuat oleh Depdiknas (2005) yang menyatakan bahwa tugas penting guru adalah menyajikan lingkungan belajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa diberi kesempatan untuk berlatih memecahkan masalah. Pemecahan masalah tersebut dilakukan melalui kegiatan mental, sehingga siswa akan menemukan sendiri konsep maupun prinsip. Sementara itu guru bertindak sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam kegiatan penemuan. Peningkatan hasil belajar pengetahuan melalui pembelajaran berbasis inkuiri disebabkan dua hal. (1) Melalui pembelajaran berbasis inkuiri siswa tidak memperoleh konsep yang sudah jadi dari gurunya,
C - 64
No 1 2 3 4
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 tetapi menemukan sendiri pengetahuan itu sehingga memungkinkan terbentuknya pengetahuan yang lebih terstruktur. Hasil yang diharapkan adalah siswa dapat mengingat konsep tersebut dalam waktu lama, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap hasil belajar pengetahuan. (2) Pembelajaran berbasis inkuiri yang bercirikan siswa aktif dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa dan aktivitas siswa yang tinggi selama kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya pembelajaran bermakna dan menyenangkan. Arifin (2005) menyatakan pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa akan menghasilkan ingatan yang lebih baik terhadap konsep-konsep IPA yang dipelajarinya, sehingga proses recall menjadi efisien. Hasil penelitian Belawati (2010) juga menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep kelangsungan hidup organisme.Peningkatan hasil belajar ditandai dengan nilai ketuntasan klasikal yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil penelitian lain yang juga mendukung adalah penelitian Oktaviyanita, dkk (2013). Oktaviyanita, dkk (2013) menyatakan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing terbukti dapat meningkatkan aktivitas siswa dan penguasaan materi dengan N-gain sebesar 0,44. b. Belajar Keterampilan Proses IPA Hasil belajar keterampilan proses IPA berupa nilai rata-rata posttest yang mencerminkan ketuntasan individualdan ketuntasan indiktor ditampilkan dalam Tabel 4. Tabel 4. Hasil Belajar Keterampilan Proses IPA No Keterangan Nilai 1 Rata-rata pretest 17,40 2 Rata-rata posttest 88,75 3 Gain Score 0,9 (tinggi) 4 Ketuntasan Indikator 100% Data dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses IPA. Hal itu disebabkan ketika siswa belajar dengan pendekatan inkuiri dia juga belajar melakukan aspek-aspek keterampilan proses IPA seperti merumuskan masalah, menyusun hipotesis, mengidentifikasi variabel, merancang penelitian, menyajikan data dalam bentuk tabel/grafik, serta merumuskan simpulan. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah intensitas kegiatan eksperimen/praktikum dalam pembelajaran. Sesuai dengan RPP yang telah dikembangkan, kegiatan pembelajaran berbasis inkuiri pada materi “Pencemaran Lingkungan” menggunakan metode eksperimen/praktikum.Eksperimen dilakukan tiga kali meliputi Pencemaran Air, pencemaran Tanah, dan Pencemaran Udara. Kegiatan-kegiatan eksperimen ini menjadikan pelatihan keterampilan proses pada siswa berjalan secara terus-menerus. Thorndike dalam Tim Pengembang MKDP UPI (2011) mengemukakan dalam pembelajaran berlaku dalil Law of Exercise , yaitu hubungan atau koneksi pengetahuan akan bertambah kuat
jika ada latihan. Teori lain yang dianggap memiliki kaitan erat dengan prinsip pengulangan dikemukakan oleh Psikologi Daya. Teori Daya menyatakan bahwa manusia memiliki sejumlah daya seperti mengamati, menanggapi, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Belajar akan melebihkan daya yang ada melalui proses pengulangan. Pengulangan menjadikan daya yang dimiliki manusia dapat terarah sehingga menjadi lebih peka dan berkembang kemampuannya.Silberman dalam Depdiknas (2006) juga mengungkapkan bahwa ketika siswa berupaya mempelajari keterampilan-keterampilan baru dan meningkatkan kemampuan yang ada, mereka perlu mempraktikkan secara efektif dan mendapatkan umpan balik yang berguna. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat ada 2 faktor dalam penelitian ini yang dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan proses IPA. Faktor pertama, komponen-komponen keterampilan IPA dapat diintegrasikan dalam sintaks pembelajaran inkuiri menyebabkan siswa yang belajar menggunakan pendekatan inkuiri secara tidak langsung akan belajar keterampilan proses IPA sehingga penguasaan keterampilan proses IPA dapat meningkat. Faktor kedua adalah adanya pengulangan/latihan dalam belajar menyebabkan penguasaan keterampilan proses IPA dapat meningkat. c. Hasil Belajar Karakter Peduli Lingkungan Komponen karakter peduli lingkungan yang meliputi pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling), dan tindakan moral (moral acting) mengalami peningkatan saat diterapkannya pembelajaran berbasis inkuiri dan tetap bertahan setelah pelaksanaan pembelajaran berbasis inkuiri pada materi Pencemaran Lingkungan. Pengetahuan Moral Hasil belajar karakter peduli lingkungan berupa nilai yang mencerminkan ketuntasan individual, dan ketuntasan indiktor ditampilkan aspek pengetahuan moral terdapat dalam Tabel 5. Tabel 5. Hasil Belajar Karakter Peduli Lingkungan Aspek Pengetahuan Moral No 1 2 3 4 5
Keterangan Rata-rata sebelum pembelajaran inkuiri Rata-rata saat pembelajaran inkuiri Rata-rata setelah pembelajaran inkuiri Gain Score Ketuntasan Indikator
Nilai 74 88,83 90,35 0,6 (sedang) 94,33%
Data dalam Tabel 5 menunjukkan bahwa penerapan perangkat pembelajaran berbasis inkuiri yang mengintegrasikan nilai-nilai karakter peduli lingkungan dapat meningkatkan pengetahuan moral tentang nilainilai peduli lingkungan.Peningkatan pengetahuan moral peduli lingkungan seiring dengan pengetahuan kognitif siswa.Peningkatan pengetahuan moral siswa dapat diperoleh saat kegiatan pembelajaran maupun dengan aktivitas membaca buku siswa. Perasaan Moral
C - 65
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 Indikator yang ditetapkan untuk mengukur aspek perasaan moral dalam penelitian adalah (a) sikap/penilaian terhadap suatu uraian tentang masalahmasalah berkaitan dengan lingkungan, (b) menangkap nilai-nilai peduli lingkungan dari suatu kisah, (c) komitmen diri pada nilai-nilai peduli lingkungan yang ada. Hasil belajar karakter peduli lingkungan berupa nilai yang mencerminkan ketuntasan individual, dan ketuntasan indiktor ditampilkan aspek perasaan moral terdapat dalam Tabel 6.
secara berkelompok, sedangkan indikator (d) dan (e) diamati secara individual ketika siswa berada di dalam kelas saat dan pada akhir proses pembelajaran. Hasil belajar karakter peduli lingkungan berupa nilai yang mencerminkan ketuntasan individual, dan ketuntasan indiktor ditampilkan aspek tindakan moral terdapat dalam Tabel 7. Tabel 7. Hasil Belajar Karakter Peduli Lingkungan Aspek Tindakan Moral No 1
Tabel 6. Hasil Belajar Karakter Peduli Lingkungan Aspek Perasaan Moral No 1 2 3 4 5
Keterangan Rata-rata sebelum pembelajaran inkuiri Rata-rata saat pembelajaran inkuiri Rata-rata setelah pembelajaran inkuiri Gain Score Ketuntasan Indikator
2
Nilai 73,1
3
89,6
4 5
91,8 0,7 (tinggi) 99%
Ketuntasan indikator perasaan moral terendah sebelum pembelajaran inkuiri dilaksanakan adalah pada indikator (a) sikap/penilaian terhadap suatu uraian tentang masalah-masalah berkaitan dengan lingkungan. Siswa sebenarnya telah dapat mengungkapkan rasa prihatin mereka terhadap masalah pencemaran yang dimunculkan, namun belum dapat menentukan 3 alasan seperti yang ditentukan.Indikator (b) dan (c) telah dapat dituntaskan siswa sebelum pelaksanaan pembelajaran.Fakta ini menunjukkan bahwa perasaan moral yang baik sesungguhnya telah dimiliki siswa.Siswa telah dapat mengidentifikasi tindakantindakan peduli lingkungan yang terkandung dalam kisah/uraian yang ditampilkan dan siswa telah mempunyai komitmen untuk melakukan tindakan peduli lingkungan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan hasil belajar perasaan moral ini beriringan dengan hasil tes pengetahuan moral yang juga meningkat.Hal ini sesuai dengan pendapat Kilpatrick (Megawangi, 2009) yang menyatakan bahwa perasaan moral merupakan penguatan aspek emosi siswa untuk menjadi manusia berkarakter setelah menguasai pengetahuan moral.Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan siswa. Sikap yang dipandang relevan dengan mencegah kerusakan lingkungan antara lain adalah pengendalian diri (self control) dan kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty). Tindakan Moral Indikator tindakan moral (yang sering kali disebut sebagai sikap) yang ditetapkan dalam penelitian ini meliputi, (a) menggunakan bahan percobaan secara hemat, (b) menempatkan bahan percobaan dengan benar agar tidak mencemari lingkungan, (c) membuang sisa bahan percobaan sesuai aturan, (d) menjaga kebersihan tempat belajar, dan (e) aktif berperan membersihkan kelas. Keterlaksanaan indikator (a), (b), dan (c) diamati ketika siswa sedang melaksanakan praktikum/eksperimen
Keterangan Rata-rata sebelum pembelajaran inkuiri Rata-rata saat pembelajaran inkuiri Rata-rata setelah pembelajaran inkuiri Gain Score Ketuntasan Indikator
Nilai 59 77 82 0,6 (sedang) 100%
Data dalam Tabel 6 menunjukkan bahwa penerapan perangkat pembelajaran berbasis inkuiri yang mengintegrasikan nilai-nilai peduli lingkungan dapat meningkatkan aspek tindakan moral. Nilai karakter peduli lingkungan diperoleh dengan menggabungkan nilai pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral.Tindakan moral yang merupakan outcome pendidikan karakter dapat ditunjukkan siswa setelah melalui fase pengetahuan moral dan perasaan moral.Tindakan moral merupakan aspek karakter yang dapat diamati secara langsung, sehingga aspek ini sering dijadikan tolok ukur karakter seseorang. Peningkatan tertinggi aspek karakter terjadi pada aspek tindakan moral yang meningkat sebesar 22%. Peningkatan ini tampak dari tingkah laku siswa sehari-hari terutama pada saat praktikum, seperti (a) lebih hemat menggunakan bahan praktikum, (b) menempatkan bahan percobaan/praktikum dengan hati-hati, dan (c) membuang sisa bahan percobaan sesuai aturan. Keaktifan siswa menjaga kebersihan tempat belajar dan berperan dalam piket kebersihan kelas ternyata juga mengalami peningkatan. Proporsi hasil belajar tindakan moral meningkat setelah diterapkannya perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti. Nilai proporsi hasil belajar tindakan moral sebelum penerapan perangkat adalah 28,99, meningkat saat pembelajaran menjadi 30,08, dan meningkat lagi menjadi 31,06 setelah penerapan perangkat pembelajaran berbasis inkuiri yang mengintegrasikan nilai-nilai peduli lingkungan. Peningkatan hasil belajar tindakan moral ini didukung oleh data ketuntasan individual hasil belajar karakter peduli lingkungan yang mencapai 100%. Kedua fakta ini menunjukkan bahwa perangkat berbasis inkuiri yang mengintegrasikan nilai-nilai karakter peduli lingkungan yang dikembangkan peneliti berhasil menanamkan karakter peduli lingkungan pada siswa kelas 7F. Hal ini sesuai dengan pendapat Benninga dan Marvin (2003) yang menyatakan bahwa proses integrasi nilai-nilai moral dapat ditanamkan pada siswa (cultivated) selain melalui proses alami. Pendapat ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Berkowitz (2001) bahwa perubahan tingkah laku bisa dilakukan melalui proses belajar.
C - 66
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 Cara yang ditempuh untuk menanamkan nilainilai peduli lingkungan pada siswa adalah dengan mengintegrasi nilai-nilai tersebut dalam RPP, LKS, buku siswa, dan tes hasil belajar. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gunawan (2012) bahwa integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran dilakukan mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan mengintegrasikan nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.Nilai-nilai sudah mulai terintegrasi pada semua mata pelajaran terutama pengembangan nilai peduli lingkungan, sehat, religi, dan disiplin. Pengintegrasian nilai-nilai sikap dan karakter dalam pembelajaran perlu mempertimbangkan beberapa hal, di antaranya adalah karakteristik materi pelajaran dan model pembelajaran yang digunakan. Materi Pencemaran Lingkungan yang memuat penyebab pencemaran, dampak pencemaran, dan upaya mengatasinya, cocok dipakai untuk menanamkan nilainilai peduli lingkungan. Hal ini sesuai dengan Sulistyowati (2012) yang menyatakan fokus penanaman nilai-nilai diupayakan cocok atau dekat dengan karakteristik materi pelajaran. Nilai-nilai yang dikembangkan pada akhirnya harus sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.Mata pelajaran IPA dipandang sesuai untuk menanamkan nilai-nilai peduli lingkungan. Penerapan perangkat pembelajaran berkarakter berbasis inkuiri pada materi Pencemaran Lingkungan dengan menggunakan metode eksperimen diawali dengan menyajikan fenomena pencemaran lingkungan yang ada di sekitar siswa. Berdasar fenomena yang disajikan siswa dibimbing untuk merumuskan sebuah masalah yang berkaitan dengan lingkungan.Langkah selanjutnya siswa melakukan sejumlah aktivitas langkahlangkah eksperimen untuk menemukan jawaban dari masalah yang dirumuskan.Selama melakukan kegiatan eksperimen guru mengingatkan siswa perlunya melakukan kegiatan peduli lingkungan yang merupakan aspek moral acting, seperti meletakkan bahan praktikum agar tidak tumpah dan mencemari sekitarnya.Setelah melakukan serangkaian kegiatan eksperimen, siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan penyebab pencemaran, dampak pencemaran, dan upaya pencegahan atau tindakan peduli lingkungan yang dapat dilakukan siswa untuk mengatasi pencemaran. Aktivitas siswa di atas mencerminkan tahaptahap pembelajaran inkuiri. Salah satu ciri pembelajaran inkuiri adalah bersifat learner centered dan mendorong terjadinya autonomous learning. Gunawan (2012) menyatakan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memfasilitasi autonomous learning akan membantu siswa mendapat banyak nilai dan menginternalisasi nilainilai yang dibangun selama proses pembelajaran. Beyer dalam Rustaman (2005) juga menyatakan bahwa melalui inkuiri dimungkinkan pembelajaran yang melibatkan proses, produk atau pengetahuan (content, knowledge) dengan konteks dan nilai (context, values, affective).
Sejalan dengan Beyer, Jalaludin (2012) menyatakan bahwa pengembangan karakter dapat dilakukan melalui pembelajaran terpadu (holistik) yang berlandaskan pada pendekatan inkuiri di mana peserta didik dilibatkan dalam merencanakan, bereksplorasi, dan berbagi gagasan. Hasil penelitian Wahyuli (2004) dalam Rustaman (2005) juga menunjukkan bahwa pembelajaran penemuan pada topik Fluida Bergerak selain dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses juga dapat meningkatkan penguasaan sikap. Uraian di atas menunjukkan bahwa peningkatan nilai karakter peduli lingkungan didapatkan dari pengembangan perangkat yang dengan sengaja mengintegrasikan nilai-nilai peduli lingkungan. Perangkat yang dikembangkan didukung oleh pemilihan materi yang dapat merangsang timbulnya nilai peduli lingkungan serta proses pembelajaran inkuiri yang melibatkan siswa belajar secara aktif sehingga siswa dapat menginternalisasi nilai-nilai yang dibangun selama proses pembelajaran. Berdasarkan analisis respon siswa dan hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran berkarakter berbasis inkuiri dapat disimpulkan bahwa perangkat yang dikembangkan bersifat efektif untuk meningkatkan hasil belajar berupa pengetahuan, keterampilan proses IPA, dan karakter peduli lingkungan. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berkarakter berbasis inkuiri yang dikembangkan layak digunakan untuk meningkatkan hasil belajar berupa pengetahuan, keterampilan proses, dan karakter peduli lingkungan. Saran Bila akan melaksanakan pembelajaran berbasis inkuiri, saat menyusun RPP dan LKS berkarakter berbasis inkuiri guru lebih memperhatikan pengetahuan awal dan keterampilan yang telah dimiliki siswa agar pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan waktu yang direncanakan DAFTAR PUSTAKA Alberta. 2004. Focus on Inquiry. A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry- Based Learning.University of Alberta, Departement of Education Administration. Edmonton. Alberta. Arifin, Mulyati. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Malang: UM University Press. Belawati, O., Zaini, M., dan Muchyar.2010.Penggunaan Pendekatan Inkuiri terhadap Pemahaman Konsep Kelangsungan Hidup Organisme di SMP Negeri 1 Anjir Muara Batola.Jurnal Wahana Bio, vol. 4.hal.100-102.
C - 67
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 Benninga, J. and Marvin,W. 2003. The Relationship of Character Education Implementation and Academic Achievment in Elementary School.Journal of Research in Character Education, Vol.5. No 1 pp 19-32. Berkowitz, M. 2007. “What Work in Character Education” Journal of Research in Character Education, Vol. 5. No 1 pp 29-48. Corebima,A.D. dan Agil Al Idrus. 2006. Pengaruh Pembelajaran Berpola PBMP (TEQ) terhadap Kemampuan Berpikir dan Pemahaman Konsep pada Pembelajaran IPA Biologi di Berbagai SMPN Kota dan Kabupaten Malang Indonesia. Makalah pada Seminar Biologi Kebangsaan di UPSI 26-28 Juni Kualalumpur Direktorat SMP. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas Direktorat Pembinaan SMA. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas
Ratumanan, T.G. dan Laurens, T. 2011. Penilaian Hasil Belajar pada Tingkat Satuan Pendidikan. Surabaya: Unesa University Press Rustaman, N. 2005.Perkembangan Penelitian Pembelajaran Inkuiri dalam Pendidikan Sains.Jurnal Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI. hal. 7-9. Spronken-Smith, R. 2008.Experiencing the Process of Knowledge Creation: The Nature and Use of Inquiry-Based Learning in Higher Education.Journal of Research.New Zealand: University of Otago. pp. 12-15. Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabet Sulistyowati, E. 2012.Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter. Jakarta: Citra Adi Parama Tim Pengembang MKDU UPI. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Rajawali Press
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Gunawan, H. 2012. Pendidikan Karakter, Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabet Jalaludin, 2012.Membangun SDM Bangsa melalui Pendidikan Karakter.Jurnal Penelitian Pendidikan Vol.13 No. 2. hal. 8. Megawangi, R. 2010. Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter di PAUD. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional: Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa di Tingkat Satuan Pendidikan, Balitbang Kemendiknas. Tanggal 28-29 Agustus 2010. Mulyatiningrum, E., Rustaman, N., dan Rahmat, A. 2008. Pembelajaran Inkuiri untuk Mengembangkan Kemampuan Dasar bekerja Ilmiah (KDBI) dan Berpikir Kreatif pada Konsep Bioteknologi.Proceding the Second International Seminar Science Education. ISBN: 978-97998546-4-2. 18 Oktober 2008 Oktaviyanita, D., Pramudiyanti, R., dan Marpaung, R.T. 2013.Efektivitas Penggunaan Model Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Materi.Jurnal Bioterdidik. Vol.1 No.6 Oliver, M.H., Allen, D.D. dan Anderson, M. 2004. Inquiry-Guided Instruction.Journal of College Science Teaching (JCST) Vol. XXXIII (6).pp. 2024. Ratumanan, T.G. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press C - 68