Pengembangan Media Interaktif… (Fitri Nopita Sari) 1
PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA UNTUK PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP PGRI SAPTOSARI GUNUNGKIDUL
JURNAL SKRIPSI
Oleh Fitri Nopita Sari NIM 07104241007
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015
Pengembangan Media Interaktif… (Fitri Nopita Sari) 1
PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA UNTUK PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP PGRI SAPTOSARI GUNUNGKIDUL THE DEVELOPMENT of ADOLESCENT REPRODUCTIVE HEALTH INTERACTIVE MEDIA for 8TH GRADE STUDENTS in SMP PGRI SAPTOSARI GUNUNG KIDUL Oleh: Fitri Nopita Sari, Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Abstrak Penelitian ini bertujuan menghasilkan suatu produk berupa media interaktif dengan materi tentang kesehatan reproduksi remaja bagi peserta didik kelas VIII SMP PGRI Saptosari Gunung Kidul. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Subyek penelitian ini adalah 36 peserta didik kelas VIII SMP PGRI Saptosari Gunung Kidul. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling. Instrumen penelitian menggunakan wawancara dan angket. Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian pengembangan ini berupa media interaktif dengan materi kesehatan reproduksi remaja. Media interaktif ini dinyatakan layak berdasarkan uji kelayakan dari ahli materi dengan persentase sebesar 65%, ahli media dengan persentase sebesar 90%, guru pembimbing dengan persentase sebesar 85%, hasil uji coba lapangan awal dengan persentase 68,75%, hasil uji coba lapangan utama dengan persentase sebesar 75%, dan hasil uji coba lapangan operasional sebesar 84,3%. Dari hasil uji di atas dapat disimpulkan bahwa media interaktif dengan materi kesehatan reproduksi remaja ini layak untuk digunakan dalam pemberian layanan informasi kepada peserta didik kelas VIII di SMP PGRI Saptosari Gunung Kidul. Kata kunci : media interaktif , kesehatan reproduksi remaja Abstract This study aims to produce a product in the form of interactive media with material about adolescent reproductive health to students of class VIII SMP PGRI Saptosari Gunung Kidul. This research is development. The subjects of this study were 36 students of class VIII SMP PGRI Saptosari Gunung Kidul. The sampling technique using random sampling. The research instrument using interviews and questionnaires. Technical analysis of the data used is the analysis of qualitative and quantitative data. The development of research results in the form of interactive media with adolescent reproductive health materials. Interactive Media is declared eligible based on feasibility of expert material with a percentage of 65%, a media expert with a percentage of 90%, a tutor with a percentage of 85%, the results of initial field trials with a percentage of 68.75%, a major field trial results with a percentage of 75%, and the results of field trial operations of 84.3%. From the test results can be concluded that interactive media with adolescent reproductive health is feasible to be used in the provision of information services to students in class VIII SMP PGRI Saptosari Gunung Kidul. Keywords: interactive media, adolescent reproductive health
dicapai adalah haid (perempuan), mimpi basah
PENDAHULUAN Masa puber adalah periode yang unik dan
(pria), dan bukti yang diperoleh dari analisis
khusus yang ditandai oleh perubahan-perubahan
kimia terhadap air seni dan foto sinar X dari
perkembangan tertentu yang tidak terjadi dalam
perkembangan tulang (Hurlock, 2006:186).
tahap-tahap (Hurlock,
lain
dalam
2006:184).
rentang
remaja
Santrock (2003:87) menjelaskan bahwa
mulai
pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada
mengalami masa puber, banyak perubahan yang
kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh
terjadi baik secara psikologis maupun fisik.
dan hormonal yang terutama terjadi selama masa
Kriteria yang paling sering digunakan untuk
remaja
menetukan
untuk
kecelakaan lingkungan. Faktor-faktor makanan
memastikan tahap pubertas tertentu yang telah
dan kesehatan berpengaruh terhadap waktu
timbulnya
Ketika
kehidupan
pubertas
dan
awal.
Pubertas
bukanlah
sekedar
2 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-4 2015
datangnya pubertas serta variasi penampilannya,
kualitatif
sedangkan program dasar genetiknya sudah
penderita penyakit menular seksual (PMS), free
tertanam sejak awal dalam sifat dasar dari suatu
sex,
spesies.
kehamilan yang tidak dikehendaki (KTD), aborsi,
Menurut
Sarwono
(2010:64),
maupun
merebaknya
kuantitatif.
pelacuran,
Meningkatnya
meningkatnya
remaja
pelecehan seksual dan tingginya angka kematian
memiliki perubahan fisik yang sangat cepat.
ibu merupakan sederetan panjang dari masalah
Perubahan-perubahan
sosial
fisik
itu
yang
yang
berkaitan
dengan
kesehatan
menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena
reproduksi yang menunggu penanganan dan
ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan–
perhatian
perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan
sebenarnya tidak perlu terjadi bila mereka lebih
badan yang mencolok misalnya, atau pembesaran
memahami berbagai proses perubahan yang akan
payudara yang cepat membuat remaja merasa
terjadi
tersisih dari teman-temannya. Demikian pula
menghadapi persoalan pubertas, seksualitas dan
dalam menghadapi haid dan ejakulasi yang
reproduksi (Adrianus Tanjung, 2004:2).
pertama,
remaja
itu
perlu
serius
pada
dari
dirinya
masyarakat.
sehingga
Hal
lebih
ini
siap
mengadakan
Fenomena yang terjadi saat ini terjadinya
penyesuaian-penyesuaian tingkah laku yang tidak
peningkatan dispensasi nikah. Sesuai Undang-
selalu bisa dilakukannya dengan mulus terutama
Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, batas
jika tidak ada dukungan dari orang tua.
usia pernikahan adalah minimal 16 tahun untuk
Lonjakan jumlah remaja terjadi di seluruh
perempuan, dan 19 tahun laki-laki. Sehingga bagi
belahan dunia termasuk di Indonesia. Pada tahun
yang akan menikah di bawah usia tersebut harus
2010 jumlah remaja umur 10-24 tahun terdapat
mengajukan dispensasi ke Pengadilan Agama
sekitar 63 juta jiwa atau 26,8% dari jumlah
(PA) bagi yang beragama Islam, sementara untuk
penduduk Indonesia sebanyak 233 juta jiwa
non-Islam ke Disdukcapil. Menikah di usia dini
(Proyeksi Penduduk Indonesia tahun 2000-2025,
memiliki
BPS, Bappenas, UNFPA, 2005). Jumlah tersebut
kesehatan organ reproduksi. Data dari UNICEF
tentu sangatlah besar karena jumlahnya lebih dari
menunjukan bahwa di tahun 2010 terdapat 60%
seperempat jumlah seluruh penduduk Indonesia.
anak perempuan di dunia menikah kurang dari
Masalah yang menonjol di kalangan remaja
umur 18 tahun. Sedangkan di Indonesia sebanyak
misalnya masalah seksualitas (kehamilan tidak
34,5% anak perempuan menikah di bawah usia
diinginkan, seks pranikah, dan aborsi), terkena
19 tahun. Anak perempuan yang menikah di usia
Infeksi
(IMS),
dini memiliki potensi kehamilan berisiko tinggi.
HIV/AIDS, penyalahgunaan NAPZA, dan lain
Hal ini diperparah apabila kemampuan ekonomi
sebagainya.
tidak cukup baik sehingga akses kesehatan seperti
penularan
Masalah
Seksual
banyak
kerugian
khususnya
bagi
Menurut beberapa penelitian, dari waktu ke
pemantauan dan konsultasi dokter, nutrisi yang
waktu ternyata permasalahan reproduksi yang
baik, dan pengetahuan yang cukup menyebabkan
dihadapi remaja semakin meningkat, baik secara
resiko menjadi lebih besar.
Pengembangan Media Interaktif… (Fitri Nopita Sari) 3
Alasan pengajuan dispensasi nikah 90%
terutama kanker serviks, anemia pada ibu hamil
dikarenakan pihak wanita telah mengandung.
dan dari data yang peneliti dapat dari Dinas
Terungkap pula jika remaja tersebut sebagian
Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul tahun 2013
besar melakukan hubungan seksual di rumah
kecamatan Saptosari menempati urutan tertinggi
mereka masing-masing. Selain alasan tersebut,
untuk ibu hamil dengan anemia yaitu sebesar
terdapat fakta jika sampai saat ini masih ada
40%. Pernikahan di usia remaja juga dapat
orang tua yang beranggapan jika menikahkan
memicu timbulnya KDRT (kekerasan dalam
anak gadis mereka maka akan mengurangi beban
rumah tangga) mengingat pada usia remaja emosi
ekonomi. Sehingga masih ada orang tua yang
mereka belum stabil kemudian kondisi ekonomi
menikahkan putri mereka hanya karena sudah ada
yang belum mapan. Banyak dari remaja yang
yang melamar tanpa mempertimbangkan kondisi
melakukan pernikahan dini tidak melanjutkan
emosional, fisik, dan psikis anak mereka.
studi alias putus sekolah otomatis pilihan
Fenomena ini sangat memprihatinkan karena usia
pekerjaan merekapun terbatas. Pernikahan di usia
mereka yang masih di bawah tahun (di bawah 16
remaja juga rentang dengan perceraian dan
tahun bagi remaja wanita dan di bawah 19 tahun
penelantaran
bagi laki-laki) belum cukup matang untuk
kematangan emosi menjadi salah satu penyebab
menjalani pernikahan. Kondisi organ reproduksi
terjadinya dua hal tersebut. Suami masih sering
remaja wanita di bawah 16 tahun belum
bermain bersama teman-teman sebaya sedangkan
terbentuk sempurna sehingga rawan mengalami
istri kondisi kehamilan yang semakin besar,
berbagai permasalahan kehamilan, di antaranya
tekanan
keguguran, bayi lahir prematur, dan anemia.
pemicu terjadinya konflik. Ketika anak sudah
Kondisi emosional yang masih labil tentu tidak
lahir
dapat diabaikan begitu saja. Sejak remaja tersebut
pengasuhan anak mereka kepada orang tua
menikah, mereka menjadi bagian dari masyarakat
(kakek-nenek bayi) dan mereka pergi mencari
pada
remaja
pekerjaan. Mengingat latar belakang pendidikan
merupakan usia produktif untuk mengembangkan
yang rendah tidak mudah mendapat pekerjaan
potensi diri dan menuntut ilmu. Selain itu faktor
dengan upah yang cukup untuk memenuhi
ekonomi tidak bisa diabaikan begitu saja.
kebutuhan rumah tangga.
umumnya,
sedangkan
usia
dari
anak.
Kembali
lingkungan
banyak
remaja
sosial
yang
lagi
faktor
menambah
menyerahkan
Mengingat usia mereka yang masih muda tentu
Peneliti melakukan observasi ke Lembaga
sangat sulit untuk mendapat pekerjaan tetap,
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan pada
bahkan sebagian besar remaja yang menikah di
tanggal 18 Juli 2014. Dari lembaga tersebut
usia remaja harus mengalami putus sekolah.
peneliti mendapat data mengenai kekerasan
Ada banyak akibat yang muncul pada
seksual yang terjadi di kabupaten Gunung Kidul.
pernikahan di usia remaja. Akibat yang dapat
Jenis kekerasan seksual dibedakan menjadi tiga,
ditimbulkan dari pernikahan di usia remaja antara
yaitu
lain remaja wanita rentan terhadap penyakit
pemerkosaan. Pada tahun 2012 terdapat kasus
pelecehan
seksual,
pencabulan,
dan
4 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-4 2015
sebanyak 17 kasus kekerasan seksual pada remaja
layanan informasi tentang kesehatan reproduksi
dengan rentang usia 10-18 tahun. Kemudian pada
idealnya
tahun 2013 terdapat 16 kasus, dan sampai pada
berkelanjutan, tidak hanya saat masa orientasi.
bulan Juni 2014 terdapat 8 kasus. Salah satu
Tujuannya agar peserta didik lebih paham dengan
kasusnya adalah terdapat dua orang siswi SMP
materi
yang dicabuli oleh satu orang yang yang sama
mempengaruhi cara berpikir peserta didik dalam
sama salah seorang siswa SMK di Gunung Kidul.
mengambil keputusan.
diberikan
kesehatan
secara
berkala
reproduksi
dan
sehingga
LPMP memberikan bantuan hukum kepada
Upaya untuk melatih kecapakan peserta
korban kekerasan seksual serta pendampingan
didik dalam berperilaku reproduksi sehat salah
kepada para korban.
satunya melalui kegiatan bimbingan konseling.
Manusia
secara
mempunyai
Pemberian layanan informasi kepada peserta
kebutuhan seksual. Pada masa remaja terjadi
didik berfungsi memberikan pemahaman kepada
suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat
peserta
termasuk
diperlukan untuk menentukan arah tujuan yang
organ
biologis
reproduksi.
Terjadinya
didik
tentang
yang
dikehendaki.
yang
konseling memberikan kontribusi dan dukungan
merupakan
dengan
suatu
sistem
bagian
reproduksi
bimbingan
dalam
terhadap keberhasilan pribadi peserta didik.
kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian
Pelaksanaan bimbingan konseling diharapkan
khusus karena bila timbul dorongan-dorongan
mampu membentuk perilaku positif peserta didik.
seksual yang tidak sehat akan menimbulkan
Pemahaman
perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab
terhadap informasi akan memungkinkan peserta
(Yani Widyastuti, 2009:11). Tujuan dari program
didik mengarahkan diri untuk kegiatan yang
kesehatan
berguna sesuai dengan keputusan yang diambil
reproduksi
penting
layanan
hal
kematangan seksual atau alat-alat reproduksi berkaitan
Efektivitas
berbagai
remaja
adalah
untuk
membantu remaja agar memahami dan menyadari
dan
penguasaan
peserta
didik
(Tohirin, 2007:148).
ilmu tersebut sehingga memiliki sikap dan
Peneliti melakukan wawancara dengan
perilaku sehat dan tentu saja bertanggung jawab
guru pembimbing pada tanggal 23 Agustus 2014.
kaitannya dengan kehidupan reproduksi. Ini
Dari hasil wawancara diketahui bahwa guru
merupakan
materi
pembimbing dirangkap oleh guru IPS karena
kesehatan reproduksi remaja karena remaja
keterbatasan tenaga guru dengan latar pendidikan
memerlukan informasi tersebut
bimbingan
alasan
peneliti
memilih
agar selalu
waspada dan berperilaku reproduksi sehat.
reproduksi
sehingga
Pelaksanaan
kegiatan
bimbingan konseling di dalam kelas dilaksanakan
Seksualitas memiliki arti lebih luas dari kesehatan
konseling.
dalam waktu yang terbatas, misalnya saat masa
peneliti
orientasi siswa. Dari hasil pengamatan peneliti di
mengambil materi kesehatan reproduksi remaja.
SMP Saptosari belum tersedia media penunjang
Materi kesehatan reproduksi remaja termasuk
pelaksanaan
dalam seksualitas dari dimensi biologi. Materi
pembimbing
layananan menggunakan
informasi. metode
Guru klasikal
Pengembangan Media Interaktif… (Fitri Nopita Sari) 5
dalam pemberian materi bimbingan konseling. Ini
informasi untuk peserta didik belum disesuaikan
menjadi suatu permasalahan karena dengan
dengan kebutuhan peserta didik SMP, yaitu
keterbatasan waktu tersebut ada banyak materi
kesehatan reproduksi remaja.
yang belum tersampaikan salah satunya adalah
Peneliti juga melakukan need assemenst
materi tentang kesehatan reproduksi remaja.
dengan instrumen angket. Hasil dari angket
Selain itu juga belum tersedia media lain misal
tersebut didapatkan siswa 100% mengetahui
papan bimbingan, leaflet, ataupun booklet dalam
organ
pelaksaan
Sehingga
reproduksi tersebut. 70 % peserta didik mendapat
dibutuhkan media yang dapat membantu guru
informasi tentang organ reproduksi dari guru
pembimbing memberikan
sewaktu
bimbingan
konseling.
layanan
informasi
dalam keterbatasan waktu pemberian layanan.
reproduksi
masih
serta
di
fungsi
bangku
dari
sekolah
organ
dasar
sedangkan 30% dari petugas puskesmas saat
Selain itu di SMP PGRI Saptosari Gunung
program penyuluhan. Pada item tentang PMS
Kidul pada tahun 2012 dan 2014 ada kasus
(Penyakit Menular Seksual) semua peserta didik
peserta didik mengundurkan diri dari sekolah
pernah mendengar istilah tersebut namun hanya
dikarenakan
menikah.
ada 3 peserta didik perempuan yang menjawab
Kehamilan tersebut terjadi akibat seks pranikah.
PMS terjadi karena hubungan seksual, 1 perserta
Pada tahun 2012 terjadi satu kasus peserta didik
didik menjawab HIV dan yang lainnya menjawab
mengundurkan diri dari jumlah peserta didik
tidak tahu.
hamil
dan
harus
sebanyak 43. Dan di tahun 2014 terjadi
Peneliti
terdahulu
telah
melakukan
pengunduran diri 1 peserta didik wanita yang
penelitian pengembangan kesehatan reproduksi
mengundurkan diri karena telah hamil. Peserta
melalui CD bimbingan pribadi sosial (Novianti,
didik tersebut kelas VIII pada tahun ajaran
2012). Perbedaan dengan penelitian ini adalah
2014/2015.
subyek uji coba. Pada penelitian terdahulu
Guru pembimbing SMP PGRI Saptosari
subyek uji coba adalah peserta didik kelas X, dan
telah berupaya memberikan layanan informasi
untuk penelitian pengembangan ini menggunakan
kepada peserta didik, salah satunya adalah
subyek uji coba kelas VIII. Peserta didik kelas
melakukan
puskesmas
VIII memiliki rentan usia 13-15 tahun dengan ciri
setempat untuk memberikan penyuluhan tentang
perkembangan: (a) tampak merasa ingin mencari
kesehatan reproduksi kepada peserta didik saat
identitas diri, (b) ada keinginan untuk berkencan
masa orientasi siswa namun antusias peserta
atau ketertarikan pada lawan jenis, (c) timbul
didik sangat kurang. Pemahaman peserta didik
perasaan cinta yang mendalam, (d) kemampuan
tentang kesehatan reproduksi juga rendah. Tidak
berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang,
ada evaluasi ataupun tindak lanjut dari program
dan (e) berkhayal mengenai hal-hal
tersebut dari pihak sekolah dan juga orang tua
berkaitan dengan seksual. Ada perbedaan materi
sehingga
yang disampaikan yaitu, kekerasan seksual,
kerjasama
menimbulkan
dengan
berbagai
kasus.
Berdasarkan hal tersebut, materi dalam layanan
yang
6 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-4 2015
pengertian perilaku seksual dan dampaknya, serta
penjabaran konselor tetapi peserta didik dapat
perilaku seksual menyimpang.
juga memilih sendiri materi yang ingin diketahui
Melihat karakteristik dari peserta didik
dari menu yang ditampilkan dalam aplikasi
yang masih berusia remaja dan perkembangan
tersebut. Selain itu diharapkan peserta didik dapat
teknologi terutama komputer maka perlu ada
lebih mudah memahami materi yang diberikan
media
dalam
oleh guru pembimbing. Media interaktif ini
pembelajaran paling erat kaitannya dengan media
diharapkan dapat membantu guru pembimbing
berbasis komputer. Interaksi dalam lingkungan
dalam
pembelajaran berbasis komputer pada umumnya
kemampuan
mengikuti
memberikan layanan informasi kepada peserta
interaktif.
Konsep
tiga
instruksional
unsur yang
interaktif
yaitu:
urut-urutan
dapat
disesuaikan,
menyelesaikan
malasah
guru
keterbatasan
pembimbing
dalam
didik.
jawaban/respons atau pekerjaan siswa, dan
Penggunanaan aplikasi adobe flash dalam
umpan balik yang dapat disesuaikan (Azhar
pengembangan media interaktif ini karena flash
Arsyad, 2011:100). Penggunaan komputer untuk
mampu membuat file executable (*.exe) sehingga
membantu peserta didik mendapat layanan
dapat dijalankan pada PC (personal computer)
informasi
era
manapun tanpa harus menginstal program Flash
informatika visualisasi berkembang dalam bentuk
terlebih dahulu pada PC yang akan digunakan.
gambar
dapat
Aplikasi adobe flash ini juga menggunakan file-
ditambahkan suara (audio). Sajian audio visual
file gambar, audio, serta video sehingga membuat
atau lebih dikenal dengan sebutan multimedia
media
menjadikan
ICT
Diharapkan dengan adanya media interaktif ini
(Information and Communication Technology)
membuat peserta didik lebih antusias dan lebih
dalam hal ini komputer dengan dukungan
memahami materi yang disampaikan. Di samping
multimedia menyajikan sebuah tampilan berupa
itu
teks
dan
diharapkan media interaktif ini dapat membantu
multidimensional dengan percabangan tautan dan
guru pembimbing memberikan layanan informasi
simpul secara interaktif. Tampilan tersebut akan
dengan memanfaatkan
membuat pengguna dalam hal ini peserta didik
yang tersedia.
lebih
yang
lebih
bergerak
menarik.
(animasi)
visualisasi
lebih
nonsekuensial,
leluasa
memilih,
Pada
yang
menarik.
nonlinear,
mensintesa,
dan
interaktif
karena
ini
menjadi
keterbatasan
Penggunaan
lebih
waktu
hidup.
pemberian
laboratorium komputer
media
interaktif
dalam
mengelaborasi pengetahuan yang akan dipahami.
penelitian pengembangan ini karena produk
Penggunaan aplikasi adobe flash pada proses
media
pemberian layanan informasi merupakan salah
menampilkan animasi (rangkaian tulisan dan
satu cara memberikan materi bimbingan dengan
gambar
audio visual sehingga memudahkan peserta didik
elektronik) disertai suara dan efek yang dikemas
dalam memahami materi yang akan diberikan,
kreatif sehingga diharapkan akan menarik bagi
tidak
peserta didik dan meningkatkan minat mereka
hanya
dengan
mendengarkan
dari
ini
yang
memiliki
digerakkan
keunggulan
secara
yaitu
mekanik
Pengembangan Media Interaktif… (Fitri Nopita Sari) 7
untuk mengetahui materinya
yang ada di
Subjek Penelitian
dalamnya yaitu kesehatan reproduksi. Selain itu
Subyek
ini juga menambah media bimbingan dan
pengembangan
konseling di SMP PGRI Saptosari Gunung Kidul
kesehatan reproduksi remaja pada peserta didik
karena di sini belum ada media berbasis
SMP kelas VIII adalah :
komputer.
1. 4 peserta didik kelas VIII SMP PGRI
Penggunaan kesehatan
media
reproduksi
interaktif
ini
tentang
diharapkan
dapat
uji
coba media
pada
penelitian
interaktif
tentang
Saptosari Gunung Kidul sebagai uji coba lapangan awal.
membentuk perilaku mandiri pada peserta didik.
2. 10 peserta didik kelas VIII SMP PGRI
Kemandirian yang dimaksud memiliki makna
Saptosari Gunung Kidul sebagai uji coba
bahwa
lapangan utama.
peserta
didik
mmapu
memecahkan
permasalahan kehidupan reproduksinya. Peserta
3. 36 peserta didik kelas VIII SMP PGRI
didik lebih mampu untuk merasakan, berpikir,
Saptosari Gunung Kidul sebagai uji coba
dalam mengambil keputusan terkait kehidupan
lapangan operasional.
reproduksinya.
Teknik pengambilan subyek menggunakan teknik sampel random sampling.
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Jenis
penelitian
Instrumen Penelitian ini
adalah
penelitian
Sesuai
teknik
yang
pengumpulan
RD). Metode penelitian dan pengembangan atau
instrumen pengumpulan data ini menggunakan
dalam
and
metode observasi, wawancara, dan angket.
development adalah metode penelitian yang
Sedangkan instrumen dan alat perekam datanya
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu
berupa pedoman observasi, wawancara, dan
dan
angket
menguji
Inggrisnya
keefektifan
research
produk
tersebut
(Sugiyono, 2012:297). Model penelitian dan
dalam
dalam
pengembangan (Research and Development /
bahasa
data,
digunakan
(validasi
ahli
penelitian
dan
ini
angket
penilaian/tanggapan uji coba produk).
pengembangan yang digunakan dalam penelitian mengacu model penelitian yang dikembangkan oleh
Borg
dan
Gall
(1983:
772),
yang
Teknik Analis Data Teknik
analisis
data
dalam
penelitian
mengemukakan bahwa prosedur penelitian dan
pengembangan ini dimaksudkan untuk mengolah
pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua
data yang telah diperoleh setelah melancarkan
tujuan utama, yaitu: (1) mengembangkan produk,
berbagai instrumen di lapangan. Dalam penelitian
dan (2) menguji keefektifan produk dalam
ini digunakan dua macam analisis data, yaitu :
mencapai tujuan.
1. Analisis data kualitatif Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis
data
yang
diperoleh
dari
8 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-4 2015
penilaian atau pertimbangan ahli (professional
remaja sehingga dapat diaplikasikan dalam
judgmen), serta subyek uji coba yaitu para
kehidupan sehari-hari.
peserta didik. Data bersifat kualitatif adalah
Proses
pembuatan
Media
Interaktif
deskripsi masukan atau saran serta kritik
tentang Kesehatan Reproduksi Remaja ini
terhadap produk yang sedang dikembangkan
melalui
untuk kemudian direvisi kembali oleh peneliti.
pengumpulan data, merumuskan masalah,
2. Analisis data kuantitatif
beberapa
tahap
yaitu:
tahap
mengumpulkan studi literature, tahap desain
Analisis data kuantitatif diperoleh dari
perancangan
dan
pengembangan,
tahap
hasil uji lapangan dengan menggunakan teknik
produksi, dan tahap evaluasi. Berikut ini
persentas. Penilaian kuantitatif menggunakan
langkah-langkah
skala di masing-masing butir pertanyaan.
dalam
Adapun skala yang digunakan di tiap butir
Interaktif
nomor terdiri dari 4 bobot yaitu : (4) untuk
Remaja :
kategori baik, (3) untuk kategori cukup baik,
1. Pengumpulan Data
(2) untuk kategori kurang baik, dan (1) untuk kategori tidak baik.
yang
penelitian tentang
dilakukan
peneliti
Pengembangan
Media
Kesehatan
Reproduksi
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengumpulan data dan analisis kebutuhan kaitannya
dengan
materi
kesehatan
reproduksi remaja terhadap peserta didik
Uji Keabsahan Data Uji keabsahan data dalam penelitian ini
kelas VIII SMP PGRI Saptosari Gunung
menggunakan teknik triangulasi metode dan
Kidul. Berdasarkan hasil analisis angket
sumber,
triangulasi metode dan sumber yang
yang diberikan kepada 20 peserta didik
dicapai dengan membandingkan data wawancara
hasilnya seluruh peserta didik mengetahui
informan dengan data wawancara teman dekat
organ reproduksi dan fungsinya. Peserta
informan (key informan).
didik mendapat informasi tentang organ reproduksi dari guru dan buku pelajaran,
PEMBAHASAN
hanya 10% yang mendapat informasi dari
A. Penelitian Pendahuluan
orang tua, dan 30% mendapat informasi
Pada bab ini akan dibahas hasil dari pengembangan
tentang
mendengar istilah penyakit menular seksual
kesehatan reproduksi remaja. Media interaktif
namun hanya 20% yang mengetahui apa itu
tentang kesehatan reproduksi remaja ini
penyakit menular seksual sedangkan 20%
bertujuan untuk membantu guru pembimbing
peserta didik tidak menjawab. Sebanyak
dalam
informasi
70% perserta didik tertarik jika materi
kesehatan
reproduksi.
kesehatan reproduksi remaja dibuat media
diharapkan
mendapat
memberikan
khususnya Peserta
media
materi didik
interaktif
dari internet. 80% dari peserta didik pernah
layanan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
interaktif.
Pengembangan Media Interaktif… (Fitri Nopita Sari) 9
Peneliti juga melakukan wawancara
3. Studi Literatur
dengan 2 orang peserta didik dan guru
Setelah
peneliti
merumuskan
pembimbing. Hasil wawancara tersebut,
masalah, peneliti melakukan studi literatur
peserta didik merasa pemberian layanan
dengan
informasi melalui media interaktif lebih
bacaan yang relevan dengan variabel
menarik untuk peserta didik. Sedangkan
penelitian yaitu literatur yang berhubungan
hasil wawancara dengan guru pembimbing
dengan materi kesehatan reproduksi remaja
media interaktif ini dapat membantu guru
untuk peserta didik kelas VIII SMP PGRI
dalam
Saptosari Gunung Kidul.
memberikan
layanan
informasi
mempelajari
literatur-literatur
khususnya materi kesehatan reproduksi. Dari hasil angket dan wacancara yang dilakukan oleh peneliti, dapat ditarik
B. Perencanaan Pada
kesimpulan bahwa peserta didik kelas VIII
peneliti
SMP
PGRI
pengembangan
mengembangan
media
ini,
interaktif
Gunung
Kidul
dengan materi kesehatan reproduksi remaja.
interaktif
untuk
Media intraktif ini menggabungkan beberapa
remaja.
unsur media yaitu teks, gambar, suara, animasi
Alasannya karena media interaktif tersebut
dan video serta memadukan materi yang
sebagai alat bantu guru dalam memberikan
terkait. Dengan ini dapat memudahkan peserta
layanan
media
didik dalam mengoperasikan media interaktif
interaktif ini nantinya dilengkapi dengan
tersebut. Selain itu peserta didik memiliki
audio-video, teks, dan gambar.
keleluasaan memilih materi yang ingin dibaca
membutuhkan materi
Saptosari
penelitian
media
kesehatan
reproduksi
informasi.
Tampilan
dan peserta didik juga dapat mengulang
2. Merumuskan Masalah Berdasarkan
dari
hasil
analisis
kebutuhan yang dilakukan oleh peneliti,
materi-materi yang terlewati. Pengembangan
media
interaktif
ini
dapat disimpulkan bahwa perlu adanya
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik,
media untuk layanan informasi tentang
program bimbingan, pertimbangan dari ahli
kesehatan reproduksi remaja yang dapat
media dan ahli materi sehingga dihasilkan
digunakan oleh peserta didik dan sesuai
suatu produk media interaktif yang layak
dengan kebutuhan peserta didik. Untuk
digunakan dalam pemberian layanan informasi
mencapai tujuan tersebut maka perlu
untuk peserta didik.
adanya pengembangan media interaktif tentang kesehatan reproduksi remaja untuk peserta didik kelas VIII SMP PGRI Saptosari.
C. Pengembangan Produk Awal Dalam mengembangkan produk, peneliti melakukan beberapa langkah-langkah, yaitu sebagai berikut : 1. Melakukan need assessment.
10 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-4 2015
2. Merumuskan standar kompetensi. 3. Mengumpulkan
materi
baik), dan konsistensi tombol navigator
dari
berbagai
sumber referensi.
75% (cukup baik). 5. Penilaian untuk kemudahan penggunaan
4. Mengumpulkan gambar, animasi, dan video
media interaktif 56,25% (cukup baik),
yang berkaitan dengan materi. 5. Membuat
rancangan
kemudahan untuk keluar dari media 62,5%
desain
media
(cukup baik) dan untuk kemudahan dalam
interaktif.
memilih materi 62,5% (cukup baik).
6. Menggabungkan materi, gambar, animasi,
6. Penilaian terhadap penggunaan bahasa
dan video menggunakan program adobe
mendapat presentase 68,75% (cukup baik).
flash cs 6mb.
7. Penilaian
7. Menghasilkan
produk
berupa
media
motivasi
interaktif dengan materi tentang kesehatan reproduksi remaja untuk layanan informasi
pada
isi
peserta
materi didik
terhadap mendapat
presentase 87,5% (baik). 8. Selain data kuantitatif, peserta didik juga
kepada peserta didik.
memberikan penilaian berupa catatan atau
8. Burning produk ke dalam CD (compact
komentar tentang mendia interaktif ini.
disk).
Secara umum untuk penilaian media interaktif ini menarik, dan bermanfaat untuk peserta didik untuk mendapat
D. Uji Coba Lapangan Awal Berikut
ini
merupakan
penilaian
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
responden terhadap Media Interaktif tentang
Berdasarkan skor total uji coba lapangan
Kesehatan Reproduksi Remaja berdasarkan
awal
data di atas:
reproduksi,
1. Penilaian untuk tampilan warna media
mendapat presentase 68,75% dan termasuk dalam
interaktif
presentase
tentang media
kesehatan
interaktif
ini
kategori cukup baik. Tingkat kelayakan dan
(cukup baik) dan untuk varasi warna
keefektifan yang berada di kategori cukup baik,
media interaktif 56,25% (cukup baik).
media interaktif ini layak digunakan.
terhadap
presentase
interaktif
75%
2. Penilaian
mendapat
media
jenis
huruf
yang
digunakan yaitu 87,5% (baik) dan untuk ukuran huruf sebesar 81,25% (baik). 3. Penilaian untuk musik latar 62,5% (cukup baik) dan untuk video memperoleh 75% (cukup baik).
E. Uji Coba Lapangan Utama Berikut ini merupakan penilaian responden terhadap Media Interaktif tentang Kesehatan Reproduksi Remaja berdasarkan data di atas: 1. Penilaian untuk tampilan warna media interaktif
4. Penilaian untuk gambar dan animasi
mendapat presentase 70% (cukup baik) dan
mendapat presentase 56,25% (cukup baik),
untuk varasi warna media interaktif 72,5%
bentuk tombol navigator 68,75% (cukup
(cukup baik).
Pengembangan Media Interaktif… (Fitri Nopita Sari) 11
2. Penilaian terhadap jenis huruf yang digunakan
Kesehatan Reproduksi Remaja berdasarkan data
yaitu 70% (cukup baik) dan untuk ukuran huruf
di atas:
sebesar 60% (cukup baik).
1. Penilaian untuk tampilan warna media
3. Penilaian untuk musik latar 77,5% (baik) dan untuk video memperoleh 75% (cukup baik). 4. Penilaian untuk gambar dan animasi mendapat presentase 80% (baik), bentuk tombol navigator
interaktif mendapat presentase 83,3% (baik) dan untuk varasi warna media interaktif 80% (baik). 2. Penilaian
terhadap
jenis
huruf
yang
75% (cukup baik), dan konsistensi tombol
digunakan yaitu 84,7% (baik) dan untuk
navigator 72,5% (cukup baik).
ukuran huruf sebesar 86,8% (baik).
5. Penilaian untuk kemudahan penggunaan media interaktif 82,5% (baik), kemudahan untuk keluar dari media 87,5% (baik) dan untuk
3. Penilaian untuk musik latar 76,4% (baik) dan untuk video memperoleh 90% (baik). 4. Penilaian
untuk
gambar
dan
animasi
kemudahan dalam memilih materi 72,5%
mendapat presentase 81,9% (baik), bentuk
(cukup baik).
tombol
6. Penilaian
terhadap
penggunaan
bahasa
mendapat presentase 75% (cukup baik).
navigator
81,9%
(baik),
dan
konsistensi tombol navigator 84% (baik). 5. Penilaian untuk kemudahan penggunaan
7. Penilaian pada isi materi terhadap motivasi
media interaktif 84,7% (baik), kemudahan
peserta didik mendapat presentase 95% (baik).
untuk keluar dari media 84% (baik) dan
8. Selain data kuantitatif, peserta didik juga
untuk kemudahan dalam memilih materi
memberikan penilaian berupa catatan atau komentar tentang mendia interaktif ini. Secara umum
untuk
penilaian
media
interaktif
membantu peserta didik untuk lebih memahami materi tentang kesehatan reproduksi.
media
penggunaan
bahasa
mendapat presentase 86,8% (baik). 7. Penilaian pada isi materi terhadap motivasi
(baik). 8. Selain data kuantitatif, peserta didik juga
mendapat
memberikan penilaian berupa catatan atau
presentase 75% dan termasuk dalam kategori
komentar tentang mendia interaktif ini.
cukup baik. Tingkat kelayakan dan keefektifan
Secara
yang berada di kategori cukup baik, media
interaktif membantu peserta didik untuk
interaktif ini layak digunakan.
lebih memahami materi tentang kesehatan
media
tentang
terhadap
kesehatan
reproduksi,
interaktif
6. Penilaian
peserta didik mendapat presentase 93,8%
Berdasarkan skor total uji coba lapangan utama
82,6% (baik).
interaktif
ini
umum
untuk
penilaian
media
reproduksi. Berdasarkan skor total uji coba lapangan
F. Uji Coba Lapangan Operasional Berikut
ini
merupakan
penilaian
operasional media interaktif tentang kesehatan
responden terhadap Media Interaktif tentang
reproduksi, penilaian dari 36 responden terhadap
media
interaktif
ini
mendapat
12 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-4 2015
presentase 84,5% dan termasuk dalam kategori
Diharapkan peserta didik dapat memiliki
baik. Tingkat kelayakan dan keefektifan yang
sikap, perilaku sehat, dan bertanggung jawab
berada di kategori cukup baik, media interaktif
kaitannya
dengan
masalah
ini layak digunakan.
reproduksi
melalui
pemanfaatan
kehidupan media
interaktif ini. Upaya tersebut dapat tercapai KESIMPULAN DAN SARAN
oleh peserta didik dengan mengetahui dan
Kesimpulan
memahami
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab IV maka dapat ditarik kesimpulan bahwa telah terciptanya suatu produk
materi
tentang
kesehatan
reproduksi remaja yang terdapat dalam media interaktif. 3. Bagi pengembang selanjutnya
berupa media interaktif dengan materi kesehatan
Peneliti telah membuat media interaktif
reproduksi remaja untuk peserta didik kelas VIII
tentang kesehatan reproduksi ini dengan
SMP PGRI Saptosari Gunung Kidul. Hasil dari
maksimal. Namun demikian untuk peneliti
uji validasi oleh ahli materi terhadap media
selanjutnya
interaktif mendapat penilaian dengan persentase
beberapa materi terkait dengan kesehatan
sebesar 65% dan termasuk dalam kategori cukup
reproduksi remaja, di antaranya tentang masa
baik. Penilaian dari ahli media untuk uji validasi
subur wanita, menopause, narkoba, dan
terhadap media interaktif memperoleh presentase
rokok.
sebesar 90% dan termasuk dalam kategori baik.
pengembangan lebih lanjut agar produk
Dan hasil penilaian uji validasi ahli materi oleh
media interaktif tentang kesehatan reproduksi
guru pembimbing, media interaktif tentang
ini dapat lebih baik.
Oleh
diharapkan
karena
itu,
menambahkan
perlu
adanya
kesehatan reproduksi remaja mendapat persentase sebesar 85% dan termasuk dalam kategori baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hasil dari uji lapangan operasional, media
Ajen Dianawati. (2006). Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta : Kawan Pustaka.
interaktif tentang kesehatan reproduksi mendapat
Ali
presentase 84,5% dengan kategori baik.
Imron. (2012). Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Yogyakarta : Ar-ruzz Media.
Saran Azhar Arsyad. (2002). Media Jakarta : Rajawali Press.
1. Bagi guru pembimbing Diharapkan
guru
pembimbing
Pengajaran.
dapat . (2006). Media Pembelajaran. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
meningkatkan pemberian layanan informasi kepada peserta didik dengan menggunakan media interaktif ini sebagai alat bantu agar layanan
informasi
tentang
.
(2011). Media Pembelajaran cetakan ke-15. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
kesehatan
reproduksi remaja dapat berjalan lebih efektif.
BKKBN. (2001). Tanya Jawab Kespro Remaja. Jakarta : Yayasan Mintra Inti.
2. Bagi peserta didik . (2007). Survei Penduduk.
Pengembangan Media Interaktif… (Fitri Nopita Sari) 13
PKBI. (2012). Perilaku Seksual. Diakses dari http://pkbi-diy.info/?page_id=3483 (diunduh tanggal 20 November 2014 pukul 20.00 WIB) Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja edisi V. Jakarta : Erlangga. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.