PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK BERBASIS IT PADA POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DI SMA Syitaul Umaha, Sri Wahyuni, Subiki Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember Email:
[email protected] ABSTRACT Project assessment is an assessment toward the tasks that must be done in a certain period. The purposes of this research are to produce instrumental assessment project based on computer to the topic calor movement in Senor High School, describe the critical thinking ability, and the result of study after being used instrumental assessment project based on computer to the topic calor movement in Senor High School. The type of this research is research and development (R & D) by using 4-D development model. The conclusion of this research is the validity of instrumental assessment project based on computer that is valid. The average of critical thinking ability classically is 74,7% that is good. The average of the result of study classically is N-gain 0,502 and classified into medium gain. Key words: assessment project, critical thinking ability, the result of study.
PENDAHULUAN Fisika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tentang gejala alam dan menerangkan prosedur gejala tersebut terjadi. Fisika merupakan mata pelajaran yang memerlukan pemahaman daripada penghafalan, tetapi diletakkan pada pengertian dan pemahaman konsep yang dititikberatkan pada proses terbentuknya pengetahuan melalui penemuan, penyajian data secara sistematis dan berdasarkan aturan-aturan tertentu. Jadi, pada hakikatnya fisika merupakan kumpulan pengetahuan, cara berpikir, dan penyelidikan. Pada prinsipnya, fisika merupakan ilmu pengetahuan yang banyak memiliki hukum, teori, rumus, dan konsep yang abstrak, oleh karena itu tanpa penguasaan pengetahuan yang baik, maka pengajar fisika tidak akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran fisika tidak hanya dituntut untuk dapat menggunakan model atau metode pembelajaran saja, tetapi guru juga dituntut untuk memberikan penilaian yang baik dan bersifat terbuka kepada siswa. Penilaian tersebut akan memudahkan guru dalam
menentukan tindak lanjut yang tepat, sehingga diperlukan instrumen yang valid dengan disertai kriteria yang sesuai dan jelas untuk menghasilkan penilaian yang akurat mengenai kemampuan siswa. Pada kenyataannya, berdasarkan hasil observasi di lapangan masih banyak digunakan model penilaian yang biasa dilakukan seperti tes obyektif atau tes esai dalam evaluasi pembelajaran fisika. Sedangkan pada hakikatnya penilaian dapat dilakukan dengan banyak cara, seperti pengumpulan kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan penilaian diri. Belum adanya instrumen penilaian yang jelas merupakan alasan utama bagi guru untuk tidak melakukan penilaian selain menggunakan tes obyektif atau tes esai sebagai cara mengevaluasi kemampuan siswa. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru fisika di SMA Negeri 2 Tanggul diperoleh informasi bahwa evaluasi pembelajaran yang dilakukan hanya menggunakan tes obyektif atau tes esai. Sehingga dalam penilaiannya meskipun tes
309
Syitaul, Pengembangan Instrumen Penilaian... 310
obyektif atau tes esai tergolong tes yang mudah dilakukan, namun guru sering mengalami kesulitan baik dalam memberikan skor penilaian terutama pada tes esai dan kesulitan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kritis siswa terhadap materi yang dipelajari. Pemberian tugas berupa penugasan proyek juga belum pernah diberikan. Oleh karena itu, untuk mengetahui kemampuan berpikir siswa dalam menyerap pengetahuan diperlukan penilaian yang sesuai. Jenis penilaian ini adalah penilaian proyek. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data (Moh. Sahlan, 2007: 99). Dengan adanya penilaian proyek, guru dapat mengukur keterampilan menyelidiki secara umum, pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertentu, serta kemampuan mengaplikasi pengetahuan dalam suatu penyelidikan. Dengan demikian, kemampuan siswa dapat diukur dari segi kognitif, afektif, dan psikomotornya. Aplikasi dari penilain proyek dalam pembelajaran fisika akan lebih optimal jika diterapkan dalam bentuk IT (Information Technology). Pemanfaatan IT oleh guru dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran dengan metode proyek akan lebih efektif dan efisien. Menurut Wardiana (dalam Bambang, 2008:135) teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah, memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas. Pokok bahasan yang dipilih dalam pengembangan instrumen penilaian proyek adalah “Perpindahan Kalor”. Pokok bahasan perpindahan kalor merupakan materi wajib yang terdapat dalam kurikulum pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Materi perpindahan kalor diberikan kepada siswa kelas X semester genap. Pengembangan instrumen penilaian fisika pada materi perpindahan kalor dirasa perlu karena akan lebih memudahkan guru dalam mengevaluasi proses pembelajaran siswa dalam pelaksanaan proyek/penugasan.
Produk akhir dari pengembangan instrumen penilaian fisika ini adalah instrumen penilaian proyek yang bisa digunakan secara efektif dan efisien oleh guru dan siswa dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan perpindahan kalor di SMA. Berdasarkan latar belakang di atas adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan instrumen penilaian proyek berbasis IT pada pokok bahasan perpindahan kalor di SMA, mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa setelah digunakan instrumen penilaian proyek berbasis IT dalam pembelajaran pada pokok bahasan perpindahan kalor di SMA. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan instrumen penilaian proyek berbasis IT yang diimplementasikan pada pokok bahasan perpindahan kalor di SMA. Subyek penelitian pengembangan ini adalah siswa kelas X. E SMA Negeri 2 Tanggul. Subyek penelitian ditentukan dengan purposive sampling melalui tahapan analisis siswa pada fase pendefinisian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah validasi logic, observasi, dan tes. Teknik analisis data untuk validasi logic menggunakan hasil ratarata total semua aspek validasi, kemampuan berpikir kritis siswa dihitung dengan mencari persentase skornya, dan hasil belajar siswa dihitung dengan mencari skor N-gain siswa. Desain instrumen penilaian proyek berbasis IT pada pokok bahasan perpindahan kalor menggunakan model pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (Trianto, 2010:189), kemudian dimodifikasi menjadi 3-D yang terdiri atas: tahap pendefinisian, perancangan, dan pengembangan. Pada penelitian ini tahapan penyebaran tidak dilaksanakan karena keterbatasan waktu dan biaya yang dimiliki peneliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Instrumen penilaian proyek yang telah dikembangkan didesain dengan menggunakan aplikasi XAMPP Control Panel Application. Panduan dalam penggunaan instrumen penilaian proyek
311 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 2 No. 3, Desember 2013, hal 309 - 314
telah dikemas dalam bentuk buku panduan. Buku panduan yang dimaksud adalah cara mengoperasikan instrumen penilaian proyek pada pokok bahasan perpindahan kalor yang didesain mulai dari sarana atau perangkat yang dibutuhkan untuk menggunakan master instrumen penilaian proyek sampai panduan tiap-tiap tahap dalam penggunaan instrumen penilaian proyek. Data hasil validasi logic terhadap perangkat berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa perhitungan validasi logic dan data kualitatif berupa saran dan kritik terhadap instrumen penilaian proyek berbasis IT dari tiga validator, yang terdiri dari dua dosen pendidikan fisika FKIP Universitas Jember dan satu guru bidang studi fisika SMA Negeri 2 Tanggul. Data kuantitatif berupa validasi logic dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Validasi Logic Terhadap Instrumen Penilaian Proyek Berbasis IT
Kemampuan berpikir kritis siswa yang diukur dalam uji pengembangan ini adalah dengan melihat nilai akhir dari hasil penugasan proyek siswa dengan menggunakan instrumen penilaian proyek berbasis IT yang meliputi: 1) basic clarification (memberikan penjelasan dasar) yang terdapat pada aspek perencanaan dalam instrumen penilaian proyek berbasis IT; 2) the basic for the decision (menentukan dasar pengambilan keputusan) yang terdapat pada aspek pengumpulan data dan pengolahan data dalam instrumen penilaian proyek berbasis IT; dan inference (menarik kesimpulan) yang terdapat pada aspek pengolahan data dalam instrumen penilaian proyek berbasis IT. Persentase kemampuan berpikir kritis siswa untuk tiap kategori dan classical dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Berdasarkan data kemampuan berpikir kritis siswa di atas dapat dibuat grafik seperti:
Data kualitatif berupa saran, kritik, dan kesimpulan secara umum mengenai instrumen penilaian proyek berbasis IT dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Penilaian secara Kualitatif pada Instrumen Penilaian Proyek Berbasis IT
Gambar 1. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Gambar 1. dapat diketahui kriteria kemampuan berpikir kritis siswa setelah digunakan instrumen penilaian proyek berbasis IT selama uji pengembangan diperoleh bahwa kemampuan berpikir kritis siswa tergolong baik. Hasil belajar siswa yang diukur dalam uji pengembangan ini adalah dengan melihat nilai dari hasil pre-test dan post-test
Syitaul, Pengembangan Instrumen Penilaian... 312
siswa setelah menggunakan instrumen penilaian proyek berbasis IT. Persentase aspek hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Analisis Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil belajar siswa di atas dapat dibuat grafik seperti:
Gambar 2. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Gambar 2. dapat diketahui kriteria hasil belajar siswa setelah digunakan instrumen penilaian proyek berbasis IT selama uji pengembangan diperoleh bahwa hasil belajar siswa tergolong pada gain sedang. PEMBAHASAN Perangkat evaluasi pembelajaran fisika yang dinyatakan berkategori valid merupakan perangkat yang sudah melalui tahap validasi ahli (logic). Hasil penilaian dari validasi logic untuk validasi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan instrumen penilaian proyek berbasis IT tergolong ke dalam kategori instrumen yang valid. Hasil validasi tersebut dapat dikatakan valid dikarenakan nilai validitasnya ada pada rentang 4 dan 5 sehingga dapat dikatakan mampu mengukur apa yang seharusnya diukur dan layak digunakan untuk uji pengembangan di kelas. Data kualitatif menunjukkan bahwa perangkat penilaian proyek berbasis IT sudah tergolong baik, meski harus melalui proses perbaikan lebih lanjut. Hal-hal yang perlu diperbaiki terdapat pada aspek isi Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Aspek isi yang terdapat pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) tergolong ke dalam aspek yang memiliki persentase penilaian terendah dibanding dengan aspek yang lainnya. Hal ini dikarenakan, sebagian besar isi dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) perlu dilakukan perbaikan. Ketika mengungkapkan dalam kegiatan belajar mengajar belum sepenuhnya berdasar pada tujuan dan indikator pembelajaran yang digunakan, sehingga memungkinkan dalam uji pengembangan di kelas nantinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perbaikan dilakukan secara menyeluruh, baik pada Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tahap selanjutnya dalam uji pengembangan adalah validasi empirik. Dalam penelitian ini, validasi empirik digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa setelah menggunakan instrumen penilaian proyek berbasis IT yang telah dikembangkan. Kemampuan berpikir kritis siswa diukur berdasarkan hasil penugasan proyek siswa dengan menggunakan instrumen penilaian proyek berbasis IT yang meliputi basic clarification (memberikan penjelasan dasar), the basic for the decision (menentukan dasar pengambilan keputusan), dan inference (menarik kesimpulan). Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh rata-rata siswa secara keseluruhan (classical) kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 74,7% dan tergolong baik. Hal ini karena pada setiap pertemuan pembelajaran siswa dilatih untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Selain itu, siswa dilatih untuk bisa memecahkan masalah, menetapkan keputusan, dan mengambil keputusan secara logis sehingga disini siswa dituntut untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya. Hasil analisis terhadap peningkatan hasil belajar siswa, melalui pemberian pretest dan post-test diperoleh bahwa persentase pre-test siswa sebesar 57,46% dan persentase post-test siswa sebesar 78,77%. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh rata-rata siswa secara keseluruhan (classical) hasil belajar siswa memiliki N-gain sebesar 0,502 dan tergolong gain sedang. Hal ini karena pada setiap pertemuan pembelajaran siswa dilatih untuk memecahkan konsep materi yang
313 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 2 No. 3, Desember 2013, hal 309 - 314
dipelajari sehingga disini siswa dituntut untuk meningkatkan hasil belajarnya. Uji pengembangan terhadap instrumen penilaian proyek berbasis IT juga berdampak pada psikomotor dan afektif siswa. Psikomotor siswa bisa diamati saat siswa melakukan presentasi terhadap hasil penugasan proyek masing-masing kelompok. Masing-masing kelompok mendemonstrasikan tahap-tahap penyelidikan dalam tugas proyek yang telah dilakukan. Hasil analisis skor kemampuan psikomotor siswa secara classical sebesar 77,36. Afektif siswa bisa diamati saat proses pembelajaran berlangsung yang meliputi perilaku berkarakter dan keterampilan sosial siswa. Hasil analisis skor afektif siswa secara classical untuk skor perilaku berkarakter siswa sebesar 76,41 dan untuk skor keterampilan sosial siswa sebesar 74,74.. Uji pengembangan yang telah dilakukan di SMAN 2 Tanggul secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa penggunaan instrumen penilaian proyek berbasis IT sebagai alat evaluasi dapat terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa setelah menggunakan instrumen penilaian proyek berbasis IT yang keduanya berada pada tingkat baik dan memiliki gain sedang. Tingkatan ini dapat dipengaruhi oleh faktor input yang dimiliki sekolah tersebut. Dalam hal ini kemampuan siswa sangat menentukan dalam keberhasilan uji pengembangan tersebut sehingga dengan instrumen penilaian proyek ini dapat diketahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki siswa, yaitu tentang kemampuan berpikir kritis siswa. Uji pengembangan dilakukan dengan tiga kali pertemuan. Satu tatap muka untuk pemberian materi secara umum dan dua tatap muka untuk pelaksanaan diskusi dan presentasi tugas proyek. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model kooperatif tipe GI (Group Investigation) dengan memberikan tugas berupa penugasan proyek. Penugasan proyek yang diberikan ke siswa dikemas dalam bentuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sehingga siswa setelah mendapat penjelasan materi yang disampaikan secara umum kemudian diminta untuk mengerjakan
LKS yang sudah didesain untuk penugasan proyek. Dalam uji pengembangan harus benar-benar memilih strategi pembelajaran dengan tepat karena instrumen penilaian proyek tidak bisa dilakukan di semua model pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah strategi pembelajaran proyek. Penelitian pengembangan instrumen penilaian proyek berbasis IT yang dikembangkan digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Adapun instrumen penilaian proyek yang dikembangkan berbasis IT (Information Technology). Pemanfaatan IT oleh guru dalam mengevaluasi kemampuan siswa dapat lebih efektif dan efisien. Instrumen penilaian proyek berbasis IT ini digunakan dalam pemberian nilai penugasan proyek pada pokok bahasan perpindahan kalor di SMA dan digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Kendala yang ada saat uji pengembangan adalah pada saat pertemuan pertama pembelajaran dirasa kurang maksimal karena pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran siswa belum terbiasa dengan penugasan proyek. Solusi dari permasalahan tersebut adalah pembelajaran dilakukan dengan pengenalan dan pemberian bimbingan dalam melaksanakan penugasan proyek. Sekaligus menjelaskan bagaimana cara melaksanakan penyelidikan yang benar kepada siswa. Dengan demikian, siswa dapat mengenal dan paham terlebih dahulu tentang tugas proyek yang akan dilakukan. Selain itu, solusi lain dari permasalahan tersebut adalah dengan membagi siswa dalam kelompok heterogen dengan anggota homogen (satu kelompok terdiri dari 5-6 orang). Semua kelompok mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang diberikan sehingga dapat lebih mudah mengamati siswa-siswa dari kelompok mana yang masih belum paham. Selain itu, kendala yang ada saat uji pengembangan yang lain adalah adanya pengurangan waktu jam pelajaran secara tiba-tiba sehingga siswa dalam mempresentasikan hasil penugasan proyeknya kurang maksimal. Solusinya adalah dengan mengambil jam di luar jam pelajaran atas dasar persetujuan terlebih dahulu dengan guru fisika dan siswa.
Syitaul, Pengembangan Instrumen Penilaian... 314
KESIMPULAN Berdasarkan data yang diperoleh pada tahap pengembangan, analisis perhitungan, serta pembahasan pada bab sebelumnya, maka hal-hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut. a. Validitas dari instrumen penilaian proyek berbasis IT pada pokok bahasan perpindahan kalor adalah valid. Hal ini dikarenakan instrumen penilaian proyek yang dikembangkan sudah dilakukan uji validasi sebelum dilakukan uji pengembangan dan nilai validitasnya ada pada rentang 4 dan 5. b. Kemampuan berpikir kritis siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan instrumen penilaian proyek berbasis IT pada pokok bahasan perpindahan kalor adalah tergolong baik. Rata-rata siswa secara keseluruhan (classical) kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 74,7% dan tergolong baik. c. Hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan instrumen penilaian proyek berbasis IT pada pokok bahasan perpindahan kalor adalah memiliki gain sedang. Rata-rata siswa secara keseluruhan (classical) hasil belajar siswa memiliki N-gain sebesar 0,502 dan tergolong gain sedang. DAFTAR PUSTAKA Hake, RR. 1998. Interactive-Engagement versus Traditional Methods: A-SixThousand Student Survey of Mechanics Test Data for Introductuory Physics Courses. American Journal of Physics, 66 (1): p. 64. Hobri.
2010. Metodologi Penelitian Pengembangan. Mangli: Pena Salsabila.
Sahlan, M. 2007. Penilaian Berbasis Kelas. Jember: Jaya Makmur Offset. Sochibin, A., Dwijananti, P., dan Majawoto, P. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terpimpin untuk Peningkatan Pemahaman dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SD. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.p
hp/JPFI/article/view/1017/927. Pebruari 2013)
(10
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Supeno, B. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Permata Equator. Trianto.
2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Prenada Media Group.
Universitas Jember. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember: Penerbitan Universitas Jember.