Pengembangan Bahan Ajar Pendamping Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 Widyasari Dosen PGSD Universitas Djuanda Bogor Jalan Tol Ciawi No. 1 Bogor
[email protected] Indonesia pada tahun 2020-2035 akan memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) usia produktif yang melimpah atau dikenal dengan istilah bonus demografi. Perlu persiapan khusus agar SDM usia produktif tersebut memiliki kompetensi dan keterampilan yang dapat menjadi modal pembangunan bangsa bukan menjadi beban pembangunan. SDM yang unggul dapat diperoleh melalui seperangkat perencanaan pendidikan yang bermutu, salah satunya adalah inovasi Kurikulum 2013. Kegiatan pendampingan merupakan hal yang perlu dilakukan, mengingat hal ini merupakan suatu inovasi pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu pendampingan bertujuan untuk melakukan pemantauan terhadap hasil pelatihan yang telah diikuti oleh tenaga pendidik untuk kemudian dilakukan evaluasi, memberikan arahan langsung pada guru ketika terdapat praktek yang tidak sesuai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar pendampingan diperoleh melalui enam tahapan, yaitu; proses perencanaan, evaluasi sejawat, validasi ahli, Ujicoba perorangan dilakukan dengan 2 orang guru kelas SD, Ujicoba kelompok kecil dengan 8 orang guru kelas SD yang berbeda dengan kelompok ujicoba perorangan, dan Ujicoba lapangan. Setelah melalui tahap disain hingga tahap ujicoba, diperoleh produk akhir berupa bahan ajar sistem pendampingan dalam implementasi Kurikulum 2013 dengan kategori baik. Pendampingan implementasi Kurikulum 2013 mengarah kepada aspek kognitif, afektif, dan psikotorik
Kata Kunci: Bahan Ajar Pendampingan, Pengembangan, Kurikulum 2013
502
PENDAHULUAN Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari dua kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP pada tahun 2006. Kurikulum dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19 dinyatakan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Rasional pengembangan Kurikulum 2013 didasarkan pada munculnya berbagai tantangan yang dihadapi dunia pendidikan saat ini baik secara internal maupun ekternal. Tantangan internal terkait dengan tuntutan pendidikan yang mengacu pada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang terdiri dari standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana dan prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Kedelapan standar ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Tantangan internal lainnya adalah terkait dengan perkembangan jumlah penduduk, dalam Seminar Penyegaran Narasumber Nasional dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013 yang berlangsung di Jakarta Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan menyatakan bahwa pada tahun 2020-2035 Indonesia akan memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) usia produktif yang melimpah (bonus demografi). Hal ini tentu saja perlu persiapan khusus agar SDM usia produktif tersebut memiliki kompetensi dan keterampilan yang dapat menjadi modal pembangunan bangsa. Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan saat ini diantaranya adalah tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa mendatang, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogik, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka di masyarakat sebagai contoh yaitu maraknya perkelahian antar pelajar, praktek plagiarisme, kecurangan dalam ujian, dan masih banyak lagi. Tantangan baik internal maupun ekternal inilah yang menjadi dasar dalam pengembangan Kurikulum 2013. Selain tantangan dalam pengembangan Kurikulum 2013, juga terdapat faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi Kurikulum 2013. Faktor keberhasilan implementasi Kurikulum terbagi menjadi dua kategori, yaitu pertama faktor penentu (buku sebagai bahan ajar, tenaga pendidik dan kependidikan yang memiliki kompetensi), kedua faktor pendukung (penguatan peran pemerintah dalam pembinaan dan pemantauan, serta penguatan manajemen dan budaya sekolah). Baik faktor penentu maupun faktor pendukung, keduanya saling terkait dan melengkapi agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
503
Fakta yang terjadi saat ini adalah terdapat beberapa hal yang dapat menghambat faktor keberhasilan implementasi Kurikulum, baik dari faktor penentu maupun faktor pendukung. Faktor penentu dilakukan observasi dan evaluasi diri kinerja tenaga pendidik atau guru pada saat mengimplementasikan Kurikulum 2013. Observasi dan evaluasi diri dilakukan pada 6 (enam) orang tenaga pendidik dari 3 (tiga) Sekolah Dasar dengan sebaran yaitu tiga orang guru kelas I dan tiga orang guru kelas IV. Sementara data faktor pendukung diperoleh dari wawancara dengan tenaga pendamping yang bertugas untuk melakukan pembinaan dan pemantauan implementasi Kurikulum 2013. Berdasarkan Hasil observasi dan evaluasi diri disimpulkan beberapa hal, yaitu; tenaga pendidik yang telah mengimplementasikan Kurikulum 2013 belum sepenuhnya memahami esensi perubahan Kurikulum 2013 secara utuh sehingga belum terjadi perubahan mindset atau pola pikir mereka, kurangnya pemahaman tentang pendekatan saintifik, tenaga pendidik belum menggunakan metode pembelajaan yang berpusat pada peserta didik, dan rendahnya kemampuan tenaga pendidik dalam melakukan penilaian peserta didik. Sementara berdasarkan hasil wawancara dengan petugas pendamping terkait dengan kemampuan tenaga pendidik dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu; belum terjadi perubahan mindset atau pola pikir tenaga pendidik hal ini nampak dalam
proses pelaksanaan pembelajaran, masih terdapat persepsi yang berbeda-beda dalam menyusun RPP dengan pendekatan saintifik, belum terbiasa menggunakan media dan metode pembelajaran yang bervariasi, serta sebagian tenaga pendidik masih kesulitan dalam melakukan penilaian peserta didik khususnya kompetensi inti yang terkait dengan dimensi sikap (domain afektif). Pendampingan bertujuan untuk melakukan pemantauan terhadap hasil pelatihan yang telah diikuti oleh tenaga pendidik untuk kemudian dilakukan evaluasi, memberikan arahan langsung pada guru ketika terdapat praktek yang tidak sesuai. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Jane E. Briggs (2008) yang mengatakan bahwa jika selama tahun pertama tenaga pendidik dipasangkan dengan mentor yang telah mengajarkan konten yang sama atau mirip dengan apa yang mereka ajarkan, kegiatan pendampingan (mentoring) akan menjadi lebih efektif. Akan tetapi kegiatan pendampingan Kurikulum 2013 dinilai masih belum efektif, berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa kegiatan pendampingan tidak dilakukan secara maksimal, petugas pendampingan sebagian besar adalah tenaga pendidik yang memiliki tugas utama yang sama dengan tenaga pendidik yang didampinginya, keterbatasan waktu petugas pendampingan, kegiatan pendampingan hanya sebatas mengamati tidak memberikan praktek perbaikan secara langsung, kegiatan pendampingan tidak diikuti
504
dengan tindak lanjut baik berupa penguatan perubahan pola pikir maupun praktek langsung. Oleh karena itu perlu dibuat bahan ajar pendamping bagi guru dalam implementasi kurikulum 2013.
TINJAUAN PUSTAKA A. Desain Sistem Pembelajaran Menurut undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1), pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan (tenaga) pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dimyati dan Mudjiono (1999) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Merujuk beberapa pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi yang dirancang secara terprogram dalam suatu desain pembelajaran dengan memaksimalkan fungsi komponen yang ada sesuai dengan karakteristik masing-masing komponen. Desain merupakan sebuah istilah yang diambil dari kata design (Bahasa Inggris) yang berarti perencanaan atau rancangan, ada juga yang mengartikan desain dengan “persiapan”. Menurut Reigeluth (1983) pengertian desain diibaratkan sebagai “cetak biru atau blue print yang dirancang oleh seorang arsitek”. Istilah desain mempunyai makna adanya suatu keseluruhan, struktur, kerangka atau
outline, dan urutan atau sistematika kegiatan (Gagnon dan Collay dalam Benny A. Pribadi., 2011). Desain merupakan proses untuk menentukan kondisi belajar, tujuannya adalah untuk menciptakan strategi dan produk baik pada tingkat makro maupun mikro. Pada tingkat makro dapat berupa program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro seperti pembelajaran dan modul (Barbara B. Seels dan Rita C. Richey., 1994). Desain instruksional atau desain pembelajaran menurut M. Atwi Suparman (2012) adalah suatu proses sistematis, efektif, dan efisien dalam menciptakan sistem instruksional untuk memcahkan masalah belajar atau peningkatan kinerja peserta didik melalui serangkaian kegiatan pengidentifikasian masalah, pengembangan, dan pengevaluasian. Mendesain pembelajaran bukanlah sutu pekerjaan yang dilakukan secara tiba-tiba, bukan suatu perencanaan tanpa prosedur sistematis, melainkan harus merujuk pada model-model desain yang memilki karakteristik yang jelas. (Yaumi, 2012: 10-11). Desain sistem pembelajaran dalam penelitian ini adalah prosedur yang dirancang secara sistemik dan sistematis dalam mengembangan program pendidikan dan pelatihan bagi tenaga pendidik secara efektif, efisien, dan menarik bertujuan untuk meningkatkan kinerjanya secara optimal. Secara garis besar setiap model desain sistem pembelajaran terbagi dalam 3 tahap, yaitu; tahap definisi, tahap analisis dan pengembangan sistem, serta tahap evaluasi. Setiap tahap terdiri dari
505
beberapa langkah (M. Atwi Suparman., 2008). Lebih lanjut dijelaskan perbedaan antara model disain pembelajaran yang satu dengan yang lainnya terletak pada empat faktor, yaitu; 1) tingkat penggunaannya seperti tingkat institusi dan tingkat mata pelajaran, 2) penggunaan istilah dalam setiap tahap dan langkah, 3) jumlah langkah dalam setiap tahap, dan 4) lengkap tidaknya konsep dan prinsip yang digunakan. Bahan ajar pendampingan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013, dibatasi pada tugas utama guru dalam pembelajaran mencakup; Kegiatan Pendahuluan, Inti, dan Penutup. Instrumen diadopsi dari Instrumen Penilaian Kinerja Guru dalam Aktivitas Pembelajaran Muhammad Yaumi, 2011. Komponen tugas utama guru inilah yang selanjutkan akan dikembangkan ke dalam materi bahan ajar pendampingan untuk meningkatkan kompetensi guru khususnya guru kelas di SD dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah tersusunnya bahan ajar pendampingan guru dalam implementasi Kurikulum 2013. Sementara manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain adalah, tersedianya bahan ajar pendampingan yang dapat membantu guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Karakteristik bahan ajar pendampingan yang luwes dalam membantu guru untuk belajar
secara mandiri maupun berkelompok, baik pada saat pelatihan maupun setelah mengikuti kegiatan pelatihan. Keluwesan yang dimaksud adalah bahan ajar ini dapat digunakan guru kapanpun, dimanapun, dan oleh siapapun pada saat sekolah telah mengimplemntasikan Kurikulum 2013. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D) yang bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar pendamping guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Metode penelitian ini dipandang sebagai upaya untuk menemukan pengetahuan baru dan pengembangan adalah menerjemahkan pengetahuan itu ke dalam bentuk-bentuk yang berguna (Rita C. Richey et.al., 2009). Proses penelitian dan pengembangan terdiri dari sepuluh langkah, yaitu: 1) penelitian dan pengumpulan data; 2) perencanaan; 3) mengembangkan bentuk produk awal; 4) pengujian lapangan pendahuluan; 5) revisi produk utama; 6) uji lapangan utama; 7) revisi produk operasional; 8) uji lapangan operasional; 9) revisi produk akhir; dan 10) penyebaran dan implementasi (W.R. Borg dan Gall, M.D., 1983). Untuk memudahkan prosedur pelaksanaan penelitian, kesepuluh langkah dalam siklus Borg dan Gall ini diklasifikasikan menjadi 2 (dua) langkah yaitu, 1) penelitian pendahuluan dan 2) pengembangan model, yang terdiri dari 4 tahap yaitu; desain, evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan desiminasi.
506
Model pengembangan bahan ajar dalam penelitian ini mengacu pada model Dick dan Carey yang telah dimodifikasi dengan model Atwi Suparman. Desain atau rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar. Penelitian dilakukan di Kelompok Kerja Guru (KKG) Kota Bekasi Jawa Barat. Kelompok Kerja Guru atau KKG adalah wadah kegiatan profesional bagi guru SD/MI/SDLB di tingkat kecamatan yang terdiri dari sejumlah guru dari sejumlah sekolah. Kegiatan dalam KKG dilaksanakan atas dasar kebutuhan guru untuk peningkatan kompetensi. Pada saat menyusun program kegiatan KKG, didahului dengan evaluasi diri terhadap kualifikasi dan kompetensi diri masing-masing guru dengan menggunakan instrumen evaluasi diri guru. Instrumen evaluasi diri yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang Pengetahuan Konsep Kurikulum 2013 dan Implementasinya (Materi Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013). Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh anggota KKG yang terdiri dari 10 (sepuluh) orang guru kelas yang telah mengimplementasikan Kurikulum 2013 di sekolah masingmasing. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui wawancara, observasi, kuisioner, dan dokumentasi. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data oleh peneliti, biasanya dilakukan pada saat penelitian pendahuluan atau studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang
sebenarnya terjadi sebagai dasar dalam melakukan penelitian. Selain itu teknik wawancara juga dapat membantu peneliti memperoleh informasi yang lebih mendalam dan dengan jumlah responden penelitian yang lebih sedikit atau kecil. Teknik wawancara dalam penelitian dilakukan untuk memperoleh data awal tentang implementasi Kurikulum 2013 di sekolah baik dari kepala sekolah maupun guru. Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh data yang sebenarnya dari berbagai faktor baik penunjang maupun faktor penghambat implementasi Kurikulum 2013. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui wawancara, observasi, kuisioner, dan dokumentasi. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data oleh peneliti, biasanya dilakukan pada saat penelitian pendahuluan atau studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang sebenarnya terjadi sebagai dasar dalam melakukan penelitian. Selain itu teknik wawancara juga dapat membantu peneliti memperoleh informasi yang lebih mendalam dan dengan jumlah responden penelitian yang lebih sedikit atau kecil. Teknik wawancara dalam penelitian dilakukan untuk memperoleh data awal tentang implementasi Kurikulum 2013 di sekolah baik dari kepala sekolah maupun guru. Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh data yang sebenarnya dari berbagai faktor baik penunjang maupun faktor penghambat implementasi Kurikulum 2013.
507
Penelitian Pendahulu an Desain
Pengembangan Model
Evaluasi Formatif Evaluasi Sumatif & Desiminasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja yang tersusun,
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono: 2011). Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang kinerja guru di kelas selama mengimplemntasikan Kurikulum 2013. Selain observasi terhadap guru, kegiatan observasi juga dilakukan pada aktivitas siswa di kelas
508
selama proses pembelajaran berlangsung. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dari responden penelitian dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab sesuai dengan kebutuhan penelitian. Kelebihan dari kuisioner ini adalah dapat menjangkau jumlah responden yang cukup besar bila dibandingkan dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara atau observasi. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk menjaring data tentang evaluasi bahan ajar pendampingan yang diperoleh dari beberapa pakar atau ahli dan responden lainnya. Selain itu kuisioner berupa instrumen evaluasi diri digunakan untuk memperoleh data tentang kendala apa saja yang dihadapi guru selama mengimplementasikan Kurikulum 2013. Instrumen evaluasi diri dirancang bagi guru agar data yang disampaikan adalah data yang sebenarnya terjadi, sehingga peneliti dapat mengidentifikasikan kebutuhan pendampingan implementasi Kurikulum 2013 secara tepat. Data penelitian diperoleh melalui dokumentasi adalah RPP yang dibuat oleh guru serta foto kegiatan yang diambil sebelum, saat penelitiaan berlangsung, hingga penelitian berakhir. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu kualitatif dan kuantitatif. Proses analisis data menggunakan pendekatan kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh, yaitu hasil wawancara, observasi, evaluasi diri dan dokumentasi. Pendekatan kualitatif terdiri dari: 1) reduksi data, 2) sajian data, dan 3) penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Reduksi data dan sajian data merupakan komponen analisis data yang dilakukan pada saat pengumpulan data. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menguji efektivitas model desain sistem pembelajaran berbasis kinerja guru. HASIL DAN PEMBAHASAN Secara garis besar penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua) langkah yaitu, 1) penelitian pendahuluan dan 2) pengembangan model, yang terdiri dari 4 tahap yaitu; desain, evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan desiminasi. A. Penelitian Pedahuluan Observasi yang dilakukan bertujuan untuk merekam atau melihat kegiatan pendampingan yang terjadi secara apa adanya dan kegiatan pendampingan yang telah direncanakan sebelumnya. Peneliti mengikuti kegiatan pendampingan selama 6 kali pertemuan sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh ketua gugus. Pada awal pertemuan dilakukan sosialisasi kegiatan pendampingan dan tujuan yang akan dicapai setelah selesai mengikuti kegiatan pendampingan. Sosialisasi pendampingan dihadiri oleh pengawas gugus, ketua gugus, kepala sekolah, instruktur nasional kurikulum 2013, serta perwakilan guru-guru dari setiap sekolah yang berada di wilayah gugus III. Berdasarkan hasil observasi diperoleh beberapa temuan penelitian diantaranya adalah; Guru perlu diberikan motivasi secara terusmenerus dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Jadwal materi pendampingan yang telah disusun kemudian disesuaikan kebutuhan guru pada saat pendampingan agar menjadi lebih efektif. Kendala yang terjadi pada saat pendampingan diantaranya adalah
509
belum terbentuknya komitmen yang baik oleh guru maupun kepala sekolah dalam kegiatan pendampingan ini. Hal ini nampak pada ketidakhadiran beberapa kepala sekolah pada setiap kegiatan pendampingan. Begitu juga halnya dengan guru, hal ini terlihat dari guru yang mewakili sekolah dalam pendampingan selalu berbeda. Jika hal ini berlangsung terus maka kegiatan pendampingan menjadi tidak utuh dipahami oleh guru dan kepala sekolah. Dengan kondisi seperti ini maka dibuat kesepakatan untuk memilih guru model yang mewakili sekolahnya secara terusmenerus dalam kegiatan pendampingan dan dibuatkan SK agar memudahkan perijinan guru model dalam mengikuti setiap kegiatan pendampingan. Adanya format rapot mid semester yang berbeda antara gugus dengan format yang dibuat oleh sekolah hal ini terjadi karena sekolah kesulitan dalam mengisi nilai dengan menggunakan tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Untuk keperluan melengkapi data, peneliti juga melakukan wawancara kepada ketua gugus dan instruktur nasional terkait efektivitas pelaksanaan kegiatan pendampingan. Berdasarkan hasil wawancara, baik ketua gugus maupun instruktur nasional menyarankan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru pada kegiatan pendampingan maka perlu strategi penyampaian yang tepat. Metode ceramah dianggap tidak efektif dan monoton. Sebaiknya metode pembelajaran dilakukan secara praktek dan studi kasus yang terjadi di sekolah pada saat mengimplementasikan kurikulum ini, karena pada dasarnya karakteristik guru yang mengikuti kegiatan pendampingan adalah guru
yang telah mengikuti pelatihan. Sehingga secara teori mereka sudah memperoleh materi pelatihan kurikulum 2013, hanya saja kemungkinan besar permasalahan atau kesenjangan (gap) akan muncul ketika mereka sudah berada di kelas. Pelaksanaan kegiatan pendampingan akan efektif jika dapat memperkecil kesenjangan atau gap tersebut. Selain observasi dan wawancara, peneliti juga menyebarkan angket evaluasi diri kepada guru yang telah mengikuti kegiatan pendampingan. Instrumen evaluasi diri ini terdiri dari enam komponen yang dapat memberikan gambaran tentang tingkat Pengetahuan Konsep Kurikulum 2013 dan Implementasinya. Instrumen ini juga dapat menjadi refleksi bagi guru mengenai komponen apa saja yang masih lemah dan perlu ditingkatkan. Evaluasi diri atau refleksi implementasi Kurikulum 2013 dilakukan untuk memperoleh informasi apakah guru yang telah mengikuti pelatihan telah memahami dengan baik. Meskipun belum semua sekolah menggunakan Kurikulum 2013, akan tetapi pemerintah secara berkala melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada guru-guru serta kepala sekolah. Data hasil penyebaran angket evaluasi Kurikulum 2013 diperoleh informasi bahwa beberapa guru telah memahami Kurikulum 2013 dan mereka memberikan penjelasan mengenai perubahan mindset dari Kurikulum 2006 menjadi Kurikukum 2013. Karakteristik guru yang menjadi responden penelitian ini adalah guru SD yang telah mengikuti pelatihan implementasi Kurikulum 2013. Walaupun demikian, sebagian mereka hanya memahami bagaimana proses
510
implementasi Kurikulum 2013 ini secara garis besar saja, sementara regulasi atau peraturan perundanganundangan yang melatarbelakangi hadirnya Kurikulum ini tidak dipahami dengan baik oleh para guru. Berdasarkan analisis data hasil pengisian angket evaluasi diri, menyimpulkan bahwa masih terdapat beberapa komponen di mana guru perlu bimbingan. Komponen yang dimaksud adalah Buku Teks dan Buku Pegangan Guru, Penguatan Proses Pembelajaran, dan Penilaian Proses dan Hasil Belajar. Hasil penyebaran angket ini digunakan sebagai acuan dalam menyusun perencanaan kegiatan pendampingan. Pemahaman guru tehadap konsep kurikulum berada pada kategori baik yaitu sebanyak 32 (67%) responden. Kategori evaluasi tentang pemahaman terhadap buku teks dan buku pegangan guru dipandang cukup baik oleh 28 (58%) responden, sedangkan untuk penguatan proses, nilai yang paling tinggi berada pada kategori baik yang dipilih oleh 19 (40%) responden. Untuk aspek penilaian proses dan hasil penilaian yang paling tinggi berada pada kategori baik yang dipilih oleh 28 (58%) responden. Pada Aspek penyusunan RPP, nilai tertinggi dipilih oleh 24 (50%) responden. Adapun aspek simulasi berada pada tingkat cukup baik yang dipilih oleh 22 (45%) responden. Jika diberikan nilai ratarata dari setiap aspek yaitu 25 (52,1%) responden berada pada kategori baik, yang artinya bahwa pandangan guru tentang Kurikulum 13 berada pada kategori baik. Akan tetapi bila dibandingkan dengan pencapaian hasil belajar dengan rentang nilai 0 sampai 100, nilai rata-rata evaluasi diri guru yang diperoleh dari setiap aspek sebesar 52,1% ini termasuk dalam
kategori kurang berhasil. Oleh karena itu kegiatan pendampingan menjadi suatu yang penting dilakukan agar guru dapat meningkatkan kompetensinya dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. B. Pengembangan Model 1. Hasil Analisis Kebutuhan Sebelum membahas lebih jauh tentang pengembangan model desain sistem pembelajaran, terlebih dahulu peneliti melakukan analisis kebutuhan. Hasil analisis kebutuhan dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan data evaluasi diri guru tentang Kurikulum 2013 dimana nilai rata-rata yang diperoleh dari seluruh aspek adalah 52,1% atau 25 responden masuk kategori baik. Jika merujuk pada semua aspek evaluasi diri, guru belum mencapai nilai yang memuaskan yaitu masih dibawah 75% (Jurnal Lentera Pendidikan Vol. 17 No. 2 Desember 2014). Selain evaluasi diri guru terkait dengan implementasi Kurikulum 2013, data pendukung analisis kebutuhan pengembangan model lainnya adalah dengan melakukan penyebaran angket kinerja guru yang dilakukan di lokasi yang sama yaitu KKG Gugus III Jatiasih Bekasi. Berdasarkan hasil analisis angket kinerja yang disebar pada 51 responden (guru) di KKG Jatiasih menunjukkan bahwa secara umum tingkat pemahaman, sikap, dan cara bertindak guru baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembelajaran pada Kurikulum 2013 masuk dalam kategori sesuai. Analisis per aspek penilaian kinerja guru yaitu; aspek perencanaan pembelajaran sebanyak 65% atau 33 responden hasilnya adalah sesuai,
511
pelaksanaan pembelajaran terdapat 42% atau sebanyak 21 responden yang sesaui, dan penilaian pembelajaran dalam Kurikulum 2013 hanya terdapat 34% atau 17 responden dari total 51 responden masuk kategori baik selebihnya atau 34 responden masih dinilai kurang. Hal ini dapat dipahami karena terjadi perubahan proses pelaksanaan serta proses penilaian yang cukup signifikan dalam Kurikulum 2013. Sementara guru belum terbiasa menggunakan variasi metode dalam proses pembelajaran maupun proses penilaian yang meliputi kognitif, afektif, maupun psikomotorik secara bersamaan. Berdasarkan analisis hasil evaluasi diri guru dan analisis hasil kinerja guru pada saat mengimplementasikan Kurikulum 2013, maka perlu adanya bahan ajar pendampingan implementasi Kurikulum 2013 yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru. Mengingat salah satu tujuan penelitian ini adalah memberikan penguatan kepada guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013, maka materi pendampingan akan dititikberatkan pada pelaksanaan tugas utama guru, yaitu penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan, dan keterampilan yang keseluruhannya tidak lain adalah indikator kinerja seorang guru. Hasil Analisis Keunggulan Model Bahan Pendampingan a. Tahap Desain Bahan Ajar Bahan ajar yang didesain dalam penelitian ini menggunakan model Dick dan Carey dengan penyempurnaan menggunakan model M. Atwi Suparman. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa kedua model ini sesuai dengan model pengembangan yang berorientasi sistem. Penyempurnaan dilakukan khususnya pada aspek metode pembelajaran, dimana memungkinkan terjadinya proses pembelajaran secara tatap muka. Berikut ini merupakan langkahlangkah utama dari model desain sistem pembelajaran Dick dan Carey yaitu: 1) mengidentifikasi tujuan instruksional, 2) melakukan analisis instruksional, 3) menganalisis karakteristik peserta didik dan konteks, 4) merumuskan tujuan instruksional khusus (dalam Kurikulum 2013 tujuan instruksional khusus menggunakan istilah Kompetensi Inti atau disingkat KI, sementara tujuan instruksional khusus menggunakan istilah kompetensi dasar atau disingkat KD), 5) mengembangkan instrumen penilaian, 6) mengembangkan strategi instruksional, 7) mengembangkan dan memilih bahan instruksional yang sesuai, 8) merancang dan melakukan evaluasi formatif, 9) melakukan revisi pembelajaran, dan 10) merancang dan melakukan evaluasi sumatif. 1) Mengidentifikasi tujuan instruksional Langkah pertama dalam mendisain bahan ajar pendampingan adalah mengidentifikasi tujuan instruksional (instructional goal), yaitu dengan cara menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu dikuasai oleh peserta pelatihan setalah mengikuti kegiatan pendampingan. Identifikasi tujuan pembalajaran dikembangkan dari standar
512
kompetensi dan kompetensi dasar kegiatan pendampingan implementasi Kurkulum 2013. Adapun rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan dalam penelitian ini berdasarkan analisis kebutuhan bahan ajar pendampingan impelementasi Kurikulum 2013 yang terdiri dari tiga aspek, yaitu; perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Berikut adalah penjabaran masing-masing Tujuan Instruksional. Tujuan Instruksional Umum atau Kompetensi Inti (KI) Kompetensi inti yang ingin dicapai adalah peserta pelatihan dalam hal ini guru SD mampu mengimplementasikan Kurikulum 2013 di sekolah dengan baik. Tujuan Instruksional Khusus atau Kompetensi Dasar (KD) Kompetensi dasar yang perlu dikuasai oleh peserta pelatihan pendampingan Kurikulum 2013 terbagi menjadi tiga aspek, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Ketiga aspek tersebut jika disusun ke dalam urutan kompetensi dasar yang logis maka secara rinci adalah sebagai berikut: (1) Peserta pelatihan mampu memahami konsep dasar pendampingan, (2) Peserta pelatihan mampu menyusun taksonomi tujuan pembelajaran, (3) Peserta pelatihan mampu melakukan pendekatan pembelajaran, dan (4) Peserta pelatihan mampu menyusun instrumen penilaian dan pengukuran
2) Melakukan analisis instruksional Analisis instruksional merupakan proses penjabaran perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis, dengan tujauan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara lebih rinci. Dengan kata lain perlu melakukan identifikasi terhadap perilaku khusus terlebih dahulu dibandingkan perilaku lain. Analisis instruksional juga merupakan sebuah prosedur yang digunakan untuk menentukan keterampilan dan pengetahuan relevan yang diperlukan oleh peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi atau tujuan pelatihan. 3) Menganalisis karakteristik peserta pelatihan dan konteks Selain melakukan analisis tujuan pembelajaran hal penting yang perlu dilakukan adalah analisis terhadap karakteristik peserta pelatihan yang akan mengikuti kegiatan pendampingan kurikulum di KKG dan konteks pembelajaran. Analisis konteks meliputi kondisi yang terkait dengan tugas utama guru dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang akan dipelajarinya. Analisis karakteristik guru, gaya belajar dan sikap terhadap aktivitas belajar diperlukan dalam menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pelatihan. Mengingat implementasi Kurikulum 2013 dilakukan di sekolah sementara
513
kegiatan pendampingan dilaksanakan di KKG, maka bahan ajar pendampingan sebaiknya didesain lebih fleksibel. Artinya bahan ajar pendampingan selain dapat digunakan dalam kegiatan pendampingan guru di KKG secara klasikal, bahan ajar ini juga sebaiknya dapat digunakan oleh peserta pelatihan atau guru di manapun, kapanpun, baik secara kelompok maupun mandiri. Mengingat karakteristik peserta pelatihan terkait dengan kemampuannya mengimplementasikan Kurikulum 2013 cukup heterogen, maka perlu diatasi melalui dua pendekatan. Pertama, peserta pelatihan menyesuaikam dengan materi pelatihan dan Kedua materi pelatihan yang menyesuaikan peserta pelatihan. Pendekatan pertama dapat dilakukan dengan cara; mengadakan seleksi atau pretest penerimaan peserta pelatihan, tes dan pengelompokan peserta pelatihan, dan telah menguasai pengetahuan atau keterampilan prasyarat. Pendekatan Kedua tidak memerlukan seleksi penerimaan peserta pelatihan. Artinya siapa saja diperbolehkan mengikuti pelatihan atau kegiatan pendampingan ini. Baik mereka yang telah mendapatkan pelatihan, telah mengimplementasikan kurikulum 2013 di sekolah, atau bahkan tidak keduanya. Mengingat bahwa bahan ajar yang dikembangkan ini merupakan bahan ajar pendampingan guru SD dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013, serta adanya himbauan pemerintah yang menyatakan
bahwa guru atau sekolah yang akan menggunakan Kurikulum 2013 harus mengikuti pelatihannya terlebih dahulu selama kurang lebih lima hari berturut-turut. Maka dapat disimpulkan bahwa perilaku atau karakteristik awal peserta pelatihan dalam penelitian ini adalah guru-guru SD yang telah mendapatkan pelatihan dan juga telah mengimplementasikan proses pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum 2013. 4)Merumuskan Tujuan Kompetensi Dasar Merumuskan tujuan kompetensi dasar harus mengandung unsur-unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun tes agar ia dapat mengembangkan tes yang benarbenar dapat diukur perilakunya. Unsur-unsur itu dikenal dengan ABCD yaitu, Audience (peserta pelatihan), Behavior (perilaku yang spesifik yang akan dimunculkan), Condition (Kondisi, abatasan yang dikenakan pada peserta pelatihan atau alat yang dipergunakan saat tes), dan Degree (tingkat keberhasilan peserta pelatihan dalam mencapai perilaku tersebut). Rumusan kompetensi dasar (KD) dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan atau guru kelas SD akan dapat mengimplementasikan Kurikulum 2013 yang meliputi kemampuan memahami konsep dasar pendampingan, menyusun taksonomi tujuan pembelajaran, melakukan pendekatan pembelajaran, serta menyusun instrumen penilaian dan pengukuran paling sedikit 80%
514
benar. 5) Mengembangkan instrumen penilaian Berdasarkan KD yang telah disusun, maka perlu mengembangkan alat penilaian hasil belajar yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilan peserta pelatihan dalam menguasai kompetensi yang terdapat dalam KD. Penilaian peserta pelatihan dilakukan secara menyeluruh melibatkan tiga aspek penilaian, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotik. Pada akhir setiap bab dalam bahan ajar pendampingan ini diberikan latihan dan soal yang harus diselesaikan oleh peserta pelatihan yang bertujuan untuk mengukur pemahamannya. 6) Mengembangkan strategi instruksional Strategi instruksional atau strategi pembelajaran yang bervariasi dan menarik merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh setiap pengembang desain pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan jika pengembang desain pembelajaran memahami karakteristik, gaya belajar, serta sikap peserta pelatihan atau guru SD sebelum pelatihan berlangsung. Secara garis besar strategi instruksional dalam penelitian ini merupakan startegi instruksional berupa aktivitas pelatihan mulai dari awal perencanaan hingga penilaian. Dalam mendisain draf bahan ajar peneliti melakukan beberapa tahapan sebagai berikut;
pertama, melakukan deskripsi bahan ajar dengan mencantumkannya pada bagian awal masing-masing unit pembelajaran sesuai dengan capaian yang ingin diperoleh. Kedua, menetapkan kemampuan prasyarat yaitu kemampuan awal peserta pelatihan sebelum mengikuti kegiatan pelatihan. Dalam hal ini kemampuan awal peserta pelatihan atau kegiatan pendampingan implementasi kurikulum 2013 adalah guru-guru SD yang telah mengikuti 5 (lima) hari pelatihan Kurikulum 2013 atau setara dengan 72 jam yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah atau provinsi. Pelatihan ini merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh guru sebelum menggunakan kurikulum 2013 di sekolah. Ketiga, menyusun petunjuk penggunaan bahan ajar yang dapat memberikan panduan yang jelas tentang hal apa saja yang perlu dilakukan atau dipersiapan sebelum dan setelah menggunakan bahan ajar ini. Keempat, menetapkan capaian pembelajaran yang ingin diperoleh pada setiap bahan ajar. Kelima, menguaraikan materi yang disesuaikan dengan tujuan belajar pada setiap standar kompetensi yang diharapkan dapat dikuasi oleh peserta pelatihan. Keenam, merangkum setiap materi yang telah diuraikan. Tujuannya adalah untuk membantu peserta pelatihan mengingat ide pokok pada setiap uraian materi. Ketujuh, membuat latihan soal yang diletakan pada akhir kegiatan belajar. Soal latihan ini membantu untuk mengetahui tingkat 515
pencapaian peserta pelatihan sesuai dengan indikator capaian pembelajaran yang telah ditetapkan. Kedelapan, membuat kunci jawaban yang ditempatkan pada akhir kegiatan pembelajaran. Sesuai dengan manfaat dari penyusunan bahan ajar pelatihan ini, dimana peserta dapat menggunakannya secara mandiri maupun kelompok, baik pada saat pelatihan berlangsung atau setelah kegiatan pelatihan, maka disediakan kunci jawaban agar peserta pelatihan dapat mengukur tingkat kemampuannya masingmasing. Kesembilan, membuat lembar penilaian atau kriteria penilaian dengan tujuan agar peserta pelatihan dapat mengetahui pembobotan dalam penilaiannya. Kesepuluh, menyusun glosarium yaitu menyusun kata-kata yang tidak biasa digunakan atau katakata asing yang terdapat pada setiap bahan ajar lalu diberikan makna. Hal ini dapat membantu memperoleh informasi baru terkait dengan materi yang dipelajarinya. Kesebelas, menyusun daftar pustaka dengan memperhatikan pemutahiran referensi yang digunakan dalam menyusun materi pembelajaran. Sesuai dengan jadwal penelitian yang telah dirancang, bahwa kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya adalah melakukan evaluasi bahan ajar yang telah disusun. Setelah melalui tahap penelitian pendahuluan dan tahap desain penelitian, maka rencana tahapan berikutnya adalah melakukan evaluasi teman sejawat, selanjutnya dilakukan revisi tahap
pertama. Rangkaian kegiatan ini termasuk pada tahap Evaluasi Formatif atau masuk pada tahap kedua dari kegiatan pengembangan. Serangkaian ujicoba mulai dari ujicoba perorangan (one to one), kelompok kecil (small group), hingga ujicoba lapangan (field test) dilakukan untuk memperoleh bahan ajar yang sesuai dan layak digunakan. Setelah semua ahli telah melakukan validasi sesuai dengan bidangnya masing-masing serta melalui serangkaian ujicoba, maka diperoleh produk akhir berupa bahan ajar pelatihan untuk kegiatan pendampingan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan sebaiknya berdasarkan kebutuhan guru-guru dalam kegiatan pendampingan implementasi kurikulum 2013. Bahan ajar yang telah dikembangkan harus dievaluasi dan diperbaiki secara kontinu. DAFTAR PUSTAKA Borg, W.R. dan Gall, M.D. Educational Research. Lodon: Longman., 1983. Briggs Jane E.., Dissertation: Perceptions of Career and Technical Education Teachers about Teacher Mentoring and Teacher Retention., The Ohio State University., 2008. Dewi Salam Prawiradilaga. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta:
516
Prenada Media Group., 2008. Dick L. Dan Carey L. The Systematic Desain of Instructional. Boston: Allyn and Bacon., 2005 Dick, W. Carey, L. & Carey. The Systematic Design Of Instruction Newyork: Pearson., 2009. Gagne R. M, Wager, Walter W., Golas, Katharine., dan Kelles John M. Principles of Instructional Design. New York: Thomson Learning, Inc., 2005. Pedoman Pelaksanaan PK Guru BPSDMPK dan PMP Kemdikbud., 2011. Pribadi, A. Benny.Model Sistem Desain Pembelajaran Jakarta: Dian rakyat., 2011. Rita C. Richey., Klein, James D., dan Nelson, Wayne A. Develompemetal Research: Studies of Instructional Design and Development., 2009. Smaldino E. Sharon, Russell, J.D, Heinich, R. Dan Molenda, M. Instructional Technology and Media for Learning. New Jersey: Pearson Merril Prentice Hall Inc., 2005. Smith. P.L. & Ragan. T.L. Instructional Design. Upper Saddle River, NJ. Merril Prentice Hall, Inc., 2003. Suparman, Atwi. Desain Instruksional Modern. Panduan Para Pengajar dan Inovator Pendidikan. Jakarta: Erlangga., 2012.
2013. Jakarta: Prenadamedia Group. 2014. Yaumi, Muhammad. Peningkatan Kinerja Guru Melalui Aktivitas Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak, Instrumen Penilaian Kinerja Guru. Disertasi. 2011.
Yaumi, Muhammad. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Disesuaikan dengan Kurikulum
517