KURIKULUM DAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR 1.
Model Pengembangan Kurikulum
A. Model Tyler Model ini dikembangkan dengan prinsip komprehensif yang mementingkan pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan itu sendiri harus diterima oleh pendidik yang lain. Dalam menentukan tujuan harus memperhatikan siswa, keadaan di luar sekolah, dan ilmu itu sendiri. Pengembangan model ini juga memperhatikan segi filsafat pendidikan dan psikologi pembelajaran. Model Tyler menekankan pada: 1.
penghargaan terhadap kepentingan setiap individu sebagai manusia yang tidak memandang ras, suku, atau status sosial ekonomi,
2.
kesempatan pada partisipasi yang luas pada semua tahap kegiatan kelompok sosial dalam masyarakat,
3.
dorongan pada keberagaman daripada bergantung pada satu jenis kepribadian, dan
4.
kepercayaan pada intelegensi sebagai metode pemecahan masalah penting daripada bergantung pada otoritas dari kelompok aristokratik.
Tyler menjelaskan pentingnya gambaran psikologis yang menyatakan bahwa: 1. sebuah pengetahuan psikologi pembelajaran memungkinkan ditemukannya perubahan dalam kehidupan manusia yang dapat diharapkan sebagai hasil dari sebuah proses pembelajaran, 2. sebuah pengetahuan psikologi pembelajaran memungkinkan dibedakan tujuan yang baik, dan 3. psikologi pembelajaran memberi beberapa gagasan sepanjang waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan sebuah tujuan. Model Tyler menggambarkan tiga langkah lebih dalam perencanaan kurikulum, yaitu pemilihan, pengorganisasian, dan pengevaluasian pengalaman belajar. Oleh karena itu, guru harus memberi perhatian pada pengalaman belajar berupa; (1) mengembangkan keterampilan berpikir, (2) membantu dalam pemerolehan informasi, (3) membantu dalam mengembangkan sikap sosial, dan (4) membantu mengembangkan minat.
B. Model Leyton Soto Model ini memperbaiki dari model Tyler. Dalam model ini terdapat tiga hal, yakni elemen dasar, proses dasar, dan konsep fundamental. Leyton Soto mengambarkan bahwa tujuan pengembangan kurikulum harus memperhatikan faktor psikologi. Faktor psikologi dapat diperoleh dari sumber pembelajaran, kehidupan kontemporer, dan subjek didik. Hal ini dimantapkan dengan kajian filsafat yang mendasari ketiga hal tersebut. Model Leyton Soto menggabungkan pada penyempurnaan dan klarifikasi. Artinya, bahwa tujuan diterapkan dalam aktivitas pembelajaran dan ketika proses belajar juga harus memperhatikan pengalaman yang pernah dialami peserta didik. Berdasarkan hal tersebut maka harus benar-benar diperhatikan pemilihan tujuan pembelajaran dan diorganisasikan dengan baik. Bila perlu dilakukan pengevaluasian pada setiap selesai pembelajaran. C. Model Taba Model ini menggunakan pendekatan induktif. Menurut Taba, guru merupakan komponen utama yang mengetahui karakteristik peserta didik, sehingga guru dapat menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh. Taba mengemukakan lima langkah dalam penyempurnaan kurikulum. 1. Guru menghasilkan unit belajar mengajar yang representatif. Hal ini melalui beberapa tahap menganalisis kebutuhan, menentukan tujuan yang akan dicapai, memilih isi secara tepat, menyusun isi secara runtut, memilih pengalaman belajar, menyusun dan menentukan aktivitas yang akan dilakukan dalam pembelajaran, menentukan berbagai hal yang berkaitan dengan evaluasi, serta melihat kembali keseimbangan dan urutannya. 2. Guru melakukan uji coba sebelum diberlakukan untuk seluruh proses pembelajaran 3. Guru melakukan revisi dan bekerja sama dengan guru yang lain 4. Guru mengembangkan kerangka kerja yang baik 5. Guru menghasilkan dan menyampaikan dalam unit-unit baru
D. Model Saylor dan Alexander Model Saylor dan Alexander mengkonseptualisasikan proses perencanaan kurikulum dalam beberapa langkah. Langkah pertama menentukan tujuan kurikulum itu sendiri, menentukan sasaran kurikulum, dan menentukan ranah atau bagian yang akan dipelajari.
Langkah kedua membuat desain atau bentuk kurikulum itu sendiri. Desain ini dibuat oleh kelompok khusus, perencana yang bertanggung jawab kepada sekolah. Langkah ketiga menerapkan kurikulum itu dalam pengajaran. Dalam dokumen kurikulum ini mencakup alternatif cara yang disarankan, yaitu sumber, media, organisasi, keluwesan dan kebebasan yang lebih bagi guru dan siswa. Langkah keempat melakukan evaluasi terhadap pembelajaran kurikulum tersebut. Hal ini dilakukan untuk menentukan kemajuan siswa. Guru yang melakukan evaluasi harus dapat mempertanggungjawabkan hasilnya. Data evaluasi menjadi dasar bagi pengambilan keputusan untuk perencanaan berikutnya. Dari ketiga langkah terakhir terus dilakukan evaluasi dan umpan balik, agar pengembangan kurikulum yang dilakukan menjadi yang terbaik. E. Model Oliva Pengembangan kurikulum menurut Oliva memiliki tiga kriteria, model harus sederhana, model bersifat komprehensif, dan model mengikuti pendekatan sistem. Adapun pengembangan itu meliputi pernyataan filosofi, pernyataan tujuan, pernyataan sasaran, desain perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pertama sekali harus ditentukan dulu spesifikasi kebutuhan siswa pada umumnya dan spesifikasi kebutuhan masyarakat. Dari kedua hal tersebut ditentukan tujuan dan filosofi pendidikan. Pernyataan tujuan dan filosofi pendidikan termasuk memahami tentang spesifikasi kebutuhan dari setiap siswa, spesifikasi kebutuhan dari setiap komunitas, spesifikasi kebutuhan dari setiap subjek. Setelah itu menentukan spesifikasi tujuan kurikulum. Dalam spesifikasi tujuan kurikulum terdidi dari pemilihan strategi, pemilihan preliminasi dari evaluasi teknik, implementasi strategi, akhir seleksi dari teknik evaluasi, evaluasi instruksi, dan evaluasi kurikulum. Mendasarkan pada bagian-bagian sebelumnya, maka
disusun
spesifikasi
objek
kurikulum.
Selanjutnya
pengorganisasian
dan
pengimplentasian kurikulum dan dilanjutkan dengan spesifikasi tujuan instruksional.
2. Pengambangan Materi Ajar Hal-hal yang melatarbelakangi pentingnya guru mengembangkan materi ajar antara lain sebagai berikut. a. Menurut Pusat Perbukuan Nasional, rata-rata hanya 50% buku pelajaran memiliki kualitas yang memenuhi syarat untuk digunakan di sekolah. Buku-buku yang selama ini beredar tercatat hanya setengahnya yang memiliki kualitas. Buku haruslah berisi pengetahuan yang dapat menambah wawasan siswa. Hal ini diharapkan dapat
membantu siswa dalam menghadapi berbagai persoalan hidup, ketika sudah lulus nanti. b. Buku pelajaran masih berisi kumpulan materi yang belum diolah secara berarti. Buku yang beredar bersifat monoton dari waktu ke waktu tanpa ada perubahan. Padahal buku yang baik tentu saja mengandung pengetahuan yang terus berkembang seiring perjalanan waktu. Buku harus berisi jawaban atau setidaknya informasi tentang hidup, baik secara umum maupun khusus. c. Dalam buku yang selama ini beredar, terdapat beberapa faktor yang kurang diperhatikan. Faktor itu dapat membantu kemenarikan, ketertaatan, kemudahan, keberdayaan berpikir, dan kreativitas. Faktor kemenarikan sebuah buku belum dikembangkan
secara
maksimal,
sehingga
buku
terkesan
monoton
dan
membosankan. Demikian juga dengan faktor ketertaatan. Faktor ini dapat terlihat pada buku-buku yang tidak mengikuti aturan, baik dari segi isi maupun format. Faktor lain yang harus lebih dikembangkan adalah kemudahan. Artinya, isi buku haruslah mudah dimengerti dan buku juga mudah untuk didapatkan. Salah satu faktor yang menyebabkan buku sulit untuk dipahami adalah penggunaan bahasa yang kurang baik. Faktor utama sekaligus sebagai tujuan dari sebuah buku adalah membangun kebudayaan berpikir yang lebih baik. Diharapkan setelah membaca buku, pembaca dalam hal ini siswa termotivasi dan terpacu untuk berpikir lebih kritis. Diharapkan dari hal tersebut menyebabkan siswa menjadi kreatif dan inovatif.
3.
Desain Pelajaran Bahasa
Seperti layaknya dalam menyampaikan sesuatu, maka perlu dipersiapkan terlebih dahulu halhal yang akan disampaikan. Hal ini sebagai wujud persiapan yang diharapkan dapat mencapai hasil sesuai target. Terdapat delapan langkah dalam mendisain pelajaran bahasa sebagai berikut. a. Defining The Context Pertama mendefinisikan konteks. Pada langkah ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, pertama orang-orang atau peserta didik yang akan belajar bahasa, misalnya siapa saja dan berapa jumlahnya. Selain itu, juga harus memperhatikan waktu atau kapan disain itu akan disampaikan. Perlu diperhatikan juga latar tempat yang akan digunakan. Faktor yang tidak kalah penting adalah kemampuan yang dimiliki guru. Faktor terakhir adalah proses pembelajaran itu sendiri dan institusi atau lembaganya.
b.
Articulating Beliefs
Langkah kedua yang harus diperhatikan adalah faktor keyakinan atau pemahaman tentang bahasa. Dalam hal ini meliputi pengertian tentang bahasa itu sendiri, bagaimana belajar bahasa, bagaimana mengajarkan bahasa, dan bahasa dalam konteks sosial. c.
Assessing Needs
Langkah ketiga yaitu menilai kebutuhan. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, tujuan analisis, untuk siapa analisis itu dibuat, siapa yang menjadi target, bagaimana mengadministrasikan, bagaimana prosedur untuk menganalisisnya, menilai kebutuhan dengan menggunakan atau memanfaatkan informasi yang telah diperoleh. d.
Formulating Goals and Objectives
Langkah keempat menentukan tujuan dan objek pembelajaran. Perumusan tujuan pembelajaran menurut Richards menyangkut ketersediaan fasilitas, pengajar, latar belakang pendidikan dan kompetensi pengajar, penanggung jawab perubahan implementasi dan pengawasan program, waktu yang tersedia, dan kekurangan-kekurangan program yang ada. Adapun tujuan dari pembelajaran bahasa secara umum adalah mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, serta memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. Sementara tujuan pembelajaran sastra secara umum adalah menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, serta menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia. e.
Designing Syllabuses
Langkah selanjutnya merancang silabus. Dalam bagian ini yang perlu diperhatikan adalah konsep silabus, model kurikulum, jenis silabus, dan perbedaan kurikulum dan silabus. Konsep kurikulum berarti hakikat atau pengertian kurikulum. Saat ini kurikulum yang berlaku adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum ini dikembangkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidakpastian, dan kerumitan-kerumitan dalam kehidupan.
Sedangkan model kurikulum terdiri dari model dualistik, model saling mengunci, model konsentrik, dan model siklus. Jenis silabus terdiri dari silabus gramatikal, silabus leksikal, silabus fungsional, silabus situasional, silabus topical, silabus berbasis kompetensi, silabus keterampilan, silabus tugas, silabus berbasis teks, dan silabus terintegrasi. f.
Developing Materials
Langkah ini menitikberatkan pada pengembangan materi pembelajaran. Materi pembelajaran perlu memperhatikan hakikat materi dengan materi yang sudah dimodifikasi, mengevaluasi buku teks atau buku ajar, mengadaptasi buku teks, dan menulis buku teks. Buku ajar merupakan faktor penting dalam pembelajaran yang efektif, maka buku-buku yang telah ada perlu dikaji dan diperbaiki. Hal ini dimaksudkan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. g.
Determining Methodology
Langkah selanjutnya menentukan metode pembelajaran. Adapun yang perlu diperhatikan dalam menyusun metode, adalah memahami arti penting sebuah pendekatan atau metode, perlu memperhatikan metode pembelajaran bahasa, mengetahui berbagai perkembangan metode sesuai dengan sistuasi dan kondisi, berbagai perkembangan metode pengajaran berdasarkan refleksi guru, serta metode pembelajaran secara efektif. h. Designing an Assessment Plan Langkah terakhir merancang atau menyusun rencana pembelajaran sesuai kebutuhan. Kebutuhan siswa dan kebutuhan lingkungan.
4.
Buku Pelajaran Buku pelajaran merupakan komponen penting dalam keberhasilan pembelajaran. Oleh
karena itu, guru perlu memperhatikan kualitas buku yang digunakan dalam belajar. Berikut ini ciri-ciri buku pelajaran yang baik menurut Jack C. Richards dan Tomlinson. Buku pelajaran merupakan salah satu bagian dari bahan ajar. Buku pelajaran disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis buku pelajaran adalah: •
menimbulkan minat baca,
•
ditulis dan dirancang untuk siswa,
•
menjelaskan tujuan instruksional,
•
disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel,
•
struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai,
•
memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih,
•
mengakomodasi kesulitan siswa,
•
memberikan rangkuman,
•
gaya penulisan komunikatif dan semiformal,
•
kepadatan mendasarkan pada kebutuhan siswa,
•
dikemas untuk proses instruksional,
•
mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari siswa, dan
•
menjelaskan cara mempelajari bahan ajar. Menurut Jack C. Richards dan Tomlinson buku pelajaran juga bisa diartikan sebagai
sarana berkomunikasi. Komunikasi yang dilakukan menggunakan media bahasa. Tentu saja hal ini lebih sulit daripada ketika menggunakan media lisan. Dalam komunikasi lisan, penggunaan bahasa lebih hidup dan lebih variatif. Komunikasi juga lebih hidup. Hal ini berbeda dengan buku pelajaran yang menggunakan media tulis atau bahasa tulis. Menurut Richards dan Tomlinson, buku pelajaran yang baik harus dapat mengkomunikasikan materi yang akan disampaikan kepada siswa. Supaya materi dapat diterima dengan baik, maka buku pelajaran harus menarik. Kemenarikan buku pelajaran dapat ditempuh dari berbagai hal, salah satunya adalah bahasa yang digunakan harus inovatif. Bahasa yang inovatif berarti bahasa yang mengandung kebaruan, sehingga siswa tidak cepat bosan dalam membaca. Selain baru, inovatif bisa diartikan dengan bahasa-bahasa yang segar dan mudah dimengerti.
5.
Materi Pelajaran VS Pembelajaran Efektif Hubungan materi pelajaran dengan pembelajaran yang efektif sangat terkait.
Pembelajaran merupakan aktivitas kompleks yang melibatkan banyak faktor. Faktor-faktor penting dalam pembelajaran adalah lembaga atau sekolah, guru, proses pembelajaran, dan pembelajar. Faktor pembelajar mencakup pemilihan model pembelajaran, pengembangan mutu pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Sedangkan faktor proses pembelajaran meliputi; pertama, pemahaman siswa tentang kegiatan belajar. Pada bagian ini berisi tentang tujuan dan ruang lingkup materi. Kedua, pandangan siswa tentang belajar, baik kelompok maupun
individu. Ketiga, gaya belajar. Keempat, motivasi yang melatarbelakangi siswa dalam belajar. Kelima, dukungan belajar belajar, baik berupa fasilitas maupun balikan. Faktor pemahaman siswa tentang kegiatan belajar salah saunya berupa penguasan terhadap materi pelajaran. Pemilihan materi pelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut ini. •
Potensi peserta didik.
•
Relevansi dengan karkteristik daerah.
•
Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik.
•
Kebermanfaatan bagi peserta didik.
•
Struktur kelimuan.
•
Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran.
•
Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan.
•
Alokasi waktu. Pembelajaran yang efektif merupakan proses belajar mengajar yang antara rencana
pembelajara sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran dan hasilnya memuaskan. Jadi, ada kesesuaian antara rencana dengan kenyataan. Supaya proses belajar mengajar efektif, maka perlu diperhatikan faktor-faktor pendukung proses belajar tersebut. Sehingga tampak jelas bahwa materi pembelajaran yang baik akan menentukan efektivitas pembelajaran itu sendiri. Semakin baik materi pembelajaran yang disampaikan, maka semakin efektif pembelajaran itu.
DAFTAR REFERENSI Dubin, Fraida dan Elite Olshtain. 1992. Course Design, Developing Programs and Materials for Language Learning. USA: Cambridge University Press Isjoni, Ed. 2008. Model-Model Pembelajaran Mutakhir: Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jerome S. Arcaro. 2005. Kurikulum Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Oliva, Peter F. 1992. Developing The Curriculum. Boston. Riant Nugroho. 2008. Pendidikan Indonesia: Harapan, Visi, dan Strategi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sarwiji Suwandi. 2006. Kurikulum dan Pengembangan Materi Ajar. Surakarta: PPs UNS Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia Wina Sanjaya. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: