Pengembangan Bahan Ajar Mendengarkan Berbasis Video Interaktif TUTURAN BERIMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM DIALOG KARIKATUR SURYA PUOOL HARIAN SURYA EDISI JUNI—NOVEMBER 2011 Ainul Ma’ari Syafiyullah S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya Dosen Pembimbing: Drs. Diding W. Rohaedi, M. Hum.
ABSTRAK Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam interaksi manusia. Tanpa bahasa, manusia akan lumpuh dalam berkomunikasi antarindividu maupun kelompok. Karikatur Surya Puoolharian Surya menggunakan bahasa yang unik, terutama bahasa Jawa Suroboyoan (tuturan yang digunakan oleh masyarakat Surabaya).Selain itu, tuturan yang disampaikan antara penutur sering tidak sama dengan apa yang diamaksudkan.Hal inilah yang menimbulkan berbagai spekulasi yang beragam. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif, karena menyajikan data-data berupa kata, kalimat yang dianalisis berdasarkan pada bentuk yang sebenarnya, tanpa melepaskan konteks.Data dalam penelitian ini adalah Karikatur Surya Puoolharian Surya edisi Juni—November 2011.Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi dan teknik catat.Dalam penganalisisan data, penelitian menggunakan metode padan dan menggunakan teknik pilah unsur penentu dengan daya pilah pragmatis. ABSTRACT Language as a communication toll have important role on human interaction. Without language man will be paralyze when communicate with individual or group. “Surya Puool” caricature dialogue on Surya daily newspaper often using unique language especially Surabaya language (conversation that used by Surabaya people). The chosen of Surya daily newspaper since Surya daily newspaper is number one regional newspaper at East Java. Research is qualitative approach with descriptive type. Data in this research is caricature on Surya daily newspaper edition June-November 2011. Data collection in this research done by documentation and record technique. On data analyzing, research applying comparison and using classification technique to certain determinant element with pragmatic classification effort.
Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam interaksi manusia. Tanpa bahasa manusia akan lumpuh dalam berkomunikasi antarindividu maupun kelompok. Kata-kata, frasa-frasa atau kalimat-kalimat yang digunakan dalam berkomunikasi didasarkan atas fungsi-fungsi bahasa. Finocchinario dalam Lubis (1991: 4) membagilima fungsi bahasa (1) fungsi personal adalah kemampuan pembicaraannya; (2) fungsi interpersonal adalah kemampuan kita untuk membina dan menjalin hubungan kerja dan hubungan sosial dengan orang lain; (3) fungsi direktif adalah mengajukan sebuah permintaan, saran, meyakinkan, dan sebagainya; (4) fungsi referensial adalah kemampuan untuk menulis atau berbicara tentang lingkungan kita yang terdekat dan mengenai bahasa itu sendiri; (5) fungsi imajinatif adalah kemampuan untuk menyusun irama, sajak, cerita tertulis maupun lisan yang berasal dari kemampuan oral. Pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur perkataan, dapat terwujud melalui interpretasi oleh lawan tutur. Kajian implikatur percakapan mempunyai peran yang tepat untuk membahas interpretasi penggunaan bahasa, karena dengan adanya suatu interpretasi percakapan komunikasi akan terarah dan dapat menimbulkan suatu informasi. Implikatur percakapan dipakai untuk memperhitungkan apa yang disarankan atau apa yang dimaksud oleh penutur sebagai hal yang berbeda dari apa yang dinyatakan secara harfiah (Rani, 2004: 170). Sumber informasi seperti surat kabar tidak hanya menyampaikan berita dan informasi-informasi yang aktual kepada pembaca, tetapi juga sebagai sarana atau wahana bagi pembaca untuk menyampaikan ide yang dituangkan dalam bentuk lain, seperti karikatur. Karikatur termasuk ragam karya jurnalistik yang lebih mudah menyentuh pikiran dan perasaan pembacanya (Supriyanto, 1997: 48). Penelitian ini, difokuskan pada wujud tuturan berimplikatur, makna tuturan berimplikatur, dan fungsi tuturan berimplikatur. Isi dalam karikatur Surya Puoolharian Surya adalah kritik sosial atau sindiran yang ditujukan kepada pemerintah, tokoh, pejabat, dan masyarakat umumnya dari segala bidang kehidupan yang ditulis oleh karikaturis dan dikemas dalam bentuk kalimat tanggapan yang disajikan dalam bentuk dialog yang unik. Pada dasarnya karikatur Surya Puoolharian Surya mempunyai kekhasan yaitu bahasa yang
digunakan adalah bahasa Jawa Suroboyoan (tuturan yang digunakan oleh masyarakat Surabaya). Pemilihan karikatur Surya Puoolharian Surya didasarkan pada pertimbangan, diantaranyakarikatur Surya Puoolharian Surya seringkali terdapat tuturan yang disampaikan oleh penutur atau lawan tutur tidak sama dengan apa yang dimaksudkan, hal ini yang menimbulkan berbagai spekulasi yang beragam B. Landasan Teori Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur). Menggunakan implikatur dalam komunikasi berarti menyatakan sesuatu secara tidak langsung (Rani, 2004: 177).Implikatur merupakan kegiatan menganalisis ucapan pembicarauntuk menentukan maknayang tersirat/terselubung dan ucapan yang dikeluarkan oleh pembicara.Penetapan/penentuan implikatur yang muncul dipengaruhi oleh pemahaman pendengar terhadap kaidah pragmatiknya. Secara struktural, implikatur berfungsi sebagai jembatan/rantai yang menghubungkan antara yang diucapkan dengan yang diimplikasikan(Mulyana, 2005: 11). Jadi suatu dialog yang mengandung implikatur akan selalu melibatkan penafsiran yang tidak langsung dan sering disembunyikan agar hal yang diimplikasikan tidak nampak terlalu mencolok. Pembaca tidak akan memahami dan menangkap maksud penulis yang terimplikasi/tersirat dari tuturan penulis jika tidak memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya tentang kehidupan di sekitarnya. Hal itu akan sangat membantu pembaca dalam memahami maksud penulis yang tersirat. Implikatur berusaha menjelaskan apa yang diucapkan berbeda dengan apa yang dimaksud. Untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan atau dimaksudkan oleh penutur, yang berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur (Brown dan Yule, 1996: 31). Dari beberapa teori tersebut dapat disimpulkan bahwa implikatur merupakan suatu akibat yang muncul setelah penginterpretasian dan pemahaman isi serta pesan yang terdapat dalam sebuah wacana. Berdasarkan wujudnya, implikatur dibedakan menjadi dua, yaitu implikatur konvensional (conventional implicature) dan implikatur percakapan (conversation implicature).Grice dalam buku (Mulyana, 2005: 12).Implikatur konvensional pengertian yang bersifat umum dan konvensional, maksudnya seseorang umumnya sudah mengetahui (mafhum) tentang maksud atau pengertian suatu hal/istilah. Implikatur konvensional bersifat
Pengembangan Bahan Ajar Mendengarkan Berbasis Video Interaktif nontemporer. Artinya, makna atau pengertian tentang sesuatu bersifat lebih tahan lama. Suatu leksem, yang terdapat dalam suatu bentuk ujaran, dapat dikenali implikasinya karena maknanya yang tahan lama dan sudah diketahui secara umum. Implikatur yang diperoleh dari makna kata, bukan dari pelanggaran prinsip percakapan. Masyarakat sering menggunakan implikatur percakapan untuk tujun-tujuan tertentu, misalnya memperhalus proporsi yang diujarkan dan menyelamatkan muka. Dalam hubungan timbal balik dalam konteks budaya, penggunaan implikatur percakapan terasa lebih sopan, misalnya tindak tutur memerintah, menolak, meminta, memberi nasehat, dan menegur. Dalam suatu percakapan, sering terjadi seorang penutur tidak mengutarakan maksudnya secara langsung. Hal yang hendak diucapkan justru disembunyikan, diucapkan secara tidak langsung, atau yang diucapkan sama sekali berbeda dengan maksud ucapannya. Penuturlah yang menyampaikan makna lewat implikatur dan pendengarlah yang mengenali makna-makna yang disampaikan lewat infrensi (Yule, 2006: 70). Menurut Wijana, (2004: 28) berdasarkan modusnya tuturan dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Secara konvensional kalimat berita digunakan untuk memberikan suatu informasi, kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, perminntaan, atau permohonan. Tuturan tersebut dapat disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Makna dalam bahasa merupakan unsur penting. Makna dalam penelitian ini adalah sebuah makna implikatur. Makna implikatur merupakan makna yang tersirat dari sebuah tuturan (Rani, 2006:179). Makna yang dituturkan oleh penutur secara tidak langsung kepada petutur, sehingga petutur tidak akan merasa sakit hati atau marah dengan tuturan tersebut. Menggunakan implikatur dalam berkomunikasi berarti menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Menurut Leech, (1993:162), fungsi ilokusi dapat dibagi menjadi empat yaitu kompetitif (competitive), menyenangkan (convivial), bekerjasama (collaborative), dan bertentangan (conflikative). Pada ilokusi kompetitif, tujuan ilokusi bersaing dengan tujuan social, misalnya memerintah, meminta, menuntut, mengemis. Pada ilokusi menyenangkan, tujuan ilokusi sejalan dengan tujuan sosial, misalnya menawarkan, mengajak, menyapa. Pada ilokusi
bekerjasama, tujuan ilokusi tidak menghiraukan tujuan sosial, misalnya menyatakan, melapor, mengumumkan. Pada ilokusi bertentangan, tujuan ilokusi bertentangan dengan tujuan sosial, misalnya menuduh, menyumpahi, memarahi. Ragam karya jurnalistik yang amat mudah menyentuh pikiran dan perasaan pembaca adalah karikatur. Medium gambar ini dipastikan mudah akrab dengan pembacanya, karena isinya yang lucu dan sekaligus menggambarkan kritik pada zamannya. Kartunis dan karikaturis memiliki ketajaman pengamatan dan kepekaan antisipasi yang tinggi terhadap peristiwa yang muncul di permukaan masyarakatnya. Supriyanto (1997: 48) menyatakan bahwa, esensi karikatur ialah mengungkapkan jarak suatu peristiwa atau fakta dengan masyarakat. Oleh karena itu media massa (surat kabar atau majalah) yang tampil tanpa karikatur akan terasa hambar, bagaikan kebun binatang tanpa harimau. Karikatur merupakan sebuah lukisan baik mewakili kenyataan ataupun sekadar menyimbolkan dengan gaya sarkatis (menyindir). Lukisan yang menyindir itu dapat menggunakan keterangan gambar (caption). C. Pembahasan Berkomunikasi merupakan penyampaian pesan kepada seseorang untuk direspon. Agar respon sesuai dengan harapan, bahasa harus disusun dengan baik dan benar, serta dapat dipahami oleh penutur dan lawan tutur.Percakapan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering dilakukan masyarakat untuk mendapatkan suatu informasi, sehingga dengan adanya informasi, masyarakat dapat mengetahui suatu hal yang ingin diketahui.Jelas tidaknya suatu informasi, tergantung pada cara penyampaian yang disampaikan oleh penutur. Setiap tuturan yang disampaikan oleh penutur amatlah berpengaruh pada kehidupan dan pergaulan sehari-hari. Pemahaman terhadap sesuatu yang disampaikan akan mudah dimengerti jika diungkapkan secara langsung dan terarah. Seringkali tuturan yang disampaikan oleh penutur tidak sama dengan apa yang dimaksudkan.Hal ini yang menimbulkan berbagai spekulasi yang beragam. Pengkajian terhadap keberagaman tersebut dapat dipelajari dengan memahami isi maupun maksud yang terjadi dalam percakapan. Sesuatu yang diucapkan tetapi berbeda dengan apa yang dimaksudkan pada percakapan karikatur Surya Puoolharian Surya merupakan sebuah percakapan yang muncul baik secara sengaja maupun tidak. Hal inilah yang membuat penelitian ini mengungkapkan fenomena ketidaksesuaian antara apa
Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012 yang diucapkan dengan apa yang dimaksudkan. Pengungkapan fenomena tersebut, dapat diungkapkan melalui wujud tuturan, makna tuturan, serta fugsi tuturan berimplikatur. I. Wujud Tuturan Berimplikatur dalam Dialog Karikatur Surya Puool Analisis data tentang penggunaan implikatur dalam karikatur Surya Puool harian Surya, bertujuan untuk mengetahui wujud tuturan yang dituturkan oleh penutur atau lawan tutur.Secara konvensional, wujud tuturan beriplikatur dapat berupa kalimat berita yang digunakan untuk memberikan suatu informasi, kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, perminntaan, atau permohonan. Tuturan tersebut dapat disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Berikut merupakan wujud yang berupa kalimat berita (deklaratif). Cak Sur: Garing temen lek awan-awan Nang njaba ‘Kering sekali kalau siang-siang diluar’.(3/HS/P/10.6) Ning Ya:Yo Cak, kulit langsung ireng. ‘Ya Cak, kulit langsung hitam’. Konteks: Sepasang suami istri warga Surabaya yang berada di dalam rumah merasakan cuaca Surabaya di luar terasa panas dan terik. Hal ini disebabkan dampak pemanasan global yang terjadi di Surabaya.Dengan kejadian tersebut tidak ada turun tangan dari Pemerintah Surabaya. Data (3/HS/P/10.6) yaitututuran Cak Sur pada data di atas mengandung implikatur yang menyatakan bahwa cuaca di Surabaya terasa panas dan terik.Cak Sur ingin berada di dalam rumah dan tidak ingin keluar rumah karena dampak pemanasan global yang mengakibatkan perubahan cuaca yang ekstremdi Surabaya. Hal ini berbeda jika Cak Sur mengungkapkan tuturan aku gak pengen nang njaba, soale cuacae garing‘Saya tidak ingin keluar rumah, karena cuaca panas’. Jika tuturan tersebut diganti, maka tuturan tersebut tidak lagi mengandung implikatur, karena Cak Sur mengungkapkan secara langsung maksud tuturan kepada Ning Ya. Tuturan Cak Surpada data (3/HS/P/10.6) merupakan wujud tuturan berimplikatur yang berupa tuturan deklaratif, karena tuturan tersebut ditandai dengan intonasi turun pada akhir tuturan, dan mengandung makna yang menyatakan atau
memberitahukan sesuatu.Dalam ragam tulis, ditandai dengan tanda titik pada bagian akhir tuturan.Tuturan tersebut mengandungpemberitaan kepada masyarakat Surabaya, tentang cuaca Kota Surabaya yang panas dan terik pada siang hari. Tuturan tersebut merupakan wujud pengekspresian perasaan Cak Sur sesuai dengan kejadian yang dialaminya. Pengekspresian tersebut diungkapkan secara apa adanya bahwa cuaca di Kota Surabaya panas, dan menghimbau kepada warga Surabaya agar menjaga kondisi fisik khususnya pada siang hari.Cuaca panas yang terjadi di Surabaya merupakan dampak dari pemanasan global, yang diakibatkan kurangnya ruang terbuka dan minimnya kesadaran dari masyarakat untuk melakukan penanaman pohon. Selain itu, dengan adanya kejadian tersebut diharapkan mampu membuka kesadaran masyarakat untuk menanam pohon sepanjang jalandan membuka ruang terbuka seperti membuka taman kota, dan mempersempit pembangunan gedung-gedung tinggi. Analisis data tentang wujud tuturan berimplikatur dalam karikatur Surya Puoolpada harian Surya, bertujuan untuk mengungkap cara yang disampaikan oleh penutur kepada lawan tuturnya. Dari analisis tersebut dapat diketahui bahwa tuturan deklaratif merupakan salah satu cara penyampaian yang disampaikan oleh penutur untuk memberikan suatu informasi atau pengetahuan kepada lawan tuturnya maupun masyarakat, sehingga lawan tuturnya maupun masyarakat bisa memahami maksud sipenutur, dan memperoleh pemahaman atau pemberitahuan dari percakapan tersebut baik langsung atau secara tidak langsung.
II. Makna Tuturan Berimplikatur dalam Dialog Karikatur Surya Puool Analisis data tentang penggunaan implikatur dalam karikatur Surya Puool harian Surya, bertujuan untuk mengetahui makna yang dituturkan oleh penutur atau lawan tutur.Berdasarkan makna dalam tuturan karikatur Surya Puool, terdapat makna mengkritik, menyuruh, dan memberitahu.Makna mengkritik diartikan sebagai evaluasi tentang suatu/hal.Makna menyuruh mempunyai makna agar lawan tutur melakukan tindakan seperti yang disebutkan dalam tuturan sipenutur, pembaca, perusahaan, pemerintah, maupun suatu instansi.Makna memberitahu mengandung tuturan yang mengikat pada kebenaran atau fakta atas apa yang dikatakannya.Berikut merupakan data yang mempunyai makna mengkritik. Ning Ya: Wetengku murus, mari ngombesusu
Pengembangan Bahan Ajar Mendengarkan Berbasis Video Interaktif iku. ‘Perut saya sakit, habis minum susu itu’.(26/HS/ES/2.11) Cak Sur: Mangkakno arek-arek ngelempang kabeh. ‘Mangkanya anak-anak pusing semua’. Konteks: Seorang warga Kediri keracunan saat meminum Susu jenius buatan PT Vitindoris, tidak hanya seorang warga, sedikitnya 57 siswa SD/MI di Kabupaten Kediri ambruk, ternyata susu tersebut mengandung bakteri Escherichia coli (E-coli). Data (26/HS/ES/2.11) yaitu tuturan Ning Ya yang merasakan dampak meminum susu dengan mengatakan wetengku murus, mari ngombe susu iku, ‘perut saya sakit, setelah minum susu itu’. Ning Ya merasa sakit perut setelah minum susu Jenius. Tuturan Ning Ya pada data di atas mengandung implikatur yang menyatakan bahwa minuman susu Jenius buatan PT Vitindoris beracun. Tuturan Ning Ya diungkapkan secara tidak langsung dengan mengatakan perutnya terasa sakit setelah meminum susu Jenius tersebut. Hal ini berbeda jika Ning Ya mengungkapkan tuturan wetengku murus mari ngombe susu beracun iku ‘perut saya sakit setelah minum susu beracun itu’. Jika tuturan tersebut diganti, maka tuturan tersebut tidak lagi mengandung implikatur, karena Ning Ya mengungkapkan tuturannya secara langsung kepada Cak Sur. Data (26/HS/ES/2.11) merupakan tuturan yang mengandung makna mengkritik, yaitu mengkritik PT Vitindoris tentang keracunan minuman susu Jenius yang terjadi di Kabupaten Kediri. Ning Ya mengungkapkan perasaan itu karena Ning Ya adalah salah satu korban keracunan susu yang di produksi oleh PT Vitindoris. Ning Ya merasa dirugikan karena dampak minum susu tersebut berakibat sakit perut. Tuturan Ning Ya dimaksudkan untuk mengkritik PT Vitindoris selaku pembuat minuman susu yang tidak memperhatikan kebersihan dan kesehatan dalam memproduksi susu yang mengakibatkan 57 siswa SD/MI di Kabupaten Kediri keracunan. Dengan kejadian tersebut, Ning Ya merasa kecewa terhadap PT. Vitindoris sebagai penghasil minuman susu terbesar di Kediri memberikan pelayanan yang buruk. Berdasarkan konteks situasi permasalahan tersebut, Ning Ya dan Masyarakat dapat mengetahui makna yang terkandung dari tuturan tersebut, agar PT.
Vitindoris memperhatikan kualitas susu agar tidak mengecewakan masyarakat Kediri lagi. Analisis data tentang makna tuturan berimplikatur dalam karikatur Surya Puool pada harian Surya, bertujuan untuk mengungkap isi tuturan yang disampaikan oleh penutur kepada lawan tuturnyasehingga lawan tuturnya maupun masyarakat bisa memahami maksud sipenutur. Dari analisis di atas, Makna mengkritik dalam dialog karikatur Surya Puoolharian Surya edisi Juni—November 2011 mengandung tuturan yang cara penyampaiannya dengan menggunakan tuturan ekspresif. Tuturan ekspresif yang dimaksud yaitu ujaran yang diartikan sebagai evaluasi tentang suatu/hal yang disebutkan di dalam tuturan tersebut, baik kepada lawan tutur,pembaca, perusahaan, pemerintah, maupun suatu kelompok.Dalam makna mengkritik berdasarkan data di atas, merupakan sebuah pengalaman pribadi atau suatu kejadian yang dialaminya maupun kejadian yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. III. Fungsi Tuturan Berimplikatur dalam Dialog Karikatur Surya Puool Analisis data tentang penggunaan implikatur dalam karikatur Surya Puool harian Surya, bertujuan untuk mengetahui fungsi tuturan yang dituturkan oleh penutur atau lawan tutur. Fungsi kompetitif (competitive) ditujukan untuk memerintah, meminta, ataupun menuntut kepada pembaca, perusahaan, pemerintah, maupun kelompok agar melakukan apa yang diinginkan oleh penutur melalui tuturan yang mengandung implikatur. Fungsi menyenangkan (convivial) ditujukan untuk menawarkan ataupun mengajak pembaca, perusahaan, pemerintah, maupun kelompok untuk mengikuti apa yang dituturkan oleh penutur. Fungsi bekerja sama(collaborative) ditujukan untuk menyatakan, melapor, mengumumkan, dan mengajarkan yang ditujukan oleh penulis untuk memberikan informasi kepada pembaca, perusahaan, pemerintah, maupun kelompok terhadap suatu masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun masalah yang dialami dirinya sendiri.Fungsi bertentangan(conflikative)ditujukan untuk mengkritik, mengancam, menuduh, serta memarahi. Berikut merupakan data yang mempunyai fungsi bertentangan(conflikative). Cak Sur: Isine nang jero gak diduwehi kutoliyane. ‘Isinya di dalam tidak ada di kota lainnya’.(17/HS/K/22.9) Ning Ya: Wah… iyo Cak, cik emane. ‘Wah… iya Cak, kok ruginya’.
Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012 Konteks:Dua orang warga Surabaya melihat langsung kejadian kebakaran Gedung Balai Pemuda di Surabaya. Sebelum terjadi kebakaran, Gedung Balai Pemuda Surabaya sedang direnovasi, dalam perenovasian tersebut tidak nampak seorangpun pengelola Gedung yang memantau. Data (17/HS/K/22.9) yaitu tuturan Cak Sur yang merasakan prihatin dengan mengatakan isine nang jero gak diduwehi kuto liyane, ‘isinya di dalam tidak ada di kota lainnya’.Cak Sur prihatin karena Gedung Balai Pemuda terbakar. Tuturan Cak Sur pada data di atas mengandung implikatur yang menyatakan bahwa barang-barang yang ada di dalam Gedung Balai Pemuda yang terbakar, merupakan barang yang harganya mahal dan bernilai sejarah. Tuturan Cak Sur diungkapkan secara tidak langsung.Reaksi yang sesuai untuk tuturan Cak Sur di atas adalah tindakan Ning Ya yang ikut prihatin atas kebakaran Gedung Balai Pemuda. Data (17/HS/K/22.9) memiliki fungsi bertentangan, yaitu memarahi pengelola Gedung Balai Pemuda agar bertanggung jawab atas kebakaran yang terjadi, karena pengelola dianggap lalai dalam melakukan tugasnya yaitu mengawasi kegiatan yang ada di Gedung Balai Pemuda, pada tahap renovasi.Berdasarkan konteks situasi dari permasalahan tuturan tersebut, dapat diketahui bahwa tuturan yang bertujuan untuk meminta memiliki maksud agar pengelola Gedung Balai Pemuda melakukan peninjauan terhadap aktifitas yang terjadi di Gedung Balai Pemuda, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Analisis data tentang fungsi tuturan berimplikatur dalam karikatur Surya Puool pada harian Surya, bertujuan untuk mengungkap fungsi tuturan yang disampaikan oleh penutur kepada lawan tuturnyasehingga lawan tuturnya maupun masyarakat bisa memahami maksud sipenutur. Dari analisis di atas, fungsi bertentangan(conflikative)dalam dialog karikatur Surya Puoolharian Surya edisi Juni— November 2011 ditujukan untuk mengkritik, mengancam, menuduh, serta memarahi kepada pembaca, perusahaan, pemerintah, maupun kelompok agar mengubah tindakan yang mengecewakan atau tindakan yang negatif untuk beralih ke tindakan yang positif. D. Penutup Penggunaan implikatur dalam suatu tuturan, khususnya tuturan yang terdapat pada karikatur Surya Puool harian Surya merupakan salah satu fenomena
bahwa pengkajian terhadap ketidaksesuaian antara apa yang diucapkan dengan apa yang dimaksudkan masih sering dijumpai. Oleh karena itu, pentingnya suatu interpretasi pada sebuah tuturan merupakan langkah yang penting untuk mendapatkan sebuah informasi, baik yang aktual maupun sekadar informasi biasa.Dalam pengungkapan fenomena tersebut, dapat dilihat dari segi wujud tuturan yang disampaikan, makna yang terdapat dalam isi tuturan, maupun fungsi tuturan tersebut. Penggunaan implikatur pada percakapanmerupakan suatu hal penting yang diperhatikan oleh penulis. Hal ini bertujuan untuk memunculkan suatu informasi dalam setiap tuturan yang disampaikan.Terbukti banyak ditemukan penggunaan implikatur oleh penulis sehingga dapat mengungkap isi dari tuturan tersebut. Oleh karena itu, suatu interpretasi pembaca sebaiknya bersifat netral dalam menginterpretasikan implikatur percakapan, khususnya pada karikatur Surya Puoolharian Surya agar tidak terjadi intimidasi. Karena setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda. Daftar Rujukan Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. M.D.D Oka, Penerjemah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Lubis, Hamid Hasan. 1991. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. Rani, Abdul, dkk. 2004. Analisis Wacana. Malang: Bayumedia Publishing. Supriyanto, Henri. 1997. Ragam Bahasa Jurnalistik. Malang: Yayasan Penyalur Informasi. Suyono. 1990. Pragmatik. Malang: IKIP Malang. Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi. 2009. Analisis Wacana Pragmatik. Surakarta: YumaPustaka. Yule,George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pengembangan Bahan Ajar Mendengarkan Berbasis Video Interaktif