PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR MATEMATIKA INTERAKTIF BERBASISKAN TEKNOLOGI KOMPUTER Yuyu Yuhana, Aan Hendrayana Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
[email protected] [email protected]
Abstraksi Latar belakang dilakukannya penelitian ini karena masih rendahnya kompetensi matematika siswa SMP di Propinsi Banten. Kompetensi matematika masih rendah salah satu penyebabnya siswa merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran matematika di kelas. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk pembelajaran berbasiskan teknologi komputer serta mengetahui sikap siswa SMP di Propinsi Banten pada pembelajaran matematika dengan model bahan ajar matematika interaktif berbasiskan teknologi komputer. Metode penelitiannya berupa metode pegembangan yang memuat 3 komponen yaitu: (1). Model Pengembangan, (2). Prosedur Pengembangan, dan (3) Uji Coba Produk. Pada uji coba produk dilakukan uji ahli dan revisi produk I, uji terbatas dan revisi II, uji lapangan dan produk akhir. Subyek uji coba. untuk uji ahli menggunakan 3 responden ahli yaitu ahli teknologi pendidikan, ahli pendidikan matematika, dan ahli multi media. Validasi uji ini menggunakan langkah-langkah yang dikenal dengan Ekpert Judgement atau Teknik delphi. Uji terbatas, 27 siswa SMP Nurul Fikri dan uji lapangan 70 siswa SMP kelas satu dari 3 SMP yaitu SMP Nurul Fikri Serang, SMP Yuppentek 2 Tangerang, serta SMP Rauddatul Jannah Cilegon. Instrumen yang digunakan berupa angket aspek media dan angket sikap. Angket sikap diberikan setelah produk akhir jadi. Pengolahan skor angket sikap ini menggunakan skala likert secara aposteriori. Penelitian ini menyimpulkan bahwa siswa memiliki sikap positif terhadap pembelajaran dengan menggunakana bahan ajar matematika intersktif berbasiskan teknologi komputer.
Kata Kunci: Bahan Ajar Matematika Interaktif 1.
PENDAHULUAN
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang amat penting untuk dikuasai, bila suatu negara ingin kemajuan teknologi dan pembangunannya lebih pesat maju. Hal ini dikarenakan negara akan maju bila masyarakatnya melek terhadap matematik. Tetapi sayangnya sekarang ini bidang studi matematika masih menjadi momok bidang studi yang ditakutkan, hal ini berakibat prestasi hasil belajar matematik rendah. Prestasi belajar matematika rendah terbukti pada tahun ajaran 2004/2005 ketidak lulusan siswasiswa di negara kita lebih banyak disebabkan karena nilai matematik yang kurang dari standar kelulusan. Hal ini menyebabkan pekerjaan rumah yang harus dipikirkan lebih mendalam, mengenai penyebab dan upaya menanggulanginya bagi pengambil kebijakan dalam hal ini pemerintah, guru serta orang tua. Peran serta pemerintah, guru dan orang tua sangatlah berperan bagi kesuksesan siswa-siswa kita, terutama dalam menyikapi mengapa matematik selalu menjadi bidang studi dengan hasil belajar yang rendah.
Hasil belajar yang rendah banyak sekali factor yang menyebabkannya, diantaranya siswa merasa takut untuk belajar matematik sehingga timbul rasa malas untuk mempelajarinya, belajar yang tidak bermakna yang mengandalkan hapalan, metode dan strategi guru dalam menyampaikan kurang berkenan, serta lingkungan yang tidak kondusif untuk mendukung kesuksesan belajar si siswa. Siswa sekolah menengah pertama (SMP) adalah salah satu siswa kita yang mengalami kegagalan dalam hasil belajar matematika khususnya di Propinsi Banten, padahal kemampuan kompetensi matematik pada siswa SMP adalah kemampuan dasar yang harus dikuasai lebih mendalam untuk menguasai matematika di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi. Seperti yang dikatakan Ruseffendi (1991:260) bahwa untuk menguasai konsepkonsep materi dalam matematika dengan baik harus pula menguasai konsep-konsep materi-materi prasyaratnya dengan baik pula, bila diumpamakan memahami matematik itu seperti membangun rumah, bila fondasinya tidak kuat maka rumah itu akan ambruk. Jadi kompetensi matematika
e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta
SMP merupakan kemampuan prasyarat yang harus dikuasai dengan baik agar dapat menguasai matematik di tingkat SMA dan Perguruan Tinggi dengan baik, hal ini akan berimbas pada kemajuan bangsa kita. Kurangnya kompetensi matematika siswa SMP salah satu penyebabnya adalah mereka merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran matematika di kelas, serta kurang menyenangi materi matematika yang dianggap materi yang menakutkan, hal-hal ini berimbas kepada kurangnya pemahaman dalam matematika dan akibatnya kompetensi matematikanya rendah. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang bersifat urgen (mendesak) khususnya di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Upaya yang akan dilakukan adalah melalui media pembelajaran yang bervariatif dan inovatif, dengan adanya ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa senang dan cinta belajar matematika. Media pembelajaran yang dianggap cocok dan inovatif adalah media pembelajaran berbasiskan teknologi komputer. Penerapan media pembelajaran ini disarankan pula oleh Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Siswa SMP adalah siswa yang berkisar antara 11 tahun sampai 15 tahun, usia sekitar ini adalah usia –usia yang masih berkeinginan untuk mencoba sesuatu yang baru, yang aneh, serta lebih banyak keinginan untuk bermain. Oleh karena itu bila dimasukan media pembelajaran dengan media komputer diharapkan siswa akan berkeinginan untuk mencoba, mendalami, serta senang belajar mengenai materimateri atau bahan ajar matematika tersebut, yang dikemas dalam media komputer. Dengan kata lain penggunaan komputer sebagai media pembelajaran matematik misalnya kegiatan belajar mandiri melalui bahan ajar yang berbentuk program komputer secara interaktif.
2. PEMBAHASAN Keberhasilan siswa belajar tidak hanya dilihat dari kemampuan kognitifnya saja tetapi juga dilihat dari kemampuan afektifnya atau kemampuan siswa tersebut dalam menyikapi pelajaran yang dihadapinya. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran dalam matematika, harus pula terlebih dahulu melihat sikap siswa terhadap pembelajaran yang kita berikan. Sikap yang positif yang ditunjukkan siswa terhadap pembelajaran kita, diharapkan dapat menunjang peningkatan kemampuan kognitifnya. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap matematika terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu menurut Ruseffendi (1991:571): ada tidaknya minat, arahnya (bila ada, apa arahnya positif atau negatif), dan besarnya. Selain itu menurut Ruseffendi pula bahwa dalam mengungkapkan sikap seseorang itu perlu diperhatikan mengenai keterbukaan, ketetapan, dan relevansinya.
Terdapat beberapa cara bagaimana sikap seseorang itu bisa diungkapkan. Cara pertama ialah melalui lapor-diri (self-report), misalnya melalui angket (termasuk dengan skala sikap), kalimat tidak lengkap, melalui karangan (essay). Cara kedua melalui observasi oleh orang lain, dan cara ketiga melalui wawancara. Pada penelitian ini, digunakan angket dengan skala sikap untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan bahan ajar berbasiskan teknologi komputer. Skala sikap menurut Ruseffendi (1991:574), ialah skala yang dipergunakan dalam mengukur sikap seseorang. Skala sikap ialah skala yang berkenaan dengan apa yang seseorang percayai, hayati, dan rasakan. Sikap yang diukur itu bisa terhadap diri sendiri, orang lain, dan terhadap berbagai kegiatan, keadaan, instansi, dan institusi. Sedangkan menurut Margono (2004:B2-6) Skal;a adalah suatu set dari nilai-nilai atau angka-angka yang diberikan kepada subyek, obyek, atau prilaku untuk tujuan kuantifikasi dan pengukuran kualitas. Skala digunakan untuk mengukur sikap, nilai-nilai, interest (minat), motivasi, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan atributatribut psikologis.Contohnya, kita dapat menggunakan skala untuk mengukur sikap seseorang terhadap matematika. Pada penelitian ini skala sikap yang digunakan adalah Skala Likert. Skala Likert meminta kita, sebagai individu untuk menjwab pernyataan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), Tidak bisa memutuskan atau netral (N), Tidak Setuju (TS), atau sangat tidak setuju (STS). Angket berupa Skala sikap yang digunakan pada penelitian ini mengukur kesukaan siswa terhadap pembelajaran dengan media komputer, motivasi dan minat siswa mengikuti pembelajaran dengan media komputer. Penentuan skor angket sikap ini menggunakan skala Likert, yang mana menurut Subino (1987:124) dapat dilakukan secara apriori atau aposteriori. Dalam penelitian ini skor angket sikap diberikan secara aposteriori. Pemberian skor secara aposteriori pada angket sikap menurut Yaniawati (2001:45) yaitu skala dihitung setiap item berdasarkan jawaban responden, jadi skor setiap item dapat berbeda. Menurut Subino (1987:124) penentuan skor secara apriori maksudnya adalah bagi skor berarah positif kemungkinan skor 4, 3, 2, 1, 0 atau 4, 3, 2, 1, sedangkan skor berarah negatif kemungkinan skor 0, 1, 2, 3, 4 atau 1, 2, 3, 4. Angket sikap dianalisis, dicari skor setiap itemnya dengan menggunakan rumus angket sikap Likert. Kemudian diuji validitas itemnya dengan menggunakan rumus :
t=
∑ (x
(Subino, 1987:125)
e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta
(x u − x a ) u
− xu
) + ∑ (x 2
n(n − 1)
a
− x a )2
Hasil penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran dengan multi media yang dikaitkan dengan motivasi belajar telah dilakukan, diantaranya adalah yang dilakukan oleh Munir tahun 2003 tentang “Penggunaan Teknologi Multimedia Terhadap Motivasi Belajar Anakanak Prasekolah dalam Pembelajaran Literasi”. Pada penelitian ini menyimpulkan bahwa kanak-kanak termotivasi untuk belajar literasi dengan lebih berkesan apabila proses pembelajarannya melibatkan penggunaan paket MEL (Multimedia in Education to Motivate Literacy).Hal ini menunjukkan bahwa dengan pembelajaran multimedia dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian pengembangan menurut Soenarto (2005:5), yaitu: (1) model pengembangan, (2) prosedur pengembangan dan (3) Uji coba produk. Model pengembangan melibatkan 5 tahap, yaitu: concept, design, collecting material, assembly, dan uji coba. Design produk bahan ajar matematika interaktif yang digunakan adalah: Prosedur pada penelitian ini diawali dengan melakukan analisis produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk awal, validasi ahli, dan revisi,uji coba lapangan skala kecil yang terdiri dari uji terbatas dan uji lapangan utama. Sedangkan untuk tahap uji coba produk terdiri dari beberapa tahap, yaitu uji ahli atau validasi dengan responden uji ahlinya terdiri dari 3 orang, diantaranya dari para ahli teknologi pendidikan, ahli pendidikan matematika, dan ahli multi media. Kegiatan ini bertujuan untuk mereview produk awal. Proses validasinya disebut ekpert judgment atau teknik delphi. Tahap berikutnya adalah analisis konseptual, revisi I. Revisi I ini berkaitan dengan perbaikan tampilan warna, narator, penggunaan bahasa dan kalimat serta tampilan gambar. Secara umum responden ahli memberikan tanggapan terhadap model bahan ajar matematika interaktif berbasiskan teknologi komputer yang dibuat sudah baik dan pada dasarnya dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Setelah revisi I, dilakukan uji coba terbatas. Uji coba ini bertujuan untuk mendapatkan masukanmasukan dan saran-saran dari pengguna produk dalam kelompok kecil yang berjumlah 27 siswa. Selanjutnya dilakukan revisi II berdasarkan angket aspek media yang disebarkan pada uji terbatas. Revisi II tidak terlalu banyak perubahan, hanya bersifat penghalusan terhadap produk pembelajaran dengan media komputer, karena dari angket yang disebarkan menyimpulkan bahwa rata-rata responden menjawab sudah cukup baik dilihat dari segi kejelasan petunjuk, pemahaman penggunaan program, teks bacaan, kualitas tampilan gambar, penggunaan gambar animasi, komposisi warna, dan pemakaian suara narasi. Langkah terakhir dilakukan uji coba lapangan terhadap kelompok yang lebih besar, yaitu 3 SMP di Propinsi Banten degan total sampel sebanyak 70
siswa.Tahap-tahap pelaksanaan uji coba lapangan adalah sebagai berikut: - Siswa diberikan pengarahan tentang pembelajaran dengan media komputer - Siswa melaksanakan pembelajaran dengan bahan ajar berupa software pembelajaran dengan teknologi komputer. - Setelah 90 menit pembelajaran berlangsung, siswa diberikan angket sikap terhadap pembelajaran dengan media komputer dan angket aspek media. Data yang dikumpulkan terdiri dari dua aspek yaitu aspek media dan aspek instruksional. Instrumen yang mengarah kepada aspek media berupa angket aspek media. Angket ini bertujuan untuk mengetahui kekurangankekurangan terhadap produk pembelajaran berbasiskan teknologi komputer yang diberikan pada pengguna produk saat uji lapangan. Sedangkan instrumen yang mengarah pada aspek instruksional berupa angket sikap. Angket sikap pada saat diberikan kepada responden setelah pembelajaran dengan media komputer, berjumlah 12 item pernyataan dengan 4 option (SS, S, TS, STS). Angket sikap ini penentuan skornya menggunakan skala likert secara aposteriori. Selanjutnya setelah dianalisis, dicari skor setiap item, diuji validitas, dan reabilitasnya, tersisa 9 item pernyataan, 3 item yang lain tidak valid. Analisis Data Data angket sikap siswa ini untuk melihat sikap siswa terhadap pembelajaran dengan media komputer. Untuk melihat sikap siswa terhadap pembelajaran dengan media komputer ini dilakukan dengan cara mengukur (1) Motivasi dan minat terhadap pembelajaran dengan media komputer, (2) Kesukaan terhadap pembelajaran dengan media komputer. Sebanyak 70 orang siswa telah dihimpun sikapnya terhadap pembelajaran dengan media komputer melalui angket dengan 12 pernyataan, yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya. Secara umum siswa memiliki sikap positif terhadap pembelajaran dengan media komputer. Sikap positif terhadap pembelajaran pembelajaran ini ditunjukkan dengan skor sikap siswa 8,59 dan skor sikap netral 3,81. Adapun hasil dari angket sikap siswa dapat terlihat pada Tabel 1.
e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta
Tabel 1 Distribusi Sikap Siswa terhadap Pembelajaran dengan Media Komputer
Sik ap
Sik ap ter ha da p pe mb elaj ara n
Ind ika tor
Mo tiv asi da n mi nat sis wa thd p pe mb ela jar an dg n me dia ko mp ute r
No . So al
1
Positif Skor
2
Positif Skor
4
7
10
1
1
5
3
1
19
35
13
3
4
1
19
0
7
3
2
1
Positif
0
39
23
1
Skor
6
5
1
1
17
39
13
0
7
5
3
1
12
46
9
2
7
5
3
1
30
33
6
1
7
5
3
1
35
22
9
4
7
5
3
1
44
25
0
0
7
5
3
1
Positif
Positif
Positif
Positif Skor Positif
12
48
6
5
Skor 9
20
35
Skor Ke su ka an sis wa thd p pe mb ela jar an
S
6
Skor 11
TS
ST S
SS
16
Positif Skor
5
Skor Sikap Netral
Jawaban
Sifat pernya taan
Skor
ite m
kelas
Skor sikap siswa
item
3,7 5
9,1
4
8,6
3,2 5
6,375
3,2 5
5,475 3,81
kelas
8,59
4
8,825
4
8,575
4
9,85
4
9,65
4
10,825
Berdasarkan analisis angket sikap dengan Skala Likert, diperoleh skor sikap secara umum terhadap pembelajaran dengan media komputer diperoleh skor sikap netral 3,81 sedangkan skor sikap siswa 8,59. Hal ini berarti sikap siswa terhadap pembelajaran dengan media komputer mempunyai respon yang positif, karena skor sikap siswa lebih tinggi daripada skor sikap netral. Skor sikap siswa tertinggi yaitu 10,825 dan sikap netral 4, terdapat pada pernyataan nomor 12 yang berbunyi saya mendukung bahwa adanya komputer di sekolah harus dimanfaatkan juga untuk mempelajari matematika. Hal ini menggambarkan bahwa siswa mendukung bahwa fasilitas komputer yang ada disekolahnya tidak hanya semata-mata digunakan untuk mengetik saja, tetapi penggunaannya lebih luas lagi, seperti diantaranya dimanfaatkan dalam mempelajari matematika melalui software bahan ajar interaktif. Hal ini mengingat pula bahwa penggunaan media komputer sebagai media pembelajaran dianjurkan dalam Kuriulum Berbasis Kompetensi (KBK). Adapun skor sikap pembelajaran dengan media komputer yang terendah terdapat pada pernyataan nomor 5, dengan skor sikap siswa 5,475 dan sikap netralnya 3,25.
Pernyataan nomor 5 ini menyatakan bahwa adanya urutan ketepatan penyajian materi pada pembelajaran dengan menggunakan media komputer dibandingkan proses pembelajaran sebelumnya. Hal ini menggambarkan bahwa masih terdapat siswa yang berpendapat bahwa belum adanya urutan penyajian materi pada pembelajaran dengan media komputer. Tetapi sebagian besar yang lainnya menjawab terdapat urutan ketepatan penyajian materi pada pembelajaran dengan media komputer. Hasil angket sikap siswa ini, dari 9 pernyataan yang terseleksi melalui uji validitas, semua item memiliki skor sikap siswa yang lebih tinggi dibandingkan skor sikap netral, sehingga kesemuanya termasuk kategori positif. Hal ini mengindentifikasikan siswa bersikap moderat, berkeinginan untuk mendapatkan suasana baru dalam pembelajaran yang tidak monoton hanya dihadapkan oleh media papan tulis, spidol, atau chart. Dengan adanya suasan baru melalui media pembelajaran dengan teknologi komputer siswa akan termotivasi dan tertarik akan mempelajari matematika. Hal ini berakibat matematika tidak lagi menjadi mata pelajaran yang membosankan dan menakutkan. Temuan adanya sikap positif pada pembelajaran dengan media komputer dapat merupakan pula langkah awal untuk dapat menciptakan suasana belajar yang efektif agar bisa meningkatkan kompetensi siswa yang lebih tinggi. Menurut Berlin dan Hillen (Yaniawati, 2001:197) menyatakan bahwa sikap positif siswa akan menjadi langkah awal untuk menuju kepada lingkungan belajar yang efektif
3. PENUTUP Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan sikap siswa Sekolah Menengah Pertama di Propinsi Banten terhadap pembelajaran dengan model bahan ajar matematika interaktif berbasiskan teknologi komputer adalah positif. Adapun rekomendasi dari penelitian yang telah dilakukan adalah pembelajaran matematika interaktif dengan bahan ajar berbasiskan teknologi komputer perlu untuk diimplementasikan, hal ini dikarenakan dapat menanamkan sikap positif siswa terhadap pembelajaran tersebut.
4. Daftar Pustaka [1].Kariadinata, R. (2004). Penerapan Teknologi Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Matematika Sebagai Salah Satu Upaya Mengisi Tuntutan Kurikuum Matematika 2004 (Proseding Seminar Nasional Matematika, Matematika dan Kontribusinya terhadap Peningkatan Kualitas SDM dalam Menyongsong Era
e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta
Industri dan Informasi). Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. [2].Kulik, J.A. dan Bangert-Drowns, R.L. (1985). Effectiveness of Computer-Based Education in Elementary Schools. Tersedia: http://www.nwrel.org/scpd/sirs/5cu10.html. [3].Margono, G. (2004). Penerapan Teknologi Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Matematika Sebagai Salah Satu Upaya Mengisi Tuntutan Kurikuum Matematika 2004 (Proseding Seminar Nasional Matematika, Matematika dan Kontribusinya terhadap Peningkatan Kualitas SDM dalam Menyongsong Era Industri dan Informasi). Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. [4].Munir, (2003). Penggunaan Teknologi Multimedia Terhadap Motiv Belajar Anak-anak Prasekolah dalam Pembelajaran Literasi. Bandung: Mimbar Pendidikan no 3 Tahun XXII 2003. [5].Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito [6].Soenarto. (2005). Metodologi Penelitian Pengembangan untuk Meningkatkan Peningkatan Kualitas Pembelajaran (Research Methodology to The Improvement of Instruction). Jakarta: Dit PPTK dan KPT, DIKTI, Depdiknas. [7].Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis Tes. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud. [8].Wilson, B. (1988). Making Sense of The Future. A position paper on the Role of Technology in Science, Mathematics and Computing Education. Tersedia: http://hometown.aol.com. [9].Yaniawati, R.P. (2001). Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa. Tesis Magister pada PPS UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan
e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta
e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta
e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta