i
PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR
MARISA IBELA GUSTIANI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ii
ABSTRAK MARISA IBELA GUSTIANI. Pengelolaan Risiko Produksi Buncis Mini pada PD Pacet Segar, Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH. Salah satu komoditas penting dari subsektor hortikultura dan berpeluang untuk dikembangkan adalah sayuran. Buncis mini merupakan salah satu komoditas sayuran yang jumlah produksinya cenderung meningkat setiap tahunnya. Kegiatan budidaya buncis mini tidak terlepas dari adanya risiko produksi. PD Pacet Segar merupakan salah satu perusahaan yang mengusahakan buncis mini di Kabupaten Cianjur. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber risiko produksi buncis mini, menganalisis kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari sumber risiko produksi buncis mini terhadap penerimaan, serta menganalisis alternatif strategi yang tepat untuk mengatasi risiko produksi buncis mini. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis risiko. Penelitian ini dikaji menggunakan data primer dan data sekunder, kedua data tersebut bersifat kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, sumber-sumber risiko produksi buncis mini yang ditemukan adalah perubahan cuaca, kualitas benih, penyakit, serta adanya serangan hama. Perubahan cuaca merupakan sumber risiko yang kemungkinan terjadi dan dampaknya paling besar. Hasil pemetaan risiko menunjukan bahwa terdapat dua macam penanganan strategi yaitu strategi preventif dan mitigasi. Kata kunci : Buncis mini, risiko produksi, sumber risiko
ABSTRACT MARISA IBELA GUSTIANI. Risk Management of Mini Bean Production in PD Pacet Segar, Cianjur Regency. Supervised by YANTI NURAENI MUFLIKH. One of the important commodities of the horticulture sub-sector and has the opportunity to be developed includes vegetables. Mini bean, one type of vegetables, tends to increase its total production annually. Mini bean cultivation cannot be separated from production risks. PD Pacet Segar is one of the companies cultivating mini bean in Cianjur. This study is aiming at identifying risk sources of mini bean production, analyzing the possibility of risk occurrence and impact of risk source of mini bean production towards its revenue, as well as analyzing appropriate alternative strategies to address the mini bean production risks. The data analysis method used descriptive analysis and risk analysis. This study used primary data and secondary data, all of data is qualitative and quantitative data. Based on the field observations, the sources of risks in mini bean production included weather changes, seed quality, diseases, and pest attacks. Weather changes are a source of risk that may occur and have the greatest impact. The results of the risk mapping results indicated that there were two kinds of treatment strategies including preventive and mitigation strategies. Keywords: mini bean, production risks, sources of risks
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Risiko Produksi Buncis Mini pada PD Pacet Segar Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor,
Agustus 2013
Marisa Ibela Gustiani NIM H34114020
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
iv
PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR
MARISA IBELA GUSTIANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
-
Judul Skripsi: Pengelolaan Risiko Produksi Buncis Mini pada PD Pacet Segar, Kabupaten Cianjur Nama : Marisa Ibela Gustiani : H34114020 NIM
Disetujui oleh
Yanti Nuraeni Muflikh, SP., M. Agribuss
Pembimbing
MS
Tanggal Lulus:
o5 SEP
2nn
v
Judul Skripsi : Pengelolaan Risiko Produksi Buncis Mini pada PD Pacet Segar, Kabupaten Cianjur Nama : Marisa Ibela Gustiani NIM : H34114020
Disetujui oleh
Yanti Nuraeni Muflikh, SP., M. Agribuss Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengelolaan Risiko Produksi Buncis Mini pada PD Pacet Segar, Kabupaten Cianjur, sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Alih Jenis Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan di PD Pacet Segar, Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Mei 2013. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis sebagai bentuk penghargaan kepada kedua orang tua serta kedua adik tercinta yang telah memberikan dukungan, doa, dan materi yang mengantarkan penulis pada satu titik menuju masa depan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Yanti Nuraeni Muflikh, SP., M.Agribuss sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Ibu Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM dan Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama dan dosen penguji akademik yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini, Bapak Dr. Amzul Rifin, SP., MA. sebagai dosen evaluator kolokium yang telah memberikan saran sebelum penulis turun lapang. Penghargaan tak lupa penulis sampaikan kepada Ibu/Bapak dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis, keluarga besar PD Pacet Segar yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian dan telah membantu selama pengumpulan data, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor,
Agustus 2013
Marisa Ibela Gustiani
ii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Sumber-Sumber Risiko Agribisnis Metode Analisis Risiko Strategi Penanganan Risiko KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko Sumber dan Jenis Risiko Manajemen Risiko Teknik Pemetaan Kerangka Pemikiran Konseptual METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Analisis Deskriptif Metode Pengukuran Risiko Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko Analisis Dampak Risiko Pemetaan Risiko Penanganan Risiko HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Lokasi Perusahaan Struktur Organisasi Perusahaan Deskripsi Kegiatan Bisnis Deskripsi Sumber Daya Perusahaan Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko Produksi
iv iv v 1 1 6 9 9 9 10 10 11 12 13 13 13 15 16 17 18 20 20 20 20 21 21 22 23 24 25 26 27 27 29 29 31 34 35 40
iii
Analisis Dampak Risiko Produksi Pemetaan Risiko Produksi Alternatif Strategi Penanganan Risiko Produksi SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
45 49 51 55 57 59
iv
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nilai PDB hortikultura di Indonesia tahun 2008-2012 1 Perkembangan nilai ekspor dan impor produk hortikultura segar 2 Jumlah penduduk Indonesia tahun 1980, 1990, 1995, 2000, 2010, dan 2012 3 Produksi sayuran di Indonesia tahun 2009 – 2012 3 Tingkat konsumsi buncis mini di Indonesia tahun 2008-2012 4 Produksi buncis mini di Jawa Barat tahun 2009 – 2012 5 Produksi buncis mini di PD Pacet Segar tahun 2011 – 2013 7 Pola tanam buncis mini di PD Pacet Segar 7 Analisis probabilitas sumber risiko perubahan cuaca 41 Analisis probabilitas sumber risiko kualitas benih 42 Analisis probabilitas sumber risiko penyakit 43 Analisis probabilitas sumber risiko serangan hama 44 Hasil perhitungan probabilitas sumber-sumber risiko produksi budidaya 45 Analisis dampak sumber risiko perubahan cuaca 46 Analisis dampak sumber risiko kualitas benih 47 Analisis dampak sumber risiko penyakit 47 Analisis dampak sumber risiko hama 48 Nilai VaR dari masing-masing sumber risiko produksi buncis 48 Status risiko untuk setiap sumber risiko produksi buncis mini pada PD Pacet Segar 49
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Risk-Uncertainty Continuum Proses pengelolaan risiko perusahaan Peta risiko Langkah pemikiran operasional penelitian Pengelolaan Risiko Produksi Buncis Mini pada PD Pacet Segar 5 Penanganan risiko (preventif) 6 Penanganan mitigasi risiko 7 Struktur organisasi PD Pacet Segar tahun 2013 8 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko 9 Penanganan risiko dengan strategi preventif 10 Penanganan risiko dengan strategi mitigasi
14 16 17 19 26 27 30 50 53 54
v
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8
Dokumentasi di lokasi penelitian Kuesioner Penelitian Pengelolaan Risiko Produksi Buncis Mini pada PD Pacet Segar, Kabupaten Cianjur Produksi buncis mini di PD Pacet Segar dalam luas lahan 5 000 meter2 Data kehilangan produksi buncis mini di PD Pacet Segar Kehilangan produksi buncis mini karena adanya perubahan cuaca Kehilangan produksi buncis mini karena kualitas benih Data kehilangan produksi buncis mini karena penyakit Kehilangan produksi buncis mini yang disebabkan serangan hama
59 62 67 67 67 68 68 68
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Sektor pertanian telah ikut mendukung kehidupan ekonomi masyarakat melalui sub sektor tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Sektor pertanian perlu didukung pengembangannya sebagai penggerak perekonomian, agar sektor ini memiliki peluang berkembang lebih besar. Indonesia sebagai salah satu negara yang beriklim tropis mempunyai potensi dan kesempatan yang cukup besar untuk memanfaatkan peluang usaha di bidang hortikultura, mengingat masih tersedia lahan yang luas dan masih minimnya sentuhan teknologi (Hanindita, 2008). Pada sektor pertanian, hortikultura menempati posisi yang penting sebagai produk yang berpotensi untuk dikembangkan karena bernilai komersial tinggi dan mempunyai peran strategis dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Keragaman produk hortikultura di Indonesia juga mulai meningkat. Banyak jenis dan varietas baru ditanam untuk memenuhi permintaan pasar akan berbagai macam jenis produk hortikultura. Seiring dengan kemajuan perekonomian, pendidikan, peningkatan pemenuhan untuk kesehatan dan lingkungan menyebabkan permintaan produk hortikultura semakin meningkat. Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan berpotensi besar untuk dikembangkan. Subsektor ini merupakan salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat, memiliki peran penting dalam kegiatan perdagangan, serta dalam penyerapan tenaga kerja. Subsektor hortikultura terdiri dari sayuran, buah-buahan, florikultura, dan biofarmaka yang memberikan banyak manfaat bagi penggunanya. Komoditas sayuran, buah-buahan, dan biofarmaka merupakan sumber vitamin, mineral, serta pemenuhan kebutuhan akan serat untuk kesehatan. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Hortikultura, nilai PDB dari subsektor hortikultura cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada data yang disajikan dalam Tabel 1 : Tabel 1 Nilai PDB hortikultura di Indonesia tahun 2008-2012 (milyar) Komoditas Buah Sayuran Florikultura Biofarmaka Total
2008 47 060 28 205 5 085 3 853 84 203
Nilai PDB (Rp) 2009 2010 48 437 45 482 30 506 31 244 5 494 3 665 3 897 6 174 88 334 86 565
2011 46 846 32 181 3 775 6 359 89 162
Rata-rata 2012 (*) pertumbuhan (%) 48 217 0.69 34 807 5.43 4 079 -3.55 6 432 15.93 93 534 2.70
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2012 (diolah) Keterangan : (*) Angka sementara
Berdasarkan informasi yang tertera pada Tabel 1, kontribusi dari subsektor hortikultura terhadap PDB cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga tahun 2012 walaupun persentase pertumbuhannya berbeda-beda. Biofarmaka merupakan bagian dari subsektor hortikultura yang memilik
2
pertumbuhan paling tinggi yaitu 15.93 persen. Komoditas sayuran memiliki pertumbuhan sebesar 5.43 persen yang merupakan nilai terbesar kedua setelah komoditas biofarmaka. Kontribusi dari kelompok buah-buahan adalah sebesar 0.69 persen sedangkan untuk kelompok florikultura memiliki nilai PDB yang cenderung menurun. Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif, baik untuk mengisi kebutuhan pasar domestik maupun internasional mengingat potensi permintaan pasarnya baik di dalam maupun di luar negeri besar dan nilai ekonominya yang tinggi. Selain itu, potensi dari subsektor hortikultura dapat dilihat dari peningkatan nilai impor setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 : Tabel 2 Perkembangan nilai ekspor dan impor produk hortikultura segar di Indonesia tahun 2011-2012 (US$) Komoditas
2011 Sayuran Impor 396 192 273 Ekspor 17 771 020 Buah Impor 627 018 669 Ekspor 9 270 594 Florikultura Impor 1 274 545 Ekspor 7 614 135 Biofarmaka Impor 9 534 281 Ekspor 10 177 697 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2012 (diolah) Keterangan : (*) Angka sementara
2012 (*) 462 692 841 16 171 628 884 924 028 10 285 654 1 587 290 9 846 080 10 857 035 14 098 475
Pertumbuhan (%) 16.78 -9.30 41.13 10.95 24.54 29.31 13.87 38.52
Berdasarkan informasi pada Tabel 2, laju pertumbuhan nilai impor komoditas sayuran dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 16.78 persen dan diikuti oleh penurunan nilai ekspornya. Makna dari nilai ekspor dan impor produk hortikultura segar tersebut mengindikasikan beberapa kemungkinan seperti permintaan konsumen dalam negeri belum terpenuhi seluruhnya oleh produsen sayuran dalam negeri sehingga pemerintah harus mendatangkan sayuran dari negara lain, konsumen domestik cenderung lebih menyukai produk luar negeri karena kualitasnya yang lebih baik, atau ketidakmampuan petani dalam negeri dalam memproduksi atau membudidayakan komoditas tersebut, terjadinya gagal panen, serta terjadinya penurunan produksi yang disebabkan oleh beberapa hal seperti serangan hama dan penyakit, pengaruh faktor alam, ataupun penguasaan teknologi pertanian yang masih minim (Yamin, 2012). Oleh karena itu, komoditas-komoditas hortikultura perlu dikembangkan selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat juga karena berpotensi dalam meningkatkan penghasilan petani. Salah satu komoditas penting dari subsektor hortikultura dan berpeluang untuk dikembangkan adalah sayuran. Komoditas ini merupakan salah satu jenis makanan yang sehat karena kaya akan kandungan gizi dan manfaat lainnya untuk tubuh serta memiliki beberapa keunggulan untuk tubuh. Keunggulan sayuran antara lain memiliki kandungan nutrisi yang relatif tinggi yang mengandung vitamin, protein, karbohidrat, air, dan mineral yang sangat berguna bagi tubuh.
3
Kementrian pertanian menyatakan bahwa pada tahun 2012 tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap sayuran adalah sebesar 40 kilogram per kapita per tahun sedangkan ahli buah tropika IPB menyatakan bahwa tingkat konsumsi masyarakat Indonesia pada tahun 2012 terhadap buah-buahan hanya sebesar 35.8 kilogram per kapita per tahun1, dengan kata lain bahwa masyarakat Indonesia mengkonsumsi sayuran cenderung lebih banyak dibandingkan buah-buahan. Kondisi tersebut disebabkan karena sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi sayuran sebagai menu pelengkap nasi sebagai makanan pokok sehingga posisi sayuran lebih penting dibandingkan dengan konsumsi buah-buahan. Pengetahuan masyarakat terhadap manfaat sayuran serta perubahan pola konsumsi dan tingkat kesejahteraan masyarakat juga dapat membuka peluang akan meningkatnya permintaan sayuran.Selain itu konsumsi masyarakat pun akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah penduduk Indonesia tahun 1980, 1990, 1995, 2000, 2010, dan 2012 (juta jiwa) No Tahun 1 1980 2 1990 3 1995 4 2000 5 2010 6 2012 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012
Jumlah penduduk 147.49 179.37 194.75 206.26 237.64 255
Setiap daerah di Indonesia memiliki komoditas sayuran unggulan yang disesuaikan dengan letak geografis daerah tersebut yang dapat dikembangkan bagi kesejahteraan masyarakat sekitar. Beberapa jenis sayuran yang diproduksi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4 : Tabel 4 Produksi sayuran di Indonesia tahun 2009 – 2012 (ton) Komoditas Bawang Merah Bawang Daun Kentang Kubis Petsai Wortel Cabe Besar Tomat Baby Buncis
Tahun 2012 (*)
Pertumbuhan (%)
2009
2010
2011
853 615
965 164
1 048 934
877 244
-16.37
547 743 1 071 543 1 323 702 565 636 367 111 695 707 725 973 266 551
549 365 1 176 304 1 358 113 562 838 358 014 787 433 853 061 290 993
541 374 1 060 805 1 385 044 583 770 403 827 807 160 891 616 336 494
493 640 863 680 1 361 874 591 295 526 621 857 191 950 385 337 041
-8.82 -18.58 -1.67 1.29 30.41 6.20 6.59 0.16
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, 2012 (diolah) Keterangan : (*) Angka sementara 1
Ekbis.sindonews.com/read/2013/06/30/34/755700/ini-dua-penyebab-konsumsi-buah-ri-rendah [diakses pada 23 Agustus 2013]
4
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa produksi sayuran di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi sayuran yang cenderung meningkat setiap tahunnya walaupun dengan persentase pertumbuhan yang berbeda-beda untuk setiap jenis sayuran tersebut. Kementerian Pertanian mengungkapkan standar konsumsi sayuran yang direkomendasikan oleh Food and Agricultural Organization (FAO) adalah sebesar 65.75 kilogram per kapita per tahun, sedangkan tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia pada tahun 2012 hanya sebesar 40 kilogram per kapita per tahun2. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan budidaya sayuran di Indonesia sangat prospektif karena tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia masih dapat terus meningkat. Buncis mini merupakan salah satu komoditas sayuran yang jumlah produksinya cenderung meningkat setiap tahunnya walaupun pertumbuhannya sangat kecil jika dibandingkan dengan komoditas lainnya seperti yang tertera pada Tabel 4. Pertumbuhan produksi buncis mini pada tahun 2012 di Indonesia meningkat sebesar 0.16 persen, dari jumlah produksi 336 494 ton pada tahun 2011 menjadi 337 041 ton pada tahun 2012. Walaupun komoditas buncis mini bukan salah satu sayuran unggulan, tetapi komoditas tersebut banyak dicari oleh negara lain seperti Singapura salah satunya. Adanya peluang untuk mengekspor buncis mini ke Singapura adalah sebanyak satu sampai dua ton perhari akan tetapi Indonesia baru bisa memenuhi 20 persen dari total permintaan3. Buncis mini merupakan tanaman yang berumur pendek dan hanya tumbuh di dataran menengah (500-900 m dpl) sampai dataran tinggi (1 000-1 500 m dpl). Budidaya buncis mini tampaknya menjadi pilihan potensial bagi petani, selain tidak banyak yang mengusahakannya, harga jual buncis mini pun relatif tinggi. Prospek dari sayuran buncis mini ini dapat dilihat dari tingkat konsumsi buncis mini di Indonesia pada Tabel 5. Tabel 5 Tingkat konsumsi buncis mini di Indonesia tahun 2008-2012 No Tahun Tingkat konsumsi per kapita per tahun (kilogram) 1 2008 0.89 2 2009 0.94 3 2010 0.83 4 2011 0.83 5 2012 0.89 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012
Berdasarkan informasi pada Tabel 5, rata-rata pertumbuhan tingkat konsumsi buncis mini mulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 yaitu sebesar 0.26 persen. Tingkat konsumsi buncis mini diperkirakan akan terus meningkat karena kebutuhan pemenuhan gizi masyarakat. Target pasar untuk buncis mini ini adalah pasar modern. Saat ini, keberadaan petani yang
2
Prabowo HE. 2010. Tingkat Konsumsi Sayuran Masih Rendah.http;//kesehatan.kompas.com/read /2010/06/11/0820874/Tingkat.Konsumsi.Sayuran.Masih.Rendah [diakses pada 28 April 2013] 3 Trubus-online. 2011. Kupas Tuntas Sayuran Kelas Premium. http://www.trubus-online.co.id /index.php/pelatihan/283-kupas-tuntas-sayuran-kelas-premium-html. [diakses pada 28 April 2013]
5
membudidayakan buncis mini telah menyebar di seluruh wilayah Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 : Tabel 6 Produksi buncis mini di Jawa Barat tahun 2009 – 2012 (ton) Tahun Kabupaten/Kota Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Majalengka Sumedang Subang Purwakarta Kota Sukabumi
2009
2010
2011
5 646 5 462 11 253 8 101 13 676 9 326 1 174 1 706 1 747 528 1 585 1 091 453
3 783 4 683 18 303 7 950 17 977 12 989 1 397 1 551 1 505 768 2 926 1 624 93
5 386 6 984 9 665 10 935 14 108 10 866 1 502 1 417 1 814 1 152 2 393 1 453 451
2012
(*)
10 015 7 614 23 066 13 645 11 419 6 455 2 203 1 063 1 453 1 136 3 943 1 440 340
Pertumbuhan dari tahun 2011 ke tahun 2012 (%) 85.95 9.02 138.65 24.78 -19.06 -40.59 46.67 -24.98 -19.90 -1.39 64.77 -0.89 -24.61
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, 2012 (diolah) Keterangan : (*) Angka sementara
Berdasarkan informasi pada Tabel 6, Kabupaten Cianjur merupakan salah satu sentra produksi buncis mini di Jawa Barat karena kondisi alam kawasan ini mendukung untuk kegiatan budidaya buncis mini. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Pertanian Jawa Barat, produksi buncis di Kabupaten Cianjur cenderung meningkat setiap tahunnya mulai dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Kabupaten Cianjur merupakan daerah produksi buncis mini yang pertumbuhannya paling besar diantara daerah lainnya di Jawa Barat yaitu mencapai 138.65 persen. Buncis mini sudah mulai banyak dibudidayakan di Kecamatan Pacet, sejak tahun 2000. PD Pacet Segar yang berlokasi di Jalan Raya Ciherang Nomor 48, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu perusahaan yang membudidayakan buncis mini. Daerah ini cocok untuk kegiatan budidaya buncis karena letak geografisnya yang sesuai dengan syarat tumbuh buncis. Kecamatan Pacet terletak diantara ketinggian 900 sampai 1 400 mdpl dengan jenis tanah latosol, andosol, dan regosol4. Jenis tanah ini cocok untuk kegiatan budidaya buncis mini karena memiliki drainase yang baik. Jenis buncis yang diusahakan oleh PD Pacet Segar adalah buncis mini tipe tegak varieras Le 14 yang merupakan salah satu jenis sayuran buncis dengan umur panen lebih muda dibandingkan jenis buncis pada umumnya. Buncis mini memiliki dua tipe pertumbuhan, yaitu tipe merambat dan tegak. Buncis mini dengan tipe merambat memerlukan turus setinggi kurang lebih dua meter dalam pertumbuhannya, sedangkan untuk buncis mini dengan tipe tegak pada umumnya berbentuk semak dengan tinggi sekitar 30 centimeter (Setianingsih 2002).
4
Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura Kecamatan Pacet
6
Buncis mini memiliki ukuran yang lebih kecil dengan bentuk polong yang lurus, serta belum memiliki tonjolan biji pada polongnya. Pemilihan PD Pacet Segar ini dikarenakan luasan lahan yang digunakan untuk budidaya buncis mini ini paling luas di Desa Ciherang. Selain itu, perusahaan juga selalu melakukan pencatatan mengenai hasil panen yang diperoleh walaupun pencatatannya belum begitu rapi. Secara umum, kegiatan produksi komoditas hortikultura khususnya untuk kelompok sayuran memiliki risiko yang berasal dari berbagai jenis sumber. Begitu pula yang terjadi pada kegiatan usaha budidaya sayuran di PD Pacet Segar. Buncis mini merupakan komoditas unggulan pada perusahaan ini dibandingkan dengan komoditas lainnya. Luas panen, jumlah produksi, dan produktivitas buncis di PD Pacet Segar mengalami perkembangan yang fluktuatif. Beberapa faktor dapat menyebabkan penurunan produksi buncis mini seperti adanya serangan hama penyakit, sedangkan peningkatan jumlah produksi buncis mini disebabkan oleh bertambahnya permintaan. Adanya fluktuasi produksi tersebut, maka diidentifikasi PD Pacet Segar menghadapi risiko produksi dalam membudidayakan buncis mini. Fluktuasi produksi buncis mini yang terjadi akan mempengaruhi jumlah penerimaan PD Pacet Segar, meskipun harga jual buncis mini ini relatif stabil atau tidak mengalami fluktuasi harga karena perusahaan telah terikat kontrak dengan ICDF (International Cooperation Development Fund) untuk menjual buncis mini tersebut sehingga harga relatif tetap sesuai dengan kesepakatan. Risiko produksi yang terjadi tersebut perlu diperhitungkan, karena risiko akan memberikan dampak kerugian perusahaan. Kerugian perusahaan dapat diminimalisir ketika kemungkinan terjadinya risiko produksi dapat diantisipasi, sehingga dampak yang mungkin ditimbulkan juga dapat diminimalisir.
Perumusan Masalah
PD Pacet Segar yang terletak di Jalan Raya Ciherang Nomor 48 Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat, merupakan salah satu perusahaan yang membudidayakan buncis mini. Perusahaan masih menggunakan sistem konvensional dimana tujuan utama usaha ini adalah pencapain keuntungan dengan menggunakan bahan kimia seperti pestisida, insektisida, dan fungisida dalam proses budidaya buncis mini tersebut. Komoditas ini merupakan salah satu komoditas unggulan di PD Pacet Segar. Buncis mini yang dibudidayakan menghabiskan 10 kilogram benih untuk setiap satu periode produksi dalam luas lahan 5 000 meter2. Budidaya buncis mini yang dilakukan oleh PD Pacet Segar menghadapi risiko produksi. Berdasarkan informasi dari pihak manajemen perusahaan, risiko produksi berpengaruh terhadap penerimaan perusahaan, namun penanganan terhadap risiko belum dilaksanakan dengan baik, hal ini terbukti dari produksi yang masih berfluktuasi. Produksi normal buncis mini yang dibudidayakan secara konvensional adalah 10 000 kilogram per 10 000 meter2 dengan produktivitas satu kilogram buncis mini per meter2 sedangkan berdasarkan data yang diperoleh terkait produksi buncis mini di PD Pacet Segar sangat
7
berfluktuasi. Data produksi dan produktivitas buncis mini sepuluh periode terakhir dapat dilihat pada Tabel 7 : Tabel 7 Produksi buncis mini di PD Pacet Segar tahun 2011 – 2013 Jumlah benih (kg) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Waktu Januari – Maret 2012 Februari – Mei 2012 April – Juni 2012 Mei – Agustus 2012 Juli – September 2012 Agustus – November 2012 Oktober – Desember 2012 November 2012 – Februari 2013 Januari – Maret 2013 Februari – Mei 2013 Sumber : PD Pacet Segar, 2013
Luas lahan (m2) 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000
Jumlah produksi (kg) 4 782 4 669 4 311 4 052 3 641 3 361 3 324 3 675 4 831 4 507
Produktivitas (kg/m2) 0.96 0.93 0.86 0.81 0.73 0.67 0.66 0.74 0.97 0.90
Berdasarkan data pada Tabel 7, produksi dan produktivitas buncis mini pada PD Pacet Segar mengalami fluktuasi dalam sepuluh periode terakhir (Januari 2012 – Mei 2013). Namun pada kenyataannya produktivitas buncis mini pada PD Pacet Segar mengalami penurunan pada musim tanam tertentu. Budidaya buncis mini pada PD Pacet Segar dilakukan dengan menggunakan pola tanam tertentu. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar panen dapat kontinu setiap dua hari sekali. Proses pemanenan dilakukan setalah tanaman berumur 45 hari dan dapat dipanen secara kontinu selama 30 hari. Setelah itu lahan produksi didiamkan (diberakan) selama 15 hari sebelum dilakukan penanaman selanjutnya. Pemanenan pada kondisi normal dilakukan sebanyak 15 kali penen. Pola tanam buncis mini ini dapat dilihat pada Tabel 8 berikut : Tabel 8 Pola tanam buncis mini di PD Pacet Segar P er io d e pr o d u ks i 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
10
Sumber : PD Pacet Segar, 2013
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
No v
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
8
Keterangan : Masa penanaman buncis mini (lahan a)
Masa panen (lahan a)
Masa bera (lahan a)
Masa penanaman buncis mini (lahan b)
Masa panen (lahan b)
Masa bera (lahan b)
Luas lahan yang digunakan oleh PD Pacet Segar untuk membudidayakan buncis mini adalah seluas satu hektar pada satu lokasi. Pengaturan pola tanam pada Tabel 8 dilakukan dengan membagi lahan tersebut menjadi dua bagian, yaitu lahan a dan lahan b yang masing-masing lahan memiliki luas 5 000 meter2. Penanaman benih buncis mini pada lahan b dilakukan setelah benih buncis mini pada lahan a, yang telah ditanam sebelumnya, mulai memasuki waktu panen yaitu hari ke-46 setelah tanam sehingga pada saat buncis mini pada lahan a telah habis dipanen, pihak perusahaan dapat melakukan panen untuk pada lahan b, dan begitu seterusnya untuk menjaga ketersediaan produk. Fluktuasi produksi yang disajikan pada Tabel 7 menunjukkan adanya risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan. Penilaian risiko buncis mini dilakukan dengan melihat nilai variance, standar deviation, dan coefficient variation. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai variance yaitu sebesar 80 558 346 240 000 dan nilai standar deviation diperoleh sebesar 8 975 430. Nilai coefficient variation yang diperoleh sebesar 0.22, dapat dilihat bahwa nilai variance yang diperoleh dari penilaian risiko produksi buncis mini ini berbanding lurus dengan nilai standard deviation yaitu jika nilai variance tinggi maka nilai standard deviation juga akan tinggi. Penilaian risiko produksi yang lebih baik adalah dengan menggunakan coefficient variation karena telah menggunakan ukuran yang sama yaitu risiko untuk setiap return yang diperoleh perusahaan. Semakin besar coefficient variation maka semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Kegiatan usaha budidaya buncis mini ini memiliki risiko produksi yang cukup tinggi yaitu dengan nilai coefficient variation sebesar 0.22. Nilai tersebut memiliki arti bahwa setiap satu kilogram hasil buncis mini yang diperoleh akan menghadapi risiko sebanyak 0.22 kilogram pada saat terjadinya risiko produksi. Sedangkan nilai coefficient variation untuk tanaman buncis pada umumnya (non mini) yaitu sebesar 0.12 (Widasari 2012), artinya bahwa risiko produksi yang dihadapi pada produksi buncis mini lebih besar jika dibandingkan dengan risiko produksi buncis pada umumnya (non mini). Risiko produksi yang dihadapi memiliki dampak bagi perusahaan yaitu akan mempengaruhi pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis terhadap peluang dan dampak dari sumber risiko tersebut terhadap pendapatan perusahaan. Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apa saja sumber-sumber risiko produksi buncis mini pada PD Pacet Segar? 2. Berapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari sumbersumber risiko produksi buncis mini terhadap penerimaan PD Pacet Segar? 3. Bagaimana alternatif strategi yang tepat untuk mengatasi risiko produksi buncis mini yang dihadapi oleh PD Pacet Segar?
9
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi buncis mini pada PD Pacet Segar. 2. Menganalisis kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari sumbersumber risiko produksi buncis mini terhadap penerimaan PD Pacet Segar. 3. Menganalisis alternatif strategi yang tepat untuk mengatasi risiko produksi buncis mini yang dihadapi oleh PD Pacet Segar.
Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan memberikan manfaat untuk berbagai pihak terkait, diantaranya : 1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak PD Pacet Segar dalam mengambil keputusan bisnis, sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat. 2. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, sehingga penelitian selanjutnya dapat menganalisis lebih dalam lagi khususnya penulisan ilmiah mengenai analisis usahatani buncis mini. 3. Menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam bidang agribisnis.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian mengenai analisis risiko produksi buncis mini yang dilakukan adalah : 1. Komoditas yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah buncis mini yang di usahakan di PD Pacet Segar. 2. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil wawancara dan diskusi langsung dengan pihak PD Pacet Segar dan data sekunder berupa data produksi buncis mini pada Januari 2012 sampai dengan Mei 2013. 3. Kajian masalah yang diteliti difokuskan pada analisis risiko produksi serta alternatif strategi penanganan risiko. 4. Penelitian ini tidak membahas mengenai kontrak kerjasama antara PD Pacet Segar dan ICDF.
10
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber-Sumber Risiko Agribisnis
Penelitian mengenai analisis risiko dalam suatu usaha telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Hal ini menandakan bahwa risiko merupakan hal yang penting untuk diperhitungkan dalam menjalankan suatu usaha, sehingga penting untuk dikaji, ditelusuri, dan dipelajari sumber-sumber risiko yang ada pada usaha tersebut, kemudian melakukan pengukuran risiko untuk mengetahui dampak, dan menentukan alternatif strategi penanganan risiko tersebut, terutama dalam sektor agribisnis yang merupakan usaha dengan makhluk hidup sebagai objek usaha yang sangat membutuhkan penanganan risiko yang efektif. Berdasarakan hasil penelitian Yamin (2012), sumber-sumber risiko produksi yang terjadi pada budidaya tomat cherry adalah yaitu perubahan cuaca, serangan hama, penyakit, kualitas bibit, dan sumber daya manusia. Menurut Widasari (2012), sumber-sumber risiko produksi pada budidaya buncis dan wortel antara lain karena adanya ketidakpastian cuaca dan iklim, hama penyakit tanaman, dan kurangnya skill tenaga kerja. Sedangkan sumber risiko harga muncul karena adanya fluktuasi harga sayuran di pasaran serta adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran sayuran. Cher (2011) dalam penelitiannya memaparkan bahwa risiko produksi yang dihadapi oleh PT Masada Organik Indonesia dalam mengusahakan beberapa jenis komoditi sayuran organiknya disebabkan karena adanya beberapa sumber risiko. Sumber-sumber risiko produksi tersebut adalah cuaca yang sulit diprediksi, tingginya kelembaban akibat timbulnya kabut, serta adanya hama dan penyakit tanaman. Sumber-sumber risiko produksi yang diidentifikasi oleh Situmeang (2011) dalam penelitiannya terhadap petani cabai merah keriting Pondok Menteng antara lain hama dan penyakit, kondisi cuaca dan iklim, tenaga kerja dan kondisi tanah. Semua risiko tersebut akan mempengaruhi hasil produksi sehingga menyebabkan kerugian. Jamilah (2010) melakukan penelitian mengenai Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat dan menyebutkan bahwa sumber-sumber risiko produksi yang teridentifikasi antara lain faktor iklim dan cuaca, pengaruh hama dan penyakit tanaman, tingkat kesuburan lahan, efektivitas penggunaan input, serta keterampilan tenaga kerja yang kurang. Berdasarkan hasil beberapa penelitian terdahulu diduga terdapat persamaan pada beberapa sumber risiko yang menyebabkan terjadinya risiko produksi buncis mini pada penelitian yang dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang telah dijabarkan di atas merupakan referensi bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Secara umum sumber risiko produksi yang dihadapi oleh pelaku usaha untuk komoditas hortikultura adalah pengaruh perubahan cuaca, serangan hama, penyakit tanaman, keterampilan tenaga kerja, dan teknik budidaya.
11
Metode Analisis Risiko
Pengukuran risiko dilakukan untuk mengukur pengaruh sumber-sumber risiko terhadap suatu kegiatan bisnis melalui penggunaan suatu alat analisis tertentu. Salah satu alat analisis yang digunakan dalam pengukuran risiko adalah koefisien variasi (coefficient variation), ragam (variance), dan simpangan baku (standard deviation). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain, jika nilai ketiga indikator tersebut semakin kecil maka risiko yang dihadapi kecil. Ketiga alat analisis ini digunakan oleh Widasari (2012), Cher (2011), Situmeang (2011), dan Jamilah (2010) dalam penelitiannya. Berbeda dengan Yamin (2012), yang menggunakan perhitungan rata-rata kejadian berisiko, standart deviation, z-score, probabilitas, dan VaR. Setelah dilakukan perhitungan VaR, selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap sumber-sumber risiko yang akhirnya muncul strategi penanganan terhadap risiko yang dihadapi. Menurut Widasari (2012), hasil analisis risiko pada pola spesialisasi jika dilihat dari tingkat produktivitas dapat dijelaskan bahwa tomat memiliki risiko produksi lebih besar dibandingkan buncis, karena tomat lebih rentan terhadap hama dan penyakit. Apabila dilihat berdasarkan tingkat harga, tomat juga memiliki tingkat risiko lebih tinggi dibandingkan tingkat risiko pada buncis, karena tomat memiliki sifat mudah rusak dan busuk sehingga pada umumnya diperlukan penanganan lebih agar tomat tidak mudah rusak. Berdasarkan hasil perbandingan risiko yang telah dilakukan Cher (2011), dapat dikatakan bahwa dari seluruh kegiatan usahatani, tingkat risiko paling tinggi berdasarkan produktivitas adalah komoditi brokoli pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0.564. Selain itu, juga dapat dilihat bahwa tingkat risiko paling rendah dari keseluruhan kegiatan usaha adalah komoditi wortel pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0.241. Tanaman wortel merupakan tanaman yang paling tahan terhadap ancaman kondisi cuaca yang buruk maupun ancaman serangan hama dan penyakit. Selain itu, wortel paling mudah dibudidayakan dibandingkan dengan komoditi sayuran organik lainnya seperti bayam hijau, caisin, dan brokoli. Tingkat risiko yang paling kecil berdasarkan produktivitas pada komoditi wortel, pada kenyataannya tidak membuat perusahaan hanya mengusahakan sayuran wortel saja. Hal tersebut karena permintaan konsumen terhadap sayuran organik sangat beragam. Oleh sebab itu, perusahaan melakukan kegiatan portofolio dalam usahataninya. Tingkat risiko produksi yang paling kecil pada kegiatan portofolio berdasarkan produktivitas adalah pada kombinasi komoditi wortel dan caisin dengan perolehan coefficient variation sebesar 0.273. Dari hasil analisis portofolio tersebut menunjukkan bahwa diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi. Adanya kegiatan diversifikasi dapat menurunkan tingkat risiko dalam kegiatan spesialisasi bayam hijau, brokoli, dan caisin organik. Kegiatan diversifikasi tidak membuat risiko produksi menjadi nol artinya walaupun perusahaan telah melakukan diversifikasi, tetapi perusahaan akan tetap menghadapi risiko produksi pada kegiatan usaha sayuran organiknya. Hal ini dapat dilihat pada hasil perbandingan risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio berdasarkan produktivitas yang diperoleh yakni dari nilai variance, standard deviation, coefficient variation yang tidak sama dengan nol.
12
Situmeang (2011), memperoleh perhitungan coefficient variation besaran risiko yang dihadapi oleh petani Pondok Menteng dalam usahatani cabai merah keriting yaitu 0.5, artinya untuk setiap satu kilogram cabai merah keriting yang dihasilkan akan mengalami risiko sebesar 0.5 kg pada saat terjadi risiko produksi. Berdasarkan hasil penelitian Jamilah (2010), yang menggunakan analisis risiko seperti variance, standard deviation, dan coefficient variation mengatakan bahwa analisis risiko produksi dilakukan berdasarkan nilai produktivitas dan pendapatan bersih petani dari kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa dari return produktivitas, risiko produksi wortel di kawasan agropolitan Cianjur sebesar 0.26 atau 26 persen. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh petani wortel, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0.26 satuan atau 26 persen. Sementara itu, risiko produksi yang dihadapi petani bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur adalah sebesar 0.29 atau 29 persen. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh petani bawang daun, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0.29 satuan atau 29 persen. Nilai ini diperoleh dari hasil penilaian risiko yang menggunakan ukuran coefficient variation. Berbeda dengan Yamin (2012), yang menghitung probabilitas serta dampak adanya risiko. Sumber risiko yang disebabkan oleh perubahan cuaca memiliki probabilitas dan dampak yang paling besar, yaitu 44 persen dan Rp9 722 492 dan sumber risiko sumber daya manusia memiliki probabilitas dan dampak paling kecil, yaitu 6.8 persen dan Rp198 339. Oleh karena itu dalam manajemen risiko, setelah mengidentifikasi sumber risiko dan melakukan pengukuran risiko maka dilakukan penanganan terhadap risiko. Alat analisis yang banyak digunakan dalam pengukuran risiko produksi adalah coefficient variation, variance dan standard deviation. Namun dalam pengukuran probabilitas dan dampak dari sumber risiko digunakan alat analisis Zscore dan VaR. Berdasarkan referensi penelitian terdahulu, peneliti akan menggunakan alat analisis z-score dan VaR lalu setelah itu dilakukan pemetaan sumber-sumber risiko produksi buncis mini pada peta risiko dan dilanjutkan dengan perumusan alternatif strategi untuk menangani risiko produksi yang terjadi sehingga tujuan dari penelitian ini dapat terjawab.
Strategi Penanganan Risiko
Alternatif strategi yang disarankan oleh Yamin (2012), kepada pihak perusahaan terhadap penanganan ketiga jenis sumber risiko penyakit, pengaruh cuaca, dan kualitas bibit adalah pemberian fungisida ganda pada tanaman tomat agar tidak mudah terserang penyakit, khususnya pada musim hujan, melakukan budidaya dengan menggunakan greenhouse agar tanaman dapat dikontrol terhadap penyakit, hama, dan perubahan cuaca dan melakukan kerja sama dengan ICDF untuk menghasilkan bibit yang berkualitas. Menurut Widasari (2012), alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh petani untuk mengurangi risiko produksi adalah dengan meningkatkan teknologi untuk produksi dan mengembangkan keterampilan tenaga kerja. Sedangkan alternatif strategi yang
13
disarankan untuk mengurangi risiko harga adalah dengan melakukan integrasi vertikal dan mengganti jenis sayuran. Situmeang (2011) dalam penelitiannya memaparkan bahwa strategi pengelolaan risiko tanaman cabai merah keriting yang dilakukan meliputi dua hal yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yaitu dengan melakukan perawatan secara rutin dan terencana mulai dari penyemaian sampai panen. Strategi mitigasi yakni diversifikasi tidak begitu menguntungkan karena dari hasil perhitungan portofolio besaran risiko yang dihasilkan sama yaitu sebesar 0.5. Sedangkan rekomendasi strategi penanganan risiko yang disarankan Cher (2011) untuk mengurangi terjadinya risiko produksi pada usaha sayuran organik PT Masada Organik Indonesia adalah dengan melakukan pengembangan diversifikasi produksi dan menjalin kemitraan produksi dengan petani sekitar. Alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk menangani masalah risiko produksi menurut Jamilah (2010) dalam penelitiannya adalah dengan melakukan penyiraman pada musim kemarau dilakukan sesuai kebutuhan untuk tanaman wortel. Penyiraman juga harus dilakukan pada bedengan sebelum benih wortel disebar. Penyiraman pada musim kemarau untuk bawang daun dilakukan minggu sekali pada pagi atau sore hari. Aternatif lain untuk mengatasi cuaca adalah pengunaan mulsa plastic untuk tanaman bawang daun. Menerapkan pengendalian hama secara terpadu (PHT). Meningkatkan kesuburan lahan dengan cara pemupukan dan merotasikan pola tanam yang tepat. Menggunakan variabel input yang sesuai menurut aturan. Meningkatkan pengembangkan sumberdaya manusia dengan cara mengikuti pelatihan dan penyuluhan budidaya wortel. Selain itu, petani pemilik sebaiknya melakukan pengawasan dan menunjukkan contoh yang baik serta memberi koreksi terhadap tenaga kerja yang menggarap lahannya. Melakukan diversifikasi dengan cara tumpang sari. Alternatif strategi penanganan risiko buncis mini ini dirumuskan setelah diperoleh nilai z-score dan VaR, maka selanjutnya dilakukan pemetaan sumbersumber risiko pada peta risiko dan dilanjutkan dengan perumusan alternatif strategi untuk menangani risiko produksi tersebut. Berdasarkan penelitian terdahulu diketahui bahwa strategi pengelolaan risiko yang dapat digunakan untuk menangani risiko produksi adalah dengan strategi preventif dan mitigasi.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Risiko Risiko adalah konsekuensi dari apa yang telah dilakukan. Seluruh kegiatan yang dilakukan baik perorangan atau perusahaan juga memiliki risiko. Risiko dalam bidang usaha memiliki berbagai kejadian yang kompleks dengan pertimbangan variabel yang berpengaruh terhadap keputusan bagi kelangsungan
14
usaha tersebut. Ada banyak pendapat mengenai risiko yang dapat membantu pembaca untuk memahami konsep risiko dengan dengan lebih jelas. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, hal ini sesuai dengan pendapat Kountur (2004), yaitu ketidakpastian itu terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi menyangkut apa yang akan terjadi. Ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan disebut dengan istilah kesempatan, sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan dikenal dengan istilah risiko. Kountur mendefinisikan risiko sebagai suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak merugikan. Robinson dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan dalam bisnis. Pada umumnya peluang suatu kejadian dalam kegiatan bisnis dapat ditentukan oleh pembuat keputusan berdasarkan data historis atau pengalaman selama mengelola kegiatan usahanya. Risiko pada umumnya berdampak negatif terhadap pelaku bisnis. Ketidakpastian menunjukan peluang suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan. Sedangkan menurut Harwood, et al. (1999), risiko menunjukan kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya. Darmawi (2005), risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain bahwa penggunaan kata ‘kemungkinan’ tersebut sudah menunjukan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Menurut Kountur (2008), ada tiga unsur penting dari suatu kejadian yang dianggap sebagai risiko, yaitu: (1) Merupakan suatu kejadian, (2) Kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, jadi bisa terjadi dan bisa tidak, (3) Jika sampai terjadi, maka akan menimbulkan kerugian. Gambaran mengenai risiko dan ketidakpastian dapat dilihat dalam suatu kontinum seperti Gambar 1 berikut : Peluang dan hasil diketahui RISKY EVENTS
Peluang dan hasil tidak diketahui UNCERTAIN EVENTS
Gambar 1 Risk-Uncertainty Continuum Sumber : Debertin, 1986 (dalam modul perkuliahan risiko, unpublish)
Gambar 1 menunjukan bahwa pada kontinum sebelah kiri menggambarkan kejadian yang berisiko dimana peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan. Di sisi lain pada kontinum yang terletak di sebelah kanan menggambarkan kejadian ketidakpastian dimana peluang dan hasil dari suatu kejadian tidak diketahui oleh pengambil keputusan.
15
Sumber dan Jenis Risiko Menurut Harwood et al. (1999), terdapat beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani, yaitu : 1. Risiko Produksi Sumber risiko yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit, perbedaan iklim dan cuaca, kesalahan sumberdaya manusia, dan masih banyak lagi. 2. Risiko Pasar atau Harga Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan lain-lain. Sementara itu risiko yang ditimbulkan oleh harga antara lain harga dapat naik akibat dari inflasi. 3. Risiko Kebijakan Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan antara lain adanya kebijakan-kebijakan tertentu yang keluar dari dalam hal ini sebagai pemegang kekuasaan pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha. Dalam artian kebijakan tersebut membatasi gerak dari usaha tersebut. Contohnya adalah kebijakan tarif ekspor. 4. Risiko Finansial Risiko yang ditimbulkan oleh risiko finansial antara lain adalah adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun akibat dari krisis ekonomi dan sebagainya. Kountur (2008) mengelompokan jenis risiko berdasarkan sudut pandang penyebab dan dari sudut pandang akibat. Pengelompokan risiko berdasarkan sudut pandang penyebabnya dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu : 1. Risiko keuangan merupakan jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi dan keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang, dan perubahan tingkat suku bunga. 2. Risiko operasional merupakan jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor operasional seperti faktor manusia, teknologi, dan alam. Risiko yang dilihat dari sudut pandang akibat dikelompokan menjadi dua kelompok besar, yaitu : 1. Risiko spekulatif adalah jenis risiko yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan dua kemungkinan, yakni kemungkinan merugikan atau sebaliknya memberikan keuntungan. 2. Risiko murni adalah jenis risiko yang akibatnya tidak memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dan yang ada hanyalah kerugian.
16
Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Oleh karena itu perlu terlebih dahulu memahami tentang konsep-konsep yang dapat memberi makna, cakupan yang luas dalam rangka memahami proses manajemen tersebut. (Darmawi 2005) Cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko merupakan definisi manajemen risiko menurut Kountur (2008). Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya penanganan risiko yang baik, segala kemungkinan kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat diminimalkan sehingga biaya menjadi lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Selanjutnya Kountur mengatakan dalam menangani risiko yang ada dalam perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan, kemudian mengukur risiko-risiko yang telah teridentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut. Tahap berikutnya yaitu dengan menangani risiko-risiko tersebut yang selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan. Proses pengelolaan risiko perusahaan dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini : Identifikasi Risiko
Evaluasi
Pengukuran Risiko
Penanganan Risiko
Daftar Risiko Peta Risiko dan Status Risiko Penanganan Risiko
Gambar 2 Proses pengelolaan risiko perusahaan Sumber : Kountur, 2008
Menurut Kountur (2008), berdasarkan peta risiko dapat diketahui cara penanganan risiko yang tepat untuk dilaksanakan. Terdapat dua strategi penanganan risiko, yaitu: 1. Preventif Preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: (a) membuat atau memperbaiki sistem, (b) mengembangkan sumber daya manusia, dan (c) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. 2.
Mitigasi Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Strategi mitigasi dilakukan
17
untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah: a) Diversifikasi. Cara menempatkan aset di beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki. b) Penggabungan (merger). Menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. c) Pengalihan Risiko. Cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Cara ini bermaksud jika terjadi kerugian pada perusahaan maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan risiko ke pihak lain, diantaranya melalui asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging.
Teknik Pemetaan Pemetaan risiko terkait dengan dua dimensi yaitu probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi. Probabilitas yang merupakan dimensi pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi tingkat kemungkinan risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dimensi kedua yaitu dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko, maka semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko maka semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak dibagi menjadi tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pembagian matriks pada pemetaan risiko dapat dilihat pada Gambar 3 berikut : Probabilitas (%)
Besar
Kuadran 1
Kuadran 2
Kuadran 3
Kuadran 4
Sedang
Kecil
Dampak (Rp) Kecil
Gambar 3 Peta risiko Sumber : Kountur, 2008
Sedang
Besar
18
Berdasarkan pada Gambar 3, terdapat empat kuadran utama pada peta risiko. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran II merupakan kategori risiko yang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan. Kuadran III merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupun internal yang signifikan. Kuadran IV merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.
Kerangka Pemikiran Konseptual
Buncis mini merupakan salah satu komoditas pertanian yang potensial untuk dikembangkan, khususnya bagi PD Pacet Segar karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Namun dalam pelaksanaan proses produksinya menghadapi risiko, salah satunya adalah risiko produksi. Risiko produksi tersebut salah satu indikasinya adalah dari adanya fluktuasi produksi buncis mini. Sementara itu, faktor-faktor yang terindikasi sebagai sumber risiko produksi diantaranya adalah pengaruh perubahan cuaca, serangan hama dan penyakit, kualitas benih buncis mini, serta kesalahan sumber daya manusia. Sumber-sumber risiko produksi tersebut belum dapat dipastikan dapat menggambarkan keseluruhan sumber risiko produksi yang mungkin terdapat dalam usaha budidaya buncis mini yang dijalankan oleh PD Pacet Segar. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang benar-benar terdapat pada usaha ini. Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi apa saja yang dihadapi oleh PD Pacet Segar dalam kegiatan budidaya buncis mini. Analisis lain yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi upaya penanganan risiko produksi yang dilakukan oleh PD Pacet Segar. Analisis ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan pihak PD Pacet Segar. Analisis yang selanjutnya dilakukan adalah analisis probabilitas dan dampak risiko produksi buncis mini akibat adanya sumber-sumber risiko. Pengukuran probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dilakukan dengan metode nilai standar atau z-
19
score, sedangkan pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Hasil analisis ini akan menunjukkan status risiko, sehingga dapat diketahui risiko produksi mana yang lebih penting untuk lebih dahulu dilakukan penanganan risikonya. Hasil analisis probabilitas dan dampak risiko produksi tersebut selanjutnya dipetakan pada peta risiko yang akan menunjukkan sebaran sumber risiko produksi terhadap peta untuk kemudian ditentukan strategi penanganan risiko yang tepat untuk mengendalikan sumber-sumber risiko tersebut. Hasil analisis terhadap risiko produksi tersebut selanjutnya diajukan kepada pihak PD Pacet Segar sebagai bahan rekomendasi. Langkah pemikiran operasional penelitian secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 4 berikut : Adanya fluktuasi produktivitas buncis mini pada PD Pacet Segar Analisis deskriptif
Risiko produksi buncis mini
Analisis sumber sumber risiko : Perubahan cuaca Kualitas benih Serangan hama Penyakit
Analisis risiko
Z-score
Mengukur kemungkinan terjadinya risiko produksi buncis mini di PD Pacet Segar
Mengukur status risiko produksi buncis mini di PD Pacet Segar
VaR
Mengukur dampak risiko produksi buncis mini di PD Pacet Segar
Memetakan risiko produksi buncis mini di PD Pacet Segar
Diagram Kountur
Alternatif strategi pengelolaan risiko produksi buncis mini pada PD Pacet Segar
Keterangan : Garis yang menyatakan hubungan pengaruh Garis yang menyatakan alat analisis
Gambar 4
Langkah pemikiran operasional penelitian Pengelolaan Risiko Produksi Buncis Mini pada PD Pacet Segar
20
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PD Pacet Segar milik Alm. Bapak H. Mastur Fuad yang beralamat di Jalan Raya Ciherang Nomor 48 Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa PD Pacet Segar ini merupakan salah satu produsen buncis mini di Kabupaten Cianjur. Selain itu, sejak perusahaan berdiri sampai sekarang belum ada penelitian mengenai analisis risiko produksi buncis mini, sehingga penelitian ini akan menjadi menarik. Pengumpulan data ini dilakukan pada PD Pacet Segar mulai dari bulan Maret sampai dengan Mei 2013.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data pimer diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak PD Pacet Segar, yaitu pemilik dan Kasie pengadaan dan budidaya. Informasi mengenai PD Pacet Segar dan alternatif strategi yang diambil untuk menangani risiko produksi diperoleh langsung dari pemimpin perusahaan, sedangkan untuk memperoleh informasi mengenai teknik budidaya buncis mini dilakukan wawancara dengan bagian produksi. Data primer berisikan mengenai teknik pengelolaan risiko atau manajemen risiko yang dilakukan oleh perusahaan. Data sekunder diperoleh dari buku, artikel, skripsi, jurnal, serta data-data instansi terkait yang mendukung penelitian seperti Badan Pusat Statistik, Dirjen Hortikultura, Departemen Pertanian, internet, dan literatur yang relevan dengan penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data primer yang diperoleh dengan cara observasi, wawancara, diskusi, dan kuesioner dengan pihak PD Pacet Segar. Observasi dilakukan langsung oleh peneliti dengan melakukan pencatatan secara langsung mengenai aktivitas produksi dan risiko yang dihadapi dalam produksi buncis mini seperti pencatatan data produksi dan data kehilangan buncis mini mulai dari periode produksi Januari 2012 sampai dengan Mei 2013. Jenis data primer yang digunakan merupakan data time series sepuluh periode produksi terakhir (per tiga bulan). Data produksi pertama sampai dengan data produksi kesembilan diperoleh dari hasil pencatatan perusahaan, sedangkan data
21
produksi kesepuluh (Februari sampai Mei 2013) merupakan hasil pengamatan langsung peniliti di lokasi penelitian. Kegiatan wawancara dilakukan dengan pihak perusahaan yaitu bagian produksi melalui pengajuan beberapa pertanyaan secara langsung dengan menggunakan kuesioner penelitian dan berdiskusi untuk mendapatkan berbagai informasi yang diperlukan dalam penelitian, seperti mengenai risiko yang biasanya dihadapi oleh PD Pacet Segar dalam proses budidaya buncis mini. Sedangkan untuk memperoleh data sekunder, teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur dan mencari data yang bersumber dari internet. Data primer dan data sekunder yang telah didapatkan kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui probabilitas dan dampak dari setiap sumber risiko produksi. Proses pengambilan data dan penentuan responden dilakukan dengan metode purposive dengan pertimbangan responden memiliki kapabilitas dalam memberikan data-data yang akurat. Responden merupakan pihak yang berhubungan dan mengetahui dengan jelas mengenai produksi buncis mini dan risiko yang dihadapi PD Pacet Segar, yaitu pemilik dan Kasie pengadaan dan budidaya.
Metode Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang diperoleh dijadikan sebagai acuan pada penelitian ini. Kedua data ini akan diolah dan dianalisis melalui beberapa metode analisis yang digunakan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis risiko. Analisis risiko digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua, yaitu menganalisis seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan dampak risiko produksi pada usaha budidaya buncis mini, data untuk analisis ini menggunakan data kuantitatif. Selain itu juga dilakukan pengukuran risiko menggunakan metode perhitungan variance, standar deviation, dan coefficient variation. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama dan ketiga, yaitu menganalisis sumber-sumber risiko yang ada pada budidaya buncis mini dan alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi. Adapun data yang digunakan untuk analisis ini adalah data kualitatif.
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis sumber-sumber risiko dan alternatif manajemen risiko yang diterapkan oleh PD Pacet Segar untuk meminimalkan risiko dan ketidakpastian yang dihadapi. Hal ini dilakukan melalui proses wawancara langsung dengan pihak perusahaan serta melalui pengisian kuesioner. Manajemen risiko yang diterapkan berdasarkan pada penilaian perusahaan sebagai pengambil keputusan secara subjektif. Identifikasi ini dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko. Hal tersebut didasarkan pada tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan.
22
Metode Pengukuran Risiko Peluang dalam menghadapi risiko pada setiap periode bernilai sama. Pengukuran peluang diperoleh dari frekuensi kejadian setiap periode produksi yang dibagi dengan periode waktu dan secara sistematis dapat dituliskan : P= Keterangan : P = Peluang f = Frekuensi kejadian T = Periode waktu Expected return adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi peluang masing-masing dari suatu ketidakpastian. Rumus Expected return dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995) : EŘi = ∑
.
Keterangan : EŘi = Expected return buncis mini Pij = Peluang dari suatu kejadian 1,2,3,...n Rij = Return (Jumlah produksi dan harga jual buncis mini) Alat analisis yang digunakan untuk mengukur sejauh mana risiko yang dihadapi dalam menjalankan usaha budidaya buncis mini terhadap pendapatan yang diperoleh perusahaan adalah sebagai berikut : a) Variance Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995) : =∑
(
− EŘi)2
Keterangan : = Variance dari return buncis mini Pij = Peluang dari suatu kejadian 1,2,3,...n Rij = Return dari buncis mini EŘi = Expected return dari buncis mini Nilai variance menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut.
23
b) Standard Deviation (Simpangan Baku) Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995) : = Keterangan : = Variance buncis mini = Standard deviation buncis mini
c) Coefficient Variation (Koefisien Variasi) Coefficient variation diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient variation adalah (Elton dan Gruber, 1995) : CVi =
/ Eři
Keterangan : CV = Coefficient variation buncis mini = Standard deviation buncis mini EŘi = Expected return buncis mini
Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko Menurut Kountur (2008), risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau zscore. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi adalah data produksi buncis mini pada sepuluh periode terakhir. Langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode nilai standar atau z-score dan aplikasinya pada budidaya buncis mini ini adalah: 1) Menghitung rata-rata kejadian berisiko (penurunan produksi buncis mini) Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata penurunan produksi buncis mini adalah: x=
∑
24
Keterangan : x = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko xi = Nilai per periode kejadian berisiko n = Jumlah data 2) Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko
=
∑
(
)
Keterangan : s = Standar deviasi dari kejadian berisiko xi = Nilai per periode dari kejadian berisiko = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko x n = Jumlah data 3) Menghitung nilai standar (z-score)
=
−
Keterangan : z = Nilai z-score dari kejadian berisiko x = Batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko x s = Standar deviasi dari kejadian berisiko Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai z-score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi z (normal). Pada penelitian ini, penetapan angka untuk batas normal setiap sumber risiko ditentukan oleh pihak perusahaan berdasarkan nilai rata-rata kehilangan produksi dari jumlah produksi yang dihasilkan setiap periode produksi buncis mini. 4) Mencari kemungkinan terjadinya risiko produksi Setelah nilai z-score dari budidaya buncis mini diketahui, maka selanjutnya dapat dicari kemungkinan terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari Tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi buncis mini yang merupakan kejadian merugikan (profit negatif).
Analisis Dampak Risiko Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi
25
dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan budidaya buncis mini. Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari terjadinya sumbersumber risiko. Dalam menghitung VaR terlebih dahulu dihitung jumlah penurunan produksi buncis mini setiap periode. Jumlah penurunan tersebut (dari batas normal) kemudian dikalikan dengan harga yang terjadi pada periode yang sama dan dikali berat rata-rata yang terjadi pada periode yang sama. Setelah didapat angka kerugian dari masing-masing periode kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, setelah itu dicari berapa besar nilai standar deviasi atau penyimpangan. Proses terakhir menetapkan batas toleransi dan mencari nilai VaR. Menurut Kountur (2008), nilai VaR dapat dihitung dengan rumus berikut : s = x+z( ) √n Keterangan : VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko = Nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko x z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen s = Standar deviasi kerugian akibat kejadian berisiko n = Banyaknya kejadian berisiko
Pemetaan Risiko Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan setelah diketahui nilai kemungkinan terjadinya risiko produksi serta dampaknya adalah melakukan pemetaan risiko untuk mengetahui risiko mana yang harus ditangani terlebih dahulu. Menurut Kountur (2008), sebelum dapat menangani risiko, hal yang terlebih dahulu perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran mengenai posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak. Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu dampak besar dan dampak kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecil ditentukan oleh manajemen, tetapi pada umumnya risiko yang probabilitasnya 20 persen atau lebih dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan kurang dari 20 persen dianggap sebagai kemungkinan kecil (Kountur 2008). Pada penelitian ini, penentuan batas tengah untuk sumbu vertikal (probabilitas) dan sumbu horizontal (dampak) ditentukan oleh pihak perusahaan berdasarkan pengalaman selama menjalankan usaha budidaya buncis mini dan berdasarkan rata-rata pada setiap periode produksi. Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan atas perkiraan posisinya berada dimana dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak. Hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui posisi risiko tersebut adalah dengan melakukan perhitungan status risiko. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari
26
kejadian yang paling berisiko sampai dengan yang paling tidak berisiko. Status risiko dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini : Status risiko = Probabilitas x dampak Penanganan Risiko Berdasarkan hasil pemetaan risiko, maka selanjutnya dapat ditetapkan strategi penanganan risiko yang sesuai. Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko, yaitu: 1.
Pencegahan Risiko (Preventif) Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran satu dan dua. Menurut Kountur (2008), Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran satu akan bergeser menuju kuadran tiga dan risiko yang berada pada kuadran dua akan bergeser menuju kuadran empat. Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 5 berikut : Probabilitas (%) Besar Kuadran 1
Kuadran 2
Kuadran 3
Kuadran 4
Sedang
Kecil
Dampak (Rp) Kecil
Sedang
Besar
Gambar 5 Penanganan risiko (preventif) Sumber : Kountur, 2008
2.
Mitigasi Risiko Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran dua bergeser ke kuadran satu dan risiko yang berada pada kuadran empat bergeser ke kuadran tiga. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan, dan pengalihan risiko (Kountur 2008). Mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 6 berikut :
27
Probabilitas (%) Besar
Kuadran 1
Kuadran 2
Kuadran 3
Kuadran 4
Sedang
Kecil
Dampak (Rp) Kecil
Sedang
Besar
Gambar 6 Penanganan mitigasi risiko Sumber : Kountur, 2008
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Pacet Segar merupakan perusahaan dagang (PD) yang bergerak dalam bidang agribisnis dimana kegiatan bisnis yang dijalankannya yaitu kegiatan budidaya dan pemasaran komoditas hortikultura, khususnya sayuran segar. PD Pacet Segar didirikan oleh Alm. Bapak H. Mastur Fuad pada tahun 1970. Pada awalnya PD Pacet Segar merupakan suatu usaha dengan skala kecil. Kegiatan budidaya sayuran dilakukan pada sebidang lahan seluas 400 meter2 yang dikelola secara kekeluargaan. Seiring dengan perjalanan waktu, pada tahun 1975 PD Pacet Segar bergabung dengan petani-petani sekitar dan membentuk suatu kelompok tani bersama yang memiliki anggota sebanyak 20 orang. Kelompok tani bersama tersebut dibentuk atas anjuran dan binaan dari Dinas Pertanian Pangan Dati II Cianjur. Tujuan dengan bergabungnya PD Pacet Segar dengan petani-petani tersebut adalah untuk menjalin kerjasama diantara sesama petani sayuran, baik dalam aspek budidaya, pasca panen, maupun pemasaran sebagai upaya peningkatan produksi dan mutu sayuran yang dihasilkan agar lebih menguntungkan. PD Pacet Segar memiliki visi yaitu, menjangkau kesejahteraan khalayak banyak, meningkatkan kesejahteraan petani dan konsumen, meningkatkan pendapatan para petani. Sedangkan misi yang senantiasa dilakukan oleh PD Pacet Segar yaitu memberikan pelayanan terbaik untuk konsumen, mengutamakan kualitas produk secara optimal dan menjadikan karyawan sebagai bagian dari perusahaan. Modal awal yang digunakan untuk mendirikan PD Pacet Segar berjumlah Rp5 000 000 yang berasal dari dalam keluarga. Aset awal yang dimiliki perusahaan berupa lahan kebun milik pribadi seluas 400 meter² yang
28
digunakan untuk menanami jenis sayuran lokal. Seiring dengan perkembangan perusahaan, lahan kebun yang dimiliki meningkat menjadi empat hektar, dengan jenis sayuran yang diusahakan seperti wortel, buncis mini, tomat cherry, selada, selada air, timun pickle, dan kucai. Pada tahun 1980, PD Pacet Segar mulai menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan, diantaranya dengan PT Brassica dan CV Mekar. Kerja sama yang terjalin tersebut, mempermudah PD Pacet Segar dalam memasarkan sayurannya ke sebagian daerah yang ada di Jakarta, seperti Pasar Mayestik, Pasar Blok M, Pasar Cikini, dan lain-lain. Pada tahun 1983, PD Pacet Segar dapat menembus Pasar Swalayan yaitu PT HERO Supermarket di Jakarta. Pada saat itu PD Pacet Segar ditetapkan sebagai pemasok tetap sampai dengan tahun 2008. Saat itu belum banyak pengusaha lokal yang dapat memasukan produknya ke pasar swalayan, sehingga PD Pacet Segar selain memasok sayuran segar, juga memasok sayuran olahan seperti timun asinan. Pada tanggal 1 September 1991 dalam acara yang di prakarsai oleh Dapertemen Perdagangan dan AP3I (Asosiasi Pusat Pertokoan dan Pembelanjaan Indonesia ) di Jakarta, PD Pacet Segar menandatangani kontrak kerjasama dengan PT Fine Food Corporation (PT FFCo), dalam pembuatan sayuran acar. Selain itu PD Pacet Segar melakukan kerjasama lebih lanjut dengan HIPPI dan HERO Supermarket itu dikukuhkan dengan ditandatanganinya pada tanggal 5 September 1991 di JDC (Jakarta Design Center), kerjasama ini ditandai dengan penyerahan dua buah traktor oleh PT HERO Supermarket kepada PD Pacet Segar. Seiring dengan peningkatan penjualan produk sayuran, PD Pacet Segar sering mengikuti kegiatan pameran untuk lebih memperkenalkan produk sayuran yang dihasilkannya. Melalui kegiatan pameran tersebut, akhirnya PD Pacet Segar menjadi ” Tenant of Incubator of Agribusiness ” IPB pada tahun 1995. Selama kurang lebih empat tahun, PD Pacet Segar berada dalam pengawasan PIAA-IPB untuk memperoleh bimbingan manajemen, pemasaran, adiministrasi dan keuangan. Melalui PIAA-IPB inilah Pacet Segar mendapat perhatian dari lembaga keuangan seperti BNI dan Telkom. Pada tanggal 31 Januari 1995 PD Pacet Segar mendaftarkan usahanya pada Dinas Perdagangan Kabupaten Cianjur, sehingga badan hukum yang dimilki perusahaan berupa PD Pacet Segar dengan nomor : SIUP 003/10.7/PM/B/I/1995. Hal ini ditujukan untuk mengantisipasi perusahaan dengan harapan memperoleh kemajuan usaha yang lebih baik. Pada tanggal 28 Januari 1995 PD Pacet Segar tercatat dalam sertifikat keanggotaan pada Inkubator Agribisnis dan Agroindustri Institut Pertanian Bogor. Adanya kontrak kerjasama PD Pacet Segar dengan beberapa perusahaan membawa pengaruh yang baik. Hal ini terbukti dengan banyaknya tawaran kerja sama dengan pihak-pihak perusahaan besar. PD Pacet Segar terus melakukan pengembangan pemasaran, selain HERO yang menjadi pasar utama, pada saat ini perusahaan juga melakukan kerja sama dengan Makro yang ditandai dengan adanya penandatangan kontrak kerjasama pada tanggal 27 November 1997. Pada tahun 2002 PD Pacet Segar juga menjalin kerjasama dengan PT Wiguna Makmur dan PT Simplot Agritama (Mc Donalds), serta pada bulan Desember 2003 perusahaan bekerjasama dengan Wendy’s. Pada akhir tahun 2009, PD Pacet Segar memutuskan penjualannya dengan swalayan dan Mc Donald karena adanya pelanggaran kesepakatan oleh pihak tersebut. Diantara pelanggaran tersebut adalah adanya keterlambatan jangka waktu pembayaran tagihan. Pada
29
awalnya jangka waktu pembayan yang disepakati adalah dua minggu setelah barang dikirim, namun pada kenyataannya pembayaran diundur sampai tiga bulan. Hal ini menyebabkan perputaran uang dalam bisnis sedikit tersendat, sehingga PD Pacet Segar memutuskan untuk menghentikan kerjasama dengan Swalayan dan Mc Donald. Pada tahun 2008, PD Pacet Segar hanya mendistribusikan sayuran segar yang dihasilkan ke ICDF (International Cooperation Development Fund) Bogor, industri pengolahan (PD Pusaka Tani), dan pasar tradisional.
Lokasi Perusahaan
PD Pacet Segar berada di Jalan Raya Ciherang Nomor 48 Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Wilayah ini merupakan daerah dataran tinggi yang termasuk ke dalam kawasan Gunung Gede Pangrango. Desa Ciherang terletak pada ketinggian 1 100 m dpl, dengan topografi berbukit 82 persen, landai 18 persen dan tingkat kemiringan 50 sampai 60 persen. Wilayah dataran tinggi Kecamatan Pacet merupakan daerah bersuhu antara 16.30 sampai 24.20 oC, serta kelembaban udara 66 persen. Curah hujan 3 402 mm per tahun dengan hari hujan 263 hari per tahun. Jenis tanah adalah Andosol dengan pH 5.5 sampai 6.2 sehingga daerah ini merupakan daerah sentra produksi pertanian khususnya sayuran.
Struktur Organisasi Perusahaan
PD Pacet Segar merupakan perusahaan keluarga yang pengelolaannya pun dilakukan secara kekeluargaan, sehingga manajemen perusahaan dikendalikan oleh anggota keluarga. Struktur organisasi yang diterapkan oleh masih sederhana, dimana pembagian kerja yang ada dalam struktur organisasi PD Pacet Segar, terdiri dari pimpinan, sekretaris, bendahara, dan empat kepala seksi, yaitu kepala seksi pengadaan dan produksi, kepala seksi pasca panen, kepala seksi pemasaran dan kepala seksi transportasi. PD Pacet Segar merupakan perusahaan dengan skala kecil dan pembagian kerjanya masih sederhana, sehingga PD Pacet Segar menggunakan tipe organisasi garis atau tipe organisasi lini (line organization). Tipe organisasi lini memiliki ciri-ciri, antara lain organisasi masih berskala kecil dan spesialisasi kerja masih terbatas. Struktur organisasi PD Pacet Segar dapat dilihat pada Gambar 7.
30
Pimpinan
Sekretaris
Kasie Pengadaan dan Budidaya
Bendahara
Kasie Pasca Panen
Kasie Pemasaran
Kasie Transportasi
Karyawan Harian
Gambar 7 Struktur organisasi PD Pacet Segar tahun 2013 Sumber : PD Pacet Segar, 2013
Tugas dari masing-masing jabatan tersebut adalah : 1. Pimpinan Bertanggung jawab atas seluruh aktifitas dan kegiatan operasional perusahaan, mengawasi seluruh kegiatan di perusahaan, baik itu di kebun tempat budidaya, di gudang tempat pengemasan maupun pada kegiatan pemasaran. 2. Sekretaris Bertugas mencatat semua pesanan sayuran yang masuk dan yang akan dikirim. Di samping itu, sekretaris juga bertugas mencatat pembukuan dan penyampaian informasi yang diterima dari luar perusahaan, serta sebagai wakil pimpinan apabila pimpinan tidak berada di tempat. 3. Bendahara Bertugas mencatat laporan keuangan secara teratur dan berkala sehingga posisi keuangan perusahaan dapat diketahui, menerima hasil pembayaran dari penjualan, mengurus upah dan gaji pegawai, menyimpan uang yang diterima perusahaan serta mencatat administrasi dari seluruh kegiatan yang ada di perusahaan. 4. Kepala Seksi Pengadaan dan Budidaya Bertugas menangani pengadaan input, mulai dari kegiatan produksi tanaman seperti, persiapan lahan, pengolahan lahan, penyediaan saprotan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta pemeliharaan sampai siap untuk dipanen. 5. Kepala Seksi Pasca Panen Bertugas menangani hasil produksi sampai pemasaran, mengendalikan seluruh kegiatan yang terkait dengan ketersediaan pasokan di gudang pengemasan dan penyimpanan. 6. Kepala Seksi Transportasi Bertugas menangani pengiriman barang hingga sampai ke tangan konsumen dan bertanggung jawab atas ketepatan pengiriman barang ke konsumen.
31
7. Kepala seksi Pemasaran Bertugas memasarkan produk yang dihasilkan, menjajaki dan mencari kemungkinan untuk memperluas jangkauan pemasaran serta bertugas menangani penerimaan permintaan dan pemenuhan sayuran sesuai dengan permintaan konsumen.
Deskripsi Kegiatan Bisnis
PD Pacet Segar merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang memiliki unit bisnis yang lengkap, mulai dari kegiatan budidaya, penanganan pasca panen hingga pemasaran komoditas hortikultura khususnya sayuran. Seiring dengan perkembangan usaha di bidang budidaya sayuran dan semakin ketatnya persaingan diantara perusahaan yang bergerak dalam usaha yang sejenis, maka PD Pacet Segar bekerja sama dengan anak perusahaan yaitu Pusaka Tani untuk menambah unit bisnis yaitu bisnis pengolahan sayuran. 1) Pengadaan input PD Pacet Segar memperoleh sarana produksi pertanian seperti benih, bibit, pupuk, peralatan pertanian seperti cangkul, bambu, mulsa, ajir, hand sprayer, serta obat-obatan dari berbagai pemasok di daerah sekitar Cipanas dan Cianjur. Pengadaan pupuk kandang yang berasal dari pengolahan kotoran ayam diperoleh dari peternak di daerah Ciherang dan Cugenang. Sayuran segar yang didistribusikan oleh PD Pacet Segar tidak seluruhnya berasal dari hasil budidaya kebun sendiri, melainkan juga mendapatkan tambahan pasokan sayuran segar dari petani-petani di sekitar daerah Cipanas dan Cianjur. Hal ini dikarenakan faktor luas lahan yang digunakan dalam proses budidaya yang tidak terlalu besar dan belum terpenuhinya seluruh permintaan dari konsumen. Oleh karena itu, PD Pacet Segar memiliki pemasok utama yang disebut mitra tani yang memiliki peranan dalam hal pengadaan dan penambahan bahan baku. Pada Tahun 2012 jumlah mitra tani bahan baku sayuran ke PD Pacet Segar berjumlah 20 orang. Kemitraan yang dilakukan PD Pacet Segar terbagi menjadi dua kelompok, yaitu : 1. Mitra Tani Tetap, terdiri dari sekumpulan petani yang merupakan pemasok tetap dan terikat, yang tergabung secara resmi pada kelompok tani Pusaka Tani, dengan jumlah sebanyak 20 orang. Kewajiban yang yang harus dipenuhi oleh mitra tani tetap ini adalah senantiasa harus memenuhi pasokan sayuran secara kontinyu yang dibutuhkan oleh PD Pacet Segar untuk memenuhi permintaan pasar. Selain kewajiban yang harus dipertanggungjawabkan, mitra tani tetap berhak mendapatkan hak nya yaitu mendapatkan pembayaran setiap satu minggu, atas hasil panen yang diberikan kepada PD Pacet Segar. 2. Mitra Tani Lepas, terdiri dari sekumpulan petani diluar anggota kelompok tani Pusaka Tani. Kewajiban yang harus dipenuhi oleh mitra tani lepas ini adalah menyediakan sayuran yang dibutuhkan oleh PD Pacet Segar apabila pasokan dari mitra tani tetap kurang mencukupi, sehingga pengiriman yang dilakukan oleh mitra tani lepas bersifat tidak kontinyu. Hak dari kelompok mitra tani lepas ini
32
adalah hasil panen yang diperoleh, bukan hanya untuk PD Pacet Segar saja, mereka berhak untuk memasok ke perusahaan lain atau tempat pemasaran lain, dan juga transaksi pembayaran dilakukan langsung pada hari dimana sayuran selesai dipasok. 2) Proses produksi Teknik budidaya buncis mini di PD Pacet Segar dilakukan dengan sistem dan peralatan yang sederhana seperti cangkul, bambu, dan garpu tanah. Sistem budidaya buncis mini di PD Pacet Segar dilakukan dengan sistem monokultur, dimana hanya ada satu jenis tanaman pada suatu luasan lahan. Hal ini dilakukan agar mempermudah dalam pemeliharaan tanaman. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam kegiatan budidaya buncis mini adalah : 1. Persiapan Benih Benih yang digunakan harus benar-benar benih yang baik. Benih yang baik harus memenuhi persyaratan tertentu antara lain, mempunyai daya tumbuh minimal 80 persen, bentuknya utuh, berwarna mengkilat, tidak bernoda cokelat terutama pada mata bijinya, bebas dari hama penyakit, seragam, tidak tercampur varietas lain, serta bersih dari kotoran. Benih buncis mini yang digunakan oleh PD Pacet Segar merupakan buncis tipe tegak var. Le 14 yang diperoleh dari ICDF. Benih yang diperoleh dari ICDF merupakan benih yang dibeli dari rekanan pihak ICDF di Bali dengan jenis french bean (buncis perancis). 2. Persiapan Lahan Beberapa langkah dalam persiapan lahan yang harus dilakukan antara lain : a. Pembersihan gulma Kegiatan ini dilakukan agar tidak terjadi persaingan makanan dengan tanaman pokoknya yaitu buncis mini. Cara membersihkan gulma ini dilakukan secara manual, yaitu dengan mencabuti gulma secara langsung menggunakan tangan atau cangkul. b. Pencangkulan Kegiatan ini dilakukan setelah lahan bersih dari gulma. Lahan dicangkul sedalam 20 sampai dengan 30 centimeter. Pencangkulan dilakukan satu kali karena lahan yang digunakan untuk budidaya buncis mini ini termasuk lahan yang gembur. c. Pembuatan bedengan Bedengan dibuat dengan ukuran panjang lima meter, lebar satu meter, dan tinggi 20 centimeter. Jarak antar bedengan yaitu 40 sampai dengan 50 centimeter, jarak ini digunakan sebagai jalan serta untuk saluran pembuangan air (drainase). d. Pemupukan awal Pemupukan awal dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah. PD Pacet Segar menggunakan pupuk kandang atau kompos serta pupuk dasar. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pupuk di sepanjang bedengan.
33
3. Penanaman Buncis mini ditanam dengan pola pagar atau barisan karena penanamannya dilakukan pada bedengan atau guludan. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 50 centimeter. Penggunaan jarak tanam ini akan mempermudah pekerjaan selanjutnya seperti, pemeliharaan, pengairan, pemupukan, dan panen. Setelah itu dilakukan pembuatan lubang tanam dengan cara ditugal dengan kedalaman 4-6 centimeter. Setiap lubang tanam diisi dengan tiga sampai empat butir benih buncis mini, lalu lubang tanam tersebut ditutup dengan tanah. 4. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan buncis mini ini meliputi kegiatan : a. Pemupukan Pemupukan ini dilakukan pada umur 14 sampai dengan 21 hari setelah tanam. Pemupukan pada tahap ini berbeda dengan pemupukan awal. Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal kurang lebih 10 centimeter dari tanaman lalu ditutup tanah kembali. b. Pengairan Pengairan dilakukan jika penanaman pada musim kemarau. Pengairan dilakukan saat tanaman buncis berumur 1 hingga 15 hari. Pelaksanaannya dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore hari. Bila penanamannya dilakukan saat musim hujan, tidak perlu melakukan pengairan tetapi perlu diperhatikan mengenai pembuangan airnya. c. Pengguludan Kegiatan ini dilakukan dengan cara meninggikan guludan atau bedengan terutama saat musim hujan. Peninggian guludan dilakukan saat tanaman buncis mini berujmur 20 dan 40 hari. Tujuannya adalah untuk memperbanyak akar, menguatkan tumbuhnya tanaman, dan memelihara struktur tanah. d. Pemangkasan Pemangkasan dilakukan untuk memperbanyak ranting sehingga diperoleh polong yang banyak. Pemangkasan sebatas pembentukan sulurnya. Pemangkasan dilakukan setelah tanaman buncis mini berumur dua dan lima minggu. Selain untuk memperbanyak ranting, pemangkasan juga dimaksudkan untuk mengurangi kelembapan di dalam tanaman sehingga dapat menghambat perkembangan hama dan penyakit. e. Pengendalian hama dan penyakit Kegiatan ini dilakukan dengan menyemprotkan pestisida yaitu berupa insektisida dan fungisida pada tanaman buncis mini tersebut. Insektisida yang digunakan berupa insektisida kimia yaitu Curacron dan Lanette. Sedangkan fungisida yang digunakan adalah Antracol dan Bion-M. Insektisida digunakan untuk mengusir hama sedangkan fungisida digunakan untuk menghilangkan penyakit. 5. Panen Sebelum melakukan pemanenan, hal yang perlu diperhatikan adalah waktu dan cara pemanenan. Waktu pemanenan harus disesuaikan dengan keadaan dan sifat hasil panen yang diinginkan, harus mempertimbangkan apabila
34
pemanenan dilakukan lebih awal, atau melewati waktu seharusnya, apakah berdampak pada mutu sayuran yang dipanen. Buncis mini siap dipanen saat tanaman berumur 45 hari dan polong memperlihatkan ciri-ciri tertentu. Pelaksanaan panen dilakukan secara bertahap yaitu setiap dua hari sekali. Pemetikan polong dihentikan pada saat tanaman berumur 75 hari atau setelah 15 kali panen. 3) Pemasaran PD Pacet Segar menjalin kerjasama dengan ICDF (International Cooperation Development Fund) Bogor untuk memasarkan hasil produksi buncis mini. Benih buncis mini yang akan dibudidayakan didapatkan langsung dari ICDF. Harga jual buncis mini ditetapkan berdasarkan persetujuan kedua belah pihak dalam suatu kontrak. 4) Deskripsi keuangan perusahaan PD Pacet Segar menggunakan sistem pencatatan keuangan yang masih sederhana, pemasukan dan pengeluaran tidak dicatat secara terperinci, hanya secara garis besarnya saja. Sehingga dalam pencatatan keuangan yang ada di perusahaan masih terlihat ketidakjelasan dan terlihat seperti kekurangan data yang diperoleh dalam mengalokasikan anggaran dana dan pemasukan perusahaan. PD Pacet Segar belum menggunakan informasi akuntansi dalam menyusun laporan keuangan.
Deskripsi Sumber Daya Perusahaan
Sumber daya perusahaan adalah semua kekayaan atau asset yang dimiliki perusahaan dan dipergunakan dalam setiap kegiatan perusahaan, mulai dari kegiatan produksi hingga kegiatan pemasaran. Sumber daya yang dimiliki oleh PD Pacet Segar terdiri dari sumber daya fisik, sumber daya modal, dan sumber daya manusia. 1) Sumber daya fisik PD Pacet Segar selain melakukan kegiatan sebagai petani atau penghasil komoditas sayuran, juga bertindak sebagai pedagang pengumpul yang membeli sayuran dari petani lain, atau kelompok tani yang kemudian perusahaan memasarkan langsung kepada konsumen, baik kepada lembaga konsumen, maupun konsumen perseorangan. Oleh karena itu, sumber daya fisik yang dimiliki oleh PD Pacet Segar terdiri dari seluruh asset atau kekayaan perusahaan yang digunakan dalam kegiatan budidaya hingga kegiatan pemasaran seperti lahan budidaya, bangunan (packing house dengan ruang pendingin), kendaraan operasional, serta berbagai macam peralatan budidaya. 2) Sumber daya modal PD Pacet Segar memiliki sumber daya modal yang digunakan dalam menjalankan dan memperlancar seluruh kegiatan usahanya. Sumber daya modal yang dimiliki perusahaan, dikategorikan menjadi dua jenis yaitu sumber daya modal fisik dan sumber daya modal kerja. Sumber daya modal fisik yang dimiliki
35
oleh PD Pacet Segar berupa tenaga kerja yang terampil, tekun, dan cekatan. Sedangkan sumber daya modal kerja yang dimiliki perusahaan berupa modal awal perusahaan yang berasal dari keluarga sendiri sebesar Rp5 000 000. Pada Tahun 2007, PD Pacet Segar memiliki asset atau kekayaan sebesar Rp6 milyar. Asset tersebut dialokasikan oleh perusahaan untuk mengembangkan usahanya yaitu dengan melakukan pembelian sejumlah tanah untuk lahan budidaya, mendirikan bangunan packing house, pembelian mesin-mesin produksi, dan pembelian transportasi untuk pemasaran. 3) Sumber daya manusia PD Pacet Segar memiliki tenaga kerja sebanyak 20 orang yang terbagi menjadi 15 orang tenaga kerja tidak tetap (harian) dan lima orang tenaga kerja khusus atau tenaga kerja inti yang tergabung dalam struktur organisasi. Tenaga kerja harian terlibat dalam seluruh kegiatan budidaya, sedangkan tenaga kerja khusus atau tenaga kerja inti mempengaruhi jalannya perusahaan yang masingmasing bertindak sebagai pimpinan yang merangkap sebagai kasie pasca panen, pengadaan dan budidaya, bendahara, sekretaris, kasie transportasi, dan kasie pemasaran. Tenaga kerja inti tersebut berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan dan bertanggungjawab untuk melaksanakan fungsi manajemen. Tenaga kerja inti yang ada di perusahaan berasal dari anggota keluarga karena PD Pacet Segar merupakan perusahaan keluarga, sedangkan tenaga kerja harian direkrut dari warga sekitar perusahaan.
Identifikasi Sumber-Sumber Risiko
Kegiatan usaha budidaya buncis mini yang dilakukan oleh PD Pacet Segar terdapat beberapa risiko produksi yang dapat menghambat kegiatan usaha ini karena dengan adanya risiko produksi akan mempengaruhi jumlah kuantitas buncis mini yang dihasilkan dan berdampak pula terhadap pendapatan PD Pacet Segar, sehingga diperlukan proses identifikasi untuk mengetahui apa saja sumbersumber risiko produksi pada budidaya buncis mini. Tahap pertama yang dilakukan dalam menganalisis risiko produksi adalah dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksinya. Hal ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian mulai dari tahap pengolahan lahan hingga buncis mini siap dijual, melalui kegiatan wawancara dengan pihak perusahaan, serta laporan produksi buncis mini di PD Pacet Segar. Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian, wawancara dengan pihak perusahaan, serta analisis laporan produksi buncis mini pada PD Pacet Segar, ditemukan beberapa hal yang teridentifikasi sebagai sumber risiko produksi buncis mini. Secara umum risiko produksi buncis mini yang dihadapi adalah matinya tanaman buncis mini pada masa produktifnya dan buncis mini yang busuk atau rusak. Sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh PD Pacet Segar mengakibatkan rendahnya produksi buncis mini yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti hama yang menyerang tanaman buncis mini, adanya penyakit pada tanaman buncis mini, terjadinya perubahan cuaca, dan kualitas benih buncis mini.
36
Salah satu hal yang menjadi perhatian dan peranan penting dalam proses identifikasi sumber-sumber risiko produksi tersebut yaitu keberadaan sumberdaya manusia (SDM) atau tenaga kerja. SDM ini memiliki peranan penting dalam setiap kegiatan produksi tidak terkecuali dalam kegiatan usaha budidaya buncis mini yang dijalankan oleh PD Pacet Segar. Meskipun suatu usaha telah menggunakan teknologi modern, namun keberadaan SDM akan tetap menjadi prioritas penting, apalagi jika usaha tersebut dilakukan dengan menggunakan teknologi yang masih sederhana, tentu akan lebih membutuhkan kedisiplinan dan keuletan dari tenaga kerja. Berdasarkan pemaparan tersebut disimpulkan bahwa timbulnya beberapa sumber risiko yang telah dijabarkan sebelumnya berkaitan erat dengan keberadaan SDM akan tetapi SDM tidak dikategorikan menjadi sumber risiko namun menjadi faktor yang mendorong timbulnya beberapa sumber risiko produksi, karena ketidakdisiplinan SDM tersebut tidak memberikan dampak langsung terhadap hilangnya produksi buncis mini, tetapi memberikan kontribusi atas timbulnya sumber risiko produksi, misalnya kesalahan pada saat pemupukan dan pemetikan buncis mini saat panen. Kesalahan yang dilakukan oleh tenaga kerja tersebut masih dapat ditolerir oleh perusahaan karena jumlah kehilangan produksi buncis mini yang disebabkan oleh tenaga kerja jumlahnya sangat kecil dalam setiap periode produksi. Pada kondisi normal produktivitas buncis mini adalah satu kilogram per meter2, namun dengan adanya sumber-sumber risiko yang menyebabkan terjadinya risiko produksi, maka terjadi fluktuasi produktivitas buncis mini. Berdasarkan data yang diperoleh di lokasi penelitian, produktivitas buncis mini pada PD Pacet Segar mulai dari periode produksi Januari 2012 sampai dengan Mei 2013 berkisar antara 0.66 sampai dengan 0.97 kilogram per meter2. Proses identifikasi terhadap sumber risiko produksi buncis mini dilakukan dengan cara melihat urutan kejadian beberapa sumber risiko produksi yang terjadi. Tidak menutup kemungkinan bahwa kejadian tersebut dapat saling berhubungan dan terpisah satu sama lainnya. Salah satu contoh sumber risiko yang terjadi pada satu waktu adalah perubahan cuaca, penyakit, dan hama. Perubahan cuaca merupakan salah satu sumber risiko yang menyebabkan tanaman buncis mini terjangkit penyakit dan terserang hama. Perubahan cuaca juga berpengaruh terhadap kematian tanaman buncis mini tersebut, namun dengan adanya perubahan cuaca yang tidak stabil menyebabkan tanaman tersebut terjangkit penyakit dan akhirnya mati. Selain itu perubahan cuaca juga menyebabkan tanaman buncis mini terserang hama dan menyebabkan tanaman tersebut mati atau polongnya rusak. Berdasarkan contoh dan pemaparan diatas maka dibutuhkan kejelian dan ketelitian peneliti dalam proses mengidentifikasi sumber risiko dan pengaruh sumber risiko terebut terhadap kematian tanaman buncis mini dan kerusakan polong buncis mini. Penentuan sumber risiko produksi dalam budidaya buncis mini dilakukan dengan cara melihat urutan kejadian sumber risiko, sumber risiko yang terdekat dengan kematian atau kerusakan polong, maka sumber risiko tersebut yang berpengaruh terhadap munculnya risiko produksi. Penjelasan dari keempat sumber risiko yang telah teridentifikasi pada kegiatan budidaya buncis mini di PD Pacet Segar akan dijelasakan dibawah ini.
37
1. Serangan hama Serangan hama merupakan salah satu faktor risiko produksi yang dihadapi dalam budidaya buncis mini, hal ini disebabkan karena karakteristik sayuran yang rentan terhadap serangan hama dan akan berdampak terhadap produksi yang dihasilkan. Keberadaan hama yang menyerang tanaman buncis mini ini membuat produktifitas buncis mini berfluktuasi, bahkan dapat menyebabkan kerugian. Hama yang sering menyerang tanaman buncis mini diantaranya adalah : a. Kumbang daun. Hama jenis ini menyerang bagian daun dari tanaman buncis mini. Daun akan berlubang-lubang bahkan kadang-kadang tinggal kerangka atau tulang-tulang daunnya saja. Tanaman buncis mini akan menjadi kerdil, begitu juga dengan polongnya. Penyebabnya adalah kumbang Henosepilachna signatipennis atau Epilachna signatipennis, sering pula disebut kumbang daun epilachna. Kumbang ini termasuk dalam famili Curculionadae. Bentuk tubuh kumbang ini adalah oval, warnanya merah atau cokelat kekuningan. Pupa kumbang berbentuk segi empat dan bergerombol pada daun, tangkai, atau batang. Tanaman inangnya bukan hanya jenis kacang-kacangan tetapi juga mentimun, padi, jagung, kubis, dan tanaman lain dari famili Solanaceae. b. Penggerek polong. Gejala yang ditimbulkan terlihat pada kerusakan polong buncis mini, bijinya banyak yang keropos, akan tetapi kerusakan ini tidak sampai mematikan tanaman buncis mini. Kerusakan ini disebabkan oleh ulat Etiella zinckenella yang termasuk dalam famili Pyralidae. Penyebarannya meliputi daerah tropis dan subtropis. Selain menyerang tanaman buncis mini, ulat ini juga menyerang tanaman kedelai, kacang panjang, dan orok-orok (Crotalaria juncea). Ngengatnya berukuran kecil, sayap mukanya berukuran panjang, dan berbentuk segitiga. Telur-telurnya selalu diletakan di bagian bawah kelopak buah. Setelah telur menetas maka ulatnya langsung bergerak ke arah polong buncis mini. c. Kutu daun. Hama ini menyerang tanaman buncis mini yang masih muda. Bila serangannya hebat, maka pertumbuhannya menjadi kerdil dan batangnya memilin. Daunnya menjadi keriting dan terkadang berwarna kuning. Penyebabnya adalah Aphis gossypii yang termasuk dalam famili Aphididae. Sifatnya polifag dan kosmopolitan yaitu dapat memakan segala macam tanaman dan tersebar di seluruh dunia. Tanaman inangnya bermacam-macam seperti kapas, semangka, kentang, cabai, terung, bunga sepatu, dan jeruk. Warna kutu ini hijau tua sampai hitam atau kuning cokelat. Kutu ini merusak tanaman dengan cara menghisap cairan pada tanaman. d. Ulat jengkal semu. Ulat ini menyerang daun tanaman buncis mini. Di bawah daun terdapat telur yang bergerombol. Setelah menetas ulatnya akan memakan daun buncis, baik daun muda maupun daun tua. Daun menjadi berlubang bahkan dapat habis tidak tersisa. Akibatnya tanaman buncis menjadi kerdil karena tidak sempurna dalam melakukan fotosintesis. Penyebab gejalanya adalah uat jengkal semu. Terdapat dua spesies ulat yang menyerang tanaman buncis mini yaitu Plusia signata
38
(Phytometra signata) dan P. chalcites. Keduanya termasuk dalam famili Plusiidae. Panjang ulat P. chalcites kurang lebih dua centimeter berwarna hijau dengan garis samping berwarna lebih muda. Ngengatnya dapat bertelur kurang lebih 1 000 butir. Setelah menetas ulatnya hanya berumur dua minggu kemudian berubah menjadi kepompong. Ngengat hanya dapat bertahan selama satu minggu. Tetapi karena kemampuan bertelurnya sangat tinggi maka kerugian yang ditimbulkan cukup besar. e. Ulat penggulung daun. Daun terlihat seperti menggulung dan terdapat ulat yang dilindungi oleh benang-benang sutera dan kotoran. Polongnya sering pula ikut direkatkan bersama-sama dengan daunnya. Daun juga tampak berlubang-lubang bekas gigitan dari tepi sampai ke tulang utama hingga habis hanya tinggal urat-uratnya saja. Gejala tersebut disebabkan oleh ulat Lamprosema indicata dan L. diemenalis, keduanya termasuk dalam famili Pyralidae. Selain menyerang buncis mini, ulat ini juga menyerang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang panjang, dan tanaman Legumenosae lainnya.Telur Lamprosema terletak di bawah permukaan daun. Setelah menetas, keluar ulat yang berwarna kehijauan dengan garis-garis kuning sampai putih buram. Setelah beberapa lama, ulat tersebut berubah menjadi kepompong. Lama perkembangan satu generasi kurang lebih enam minggu. Ngengatnya mempunya sayap berwarna kuning keemasan dan terdapat bercak hitam. 2. Penyakit Penyakit merupakan salah satu sumber risiko produksi buncis mini. Tanaman buncis mini yang terjangkit penyakit pertumbuhannya terganggu oleh organisme lain selain binatang. Umumnya organisme penyabab penyakit adalah mikroorganisme, sehingga penyebab penyakit ini sulit dilihat dengan kasat mata. Beberapa penyakit yang sering menyerang tanaman buncis mini diantaranya adalah : a. Penyakit antraknosa. Polong buncis muda terdapat bercak-bercak kecil dengan bagian tepi berwarna cokelat karat dengan batas kemerah-merahan. Kemudian dapat melebar dengan garis tengah satu centimeter. Bentuknya tidak beraturan dan antara satu dengan yang lainnya saling bersinggungan. Jika udara lembab, akan terdapat massa spora yang berwarna kemerahmerahan. Bila sampai menyerang biji, maka setelah berkecambah akan terdapat bercak pada kepingnya. Hal ini menyebabkan tanaman buncis yang baru berkecambah bisa roboh. Tanaman tua yang terserang akan memiliki bercak hitam atau cokelat tua diseluruh batangnya. Bila mencapai tulang daun atau tangkainya maka daun akan layu. Demikian pula bila menyerang bunga, akan rontok sehingga tidak akan terbentuk polong. Penyakit ini disebut penyakit antraknosa yang disebabkan oleh cendawan Coletotrichum lindemuthianum, termasuk dalam famili Melanconiaceae. Bila cendawan ini sudah masuk ke dalam biji, maka akan bertahan di dalamnya sampai biji berkecambah. Setelah berkecambah, cendawan itu pun aktif membentuk spora kemudian menginfeksi tanaman buncis lainnya. Penularannya melalui percikan air hujan maupun serangga. Suhu lingkungan yang sangat mendukung perkembangan penyakit ini adalah 22 sampai dengan 34 oC.
39
Bila suhu lingkungan lebih rendah, maka cendawan akan memasuki fase istirahat dan tahan berada di dalam tanah selama beberapa tahun. b. Penyakit embun tepung. Daun, batang, bunga, dan buah berwarna putih keabuan terlihat seperti kain beludru. Apabila serangan pada bunga ringan, maka polong masih dapat terbentuk. Namun apabila serangannya berat dapat menggagalkan proses pembuahan, bunga menjadi kering dan akhirnya mati. Bila polong yang diserang, maka polong tidak gugur, tetapi akan meninggalkan bekas berwarna cokelat suram sehingga kualitasnya menurun. Gejala tersebut menandakan tanaman buncis terserang penyakit embun tepung yang disebabkan oleh cendawan Erysiphe polygoni, yang termasuk dalam famili Erysiphaceae. Spora-spora yang ada dapat berkecambah membentuk hifa baru pada suhu 19 sampai dengan 25 oC dan kelembapan 70 sampai dengan 80 persen. Pada kelembapan itu juga cendawan menginfeksi tanaman baru. Spora akan tersebar melalui bantuan angin dan mencapai tanaman baru sebagai inangnya. Penyakit ini hanya menyerang tanaman buncis saat udara panas. c. Penyakit layu. Penyakit ini biasa disebut dengan penyakit lendir. Penyebab penyakit ini adalah bakteri Pseudomonas solanacearum. Bakteri ini termasuk dalam famili Pseudomonadaceae. Selain menyerang tanaman buncis, penyakit ini juga menyerang tembakau, tomat, cabe, terung, kacang tanah, pisang, dan wijen. Daerah penyebarannya sangat luas meliputi daerah tropis dan subtropis. Bakteri ini hidup di dalam tanah dan dapat bertahan beberapa bulan sampai beberapa tahun. Keadaan lingkungan yang sangat mendukung adalah jika suhu antara 21 sampai dengan 35 oC dengan kandungan air tanah yang tinggi. Penyebaran bakteri dapat melalui aliran air, tanaman yang dipindahkan atau peralatan yang dipakai untuk menggemburkan tanah. Tanaman akan terlihat layu, menguning dan kerdil. Bila batang tanaman yang terserang dipotong melintang, maka akan terlihat warna cokelat dan jika dipijit akan keluar lendir berwarna putih. Terkadang warna cokelat ini bisa sampai ke daun. Akar yang sakit juga berwarna cokelat. d. Penyakit bercak daun. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Cercospora canescens, termasuk dalam famili Dematiaceae. Sporanya dapat disebarkan melalui air hujan, angin, serangga, alat-alat pertanian, manusia, dan lainlain. Spora yang terdapat di daun-daun tua yang gugur akan tetap hidup di dalam tanah, sehingga pada saat penanaman selanjutnya akan terdapat lagi serangga yang sama. Gejala dari adanya penyakit ini adalah bercak-bercak kecil berwarna cokelat kekuningan. Lama kelamaan bercak akan melebar dan bagian tepinya terdapat pita berwarna kuning. Akibat lebih parah, daun menjadi layu lalu berguguran. Bila sampai menyerang polong, maka polong akan berbercak kelabu dan biji yang terbentuk kurang padat dan ringan. 3. Perubahan cuaca Adanya perubahan cuaca yang sulit untuk diprediksi, karena siklus cuaca tidak sesuai lagi dengan siklus normalnya, menjadi salah satu sumber risiko produksi yang sangat dirasakan dampaknya oleh pihak PD Pacet Segar. Perubahan cuaca merupakan suatu ketidakpastian yang tidak dapat diukur oleh pelaku usaha. Cuaca yang tidak menentu, khususnya untuk wilayah Cipanas
40
dan sekitarnya berpengaruh negatif terhadap budidaya buncis mini. Hal tersebut disebabkan karena produktifitas buncis mini mengalami penurunan apabila dihadapkan pada kondisi cuaca yang ekstrim. Selain itu juga menyebabkan banyaknya tanaman buncis mini yang busuk bahkan mati dan rentan terserang hama dan penyakit. Pada saat musim hujan, gulma tumbuh sangat subur dan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman buncis melalui perebutan unsur hara di dalam tanah, menjadi inang bagi serangga dan pathogen penyakit. 4. Kualitas benih Kualitas benih merupakan salah satu sumber risiko yang berpengaruh pada proses budidaya buncis mini di PD Pacet Segar. Benih yang digunakan pada proses budidaya buncis mini diperoleh dari ICDF (International Cooperation Development Fund) Bogor. Kualitas benih yang diberikan oleh ICDF tidak selalu bagus, hal ini dikemukakan oleh H. Halim selaku penanggung jawab produksi. Benih yang diperoleh bukanlah benih yang bersertifikat sehingga daya tumbuhnya tidak dapat dipastikan. Benih yang diperoleh dari ICDF merupakan benih yang dibeli dari rekanan pihak ICDF di Bali dengan jenis french bean (buncis perancis). Produktivitas normal buncis mini adalah satu kilogram per meter2.
Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko Produksi
Identifikasi sumber-sumber risiko produksi buncis mini pada PD Pacet Segar yang telah dilakukan, menghasilkan informasi bahwa terdapat empat jenis sumber risiko produksi. Keempat jenis sumber risiko produksi tersebut antara lain serangan hama, adanya penyakit, perubahan cuaca, dan kualitas benih. Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan analisis probabilitas untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko terhadap masingmasing sumber risiko produksi buncis mini yang ada pada PD Pacet Segar. Analisis probabilitas dilakukan untuk mengetahui sumber risiko mana saja yang kemungkinan terjadinya kecil dan sumber risiko yang kemungkinan terjadinya besar, sehingga kemudian dapat ditentukan prioritas untuk menanganinya. Sumber risiko yang kemungkinan terjadinya besar memerlukan strategi penanganan yang berbeda dengan sumber risiko yang kemungkinan terjadinya kecil. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui berapa besar kemungkinan terjadinya risiko tersebut. Analisis probabilitas ini dilakukan dengan menggunakan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak PD Pacet Segar serta dari laporan produksi buncis mini pada sepuluh periode terakhir yaitu mulai dari Januari 2012 sampai dengan Mei 2013. Sementara itu, penentuan jumlah, batas, dan kondisi yang digunakan dalam perhitungan analisis probabilitas dilakukan oleh PD Pacet Segar yang mengacu pada kejadian sebenarnya pada periode produksi sebelumnya. Perhitungan probabilitas ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi banyaknya kehilangan produksi buncis mini yang disebabkan oleh satu sumber
41
risiko. Setelah itu dilakukan perhitungan nilai rata-rata dan nilai standar deviasi kejadian berisiko. Sebelum mendapatkan nilai z-score, maka perlu diketahui nilai batas normal yang telah ditentukan oleh pihak PD Pacet Segar. Penentuan batas normal ini sangat penting karena nilai probabilitas ini merupakan perhitungan seberapa besar penyimpangan kehilangan produksi buncis mini yang disebabkan oleh satu sumber risiko dari batas normal. Perhitungan analisis kemungkinan terjadinya risiko untuk setiap sumber risiko dapat dilihat pada uraian berikut ini. Tabel 9 Analisis probabilitas sumber risiko perubahan cuaca Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Januari – Maret 2012 Februari – Mei 2012 April – Juni 2012 Mei – Agustus 2012 Juli – September 2012 Agustus – November 2012 Oktober – Desember 2012 November 2012 – Februari 2013 Januari – Maret 2013 Februari – Mei 2013 TOTAL RATA – RATA STANDAR DEVIASI X (BATAS NORMAL) Z NILAI PADA TABEL Z PROBABILITAS RISIKO
Kehilangan produksi buncis mini (kg) 138 162 363 476 749 773 712 843 65 156 4 437 443.7 305.44 500 0.18 0.429 42.90 %
Berdasarkan perhitungan probabilitas pada Tabel 9, batas normal kehilangan produksi buncis mini yang ditetapkan oleh PD Pacet Segar adalah 500 kilogram. Angka ini ditetapkan oleh perusahaan berdasarkan rata-rata kehilangan produksi sebesar sepuluh persen pada setiap periode. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai Z sebesar 0.18 menunjukkan bahwa nilai tersebut berada pada sebelah kanan kurva distribusi normal. Apabila nilai Z ini dipetakan pada Tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai 0.429. Angka ini menunjukan probabilitas sumber risiko yang disebabkan karena perubahan cuaca adalah sebesar 42.90 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi buncis mini yang melebihi batas normal yaitu 500 kilogram adalah sebesar 42.90 persen. Besarnya probabilitas yang disebabkan oleh perubahan cuaca menyebabkan tanaman buncis mini rusak dan mati. Besarnya kehilangan produksi yang disebabkan oleh sumber risiko perubahan cuaca jumlahnya berbeda setiap periode produksi. Besarnya kehilangan produksi pada periode tertentu relatif sedikit daripada periode lainnya, disebabkan karena cuaca pada periode tersebut relatif stabil, intensitas hujan dan panasnya seimbang, sehingga risiko produksi yang disebabkan oleh perubahan cuaca relatif sedikit. Jumlah kehilangan produksi buncis yang paling besar terjadi ketika cuaca ekstrim (intensitas hujan tinggi) dan angin kencang. Perhitungan
42
selanjutnya adalah analisis probabilitas untuk sumber risiko kualitas benih yang dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Analisis probabilitas sumber risiko kualitas benih Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Januari – Maret 2012 Februari – Mei 2012 April – Juni 2012 Mei – Agustus 2012 Juli – September 2012 Agustus – November 2012 Oktober – Desember 2012 November 2012 – Februari 2013 Januari – Maret 2013 Februari – Mei 2013 TOTAL RATA – RATA STANDAR DEVIASI X (BATAS NORMAL) Z NILAI PADA TABEL Z PROBABILITAS RISIKO
Kehilangan produksi buncis mini (kg) 54 87 86 201 422 385 645 224 97 146 2 347 234.7 191.68 310 0.39 0.384 38.40 %
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 10, probabilitas kehilangan produksi buncis mini yang disebabkan oleh kualitas benih yaitu sebesar 38.40 persen. Batas normal kehilangan buncis mini yang ditetapkan oleh PD Pacet Segar adalah 310 kilogram per periode. Penetapan angka batas normal ini berdasarkan rata-rata kehilangan produksi sebesar 6.19 persen pada setiap periode produksi. Nilai Z sebesar 0.39 pada Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai tersebut berada pada sebelah kanan kurva distribusi normal. Apabila nilai Z ini dipetakan pada Tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai 0.384. Angka ini menunjukkan probababilitas sumber risiko yang disebabkan kualitas benih adalah 38.40 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi buncis mini yang melebihi 310 kilogram adalah 38.40 persen. Kehilangan produksi buncis mini yang disebabkan oleh kualitas benih dapat dilihat dari daya tumbuhnya. Benih yang baik akan tumbuh setelah sepuluh hari proses penyemaian benih dilakukan. Setiap periode produksi yang telah dilakukan pasti terdapat beberapa benih yang tidak tumbuh. Perhitungan selanjutnya adalah analisis probabilitas untuk sumber risiko penyakit yang dapat dilihat pada Tabel 11.
43
Tabel 11 Analisis probabilitas sumber risiko penyakit Kehilangan produksi buncis mini Periode Waktu (kg) 1 Januari – Maret 2012 42 2 Februari – Mei 2012 46 3 April – Juni 2012 70 4 Mei – Agustus 2012 115 5 Juli – September 2012 123 6 Agustus – November 2012 291 7 Oktober – Desember 2012 252 8 November 2012 – Februari 2013 174 9 Januari – Maret 2013 62 10 Februari – Mei 2013 194 TOTAL 1 369 RATA – RATA 136.9 STANDAR DEVIASI 87.98 X (BATAS NORMAL) 180 Z 0.49 NILAI PADA TABEL Z 0.312 PROBABILITAS RISIKO 31.20 % Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 11 menunjukan bahwa nilai probabilitas kehilangan produksi buncis mini yang disebabkan oleh penyakit yaitu sebesar 31.20 persen. Batas normal kehilangan buncis mini yang ditetapkan oleh PD Pacet Segar adalah 180 kilogram per periode. Penetapan angka batas normal ini berdasarkan rata-rata kehilangan produksi buncis mini sebesar 3.6 persen pada setiap periode produksi. Nilai Z sebesar 0.49 yang dapat dilihat pada Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai tersebut berada pada sebelah kanan kurva distribusi normal. Apabila nilai Z ini dipetakan pada Tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai 0.312. Angka ini menunjukkan probababilitas sumber risiko yang disebabkan penyakit adalah 31.20 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi buncis mini yang melebihi 180 kilogram adalah sebesar 31.20 persen. Besarnya probabilitas yang disebabkan oleh penyakit yang juga dipicu oleh perubahan cuaca sehingga tanaman terserang penyakit, khususnya penyakit bercak daun dan embun tepung. Apabila curah hujan tinggi, maka tanaman akan rentan terserang penyakit dan akhirnya mati. Perhitungan selanjutnya adalah analisis probabilitas untuk sumber risiko serangan hama yang dapat dilihat pada Tabel 12.
44
Tabel 12 Analisis probabilitas sumber risiko serangan hama Kehilangan produksi buncis mini Periode Waktu (kg) 1 Januari – Maret 2012 38 2 Februari – Mei 2012 76 3 April – Juni 2012 170 4 Mei – Agustus 2012 156 5 Juli – September 2012 65 6 Agustus – November 2012 204 7 Oktober – Desember 2012 67 8 November 2012 – Februari 2013 84 9 Januari – Maret 2013 45 10 Februari – Mei 2013 118 TOTAL 1 023 RATA - RATA 102.3 STANDAR DEVIASI 56.90 X (BATAS NORMAL) 154 Z 0.91 NILAI PADA TABEL Z 0.181 PROBABILITAS RISIKO 18.10 % Tabel 12 menunjukan bahwa nilai probabilitas kehilangan produksi buncis mini yang disebabkan oleh serangan hama yaitu sebesar 18.10 persen. Batas normal kehilangan buncis mini yang ditetapkan oleh PD Pacet Segar adalah 154 kilogram per periode produksi. Penetapan angka batas normal ini berdasarkan rata-rata kehilangan produksi sebesar 3.08 persen pada setiap periode produksi. Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko yang disebabkan oleh hama dapat dilihat pada Tabel 12. Nilai Z sebesar 0.91 pada Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai tersebut berada pada sebelah kanan kurva distribusi normal. Apabila nilai Z ini dipetakan pada Tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai 0.181. Angka ini menunjukkan probabilitas sumber risiko yang disebabkan oleh adanya serangan hama adalah 18.10 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi buncis mini melebihi batas normal yaitu 154 kilogram adalah sebesar 18.10 persen. Kehilangan produksi buncis mini yang disebabkan oleh serangan hama dipengaruhi oleh perubahan cuaca. Cuaca yang buruk, menyebabkan tanaman buncis mudah terserang hama. Kehilangan produksi buncis mini pada periode produksi tertentu lebih sedikit dibandingkan dengan periode lainnya. Hal ini disebabkan karena pada periode produksi tersebut curah hujan relatih sedikit, sehingga hama tidak menyerang tanaman buncis. Berbeda halnya pada periode produksi lainnya, terjadi kehilangan produksi buncis mini lebih banyak. Rata-rata kehilangan produksi disebabkan oleh hama penggerek polong, sehingga polong tidak layak untuk dijual. Hasil perhitungan analisis probabilitas terhadap masingmasing sumber risiko produksi dapat dilihat pada Tabel 13.
45
Tabel 13 Hasil perhitungan probabilitas sumber-sumber risiko produksi budidaya buncis mini pada PD Pacet Segar No Sumber risiko produksi Probabilitas (%) 1 Perubahan cuaca 42.90 2 Kualitas benih 38.40 3 Penyakit 31.20 4 Serangan hama 18.10 Berdasarkan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 13, dapat dilihat probabilitas dari masing-masing sumber risiko. Probabilitas besarnya kehilangan produksi yang disebabkan oleh perubahan cuaca menempati urutan pertama yaitu sebesar 42.90 persen. Probabilitas besarnya kehilangan produksi yang disebabkan oleh kualitas benih menempati urutan kedua yaitu sebesar 38.40 persen. Probabilitas besarnya kehilangan produksi yang disebabkan oleh adanya penyakit menempati urutan ketiga yaitu sebesar 31.20 persen. Probabilitas besarnya kehilangan produksi yang disebabkan oleh serangan hama menempati urutan terakhir yaitu sebesar 18.10 persen.
Analisis Dampak Risiko Produksi
Secara umum, setiap kegiatan usaha yang memiliki risiko akan memberikan dampak terhadap kelangsungan usaha tersebut. Sumber-sumber risiko produksi buncis mini yang sudah teridentifikasi pada PD Pacet Segar memiliki dampak negatif bagi perusahaan. Dampak negatif dirasakan oleh PD Pacet Segar yaitu berupa kerugian finansial karena sumber-sumber risiko yang telah teridentifikasi dapat dihitung berdasarkan nilai rupiah sehingga apabila terjadi risiko produksi, maka dapat dilakukan perkiraan kerugian yang ditanggung perusahaan. Akan tetapi, perkiraan kerugian tersebut tidak persis sesuai dengan kejadian di lapangan. Oleh karena itu dibutuhkan penetapan besarnya kerugian dengan suatu tingkat keyakinan tertentu. Perhitungan dampak risiko produksi buncis mini pada PD Pacet Segar dilakukan menggunakan tingkat keyakinan 95 persen dan sisanya lima persen adalah error. Perhitungan dampak risiko produksi dilakukan terhadap masingmasing sumber risiko produksi buncis mini. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkiraan kerugian yang ditanggung oleh PD Pacet Segar dalam satuan rupiah. Data yang digunakan dalam perhitungan dampak ini adalah data produksi 10 periode produksi terakhir yaitu mulai dari Januari 2012 sampai dengan Mei 2013 dan hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian serta wawancara dengan pihak perusahaan. Setelah dilakukan perhitungan dampak risiko maka dapat diurutkan dampak risiko dari masing-masing sumber risiko produksi dari sumber risiko yang memberikan dampak terbesar sampai sumber risiko yang memiliki dampak terkecil. Urutannya yaitu perubahan cuaca, kualitas benih, penyakit, dan serangan hama. Berikut pemaparan dari hasil perhitungan tersebut. Analisis dampak risiko produksi buncis mini yang disebabkan oleh perubahan cuaca dalam 10 periode terakhir adalah sebesar Rp5 939 742 dengan
46
tingkat keyakinan 95 persen. Hasil analisis perhitungan dampak risiko produksi yang disebabkan oleh perubahan cuaca dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Analisis dampak sumber risiko perubahan cuaca Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Januari – Maret 2012 Februari – Mei 2012 April – Juni 2012 Mei – Agustus 2012 Juli – September 2012 Agustus – November 2012 Oktober – Desember 2012 November 2012 – Februari 2013 Januari – Maret 2013 Februari – Mei 2013 Total Rata-rata Standar deviasi Nilai Z (α=5%) VaR
Kehilangan produksi (kg) 138 162 363 476 749 773 712 843 65 156
Harga jual (Rp) 9 000 9 000 9 000 9 000 9 000 9 000 9 000 12 000 12 000 12 000
Kerugian (Rp) 1 242 000 1 458 000 3 267 000 4 284 000 6 741 000 6 957 000 6 408 000 10 116 000 780 000 1 872 000 43 125 000 4 312 500 3 128 140 1.645 5 939 742
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 14, dapat dilihat besarnya nilai VaR adalah Rp5 939 742. Nilai VaR ini berarti kerugian maksimal yang diderita oleh perusahaan akibat adanya pengaruh perubahan cuaca dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar Rp5 939 742. Namun ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp5 939 742. Pada periode produksi kelima sampai kedelapan, dampak kerugian yang disebabkan oleh perubahan cuaca relatif tinggi dibandingkan periode lainnya, hal ini disebabkan pada periode ini curah hujan sangat tinggi dan tidak menentu, sehingga banyak tanaman buncis mini yang rusak diakibatkan hujan dan angin kencang. Sebaliknya pada periode produksi pertama dan kesembilan yaitu sekitar bulan Januari sampai Maret, dampak risiko yang disebabkan oleh perubahan iklim relatif kecil dibandingkan dengan periode lainnya. Hal ini disebabkan karena pada periode ini kondisi cuaca relatif stabil, sehingga risiko yang disebabkan oleh perubahan cuaca sangat kecil. Analisis dampak risiko produksi yang disebabkan oleh kualitas benih dalam 10 periode produksi terakhir adalah sebesar Rp3 132 583 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Hasil analisis perhitungan dampak risiko produksi yang disebabkan oleh kualitas benih dapat dilihat pada Tabel 15.
47
Tabel 15 Analisis dampak sumber risiko kualitas benih Periode
Waktu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Januari – Maret 2012 Februari – Mei 2012 April – Juni 2012 Mei – Agustus 2012 Juli – September 2012 Agustus – November 2012 Oktober – Desember 2012 November 2012 – Februari 2013 Januari – Maret 2013 Februari – Mei 2013 Total Rata-rata Standar deviasi Nilai Z (α=5%) VaR
Kehilangan produksi (kg) 54 87 86 201 422 385 645 224 97 146
Harga jual (Rp) 9 000 9 000 9 000 9 000 9 000 9 000 9 000 12 000 12 000 12 000
Kerugian (Rp) 486 000 783 000 774 000 1 809 000 3 798 000 3 465 000 5 805 000 2 688 000 1 164 000 1 752 000 22 524 000 2 252 400 1 692 026 1.645 3 132 583
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 15, dapat dilihat besarnya nilai VaR adalah sebesar Rp3 132 583. Nilai VaR ini menunjukan bahwa kerugian maksimal yang ditanggung oleh perusahaan akibat adanya pengaruh kualitas benih adalah sebesar Rp3 132 583 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Namun ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menanggung kerugian lebih besar dari Rp3 132 583. Analisis dampak risiko produksi buncis mini yang disebabkan oleh penyakit dalam 10 periode produksi terakhir adalah Rp1 813 858 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Hasil analisis perhitungan dampak risiko produksi yang disebabkan oleh penyakit dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Analisis dampak sumber risiko penyakit Periode
Waktu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Januari – Maret 2012 Februari – Mei 2012 April – Juni 2012 Mei – Agustus 2012 Juli – September 2012 Agustus – November 2012 Oktober – Desember 2012 November 2012 – Februari 2013 Januari – Maret 2013 Februari – Mei 2013 Total Rata-rata Standar deviasi Nilai Z (α=5%) VaR
Kehilangan produksi (kg) 42 46 70 115 123 291 252 174 62 194
Harga jual (Rp) 9 000 9 000 9 000 9 000 9 000 9 000 9 000 12 000 12 000 12 000
Kerugian (Rp) 378 000 414 000 630 000 1 035 000 1 107 000 2 619 000 2 268 000 2 088 000 744 000 2 328 000 13 611 000 1 361 100 870 362 1.645 1 813 858
48
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 16 dapat dilihat besarnya nilai VaR adalah sebesar Rp1 813 858. Nilai VaR ini menunjukan bahwa kerugian maksimal yang diderita oleh perusahaan akibat adanya pengaruh penyakit yang menyerang tanaman buncis mini adalah sebesar Rp1 813 858 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Namun ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp1 813 858. Analisis dampak risiko produksi (VaR) yang disebabkan oleh hama dalam 10 periode terakhir adalah Rp1 262 874 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Hasil analisis perhitungan dampak risiko produksi yang disebabkan oleh hama dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Analisis dampak sumber risiko hama Periode
Waktu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Januari – Maret 2012 Februari – Mei 2012 April – Juni 2012 Mei – Agustus 2012 Juli – September 2012 Agustus – November 2012 Oktober – Desember 2012 November 2012 – Februari 2013 Januari – Maret 2013 Februari – Mei 2013 Total Rata-rata Standar deviasi Nilai Z (α=5%) VaR
Kehilangan produksi (kg) 38 76 170 156 65 204 67 84 45 118
Harga jual (Rp) 9 000 9 000 9 000 9 000 9 000 9 000 9 000 12 000 12 000 12 000
Kerugian (Rp) 342 000 684 000 1 530 000 1 404 000 585 000 1 836 000 603 000 1 008 000 540 000 1 416 000 9 948 000 994 800 515 333 1.645 1 262 874
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 17, dapat dilihat besarnya nilai VaR adalah Rp1 262 874. Nilai VaR ini berarti kerugian maksimal yang diderita oleh perusahaan akibat adanya pengaruh hama yang menyerang tanaman buncis mini adalah sebesar Rp1 262 874. Namun ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp1 262 874. Setelah diperoleh hasil perhitungan dampak dari masing-masing sumber risiko, maka nilai VaR akan lebih memiliki makna apabila diplotkan ke dalam peta risiko. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pihak manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan dalam penanganan risiko produksi. Perbandingan nilai VaR untuk masing-masing sumber risiko dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Nilai VaR (dampak) dari masing-masing sumber risiko produksi buncis mini di PD Pacet Segar No 1 2 3 4
Sumber Risiko Perubahan cuaca Kualitas benih Penyakit Serangan hama
Nilai VaR (Rp) 5 939 742 3 132 583 1 813 858 1 262 874
49
Berdasarkan data pada Tabel 18, dapat dilihat besarnya dampak dari masing-masing sumber risiko produksi. Setelah diketahui nilai VaR untuk masing-masing sumber risiko, maka sebelum dilakukan penanganan terhadap masing-masing risiko produksi dilakukanlah pembuatan peta risiko.
Pemetaan Risiko Produksi
Pemetaan risiko dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran mengenai posisi dari masing-masing sumber risiko sehingga strategi penanganan risiko dilakukan secara efektif. Pemetaan risiko dilakukan dengan cara memplotkan masing-masing sumber risiko yang telah diukur, baik kemungkinan maupun dampaknya, ke dalam peta risiko berdasarkan dua sumbu yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak. Kedua sumbu tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu besar dan kecil. Penempatan masing-masing sumber risiko pada peta risiko didasarkan atas posisinya dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak sehingga akan diketahui status dari risiko tersebut. Angka yang dihasilkan dari perhitungan status risiko akan menunjukkan urutan kejadian-kejadian berisiko mulai dari kejadian yang paling berisiko sampai dengan kejadian yang paling tidak berisiko. Status risiko yang besar menunjukkan risiko yang besar dan sebaliknya status risiko yang kecil menunjukkan risiko yang kecil. Status risiko merupakan perkalian antara probabilitas dan dampak. Status risiko tidak memiliki satuan. Status risiko dari masing-masing sumber risiko produksi buncis mini pada PD Pacet Segar dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Status risiko untuk setiap sumber risiko produksi buncis mini pada PD Pacet Segar Probabilitas Dampak Sumber risiko Status risiko No (%) (Rp) 1 Perubahan cuaca 42.90 5 939 742 2 548 149 2 Kualitas benih 38.40 3 132 583 1 202 912 3 Penyakit 31.20 1 813 858 565 924 4 Serangan hama 18.10 1 262 874 228 580 Total 12 149 057 Berdasarkan informasi pada Tabel 19, dapat dilihat urutan atau tingkatan masing-masing sumber risiko produksi buncis mini mulai dari kejadian yang berisiko terbesar sampai yang terkecil dilihat dari nilai status risikonya. Perubahan cuaca merupakan sumber risiko produksi yang memiliki status risiko terbesar dengan nilai 2 548 149. Selanjutnya diikuti oleh sumber risiko kualitas benih yaitu sebesar 1 202 912, kemudian sumber risiko penyakit sebesar 565 924, dan terakhir adalah serangan hama yang merupakan sumber risiko yang memiliki status risiko terkecil yaitu dengan nilai 228 580. Total dampak yang ditanggung oleh
50
perusahaan sebagai akibat dari adanya risiko produksi pada usaha budidaya buncis mini ini adalah sebesar Rp12 149 057 atau sebesar 29.67 persen dari rata-rata total penerimaan pada setiap periode produksi. Peta risiko memiliki dua sumbu vertikal dan horizontal. Sumbu vertikal menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal merupakan dampak. Batas antara dampak dan probabilitas bernilai besar dan kecil ditentukan oleh pihak manajemen PD Pacet Segar. Penentuan batas tengah untuk sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dilakukan dengan menghitung rata-rata dari seluruh probabilitas masing-masing sumber risiko dan diperoleh nilai 32.65 persen. Setelah didiskusikan lebih lanjut dengan pihak PD Pacet Segar, maka ditetapkan batas tengah untuk probabilitas yaitu sebesar 30 persen. Sumber risiko yang memiliki nilai probabilitas lebih dari 30 persen, masuk dalam kategori besar dan begitu sebaliknya. Begitu juga dalam hal penentuan batas tengah untuk sumbu horizontal yang menggambarkan dampak ditentukan berdasarkan kebijakan PD Pacet Segar dan nilai yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp3 000 000. Jadi sumber risiko yang memiliki dampak lebih dari Rp3 000 000 akan masuk ke dalam kategori dampak yang besar dan begitu sebaliknya. Penggolongan risiko berdasarkan peta risiko dapat dilihat pada Gambar 8. Probabilitas (%) Besar
Perubahan cuaca Kualitas benih Penyakit
30 Serangan hama Kecil Dampak (Rp) Kecil
3 000 000
Besar
Gambar 8 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko Berdasarkan Gambar 8, dapat dilihat posisi dari hasil pemetaan masingmasing sumber risiko. Pada kuadran I terdapat sumber risiko penyakit. Sumber risiko penyakit dianggap oleh perusahaan sebagai sumber risiko yang memiliki peluang yang besar tetapi memberikan dampak yang kecil bagi perusahaan. Sumber risiko perubahan cuaca dan kualitas benih terdapat pada kuadran II, dimana kedua sumber risiko ini dianggap oleh perusahaan memiliki kemungkinan terjadi (peluang) dan memberikan dampak yang besar. Kuadran III ditempati oleh sumber risiko serangan hama. Sumber risiko ini dianggap oleh perusahaan sebagai sumber risiko yang memiliki peluang terjadi dan dampak yang kecil. Sumber risiko produksi budidaya buncis mini pada PD Pacet segar tidak ada yang menempati kuadran IV, karena perusahaan menganggap tidak ada sumber risiko yang kemungkinan terjadinya kecil sedangkan dampak yang ditimbulkannya
51
besar. Hasil dari pemetaan risiko ini digunakan untuk menentukan strategi yang tepat untuk menangani risiko produksi budidaya buncis mini yang dihadapi oleh PD Pacet Segar.
Alternatif Strategi Penanganan Risiko Produksi
Tahap selanjutnya yaitu tahap akhir, yang dilakukan dalam menganalisis risiko produksi buncis mini pada PD Pacet Segar adalah menentukan strategi penanganan terhadap risiko produksi yang dihadapi setelah sebelumnya melakukan identifikasi sumber-sumber risiko dan dilakukan pengukuran risiko dari setiap sumber risiko produksi. Alternatif strategi yang dirumuskan erat kaitannya dengan posisi masing-masing sumber risiko produksi pada peta risiko yang telah dibuat sebelumnya. Strategi penanganan risiko dibedakan menjadi dua yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif digunakan untuk menangani sumber risiko yang berada pada kuadran I dan II dimana pada kuadran ini probabilitas risikonya besar, sedangkan strategi mitigasi digunakan untuk menangani sumber risiko pada kuadran II dan IV yang memiliki dampak risiko besar. Uraian strategi penanganan risiko produksi buncis mini, baik preventif maupun mitigasi yang diusulkan kepada pihak PD Pacet Segar adalah sebagai berikut : 1. Strategi preventif Strategi preventif dilakukan untuk menangani sumber risiko produksi buncis mini yang terletak pada kuadran I agar bergeser ke kuadran III dan sumber risiko pada kuadran II agar bergeser ke kuadran IV. Sumber risiko yang berada pada kuadran I yaitu adanya penyakit, sedangkan sumber risiko yang berada pada kuadran II yaitu perubahan cuaca dan kualitas benih. Usulan strategi preventif untuk menangani ketiga sumber risiko produksi tersebut adalah sebagai berikut : a. Sumber risiko penyakit Penyakit yang menyerang tanaman buncis mini akan menyebabkan terjadinya kehilangan produksi buncis mini. Penyakit tersebut yaitu penyakit bercak daun dan embun tepung. Pada umumnya, penyakit disebabkan karena intensitas hujan yang tinggi, sehingga kandungan air di dalam tanah meningkat. Usulan strategi yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit ini adalah dengan melakukan penyemprotan fungisida, terutama pada saat musim hujan. Mengingat penularan penyakit ini melalui tanah dan air, maka disarankan melakukan sterilisasi lahan dengan air panas atau larutan kimia yaitu methyl bromide untuk memutuskan penularan penyakit dalam tanah sebelum melakukan penyemain benih. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan merendam benih buncis mini sebelum ditanam dengan menggunakan larutan hidrogen selama 30 menit. Selain itu, pengendalian juga dapat dilakukan dengan rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang bukan merupakan inang dari penyakit tersebut. Usulan
52
strategi di atas diharapkan dapat mengurangi probabilitas terjadinya sumber risiko yang disebabkan oleh penyakit. Sumber risiko yang disebabkan oleh penyakit diharapkan akan bergeser ke bawah yaitu ke kuadran III, sehingga peluang terjadinya sumber risiko ini dapat berkurang. b. Sumber risiko perubahan cuaca Sumber risiko yang disebabkan oleh perubahan cuaca berada di kuadran II pada peta risiko. Perubahan cuaca yang tidak menentu menyebabkan tanaman buncis mini banyak yang mati dan produktivitasnya menurun. Strategi penanganan terhadap sumber risiko perubahan cuaca dapat dilakukan dengan memasang mulsa plastik untuk melindungi tanaman buncis saat musim hujan. Selain itu, untuk mengurangi kelembaban tanah pada saat musim hujan, dapat dilakukan pembuatan bedengan dengan ukuran lebih tinggi dari ukuran biasa. Tinggi bedengan biasanya dibuat dengan tinggi 20 centimeter dari permukaan tanah, untuk melindungi tanaman buncis mini, bedengan dapat ditinggikan dengan ukuran 40 centimeter dari permukaan tanah. Usulan strategi di atas diharapkan dapat mengurangi probabilitas terjadinya sumber risiko yang disebabkan oleh perubahan cuaca. Sumber risiko yang disebabkan karena adanya perubahan cuaca ini diharapkan akan bergeser ke bawah yaitu ke kuadran IV, sehingga peluang terjadinya sumber risiko ini dapat berkurang. c. Sumber risiko kualitas benih Benih buncis mini yang digunakan oleh PD Pacet Segar berasal dari ICDF Bogor. Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak manajemen, penanganan risiko produksi yang disebabkan oleh kualitas benih harus dilakukan evaluasi kerja sama dengan pihak ICDF. Pihak PD Pacet Segar pernah mengutarakan keluhan terhadap kualitas benih buncis mini yang diberikan dalam pertemuan dengan pihak ICDF untuk melakukan evaluasi. Pihak ICDF memberikan tanggapan dan akan berusaha untuk memperbaiki kualitas benih buncis mini sehingga benih yang diberikan kualitasnya sesuai dengan yang diharapkan. Cara yang dapat dilakukan untuk menangani risiko karena kualitas benih adalah dengan cara memilih benih yang berkualitas baik untuk ditanam yaitu dengan merendam benih buncis mini dalam larutan fungisida dan memilih benih yang tenggelam karena benih yang mengambang mengindikasikan bahwa benih tersebut kurang baik. Larutan fungisida ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya benih buncis mini yang tidak tumbuh. Usulan strategi di atas diharapkan dapat mengurangi probabilitas terjadinya sumber risiko yang disebabkan oleh kualitas benih. Sumber risiko yang disebabkan karena kualitas benih ini diharapkan akan bergeser ke bawah yaitu ke kuadran IV, sehingga peluang terjadinya sumber risiko ini dapat berkurang. Berdasarkan pemaparan dari usulan strategi penganan terhadap sumber risiko penyakit, perubahan cuaca, dan kualitas benih di atas, diharapkan probabilitas dan dampak yang dirasakan oleh PD Pacet Segar dapat
53
berkurang, sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan dapat meningkat. Usulan strategi penanganan risiko dengan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 9. Probabilitas (%) Besar
1. Pemberian fungisida. 2. Melakukan sterilisasi lahan. 3. Menggunakan larutan hidrogen. 4. Melakukan rotasi tanaman.
1. Penggunaan mulsa plastik. 2. Membuat bedengan lebih tinggi. 3. Memilih benih buncis mini yang baik.
30
Kecil
Kecil
3 000 000
Besar
Dampak (Rp)
Gambar 9 Penanganan risiko dengan strategi preventif Berdasarkan pada Gambar 9, usulan strategi preventif ini diharapkan dapat mengurangi probabilitas terjadinya risiko, sehingga sumber risiko tersebut bergerak dari kuadran atas (kuadran I dan II) ke kuadran bawah (kuadran III dan IV). Jika dilihat dari strategi preventif yang diusulkan tersebut, ada beberapa penanganan risiko yang telah dilaksanakan oleh pihak PD Pacet Segar, namun karena keterbatasan materi, tenaga kerja, waktu, serta lahan, penanganan strategi preventif tersebut belum dapat dilakukan dengan baik. 2. Mitigasi risiko Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani sumber risiko produksi buncis mini yang berada pada kuadran II agar bergeser ke kuadran I dan sumber risiko pada kuadran IV agar bergeser ke kuadran III. Namun, pada kuadran IV tidak terdapat sumber risiko produksi yang harus ditangani, sedangkan pada kuadran II sumber risiko produksi yang dapat ditangani dengan strategi mitigasi adalah perubahan cuaca dan kualitas benih. Oleh karena itu, strategi mitigasi yang akan diusulkan hanya ditujukan untuk mengatasi sumber risiko produksi yang terdapat pada kuadran II. Usulan strategi mitigasi untuk menangani kedua sumber risiko produksi tersebut adalah sebagai berikut : a. Sumber risiko perubahan cuaca Sumber risiko yang disebabkan oleh perubahan cuaca berada di kuadran II pada peta risiko. Perubahan cuaca yang tidak menentu menyebabkan tanaman buncis mini banyak yang mati dan
54
produktivitasnya menurun. Strategi penanganan terhadap sumber risiko perubahan cuaca dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan budidaya buncis mini menggunakan naungan yang terbuat dari plastik. Budidaya buncis mini dengan menggunakan naungan ini tidak membutuhkan investasi yang besar namun hal ini dapat mengurangi jumlah kehilangan buncis mini. Usulan strategi penanganan risiko dengan menggunakan naungan ini diharapkan dapat mengurangi dampak dari sumber risiko karena adanya perubahan cuaca, sehingga posisi sumber risiko pada peta risiko akan bergeser ke arah kiri. b. Sumber risiko kualitas benih Sumber risiko yang disebabkan oleh kualitas benih berada di kuadran II pada peta risiko. Selain dengan menggunakan strategi preventif, sumber risiko ini juga dapat ditangani menggunakan strategi mitigasi yaitu dengan melakukan kerja sama dalam hal pengadaan benih yang baik dengan pihak ICDF. Usulan strategi untuk menangani sumber risiko ini akan bisa dilaksanakan secara bertahap, karena pada saat ini perusahaan masih bergantung pada ICDF. Usulan strategi penanganan risiko ini diharapkan dapat mengurangi dampak dari sumber risiko karena kualitas benih, sehingga posisi sumber risiko pada peta risiko akan bergeser ke kuadran I. Hasil dari usulan strategi mitigasi di atas diharapkan dapat meminimalisir risiko produksi akibat adanya perubahan cuaca dan kualitas benih, sehingga dampak kerugian yang ditanggung oleh pihak PD Pacet Segar dapat dikurangi. Usulan strategi mitigasi risiko pada peta risiko dapat dilihat pada Gambar 10. Probabilitas (%) Besar
1. 2. 3.
Melakukan budidaya buncis mini menggunakan naungan. Bekerja sama dengan pihak ICDF dalam pengadaan benih. Mengikuti pelatihan pembenihan yang baik.
30
Kecil
Kecil
3 000 000
Besar
Dampak (Rp)
Gambar 10 Penanganan risiko dengan strategi mitigasi Strategi yang diusulkan untuk mengatasi risiko produksi buncis mini di PD Pacet Segar lebih mengutamakan sumber risiko produksi yang berada pada kuadran II yaitu perubahan cuaca dan kualitas benih, karena kedua sumber risiko
55
tersebut memiliki probabilitas dan dampak yang besar terhadap perusahaan, akan tetapi risiko yang berada pada kuadran III tidak dapat diabaikan, karena pada dasarnya semua sumber risiko harus mendapatkan perhatian untuk penanganannya. Usulan strategi penanganan terhadap risiko yang berada pada kuadran III akan lebih mengutamakan aspek preventif atau pencegahan terjadinya risiko tersebut. Sumber risiko yang berada pada kuadaran III adalah adanya serangan hama. Pencegahan terjadinya risiko yang disebabkan adanya serangan hama dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida secara teratur khususnya pada musim hujan agar tanaman tidak terserang hama. Penyemprotan insektisida dapat dilakukan mulai dari pengolahan lahan dan sebaiknya setelah benih ditanam lahan langsung diberi penutup dari jerami daun pisang. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan jenis kacangkacangan untuk memutuskan siklus hidup hama tersebut. Hasil yang diharapkan dari aplikasi strategi yang diusulkan untuk menangani risiko pada kuadran III adalah agar dapat lebih memperkecil probabilitasnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian analisis risiko produksi budidaya buncis mini pada PD Pacet Segar adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian di lokasi penelitian, terdapat empat sumber risiko produksi pada budidaya buncis mini yaitu perubahan cuaca, kualitas benih, penyakit, dan serangan hama. 2. Sumber risiko yang disebabkan perubahan cuaca memiliki probabilitas dan dampak yang paling besar dan sumber risiko serangan hama memiliki probabilitas dan dampak paling kecil. 3. Alternatif strategi yang diusulkan kepada pihak PD Pacet Segar terhadap penanganan sumber-sumber risiko yang dihadapi adalah strategi preventif dan mitigasi. a. Strategi preventif yang diusulkan adalah sebagai berikut : Melakukan penyemprotan dengan fungisida, melakukan sterilisasi lahan, menggunakan larutan hidrogen untuk merendam benih buncis mini sebelum ditanam, serta melakukan rotasi tanaman untuk memutuskan siklus hidup penyakit. Melakukan budidaya buncis mini menggunakan mulsa plastik dan membuat bedengan lebih tinggi yaitu menjadi 40 centimeter. Memilih benih buncis mini yang baik dengan merendam benih buncis mini menggunakan larutan fungisida. Melakukan penyemprotan insektisida.
56
b. Strategi mitigasi yang diusulkan adalah sebagai berikut : Melakukan budidaya buncis mini menggunakan naungan. Melakukan kerja sama dengan pihak ICDF dalam hal pengadaan benih dan mengikuti pelatihan pembenihan yang baik.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa saran yang dapat disampaikan antara lain : 1. Penanganan risiko produksi buncis mini hendaknya dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan tingkatan risiko, sehingga sumber risiko produksi buncis mini yang memiliki potensi risiko terbesar diutamakan untuk terlebih dahulu ditangani. Urutan tingkatan risiko dilihat berdasarkan perhitungan status risiko dari yang terbesar hingga yang terkecil. Penanganan risiko dapat dimulai dari sumber risiko perubahan cuaca, kualitas benih, penyakit, dan serangan hama. Agar usulan strategi yang telah diberikan dapat memberikan hasil yang diinginkan, maka dibutuhkan koordinasi dari seluruh aspek manajemen perusahaan. 2. Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh PD Pacet Segar untuk meminimalisir risiko produksi yaitu dengan melakukan diversifikasi usaha. Diversifikasi ini dapat dilakukan dengan mengkombinasikan dua komoditi yaitu buncis mini dengan wortel. Namun diversifikasi tersebut juga harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan. 3. PD Pacet Segar dapat meningkatkan kerja sama dengan pihak ICDF dalam rangka menghasilkan benih buncis mini yang memiliki tingkat keberhasilan tinggi. Sehingga kerja sama tidak hanya dalam hal pendistribusian hasil produksi buncis mini saja. 4. Setelah adanya penelitian ini, diharapkan adanya penelitian lanjutan yang mampu mengkaji tingkat produktivitas kegiatan diversifikasi buncis mini dengan wortel. Selain itu penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji besarnya risiko produksi diversifikasi buncis mini dengan wortel. Kajian tersebut dapat memberikan saran bagi perusahaan untuk memaksimalkan pendapatannya dengan cara meminimalisir risiko produksi melalui kegiatan diversifikasi yang dilakukan oleh PD Pacet Segar. Disarankan juga untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan analisis lebih lanjut mengenai kemungkinan perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk menangani sumber risiko produksi perubahan cuaca dan sumber risiko mengenai kualitas benih buncis mini, dimana kedua jenis sumber risiko ini memiliki tingkat kemungkinan besar dan memberikan dampak besar terhadap perusahaan. 5. Perusahaan dapat melakukan pengamatan cuaca dan bagaimana pengaruhnya terhadap jumlah produksi buncis mini yang dihasilkan sehingga dapat menerapkan strategi tertentu pada periode produksi selanjutnya, karena pada saat ini siklus cuaca tidak menentu. Misalnya dengan memasang naungan ketika saat musim hujan.
57
DAFTAR PUSTAKA Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura Kecamatan Pacet. 2011. Luas Panen, Produktivitas, Dan Produksi Beberapa Jenis Sayuran Di Kecamatan Pacet. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Jumlah Penduduk Indonesia. [Internet]. [diunduh 2013 Jul 28]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&idsubyek=655¬ab=28. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia. [Internet]. [diunduh 2013 Mar 28]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&idsubyek=655¬ab=28. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Sayuran di Indonesia. [Internet]. [diunduh 2013 Mar 28]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tabsub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&idsubyek=55¬ab=70. Cher
PA. 2011. Analisis risiko produksi sayuran organik pada PT Masada Organik Indonesia Di Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Darmawi H. 2005. Manajemen Risiko. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Debertin DL. 1986. Agricultural Production Economics. Macmillan Publishing Company New York. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat. 2012. Produksi buncis di Jawa Barat. [Internet]. [diunduh 2013 Mar 29]. Tersedia pada: http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/sub Menu/9244. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Nilai PDB Hortikultura di Indonesia. [Internet]. [diunduh 2013 Mar 28]. Tersedia pada: http://hortikultura.deptan.go.id/?q=node/440 Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Perkembangan Nilai Ekspor Dan Impor Produk Hortikultura Segar Di Indonesia. [Internet]. [diunduh 2013 Mar 28]. Tersedia pada: http://hortikultura.deptan.go.id/?q=node/440 Elton, Gruber. 1995. Modern Portfolio Theory and Investment Analysis Fifth Edition. New York: John Wiley and Sons, Inc. Fariyanti A, Sarianti T, Tinaprila N. Konsep Risiko dan Ketidakpastian. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
58
Hanindita N. 2008. Analisis ekspor tomat segar Indonesia [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Harwood JR, Heifner K, Coble J, Perry, Somwaru. 1999. Managing Risk in Farming: Concepts, Research and Analysis. Agricultural Economic Report No. 774. Market and Trade Economics Division and Resource Economic Division, Economic Research Service. US Department of Agriculture. Jamilah M. 2010. Analisis risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kountur R. 2004. Manajemen Risiko Operasional (Memahami Cara Mengelola Risiko Operasional Perusahaan). Jakarta (ID): PPM. Kountur R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta (ID): PPM. Robinson LJ, Berry PJ. 1987. The Competitive Firm’s response to risk. New York (USA): Macmillan Publising Company. Sari DM. 2013. Analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani baby buncis (Phaseolus vulgaris L) pada Petani Mitra International Cooperation and Development Fund (ICDF) Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Situmeang H. 2011. Analisis risiko produksi cabai merah keriting pada kelompok tani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Setianingsih T. 2002. Pembudidayaan Buncis : Tipe Tegak dan Merambat. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Widasari A. 2012. Analisis risiko produksi dan risiko harga buncis dan tomat (Studi kasus: Kelompok Tani Pondok Menteng di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yamin A. 2012. Analisis risiko produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
59
LAMPIRAN Lampiran 1 Dokumentasi di lokasi penelitian
PD Pacet Segar
Persiapan lahan
Pembuatan lubang tanam
Pembuatan saluran air
Persiapan pemupukan
Pemupukan dasar
60
Benih buncis mini
Penyemain benih
Buncis mini siap panen
Buncis mini siap dijual
61
Buncis yang terserang hama penggerek polong
Penyakit bercak daun
Buncis mini yang terserang penyakit layu
Hama yang menyerang tanaman buncis mini
62
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Pengelolaan Risiko Produksi Buncis Mini pada PD Pacet Segar, Kabupaten Cianjur. Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengelolaan Risiko Produksi Buncis Mini pada PD Pacet Segar, Kabupaten Cianjur” oleh Marisa Ibela Gustiani (H34114020), Mahasiswa Program Sarjana Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. KUESIONER Ditujukan kepada pemilik PD Pacet Segar
I. Identitas Responden 1. Nama : ............................................................................................. 2. Tempat tinggal : ............................................................................................. 3. Jenis kelamin : [ ] Laki-laki [ ] Perempuan 4. Usia : .......................................................................... tahun 5. Status : [ ] Menikah [ ] Belum Menikah 6. Pendidikan Terakhir: ............................................................................................ 7. Alamat tempat usaha :.................................................................................. 8. Jenis kegiatan usaha yang dijalankan: [ ] Usaha utama [ ] Usaha sampingan
II. Analisis Kegiatan Usaha Budidaya Buncis Mini 1. Sudah berapa lama Anda menjalani usaha budidaya buncis mini ini?.................. ............................................................................................................................... 2. Alasan Anda memilih menekuni usaha budidaya buncis mini ini dan apa keunggulannya?..................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... 3. Apa kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha budidaya buncis mini ini? ................................................................................................................ ............................................................................................................................... 4. Apakah menurut Anda usaha budidaya buncis mini ini memiliki risiko? a. Ya, sebutkan? ................................................................................................... b. Tidak, mengapa? .............................................................................................. 5. Berdasarkan pengalaman Anda, apa penyebab dari timbulnya risiko tersebut?... .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................
63
6. Dari berbagai jenis penyebab-penyebab risiko tersebut, manakah yang paling sering terjadi pada budidaya buncis mini ini? ...................................................... ............................................................................................................................... .............................................................................................................................. 7. Bagaimana cara yang telah dilalukan PD Pacet Segar untuk mengatasi risiko tersebut? ................................................................................................................ ............................................................................................................................... 8. Apa kerugian yang pernah dialami oleh PD Pacet Segar akibat dari adanya risiko? ................................................................................................................... ............................................................................................................................... 9. Apakah produksi dilakukan secara kontinu? ........................................................ ............................................................................................................................... 10. Apakah Anda membudidayakan komoditas lain selain buncis mini ini?........... ............................................................................................................................ 11. Apa jenis komoditas lain yang dibudidayakan?................................................. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. 12. Apakah ada pesaing dengan usaha sejenis di wilayah Kecamatan Pacet? ............................................................................................................................. ............................................................................................................................ III. Analisis Faktor-Faktor Produksi (Untuk Periode Produksi Terakhir) 1) Lahan a. Luas lahan yang dimiliki : .......................................................... b. Penggunaan lahan : .......................................................... c. Luasan penggunaan lahan - Luasan lahan budidaya : .......................................................... - Luasan bangunan : .......................................................... - Lainnya : .......................................................... d. Kepemilikan lahan : .......................................................... e. Lamanya kepemilikan lahan : .......................................................... f. Alasan pemilihan lahan : .......................................................... g. Jarak lahan dengan gudang : .......................................................... h. Jarak lahan dengan pasar : .......................................................... 2) Benih Buncis Mini a. Jenis benih yang digunakan b. Kebutuhan perperiode produksi c. Asal benih diperoleh d. Harga benih
: ......................................................... : ......................................................... : ......................................................... : .........................................................
64
3) Bangunan a. Jumlah bangunan b. Penggunaan bangunan c. Luas masing-masing bangunan
: .................................................. unit : .......................................................... : .......................................................... ..........................................................
4) Sarana Produksi Pertanian (Saprotan) a. Jenis saprotan yang digunakan : .......................................................... ........................................................... ............................................................ ........................................................... ............................................................ ............................................................ ............................................................ ............................................................ ............................................................ b. Kebutuhan perperiode produksi : .......................................................... ............................................................ ............................................................ ............................................................ c. Asal saprotan diperoleh : .......................................................... ........................................................... 5) Tenaga Kerja a. Jumlah Tenaga Kerja - Wanita : ................. orang - Pria : ................. orang - Total : ................. orang b. Adakah pembagian tugas dan wewenang dalam perusahaan: - Ya, alasan .............................................................................................. - Tidak, alasan ......................................................................................... 6) Analisis Kegiatan Produksi a. Periode Produksi : ...................................................................... b. Waktu Produksi : - Pengolahan lahan : ...................................................................... - Pemupukan : ...................................................................... - Penyemaian benih : ...................................................................... - Perawatan : ...................................................................... - Pemanenan : ...................................................................... - Bera : ...................................................................... c. Jumlah Produksi setiap periode : [ ] Tetap [ ] Tidak tetap d. Jumlah Produksi : ..................................................................... e. Pola tanam yang dilakukan : ..................................................................... ...................................................................... ...................................................................... f. Proses produksi : ......................................................................
65
....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... 7) Analisis Sumber-Sumber Risiko Waktu Panen (Periode Produksi)
Jumlah Produksi
Harga Jual
Penyebab Kehilangan Produksi (Sumber Risiko) ........ ........ .......... ........ ...........
Untuk sumber risiko ........................................ Kehilangan Produksi Saat Panen KePeriode Total Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 6 5 4 4 3 5 4 3 2 1 4 3 1 6 3 54 2 13 12 5 7 8 4 5 1 6 9 3 2 9 1 2 87 3 9 11 8 6 10 7 3 12 3 4 4 6 2 0 1 86 4 12 22 4 9 16 12 10 23 13 12 9 23 26 3 7 201 5 67 53 33 27 60 19 24 35 28 16 8 17 4 9 22 422 6 68 37 45 60 21 37 23 28 7 30 14 6 19 29 11 435 7 116 97 56 83 67 31 37 44 29 33 17 10 15 11 9 655 8 22 12 4 16 9 11 10 24 13 9 6 12 33 27 16 224 9 13 8 10 9 7 3 2 8 6 4 1 5 2 10 9 97 10 9 7 6 8 11 5 9 14 8 11 9 18 16 9 6 146
66
Untuk sumber risiko ........................................ Periode Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 6 13 9 12 67 68 116 22 13 9
2 5 12 11 22 53 37 97 12 8 7
3 4 5 8 4 33 45 56 4 10 6
4 4 7 6 9 27 60 83 16 9 8
Kehilangan Produksi Saat Panen Ke5 6 7 8 9 10 11 3 5 4 3 2 1 4 8 4 5 1 6 9 3 10 7 3 12 3 4 4 16 12 10 23 13 12 9 60 19 24 35 28 16 8 21 37 23 28 7 30 14 67 31 37 44 29 33 17 9 11 10 24 13 9 6 7 3 2 8 6 4 1 11 5 9 14 8 11 9
12 3 2 6 23 17 6 10 12 5 18
13 1 9 2 26 4 19 15 33 2 16
14 6 1 0 3 9 29 11 27 10 9
15 3 2 1 7 22 11 9 16 9 6
12 3 2 6 23 17 6 10 12 5 18
13 1 9 2 26 4 19 15 33 2 16
14 6 1 0 3 9 29 11 27 10 9
15 3 2 1 7 22 11 9 16 9 6
Total 54 87 86 201 422 435 655 224 97 146
Untuk sumber risiko ........................................ Periode Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kehilangan Produksi Saat Panen Ke1 6 13 9 12 67 68 116 22 13 9
2 5 12 11 22 53 37 97 12 8 7
3 4 5 8 4 33 45 56 4 10 6
4 4 7 6 9 27 60 83 16 9 8
5 3 8 10 16 60 21 67 9 7 11
6 5 4 7 12 19 37 31 11 3 5
7 4 5 3 10 24 23 37 10 2 9
8 3 1 12 23 35 28 44 24 8 14
9 2 6 3 13 28 7 29 13 6 8
10 1 9 4 12 16 30 33 9 4 11
11 4 3 4 9 8 14 17 6 1 9
Total 54 87 86 201 422 435 655 224 97 146
Untuk sumber risiko ........................................ Periode Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 6 13 9 12 67 68 116 22 13 9
Kegiatan
2 5 12 11 22 53 37 97 12 8 7
3 4 5 8 4 33 45 56 4 10 6
4 4 7 6 9 27 60 83 16 9 8
Jumlah TK yang dilibatkan
Kehilangan Produksi Saat Panen Ke5 6 7 8 9 10 11 3 5 4 3 2 1 4 8 4 5 1 6 9 3 10 7 3 12 3 4 4 16 12 10 23 13 12 9 60 19 24 35 28 16 8 21 37 23 28 7 30 14 67 31 37 44 29 33 17 9 11 10 24 13 9 6 7 3 2 8 6 4 1 11 5 9 14 8 11 9
Aktivitas yang dilakukan
12 3 2 6 23 17 6 10 12 5 18
Jumlah peralatan yang dibutuhkan
13 1 9 2 26 4 19 15 33 2 16
14 6 1 0 3 9 29 11 27 10 9
15 3 2 1 7 22 11 9 16 9 6
Total 54 87 86 201 422 435 655 224 97 146
Sumber-sumber risiko yang dihadapi
67
Lampiran 3 Produksi buncis mini di PD Pacet Segar dalam luas lahan 5 000 meter2 dalam 10 periode terakhir Panen ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total
1 179 167 193 291 346 472 421 574 548 413 375 329 234 156 84 4782
2 134 189 267 294 363 458 482 581 466 389 334 258 193 166 95 4669
3 98 142 169 295 348 424 468 483 352 391 332 304 226 173 106 4311
4 151 187 234 245 276 354 461 434 452 323 269 232 164 153 117 4052
Periode ke- (kg) 5 6 73 116 92 193 142 208 181 223 236 245 374 273 394 381 338 326 379 305 331 287 307 285 276 177 242 142 182 113 94 87 3641 3361
7 121 192 226 273 364 396 343 298 261 176 162 151 158 132 71 3324
8 142 168 218 234 293 324 346 463 379 261 242 171 157 184 93 3675
9 186 245 270 363 412 488 535 404 383 392 333 282 257 165 116 4831
10 124 287 221 259 383 375 428 515 382 353 321 221 272 239 127 4507
Lampiran 4 Data kehilangan produksi buncis mini di PD Pacet Segar dalam 10 periode terakhir Periode ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perubahan cuaca (kg) 138 162 363 476 749 773 712 843 65 156
Sumber risiko Penyakit Kualitas benih (kg) (kg) 42 54 46 87 70 86 115 201 123 422 291 385 252 645 174 224 62 97 194 146
Total (kg)
Hama (kg) 38 76 170 156 65 204 67 84 45 118
272 371 689 948 1359 1653 1676 1325 269 614
Lampiran 5 Kehilangan produksi buncis mini karena adanya perubahan cuaca (kilogram) PERIODE KE-
KEHILANGAN PRODUKSI SAAT PANEN KE1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
8
12
15
2
13
11
18
9
4
8
12
8
8
9
14
6
5
7
10
3
41
34
28
25
29
33
30
28
4
48
5
94
40
36
63
80
31
38
57
49
45
23
70
37
6
115
93
81
90
56
88
7
156
123
97
109
118
8 9
182
134
10
3
104
92
1
7
10
11
16
14
21
TOTAL
11
12
13
14
15
11
7
13
6
15
10
12
9
11
138
8
11
10
18
20
19
162
15
22
13
8
363
32
20
38
42
48
31
32
29
21
27
16
476
39
23
46
58
12
65
64
91
749
33
25
30
38
31
27
79
86
82
927
86
56
43
38
40
36
23
1172
111
123
58
5
2
6
13
47
38
72
32
41
27
19
1093
5
2
4
3
5
2
4
6
9
11
6
65
8
7
14
18
9
7
4
1
156
68
Lampiran 6 Kehilangan produksi buncis mini karena kualitas benih (kilogram) PERIODE KE-
KEHILANGAN PRODUKSI SAAT PANEN KETOTAL 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
6
5
4
4
3
5
4
3
2
1
4
3
1
6
3
54
2
13
12
5
7
8
4
5
1
6
9
3
2
9
1
2
87
3
9
11
8
6
10
7
3
12
3
4
4
6
2
0
1
86
4
12
22
4
9
16
12
10
23
13
12
9
23
26
3
7
201
5
67
53
33
27
60
19
24
35
28
16
8
17
4
9
22
422
6
68
37
45
60
21
37
23
28
7
30
14
6
19
29
11
435
7
116
97
56
83
67
31
37
44
29
33
17
10
15
11
9
655
8
22
12
4
16
9
11
10
24
13
9
6
12
33
27
16
224
9
13
8
10
9
7
3
2
8
6
4
1
5
2
10
9
97
10
9
7
6
8
11
5
9
14
8
11
9
18
16
9
6
146
Lampiran 7 Data kehilangan produksi buncis mini karena penyakit (kilogram) PERIODE KE-
KEHILANGAN PRODUKSI SAAT PANEN KE-
TOTAL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
5
6
0
4
5
3
2
2
1
2
4
5
0
0
3
42
2
3
0
1
1
2
5
7
0
4
0
8
4
2
5
4
46
3
6
2
5
7
3
4
9
1
3
6
8
1
5
7
3
70
4
12
15
5
13
0
0
11
0
5
16
9
14
10
4
1
115
5
10
5
21
12
11
9
4
6
12
0
17
5
2
3
6
123
6
25
14
22
9
16
11
20
17
13
12
9
6
32
26
9
241
7
13
10
7
9
6
20
14
19
26
16
21
24
13
28
26
252
8
21
19
16
11
15
10
9
8
14
11
8
9
6
9
7
173
9
6
2
5
6
3
5
6
1
3
6
1
5
4
3
6
62
10
22
17
9
22
13
8
16
18
17
14
15
9
11
2
1
194
Lampiran 8 Kehilangan produksi buncis mini yang disebabkan serangan hama (kilogram) PERIODE KE-
KEHILANGAN PRODUKSI SAAT PANEN KE-
TOTAL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
3
2
1
4
2
3
1
3
1
2
4
1
5
4
2
38
2
12
8
9
6
2
7
3
4
5
7
6
2
1
3
1
76
3
22
17
9
22
13
18
18
14
5
4
6
8
9
1
4
170
4
14
9
5
14
7
13
21
7
15
18
14
6
6
4
3
156
5
8
6
5
6
3
4
6
1
3
6
5
4
4
3
1
65
6
13
14
6
9
16
11
23
13
9
17
20
18
13
17
5
204
7
6
2
5
6
3
4
6
5
3
6
1
7
3
5
5
67
8
9
12
8
4
11
6
8
3
6
2
5
1
4
3
2
84
9
11
4
5
4
1
2
1
1
3
1
4
3
2
2
1
45
10
18
9
10
7
9
13
8
10
6
3
8
6
4
3
4
118
69
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Marisa Ibela Gustiani, dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 20 Agustus 1990. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Agus Tatang Sutiarsa dan Ibu Maryati. Penulis memiliki dua orang adik laki-laki yang bernama Raihan Ammar Haidar dan Wishal Februana. Pendidikan awal yang diikuti penulis dimulai sejak tahun 1995 di TK Kemuning Bogor. Pendidikan Sekolah Dasar penulis dimulai pada tahun 1996 di SD Negeri Nanggeleng Sukabumi selama tiga tahun dan melanjutkan ke SD Negeri Cilendek 2 Bogor hingga lulus pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 6 Bogor pada tahun 2002 dan lulus pada tahun 2005. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima menjadi mahasiswi pada Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma Institut Pertanian Bogor melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). Karya penulis berupa tugas akhir yang berjudul Kajian Pengembangan Bisnis Pemanfaatan Lahan Kosong untuk Budidaya Vanili (Studi Kasus: PT Villa Domba Niaga IndonesiaBandung, Jawa Barat), diselesaikan penulis pada tahun 2011 dan mengantarkan penulis lulus pada tahun yang sama. Penulis aktif dalam kepanitian di beberapa kegiatan di lingkungan kampus diantaranya bendahara Field Trip Program Keahlian Manajemen Agribisnis angkatan 45 pada semester tiga dan empat dan bendahara pada Malam Keakraban Program Keahlian Manajemen Agribisnis angkatan 46. Penulis melanjutkan studi kembali untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011. Selama menempuh pend Selama menempuh pendidikan di Alih Jenis Agribisnis IPB, penulis pernah ikut serta dalam beberapa kegiatan kepanitian di lingkungan kampus. Penulis juga pernah bekerja sebagai staff administrasi pada lembaga dan bimbingan belajar Nurul Fikri guna menambah pengalaman.