Preferensi Oviposisi Nyamuk.......(Wibowo dan Astuti)
9.
Iswantini D, Rosman R, Hadi, UK dll. Studi agrobiofisik kamandrah dan penentuan potensi awal kamandrah sebagai larvasida hayati pencegah penyakit DBD. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 2009; 14 (2): 83-90.
10. Juriastuti T, Kusnoto. Efek ekstrak zodia (Evodia suaveolens) sebagai larvasida terhadap larva nyamuk Ae. aegypti dalam upaya pemberantasan DBD [laporan penelitian]. [Diakses tanggal 9 Februari 2015]. Diunduh dari: http://repo.unair.ac.id. 11. Destina Y. Methyl augenol sebagai perangkap lalat buah. Rabu, 17 Juli 2013. Badan Litbang Pertanian. http://balittra.litbang.pertanian.go.id. 12. Marleni A, Sundaryono dkk. Fraksinasi senyawa aktif pada buah kakao dan uji atraktan terhadap hama penggerek buah (Conopomorpha cramerella) dan serangga pengunjung lainnya pada tanaman kakao (Theobroma cacao) [tesis]. FKIP UNIB; 2006. 13. Wijaya, Lia Ayu. Daya Bunuh Ekstrak Biji Kecubung (Datura metel) terhadap Larva Aedes aegypti. [skripsi]. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret; 2009. 14. Salisbury FB dan Ross CW. Fisiologi tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB;. 1992. 15. Sudewo B. Tanaman obat popular pengepur aneka penyakit. Jakarta: Agromedika Pustaka; 2004. 16. Aradilla AS. Uji efektivitas larvasida ekstrak etanol daun mimba (Azadirachta indica) terhadap larva Ae. aegypti [skripsi]. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang; 2009.
17. Yuniarsih E. Uji efektivitas losion repellan minyak mimba (Aradirachta indica) terhadap nyamuk Ae. aegypti [skripsi]. Jakarta: Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatulah; 2010. 18. Kardinan A. Zodia (Evodia suaveolans) tanaman pengusir nyamuk. Tabloid Sinar Tani. 23 Juni 2004. 19. Widawati M, Santi M. The effectiveness of fixative addition on zodia (Evodia Suaveolans) and rosemary (Rosmarine officinalis) gel against Aedes aegypti. Health Science Journal of Indonesia. 2013; 4 (2): 103-6. 20. Susanti L dan Boesri H. Toksisitas biolarvasida ekstrak tembakau dibanding dengan ekstrak zodia terhadap jentik vektor DBD (Aedes aegypti). Buletin Penelitian Kesehatan. 2012; 40 (2). 21. Astuti EP, Riyadhi A, Ahmadi NR. Efektivitas minyak jarak pagar (Jatropha curcas) sebagai larvasida, anti-oviposisi dan ovisida terhadap nyamuk Aedes albopictus. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 2011; 22 (1). 22. Jayadipraja, Azizi E, Ishak, Hasanudin dkk. Uji efektivitas ekstrak akar tuba (Derris elliptica) terhadap kematian larva Anopheles. FKM Universitas Hasanudin. 2013. Diunduh dari: http://repository.unhas.ac.id 23. Kardinan A. Tanaman pengendali lalat buah. Jakarta: PT Agromedia Pustaka; 2003. Hal 46.
BALABA Vol. 11 No. 01, Juni 2015: 29-34
PENGARUH VARIASI WARNA LAMPU PADA ALAT PEREKAT LALAT TERHADAP JUMLAH LALAT RUMAH (Musca Domestica) YANG TERPERANGKAP THE EFFECT OF VARIATIONS IN THE COLOUR OF LIGHT EQUIPMENT ADHESIVE FLIES TO THE NUMBER OF HOUSE FLIES (Musca domestica) TRAPPED Robertus Dita Prasetya*, Yamtana, Rizki Amalia Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jl. Tata Bumi No.3, Banyuraden, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia *E_mail:
[email protected] Received date: 20/1/2015, Revised date: 28/1/2015, Accepted date: 8/4/2015
ABSTRAK Lalat mempunyai peran penting dalam kesehatan masyarakat, terutama dalam permasalahan sampah. Spesies lalat yang mampu berkembangbiak dengan cepat adalah lalat rumah Musca domestica. Lalat mempunyai sistem penglihatan yang sangat baik, dapat mengenal dan membedakan jenis warna. Letak tempat pemotongan ayam Sayap Mekar berdekatan dengan pemukiman penduduk, kondisinya terbuka dan kurang bersih. Kepadatan lalat di tempat tersebut tinggi. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh variasi warna lampu pada alat perekat lalat terhadap jumlah lalat rumah yang terperangkap, dan warna lampu yang paling efektif untuk memerangkap lalat rumah. Penelitian eksperimen semu dengan desain post test only with control group. Lokasi penelitian di tempat pemotongan ayam Desa Margoagung, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman. Variabel bebas adalah variasi warna lampu pada alat perekat lalat, variabel terikatnya jumlah lalat yang terperangkap. Analisis data secara deskriptif dan analitik menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dan one-way ANOVA dengan taraf signifikan 0,05 dilanjutkan uji Post Hoc Test. Jumlah lalat terperangkap lebih banyak pada perangkap dengan penambahan lampu warna biru rata-rata sebanyak 30 ekor. Hasil analisis menunjukkan ada pengaruh variasi warna lampu biru, ungu dan hijau pada alat perekat lalat terhadap jumlah lalat yang terperangkap (p= 0,000). Kesimpulan hasil penelitian ini yaitu alat perekat lalat dengan lampu biru paling efektif untuk memerangkap lalat. Kata kunci: warna lampu, alat perekat lalat, lalat rumah ABSTRACT Flies have an important role in public health, especially in waste problem.The flies that capable to multiply rapidly is the house flies (Musca domestica). Flies have excellent vision system, can recognize and distinguish the colour. The location of chicken abattoir “Sayap mekar” was near to settlements population, open condition and less clean. The density of flies in this study was high. The aim of this study was to find the influence of light color variations on adhesive tools flies against the number of flies trapped and the color of light was most effective for trapping house flies. This research was quasiexperimental design with post test only control group. Location this research at the slaughter house Margoagung Village, District Seyegan, Sleman. The independent variable is the variation of light color on the fly adhesive tools, The dependent variable was the number of flies trapped. Data were analyzed with descriptive and analytical using Kolmogorov Smirnov and one-way ANOVA followed by Post Hoc test with a significant level of 0,05. The number of flies that trapped in the trap with the addition of blue light were 30 flies in average. Result of analysis showed there was an effect of color variation such as blue, purple and green on adhesive tools flies against the number of flies that caught (p = 0.000). Conclusion of this research that adhesive flies with blue light was most effective to traped flies. Keywords: lamp colour's, flies trap, housefly
PENDAHULUAN Lalat merupakan spesies yang mempunyai peran penting dalam permasalahan kesehatan masyarakat. Ancaman lalat terjadi karena timbulnya masalah sampah yang merupakan dampak negatif dari pertambahan penduduk. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap higiene dan sanitasi menyebabkan lalat memiliki dampak negatif bagi kesehatan masyarakat secara luas baik dari segi estetika sampai penularan penyakit.1,2,3,4
28
Salah satu jenis lalat yang mampu berkembangbiak dengan cepat adalah lalat rumah Musca domestica. Penularan penyakit oleh lalat dapat terjadi melalui semua bagian dari tubuh lalat yaitu bulu badan, bulu pada anggota gerak, muntahan serta fesesnya. Lalat rumah termasuk vektor utama penyebaran berbagai penyakit yang ditularkan secara mekanis seperti diare, disentri, kolera, thypus dan penyakit saluran pencernaan lainnya. Selain itu, lalat rumah juga telah diteliti
29
Pengaruh Variasi Warna.......(Prasetya dan Amalia)
mampu membawa dan menyebarkan virus Avian Influensa (AI) atau virus flu burung ke dalam tubuh manusia. Peranan lalat rumah dalam penularan penyakit, serta kemampuan lalat rumah untuk berkembang biak dengan cepat dalam jumlah yang banyak sehingga perlu dilakukan pengendalian.5,6,7,8 Lalat mempunyai sistem penglihatan sangat baik, yaitu mata majemuk yang tersusun atas lensa optik banyak sehingga lalat mempunyai sudut pandang lebar. Kepekaan penglihatan lalat 6 kali lebih besar dibandingkan manusia. Selain itu, mata lalat juga dapat mengindera frekuensi-frekuensi ultraviolet pada spektrum cahaya yang tak terlihat oleh manusia. Berdasarkan berbagai macam percobaan, dapat dibuktikan bahwa serangga terutama lalat rumah dapat mengenal dan membedakan jenis warna. Serangga dapat melihat sinar ultraviolet dengan jelas. Secara umum dikatakan bahwa serangga mempunyai dua puncak sensitivitas yaitu pada warna biru-hijau.9,10 Tempat pemotongan ayam Sayap Mekar terletak berdekatan dengan pemukiman penduduk, terutama pada lokasi yang bersinggungan langsung dengan pemukiman di sekitarnya. Kondisi tempat pemotongan ayam yang terbuka dan kurang bersih dapat mengundang datangnya lalat.11,12 Kepadatan lalat yang terdapat di tempat pemotongan ayam tersebut berdasarkan survei pendahuluan pada tanggal 26 Februari 2014 didapatkan hasil 37 ekor/blog grill. Berdasarkan standar Dirjen PPM & PL 1994 angka tersebut berada pada tingkatan intrepretasi yang paling tinggi yaitu di atas 21 ekor/blok grill. Kepadatan ini masuk ke dalam populasi sangat padat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengamatan tempat berkembang biak lalat rumah serta diadakan tindakan pengendalian.13 Pengendalian lalat dengan cara fisik-mekanis dan fisiologis yaitu dengan pemasangan lem perekat lalat disertai dengan atraktan untuk menarik lalat. Pengendalian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan memasang lem perekat lalat yang dimodifikasi dengan penambahan lampu pada alat perekat dengan variasi warna yaitu biru, hijau dan ungu. Berdasarkan uraian di atas, diharapkan pemberian lampu pada lem perekat lalat dapat menarik lalat untuk hinggap karena lalat sangat tertarik terhadap sinar. Penggunaan jenis lampu tubular lamp (TL) karena lampu ini dapat memancarkan sinar ultraviolet. Selain itu aplikasi lampu pada alat perekat lalat cukup mudah untuk
30
dilakukan yaitu dengan membuat rangkaian sederhana lampu pada bagian dalam boks plastik (thinwall food container) kemudian dihubungkan dengan aliran listrik dan diletakkan pada tempat yang terdapat banyak lalat. Faktor lain yang mendukung yaitu barang-barang yang dibutuhkan cukup mudah didapatkan dan alat tersebut dapat digunakan untuk berkali-kali.14,15,16 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi warna lampu pada alat perekat lalat terhadap jumlah lalat rumah yang terperangkap, dan warna lampu yang paling efektif untuk memerangkap lalat rumah. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan metode penelitian post test only with control group design.17,18 Populasi dalam penelitian ini adalah semua lalat rumah yang ada di tempat pemotongan ayam Sayap Mekar. Sampel dalam penelitian ini adalah lalat rumah yang terperangkap dalam alat perekat lalat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah warna lampu pada setiap alat perekat lalat. Alat perekat lalat adalah alat yang digunakan untuk memerangkap lalat yang dibuat dari boks berbahan plastik yang tidak terpakai kemudian pada bagian dalam diletakkan rangkaian lampu TL berwarna biru, hijau dan ungu. Untuk kontrol digunakan perangkap tanpa lampu. Bagian alas kotak ditaruh kertas perekat lalat. Pemberian warna lampu biru, ungu dan hijau mengacu pada kepekaan serangga terhadap sinar dengan kisaran panjang gelombang 245-600 nm yaitu pada kisaran warna biru-hijau.19,20 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah lalat Musca domestica yang terperangkap pada alat perekat lalat. Jalannya penelitian dimulai dari alat perekat lalat diletakkan pada tempat yang mempunyai suhu dan kelembaban sama dan tidak mengganggu kegiatan pemotongan ayam. Disiapkan 4 buah alat perekat lalat dengan pembagian 3 buah alat perekat lalat sebagai kelompok perlakuan dan satu buah alat perekat lalat sebagai kontrol. Disiapkan lem perekat lalat pada bagian atas kotak. Pada setiap pengujian dibutuhkan 4 lembar kertas pembungkus nasi yang diberi lem perekat. Diletakkan alat perekat lalat pada tempat yang sesuai. Dihubungkan kabel rangkaian lampu TL pada stop kontak untuk menghidupkan lampu. Pemaparan dilakukan selama 6 jam mulai pukul 08.00 WIB. Diamati dan dihitung jumlah lalat
BALABA Vol. 11 No. 01, Juni 2015: 23-28
yang hampir sama adalah penelitian Astuti tahun 2011 yang menyatakan bahwa minyak biji jarak pagar (Jatropha curcas) berpotensi sebagai antioviposisi yaitu mampu menolak nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus untuk meletakkan telurnya pada ovitrap yang telah tercampur dengan minyak jarak.21 Berbeda dengan ekstrak daun jenu yang mampu menjadi atraktan untuk oviposisi, sedangkan minyak biji kamandrah bersifat anti-oviposisi. Beberapa penelitian yang mendukung bahwa tanaman ini mempunyai potensi sebagai larvasida nyamuk dan pembunuh rayap. Ekstrak akar tuba (D. elliptica) mampu membunuh larva Anopheles dengan konsentrasi 2ml/l dan LT50 selama 3 jam (laboratorium), sedangkan penelitian di lapangan menunjukkan hasil bahwa tanaman ini mempunyai efektivitas reduksi selama 7 hari terhadap larva Anopheles sebesar 84,4% kematian larva.22 Jenu (D. elliptica) menurut Kardinan mempunyai kecenderungan untuk menjadi atraktan. Hal ini dimungkinkan karena adanya senyawa bahan metil eugenol. Metil eugenol berupa sex pheromone cukup efektif dalam menarik serangga. Senyawa ini mampu menarik serangga sehingga dapat mempengaruhi tingkah laku serangga, seperti mencari makanan, peletakan telur, hubungan seksual, dll. Perilaku pencarian media peletakan telur oleh serangga pada umumnya dibantu oleh integrasi penglihatan dan penciuman, tetapi signal berupa bau mempunyai peranan yang lebih besar dibanding dengan penglihatan.23 Nyamuk atau serangga pada umumnya dilengkapi dengan organ sensoris. Salah satunya adalah organ olfactory (penciuman) yang dimiliki nyamuk berbentuk sensilla (peg/pit/rambut) yang tersebar diseluruh permukaan tubuhnya tetapi yang paling banyak sensilla ini terdapat pada antena nyamuk,organ ini sangat peka terhadap bau kimia. KESIMPULAN Tanaman jenu (D. elliptica) mempunyai potensi yang lebih tinggi sebagai atraktan terhadap nyamuk Ae. aegypti dalam proses oviposisi. SARAN Senyawa aktif yang menjadikan daun jenu sebagai atraktan perlu dikaji lebih lanjut. Daun jenu mempunyai potensi sebagai atraktan oviposisi dapat digunakan sebagai alternatif pengendalian vektor DBD untuk memerangkap nyamuk untuk bertelur
dan diharapkan telur yang terperangkap akan mati karena potensi lain tanaman ini sebagai racun. UCAPAN TERIMA KASIH Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselenggaranya penelitian ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Nismah Nukmal, Ph.D, Kepala Loka Litbang P2B2 Ciamis beserta staf Laboratorium dan semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. DAFTAR PUSTAKA 1.
Triplehorn NFJ; penerjemah Partosoedjono S. Pengenalan serangga. Yogyakarta: Gajah Mada University; 1992. hlm. 1009-4083.
2. Stephenson JR. Understanding dengue pahtogenesis: implication for vaccine design. Bull World Health Organ. 2005; 83(4): 308-14. 3. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementerian Kesehatan RI. Demam Berdarah Dengue di Indonesia tahun 1968 – 2009. Buletin Epidemiologi DBD. 2010; 2. 4.
Widiarti, Heriyanto B, Boewono DT dkk. Peta resistensi vektor DBD Aedes aegypti terhadap insektisida kelompok organofosfat, karbamat, dan pirethroid di Provinsi Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Bul. Penelit. Kesehat. 2011; 39 (4): 17689.
5. Rahmawati E, Hidayat MT, Budijastuti W. Pemanfaatan biji mimba (Azadirachta indica) sebagai larvasida nyamuk Culex. Lenterabio. 2013; 2 (3): 207-10. 6. Riyadhi A. Identifikasi senyawa aktif minyak jarak pagar sebagai larvasida nabati vektor DBD. Jurnal Valensi. 2008; 1 (2):71-81. 7. Mardiana, Supraptini, Aminah NS. Datura metel sebagai insektisida dan larvasida botani serta bahan baku obat tradisional. Media Penel. & Pengemb. Kesehat. 2009 XIX (II). 8. Jayadipraja EA, Ishak H, Arsin AA. Uji efektivitas ekstrak akar tuba (Derris elliptica) terhadap mortalitas larva. [Diakses tanggal 9 Februari 2015].: D i u n d u h d a r i : http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/186aa7a3a398df 3d2482dad298e535ff.pdf.
27
Preferensi Oviposisi Nyamuk.......(Wibowo dan Astuti)
Tabel 3. Hasil Uji Lanjut Anova Antar Ekstrak
Ekstrak Jenu ^ air Jenu ^ zodia Jenu ^ kecubung Jenu ^ Mimba
Mean Diff
Standart Deviation
95% CI Lower
upper
429,75
86,58
0,000
245,19
614,31
536
86,58
0,000
351,44
720,56
517,5
86,58
0,000
332,94
702,06
468,75
86,58
0,000
284,19
653,31
efektif untuk dijadikan sebagai atraktan dalam menarik nyamuk Ae. aegypti untuk melakukan oviposisi karena rata-rata jumlah telur yang diletakkan di ketiga ovitrap tersebut sama dengan kontrol. Senyawa aktif yang dihasilkan oleh tanaman sebagai atraktan adalah methyl eugenol yang dapat digunakan sebagai penarik lalat buah.11 Methyl eugenol adalah senyawa minyak atsiri yang terkandung di dalam beberapa tanaman seperti daun melaleuca (M. bracteata) dan selasih (Ocimum sp). Namun, senyawa aktif ini mempunyai sifat berlawanan terhadap nyamuk, methyl eugenol bersifat repelen (pengusir) nyamuk. Senyawa lain yang bersifat atraktan terhadap serangga adalah flavonoid dan terpenoid, menurut Marleni et al. senyawa flavonoid 0,66% dan terpenoid 0,49% dapat menjadi atraktan hama penggerek buah (Conopomorpha cramerella).12 Senyawa aktif sebagai atraktan nyamuk belum dikembangkan penelitiannya, beberapa literatur hanya mengungkap tentang hasil senyawa aktif yang menjadi atraktan hama pertanian. Hal ini menjadi batasan dalam penelitian ini, senyawa aktif yang terdapat dari keempat ekstrak daun belum diketahui atau belum dilakukan proses identifikasi kimia sebagai atraktan. Tanaman kecubung termasuk famili Solanaceae. Bagian-bagian kecubung, terutama bijinya, mengandung alkaloid yang berefek halusinogen. Menurut penelitian Wijaya, kandungan tanaman kecubung antara lain adalah saponin dan alkaloid. Kedua bahan aktif tersebut pada penelitian ini telah terbukti memiliki potensi membunuh larva (larvasida).13 Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa, sebagian besar alkaloid merupakan kristal putih yang agak larut dalam air, senyawa ini seringkali beracun bagi manusia.14 Senyawa aktif tanaman ini tidak mengandung atau tidak didominasi oleh senyawa methyl eugenol, flavonoid dan terpenoid sehingga tidak punya efek sebagai atraktan.
26
P - value
Menurut Sudewo, kandungan kimia dari tanaman mimba adalah meliacins, liminoids, triterpenoid, stero, tanin, flavonoid, glikosida. Biji menghasilkan minyak margosa yang berkhasiat insektisida.15 Flavonoid yang terdapat dalam daum mimba bukan senyawa aktif yang dominan sehingga ekstrak daun ini kurang efektif sebagai penarik (atraktan) terhadap nyamuk Ae. aegypti. Namun, potensi lain dari tanaman ini adalah dapat digunakan sebagai racun dalam membunuh larva Ae. aegypti16 dan sebagai penolak nyamuk (repelan) nyamuk Ae. aegypti.17 Konsentrasi efektif sebagai larvasida LC50 sebesar 8,3 gr/l dan LT50 selama 103,2 jam16 sedangkan daya proteksi sebagai repelan dengan konsentrasi 1,5% adalah 88,67%.17 Kandungan senyawa kimia dari zodia adalah saponin, alkaloid, berberine dan furoquinoline. Senyawa lain yang juga terkandung dalam zodia yaitu evodiamine dan rutaecarpine yang merupakan bahan aktif dari minyak atsiri sebagai repelen nyamuk.18 Hampir sama dengan dua ekstrak tanaman sebelumnya, daun zodia tidak mempunyai senyawa aktif sebagai atraktan, sehingga tanaman ini sering digunakan sebagai masyarakat sebagai plant barrier, tanaman hidup yang dapat mengusir nyamuk. Berdasarkan penelitian Widawati menyebutkan bahwa ekstrak daun zodia dengan konsentrasi 4% mempunyai daya proteksi sebagai repelan sebesar 90% selama 6 jam.19 Tanaman zodia (E. suaveolens) juga mempunyai sifat sebagai pembunuh larva (larvasida) yaitu konsentrasi terendah dari daun zodia sebesar 1,56% mampu membunuh larva Ae. aegypti sebanyak 100%.20 Ekstrak daun jenu (D. elliptica) merupakan satu-satunya dari keempat tanaman yang diuji yang mempunyai potensi sebagai atraktan yang menarik nyamuk Ae. aegypti untuk bertelur pada ovitrap yang disiapkan. Jumlah telur yang diletakkan nyamuk pada ovitrap ekstrak daun jenu berbeda nyata dengan kontrol (air) dan tanaman lainnya. Penelitian lain
BALABA Vol. 11 No. 01, Juni 2015: 29-34
yang terperangkap pada alat perekat lalat kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kegiatan tersebut dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol.21 Perhitungan dilakukan dengan menghitung langsung jumlah lalat rumah yang terperangkap pada setiap alat perekat lalat berdasarkan ciri identifikasi lalat rumah yaitu tubuh berwarna kelabu hitam, ukuran 6-7 mm, pada punggung terdapat empat garis longitudional berwarna hitam.22,23 Data yang diperoleh dikelompokkan dalam tabel kemudian dianalisis secara deskriptif dilanjutkan dengan uji analitik dengan menggunakan program SPSS For Windows versi 20.0. Uji statistik diawali dengan uji KolmogorovSmirnov test untuk mengetahui normalitas data, karena distribusi normal maka dilanjutkan ke uji one-way ANOVA (á = 0,05).17,18 Setelah pengujian one-way ANOVA, dilakukan uji Post Hoc Test dengan pilihan Least Signifiant Different (LSD) untuk mengetahui warna lampu yang paling efektif untuk memperangkap lalat. Taraf signifikansi yang digunakan adalah á=0,05.
HASIL Jumlah lalat yang terperangkap pada alat perekat lalat lebih banyak pada perangkap dengan penambahan lampu warna biru dibandingkan warna ungu dan hijau yaitu rata-rata sebanyak 30 ekor. Lalat paling sedikit terperangkap pada alat perekat lalat yang tidak diberi penambahan lampu (kontrol) yaitu rata-rata sebanyak 8 ekor (Tabel 1). Rata-rata selisih lalat yang terperangkap antara kelompok perlakuan dan kontrol adalah 22 ekor pada warna lampu biru, 16 ekor pada lampu ungu dan 7 ekor pada lampu hijau (Tabel 2). Data selisih tersebut selanjutnya diuji secara statistik menggunakan One-way ANOVA untuk mengetahui pengaruh jumlah selisih antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil pengujian data dengan uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa jumlah lalat yang terperangkap pada kertas perekat lalat selisih kelompok perlakuan dan kontrol terdistribusi normal (p > 0,05). Hasil uji one-way ANOVA diperoleh nilai p = 0,000, berarti ada pengaruh variasi warna lampu pada alat perekat
Tabel 1. Jumlah Lalat Terperangkap pada Alat Perekat Lalat Kelompok Perlakuan dan Kontrol Kontrol (ekor)
Perlakuan (ekor)
Pengulangan Tanpa lampu
Biru
Ungu
Hijau
1.
11
37
28
18
2.
7
31
26
19
3.
9
35
22
13
4.
8
27
25
15
5.
6
23
19
12
6.
7
25
21
13
Jumlah
48
178
141
90
Rata-rata
8
30
24
15
Tabel 2. Rata-rata Selisih Lalat yang Terperangkap pada Alat Perekat Lalat Kelompok Perlakuan dan Kontrol
No
Warna Lampu Rata-Rata Selisih Lalat yang Terperangkap (ekor)
1
Biru
22
2
Ungu
16
3
Hijau
7
31
Pengaruh Variasi Warna.......(Prasetya dan Amalia)
lalat terhadap jumlah lalat rumah yang terperangkap. Hasil uji Post Hoc Test menunjukkan warna lampu yang paling efektif untuk memerangkap lalat adalah warna biru dengan nilai mean different tertinggi yaitu 14,67. PEMBAHASAN Penghitungan lalat rumah yang terperangkap didasarkan pada identifikasi ciri-ciri lalat rumah yakni berwarna kecoklatan, berukuran kecil, dan pada thoraks terdapat 4 garis horisontal. Identifikasi dilakukan karena di tempat pemotongan ayam tersebut terdapat beberapa jenis lalat lain meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak seperti jenis lalat daging dan lalat hijau. Lalat hijau memiliki ciri identifikasi yang mencolok yakni memiliki warna hijau metalik dan memiliki ukuran yang lebih besar dari lalat rumah. Lalat daging memiliki ciri abdomen seperti papan catur dan ukuran yang lebih besar dari lalat rumah.9,10 Hasil data deskriptif rerata jumlah lalat yang terperangkap terlihat bahwa kelompok kontrol merupakan kelompok yang memiliki rerata terendah dibanding dengan kelompok perlakuan. Alat perekat dengan lampu warna biru memperoleh rata-rata jumlah lalat terperangkap paling tinggi. Warna biru berada pada kisaran panjang gelombang 455-492 nm. Kisaran kepekaan mata lalat antara 245-600 nm, maka warna biru berada di tengah-tengah antara warna ungu dan hijau pada panjang gelombang kepekaan lalat tersebut. Alat perekat dengan lampu warna ungu memperoleh hasil tertinggi kedua. Lampu warna ungu juga dapat memancarkan sinar ultraviolet yang dapat memikat perhatian lalat.7 Alat perekat dengan lampu hijau memperoleh hasil paling sedikit memerangkap lalat karena lampu warna hijau tidak dapat memancarkan sinar ultraviolet walaupun warna hijau berada pada kisaran panjang gelombang yang disukai lalat. Untuk alat perekat kontrol (tanpa penambahan lampu) memperoleh hasil terendah daripada alat perekat dengan penambahan warna lampu. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian lampu dengan warna yang disukai lalat dapat menambah jumlah lalat yang terperangkap pada alat perekat. Ada pengaruh bermakna penambahan lampu pada alat perekat lalat terhadap jumlah lalat yang terperangkap di Pemotongan ayam “Sayap Mekar”. Hasil tersebut ditunjang oleh penelitian Chasanah tentang pengaruh berbagai variasi warna lampu pada
32
insect killer terhadap flying insect yang terperangkap, dimana kelompok eksperimen pada insect killer yang diberi lampu dengan warna ungu, biru dan hijau memperoleh hasil flying insect yang sangat signifikan mencapai 84,7 % dan pada kelompok kontrol (tanpa lampu) hanya memperoleh hasil 15,3 %.19 Penggunaan lampu dalam pengendalian lalat didasarkan pada fisiologis lalat. Banyak serangga yang mampu mendeteksi zat perangsang dalam dosis rendah dan beberapa mil dari sumber zat tersebut. Sebagaimana telah diketahui bahwa lalat mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap rangsangan bau (kimia-mekanis), pendengaran dan penglihatan. Memanfaatkan penglihatan lalat yang sangat peka, maka digunakan lampu untuk memikat lalat. Lampu yang digunakan memancarkan sinar yang disesuaikan dengan kepekaan indera penglihatan lalat yaitu pada kisaran gelombang spektrum cahaya sekitar 245-600 nm atau kisaran warna ungu, biru dan hijau. Menurut Suharyono selain memancarkan cahaya, lampu juga memancarkan sinar ultraviolet dan panas yang dapat menarik perhatian serangga. Cahaya ultraviolet dipancarkan dari lampu berwarna ungu atau biru terang.20,24,25 Hasil uji dengan Post Hoc Test menunjukkan alat perekat dengan lampu warna biru merupakan yang paling efektif untuk memerangkap lalat rumah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suharyono bahwa sinar biru dapat memancarkan sinar ultraviolet yang dapat memikat serangga untuk mendekat, maka lampu pada alat perangkap lalat sering berwarna ungu-biru terang. Hasil ini juga ditunjang dengan penellitian Andri tentang pengaruh variasi warna lampu pada light trap terhadap kesukaan lalat (Musca domestica) dengan hasil jumlah rata-rata lalat terperangkap pada kelompok perlakuan dengan light trap warna lampu biru, putih dan merah didapatkan rata-rata tertinggi adalah light trap dengan lampu warna biru mencapai 50,7 %, diikuti warna putih 32,3 % dan warna merah 17,0 %.10 Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa lampu warna biru adalah warna lampu yang paling efektif untuk memikat lalat rumah. Beberapa faktor pengganggu yang berpengaruh terhadap jumlah lalat yang terperangkap selama penelitian berlangsung antara lain adalah bau lem, ketebalan lem, bau boks plastik, warna boks plastik. Variabel pengganggu dapat
BALABA Vol. 11 No. 01, Juni 2015: 23-28
kandang perlakuan dimasukan ovitrap yang sudah disiapkan sebanyak lima ovitrap yang terdiri dari ekstrak daun jenu (10%), daun kecubung (10%), daun mimba (10%), daun zodia (10%) dan air (0%) sebagai kontrol. Hal ini dilakukan agar nyamuk melakukan oviposisi/meletakan telur di kertas saring tersebut, sehingga bisa diambil dan dihitung jumlah telurnya. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 3 hari dengan parameternya adalah jumlah telur yang terdapat di masing-masing ovitrap. Data hasil penelitian diolah dan dianalisis statistik dengan uji ANOVA dan uji lanjutannya adalah BNT (Beda Nyata Terkecil).
Jumlah telur secara keseluruhan yang berhasil dihitung setelah pengamatan hari ke-3 adalah 4600 telur. Hasil uji preferensi berbagai jenis ekstrak ini menunjukkan bahwa kontainer yang berisi ekstrak daun jenu (D. elliptica) lebih banyak ditemukan telur Ae. aegypti dibandingkan dengan kontrol maupun kontainer dengan ekstrak daun lainnya. Persentase telur pada kontainer dengan ekstrak jenu adalah 44,2%, sedangkan yang terkecil adalah ekstrak zodia (E. suaveolans) 9,2% dari total telur yang berhasil dikumpulkan. Jumlah telur pada kontainer yang berisi ekstrak per ulangan dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil uji Anova menunjukan bahwa perlakuan antar kelompok berbeda dengan p-value 0,000 (Tabel 2). Hasil ini dilanjutkan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan á = 5%, menunjukkan bahwa kontainer yang berisi ekstrak daun Jenu (D. elliptica) memiliki jumlah telur yang berbeda dengan kontrol dan ekstrak daun lainnya (p-value 0,000). Rata-rata telur yang diletakkan nyamuk Ae. aegypti pada kontainer yang berisi ekstrak jenu dua kali lebih banyak dibandingkan kontrol (air) (509:223,5).
HASIL Hasil daun yang telah melewati proses ekstrak maserasi, terdapat perbedaan warna dan kondisi larutan. Ekstrak daun kecubung berwarna coklat keruh, ekstrak daun zodia berwarna coklat terang, ekstrak daun mimba berwarna coklat tua, sedangkan ekstrak daun jenu berwarna coklat gelap menyerupai seduhan teh pekat. Keempat ekstrak daun tanaman ini memiliki bau yang menyengat. Setelah dilakukan pengamatan, setiap hari ditemukan telur di ovitrap yang menggunakan ekstrak jenu dengan jumlah yang relatif banyak, sedangkan di ekstrak zodia, kecubung dan mimba baru ditemukan telur pada pengamatan hari ketiga.
PEMBAHASAN Hasil preferensi ekstrak tanaman kecubung tidak berbeda nyata dengan mimba dan zodia maupun dengan kontrol. Ketiga tanaman ini tidak
Tabel 1. Jumlah Telur Uji Preferensi Ae. Aegypti terhadap Beberapa Kontainer yang Berisi Ekstrak Berbeda Setelah 3 Hari Pengamatan Ulangan Jenis Ekstrak Air (kontrol) Zodia Jenu Kecubung Mimba
Rata-rata
%
1
2
3
4
115
367
170
242
223,5
19,43
158
b
9,22
354
a
509
44,27
295
b
12,02
b
15,06
101 629 0 165
108 521
57 532
258 45
0 200
106 138,25
283
173,25
Keterangan : a = bermakna dengan kontrol b = tidak bermakna dengan kontrol Tabel 2. Hasil Uji Anova Antar Kelompok Perlakuan Ekstrak Jumlah Telur
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig
between groups
789812,3
4
197453
13,168
0,000
224922,5 1014734,8
15 19
14994,8
within groups total
25
Preferensi Oviposisi Nyamuk.......(Wibowo dan Astuti)
pertahunnya di dunia, 500.000 dari total kasus merupakan Dengue Haemorragic Fever (DHF) dan Dengue Shock Syndrome (DSS).2 Di Indonesia, data kasus DBD sejak tahun 1968 telah terjadi peningkatan persebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD. Pada tahun 2009 provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan angka insiden DBD tertinggi (313 kasus per 100.000 penduduk), sedangkan Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi dengan angka insiden DBD terendah (8 kasus per 100.000 penduduk). Terdapat 11 provinsi (33%) termasuk dalam daerah risiko tinggi (angka insiden > 55 kasus per 100.000 penduduk).3 Salah satu upaya penanggulangan DBD dengan pengendalian vektor baik secara fisik, kimia maupun biologi. Upaya pengendalian kimia saat ini masih diminati oleh masyarakat karena hasilnya bisa langsung dan cepat dalam membunuh nyamuk dewasa. Penggunaan senyawa kimia sintetik (insektisida) dapat menyebabkan resisten terhadap nyamuk. Beberapa kasus resisten juga dilaporkan di Indonesia, salah satunya sifat resisten pada nyamuk Ae. aegypti terhadap Deltamethrin 0,005% di beberapa provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sumatera Utara, dan Nangroe Aceh Darussalam, namun masih peka terhadap larvasida temephos.4 Pengendalian secara alami menggunakan bahan nabati atau tanaman merupakan salah satu alternatif pengendalian yang ramah lingkungan, mudah diaplikasikan dan tidak berbahaya bagi musuh alami dan serangga menguntungkan lainnya. Selain itu, bahan nabati mempunyai tingkat keamanan lebih tinggi dibandingkan dengan racun anorganik. Nyamuk Ae. aegypti menyukai tipe penampungan air yang jernih sebagai tempat perkembangbiakan pra-dewasanya. Sehingga perlu dikembangkan perangkap telur atau ovitrap yang di modifikasi dengan menggunakan ekstrak daun yang berpotensi sebagai atraktan agar nyamuk betina mau meletakan telurnya ke dalam ovitrap tersebut. Nyamuk yang telah meletakkan telurnya dalam ovitrap, diharapkan telurnya tidak menetas dan kalaupun menetas akan mati karena pengaruh ekstrak daun yang berfungsi sebagai larvasida. Beberapa tanaman yang mempunyai potensi sebagai larvasida sudah banyak teridentifikasi
24
BALABA Vol. 11 No. 01, Juni 2015: 29-34
seperti mimba (Azadirachta indica),5 biji jarak pagar (Jatropha curcas),6 daun kecubung (Datura metel),7 jenu (Derris elliptica),8 daun kamandrah (Croton tiglium), 9 dan zodia (Evodia suavolens). 1 0 Konsentrasi efektif (LC50) masing-masing tanaman tersebut berturut-turut adalah 0,072; 0,15%; 0,600 µg; 0,5 ml/l; dan 50%. Tanaman yang mengandung potensi sebagai larvasida akan diujikan untuk menarik (atraktan) nyamuk Aedes aegypti melakukan oviposisi sehingga telur yang masuk ke dalam ovitrap tidak akan menetas atau mati. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui preferensi bertelurnya nyamuk Ae. aegypti pada ekstrak daun mimba (A. indica), kecubung (D. metel), Zodia (E. suavolens) dan Jenu (D. elliptica).
dikendalikan seperti bau lem dikendalikan menggunakan lem yang sama yaitu lem lalat yang tidak berbau. Untuk bau plastik alat perekat lalat dilakukan pencucian dengan sabun dan penjemuran agar bau plastik benar-benar hilang. Pengendalian untuk warna kotak alat perekat digunakan warna kotak yang sama yaitu putih bening. Kesulitan pengendalian terjadi pada variabel ketebalan lem. Variabel untuk ketebalan lem agak susah dikendalikan karena untuk meratakan lem harus secepatnya dan lem sangat lengket sehingga susah diratakan apabila terlalu ditekan dalam proses perataan dapat merusak kertas perekat sehingga perlu dilakukan berulang-ulang hingga didapatkan hasil lem yang merata pada kertas.
METODE Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Waktu pelaksanaan Bulan Juli–Agustus 2010 di Laboratorium Entomologi Loka Litbang P2B2 Ciamis. Bahan yang digunakan adalah daun Mimba (A. indica), daun Kecubung (D. metel), daun Zodia (E. suaveolens) dan daun Jenu (D. elliptica). Tanaman ini diperoleh dari koleksi Tanaman Obat Malaria dan Pengusir Nyamuk (TOMPEN) Loka Litbang P2B2 Ciamis. Serangga uji yang digunakan adalah nyamuk betina Aedes aegypti hasil kolonisasi insektarium Loka Litbang Kesehatan P2B2 Ciamis berumur 3-7 hari. Pembuatan ekstrak daun ini menggunakan metode Harborn (1987). Perlakuan untuk setiap daun adalah sama, masing-masing daun dibersihkan dengan air, dikering anginkan selama 4 hari, kemudian dioven selama 10 menit pada suhu 80oC. Daun yang telah dioven dihancurkan dengan blender kemudian dimaserasi sampai mendapatkan larutan stock 100%. Perbandingan konsentrasi bahan uji daun dengan air adalah 1:10, dimana 100 mg bahan kering daun yang sudah di blender di larutkan dalam aquadest sebanyak 1000 ml. Uji preferensi menggunakan konsentrasi yang sama yaitu 10% per ekstrak tanaman dan 0% sebagai kontrol. Nyamuk betina dewasa Ae. aegypti yang blood feed dimasukan dalam kandang perlakuan sebanyak 30 ekor per kandang. Ulangan perlakuan adalah 4 ulangan, sehingga membutuhkan empat kandang dan total nyamuk betina blood feed sebanyak 120 ekor. Ovitrap yang sudah terisi ekstrak, kemudian ditempel kertas saring secara melingkar di pinggir permukaan ovitrap. Setiap
KESIMPULAN Ada pengaruh variasi warna lampu biru, ungu dan hijau pada alat perekat lalat terhadap jumlah lalat rumah (Musca domestica) yang terperangkap di tempat pemotongan ayam “Sayap Mekar”. Warna lampu yang paling efektif untuk memerangkap lalat adalah lampu warna biru. SARAN Bagi pemilik tempat pemotongan ayam dapat mengaplikasikan alat perekat lalat dengan lampu warna biru untuk pengendalian lalat yang ada di tempat pemotongan ayam. Bagi peneliti lain melakukan penelitian serupa dengan menggunakan lem perekat lalat yang lebih mudah aplikasinya dalam kertas perekat, membandingkan daya lampu yang berbeda pada alat perekat lalat atau dengan menambahkan variasi warna lampu yang lain, dan dengan objek seluruh jenis lalat. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Abidillah Mursyid, SKM, MS sebagai Direktur Politeknik Kesehatan Yogyakarta dan pemilik tempat pemotongan ayam Sayap Mekar, serta semua pihak yang membantu terselenggaranya penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1.
Chandra B. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2007.
2. Sembel DT. Entomologi kedokteran. Edisi I. Yogyakarta: Penerbit Andi; 2009. 3. Chapman. Serangga. Yogyakarta: Kanisius; 2001.
4.
Putra NS. Serangga di sekitar kita. Yogyakarta: Kanisius; 1994.
5. Sucipto CD. Vektor penyakit tropis. Yogyakarta: Gosyen Publishing; 2011. 6. Manalu M, Marsaulina I, Ashar T. Hubungan tingkat kepadatan lalat (Musca domestica) dengan kejadian diare pada balita di sekitar tempat pembuangan akhir sampah Namo Bintang Deli Serdang tahun 2012. Jurnal Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan Kerja. 2013; 2 (3): 1-10. 7. Nurcahyo EM. Memberantas binatang pengganggu di lingkungan rumah. Jakarta: Penebar Swadaya; 2005. 8. Wi n a r n o F G . H a m a g u d a n g d a n t e k n i k pemberantasannya. Bogor: MBRIO PRESS; 2006. 9.
Agnesa A. Peranan lalat dalam kesehatan manusia. [Diakses tanggal 28 Januari 2014]. Diunduh dari: http://www.scribd.com/doc/91318765/KTI-LALAT
10. Santi DN. Manajemen pengendalian lalat. Jurnal Kesehatan Universitas Sumatera Utara. 2011; 4 (8): 1-5. 11. Susilo A. Dampak usaha peternakan ayam broiler. Jurnal Kesehatan Universitas Bengkulu. 2010; 1 (1). 12. Ahmad H. Kawalan lalat rumah (Musca domestica) di kawasan ladang ternakan ayam. [Diakses 10 April 2 0 1 1 ] . D i u n d u h d a r i : http://www.jphpk.gov.my/kawalanLalatrumah.Pdf. 13. Anonim. Pengukuran lalat. [Diakses tanggal 25 Januari 2014]. Diunduh dari: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/10/jtptunimus -gdl-s1-2008-istiania2a-498-3-bab2.pdf 14. Ditjen PPM dan PL. Petunjuk teknis tentang pemberantasan lalat. Jakarta: Departemen Kesehatan; 1992. 15. Boewono DT. Pedoman uji hayati. Yogyakarta: workshop aplikasi dan evaluasi insektisida rumah tangga dan program dalam pengendalian vektor penyakit; 2004. 16. Suhariyono L. Mengapa serangga tertarik pada cahaya lampu. [Diakses tanggal 21 Febuari 2014]. Diunduh dari: http://tunasbangsabatang.com/2011/09/mengapa-serangga-terarikpada-cahaya.html. 17. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005. 18. Sugiyono. Statistika untuk penelitian. Bandung: CV Alfabeta; 2006.
33
Pengaruh Variasi Warna.......(Prasetya dan Amalia)
19. Chasanah. Pengaruh berbagai variasi warna lampu pada insect killer terhadap flying insect yang tertangkap [KTI tidak diterbitkan]. Yogyakarta: Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekes Menkes Yogyakarta; 2013. 20. Andri. Pengaruh variasi warna lampu sebagai atraktan pada light trap terhadap kesukaan lalat dan nyamuk [KTI tidak diterbitkan]. Semarang: Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Semarang; 2010. 21. Hanafiah KA. Rancangan percobaan teori dan aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers; 2011. 22. Melsilawati W. Jamur yang terdapat pada tubuh lalat rumah (Musca domestica). Protobiont. 2012; 1 (1): 12-19.
23. Borror. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 2003. 24. Mochammad H. Biologi insecta entomologi. Yogyakarta: Graha IImu; 2009. 25. Widiastuti. Pengaruh perbedaan warna kertas pada lem perekat lalat terhadap jumlah lalat rumah Musca domestica yang tertangkap [KTI tidak diterbitkan]. Yogyakarta: Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekes Menkes Yogyakarta; 1999.
BALABA Vol. 11 No. 01, Juni 2015: 23-28
PREFERENSI OVIPOSISI NYAMUK Aedes Aegypti TERHADAP EKSTRAK DAUN YANG BERPOTENSI SEBAGAI ATRAKTAN OVIPOSITION PREFERENCE OF Aedes aegypti AGAINST VARIOUS LEAF EXTRACT AS AN ATRACTANT 1
2
Sara Gustia Wibowo *, Endang Puji Astuti 1 Institut Pertanian Bogor Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat, Indonesia 2 Loka Litbang P2B2 Ciamis *E_mail:
[email protected] Received date: 20/1/2015, Revised date: 10/2/2015, Accepted date: 9/4/2015
ABSTRAK Aedes aegypti merupakan vektor pembawa virus Dengue yang menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Pengendalian secara alami menggunakan bahan nabati merupakan alternatif pengendalian yang ramah lingkungan. Salah satu pengendalian secara alami adalah memodifikasi ovitrap dengan penambahan zat aktif nabati sebagai atraktan untuk menarik nyamuk bertelur dan dapat menjadi ovisida dan larvasida. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui preferensi bertelurnya nyamuk Ae. aegypti pada ovitrap dengan ekstrak daun mimba (Azadirachta indica), kecubung (Datura metel), zodia (Evodia suavolens) dan jenu (Derris elliptica). Jenis penelitian eksperimen dengan rancangan acak lengkap. Keempat jenis ekstrak daun tersebut diisiikan pada ovitrap, dimasukan ke dalam kandang yang berisi 30 ekor Ae. aegypti dengan kondisi kenyang darah. Pengamatan dilakukan setiap hari sampai hari ke-3. Hasil uji preferensi berbagai jenis ekstrak ini menunjukkan ovitrap yang berisi ekstrak daun jenu (D. elliptica) lebih banyak ditemukan telur Ae. aegypti dibandingkan dengan kontrol maupun ovitrap dengan ekstrak daun lainnya. Persentase telur pada kontainer dengan ekstrak jenu adalah 44,2%, sedangkan yang terkecil ekstrak zodia (E. suaveolans) 9,2%. Hasil uji Anova menunjukkan bahwa perlakuan antar kelompok berbeda nyata (p=0,000). Tanaman jenu (D. elliptica) mempunyai potensi sebagai atraktan terhadap nyamuk Ae. aegypti dalam proses oviposisi. Kata kunci: atraktan, oviposisi, jenu (Derris elliptica), Aedes aegypti ABSTRACT Aedes aegypti is a vector carrier of dengue virus which causes the Dengue Fever (DF). Naturally control using plant-based materials is one of the alternative environment-friendly control.One of naturally control is modified by the addition of extract to ovitrap as an attractant to oviposition and can be ovicide and larvicides. The aim of this research was to know oviposition preferenceof Ae. aegypti mosquito in many various extract leaves were mimba (Azadirachta indica), kecubung (Datura metel), zodia (Evodia suavolens) and jenu (Derris elliptica). Type of these research is experiment using design random complete. These four types of extract on ovitrap put into cage that already contains 30 of blood feed Ae. aegypti. Observation were carried out for three days. The results of the preference test of various species extract leaves shows that a container which contains an extract leaves jenu (D. elliptica) more found eggs Ae. aegypti compared than the control and containers with an extract other leaves.The percentage of eggs in container with extract leaves jenu was 44.2 %, while the smallest was extract leaves zodia (E. suaveolans) 9.2 %. Anova test results showed that the treatment between diffrerent groups with p value 0,000 (sig). Jenu (D. elliptica) has potential as attractant against Ae. aegypti in the oviposition process. Keywords: preference, oviposition, Derris elliptica, Ae. aegypti
PENDAHULUAN Nyamuk termasuk serangga (Arthropoda: Insekta), ordo Diptera dan famili Culicidae. Jumlah dan jenis nyamuk serta serangga lainnya paling dominan dimuka bumi ini. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk anatomi tubuh yang relatif kecil dan mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan.1 Beberapa serangga sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat, namun sebagian serangga
34
juga dapat merugikan manusia seperti nyamuk yang dapat menularkan beberapa penyakit dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Aedes aegypti merupakan nyamuk vektor pembawa virus Dengue yang menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit ini menjadi peringkat ketiga untuk risiko penularannya pada populasi manusia di dunia, diperkirakan terdapat 50-100 juta kasus Demam Dengue (DD)
23