PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN (STATIS DAN DINAMIS) PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA MADIUN 1.
Muhidin*, Argo Winoto**,Ganesa P.D. Kurniawan** Akademi Keperawatan dr. Soedono Madiun Jln. Imam Bonjol No.1 Madiun Email:
[email protected]
Abstrak Pendahuluan. Proses menua atau aging menimbulkan permasalahan yang disebabkan penurunan kemampuan serta kebugaran fisik. Degenerasi struktural pada sistem neuromuskuloskeletal dan sistem indera menyebabkan menurunnya keseimbangan statis dan dinamis. Keseimbangan statis merupakan kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh dimana center of gravity (COG) tidak berubah atau tubuh pada posisi tetap. Sedangkan keseimbangan dinamis merupakan kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh dimana center of gravity (COG) selalu berubah atau tubuh pada posisi bergerak. Keseimbangan statis dan dinamis ditentukan oleh kualitas dan kuantitas dari aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam lansia terhadap keseimbangan dinamis dan keseimbangan statis pada lansia. Metode. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan metode pra-experimental dgn menggunakan rancangan penelitian postest only with control group design. Sampel penelitian berjumlah 95 responden yang terbagi menjadi tiga kelompok yaitu 35 responden sebagai kelompok lansia yang tidak melakukan senam lansia sebagai kelompok kontrol, 30 responden sebagai kelompok lansia yang melakukan senam lansia 2x dalam 1 minggu dan 30 responden sebagai kelompok lansia yang melakukan senam lansia 1X dalam 1 minggu. masing-masing dari kelompok dilakukan pengukuran keseimbangan dinamis dengan menghitung time up and go test dan keseimbangan statis dengan menghitung stork stand test. Hasil. Berdasarkan hasil uji keseimbangan dinamis menunjukkan menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna antara peserta yang tidak senam dengan peserta yang senam 2x/minggu yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,00 < α (0,05). Sedangkan hasil uji keseimbangan statis menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna antara peserta yang tidak senam dengan peserta yang senam 2x/minggu yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,00 < α (0,05). Analisis. Senam lansia akan memberikan pengaruh peningkatan keseimbangan statis maupun dinamis karena dengan pemberian gerakan yang terpola dan terprogram dengan dosis tertentu akan memunculkan respon adaptif secara fisiologis pada sistem musculoskeletal yang mengarah pada kemampuan sistem musculoskeletal untuk mempertahankan keseimbangan. Diskusi. Para Lansia diharapkan bisa melaksanakan seman atau olahraga teratur guna menunjang aktivitas fungsional dan menjaga kemampuan sistem musculoskeletal sehingga resiko jatuh bisa diminimalkan. Kata kunci : Senam lansia, time up and go test, stork stand test, keseimbangan dinamis, keseimbangan statis
GYMNASTICS INFLUENCE OF ELDERLY THE IMPROVEMENT OF BALANCE (STATIC AND DYNAMIC) THE ELDERLY IN WORK AREA CITY DEPARTMENT OF HEALTH MADIUN Abstract Introduction. The process of aging or aging leads to problems caused by a decrease in the ability and physical fitness. Structural degeneration neuromuskuloskeletal system and sensory system caused a decline in static and dynamic balance. Static balance is the ability to maintain body position where the center of gravity (COG) has not changed or the body in a fixed position. While the dynamic balance is the ability to maintain body position where the center of gravity (COG) is
63
always changing or moving the body in position. Static and dynamic balance is determined by the quality and quantity of physical activity. This study aims to determine the effect on the elderly gymnastics dynamic balance and static balance in elderly. Method. This study used a survey method analytical method by using the pre-experimental study design with posttest only control group design. These samples included 95 respondents were divided into three groups: 35 respondents as a group of elderly people who do not do gymnastics elderly control group, 30 respondents as a group of elderly who do gymnastics elderly 2x in a week and 30 respondents as a group of elderly who do gymnastics elderly once in a week. Eeach of the groups performed dynamic balance measurements by calculating the time up and go test and static balance by calculating the stork stand test. Results. T test results show that the dynamic balance showed a significant effect among those who did not exercise with participants who exercises twice / week which showed with p = 0.00 <α (0.05). While the static balance test results indicate a significant effect among those who did not exercise with participants who exercises twice / week which showed with p = 0.00 <α (0.05). Analysis. Gymnastics elderly would give increased influence of static and dynamic balance due to the provision of patterned movements and are programmed with a particular dose will bring physiological adaptive response to the musculoskeletal system leading to the musculoskeletal system's ability to maintain balance. Discussion. The elderly is expected to carry out gymnastic or regular exercise to support the functional activity and preserve the ability of the musculoskeletal system so that the risk of falls can be minimized. Key Word: gymnastics elderly, time up and go test, stork stand test, dynamic balance, static balance.
1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, menetapkan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai batasan usia 60 tahun ke atas. Berdasarkan batasan usia tersebut, maka jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2012 mencapai angka 7,56% atau 18,5 juta jiwa dari keseluruhan penduduk dan diprediksi jumlah ini akan meningkat menjadi 11, 34% atau 28,8 juta jiwa pada tahun 2020 (BPS RI, 2012). Persentase penduduk lansia tertinggi ada di Provinsi DI Yogyakarta, yaitu sebesar 13,04%, diikuti Provinsi Jawa Timur sebesar 10,40% dan Jawa Tengah sebesar 10,34% (BPS RI-Susenas, 2012). Sedangkan di Kota Madiun, presentase jumlah penduduk yang masuk kategori lansia sebesar 12,33 % atau 24.919 jiwa dari total keseluruhan penduduk sebesar 202.087 jiwa (Dispendukcapil, 2012). Proses menua pada lansia bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses menghilangnya
Pendahuluan
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setingitinginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (UU RI No. 36, 2009). Salah satu indikator keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup (UHH) sehingga menyebabkan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia setiap tahun. Sesuai dengan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2011 dalam Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Kemenkes (2013), pada tahun 2000 – 2005 UHH adalah 66,4 tahun, angka ini akan meningkat pada tahun 20452050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 64
secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008). Proses penuaan pada individu berdampak pada berbagai aspek kehidupan, yaitu aspek sosial, aspek ekonomi, dan terutama aspek biologis (UU RI No. 13, 1998). Dipandang dari aspek biologis, seiring dengan semakin bertambahnya usia seorang lansia mengalami penurunan fungsi organ tubuh atau penurunan fisik sehingga mengakibatkan penurunan kebugaran, rentan terkena penyakit, menjadi kurang produktif, dan banyak bergantung pada orang lain (Sumintarsih, 2006). Proses penuaan dapat menyebabkan perubahan fisiologis sistem tubuh, salah satunya adalah adanya perubahan pada sistem musculoskeletal yang bervariasi. Perubahan yang terjadi pada sistem musculoskeletal antara lain pada struktur otot, yaitu penurunan jumlah dan ukuran serabut otot atau atrofi otot (Pudjiastuti, dalam Kusnanto dkk, 2007). Dampak perubahan morfologis pada otot ini dapat menyebabkan perubahan fungsional otot, yaitu terjadi penurunan kekuatan dan kontraksi otot, penurunan elastisitas dan penurunan fleksibilitas otot, serta penurunan kecepatan dan waktu reaksi atau waktu bergerak (Ceranski dalam Rahayu & Masitoh, 2014). Penurunan kekuatan otot juga menyebabkan terjadinya penurunan mobilitas pada lansia, oleh karena kekuatan otot merupakan komponen utama dari kemampuan melangkah, berjalan dan keseimbangan (Guccione, 2000 dalam Kusnanto
dkk, 2007). Menurut Sumintarsih (2006), keseimbangan sangat dianjurkan bagi lansia karena berhubungan dengan mempertahankan keadaan keseimbangan ketika sedang diam (statis) dan bergerak (dinamis). Faktor penuaan adalah faktor utama penyebab gangguan keseimbangan tubuh pada lansia (Avers, 2007 dalam Kusnanto dkk, 2007). Menurut Kane (1994) dalam Kusnanto dkk (2007) jika keseimbangan tubuh lansia tidak dikontrol, maka akan dapat meningkatkan resiko jatuh pada lansia. hasil survei yang dilakukan oleh Kusnanto dkk (2007), di Unit Pelayanan Sosial Tresna Werdha (UPSTW) Bangkalan, didapatkan sekitar 63% lansia disana mengeluh gangguan keseimbangan tubuh akibat kelemahan otot ekstremitas bawah dan dari 63% lansia tersebut, sekitar 57% lansia pernah mengalami jatuh. Lansia yang mempunyai mobilitas fisik yang tinggi akan meningkatkan kontrol keseimbangan fisiknya, sehingga resiko jatuh sangat rendah (Guccione dalam Kusnanto, 2007). Mobilitas yang baik dapat diperoleh dengan melakukan latihan fisik yang berguna untuk menjaga agar fungsi sendi-sendi dan postur tubuh tetap baik. Latihan dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan kemampuan lansia (Siburian dalam Kusnanto, 2007). Beberapa ahli yaitu Burbank, Butler, Evans, Nied & Franklin dan Wilmore meresepkan olahraga bagi lansia adalah olahraga yang berunsur memadukan gerak untuk melatih keseimbangan, dengan pembebanan yang memacu kekuatan otot, peregangan untuk meningkatkan kelenturan badan, dan kontraksi otot-
65
otot badan (Budiharjo, 2005). Menurut Darmojo dalam Anafizah & Rosdiana (2012), komponen keseimbangan dalam latihan akan menurunkan insidensi jatuh pada orang lanjut usia sebesar 17%. Sedangkan menurut Madureira & Skelton dalam Rahayu & Masitoh (2014), mengungkapkan bahwa latihan keseimbangan sangat efektif untuk meningkatkan keseimbangan fungsional dan statis serta mobilitas lansia. Adapun salah satu latihan fisik yang dapat dilakukan untuk melatih keseimbangan adalah dengan olahraga, yaitu senam lansia. Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut (Suroto, 2004). Sesuai dengan hasil penelitian Khotimah (2014), di Posyandu Lansia Lestari Bumiarjo Surabaya didapatkan pengaruh senam lansia terhadap keseimbangan statis dan dinamis wanita usia 60 tahun ke atas. Hal ini terjadi karena dalam penerapan senam secara teratur pada lansia akan mempertahankan kebugaran tubuhnya, terutama pada sistem muskuloskeletal yang mendukung lansia mempertahankan keseimbangannya (Khotimah, 2014).
Berdasarkan besarnya potensi permasalahan keseimbangan yang dihadapi oleh lansia, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Peningkatan Keseimbangan (Statis dan Dinamis) pada Lansia di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Madiun”. Bahan dan Metode a. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan metode pra-experimental dgn menggunakan rancangan penelitian postest only with control group design. Penelitian ini menggali data dan informasi mengenai keseimbangan dinamis dan kesimbangan statis pada kelompok lansia yang melakukan senam lansia dan kelompok tanpa melakukan senam lansia di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Madiun. b. Sumber Data dan Teknik Sampling Sumber data dalam penelitian ini adalah: 1) Informan: Lansia yang melakukan senam lansia 2x dalam 1 minggu, lansia yang melakukan senam lansia 1x dalam 1 minggu dan lansia yang tidak melakukan senam lansia. Pemilihan informan menggunakan teknik sampling dengan kriteria atau tujuan tertentu (purposive sampling), 2) Observasi: Hasil observasi (pengukuran) keseimbangan dinamis (time up and go test) dan statis (stork stand test) yang dilaksanakan di Posyandu Lansia wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Madiun
66
c. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Posyandu Lansia wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Madiun. Waktu penelitian mulai bulan Pebruari 2015 sampai dengan September 2015.
senam lansia 1X dalam 1 minggu. Setelah itu masing-masing dari kelompok dilakukan pengukuran keseimbangan dinamis dengan menghitung time up and go test dan keseimbangan statis dengan menghitung stork stand test. Tema dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu :
d. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam (Deep Interview), pemeriksaan fisik, dan observasi.
a. Pengaruh senam lansia terhadap keseimbangan dinamis Frekuensi Senam Terhadap Keseimbangan Dinamis
e. Analisa data Aktivitas dalam analisis data yang digunakan selama penelitian yaitu reduksi data (data reduction), penyajian (data display), dan kesimpulan (conclusion drawing/verification). a.
Variabel Tidak Senam – Senam 1X/Minggu Tidak Senam – Senam 2X/Minggu Senam 1X/Minggu – Senam 2X/Minggu
Nilai P 0,62 0,00 1,20
Berdasarkan data hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya pengaruh yang bermakna dalam hal keseimbangan dinamis antara peserta yang tidak senam dengan peserta yang senam 1x/minggu yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,62 > α (0,05), tetapi menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna antara peserta yang tidak senam dengan peserta yang senam 2x/minggu yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,00 < α (0,05). Sedangkan antara peserta yang senam 1x/minggu dengan peserta yang senam 2x/minggu menunjukkan tidak adanya pengaruh yang bermakna yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,12 > α (0,05).
Keabsyahan Data Teknik yang digunakan untuk menguji keterpercayaan data adalah triangulasi meliputi triangulasi data, teori, metode, dan peneliti. Selain triangulasi, kredibilitas data atau kepercayaan data dapat dilakukan dengan peningkatan ketekunan, menggunakan bahan referensi, dan membercheck (Sugiyono, 2011).
Hasil
Penelitian ini terdiri dari 95 responden yang terbagi menjadi tiga kelompok yaitu 35 responden sebagai kelompok lansia yang tidak melakukan senam lansia sebagai kelompok kontrol, 30 responden sebagai kelompok lansia yang melakukan senam lansia 2x dalam 1 minggu dan 30 responden sebagai kelompok lansia yang melakukan
Perbedaan Proporsi Frekuensi Senam Terhadap Keseimbangan Dinamis Frekuensi Senam Tidak
67
Frek
No r mal 26
Ba ik 8
Mas a lah 1
Tota l 35
Senam
. %
Senam 1X/Mg g Senam 2X/Mg g
Frek . % Frek . %
74, 3
22, 9
2,9
27
3
0
90
10
0
30
0
0
100
0
0
Berdasarkan data hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya pengaruh yang bermakna dalam hal keseimbangan statis antara peserta yang tidak senam dengan peserta yang senam 1x/minggu yang ditunjukkan dengan nilai p = 1,00 > α (0,05), tetapi menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna antara peserta yang tidak senam dengan peserta yang senam 2x/minggu yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,00 < α (0,05). Sedangkan antara peserta yang senam 1x/minggu dengan peserta yang senam 2x/minggu menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,004 < α (0,05).
100 30 100 30 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa lansia yang tidak senam memilki keseimbangan dinamis dengan kategori normal sejumlah 26 orang (74,3%), kategori baik sejumlah 8 orang (22,9%), dan kategori masalah 1 orang (2,9%). Lansia yang senam 1x/minggu memiliki keseimbangan dinamis dengan kategori normal sejumlah 27 orang (90%), kategori baik sejumlah 3 orang (10%) dan tidak ada yang memiliki keseimbangan dinamis dengan kategori masalah. Sedangkan lansia yang senam 2x/minggu memiliki keseimbangan dinamis kategori normal sejumlah 30 orang (100%) dan tidak ada yang memiliki keseimbangan dinamis dengan kategori baik serta masalah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peserta yang lebih banyak melakukan senam (frekuensi senam 2x/minggu) memiliki keseimbangan dinamis yang lebih baik.
Perbedaan Proporsi Frekuensi Senam TerhadapKeseimbangan Statis Frekuensi Senam Ti dak Se nam Se nam 1X/Mgg Se nam 2X/Mgg
Frekuensi Senam Terhadap Keseimbangan Statis Tidak Senam – Senam 1X/Minggu Tidak Senam – Senam 2X/Minggu Senam 1X/Minggu – Senam 2X/Minggu
Baik
Se dang
Ku rang
Kurang Sekali
To
3 8,6 2 6,7 1 3,3
14 40 14 46,7 7 23,3
9 25,7 4 13,3 0 0
7 20 1 3,3 1 3,3
3 1 3 1 3 1
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa lansia yang tidak senam memilki keseimbangan statis dengan kategori baik sekali sejumlah 2 orang (5,7%), kategori baik sejumlah 3 orang (8,6%), kategori sedang 14 orang (40%), kategori kurang sejumlah 9 orang (25,7%) dan kurang sekali sejumlah 7 orang (20%). Lansia yang senam 1x/minggu memiliki keseimbangan statis dengan kategori baik sekali sejumlah 9 orang (30%), kategori baik sejumlah 2 orang (6,7%), kategori sedang 14 orang (46,7%), kategori kurang sejumlah 4 orang (13,3%) dan kurang sekali sejumlah
b. Pengaruh senam lansia terhadap keseimbangan statis
Variabel
Frek. % Frek. % Frek. %
Ba ik Seka li 2 5,7 9 30 21 70
Nilai P 1,000 0,000 0,004
68
1 orang (3,3%). Sedangkan lansia yang senam 2x/minggu memiliki keseimbangan statis dengan kategori baik sekali sejumlah 21 orang (70%), kategori baik sejumlah 1 orang (3,3%), kategori sedang 7 orang (23,3%), keseimbangan statis kategori kurang tidak ada dan kurang sekali sejumlah 1 orang (3,3%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa peserta yang lebih banyak melakukan senam (frekuensi senam 2x/minggu) memiliki keseimbangan statis yang lebih baik.
yang baik yang terdiri dari unsur ketahanan otot, fleksibilitas persendian, kelincahan gerak, koordinasi, kebugaran kardiovaskuler dan kebugaran muskuloskeletal sehingga dapat meningkatkan keseimbangan, karena keseimbangan sendiri merupakan integrasi yang komplek dari sistem somatosensorik (visual, vestibular, dan propioseptif) dan motorik (muskuloskeletal otot dan jaringan lunak). Senam yang diiringi dengan latihan stretching dapat memberi efek otot yang tetap elastis karena ditengah-tengah serabut otot ada impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle spindle akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarikmenarik, akibatnya otot menjadi elastis. Orang yang melakukan stretching akan menambah cairan sinoval sehingga persendian akan licin dan mencegah cedera. Peningkatan keseimbangan pada lansia yang diberikan senam aerobic low impact secara terprogram tidak lepas dari aktifnya otot-otot tubuh secara general. Pada lansia terjadi penurunan input sensoris, perlambatan respon motoris, serta keterbatasan kondisi musculoskeletal. Pada senam aerobic low impact otot-otot tubuh secara general akan dipacu untuk bergerak. Gerakan-gerakan yang terpola dan terprogram akan memberikan respon adaptif secara fisiologis pada sistem musculoskeletal (Suhartono dalam Nym, dkk, 2013). Respon otot-otot postural tubuh yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postural. Beberapa kelompok otot baik pada tubuh bagian atas (kelompok otot
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data uji statistik independent T-Test menunjukkan bahwa lansia yang melakukan senam 2x dalam 1 minggu memiliki keseimbangan dinamis dan statis yang lebih baik dibandingan dengan lansia yang tidak melakukan senam dan melakukan senam 1x dalam 1 minggu. Selain itu didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh senam lansia terhadap keseimbangan lansia. Derajat keseimbangan dinamis dan statis yang lebih baik pada lansia yang melakukan senam tidak lepas dari manfaat olahraga yang bersifat aerobik seperti senam yang dapat memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan metabolik yang dikalkulasi termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzim fosforilase (proses masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik). Selain itu senam berakibat pada bertambahnya aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya selsel otot yang mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya enzim-enzim untuk proses oksigenasi jaringan (Kusmana, 2006). Senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani
69
abdomen dan back muscle) maupun bagian bawah (otot-otot tungkai) berfungsi mempertahankan postur tubuh saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh terhadap base of support (Avelar dalam Nym, dkk, 2013).
penyediaan referensi yang mutakhir, dan accessibility yang luas. Daftar Pustaka Anak Ayu Nym, Trisna Narta D, I Wayan Weta, Muh Ali Imron. 2013. Perbedaan Aquatic Exercise Therapy dan Senam Aerobic Low Impact dalam Meningkatkan Keseimbangan Dinamis. Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana Universitas Esa Unggul. (Diakses pada tanggal 2 Februari 2015) Pada lansia di banjar dharma santi denpasar Badan Pusat Statistik RI. Sensus Penduduk Tahun 2012. Badan Pusat Statistik RI. Survei Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2012. Dispendukcapil Kota madiun 2012. Kota madiun dalam angka tahun 2012.http://www.kotamadiun.g o.id/ (diakses tanggal 25 Januari 2015). Departemen Kesehatan RI. Undang – undang Kesehtan RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Kemenkes RI. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Semester I, Kemenkes RI. 2013: Jakarta. Kusnanto dkk. 2007. Peningkatan Stabilitas Postural pada Lansia Melalui Balance Exercise: Media Ners Volume 1 Nomor 2. Surabaya. (Diakses tanggal 30 Januari 2015) Nugroho. W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatri. (Edisi 3) Jakarta : EGC Rahayu dan Masitoh 2014. Fenomena Balance Exercise
Simpulan dan Saran Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari pembahasan sebagai berikut : 1) Senam lansia mempengaruhi keseimbangan statis dan dinamis pada lansia. 2) Terdapat hubungan antara frekuensi senam lansi dengan derajat keseimbangan statis dan dinamis lansia 3) Frekuensi senam lansia 2x dalam satu minggu meningkatkan keseimbangan statis dan dinamis lebih baik dari pada lansia yang tidak senam dan lansia yang senam 1x dalam satu minggu. Saran Bagi lansia untuk melakukan senam lansia secara rutin sehingga dapat membantu menunjang aktifitas baik dalam aktifitas fungsional keseharian maupun mengurangi resiko jatuh, karena penelitian ini didapatkan hasil ada pengaruh senam terhadap keseimbangan dinamis maupun statis. Sedangkan bagi Institusi Pendidikan Keperawatan, Akademi Keperawatan dr. Soedono Madiun sebagai salah satu institusi pendidikan keperawatan wajib mendukung dan mengembangkan iklim yang kondusif pengembangan otonomi professional keperawatan melalui penelitian berkelanjutan,
70
untuk Meningkatkan Keseimbangan Postural Lanjut Usia : Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehatan. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Surakarta. (Diakses tanggal 26 Januari 2015) Siburian, Pirma. 2006. Bagaimana Memberdayakan Kemampuan Fisik Lansia. www.waspada.co.id. Diakses tanggal 27 Januari 2015). Suroto. (2004). Buku Pegangan Kuliah Pengertian Senam, Manfaat Senam dan Urutan Gerakan. Semarang: Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum Olahraga Undip. Khotimah. 2014. Pengaruh Latihan Senam Bugar Lansia Terhadap Keseimbangan Statis dan Keseimbangan Dinamis Wanita Usia 60 Tahun ke Atas Posyandu Lansia Lestari Bumiarjo Surabaya. Jurnal Kesehatan Olahraga, ejournal.unesa.ac.id, Volume 02, No. 3. (Diakses pada tanggal 28 Januari 2015).
71