Pengaruh Relationship Satistfaction Terhadap Forgiveness dalam Situasi Finansial Naufal Sani, Dianti Endang Kusumawardhani Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian menunjukkan bahwa relationship satisfaction merupakan hal yang dapat memengaruhi forgiveness. Akan tetapi, masih sedikit penelitian yang meneliti hal tersebut, terlebih apabila dikaitkan dengan situasi finansial. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh relationhsip satisfaction dengan forgiveness dalam situasi finansial atau situasi yang melibatkan pertukaran uang. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Partisipan penelitian ini sebanyak 80 mahasiswa yang diminta untuk mengisi kuesioner TRIM-18 (McCullough dkk, 2006) yang mengukur forgiveness. Relationship satisfaction dimanipulasi dengan pembagian uang yang tidak sesuai harapan dari partisipan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh relationship satisfaction terhadap forgiveness pada situasi finansial (t = -28,043 dan p sebesar 0,000 signifikan pada level of confidence 95%, p < 0,05). Oleh sebab itu dalam situasi finansial, semakin tinggi tingkat relationship satisfaction seseorang maka akan semakin tinggi nilai forgiveness.
Abstract
Research shows that relationship satisfaction is a thing that can affect forgiveness. However, there is little research into it, especially when linked with the financial situation. This study aimed to examine the effect of relationhsip satisfaction toward forgiveness when linked with financial situation. Eighty college student are includes in this study asked to fill out a questionnaire that measures forgiveness, TRIM-18(McCullough dkk, 2006). The relationship satisfaction are manipulated by the distribution of money that does not match the expectations of the participants. The results of this study showed the effect of relationship satisfaction toward forgiveness in the financial situation (t = -28.043 and p of 0.000 significant at the 95% level of confidence, p <0.05). Therefore, in the financial situation, the higher the relationship satisfaction, the higher the value of forgiveness. Key words : relationship satisfaction, forgiveness, financial situation.
Pendahuluan Menurut McCullough (1998), hal yang memengaruhi forgiveness adalah (1) empati, (2) permintaan maaf, (3) faktor seberapa dekat individu yang disakiti dengan yang menyakiti, persepsi rasa sakit yang diterima, (4) rumination serta (5) seberapa baik dan puas hubungan individu yang disakiti dengan yang menyakiti sebelum konflik dimulai (relationship
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
satisfaction). Semakin puas dan baik hubungan dua individu sebelum konflik dimulai, semakin besar juga kemungkinan kedua belah pihak saling memaafkan. Walaupun McCullough (1998) telah menyatakan bahwa relationship satisfaction adalah hal yang dapat memengaruhi forgiveness, akan tetapi menurut Kelly (2010) masih sedikit penelitian yang mencari peran dari relationship satisfaction dalam kaitannya dengan forgiveness. Kelly (2010) menyatakan justru terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa forgiveness merupakan hal yang penting dalam relationship satisfaction, bukan sebaliknya. Kelly (2010) menemukan bahwa terdapat penelitian yang menyatakan bahwa orang yang memiliki forgiveness mempunyai kemungkinan lebih baik dalam mereduksi konflik sehingga menjadi lebih bahagia. Kebahagiaan tersebut lalu memengaruhi relationship satisfaction di mana komunikasi yang terjalin menjadi lebih baik lagi. Relationship satisfaction merupakan suatu set yang didapatkan dari pengalaman individu dengan individu lainnya. Suatu individu akan menilai apakah pengalaman dirinya terhadap orang lain baik atau tidak dalam menentukan pilihan dalam hidup, termasuk pilihan untuk memaafkan apabila dirinya disakiti. Pengalaman dirinya dan orang yang menyakiti terus dipertimbangkan untuk dapat memberikan maaf. Dalam penelitian lain, forgiveness juga dihubungkan dengan uang. Penelitian yang dilakukan oleh Haesevoets dkk (2013) ingin melihat bahwa dalam kerugian ekonomi, manusia cenderung menganggap bahwa pembayaran uang atau yang disebut oleh Haesevoets dkk (2013) sebagai financial compensation, adalah cara yang paling efektif untuk dapat mendapatkan kepercayaan dan maaf dari orang yang telah disakiti. Haesevoets dkk (2013) ingin melihat perbedaan saat orang meminta maaf dengan posisi undercompensation, equal compensation dan over compensation. Selain itu, Haesevoets dkk (2013) menambahkan satu variabel lagi yang menarik, yaitu permintaan maaf, untuk melihat seberapa berpengaruh kata maaf tersebut apabila disandingkan dengan uang. Hal yang menarik dari temuan penelitian ini adalah bahwa ternyata over compensation tidak lebih menarik dari equal compensation dalam rangka orang melanjutkan hubungan dan memaafkan orang lain. Selain itu, permintaan maaf secara langsung, hanya berpengaruh pada saat situasi under compensation¸ dan tidak berpengaruh pada dua situasi lainnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh relationship satisfaction tinggi dan relationship satisfaction rendah terhadap forgiveness dalam situasi finansial. Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk melihat adanya pengaruh relationship satisfaction terhadap forgiveness, khususnya dalam situasi finansial.
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
Tinjauan Teoritis Pada bab ini akan dijelaskan mengenai konsep forgiveness dan relationship satisfaction serta dinamika hubungan kedua konsep tersebut. Forgiveness Forgiveness adalah suatu proses yang sukarela untuk tidak mengeluarkan respon negatif, yaitu respon untuk tidak marah, tidak menolak dan rasa tidak adil. Respon sukarela tersebut dianggap sebagai suatu tindakan yang aktif dibandingkan respon pasif yang dilakukan oleh seseorang sembari menunggu rasa marah dan dendam hilang seiring waktu (Reinidar, 2008). Spring dan Spring (2004) juga mengatakan bahwa forgiveness merupakan proses sukarela yang membutuhkan proses dimana proses tersebut merupakan proses yang perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit terjadi. Proses ini membutuhkan recall terhadap pengalaman-pengalaman korektif yang dapat kembali menumbuhkan kepercayaan terhadap transgressor. Denton dan Martin (1998) menyatakan bahwa tindakan forgiveness harus melibatkan dua orang, dimana salah satu nya adalah orang yang mengalami sakit dalam waktu yang lama. Sakit tersebut dapat berbentuk psikologis, emosional, fisik ataupun moral. Forgiveness adalah sebuah proses yang terjadi dalam diri seseorang yang disakiti dan lalu mampu meredakan rasa marah yang ada pada dirinya sendiri, dan melepaskan rasa marah, benci dan takut yang ada pada dirinya serta tidak melakukan tindakan balas dendam kepada orang yang telah menyakiti dirinya. Forgiveness merupakan suatu set perubahan motivasi prososial yang ada dalam diri orang yang disakiti sehingga keinginannya untuk membalas dendam dan menghindar menjadi berkurang, atau dirinya menjadi lebih baik kepada orang yang menyakiti (Tsang dkk, 2006). McCullough, dkk (2000) mengatakan bahwa forgiveness akan terlihat ketika seseorang (1) berkurangnya motivasi untuk menghindari orang yang telah menyakiti dirinya dan melukai (avoidance motivations) atau (2) berkurangnya motivasi untuk melakukan tindakan balas dendam kepada individu tersebut (revenge motivation) serta (3) meningkatnya keinginan untuk bertingkah laku positif kepada orang yang telah melakukan tindakan melukai dirinya (benevolance motivations). Relationship Satisfaction Oliver (2010) menyatakan bahwa kepuasan merupakan hasil dari perasaan seseorang ketika membandingkan hasil yang dia rasakan saat ini dan harapannya. Kepuasan merupakan
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
respon individu yang bersifat subjektif terhadap objek atau individu lain tertentu yang dibandingkannya antara harapan dan kenyataan. Bila seseorang merasa bahwa kenyataan sesuai dengan harapannya, maka individu tersebut akan merasakan kepuasan. Apabila harapan dan ekspektasi akan hubungan tersebut berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan, maka nilai relationship satisfaction akan semakin tinggi (Millar & Tedder, 2011)
Metode Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimen lapangan. Penelitian ini menggunakan desain randomized two-groups design, posttest only, within subject design. Walaupun peneliti menggunakan dua kelompok berbeda, peneliti memberikan setiap subjek dua perlakuan yang sama pada tiap kelompok. Penugasan partisipan pada dua kelompok tersebut dilakukan dengan melakukan randomisasi. Dua kelompok tersebut adalah KE1 yaitu kelompok yang terdiri dari partisipan yang diberikan uang Rp.15.000,00 terlebih dahulu dan KE2 yaitu kelompok yang terdiri dari partisipan yang diberikan uang Rp.5.000,00 terlebih dahulu. Peneliti lalu melakukan teknik counterbalancing pada kedua kelompok sehingga kedua kelompok merasakan kedua kondisi penelitian. Teknik ini digunakan untuk melihat apakah ada pengaruh dari urutan pemberian kondisi relationship satisfaction terhadap forgiveness. Selain itu, karena peneliti ingin melihat nilai forgiveness pada partisipan, penelitian membutuhkan kondisi yang dapat melukai partisipan sehingga partisipan harus merasakan kondisi yang merugikan dengan merasakan pemberian uang Rp.5.000,00 di mana kondisi tersebut diasumsikan oleh peneliti sebagai kondisi yang dapat melukai partisipan.Peneliti ingin melihat apakah terdapat perbedaan nilai forgiveness pada partisipan yang berada di KE1 dan KE2. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel utama, yaitu forgiveness dan relationship satisfaction. Forgiveness Forgiveness dicirikan dengan ketika seseorang (1) berkurang motivasinya untuk menghindari orang yang telah menyakiti dirinya dan melukai (avoidance motivations) atau (2) berkurang motivasinya untuk melakukan tindakan balas dendam kepada individu tersebut (revenge motivation), serta (3) meningkatnya keinginan untuk bertingkah laku positif kepada
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
orang yang telah melakukan tindakan melukai dirinya (benevolance motivations) (McCulough, 1998) Forgiveness dapat diketahui dengan mengukur dorongan yang menyusun forgiveness itu sendiri (Dimas, 2009). Tiga dorongan untuk mengukur forgiveness adalah avoidance motivations, revenge motivations dan benevolance motivations (McCullough, Root & Cohen, 2006). Untuk dapat mendapatkan skor forgiveness, ketiga dorongan tersebut dihitung dan dijumlahkan satu sama lain. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur forgiveness adalah alat ukur TRIM-18 yang dikembangkan oleh McCullough pada tahun 2006. Alat ukur ini mengukur forgiveness dengan mengukur tiga motivasi yang mendasarinya, yaitu avoidance, revenge dan benevolance. Alat ukur ini sudah sering digunakan oleh peneliti lain yang ingin mengukur skor forgiveness. Alat ukur ini sendiri telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Indonesia (Dimas, 2009). Masing-masing dimensi memiliki internal consistency yang tinggi dengan koefisien α ≥ 0.85 (McCullough, Root, & Cohen, 2006). Ketiga
skor
lalu
dijumlahkan
sehingga
mendapat
nilai
total
skor
yang
menggambarkan nilai forgiveness. Skor pada dimensi benevolence motivations sebelumnya dikonversi sehingga penghitungan skor akan sama dengan penghitungan skor pada dua dimensi lainnya. Semakin kecil nilai total TRIM yang diperoleh individu, maka semakin besar kemungkinan untuk seseorang memaafkan Relationship Satisfaction Variabel kedua adalah relationship satisfaction. Relationship satisfaction berarti memenuhi harapan, kebutuhan atau keinginan, dan tidak menimbulkan keluhan (Crow dalam Setiasih 2006). Variabel ini yang akan dimanipulasi dengan pemberian uang yang berbedabeda pada partisipan sesuai dengan kelompoknya. Pembagian uang akan dijelaskan lebih lanjut pada subbab desain dan prosedur penelitian . Peneliti akan melakukan cek apakah pembagian kelompok sesuai dengan harapan peneliti dengan pertanyaan langsung melalui kuesioner mengenai kepuasan dari partisipan atas pembagian uang hasil dari penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode nonprobability sampling dengan teknik convenience sampling. Peneliti membatasi penelitian ini menjadi mahasiswa Universitas Indonesia, Depok karena alasan kemudahan peneliti dalam mencari partisipan dan asumsi peneliti mengenai kemungkinan partisipan untuk dapat mengikuti penelitian yang dikemas dalam suatu permainan terlebih dahulu. Peneliti berasumsi bahwa mahasiswa akan lebih mudah diminta untuk memainkan games kartu di mana permainan tersebut sudah sering dimainkan oleh mahasiswa di tempat-tempat yang akan peneliti datangi.
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah uang sebesar Rp.15.000,00 yang dibagikan kepada partisipan yang berada di KE1 dan uang sebesar Rp.5.000,00 yang dibagikan kepada partisipan yang berada di KE2. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Transgression- Related Interpersonal Motivations (TRIM) Inventory atau TRIM-18 (McCullough et al., 2006) untuk menghitung skor forgiveness. TRIM-18 merupakan alat ukur untuk melihat kemungkinan seseorang mempunyai tiga motivasi forgiveness, yaitu avoidance, revenge, dan benevolence (McCullough dalam Haesevoets et al, 2013). Kategori avoidance merupakan kategori yang ingin melihat kemungkinan peserta untuk menghindari transgressor atau dalam hal ini merupakan pemberi uang. Kategori revenge merupakan kategori yang ingin melihat kemungkinan peserta untuk membalaskan dendam kepada transgessor. Sementara kategori benevolance merupakan kategori yang ingin melihat kemungkinan peserta untuk berbuat baik kepada transgressor. Partisipan akan diminta untuk memainkan sebuah game bersama orang lain. Partisipan akan dijelaskan bahwa setelah memainkan games tersebut, partisipan akan diberikan sejumlah uang, yaitu Rp.15.000,00 yang akan dibagikan kepada dua orang. Games yang akan dimainkan adalah permainan kartu remi. Peneliti memilih permainan ini karena kartu adalah permainan yang lazim dimainkan oleh mahasiswa. Selain itu, kartu adalah permainan kartu merupakan permainan yang sering dihubungkan dengan uang di mana penelitian ini menggunakan uang sebagai salah satu instrumennya. Partisipan tidak diberitahu bahwa pembagian uang tidak rata kepada dua partisipan yang sedang bermain, tetapi diberikan dengan proporsi yang tidak adil. Penelitian ini menggunakan dua perlakuan (treatment), yaitu pemberian uang sejumlah Rp.15.000,00 dan pemberian yang sebesar Rp.5.000,00. KE1 akan menerima perlakukan pertama terlebih dahulu lalu setelah itu akan mendapatkan perlakukan kedua, sementara KE2 akan mendapatkan perlakukan kedua terlebih dahulu lalu setelah itu akan mendapatkan perlakuan kedua. Sesi 1 Partisipan dibagi ke dalam dua kelompok. Pembagian kelompok dilakukan setelah partisipan memainkan permainan kartu dan menyelesaikannya. Pembagian kelompok dilakukan dengan cara randomisasi. Pada sesi ini, partisipan yang dimasukkan kedalam KE1 adalah partisipan yang mendapatkan uang sebesar Rp.15.000,00, yaitu kelompok dengan manipulasi relationship satisfaction yang tinggi. Partisipan yang dimasukkan kedalam KE2 adalah partisipan yang mendapatkan uang sebesar Rp.5000,00. KE2 adalah kelompok dengan manipulasi relationship satisfaction yang rendah.
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
Salah satu syarat untuk mendapatkan nilai relationship satisfaction yang rendah adalah dengan melanggar hak yang mereka miliki dan mereka tidak mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan serta tidak sesuai harapan yang peneliti berikan. Partisipan yang mendapatkan uang Rp.5000,00 akan merasa bahwa mereka seharusnya mendapatkan jumlah yang sama, atau merasa bahwa pembagian uang seharusnya dilakukan secara adil sehingga mereka akan merasa dirugikan. Partisipan akan mengharapkan untuk mendapatkan jumlah uang yang sama karena peneliti sebelumnya telah mengatakan jumlah uang yang akan mereka terima sebesar Rp.15.000,00 bagi masing-masing partisipan. Untuk memastikan tidak adanya pengekpresian emosi, seperti marah hingga meninggalkan penelitian atau melakukan tindakan agresi, dari partisipan, peneliti menekankan adanya power terhadap pembagian uang. Power ini berupa penekanan bahwa uang yang akan dibagi merupakan wewenang sepenuhnya dari peneliti. Setelah itu, kedua kelompok akan diminta untuk mengisi sebuah kuesioner untuk mengelisitasi sekaligus melakukan manipulation check mengenai relationship satisfaction tersebut. Setelah melakukan manipulation check, partisipan pada KE2 akan diminta untuk mengisi kuesioner TRIM-18 (McCullough et al., 2006) untuk melihat skor forgiveness. Sesi 2 Pada sesi ini, partisipan yang dimasukkan kedalam KE1 akan mendapatkan perlakuan seperti partisipan yang berada pada KE2 di sesi sebelumnya dan KE2 akan mendapatkan perlakuan seperti KE2 pada sesi sebelumnya. Dengan kata lain,pada sesi ini partisipan yang berada di KE1 akan mendapatkan uang sebesar Rp.5000,00 dan partisipan yang berada di KE2 akan mendapatkan uang sebesar Rp.15.000,00. Kedua kelompok lalu akan diberikan alat ukur TRIM -18 (McCullough et al., 2006) untuk melihat skor forgiveness. Penelitian ini ditujukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan mengenai tingkat relationship satisfaction terhadap forgiveness. Pembagian partisipan ke dalam dua kelompok eksperimen untuk apakah partisipan yang pada awalnya telah merasa diuntungkan, atau dalam hal ini merasa satisfied, akan mempunyai nilai forgiveness yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kelompok yang merasa dirugikan atau not satisfied terlebih dahulu. Tabel 3.2 Prosedur Penelitian Sesi 1
Sesi 2
KE1
Diberikan uang Rp.15.000,00
Diberikan uang Rp.5.000,00
KE2
Diberikan uang Rp.5.000,00
Diberikan uang Rp.15.000,00
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
Untuk mengetahui jumlah uang yang digunakan untuk memicu ketidakpuasan dan kepuasan dari partisipan peneliti melakukan pilot study kepada beberapa mahasiswa di Universitas Indonesia, Depok. Peneliti melakukan pilot study kepada 72 partisipan (36 partisipan dengan pemberian uang Rp.10.000,00 dan Rp.5.000,00 serta 36 partisipan dengan pemberian uang Rp.15.000,00 dan Rp.5.000,00). Pilot study dilakukan dengan prosedur yang sama seperti penelitian ini pada sesi satu yang lalu diberikan pertanyaan manipulation check berupa ketidakpuasan partisipan dan ketidakpuasan partisipan dengan pemberian uang. Berdasarkan hasil dari pilot study peneliti memutuskan untuk menggunakan pemberian uang Rp.15.000,00 dan Rp.5.000,00 dengan acuan bahwa pemberian uang tersebut menciptakan perbedaan yang cukup jauh dalam hal kepuasan dan kekecewaan pada partisipan. Penyusunan alat ukur diawali dengan mencari alat ukur yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Setelah melewati tahap pencarian, peneliti mendapatkan alat ukur TRIM-18 yang dikembangkan oleh McCullough, Root, dan Cohen pada tahun 2006 merupakan alat ukur yang cocok dengan penelitian yang akan dilakukan. Peneliti lalu mengidentifikasi dimensi yang dimiliki oleh alat ukur tersebut, yang lalu ditemukan bahwa dimensi-dimensi tersebut sejalan dengan teori yang akan digunakan oleh peneliti pada Bab 2. Peneliti pertama kali mendapatkan alat ukur tersebut dalam bahasa Inggris, yang lalu akan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, peneliti lalu menemukan bahwa sebelumnya terdapat penelti yang berasal dari Indonesia juga menggunakan alat ukur TRIM tersebut dan telah melakukan penerjemahan dan prosedur lainnya untuk menggunakan alat ukur tersebut. Alat ukur ini telah digunakan pada populasi yang sama dengan populasi yang dituju oleh peneliti, yaitu mahasiswa di Universitas Indonesia, oleh Dimas pada tahun 2009, sehingga peneliti tidak lagi melakukan uji coba terhadap alat ukur ini. Pada penelitian yang dilakukan Dimas (2009), reliabilitas seluruh item tercatat pada angka 0,90. Sementara pada masing-masing dimensi tercatat pada dimensi avoidance sebesar 0,90, pada dimensi revenge 0,80, dan dimensi benevolance sebesar 0,78. Ketiga dimensi ini lalu menggunakan skala 5 skala Likert dalam menghitung skoringnya. Penelitian dilakukan pada mahasiswa di Universitas Indonesia, yaitu Fakultas ISIP, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, dan Fakultas MIPA. Penelitian ini melibatkan total 80 partisipan, dengan masing-masing kelompok sebanyak 41 partisipan pada KE1 dan sebanyak 39 partisipan pada KE2. Penelitian dilakukan selama dua minggu, dari tanggal 19 Mei 2014 sampai dengan 30 Mei 2014. Peneliti sendiri
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
yang melakukan pengambilan data ke fakultas-fakultas yang ada di Universitas Indonesia, Depok. Peneliti mendatangi mahasiswa yang sedang berkumpul minimal 2 orang dan menanyakan kesediaannya untuk mengikuti penelitian. Peneliti mengajak partisipan untuk bermain kartu dan memainkan permainan tersebut bersama-sama. Peneliti menjanjikan sebanyak Rp15.000,00 kepada masing-masing partisipan apabila telah menyelesaikan permainan. Peneliti juga menekankan pada pembagian uang yang dilakukan semua tergantung pada peneliti sehingga power tetap ada pada peneliti. Setelah menyelesaikan permainan, peneliti lalu membagikan uang kepada masingmasing partisipan. Uang yang dibagikan adalah sebesar Rp15.000,00 dan Rp5.000,00. Pembagian uang itu yang mendasari pembagian kelompok eksperimen dimana KE1 adalah kelompok yang mendapatkan uang sebesar Rp15.000,00 dan KE2 adalah kelompok yang mendapatkan uang sebesar Rp5000,00. Setelah pembagian uang telah dilaksanakan, peneliti lalu membagikan kuesioner pertama, yang berisi tentang manipulation check mengenai relationship satisfaction. Setelah partisipan mengisi kuesioner pertama, peneliti lalu akan menanyakan kembali kesediaan partisipan untuk memainkan kembali permainan yang sama dan menjanjikan pembagian uang akan berubah. Setelah partisipan memainkan permainan kedua, peneliti lalu membagikan uang kembali dengan melakukan counterbalancing, di mana partisipan yang pada permainan pertama diberikan uang sebesar Rp15.000,00 akan diberikan Rp5.000,00 dan sebaliknya. Partisipan lalu memberikan kuesioner kedua, yaitu TRIM-18 (McCullough, Root, & Cohen, 2006). Setelah partisipan mengisi kuesioner tersebut, peneliti melakukan debriefing dan memberitahukan variabel utama dan tujuan dari penelitian ini dilakukan. Tahap pengolahan data dimulai dengan melakukan entri terhadap keseluruhan data, termasuk melakukan filtering kelayakan penggunaan data. Dalam hal ini data yang tidak diisi secara lengkap tidak diikutsertakan dalam pengolahan. Peneliti lalu melakukan pengecekan ulang dalam kelengkapan data dan mendapatkan 20 peserta tidak melengkapi kuesioner yang diberikan sehingga total hanya 80 partisipan yang dapat dianalisis lebih lanjut. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis t-test. Analisis tersebut dipilih karena penelitian ini membandingkan dua kelompok, yaitu KE1 (relationship satisfaction tinggi terlebih dahulu) dan KE2 (relationship satisfaction rendah terlebih dahulu) dan mengenai tingkatan forgiveness. Setelah semua data terkumpul peneliti melakukan perhitungan statistik untuk menjawab pertanyaan penelitian. Perhitungan statistik yang dilakukan adalah dengan menggunakan SPSS 19.0. Teknik statistik yang digunakan adalah dengan menggunakan independent sample t-test. Independent sample t-test digunakan untuk
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan skor rata-rata hasil utama dari penelitian ini berupa skor TRIM antara KE1 (relationship satisfaction tinggi terlebih dahulu) dan KE2 (relationship satisfaction rendah terlebih dahulu) serta beberapa hasil tambahan penelitian.
Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil dari pengolahan beserta interpretasi dari data penelitian. Hasil yang diuraikan terdiri dari gambaran umum karakteristik partisipan penelitian berupa usia, jenis kelamin, fakultas, jumlah pengeluaran per bulan, serta hasil utama dari penelitian ini berupa skor TRIM antara kelompok eksperimen 1 (KE1) dengan kelompok eksperimen 2 (KE2) serta beberapa hasil tambahan penelitian. Gambaran Karakteristik Partisipan Berikut adalah gambaran umum partisipan yang mengikuti penelitian ini secara keseluruhan
Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian Karakteristik Usia Partisipan
N
%
18
8
10
19
17
21,3
20
31
38,8
21
15
18,8
22
5
6,3
Jenis 23Kelamin
3
3,8
24 Laki-laki
1 41
1,3 51,3
Perempuan
39
48,8
Ekonomi
9
11,3
Hukum
8
10,0
ILKOM
10
12,5
Ilmu Budaya
9
11,3
Fakultas
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
ISIP
15
18,8
Kesehatan Masyarakat
10
12,5
MIPA
9
11,3
Teknik
10
12,5
< Rp 1.200.000
28
35
Rp 1.200.000 - Rp 2.500.000
39
48,,75
Rp 2.500.000 - Rp 4.000.000
9
11,25
Rp 4.000.000 - Rp 6.000.000
4
5
>Rp 6.000.000
0
0
80
100
Pengeluaran Per Bulan
Total
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebanyak 38,8% atau sebanyak 31 partisipan berusia 20 tahun, dan sebanyak 21,3% atau sebanyak 17 partisipan berusia 19 tahun serta 18,8% partisipan atau sebanyak 15 partisipan berusia 21 tahun dengan rata-rata usia partisipan 20,66 (SD = 12,6). Jumlah partisipan laki-laki dalam penelitian ini sebanyak 51,3% atau sebanyak 41 partisipan dan jumlah partisipan perempuan sebanyak 48,8% atau sebanyak 39 partisipan sehingga total partisipan penelitian ini berjumlah 80 partisipan. Penelitian dilakukan di seluruh fakultas yang ada di Universitas Indonesia, Depok, dengan rata-rata partisipan dari tiap fakultas sebanyak 10 partisipan. Sementara itu, sebanyak 48,75% partisipan atau sebanyak 39 partisipan mempunyai pengeluaran per bulan sebesar Rp 1.200.000 - Rp 2.500.000 dan 35% atau sebanyak 28 partisipan mempunyai pengeluaran per bulan sebesar
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
Tabel 4.2 Tabel hasil perhitungan t-test skor TRIM antara KE1 dengan KE2
Kelompok
N
Mean
KE1
41
35,65
KE2
39
68,25
T
Sig. (p)
Keterangan
- 28,043
,000
Signifikan
Nilai t yang didapat adalah - 28,043 dan p sebesar 0,000 signifikan pada level of confidence 95% (karena p < 0,05). Kesimpulan dari data tersebut adalah Ho ditolak, sehingga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mean skor TRIM yang signifikan antara KE1 dengan KE2 Mean skor TRIM yang diperoleh KE1 lebih rendah daripada KE2 menunjukkan bahwa KE1 memiliki nilai forgiveness yang lebih tinggi daripada KE2. Tingkat kepuasan Berikut adalah hasil dari tingkat kepuasan partisipan antara KE1 dengan KE2. Hal ini juga bertujuan untuk manipulation check untuk melihat perbedaan kepuasan antara KE1 dengan KE2 Tabel 4.3 Tabel hasil perhitungan chi-square skor kepuasan antara KE1 dengan KE2 Kelompok N Chi-square Sig Keterangan % Jawaban
KE1
41 4,515
KE2
39
0,034
Ya
Tidak
70,7%
29,3%
89,7%
10,3%
Signifikan
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,80 Nilai chi-square yang didapat adalah 4,515 dan p sebesar 0,034 signifikan pada level of confidence 95% (karena p < 0,05). Kesimpulan dari data tersebut adalah terdapat perbedaan tingkat kepuasan antara KE1 dengan KE2. Perbedaan % jawaban menunjukkan bahwa KE2 lebih tidak puas bila dibandingkan dengan KE1. Kerugian partisipan Tabel 4.4 Tabel hasil perhitungan chi-square skor kerugian partisipan antara KE1 dengan KE2 Kelompok N Chi-square Sig Keterangan % Jawaban Ya
Tidak
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
KE1
41 0,904
KE2
0,342
39
73,2%
26,8%
Tidak
82,1%
17,9%
Signifikan
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,78 Nilai chi-square yang didapat adalah 0,904 dan p sebesar 0,342 tidak signifikan pada level of confidence 95% (karena p > 0,05). Kesimpulan dari data tersebut adalah tidak terdapat perbedaan pada kedua kelompok dalam hal rasa dirugikan. Tingkat kekecewaan Tabel 4.5 Tabel hasil perhitungan chi-square skor kekecewaan partisipan antara KE1 dengan KE2 Kelompok N Chi-square Sig Keterangan % Jawaban
KE1
41 6,020
KE2
0,014
39
Ya
Tidak
63,4%
36,6%
87,2%
12,8%
Signifikan
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,75 Nilai chi-square yang didapat adalah 6,020 dan p sebesar 0,014 signifikan pada level of confidence 95% (karena p < 0,05). Kesimpulan dari data tersebut adalah terdapat perbedaan tingkat kekecewaan antara KE1 dengan KE2. Perbedaan % jawaban menunjukkan bahwa KE2 lebih kecewa dibandingkan KE1. Jumlah uang yang sesuai harapan Tabel 4.6 Tabel hasil perhitungan chi-square skor kesesuaian harapan antara KE1 dengan KE2 Kelompok N Chi-square Sig Keterangan % Jawaban
KE1
41 4,411
KE2
39
0,036
Ya
Tidak
48,8%
51,2%
71,8%
28,2%
Signifikan
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,60 Nilai chi-square yang didapat adalah 4,411 dan p sebesar 0,036 signifikan pada level of confidence 95% (karena p < 0,05). Kesimpulan dari data tersebut adalah terdapat perbedaan tingkat kesesuaian harapan dengan kenyataan antara KE1 dengan KE2. Perbedaan
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
% jawaban menunjukkan bahwa KE2 lebih merasa bahwa pembagian uang tidak sesuai dengan harapan partisipan bila dibandingkan dengan KE1. Keinginan mengganti partner Tabel 4.7 Tabel hasil perhitungan chi-square skor keinginan partisipan untuk mengganti peneliti Kelompok N ChiSig Keterangan % Jawaban square KE1
41 1,863
KE2
0,172
39
Ya
Tidak
65,9 %
34,1 %
Tidak
79,5%
20,5%
Signifikan
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,73 Nilai chi square yang didapat adalah 1,863 dan p sebesar 0,172 tidak signifikan pada level of confidence 95% (karena p > 0,05). Kesimpulan dari data tersebut adalah tidak terdapat perbedaan pada kedua kelompok dalam hal keinginan partisipan untuk mengganti peneliti. Keinginan partisipan untuk bekerjasama kembali Tabel 4.8 Tabel hasil perhitungan chi-square skor keinginan partisipan untuk bekerjasama lagi Kelompok N ChiSig Keterangan % Jawaban square KE1
41 4,981
KE2
0,026
39
Ya
Tidak
63,4 %
36,6 %
38,6%
61,5%
Signifikan
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,01. Nilai chi-square yang didapat adalah 4,981 dan p sebesar 0,026 signifikan pada level of confidence 95% (karena p < 0,05). Kesimpulan dari data tersebut adalah terdapat perbedaan tingkat keinginan partisipan untuk melakukan kerjasama kembali antara KE1 dengan KE2. Perbedaan % jawaban menunjukkan bahwa KE1 tidak menginginkan untuk bekerjasama dengan peneliti dibandingkan dengan KE2.
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
Pembahasan Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa partisipan yang mempunyai relationship satisfaction tinggi memiliki forgiveness yang lebih tinggi daripada partisipan yang mempunyai relationship satisfaction rendah. Hal ini sesuai dengan hipotesis peneliti dalam penelitian. Sejauh yang peneliti baca mengenai forgiveness dan relationship satisfaction, belum ada penelitian yang mencari secara khusus mengenai keduanya di Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Kelly (2010) masih sedikit penelitian yang bertujuan untuk melihat peran dari relatiosnhip satisfaction terhadap forgiveness walaupun telah dikatakan oleh beberapa peneliti bahwa relationship satisfaction mempunyai pengaruh terhadap forgiveness. Namun, dari sedikit penelitian yang pernah dilakukan mengenai hubungan keduanya, penelitian ini sejalan dengan penelitian-penellitian tersebut di mana relationship satisfaction memang mempunyai pengaruh terhadap forgiveness. Peneliti menyadari bahwa terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi inidividu dalam kaitannnya dengan forgiveness, misalnya seberapa besar akibat luka yang ditimbulkan oleh peneliti. Hal tersebut dapat juga berkaitan dengan persepsi individu dalam mempersepsikan luka tersebut dengan berbeda-beda. Worthington & Wade (2003) mengatakan bahwa terdapat perbedaan persepsi individu dalam mempersepsikan luka yang ditimbulkan walaupun dengan situasi yang sama. Dalam alat ukur yang dipakai (TRIM-18) sendiri mempunyai celah untuk menimbulkan kelemahan penelitian, seperti kemungkinan responden untuk membayangkan luka yang lain atau membayangkan transgressor lain diluar dari peneliti sehingga bisa saja hasil penelitian ini tidak merujuk pada luka yang ditimbulkan oleh peneliti. Selain itu, alat ukur ini juga tidak cocok dengan kasus forgiveness pada transgressor yang baru dikenal. Beberapa item mengisyaratkan bahwa item itu ditujukan kepada transgressor yang sudah lama dikenal. Hal tersebut tidak sejalan dengan desain penelitian ini di mana penelitian ini mencari partisipan yang belum dikenali oleh peneliti serta partisipan sendiri tidak mengenali peneliti karena berkaitan dengan variabel lainnya, yaitu relationship satisfaction. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor kebudayaan dari partisipan ternyata berpengaruh terhadap penilaian akan forgiveness. Peneliti menemukan bahwa kebudayaan dari fakultas yang berbeda-beda menghasilkan nilai yang berbeda juga dalam memberikan maaf. Fakultas-fakultas yang berkaitan dengan keadilan dan uang, seperti Fakultas Hukum
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
dan Ekonomi mempunyai nilai TRIM-18 yang tinggi sementara fakultas-fakultas yang berkaitan dengan kemanusiaan, seperti FIK dan FKM justru mempunyai nilai TRIM-18 mempunyai nilai TRIM-18 yang rendah. Dalam alat ukur TRIM-18, semakin tinggi nilai seseorang, semakin tinggi kemungkinan seseorang untuk tidak memaafkan transgressor. Hal tersebut peneliti asumsikan sebagai faktor kebudayaan di mana fakultas-fakultas tersebut mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda sehingga memengaruhi forgiveness. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa skor kepuasan antara KE1 dan KE2 mempunyai perbedaan yang signifkan. Hal tersebut sejalan dengan teori-teori mengenai kepuasan yang menyebutkan bahwa kepuasan dapat diraih apabila apa yang didapatkan sesuai dengan harapan dari seseorang. Pada awal penelitian, peneliti menyebutkan bahwa apabila partisipan bersedia mengikuti penelitian ini, peneliti akan memberikan uang sebesar Rp15.000 kepada tiap partisipan. Pada KE1, peneliti memberikan uang sebesar Rp15.000 atau sesuai dengan apa yang dijanjikan dan peneliti asumsikan sebagai sesuai dengan harapan partisipan sehingga nilai kepuasan pada kelompok ini menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan partisipan yang berada di KE2 yang peneliti berikan uang sebesar Rp5000 yang tidak sesuai dengan apa yang peneliti sampaikan sebelumnya sehingga tidak sesuai dengan harapan partisipan. Hal tersebut juga sejalan dengan pertanyaan mengenai kesesuaian harapan dengan kenyataan. Peneliti menanyakan apakah jumlah uang yang diberikan sesuai dengan harapan mereka. Partisipan KE1 yang mendapatkan uang sesuai dengan janji peneliti mempunyai skor yang lebih rendah dibandingkan dengan partisipan KE2 yang tidak mendapatkan uang sesuai dengan janji peneliti. Skor tersebut menggambarkan bahwa KE1 mempunyai kepuasan karena mereka mendapatkan uang yang sesuai dengan harapan mereka, sebaliknya KE2 tidak puas karena mereka tidak mendapatkan uang sesuai dengan harapan mereka. Dalam kaitannya dengan pembagian uang yang tidak adil tersebut, peneliti juga menyadari bahwa masih terdapat banyak faktor yang harus dipenuhi untuk mencegah partisipan marah dan mengekspresikan kemarahannya tersebut. Peneliti berusaha untuk mencegah keluarnya ekspresi kemarahan karena menurut Michael Prince (2009) forgeveness tidak lagi dibutuhkan pada partisipan yang sudah mengekspresikan emosinya, dimana ekspresi emosi tersebut merupakan cara untuk melepas emosi sehingga tidak lagi membutuhkan forgiveness. Peneliti lalu menggunakan power untuk dapat mencegah hal
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
tersebut terjadi. Menurut Michael Prince (2009) power merupakan salah satu cara untuk dapat mencegah adanya pengeskpresian emosi. Dalam kaitannya dengan pemilihan eksperimen yang dilakukan, peneliti juga menemukan beberapa hal yang menarik. Peneliti menggunakan permainan kartu yang peneliti anggap bahwa kartu adalah permainan yang lazim dimainkan oleh partisipan mahasiswa dan permainan kartu merupakan permainan yang tidak asing apabila dikaitkan dengan uang. Peneliti menemukan bahwa terdapat beberapa partisipan tidak merasakan bahwa mereka dirugikan karena mereka merasa bahwa mereka hanya memainkan game yang tidak mereka inginkan untuk mainkan. Beberapa partisipan merasa bahwa mereka sudah cukup senang dengan hanya memainkan game tersebut dan tidak lagi memikirkan berapa uang yang seharusnya mereka dapatkan. Penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan teknik investasi dan game theory untuk dapat menjalankan tipe penelitian ini. Hal tersebut sebenarnya cukup efektif untuk membuat rugi atau senang para partisipan sehingga akan lebih baik dalam mencari hasil penelitian. Peneliti juga menemukan hal yang menarik mengenai keinginan peserta untuk melanjutkan permainan. Peneliti mengasumsikan bahwa seharusnya partisipan yang mempunyai nilai relationship satisfaction rendah akan lebih menginginkan untuk menyudahi permainan, akan tetapi penelitian ini justru menemukan hal yang sebaliknya. Setelah peneliti tanyakan pada beberapa partisipan yang menjawab hal tersebut, peneliti menemukan bahwa partisipan yang mempunyai nilai relationship satisfaction rendah menginginkan untuk mencari pengganti akan kerugian dan harapan yang merreka dapatkan atau dengan kata lain mereka menginginkan untuk mendapatkan uang sebesar Rp15.000 sesuai dengan harapan mereka sebelum permainan dimulai. Sementara pada partisipan yang mempunyai nilai relationship satisfaction tinggi, partisipan menginginkan untuk menyudahi permainan karena mereka melihat bahwa terdapat kemungkinan mereka akan diperlakukan tidak adil pada permainan berikunya. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan mengenai nilai forgiveness pada kedua kelompok. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh McCulough dkk (1998) bahwa tidak ada perbedaan skor forgiveness pada jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan. Selain itu, peneliti juga melihat apakah ada hubungan relationship satisfaction dengan jenis kelamin. Hasil dari perhitungan menunjukkan bahwa dalam kedua kelompok tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
tersebut justru bertolak belakang dengan penelitian yang telah ada sebelumnya di mana ditemukan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap relationship satisfaction.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap data dengan mengacu pada permasalahan penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara partisipan yang mempunyai relationship satisfaction yang tinggi dengan partisipan yang mempunyai relationship satisfaction yang rendah dalam skor forgiveness. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi relationship satisfaction pada seseorang, akan semakin tinggi juga nilai forgivenessnya. Partisipan yang berada di KE1 mempunyai nilai relationship satisfaction yang lebih tinggi dibandingkan dengan partisipan yang berada di KE2. Hal tersebut membuktikan bahwa manipulasi terhadap relationship satisfaction pada kedua kelompok berhasil dilakukan dan sesuai dengan tujuan penelitian.
Saran Berdasarkan hambatan dan keterbatasan yang dihadapi dari penelitian yang sudah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran, baik saran metodologis maupun praktis demi keberlanjutan penelitian yang lebih baik lagi. 1. Melakukan penelitian yang lebih banyak lagi mengenai hubungan relationship satisfaction dan forgiveness dan sebaliknya serta menambahkan faktor-faktor lain dalam penelitian lebih lanjut. 2. Untuk dapat memastikan kejujuran dari respon yang diberikan, penelitian terkait forgiveness akan lebih baik jika dapat menggunakan alat ukur yang memiliki social desirability
scale
sehingga
peneliti
dapat
melakukan
filtering
dan
tidak
mengikutsertakan partisipan dengan tingkat social desirability yang tinggi. 3. Menambahkan faktor budaya karena setiap budaya menghasilkan kepribadian yang berbeda-beda juga serta memungkinkan perbedaan dalam menyikapi forgiveness atau relationship satisfaction. 4. Menambahkan faktor-faktor lain yang menegaruhi forgiveness, seperti empati.
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
5. Menambahkan variasi umur yang berbeda-beda-beda untuk melihat adanya faktor tersebut dalam memengaruhi keduanya. 6. Melakukan kontrol pada situasi, dimana masih terdapat situasi yang dapat menggangu jalannya penelitian seperti partisipan yang tiba-tiba didatangi oleh 7. Menyertakan analisis kualitatif yang lebih lengkap mengingat forgiveness merupakan suatu proses yang kompleks. 8.
Dibutuhkan pembuatan atau pengadaptasian alat ukur forgiveness untuk situasi forgiveness yang bersifat jangka pendek serta berkaitan dalam situasi finansial. Maka dari itu peneliti menyarankan apabila peneliti selanjutnya ingin meneliti penelitian yang bersifat jangka pendek dan dalam situasi finansial, peneliti mengadaptasi alat ukur terlebih dahulu.
9.
Dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dalam situasi finansial, relationship satisfaction merupakan hal yang memengaruhi forgiveness, seseorang yang menjadi transgressors (misal: merugikan keuangan)
dapat meminta maaf dengan cara
memuaskan orang yang telah disakitinya dengan cara memberikan kompensasi atau dengan memberikan sesuatu yang disukai oleh orang yang telah disakiti (misal: orang yang telah disakiti adalah orang menyukai es krim, maka transgressor dapat meminta maaf sembari memberikan es krim kepada orang yang telah disakiti) sehingga relationship satisfaction dapat terbangun kembali. 10. Selain pemberian kompensasi atau pemberian sesuatu yang disukai kepada orang yang telah disakiti, transgressors dapat mengingatkan seseorang yang telah disakiti tentang kebaikan-kebaikan dirinya di masa lalu untuk membangun relationship satisfaction.
Daftar Referensi Adams, J. S., & Freedman, S. (1976). Equity theory revisited: Comments and annotated bibliography. In L. Berkowitz & E. Walster (Eds.), Advances inexperimental social psychology (pp. 43–90). New York: Academic Press. Aji,Wahyu (2014, Maret 11) Keluarga Ade Sara meminta maaf kepada pelaku. Kompas. Diunduh dari http://www.kompas.com. Aji,Wahyu (2014, Maret 12) Ibunda Ade Sara ingin bawa burger buat Hafitd. Kompas. Diunduh dari http://www.kompas.com.
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
Belarmimus, Robertus (2014, Maret 8). Sakit hati dan cemburu mengakhiri hidup Sara. Kompas. Diunduh dari http://www.kompas.com. Camerer, C. (1995). Individual decision making. In J. Kagel & A. Roth (Eds.), The handbook of experimental economics (pp. 587–703). Princeton, NJ: Princeton University Press. De Cremer, D. (2010). To pay or to apologize? On the psychology of dealing with unfair offers in a dictator game. Journal of Economic Psychology, 31, 843–848. De Cremer, D., & Van Kleef, A. (2009). When being overpaid makes me feel good about myself: It depends on how the other feels. Journal of Economic Psychology, 50, 793–802. Denton, R. T., & Martin, M. W. (1998). Defining forgiveness: An empirical exploration of process and role. American Journal of Family Therapy, 26(4), 281-292. Desmet, P., De Cremer, D., & Van Dijk, E. (2011). In money we trust? The use of financial compensations to repair trust in the aftermath of distributive harm. Orginzational Behavior and Human Decision Processes, 114, 75–86. Engerman, Stanley, L. (2009). Apologies, Regrets, and Reparations. European Review, Vol. 17, Nos. 3&4, 593–610 r 2009 Academia Europea. doi:10.1017/S1062798709000969 Enright, R. D. T. Coyle (1998). Researching the process model of forgiveness within psychological interventions. Dimensions of forgiveness: Psychological research and theoretical perspectives, 139-161. Enright, R. D., Santos, M. J., & Al-Mabuk, R. (1989). The adolescent as forgiver. Journal of adolescence, 12(1), 95-110. Forzano, L. A. B., & Gravetter, F. J. (2009). Research methods for the behavioral sciences. Belmont, CA: Wadsworth. Guerrero, L. K. K., Andersen, P. A., & Afifi, W. A. (2012). Close encounters: Communication in relationships. Sage Publications. Guilford, J.P., & Frutcher, Benjamin. (1978) Fundamental Statistics in Psychology and Education 6th ed. Tokyo : McGraw-Hill Kogakusha Ltd. Haesevoets, Tessa., Folmer, C.R., De Cremer, David., & Van Hiel, Alain. (2013). Money isn’t all that matters: The use of financial compensationand apologies to preserve relationships in the aftermath of distributive harm. Journal of Economic Psychology 35 (2013) 95–107. Hayati, R. D. (2008). Dinamika Forgiveness pada Orang Dewasa yang Pernah Mengalami Child Abuse. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
Hsee, Christopher K., Yu, Fang., Zhang, Jiao., Zhang, Yan. (2003). Medium Maximization. Journal of Consumer Research, Inc. Vol. 30. Kerlinger, F. N., & Lee, H. B. (2000). Foundations of Behavioral Research: Wadsworth, Thomson Learning. Northridge, CA. Kumar, R. (1999). Research methodology: A step-by-step guidances for beginners (2nd ed.). London: Sage Publications. McCullough, M. E. (2000). Forgiveness as human strength: Theory, measurement, and links to well-being. Journal of Social and Clinical Psychology, 19(1), 43–55. McCullough, M. E., Rachal, K. C., Sandage, S. J., Worthington, E. L., Jr., Brown, S. W., & Hight, T. L. (1998). Interpersonal forgiving in close relationships II: Theoretical elaboration and measurement. Journal of Personality and Social Psychology, 75, 1586–1603. McCullough, M.E., Witvliet, C. V. (2005). The Psychology of Forgiveness. Handbook of Positive Psychology. New York : Oxford University Press Inc. McCullough, Michael E., Root, Lindsey M., & Cohen, Adam D. (2006). Writing About the Benefits of an Interpersonal Transgression Facilitates Forgiveness. Journal of Consulting and Clinical Psychology; Vol. 74, No. 5, 887-897 Miller, Jessica & Tedder, Brandi. (2011). The Discrepancy Between Expectations and Reality: Satisfaction in Romantic Relationships. PSY 401: Advanced Research. Hanover College. Oliver, R. L. (2010). Satisfaction: A behavioral perspective on the consumer. ME Sharpe. Oman, K. S., Mclain, J. K., & Scheetz, L. J. (2008). Panduan Belajar keperatawan emergensi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Peters, Susanne, L., van den Bos, Kees., & Karremans, Johan, C., (2008). On the Psychology of the Advantaged: How People React to Being Overpaid. Soc Just Res (2008) 21:179–191 DOI 10.1007/s11211-008-0063-2. Prasetyo, D. B. (2009). Forgiveness Dalam Aikido (Perbedaan Forgiveness pada Mahasiswa yang Mengikuti Bela Diri Aikido dengan Mahasiswa yang Tidak Mengikuti Bela Diri Aikido di Jakarta). Depok: Universitas Indonesia. Promberger, M., & Marteau, T. M. (2013). When do financial incentives reduce intrinsic motivation? Comparing behaviors studied in psychological and economic literatures. Health Psychology, 32(9), 950-957. doi:http://dx.doi.org/10.1037/a0032727.
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014
Rusbult, C. E., & Buunk, B. P. (1993). Commitment processes in close relationships: An interdependence analysis. Journal of Social and Personal Relationships, 10(2), 175204. Rye, Mark S, dkk. (2001). Evaluation of The Psychometric Properties of Two Forgivenesss Scales. Current Psyhology: Developmental, Learning Personality; Social Spring 2001, Vol. 20, No. 3, 260-277 Seniati, L., dkk. (2005). Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT Indeks Gramedia. Setiasih, W. (2006). Hubungan Antara Kepuasan Kerja Perawat Dengan Kepuasan Klien di Rumah Sakit Husada Jakarta. Depok: Universitas Indonesia. Snyder, C.R., & Lopez, Shane J. (2007). Positive psychology: The Scientific and Practical Explorations of Human Strengths. USA: Sage Publications, Inc Spring, J. A., & Spring, M. (2004). How can I forgive you?: The courage to forgive, the freedom not to. Perennial Library/Harper & Row Publishers. Theodora, J. (2008). Tahapan Forgiveness pada Istri Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Medan: Universitas Sumatera Utara. Tsang, J. A., McCullough, M. E., & Fincham, F. D. (2006). The longitudinal association between forgiveness and relationship closeness and commitment.Journal of Social and Clinical Psychology, 25(4), 448-472. Worthington Jr, E. L., & Wade, N. G. (1999). The psychology of unforgiveness and forgiveness and implications for clinical practice. Journal of Social and Clinical Psychology, 18(4), 385-418. Zaleskiewicz, Tomasz., Gasiorowska, Agata., Kesebir, Pelin., Luszczynska, Aleksandra., & Pyszczynski, Tom. (2013). Money and the fear of death: The symbolic power of money as an existential anxiety buffer. Journal of Economic Psychology 36 (2013) 55–67.
Pengaruh relationship…, Naufal Sani, FPsi UI, 2014