Pengaruh Perbedaan Dosis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Sayur (baby corn) Wiwin Nurmalasari Alumni Fakultas Pertanian UTM Email :
[email protected]
ABSTRACT Vegetable corn needing (baby corn) to increased along with the increasing number of people that need to improve of the cultivation. One way to do that is to perform male fertilization and disposal of interest in a timely manner. This research aim is to know the growth and yield of baby corn effect of organic fertilizer and different time of emasculation. It was conducted at the Research Institute for Experimental Hortikulura Socah Village District of Socah the Mediterranean soil types. This research was designed in randomized block design non-factorial with 9 treatments and 3 replications. The treatments tested were 2.5 g/crop without emasculation (D1), 5 g/crop without emasculation (D2), 7.5 g/ crop without emaskulasi (D3), 2.5 g/crop with emasculation at flowering stage (D4), 5 g/crop with emasculation at flowering stage (D5), 7.5 g/crop with emasculation at flowering stage (D6), 2.5 g / crop with emasculation at the male flower mature (D7), 5 g/crop with emasculation at the male flower mature (D8), 7.5 g/crop with emasculation at the male flower mature (D9) . The parameters observed plant height, stem diameter, leaf area, number of cobs crop, cob length and diameter as well as gross and net weight cob crop. The results showed that treatment with a combination of organic fertilizer when emaskulasi significant effect on all parameters except the number of cobs crop observations. Fertilizer dose of 5 g/crop with emasculation at flowering stage (D5) is the best treatment and result in a net cob weight 16.03 g / crop. Keywords: organic fertilizer, emasculation, baby corn. PENDAHULUAN Komoditas hortikultura, terutama sayuran merupakan salah satu bahan pangan yang dibutuhkan manusia. Sayuran memegang peranan penting dalam meningkatkan gizi masyarakat (Soemadi dan Abdul, 1999). Sayuran dapat dipanen lebih awal, yang biasa dikenal dengan sebutan semi. Usaha untuk mendapatkan sayuran dalam waktu cepat tanpa mengurangi kandungan gizi yang terdapat didalamnya adalah dengan memanen lebih awal. Sayuran yang dapat dipanen lebih awal dengan kandungan gizi tinggi salah satunya yaitu jagung sayur atau yang dikenal dengan sebutan baby corn (Siagian dan Harahap, 2001). Baby corn memiliki kandungan antara lain dalam 100 g terdapat 89,10 g air, 0,20 g lemak, 1,90 g protein, 8,20 g karbohidrat, 0,60 g abu, 28 mg kalsium, 86 mg fosfor, 0,10 mg besi, 64,00 IU vitamin A, 0,05 mg
thiamin, 0,08 mg riboflavin; 11,00 g asam askorbat, dan 0,3 mg niasin (Palungkun dan Budiarti, 2001). Produksi total sayuran di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 9.527.463 ton dengan tingkat konsumsi 37.94 kg/kapita, konsumsi total sayuran diperkirakan sebesar 8,555,470 ton. Estimasi pertumbuhan konsumsi sayuran 2003-2006 menunjukkan bahwa peningkatan rata-rata konsumsi per kapita sayuran adalah sebesar 0.7% per tahun, sehingga pada tahun 2050 konsumsi per kapita sayuran diperkirakan akan mencapai 49.63 kg/kapita. Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2050 sebesar 400 juta orang, maka akan dibutuhkan 19,852,000 ton sayuran untuk memenuhi permintaan konsumsi. Produksi sayuran pada tahun 2050 diperkirakan harus meningkat dua kali lipat dari produksi tahun 2006 (Anonymous, 2008). Permintaan sayuran yang semakin meningkat tidak menutup 51
kemungkinan permintaan terhadap jagung sayur (baby corn) akan meningkat pula. Permintaan baby corn yang terus meningkat, usaha untuk pemenuhannya maka para petani melakukan budidaya baby corn secara khusus. Peningkatkan produksi baby corn membutuhkan usaha intensifikasi dan perbaikan teknik budidaya. Salah satunya dapat melalui pembuangan bunga jantan pada waktu yang tepat serta melakukan penambahan unsur hara ke dalam tanah yaitu dengan pemupukan (Bunyamin dan Awaluddin, 2013). Menurut Rukmana (1997) emaskulasi merupakan suatu proses pembuangan bunga jantan dengan maksud untuk mempercepat perkembangan tongkol agar dapat dipanen serempak, meningkatkan produksi dan kualitas serta mengarahkan fotosintat terpusat pada perkembangan tongkol. Emaskulasi dilakukan dengan harapan akan terjadi alokasi fotosintat ke arah tercapainya peningkatan kualitas dan kuantitas dalam pembentukan jagung sayur (baby corn). Pemupukan merupakan salah satu teknik budidaya yang mutlak dilakukan oleh pembudidaya untuk mendapatkan hasil yang optimal dan memperbaiki mutu hasil sesuai yang diinginkan oleh konsumen. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk akan meningkatkan hasil jika menggunakan jenis, dosis, cara dan waktu yang tepat. Umur panen tanaman jagung yang dipanen sebagai baby corn relatif lebih cepat dibandingkan jagung biasa, sehingga unsur hara yang dibutuhkan juga lebih sedikit (Anonymous, 2011). Penambahan unsur hara dilakukan dengan pemupukan, salah satunya dapat menggunakan pupuk organik yang memiliki keuntungan antara lain adalah mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap tetapi jumlahnya sedikit, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan sejumlah organisme pengganggu tanaman, meningkatkan aktifitas mikroorganisme antagonis yang bisa membantu meningkatkan kesuburan tanah, mencegah erosi, memiliki daya simpan air yang tinggi dan meningkatkan kandungan nutrisi (Melza, 2011). Salah satu pupuk organik yaitu pupuk organik padat “Mashitam” berbentuk butiran yang dibuat dari kombinasi jenis pupuk
organik (pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, tepung ikan, tepung tulang dan darah). Dari hasil analisis data secara statistik, diketahui bahwa perlakuan pupuk organik padat “Mashitam” berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun, panjang tongkol, diameter tongkol, produksi pipilan kering per sampel, dan bobot tongkol per sampel, tetapi berpengaruh tidak nyata pada parameter tinggi tanaman, umur berbunga dan bobot 100 biji kering per sampel (Sitorus, 2008). Emaskulasi memungkinkan terjadinya pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jagung semi disebabkan terjadinya alokasi fotosintat ke arah tercapainya peningkatan kualitas dan kuantitas dalam pembentukan jagung semi. Begitu pula dengan pemupukan yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kesuburan tanah, sehingga akan mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan produksi. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh emaskulasi dan pemberian berbagai dosis pupuk organik padat “ Mashitam “ terhadap pertumbuhan dan produksi baby corn. METODE Penelitian dilakukan pada bulan Nopember 2013 sampai dengan Januari 2014di Kebun Percobaan Balai Penelitian Hortikultura desa Socah, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan. Alat- alat yang digunakan adalah papan nama, rollmeter, tali rafia, cangkul, pisau, gunting, hand sprayer, timbangan analitik, jangka sorong, penggaris, ember plastik, tugal, alat tulis menulis dan peralatan lain yang mendukung dalam penelitian. Bahan yang digunakan meliputi benih jagung varietas Pioneer, Pupuk Organik Padat “Mashitam” dengan dosis masingmasing 2,5 g/ tanaman, 5 g/tanaman, dan 7,5 g/tanaman, Furadan 3G Tahapan penelitian meliputi: Pengolahan tanah dan pembuatan petakan sebanyak 27 petak percobaan dengan ukuran masing-masing 3,5 m x 1m. Diantara bedengan dibuat parit untuk pengaturan pengairan dan pemeliharaan dengan lebar 40 cm, penanaman dengan ditugal (75 cm x 15 52
cm) dan kedalaman lubang tanam 5 cm, masing-masing lubang tanam diisi 2 butir benih disertai dengan pemberian furadan 3G sebanyak 1 g/lubang tanam. Kemudian penjarangan pada umur 1 MST, pemeliharaan dengan penyiraman satu kali sehari, namun bila hujan turun tidak diperlukan, penyiangan, pembumbunan, pemupukan menggunakan pupuk kandang ayam sebanyak 10 ton/ Ha. Pupuk organik yang digunakan sebagai perlakuan adalah pupuk organik padat “Mashitam”. Pemupukan diberikan pada saat tanaman berumur 20 hari setelah tanam dengan jarak 10 cm dari tanaman yang diberikan secara tugal. Kemudian, pembuangan bunga jantan (emaskulasi). Pembuangan bunga jantan untuk perlakuan emaskulasi malai bunga jantan belum mekar dilakukan pada saat bunga jantan baru muncul dan untuk perlakuan emaskulasi malai bunga jantan mekar dilakukan pada saat kuncup bunga agak bengkak dan pollen sudah pecah. Panen baby corn dilakukan 2 hari setelah rambut muncul dari kelobotnya. Pemanenan baby corn dilakukan dengan cara memetik atau memotong pangkal tongkol. Pemetikan ini dilakukan dengan cepat tetapi hati-hati agar batang tidak ikut terpotong karena dapat menyebabkan tanaman mati sehingga tongkol berikutnya tidak berkembang dengan baik. Pada bekas petikan tongkol dapat tumbuh tongkol baru tapi bentuknya sudah tidak sempurna. Variabel yang diamati dan diukur selama penelitian meliputi tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm) , luas daun (cm2) diukur dengan menggunakan metode p x l x fk 0,92 (Mastur,2010) pada saat tanaman berumur 2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, jumlah tongkol per tanaman (buah), dihitung semua jumlah tongkol yang terbentuk per tanaman, diameter tongkol (cm), diukur pada bagian yang terbesar pada tongkol menggunakan jangka sorong, Panjang tongkol (cm), diukur dari pangkal hingga ujung tongkol, bobot tongkol kotor (g), ditimbang berat semua tongkol dengan seluruh klobot, bobot tongkol bersih (g). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangam Acak Kelompok non faktorial yang terdiri atas 1 faktor dengan 9 level yaitu : D1 = Dosis
pupuk 2,5 g/tanaman tanpa emaskulasi, D2 = Dosis pupuk 5 g/tanaman tanpa emaskulasi, D3 = Dosis pupuk 7,5 g/tanaman tanpa emaskulasi, D4 = Dosis pupuk 2,5 g/tanaman dengan emaskulasi saat bunga jantan muncul, D5 = Dosis pupuk 5 g/tanaman dengan emaskulasi saat bunga jantan muncul, D6 = Dosis pupuk 7,5 g/tanaman dengan emaskulasi saat bunga jantan muncul, D7 = Dosis pupuk 2,5 g/tanaman dengan emaskulasi saat bunga jantan mekar, D8 = Dosis pupuk 5 g/tanaman dengan emaskulasi saat bunga jantan mekar, D9 = Dosis pupuk 7,5 g/tanaman dengan emaskulasi saat bunga jantan mekar. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan, perhitungan, dan konsultasi. Data sekunder yang diperoleh dari pengumpulan buku maupun studi pustaka dan laporan akhir tertulis berupa jurnal-jurnal maupun laporan tertulis lainnya yang mendukung studi penelitian. Data dianalisis menggunakan Analisis Varians (ANOVA) yang dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan pada bulan Nopember 2013 sampai dengan Januari 2014 yang memasuki musim penghujan sehingga tidak dilakukan penyiraman. Pertanaman baby corn tumbuh sehat dan seragam. Selama pertumbuhan baby corn, terdapat serangan organisme pengganggu tanaman yang meliputi hama ulat daun dan gulma. Pengendalian hama ulat daun dilakukan secara fisik terhadap keberadaan ulat pada areal pertumbuhan baby corn, sedangkan pengendalian terhadap gulma rutin dilakukan 1 kali dalam seminggu selama proses penelitian di lapang sampai umur tanaman 5 minggu setelah tanam. Pada umur 5 MST tanaman sudah melewati periode kritis sesuai laporan Sugiarti dan Sumaryati (2007) bahwa periode kritis tanaman baby corn berada pada kisaran 30-34 hari, sehingga tidak perlu dilakukan penyiangan terhadap gulma yang 53
tumbuh di sekitar tanaman setelah melewati peride kritis tersebut. Pemanenan tongkol baby corn ini tidak dilakukan secara serentak, karena munculnya tongkol dan keluarnya rambut tidak sama. Penyebabnya karena adanya perbedaan gen yang mengatur karakterkarakter tersebut sehingga munculnya tongkol tidak bersamaan. Gen-gen yang beragam dari masing-masing varietas divisualisasikan dalam karakter-karakter yang beragam. Sesuai yang dikemukakan Yatim (1991), bahwa setiap gen itu memiliki pekerjaan sendirisendiri untuk menumbuhkan dan mengatur berbagai jenis karakter dalam tubuh tanaman. Setiap jenis tanaman menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang beragam sebagai akibat dari pengaruh genetik dan lingkungan. Pengaruh genetik merupakan pengaruh keturunan yang dimiliki oleh setiap galur sedangkan pengaruh lingkungan adalah
pengaruh yang ditimbulkan oleh habitat dan kondisi lingkungan. Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo, tanah yang digunakan sebagai percobaan sebelum diberi perlakuan diperoleh hasil yaitu C.organik 1,77 % (sedang), N.total 0,03% (sangat rendah), P.Olsen mg Kg-1 103,27 (rendah) dan K 0,59 % (sedang) . 1. Tinggi Tanaman Berdasarkan análisis ragam terhadap tinggi tanaman, menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk organik padat “Mashitam” dan perlakuan emaskulasi menunjukkan pengaruh yang nyata pada semua umur pengamatan, kecuali pada umur 2 minggu setelah tanam (MST). Rata-rata dari masing-masing perlakuan terhadap tinggi tanaman ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman Akibat Perlakuan Emaskulasi dan Pemberian Pupuk Organik Padat “Mashitam” Pada Berbagai Umur Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Perlakuan 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST D1 45.57 113.41 a 165.85 a 254.32 a D2 45.59 123.10 b 192.49 b 264.35 b D3 41.63 114.86 a 176.90 a 258.30 ab D4 42.33 114.72 a 169.73 a 258.36 ab D5 44.59 122.27 b 193.67 b 288.94 c D6 44.15 113.40 a 172.44 a 252.33 ab D7 46.44 115.61 a 176.19 a 257.16 ab D8 43.33 123.05 b 194.79 b 261.42 ab D9 43.85 114.50 a 174.05 a 258.25 ab ω0.05 = ω0.05 = BNJ 5 % ω0.05 = 7.31 12.92 20.94 Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNJ 5 %. - MST : Minggu setelah tanam. - ω0.05 : Uji BNJ 5 % Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa pada umur 2 minggu setelah tanam perlakuan pupuk organik “ Mashitam” dan emaskulasi tidak berpengaruh nyata pada rata-rata tinggi tanaman. Umur 4 dan 6 minggu setelah tanam perlakuan masing-masing emaskulasi dan pemberian pupuk “Mashitam” sebesar 5 gram/tanaman (D2) berbeda nyata terhadap
perlakuan lainnya. Umur 8 minggu setelah tanam perlakuan emaskulasi saat bunga jantan muncul dan pemberian pupuk organik “Mashitam” sebesar 5 gram/tanaman (D5) memberikan hasil yang terbaik dibandingkan perlakuan lainnya dengan nilai 285,31 cm.
54
menunjukkan pengaruh yang nyata pada 2. Diameter Batang Berdasarkan análisis ragam terhadap semua umur pengamatan, kecuali pada umur diameter batang, menunjukkan bahwa 2 minggu setelah tanam (MST). Rata-rata dari perlakuan dosis pupuk organik padat masing-masing perlakuan terhadap tinggi “Mashitam” dan perlakuan emaskulasi tanaman ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 4.2 Rata-Rata Diameter Batang Akibat Perlakuan Emaskulasi dan Pemberian Pupuk Organik Padat “Mashitam” Pada Berbagai Umur Pengamatan Diameter Batang (cm) Perlakuan 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST D1 0.52 1.44 a 2.72 a 3.23 a D2 0.57 1.83 b 3.08 b 3.43 a D3 0.51 1.47 a 2.77 a 3.27 ab D4 0.51 1.44 a 2.75 a 3.26 ab D5 0.50 1.79 b 3.19 b 3.74 c D6 0.49 1.51 a 2.75 a 3.30 ab D7 0.49 1.51 a 2.74 a 3.24 ab D8 0.56 1.92 b 3.09 b 3.33 ab D9 0.50 1.5 a 2.77 a 3.19 b BNJ 5 % ω0.05 = 0.35 ω0.05 = 0.30 ω0.05 = 0.20 Keterangan : - Angka yang diikuti dengan huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNJ 5 %. - MST : Minggu setelah tanam. - ω0.05 : Uji BNJ 5 % Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa nyata terhadap perlakuan lainnya. Umur 8 pada umur 2 minggu setelah tanam perlakuan minggu setelah tanam perlakuan emaskulasi pupuk organik “ Mashitam” dan emaskulasi saat bunga jantan muncul dan pemberian tidak berpengaruh nyata pada rata-rata pupuk organik “Mashitam” sebesar 5 diameter. Umur 4 dan 6 minggu setelah gram/tanaman (D5) memberikan hasil yang tanam perlakuan masing-masing emaskulasi terbaik dibandingkan perlakuan lainnya dan pemberian pupuk “Mashitam” sebesar 5 dengan nilai 3.74 cm. gram/tanaman (D2, D5, dan D8) berbeda 3. Luas Daun Tabel 3 Rata-Rata Luas Daun Akibat Perlakuan Emaskulasi dan Pemberian Pupuk Organik Padat “Mashitam” Pada Berbagai Umur Pengamatan Perlakuan D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 BNJ 5 %
Luas Daun (cm2) 2 MST 47.02 46.07 46.59 43.57 48.75 46.06 45.82 44.28 47.10 -
4 MST 314.80 a 352.62 ab 314.09 a 313.79 a 347.17 b 314.74 a 312.6 a 346.39 b 314.18 a ω0.05 = 28.80
6 MST 724.02 a 794.04 b 737.29 a 735.20 a 792.31 b 744.15 a 736.95 a 800.11 b 743.07 a ω0.05 = 47.29
8 MST 1312.55 a 1316.47 a 1310.64 ab 1314.00 ab 1329.04 c 1317.86 a 1312.07 ab 1318.84 b 1306.13 a ω0.05 = 9.52
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNJ 5 %. 55
Berdasarkan análisis ragam terhadap luas daun, menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk organik padat “Mashitam” dan perlakuan emaskulasi menunjukkan pengaruh yang nyata pada semua umur pengamatan, kecuali pada umur 2 minggu setelah tanaman (Tabel.3) Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa pada umur 2 minggu setelah tanam perlakuan pupuk organik “ Mashitam” dan emaskulasi tidak berpengaruh nyata pada rata-rata luas daun. Umur 4 dan 6 minggu setelah tanam perlakuan masing-masing emaskulasi dan pemberian pupuk “Mashitam” sebesar 5 gram/tanaman (D2, D5, dan D8) berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Umur 8 minggu setelah tanam perlakuan emaskulasi saat bunga jantan muncul dan pemberian pupuk organik “Mashitam” sebesar 5 gram/tanaman (D5) memberikan hasil yang terbaik dibandingkan perlakuan lainnya dengan nilai 1329.04 cm2. 3. Jumlah Tongkol Pertanaman Hasil analisis ragam, menunjukkan perlakuan emaskulasi dan pemberian pupuk organik padat tidak berpengaruh nyata pada rata-rata jumlah tongkol pertanaman (Tabel 4).
Tabel
4.
Rata-Rata Jumlah Tongkol Pertanaman Akibat Perlakuan Emaskulasi dan Pemberian Pupuk Organik Padat “Mashitam” Jumlah Tongkol Perlakuan Pertanaman D1 2.57 D2 3.10 D3 2.80 D4 2.67 D5 2.67 D6 2.77 D7 3.00 D8 2.67 D9 2.67
4. Diameter dan Panjang Tongkol Hasil análisis ragam (lampiran 6 dan 7), menunjukkan bahwa perlakuan emaskulasi dan pemberian pupuk organik padat “ Mashitam” memberikan pengaruh yang nyata, pada rata-rata diameter dan panjang tongkol (Tabel 4).
Tabel 5. Rata-Rata Diameter dan Panjang Tongkol Akibat Perlakuan Emaskulasi dan Pemberian Pupuk Organik Padat “Mashitam” Perlakuan Diameter Tongkol (cm) Panjang tongkol(cm) D1 1.15 a 9.40 a D2 1.19 b 9.70 b D3 1.15 ab 9.46 ab D4 1.18 ab 9.76 b D5 1.26 c 10.12 c D6 1.18 ab 9.78 ab D7 1.14 a 9.41 b D8 1.21 b 9.76 ab D9 1.14 b 9.42 b BNJ 5 % ω0.05 = 0.03 ω0.05 = 0.32 Keterangan : - Angka yang diikuti dengan huruf sama pada kolom yang sama pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNJ 5 %. - MST : Minggu setelah tanam. - ω0.05 : Uji BNJ 5 % Hasil pengukuran diameter dan panjang tongkol menunjukkan bahwa perlakuan emaskulasi saat bunga jantan muncul dan pemberian pupuk organik padat
“mashitam” sebesar 5 gram/tanaman memberikan pengaruh yang nyata tertinggi pada rata-rata diameter dan panjang tongkol masing-masing yaitu 1,26 dan 10,12 cm. 56
6. Bobot Tongkol Kotor dan Bersih Hasil análisis ragam (lampiran 8 dan 9) menunjukkan perlakuan emaskulasi dan pemberian pupuk organik padat “mashitam”
memberikan pengaruh yang nyata pada ratarata diameter dan panjang tongkol (Tabel 6).
Tabel 6. Rata-Rata Bobot Tongkol Kotor dan Bersih Pertanaman Akibat Perlakuan Emaskulasi dan Pemberian Pupuk Organik Padat “Mashitam” Perlakuan Bobot Tongkol Kotor (g) Bobot Tongkol Bersih (g) D1 88.91 a 13.46 a D2 99.29 b 14.57 a D3 88.44 a 13.49 a D4 97.15 b 14.59 a D5 108.74 c 16.03 b D6 97.73 b 14.60 a D7 89.93 a 13.43 a D8 100.14 b 14.59 a D9 89.41 a 13.45 a BNJ 5 % ω0.05 = 7.81 ω0.05 = 1.16 Keterangan : - Angka yang diikuti dengan huruf sama pada kolom yang sama pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNJ 5 %. - MST : Minggu setelah tanam. - ω0.05 : Uji BNJ 5 % Hasil pengukuran bobot tongkol kotor dan bobot tongkol bersih menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik padat “mashitam” dan perlakuan emaskulasi memberikan pengaruh yang nyata tertinggi pada rata-rata bobot tongkol kotor dan bobot tongkol bersih masing-masing yaitu 108,74 gram dan 16.03 gram. B. Pembahasan 1) Tinggi Tanaman Pemberian pupuk organik padat “Mashitam” dan saat emaskulasi tidak berpengaruh nyata pada rata-rata tinggi tanaman umur 2 minggu setelah tanam. Umur 4 dan 6 minggu setelah tanam perlakuan kombinasi masing-masing emaskulasi dan pupuk organik “Mashitam” sebesar 5 gram/tanaman tidak berbeda nyata. Pada umur 4 dan 6 minggu setelah tanam perlakuan emaskulasi belum dilakukan sehingga yang tampak pengaruhnya adalah dari pemberian pupuk organik. Masing-masing pemberian pupuk organik “Mashitam” dengan dosis 5 gram/ tanaman memberikan hasil yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan dosis lainnya. Umur 8 minggu setelah tanam perlakuan emaskulasi saat bunga jantan
muncul (D5) memberikan hasil yang tertinggi dari perlakuan lainnya. Pupuk organik padat “Mashitam” mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya serta meningkatkan kandungan bahan organik di dalam tanah. Anoymous (2007b), menjelaskan bahwa keunggulan pupuk organik yaitu memperbaiki dan menjaga struktur tanah tetap gembur, sehingga pertumbuhan akar tanaman menjadi lebih baik, meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air, meningkatkan aktivitas kehidupan biologi tanah serta meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah. Pupuk organik padat “Mashitam” berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, hal ini karena pupuk organik padat “Mashitam” mengandung unsur hara nitrogen. Kandungan unsur N dalam tanah tempat percobaan sebelum perlakuan tergolong rendah yaitu 0,03 % (Lampiran 11), sehingga dengan pemberian pupuk organik padat “Mashitam” yang memiliki kandungan 14 % mampu memenuhi kebutuhan hara tanaman baby corn ini. Saragih (2013) menyatakan
57
bahwa N secara nyata mempengaruhi peningkatan tinggi tanaman. 2) Diameter Batang Pemberian pupuk organik padat “Mashitam” dan saat emaskulasi tidak berpengaruh nyata pada rata-rata diameter batang 2 minggu setelah tanam. Umur 4 dan 6 minggu setelah tanam perlakuan kombinasi masing-masing emaskulasi dan pupuk organik “Mashitam” sebesar 5 gram/tanaman tidak berbeda nyata. Pada umur 4 dan 6 minggu setelah tanam perlakuan emaskulasi belum dilakukan sehingga yang tampak pengaruhnya adalah dari pemberian pupuk organik. Masing-masing pemberian pupuk organik “Mashitam” dengan dosis 5 gram/ tanaman memberikan hasil yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan dosis lainnya. Umur 8 minggu setelah tanam perlakuan emaskulasi saat bunga jantan muncul (D5) memberikan hasil yang tertinggi dari perlakuan lainnya. Pupuk organik padat “Mashitam” berpengaruh yang nyata terhadap parameter diameter batang, karena pupuk organik padat “Mashitam” mengandung unsur hara nitrogen. Ayu (2003) menyatakan bahwa unsur Nitrogen memberikan pengaruh yang nyata pada umur 6 dan 8 MST pada pertumbuhan batang tanaman baby corn. Efendi dan Suwardi (2010) melaporkan bahwa pemupukan dengan menggunakan pupuk yang mengandung unsur nitrogen menyebabkan pertumbuhan diameter batang meningkat secara kuadratik. 3) Luas Daun Pemberian pupuk organik padat “Mashitam” dan saat emaskulasi tidak berpengaruh nyata pada rata-rata luas daun umur 2 minggu setelah tanam. Umur 4 dan 6 minggu setelah tanam perlakuan kombinasi masing-masing emaskulasi dan pupuk organik “Mashitam” sebesar 5 gram/tanaman tidak berbeda nyata. Pada umur 4 dan 6 minggu setelah tanam perlakuan emaskulasi belum dilakukan sehingga yang tampak pengaruhnya adalah dari pemberian pupuk organik. Masing-masing pemberian pupuk organik “Mashitam” dengan dosis 5 gram/ tanaman memberikan hasil yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan dosis lainnya. Umur 8 minggu setelah tanam perlakuan
emaskulasi saat bunga jantan muncul (D5) memberikan hasil yang tertinggi dari perlakuan lainnya. Pupuk organik padat “Mashitam” berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun, karena mengandung unsur hara fosfor. Rata-rata luas daun tertinggi pada perlakuan pemberian dosis pupuk organik padat “ Mashitam” (D) dihasilkan oleh perlakuan D2 (5 g/tanaman) pada semua umur pengamatan (Tabel 4.3). Unsur hara fosfor yang merupakan pembentuk karbohidrat meningkat di dalam tanah karena pupuk organik padat menyebabkan bahan organik yang tidak tersedia, menjadi melapuk dan terurai yang kemudian menjadi hara yang tersedia bagi tanaman. Bahan organik ini terurai oleh bantuan mikroorganisme yang disebabkan oleh pupuk organik padat “Mashitam” seperti bakteri dan jamur. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa luas daun dipengaruhi oleh pembagian karbohidrat ke bagian daun dan efisiensi pembentukan luas daun persatuan karbohidrat yang tersedia. Pembagian karbohidrat ini dianggap sebagai fenomena investasi modal tanaman kebagian yang produktif. 4) Jumlah Tongkol Pertanaman Pemberian pupuk organik padat “Mashitam” dan saat emaskulasi tidak berpengaruh terhadap jumlah tongkol pertanaman (Tabel 4). Penyebabnya adalah sifat genetis tanaman jagung itu sendiri. Sifat genetis tanaman biasanya merupakan sifat bawaan yang diturunkan oleh induknya dan setiap kultivar tanaman memiliki kemampuan sendiri untuk menggambarkan sifat genetiknya seperti jumlah tongkol yang dihasilkan (Crowder,1997). 5) Diameter dan Panjang Tongkol Pemberian pupuk organik padat “Mashitam” dan saat emaskulasi menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap parameter diameter dan panjang tongkol. Emaskulasi pada saat malai bunga jantan baru muncul dan pemberian pupuk organi padat “Mashitam” sebesar 5 gram/tanaman (D5) memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Membuang malai bunga jantan yang belum sempat mekar atau baru muncul pada tanaman jagung sayur menyebabkan tidak terjadinya 58
proses penyerbukan yang tidak dikehendaki pada tanaman jagung yang dipanen sebagai sayur. Menurut Tohari dan Soedharoedjian (1996), membatasi metabolisme malai bunga jantan sebelum antesis, pertumbuhan tongkol dapat ditingkatkan dan memperbaiki perkembangan tongkol. Sejalan dengan Palungkun dan Budiarti (2001) yang menyatakan bahwa emaskulasi pada saat bunga jantan belum mekar menyebabkan penyerbukan tidak terjadi sehingga energi yang akan dipakai untuk mekarnya bunga jantan dan penyerbukan dialihkan untuk memperbanyak pembentukan tongkol baru dan memperbesar tongkol yang dihasilkan. Pupuk organik padat “Mashitam” menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap parameter diameter tongkol. Marsono dan Sigit (2001), mengatakan bahwa fosfor berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, sebagai bahan dasar protein (ATP dan ADP), membantu asimilasi dan respirasi, mempercepat proses pembungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah. Kekurangan unsur fosfor akan menyebabkan ukuran tongkol menjadi kecil dan bentuknya tidak normal. Menurut Hanafiah (2009), unsur fosfor sebagai komponen beberapa enzim dan protein, ATP , RNA dan DNA dan fitin yang cukup pada periode awal pertumbuhan akan berpengaruh terhadap fase primordial dan pembentukan bagian reproduktif tanaman. Unsur fosfor ini menentukan awal fase pematangan terutama untuk serelia, sehingg jika suplai unsure ini terbatas, tidak saja akan menyebabkan pertumbuhan yang terhambat tetapi juga kualitas, kuantitas dan waktu panen. Pupuk organik padat “Mashitam” menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap parameter panjang tongkol, hal ini karena pupuk organik padat “Mashitam“ mengandung unsur hara kalium. Menurut Hanafiah (2009) kalium merupakan unsur hara makro kedua setelah N yang paling banyak diserap oleh tanaman terutama pada tanaman jagung. Unsur kalium juga berperan dalam proses metabolisme karbohidrat seperti pada pembentukan pemecahan dan translokasi pati. Unsur Kalium ini juga berperan dalam
pengaturan mekanisme (bersifat katalisator) seperti fotosintesis dan sintesis protein. 6) Bobot Tongkol Kotor dan Bersih. Pemberian pupuk organik padat “Mashitam” dan saat emaskulasi menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap parameter bobot tongkol dan bersih. Emaskulasi pada saat malai bunga jantan baru muncul dan pemberian pupuk organik padat “Mashitam” sebesar 5 gram/tanaman (D5) memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dimungkinkan membuang malai bunga jantan yang belum sempat mekar atau baru muncul pada tanaman jagung terjadi alokasi fotosintat dari pembentukan pollen ke arah pembentukan tongkol, sehingga bobot tongkol yang dihasilkan lebih baik. Sesuai dengan laporan dari Agustina (1992) yang menyatakan bahwa perlakuan emaskulasi saat bunga jantan belum mekar memberikan hasil bobot tongkol kotor (BTK) dan bobot tongkol bersih (BTB) yang lebih baik dibandingkan perlakuan emaskulasi lainnya. Bobot tongkol kotor dan bobot tongkol bersih sangat bergantung pada diameter dan panjang tongkol. Semakin panjang dan semakin besar diameter tongkol akan menghasilkan tongkol yang semakin bobot. Panjangnya tongkol dan besarnya diameter ditentukan oleh ketersediaan unsur hara dalam tanah. Rosmarkam dan Widya (2002) menyatakan bahwa pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman yang digunakan untuk mengubah sifat fisik kimia atau biologi tanah sehingga lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, diketahui bahwa efektifitas pemberian pupuk organik padat terhadap tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, diameter dan panjang tongkol serta bobot kotor tongkol dan bobot tongkol bersih mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya dosis pupuk organik padat “Mashitam” yang diberikan yaitu sampai pada batas tertentu (5g/tanaman). Lewat dari batas dosis tersebut, semua parameter yang diamati mengalami penurunan. Hal ini dimungkinkan karena pemberian pupuk organik padat dengan dosis yang semakin tinggi mengakibatkan 59
penimbunan unsur hara yang berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan produksi suatu tanaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Gardner dkk. (1991) yang menyatakan bahwa jika komponen produksi meningkat, maka pada suatu saat peningkatannya akan menurun dimana dengan penambahan dosis melebihi maksimum tidak memaksimalkan hasil produksi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan - Kombinasi perlakuan pupuk organik dengan saat emaskulasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan yaitu tinggi tanaman, diameter batang dan luas daun. - Kombinasi perlakuan pupuk organik dengan saat emaskulasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap parameter produksi yaitu panjang dan diameter tongkol, bobot tongkol kotor dan bobot tongkol bersih.
- Kombinasi perlakuan terbaik diperoleh pada pemberian pupuk dosis 5 g/tanaman dan perlakuan emaskulasi pada saat bunga jantan baru muncul (D5). Saran - Untuk mendapatkan produksi jagung sayur yang tinggi disarankan menggunakan dosis pupuk organik “Mashitam” 5 gram/tanaman dan melakukan pembuangan bunga jantan saat baru muncul. - Penelitian lebih lanjut tentang pemupukan dan emaskulasi pada tanaman jagung sayur di tempat dan jenis tanah yang berbeda perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai budidaya jagung sayur. - Perlu dilakukan pengukuran berat segar dan berat kering total tanaman untuk mengetahui efek perlakuan terhadap pertumbuhan dan produksi jagung sayur. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2007. Statistik Pertanian : Hortikultura. Jakarta
60