1
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG BABY CORN (Zea Mays L) TERHADAP PEMBERIAN BOKASHI KOTORAN AYAM DAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) NASA . Silvira Lizaro Siregar1, Lanna Reni Gustianty2, Sri Susanti Ningsih,3
ABSTRAK
Penelitian dilaksanakan di Jalan Durian Kelurahan Kisaran Naga Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara, dengan topografi datar dan tinggi tempat ± 15 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan September hingga Oktober 2014. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah pemberian pupuk bokashi kotoran ayam dengan 4 taraf yaitu : A0 = 0 kg/plot, A1 = 3 kg/pot, A2 = 6 kg/plot dan A3 = 9 kg/plot. Faktor kedua adalah pupuk organik cair Nasa dengan 3 taraf yaitu C0 = 0 ml/plot, C1 = 1,5 ml/plot, dan C2 = 3,0 ml/plot. Hasil penelitian bahwa pemberian bokashi kotoran ayam menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang umur 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam, berat janten berkelobot per tanaman dan produksi janten berkelobot per plot, perlakuan terbaik pada perlakuan A3 7,89 kg/plot pada parameter produksi per plot. Pemberian pupuk organik cair Nasa menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang umur 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam serta berpengaruh nyata terhadap berat janten berkelobot per tanaman dan produksi janten tanaman berkelobot per plot, perlakuan terbaik pada perlakuan C2 dengan konsentrasi 3 ml/plot pada parameter produksi per plot sebesar 7,26 kg. Interaksi pemberian bokashi kotoran ayam dan pupuk organik cair Nasa terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung baby corn menunjukan pengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati Kata Kunci :Bokashi Kotoran Ayam,,POC Nasa, Baby Corn (Zea mays L) 1. Mahasiswa Jurusan / Program Study Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Asahan. 2/3. Staf Pengajar Jurusan / Program Study Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Asahan.
GROWTH RESPONSE AND BABY CORN CORN (ZEA MAYS L) AGAINST GRANTING BOKASHI CHICKEN MANURE AND ORGANIC LIQUID FERTILIZER (POC) NASA Silvira Lizaro Siregar1, Lanna Reni Gustianty 2, Sri Susanti Ningsih,3
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
2
ABSTRACT The experiment was conducted in Jalan Durian Village Dragon Range Range City District East District shavings North Sumatra, with flat topography and high places ± 15 m asl. The experiment was conducted in September and October 2014 This study is based on a Randomized Block Design (RAK) factorial with 2 factors and 3 replications. The first factor is the provision of bokashi fertilizer chicken manure with 4 levels, namely : A0 = 0 kg/plot, A1 = 3 kg/pot, A2 = 6 kg/plot and A3 = 9 kg/plot. The second factor is a liquid organic fertilizer Nasa with 3 levels ie C0 = 0 ml/plot, C1 = 1.5 ml/plot, and C2 = 3.0 ml/plot The results of the study that administration of Bokashi chicken manure showed significant effect on plant height and stem diameter ages 2, 4 and 6 weeks after planting, berkelobot Janten weight per plant and production Janten berkelobot per plot, the best treatment in the treatment A3 7.89 kg/plot on production parameters per plot. Nasa liquid organic fertilizer showed no apparent effect on plant height and stem diameter ages 2, 4 and 6 weeks after planting and significantly affect berkelobot Janten weight per plant and production Janten berkelobot plants per plot, the best treatment in the treatment C2 with a concentration of 3 ml/plot on production parameters per plot of 7.26 kg. Interaction granting Bokashi chicken manure and liquid organic fertilizer Nasa on the growth and yield of corn baby corn showed no apparent effect on all parameters observed Keyword : . Against Granting Bokashi Chicken Manure, Organic Liquid Fertilizer (POC) Nasa and Baby Corn Corn (Zea mays L), 1. University Student / Study program Of Agricultural, Agricultural Faculty – The University Asahan. 2/3. Staff Student / Study Program of Of Agricultural, Agricultural Faculty – The University Asahan.
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas hortikultura, terutama sayuran memegang peranan penting dalam meningkatkan gizi masyarakat. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan gizi masyarakat, kebutuhan akan sayuran terus meningkat dan jenis sayuran pun semakin bervariasi. Gizi yang banyak terkandung dalam sayuran yaitu vitamin, mineral dan karbohidrat (Duryanto, 2001). Beberapa jenis tanaman sayur dapat dipanen lebih awal yang dikenal dengan sebutan semi. Usaha untuk mendapatkan hasil sayuran dalam waktu yang cepat, namun mempunyai kandungan gizi yang tinggi dapat dilakukan dengan memanen tanaman sayuran lebih awal. Salah satu jenis sayuran yang dapat dipanen lebih awal dan bernilai gizi tinggi adalah jagung sayur atau lebih dikenal dengan sebutan baby corn. Berbeda dengan jenis jagung pada umumnya yang sering digunakan sebagai bahan pangan pokok atau sebagai bahan tepung, baby corn khusus digunakan sebagai sayuran (Effendi, S. 2004). Baby corn adalah nama lain dari tongkol jagung yang dipanen pada waktu masih sangat muda yang khusus digunakan sebagai sayuran (Wijaya, 2001). Baby corn ini merupakan tongkol muda tanaman jagung yang belum sempurna pertumbuhannya, tetapi telah memiliki kandungan gizi yang tinggi, karena sebagai calon buah jagung, baby corn telah mengandung hampir semua zat-zat yang terdapat pada jagung (Goenawan, 2000). Baby corn dikenal masyarakat Indonesia dalam berbagai masakan sehari hari, baik sebagai masakan sederhana sampai campuran masakan-masakan mewah di restoran dan hotel-hotel berbintang (Anonim, 2003). Menurut The Philippines Agriculturist dalam Hanim, 2001, kandungan gizi baby corn dalam 100 g terdapat 89,10 g air; 0,20 g lemak; 1,90 g protein; 8,20 g karbohidrat; 0,60 g abu; 28 mg kalsium; 86 mg fosfor; 0,10 mg besi; 64,00 IU vitamin A; 0,05 mg thiamin; 0,08 mg riboflavin; 11,00 g asam askorbat, dan 0,3 mg niasin. Baby corn, selain rasanya yang lezat dan kandungan protein yang cukup tinggi, juga diduga dapat berfungsi sebagai obat untuk mengatasi tekanan darah tinggi, menyebabkan permintaan sayuran ini terus
meningkat khususnya dipasaran Internasional. Karena itu negara-negara maju, terutama yang masyarakatnya sangat menghargai kesehatan, baby corn menjadi makanan kegemaran (Palungkun dan Budiarti, 2001). Permintaan baby corn olahan pada tahun 1994 sebesar 4.150 ton meningkat menjadi 6.200 ton pada tahun 1995 untuk pasar Internasional Amerika, Jerman, Perancis, Jepang, Singapura, Australia, Inggris, Afrika dan Belanda. Akan tetapi permintaan ini belum mampu dipenuhi oleh perusahaan eksportir di Indonesia. Hal ini terutama disebabkan oleh keterbatasan produksi bahan baku sesuai standar mutu dan rutinitas pengirimannya (Rukmana, 2007). Permintaan baby corn akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya penduduk dunia dan usaha-usaha yang bergerak dalam bidang olahan pangan, bukan saja di luar negeri namun juga di negara Indonesia sendiri. Tidak menutup kemungkinan bahwa baby corn akan menjadi sayuran yang sangat digemari dan menjadi menu favorit pada saat diberrlakukannya era pasar bebas tahun 2003 yang lalu. Untuk itu peningkatan produksi dan mutu baby corn perlu mendapat perhatian khusus. Upaya peningkatan produksi baby corn dapat dicapai melalui intensifikasi dan perbaikan teknik budidaya antara lain dengan melakukan pembuangan bunga jantan atau emaskulasi dan penambahan unsur hara ke dalam tanah melalui pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu teknik budidaya yang mutlak dilakukan untuk mendapatkan hasil yang berlipat ganda atau hasil yang seoptimal mungkin dan turut memperbaiki mutu hasil sesuai yang diinginkan oleh konsumen. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk akan meningkatkan hasil jika menggunakan jenis, dosis, cara dan waktu yang tepat. Karena umur panen tanaman jagung yang dipanen sebagai baby corn relatif lebih cepat dibandingkan jagung biasa, sehingga unsur hara yang dibutuhkan juga lebih sedikit (Rinsema, 2000). Limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai bahan organik antara lain limbah dari berbagai jenis kotoran ternak. Pemanfaatan bahan organik adalah salah satu teknik penerapan budidaya pertanian organik. Dalam penelitian ini bahan organik yang akan digunakan adalah kotoran ternak berupa pupuk
1 Agroekoteknologi Universitas Asahan Mahasiswa
2
kandang (pukan) ayam yang telah dikomposkan berupa bokashi. Hartatik dan Widowati (2006) mendefinisikan pupuk kandang sebagai semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Aplikasi bahan organik akan memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas menahan air (Riley dkk., 2008), dan meningkatkan kehidupan biologi tanah (Riley dkk., 2008; Dinesh dkk., 2010). Lebih jauh Balai Penelitian Tanah (2005) menyatakan bahwa bahan organik berperan penting dalam meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologis tanah. Pupuk organik cair (POC) NASA adalah salah satu jenis pupuk daun mengandung unsur hara makro, mikro, vitamin, mineral, asam-asam organik, hormon pertumbuhan dan tidak bersifat keracunan terhadap bakteri rhizobium dalam tanah. Formula POC NASA mengandung unsur N 0,12%, P2O5 0,03%, K 0,31%, Ca 60,4 ppm, Mn 2,46 ppm, Fe 12,89 ppm, Cu 0,03 ppm, mineral, vitamin, asam organik, dan zat perangsang tumbuh Auksin, Giberilin, dan Sitokinin (Anonimous, 2005). Berdasarkan uraian di atas penulis melakukan penelitian yang berjudul “Respon Pertumbuhan dan Produksi Jagung Baby Corn (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Bokashi Kotoran Ayam dan Pupu Organik Cair (POC) NASA. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi jagung baby corn serta interaksinya terhadap pemberian Bokashi Kotoran Ayam dan Pupuk Organik Cair (POC) NASA. Hipotesis 1. Pemberian bokashi kotoran ayam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jagung baby corn. 2. Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) NASA berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jagung baby corn. 3. Ada interaksi pemberian bokashi kotoran ayam dan pupuk organik cair (POC) NASA terhadap pertumbuhan dan produksi jagung baby corn.
Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan untuk melakukan penelitian dalam pendukung penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk mengikuti ujian Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Asahan. 2. Sebagai bahan informasi bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya bagi para petani yang membudidayakan jagung baby corn. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Jalan Durian Kelurahan Kisaran Naga Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara, dengan topografi datar dan tinggi tempat ± 15 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan September hingga Oktober 2014. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain jagung Bisi 2 Varietas Unggul Nasional, pupuk bokashi kotoran ayam, pupuk organik cair (POC) NASA, Pestona (bahan aktif Azadiracthin) untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman jagung secara pestisida organik dan air. Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain parang babat, untuk membersihkan areal dari rerumputan. Cangkul dan garu digunakan untuk mengolah tanah. Meteran, tali rafia patok kayu digunakan untuk pembuatan plot penelitian. Timbangan digunakan untuk menimbang, pupuk, gembor, handsprayer, alat tulis dan kalkulator. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 4 taraf perlakuan untuk faktor pertama dan 3 taraf perlakuan untuk faktor kedua, yaitu Faktor pertama adalah pemberian pupuk bokashi kotoran ayam (kadar air 25%) (A) terdiri dari 4 (empat) taraf yaitu : A0 = 0 kg/plot A1 = 3 kg/plot A2 = 6 kg/plot A3 = 9 kg/plot Sedangkan faktor kedua adalah pemberian pupuk organik cair (POC) (C) terdiri dari 3 (tiga) taraf yaitu : C0 = 0 ml/plot C1 = 1,5 ml/plot C2 = 3,0 ml/plot
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
3
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tinggi tanaman (cm) Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian bokashi kotoran ayam menunjukkan berpengaruh sangat nyata pada umur 2, 4 dan 6 MST. Perlakuan pemberian pupuk organik cair Nasa menunjukkan berpengaruh tidak nyata pada umur 2, 4 dan 6 MST. Interaksi pemberian bokashi kotoran ayam dan pupuk organik cair Nasa menunjukkan berpengaruh tidak nyata pada semua umur amatan. Hasil uji beda rataan pengaruh pemberian bokashi kotoran ayam dan pemberian pupuk organik cair Nasa terhadap tinggi tanaman jagung baby corn umur 6 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Hasil Uji Beda Rataan Pengaruh Pemberian Bokashi Kotoran Ayam dan Pupuk Organik Cair Nasa Terhadap Tinggi Tanaman Jagung Baby Corn Umur 6 MST (cm). A/C
C0
C1
C2
Rataan
A0
183,33 a
195,00 a
183,33 a
187,22 b
A1
234,00 a
225,00 a
241,67 a
233,56 ab
A2
231,67 a
231,67 a
245,00 a
236,11 ab
A3
232,00 a
232,33 a
247,67 a
237,33 a
Rataan
220,25 a
221,00 a
229,42 a
KK= 4,55%
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji BNJ .
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pemberian bokashi kotoran ayam dengan perlakuan 9 kg/plot (A3) memiliki tinggi tanaman tertinggi yaitu 237,33 cm, berbeda tidak nyata dengan perlakuan 6 kg/plot (A2) 236,11 cm, dan perlakuan 3 kg/plot (A1) 233,56 cm, tetapi berpengaruh nyata dengan perlakuan 0 kg/plot (A0) 187,22 cm, sedangkan
perlakuan A1 dan A0 menunjukkan saling berbeda nyata. Perlakuan pemberian pupuk organik cair Nasa dengan perlakuan 3,0 ml/plot (C2) memiliki tinggi tanaman tertinggi yaitu 229,42 cm, berbeda tidak nyata dengan perlakuan 1,5 ml/plot (C1) 221,00 cm dan perlakuan 0 ml/plot (C0) 220,25 cm, sedangkan perlakuan C1 dan C0 menunjukkan saling berbeda tidak nyata. Interaksi pemberian bokashi kotoran ayam dan pupuk organik cair Nasa menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata. Pengaruh pemberian bokashi kotoran ayam terhadap tinggi tanaman jagung baby corn umur 6 MST, dapat dilihat pada kurva respon Gambar 1 di bawah ini. 250.00 Tinggi Tanaman (cm)
Parameter tanaman yang diamati dalam penelitian adalah tinggi tanaman (cm), diameter batang (mm), berat janten berkelobot per tanaman (g) dan produksi janten tanaman berkelobot per plot (kg).
Ŷ = 200,623 + 5,096 A r = 0,81
230.00
210.00
190.00
170.00 0
3 6 9 Dosis Pupuk Bokashi Kotoran Ayam (kg/plot)
Gambar 1. Kurva Respon Pemberian Pupuk Bokashi Kotoran Ayam Terhadap Tinggi Tanaman Jagung Baby Corn Umur 6 MST. Analisis regresi pengaruh pemberian pupuk bokashi kotoran ayam terhadap tinggi tanaman jagung baby corn diperoleh kurva regresi linier positif dengan persamaan Ŷ = 200,623 + 5,096 A dengan r = 0,81 seperti dapat dilihat pada Gambar 1 di atas. Diameter batang (mm) Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian bokashi kotoran ayam menunjukkan berpengaruh sangat nyata pada umur 2, 4 dan 6 MST. Perlakuan pemberian pupuk organik cair Nasa menunjukkan berpengaruh tidak nyata pada umur 2, 4 dan 6 MST. Interaksi pemberian bokashi kotoran ayam dan pupuk organik cair Nasa menunjukkan berpengaruh tidak nyata pada semua umur amatan.
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
4
Tabel 2. Hasil Uji Beda Rataan Pengaruh Pemberian Bokashi Kotoran Ayam dan Pupuk Organik Cair Nasa Terhadap Diameter Batang Jagung Baby Corn Umur 6 MST (mm). A/C
C0
C1
C2
Rataan
A0
22,33 a
24,33 a
24,33 a
23,67 b
A1
24,00 a
25,00 a
24,67 a
24,56 ab
A2
26,33 a
25,33 a
25,00 a
25,56 ab
A3
24,33 a
25,67 a
26,00 a
25,33 a
Rataan
24,25 a
25,08 a
25,00 a
KK = 4,09 %
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji BNJ.
Dari Tabel 2 dilihat bahwa pemberian Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian bokashi kotoran ayam dengan perlakuan 6 kg/plot (A2) memiliki diameter batang terbesar yaitu 25,56 mm, berbeda tidak nyata dengan perlakuan 9 kg/plot (A3) 25,33 cm, dan perlakuan 3 kg/plot (A1) 24,56 mm, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan 0 kg/plot (A0) 23,67 mm, sedangkan perlakuan A1 dan A0 menunjukkan saling berbeda nyata. Perlakuan pemberian pupuk organik cair Nassa dengan perlakuan 1,5 ml/plot (C1) memiliki diameter batang terbesar yaitu 25,08 mm, berbeda tidak nyata dengan perlakuan 3,0 ml/plot (C2) 25,00 mm dan perlakuan 0 ml/plot (C0) 24,25 mm, sedangkan perlakuan C1 dan C0 menunjukkan saling berbeda tidak nyata. Interaksi pemberian bokashi kotoran ayam dan pupuk organik cair Nassa menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata. Pengaruh pemberian bokashi kotoran ayam terhadap diameter batang jagung baby corn umur 6 minggu setelah tanam, dapat dilihat pada kurva respon Gambar 2 di bawah ini.
26.00 Diameter Batang (mm)
Hasil uji beda rataan pengaruh pemberian bokashi kotoran ayam dan pupuk organik cair Nasa terhadap diameter batang jagung baby corn umur 6 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
25.50
Ŷ = 23,883 + 0,199 A r = 0,90
25.00 24.50 24.00 23.50 23.00 0 3 6 Dosis Pupuk Bokashi Kotoran Ayam (kg/plot)
9
Gambar 2. Kurva Respon Pemberian Pupuk Bokashi Kotoran Ayam Terhadap Diameter Batang Jagung Baby Corn Umur 6 Minggu Setelah Tanam. Analisis regresi pengaruh pemberian pupuk bokashi kotoran ayam terhadap diameter batang jagung baby corn diperoleh kurva regresi linier positif dengan persamaan Ŷ = 23,883 + 0,199 A dengan r = 0,90 seperti dapat dilihat pada Gambar 2 di atas. Berat Janten Berkelobot per Tanaman (g) Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian bokashi kotoran ayam menunjukkan berpengaruh sangat nyata. Perlakuan pemberian pupuk organik cair Nassa menunjukkan berpengaruh nyata pada parameter amatan. Interaksi pemberian bokashi kotoran ayam dan pupuk organik cair Nassa menunjukkan berpengaruh tidak nyata. Hasil uji beda rataan pengaruh pemberian bokashi kotoran ayam dan pupuk organik cair Nassa terhadap berat janten berkelobot per tanaman jagung baby corn dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
A/C
C0
C1
C2
Rataan
A0
333,33 a
346,67 a
373,33 a
351,11 b
A1
363,33 a
373,33 a
436,67 a
391,11 b
A2
456,67 a
433,33 a
440,00 a
443,33 ab
A3
476,67 a
443,33 a
540,00 a
486,67 a
447,50 a
KK = 11,22 %
Rataan
407,50 b
399,17 b
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji BNT.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian bokashi kotoran ayam dengan perlakuan 9 kg/plot (A3) memiliki berat janten berkelobot per tanaman terberat yaitu 486,67 g, berbeda tidak nyata dengan perlakuan 6 kg/plot (A2) 443,33 g, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan 3 kg/plot (A1) 391,11 g, dan perlakuan 0 kg/plot (A0) 351,11 g, sedangkan perlakuan A1 dan A0 menunjukkan saling berbeda tidak nyata. Perlakuan pemberian pupuk organik cair Nassa dengan perlakuan 3,0 ml/plot (C2) memiliki berat janten berkelobot per tanaman terberat yaitu 447,50 g, berbeda nyata dengan perlakuan 1,5 ml/plot (C1) 399,17 g dan perlakuan 0 ml/plot (C0) 407,50 g, sedangkan perlakuan C1 dan C0 menunjukkan saling berbeda tidak nyata. Interaksi pemberian bokashi kotoran ayam dan pupuk organik cair Nassa menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata. Pengaruh pemberian bokashi kotoran ayam terhadap berat janten berkelobot per tanaman jagung baby corn, dapat dilihat pada kurva respon Gambar 3 di bawah ini
500.00 Ŷ = 349,220 + 15,297 A r = 0,99 450.00
400.00
350.00
300.00 0
3
6
9
Dosis Pupuk Bokashi Kotoran Ayam (kg/plot)
Gambar 3. Kurva Respon Pemberian Pupuk Bokashi Kotoran Ayam Terhadap Berat Janten Berkelobot per Tanaman Pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap berat janten berkelobot per tanaman jagung baby corn, dapat dilihat pada kurva respon Gambar 4 di bawah ini 450.00 Berat Janten Berkelobot per Tanaman (g)
Tabel 3. Hasil Uji Beda Rataan Pengaruh Pemberian Bokashi Kotoran Ayam dan Pupuk Organik Cair Nassa Terhadap Berat Janten Berkelobot per Tanaman Jagung Baby Corn (g)
Berat Janten Berkelobot per Tanaman (g)
5
Ŷ = 398,057 + 13,333 C r = 0,77
437.50 425.00 412.50 400.00 387.50 375.00 0.0
1.5 3.0 Dosis Pupuk Organik Cair Nassa (ml/plot)
Gambar 4. Kurva Respon Pemberian Pupuk Organik Cair Nassa Terhadap Berat Janten Berkelobot per Tanaman Produksi janten berkelobot per plot (kg). Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian bokashi kotoran ayam menunjukkan berpengaruh sangat nyata. Perlakuan pemberian pupuk organik cair Nassa menunjukkan berpengaruh nyata pada parameter amatan. Interaksi pemberian bokashi kotoran ayam dan pupuk organik cair Nassa menunjukkan berpengaruh tidak nyata.
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
6
A/C
C0
C1
C2
Rataan
A0
5,43 a
5,65 a
6,07 a
5,72 b
A1
5,91 a
6,07 a
7,09 a
6,36 b
A2
7,41 a
7,03 a
7,14 a
7,19 ab
A3
7,73 a
7,19 a
8,74 a
7,89 a
Rataan
6,62 b
6,49 b
7,26 a
KK = 11,06 %
Berat Janten Berkelobot per Plot (kg)
Hasil uji beda rataan pengaruh pemberian bokashi kotoran ayam dan pupuk organik cair Nassa terhadap berat janten berkelobot per plot jagung baby corn dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini Tabel 4. Hasil Uji Beda Rataan Pengaruh Pemberian Bokashi Kotoran Ayam dan Pupuk Organik Cair Nassa Terhadap Berat Janten Berkelobot per Plot Jagung Baby Corn (kg).
8.00 Ŷ = 5,689 + 0,245 A r = 0,99
7.50 7.00 6.50 6.00 5.50 5.00 0
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji BNT.
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian bokashi kotoran ayam dengan perlakuan 9 kg/plot (A3) memiliki berat janten berkelobot per plot terberat yaitu 7,89 kg, berbeda tidak nyata dengan perlakuan 6 kg/plot (A2) 7,19 kg, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan 3 kg/plot (A1) 6,36 kg, dan perlakuan 0 kg/plot (A0) 5,72 kg, sedangkan perlakuan A1 dan A0 menunjukkan saling berbeda tidak nyata. Perlakuan pemberian pupuk organik cair Nassa dengan perlakuan 3,0 ml/plot (C2) memiliki berat janten berkelobot per plot terberat yaitu 7,26 kg, berbeda nyata dengan perlakuan 1,5 ml/plot (C1) 6,49 kg dan perlakuan 0 ml/plot (C0) 6,62 kg, sedangkan perlakuan C1 dan C0 menunjukkan saling berbeda tidak nyata. Interaksi pemberian bokashi kotoran ayam dan pupuk organik cair Nassa menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata. Pengaruh pemberian bokashi kotoran ayam terhadap berat janten berkelobot per plot jagung baby corn, dapat dilihat pada kurva respon Gambar 5 di bawah ini
6
9
Dosis Pupuk Bokashi Kotoran Ayam (kg/plot)
Gambar 5. Kurva Respon Pemberian Pupuk Bokashi Kotoran Ayam Terhadap Berat Janten Berkelobot per Plot .
Pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap berat janten berkelobot per plot jagung baby corn, dapat dilihat pada kurva respon Gambar 6 di bawah ini 7.50
Berat Janten Berkelobot per Plot (kg)
Ket :
3
Ŷ = 6,470 + 0,213 C r = 0,77
7.25 7.00 6.75 6.50 6.25 6.00
0.0
1.5
Dosis Pupuk Organik Cair Nassa (ml/plot)
3.0
Gambar 6. Kurva Respon Pemberian Pupuk Organik Cair Nassa Terhadap Berat Janten Berkelobot per Plot. Adanya pengaruh nyata terhadap parameter yang diamati, di duga bahwa unsur hara yang dibutuhkan tanaman jagung baby corn sudah dapat tercukupi dalam proses pertumbuhan maupun produksi tanaman, pemberian bokashi kotoran ayam pada perlakuan A3 hanya memberikan perlakuan terbaik pada parameter tinggi tanaman, perlakuan A2 terbaik pada parameter diameter batang, berat janten per tanamam, dan berat janten per plot.
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
7
Adanya perlakuan terbaik terhadap parameter tinggi tanaman dan diameter batang jagung baby corn, hal ini diduga karena bokashi kotoran ayam selain mempunyai unsur hara yang cukup dan lengkap seperti unsur makro dan mikro, bokashi kotoran ayam juga memperbaiki struktur tanah, menambah kandungan hara, bahan organik tanah, meningkatkan kapasitas menahan air dan meningkatkan kapasitas tukar kation yang menyebabkan pertumbuhan akar menjadi lebih baik yang akhirnya dapat membantu tanaman jagung baby corn dalam pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutedjo dan Kartasapoetra (2007) yang menyatakan bahwa bokashi kotoran ayam dianggap sebagai pupuk lengkap karena selain menimbulkan tersedianya unsur hara bagi tanaman juga mengembangkan kehidupan mikroorganisme didalam tanah sehingga dapat memperbaiki struktur agregat tanah. Tanaman jagung baby corn akan mampu tumbuh dengan baik karena unsur unsur yang dibutuhkannya tersedia, sebagaimana diketahui bahwa pertumbuhan tanaman merupakan bagian dari pembelahan sel dan perpanjangan sel. Pemberian bokashi kotoran ayam memberikan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman dan diameter batang. Hal ini berhubungan dengan pembelahan, pembesaran, dan difrensiasi sel yang meyebabkan penambahan volume. Dengan aktifnya tanaman melakukan kegiatan tersebut akibat dari keadaan fisik tanah yang baik dari pemberian bokashi kotoran ayam yang menyebabkan produksi yang tinggi. Pendapat ini didukung oleh Hakim, dkk (2006) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dapat diukur dengan istilah panjang dan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, dan lain lain yang merupakan proses dari pembelahan, pembesaran dan pembentukan jaringan baru tanaman. Pengaruh terbaik terhadap parameter berat janten berkelobot per tanaman dan produksi janten tanaman berkelobot per plot. Hal ini diduga karena tingkat pertumbuhan yang terus meningkat dengan adanya pemberian bokashi kotoran ayam dengan dosis yang besar sehingga mencukupi kebutuhan kandungan unsur hara untuk tanaman, semakin meningkatnya pemberian dosis pupuk kandang ayam maka pertumbuhan tanamannya semakin baik pula sehingga meningkatkan produksi tanaman jagung baby corn. Dimana dengan
pemberian bokashi kotoran ayam, akan meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung baby corn dan proses fisiologis dalam jaringan tanaman pun akan berjalan dengan baik, sehingga hasil fotosintesis ditranslokasikan kedalam tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nyakpa, dkk (2000) yang menyatakan bahwa untuk membentuk jaringan tanaman dibutuhkan unsur hara, dengan adanya unsur hara yang seimbang akan menambah berat tanaman. Adanya pengaruh berbeda nyata terhadap seluruh parameter amatan juga disebabkan hara yang dibutuhkan tanaman jagung baby corn sudah dapat tercukupi pada perlakuan bokashi kotoran ayam 6 kg/plot. Selain itu pemberian bokashi kotoram ayam pada perlakuan 6 kg/plot memberikan hasil yang baik terhadap produksi berat janten berkelobot per tanaman dan produksi janten tanaman berkelobot per plot bila dibandingkan dengan dengan perlakuan 0 kg/plot. Pendapat ini didukung oleh Buckman and Brady (1974) yang menyatakan pupuk kandang yang dilapuk baik lebih disukai daripada bahan segar. Karena pupuk kandang yang telah melapuk mengandung bahan organik tinggi, dan pengaruh nitrogen serta jasad renik. Oleh karena itu pemberian bokashi kotoran ayam lebih baik dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk bokashi kotoran ayam, sebab perlakuan tanpa pemberian bokashi kotoram ayam, unsur hara hanya disuplai dari dalam tanah. Selain itu pemberian bokashi kotoran ayam dapat membuat daya ikat air oleh tanah menjadi lebih baik, Sehingga proses penyerapan unsur hara dan fotosintesis berjalan dengan baik. Pemberian bokashi kotoran ayam ke dalam tanah menjadi lebih baik, karena dapat mencukupi ketersediaan unsur hara di dalam tanah, sehingga kebutuhan unsur hara untuk tanaman dapat terpenuhi pada fase pertumbuhan tanaman. Pemberian bokashi kotoran ayam pada perlakuan dengan dosis 6 kg/plot, memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan 0 kg/plot. Hal ini karena bokashi kotoran ayam pada perlakuan tersebut dapat mencukupi kebutuhan tanaman dalam memproduksi hasil tanaman. Bokashi kotoran ayam dapat menyumbang mikroorganisme pende komposer ke dalam tanah, sehingga proses dekomposisi bahan organik di dalam tanah menjadi lebih baik dan dapat
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
8
menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman pada pembentukan produksi Adanya pengaruh berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang diduga disebabkan karena pemberian pupuk organik cair Nasa diberikan pada saat umur 15 dan 30 hari setelah tanam, sehingga unsur hara yang terdapat pada pupuk Nasa belum dapat terserap oleh tanaman, dimana pada umur 2 MST pemberian pupuk organik cair Nasa baru diberikan ½ dari unsur hara yang ditetapkan sehingga kecukupan unsur hara yang dibutuhkan tanaman belum tercukupi, pada umur 4 MST dosis yang diberikan sudah sesuai dengan dosis yang telah ditentukan tetapi pemberian dosis bersamaan dengan pengamatan paramater pada umur 4 MST, sehingga hara yang diberikan belum dapat direspon pada umur 4 MST, sedangkan pada umur 6 MST dosis pupuk organik cair Nasa sudah diberikan sesuai dosis yang ditentukan, tetapi juga belum menunjukkan hasil yang maksimal dikarenakan hara yang diberikan kepada tanaman belum mengalami proses dekomposisi yang sempurna. Hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 3 dan 4 menunjukkan bahwa dengan pemberian konsentrasi pupuk organik Nasa menghasilkan berat janten berkelobot per tanaman dan produksi janten tanaman berkelobot per plot yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk POC Nasa. Hal ini disebabkan dengan pemberian pupuk organik cair Nasa dapat meningkatkan ketersediaan dan serapan unsur hara terutama unsur hara N yang sangat diperlukan tanaman, sehingga tanaman dapat memacu pertumbuhan vegetatifnya. Seperti dikemukakan oleh Marsono dan Sigit (2001) bahwa unsur hara N diperlukan untuk pembentukan klorofil yang diperlukan dalam proses fotosintesis dan memacu pertumbuhan vegetatif tanaman. Sedangkan ada pengaruh nyata terhadap berat janten berkelobot per tanaman dan produksi janten tanaman berkelobot per plot diduga disebabkan kebutuhan hara yang diberikan sudah tercukupi untuk perkembangan tanaman secara keseluruhan, dimana pemberian aplikasi pupuk yang merata sehinga produksi yang dihasilkan juga merata. Pada parameter amatan, dimana perlakuan terbaik dengan menggunakan pupuk organik cair Nasa dengan dosis 3,0 ml/plot (C2) menunjukkan produksi per plot terberat
sebesar 7,26 kg bila dibanding dengan tanpa pemberian pupuk organik cair Nasa. Adanya pengaruh nyata terhadap parameter berat janten berkelobot per tanaman dan produksi janten tanaman berkelobot per plot diduga disebabkan karena kandungan hara yang dalam pupuk organik cair Nasa berpengaruh terhadap proses metabolisme tanaman sehingga pertumbuhan generatif menunjukkan hasil yang tanaman cukup optimal. Dwijoseputro (2001) menjelaskan bahwa suatu tanaman akan tumbuh dengan suburnya, apabila segala hara yang dibutuhkan tanaman cukup tersedia, dan lagi pula hara itu ada dalam bentuk yang sesuai untuk diserap tanaman. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian POC dengan konsentrasi 3,0 ml l-1 air (n3) dan 4,0 ml l-1 air (n4) sudah tidak efektif dan efisien lagi, bahkan menurunkan hasil tanaman sawi. Hal ini disebabkan karena konsentrasi POC yang diberikan sudah melebihi dari konsentrasi yang dihendaki tanaman sawi. Sesuai dengan pendapat Anonim (1989) bahwa pemupukan melalui daun dapat mengalami kegagalan apabila konsentrasi larutan pupuk yang diberikan tidak sesuai, sehingga akan mengakibatkan efektivitas pupuk menjadi berkurang. Tidak adanya pengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati tersebut, hal ini menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian bokashi kotoran ayam dan pupuk organik cair Nasa belum mampu mempengaruhi pola aktivitas fisiologi tanaman secara interval, walaupun diantara perlakuan yang diuji telah mampu mendukung pertumbuhan tanaman secara fisiologi. Kemungkinan lain yang menyebabkan tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap seluruh parameter yang diamati diduga interaksi kedua perlakuan kurang saling mendukung satu sama lainnya, sehingga efeknya akar tanaman tidak respon dan ini sesuai dengan pendapat Nurhayati, dkk (2001), yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman yang baik dapat tercapai bila faktor yang mempengaruhi pertumbuhan berimbang dan menguntungkan. Dalam hal lain mungkin faktor luar dari tanaman itu sendiri kurang mendukung aktivitas dari kedua perlakuan, sebab kombinasi dari kedua perlakuan tertentu tidak selamanya akan memberikan pengaruh yang
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
9
baik pada tanaman. Ada kalanya kombinasi akan mendorong pertumbuhan, menghambat pertumbuhan atau sama sekali tidak memberikan respon terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Lingga (2000), menyatakan bahwa untuk responnya pupuk yang diberikan sangat ditentukan oleh berbagai faktor antara lain sifat genetis dari tanaman, iklim, tanah, dimana faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri melainkan faktor yang satu berkaitan dengan faktor yang lainnya. Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (2007), menyatakan bahwa bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya terhadap faktor lain, maka faktor lain tersebut akan tertutup dan masing – masing faktor mempunyai sifat atau cara kerjanya yang berbeda akan menghasilkan hubungan yang tidak berbeda nyata untuk mendukung suatu pertumbuhan tanaman. Hal ini juga disebabkan karena tanah memberikan pengaruh bagi kelangsungan pertumbuhan tanaman. Pengaruh tersebut antara lain temperatur tanah, kelembapan tanah, kesarangan tanah, permeabilitas, tersedianya unsur hara, kegiatan hidup jasad renik dan banyak sifat tanah lainnya
Pada perlakuan pemberian bokashi kotoran ayam dan pupuk organik cair Nasa terhadap tanaman jagung baby corn, peneliti menyarankan melakukan penelitian lanjutan dengan pemberian bokashi kotoran ayam dan pupuk organik cair Nasa pada lokasi penelitian dan pH tanah yang berbeda sehingga diperolehnya dosis maksimum dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung baby corn
. KESIMPULAN DAN SARAN
_______, 2005. POC NASA. PT. Natural Nusantara. Indonesia
Kesimpulan 1. Pemberian bokashi kotoran ayam menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang umur 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam, berat janten berkelobot per tanaman dan produksi janten berkelobot per plot, perlakuan terbaik pada perlakuan A3 7,89 kg/plot pada parameter produksi per plot. 2. Pemberian pupuk organik cair Nasa menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang umur 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam serta berpengaruh nyata terhadap berat janten berkelobot per tanaman dan produksi janten tanaman berkelobot per plot, perlakuan terbaik pada perlakuan C2 dengan konsentrasi 3 ml/plot pada parameter produksi per plot sebesar 7,26 kg
3. Interaksi pemberian bokashi kotoran ayam dan pupuk organik cair Nasa terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung baby corn menunjukan pengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati..
Saran
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2003. Gema Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. _______. 1989. Pupuk Swadaya, Jakarta.
Daun.
Penebar
Balai Penelitian Tanah. 2005. Analisis Kimia Tanah,Tanaman, Air dan Pupuk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. Buckman, H.O. dan Brady, N.O., 1974. Ilmu Tanah (Terjemahan Sugiman). Bharata Karya Aksara.Jakarta Duryatmo, S. 2001. Bisnis Si Anak Jagung Permintaan Tinggi, Pasokan Mini. Trubus XXXII No.382. Dwidjoseputro. 2001. Pengantar fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Effendi, S. 2004. Bercocok Tanam Jagung. CV. Yasaguna, Jakarta.
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan
10
Goenawan, W., 2000. Pengaruh Populasi Tanaman dan Pembungaan Bunga Jantan (Detassel) Terhadap Produksi Jagung Semai (Baby Corn) Pada Jagung Manis (Zea mays saccharata). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Jurnal Agrisistem. Vol 2 No. 1.ISSN 1858-4330. Wijaya, I., 2001. Peluang Pasar Produk Olahan Baby Corn PT. NAI di Pasar Internasional. Makalah seminar yang diajukan pada seminar Budidaya baby Corn. Trubus – PT. NAI (Bogor, 26 Mei 2001)
Hakim, N. M, Y. Nyakpa, AM. Lubis., S. G. Nugroho., M. R. Saul., M. A. Diha., G. B. Hong., dan H. H. Bailey. 2006. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung. 396 hal. Hartatik, W., L.R. Widowati. 2006. Pupuk Kandang. hal 59- 82. Dalam R.D.M. Simanungkalit, D.A.Suriadikarta,R. Saraswati, D. Setyorini, W. Hartatik (Eds.). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Lingga, P., 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta Marsono dan Siigit. 2001. Penggunaan Pupuk. Swadaya, Jakarta
Petunjuk Penebar
Palungkun, R, dan A. Budianti, 2001. Sweet Corn Baby Corn, Peluang Bisnis, Pembudidayaan dan Penanganan Pasca Panen. Penebar Swadaya, Jakarta. Rukmana, R., 2007. Budidaya Baby Corn. Kanisius, Yogyajarta Rinsema, 2000. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bharata, Jakarta. Sutedjo, M.M dan A.G. Kartasapoetra. 2007. Pengantar Ilmu Tanah, Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Bina Aksara. Jakarta Wahab, A dan Dahlan, 2006. Efek Emaskulasi dan Pemberian Berbagai Pupuk Popro Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Baby Corn. Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Gowa.
Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Asahan