PENGARUH PENGGUNAAN MULSA JERAMI TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA DAN HASIL PADA DUA VARIETAS KEDELAI Delly Resiani dan Sunanjaya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali Jl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran,Denpasar Email :
[email protected]
ABSTRAK Produksi kedelai dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan. Salah satu penyebab rendahnya produksi adalah serangan hama tanaman. Penelitian dilaksanakan di Subak Teba, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, pada bulan Februari− Juni 2010. Rancangan yang digunakan adalah petak terbagi dengan varietas kedelai (Wilis dan varietas Lokal Klungkung) sebagai anak petak. Sebagai petak utama adalah komponen pengendalian (tanpa mulsa dan dengan mulsa), masing-masing diulang empat kali. Parameter yang diamati meliputi jenis dan populasi hama, serangan hama, tinggi tanaman, jumlah polong per rumpun, dan bobot biji kering. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara komponen pengendalian, sehingga masing-masing faktor secara mandiri berpengaruh terhadap serangan hama dan hasil kedelai. Varietas kedelai berpengaruh nyata (P<0,05) pada populasi dan serangan N.viridula, jumlah tanaman terserang A. phaseoli 10 HST, tinggi tanaman, dan jumlah polong per rumpun. Pengendalian hama (tanpa mulsa dan dengan mulsa) berpengaruh nyata (P<0,05) pada populasi dan serangan L. suturalis , serangan A. phaseoli 10 HST, tinggi tanaman, jumlah polong per rumpun dan bobot biji kering per hektar. Jenis hama yang menyerang tanaman kedelai pada kedua varietas di lokasi penelitian adalah A. phaseoli, L. suturalis, L. indicata, dan N. viridula. Postur tanaman dan jumlah polong per rumpun varietas Lokal Klungkung lebih tinggi dibanding varietas Wilis, masing-masing 9,65% dan 36,58% dan menekan populasi serta serangan N. viridula masing-masing 66,76% dan 64,95%. Tinggi tanaman maksimum, jumlah polong per rumpun, dan bobot kering biji per hektar pada perlakuan mulsa lebih tinggi masing-masing 22,81%, 17,33%, dan 23,97% dibanding tanpa mulsa. Jumlah tanaman terserang A. phaseoli pada umur 10 HST lebih rendah 34% dibanding tanpa mulsa. Berdasarkan hasil penelitian ini penggunaan varietas Lokal Klungkung atau pengendalian dengan mulsa dapat digunakan untuk menurunkan serangan hama dan meningkatkan hasil kedelai, khususnya di daerah-daerah yang mempunyai agroekologi seperti di Kabupaten Badung. Kata kunci: mulsa jerami, serangan hama kedelai, hasil
ABSTRACT The influence of rice-straw mulch on pest attack and yield of two soybean varieties. The soybean need increases continually along with the increase of the demand for food and feed industries. On the other hand, domestic production cannot fulfill the need. One of the problems to fulfill the demand is pest attack which causes yield loss. The use of mulch in combination with resistant varieties was one of the components of pest management. The experiment was conducted in Subak Teba, Kapal village, Mengwi district, Badung regency from February to June 2010. The experiment was arranged in split plot design with soybean varieties (Wilis and Local Klungkung) as the subplot, and mulch treatment (with and without) as the main plot, with four replicates. The parameters observed were species and population of pests, the pest attack, plant height, number of pods per plant, and dry seed weight per ha. The results
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012
175
showed that there was no interaction between the treatments, so that each of these factors independently affected pests and soybean crops. Soybean varieties significant affected (P <0.05) the population and the attack of N. viridula, the number of plants attacked by A. phaseoli at 10 days after planting (dap), the plant height, and the number of pods per plant. The mulch treatment (with and without mulch) significantly affected (P <0.05) the population and the attack of L. suturalis, A. phaseoli at 10 dap, the plant height, the number of pods per plant, and the dry seed weight per ha. Pests attacked on soybean crops on both varieties were the same species, A. phaseoli, L. suturalis. L. indicata, and N. Viridula. The plant height and the number of pods per plant on Local Klungkung variety were higher than those on Wilis variety, 9.65% and 36.58%, respectively. The N. viridula attack was 66.76% and 64.95%. The maximum plant height, the number of pods per plant, and the dry seed weight per ha of the mulch treatment were higher 22.81%, 17.33% and 23.97% than those of without mulch. The number of plant attacked by A. phaseoli at 10 dap on the mulch was 34% lower than that on without mulch. This study suggested that the use of local Klungkung variety or the use of mulch could be conducted to reduce pest attack on soybean and to increase the yield, especially in areas with the same agro-ecology with Badung regency. Key words: rice-straw mulch, soybean pests, yields
PENDAHULUAN Kedelai merupakan tanaman pangan utama ketiga setelah padi dan jagung yang mempunyai kegunaan yang luas, baik bagi manusia maupun ternak. Selain itu tanaman kedelai juga memberi pengaruh terhadap kesuburan tanah, sebagai penghasil bahan organik. Tanaman kedelai tumbuh dengan baik mulai dari dataran rendah hingga daerah dengan ketinggian tempat 1.500 m dpl dengan curah hujan minimum 250 mm per tahun, pH tanah 5,6–6,9 dengan jenis tanah Aluvial, Andosol, Latosol, dan Gromosol (Diah 2008). Kedelai kaya akan protein. Tiap 100 g biji kering kacang kedelai mengandung 35,0 mg protein, 18,0 mg lemak, 35,0 mg karbohidrat, 1,0 mg vitamin B1, dan 8,0 g air. Di Indonesia tanaman kedelai telah lama dikenal dan dibudidayakan (Anonimus 1983). Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan bahan industri pangan seperti tempe, tahu, kecap, susu kedelai, tauco dan snack. Kebutuhan kedelai pada tahun 2004 sudah mencapai 2,02 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri baru mencapai 0,71 juta ton sehingga kekurangannya dipenuhi dari impor. Sekitar 35% dari total kebutuhan dalam negeri dapat dipenuhi dari produksi, sisanya 65% masih mengandalkan pasokan dari impor (Diah 2008). Pada tahun 2003 terjadi penurunan produksi 0,53 juta ton dari luas panen 0,5 juta hektar (Anonimus 2005). Rata-rata hasil kedelai di Indonesia dewasa ini baru mencapai 1,20 t/ha (Rosady 2008), sedangkan di Bali 1,40 t/ha, padahal potensi produktivitas kedelai dapat mencapai 2,25 t/ha (Anonimus 2008). Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produksi kedelai adalah serangan organisme pengganggu tanaman. Kehilangan hasil akibat serangan hama dapat mencapai 80% bahkan puso apabila tidak ada tindakan pengendalian (Marwoto dkk. 2001). Organisme penggangu tanaman yang menyerang tanaman kedelai dapat ditemukan mulai dari tanaman muda hingga dalam penyimpanan di gudang. Tercatat 26 spesies serangga sebagai hama tanaman kedelai. Spesies-spesies tersebut meliputi 17 famili dari enam ordo (Soekarna dan Tengkano 1979). Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi gangguan hama. Salah satu komponen pengendalian hama adalah pemberian mulsa. Berdasarkan hal tersebut dilakukan pene176
Resiani dan Sunanjaya: Mulsa Jerami, Serangan Hama dan Hasil Varietas Kedelai
litian dengan tujuan untuk mengetahui penggunaan mulsa dan varietas tahan terhadap tingkat serangan dan hasil kedelai.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Subak Teba, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, pada bulan Februari−Juni 2010, ketinggian tempat ± 95 m dpl, jenis tanah Latosol dengan pH 6,5. Penelitian disusun dalam rancangan petak terbagi, sebagai anak petak adalah varietas kedelai (varietas Wilis dan varietas Lokal Klungkung). Petak utama adalah komponen pengendalian hama (tanpa mulsa dan dengan mulsa), masing-masing diulang empat kali. Petak percobaan, berukuran 2 m x 2 m, jarak antarpetak 50 cm dan antarulangan 100 cm. Benih ditanam secara tugal dengan kedalaman ± 5 cm, lima biji per lubang tanaman, dan dilakukan penjarangan hingga tinggal dua tanaman. Jumlah tanaman kedelai dalam satu petak adalah 50 rumpun atau 100 tanaman dengan jumlah sampel yang diamati 9 rumpun atau 18 tanaman. Sehari sebelum penanaman benih dilakukan pemupukan dengan pupuk dasar Urea dan Phonska sesuai paket rekomendasi, masing-masing 25 kg dan 100 kg/ha. Penyiangan awal dilakukan setelah benih mulai tumbuh, selanjutkan disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Pengairan tanaman dilakukan sejak saat tanam sampai polong berisi penuh dengan interval seminggu, pada sore/malam hari. Parameter yang diamati meliputi jenis dan populasi hama, serangan hama, tinggi tanaman, jumlah polong per rumpun, dan bobot biji kering. Untuk mengidentifikasi jenis hama yang menyerang tanaman di lapangan, pengamatan dilakukan berdasarkan ciri-ciri morfologi dan gejala serangan. Pengamatan populasi hama dilakukan dengan menghitung jumlah hama dari masing-masing spesies yang ditemukan pada tanaman sampel, stadium larva atau imago. Pengamatan serangan hama dilakukan sesuai dengan jenis hama. Apabila menyerang daun dihitung pada saat pengamatan populasi hama, sedangkan bila menyerang polong dilakukan pada saat panen dengan rumus : p 1. P = x 100%, N di mana P = persentase serangan p = jumlah tanaman atau polong yang terserang N = jumlah tanaman atau polong yang diamati (n x v) 2. P = x
100%, di mana NxZ P = persentase serangan n = jumlah daun yang diamati dari setiap kategori serangan v = nilai skala dari setiap kategori serangan N = jumlah daun yang diamati Z = nilai skala dari kategori serangan tertinggi.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012
177
Pengamatan dilakukan pada tanaman sampel pada umur 10, 30, 50, dan 70 HST. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada saat panen. Pengamatan jumlah polong per rumpun dilakukan setelah panen dengan menghitung polong, baik polong berisi maupun hampa. Bobot biji kering diketahui dengan mengkonversikan data bobot kering biji ubinan. Data dianalisis sesuai rancangan (Anova), apabila perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati, analisis dilanjutkan dengan uji beda nilai rata-rata BNT 5% (Gomez dan Gomez 1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis statistika menunjukkan tidak terdapat interaksi nyata (P≥0,05) antarperlakuan. Varietas kedelai berpengaruh nyata (P<0,05) pada populasi N. viridula , serangan N. viridula, jumlah tanaman terserang lalat bibit kacang A. phaseoli pada umur 10 HST, tinggi tanaman, dan jumlah polong per rumpun, sedangkan parameter lainnya tidak berpengaruh nyata (P≥0,05). Pemberian mulsa berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap populasi dan serangan L. suturalis, jumlah tanaman terserang lalat bibit A. phaseoli pada umur 10 HST, tinggi tanaman, jumlah polong per rumpun, dan bobot biji kering.
Jenis Hama Jenis hama yang ditemukan pada kedua varietas yang diuji adalah A. phaseoli, L. suturalis, L. indicata, dan N. viridula, dengan populasi yang berbeda (Tabel 2, 4, 6)
Populasi dan intensitas serangan hama Dari Tabel 1 terlihat jenis varietas maupun pemberian mulsa memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah tanaman terserang A. phaseoli pada umur 10 HST. Pada varietas Lokal Klungkung, jumlah tanaman terserang A. phaseoli pada umur 10 HST 29,7% lebih tinggi dibanding varietas Wilis. Pada perlakuan pemberian mulsa jumlah tanaman terserang A. phaseoli 34% lebih rendah dibanding tanpa mulsa. Tabel 1.
Pengaruh varietas dan pemberian mulsa terhadap jumlah tanaman terserang A. phaseoli pada umur 10 HST. Badung, Februari–Juni 2010.
Perlakuan Varietas Lokal Klungkung Wilis
Jumlah tanaman terserang A. phaseoli (%) 1,79 a 1,39 b
BNT 5% Komponen pengendalian Mulsa Tanpa mulsa
0,11 1,20 b 1,99 a
BNT 5%
0,110
Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%. Data dianalisis setelah ditransformasi ke dalam √x + 0,5.
Tingginya jumlah tanaman terserang A. phaseoli pada varietas Lokal Klungkung diduga disebabkan oleh kemunculan tanaman yang terlambat di atas tanah dibanding varietas Wilis. Kemunculan tanaman varietas Lokal Klungkung terjadi saat populasi hama sudah berkembang sehingga menjadi pusat sasaran hama.
178
Resiani dan Sunanjaya: Mulsa Jerami, Serangan Hama dan Hasil Varietas Kedelai
Jumlah tanaman terserang A. phaseoli pada perlakuan mulsa lebih rendah dibanding tanpa mulsa. Hal ini diduga mulsa jerami memberikan rangsangan bau, sehingga terjadi perubahan perilaku lalat kacang. Jerami yang menutupi tanaman kedelai kemungkinan menimbulkan bau yang kurang disukai oleh lalat bibit kacang A. phaseoli, di samping itu kemungkinan terjadi akibat gangguan fisik terhadap penglihatan imago untuk menemukan tanaman inangnya, sehingga tanaman kedelai terhindar dari serangan lalat bibit kacang. Ruhendi dan Litsinger (1982) dalam Marwoto et al. (2001) menyatakan bahwa tingkat serangan dan populasi serangga pemakan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh rangsangan bau yang ditimbulkan dari bahan yang dikandung tanaman inang. Tabel 2. Pengaruh varietas dan pemberian mulsa terhadap populasi L. Suturalis. Badung, Februari– Juni 2010. Perlakuan Varietas Lokal klungkung Wilis BNT 5% K.omponen pengendalian Mulsa Tanpa mulsa BNT 5%
Populasi hama/rumpun (ekor) 10 HST
30 HST
50 HST
70 HST
1.097 a 1.114 a
1.818 a 1.987 a
3.717 a 3.859 a
3.576 a 3.576 a
-
-
1.000 a 1.000 a
1.479 a 1.951 a
-
-
-
3.381 a 3.771 a
-
3.130 a 3.332 a
-
-
Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%. Data dianalisis setelah ditransformasi ke dalam √x + 0,5.
Tabel 3. Pengaruh varietas dan pemberian mulsa terhadap serangan L. suturalis. Badung, Februari– Juni 2010. Perlakuan Varietas Lokal Klungkung Wilis BNT 5% Komponen pengendalian Mulsa Tanpa mulsa BNT 5%
Serangan L. suturalis (%) 10 HST
30 HST
50 HST
16.32 a 15.80 a
21.10 a 22.30 a
27.99 a 28.78 a
-
-
16.62 a 15.47 a -
23.27 a 23.03 a -
70 HST 27.825 a 28.070 a
29.63 a 29.44 a
27.745 a 27.150 a
-
-
Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%. Data dianalisis setelah ditransformasi ke dalam √x + 0,5
Pada Tabel 2 dan 3 terlihat bahwa varietas dan pemberian mulsa tidak berpengaruh terhadap populasi dan serangan L. suturalis. Kejadian ini kemungkinan disebabkan karena kedua varietas memiliki ketahanan yang sama terhadap hama kumbang daun L. suturalis.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012
179
Tabel 4. Pengaruh varietas dan pemberian mulsa terhadap populasi L.indicata. Badung, Februari– Juni 2010. Perlakuan Varietas Lokal Klungkung Wilis BNT 5% Komponen pengendalian Mulsa Tanpa mulsa BNT 5%
30 HST
Populasi hama/rumpun (ekor) 50 HST
70 HST
1.274 a 1.050 a -
1.291 a 1.263 a -
1.313 a 1.423 a -
1.225 a 1.280 a -
1.440 a 1.338 a -
1.445 a 1.679 a -
Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%. Data dianalisis setelah ditransformasi ke dalam √x + 0,5.
Tabel 5. Pengaruh varietas dan pemberian mulsa terhadap serangan L.indicata. Badung, Februari– Juni 2010. Perlakuan 30 HST Varietas Lokal Klungkung Wilis BNT 5% Komponen pengendalian Mulsa Tanpa mulsa BNT 5%
Serangan L.indicata (%) 50 HST
70 HST
1.090 a 1.150 a -
1.240 a 1.320 a -
1.798 a 2.583 a -
1.140 a 1.250 a -
1.350 a 1.480 a -
2.490 a 1.890 a -
Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%. Data dianalisis setelah ditransformasi ke dalam √x + 0,5
Populasi ulat penggulung daun L. indicata baru muncul saat tanaman berumur 30 HST. Perlakuan pengendalian tidak berpengaruh nyata terhadap populasi dan serangan ulat penggulung daun L. indicata (Tabel 4 dan 5). Kejadian ini kemungkinan disebabkan karena kedua varietas tersebut memiliki kerentanan yang sama terhadap ulat penggulung daun L. indicata. Pada fase ini daun kedelai masih muda dan tipis sehingga mudah digulung. Pada Tabel 6 terlihat perlakuan varietas memberikan pengaruh nyata terhadap populasi dan serangan N. viridula pada waktu panen, sedangkan pemberian mulsa tidak berpengaruh nyata. Pada varietas Wilis populasi dan serangan N. viridula masing-masing 33,2%dan 35,1% lebih tinggi dibanding varietas Lokal Klungkung. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor genetis tanaman. Varietas Wilis memiliki ukuran polong lebih besar dari varietas Lokal Klungkung. Ukuran polong yang besar akan menghasilkan biji yang besar. Pada biji yang besar komposisi zat penyusun biji lebih tinggi, seperti kadar lemak lebih tinggi 18% dan kadar protein 37%, kemungkinan kadar zat penyusun biji ini lebih tinggi per polong dibanding varietas Lokal Klungkung (Anonimus 1983). Varietas Wilis juga termasuk varietas yang potensi hasilnya tinggi. Tengkano dan Soemartono (1985) menyatakan hama pengisap polong N. viridula lebih menyukai mengisap polong pada kedelai yang potensi hasilnya tinggi. Di samping itu serangan polong yang tinggi pada 180
Resiani dan Sunanjaya: Mulsa Jerami, Serangan Hama dan Hasil Varietas Kedelai
varietas Wilis disebabkan oleh umur mulai berbunga yang lebih cepat ± 39 hari, sehingga polong yang dihasilkan lebih awal maka peluang serangan pada varietas Wilis juga lebih awal (Anonimus 1983). Tabel 6.
Pengaruh varietas dan pemberian mulsa terhadap populasi dan serangan N. viridula pada waktu panen. Badung, Februari–Juni 2010.
Perlakuan
Populasi hama/ rumpun (ekor)
Varietas Lokal Klungkung Wilis BNT 5% Komponen pengendalian Mulsa Tanpa mulsa BNT 5%
Serangan N.viridula (%)
1.501 b 2.000 a 0.273
28.056 b 37.891 a 6.198
1.643 a 1.759 a -
29.579 a 26.369 a -
Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%. Data dianalisis setelah ditransformasi ke dalam √x + 0,5.
Komponen hasil kedelai Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah polong per rumpun, dan tidak nyata terhadap bobot kering biji. Varietas Lokal Klungkung memiliki postur tanaman dan jumlah polong per rumpun masing-masing 9,7% dan 36,6% lebih tinggi dibanding varietas Wilis (Tabel 7). Tabel 7.
Pengaruh varietas dan pemberian mulsa terhadap tinggi tanaman, jumlah polong per rumpun, dan bobot biji kering. Badung, Februari–Juni 2010.
Perlakuan
tinggi tanaman (cm)
jumlah polong/ rumpun
bobot biji kering (t/ha)
Lokal Klungkung
49 a
121.460 a
2,74 a
Wilis
45 b
88.927 b
2,32 a
BNT 5%
4,236
15,348
-
52 a
113,584 a
2,80 a
96,804 b 15,348
2,26 b
Varietas
Komponen pengendalian Mulsa Tanpa mulsa BNT 5%
42 b 4,236
4,405
Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor genetis dari varietas Lokal Klungkung yang memiliki jumlah polong yang lebih banyak dan postur tanaman yang lebih tinggi dibanding varietas Wilis. Hasil biji tidak berbeda nyata antar varietas. Perlakuan mulsa menyebabkan postur tanaman lebih tinggi, jumlah polong per rumpun lebih banyak, dan hasil biji lebih tinggi dibanding tanpa mulsa. Penggunaan mulsa meningkatkan ketersediaan unsur hara di tanah yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Sebagai pemelihara kelembaban tanah pada siang dan malam hari,
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012
181
mulsa juga berperan memelihara kandungan bahan organik tanah, dan mengendalikan gulma sehingga tidak terjadi persaingan antara gulma dan tanaman (Purwowidodo 1983).
KESIMPULAN Hama yang menyerang tanaman kedelai pada kedua varietas di lokasi penelitian adalah A. phaseoli , L. suturalis. L.indicata , dan N. Viridula. Komponen pengendalian dengan menggunakan varietas Lokal Klungkung meningkatkan jumlah polong per rumpun, lebih tinggi dibanding varietas Wilis dan menekan populasi serta serangan N. viridula masing-masing 66,8% dan 65%. Perlakuan mulsa meningkatkan tinggi tanaman, jumlah polong per rumpun, dan hasil biji masing-masing 22,8%, 17,3%, dan 24% lebih tinggi dibanding tanpa mulsa. Perlakuan mulsa menurunkan jumlah tanaman yang terserang A. phaseoli, 34% lebih rendah dibanding tanpa mulsa. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kami sampaikan kepada Petani, dan PPL Wilayah Pembinaan Subak Teba, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung atas bantuan dan kerjasamanya selama berlangsungnya kegiatan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anonimus, 1983. Gema Penyuluhan Pertanian. Proyek Penyuluhan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. Seri No. : 28/VI/83. hlm 7−12. ________, 1984. Beberapa Hama Padi Palawija dan Usaha Pengendaliannya. Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 165 hlm. ________, 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. ________, 2008 . Strategi dan Kebijakan Pengembangan Kedelai di Provinsi Bali. Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Dandi Soekarna dan Tengkano, W., 1979. Keanekaragaman dan Suksesi Hama Kedelai. Kongres Entomologi I, Jakarta 9-11 Jan 1979. 11 hlm. Diah, P.S.,2008. Kesesuaian Lahan Kedelai.Makalah Pelatihan Agribisnis Kedelai. Jawa Timur Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Gomez, K.A., Gomez, A.A. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Diterjemahkan oleh Syamsuddin, E., Baharsyah, J.S. Jakarta: Universitas Indonesia. 698 hlm. Rosady, S., 2008. Hasil-hasil Pengujian Budidaya Kedelai di Provinsi Bali. Dinas Pertanian Tanaman Pangan . Marwoto, Suharsono dan Bedjo, 2001. Pengendalian Hama Terpadu Pada Budidaya Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian.Buletin Palawija No.1: 15–23. Purwowidodo, 1983. Teknologi Mulsa. Penerbit Dewa Ruci Press, bekerja sama dengan Pemda DKI Jakarta. Cetakan pertama. 163 hlm. Tengkano W., Soemartono S., 1985. Bioekologi dan Pengendalian Pengisap Polong Kedelai (Nezara viridula L; Riftortus linearis F., dan Piezodorus rubrofascius). Prosiding Simposium Hama Palawija 3–4 Desember 1985. Perhimpunan Entomologi cabang Bandung. Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi. hlm 42–51.
182
Resiani dan Sunanjaya: Mulsa Jerami, Serangan Hama dan Hasil Varietas Kedelai