PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh: Nama : Ika Caya Putri NIM : 206082003988
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
i
PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Ika Caya Putri NIM: 206082003988
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Yessi Fitri., SE., Ak., M.Si NIP.19760924 200604 2 002
Dr. Amilin., SE., Ak., M.Si NIP.19730615 200501 1 009
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
ii
Hari ini Senin Tanggal 17 Mei Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Ika Caya Putri NIM: 206082003988 dengan judul Skripsi “PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 17 Mei 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Rahmawati, SE., MM Ketua
Yusro Rahma, SE., Msi Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji Ahli
iii
Hari ini Selasa Tanggal 15 Juni Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Ika Caya Putri NIM: 206082003988 dengan judul Skripsi “PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN DAN PENERAPAN
AUDIT
INTERNAL
TERHADAP
KEBIJAKAN
PEMBERIAN KREDIT”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 15 Juni 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si Penguji I
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji Ahli I
Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si Penguji II
Rini, SE., Ak., M.Si Penguji Ahli II
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Ika Caya Putri
2. Tempat & Tanggal Lahir
: Jakarta, 10 Maret 1988
3. Alamat
: Reni Jaya, Jl. Kenari XV Blok AE 12 No. 19 Pamulang Tangerang Selatan 15417
4. Telepon
: (021) 93660655/085691033687
II. PENDIDIKAN 1. SD Muhammadiyah 12 Pamulang
Tahun 1994-2000
2. SMP Muhammadiyah 22 Pamulang
Tahun 2000-2003
3. SMA Muhammadiyah 25 Pamulang
Tahun 2003-2006
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006-2010
III. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: M. Zuhri Padusung
2. Ibu
: Puji Rahayu
3. Alamat
: Reni Jaya, Jl. Kenari XV Blok AE 12 No. 19 Pamulang Tangerang Selatan 15417
4. Telepon
: (021) 7416304
v
EFFECT OF APPLICATION OF RISK MANAGEMENT BANKING AND IMPLEMENTATION OF INTERNAL AUDIT POLICY ON LENDING ABSTRACT
This study aims to examine the effect of banking risk management application and implementation of internal audit of credit policy. In this study, primary data in the form of dissemination of the questionnaire conducted in Tangerang and Jakarta to the respondent directors, managers and staff who work in the credit department of a banking enterprise. Determination of the samples was done using convenience sampling method. Questionnaire distributed amounted to 62 but again only 44 and that can be processed 44. Analyzing the data for hypothesis testing was done by multiple regression. The results of this study indicate that the application of risk management, internal audit implementation significantly influence the lending policies. Keywords: Risk management, internal audit, Policy Lending
vi
PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit internal terhadap kebijakan pemberian kredit. Pada penelitian ini digunakan data primer dalam bentuk penyebaran kuesioner yang dilakukan di Tangerang dan Jakarta dengan responden direktur, manajer dan staf bagian kredit yang bekerja pada perusahaan perbankan. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 62 tetapi kembali hanya 44 dan yang bisa diolah 44. Penganalisisan data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi berganda. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa penerapan manajemen risiko, penerapan audit internal berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pemberian kredit. Kata kunci: Manajemen Risiko, Audit internal, Kebijakan Pemberian Kredit.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Perbankan Dan Penerapan Audit Internal Terhadap Kebijakan Pemberian Kredit. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syaratsyarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Kedua orang tua yang penulis cintai dan hormati sepanjang hidup, yang dengan rasa cinta dan kasih sayangnya secara tulus telah mengurus, membesarkan, mendidik penulis hingga sekarang ini serta memberikan semangat dan doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. 3. Adinda, Oktaria Adekayanti, Nejakasih Yuriantri, Andhini Listiawati, dan kakanda,
Sirojul Munir, Fidyah Gita Dahlia, Ghalim Pati, Meutia Gama
Pertiwi, Dian Aji Pertiwi, serta saudara, Dara Amalia dan Ayu Zakia yang tak pernah henti memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. Mereka merupakan telaga inspirasi yang tak pernah kerontang. 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.
viii
7. Bapak Dr. Amilin SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini. 8. Tim penguji ujian komprehensif: Prof. Dr. Ahmad Rodoni, Rahmawati, SE., MM, Yusro Rahma, SE., M.Si. 9. Tim penguji ujian skripsi: Prof. Dr. Ahmad Rodoni, Dr. Amilin, SE.,Ak.,M.Si, Rini, SE.,Ak.,M.Si, Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si. 10. Ade Ridwan, yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Sahabat-sahabat tercinta, Dania Safitri, Intania Muliawan, Mutia Astarina, Westi Sulistia Azhar, Budi Sulistiawati, Anita Ari Handayani, Ardian Prima, Nurrina, Dwi Qory Astuti, Fitri Sartika, Anggi Permana, Ali Murtadlo, yang telah memberikan dukungannya kepada penulis. 12. Kawan-kawanku akuntansi dan manajemen, Indah Febrianti trimakasih ya atas motivasinya. Sri Hasanah, Rochmawati, Novarina Cinde, Ilham, Misbah, Iqbal, Neneng Musfida, Marlia Ulfa temen seperjuangan, Rika dan ayahanda trimakasi atas bantuannya, Ale dan kakanda, Zulfi, dan lain-lain. 13. Kak Edi, terimakasih ya sudah bersedia meluangkan waktunya untuk mengajarkan cara mengolah data serta motifasi yang telah diberikan, kak Tika terimakasih atas bantuannya. 14. Rekan-rekan Akuntansi dan manajemen angkatan 2006 yang telah memberikan dukungannya selama ini kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 15 Juni 2010
(Ika Caya Putri)
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………..…………..………………
i
Lembar Pengesahan Skripsi ……………….………….………………
ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ………….…….…………….
iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ………..……………….……………
iv
Daftar Riwayat Hidup …………………………………….………….
v
Abstract ……….…………………………………………….…….…...
vi
Abstrak ………………………………………………………….…..…
vii
Kata Pengantar ………………….……………………………………
viii
Daftar Isi ……….………………..……………………………………
x
Daftar Tabel …………………………………..………………………
xiii
Daftar Gambar …………………………………..……………………
xiv
Daftar Lampiran ……………………………………………………...
xv
BAB I
PENDAHULUAN ….…………………………………
1
A. Latar Belakang …………………………………….…
1
B. Perumusan Masalah ….………………………………
5
C. Tujuan Penelitian .……………………………………
5
D. Manfaat Penelitian …………………………………...
6
TINJAUAN PUSTAKA ……………………………….
7
BAB II
A. Tinjauan Literatur ………………………………….… 7 1. Penerapan Manajemen Perbankan ......................…
7
2. Penerapan Audit Internal…………………………..
19
3. Kebijakan Pemberian Kredit…………………….… 31 B. Keterkaitan Antara Variabel ………………………….
46
1. Penerapan Manajemen Risiko dengan Kebijakan Pemberian Kredit ......................................................
46
x
2. Penerapan Audit Internal dengan Kebijakan Pemberian Kredit ....................................................... 47
BAB III
C. Kerangka Pemikiran ….……………………………...
48
METODOLOGI PENELITIAN ………………….…..
49
A. Ruang Lingkup Penelitian ..………………………….
49
B. Metode Penentuan Sampel …………………………..
49
C. Metode Pengumpulan Data ……………………….….
50
1. Data Primer …… ………………………….………
50
2. Data Skunder …….. ………………………………
50
D. Metode Analisis Data ………..……………………….
51
1. Statistik Deskriptif …………………………………
51
2. Uji Kualitas Data …………………………………..
51
3. Uji Asumsi Klasik …………………………………
53
4. Uji Hipotesis ……………………………………….
56
E. Operasionalisasi Variabel …………………………….. 59 1. Variabel Independen ……………………………….. 59 a. Manajemen Risiko Perbankan ............................... 59 b. Audit Internal ......................................................... 60 2. Variabel Dependen ……..…………………………. 60 a. Kebijakan Pemberian Kredit ................................. 60
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ………………..... 65 A. Gambaran Umum Objek Penelitan ….……….............. 65 B. Penemuan dan Pembahasan ......................................... 67 1. Deskriptif Demografi Responden ………………… 67 2. Uji Kualitas Data…………………………………..
69
3. Uji Asumsi Klasik ………………………………… 74 4. Uji Hipotesis ……………………………………… 79
xi
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI …………………… 86 A. Kesimpulan ………………………………………….. 86 B. Implikasi …………………………………………….. 87
Daftar Pustaka …………………………………………………………… 88 Lampiran-Lampiran ……………………………………………………… 92
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel Metode Skala dan Pengukurannya ………………..
53
Tabel 3.2
Tabel Operasionalisasi Variabel ..……………………….. 62
Tabel 4.1
Total Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner ..……….
Tabel 4.2
Data Distribusi Sampel Penelitian ………………………. 66
Tabel 4.3
Jabatan Responden ………………………………………. 67
Tabel 4.4
Jenis Kelamin Responden ……………………………….. 67
Tabel 4.5
Pendidikan Responden …………………………………... 68
Tabel 4.6
Lama Berprofesi …………………………………………. 68
Tabel 4.7
Hasil Uji Reabilitas ………………………………………. 70
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Manajemen
66
Risiko Perbankan ………………………………………… 71 Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Manajemen Risiko Perbankan Setelah Butir Pertanyaan 8 dan 11 Dikeluarkan .......................................................................
72
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan audit. Internal ….. 73
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Variabel Kebijakan Pemberian Kredit …………………………………………………….. 73
Tabel 4.12
Hasil Uji Multikolinearitas ………………………………. 78
Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi ………………………..... 79
Tabel 4.14
Hasil Uji t ............................................................................ 81
Tabel 4.15
Hasil Uji F ………………………………………………... 84
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran ……………………………………... 47
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ………………………………………………... 74
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot ………………………………………...........… 61
xiv
Daftar Lampiran
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
Lampiran 2
Matriks Tabulasi Data
Lampiran 3
Hasil Uji Kualitas Data
Lampiran 4
Hasil Uji Asumsi Klasik
Lampiran 5
Hasil Uji Hipotesis
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami perkembangan pesat yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha perbankan sehingga meningkatkan kebutuhan praktek tata kelola bank yang sehat (good corporate governance) dan penerapan manajemen risiko. Penerapan manajemen risiko tersebut akan memberikan manfaat, baik kepada perbankan maupun otoritas pengawasan bank. Bagi perbankan, penerapan manajemen risiko dapat meningkatkan shareholder value, memberikan gambaran kepada pengelola bank mengenai kemungkinan kerugian bank di masa datang, meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan yang sistematis yang didasarkan atas ketersediaan informasi, digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja bank, digunakan untuk menilai risiko yang melekat pada instrumen atau kegiatan usaha bank yang relatif kompleks serta menciptakan infrastruktur manajemen risiko yang kokoh dalam rangka meningkatkan daya saing bank. Menurut Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum yang dibuat oleh Bank Indonesia (2003), esensi dari penerapan manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat terkendali (manageable) pada batas/limit yang dapat diterima serta menguntungkan bank. Namun demikian 1
mengingat perbedaan kondisi pasar dan struktur, ukuran serta kompleksitas usaha bank, maka tidak terdapat satu sistem manajemen risiko yang universal untuk seluruh bank sehingga setiap bank harus membangun sistem manajemen risiko sesuai dengan fungsi dan organisasi manajemen risiko pada bank. Salah satu risiko yang muncul dalam perbankan adalah risiko kredit, dampak dari risiko kredit tersebut dapat mengakibatkan kredit macet. Kredit macet terjadi jika kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada pihak swasta tidak dapat dilunasi tepat pada waktunya baik pokok ataupun bunga pinjaman yang ditetapkan, sehingga dapat menekan dan mengurangi profitabilitas bank. Kredit macet yang terjadi terutama disebabkan oleh faktor manajemen bank dalam melakukan analisis kredit yang tidak akurat, faktor pengawasan kredit yang lemah, analisis laporan keuangan yang tidak cermat, dan kompetensi dari sumberdaya manusia yang lemah. Kredit macet dalam jumlah yang besar akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi. Kredit macet mengakibatkan kegiatan bank menjadi terhambat, sebab keuntungan utama bank diperoleh dari selisih bunga simpanan bank kepada nasabah dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Selain itu dampak psikologis yang akan terjadi adalah menurunnya tingkat kepercayaan dari masyarakat terhadap bank. Menurut Firdaus (2006:2), tingkat persaingan antar bank dan risiko perkreditan yang tinggi menyebabkan pihak manajemen bank perlu 2
menerapkan suatu pengendalian internal yang memadai dimana pengendalian tersebut bertujuan untuk melindungi harta milik perusahaan dengan meminimumkan kemungkinan terjadinya penyelewengan, pemborosan, kemacetan kredit, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja. Dengan pengendalian internal yang memadai diharapkan dapat menjamin proses pemberian kredit tersebut akan dapat terhindar dari kesalahankesalahan dan penyelewengan yang akan terjadi. Menurut
Boockholdt
(1993:421-422)
dalam
Fitria
(2009:3),
pengendalian internal yang memadai pada dasarnya merupakan struktur organisasi yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, serta mendorong
dipatuhinya
kebijakan
manajemen.
Sebagaimana
yang
dikemukakan Boockholdt (1993) dalam Fitria (2009:3), struktur pengendalian intern pada dasarnya terdiri atas berbagai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Dalam PBI No.2/15/PBI/2000 tentang Sistem Pengendalian Intern bagi Bank Umum menyatakan bahwa
pengendalian intern merupakan suatu
mekanisme pengawasan yang ditetapkan oleh manajemen bank secara berkesinambungan (on going basis), guna untuk (1) menjaga dan mengamankan harta kekayaan bank, (2) menjamin tersedianya laporan yang lebih akurat, (3) meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, (4) mengurangi dampak keuangan/kerugian, penyimpangan termasuk 3
kecurangan/fraud, dan pelanggaran aspek kehati-hatian, (5) meningkatkan efektivitas organisasi dan meningkatkan efisiensi biaya. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rajagukguk (2008) dengan judul “Pengaruh Kebijakan Moneter dan Risiko Perbankan terhadap Kinerja Fungsi Intermediasi”, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kebijakan moneter dan risiko perbankan terhadap fungsi intermediasi dan bagaimana penyaluran kredit mempengaruhi kinerja perekonomian di Indonesia (1993-2007). Penelitian yang diteliti oleh Fitria (2009), mengukur pengaruh penilaian kinerja audit dan penerapan audit internal terhadap sistem pengendalian internal perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2005) yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Kredit dan Kebijakan Perpancaran Bunga (speread) Terhadap Profitabilitas Bank” bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh kebijakan kredit dan kebijakan perpancaran bunga (speread) secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap profitabilitas bank, sedangkan dalam penelitian ini penulis berfokus pada penerapan manajemen risiko perbankan dimana menitikberatkan kepada risiko kredit dan penerapan audit internal terhadap kebijakan pemberian kredit. Berdasarkan latar belakang terdahulu, penulis mengambil judul untuk penelitian ini sebagai berikut: “Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Perbankan dan Penerapan Audit Internal Terhadap Kebijakan Pemberian Kredit”
4
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh signifikan penerapan manajemen risiko perbankan terhadap kebijakan pemberian kredit? 2. Apakah terdapat pengaruh signifikan penerapan audit internal terhadap kebijakan pemberian kredit? 3. Apakah penerapan manajemen risiko perbankan dan audit internal berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan pemberian kredit?
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan: a.
Untuk menganalisis signifikasi pengaruh penerapan manajemen risiko perbankan terhadap kebijakan pemberian kredit.
b. Untuk menganalisis signifikasi pengaruh penerapan audit internal terhadap kebijakan pemberian kredit. c.
Untuk menganalisis signifikasi pengaruh secara bersama penerapan manajemen risiko dan audit internal terhadap kebijakan pemberian kredit.
5
2. Manfaat Penelitian Tujuan lain dibuatnya penelitian ini adalah untuk memberikan manfaat terhadap: a. Bagi Perusahaan (Bank) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi dan bahan masukan kepada pihak perusahaan mengenai pengembangan lebih lanjut kebijakan pemberian kredit. b. Bagi Auditor Internal Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi auditor dalam meningkatkan kualitas jasa yang diberikan kepada perusahaan. c. Bagi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan dalam dunia perbankan mengenai peranan audit internal dalam menunjang kebijakan pemberian kredit. d. Bagi Penulis Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan penulis tentang bagaimana pengaruh penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit internal terhadap kebijakan pemberian kredit. e. Peneliti Berikutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa khususnya jurusan akuntansi untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1.
Penerapan Manajemen Resiko Perbankan Menurut Husnan (2002), risiko ditafsirkan sebagai kemungkinan keuntungan
yang
sebenarnya
meyimpang
dari
keuntungan
yang
diharapkan. Semakin besar kemungkinan penyimpangan itu terjadi, dikatakan risikonya semakin tinggi. Risiko timbul karena adanya ketidakpastian yang berarti, ketidakpastian adalah merupakan kondisi yang menyebabkan timbulnya risiko, karena mengakibatkan keragu-raguan seseorang mengenai kemampuannya untuk meramalkan kemungkinan terhadap hasil-hasil yang akan terjadi dimasa datang. Menurut Uyemura dan Deventer (1993:5) dalam Raharjo (2005) secara umum terdapat enam kategori risiko yang dihadapi para bankir, yaitu: risiko kredit, risiko tingkat bunga, risiko nilai tukar valuta asing, risiko likuiditas, risiko operasional dan risiko kecukupan modal. Risiko yang dihadapi perbankan menurut Basel II dalam Basyaib (2007:2) meliputi empat jenis, yaitu: a.
Risiko kredit, yaitu risiko kerugian yang terkait dengan kemungkinan gagalnya pihak pasangan (counterpart) dalam memenuhi kewajiban, dengan kata lain merupakan risiko tidak dilunasinya hutang-hutang peminjam. 7
b.
Risiko pasar, yaitu risiko kerugian untuk posisi didalam atau diluar neraca yang muncul karena perubahan harga dalam pasar yang diakibatkan oleh perubahan suku bunga, nilai tukar, harga saham serta harga komoditas.
c.
Risiko operasi, yaitu kerugian yang diakibatkan kurangnya atau gagalnya proses internal, sumber daya manusia, dan sistem, atau dapat juga diakibatkan oleh kejadian-kejadian eksternal. Risiko hukum dan kewajiban perundangan termasuk dalam risiko operasi.
d.
Risiko lain-lain, risiko yang termasuk dalam risiko lain-lain adalah sebagai berikut: 1) Risiko bisnis, yaitu risiko keputusan manajemen dalam kaitannya dengan posisi persaingan bank serta peluang tumbuhnya bank dalam pasar yang berubah. 2) Risiko stratejik, yaitu risiko yang terkait dengan keputusan bisnis dalam jangka panjang serta risiko dalam penerapan keputusan stratejik tersebut. Risiko stratejik menyangkut keputusan bank dalam penentuan jenis usaha yang akan didanai, usaha dan bank lain yang akan diakuisisi, serta keputusan untuk menutup dan menjual salah satu lini usaha bank. 3) Risiko reputasi, yaitu risiko potensi kerusakan yang diakibatkan oleh opini publik negatif terhadap sebuah bank. Risiko reputasi dapat juga terjadi untuk sektor perbankan secara keseluruhan.
8
Secara
sederhana
pengertian
manajemen
risiko
menurut
Djojosoedarsono (2003:4) adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat. Jadi mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin/mengkoordinir, dan mengawasi termasuk mengevaluasi program penanggulangan risiko. Tujuan
yang
ingin
dicapai
dalam
manajemen
risiko
menurut
Djojosoedarsono (2003:11), dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: a. Tujuan sebelum terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian (peril), yaitu antara lain: 1) Hal-hal
yang
bersifat
ekonomis,
misalnya
upaya
untuk
menanggulangi kemungkinan kerugian dengan cara yang paling ekonomis, yang dilakukan melalui analisis keuangan terhadap biaya program keselamatan, maupun biaya dari bermacam-macam teknik penanggulangan risiko. 2) Hal-hal yang bersifat non ekonomis, yaitu upaya untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan, sehingga dengan adanya upaya penanggulangan maka kondisi tersebut dapat diatasi. Direktorat
Penelitian
dan
Pengaturan
Perbankan
(2003)
menyatakan proses penerapan manajemen risiko yaitu terdiri dari: a.
Identifikasi Risiko Tujuan dilakukannya identifikasi risiko adalah untuk mengidentifikasi seluruh jenis risiko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional yang 9
berpotensi merugikan bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan identifikasi risiko antara lain: 1) Bank harus mengidentifikasi risiko kredit yang melekat pada seluruh produk dan aktivitasnya. Identifikasi risiko kredit tersebut merupakan hasil kajian terhadap karakteristik risiko kredit. 2) Untuk kegiatan perkreditan dan jasa pembiayaan perdagangan, penilaian risiko kredit harus memperhatikan kondisi keuangan debitur
dan khususnya kemampuan membayar secara tepat
waktu, serta jaminan atau agunan yang diberikan. 3) Untuk kegiatan treasury dan investasi, penilaian risiko kredit harus memperhatikan kondisi keuangan counterparty, rating, karakteristik instrument, jenis transaksi yang dilakukan, dan likuiditas pasar serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko kredit. b.
Pengukuran Risiko 1) Bank harus memiliki prosedur tertulis untuk melakukan pengukuran risiko yang memungkinkan untuk: a)
Sentralisasi eksposur on balance sheet dan off balance sheet yang mengandung risiko kredit dari setiap debitur atau perkelompok debitur dan atau counterparty tertentu mengacu pada konsep single obligor.
10
b)
Penilaian perbedaan kategori tingkat risiko kredit dengan menggunakan kombinasi aspek kualitatif dan kuantitatif data dan pemilihan kriteria tertentu.
c)
Distribusi informasi hasil pengukuran risiko secara lengkap untuk tujuan pemantauan oleh satuan kerja terkait.
2) Sistem
pengukuran
risiko
kredit
sekurang-kurangnya
mempertimbangkan: a)
Karakteistik setiap jenis transaksi risiko kredit, kondisi keuangan debitur (counterparty) serta persyaratan dalam perjanjian kredit seperti dalam jangka waktu dan tingkat bunga.
b)
Jangka waktu kredit dikaitkan dengan perubahan potensial yang terjadi dipasar.
c)
Aspek jaminan, agunan dan atau garansi.
d)
Potensi terjadinya kegagalan membayar (default), baik berdasarkan hasil penilaian pendekatan konvensional maupun hasil penilaian pendekatan yang menggunakan proses pemeringkatan yang dilakukan secara intern (internal risk rating).
e)
Kemampuan bank untuk menyerap potensi kegagalan (default).
11
3) Bagi bank yang menggunakan teknik pengukuran risiko dengan pendekatan internal risk rating harus menggunakan validasi data secara berkala. 4) Parameter yang digunakan dalam pengukuran risiko kredit antara lain mencakup: a)
Non-performing loans (NPLs).
b)
Konsentrasi kredit berdasarkan peminjam dan sektor ekonomi.
c)
Kecukupan agunan.
d)
Pertumbuhan kredit.
e)
Non performing portifolio treasury dan investasi (non kedit)
f)
Komposisi portifolio treasury dan investasi
(antar bank,
surat berharga, dan penyertaan). g)
Kecukupan cadangan transaksi treasury dan investasi.
h)
Transaksi pembayaran dan perdagangan default.
i)
Konsentrasi pemberian fasilitas pembiayaan perdagangan.
5) Mark to market pada transaksi risiko kredit tertentu yang mencakup: a)
Untuk mengukur risiko kredit yang disebabkan Transaksi Over the Counter (OTC) atau pada pasar tertentu, khususnya pasar transaksi derivatif, bank harus mengguanakan metode penelitian mark to market.
12
b)
Eksposur risiko kredit harus diukur dan dikinikan sekurangkurangnya setiap bulan atau lebih intensif khususnya apabila portofolio debitur sangat signifikan dan atau volatilitas parameter pasar yang digunakan untuk menilai mark to market mengalami perubahan/fluktuasi.
c)
Limit kredit yang dialokasikan untuk satu debitur atau kelompok debitur harus diuji berdasarkan mark to market sedangkan
faktor
risiko
harus
digunakan
untuk
mempertimbangkan perubahan kondisi pasar dan pengaruh replacement cost. 6) Penggunaan Credit Scoring Tools a) Bank
dapat
menggunakan
sistem
dan
metodologi
statistik/probabilistic. b) Dalam penggunaan sistem tersebut, bank harus: •
Melakukan kaji ulang secara berkala terhadap akurasi model
dan
asuransi
yang
digunakan
untuk
memproyeksikan kegagalan (defaults). •
Menyesuaikan asumsi dengan perubahan yang terjadi pada kondisi internal dan eksternal.
c) Apabila terdapat eksposur risiko yang besar atau transaksi yang relatif kompleks, proses pengambilan keputusan transaksi risiko kredit tidak hanya didasarkan pada sistem
13
tersebut sehingga harus didukung sarana pengukuran risiko kredit lainnya. d) Bank harus mendokumentasikan kredit seperti asumsi, data dan informasi yang digunakan pada sistem tersebut, termasuk perubahannya
serta
dokumentasi
tersebut
selanjutnya
dikinikan secara berkala. e) Penerapan system ini harus: •
Mendukung
proses
pengambilan
keputusan
dan
memastikan kepatuhan terhadap kepatuhan pendelegasian wewenang. •
Independen terhadap kemungkinan rekayasa yang akan mempengaruhi hasil (score-output) melalui prosedur pengamanan yang layak dan efektif.
•
Dilakukan kajian ulang oleh satuan kerja oleh pihak yang independen terhadap satuan kerja yang mengaplikasikan system tersebut.
c.
Pemantauan Risiko Kredit 1) Bank harus mengembangkan dan menerapkan sistem informasi dan prosedur untuk memantau kondisi setiap debitur dan counterparty pada seluruh portofolio kredit bank. 2) Sistem pemantauan risiko kredit sekurang-kurangnya memuat ukuran-ukuran dalam rangka:
14
a) Memastikan bahwa bank mengetahui kondisi keuangan terakhir dari debitur atau counterparty. b) Memantau kepatuhan terhadap persyaratan dalam perjanjian kredit atau kontrak transaksiresiko kredit. c) Menilai kecukupan anggunan dibandingkan dengan kewajiban debitur atau counterparty. d) Mengidentifikasi
ketidakpastian
pembayaran
dan
mengklasifikasikan kredit bermasalah secara tepat waktu. e) Menangani dengan cepat kredit bermasalah. 3) Bank juga harus melakukan pemantauan eksposur resiko kredit dibandingkan dengan limit resiko kredit yang telah ditetapkan, antara lain dengan menggunakan kolektibilitas atau internal risk rating. 4) Pemantauan eksposur risiko kredit tersebut harus dilakukan secara berkala atau terus menerus oleh satuan kerja manajemen resiko dengan cara membandingkan resiko kredit aktual dengan limit risiko kredit yang ditetapkan. 5) Untuk keperluan pemantauan eksposur resiko kredit, satuan kerja manajemen
resiko
harus
menyususn
laporan
mengenai
perkembangan resiko kredit secara berkala, termasuk faktor-faktor penyebabnya, yang disampaikan kepada komite manajemen resiko kredit dan direksi.
15
6) Prinsip pokok dalam penggunaan internal risk rating adalah sebagai berikut: a) Prosedur penggunaan sistem internal risk rating harus diformulakan dan didokumentasikan. b) Sistem ini harus dapat mengindentifikasi secara dini perubahan profil resiko yang disebabkan oleh penurunan potensial maupun actual dari potensi kredit. c) Sistem internal risk rating harus dievaluasi secara berkala oleh pihak yang independen terhadap satuan kerja yang mengaplikasikan internal risk rating tersebut. d) Apabila bamk menetapknan internal risk rating untuk menentukan kualitas asset dan besarnya provisi, harus terdapat prosedur formal yang memastikan bahwa penerapana kualitas asset dan provisi dengan internal ris rating adalah lebih prudent atau sama dengan ketentuan terkait yang berlaku. e) Laporan yang dihasilkan oleh internal risk rating, seperti laporan kondisi portofolio kredit disampaikan secara berkala kepada direksi. Direktorat penelitian dan pengaturan perbankan (2003) juga menjelaskan bahwa sistem informasi manajemen risiko merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang harus dimiliki dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan bank, dalam rangka penerapan manajemen risiko yang efektif. Sebagai bagian dari proses manajemen risiko, bank harus 16
memiliki sistem informasi manajemen risiko yang dapat memastikan beberapa hal berikut: a. Dalam rangka meningkatkan efektivitas proses pengukuran risiko kredit, bank harus memiliki sistem informasi manajemen yang menyediakan data dan laporan secara akurat dan tepat waktu untuk mendukung pengambilan keputusan oleh direksi dan pejabat lainnya. b. Sistem informasi manajemen juga harus menghasilkan laporan atau informasi dalam rangka pemantauan eksposur aktual terhadap limit yang ditetapkan dalam pelampauan eksposur limit risiko yang perlu mendapatkan perhatian dari direksi. c. Sistem informasi manajemen juga harus menyediakan data secara akurat dan tepat waktu mengenai jumlah eksposur kredit peminjaman individual
dan
counterpartys,
portofolio
kredit
serta
laporan
pengecualian limit risiko kredit. d. Bank harus memiliki sistem informasi yang memungkinkan direksi untuk mengidentifikasi adanya konsentrasi dalam portofolio kreditnya e. Bank harus memiliki pengendalian risiko kredit yang meliputi: 1)
Menetapkan suatu sistem penilaian yang independen dan berkelanjutan terhadap efektivitas penerapan proses manajemen risiko kredit.
2)
Pelaksanaan kaji ulang tersebut harus dilaksanakan oleh satuan kerja atau petugas yang independen terhadap satuan kerja yang melakukan transaksi risiko kredit. 17
3)
Bank harus memastikan bahwa satuan kerja perkreditan dan transaksi risiko kredit lainnya telah dikelola secara memadai dan eksposur risiko kredit tetap konsisten dengan limit yang ditetapkan dan memenuhi standar kehati-hatian.
4)
Bank harus menetapkan dan menerapkan pengendalian internal untuk memestikan bahwa penyimpangan terhadap kebijakan prosedur, dan limit telah dilaporkan tepat waktu pada direksi atau pejabat terkait untuk keperluan tindakan terbaik.
5)
Pada saat melakukan audit intern, SKAI harus melakukan pengujuian terhadap efektifitas pengendalian internal untuk memastikan bahwa sistem pengendalian tersebut telah efektif, aman, serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta kebijakan, pedoman dan prosedur internal bank.
6)
Bank harus memiliki prosedur pengolahan penanganan kredit bermasalah termasuk sistem deteksi kredit bermasalah secara tertulis dan menetapkan secara efektif. Sebagai salah satu output sistem informasi manajemen risiko,
laporan eksposur risiko disusun secara berkala oleh satuan kerja manajemen risiko atau sekelompok petugas yang diberikan wewenang dan bersifat independen terhadap unit kerja yang melakukan kegiatan operasional. Frekuensi penyampaian laporan kepada direksi terkait dan komite manajemen risiko harus ditingkatkan apabila kondisi pasar berubah dengan cepat. Laporan ke tingkat manajemen di luar direksi terkait dan 18
komite manajemen risiko dapat disampaikan dengan frekuensi yang lebih lama, namun tetap harus mampu memberikan informasi yang memadai bagi pihak-pihak tersebut untuk dapat melakukan penilaian terhadap perubahan profil risiko bank. Pelaksanaan proses pengendalian risiko harus digunakan bank untuk mengelola risiko tertentu, terutama yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank. Pengendalian risiko dapat dilakukan oleh bank, antara lain dengan cara hedging, dan metode mitigasi risiko lainnya seperti penerbitan garansi, sekuritisasi aset dan credit derivatives, serta penambahan modal bank untuk menyerap potensi kerugian.
2.
Penerapan Audit Internal Definisi audit yang sangat terkenal adalah definisi yang berasal dari A Statement of Basic Auditing Concept (ASOBAC) yang dalam Halim (2001:1) adalah: “Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat asersi—asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan”. Menurut Boynton (2004:5), berdasarkan pengertian auditing di atas maka audit mengandung unsur-unsur: a.
Suatu proses sistematis, artinya audit merupakan suatu langkah atau prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi. Auditing
19
dilakukan
dengan
suatu
urutan
langkah
yang
direncanakan,
terorganisasi dan bertujuan. b.
Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, artinya proses sistematik ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut.
c.
Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi, artinya pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan hasil proses akuntansi.
d.
Menetapkan tingkat kesesuaian, artinya pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara pernyataan
dengan
kriteria
tersebut
kemungkinan
dapat
dikuantifikasikan, kemungkinan pula bersifat kualitatif. e.
Kriteria yang telah ditetapkan, artinya kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan (berupa hasil akuntansi) dapat berupa spesifik yang dibuat legislatif, anggaran atau ukuran kinerja lainnya yang ditetapkan manajemen.
f.
Penyampaian hasil (atestasi), dimana penyampaian hasil dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report).
20
g.
Pemakai yang berkepentingan, pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan, misalnya pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor, organisasi buruh dan kantor pelayanan pajak. Tujuan menyeluruh dari audit laporan keuangan adalah untuk
menyatakan pendapat secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan standar aturan yang berlaku secara umum untuk mencapai tujuan tersebut. Hal yang lazim dilakukan dalam audit adalah menidentifikasi sejumlah tujuan audit yang spesifik bagi setiap akun yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari asersi manajemen yang merupakan hal penting sebagai pedoman auditor lain dalam pengumpulan bukti audit. Auditing Standard Boards (ASB) dalam Fitria (2009), telah mengakui 5 kategori asersi laporan keuangan sebagai berikut: a.
Keberadaan/Keterjadian Berkaitan dengan apakah aktiva atau kewajiban entitas benar-benar ada pada tanggal tertentu dan transaksi yang dicatat benar-benar telah terjadi selama periode tertentu.
b.
Kelengkapan (Completeness) Berkaitan dengan apakah semua transaksi dan akun yang harus diajukan dalam laporan keuangan benar-benar telah dicantumkan.
21
c.
Hak dan Kewajiban (Right and Obligation) Berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban telah dicantumkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang semestinya.
d.
Penilaian/Alokasi (Valuation or Allocation) Berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban telah dicantumkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang semestinya.
e.
Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure) Berkaitan dengan apakah komponen tertentu laporan keuangan telah digolongkan, diuraikan dan diungkapkan dengan sebagaimana mestinya. Menurut
Boynton,
et,al
(2003:6)
bahwa
audit
dapat
diklasifikasikan berdasar tujuan dilaksanakannya audit. Dalam hal ini tipe audit terbagi dalam tiga kategori. a.
Financial Statement Audit Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan berupa prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sehingga standar inti ukuran kesesuaian audit laporan keuangan adalah kewajaran.
22
b.
Compliance Audit Audit kepatuhan mencangkup menghimpun dan mengevaluasi bukti dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi, aturan, dan regulasi yang telah ditentukan.
c.
Operational Audit Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan
pencapaian
efisiensi,
efektivitas,
maupun
kehematan
(ekonomis) operasional. Dalam melaksanakan suatu audit, pada umumnya jenis auditor diklasifikasikan menjadi tiga jenis (Boynton,et,al 2003: 8) yaitu: a. Auditor Independen Biasanya terdapat pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang pada umumnya
mengambil
peran
sebagai
auditor
eksternal
atas
perusahaannya yang menyediakan laporan guna kebutuhan tertentu dari klien untuk menjalankan bisnisnya. Klien para auditor independen dapat berasal dari perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi laba, kantor pemerintah dan perorangan. b. Auditor Internal Merupakan pegawai dari organisasi yang diaudit. Tugas auditor internal beragam sesuai dengan kebutuhan dan permintaan manajemen perusahaan. Auditor internal wajib memberikan informasi yang 23
berguna bagi manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasional perusahaan. c. Auditor Pemerintah Di Indonesia terdapat beberapa lembaga ataupun badan yang bertanggung jawab secara fingsional atas pengawasan terhadap kekayaan/keuangan negara. Diantaranya, Badan Pengawas Keuangan dan Pengembangan (BPKP) dan Inspektorat Jendral (Itjen) pada Departemen Pemerintah. Sebagian tugas BPKP, disamping itu audit atas laporan keuangan pada saat ini sering kali dilakukan evaluasi atas efisiensi dan efektivitas operasi program pemerintah dan BUMN. Pengawasan intern mempunyai peranan yang sangat penting bagi suatu organisasi perusahaan. Pengawasan intern merupakan alat yang baik untuk membantu manajemen dalam menilai operasi perusahaan guna dapat mencapai tujuan usaha. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas mengenai audit internal, penulis mengutip beberapa pendapat yang berhubungan dengan audit internal sebagai berikut: AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) dalam Nasution (2007) memberikan pengertian internal control sebagai berikut: “Pengawasan Intern meliputi susunan organisasi dan semua metode serta ketentuan yang terkoordinir dan dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta benda miliknya, memeriksa kecermatan dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan perusahaan yang telah digariskan”. 24
Menurut Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:5) dalam Firdaus (2006:11): “Audit Internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi, audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian, dan proses governance”. Dari definisi diatas, dapat dikemukakan internal audit adalah: a.
Suatu pemeriksaan yang independen objektif.
b.
Aktivitas pemberian jaminan kelayakan dan konsultasi.
c.
Dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan operasi perusahaan.
d.
Membantu organisasi dalam mencapai usahanya.
e.
Memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan risiko manajemen, pengendalian, pengaturan dan pengelolaan organisasi. Secara umum tujuan audit internal adalah membantu manajemen
menjalankan tugasnya, yaitu menyediakan informasi tentang kelayakan dan keefektifan dari pengendalian intern perusahaan dan kualitas pelaksanaan aktivitas perusahaan, dengan demikian auditor internal akan melakukan analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk, dan informasi sehubungan dengan kegiatan yang diperiksa. Menurut Tugiman (2002), tujuan dari audit internal adalah sebagai berikut:
25
“Membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawab secara efektif. Untuk itu audit internal akan melakukan analisis, penilaian dan mengajukan saran-saran. Tujuan dari pemeriksaan mencakup pula pengembangan, pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar”. Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (SPAI 2004:81) dalam Susanto (2007), menyatakan bahwa: “Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal dalam charter audit internal, konsisten dengan Standar Profesi Audit Internal dan mendapat persetujuan dari Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi”. Untuk mencapai tujuan tersebut, audit internal harus mekalukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a.
Menelaah
dan
menilai
penerapan pengendalian internal dan
pengendalian operasional memadai atau tidak serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal. b.
Memastikan ketaatan terhadap rencana-rencana dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.
c.
Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan
dilindungi
dari
kemungkinan
terjadinya
segala
bentuk
kecurangan, pencurian, dan penyalahgunaan yang dapat merugikan perusahaan. d.
Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya.
e.
Menilai suatu pekerjaan di setiap bagian dalam melaksanakan tugastugas yang diberikan oleh manajemen.
26
f.
Memberikan saran perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka efisiensi dan efektivitas. Bintoro (2008), menyatakan bahwa Standar Profesi Internal
Auditor merupakan ketentuan yang harus dipenuhi untuk menjaga kualitas kinerja Internal Auditor dan hasil audit. Standar audit sangat menekankan kualitas profesional auditor serta cara auditor mengambil pertimbangan dan keputusan sewaktu melakukan pemeriksaan dan pelaporan. Hasil audit yang memenuhi standar akan sangat membantu pelaksanaan tugas Board of directions (BOD, Board of Commissioner dan Unit Bisnis serta Unit kerja yang diaudit. Hasil kerja Internal Auditor sangat bermanfaat bagi Pimpinan dan Unit Kerja untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Hasil audit akan dapat dipakai dengan penuh keyakinan, jika pemakai jasa mengetahui dan mengakui tingkat profesionalisme Internal Auditor, sehingga diperlukan syarat yang diberlakukan dan dipatuhi oleh Internal Auditor sebagai standar perilaku yang menuntut disiplin diri Internal Auditor. Ikatan Akuntan Indonesia dalam Halim (2001), telah menetapkan dan mengesahkan standar auditing sebagai berikut: a.
Standar Umum Internal Auditor 1) Internal auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor sehingga hasil kerjanya handal dan dapat dipercaya. 2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan auditor. 27
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, audit wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b.
Standar Pelaksanaan Penugasan 4) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi yang semestinya. 5) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 6) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
c.
Standar Pelaporan 7) Laporan audit harus menyatakan bahwa laporan keuangan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 8) Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan
laporan
keuangan
periode
berjalan
dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya. 9) Pengungkapan
informatif
dalam
laporan
kauangan
harus
dipandang memadai. 28
10) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan. Menurut Asikin (2006), manfaat dan peran auditor internal membantu manajemen dalam meningkatkan kinerja perusahaan sangat tergantung dari sikap pimpinan, persepsi manajemen terhadap fungsi internal audit dan sikap auditor itu sendiri. Sikap pimpinan sangat penting karena keberadaan dan fungsi internal audit akan ditentukan oleh sikap tersebut. Bila pimpinan tersebut memberi dukungan terhadap internal audit, maka internal auditor akan mempu melaksanakan fungsinya. Ruang
lingkup
audit
internal
menilai
keefektifan
sistem
pengendalian internal serta pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Audit internal harus mengimplementasikan hal-hal sebagai berikut: a.
Mereview keandalan (realibilitas dan intergritas) informasi financial dan operasional serta cara yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi dan melaporkan hal tersebut.
b.
Mereview berbagai sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan kesesuaiannya dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur hukum, dan peraturan yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan organisasi serta harus menentukan apakah organisasi telah mencapai kesesuaian dengan hal-hal tersebut.
c.
Mereview berbagai cara yang dipergunakan untuk melindungi harta. 29
d.
Menilai keekonomisan dan keefisienan penggunaan berbagai sumber daya.
e.
Mereview berbagai operasi atau program untuk menilai apakah hasilnya akan konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan apakah kegiatan atau program tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. Untuk melaksanakan tugasnya audit internal mempunyai batasan
ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan, oleh sebab itu menurut Cashin (1997) dalam Firdaus (2006) mengemukakan ruang lingkup audit internal sebagai berikut: “Other than for special assignment, the elemen of internal auditing may be grouped under (1) compliance, (2) verification, (3) evaluation” 1. Kepatuhan (compliance) Merupakan salah satu unsur audit internal yang bertujuan untuk menentukan dan mengawasi apakah pelaksanaan aktivitas-aktivitas dalam perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan. 2. Verifikasi (verification) Verifikasi merupakan aktivitas pemeriksaan terhadap dokumen, catatan dan laporan, apakah hal-hal tersebut telah mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Umumnya verifikasi dilakukan atas: a. Catatan dan laporan akuntansi, dan b. Aktiva, hutang serta modal dan hasil operasi perusahaan 30
3. Evaluasi (evaluation) Kegiatan ini merupakan tanggung jawab internal auditor yang paling penting dan paling sulit diukur hasilnya. Evaluasi mencakup dua fungsi, yaitu penilaian terhadap pelaksanaan dari berbagai tingkat manajemen dan penilaian terhadap pengendalian internal yang berjalan dalam perusahaannya.
3.
Kebijakan Pemberian Kredit Dalam kehidupan sehari-hari sering didengar adanya istilah kredit, yang diartikan penundaan pembayaran oleh pihak yang menerima barang atau uang kepada pihak yang memberikannya dengan perjanjian tertentu. Istilah kredit sebenarnya berasal dari bahasa latin “credere” yang berarti kepercayaan atau “credo” yang artinya percaya, karena itu dasar pemikiran pemberian kredit oleh sebuah lembaga keuangan atau bank kepada seseorang atau badan usaha, landasannya adalah kepercayaan. Bila dikaitkan arti kredit tersebut dengan kegiatan usaha, maka berarti memberikan nilai ekonomi kepada seseorang atau badan usaha atas dasar kepercayaan saat pemberian kredit tersebut, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada kreditur (bank) setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui antara bank dengan debitur. Beberapa pendapat tentang pengertian kredit antara lain:
31
Pengertian kredit menurut UU No. 10/1998 Pasal 1 ayat 11 adalah: ”Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Menurut Hasibuan (2001:87) pengertian kredit adalah: “Semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati”. Suyatno (2007:13) mengemukakan bahwa kredit adalah: “Hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan dating karena penyerahan barangbarang sekarang”. Pengertian-pengertian tersebut diatas, secara garis besar kredit mengandung unsur-unsur: a.
Unsur waktu, yaitu petunjuk jarak saat pemberian dan pelunasan.
b.
Unsur risiko, yaitu akibat yang mungkin timbul selama penggunaan kredit oleh user.
c.
Unsur penyerahan, yaitu menyerahkan nilai ekonomi kepada pihak lain, yang harus dikembalikan setelah jangka waktu tertentu.
d.
Unsur kepercayaan, yaitu pemberian kredit mempunyai keyakinan bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang dan atau jasa akan benar-benar menerima kontra prestasi yang akan diterima kembali pada jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.
32
e.
Unsur persetujuan, yaitu adanya kesepakatan antara pihak kreditur sebagai pemberi prestasi dengan pihak yang menerima prestasi. Menurut Anggraini (2008:28), sasaran kredit pada dasarnya dapat
dicerminkan oleh proses kegiatan perkreditan itu sendiri dan sasaransasaran kredit tersebut dapat dikaji melelui proses kegiatan perkreditan. Mengacu pada proses kegiatan perkreditan maka sasaran perkreditan dapat dijabarkan sebagai berikut: a.
Kredit tersebut harus terarah, maksudnya penggunaan kredit tersebut harus sesuai dengan perencanaan dan kredit yang digunakan untuk meningkatkan kegiatan usaha (objek kredit).
b.
Kredit tersebut harus menghasilkan, dalam hal ini kredit tersebut setidaknya dapat memberikan manfaat kepada bank, perusahaan, dan masyarakat baik dalam bentuk materil maupun goodwill (citra).
c.
Kredit harus aman agar bank dapat menerima kembali nilai-nilai ekonomi tersebut. Proses kegiatan perkreditan wajib mewujudkan tujuan kredit itu
sendiri yaitu untuk: a.
Bank 1) Bagi bank merupakan asset produktif yang merupakan sumber utama untuk pendapatannya dan menjamin kelangsungan kehidupan bank tersebut. 2) Merupakan faktor pendukung pendorong peningkatan pemasaran bagi produk-produk bank yang lain. 33
3) Instrumen untuk memelihara kondisi keuangan bank seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. b.
Perusahaan 1) Setelah memperoleh kredit, kegiatan usaha semakin lancar dan performance usaha akan lebih baik dari sebelumnya. 2) Akan meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan.
c.
Masyarakat/negara 1) Kredit mempunyai fungsi sebagai instrument moneter. 2) Peningkatan
kegiatan
usaha
mempunyai
pengaruh
akan
kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. 3) Mengarahkan penggunaan sunber daya alam secara efisien. Untuk mencapai suatu portofolio kredit yang sehat, maka harus ada suatu jaminan pemberian kredit, yaitu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit kepada siapapun tanpa jaminan pemberian kredit diperoleh bank melalui penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, agunan, modal, dan prospek usaha debitur. Prinsip-prinsip pemberian kredit yang dikenal oleh dunia perbankan dengan 5C’s principles menurut Firdaus (1986) dalam Anggraini (2008:33) yaitu:
34
a.
Character Untuk
mengetahui
perusahaan/perorangan,
sifat-sifat yang
positif
tercermin
dari
dari
pengurus
kemauan
kuat
(willingness) dan bertanggung jawab atas setiap yang menjadi kewajibannya. Sifat-sifat ini adalah integrasi dari keterbukaan, jujur, kemauan yang keras, rasa tanggung jawab, bermoral, tekun, tidak berjudi, hemat/efisien, sabar, konsultatif dan lain sebagainya. Untuk mengetahui sifat-sifat tersebut diatas tidak begitu mudah, namun dapat dilacak melalui CV, riwayat hidup, family information, lurah, asosiasi usaha dan lain-lain. b.
Capacity Pihak bank harus mengetahui sampai dimana capacity atau kemampuan menjalankan usaha dari calon peminjam. Kemampuan ini cukup penting artinya karena turut menentukan berhasil tidaknya suatu perusahaan dimasa yang akan datang. Andaikata perusahaan dijalankan oleh orang-orang yang mampu maka perusahaan tersebut diperkirakan akan meningkat sehingga pembayaran kredit kepada bank akan berjalan lancar, tetapi apabila sebaliknya maka perusahaan akan menurun bahkan menderita kerugian sehingga pembayaran kredit akan terganggu.
c.
Capital Analisis modal untuk dapat menggambarkan capital structure, sehingga bank dapat melihat besar/kecilnya rasa tanggung jawab 35
debitur. Modal dapat terdiri dari modal saham, pinjaman bank, pinjaman pihak ketiga lainnya. Hal ini dapt dilihat dari neraca dan bukti-bukti accounting lainnya. d.
Collateral Jaminan kredit merupakan keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kreditnya (kegiatan usaha sebagai objek kredit) serta agunan sebagai tambahan, bila keyakinan bank atas kemampuan debitur masih lemah.
e.
Condition of Economic Bank harus mengetahui keadaan ekonomi yang cukup yang berpengaruh dan berkaitan dengan usaha calon debitur serta bagaimana kemungkinan pertumbuhan usaha dimasa yang akan datang. Suatu keadaan yang dapat diantisipasi dampaknya atas jalannya kegiatan usaha debitur, oleh sebab-sebab perkembangan ekonomi, moneter keuangan/perbankan dan berbagai kebijaksanaan baik nasional maupun internasional. Selain konsep atau prinsip 5C tersebut diatas, dalam prakteknya
bank juga seringkali menerapkan dasar penilaian lain yang sering disebut dengan prinsip 5P, menurut Wahyuningtyas (2007:47) yaitu: a.
Personality Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat hidupnya, hobi, keadaan keluarga, social standing, serta hal-hal lain yang erat hubungannya dengan kepribadian sipeminjam. 36
b.
Purpose Bank mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit.
c.
Prospect Bank mencari data tentang harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan usaha si peminjam.
d.
Payment Bank mencari data tentang bagaimana perkiraan pembayaran kembali pinjaman yang akan diberikan.
e.
Party Party
(golongan)
dari
calon-calon
peminjam
bank
perlu
menggolongkan calon debiturnya menjadi beberapa golongan menurut caracter, capacity dan capital. Penggolongan ini akan memberi arah analisis bank bagaimana ia harus bersikap. Menurut Firdaus (1986) dalam Anggraini (2008:34), Selain konsep atau prinsip 5C dan 5P bank juga menerapkan dasar penilaian lain yang sering disebut dengan prinsip 3R yaitu: a.
Returns Yaitu penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh perusahaan debitur setelah mendapatkan kredit, apakah hasil tersebut cukup memadai untuk menutupi pinjaman serta sekaligus memungkinkan pula usahanya untuk berkembang.
37
b.
Repayment Suatu perhitungan terhadap kemampuan dan jadwal serta jangka waktu pengembalian kredit.
c.
Risk Bearing Activity Adalah sampai sejauh mana ketahanan perusahaan pemohon kredit untuk untuk menanggung resiko kegagalan, apalagi menanggung suatu hal yang tidak diinginkan. Dalam pengertian risk bearing ability juga termasuk kemampuan menanggung resiko bank sebagai kreditur, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada perusahaan debitur yaitu dengan cara bank meninta collateral dari debitur. Kebijakan perkreditan (loan policy) menurut Hampel dan Simpson
(1991) dalam Anggraini (2008:35) adalah: “The policy should in turn reflect the bank’s lending philosophy and culture, indicating priorities, specifying prosedurs and means of monitoring lending activity. Loan policy should obtain three result: a. Produce sound and collectible loan b. Provide profutable investment of bank funds c. Encourage extention of credit that meet the legimate needs of the bank’s” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa definisi dari kebijakan kredit merupakan kemampuan perusahaan dalam menyalurkan kredit ke debitur yang menguntungkan dan aman bagi bank. Pelaksanaan perkreditan mempunyai permasalahan yang cukup rumit sehingga untuk mengatasi berbagai kerumitan serta dalam upaya agar perkreditan berjalan lancar maka diperlukan suatu peraturan-peraturan yang ditetapkan terlebih dahulu baik secara tertulis maupun tidak tertulis sebelum pelaksanaan 38
perkreditan itu berlangsung, dalam penetapan kebijakan kredit yang harus diperhatikan tiga azas pokok yaitu: a.
Azas Likuiditas Yaitu suatu azas yang mengharuskan bank untuk tetap dapat menjaga likuiditasnya, karena suatu bank yang likuid akibatnya akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan nasabahnya atau dari masyarakat luas.
b.
Azas Solvabilitas Usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari masyarakat dan disalurkan dalam berbentuk kredit. Masalah inilah yang mendorong top management
suatu bank untuk dapat
mengarahkan sasaran kredit secara tepat. c.
Azas Rentabilitas Sebagaimana halnya pada setiap kegiatan usaha akan selalu mengharapkan untuk memperoleh laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk keperluan mengembangkan dirinya. Laba yang diperoleh dari perkreditan selisih antara pendapatan dana dengan biaya dana. Berdasarkan uraian diatas, tujuan dari penetapan kebijakan kredit
menurut Mujono (2001:20) yaitu: a.
Untuk penyediaan sarana penjagaan atau pengamatan terhadap aset bank dan dana yang disimpan oleh para deposan secara memadai,
39
maksudnya agar dana yang telah ditanamkan ke dalam bank tersebut dapat dikembangkan hingga dapat memperoleh return yang optimal. b.
Sebagai dasar pedoman kerja dalam menghadapi perkembangan perekonomian khususnya yang menyangkut kegiatan perbankan, maksudnya seagai unit perekonomian sudah tentu tidak dapat melepaskan diri dari setiap perkembangan yang terjadi pada kegiatan perekonomian yang mengelilinginya.
c.
Sebagai pedoman bagi para pejabat kredit bank yang bersangkutan dalam menyelesaikan tugasnya.
d.
Sebagai dasar untuk melaksanakan pengawasan, karena policy merupakan decision made in advance yaitu sebagai tolak ukur dari apa-apa yang harus dilaksanakan oleh para petugas di lapangan. Penilaian kredit merupakan suatu kegiatan yang sangat kompleks
dimana dalam pemberian kredit kepada perusahaan/debitur harus dipertimbangkan
aspek-aspek
yang
merupakan
informasi
yang
menyangkut calon debitur, aspek-aspek tersebut adalah: a.
Aspek Hukum (Yudiris) Aspek hukum bersisi tentang uraian informasi-informasi calon debitur mengenai akta pendirian sampai dengan akta-akta perubahan perusahaan, surat izin dan spesifikasi diperlukan oleh calon debitur dalam melaksanakan kegiatannya, bukti-bukti kepemilikan barangbarang yang akan dijadikan jaminan kepada bank sebagai jaminan kebendaan, sedangkan untuk jaminan bukan kebendaan dapat berupa 40
surat-surat rekomendasi, letter of comport, letter of guarantee, surat kesanggupan menjadi avalist, surat persetujuan dari komesaris perseroan kepada direktur perusahaan yang sesuai dengan isi akta pendirian perusahaan. Data yudiris ini merupakan suatu informasi yang harus diminta dari nasabah sebagai calon debitur, karena informasi tersebut merupakan permanent file dari suatu perusahaan yang jarang dipublikasikan. b.
Aspek Pemasaran Penilaian mengenai aspek pemasaran yaitu berupa data yang merupakan informasi-informasi calon debitur mengenai: daerah pemasaran, produk yang dihasilkan, tipe konsumen yang dituju, analisa permintaan dan penawaran, faktor persaingan yang akan dihadapi, rencana penjualan, dan lain-lain.
c.
Aspek Teknis Penilaian mengenai keteknisan meliputi segi teknik fisik dari perusahaan
calon
debitur
dimana
sasarannya
adalah
untuk
mendapatkan hasil produk yang dikehendaki sesuai dengan rencana, baik itu kualitas, jumlah kapasitas, ukuran maupun untuk kepentingan kalkulasi, jumlah kapasitas, ukuran maupun untuk kepentingan kalkulasi biaya atau kebutuhan model kerja perusahaan. d.
Aspek Keuangan Aspek keuangan pada perusahaan pemohon kredit akan menentukan jumlah kebutuhan modal usaha dan kemampuan usaha pada masa 41
yang akan datang serta kemampuan perusahaan dalam membayar pengembalian kredit. Beberapa tujuan mengadakan penelitian terhadap aspek keuangan calon debitur menurut Muljono (2001:223), adalah untuk memenuhi: 1) Struktur kebutuhan permodalan calon debitur untuk disamakan dengan struktur perkreditan yang tersedia dipihak perbankan. 2) Kebutuhan dana atau permodalan yang diperlukan oleh calon debitur tersebut seberapa besar baik dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan modal kerja. 3) Posisi keuangan calon debitur yang telah ada dan berapa besarnya. 4) Rentabilitas, solvabilitas, likuiditas serta prospek posisi keuangan di waktu yang akan datang setelah calon debitur yang bersangkutan menerima kredit dari bank. 5) Prospek keuangan nasabah dimasa yang akan datang terutama volume
pendapatan
sampai
dengan
laba
bersih
dengan
melaksanakan kegiatan usaha yang dibiayai dengan kredit perbankan, untuk beberapa periode yang akan datang. 6) Besarnya usaha yang diperlukan baik untuk keperluan investasi, keperluan modal kerja untuk keseluruhan maupun tiap-tiap periode yang akan datang.
42
7) Estimasi sources and use of fund (arus yang masuk dan yang keluar) serta untuk mengetahui berapa besarnya saldo dana untuk tiap-tiap periode yang akan datang. 8) Estimasi cash flow (arus uang tunai yang masuk dan yang keluar) dan berapa besarnya saldo uang tunai yang akan datang dari waktu ke waktu. 9) Rencana pelunasan utang pokok yang diterima oleh bank maupun pembayaran bunga atau kewajiban-kewajiban lainnya. e.
Aspek Jaminan Jaminan kredit (collateral) merupakan posisi yang penting dalam perkreditan karena fungsinya sebagai pengaman apabila kredit yang diberikan mengalami kegagalan. Penilaian jaminan mempunyai sasaran pokok, yaitu: 1) Menilai nilai ekonomis dari barang jaminan. 2) Menilai nilai yudiris dari barang jaminan. Kedua sasaran tersebut harus dipenuhi secara lengkap apabila jaminan yang akan diikat merupakan alat pengaman atas kredit.
f.
Aspek Sosial Ekonomi Hal untuk menilai dalam analisa ini antara lain adalah penyerapan tenaga kerja yang diserap baik secara langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan yang menerima kredit dari bank. Pengaruh proyek terhadap keadaan masyarakat sekitarnya, maksudnya pengaruh proyek yang dibiayai tidak menyebabkan gangguan terhadap 43
keserasian lingkungan, dan untuk proyek yang relatif besar bagaimana dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar apakah proyek tersebut mempunyai nilai perkembangan (development value) yang tinggi atau tidak. Menurut
Anggraini
(2008:41),
ketentuan-ketentuan
batas
maksimum pemberian kredit atau legal lending limit adalah jumlah batas maksimum fasilitas kredit yang diperkenankan diberikan kepada satu debitur atau debitur grup. Adapun ketentuan tersebut adalah sebagai berikut: a.
Batas maksimum pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya adalah: 1)
20% dari modal sendiri bagi satu debitur
2)
50% dari modal sendiri bank bagi debitur grup dengan prinsipnya bahwa kredit yang diberikan kepada satu anggota grup tidak boleh lebih dari 20% dan untuk anggota grup tidak boleh 50%.
3)
Ketentuan ini berlaku pula bagi cabang bank yang bersangkutan yang beroperasi di luar negeri.
b.
Pemberian fasilitas kredit kepada perusahaan yang sebagian kepemilikannya dimiliki oleh bank berlaku ketentuan: 1)
Perusahaan yang kepemilikannya 50% atau lebih dimiliki bank, batas maksimum kredit adalah 10% dari penyertaan bank pada perusahaan yang bersangkutan. 44
2)
Perusahaan yang kepemilikannya kurang dari 50% dimiliki oleh bank batas maksimum kredit adalah 20% dari modal sendiri bank.
3)
Batas maksimum kredit untuk seluruh perusahaan sebagaimana dimaksud diatas adalah 50% dari modal sendiri bank.
c.
Bank diperkenankan pula memberikan kredit kepada: 1)
Anggota direksi dan pegawai dengan maksimum sebesar kemampuan pengembalian dari pendapatan yang berasal dari bank yang bersangkutan.
2)
Anggota komisaris yang bukan pemegang saham dengan maksimal: a) 5% dari modal sendiri bank bagi individu atau perusahaan yang dimilikinya. b) 15% dari modal sendiri bank bagi komesaris yang bersangkutan beserta grup perusahaan yang dimilikinya.
3)
Pemegang saham dengan maksimal: a) 10% dari jumlah penyertaannya bagi bank pemegang saham atau bagi perusahaan yang dimilikinya. b) 25% dari penyertaannya pada bank dalam hal kredit kepada pemegang saham beserta grup perusahaan yang dimilikinya.
45
B. Keterkaitan Antara Variabel 1.
Penerapan Manajemen Risiko dengan Kebijakan Pemberian Kredit Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2009) mengenai analisis penerapan manajemen risiko dalam pengelolaan risiko kredit dan risiko operasional pada Kantor Wilayah PT. Bank Rakyat Indonesia Medan, hasilnya menunjukkan bahwa kebijakan dan prosedur serta strategi yang diterapkan bank di dalam penerapan manajemen risiko sebagai upaya pengelolaan risiko kredit dan operasional dalam bidang perkreditan telah mengikuti standar-standar minimal yang ditetapkan Bank Indonesia yang tentunya disesuaikan dengan lingkup usaha bank tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan Cahyanto dan Sussanto (2007) mengenai efektifitas penerapan profil risiko kredit terhadap budaya perusahaan dan budaya manajemen risiko kaitannya dengan penerapan Good Corporate Governance (studi pada PT. Bank Niaga. Tbk) menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara profil risiko kredit terhadap nilai budaya manajemen risiko, budaya perusahaan dan GCG untuk meningkatkan nilai utama perusahaan khususnya action dan influence. Dengan demikian maka manajemen risiko dapat mempengaruhi kebijakan pemberian kredit. Ha1:
Penerapan manajemen risiko perbankan berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan pemberian kredit.
46
2.
Penerapan Audit Internal dengan Kebijakan Pemberian Kredit Penelitian yang dilakukan oleh Habiburrochman
(2006) tentang
pengujian evaluasi peran auditor intern dalam menilai risiko bisnis perbankan di BPR Syariah, menyatakan bahwa auditor internal memiliki peran untuk memberikan kepastian yang memadai dalam mengamati dan mengendalikan risiko dalam operasional bank. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hidzriadi (2008) tentang manfaat audit operasional dalam efektivitas pemberian kredit pada PT. Bank Jabar Cabang Utama Bandung menyatakan bahwa audit operasional berpengaruh terhadap atas pemberian kredit didasarkan keadaan bahwa sebagian besar asset yang tertanam dalam pemberian kredit. Berdasarkan beberapa penelitian diatas maka terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan audit internal dengan kebijakan pemberian kredit. Ha2:
Penerapan audit internal berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan pemberian kredit.
Ha3:
Penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit internal berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan pemberian kredit.
47
C. Kerangka Pemikiran Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Variabel Independen
Penerapan Manajemen Risiko Perbankan (X1)
Variabel Dependen
Kebijakan Pemberian Kredit (Y)
Penerapan Audit Internal (X2)
48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Tempat yang digunakan sebagai tujuan penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang berada di Tangerang dan Jakarta untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Ruang lingkup pada penelitian ini adalah membahas dua (2) variabel, yang terdiri dari variabel independen yaitu penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit internal, dan variabel dependen kebijakan pemberian kredit
B. Metode Penentuan Sampel Menurut Indrianto dan Soepomo (1997), populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Penelitian ini mengambil objek pada manajer perkreditan yang berada pada beberapa perusahaan perbankan di DKI Jakarta. Metode penentuan sampel dilakukan
dengan
teknik
Convenience
Sampling
(pemilihan
sampel
berdasarkan kenyamanan) yaitu dengan cara memilih manajer bagian perkreditan berdasarkan data yang diperoleh. Menurut Hamid (2005:24), convenient sampling adalah istilah umum yang mencakupi variasi luasnya prosedur pemilihan responden. Convenient sampling berarti unit sampel yang mudah ditarik, tidak menyusahkan, mudah diukur dan bersifat kooperatif.
49
C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dan data primer yaitu berupa: 1.
Data Primer (Primary Data) Untuk mendukung penelitian ini dan memperoleh data yang dibutuhkan, maka jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yang dikumpulkan melalui metode survey dengan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh penulis. Kuesioner ini diperoleh dari beberapa buku referensi, yang kemudian akan dimodifikasikan dalam bentuk pertanyaan. Bobot penilaian atau angka hasil kuesioner dalam penelitian ini sesuai dengan yang digambarkan dalam skala likert (likert scale). Skala likert menggunakan lima angka penilaian yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Pasti, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Kuesioner ini selanjutnya dikirimkan kepada responden di beberapa perusahaan bank yang ada di Tangerang dan DKI Jakarta. Pengiriman kuesioner dilakukan secara langsung, yaitu dengan mengirimkan langsung kepada perusahaan yang bersangkutan.
2.
Data Sekunder (Secondary Data) Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Penulis menggunakan riset kepustakaan dimana melakukan dengan cara mengumpulkan, membaca dan memahami buku, literatur, artikel, jurnal, dan data dari internet. 50
D. Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai suatu data. Dalam hal ini, statistik deskriptif menjelaskan mengenai karakteristik responden dan variabel yang digunakan. Gambaran umum mengenai karakteristik responden dijelaskan dengan tabel stastistik responden yang diukur dengan skala nominal. Penyusunan kuesioner adalah dengan menggunakan skala likert dengan kuesioner variabel bebas dan variabel terikat. Skala likert (likert scale) di desain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak dengan pertanyaan pada lima titik dengan susunan responden terhadap sejumlah item yang berkaitan dengan konsep atau variabel tertentu kemudian diajukan kepada tiap responden (Sekaran, 2003:31). 2. Uji Kualitas Data Dalam suatu penelitian diperoleh instrumen yang valid dan reliabel. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat mengukur apa yang ingin diukur. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur pengukur dalam mengukur gejala yang sama.. a. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban dari responden melalui pertanyaan yang diberikan. Dalam pengujian reliabilitas ini, 51
peneliti menggunakan metode statistik Cronbach Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar 0,6 dimana jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih besar dari 0,6 maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang memadai. Sebaliknya, jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih kecil dari 0,6 maka butir pertanyaan tersebut tidak reliable. (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2001:42). b. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang ada di dalam kuesioner mampu mengukur peubah yang didapatkan dalam penelitian ini (Ghozali, 2001: 45). Maksudnya untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Setelah itu tentukan hipotesis H0: skor butir pertanyaan berkorelasi positif dengan total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan total skor konstruk. Setelah menentukan hipotesis H0 dan Ha, kemudian uji dengan membandingkan r hitung (tabel corrected item-total correlation) dengan r tabel (tabel Product Moment dengan signifikansi 0,05) untuk degree of freedom (df) = n-2.
52
Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel (Ghozali, 2001:45). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert, atau skala lima tingkatan yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, kondisi dan persepsi tentang fenomena sosial. Metode yang sering digunakan ini dikembangkan oleh Rensis Likert. Dalam penelitian ini pengukurannya akan digolongkan ke dalam lima kategori, yaitu: Tabel 3.1 Metode Skala dan Pengukurannya Sangat Setuju (SS) (5)
Setuju (S)
Tidak Pasti (TP)
Tidak Setuju (TS)
(4)
(3)
(2)
Sangat Tidak Setuju (STS) (1)
Sumber: Indriantoro dan Supomo, 2002
3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas data Uji normalitas bertujuan untuk megetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau paling tidak mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. 53
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan menngikuti arah garis diagonal, maka menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari garis diagonal, maka tidak menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005:10). b. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat
dilihat
dari
grafik
plot.
Deteksi
ada
atau
tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Menurut Nugroho (2005:62) cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari pola gambar scatterplot. Analisis pada
gambar
scatterplot
yang
menyatakan
tidak
terdapat
heterkesdastisitas apabila: 1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka 0 pada sumbu Y. 2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah aja. 54
3) Penyebaran
titik-titik
data
tidak
boleh
membentuk
pola
bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. 4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. Jika plot membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit)
maka
mengindikasikan
telah
terjadi
heteroskedastisitas. Jika plot tidak membentuk pola tertentu, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka mengindikasikan telah terjadi homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah plot yang mengindikasikan homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001:105). c. Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas menyatakan hubungan antar sesama variabel independen. Dalam penelitian ini uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi atau hubungan diantara variabel penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit internal. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal, variabel orthogonal adalah variabel independen yang memiliki nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai 55
untuk menunjukan adanya nilai multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF >10 (Ghozali, 2001: 91).
4. Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2000:163). Model regresi berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier (Indriantoro dan Bambang, 2002:211). Variabel independen terdiri dari manajemen risiko perbankan dan audit internal sedangkan variabel dependennya adalah kebijakan kredit. Untuk menguji hipotesis tersebut, maka rumus persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = a + b1x1 + b2x2 + e
Dimana: Y
: kebijakan kredit
a
: konstanta
b1-b2 : koefisien regresi 56
X1
:
manajemen risiko perbankan
X2
:
audit internal
e
: error
Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui: a. Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summaryb dan tertulis Adjusted R Square. Nilai R2 sebesar 1, berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Jika nilai R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1, berarti
semakin
kuat
kemampuan
variabel
independen
dapat
menjelaskan fluktuasi variabel dependen (Ghozali, 2005:45). b. Uji Statistik t Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2005:84). Menurut Santoso (2000:168) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
57
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat. 2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat. c. Uji Statistik F Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali, 2005:84). Menurut Santoso (2000:120) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen atau terikat.
58
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
E. Operasional Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2005:2), Variabel penelitian adalah suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi, kemudian ditarik kesimpulannya. Operasional variabel penelitian adalah sebuah konsep yang mempunyai penjabaran dari variabel yang ditetapkan dalam suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memastikan agar variabel yang diteliti secara jelas dapat ditetapkan indikatornya. 1.
Variabel Independen (X) Variabel ini sering disebut dengan variabel stimulus atau sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah sebagai berikut: a.
Manajemen Risiko Perbankan Manajemen risiko perbankan adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh perbankan (Djojosoedarsono, 2003:4). Dalam hal tersebut penulis menitik beratkan pada manajemen risiko kredit 59
dimana risiko kredit merupakan risiko kerugian yang terkait dengan kemungkinan gagalnya pihak pasangan dalam memenuhi kewajiban, dengan kata lain merupakan risiko tidak dilunasinya hutang-hutang peminjam. Untuk mengukur penerapan manajemen risiko kredit, kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh Harharah (2008) terdiri dari 11 pertanyaan. Metode pengukuran yang digunakan adalah metode skala likert yang menggunakan 5 poin penilaian, yaitu (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Ragu-ragu, (4) Setuju, (5) Sangat Setuju. b.
Audit Internal Audit internal merupakan fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan (Tugiman, 2001:11). Untuk mengukur penerapan audit internal, kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh Fitria (2009) terdiri dari 10 pertanyaan. Metode pengukuran yang digunakan adalah metode skala likert yang menggunakan 5 poin penilaian, yaitu (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Ragu-ragu, (4) Setuju, (5) Sangat Setuju.
2.
Variabel Dependen (Y) Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen atau sering disebut dengan variabel terikat. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya 60
variabel independen, yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan pemberian kredit. Kebijakan pemberian kredit merupakan kemampuan perusahaan dalam menyalurkan kredit ke debitur yang menguntungkan dan aman bagi bank (Hampel dan Simpson, 1991 dalam Anggraini, 2008:35). Untuk mengukur Kebijakan pemberian kredit terdiri dari 9 pertanyaan. Metode pengukuran yang digunakan adalah metode skala likert yang menggunakan 5 poin penilaian, yaitu (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Ragu-ragu, (4) Setuju, (5) Sangat Setuju.
61
Tabel. 3.1 Operasional Variabel Penelitian
Variabel (Variabel X1) Penerapan Manajemen Risiko (Harharah, 2008)
Subvariabel 1. Pelaksanaan Manajemen Risiko
Indikator Ukuran • Penerapan sistem informasi Skala Interval dan prosedur kredit. • Penerapan system credit scoring. • Pedoman standar penerapan manajemen risiko bank. • Laporan dan data sistem informasi manajemen • Pelaksanaan fungsi remedial secara independen. • Jangka waktu kredit. • Pengembangan sistem pengawasan berbasis risiko. • Memantau bisnis penerima kredit. • Sistem dan metodologi statistik/probabilistik untuk mengukur risiko. • Sistem informasi untuk mengidentifikasi adanya konsentrasi dalam portofolio kredit. • Pengendalian risiko kredit. Tabel ini berlanjut ke halaman berikut:
62
Tabel 3.2 (Lanjutan)
Variabel (Variabel X2) Penerapan Audit Internal (Fitria, 2009)
Subvariabel 1. Kualifikasi Auditor Internal
Indikator • Keahlian dan pelatihan teknis yang memadai. • Independensi dalam sikap mental. • Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama.
Ukuran Skala Interval
2. Pelaksanaan Audit Internal
• Perencanaan dan supervisi audit. • Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern. • Bukti audit kompeten yang cukup. • Pernyataan tentang kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku. • Pernyataan mengenai ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum. • Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan. • Pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.
Skala Interval
Tabel ini berlanjut ke halaman berikut:
63
Tabel 3.2 (Lanjutan)
Variabel (Variabel Y) Kebijakan Pemberian Kredit Anggraini (2008:35).
Subvariabel 1. Standar dan Penilaian Kelayakan Kredit
Indikator • Melihat reputasi dan sifatsifat positif dari nasabah. • Pedoman penyusunan kebijakan perkreditan bank. • Kemampuan nasabah membayar kewajibannya. • Analisis modal untuk menggambarkan capital structure nasabah. • Sejumlah aktiva yang dijadikan jaminan oleh debitur. • Pemahaman dan penyebarluasan pedoman kredit. • Pemberian kredit sesuai dan seirama dengan kebijakan moneter dan ekonomi. • Pemberian kredit selektif dan diarahkan kepada sektor-sektor yang di prioritaskan • Penetapan limit pemberian kredit.
Ukuran Skala Interval
64
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada beberapa perusahaan perbankan yang berada di wilayah Tangerang dan DKI Jakarta. Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner, pengiriman kuesioner dilakukan secara langsung dengan mendatangi beberapa bank yang ada di wilayah Tangerang dan DKI jakarta serta melalui perantara teman yang bekerja sebagai pegawai pada bank tersebut. Proses pengiriman kuesioner dimulai pada tanggal 5 mei 2010 sampai 26 mei 2010. Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 62 kuesioner yang dikirim kepada 13 perusahaan perbankan di wilayah Tangerang dan DKI Jakarta. Jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 44 kuesioner dengan tingkat pengembalian 70,90%, sedangkan sisanya 29,03% atau sebanyak 18 kuesioner tidak dikembalikan. Sehingga jumlah kuesioner yang dapat digunakan sebagai data penelitian untuk dianalisis lebih lanjut adalah sebanyak 70,90% kuesioner. Pengiriman dan pengembalian kuesioner ditampilkan dalam tabel 4.1 berikut ini:
65
Tabel 4.1 Total Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner Keterangan Jumlah kuesioner yang dikirim Jumlah kuesioner yang tidak kembali Jumlah kuesioner yang kembali Jumlah kuesioner yang tidak dapat digunakan Jumlah kuesioner yang digunakan Sumber: Data Primer yang diolah 2010
Frekuensi 62 18 44 0 44
Presentase 100% 29,03% 70,97% 0 70,97%
Nama-nama dari 13 perusahaan perbankan yang dijadikan tempat penelitian dapatdilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian No.
Nama Bank
1. BPR Mulya Artha 2. BPR Artha Mitra Usaha 3. CIMB Niaga 4. Bank Negara Indonesia 5. BPR Pesona Leteris Pratama 6. Bank Bukopin 7. Bank Rakyat Indonesia 8. Bank Mandiri 9. Bank Central Asia 10. BPR Muara Sumber Dana 11 BPR Daya Artha 12 Bank Mega 13 Standard Charter Bank Sumber: Data Primer yang diolah 2010
Kuesioner Kuesioner dikirim dikembalikan 8 7 7 7 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 7 7 2 1 16 5 12 5
66
B. Penemuan dan Pembahasan 1.
Deskriptif Demografi Responden Deskriptif demografi responden memberikan gambaran mengenai karakteristik responden yang diukur dengan skala nominal yang menunjukkan besarnya frekuensi absolut dan persentase jabatan, jenis kelamin, pendidikan, dan lamanya bekerja pada perusahaan. Tabel 4.3. Jabatan Responden Jabatan Absolut Persentase Direktur 3 6,8% Manajer 9 20,45% Asisten Manajer 1 2,27% Staf Kredit 31 70,45% Jumlah 44 100 % Sumber: Data Primer yang diolah 2010 Pada tabel 4.3. dapat dilihat bahwa jabatan yang dimiliki oleh responden pada data yang telah diolah. Responden yang menjabat sebagai Direktur sebanyak 3 orang atau sebesar 6,8% dari 50 responden. Sebanyak 9 orang jabatannya sebagai Manajer dengan persentase 20,45%, sebanyak 1 orang sebagai Asisten Manajer dengan persentase 2,27%, sebanyak 31 orang sebagai Staf Kredit. Tabel 4.4. Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin
Absolut
Laki-laki 28 Perempuan 16 Jumlah 44 Sumber: Data Primer yang diolah 2010
Persentase 63,64 % 36,36% 100 %
67
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 28 atau sebesar 63,64%, sedangkan sisanya sebanyak 16 orang atau sebesar 36,36% dipenuhi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, sebagian besar responden yang mengisi kuisioner adalah laki-laki. Tabel 4.5. Pendidikan Responden Pendidikan
Absolut D3 7 S1 36 S2 1 S3 0 Jumlah 44 Sumber: Data Primer yang diolah 2010
Persentase 15,90 % 81,81% 2,27 % 0% 100 %
Pada tabel 4.5. dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan jenjang pendidikan terakhir tersebar pada pendidikan D3 sebanyak 7 orang atau sebesar 15,90%. Responden yang berpendidikan terakhir dengan kategori Sarjana Strata Satu (S1) sebanyak 36 orang atau sebesar 81,81%, dan Strata Dua (S2) sebanyak 1 orang atau sebesar 2,27% serta tidak ada satu orang responden pun yang berpendidikan selain D3, S1, dan S2. Tabel 4.6. Lama Berprofesi Lama Bekerja
Absolut
Persentase
≤ 5 tahun
35
79,55 %
> 5 tahun
9
20,45 %
Jumlah 44 Sumber: Data Primer yang diolah 2010
100 %
68
Pada tabel 4.6. dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan lama berprofesi adalah diatas 5 tahun yaitu sebanyak 15 orang atau sebesar 20,45% sedangkan sisanya sebanyak 35 orang atau sebesar 79,55% telah berprofesi tidak lebih dari 5 tahun.
2.
Uji Kualitas Data a.
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban dari responden melalui pertanyaan yang diberikan. Hasil dari pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang dipakai dapat digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dapat dikatakan reliable atau handal jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dalam pengujian reliabilitas ini, peneliti menggunakan metode statistik Cronbach Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar 0,6 dimana jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih besar dari 0,6 maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang memadai. Sebaliknya, jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih kecil dari 0,6 maka butir pertanyaan tersebut tidak realible. (Ghozali, 2001:42). 69
Tabel 4.7. Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Jumlah butir pertanyaan 9 butir
Penerapan Manajemen Risiko Perbankan Penerapan Audit Internal 10 butir Kebijakan Pemberian Kredit 13 butir Sumber: Data Primer yang diolah 2010
Cronbach alpha 0,758 0,752 0,722
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa instrumen untuk setiap variabel penelitian adalah reliabel, karena α hitung > 0,6. pada variabel penerapan manajemen risiko perbankan memiliki α 0,758> 0,6. variabel penerapan audit internal memiliki α hitung 0,752 > 0,6. Dan variabel kebijakan pemberian memiliki α hitung 0,722> 0,6.
b.
Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang ada di dalam kuesioner mampu mengukur peubah yang didapatkan dalam penelitian ini (Ghozali, 2001: 45). Maksudnya untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Setelah itu tentukan hipotesis H0: skor butir pertanyaan berkorelasi positif dengan total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan total skor konstruk. 70
Setelah menentukan hipotesis H0 dan Ha, kemudian uji dengan membandingkan r hitung (tabel corrected item-total correlation) dengan r tabel (tabel Product Moment dengan signifikansi 0,05) untuk degree of freedom (df) = n-2, dimana “n” adalah jumlah sampel penelitian sebanyak 44 responden sehingga diperoleh nilai (df) = 44-2 atau nilai df dari 42 adalah 0,251. Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel (Ghozali, 2001:45). Hasil pengujian validitas ditunjukkan dalam table berikut: Tabel 4.8. Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Manajemen Risiko Perbankan Pertanyaan
Variabel
r hitung
Butir 1 Manajemen Risiko 0,365 Butir 2 Manajemen Risiko 0,490 Butir 3 Manajemen Risiko 0,314 Butir 4 Manajemen Risiko 0,602 Butir 5 Manajemen Risiko 0,428 Butir 6 Manajemen Risiko 0,307 Butir 7 Manajemen Risiko 0,427 Butir 8 Manajemen Risiko 0,248 Butir 9 Manajemen Risiko 0,529 Butir 10 Manajemen Risiko 0,411 Butir 11 Manajemen Risiko 0,189 Sumber: Data Primer yang diolah 2010
r tabel
Kesimpulan
0,251 0,251 0,251 0,251 0,251 0,251 0,251 0,251 0,251 0,251 0,251
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid
Tabel 4.8 menunjukkan variable penerapan manajemen risiko perbankan mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai r hitung > r tabel, terkecuali dua pertanyaan dari variabel penerapan manajemen risiko yaitu butir pertanyaan 8 dan 11 yang dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai r hitung < r tabel, sehingga harus dikeluarkan dan tidak diikutsertakan dalam 71
pengujian data selanjutnya. Adapun hasil pertanyaan yang tidak valid kemungkinan disebabkan oleh kesibukan responden dan waktu. Pengujian dilakukan kembali berdasarkan butir pertanyaan 8 dan 11 yang sudah dikeluarkan. Hasil pengujian berdasarkan pertanyaan yang sudah dikeluarkan yaitu butir pertanyaan 8 dan 11 dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9. Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Manajemen Risiko Perbankan Setelah Butir Pertanyaan 8 dan 11 Dikeluarkan Pertanyaan
Variabel
r hitung
Butir 1 Manajemen Risiko 0,365 Butir 2 Manajemen Risiko 0,490 Butir 3 Manajemen Risiko 0,314 Butir 4 Manajemen Risiko 0,602 Butir 5 Manajemen Risiko 0,428 Butir 6 Manajemen Risiko 0,307 Butir 7 Manajemen Risiko 0,427 Butir 8 Manajemen Risiko 0,529 Butir 9 Manajemen Risiko 0,411 Sumber: Data Primer yang diolah 2010
r tabel
Kesimpulan
0,251 0,251 0,251 0,251 0,251 0,251 0,251 0,251 0,251
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tabel 4.9 menunjukkan variable penerapan manajemen risiko perbankan mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai r hitung > r tabel.
72
Tabel 4.10. Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Audit Internal Pertanyaan Variabel Butir 1 Penerapan Audit Internal Butir 2 Penerapan Audit Internal Butir 3 Penerapan Audit Internal Butir 4 Penerapan Audit Internal Butir 5 Penerapan Audit Internal Butir 6 Penerapan Audit Internal Butir 7 Penerapan Audit Internal Butir 8 Penerapan Audit Internal Butir 9 Penerapan Audit Internal Butir 10 Penerapan Audit Internal Sumber: Data Primer yang diolah 2010
R hitung 0,302 0,519 0,400 0,561 0,462 0,257 0,586 0,304 0,445 0,415
r tabel Kesimpulan 0,251 Valid 0,251 Valid 0,251 Valid 0,251 Valid 0,251 Valid 0,251 Valid 0,251 Valid 0,251 Valid 0,251 Valid 0,251 Valid
Tabel 4.10. menunjukkan variabel penerapan audit internal mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai r hitung > r tabel.
Tabel 4.11. Hasil Uji Validitas Variabel Kebijakan Pemberian Kredit Pertanyaan Variabel r hitung Butir 1 Kebijakan Pemberian Kredit 0,319 Butir 2 Kebijakan Pemberian Kredit 0,487 Butir 3 Kebijakan Pemberian Kredit 0,371 Butir 4 Kebijakan Pemberian Kredit 0,500 Butir 5 Kebijakan Pemberian Kredit 0,383 Butir 6 Kebijakan Pemberian Kredit 0,515 Butir 7 Kebijakan Pemberian Kredit 0,459 Butir 8 Kebijakan Pemberian Kredit 0,281 Sumber: Data Primer yang diolah 2010
r tabel Kesimpulan 0,251 Valid 0,251 Valid 0,251 Valid 0,251 Valid 0,251 Valid 0,251 Valid 0,251 Valid 0,251 Valid
Tabel 4.11. menunjukkan variabel kebijakan pemberian kredit mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai r hitung > r tabel. 73
3.
Uji Asumsi Klasik a.
Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau paling tidak mendekati normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka tidak menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. (Ghozali, 2001:110). Pada gambar 4.1. menunjukkan adanya persebaran data (titik) pada sumbu diagonal yang mendekati garis diagonal. Berdasarkan pedoman uji normalitas mengatakan bahwa jika 74
persebaran data (titik) mengikuti atau mendekati garis normal maka suatu penelitian dapat dikatakan normal. Gambar 4.1. Hasil Uji Normalitas
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: VAR00003
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Sumber: Data Primer yang diolah 2010 Untuk meyakinkan bahwa penelitian ini menunjukkan adanya normalitas, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan pengujian histogram.
75
Histogram
Dependent Variable: VAR00003 10
Frequency
8
6
4
2
0 -3
-2
-1
0
1
2
Mean =-2.54E-15 Std. Dev. =0.976 N =44
Regression Standardized Residual
Pada gambar histogram juga menunjukkan adanya normalitas dalam penelitian ini. Melihat hal tersebut maka dapat disimpulkan penelitian ini memenuhi uji normalitas. b.
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat dilihat dari grafik plot. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Jika plot membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit)
maka
mengindikasikan
telah
terjadi 76
heteroskedastisitas. Jika plot tidak membentuk pola tertentu, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka mengindikasikan telah terjadi homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah plot yang mengindikasikan homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2001:105) Gambar 4.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data Primer yang diolah 2010 Pada gambar 4.2. menunjukkan tidak terjadi pola tertentu yang teratur seperti bergelombang, melebar, dll. Sesuai dengan pedoman uji heteroskedastisitas, maka dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas atau disebut homokedastisitas. Hal ini dibuktikan dengan grafik plot diatas yang tidak membentuk pola tertentu yang teratur sehingga penelitian ini layak dilakukan pengujian lebih lanjut. 77
c. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada
hubungan
atau
korelasi
diantara
variabel
independen.
Multikolinearitas menyatakan hubungan antar sesama variabel independen. Dalam penelitian ini uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi atau hubungan diantara variabel penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit internal. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal, variabel orthogonal adalah variabel independen yang memiliki nilai korelasi antar
sesama
variabel
independen
sama
dengan
nol.
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya VIF. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukan adanya nilai multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF >10 (Ghozali, 2001: 91). Tabel 4.12. Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients(a) Model
Collinearity Statistics Tolerance
1
VIF
(Constant) Penerapan manajemen risiko
,151
6,608
Penerapan audit internal
,151
6,608
a Dependent Variable: Kebijakan Pemberian Kredit Sumber: Data Primer yang diolah, 2010 78
Pada tabel 4.12 terlihat nilai tolerance untuk tiap variabel sebesar 0,151 sedangkan nilai VIF untuk masing-masing variabel sebesar 6,608. Berdasarkan pedoman terhadap uji multikolinieritas nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 maka terlihat bahwa tidak terjadi korelasi diantara variabel penerapan manajemen risiko perbankan, dan penerapan audit internal atau tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi ini. 4.
Uji Hipotesis a.
Hasil Uji Koefisien Determinasi Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabelvariabel independen, yaitu penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit internal dalam menjelaskan variasi variabel dependen, yaitu kebijakan pemberian kredit. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada kolom adjusted R
square, yang
ditampilkan pada tabel berikut :
Tabel 4.13. Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary(b)
Model 1
R ,559a
R Square ,312
Adjusted R Square ,279
Std. Error of the Estimate 2,96753
a Predictors: (Constant), penerapan audit internal, penerapan manajemen risiko perbankan b Dependent Variable: kebijakan pemberian kredit
Sumber: Data Primer yang diolah, 2010 79
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien Adjusted
R
Square
yang
dihasilkan
oleh
variabel-variabel
independen sebesar 0,279 yang artinya adalah 27,9 % variabel dependen kebijakan pemberian kredit dijelaskan oleh variabel independen penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit internal, dan sisanya sebesar 72,1 % dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel independen yang digunakan. Misalkan variabel penerapan prinsip mengenal nasabah untuk menetapkan kebijakan penerimaan dan identifikasi nasabah (Peraturan Bank Indonesia, No:3/10/PBI/2001), Analisa Mengenai dampak Lingkungan, dll. Angka koefisien kolerasi (R) pada tabel 4.13 sebesar 0,559 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah kuat karena memiliki nilai koefisien kolerasi diatas 0,5. Standar Error of Estimate (SEE) sebesar 2,96753. Makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
b.
Hasil Uji t Pengujian regresi secara parsial (uji t) berguna untuk menguji pengaruh dari masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas 80
(p-value) dari masing-masing variabel dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05. jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel-variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji regresi secara parsial (uji t) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.14. Hasil Uji t Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant)
Manajemen Risiko Audit Internal
Standardized Coefficients
B 23,002
Std. Error 5,274
1,194
,323
-,813
,320
Beta
t 4,361
Sig. ,000
1,231
3,698
,001
-,845
-2,540
,015
a Dependent Variable: Kebijakan Pemberian Kredit
Sumber: Data Primer yang diolah, 2010 Dalam tabel Coefficients di atas ditunjukkan bahwa variabel independen yang dimasukkan dalam model yaitu penerapan manajemen risiko perbankan adalah signifikan. Hal ini dapat dilihat probabilitas signifikannya sebesar 0,01 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ha1 diterima. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa penerapan
manajemen
risiko
perbankan
berpengaruh
positif
signifikan terhadap kebijakan pemberian kredit. Dengan demikian penerapan manajemen risiko perbankan sangat berperan penting dalam kebijakan pemberian kredit. Manajemen risiko yang diterapkan oleh perbankan, diharapkan akan membantu dalam 81
memberi kebijakan yang tepat untuk pemberian kredit. Hasil penelitian ini konsisten dengan teori yang ada yaitu pada Pengaturan Pemberian Kredit Bank Umum (Ginting, 2005:3) menyatakan bahwa pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang mengandung risiko yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan kelangsungan bank, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus berpegang pada azas-azas perkreditan yang sehat guna melindungi dan memelihara kepentingan dan kepercayaan masyarakat. Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten dan berdasarkan azas perkreditan yang sehat maka diperlukan suatu kebijakan perkreditan tertulis. Kriteria pemberian kredit yang sehat diatur dalam Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum (2003:20) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dimana bank harus memiliki informasi yang cukup guna membantu bank dalam melakukan penilaian secara komprehensif terhadap profil risiko debitur. Jadi semaikin baik perusahaan perbankan menerapkan manajemen risiko kredit, maka semakin baik pula perusahaan menetapkan kebijakan pemberian kredit untuk meminimalisir risiko yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan kelangsungan bank. Variabel
penerapan
audit
internal
memiliki
nilai
probabilitas signifikan sebesar 0,015 di bawah 0,05 yang berarti Ha2 diterima. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa penerapan audit internal
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
kebijakan 82
pemberian kredit. Dengan demikian semakin baik penerapan audit internal maka semakin berkurang kebijakan dalam pemberian kredit, hal ini berarti bahwa semakin baik suatu bank menerapkan audit internal, maka bank akan lebih selektif dan lebih berhati-hati dalam memberikan kebijakan kredit pada nasabah, sehingga volume kredit yang diberikan akan semakin berkurang. Menurut Habiburahman (2007:28),
peran
auditor
internal
terhadap
kebijakan
yang
dikeluarkan direksi tergantung pada tingkat independensi yang dimiliki oleh auditor, berdasarkan hasil penelitiannya auditor yang tidak besikap independen tidak dapat mengevaluasi kebijakan dan kewenangan yang dikeluarkan oleh direksi, karena auditor maksimal dapat melakukan niat evaluasi hanya dengan sekedar menanyakan kepada dewan direksi seperti hanya membuat teguran atau menanyakan secara lisan kepada direksi, hal ini menyiratkan bahwa posisi auditor lemah dalam menghadapi suatu kebijakan direksi. Berbeda dengan auditor yang lebih bersikap independen lebih terbuka dalam menyampaikan segala permasalahan yang terjadi di perusahaan, dan auditor setuju dibuat memo audit karena kebijakan direksi tersebut melanggar kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku, hal ini menyiratkan bahwa auditor lebih bersikap independen
karena
mendasarkan
pada
aturan
tanpa
takut
dipersalahkan.
83
Dari hasil uji regresi yang dilakukan, juga ditemukan bahwa variabel penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit internal berpengaruh terhadap kebijakan pemberian kredit.
c.
Hasil Uji F Pengujian signifikansi simultan (uji F) dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang digunakan dalam model regresi mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.15. Hasil Uji F ANOVA(b)
Model 1
Regression
Sum of Squares 164,104
Df 2
Mean Square 82,052 8,806
Residual
361,056
41
Total
525,159
43
F 9,317
Sig. ,000(a)
a Predictors: (Constant), audit internal, manajemen risiko b Dependent Variable: kebijakan kredit
Sumber: Data Primer yang diolah, 2010 Berdasarkan hasil pengolahan
data pada tabel 4.15
menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari nilai probabilitas (p-value) 0,05 (0,000 < 0,5). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa penerapan manajemen risiko dan audit internal secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan pemberian kredit (Ha3 diterima). Dengan demikian semakin baik suatu bank menerapkan manajemen risiko 84
dan menerapkan audit internal maka akan semakin baik pula perusahaan
memberikan
kebijakan
penyaluran
kredit
yang
menguntungkan dan aman bagi bank. Hasil penelitian ini konsisten dengan pernyataan Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum (2003:20) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, Ginting (2005:3) dan Habiburrochman (2007:28)
85
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menguji
pengaruh
penerapan
manajemen risiko perbankan dan penerapan audit internal terhadap kebijakan pemberian kredit. Berdasarkan data yang diperoleh maupun hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai pengaruh penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit internal terhadap kebijakan pemberian kredit, yaitu: 1. Pengaruh penerapan manajemen risiko perbankan terhadap kebijakan pemberian kredit menunjukkan hasil yang signifikan. Hasil penelitian ini konsisten dengan pernyataan Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum (2003:20) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan Ginting (2005:3). 2. Pengaruh penerapan audit internal terhadap kebijakan pemberian kredit menunjukkan hasil yang signifikan. Hasil penelitian ini konsisten dengan pernyataan Habiburrochman (2007:28).
86
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan diatas maka implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penerapan manajemen risiko perbankan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan pemberian kredit. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen risiko yang diterapkan oleh bank sangat berperan penting dalam pembuatan kebijakan dalam pemberian kredit. Semakin baik perusahaan perbankan menerapkan manajemen risiko kredit, maka semakin baik pula perusahaan menetapkan kebijakan pemberian kredit untuk meminimalisir risiko yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan kelangsungan bank. 2. Penerapan audit internal berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dalam pemberian kredit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik suatu bank menerapkan audit internal maka kebijakan pemberian kreditnya akan berkurang karena bank akan lebih selektif dalam pemberian kredit sehingga volume kredit yang diberikan akan semakin berkurang.
87
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Ryza, “Pengaruh Kebijakan Kredit dan Kebijakan Perpancaran Bunga (Speread) Terhadap Profitabilitas Bank” Tesis Universitas Widyatama, Bandung, 2005. Aprianti, Syahida, “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Return Saham dan Risiko Pasar”, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006. Askin, Bachtiar, “Pengaruh Sikap Profesionalisme Internal Auditor terhadap Peranan Internal Auditor dalam Pengungkapan Temuan Audit”. Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Ekonomi, Volume 7, Jakarta, 2006. Bank Indonesia, “Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum” Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Lampiran SE No.5/21/DPNP tanggal 29 September 2003, diakses tanggal 17 Januari 2010 dari http://www.bpkp.go.id/unit/dan/lamp-se-52103.pdf. Basyaib, Fachmi, “Manajemen Risiko” Cetakan 1, PT. Grasindo, Jakarta, 2007. Bintoro, Pujono, “Standar Profesi Internal Auditor” diakses tanggal 19 Januari 2010 dari http://pudjo88.wordpress.com/2008/07/03/standar-profesi-internalauditor/ Boynton, C., William. Jhonson, N., Raymond. Kell. G., Walter “Modern Auditing” Edisi 7 Jilid 1, Edisi Bahasa Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2003. Cahyanto, Eko dan Herry Sussanto, “E fektifitas Penerapan Profil Risiko Kredit terhadap Budaya Perusahaan dan Budaya Manajemen Risiko Kaitannya dengan Penerapan Good Corporate Governance (GCG, ) Studi Kasus di PT Bank Niaga Tbk” Tesis Manajemen Perbankan Universitas Gunadarma, Jakarta, 2007. Danfar, “Definisi /Pengertian Efektifitas” diakses tanggal 16 Desember 2009 dari http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/ Djojosoedarsono, Soeisno, “Prinsip-prinsip Manajemen Resiko Asuransi” Edisi Revisi, Salemba Empat, 2003. Firdaus, Rahmat, “Peranan Audit Internal Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Pemberian Kredit (Studi Kasus Pada Pt. Bank Mega Cabang Bandung)”, Skripsi Universitas Widyatama, Bandung, 2006. 88
Fitria, Atika, “Pengaruh Penilaian Kinerja dan Penerapan Audit Internal Terhadap Sistem Pengendalian Intern Perusahaan (Studi Kasus pada Bank Negara Indonesia)”, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009. Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Penerbit Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005. Ginting, Ramlan, “Pengaturan Pemberian Kredit Bank Umum”, Disampaikan dalam Diskusi Hukum, Bandung, 2005. Habiburrochman, “Evaluasi Peran Auditor Intern dalam Menilai Risiko Bisnis Perbankan di Bpr Syariah (Studi Kasus Pada Bprs Baktimakmur Indah Dan Bprs Baktisumekar)”, Skripsi Universitas Airlangga Surabaya, 2007, Diakses Tanggal 1 April 2010 dari http://www.stitiv.ac.id/library/modul/EVALUASI%20PERAN%20AUDITO R%20INTERN%20DALAM%20MENILAI.pdf Halim, Abdul, “Auditing 1: Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan” Edisi 2, UPD AMP YKPN, Yogyakarta, 2001. Hall, James A dan Tommie Singleton “Information Technology Auditing and Assurance”, Edisi 2 Buku 2, Edisi Bahasa Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 2007. Hamid, Abdul, “ Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN press, Jakarta, 2007. Hasibuan, Malayu S.P.. “Dasar-dasar Perbankan”, Rineka Cipta, Jakarta, 2001. Harharah, Samlah, “Persepsi analisis kredit atau Pembiayaan tentang Risiko Kredit pada Bank Konvensional dan Bank syariah (Studi Kasus Pada Bank Central Asia dan Bank Syariah Mandiri)”, Skripsi Universitas Trisakti, Jakarta, 2008. Hidzriadi, Sugandi, ”Manfaat Audit Operasional Dalam Efektivitas Pemberian Kredit (Studi Kasus pada PT Bank Jabar Cabang Utama Bandung)”, Skripsi Universitas Widyatama, 2008. Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny, “Dasar-dasar Manajemen Keuangan” UPPAMYKPN, Yogyakarta, 2002. Indrianto, Nur dan Bambang Supomo, ”Manajemen Perbankan Untuk Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002. Khan Tariqullah dan Habib Ahmed, “Manajenen Risiko Lembaga Keuangan Syariah” Cetakan Pertama, Bumi Aksara, Jakarta, 2008. 89
Lestari, Putri Adinda, “Analisis Penerapan Manajemen Risiko Dalam Pengelolaan Risiko Kredit Dan Risiko Operasional Pada Kantor Wilayah PT. Bank Rakyat Indonesia Medan” Skripsi Universitas Sumatera Utara, 2009, Diakses Tanggal 11 Februari 2010 dari http://74.125.153.132/search?q=cache:q_g1np8VIPsJ:library.usu.ac.id/index. php/component/journals/index.php%3Foption%3Dcom_journal_review%26i d%3D14880%26task%3Dview+manajemen+resiko+bank+keywords&cd=10 &hl=id&ct=clnk&gl=id. Muljono, Teguh Pudjo, “Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil”, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta. 2001. Nasution, Manahan, “Sekilas Tentang Internal Auditor”, Universitas Sumatera Utara, diakses tanggal 11 Desember 2009 dari http://library.usu.ac.id/download/fe/akuntansi-manahan2.pdf. Nugroho, Bhuono Agung, “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS”. ANDI, Yogyakarta, 2005. Raharjo, Dwi Sihono, “Manajemen Risiko Kredit Perbankan”, Jurnal Manajemen Universitas Tarumanegara, Jakarta, 2005. Rajagukguk, Rini Phinta Marito, “Pengaruh Kebijakan Moneter dan Risiko Perbankan terhadap Kinerja Fungsi Intermediasi” Skripsi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2008, Diakses Tanggal 3 Februari 2010 dari http://lib.feb.ugm.ac.id/ebdl/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=read&id=pfeug m--rajagukguk-712. Rukmini, Reni, “Analisis Pengaruh Pelaksanaan Electronic Data Processing Audit dan Resiko Audit Terhadap Kinerja Audit”, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000. Sugiyono, “Statistik Untuk Penelitian”, Alfabeta, Bandung, 2005. Susanto, Daniel, “Peranan Audit Internal Terhadap kepatuhan Manajemen Perusahaan (Studi Kasus pada PT. Otto Parameceutical Industries)” Skripsi Universitas Widyatama, Bandung, 2007. Suyatno, Thomas, HA Chalik, Made Sukada, Tinon Yunianti Ananda, dan Djuhaepah T Marala, “Dasar-dasar Perkreditan”Cetakan ke 11, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007. Tugiman, Hiro, “Pandangan Baru Internal Auditing” Kanisius, Jakarta, 2002. 90
Wahyuningtyas, Tri Endah, “Pengaruh Efektivitas Pengendalian Intern Kredit Terhadap Rentabilitas Pd. Bpr Bkk Di Kabupaten Purbalingga”, Skripsi Universitas Negri Semarang, Semarang, 2007.
91
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT
Disusun Oleh: Nama : Ika Caya Putri NIM
: 206082003988
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
92
KUESIONER PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Program Strata Satu Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya: Nama : Ika Caya Putri NIM : 206082003988 Fakultas/Jurusan : Ekonomi dan Ilmu Sosial/Akuntansi Bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Perbankan Dan Penerapan Audit Internal Terhadap Kebijakan Pemberian Kredit". Sehubungan dengan hal tersebut saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk meluangkan waktunya sejenak untuk mengisi beberapa pertanyaan pada kuesioner ini. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak untuk digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu/Saudara bekerja, sehingga saya akan menjaga kerahasiaan sesuai dengan etika penelitian. Peneliti sangat mengharapkan kepada semua pihak yang terpilih sebagai responden dalam penelitian ini dapat bekerjasama dalam memberikan informasi serta jawaban atas pertanyaan secara benar, jujur, dan objektif. Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda, karena tujuan kuesioner ini adalah untuk meminta persepsi/pendapat anda. Terima kasih atas kesediaan Bapak/ibu/Saudara meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner guna membantu kelancaran penelitian ini. Jakarta, 17 April 2010 Pembimbing I,
Dr. Amilin, SE, Ak., MSi NIP.19730615 200501 1 009
Pembimbing II,
Yessi Fitri, SE, Ak., MSi NIP. 19730615 200501 1 009
Peneliti,
Ika Caya Putri
93
IDENTITAS RESPONDEN
1.
Nama Bank
:
2.
Jenis kelamin
:
……………………………
Laki-Laki Perempuan
3.
Usia Responden
:
20 - 30 Tahun 31 – 40 Tahun > 40 Tahun
4.
5.
Latar Belakang Pendidikan
Jenjang pendidikan
:
:
Akuntansi dan Audit
Manajemen
Perbankan
Lain-lain
D3
S2
S1
S3
6.
Jabatan
: ............................................
7.
Lama Bekerja
:
< 5 Tahun
> 5 tahun
3 - 5 Tahun 8.
Tanggal Pengisian
: .............................................
9.
Tanda Tangan
: .............................................
94
PERTANYAAN/ PERNYATAAN PENELITIAN Pada bagian ini akan digunakan untuk keperluan analisis. Berilah tanda silang (X) pada kotak yang disediakan.
SS
Keterangan = Sangat Setuju
S
= Setuju
TP
= Ragu-ragu
TS
= Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
NO 1.
2.
3.
4.
5.
Pertanyaan
Penerapan Manajemen Risiko SS S TP TS STS
Sistem informasi dan prosedur kredit harus diterapkan oleh bank untuk memantau kondisi dan setiap debitur. System credit scoring yang diterapkan oleh bank Indonesia merupakan sistem yang sangat menentukan untuk kelayakan kredit modal kerja. Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum merupakan pedoman yang mengatur pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat terkendali (manageable) pada batas/limit yang dapat diterima serta menguntungkan bank Dalam rangka meningkatkan efektifitas proses pengukuran resiko kredit bank harus memiliki sistem informasi manajemen yang menyediakan laporan dan data secara akurat dan tepat waktu untuk mendukung pengambilan keputusan oleh direksi dan pejabat lainnya. Bank harus melaksanakan fungsi remedial secara independen untuk menjamin pelaksanaan monitoring risiko kredit lebih intensif.
95
NO
Pertanyaan
6.
Jangka waktu kredit (maturity profile) dikaitkan dengan perubahan potensial yang terjadi di pasar, merupakan sistem pengukuran kredit yang harus dipertimbangkan dalam risiko kredit.
7.
Penerapan manajemen risiko oleh perbankan harus diikuti pula oleh pengembangan sistem pengawasan berbasis risiko oleh bank Indonesia. Harus ada orang dari pihak bank yang selalu memantau bisnis penerima kredit (debitur). Bank dapat menggunakan sistem dan metodologi statistik/probabilistik untuk mengukur risiko yang berkaitan dengan jenis tertentu dari transaksi risiko kredit, seperti credit scoring tools. Bank harus memiliki sistem informasi yang memungkinkan direksi untuk mengidentifikasi adanya konsentrasi dalam portofolio kreditnya Pada pengendalian risiko kredit bank harus menetapkan suatu sistem penilaian (internal credit reviews) yang independen dan berkelanjutan terhadap efektifitas penerapan proses manajemen resiko kredit.
8. 9.
10.
11.
NO 1.
2.
3.
Pertanyaan
SS
S
TP
TS
STS
Penerapan Audit Internal SS S TP TS STS
Seorang auditor dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan sudah semestinya memiliki keahlian yang cukup dan pengalaman yang memadai serta pelatihan teknis yang cukup agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Independensi atau sikap objektif dalam melakukan pemeriksaan harus dimiliki oleh setiap auditor dalam menjalankan tugasnya. Auditor dituntut untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan memiliki sikap yang mencakup pemikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti-bukti audit yang diperoleh
96
NO 4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
NO 1.
2.
3.
Pertanyaan Setiap kegiatan pemeriksaan yang akan dilakukan oleh seorang auditor sebaiknya direncanakan dengan matang dan asisten yang mendampingi harus memiliki pengalaman yang cukup. Memahami pengendlian intern perusahaan akan membantu dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan.
SS
S
TP
TS
STS
Bukti-bukti audit yang kompeten adalah dengan melakukan inspeksi, pengamatan dan permintaan keterangan langsung kepada pihak yang berkepentingan. Auditor harus menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang telah diaudit telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penyajian hasil laporan audit oleh auditor harus mencakup pengungkapan yang informatif atau memadai atas setiap hal-hal yang material. Setiap pendapat auditor atas temuan-temuan yang diperoleh adalah pendapat yang harus diterima oleh pihak manajemen perusahaan. Setiap auditor setelah melakukan proses pengauditan seharusnya memberikan pernyataan pendapat terhadap hasil atau bukti-bukti yang diperoleh. Pertanyaan
Kebijakan Pemberian Kredit SS S TP TS STS
Bank melihat reputasi dan sifat-sifat positif nasabah melalui CV, riwayat hidup, family information, dan asosiasi usaha. Pihak bank harus mengetahui sampai dimana kemampuan debitur dalam membayar kewajibannya, salah satu caranya dengan melihat slip gaji atau bukti pendapatan lainnya. Bank melakukan analisis modal untuk menggambarkan capital structure calon debitur sehingga dapat melihat besar/kecilnya rasa tanggung jawab debitur.
97
NO 4.
Pertanyaan Bank meminta jaminan dari debitur sebagai keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kreditnya.
5.
Pedoman kredit harus disebarluaskan dan dipahami secara jelas oleh pegawai terkait. Pemberian kredit yang dilakukan oleh bank, harus sesuai dan seirama dengan kebijakan moneter dan ekonomi saat ini. Pemberian kredit harus selektif dan diarahkan kepada sektor-sektor yang di prioritaskan Penetapan limit pemberian kredit terhadap debitur salah satunya dapat diukur dari pendapatan debitur
6.
7. 8.
SS
S
TP
TS
STS
98
Lampiran 2: Matriks Tabulasi Data
Lampiran: Matriks Tabulasi Data Jawaban Responden (Penerapan Manajemen Risiko Perbankan)
Responden 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 183
2
3
4
5
6
7
8
9
Total 10
11
3 4 4 4 3 4 5 4 4 5 5 5 4 5 3 4 3 5 3 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5
5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 3 5 3 4 3 4 3 5 5 5 5 4 4 5
5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 5 5 5 5 4 4 5
2 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 2 2 4 4 5 4 4 4 4
5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 2 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4
3 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 3 5 3 3 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 2 4 2 2 2 3 3 4 3 3 3 3
5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5
4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 3 5 5 4 4 3 4 4
46 51 49 51 42 47 52 45 48 47 47 47 46 49 35 46 36 44 37 47 48 49 47 42 43 47
5 3 5 4 5 3 4 5 4 5 5 5 4 5 5 3 5 3
5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 3 5
5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 2 4 5 4 5 4 4
5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4
4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 3 3 5 5 4 5 4 4
5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4
5 5 5 4 5 4 5 3 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5
5 4 4 4 5 4 3 4 5 5 3 5 5 4 3 5 5 4
5 3 4 4 5 3 3 5 4 3 2 2 4 3 4 2 4 3
5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4
4 4 5 5 4 3 4 5 5 5 4 4 3 3 4 5 4 4
53 44 52 48 53 41 47 46 49 48 42 43 48 47 47 46 44 44
201
191
190
188
185
182
181
150
191
188
2.030
99
Lampiran: Matriks Tabulasi Data Responden
Jawaban Responden (Penerapan Manajemen Risiko Perbankan setelah 8 dan 11 dikeluarkan) 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
2 3 4 4 4 3 4 5 4 4 5 5 5 4 5 3 4 3 5 3 4 4 4 4 4 4 4 5 3 5 4 5 3 4 5 4 5 5 5 4 5 5 3 5 3
183
3 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 3 5
201
4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 2 4 5 4 5 4 4
191
5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 3 5 3 4 3 4 3 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4
190
6 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 3 3 5 5 4 5 4 4
188
7 2 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 2 2 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4
185
8 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 2 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 3 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5
182
5 5 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 2 4 2 2 2 3 3 4 3 4 3 3 5 3 4 4 5 3 3 5 4 3 2 2 4 3 4 3 4 4 150
Total
9 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 2 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 191
39 42 40 41 34 38 42 37 39 39 39 39 37 41 27 37 29 35 30 38 39 41 39 35 35 39 44 36 43 39 44 34 40 37 39 38 35 34 40 40 40 36 35 36 1.661
100
Lampiran: Matriks Tabulasi Data Jawaban Responden (Penerapan Audit Internal)
Responden 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
2
3
4
5
6
7
Total 8
9
10
5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 3 5 4 3 4 5 5 4 5 5 3 5 5 5 4 5 4 5 5 3 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5
5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 3 5
5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4
4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 3 5 3 4 3 4 3 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4
5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 5 5 5 5 4 3 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 3 5 5 4 5 4 4
2 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 2 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 3 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5
3 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 3 5 3 3 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 3 5 5 4 3 5 5 4
5 5 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 2 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 5 3 4 4 5 3 3 5 4 3 2 2 4 3 4 2 4 3
4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5
200
201
191
189
186
182
185
182
149
191
44 48 45 47 40 43 47 41 43 42 43 41 43 43 30 42 36 38 35 43 44 43 44 40 37 44 49 42 46 44 48 40 44 39 44 43 38 40 46 42 42 42 39 42 1.856
101
Lampiran: Matriks Tabulasi Data Responden 1
2
1 2
3 4
5 4
3
4 4 3 4 5 4 4 5 5 5 4 5 3 4 3 5 3 4 4 4 4 4 4 4 5 3 5 4 5 3 4 5 4 5 5 5 4 5 5 3 5 3
5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
183
191
Jawaban Responden (Kebijakan Pemberian Kredit) 3 4 5 6 5 5 5 5 5 4 3 3 4 5 4 3 4 4 4 5 3 5 5 5 4 5 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 3 184
5 5 4 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 3 2 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 3 1 4 4 3 5 4 2 3 4 186
5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 3 5 5 5 4 3 2 4 4 4 4 3 5 3 4 192
Total 7
4 5 3 4 4 4 3 5 4 5 5 3 5 4 3 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 2 5 5 4 4 3 5 4 3 172
186
8 5 4
5 4
38 31
4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 3 4 2 4 4 4 5 3 2 4 4
5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 3 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4
36 37 31 35 36 34 30 38 36 39 36 37 34 38 25 36 29 35 35 35 35 31 31 35 38 29 35 31 38 31 36 34 30 26 37 37 31 38 32 30 32 29
193
1.487
102
Lampiran 3: Hasil Uji Kualitas Data
Reliability (Variabel Manajemen Risiko) Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded (a) Total
44
% 100.0
0
.0
44 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .744
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .748
N of Items 11
Item Statistics
Butir1
Mean 4.1591
Std. Deviation .74532
N
Butir2
4.5682
.54550
44
Butir3
4.3409
.60782
44
Butir4
4.3182
.63878
44
Butir5
4.2727
.62370
44
Butir6
4.2045
.76492
44
Butir7
4.1364
.73424
44
Butir8
4.1136
.68932
44
Butir9
3.4091
.89749
44
Butir10
4.3409
.60782
44
Butir11
4.2727
.65994
44
44
103
Item-Total Statistics
Butir1
Scale Mean if Item Deleted 41.9773
Scale Variance if Item Deleted 13.604
Corrected Item-Total Correlation .365
Squared Multiple Correlation .488
Cronbach's Alpha if Item Deleted .729
Butir2
41.5682
13.879
.490
.506
.716
Butir3
41.7955
14.353
.314
.227
.735
Butir4
41.8182
12.989
.602
.669
.699
Butir5
41.8636
13.795
.428
.671
.721
Butir6
41.9318
13.832
.307
.379
.738
Butir7
42.0000
13.116
.472
.511
.714
Butir8
42.0227
14.395
.248
.269
.744
Butir9
42.7273
12.063
.529
.342
.704
Butir10
41.7955
13.934
.411
.349
.724
Butir11
41.8636
14.772
.189
.301
.751
Scale Statistics Mean 46.1364
Variance 16.167
Std. Deviation 4.02082
N of Items 11
Reliability (Variabel Manajemen Risiko Setelah butir 8 dan 11 dikeluarkan)
Case Processing Summary N Cases
Valid
44
% 100.0
0
.0
Excluded( a) Total
44 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .751
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .758
N of Items 9
104
Item Statistics
Butir1
Mean 4.1591
Std. Deviation .74532
N
Butir2
4.5682
.54550
44
Butir3
4.3409
.60782
44
Butir4
4.3182
.63878
44
Butir5
4.2727
.62370
44
Butir6
4.2045
.76492
44
Butir7
4.1364
.73424
44
Butir8
3.4091
.89749
44
Butir9
4.3409
.60782
44
44
Item-Total Statistics
Butir1
Scale Mean if Item Deleted 33.5909
Scale Variance if Item Deleted 10.759
Corrected Item-Total Correlation .341
Squared Multiple Correlation .444
Cronbach's Alpha if Item Deleted .743
Butir2
33.1818
10.896
.497
.437
.721
Butir3
33.4091
11.410
.293
.197
.747
Butir4
33.4318
9.972
.645
.623
.695
Butir5
33.4773
10.906
.410
.620
.731
Butir6
33.5455
11.044
.266
.341
.757
Butir7
33.6136
10.010
.524
.441
.711
Butir8
34.3409
9.300
.526
.339
.711
Butir9
33.4091
10.899
.427
.299
.729
Scale Statistics Mean 37.7500
Variance 12.983
Std. Deviation 3.60313
N of Items 9
105
Reliability (Variabel Audit Internal) Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded( a) Total
44
% 100.0
0
.0
44
100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .743
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .752
N of Items 10
Item Statistics
Butir1
Mean 4.5455
Std. Deviation .66313
N
Butir2
4.5682
.54550
44
Butir3
4.3409
.47949
44
Butir4
4.2955
.63170
44
Butir5
4.2273
.64208
44
Butir6
4.1364
.73424
44
Butir7
4.2045
.66750
44
Butir8
4.1364
.66790
44
Butir9
3.3864
.89484
44
Butir10
4.3409
.60782
44
44
Item-Total Statistics
Butir1
Scale Mean if Item Deleted 37.6364
Scale Variance if Item Deleted 11.027
Corrected Item-Total Correlation .398
Squared Multiple Correlation .340
Cronbach's Alpha if Item Deleted .723
Butir2
37.6136
10.987
.536
.469
.707
Butir3
37.8409
11.811
.358
.264
.730
Butir4
37.8864
10.661
.524
.551
.705
Butir5
37.9545
10.882
.455
.551
.715
Butir6
38.0455
11.347
.270
.367
.744
Butir7
37.9773
10.953
.413
.355
.721
Butir8
38.0455
11.486
.285
.181
.740
Butir9
38.7955
9.887
.450
.333
.718
Butir10
37.8409
11.114
.429
.312
.719
106
Scale Statistics Mean 42.1818
Variance 13.222
Std. Deviation 3.63621
N of Items 10
.
Reliability (Variabel Kebijakan Pemberian Kredit) Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded( a) Total
44
% 100.0
0
.0
44
100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .721
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .722
N of Items 8
Item Statistics
VAR00001
Mean 4.1591
Std. Deviation .74532
N
VAR00002
4.3409
.60782
44
VAR00003
4.1818
.69123
44
VAR00004
4.2273
.98509
44
VAR00005
4.3636
.78031
44
VAR00006
3.9091
.80169
44
VAR00007
4.2273
.74283
44
VAR00008
4.3864
.57933
44
44
107
Item-Total Statistics
VAR00001
Scale Mean if Item Deleted 29.6364
Scale Variance if Item Deleted 10.144
Corrected Item-Total Correlation .319
Squared Multiple Correlation .490
Cronbach's Alpha if Item Deleted .712
VAR00002
29.4545
9.975
.487
.679
.682
VAR00003
29.6136
10.103
.371
.499
.701
VAR00004
29.5682
8.391
.500
.647
.674
VAR00005
29.4318
9.739
.383
.608
.699
VAR00006
29.8864
9.080
.515
.377
.669
VAR00007
29.5682
9.553
.459
.591
.683
VAR00008
29.4091
10.805
.281
.421
.716
Scale Statistics Mean 33.7955
Variance 12.213
Std. Deviation 3.49471
N of Items 8
108
Lampiran 4: Hasil Uji Asumsi Klasik
Regression Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Audit Internal, Manajemen Risiko(a)
Method .
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: KebijakanKredit
Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Model
1
Standardized Coefficients
B 23.002
Std. Error 5.274
Manajemen Risiko
1.194
.323
Audit Internal
-.813
.320
(Constant)
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics Tolerance
.000
1.231
3.698
.001
.151
6.608
-.845
-2.540
.015
.151
6.608
a Dependent Variable: Kebijakan Kredit
Coefficient Correlations(a)
Model 1
Correlations
Audit Internal
Audit Internal 1.000
Manajemen Risiko -.921
-.921
1.000
.102
-.095
-.095
.104
Manajemen Risiko Covariances
Audit Internal Manajemen Risiko
a Dependent Variable: Kebijakan Kredit
Collinearity Diagnostics(a)
Model
1
Condition Index
VIF
4.361
Dimension
Eigenvalue
Variance Proportions
1
(Constant) 2.994
Manajemen Risiko 1.000
Audit Internal .00
(Constant) .00
Manajemen Risiko .00
2
.005
24.042
.92
.06
.02
3
.001
69.453
.08
.94
.98
a Dependent Variable: KebijakanKredit
109
Residuals Statistics(a)
Predicted Value Std. Predicted Value
Minimum 28.3724
Maximum 37.0106
Mean 33.7955
Std. Deviation 1.95355
-2.776
1.646
.000
1.000
44
.483
1.585
.738
.239
44
29.2378
37.2292
33.7953
1.97556
44
Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual
N 44
-7.42912
5.90858
.00000
2.89770
44
Std. Residual
-2.503
1.991
.000
.976
44
Stud. Residual
-2.538
2.062
.000
1.012
44
-7.63392
6.33762
.00017
3.11896
44
-2.730
2.151
-.003
1.033
44
Mahal. Distance
.161
11.293
1.955
2.124
44
Cook's Distance
.000
.209
.026
.041
44
.004 a Dependent Variable: Kebijakan Kredit
.263
.045
.049
44
Deleted Residual Stud. Deleted Residual
Centered Leverage Value
Charts
Histogram
Dependent Variable: KebijakanKredit 10
Frequency
8
6
4
2 Mean =-2.54E-15 Std. Dev. =0.976 N =44
0 -3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Residual
110
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: KebijakanKredit
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Scatterplot
Dependent Variable: KebijakanKredit
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2
-3 -3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
111
Lampiran 5: Hasil Uji Hipótesis Model Summary(b) Adjusted R Std. Error of Square the Estimate R R Square .559(a) .312 .279 2.96753 a Predictors: (Constant), Audit Internal, Manajemen Risiko b Dependent Variable: Kebijakan Kredit Model 1
Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Model
1
Standardized Coefficients
t
Sig.
B 23.002
Std. Error 5.274
4.361
.000
Manajemen Risiko
1.194
.323
1.231
3.698
.001
Audit Internal
-.813
.320
-.845
-2.540
.015
(Constant)
Beta
a Dependent Variable: Kebijakan Kredit
ANOVA(b)
Model 1
Regression
Sum of Squares 164.104
df 2
Mean Square 82.052 8.806
Residual
361.056
41
Total
525.159
43
F 9.317
Sig. .000(a)
a Predictors: (Constant), Audit Internal, Manajemen Risiko b Dependent Variable: Kebijakan Kredit
112