Kalbisocio,Volume 3 No. 1 Februari 2016
ISSN 2356 - 4385
Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Going Concern dan Equity Risk Lucia Ari Diyani1), Nera Marinda Machdar2), Ahalik3) Akuntansi, Akademi Akuntansi Bina Insani Jalan Siliwangi no 6, Rawa Panjang-Bekasi 1) Email:
[email protected] 2)3) Akuntansi, Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis Jalan Pulomas Kav 22, Jakarta 2) Email:
[email protected] 3) Email:
[email protected] 1)
Abatract: One of the goals of applying corporate governance in companies is to find trust from public especially investors. Corporate governance provides guarantee of going concern, that the company will have a long life. The purpose of this study is to examine the effect of corporate governance on going concern and equity risk. This research used sample of companies in Corporate Governance Perception Index (CGPI) listed on the Indonesia Stock Exchange with the observation period in 20112012. Methods of this study used purposive sampling with regression models. The study produced two empirical evidence, 1) the study failed to prove that the corporate governance positively affect going concern.2) the study proved that the corporate governance negatively affect equity risk. The expectation result showed that the corporate governance has positive significant impact on going concern and has negative significant impact on equity risk. Keywords: corporate governance, going concern, equity risk Abstrak: Salah satu tujuan penerapan tata kelola perusahaan adalah untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, khususnya investor. Perusahaan dengan tata kelola yang baik memberi jaminan bahwa perusahaan akan terus berjalan dan berumur panjang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh tata kelola perusahaan terhadap kelangsungan usaha dan risiko ekuitas. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang masuk dalam kriteria CGPI dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia untuk periode tahun 2011-2012. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara purposive dengan model regresi linier. Pertama, hasil uji regresi menunjukkan tidak ada hubungan antara CGPI terhadap going concern. Hasil ini berlawanan dengan hipotesis pertama yang menyatakan bahwa CGPI berpengaruh positif terhadap going concern perusahaan. Kedua, hasil uji regresi menunjukkan tidak ada hubungan antara CGPI terhadap risiko yang diukur dengan Beta. Hasil ini mendukung hipotesis kedua yang menyatakan bahwa CGPI berpengaruh negatif terhadap equity risk. Kata kunci: tatakelola perusahaan, kelangsungan usaha dan risiko ekuitas
I. PENDAHULUAN Setiap perusahaan memerlukan dana untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Salah satu cara untuk memperoleh dana yaitu dengan menerbitkan surat berharga, baik berupa saham maupun obligasi. Berbagai upaya dilakukan perusahaan agar dapat memperoleh dana dari investor, diantaranya dengan memberikan kepastian bahwa investasi yang ditanamkan akan digunakan dengan tepat dan
32
efisien. Jaminan bahwa perusahaan telah dikelola dengan baik, dapat tercermin dari sistem tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Black et.al. (2003) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006: 9) berargumen, tidak ditemukan bukti bahwa perusahaan dengan corporate governance yang baik pasti lebih menguntungkan atau membayar dividen yang lebih tinggi. Penelitian mengenai corporate governance biasanya dihubungkan dengan penilaian kinerja seperti ROA (Return on Assets), ROE
Lucia Ari Diyani, Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap...
(Return on Equity), ROC (Return on Capital), EVA (Economic Value Added), NPM (Net Profit Margin), dan sebagainya. Penelitian ini menghubungkan corporate governance terhadap going concern, yang merupakan penilaian kinerja jangka panjang dengan melihat potensi kebangkrutan suatu perusahaan. Penelitian ini menggunakan index corporate governance yang berasal dari CGPI (Corporate Governance Performance Index). Sedangkan beberapa penelitian lain menggunakan index yang dihitung sendiri oleh peneliti dengan menggunakan company profile. Dalam hal ini CGPI (Corporate Governance Performance Index) menggunakan perhitungan index yang lebih kompleks, salah satunya menggunakan survey stakeholder. Penelitian ini sekaligus menggabungkan mengenai penerapan tatakelola perusahaan terhadap kelangsungan usaha sekaligus terhadap risiko ekuitas. Penelitian yang menghubungkan secara langsung antara corporate governance dengan kelangsungan usaha entitas atau going concern, jarang ditemukan. Kelangsungan usaha entitas atau going concern sebenarnya juga merupakan penilaian kinerja, namun digunakan untuk memprediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan dalam satu-dua tahun sesudahnya. Penelitian ini menggunakan indeks yang disediakan oleh IICG berupa CGPI (Corporate Governance Performance Index). Indeks ini terdiri atas lima komponen penilaian yaitu Transparancy, Accountability, Responsi-bility, Independency, and Fairness, yang dicerminkan dan diukur dengan enam cakupan penilaian riset dan pemeringkatan, yaitu: 1) Komitmen terhadap Tatakelola Perusahaan, 2) Hak Pemegang Saham dan Fungsi Kepemilikan Kunci, 3) Perlakuan yang Setara terhadap Seluruh Pemegang Saham, 4) Peran Stakeholders dalam Tatakelola Perusahaan, 5)Pengungkapan dan Transparansi dan 6) Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. Sebagian besar penelitian yang ditemukan tidak menggunakan semua komponen penilaian corporate governance tersebut secara lengkap melainkan hanya diambil beberapa komponen untuk penilaian corporate governance. Oleh karena penelitian ini menggunakan semua kriteria yang tercermin dalam indeks CGPI, maka diharapkan penelitian ini lebih dapat menangkap sensitifitas hubungan corporate governance dengan kelangsungan usaha entitas. Intelektual kapital berpengaruh signifikan positif terhadap ROA dan kepemilikan saham, kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, dan proporsi komisaris independen
berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA. (Ningrum, Nora Riyanti dkk, 2012: 1-15). Penelitian tersebut menggunakan data sekunder dari BEI (Bursa Efek Indonesia). Metode penelitian menggunakan regresi linier sederhana.Variabel independennya adalah intelektual kapital dan corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan majerial, kepemilikan institusional dan proporsi komisaris independen. Sedangkan variabel dependennya adalah ROA (Return on Assets). CGPI tidak berpengaruh terhadap ROA dan Tobin’s-Q tetapi CGPI berpengaruh positif terhadap ROE (Prasinta, Dian, 2012 : 00-00) menggunakan data sekunder dari BEI (Bursa Efek Indonesia). Metode penelitian menggunakan regresi linier sederhana. Variabel independennya adalah CGPI dan variabel dependennya adalah ROA (Return on Assets), ROE (Return on Equity) dan Tobin’s-Q. Hasil penelitian menunjukkan bahwa the governance mechanism affect the financial reporting quality of the Tunisians companies. (Klai, Nesrine & Omri A., 2011: 158-166). Penelitian dilakukan untuk perusahaan-perusahaan yang go public di Tunisia, menggunakan data sekunder. Metode penelitian menggunakan regresi linier sederhana. Variabel independennya adalah governance mechanism yang diproksikan dengan control by the blockholders, control by the familities, control by the state and control by the financial institution. Variabel dependennya adalah financial reporting quality. Penelitian (Supatmi, 2007: 183-192) menggunakan data sekunder dari BEI (Bursa Efek Indonesia). Metode penelitian menggunakan regresi linier sederhana dan regresi logit atau logistik. Variabel independennya adalah Corporate Governance dan variabel dependennya adalah kinerja keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki peringkat corporate governance yang baik terbukti tidak berpengaruh terhadap rasio keuangan yaitu profitabilitas, likuiditas, leverage dan aktivitas. Hasil kedua menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki peringkat corporate governance yang baik terbukti tidak terancam kebangkrutan yang diproksikan dengan Altman Z-score. Penelitian Nuswandari, Cahyani, 2009: 7084) menggunakan data sekunder dari BEI (Bursa Efek Indonesia). Metode penelitian menggunakan regresi linier berganda. Variabel independennya adalah CGPI dan variabel dependennya adalah ROE (Return on Equity) dan Tobin’s-Q. Penelitian tersebut juga menggunakan variabel kontrol yatu komposisi aktiva, kesempatan tumbuh dan ukuran
33
Kalbisocio,Volume 3 No. 1 Februari 2016
perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CGPI berpengaruh signifikan positif terhadap ROE namun CGPI tidak berpengaruh terhadap kinerja pasar atau Tobin’s-Q.Penelitian-penelitiam yang telah disebutkan, semuanya merupakan penelitian yang mencari pengaruh antara CGPI (corporate governance performance index) dengan kinerja keuangan. Sedangkan penelitian mengenai hubungan CGPI (corporate governance performance index) terhadap equity risk secara langsung, sejauh ini belum ditemukan.
II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal yang akan mencari bukti empiris dengan menguji hipotesis mengenai pengaruh variabel independen yaitucorporate governance performance index, terhadap variabel dependen going concern dan equity risk.Going concern diproksikan dengan Revised Altman. Going concern dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai indikator bahwa perusahaan tidak terancam bangkrut. Untuk Altman model (Hanafi, Mamduh dan Halim, 2012: 273), kriteria skor menggunakan nilai buku sebagai berikut: (1). Skor 1 jika z-score > 2,90 yang berarti perusahaan tidak bangkrut; (2). Skor 0 jika z-score < 1,20 yang berarti perusahaan bangkrut; dan (3). z-score 1,202,90 yang berarti perusahaan rawan bangkrut Sedangkan equity risk adalah risiko dimana suatu nilai investasi saham akan berkurang yang disebabkan oleh pergerakan saham. Equity risk diukur dengan menggunakan beta saham. Beta dapat dihitung dengan menggunakan Single Index Model. Menurut Single Index Model, ada dua faktor yang bertanggung jawab atas tingkat pengembalian suatu saham, yaitu persentase perubahan dalam indeks, dan perubahan-perubahan yang terkait dengan kejadiankejadian khusus perusahaan. Rumus single index model dirumuskan sebagai berikut (Gumanti, 2011: 143) Ri = ai + βi Rm + εi, notasi: Ri = return saham perusahaan i a = konstanta titik potong garis regresi dengan sumbu vertikal β = beta, merupakan koefisien yang mengukur perubahan Ri akibat perubahan Rm Rm = tingkat return dari indeks pasar εi = perubahan tingkat pengembalian terkait pada kejadian khusus
34
Makna Angka Beta menurut Fahmi (2012: 293): (1). Saham dengan β = 1 menunjukkan kondisi yang sama dengan pasar; (2). Saham dengan β < 1 menunjukkan tidak terjadinya kondisi yang mudah berubah berdasarkan kondisi pasar; dan (3). Saham dengan β > 1 menunjukkan harga saham perusahaan adalah lebih mudah berubah dibandingkan indeks pasar (Fahmi, 2012: 293). Equity Risk yang diukur menggunakan Beta Saham menggunakan kriteria dan metodologi sebagai berikut: (1). Saham telah tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia selama 36 bulan; (2). Tidak mengalami suspensi perdagangan selama 10 hari terakhir; (3). Raw Beta tidak bernilai negatif; (4). Adjusted Beta tidak lebih besar dari 3; dan (5). Interval pengamatan adalah data time series selama 3 tahun terakhir dengan rolling return selama 4 minggu terakhir per hari Rabu. Perhitungan beta saham melewati tiga tahapan yaitu menghitung tingkat pengembalian, melakukan regresi antara return harga saham dan return indeks pasar serta melakukan perhitungan Adjusted Beta. Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah: 1. Tahap pertama, menghitung tingkat pengembalian atau return dari setiap saham dan indeks pasar di hari Rabu dengan interval pengukuran selama empat mingguan. Rumus perhitungan adalah Rit = (Pit – (Pit-1)) / Pit. Dimana: lRit = return saham i atau indeks pasar pada periode t. lPit = harga saham i atau indeks pasar pada periode t. l Pit-1 = harga saham i atau indeks pasar pada periode t-1. 2. Tahap kedua, melakukan regresi antara return harga saham dan return indeks pasar untuk periode 3 tahun terakhir, sehingga mendapatkan nilai Raw Beta dengan formula perhitungan: Ri = a,+ βiRmt + eit dimana: βi adalah Raw Beta saham i. Rit adalah return saham i pada periode t. Rmt adalah return indeks pasar pada periode t a adalah konstanta eit adalah residual regresi yang diharapkan bersifat white noise (rata-rata error adalah nol) 3. Tahap ketiga, melakukan perhi-tungan Adjusted Beta yang digunakan untuk menormalisasi Raw Beta agar sesuai dengan karakteristik beta saham yang baik, yaitu mendekati 1. Rumus perhitungan: Adjusted Beta = 2/3 x (Raw Beta) + 1/3 x (1)
Lucia Ari Diyani, Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap...
Penelitian ini menggunakan satu variabel independen yaitu corporate governance yang diproksikan dengan CGPI atau Corporate governance performance index (X1) terbagi dalam tiga kriteria, yaitu: 1). Sangat terpercaya dengan range score 85,00100, diberi skor 3, 2). Terpercaya dengan range score 70,00-84,99, diberi skor 2, 3). Kurang terpercaya dengan range score 55,00-69,99 diberi skor 1
masuk dalam peringkat CGPI dan data berupa laporan keuangan auditan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2012. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data arsip yang diperoleh melalui www.jsx.go.id untuk laporan keuangan, www.iicg.org untuk data CGPI, serta berbagai sumber pustaka untuk melengkapi teori serta hasil penelitian sebelumnya.
A. Populasi dan Sampel Penelitian
C. Metode Analisis Data
Pengambilan Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan metode purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut: 1) Perusahaan yang masuk dalam peringkat CGPI selama tahun 2011 -2012, 2) Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2011 – 2012 dan 3) Perusahaan yang telah menerbitkan laporan keuangan auditan. Tabel 1 menunjukkan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
Penelitian ini masuk kategori penelitian pengujian hipotesis kausal dan menggunakan Analisis Regresi Linier Sederhana untuk mencari hubungan secara satu variabel independen (X1) dengan dua variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Bentuk persamaan penelitian ini sebagai berikut: GC1 = α + β1 (CGPI) + ε GC2 = α + β1 (ER) + ε Dimana: α = konstanta β = koefisien regresi GC = going concern yang diproksikan dengan Altman z-score CGPI =corporate governance performance index ER = equity risk ε =error term, yaitu tingkat kesalahan
Tabel 1 Pemilihan sampel subjek penelitian
Tabel 1 Pemilihan sampel subjek penelitian Keterangan
Z-Score
Beta
CGPI th 2011
33
33
CGPI th 2012
40
40
Tidak terdaftar th 2011
(13)
(13)
Tidak terdaftar th 2012
(16)
(16)
Tidak memenuhi kriteria
(3)
(6)
Jumlah sampel
41
38
Total sampel adalah 79, terdiri atas sampel Tabel 2 Hasil perhitungan Statistik Deskriptif untuk perhitungan z-score 41 perusahaan N Min Max Meandan untuk Std Dev Alat bantu yang digunakan untuk mengolah data perhitungan beta sejumlah 38 perusahaan. Penelitian CGPI 41 65.00 91.00 81,3856 6.86010 adalah software SPSS versi 20. Penelitian ini juga ini menggunakan data perusahaan yang masuk ZScore 41 -1.48 pada 8.09 2.02008melakukan asumsi klasik (uji multikolinearitas, uji dalam peringkat CGPI kurun 2.1901 waktu tahun 2011Sumber: dan 2012. Semua perusahaan digunakan heteroskedastisitas, uji autokorelasi, uji normalitas), hasil olahanjenis SPSS dalam penelitian ini, namun hanya perusahaan yang serta uji hipotesis ( t-test). mempublikasikan laporan keuangan di Bursa Efek 1. Uji Hipotesis Tabelyang 2 Hasil perhitungan Deskriptif Indonesia digunakan dalam Statistik penelitian. Laporan (kedua) Dalam penelitian ini hanya dilakukan uji parsial keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan (uji-t), yang dilakukan untuk mengetahui hubungan auditan dan lengkap memenuhi semua kriteria yang antara variabel independen, CGPI terhadap variabel N Min Max Mean Std.Dev. digunakan dalam penelitian. Data panel digunakan dependen, going concern secara individu. Yang CGPI 38 antara 65.00variabel 91.00independen 80.8158 7.07816 untuk melihat hubungan kedua adalah CGPI terhadap equity risk. Persamaan dan BETA variabel dependen dan 300.00 menggabungkan 38 39.00 1.1332E2 47.65989 tersebut pada tingkat signifikansi lima persen komponen cross sectional dan time series sehingga (α=5%). Valid N (listwise) 38 dapat menangkap heterogenitas individu dan Salah satu tanda sebuah perusahaan dapat perubahan variabel antar waktu. terjamin going concern-nya dapat dilakukan dengan teori Altman. Penelitian tentang corporate failure Tabel 3Pengumpulan Uji normalitas Data untuk CGPI terhadap going concern B. Metode dengan menggunakan teknik Multiple Discriminant Data yang dalam penelitian test ini Analysis untuk membedakan antara perusahaan Tabel 3 Onediperlukan sample Kolmogorov-Smirnov adalah data sekunder berupa data perusahaan yangCGPI manufaktur ZScoreyang pailit dan tidak pailit selama periode
N Normal Parametersa
41
41
Mean
80.9024
3.6829
Std. Deviation
6.77054 2.11470
35
Kalbisocio,Volume 3 No. 1 Februari 2016
1946-1965. Altman menggunakan pendekatan sampel berpasangan dengan jumlah sampel 33 pasang perusahaan yang pailit dan tidak pailit.(Altman, 1968: 589). Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas (going concern). Entitas diasumsikan tidak akan dilikuidasi atau dikurangi secara signifikan skala usahanya. Perusahaan diasumsikan akan berumur panjang. (Kieso, Weygandt & Warfield, 2011: 49). Perusahaan membutuhkan suatu jaminan tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyaman dikemudian hari. Terdapat dua kelompok definisi kepailitan yaitu kepailitan secara teknis (stock based insolvency) dan kepailitan secara hukum (legal bankruptcy). Kepailitan secara hukum diatur dalam Undang-undang Nomer 4 tahun 1998 yang menyatakan bahwa suatu institusi dinyatakan pailit oleh keputusan pengadilan bila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak mampu membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan tidak dapat ditagih. Pengertian kepailitan secara teknis yaitu apabila suatu emiten mengalami kesulitan likuiditas secara temporer dan berlanjut mempunyai nilai buku hutang lebih besar dari jumlah nilai total aset sehingga nilai ekuitasnya menjadi negatif (termasuk hak minoritas atas aset bersih anak perusahaan). Penggunaan rasio keuangan dalam memprediksi kepailitan mempunyai beberapa kelemahan, antara lain (Avianti, 2000:87): (1). Hanya sedikit teori ekonomi yang menyatakan bahwa rasio keuangan tertentu dapat digunakan sebagai gambaran karakteristik keuangan suatu entitas; dan (2). kesulitan dalam pemilihan rasio keuangan mana yang tepat untuk memprediksi fenomena kepailitan suatu entitas. Menurut Altman, terdapat lima rasio yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang sehat atau akan memiliki masalah kebangkrutan. Rasio tersebut dikenal dengan nama rasio lima variabel. Rasio keuangan yang digunakan Altman adalah Current Assets/Current Liabilities, Market Value of Equity/Book Value of Total Debt, Net Sales/Total Asset, Operating Income/Total Asset, EBIT/Total Interest Payments, Retained Earnings/ Total Assets, Working Capital/Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes/Total Assets. Hasil studi Altman mampu memperoleh tingkat ketepatan prediksi sebesar 95% untuk data satu tahun sebelum kebangkrutan. Untuk data dua tahun sebelum kebangkrutan 72%. Selain itu, diketahui juga bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang rendah sangat berpotensi mengalami kebangkrutan. Sampai saat ini, Z-Score masih lebih banyak digunakan oleh
36
para peneliti, praktisi, serta para akademis di bidang akuntansi dibandingkan model prediksi lainnya. Hasil penelitian yang dikembangkan Altman, yaitu: Z=1,2Z1+1,4Z2+3,3Z3+0,6Z4+0,999Z5 Notasi: Z1 = working capital / total asset Z2 = retained earnings / total asset Z3 = earnings before interest and taxes / total asset Z4 = market capitalization / book value of debt Z5 = sales / total asset Pada tahun 1983, Model Altman yang lama yaitu market value of equity pada X4 direvisi menjadi book value of equity. Revisi model Altman ini dilakukan untuk mengakomodasi tidak adanya harga pasar ekuitas untuk perusahaan privat. Selain itu tujuan dari revisi model Altman adalah agar model prediksinya tidak hanya digunakan pada perusahaan manufaktur yang go public tetapi juga dapat digunakan untuk perusahaan selain manufaktur baik yang go public maupun non go public. Revisi model menjadi: Z=0,71Z1+0,87Z2+3,107Z3+0,420Z4+0,98Z5 Notasi: Z1 = working capital / total asset Z2 = retained earnings / total assets Z3 = earnings before interest and taxes / total asset Z4 = book value of equity / book value of debt Z5 = sales / total asset Model revised Altman mempunyai kemampuan prediksi yang cukup baik yaitu 94% benar atau 62 benar dari total sample 66, sedangkan Altman yang pertama, tahun 1968 mempunyai kemampuan prediksi 95% benar atau 63 benar dari 66 total sample (Hanafi, Mamduh dan Halim, 2012:273). Going concern merupakan salah satu konsep penting akuntansi konvensional. Inti going concern terdapat pada Balance Sheet perusahaan yang harus merefleksikan nilai perusahaan untuk menentukan eksistensi dan masa depannya. Going concern adalah suatu keadaan di mana perusahaan dapat tetap beroperasi dimasa mendatang, hal ini dipengaruhi oleh keadaan financial dan non financial. Going concern dalam akuntansi telah menjadi postulat akuntansi, bahwa entitas akuntansi akan terus beroperasi untuk melaksanakan proyek serta menepati komitmen. Perusahan tidak diharapkan untuk dilikuidasi dalam masa mendatang, jadi laporan keuangan menyediakan
Lucia Ari Diyani, Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap...
laporan sementara atas situasi keuangan dari perusahaan dan hanya merupakan bagian dari seri laporan yang berkelanjutan. Equity risk adalah risiko dimana suatu nilai investasi saham akan berkurang yang disebabkan oleh pergerakan saham. Equity risk dapat diukur dengan menggunakan standar deviasi dari harga saham selama beberapa periode. Standar deviasi menggambarkan fluktuasi pergerakan harga saham diatas atau dibawah harga rata-rata. Menurut Hanafi, Mamduh dan Halim, 2012: 177-190), konsep penyimpangan dari hasil yang diharapkan menjadi dasar pengukuran risiko. Teknik statistik standar deviasi bisa dipakai untuk melihat sejauh mana penyimpangan dari suatu hasil yang diharapkan atau dapat dipakai untuk melihat risiko suatu investasi. Dari beberapa hasil penelitian, disebutkan bahwa terdapat hubungan positif antara risiko dengan tingkat return. Semakin tinggi tingkat risiko, maka akan semakin tinggi pula return yang diharapkan. Risiko yang diukur dengan standar deviasi dihitung dengan formula sebagai berikut: Varians = σ2 = ∑ (Ri – E (R))2 Pi, dimana: Ri = return yang terjadi E (R) = return yang diharapkan/ return rata-rata Pi = probabilitas kejadian Sedangkan standar deviasi return, dihitung sebagai akar dari varians return saham, dalam hal ini adalah: √ (IHSG - closing price)2 Risiko pasar tidak dapat dieliminasi meskipun telah dilakukan diversifikasi dalam investasi. Pengukuran tingkat pengembalian dari portofolio tidak akan berarti jika tidak dikaitkan dengan pengukuran risiko portofolio. Risiko portofolio dapat diukur dengan standar deviasi. Teknik statistik yang lain adalah menghitung koefisien variasi yang merupakan hasil pembagian standar deviasi dengan standar yang diharapkan. Variabel varians, standar deviasi, dan koefisien variasi merupakan indikator risiko investasi. Adanya kesulitan dalam menaksir probabilitas suatu kejadian maka digunakan data historis untuk menghitung return yang diharapkan dan standar deviasi return saham-saham tersebut. Data historis digunakan dengan asumsi bahwa kondisi masa mendatang sama dengan kondisi masa lalu sehingga return dan standar deviasi masa lalu bisa dipakai untuk menghitung return dan risiko masa mendatang. Dengan data tersebut, return dihitung sebagai berikut: Return rata-rata historis = ∑ Rt/ N Varians = ∑ (Rt – E (Rt)) 2 / N-1 Standar deviasi = ( σ2 ) 1/2
Risiko yang terdapat pada portofolio terdiversifikasi tergantung risiko dari individual saham yang menjadi bagian dari portfolio yang diukur dengan beta. Pengertian Beta Saham menurut Pefindo Beta Saham (www.pefindo.com) yang diakses pada 27 April 2014 adalah sebagai berikut: Beta saham merupakan ukuran statistik atas sensitivitas tingkat volatilitas return saham tertentu terhadap volatilitas pasar. Beta saham adalah salah satu komponen yang diperlukan dalam menghitung tingkat diskonto, untuk melakukan perhitungan valuasi harga saham dengan pendekatan pendapatan dan metode Capital Asset Pricing Model/CAPM. Beta merupakan suatu ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham dengan pasar. Risiko ini berasal dari beberapa faktor fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar tentang saham perusahaan tersebut. Beta ini digunakan untuk mengukur risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Beta merupakan risiko sistematik atau risiko pasar yang mencerminkan seberapa sensitif tingkat perubahan pasar mempengaruhi perubahan dalam saham individual, dimana beta pasar adalah satu (Gumanti, 2011: 50). Artinya, jika suatu perusahaan memiliki beta lebih besar dari satu, maka dapat disimpulkan perusahaan itu memiliki sensitifitas yang tinggi, demikian juga sebaliknya. Beta historis tersebut dapat dihitung dengan menggunakan data pasar (return sekuritas dengan return pasar), data akuntansi (laba perusahaan dengan laba indeks pasar), dan data fundamental (menggunakan variabelvariabel funda-mental). Corporate governance tidak dapat dilepaskan dengan dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling, 1976: 355-360) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan (principal/ investor) dan pengendalian (agent/ manajer). Khomsiyah dan Rika , 2005: 65-81), Kepemilikan diwakili oleh investor yang mendelegasikan wewenang kepada agen dalam hal ini manajer untuk mengelola kekayaan. Investor mempunyai harapan bahwa dengan mendelegasikan wewenang pengelolaan tersebut, mereka akan memperoleh keuntungan dengan bertambahnya kekayaan. Hubungan keagenan dapat memicu munculnya konflik kepentingan antara pemilik
37
Kalbisocio,Volume 3 No. 1 Februari 2016
(investor) dengan manajer (agen) karena kedua pihak mempunyai tujuan yang berbeda. Pemilik lebih tertarik untuk memaksimumkan return dan harga sekuritas dari investasinya, sedangkan manajer mempunyai kebutuhan psikologis dan ekonomi yang luas, termasuk kebutuhan memaksimumkan kompensasinya. Shleiver dan Vishny,1997: 737-757) menyatakan bahwa Corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang dapat melindungi pihak-pihak minoritas (outside investors/minority shareholders) dari ekspropriasi yang dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham pengendali (insider) dengan penekanan pada mekanisme legal. Pendekatan legal dari corporate governance memiliki arti bahwa mekanisme kunci dari corporate governance adalah proteksi investor eksternal (outside investors), baik pemegang saham maupun kreditor, melalui sistem legal, yang dapat diartikan dengan hukum dan pelaksanaannya. Di Indonesia terdapat sebuah lembaga independen yang melakukan kegiatan diseminasi dan pengembangan tata kelola perusahaan yang baik. Lembaga ini bernama The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG,) berdiri pada tanggal 2 Juni 2000. Kegiatan utama yang dilakukan adalah melaksanakan riset penerapan corporate governance, yang hasilnya berupa Corporate Governance Perception Index (CGPI). Penilaian CGPI menggunakan indeks yang berisikan skor angka mulai dari 0 sampai 100 dengan tiga peringkat yaitu: a). Sangat Terpercaya dengan range score 85,00-100, b). Terpercaya dengan range score 70,00-84,99, dan c). Cukup Terpercaya dengan range score 55,00-69,99. Dalam Undang Undang RI no. 40 tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas, terdapat pengaturan dalam unsur-unsur corporate governance seperti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), direksi, dewan komisaris, kepemilikan saham, hak pemegang saham, dan kreditor. Didalam Undang-Undang RI no. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal juga tercantum masalah keterbukaan informasi yang mensyaratkan emiten dan perusahaan publik untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek atau harga efek. Dapat disimpulkan, menurut UU no. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU no. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal: pelaksanaan dan pengungkapan corporate governance adalah sebuah keharusan. Perusahaan dengan governance yang baik
38
akan memiliki kinerja operasional yang lebih efisien. (Jensen dan Meckling, 1976: 304-360). Manajer bekerja secara efekif dan efisien sehingga dapat menurunkan biaya modal dan mampu meminimalkan risiko. Dampak positifnya adalah profitabilitas yang tinggi sehingga terhindar dari risiko kebangkrutan. Beberapa penelitian terdahulu mencoba melihat sejauh mana kebangkrutan tersebut dapat diprediksi beberapa waktu sebelum kebangkrutan tersebut benar-benar terjadi. Rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi kesehatan perusahaan, termasuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Seperti yang dikemukakan sebelumnya, rating corporate governance terdiri atas tiga level yaitu sangat terpercaya, terpercaya dan cukup terpercaya. Skor yang baik seharusnya juga memiliki kinerja yang baik dan bebas dari ancaman likuidasi. (Colley et.al., 2003: 159).Namun ditemukan beberapa hasil penelitian tentang hubungan antara kinerja perusahaan dengan corporate governance yang tidak konsisten. Beberapa peneliti menemukan ada hubungan positif antara corporate governance dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan return on equit.y Sementara itu Khomsiyah dan Rika (2005:65-81), menemukan hasil yang berlawanan. Berdasarkan uraian tersebut dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 = Corporate Governance Perception Index berpengaruh positif terhadap going concern perusahaan Para manajer akan menerbitkan equity saat mereka yakin bahwa cost of equity rendah dan membeli kembali equity saat cost of equity tinggi. Short et al. (1999) dalam Sayidah, Nur dan Diyah Pujiati (2008: 303) menyatakan selain dana dari pemegang saham, manajer perusahaan juga mengelola dana dari kreditur baik yang berasal dari bondholder, perbankan atau pihak lain. Konflik kepentingan antara manajer dan kreditur terjadi dalam hal kebijakan utang. Penerapan good corporate governance diharapkan dapat meminimalisasi konflik antara pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut dirumuskan hipotesis yang kedua sebagai berikut: H2 = Corporate Governance Perception Index tidak berpengaruh terhadap equity risk
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2 Hasil Perhitungan Statistik deskriptif menunjukkan total data adalah 41 untuk analisis CGPI terhadap Z-Score yang terdiri dari 23 data di
Tabel 1 Pemilihan sampel subjek penelitian Keterangan
Z-Score
Beta
CGPI th 2011
33
33
CGPI th 2012
40
40
Z-Score
Beta
Lucia Ari Diyani, Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap...
tahun 2012 dan 18 data di tahun 2011. Data sebanyak terdaftar 2011 (13) mengikuti (13) penilaian 41Tidak adalah data th perusahaan yang Tidak terdaftar th 2012untuk (16) (16) CGPI. Sedangkan analisis CGPI terhadap Tidakyang memenuhi kriteria (3) (6) terdiri atas risiko diwakili Beta terdapat 38 data 21Jumlah data tahun sampel2012 dan 17 data 41 tahun 2011. 38 Total data Tabel 1 Pemilihan sampel subjek penelitian sebanyak 38. Keterangan
Tabel 2 2Hasil deskriptif Tabel Hasilperhitungan perhitunganstatistik Statistik Deskriptif CGPI th 2011 33 33 N
CGPI th 2012
Min
Max
CGPI
41
65.00
91.00
ZScore
41
-1.48
8.09
Tidak terdaftar th 2011
40
(13)
Tidak terdaftar th 2012
(16)
Mean
81,3856 2.1901
40
Selanjutnya akan dilakukan uji outlier dengan standard residual senilai 2,5 untuk data dibawah 80, hal ini dinyatakan dalam Ghozali (2009:40). Tabel 4 menunjukkan hasil Uji Normalitas untuk CGPI terhadap equity risk. Tabel 4 One sample Kolmogorov-Smirnov test (kedua) Tabel 4 One sample Kolmogorov-Smirnov test (kedua)
Std Dev
(13)
(16)
6.86010 2.02008
N Normal Parametersa
Mean
CGPI 38
BETA 38
80.8158
1.1332E2
Std. Deviation 7.07816 4.76599E1 Most Extreme Absolute .170 .104 Tabel 4 One sample Kolmogorov-Smirnov test (kedua) Differences Positive .076 .104 Tabel 4 One sample Kolmogorov-Smirnov test (kedua) CGPI BETA Negative -.170 -.070 CGPI 38 BETA 38 N Kolmogorov-Smirnov Z 1.049 .638 a N 38(kedua) 38 Tabel 4 Parameters One sample Kolmogorov-Smirnov test Normal Mean 80.8158 1.1332E2 Asymp. Sig. (2-tailed) a .221 .810 Normal Parameters Mean 1.1332E2 CGPI 4.76599E1 BETA Std. Deviation 80.8158 7.07816 a. Test distribution is Normal. Std. Deviation 7.07816 N 38 4.76599E1 38 Most Extreme Absolute .170 .104 a Differences Most Extreme Absolute .170 .104 Normal Parameters Mean 1.1332E2 Data CGPI dan Beta memiliki80.8158 hasil Positive .076signifikansi .104 Tabel 5 Casewise Diagnosticsa Differences Positive .076 kedua .104 Std. Deviation 4.76599E1 Negative -.170 -.070 lebih dari 5% yaitu 22,1% dan 81%,7.07816 maka data Case Std. Negative Predicted -.170 -.070 Most Extreme Absolute Kolmogorov-Smirnov Z 1.049 .638 .170 .104 tersebut normal.Z-Score Number adalah Residual Value Residual Differences Kolmogorov-Smirnov Z Positive 1.049 .638 Asymp. Sig. 5 (2-tailed) .221 hubungan .810 .076 .104 Tabel Uji Outlier. Untuk uji outlier 9 2.831 10.00 4.4469 5.55311 Asymp. Sig. (2-tailed) .221 .810 a. Testterhadap distributionZ-Score is Normal. Negative -.170 CGPI adalah sebagai berikut :-.070 a.Test Dependent Variable: Z-Score Tabel 32 Uji Hasil perhitungan Statistik Deskriptif (kedua) a. distribution is Normal. Kolmogorov-Smirnov Z 1.049 .638 Tabel normalitas untuk CGPI terhadap going concern Jumlah sampel 41 38 Tabel 2 Hasil perhitungan statistik deskriptif (kedua) Tabel Casewise diagnostics Tabel55 Sig. Casewise Diagnosticsaa Asymp. (2-tailed) .221 .810 Tabel 3 One sample Kolmogorov-Smirnov test aa (kedua) Tabel 6 Casewise Diagnostics Tabel 5 Casewise Diagnostics a. Test distributionStd. is Normal. Case Predicted N Min Max Mean Std.Dev. CGPI ZScore Case Std. Predicted Number Residual Z-Score Predicted Value Residual Case Std. Tabel 2 Hasil perhitungan Statistik Deskriptif CGPI 38Max 65.00Mean91.00Std Dev 80.8158 7.07816 Number Residual Z-Score Value Residual N N 41 a Min Number Residual Value 941 5 Casewise Tabel Diagnostics 2.831 Z-Score 10.00 4.4469 Residual 5.55311 a 25 2.647 9.00 4.2974 4.70256 BETA Normal Parameters Mean 9 38 39.00 300.00 1.1332E2 47.65989 80.9024 3.6829 2.831 10.00 4.4469 5.55311 CGPI 41 65.00 91.00 81,3856 6.86010 Case Std. Z-Score Predicted a. Dependent Variable: 26 2.759 9.00 4.0981 4.90190 ZScore -1.48 2.1901 2.02008 6.77054 2.11470 Number ResidualZ-Score Z-Score Value Residual Std. Deviation Valid 41 N (listwise) a. Dependent Variable: 38 8.09 Dependent Variable: Z-Scorea 9a. Sumber: hasil olahan SPSS 2.831 10.00 5.55311 Most Extreme Differences Absolute .167 .212 Tabel 6 Casewise Diagnostics (kedua) 4.4469
Sumber: hasil olahan SPSS
Nilai CGPIkriteria rata-rata adalah Tidak memenuhi (3)
81,38 (6) dan yang tertinggi yaitu 91 pada perusahaan bank Jumlah sampel 41 38 Mandiri di tahun 2012 dan perhitungan terendah adalah 65Deskriptif pada perusahaan Tabel 2 Hasil Statistik (kedua) Berau Coal pada tahun 2011. Nilai Z-score rata-rata Tabel 2.19 2 Hasildan perhitungan adalah Z-Score tertinggi yaitu pada N MinStatistik Max Deskriptif Mean8.09 Std.Dev. Tabel 1 Pemilihan sampel subjek penelitian N Min Max Mean Std Dev perusahaan United Tractors dan terendah adalah CGPI Keterangan Beta 80.8158 7.07816 38 Z-Score 65.00 91.00 -1.48 pada perusahaan Bakrie Telecom. Karena CGPI 41 65.00 91.00 81,3856 6.86010 CGPI th 2011 33 33 BETA 38 39.00 300.00 1.1332E2 47.65989 ZScore data 41 yang -1.48 8.09 2.02008akan terdapat negatif pada 2.1901 Z-score, maka CGPI th 2012 40 40 Valid N (listwise) 38 dilakukan transformasi data untuk pengolahan dalam Sumber: hasil olahan SPSS Tidak terdaftar th 2011 (13) (13) 2 SPSS dengan : 1/(Var ). Tabel 2 menunjukkan Tidak terdaftar th rumus 2012 (16) (16) analisis CGPI terhadap equity risk. Tidak memenuhi kriteria (3) (6)
Data no. 9 yaitu United Tractor tahun 2012 a
Tabel 6 Casewise Diagnostics a. Dependent Variable: Z-Score(kedua)Predicted .212 Case Std. Nilai CGPI rata-rata Positive adalah 80,81 dan .081 yang dieliminasi. Number Residual Z-Score Predicted Value Residual Case Std. Tabel 3 Uji normalitas untuk CGPI terhadap going concern Negative -.167di -.164 Tabel 2 Hasil perhitungan Deskriptif (kedua) tertinggi yaitu 91 padaStatistik perusahaan bank Mandiri a Number Residual Z-Score Value Residual a 9.00 25 Tabel 6 Casewise Diagnostics (kedua) 2.647 4.2974 4.70256 Tabel Casewise Diagnostics (kedua) test Kolmogorov-Smirnov Z adalah 65 pada perusahaan 1.357 Tabel 67 One sample Kolmogorov-Smirnov Tabel 3 One Kolmogorov-Smirnov test 1.066 tahun 2012 dansample terendah 25 2.647 9.00 4.2974 4.70256 26 2.759 9.00 4.0981 4.90190 Case Std. Predicted N Min Max Mean Std.Dev. Asymp. Sig. Nilai (2-tailed) .206 .050 Berau Coal. Beta rata-rata adalah 1,133 danZScore CGPI 26 2.759 9.00 4.0981 4.90190 Number Z-Score CGPI ValueZ-Score Residual a. Dependent Residual Variable: Z-Score CGPI 38 65.00 91.00 perusahaan 80.8158 7.07816 a. Test distribution is Normal. yang tertinggi adalah 3 pada BPD Jabar N 41 41 a. 25 2.647Z-Score 9.00 NDependent Variable:
4.2974 38
384.70256
BETA a 2011 38 39.00 300.00 1.1332E2 yang 47.65989 Banten tahun sedangkan terendah 3.6829 a Normalpada Parameters Mean 80.9024 26 2.759 9.0080.8947 4.09813.23684.90190 Normal Parameters Mean Valid N (listwise) adalah 0,39 pada Bakrie Telecom pada 38 perusahaan a. Dependent Variable: Z-Score Std. Deviation 6.77054 2.11470 Std. Dev 6.80933 1.42249 tahun 2012. Tabel 7 One sample Kolmogorov-Smirnov Most Extreme Differences Absolute Most Extreme Absolute .167 .212 .123test .198
Positive Tabel Ujinormalitas normalitas untuk CGPI terhadap going .081 Tabel 33 Uji untuk CGPI terhadap going concern Negative -.167 concern Tabel 3 One sample Kolmogorov-Smirnov test Kolmogorov-Smirnov Z 1.066 CGPI ZScore Asymp. Sig. (2-tailed) .206 N 41 41 a a. TestParameters distribution is Normal. Normal Mean 80.9024 3.6829 Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
6.77054 2.11470 .167 .212 .081 -.167 1.066 .206
.212 -.164 1.357 .050
Hasil signifikansi Z-score menunjukkan nilai 0,05 dimana kriteria normal adalah diatas 0,05.
Tabel One sample Kolmogorov-Smirnov testTest Tabel 77 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Differences Positive .086 Z-Score .198 .212 CGPI Negative -.123 -.140 CGPI 38 Z-Score38 -.164 N Tabel 7 One samplea Kolmogorov-Smirnov test 1.219 Kolmogorov-Smirnov Z .759 N 38 38 1.357 Normal Parameters Mean 80.8947 3.2368 a Asymp. Sig. (2-tailed) .611 .103 Normal Parameters Mean CGPI 80.8947 3.2368 .050 Std. Dev 6.80933 Z-Score 1.42249 a. TestExtreme distribution isStd. Normal. N Dev Most Absolute a Differences Most Extreme Normal Parameters Absolute Mean Positive Differences Positive Std. Dev Negative Negative Most Extreme Absolute Kolmogorov-Smirnov Z Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)Positive Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution isNegative Normal. Kolmogorov-Smirnov Z a. Test distribution is Normal. Asymp. Sig. (2-tailed)
38 1.42249 38 6.80933 .123 .198 .123 .198 80.8947 3.2368 .086 .198 .086 .198 6.80933 1.42249 -.123 -.140 -.123 -.140 .123 .198 .759 1.219 .759 1.219 .086 .198 .611 .103 .611 -.123 .759
.103 -.140 1.219
.611
.103
no. 25 dan 26 yaitu Telkom Indonesia a. TestData distribution is Normal. dan United Tractors tahun 2011 dieliminasi. Setelah
39
Uji Regresi ditunjukkan pada tabel 8 Adjusted Std. Error of
Model R R Square R Square Model Summary b untuk Z-score a 1 .287 .083 .057
Tabel 8
Kalbisocio,Volume 3 No. 1 Februari 2016
the Est.
1.38133
Adjusted Std. Error of R Square R Square the Est.
uji outlier berikutnya dengan 38 data, tidak ada lagi data yang memiliki standard residual diantara -2.5 dan 2.5. Selanjutnya akan diuji lagi normalitas data seperti ditunjukkan dalam tabel 7. Uji normalitas dengan metode KolmogorovSmirnov menunjukkan nilai signifikansi CGPI yaitu 0,611 dan Z-Score senilai 0.103 melebihi 0.05, maka data sudah terdistribusi normal. Data yang selanjutnya dipakai adalah 38.
Model R a. Predictors: (Constant), CGPI 1 .287a .083 .057
1.38133
Hasil Variable: uji regresi b. Dependent Z-coremenunjukkan
tidak ada hubungan antara CGPI terhadap rasio kebangkrutan a. Predictors: (Constant), CGPI dengan ditunjukkan oleh hasil signifikansi lebih dari b. Dependent Variable: Z-core Tabel 9 Coefficientsa untuk Z-score 0.05 yaitu 0.08. CGPI mempengaruhi Z-Score hanya sebesar 1,799% a yang artinya 98,201% dipengaruhi Tabel 9 Coefficients untuk Z-score Unstandardized Standardized Coefficients oleh faktor lainnya. Coefficients Unstandardized Standardized Model B Std. Error Beta adalah t: Sig. Persamaan regresi CGPI dan Z-score Coefficients Coefficients 1 Z-Score (Constant) Model B-1.617 Std.+Error Beta Sig.-.597 .554 2.707 = -1.617 0.287 CGPI+ e t 1 (Constant) -1.617 2.707 -.597 .554 CGPI untuk .060 .287 1.799 .080 Uji regresi CGPI dan .033 Beta adalah sebagai CGPI .060 .033 .287 1.799 .080 berikut : b
b Tabel10 10 Model Model Summary untuk BetaBeta b Tabel Model Summary untuk Tabel 10 Summary untuk Beta
Model Model 11
RR a .015 .015a
Adjusted Std. Adjusted Std. Error of Error of R R R Square the Estimate R Square the Estimate Square Square -.028 -.028 48.31183 .000 48.31183 .000
a. Predictors: (Constant), CGPI a. Predictors: (Constant), CGPI b. Dependent Variable: BETA
b. Dependent Variable: BETA
Grafik 1
a a Tabel 11 Coefficients Coefficients Tabel 11 untukuntuk Beta Beta
Uji Heteroskedastisitas
Tidak terjadi heteroskedastisitas untuk analisa CGPI dan Z-Score karena titik-titik yang ada tidak membentuk pola tertentu yang teratur.
Grafik 2 Uji Heteroskedastisitas
Tidak terjadi heteroskedastisitas untuk analisa CGPI dan Beta karena titik-titik yang ada tidak Uji Regresipola ditunjukkan 8 membentuk tertentupada yangtabel teratur. Uji Regresi ditunjukkan pada tabel 8 Uji Regresi ditunjukkan b pada tabel 8 Tabel 8 Model Summary untuk Z-score b b Tabel 8 Model untuk Z-score Tabel ModelSummary Summary untuk Z-score Adjusted Std. Error of Adjusted Std. Error of Model R R Square R Square the Est. Model R R Square R Square the Est. a a 1 1 .287 .287 .083 .083 .057 1.38133 .057 1.38133 a. Predictors: (Constant), CGPI
a. Predictors: (Constant), CGPI
b. Dependent Variable: Z-core
b. Dependent Variable: Z-core
a a Tabel 9 Coefficients untuk Z-score Tabel Coefficients untuk Z-score a Tabel 9 Coefficients untuk Z-score Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Unstandardized Model B Std. Error Beta Standardized t Sig. Coefficients Coefficients 1 (Constant) -1.617 2.707 -.597 .554
Model B .033 Std. Error.287 1.799 Beta .080 CGPI .060 1 (Constant) -1.617 2.707
40 CGPISummary untuk .060 Beta Tabel 10 Model b
Model
R
Tabel 10
.033
Adjusted Std. Error of R R Square the Estimate Square Model Summaryb untuk Beta
.287
a Tabel 11 Coefficients untuk Beta Standardized Unstandardized
Model 1 (Constant)
Coefficients Coefficients Standardized B Unstandardized Std. Error Beta t Sig.
Coefficients Coefficients 121.503 91.022 1.335 .190 ModelCGPI B Std. Error Sig. -.101 1.122 -.015Beta -.090 .929t 1 Dependent (Constant) 1.335 .190 a. Variable: 121.503 BETA 91.022 CGPI -.101 1.122 -.015 -.090 .929 Hasil Variable: uji regresi BETA menunjukkan tidak ada a. Dependent
hubungan antara CGPI terhadap risiko yang diukur dengan Beta dan ditunjukkan oleh hasil signifikansi lebih dari 0.05 yaitu 0.929. CGPI tidak memberikan kontribusi samasekali terhadap beta saham yang ditunjukkan dengan hasil R Square sebesar 0%. Artinya 100% persen Beta dipengaruhi oleh faktor lainnya. Persamaan regresi CGPI dan Beta adalah : Beta = 121,503- 0,015CGPI+ e
IV. SIMPULAN Hasil uji regresi pertama menunjukkan tidak ada hubungan antara CGPI terhadap rasio kebangkrutan. Hasil ini berlawanan dengan hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa CGPI berpengaruh positif terhadap going concern perusahaan. Hasil uji regresi kedua menunjukkan tidak ada hubungan antara CGPI terhadap risiko yang diukur dengan Beta. Hasil ini mendukung hipotesis kedua (H1) yang menyatakan bahwa CGPI tidak berpengaruh terhadap equity risk. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya pada jumlah pengamatan sampel dua tahun dan hanya menggunakan satu variabel t independen Sig. yaitu CGPI. Apabila periode pengamatan
-.597
.554
1.799
.080
Lucia Ari Diyani, Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap...
lebih panjang dengan menambah data periode tahuntahun sebelumnya, ada kemungkinan hasilnya juga akan berbeda dan lebih dapat digeneralisasi. Begitu pula apabila jumlah variabel ditambah, tentu hasil penelitian akan lebih komprehensif.
Nuswandari, C. (2009). Pengaruh Corporate Governance
V. DAFTAR RUJUKAN
Prasinta, D. (2012). Pengaruh Good Corporate Governance
Performance Index Terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank Semarang, September. Vol.16 no.2, hal 7084. Terhadap Kinerja
Altman, E. I. (1968). Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankruptcy. The Journal of Finance, Vol. 23, No. 4. (September), pp. 589-609.
Keuangan. Accounting Analysis Journal. AAJ 1(2). Universitas Negeri Semarang. Sayidah, N. & Pujiati, D (2008). Corporate Governance dan Rasio
Avianti, I. (2000). Model Prediksi Kepailitan Emiten di Bursa Efek Jakarta dengan Menggunakan Indikator-Indikator Keuangan. Disertasi. Program Doktor Ilmu Ekonomi. UNPAD. Bandung.
Utang perusahaan. Jurnal Ventura Vol. 11, No. 3, Desember 2008. Samaroni, F. & Umaris. (2005). Analisis
Kebangkrutan
Model Altman Z-
Colley, et. al. (2003). Corporate Governance: The McGrawHill Executive MBA Series. McGraw Hill.
Score & Springate. Skripsi Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi. Universitas Budi Luhur Jakarta.
Fanny, M & Saputra, S. (2005). Opini Audit Going Concern: Kajian
Siallagan, H. & Machfoedz, M. (2006). Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan.
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VIII. 966-978.
Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang, 23-26 Agustus 2006 Shleifer, A. & Robert, W. V. (1997). A Survey of Corporate Governance. The Journal of Finance vol.52 no.2 Juni
Gumanti, T. A. (2011). Manajemen Investasi. Jakarta: Mitra Wacana Media
1997 p.737-747 Supatmi. (2007). Corporate Governance dan Kinerja
Hanafi, M. & Abdul, H. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Edisi keempat Cetakan kedua, UPP STIM YKPN. Jensen, M. C. & Meckling, W.H. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3, 305-360. Kieso, W. & Warfield. (2011). Intermediate Accounting, vol.1, IFRS Edition, John Wiley & Sons.
Keuangan. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. Vol.14, 183-192. ______ (1995). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. ______ (2007). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Khomsiyah, D. D., & Rika G.R., (2005). ”Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan,” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Januari, Vol.8, No.1 : 65-81.
______ (2007). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ______ (2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2008 tentang Kepailitan
Klai, N. (2011). Corporate Governance and Finacial Reporting Quality: The Case of Tunisian Firms. International Business Research. Institut Superieur de Gestion de Tunis, University of Tunis. Tunisia. Vol.4 no.1, January. 158-166. Ningrum, N. R. &
Rahardjo, S. N. (2012).
Analisis
Pengaruh Intellectual Capital & Corporate Governance Terhadap Financial Performance. Diponegoro Journal of Accounting. Jurusan Akuntansi FE dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang. Vo; 1 no.2, hal 1-15
41