PENGARUH PEMBERIAN PAKAN Artemia TERHADAP PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Sarcophyton DAN DENSITAS BIOTA ASOSIASI
MUHAMMAD BAHRUN ROHADI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Pakan Artemia Terhadap Pertumbuhan Karang Lunak Sarcophyton dan Densitas Biota Asosiasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013 Muhammad Bahrun Rohadi NIM C4080076
ABSTRAK MUHAMMAD BAHRUN ROHADI. Pengaruh Pemberian Pakan Artemia terhadap Pertumbuhan Karang Lunak Sarcophyton dan Densitas Biota Asosiasi. Dibimbing oleh NEVIATY PUTRI ZAMANI dan BEGINER SUBHAN Penelitian menemukan pertumbuhan Sarcophyton yang diberi pakan Artemia mengalami pertumbuhan lebih cepat sampai dengan pengamatan minggu ke-10. Akan tetapi pada minggu ke-11 dan ke-12 terjadi penurunan pertumbuhan dan diikuti oleh meningkatnya populasi biota bentik asosiasi pada kolam pengamatan. Hal ini menarik untuk dikaji lebih lanjut. Tujuan penelitian ini melihat hubungan antara laju pertumbuhan karang lunak Sarcophyton terhadap peningkatan komunitas dan populasi biota bentik asosiasi. Pengamatan dilakukan selama 3 bulan dengan mengunakan kolam kontrol (A) dan kolam yang diberi pakan Artemia 5 gr/1 m3/minggu (B) berukuran (1x2x0,5) m3 yang berisi 5 koloni Sarcophyton. Secara berkala setiap minggu dilakukan pengambilan data pertumbuhan, kesehatan karang dan parameter penunjang seperti parameter fisika (suhu dan salinitas), kimia (konsentrasi amonia, nitrat, nitrit, dan fosfat), dan biologi (densitas biota bentik asosiasi). Hasil penelitian menunjukkan penambahan pakan pada selang kepercayaan 95% berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan Sarcophyton dan densitas biota asosiasinya. Hasil pengamatan memperlihatkan laju pertumbuhan, nilai kesehatan, dan jumlah koloni dengan polip keluar pada kolam perlakuan yang diberi pakan cenderung lebih rendah. Pemberian pakan menyebabkan peningkatan densitas biota bentik heterotrofik sehingga laju konsumsi oksigen meningkat. Tingginya laju konsumsi oksigen menyebabkan konsentrasi nitrat dan fosfat juga menurun. Penurunan kadar oksigen dan peningkatan ekskresi biota bentik menyebabkan kadar amonia meningkat sehingga kesehatan karang menurun. Kata kunci: transplantasi, karang lunak, Sarcophyton, Artemia
ABSTRACT MUHAMMAD BAHRUN ROHADI. The Effect of Feeding Artemia on Growth of Soft Coral Sarcophyton and Density of Biota Associated. Supervised by NEVIATY PUTRI ZAMANI and BEGINER SUBHAN The Research found that the growth rate of Sarcophyton which were fed with Artemia was higher than the control pond, up to 10 weeks. However, at week 11 and 12 there was a decrease of growth rate and followed by an increase of population of benthic biota associated with Sarcophyton at observation ponds. It is interesting for further studied. The purpose of this research is to study the relationship between the growth rate of Sarcophyton and the number of populations of associated benthic biota. The observations took place during the 3 months which were using the two ponds sized each (1x2x0.5) m3 contains 5 colonies. The first pond is not fed as control (A) and a second feeding Artemia 5 g /1 m3/week (B). Every weeks, researchers observed the growth rate and coral health and the condition of supporting such as physical parameters (temperature and salinity), chemical (concentrations of ammonia, nitrate, nitrite, and phosphate), and biological (density of association benthic biota). The results show that feeding Artemia had a significant (confidence interval 95 %) effect on growth of Sarcophyton and the density of associated biota. Observations show that the growth rate, the health value, and the amount of coral polyps coming out at treatment ponds tend to be lower than coral at control pond. Feeding Artemia cause an increase in the density of heterotrophic benthic biota so that increases the rate of oxygen consumption. This high oxygen consumption lead to decrease nitrate and phosphate concentrations. Decreasing levels of oxygen and increasing excretion of benthic biota caused ammonia levels to rise so that the health value of Sarcophyton decline. Keywords: transplantation, soft coral, Sarcophyton, Artemia
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN Artemia TERHADAP PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Sarcophyton DAN DENSTITAS BIOTA ASOSIASI
MUHAMMAD BAHRUN ROHADI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Pakan Artemia Terhadap Pertumbuhan Karang Lunak Sarcophyton dan Densitas Biota Asosiasi Nama : Muhammad Bahrun Rohadi NIM : C4080076 Program Studi : Ilmu dan Teknologi Kelautan
Disetujui oleh
Dr. Ir Neviaty P. Zamani, M.Sc. Pembimbing I
Beginer Subhan S.Pi.M.Si Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc. Ketua Departemen
Tanggal Lulus: 25 September 2013
PRAKATA Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua rahmat dan karunia yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul Pengaruh Pemberian Pakan Artemia Terhadap Pertumbuhan dan Kesehatan Karang Lunak Sarcophyton dan Densitas Biota Asosiasi ini digunakan sebagai salah satu syarat kelulusan dan mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Kelautan (S.Ik) pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak memperoleh dukungan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada : 1. Ibu Dr.Ir. Neviaty P. Zamani, M.Sc. dan Bapak Beginer Subhan, M.Si. selaku dosen pembimbing. 2. Para kakak tingkat yang telah banyak memberikan masukan dan saran seperti Bang Didit, Bang Aldelanov, Bang Agus, Mbak Wahyu 3. Para rekan asisten praktikum Biologi Laut, Oseanografi Kimia, dan Ekologi Laut Tropis yang telah banyak berbagi ilmu berharga 4. Kedua orang tua, keluarga, teman-teman ITK angkatan 45 serta semua pihak yang telah membantu terwujudnya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu Penulis berharap skripsi ini dapat berguna baik untuk penulis sendiri maupun pihak lain. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang banyak.
Bogor, September 2013 Muhammad Bahrun Rohadi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL................................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xiv PENDAHULUAN ...................................................................................................1 Latar Belakang .....................................................................................................1 Tujuan Penelitian .................................................................................................1 METODE ................................................................................................................2 Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................................................2 Skema Penelitian ..................................................................................................2 Rancangan Penelitian ...........................................................................................2 Prosedur Analisis Data .........................................................................................3 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................4 Parameter Fisika dan Kimia Perairan ...................................................................4 Densitas Biota Asosiasi ........................................................................................6 Tingkat Kelangsungan Hidup ..............................................................................8 Kesehatan Karang ................................................................................................9 Pertumbuhan Karang ..........................................................................................10 SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................11 Simpulan ............................................................................................................11 Saran ..................................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................12 LAMPIRAN ..........................................................................................................14 RIWAYAT HIDUP ................................................................................................16
DAFTAR TABEL 1
Skema penelitian ........................................................................................ 2
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7
Deskripsi kolam penelitian.......................................................................... 3 Nilai parameter fisika kimia perairan mingguan......................................... 5 Densitas biota asosiasi autotrofik mingguan............................................... 6 Densitas biota asosiasi heterotrofik mingguan............................................7 Nilai kesehatan karang mingguan................................................................ 9 Jumlah karang dengan polip keluar.......................................................... 10 Laju pertumbuhan luas karang mingguan.................................................. 11
DAFTAR LAMPIRAN 1
Dokumentasi penelitian............................................................................. 14
PENDAHULUAN Latar Belakang Karang lunak (Sarcophyton) merupakan hewan Kelas Octocorallia, Filum Cnidaria yang memiliki tubuh simetri radial rangkap delapan atau tentakel berjumlah delapan. Hal ini membedakan Octocorallia dengan Scleractinia (Hexacorallia) yang bertentakel enam atau kelipatannya (Fabricius dan Aldersade 2001). Karang lunak juga menghasilkan kerangka kapur berbentuk duri-duri kokoh yang disebut spikula. Duri ini membuatnya lentur dan tidak mudah putus (Manuputty 2002). Hasil metabolisme sekunder karang lunak mengahasilkan bahan bioaktif. Bahan-bahan bioaktif ini selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai antifouling dan ichtyotoxicity defence karena memiliki bau atau rasa yang tidak enak sehingga dihindari oleh organisme bentik dan predator (Summarco et al. 1985) serta untuk berbagai keperluan medis seperti obat kanker paru-paru, memiliki gugus terpena dan turunannya yang berfungsi sebagai hepatoprotektif, antioksidan dan antibakteri (Sun et al. 2012) Penelitian pengembangan teknis transplantasi telah banyak dilakukan pada beberapa jenis karang diantaranya seperti Sarcophyton (Hakim et al. 2009; Saputra 2012), Sinularia (Khalesi 2008; Arafat 2009; James 2010; Utama 2010; Delanov 2011), Lobophytum (Arafat 2009; Pramayudha 2009; Prastiwi 2010), dan Lobophyllia (Margono 2009). Beberapa penelitian di atas menunjukkan karang transplantasi dalam kolam memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan di alam (James 2010; Prastiwi 2010; Delanov 2011; Saputra 2012). Akan tetapi hal tersebut masih kurang intensif tanpa pemberian pakan. Menurut Effendi (2004) secara umum dalam akuakultur penambahan pakan dalam jumlah yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan organisme kultur. Penelitian Saputra (2012) memperlihatkan hal serupa. Selama tiga bulan transplantasi, terlihat luas framen karang yang diberi pakan Artemia lebih baik dibandingkan karang yang tidak beri pakan. Berdasakan Saputra (2012) ditemukan perubahan pertumbuhan karang yang diberi pakan pada minggu ke-11 menurun. Akhir penelitiannya juga ditemukan lebih banyak biota asosiasi heterotrofik pada kolam yang diberi pakan. Sebaliknya pada kolam tanpa pakan ditemukan lebih banyak biota asosiasi autotrofik. Apakah penurunan tersebut akan berlanjut dan berujung pada kematian akibat kompetisi dengan populasi biota bentik asosiasi. Hal ini menarik peneliti guna melanjutkan transplantasi pada tiga bulan kedua dengan perlakuan serupa. Berdasarkan Okubo et al. (2005) karang transplan pada fase ini akan mengalami penurunan laju pertumbuhan. Selain itu peneliti juga tertarik untuk mengamati pengaruh pakan terhadap biota asosiasi di dalam kolam. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pakan terhadap laju pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup dan kesehatan fragmentasi karang lunak jenis Sarcophyton. Selain itu untuk mengetahui pengaruh pakan terhadap densitas biota asosiasi dan pengaruh biota tersebut terhadap karang lunak.
2
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2011 sampai Desember 2011 di Laboratorium Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Ancol, Jakarta. Skema Penelitian Penelitian ini dilakukan sebagaimana Saputra (2012) pada minggu ke-0 s.d. ke-12. Kegiatan penelitian ini dilakukan setelahnya yaitu mulai minggu ke-13 s.d. ke-27. Pada akhir penelitian Saputra (2012) dijumpai banyak biota bentik heterotrofik pada kolam perlakuan dan biota autotrofik pada kolam kontrol (Lampiran 1.e s.d. 1.l). Hal ini menyebabkan pada penelitian ini dilakukan penghitungan densitas biota bentik asosiasi dan plankton. Tabel 1 Skema penelitian
Penulis
Saputra (2012)
Tahapan
Tahap Persiapan
Tahap I 3 bulan pertama
Tahap II 3 bulan kedua
Kegiatan Pembersihan kolam Filtrasi dan aerasi kolam Pengambilan sample karang Aklimatisasi sample karang Transplantasi sample karang Pemberian pakan mingguan Pengamatan pertumbuhan Pengamatan kesehatan Pengamatan survival rate Pengukuran parameter fisika-kimia Pemberian pakan mingguan Pengamatan pertumbuhan Pengamatan kesehatan Pengamatan survival rate Pengukuran parameter fisika-kimia Penghitungan densitas biota asosiasi Penghitungan densitas plankton
Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan dengan mengunakan dua kolam uji berukuran masing-masing (1x2) m2 dengan kedalaman 0,5 m. Setiap kolam berisi 5 koloni karang lunak Sarcophyton. Kolam pertama tidak diberi pakan sebagai kontrol (kolam A) dan kolam kedua diberi pakan (kolam B) sebagaiman nampak pada
3 Gambar 1. Keduanya setiap minggu dilakukan pengantian air sebanyak 1/3 dari total air di kolam. Kolam A Tanpa Perlakuan (Kontrol)
Kolam B + Artemia 5 gr/1 m3/minggu
Gambar 1 Deskripsi kolam penelitian Secara berkala setiap minggunya selama enam bulan dilakukan pemberian pakan Artemia sebanyak 5 gr/1 m3 sekaligus pengambilan data pertumbuhan dengan mengunakan kamera bawah air yang difoto tegak lurus untuk melihat pertumbuhan luasannya. Hasil digital foto tersebut selanjutnya diolah menggunakan software Image J 1.38x (Saputra 2012). Selain pertumbuhan peneliti juga mengamati kesehatan karang mengacu pada Dean dan Diana (2010) dengan mengunakan CoralWatch chart (Lampiran 1.b). Kesehatan karang juga dilakukan dengan mengamati kemunculan polip karang. Karang sehat memiliki polip yang keluar dan aktif dan sebaliknya karang yang stress atau sakit polipnya akan cenderung masuk (Reid et al. 2011). Pengambilan sampel air juga dilakukan guna mengetahui kondisi parameter penunjang pertumbuhan dan kesehatan karang seperti parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter fisika seperti suhu diukur dengan mengunakan termometer raksa (skala 50 oC) dan salinitas mengunakan refraktometer (Atago URCHi), parameter kimia seperti amonia, nitrat, nitrit, dan fosfat diukur dengan metode pereaksi campuran mengunakan spektofotometer. Parameter biologi seperti densitas biota bentik asosiasi di dalam kolam diukur langsung dengan transek kuadrat (20x20) cm2 3 kali ulangan pada posisi bagian depan, tengah, dan belakang kolam, plankton (zooplankton dan fitoplankton) dengan menyaring air mengunakan plankton net sebanyak 50 liter yang selanjutnya dihitung kerapatannya mengunakan mikroskop. Analisis Data Pertumbuhan karang lunak diketahui dengan menganalisa beberapa parameter yang terkait dengan pertumbuhannya, yaitu meliputi pertambahan luasan fragmen karang sampel, ....................................................(1) Keterangan : β = Pertumbuhan luasan karang lunak (cm2) Lt = Luasan karang lunak pada saat waktu ke-t, (cm2) Lo = Luasan karang lunak pada saat waktu ke-o, (cm2)
4
Nilai kesehatan karang hasil pengukuran CoralWatch chart setiap kolam dirata-rata setiap minggunya lalu diregresi. Pengamatan juga menganalisis tingkat kelangsungan hidup guna mengetahui persentase karang lunak yang hidup dari awal hingga akhir kegiatan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan: .. ..................................................(2) Keterangan : SR = Tingkat kelangsungan hidup karang lunak (%), Nt = Jumlah fragmen karang lunak pada akhir penelitian, No = Jumlah fragmen karang lunak pada awal penelitian, Pengaruh perbedaan antara pertumbuhan karang yang diberi pakan dan tidak, dapat diketahui dengan menggunakan uji t, sekaligus melihat perubahann parameter fisika, kimia, dan biologi penunjang pertumbuhan karang. Uji t pada penelitian ini mengacu pada Yitnosumarto (1995), dimana lingkungan diasumsikan sebagai sesuatu yang homogen. Penggolahan menggunakan bantuan software Excel 2007 dengan selang kepercayaan sebesar 95% dimana model observasi yang digunakan adalah :
.....................................................(3) Dimana : t = Koefisien t-student Xi = Rata-rata kelompok ke i ni = Jumlah Data Kelompok Sampel ke-i sg = Standard deviasi gabungan dengan hipotesis: H0 : Pemberian pakan tidak berpengaruh terhadap variabel H1 : Pemberian pakan berpengaruh terhadap variabel
HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter Fisika dan Kimia Perairan Pemberian perlakuan berupa pakan pada selang kepercayaan 95% berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter perairan seperti nitrit, amonia, dan fosfat serta tidak berpengaruh nyata terhadapat suhu, salinitas, dan nitrat. Hal ini juga nampak pada Gambar 2 yang memperlihatkan nitrit fosfat lebih rendah dan ammonia lebih tinggi pada kolam perlakuan. Hal yang berbeda terjadi pada salinitas suhu dan nitrat yang terlihat tidak berbeda antara kolam control dan perlakuan.
5 Salinitas (ppm)
40
Suhu (0C)
30 30 27.5
Konsentrasi Nitrit (ppm)
Konsentrasi Nitrat (ppm)
25 2.000 1.000 0.000 0.150 0.100 0.050 0.000 -0.050 Amonia (ppm)
1.000 0.500 0.000
Konsentrasi Fosfat (ppm)
-0.500 0.060 0.040 0.020 0.000 1
3
5
7
9
11
13 15 Minggu ke
Kontrol
17
19
21
23
25
27
Perlakuan
Gambar 2 Nilai parameter fisika kimia perairan selama 26 minggu (minggu ke-1 s.d. ke 12 data Saputra (2012)) Nitrit dan fosfat yang mengalami penurunan dan amonia yang mengalami peningkatan dipengaruhi oleh penambahan pakan pada kolam sampel. Hal ini disebabkan salinitas dan suhu kondisinya hanya dipengaruhi oleh faktor fisik perairan dan tidak banyak dipengaruhi oleh aktivitas biologis di perairan (Efendi 2003). Berbeda dengan nitrit, fosfat, dan amonia yang merupakan nutrien yang digunakan organisme perairan sehingga konsentrasinya sangat dipengaruhi faktor biologis (Grasshoff 1976). Konsentrasi nitrat dan fosfat pada kolam yang diberi pakan menurun disebabkan oleh pemberian pakan mengakibatkan terjadinya peningkatan perkembangbiakan biota bentik sehingga laju konsumsi oksigen meningkat yang menyebabkan konsentrasi nitrat dan fosfat juga menurun. Sebaliknya penurunan kadar oksigen dan peningkatan ekskresi biota bentik menyebabkan kadar amonia meningkat (Grasshoff 1976).
6 Selain penambahan pakan dan aktivitas biologi di dalam kolam, penyebab lain yang meningkatkan dan menurunkan konsentrasi parameter kimia di atas adalah sumber air masukan. Pergantian 1/3 air kolam setiap minggunya turut mempengaruhi tinggi rendahnya konsentrasi komponen kimia. Sumber masukan air yang bersumber dari Teluk Jakarta memungkinkan terjadinya perubahan konsentrasi. Densitas Biota Asosiasi
Kelimpahan Fitoplankton (ind/l)
Pemberian pakan pada kolam perlakuan tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan sampel karang lunak akan tetapi berpengaruh pula terhadap kondisi biota asosiasi dalam kolam uji. Biota asosiasi yang diamati terbagi atas dua kelompok yaitu biota autotrofik (dapat berfotosintesis) dan hetrotrofik (tidak dapat berfotosintesis). Berdasarkan hasil uji t diperoleh hasil penambahan pakan berpengaruh nyata baik pada biota heterotrofik dan autotrofik kolam uji pada selang kepercayaan 95% sebagai mana pada Gambar 3 dan 4
400 200 0
Penutupan Alga Merah (%)
80 60 40 20 0 Penutupan Alga lainnya (%)
100 80 60 40 20 20
21
22
23 24 Minggu ke
Kontrol
25
26
27
Perlakuan
Gambar 3 Densitas biota asosiasi autotrofik selama 8 minggu Biota autotrofik yang diamati diantaranya jumlah makroalga merah yang menempel, fitoplankton, dan tutupan alga lainnya pada dasar kolam, sedangkan untuk kelompok biota heterotrofik antara lain zooplankton, anemon, isopoda (cruetacea), ophiuroidea, sponge, dan annelida. Pengelompokan ini bertujuan
7 melihat pengaruh penambahan pakan terhadap struktur rantai makanan di dalam kolam uji.
Kelimpahan Zooplankton (ind/l)
300 200 100 0
40 20 0 4000
Kerapatan Crustacea (ind/m2)
Kerapatan Anemon (ind/m2)
60
Kerapatan Sponge (ind/m2)
Kerapatan Ophiuroida (ind/m2)
2000
0 400 200 0 200 100
Kerapatan Annelida (ind/m2)
0 20 10 0 20
21
22
23
24
25
26
27
Minggu ke Kontrol Perlakuan
Gambar 4 Densitas biota asosiasi heterotrofik selama 8 minggu Kolam kontrol memiliki kepadatan biota asosiasi autotrofik lebih tinggi dibandingkan kepadatan biota asosiasi di kolam perlakuaan yang diberi pakan sebagaimana pada Gambar 3. Hal ini disebabkan nutrien yang tersedia di kolam kontrol seperti nitrit dan fosfat lebih tinggi. Nutrien ini menyebabkan
8 pertumbuhan dan perkembangbiakan biota autotrofik ini menjadi lebih tinggi. Berdasarkan Soedharma et al. (2008) turf algae pada siang hari melakukan fotosintesis yang menghasilakn O2 dan menurunkan kadar CO2 di kolam. Hal ini dapat membantu memberikan suplai O2 untuk karang dan mencegah turunnya pH yang dapat mendegradasi kerangka kapur karang. Biota asosiasi heterotofik pada kolam perlakuan yang diberi pakan cenderung memiliki pertumbuhan dan perkembangbiakan lebih baik dibandingkan kolam kontrol sebagaimana Gambar 4. Hal ini disebabkan Artemia yang diberikan ke dalam kolam perlakuan tidak efisien digunakan oleh karang lunak. Sifat karang lunak yang sesil menyebabkan tidak semua Artemia dalam kolam yang luas dapat dimakan habis. Artemia tidak hanya menjadi pakan bagi karang penelitian, tetapi juga dimakan oleh biota asosiasi heterotrofik di atas. Ukuran yang kecil, menyebabkan Artemia menjadi makanan yang cocok untuk berbagai biota mikrobentik di atas. Hal berbeda terjadi pada anemon kecil pada kolam percobaan. Anemon tersebut cenderung lebih tinggi jumlahnya pada kolam kontrol dibanding kolam perlakuan yang diberi pakan. Hal ini disebabkan pada kolam perlakuan anemon tersebut memiliki lebih banyak kompetitor predator zooplankton yang menjadi pakan anemon dibandingkan pada kolam kontrol sehingga pertumbuhannya lebih rendah. Selain itu crustacea dan ophiuroidea juga merupakan pemangsa anemon sehingga diduga penurunan jumlah anemon disebabkan kegiatan predasi. Tidak hanya anemon, peningkatan populasi crustacea dan ophiuroidea akibat penambahan pakan juga turut memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan Sarcophyton pada kolam perlakuan. Crustacea dan ophiuroidea juga diduga memangsa Sarcophyton. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya lubanglubang kecil bekas gigitan di permukaan Sarcophyton perlakuan dan tidak ditemukan pada Sarcophyton kontrol. Berdasarkan Soedharma et al. (2008) beberapa predasi karang seperti copepoda, polychaeta, molusca, serta echinodermata yang merusak karang dengan cara melubangi karang untuk membuat rumah atau menggerogoti karang untuk memperoleh makanan berupa detritus dan atau alga yang menempel pada permukaan karang. Selain itu beberapa biota seperti sponge, alga makro, cyanobacteria terbukti dapat mengeluarkan antibiotik atau senyawa kimia tertentu yang bersifat asam yang dapat menghambat produktivitas karang yang berada di sekitarnya. Anemon dan Sarcophyton merupakan jenis anthozoa yang mengandung banyak zooxanthella, sehingga jaringan tubuhnya hanya mengandung sedikit nematosis (Manuputty 1986). Hal ini mengakibatkan anemon maupun Sarcophyton akan kalah kompetisi dengan biota bentik pemangsa Artemia lainnya yang dapat bergerak lebih aktif menangkap mangsanya. Selain pemberian pakan yang dipaparkan di atas, pergantian air 1/3 bagian kolam setiap minggunya memungkinkan adanya masukan biota asosiasi lain ke dalam kolam pengamatan. Masukan air ini diduga membawa telur atau larva biota bentik yang turut mempengaruhi jumlah biota bentik asosiasi. Tingkat Kelangsungan Hidup Nilai tingkat kelangsungan hidup karang lunak dalam penelitian baik pada kolam kontrol maupun kolam perlakuan mencapai 100%. Hal ini dikarenakan
9 jumlah fragmen karang yang digunakan tidak mengalami kematian dan dapat bertahan hidup pada lingkungan kolam terkontrol hingga akhir masa pengamatan. Tingginya tingkat kompetisi ruang dan predasi dengan biota lain tidak berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup karang sampel. Serupa dengan hasil James (2010), Prastiwi (2010), Utama (2010), Delanov (2011), serta Saputra (2011) tingkat kelangsungan hidup transplan dalam kolam terkontrol mencapai 100%. Menurut Utama (2010) tingkat kelangsungan fragmen hidup dalam kolam terkontrol lebih tinggi yang mencapai 100% dibandingkan di alam yang hanya 7294% sedangkan Pramayudha (2009) hanya mencapai 68-89% bahkan pada kedalaman 3 meter hanya 11% fragmen yang hidup hingga akhir penelitian. Kesehatan Karang Kesehatan karang dalam penelitian ini ditinjau dari dua parameter yaitu rata-rata nilai kesehatan karang yang mengacu pada CoralWatch dan jumlah karang yang polipnya keluar seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 5 dan 6. Tiga bulan pertama nilai kesehatan karang di kolam perlakuan yang diberi pakan cenderung lebih baik dibandingkan karang kolam kontrol. Akan tetapi hal sebaliknya terjadi pada tiga bulan kedua. Karang pada kolam perlakuan yang diberi pakan cenderung memiliki nilai kesehatan lebih rendah dibandingkan karang kolam kontrol.
6
Rata-Rata Nilai Kesehatan Karang
Sehat 5 4
Cukup Sehat 3 2
Tidak Sehat 1 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27
Minggu ke Kontrol
Perlakuan
Gambar 5 Nilai kesehatan karang berdasarkan parameter CoralWatch chart (minggu ke-1 s.d. ke 12 data Saputra (2012)) Sama seperti kondisi nilai kesehatan, jumlah koloni karang berpolip pada tiga bulan pertama menunjukkan kolam perlakuan yang diberi pakan cenderung lebih baik dibandingkan karang kolam kontrol. Begitu pula yang terjadi pada tiga bulan kedua. Karang pada kolam perlakuan yang diberi pakan cenderung memiliki jumlah karang berpolip lebih rendah dibandingkan karang kolam kontrol.
10 Hal tersebut disebabkan pada tiga bulan kedua populasi predator karang meningkat akibat memakanan sisa pakan yang tidak termakan di tiga bulan pertama. Penambahan pakan di tiga bulan kedua tidak lagi mencukupi untuk mememuhi konsumsi berbagai biota asosiasi di kolam perlakuan. Akibatnya biota tersebut memakan karang lunak sampel yang mengakibatkan nilai kesehatan dan jumlah koloni karang yang polipnya keluar menurun.
Jumlah Koloni Karang dengan polip keluar (Koloni)
5 4 3 2 1 0 1
5
9
13
17
21
25
Minggu ke Kontrol
Perlakuan
Gambar 6 Jumlah koloni karang dengan polip keluar selama 26 minggu (minggu ke-1 s.d. ke 12 data Saputra (2012)) Pertumbuhan Karang Pertumbuhan luasan karang sangat fluktuatif per minggunya. Hal ini disebabkan beberapa faktor seperti infeksi alga, predasi karang, kompetisi dengan hewan pemakan zooplanton lain serta pengaruh fisika dan kimia perairan sesuai dengan Hakim et al. (2009), Pramayudha (2010), dan Utama (2010). Berdasarkan uji t diperoleh bahwa penambahan pakan Artemia berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan karang lunak Sarcophyton percobaan berdasarkan uji t dengan selang kepercayaan 95%. Hasil penelitian mendapatkan luasan fragmen kontrol terus menurun hingga minggu ke-11 penurunan yang dialami hingga 8 cm2 dan kembali meningkat pada minggu ke-15 hingga akhir penelitian sebesar 7 cm2. Hal sebaliknya terjadi pada fragmen perlakuan yang semula konstan hingga minggu ke-15, menjadi terus mengalami penurunan hingga akhir penelitian sebesar 7 cm2. Penurunan rata-rata luasan fragmen perlakuan disebabkan ada beberapa fragmen perlakuan yang mengalami predasi oleh biota asosiasi. Predasi ini menyebabkan fragmen perlakuan kehilangan luasannya sangat drastis. Melalui data di atas diperoleh grafik laju pertumbuhan luas mingguan pada Gambar 7. Tiga bulan laju pertumbuhan luas karang perlakuan yang diberi pakan cenderung lebih baik dibandingkan karang kolam kontrol. Akan tetapi hal sebaliknya terjadi pada tiga bulan kedua. Karang pada kolam perlakuan yang diberi pakan cenderung memiliki laju pertumbuhan luas karang lebih rendah
11 dibandingkan karang kolam kontrol. Hal ini terjadi karena predasi dan kompetisi ruang dengan algae fouling pasca predasi (Soedharma et al. 2008). 5 4
Laju Pertumbuhan (cm2/minggu)
3 2 1 0 -1 -2 -3 -4 Kontrol
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
-1 -0 1.8 -1 1.2 -2 -2 -0 -1 -2 -3 0.1 -0 0.7 1.4 1 1.3 -0 0.9 0 0.7 0.6 0.3 0.4 0.7 -0
Perlakuan 0.3 1.5 -0 -3 4.1 -1 0.1 -1 1.8 -1 0.4 -1 0.6 0.4 -1 -2 -1 -2 -0
0
-2 0.7 -0 -0 0.3 0.4
Minggu ke
Gambar 7 Laju pertumbuhan luas karang selama 26 minggu (minggu ke-1 s.d. ke 12 data Saputra (2012)) Pasca predasi umumnya polip tidak langsung tubuh kembali akan tetapi karang akan mengalami fase stress (Lampiran 1.m). Fase ini dimana karang memiliki tingkat ketahan yang rendah sehingga mudah terinfeksi oleh alga. Minggu terparah adalah minggu ke-21 dimana seluruh karang terpredasi dan terinfeksi alga. Hal tersebut juga terlihat dari nilai kesehatan karang dan jumlah polip yang keluar pada Gambar 5 dan 6. Hal serupa terjadi pada luasan karang pada kolam penelitian Pramayudha (2010). Menurutnya, kompetisi ruang terjadi antara karang lunak dengan alga yang hidup di dalam kolam tersebut. Alga tersebut menutupi pori-pori untuk keluar masuknya polip pada karang lunak sehingga polip tidak dapat keluar untuk mencari makan dan berkembang. Penutupan alga tersebut membuat tubuh karang menjadi mengkerut dan luasannya pun menjadi menurun. Beberapa koloni karang pada minggu ke-25 hingga akhir pengamatan mengalami perbaikan kondisi pasca predasi sehingga nilai laju pertumbuhan kembali meningkat (Lampiran 1.n).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini menunjukkan penambahan pakan Artemia berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan karang lunak Sarcophyton percobaan. Hasil penelitian pada minggu ke-13 s.d. ke-27 berbeda penelitian sebelumnya pada minggu ke-0 s.d. ke12 yang cenderung memberikan dampak positif. Karang pada kolam perlakuan yang diberi pakan cenderung memiliki laju pertumbuhan luas yang lebih rendah.
12 Nilai kesehatan karang dan jumlah koloni karang dengan polip keluar juga lebih rendah dibandingkan kontrol. Penelitian ini memperlihatkan pemberian pakan Artemia kurang efektif, karena karang tidak dapat menjangkau sempurna pakan yang diberikan. Pemberian pakan juga mengakibatkan terjadinya peningkatan densitas biota bentik heterotrof setelah memakan sisa pakan. Peningkatan densitas biota bentik heterotrof menyebabkan laju konsumsi oksigen meningkat yang menyebabkan konsentrasi nitrat dan fosfat juga menurun. Sebaliknya penurunan kadar oksigen dan peningkatan ekskresi biota bentik menyebabkan kadar amonia meningkat. Biota bentik heterotrofik juga memakan karang lunak pada kolam perlakuan sehingga luasannya semakin menurun. Saran Menghindari faktor yang mempengaruhi di luar pakan, seperti biota asosiasi diperlukan adanya sterilisasi air yang akan digunakan untuk percobaan. Pengunakan kolam atau akuarium yang lebih kecil sehingga kondisi karang dapat lebih mudah teramati dan terkontrol. Selain itu dengan mengunakan kolam yang lebih kecil pakan yang diberikan akan lebih efektif dimakan oleh karang, mengingat karang bersifat sesil. Penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan kolam uji dengan variasi bobot pakan yang diberikan juga perlu dilakukan untuk mengetahui berapa pakan optimal untuk meningkatkan pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA Arafat D. 2009. Pertumbuhan karang lunak (octocorallia:alcyonacea) Lobophytum strictum, Sinularia sp. dan perkembangan gonad Sinularia sp. hasil fragmentasi buatan di pulau pramuka, kepulauan seribu, jakarta [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Dean A, Diana K. 2010. Workbook Coral Reefs and Climate Change. Queensland (AU): CoralWatch, University of Queensland. Delanov AA. 2011. Laju pertumbuhan dan kesehatan soft coral Sinularia dura hasil transplantasi pada sistem resirkulasi [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Efendi H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengeloaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Jakarta (ID): Kanisius. Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta (ID): Penebaran Swadaya. Fabricius K, Aldersade P. 2001. Soft Coral and Sea Fans: A Comprehensive Guide to Tropical Shallow-Water Genera of the Central-West Pacific, the Indian Ocean and The Red Sea. Townsville: Institut of Marine Sciene. Grasshoff. 1976. Method of Seawater Analysis. New York (US): Verlag Cheimie. Weinheim. Hakim ML, Dedi S, Beginer S. 2009. Perkembangan dan pertumbuhan transplantasi karang lunak jenis Sarcophyton crassocaule di kepulauan seribu dki jakarta tahun 2008 – 2009. h 141-150. Prosiding Pertemuan Ilmiah VI ISOI 2009, 16-17 November 2009. Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia. Jakarta. viii + 553 h.
13 James W. 2010. Pertumbuhan karang lunak Sinularia dura hasil transplantasi pada sistem resirkulasi [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Khalesi MK. 2008. Ex situ cultivation of the soft coral Sinularia flexibilis for biotechnological exploitation [tesis].Netherlands: Wageningen University. Manuputty AEW. 1986. Karang Lunak Salah Satu Penyusun Terumbu Karang. Jakarta (ID): Puslitbang-Oseanologi-LIPI. Manuputty AEW. 2002. Karang Lunak (Soft Coral) Perairan Indonesia (Buku I, Laut Jawa dan Selat Sunda). Jakarta (ID): Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Margono W. 2009. Perkembangan dan pertumbuhan karang jenis Lobophyllia hemprichii yang ditransplantasikan di pulau pramuka[skripsi] Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Okubo N, Taniguchi H, dan Motokawa H. 2005. Succesful methods for transplanting fragmen of Acropora formosa and Acropora hyacinthus. jakarta (ID): Coral Reef. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 24: 333342 Prastiwi DI. 2010. Pertumbuhan soft coral Lobophytum strictum hasil transplantasi pada sistem resirkulasi [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Pramayudha MR. 2009. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup hasil transpantasi softcoral Lobophytum strictum di pulau pramuka, kepulauan seribu tahun 2008 [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Reid C, Justin M, Dave L, Diana K. 2011. Terumbu Karang dan Perubahan Iklim. Queensland (AU): CoralWatch, The University of Queensland. Saputra DA. 2012. Pengaruh pemberian artemia sebagai pakan terhadap pertumbuhan karang lunak Sarcophyton sp. pada kolam terkontrol [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Summarco PW, Coll JC, Barre SL. 1985. Competitive strategies of soft corals (Coelenterata: Octocorallia) II. Variable defensive responses and susceptibility to scleractinian corals. J. Exp.Mar.BioLEcoL91:1995 Soedharma D, Suharsono, Agus B, Sadarun B. 2008. Petunjuk Pelaksanaan Transplantasi Karang. Jakarta (ID): Direktur Konservasi dan Taman Nasional Laut, Departemen Kelautan dan Perikanan RI. Sun XP, Chang LS, Chang YW, Xiu BL, Ying X, Pei YQ, Kun Z, Cai JZ. 2012. Steroids of soft coral Scleronephthya sp. from the south china sea. Russia: Springer Science. Chemistry of Natural Compounds, 48 ( 2). Utama NAB. 2010. Pertumbuhan transplantasi karang lunak (Sinularia dura) di alam dan bak terkontrol [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Institut Pertanian Bogor. Yitnosumarto S. 1995. Perancangan Percobaan, Analisis dan Interpretasi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama
14 Lampiran 1 Dokumentasi penelitian
a. Pemotongan fragmen sampel karang (Saputra 2012)
b. Pengukuran panjang dengan skala dan pembanding warna CoralWatch
c. Pembelahan karang secara alami akibat gesekan dengan kabeltis (perkembangbiakan aseksual)
d. Larva Sarcophyton hasil perkembangbiakan seksual
e. Anemon asosiasi di kolam percobaan
f. Infasi alga dan anemon pada dasar Kolam
15
Lampiran 1 Dokumentasi penelitian (lanjutan)
g. Alga merah asosiasi di kolam
h. Polychaeta kolam percobaan
i. Kondisi dinding kolam perlakuan
j. Kondisi dasar kolam perlakuan
k. Kondisi dinding kolam kontrol
l. Kondisi dasar kolam kontrol
m. Karang yang terpredasi oleh biota
n. Proses recovery pasca terpredasi predator karang mengalami alga fouling akibat kondisi ketahanannya melemah
16
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 1990 dari pasangan Subadi dan Siti Rahayu. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Lulus dari SMA Negeri 13 Jakarta pada Tahun 2008, penulis langsung melanjutkan studi di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor di tahun yang sama melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjalani kuliah di IPB, penulis aktif dalam bebagai organisasi seperi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Uni Konservasi Fauna, dan Forces, Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA), Explorasi Percussion, Teater Air dan Teater Garam. Penulis juga sempat bekerja sebagai Asisten Praktikum mk. Biologi Laut 2011 dan 2012, mk. Oseanografi Kimia 2011, serta mk. Ekologi Laut Tropis 2012. Beberapa tulisan yang pernah dihasilkan selama studi seperti Prototipe Rancang Bangun Sistem Pengolahan Limbah Cair Industri Berbasis Intergrasi Pertanian Terpadu, Fungsionalisasi Cangkang Kerang Hijau sebagai Penambah Kalsium Susu Fermentasi (PKM GT 2010), Transplantasi Lamun Jenis Enhallus acoroides dan Thallasia hemprichii dengan Metode Pot sebagai Salah Satu Upaya untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Pesisir (PKM GT 2010), Kajian Fungsionalisasi Alga Makro Coklat (Sargassum sp.) sebagai Minuman Kaya Serat dan Antioksidan (PKMP 2012)