Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
PENGARUH PERBAIKAN KUALITAS DAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN AYAM MERAWANG (The Effect of Quality Improvement and Time of Feeding on Growth of Merawang Chickens) HASNELLY, Z. dan A.N. KUNTORO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung Jl. Mentok Km 4, Pangkalpinang 33134
ABSTRACT The study was conducted to investigate Merawang chiken growth with different time feeding, The protein-energy ratio are 1:150, but they have a different concentration, PR dietary (Low protein-energy concentration) and PT dietary (high protein-energy concentration). Ninety Merawang chicken were divided in treatments. The first treatments used PR dietary in the morning and afternoon (PR-PR), the second treatment used PT dietary in the morning and still used PR in afternoon (PT-PR). The third treatment used PR in the morning and PT in afternoon (PR-PT). Morning feeding was given at 6am – 12pm and 12pm – 6pm in afternoon, The data investigated were; feed consumption, body weigh gain, feed conversion ratio, proteinenergy intake. The data were analyzed following split plot design with age as sub plot. The result of this research used three treatment in feed consumption and feed conversion, but showing significant different (P < 0,05), in body weight gain. Body weight gain (PR-PT treatment showing higher between another treatment. The protein and energy intake are very significant (P < 0,01). (PT-PR) always take up protein and energy higher, and then following (PR-PT) and (PR-PR). Improvement feeding quality in the afternoon gave more IOFC (Income Over Feed Cost) until 6,5%, and then IOFC volue can to be down till 8% improvement feeding in the morning (PT-PR). Key Word: Merawang Chicken, Protein and Energy Concentration, Growth ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan ayam Merawang berdasarkan pemberian pakan yang berbeda. Imbangan protein-energi pakan sama yaitu 1:150, tetapi konsentrasinya berbeda, pakan PR (konsentrasi protein-energi rendah) dan pakan PT (konsentrasi protein-energi tinggi). Sembilan puluh ekor ayam Merawang dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan. Setiap kelompok perlakuan terdiri dari 3 replikasi. Perlakuan I dilakukan pemberian pakan PR pada pagi dan sore hari (PR-PR), perlakuan II dilakukan pemberian pakan PT pada pagi hari dan pakan PR pada sore hari (PT-PR) dan perlakuan III dilakukan pemberian pakan PR pada pagi hari dan PT pada sore hari (PR-PT). Pakan pagi diberikan jam 06.00 – 12.00 WIB dan sore pada jam 12.00 – 18.00. Data yang diamati meliputi; konsumsi pakan, pertambahan berat badan, konversi pakan, konsumsi protein dan konsumsi energi. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis variansi split plot dengan umur sebagai sub plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga macam perlakuaan pada ayam Merawang umur 1 sampai 12 minggu tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan dan konversi pakan tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat badan (P < 0,05). Pertambahan berat badan untuk perlakuan pakan (PR-PT) lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Sedangkan konsumsi protein dan energi menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P < 0,01). Perlakuan (PT-PR) selalu menunjukkan konsumsi protein-energi tertinggi, kemudian diikuti (PR-PT) dan (PR-PR). Perbaikan pakan sore hari (PR-PT) dapat meningkatkan IOFC (Income Over Feed Cost) 6,5%, sedangkan untuk perlakuan pakan pagi hari (PT-PR) akan menurunkan nilai IOFC hingga 8%. Kata Kunci: Ayam Merawang, Konsentrasi Protein dan Energi, Pertumbuhan
639
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
PENDAHULUAN
MATERI DAN METODE
Ayam Merawang merupakan plasma nutfah Kepulauan Bangka Belitung yang mempunyai potensi tinggi untuk mendukung sektor peternakan. Akan tetapi ayam ini masih dipelihara secara tradisional, sistem perkawinan dan pemeliharaan kurang diperhatikan yang akhirnya menyebabkan produksinya tidak optimal. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi adalah dengan memperbaiki pakan secara kualitatif dan kuantitatif dalam rangka meningkatkan efisiensi pakan dengan tidak mengabaikan perbaikan dari segi genetiknya. Faktor lingkungan (cahaya, temperatur dan kelembaban) dapat mempengaruhi konsumsi pakan. Faktor-faktor tersebut tentu akan berpengaruh terhadap konsumsi pakan pada waktu yang berbeda. Pada pagi hari ayam akan mengkonsumsi pakan lebih banyak dari sore hari. Hal ini terjadi karena pada pagi hari temperatur relatif lebih rendah dari pada sore hari, serta ayam tidak melakukan aktifitas makan pada malam (saat gelap). Pada pemeliharaan dengan lama penyinaran 12 jam sehari, mula-mula ayam akan mempunyai puncak makan di pagi hari dan kemudian secara bertahap berkurang, dan kembali mencapai puncak makan di sore hari (SHALEV dan BORSNTEIN, 1989). Selain itu pakan pagi digunakan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan mengisi tembolok yang telah kosong karena tidak adanya aktifitas makan pada malam hari, sehingga seharusnya ayam diberi pakan yang mempunyai kandungan protein dan energi yang rendah. Pemberian pakan dengan kandungan protein dan energi tinggi lebih baik dilakukan pada sore hari karena pada saat gelap ayam tidak melakukan aktifitas, sehingga memungkinkan ayam mampu menimbun lemak untuk meningkatkan berat badan (TRIYUANTA, 1992). Lebih lanjut dijelaskan SIDADOLOG (1999), pakan pagi digunakan untuk kebutuhan fisik(maintenance) dan pakan sore untuk kebutuhan fisiologis (pertumbuhan dan produksi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbaikan kualitas pakan pada pagi atau sore hari dengan meningkatkan kandungan protein dan energi pakan terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan ayam Merawang.
Penelitian dilakukan dilaboratorium Ilmu Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, UGM Yogyakarta dengan lama penelitian 4 bulan, dari bulan September 2003 sampai dengan Januari 2004. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah 90 ekor DOC ayam Merawang masingmasing 45 ekor untuk jantan dan betina. Dengan menggunakan 2 macam pakan yang mempunyai imbangan protein dan energi yang sama yaitu 1 : 150, tetapi berbeda konsentrasinya. Pakan dengan kandungan protein dan energi konsentrasi rendah (PR) dan pakan kandungan protein dan energi konsentrasi tinggi (PT) dengan komposisi dapat dilihat pada Table 1.
640
Tabel 1. Susunan dan komposisi ransum Protein-energi rendah (PR) (%)
Proteinenergi tinggi (PT) (% )
Jagung
32,68
33,00
Konsentrat
12,80
24,50
Bekatul
34,92
17,50
Bungkil kedelai
9,60
16,00
Bungkil sawit
10,00
2,00
Bahan pakan
Minyak kelapa Total
-
7,00
100,00
100,00
Sumber: PETERSON (1995)
Analisis pakan Protein (%) Ca P av ME (Kcal) Harga/ kg (Rp)
: 17,63 : 1,55 : 0,86 : 2678,52 :Rp. 1.511,34
20,95 2,89 0,80 3143,40 Rp. 2.150,00
Penelitian disusun berdasarkan Rangcangan Acak Lengkap, dan terdiri dari 3 kelompok perlakuan, dengan 3 replikasi. Perlakuan I
: Pakan dengan konsentrasi protein–energi rendah untuk pakan pagi dan sore (PR-PR).
Perlakuan II : Pakan dengan konsentrasi protein–energi tinggi untuk
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
pakan pagi dan protein–energi rendah untuk pakan sore (PTPR). Perlakuan III : Pakan dengan konsentrasi protein–energi rendah untuk pakan pagi dan konsentrasi protein–energi tinggi untuk pakan sore (PR-PT). Pemberian pakan pagi dilakukan pukul 06.00 – 12.00 Wib dan pakan sore diberikan pukul 12.00 – 18.00 WIB. Setelah pukul 18.00 Wib ayam tidak diberi pakan. Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan dari umur 1 sampai 12 minggu. Sisa pakan pagi dan sore dikumpulkan untuk mengetahui konsumsi pakan, dan untuk mengetahui pertambahan berat badan dilakukan penimbangan ternak setiap minggu. Analisis data Data yang diperoleh selama penelitian meliputi konsumsi pakan, pertambahan berat badan, konversi pakan, konsumsi protein dan energi dianalisis dengan analisis split plot. Apabila hasil analisis menunjukkan perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan uji beda jarak ganda Duncan’s, serta dilanjutkan dengan perhitungan Income Over Feed Cost (IOFC).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis konsumsi pakan, konsumsi protein dan energi berdasarkan jenis kelamin terhadap ketiga perlakuan pakan dari umur 1 sampai 12 minggu tertera pada Tabel 2. Konsumsi pakan Hasil analisis statistik menunjukkan jumlah konsumsi pakan tidak dipengaruhi oleh peningkatan kualitas pakan baik pada pagi atau sore hari. Ditinjau dari pengaruh jenis kelamin terdapat perbedaaan yang nyata (P < 0,05). Ternak jantan mengkonsumsi pakan lebih tinggi dari ternak betina. Jantan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan betina, sehingga konsumsi pakan lebih banyak bila dibanding betina. Hal ini dijelaskan ENGEL (1990) dan MUHARLEIN (1990), jantan memiliki bobot hidup yang lebih berat dibanding betina, sehingga pakan yang dihabiskan juga lebih banyak. Interaksi antara pakan dan jenis kelamin tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, yang berarti respon jenis kelamin tiap perlakuan pakan tidak berbeda terhadap konsumsi pakan. Hal yang sama juga terjadi pada interaksi antara pakan dan umur terhadap konsumsi pakan dan interaksi antara jenis kelamin dan umur terhadap konsumsi pakan.
Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap total konsumsi pakan, konsumai protein dan energi pada ayam selama 12 minggu Konsumsi Pakan (g/ekor)
(PT-PR)
(PR-PT)
Jantan
2362,12
2332,79
2335,69
2343,53a
Betina
2277,34
2277,16
2172,06
2242,19b
2319,73
2304,98
2253,87
2292,86
Jantan
416,44
454,56
445,62
438.87a
Betina
401,49
444,16
414,07
419,91b
408,97C
449,36A
429,84B
429,39
Jantan
6326
6854,63
6729,99
6637,20a
Betina
6099,90
6697,21
6253,82
6350,31b
6213,44C
6775,92A
6491,91B
6493.76
Rata-rata Energi (kcal/ekor) Rata-rata
Rata-rata
(PR-PR)
Rata-rata Protein (g/ekor)
Perlakuan pakan
Jenis kelamin
a,b
Superskrips yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan pada taraf 5% A,B,C Superskrips yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan pada taraf 5%
641
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
lebih banyak dibanding perlakuan yang lainnya (PR-PR) dan (PR-PT).
Konsumsi protein Perbaikan kualitas pakan berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap konsumsi protein. Peningkatan protein pakan pada pagi hari akan menyebabkan konsumsi protein lebih tinggi dibandingkan peningkatan protein sore. Hal ini terjadi karena tingginya konsumsi pakan pada pagi hari, untuk mengisi tembolok yang kosong karena tidak ada aktifitas makan pada malam dan temperatur yang relatif lebih rendah (TRI-YUANTA, 1992). Perlakuan PT-PR mengkonsumsi protein paling tinggi 449,36 g/ekor sedangkan PR-PR mengkonsumsi protein paling rendah 408,97 g/ekor, kemudian diikuti PR-PT 429,84 g/ekor. Bila dilihat dari pengaruh jenis kelamin terhadap konsumsi protein menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,01). Umur dan laju pertumbuhan menyebabkan perbedaan dalam kebutuhan protein. Jantan mempunyai laju pertumbuhan yang lebih cepat dibanding betina, sehingga kebutuhan protein jantan juga akan lebih banyak. Terjadi interaksi yang sangat nyata antara perlakuan pakan dengan umur (P < 0,01). Hal ini terjadi karena perlakuan PT-PR mengkonsumsi protein paling banyak setiap periode umur. Konsumsi ayam dengan penyinaran 12 jam sehari akan mengkonsumsi pakan lebih banyak pada pagi hari dibandingkan pada sore hari, sehingga perhitungan konsumsi protein dengan perbaikan kualitas pakan pada pagi hari juga
Konsumsi energi Terjadi perbedaan yang sangat nyata (P < 0,01) antara perlakuan pakan terhadap konsumsi energi. Ayam akan mengkonsumsi energi lebih banyak apabila kadar energi ransum meningkat (ANGGORODI, 1995). Konsumsi energi akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur ternak. Kadar energi dalam pakan akan menentukan konsumsi pakan, tetapi pada pagi hari volume lebih menentukan konsumsi pakan, sehingga meningkatkan energi pakan pada pagi hari dinilai kurang efektif. Bila dilihat dari jenis kelamin terhadap konsumsi energi terdapat perbedaan yang nyata (P < 0,05). Energi untuk pertumbuhan antara 1,5 – 3 Kkal per gram pertambahan berat badan (ANGGORODI, 1995). Jantan memiliki pertumbuhan lebih cepat sehingga dibutuhkan energi yang lebih tinggi dari betina. Terjadi interaksi antara pakan dan umur terhadap konsumsi energi (P < 0,01), yang menunjukkan ayam mempunyai respon yang berbeda setiap periode umur terhadap konsumsi energi. Akibat dari konsumsi pakan pada pagi hari lebih banyak dari sore hari sehingga perhitungan konsumsi energi dengan peningkatan energi pakan pagi (PT-PR) menunjukkan energi tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan (PR-PT) dan (PR-PR).
Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap berat badan dan pertambahan berat badan (g/ekor) selama penelitian (12 minggu) Variabel Berat badan akhir
Rata-rata
Rata-rata
(PR-PR)
(PT-PR)
(PR-PT)
Jantan
721,25
757,86
769,75
749.62a
Betina
578,67
582,81
654,44
605,31b
649,96
670,34
712,10
677,46
Jantan
686,27
723,48
737,70
714,81a
Betina
544,27
549,00
619,48
570,91b
615,27A
636,24A
677,09B
642,86
Rata-rata Pertambahan berat badan
Perlakuan pakan
Jenis kelamin
a,b Superskrips yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan pada taraf 5% A,B,C Superskrips yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan pada taraf 5%
642
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Berat badan dan pertambahan berat badan
Konversi pakan
Hasil analisis berat badan dan pertambahan berat badan berdasarkan jenis kelamin terhadap ketiga perlakuan pakan dari umur 1 sampai 12 minggu (Tabel 3). Terjadi perbedaan yang nyata (P < 0,05) dari ketiga perlakuan pakan terhadap pertambahan berat badan. Perlakuan pakan (PR-PT) mempunyai pertambahan berat badan yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Kandungan energi pakan menentukan jumlah pakan yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan, tetapi dalam keadaan tertentu terutama pagi, volume pakan lebih penting dari konsumsi energi (SYKES, 1983). Hal ini menunjukkan perbaikan pakan pada pagi hari kurang efisien. Ini terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan perbaikan kualitas pakan pada sore hari memberikan pertambahan berat badan yang lebih tinggi (PR-PT). SIDADOLOG (1999), menyatakan pakan pagi digunakan untuk kebutuhan hidup pokok (maintenance) dan pakan sore digunakan untuk kebutuhan fisiologi (pertumbuhan dan produksi). Meningkatkan protein ransum disore hari dapat mempercepat pertumbuhan dan lebih efisien dalam pemanfaatan pakan. Pengaruh jenis kelamin berbeda sangat nyata (P < 0,01) terhadap pertambahan berat badan. Berat badan dan pertambahan berat badan ayam jantan lebih tinggi dari ayam betina, perbedaan ini terjadi karena faktor hormonal. Berat badan jantan dan betina pada umur 12 minggu masing-masing 749,62 gram dan 605 gram. Hasil ini tidak berbeda jauh dari hasil penelitian SESMIRA (2002), rata-rata berat badan ayam Merawang jantan dan betina 784,00 gram dan 631,30 gram. Terjadi interaksi antara pakan dengan umur, antara umur dan jenis kelamin terhadap pertambahan berat badan, yang menunjukkan adanya respon yang berbeda antara pakan dengan umur dan antara umur dengan jenis kelamin terhadap pertambahan berat badan. Terjadinya perbedaan berat badan jantan dan betina karena aksi biologis hormon kelamin yang merupakan aktifitas hormon androgen yang berperan dalam percepatan pertumbuhan yang dimiliki jantan (SESMIRA, 2002).
Pengaruh perbaikan kualitas dan pemberian pakan pada pagi atau sore hari tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap konversi pakan selama penelitian. Meskipun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, perbedaan perlakuan pakan dengan peningkatan kandungan protein-energi baik pagi maupun sore hari akan cendrung menurunkan konversi pakan (Tabel 4). WAHYU (1992) menyatakan bahwa, ayam akan cenderung meningkatkan konsumsinya apabila diberi ransun yang rendah energi, sehingga mengakibatkan konversi pakan menjadi lebih tinggi seperti perlakuan pakan rendah proteinenergi (PR-PR). Bila dilihat dari nilai konversi pakan perlakuan (PR-PT) memiliki nilai paling rendah dibanding perlakuan lain yang berarti pakan protein-energi rendah pada pagi hari dan protein-energi tinggi sore hari (PR-PT) lebih efisien dalam pemanfaatan pakan. Tabel 4. Konversi komulatif ayam jantan dan betina terhadap perlakuan pakan dari umur 1 sampai 12 minggu Perlakuan pakan Konversi pakan (PR-PR) (PT-PR) (PR-PT)
Ratarata
Jantan Betina
3,44 4,18
3,22 4,15
3,18 3,51
3,28 3,95
Rata-rata
3,81
3,69
3.34
3,61
Pengaruh jenis kelamin terhadap konversi pakan juga tidak terdapat perbedaan yang nyata. Ayam jantan mengkonsumsi pakan lebih banyak dibandingkan dengan ayam betina namun pertambahan berat badan yang tinggi, menghasilkan konversi pakan yang tidak berbeda dengan ayam betina. Ayam Merawang merupakan ayam kampung yang masih memiliki variasi genetik yang tinggi. Seperti yang dinyatakan HARDJOSUBROTO (2001). Performans dari seekor ternak ditentukan oleh kemampuan genetik dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, perbedaan yang terjadi akibat adanya perbedaan dari potensi genetik yang dimiliki masing-masing keturunan dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda.
643
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Tabel 5. Perhitungan Income Over Feed Cost (IOFC) Biaya pakan (Rp.)
Berat Ayam (g)
Harga ayam (Rp.)
IOFC (Rp.)
2319,7
3505,9
649,96
9749,37
6243,47
2305,0
4310,6
670,34
1055,05
5744,40
2253,9
4031,3
712,10
10681,46
6650,19
Konsumsi (g)
Pakan Pagi
Sore
Total
PR-PR
1304,8
1014,9
PT-PR
1295,0
1010,0
PR-PT
1275,4
978,5
Harga ayam kampong Rp. 15.000,-/kg berat hidup Harga pakan PR=Rp 1.511,34; PT=Rp 2.150,00
Terjadi interaksi antara perlakuan pakan dan umur terhadap konversi pakan dan tidak terjadi interaksi antara jenis kelamin dan umur. Hal ini disebabkan respon ayam Merawang yang masih merupakan ayam kampung terhadap perlakuan pakan khususnya peningkatan protein energi masih kurang. Income Over Feed Cost (IOFC) Income Over Feed Cost (IOFC) didapatkan dengan mengurangi harga berat badan akhir dengan total biaya pakan yang dihabiskan selama penelitian. Konsumsi pakan pagi lebih banyak dibandingkan sore, sehingga pemberian pakan protein-energi tinggi (PT) pagi hari akan lebih mahal dibandingkan pada sore hari. Keuntungan yang diperoleh rata-rata per ekor selama penelitian umur 1 sampai 12 minggu tertera pada Tabel 5. Perlakuan pakan (PR-PT) memberikan nilai IOFC paling besar yaitu Rp. 6.650,19 kemudian diikuti (PR-PR) Rp. 6.243,47 dan yang terendah adalah perlakuan (PT-PR) Rp. 5.744,40. Dengan demikian perbaikan kualitas pakan pada sore hari dapat menaikkan nilai IOFC sebesar 6,5%, sedangkan perbaikan kualitas pakan pada pagi hari akan menurunkan nilai IOFC sebesar 8%.
berpengaruh sangat nyata terhadap konsumsi protein dan energi. Konsumsi protein dan energi ayam Merawang dengan perbaikan kualitas pakan pada pagi hari lebih tinggi dibandingkan perbaikan kualitas pakan sore hari, tetapi pertambahan berat badan yang diperoleh dengan perbaikan kualitas pakan pada sore hari lebih tinggi dibandingkan perbaikan pakan pagi hari Perhitungan Income Over Feed Cost (IOFC) menunjukkan perlakuan pakan dengan perbaikan kualitas pakan pada sore hari lebih efisien dalam penggunaan protein dan energi pakan untuk pertumbuhan ayam Merawang. DAFTAR PUSTAKA ANGGORODI, R. 1995. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Cetakan Pertama. University Indonesia-press, Jakarta. ENGEL, M.S. 1990. Analisis Sifat Phenotif dan Genetik Ayam dari Beberapa Daerah di Indonesia. Tesis-S2. Program Pascasarjana Fakultas Peternakan, UGM, Yogyakarta.
HARDJOSUBROTO. 2001. Genetika Hewan. Edisi Perbaikan Pemuliana Ternak. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
MUHARLIEN. 1985. Pengaruh Jenis Kelamin, Bobot KESIMPULAN Perbaikan kualitas pakan pada pagi atau sore hari tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan dan konversi pakan ayam Merawang dalam masa pertumbuhan umur 1 sampai 12 minggu, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat badan dan
644
Inisial dan Aras Protein terhadap Performan dan Kualitas Fisik Karkas Ayam Kampung Fase Pertumbuhan. Tesis-S2. Program Pascasarjana Fakultas Peternakan Universaitas Gadjah Mada, Yogyakarta PETERSEN, J. 1995. Jahrbuch Fur die Geflugelwirtschaft. Eugen ulmer verlag, Stuttgart. pp 110 – 115.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
SESMIRA. 2002. Studi Fenotipik Ayam Merawang dan Ayam Kampung Umur 5 – 12 minggu dengan Pemberian Ransum yang Mengandung 25% Bungkil Inti Sawit. Skripsi Fakultas Peternakan Institut Pertanian, Bogor. SHALEV, B.A. and S. BORSTEIN. 1989. Temperature Stress and Tropical Location as Faktors for Genotipe X Environment Interaction. In: Poultry Production. Edit. P. Merat INRA, Youy-en Josas (Franc), May 9 – 11. pp. 41 – 50.
SYKES, A.H. 1983. Food Inteke and its Control. At Physiology Biochemistry Domestic Fowl. Poult. Sci. 66: 1247 – 1251. TRI-YUANTA. 1992. Pengaturan Cahaya dan Pakan
Alternatif pada Ayam Broiler Breeder, Peneluran, Fertilitas dan Kualitas Telur. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Grati. 2(92): 87 – 93. WAHYU, J. 1992. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Cetakan ketiga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
SIDADOLOG, J.H.P. 1999. Manajemen Ternak Unggas. Hand Oud. Laboratorium Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta .
645